Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Geologi Teknik


2.1.1 Tanah
Dalam ilmu Geologi, tanah dikelompokan berdasarkan:

 Asal : Residual, colluvial, alluvial, aeolian, glacial, and sedentary


 Keterjadian : Floodplain, estuaries, marine, moraine,dan lain lain
 Tekstur : Ukuran partikel dan gradasi
 Pedologi : Iklim dan morfologi

Adapun Pada keteknikan, tanah diklasifikasikan berdasarkan gradasi, plastisitas, dan


konten organik, dan digambarkan secara umum sebagai kohesif dan tidak kohesif, granular, atau
nongranular. Tanah dikelompokkan sebagai kuat atau lemah, sensitif atau tidak sensitif,
kompresibel atau tidak kompresibel,pembengkakan atau non pembengkakan, tembus atau tidak
tembus; atau dikelompokkan berdasarkan fenomena fisik seperti mudah tererosi, mudah
membeku, atau metastabil.Tanah juga dikelompokkan secara umum sebagai kerikil, pasir,
lumpur, tanah liat, organik, dan campuran.

Sumber: Runt, Roy E. 2007. Characteristic of geologic materials and Formation. New York:
Taylor and Francis

2.1.1.1 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan kategorisasi tanah berdasarkan
karakteristik yang membedakan masing-masing jenis tanah. Klasifikasi tanah merupakan sebuah
subjek yang dinamis yang mempelajari struktur dari sistem klasifikasi tanah, definisi dari kelas-
kelas yang digunakan untuk penggolongan tanah, kriteria yang menentukan penggolongan tanah,
hingga penerapannya di lapangan. Tanah sendiri dapat dipandang sebagai material maupun
sumber daya.
Klasifikasi keteknikan yang paling banyak digunakan adalah klasifikasi Unified Soil
Classification System (USCS). Klasifikasi USCS memiliki tiga kelompok utama, yaitu tanah
dengan ukuran partikel kasar (mengandung pasir dan kerikil), partikel halus (tanah
lempung dan liat), dan tanah dengan kadar organik tinggi (misal tanah gambut). Sistem tanah
untuk keteknikan lainnya yaitu AASHTO Soil Classification System dan the Modified
Burmister.

USCS mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok, yaitu :

1. Berbutir Kasar (lebih dari 50% tertahan pada saringan no. 200)

Tanah berbutir kasar dibagi menjadi kerikil dan pasir. Tanah berbutir kasar dibagi
menjadi kerikir (G=Gravel) dan pasir (S=Sand). Setiap grup dari bagian ini dibagi kembali
menjadi empat golongan yaitu W (Well Graded), P (Poorly Graded), C (Clay), dan M (Silt,
untuk membedakan terhadap Sand maka digunakan notasi M)

Jadi penamaan untuk golongan tanah berbutir kasar adalah sebagai berikut :

Huruf pertama : Huruf Kedua :


G - Kerikil W - gradasi baik
S - Pasir P - gradasi tidak baik
M - kelanauan
C - kelempungan

2. Berbutir Halus (kurang dari 50% tertahan pada saringan No. 200)

Dibagi menjadi :

M (Silt), C (Clay), O (Organic), Pt (Peat). Untuk golongan M, C, O dibagi lagi menjadi


beberapa golongan berdasarkan batas cairnya :
 Batas cair <50%, L (Low plasticity)
 Batas cair >50%, H (High plasticity)
Secara umum penamaan golongan berbutir halus adalah sebagai berikut :

Huruf pertama : Huruf kedua :


O - organik H - plastisitas tinggi
C - Lempung L - plastisitas rendah
M - Lanau

Gambar Klasifikasi USCS


2.1.1.2 Parameter Fisik Tanah

Mekanika tanah adalah bagian dari geoteknik yang merupakan salah satu cabang dari
ilmu teknik sipil, dalam bahasa Inggris mekanika tanah berarti soil mechanics atau soil
engineering dan Bodenmechanik dalam bahasa Jerman.

Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1925 melalui bukunya
"Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher Grundlage" (Mekanika Tanah berdasar pada Sifat-
Sifat Dasar Fisik Tanah), yang membahas prinsip-prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah
modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini, sehingga Terzaghi disebut sebagai
"Bapak Mekanika Tanah".

Ilmu mekanika tanah mempelajari sifat-sifat tanah melalui serangkaian percobaan


laboratorium dan percobaan di lapangan, percobaan tersebut antara lain:

Percobaan di lapangan

 Pengambilan contoh dan benda uji tanah


 Pendataan lapisan dengan cara pengeboran
 Uji CPT atau sondir
 Uji Tekan Pelat
 Uji kepadatan tanah di lapangan
 Uji Permeabilitas sumur
 Uji SPT (eng: Standard Penetration Test)
 Uji DCP
 Uji Kekuatan Geser Tanah di lapangan, dengan menggunakan Uji Baling-Baling

Percobaan di laboratorium

 Unit Weight
Unit Weight adalah berat per satuan volume material. Nilai unit weight tidak mutlak.
Hal ini tergantung pada nilai percepatan gravitasi, yang bervariasi dengan lokasi. Sebuah
pengaruh signifikan pada nilai gravitasi spesifik adalah suhu bahan. Tekanan juga dapat
mempengaruhi nilai-nilai, tergantung pada modulus bulk material, tetapi umumnya, pada
tekanan sedang, memiliki efek yang kurang signifikan dibandingkan dengan faktor-faktor lain.
Adapun rumus dari unit weight adalah:

Keterangan :
- = Berat Unit
- M = Massa Total
- V = Volume

 Distribusi Butiran Tanah,


Untuk tanah berbutir besar digunakan Uji Ayak (Sieve Analysis), untuk tanah berbutir
halus digunakan Uji Hidrometer (Hydrometer). Uji ayak dilakukan untuk gradasi butiran
kasar dari tanah. Hasil dari uji tanah dapat menentukan pemerian tanah. Adapun uji
hidrometer dilakukan untuk mengetahui persentase butiran yang lolos saringan uji ayak
untuk menentukan pemerian tanah.

Sebuah hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari batang silinder dan bola
pembobotan dengan merkuri atau tembakan timah untuk membuatnya mengapung tegak.
Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam wadah tinggi, seringkali sebuah silinder
lulus, dan hidrometer yang lembut diturunkan ke dalam cairan sampai mengapung bebas.
Titik di mana permukaan cairan menyentuh batang hidrometer yang dicatat. Hidrometer
biasanya mengandung skala di dalam batang, sehingga berat jenis dapat dibaca langsung.
Berbagai skala ada, dan digunakan tergantung pada konteksnya.

 Kadar Air (Moisture Content)


Kadar air merupakan indikator dari jumlah air yang ada di tanah, adapun rumus dari
kadar air adalah:

Keterangan :
- w = Kadar Air
- Mw = Massa Air

- Ms = Massa Padatan

 Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)


Specific Gravity atau berat jenis adalah Berat jenis (specific gravity) tanah adalah angka
perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air suling pada volume yang
sama dan suhu tertentu. Berat jenis tanah sangat penting diketahui yang selanjutnya
digunakan dalam perhitungan - perhitungan mekanika tanah. Adapun rumus perhitungan
Berat jenis tanah adalah:

Dimana :
W1 = berat piknometer (gr)
W2 = berat piknometer + tanah (gr)
W3 = berat piknometer + tanah + air (gr)
W4 = berat piknometer + air pada temperatur (T° C) (gr)

 Kerapatan Tanah (Bulk Density) dengan menggunakan Piknometer.

Bulk density atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara
berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density
merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density.

 Plastisitas Tanah dengan menggunakan Atterberg Limit Test untuk mencari:


- Batas Cair dan Plastis,
- Batas Plastis dan Semi Padat,
- Batas Semi Padat dan Padat (Liquid Limit, Plastic Limit, Shrinkage Limit)

Adapun untuk rumus batas plastis adalah:

Mw
𝑃𝑙 = x 100%
Ms (kering)

Dimana :

- Pl = Plastic Limit
- Mw = Massa Air
- Ms = Massa tanah

Sedangkan untuk rumus batas cair adalah:

Mw
𝐿𝑙 = x 100%
Ms (basah)

Dimana :

- Ll = Liquid Limit
- Mw = Massa Air
- Ms = Massa tanah

 Porositas dan Void Rasio (e)


Porositas (n) merupakan perbandingan antara volume pori dengan volume total. Adapun rumus
dari Porositas adalah:

Sedangkan untuk void rasio (e) merupakan perbandingan antara volume pori dengan volume
pori. Adapun rumus dari void rasio adalah:

Keterangan :
- e = Void Rasio
- =Volume Void
- = Volume Padatan (tanah)
- = Volume Udara
- = Volume Air

2.1.1.3 Tanah di Jatinangor


Litologi yang terdapat di wilayah Jatinangor dan sekitarnya pada umumnya
merupakan batuan hasil gunung api, terdiri atas breksi vulkanik (dengan lapukannya) dan
lava (dengan lapukannya). Kawasan Jatinangor merupakan bagian dari kaki gunung
Manglayang. Kawasan bagian utara dari G. Manglayang, merupakan wilayah yang
berdekatan dengan bagian timur dari sesar Lembang (Silitonga, 1973). Ditinjau dari
geomorfologinya, bentuk bentangalamnya berupa perbukitan vulkanik kuarter yang
mempunyai kemiringan lereng landai sampai curam. Kemiringan curam terutama berada
pada lembah-lembah sungai. Pada saat ini, sebagian besar bangunan di Jatinangor telah
dibangun dengan mengambil tempat pada bagian-bagian puncak perbukitan maupun pada
bagian lereng serta di bagian lembah di sekitarnya.

Mengingat secara geologi daerah Jatinangor didominasi oleh material vulkanik yaitu,
breksi dan tuff. Litologi tersebut terlapukan sehingga membentuk tanah dengan butiran halus.
Tanah halus hasil lapukan breksi mapun lava mempunyai sifat-karakteristik yang khas sesuai
dengan komposisi mineral penyusunnya, antara lain sifat mengembang/swelling jika ada air
dan menyusut jika terkena udara atau terlapukkan secara fisik. Sifat slaking berupa mudah
remuknya lempung, pecah berkeping-keping atau urai (Brotodihardjo, 1990). Sifat swelling
umumnya menyebabkan tanah mudah menyusut dan mengembang yang besar sesuai
perubahan kadar air tanah karena terjadinya perubahan volume apabila kandungan air dalam
tanah berubah (Mudjihardjo dkk, 1997).

Dengan kandungan butiran halus yang tinggi, tanah memiliki sifat kohesif yang
memiliki nilai plastisitas tanah. Nilai plastisitas tanah didapat dari sifat lempung yang plastis.
Batuan hasil gunungapi yang mengandung mineral silika (kuarsa, feldspar, mika)
mempengaruhi perbedaan jenis tanah yang dibentuknya. Setelah mengalami pelapukan kimia
dari proses hidrolisis akan menghasilkan mineral lempung (kaolinit, ilit, monmorilonit).
Sehingga secara geologi teknik daerah Jatinangor dibagi menjadi tiga satuan jenis sebaran
tanah yaitu Lanau Plastisitas Rendah (ML), Lanau Plastisitas Tinggi (MH), dan Lempung
Plastisitas Tinggi (CH). Perbedaan jenis/tipe tanah mempengaruhi kandungan lempung yang
ada didalamnya, serta kandungan kadar air yang meningkat akan mempengaruhi bobot isi
tanah. Selain itu kandungan lempung Montorillonitik yang menunjukan tingkat keaktifan
tanah yang sangat ekspansif. Dari hal-hal tersebut, tanah berpotensi untuk mengembang
dengan tingkat pengembangan yang tinggi.

Berdasarkan data hasil uji sifat fisik tanah, daerah jatinangor dibagi menjadi empat
zonasi, yaitu zona potensi tanah mengembang rendah , zona potensi tanah mengembang
sedang, zona potensi tanah mengembang tinggi, dan zona potensi tanah mengembang sangat
tinggi, dengan persentase:

a) Zona potensi tanah mengembang rendah berdasarkan indeks plastisitas (IP) < 15
%.
b) Zona potensi tanah mengembang sedang berdasarkan indeks plastisitas (IP) 15 –
25 %.
c) Zona potensi tanah mengembang tinggi berdasarkan indeks plastisitas (IP) 25 –
55 %.
d) Zona potensi tanah mengembang sangat tinggiberdasarkan indeks plastisitas (IP)
> 55 %.

Semakin besar nilai angka aktivitas dan indeks plastisitas tanah maka akan
menimbulkan pengembangan tanah yang semakin tinggi. Tanah yang memiliki tingkat
potensi mengembang tinggi akan menimbulkan masalah contohnya dalam pembangunan.

Sumber:

o https://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_tanah
o https://id.wikipedia.org/wiki/Hidrometer
o https://en.wikipedia.org/wiki/Specific_gravity
o https://en.wikipedia.org/wiki/Specific_weight
o Ronny, Farach Abdurachman, Zufialdi Zakaria, dan Raden Irvan
Sophian.2016.Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat. Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi.Jatinangor:
Fakultas Teknik Geologi

o Runt, Roy E. 2007. Characteristic of geologic materials and Formation. New


York: Taylor and Francis

o Sophian, Irvan et all.2014.GEOLOGI TEKNIK JATINANGOR: STUDI


DAYADUKUNG TANAH BERDASARKAN PREDIKSI KADAR AIRTANAH
UNTUK MENUNJANG ECO-CAMPUSS DI JATINANGOR. Bulletin of Scientific
Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 18-28.Jatinangor:Fakultas
Teknik Geologi Unpad.

- Zufialdi Zakaria. 2014.ASPEK GEOTEKNIK DI KAWASAN PENDIDIKAN -


JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT.Seminar Nasional Ke – III Fakultas
Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Jatinangor: Fakultas Teknik Geologi Unpad

Anda mungkin juga menyukai