tanah
Batas-batas Consistensi (Atterberg limit) :
penentuan batas-batas plastis, cair dan susut
tanah
Kepadatan (Density): berat butiran tanah per isi
Gradasi :ukuran butir penyusutan
Permeabilitas: daya rembes air pada tanah
Porositas: perbandingan antara isi pori dengan isi
butir tanah
Konsolidasi: sifat pemanfaatan tanah arah vertikal
Kohesi: kemampuan untuk saling mengikat antara
butir tanah
Kekerasan: Volume dan lain-lain
atau ganguan di alam. Keadaan ini disebut dengan material asli atau Bank
Material (BM). Satuan : bank cubic maters (bcm)
Material Lepas/Loose material (LM): kondisi dimana satu bagian dari
material akan dipindahkan maka volume material yang dipindahkan
tersebut akan berubah menjadi lebih besar dari pada volume material di
tempat aslinya. Satuan; Loose cubic meters (lcm).
LM = BM + % Sweel x BM
Bertambahnya volume tanah asli akibat lepas, ini merupakan faktor
pengembangan (Sweel).
% Sweel = sw = (B L) . 100 %
L
= ( B - 1) . 100 % = 1 -1 x 100 %
L
LF
Load Factor = LF = Faktor Pengembangan
= BJ Tanah Gembur = Volume Loose
BJ Tanah Asli
Volume Bank
Shrinkage = Sh = Penyusutan ------ C - B
C
Tanah
Kerikil Pasir
Sifat
Lepas
Padat
Ciri-ciri
Uji Lapangan
Padat, coklat
kemerahan,
persegi,
gradasi baik
Lanau
Lepas
Padat
Lunak
Keras
Lempung
Sangat
lunak
Lunak
keras
Kaku
Plastisitas
rendah
Plastisitas
tinggi
Gambut
Keras
Berserat
Berongga
Va
V
Wa = 0
Vu Vw
Air
Ww
Partikel
Vs
Ws
Va Vw Vs
V
Va Vw Vs 1
V
3. Kadar Air
Ww
Ws
Volume
material
pada
umumnya
akan
meningkat pada saat digali. Peningkatan ini
diakibatkan oleh lepasnya ikatan antarpartikel
tanah yang kemudian diisi udara. Perubahan ini
disebut
dengan
pengembangan
(swell).
Hubungan antara kondisi tanah asli dengan
tanah lepas ditentukan oleh faktor pemuatan
atau
load
factor
(LF)
dan
presentase
pengembangan swell percentage (Sw). LF
sangat 1bermanfaat dalam perhitungan volume
LF
material
yang akan diangkut dari suatu tempat
1 Sw
LF
V
b
(1)
VL
(2)
SW
1 x100
WI
Jenis Tanah
Persentase
Mengembang (%)
Faktor Pemuatan
Lempung Kering
35
0.74
Lempung Basah
35
0.74
Tanah Kering
25
0.80
Tanah Basah
25
0.80
20
0.83
Kerikil Kering
12
0.89
Kerikil Basah
14
0.88
Batu Kapur
60
0.63
Batu hasil
Peledakan
60
0.63
Pasir Kering
15
0.87
Pasir Basah
15
0.87
Batuan Sediman
40
0.71
Contoh Soal
0
.
25
VI
0.25
VI 2500 lcm
1 - 0.1
Vc
2000
Vc 1800 ccm
2. Waktu Siklus
Siklus kerja dalam pemindahan tanah mekanis
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang.
Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah
menggali, memuat , memindahkan, membongkar
muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Semua
kegiatan dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh
beberapa alat.
Waktu yang diperlukan dalam siklus kegiatan diatas
disebut waktu siklus atau cycle time (CT) . Waktu
siklus terdiri dari beberapa unsur.
Pertama adalah waktu muat atau loading time (LT).
Waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
suatu alat untuk memuat material kedalam alat
angkut sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut
3. Efisiensi Alat
Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan
menggunakan alat berat terdapat faktor yang
mempengaruhi produktifitas alat yaitu : Efisiensi
alat. Bagaimana efektivitas alat tersebut bekerja
tergantung dari beberapa hal :
1. Kemampuan operator pemakai alat
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat
3. Perencanaan dan pengaturan letak alat
4. Topografi dan volume pekerjaan
5. Kondisi cuaca
6. Metode Pelaksaan alat
a. Metode Grid
Jika
dilakukan
penggambaran,
persimpangan titik dicatat data
dibutuhkan .
KETINGGIAN YANG DIINGINKAN
KEDALAMAN PENGGALIAN
maka
setiap
data yang
KEDALAMAN PENIMBUNAN
1
2
3
4.2
6.5
2.3
4.4
4.4
5.1
4.6
3.6
4.8
1.9
5.0
2.9
5.0
3.0
2.0
5.2
3.0
1.6
3.2
4.8
1.4
1.0
4.8
4.6
0.6
0.7
4.6
5.0
2.8
2.0
2.0
5.0
2.8
0.3
4.0
5.2
1.0
3.0
3.8
5.4
1.4
1.0
5.3
8.2
6.4
Ttk
Elev.
Baru
Elev.
Lam
a
Tingg
i
Gali
(m)
Vol
Gali
(m3)
Vol.
Timb
.
(M3)
1A
4.2
6.5
2.3
0.0
32
73.6
0.00
1B
4.4
5.0
0.6
0.0
32
38.4
0.00
1C
4.6
3.0
0.0
1.6
32
0.0
51.2
2A
4.4
5.1
0.7
0.0
32
44.8
0.0
2B
4.6
3.2
0.0
1.4
32
0.0
179.2
2C
4.8
2.8
0.0
2.0
32
0.0
128
3A
4.6
3.6
0.0
1.0
32
0.0
64
3B
4.8
2.0
0.0
2.8
32
0.0
358.4
3C
5.0
5.3
0.3
0.0
32
19.2
0.0
4A
4.8
1.9
0.0
2.9
32
0.0
185.6
4B
5.0
4.0
0.0
1.0
32
0.0
128
4C
5.2
8.2
3.0
0.0
32
192
0.0
Ttk
Elev.
Baru
Elev.
Lam
a
Tingg
i
Gali
(m)
Vol
Gali
(m3)
Vol.
Timb
.
(M3)
5A
5.0
3.0
0.0
2.0
32
0.0
64
5B
5.2
3.8
0.0
1.4
32
0.0
89.6
5C
5.4
6.4
1.0
0.0
32
32
0.0
400
1248
b. Metode Ruas
Pada gambar rencana suatu proyek jalan, misalnya
terdapat suatu garis yang disebut garis as jalan.
Garis
as jalan tersebut merupakan garis tengah
dari suatu rencana jalan. Panjang garis as jalan
menentukan panjang dari jalan yang akan dibuat.
Untuk menghitung volume tanah galian dan
timbunan pada areal rencana jalan tersebut maka
garis as jalan harus dibagi menjadi beberapa ruas
yang sama panjang atau yang juga dikenal dengan
nama stasiun. Pada setiap titik pertemuan ruas
diadakan survei lapangan mengenai ketinggian
elevasi setiap sisi dari as jalan. Langkah
selanjutnya adalah dengan menggambarkan hasil
survei
yang
menunjukkan
elevasi
yang
sebenarnya dan yang
diinginkan pada titik
tersebut.
b. Karena
STA
Luas Galian
(m2)
Luas Timbunan
(m2)
0.000
55
30
0.100
20
15
0.200
25
80
0.300
10
99
0.400
18
75
0.500
25
50
0.600
22
40
0.700
32
25
0.800
33
20
Pjg
Ruas
(m)
0.000
Luas
Gal
(m2)
55
100
0.100
25
0.300
10
0.400
18
3750
2250
47.5
2250
4750
89.5
1750
8950
87
1400
8700
62.5
2150
6250
75
21.5
25
22.5
99
14
100
Vol
Tmb
(m3)
80
17.5
100
Vol Gal
(m3)
15
22.5
100
Rata
Rata
Timb
(m2)
30
20
0.200
Luas
Timb
(m2)
37.5
100
0.500
Rata
Rata
Gal
(m2)
50
Pjg
Ruas
(m)
0.600
Luas
Gal
(m2)
22
100
0.700
Luas
Timb
(m2)
32
Vol Gal
(m3)
Vol
Tmb
(m3)
32.5
2700
3250
22.5
3250
2250
19600
4090
0
25
32.5
33
Rata
Rata
Timb
(m2)
40
27
100
0.800
Rata
Rata
Gal
(m2)
20
PERSIAPAN PEKERJAAN
1. INVENTARISASI PEKERJAAN
Pertama kali daerah pekerjaan dipelajari dan dikenali situasi dan kondisinya, kemudian
dipilih, sementara itu pengadaan peralatan ditentukan kemudian agar tidak
terjadi keselahan ataupun ketidakcocokan antara peralatan dan kondisi medan
kerja. Untuk ini dibentuk suatu tim kerja yang membuat daftar pekerjaan secara
keseluruhan, baik pekerjaan pada bidang teknik sipil ataupun diluarnya dan yang
menyangkut pekerjaan yang dikerjakan dengan peralatan atau tidak dengan
peralatan, anatara lain adalah:
a.
Lokasi daerah pekerjaan, berapa jauh dengan desa terdekat, kota terdekat, kota
kecamatan terdekat, kabupaten maupun propinsi terdekat.
b.
Hasil pekerjaan pemetaan atau peta tofografi, yang menunjukkan ketinggian dari
tempat-tempat tertentu di daerah pekerjaan tersebut
c.
Hasil pengukuran luas daerah, bila hal ini belum ada, maka pekerjaan
pengukuran harus dilakukan untuk menempatkan patok-patok terutama patokpatok batas, sekaligus mengghitung keliling dan luas daerah pekerjaan.
d.
Keadaan medan, apakah datar, berbukit-bukit, pengunungan, lembah, rawa dan
lain-lain
e.
Jenis pekerjaan meliputi : Pengerukan atau galian basah; Timbunan; Galian
biasa; Perataan; Pemadatan; dan lain-lain
f.
g.
h.
i.
j.
Jenis material yang akan dikerjakan antara lain tanah biasa, tanah liat, cadas,
batuan, pasir dan sebagainya
Volume pekerjaan yang akan dilaksanakan; Besar atau kecil; Terpencar atau
menyatu; Volume tambahan atau susulan; dan lain-lain
Keadaan prasarana yang ada, antara lain; Jalan masuk ke lokasi pekerjaan; Jalan
kabupaten; Jalan negara; Jembatan; Gorong-gorong; Drainase, dan lain-lain
Schadule pelaksanaan yaitu jangka waktu yang ditentukan untuk penyelesaian
pekerjaan yang tentunya akan diikuti dengan penyesuaian peralatan atau armada
peralatan yang dipakai
Rencana biaya pelaksanaan, apakah telah tersedia sebagaimana dengan yang
direncanakan.
Semua hal tersebut di atas biasanya dimasukkan dalam satu bundel laporan yang
lazim disebut FEASHIBILITY STUDY
2. ALOKASI PEKERJAAN
Dengan alokasi dimaksudkan adalah sebagian dari pekerjaan teknik sipil yang
khusus dikerjakan dengan menggunakan bantuan peralatan atau alat-alat
berat. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk menetapkan
bagian-bagian pekerjaan yang akan dikerjakan dengan bantuan peralatan
adalah sebagai berikut;
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Macam atau jenis pekerjaan yang sesuai dan memenuhi syarat. Misalnya:
pemindahan tanah jarak dekat maupun jauh, pemadatan, galian, dan lain-lain
Volume pekerjaan; apakah relatif besar, sedang, atau kecil, yang dapat dijadikan
patokan bahwa investasi peralatan dapat dianggap cukup ekonomis dengan volume
pekerjaan yang ada, atau terjamin adanya pekerjaan tambahan atau susulan,
ataupun adanya pekerjaan lain pada masa yang akan datang
Tempat-tempat kerja, apakah terpusat atau terpencar. Pada umumnya pekerjaan
yang terpusat lebih menguntungkan, dan apabila pekerjaan berpencar-pencar maka
harus diperhatikan pemindahan peralatan dari satu tempat kerja ke tempat kerja
yang lainnya.
Tenaga manusia, terutama disekitar tempat kerja apakah tersedia dalam jumlah
yang cukup atau tidak.
Prasarana jalan dari gudang peralatan sampai ke tempat kerja sangat penting di
survey sebelum alokasi ditempatkan, hal ini akan menyangkut biaya mobilisasi dan
demobilisasi peralatan.
Fasilitas penunjang antara lain: penentuan letak base camp, termasuk gudang karja
dan perawatan; Gudang persediaan suku cadang (spare-parts), bahan makanan,
penyimpanan bahan bakar, pelumas dan lain-lain; Kru alat-alat berat seperti
operator, mekanik, dan foreman.
Kemampuan pelaksanaan dalam menyediakan peralatan yaitu: Kepunyaan sendiri;
Bersifat sewa beli; Bersifat sewa atau pinjaman.
h.
Schedule, perlu terlebih dahulu diterapkan, agar dapat ditentukan jumlah peralatan
atau armada yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut tepat pada
waktunya
i.
Hal-hal lain;
Apakah tempat kerja daerah banjir atau tidak
Peralatan yang dipakai apakah mengganggu rakyat atau penduduk setempat
Tempat kerja tersebut apakah bebas dari penyakit menular atau tidak
Hubungan kerja dengan PEMDA setempat.
PEMILIHAN PERALATAN
Jenis Alat dan Attachment (Perlengkapan)
Dalam pemilihan jenis alat, faktor yang sangat menentukan adalah faktor Teknis dan
Ekonomis. Jenis alat yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan, demikian
juga dengan perlengkapannya harus sesuai dengan tiap-tiap jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
Peralatan mekanis/berat untuk pekerjaan tanah harus mempertimbangkan: mesin
penggerak, model dan tipe alat. Disamping itu jenis pekerjaan dan kondisi medan
perlu diinventarisir untuk dapat menentukan jenis peralatan yang digunakan,
seperti:
1.
Pembersihan Lapangan (Land clearing)
Untuk jenis pekerjaan ini dibutuhkan Bulldozer. Bulldozer adalah alat-alat yang
menggunakan mesin penggerak utama jenis traktor, dilengkapi dengan
attachment berupa Blade untuk mendorong tanah ke depan atau kesamping.
Bulldozer dapat dibedakan:
- Crawler Tractor dozer ( dengan rada kelabang)
- Wheel Tractor dozer (dengan roda ban)
- Swamp bulldozer (untuk daerah rawa-rawa)
Bulldozer digunakan untuk pekerjaan : membersihkan medan dari kayu-kayuan, pohonpohonan, tonggak-tonggak, batu-batuan, pembukaan jalan kerja, menggusur
tanah sejauh kurang lebih 90 meter, menghampat tanah isian (fill), menarik
scrapper, memelihara jalan kerja dan membersihkan site.
Blade yang dipakai bulldozer terdiri dari beberapa tipe, antara lain:
1. Universal Blade (U-Blade). Blade ini memungkinkan bulldozer membawa
muatan lebih
banyak, karena kehilangan muatan relatif kecil dalam jarak yang sangat jauh,
Jenis blade
ini digunakan untuk reklamasi tanah dan penyediaan tanah.
2. Straigt blade (S-Blade), paling cocok untuk segala jenis lapangan, blade ini
Pemilihan peralatan