BAB II
KAJIAN PUSTAKA
yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang
digunakan dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan
yang menentukan sangkut paut. Berpikir biasanya merupakan jawaban dari suatu
Berpikir merupakan salah satu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari
seseorang itu sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal
tersebut seperti yang dikemukakan oleh Reason dalam Sanjaya(2011 : 231) bahwa
Berpikir biasanya dimulai dengan adanya suatu keraguan dan pertanyaan yang
Sanjaya (2011 : 230) menyatakan bahwa Berpikir (thinking) adalah proses mental
(comprehending).
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan
pengetahuan yang dimilikinya. Berpikir dibedakan menjadi dua yaitu berpikir tingkat
rendah dan berpikir tingkat tinggi. Dalam berpikir tingkat rendah dapat menghasilkan
ide, gagasan dan pengetahuan. Sedangkan dalam berpikir tingkat tinggi dapat
salah satu proses aktif pribadi manusia yang mengakibatkan ditemukannya suatu
mengajukan pertanyaan untuk dapat merangsang siswa berpikir kritis. Salah satu
berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga sebagai kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan
baik dan berperan dalam proses pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah
dengan menganalisis.
sebuah keputusan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari
10
kemampuan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak
sekali persoalan dalam kehidupan yang perlu dikerjakan dan diselesaikan. Dengan
kemampuannya berpikir kritis, manusia dapat memilih alternatif jawaban yang sesuai
informasi-informasi terkait.
Menurut Ennis (1996:46) Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang
dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah kepada sebuah tujuan.
Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang terfokus
untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Artinya, suatu
proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang
Dari definisi Ennis tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir
kritis difokuskan kedalam pengertian sesuatu yang penuh dengan kesadaran dan
11
mengarah pada suatu tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita
Berpikir kritis berfokus pada apakah kita bisa melakukan sesuatu yang
mengundang pengertian bahwa siswa yang berpikir kritis tidak hanya percaya begitu
saja apa yang dijelaskan oleh seorang guru. Siswa akan berusaha mempertimbangkan
kebenaran.
proses berpikir dengan menggunakan logika, selalu diiringi dengan teori yang ada,
dan pemecahan masalah yang terdiri dari kegiatan menganalisis ide dan gagasan
sehingga akan dapat menghasilkan kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan
kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas yaitu :
Tabel 2.1
Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis (1996 : 47)
sama. Maka dalam penelitian ini untuk dapat mengukur kemampuan berpikir kritis
tiap siswa maka indikator yang digunakan untuk mengukur berpikir kritis dalam lima
(2) membangun kemampuan dasar (basic support), (3) membuat inferensi (inferring),
(4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), (5) mengatur strategi
Menurut Fisher (2009:13) mengemukakan bahwa berpikir kritis yang baik itu
koherensi.
berpikir tidak lepas dengan kemampuan berpikir kreatif, yakni melahirkan sesuatu
kecukupan, koherensi.
memperdebatkan isu-isu secara terus menerus. Pemikir yang kritis percaya ada
16
banyak situasi dimana cara terbaik memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
Tabel 2.2
Perbandingan antara Proses-Proses Berpikir Kritis
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran
kooperatif yaitu: 1). Adanya peserta dalam kelompok; 2). Adanya aturan kelompok;
3). Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan 4). Adanya tujuan yang harus
dicapai.
memnerikan kesempatan kepada anak didik untuk kerjasama dengan sessama siswa
royong atau cooperatif lerning. Didalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator.
merujuk pada berbagai metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membantu satu sama laiinya dalam mempelajari meteri
pelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerjasama pada satu tugas secara
18
satu sama lain untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran didalam kelas dan
guru sebaik mungkin sehingga didalam proes pembelajaran secara kooperatif mereka
kelemahan diantaranya:
1. membutuhkan waktu, antara siswa yang satu dengan yang lainnya tidak
sama, untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan mareka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
kemampuan, sehingga keadaan ini dapat menghambat kerja sama dalam
kelompok.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang
panjang, dan tidak mungkin hanya dengan satu atau sesekali penerapan.
3. penilaian yang diberikan didasarkan padsa hasil kerja kelompok. Namun
perlu menyadari bahwa hasil atau prestasi yang diharapkan adalah
prestasi setiap individu siswa.
pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan ide atau pemikiran siswa lebih luas
lagi sehingga dapat menambah wawasan bagi dirinya dan dapat berinteraksi dengan
teman kelompoknya untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan
kelemahan dari model pembelajaran kooperatif yaitu membutuhkan waktu yang lama
untuk mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan guru harus menjadi
fasilitator yang baik untuk siswanya untuk mendorong siswa bertanya tidak hanya
akademik.
peluang kepada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
lain.
21
keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak
Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran,yaitu
untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari
Sharan dan Sharan dalam Slavin, (2005: 24). Mengemukakan bahwa Group
diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Dalam kelompok ini
siswa dibebaskan untuk membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari empat
sampai enam orang anggota. Yang kemudian memilih topik-topik yang akan di
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
5 6 siswa yang diberi tugas oleh guru dengan materi yang berbeda-beda pada setiap
laporan dengan cara mempresntasikan hasil diskusinya oleh salah satu orang dari
Investigation
Slavin (2005:218), yaitu sebagai berikut : a). Mengidentifikasi Topik dan Mengatur
murid kedalam kelompok; b). Merencanakan tugas yang dipelajari; c). Melaksanakan
Investigasi; d). Menyiapkan laporan akhir; e). Mempresentasikan laporan akhir; f).
Evaluasi.
siswa memilih topik atau mengembangkan topik yang telah disediakan oleh guru.
topik. Dan siswa merencanakan tahap-tahap yang akan mereka untuk merencanakan
investigasi topik. Dan siswa merencanakan tahap-tahap yang akan mereka ambil
dan membuat kesimpulan dari informasi yang didapat dari berbagai sumber. Terjadi
23
diskusi antara anggota kelompok, dan akan menemukan pemecahan masalah dari
materi yang dihadapi. Pada tahap menyiapkan laporan akhir, siswa menyiapkan
laporan hasil investigasinya. Pada tahap mempersiapkan laporan akhir, prestasi yang
dibuat harus dapat melibatkan secara aktif. Dan semua kelompok ikut berpartisipasi
dalam bertanya atau menyatakan pendapat dan gagasannya. Sedangkan pada tahap
evaluasi, siswa saling memberi umpan balik mengenai tugas yang telah dikerjakan.
Guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran, dan mengevaluasi pemikiran yang lebih
Menurut Sharan (1992) dalam Group Investigation ada delapan tahap yaitu :
kelompok lain
pembahasan kelompok
7. Evaluasi
8. penutup
kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan mereka selidiki atau
mencari materi yang diberikan oleh guru, siapa yang akan mengerjakan dan
intelektualnya. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Didalam kelompok tersebut
setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang telah menjadi tugasnya di
berikan oleh guru, dan teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk saling
memberi kontribusi, saling tukar-menukar ide mereka. Setelah itu anggota kelompok
didepan kelas. Langkah terakhir dalam kegiatan ini salah satu anggota atau
Peran guru dalam Group investigation adalah sebagai sumber dan fasilitator.
Disamping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa
materi.
Investigation
(GI):
Tabel 2.3
Kelebihan dan Kelemahan model Group Investigation (GI)
Menurut Slavin (2005:220)
Kelebihan Kelemahan
1. Model ini mampu melatih siswa untuk Karena bekerja secara kelompok dari tahap
berpikir tingkat tinggi perencanaan sampai investigasi untuk
2. Melatih siswa menumbuhkan kemampuan menemukan hasil jadi model ini sangat
berpikir mandiri komplek, sehingga guru harus mendampingi
3. Keterlibatan siswa secara aktif dapat siswa secara penuh agar mendapat hasil yang
terlihat mulai dari tahap pertama sampai diinginkan
tahap akhir pembelajaran.
4. Aplikasi model pembelajaran ini membuat
siswa senang dan menimkati pembelajaran
kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah
diskusi, siswa akan bekerjasama dengan kelompoknya secara aktif mulai dari tahap
pertama sampai akhir pembelajaran, dan siswa tidak akan merasa bosan ketika proses
yang mencari sendiri jawaban atau materi. Sedangkan kelemahan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) adalah siswa akan
27
bergantung kepada satu orang didalam kelompoknya untuk mencari materi atau
jawaban dan guru harus selalu mendampingi siswa dari tahap awal sampai akhir
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaraan yang dapat dilakukan
apabila ada masalah yang harus dipecahkan, dan jawaban dari masalah tersebut
akan dapat berpikir secara kritis di dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh
guru. Dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) guru harus dapat
siswa karena didalam proses pemecahan masalah siswa dituntut untuk dapat berpikir
secara kritis sehingga guru harus dapat membimbing dan memberikan petunjuk
dalam memecahkan suatu masalah agar siswa tidak merasa tertekan untuk dapat
Problem Based Learning (PBL) mempunyai tujuan untuk peserta didik atau siswa.
Problem Based Learning (PBL) adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik
karakteristik model Problem Based Learning (PBL) yaitu belajar tentang kehidupan
29
yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta
mengemukakan bahwa tujuan model Problem Based Learning (PBL) secara lebih
rinci yaitu:
para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan di dalam model Problem
a. merumuskan masalah
b. menganalisis masalah
c. merumuskan hipotesis
d. mengumpulkan data
e. pengujian hipotesis
f. merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
model Problem Based Learning (PBL) mempunyai tahapan dimana setiap tahapan
tersebut guru harus dapat memberikan penjelasan dan dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan tiap tahapannya agar siswa paham dan mengerti sehingga didalam
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
guru.
Dibawah ini penulis akan sajikan tahapan model Problem Based Learning
Tabel 2.4
Langkah-LangkahProblem Based Learning (PBL)
Menurut Trianto (2007:71)
Langkah Kegiatan
Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
masalah menjelaskan logistik yang diperlukan,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah dan
mengajukan masalah.
Mengorganisasi siswa Guru membantu siswa mendefinisikan dan
untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk
individual maupun mengumpulkan informasi yang
kelompok dibutuhkan, melaksanakan penyelidikan
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam
menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan laporan,
dokumentasi, atau model dan membantu
mereka berbagi tugas dengan temannya.
Menganalisis dan Guru membantu siswa dalam melakukan
mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap proses dan
pemecahan masalah hasil penyelidikan yang telah mereka
lakukan.
harus mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekama video, dan yang
lainnya. Selain itu, bahan ajarnya bersifat universal, bersifat familiar sehingga setiap
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, dan harus memberikan manfaat.
aktif dan kaloboratif, serta berpusat kepada siswa sehingga mampu mengembangkan
mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbaedaan antara fakta dan
objektif. Model Problem Based Learning juga mendidik siswa untuk terbiasa
dibahas dalam model Problem Based Learning yaitu masalah yang mengandung
konflik dan bersifat terbuka supaya siswa bisa mengikutinya dengan baik. Dengan
Problem Based Learning ini diharapkan siswa mampu memecahkan masalah dengan
siswa terhadap proses belajar mengajar dikelas sehingga siswa dapat menerima
pendapat orang lain dan dapat mampu menyelesaikan masalah dan solusi yang baik,
konvensional sehingga guru membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk guru
mempersiapkan dengan matang agar siswa mampu mengikuti proses belajar mengajar
dan guru harus menjadi fasilitator yang baik bagi siswa agar siswa mengerti materi
di dapat yaitu (1) terdapat perbedaan pengaruh positif antara Model Problem
berpikir kritis siswa, dilihat dari Fhitung > Ftabel, atau 18,843 > 3,14. (2)
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah, hal ini dapat dilihat dari
Fhitung > Ftabel, atau 29,183 > 3,14. (3) Tidak Terdapat interaksi pengaruh
kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari Fhitung < Ftabel, atau 1,092 < 3,14.
antara peserta didik yang belajar dengan model problem based learning dan
akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang
menunjukkan thitung > ttabel (5,174 > 2,001). Peserta didik yang belajar dengan
37
lebih baik daripada peserta didik yang belajar dengan model konvensional
yang diberikan oleh guru. Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk dapat belajar
membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan
Model belajar dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar adalah dengan
penggunaan model belajar yang tepat. Salah satu model belajar yang dapat digunakan
Menurut Sharan dan Sharan dalam Slavin, (2005: 24). Mengemukakan bahwa
terhadap topik atau masalah. Hal ini sejalan dengan misi atau tujuan model
sosialnya.
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Model pembelajaran ini siswa sudah
mulai mampu menganalisa dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang
dibahas, berpikir sisrtematis, terarah dan tujuan yang jelas sehingga hal ini
menyebabkan siswa memliki kemampuan berpikir kritis yang baik dan memiliki
Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Secara sederhana, kerangka pemikiran penelitian ini
sebagai berikut:
40
Gambar 2.5
Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan dalam
proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan
kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan teori yang relevan
41