Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia

yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan ini untuk mempertahankan hidup

manusia yang mengemban tugas dari sang kholiq untuk beribadah. Berdasarkan

undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa :

Pendidikan yang sebenarnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan
makna dan tujuan dari pendidikan itu sendiri maka tidak terlepas dari kegiatan
belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran dikelas, siswa kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis. Proses pembelajaran didalam

kelas hanya diarahkan oleh guru kepada kemampuan siswa untuk menghapal

informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menampung berbagai informasi

tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu agar dapat

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Di dalam proses pembelajaran di

kelas masih terlihat guru sebagai satu-satunya sumber informasi bagi siswa, siswa

sering kali kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan. Siswa kurang
2

aktif dalam menganalisis permasalahan ketika diskusi berlangsung. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. menurut

Hatcher dan Spencer (Duron, Limbach, dan Waugh, 2006: 160), seseorang yang

memiliki pemikiran kritis mampu menolong dirinya dalam menghadapi pertanyaan

mental atau spiritual dan dapat mengevaluasi seseorang atau kelompok untuk

memecahkan masalah sosial yang terjadi. Berpikir kritis merupakan bagian dari

kemampuan berpikir. Keterampilan berpikir kritis di sekolah sangat diperlukan untuk

mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang mampu mengambil keputusan

yang baik dan menjadi pemikir yang matang, sehingga mampu membawa bangsa ke

arah yang lebih baik.

Seperti halnya kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 3 Kuningan,

khususnya siswa kelas X IPS. Pada dasarnya kemampuan berpikir mereka masih

rendah. Keadaan ini, dapat terlihat dari Data Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil tahun

pelajaran 2016/2017, yang tertera pada tabel dibawah ini sebagai berikut :

Tabel 1.1
Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X
Tahun Pelajaran 2016-2017

Kelas Jumlah KKM Nilai Rata-Rata Nilai Nilai


Siswa Tertinggi Terendah
X IPS 1 33 75 76 85 65
X IPS 2 38 75 75 83 60
X IPS 3 31 75 75 86 60
(Sumber : Guru Ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 3 Kuningan)
3

Dari tabel 1.1 tersebut terlihat masih rendahnya hasil belajar siswa kelas X IPS

dalam mata pelajaran Ekonomi, karena masih terdapat siswa yang belum mencapai

KKM berdasarkan nilai UAS Semester Ganjil. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa

banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor ekstern (seperti : media, model

pembelajaran dan guru), sedangkan faktor intern (seperti : motivasi dan kedisplinan).

Karena pembelajaran yang baik adalah ketika terciptanya suasana pembelajaran

yang kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu cara untuk

mengatasinya adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan

memperhatikan kondisi pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa didalam kelas. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

diharapkan mampu memaksimalkan proses dan hasil belajar siswa. Siswa dituntut

aktif di kelas dengan bantuan guru. Guru mendorong siswa mampu mengembangkan

ide-ide kreatifnya, menjawab pertanyaan, menjelaskan jawaban dan memberikan

alasan untuk jawaban tersebut. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan

proses pembelajaran yang titik awal pembelajarannya berdasarkan masalah dalam

kehidupan nyata Gallagher, et al dalam Ward dan Lee, (2002: 17) menyatakan bahwa

Karena masalah adalah pusat dari PBL, maka pemilihan masalah yang akan

digunakan harus diperhatikan. Model ini melibatkan siswa untuk memecahkan

masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

keterampilan untuk memecahkan masalah. Penyajian masalah pada model


4

pembelajaran ini secara autentik dan bermakna dapat memberikan kemudahan kepada

mereka untuk melakukan penyelidikan. Sedangkan Group investigation menurut

Slavin (2005:218), yaitu sebagai berikut: a) Mengidentifikasi masalah Topik dan

Mengatur Murid kedalam kelompok, b) Merencanakan tugas yang dipelajari, c)

Melaksanakan Investigasi, d) Menyiapkan laporan Akhir, e) Mempersentasikan

laporan Akhir, f) Evaluasi. Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation (GI) dan model Problem Based Learning (PBL) sama-sama menyajikan

suatu topik permasalahan, siswa diarahkan memecahkan permasalahan serta tujuan

kedua model tersebut sama-sama bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritis siswa. Untuk mengetahui mana diantara pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation dan Problem Based Learning yang lebih efektif dalam

pembelajaran Ekonomi, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dan

Problem Based Leraning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 3 Kuningan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, sebagaimana dirumuskan diatas, maka

dirumuskan masalah berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan postest kemampuan berpikir kritis siswa yang

mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dengan


5

siswa yang mendapatkan model Problem Based Learning pada siswa kelas X

SMA Negeri 3 Kuningan?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan (Gain) kemampuan berpikir kritis siswa

yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation

dengan siswa yang mendapatkan model Problem Based Learning pada siswa

kelas X SMA Negeri 3 Kuningan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan terdapat perbedaan postest kemampuan berpikir kritis

siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe Group

investigation dengan siswa yang mendapatkan model Problem Based Learning

pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Kuningan.

2. Untuk mendeskripsikan terdapat perbedaan peningkatan (Gain) kemampuan

berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe

Group investigation dengan siswa yang mendapatkan model Problem Based

Learning pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Kuningan.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar bisa mempunyai manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis :

Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai salah

satu bahan kajian dalam perkembangan ilmu pendidikan khususnya mengenai

penggunaan model kooperatif Group Investigasion dan mengenai penggunaan

model Problem Based Learning.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

1. Melatih siswa untuk aktif dan kreatif

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa

3. Menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi siswa untuk lebih semangat

dalam belajar.

4. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkat.

b. Bagi Guru

1. Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi

pembelajaran yang bervariasi.

2. Memberikan alternatif bagi guru dalam menerapkan metode pembelajaran

di kelas.
7

3. Memberikan informasi bagi guru agar dapat meningkatkan profesionalisme

guru

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk guru-guru lain untuk dapat menerapkan

model pembelajaran kooperatif atau inovasi dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai