Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN LAPISAN TANAH.

Tanah ialah pecahan dari lapisan atmosfer kerak bumi yang terletak di posisi paling atas dan
menjadi pecahan dari kehidupan organisme ataupun mikroorganisme serta tersusun atas
banyak sekali mineral dan material organik dan anorganik lainnya. Peranan tanah sangatlah
vital sebagai penunjang kehidupan bumi alasannya mendukung ketersediaan hara bagi
tumbuhan untuk berkembang, dan tumbuhan ialah dasar dari rantai makanan.
Lapisan tanah ialah sebuah deretan atau susunan yang terbentuk dari beberapa tingkat dan
secara spesifik sanggup dibedakan secara geologi, kimiawi dan biologis. Jika sebuah tanah
dipotong secara vertikal maka penampakan lapisan tanah akan terlihat sangat terperinci
alasannya pada setiap tingkat atau lapisan memang tidak sama karakteristiknya. Melalui
penampakan vertikal tersebut akan terlihat tahap tahap pembentukan sebuah tanah. Bisa
dikatakan bahwa setiap lapisan tanah membentuk sebuah periode yang mana pada lapisan
tanah atas ialah hasil final dari pembentukan tanah, sedangkan lapisan tanah paling dalam
yang biasanya berupa watu keras ialah awal sebelum tanah terbentuk.

Lapisan tanah ialah deretan yang dibuat oleh banyak sekali lapisan dalam tanah]] yang
secara spesifik sanggup dibedakan secara geologi, kimia, dan biologi, termasuk proses
pembentukannya. Ketika usia tanah meningkat, lapisan tanah umumnya lebih simpel untuk
diamati. Pengidentifikasian dan pendeskripsian lapisan yang ada ialah langkah pertama
dalam mengklasifikasikan tanah dalam level yang lebih tinggi, memakai banyak sekali
sistem mirip USDA soil taxonomy atau Australian Soil Clasification. Badan dunia World
Reference Base for Soil Resources mempersembahkan daftar 40 ciri lapisan tanah: Albic,
Andic, Anthraquic, Anthropedogenic, Argic, Calcic, Cambic, Chernic, Cryic, Duric,
Ferralic, Ferric, Folic, Fragic, Fluvic, Gypsic, Histic, Hydragric, Hortic, Irragric, Melanic,
Mollic, Natric, Nitic, Ochric, Petrocalcic, Petroduric, Petrogypsic, Petroplinthic, Plaggic,
Plinthic, Salic, Spodic, Sulfuric, Takyric, Terric, Umbric, Vertic, Vitric, Yermic. Endapan
gres dari tanah mirip alluvium, pasir, dan bubuk vulkanik mungkin tidak mempunyai sejarah
pembentukan lapisan dan spesialuntuk suatu lapisan endapan yang sanggup dibedakan dari
tanah yang ditutupinya.

Setiap tanah biasanya mempunyai tiga atau empat lapisan yang tidak sama. Lapisan
dibedakan umumnya pada keadaan fisik yang terlihat, warna dan tekstur ialah yang utama.
Hal ini membawa pengklasifikasian lebih lanjut dalam hal tekstur tanah yang dipengaruhi
ukuran partikel, mirip apakah tanah itu lebih berpasir atau lebih liat daripada lapisan tanah di
atas dan di bawahnya.

Kaprikornus sanggup dikatakan bahwa tanah ialah titik awal sumber kehidupan tiruana
makhluk di plguat ini, tanpa adanya tanah maka tumbuhan tidak bisa bertahan hidup
sehingga rantai kuliner tidak akan pernah ada. Tanah mempunyai struktur yang sangat khas
dengan membentuk rongga yang umumnya mengandung udara sehingga memungkinkan
bagi akan tumbuhan untuk bernafas.

Sebagian besar jenis tanah mengacu pada contoh utama lapisan tanah yang kadang kala
disebut dengan lapisan tanah yang ideal. Setiap lapisan ditandai dengan huruf, dengan
urutannya sebagai diberikut: O-A-B-C-R.

Lapisan O.

Huruf O menujukkan kata "organik". lapisan ini disebut juga dengan humus. Lapisan ini
didominasi oleh keberadaan material organik dalam jumlah besar yang berasal dari banyak
sekali tingkat dekomposisi. Lapisan O ini tidak sama dengan lapisan dedaunan yang berada
di atas tanah, yang bahwasanya bukan pecahan dari tanah itu sendiri.

Lapisan A.

Lapisan A ialah lapisan atas dari tanah, sehingga didiberi abjad A. Kondisi teknis dari
lapisan A mungkin bervariasi, namun seringkali dijelaskan sebagai lapisan tanah yang relatif
lebih dalam dari lapisan O. Lapisan ini mempunyai warna yang lebih petang daripada
lapisan yang berada di bawahnya dan mengandung banyak material organik. Dan mungkin
lapisan ini lebih enteng dan mengandung lebih sedikit tanah liat. Lapisan A dikenal sebagai
lapisan yang mempunyai banyak kegiatan biologi. Organisme tanah mirip cacing tanah,
arthropoda, nematoda, jamur, dan banyak sekali spesies basil dan basil archaea terserius di
sini, dan seringkali berafiliasi dengan akar tanaman.

Lapisan B.

Lapisan B umunya disebut lapisan tanah bawah, dan mengandung lapisan mineral yang
mirip dengan lapisan mineral tanah liat mirip besi atau aluminium, atau material organik
yang hingga ke lapisan tersebut oleh suatu proses kebocoran. Akar tumbuhan menembus
lapisan tanah ini, namun lapisan ini sangat miskin material organik. Lapisan ini umumnya
berwarna kecoklatan, atau kemerahan jawaban tanah liat dan besi oksida yang terbilas dari
lapisan A.

Lapisan C.

Lapisan C dinamakan alasannya berada di bawah A dan B. lapisan ini sedikit dipengaruhi
oleh keberadaan proses pembentukan tanah dari bawah. Lapisan C ini mungkin mengandung
bebatuan yang belum mengalami proses pelapukan. Lapisan C juga mengandung material
induk.

Lapisan R.

Lapisan R didefinisikan sebagai lapisan yang mengalami sebagian pelapukan bebatuan


menjadi tanah. Berbeda dengan lapisan di atasnya, lapisan ini sangat padat dan keras dan
tidak bisa digali dengan tangan.

Dalam lapisan tanah terdapat beberapa jenis - jenis tanah mirip :


 tanah aluvial
 tanah andosol
 tanah entisol
 tanah grumusol.
Setiap jenis jenis tanah umumnya mempunyai tiga hingga empat lapisan yang tidak sama,
yang sanggup dikelompokan berdasarkan penampakan fisik, warna dan tekstur tanah.
Melalui tekstur tanah sanggup dilihat ukuran partikel tanah, apakah itu berpasir, liat,
lempung, mengandung kadar organik tinggi atau berupa endapan.

Secara umum lapisan tanah terbagi menjadi 4 tingkatan meliputi:

1.Lapisan Tanah Atas

Merupakan lapisan yang terletak hingga kedalaman 30 cm, sering disebut dengan istilah Top
Soil. Pada lapisan ini kaya dengan materi bahan organik, humus dan menjadikannya sebagai
lapisan paling rindang sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan tumbuhan berakar pendek.
(baca : ciri ciri tanah humus)

Teknik paling simpel untuk mengenali top soil ialah warnanya yang cenderung paling
petang dibandingkan lapisan dibawahnya, terlihat lebih gembur dan tiruana mikroorganisme
hidup pada lapisan ini sehingga memungkinkan terjadinya proses pelapukan daun, sisa
batang dan pecahan makhluk hidup lainnya.

2.Lapisan Tanah Tengah

Terletak sempurna dibagian bawah dari top soil dengan ketebalan antara 50 cm hingga 1
meter. Berwarna lebih cerah daripada lapisan diatasnya dan lapisan ini terbentuk dari
gabungan pelapukan yang terletak di lapisan bawah dengan sisa material top soil yang
terbawa air, mengendap sehingga bersifat lebih padat dan sering disebut dengan tanah liat.

3. Lapisan Tanah Bawah

Merupakan lapisan yang mengandung batuan yang mulai melapuk dan sudah tergabung
dengan tanah endapan pada lapisan diatasnya atau tanah liat. Pada pecahan ini masih
terdapat batuan yang belum melapuk dan sebagian sudah dalam proses pelapukan dari jenis
batuan itu sendiri dan berwarna sama dengan batuan penyusunnya atau asalnya. Berada
cukup dalam dan jarang sanggup ditembus oleh akar akar pohon atau tanaman.
4. Lapisan Batuan Induk

Merupakan lapisan terdalam yang terdiri atas batuan padat. Jenis batuan pada lapisan ini
tidak sama antara satu tempat dengan tempat lainnya sehingga mengakibatkan produk tanah
yang dihasilkan juga tidak sama. Batuan pada lapisan ini simpel pecah namun sangat susah
ditembus oleh akar tumbuhan dan air, berwarna terang putih kelabu hingga kemerahan.
Lapisan batuan induk ini sanggup dengan simpel terlihat pada dinding tebing terjal tempat
penpegununganan.

Horizon Tanah.

Penjelasan terkena 4 lapisan tanah mirip yang bahas sebelumnya berdasarkan penampakan
yang diambil secara umum, dan bila dijabarkan secara lebih terperinci maka setiap lapisan
tanah tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa pecahan yang disebut horizon tanah dan
tersusun dalam kesatuan yang disebut dengan profil tanah. Setiap tanah dicirikan oleh
susunan horizon yang tidak sama beda sehingga secara garis besar profil tanah biasanya
terdiri atas beberapa horizon yang mana dibedakan berdasarkan warna, sifat fisik, kimiawi
serta sifat morfologi lainnya.

Horizon tanah mineral yang sudah mengalami perkembangan lanjutan biasanya mempunyai
beberapa horizon yang dikelompokan berdasarkan lapisan tanah untuk menghindari
pengikisan tanah. Solum terbagi menjadi dua yaitu lapisan atas dan lapisan bawah, pada
lapisan atas atau top soil mempunyai dua horizon yaitu horizon O dan horizon A, lapisan
tanah pecahan bawah mempunyai dua horizon juga yaitu horizon E dan B. Namun pada
profil tanah dengan susuan lengkap mempunyai banyak horizon dengan sifat dan
karakteristik yang unik atau khas.

Umumnya dari lapisan tanah paling atas hingga paling bawah terdiri atas horizon O, A, E, B,
C dan R yang klarifikasi lengkapnya sebagi diberikut:

a. Horizon O

Terletak pecahan paling atas lapisan tanah, ialah lapisan tanah yang mengandung materi
organik hasil pelapukan dan spesialuntuk mengandung humus. Horizon ini sangat simpel
ditemukan pada hutan hutan alami yang belum terganggu manusia. Horizon organik ialah
tanah yang mengandung materi organik lebih dari 20 persen dari total keseluruhan
penampang tanah.

Horizon O terbagi lagi menjadi dua yaitu horizon O1 yang terbentuk dari sisa sia tumbuhan
yang masih terlihat berupa guguran bunga dan daun ataupun ranting pohon sedangkan
horizon O2 terletak dibawah O1 yang terbentuk dari sisa sisa jasad pecahan tumbuhan yang
sudah tidak terlihat atau berbentuk lagi alasannya sudah mengalami pelapukan lanjutan.

b. Horizon A

Merupakan horizon yang masih berada dalam kesatuan top soil yang mengandung gabungan
materi organik hasil pelapukan dan mineral. Horizon A juga disebut sebagai horizon
pembersihan materi organik dan terbagi menjadi 3 pecahan lagi meliputi:
 A1 ialah horizon yang menjadi tempat pencampuran materi organik dan mineral
tanah. Karena masih kaya akan materi organik sehingga masih berwarna petang. Bahan
organik pada horizon A1 ini membentuk partikel khas atau materi organik yang menyelimuti
mineral.
 A2 ialah horizon yang dikenal sebagai zona pembersihan atau eluviasi, pada lapisan
ini materi organik akan tercuci secama terbaik mirip kation organik dan unsur mirip besi,
mangan, aluminium atau zat basa lainnya sudah tercuci sehingga spesialuntuk menyisahkan
materi resisten yang bersifat agresif mirip kuarsa dan hal ini mengakibatkan warna horizon
A2 terang, mempunyai tekstur agresif dan struktur lebih longgar daripada lapisan lain.
 A3 ialah horizon peralihan antara A ke B atau C, mempunyai warna yang hampir
sama dengan A2. Namun sering terjadi kondisi peralihan yang kurang terperinci alasannya
spesialuntuk mempersembahkan tanda dan warna, oleh alasannya itu horizon A3 sering
disebut horizon AB bila beralih ke horizon B, atau disebut AC jika pribadi beralih ke C.

c. Horizon E

Merupan horizon yang penampakan-nya hampir sama dengan A2 yakni berwarna terang,
mempunyai kadar organik rendah tetapi kadar pasir debu kuarsa tinggi. Hal ini sanggup
terjadi demikian alasannya horizon E juga ialah zona eluviasi atau pencucian.

d. Horizon B

Berbeda dengan fungsi horizon A2 dan B yang ialah zona pencucian, horizon B justru ialah
tempat dimana terjadi penimbunan atau pengendapan, oleh alasannya itu pada horizon ini
terdapat akumulasi dari materi bahan yang tercuci pada horizon diatasnya mirip Fe, Al, Mn
dan materi organik lainnya.

Ciri atau tanda horizon B yaitu terdapat serius residu debu kuarsa (sesquioksida) dan
lempung sebagai hasil dari pelarutan karbonat dan garam garam lainnya, selain itu terdapat
perubahan materi bahan dari kondisi asalnya atau proses alterasi sehingga terbentuk
gumpalan (blocky), butiran (granule) dan dan tiang (prismatic).

Horizon B juga disebut sebagai horizon pembersihan materi organik dan terbagi menjadi 3
pecahan lagi meliputi:
 B1 merupakn horizon yang berada didekat dengan horizon A sehingga mempunyai
tanda tanda fisik yang hampir mirip dengan horizon A2 atau A3.
 B2 terletak dibawah horizon B1, ialah horizon yang mempunyai ciri paling mencolok
dari horizon B. Memiliki ciri atau tanda khas mirip warna paling kelabu dan massa jenis
paling berat dan lebih padat dibandingkan dengan B1
 B3 ialah peralihan antara horizon B dengan C atau R. Meskipun berada di zona
perbatasan, horizon B3 mempunyai ciri ciri mendekati tanda horizon B secara umum. Jika
horizon peralihan ini susah dibedakan dengan horizon lain maka bisa didiberikan simbol BC
bila berbatasan dengan horizon C dan simbol BR bila berbatasan pribadi dengan horizon R.

e. Horizon C

Merupakan lapisan tanah yang materi utama penyusunnya masih berupa batuan keras dan
belum terjadi perubahan baik secara fisik ataupun struktur kimiawi-nya. Tidak bisa ditembus
oleh akar-akar tumbuhan dan mengandung materi organik yang sangat sedikit. Horizon C ini
tidak terbagi lagi alasannya spesialuntuk mempunyai satu sifat yang benar benar tidak sama
dibandingkan dengan horizon O, A dan B.

f. Horizon R

Merupakan lapisan terdalam yang masih berbentuk batuan induk yang sangat keras, tidak
ada kegiatan organik didalamnya. Tidak terdapat tanah lagi dibawah horizon R ini yang ada
spesialuntuklah jenis jenis air tanah dalam atau artesis bila terus mengebor menembus
batuan induk ini. Namun lambat laun seiring berjalannya waktu batuan induk yang ada di
horizon R ini akan berangsur angsur menjadi tanah, namun memerlukan waktu ribuan
hingga jutaan tahun,

Profil tanah terdiri atas beberapa horizon, diantara horizon tersebut ada batasan batasan yang
pengelompokan-nya terbagi menjadi 4 batas peralihan bila dilihat secara visual bila
seandainya penampang tanah dipotong secara vertikal yang penjelasan-nya sebagai
diberikut.
 Batas horizon secara aktual bila area peralihan mempunyai ketebalan dibawah 2.5
cm
 Batas horizon terperinci apabila area peralihan mempunyai jarak atau ketebalan
antara 2.5 cm hingga 6.5 cm.
 Batas horizon berangsur apabila zona peralihan yang terjadi pada suatu lapisan tanah
dengan jarak berkisar antara 6.5 cm hingga 12.5 cm.
 Batas horizon baur bila area peralihan terjadi pada jarak diatas 12.5 cm dan biasanya
sudah susah membedakan diantara dua buah horizon alasannya batas yang samar.
KLASIFIKASI TANAH DAN BATUAN

Asal Tanah

Secara umum tanah terbentuk akibat proses pelapukan/penguraian batuan secara


kimia, fisik dan biologi. Pelapukan kimia umumnya terjadi di daerah yang memiliki
curah hujan tinggi, mengandung asam yang tinggi dan suhu yang tinggi. Proses
pelapukan terjadi karena reaksi batuan dengan asam, basa, oksigen dan karbon
dioksida, yang hasil akhirnya akan berupa partikel/butiran cristalin berukuran colloid
(<0,002 MM) yang dikenal sebagai mineral lempung yang memiliki komposisi yang
berbeda dengan batuan induknya.

Komposisi dan Klasifikasi

Komposisi tanah mencakup: distribusi ukuran relatif partikel butiran, karakteristik


utama (mineralogi, angularitas, bentuk), dan porositas (kepadatan dan angka pori).
Komposisi tanah dapat diperkirakan dengan cara investigasi tanah secara
konvensional dengan melakukan pemboran dan pengambilan contoh serta uji
laboratorium. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan uji tekan langsung untuk
memperoleh klasifikasi dan karakteristik perlapisan tanah, antara lain dengan uji
penetrasi konus (CPT), uji dilatometer (DMT), dan uji lainnya. Walaupun dari kedua
cara tersebut tidak diperoleh contoh tanah, namun dari pembacaan uji langsung dapat
menunjukkan perilaku tanah terhadap kondisi pembebanan, laju regangan, dan atau
aliran untuk membantu pemilihan parameter teknik yang lebih memadai.

Sistim klasifikasi tanah dalam modul ini mengikuti Unified Soil Classification
System (USCS). Selain klasifikasi tanah, pengetahuan tentang mineral dan asal tanah
dapat membantu dalam mengevaluasi perilaku tanah.
a) Klasifikasi berdasarkan USCS

Sistem klasifikasi tanah USCS dibuat berdasarkan sifat-sifat teknis material,yaitu:


ukuran butiran, gradasi, plastisitas dan kompresibilitasnya. Sifat tanah berbutir kasar
sangat dipengaruhi oleh ukuran butiran dan gradasinya sedang sifat tanah berbutir
halus oleh plastisitasnya oleh karenanya klasifikasi dibuat berdasar ukuran butiran,
gradasi dan plastisitasnya .

Ukuran butir dan gradasi ditentukan dengan analisis saringan sedang batas
cair dan batas plastis ditentukan melalui pengujian dilaboratorium dengan
menggunakan metode standar. Klasifikasi tanah menurut sistem USCS dibuat untuk
tanah dengan diameter butiran kurang dari 75 mm (3 inchi), tanah dibagi menjadi
dua, yaitu: berbutir kasar dan berbutir halus berdasar penyaringan melalui ayakan
no.200 (Ø > 0.074 mm). Presentasi kandungan kerikil, pasir dan butiran halus
didalam tanah akan menentukan apakah tanah termasuk kelompok tanah berbutir
kasar atau berbutir halus.

Disebut tanah berbutir kasar, bila material yang tertinggal diatas ayakan
no.200 lebih dari 50 % terhadap berat kering dan disebut tanah berbutir halus bila
material yang lolos ayakan .200 lebih dari 50 %.

1. Tanah berbutir kasar, dibedakan menjadi pasir atau kerikil berdasar


ayakan no. 4 atau Ø 4,76 mm. Bila material tertahan diatas saringan ≥ 50
% atau lebih, digolongkan sebagai kerikil,. Sebaliknya bila yang lolos >
50% digolongkan sebagai pasir.
a. kerikil/gravel diberi simbol ”G”, memiliki ukuran Ø 75 ~ 6 mm,
terdiri dari:
kerikil kasar Ø 75 ~19 mm,
kerikil halus Ø 19 mm ~ ayakan no. 4 atau Ø 4,76 mm
b. pasir diberi simbol “S”, memiliki ukuran ayakan no.4 ~ no.200,
terdiri dari:
pasir kasar, ayakan no.4 (4,76 mm) ~ no.10 (2,0 mm)
pasir sedang, (médium) ayakan no.10(2,0 mm) ~ no.40 (0,42
mm)
pasir halus, ayakan no.40 (0,42 mm) ~ no.200 (0,074 mm)
2. Tanah berbutir halus, dibagi menjadi dua yaitu:
lanau diberi simbol “M” dan
lempung diberi simbol “C”.

Karakteristik lanau dan lempung dibedakan berdasar pada karakteristik


plastisitasnya bukan ukuran butirannya seperti tanah berbutir kasar.
Material organik (diberi simbol “O”) sering menjadi komponen dari
tanah, tetapi tidak memiliki ukuran butiran secara spesifik. Pembedaan
material ini lebih didasarkan pada komposisi partikel dari pada
ukurannya, yang memiliki rentang ukuran dari koloid sampai beberapa
inchi yang berupa bagianbagian berserat hasil proses dekomposisi
tumbuhan.Tanah yang mengandung sejumlah besar bahan organik dapat
dikenali dari warna dan baunya. Tabel menyajikan klasifikasi tanah
menurut sistem ini, dan gambar menyajikan grafik plastisitas tanah
berbutir halus.
Simbol sifat tanah yang digunakan dalam sistem klasifikasi USCS:
G = kerikil (gravel)
W = bergradasi baik (well graded)
S = pasir (sand)
P = bergradasi buruk (poorly graded)
M = lanau (silt/loam)
H = plastisitas tinggi (high liquid limit)
C = lempung (clay)
L = plastisitas rendah (low liquid limit)
Pt = gambut (peat)
O = organik (organic)

a. Klasifikasi tanah berdasar nilai konus dan indeks dilatometer


Klasifikasi berdasar kedua cara ini belum biasa digunakan pada investigasi
geoteknik untuk perencanaan irigasi. Pada modul ini hanya akan disampaikan
garis besar klasifikasi menurut kedua cara tersebut. Uraian rinci mengenai
kedua cara klasifikasi tersebut akan disampaikan pada modul pelatihan
perencnaan irigasi tahap berikutnya.
Penetrometer konus digunakan untuk memperkirakan klasifikasi jenis
tanah secara tidak langsung dengan cara mengukur respons waktu pergerakan
konus. Selama uji penetrasi konus (CPT) atau sondir, dilakukan pengukuran
dengan pencatatan menerus untuk tahanan ujung (qc), geseran selimut (fs),
dan tekanan air pori (ub) yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ukuran
butiran tanah, mineralogi, lapisan tanah, umur, keadaan tegangan, dan lainnya.
Sebaliknya, metode uji laboratorium hanya mengklasifikasi jenis tanah
berdasarkan ukuran butir dan kadar butiran halus dari benda uji yang dicetak
ulang. Dalam uji CPT (dan dilatometer) dapat digambarkan perilaku tanah
alami, sehingga kemungkinan dapat memberikan pandangan yang berbeda
dan perubahan klasifikasi. Uji penetrasi konus (CPT) dapat digunakan untuk
tanah lempung sangat lunak sampai pasir padat, tapi tidak sesuai untuk kerikil
atau batuan.
Secara praktis interpretasi pasir mempunyai tahanan konus qT> 40 atm
(Catatan: 1 atm ≈ 1 kg/cm2 ≈1 tsf ≈ 100 kPa), sedangkan lanau dan lempung
lunak sampai kaku memiliki nilai qT < 20 atm.
Klasifikasi tanah berdasarkan uji dilatometer (DMT) mencakup pula
respon perilaku tanah. Uji ini dapat dilakukan pada lempung, lanau dan
pasir (tidak tersementasi), tetapi tidak berlaku untuk kerikil. Indeks
dilatometer material nondimensi (ID) digunakan untuk evaluasi jenis tanah
secara empiris (Marchetti, 1980) yaitu:

Indeks material DMT: ID = (p1- p0) / (p0 - u0)

dengan p0 adalah tekanan kontak terkoreksi dan p1 adalah tekanan


pengembangan terkoreksi. Dalam uji dilatometer (DMT) jenis tanah
dibedakan dengan rentang sebagai berikut:

untuk lempung ID < 0,60; lanau 0,60 < ID< 1,80; dan pasir 1,80 > ID Nilai-
nilai indeks dilatometer material yang berada di luar rentang 0,1 <ID < 6
harus diperiksa dan diverifikasi.

Batuan
Kerak dan selubung atas bumi terdiri atas batuan yang bermacam-macam
usia dana asal usulnya. Menurut asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi
tiga kelompok/jenis batuan utama, yaitu:

malihan (metamorfik).

Dari ketiga kelompok batuan tersebut (beku, malihan dan sedimen), bagian
terbesar dari batuan yang terbuka di permukaan tanah adalah batuan sedimen
yang mencapai 75%. Dan dari bagian tersebut yang menonjol adalah batuan
serpih (serpih lempung, batu lanau, batu lumpur dan batulempung) yang
meliputi 50% lebih dari batuan sedimen terbuka (Foster,1975). Informasi
distribusi jenis batuan di Indonesia dapat diperoleh dari peta geologi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Geologi.
1. Batuan Beku
Batuan beku terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, yang
sebagian besar terdiri atas silika (SiO2). Namun tergantung pada
komposisi magmanya, batuan beku dapat berbeda-beda: warnanya,
kepadatan, komposisi mineral dan teksturnya. Jenis batuan beku
diidentifikasi dan diklasifikasi berdasar ciri-ciri tersebut.
Perbedaan warna terutama disebabkan oleh adanya mineral. Batuan
yang mengandung banyak mineral warna disebut ultramafik, contoh
batuan peridotit yang membentuk selubung bumi. Batuan biasa yang
berwarna gelap disebut mafik, contoh: batuan basalt dan gabro. Batuan
yang berwarna muda disebutfelsik, contoh: granit.
Perbedaan tekstur terjadi karena perbedaan laju pendinginan magma.
Lajupendingan magma, tergantung pada letak magmanya yang dapat
terjadi: di dapur magma, didalam saluran magma (korok) dan
dipermukaan bumi.Umumnya semakin dalam letak magma, semakin
lambat mendinginnya sehingga kristal mineralnya cukup waktu untuk
tumbuh sebelum magma mengeras, dan batuannya akan bertekstur kasar.
Misal granit, pendinginannya paling lambat (batuan beku dalam/
plutonik) bertekstur kasar dan sangat kuat, kemudian andesit yang
pendinginannya agak cepat. Batuan yang membeku dibawah permukaan
bumi dengan menjorok kebatuan lain disebut batuan beku intrusi
(batuan retas/ korok).
Magma yang muncul ke permukaan bumi, proses mendinginnya akan
lebih cepat sehingga kristalnya hanya memiliki sedikit waktu untuk
tumbuh. Batuan yang terbentuk berbutir lembut misal:batu gelas,
obsidian, basalt, tufa, batuan vulkanik. Bila magmanya banyak
mengandung unsur gas, hasil pembekuannya adalah batu apung. Batuan
yang membeku di permukaan bumi disebut batuan beku ekstrusi atau
batuan leleran.
2. Batuan Sedimen (Batuan Endapan)
Angin dan hujan akan mengikis/ merombak batuan menjadi partikel
remukan, kerikil, pasir dan lumpur. Hasil perombakan kemudian
terangkut oleh aliran air atau angin kemudian diendapkan secara
berlapis-lapis ditempat lain seperti dataran rendah, muara sungai, dasar
danau dan dasar samudra. Di samudra, lama kelamaan bobot lapisan di
atas memadatkan lapisan di bawahnya membentuk batuan sedimen yang
terkonsolidasi (proses lithifikasi). Fosil akan memberi informasi
mengenai lingkungan pada waktu dan tempat terbentuknya batuan
tersebut.
Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dapat dikelompokkan
menjadi: aluvium yang diendapkan oleh sungai-sungai; batuan muda
yang lunak dan tidak dipengaruhi oleh gerakan orogen atau gempa;
batuan tua yang keras, telah melengkung atau terlipat, bahkan retak oleh
gaya endogen.
Menurut bahan asal pembentukannya, secara garis besar batuan
sedimen dikelompokkan menjadi: sedimen klastik dan sedimen non-
klastik. Batuan sedimen klastik terbentuk oleh disintegrasi batuan asal
melalui proses pelapukan, yang kemudian terangkut dan diendapkan.
Proses transportasi oleh air dan angin dapat mengubah atau memperkecil
pecahannya dalam berbagai ukuran dan bentuk. Jenis-jenis batuan ini
dilihat dari aspek butirannya yang berbutir kasar: konglomerat, breksi;
berbutir sedang: batu pasir, batu lanau; berbutir halus: serpih dan batu
lumpur.
Batuan sedimen klastik memiliki satu golongan khusus, yaitu batuan
sedimen pyroklastik yang berasal dari erupsi gunung berapi yang keluar
berbentuk debu halus, kemudian terbentuk endapan berlapis-lapis, misal
batuan sedimen tuff.
Batuan sedimen non-klastik dapat berupa:
- Batuan sedimen karbonat; berasal dari kegiatan binatang dan
tumbuhan yang mengalami karbonatisasi. Batuan jenis ini pada
kondisi segar dapat bersifat sangat kuat sampai sangat lemah.
Yang tergolong kuat~sangat kuat misal dolomit (mengandung
calsium magnesium carbonat/ CaMg(CO3)2) dan marble
(mengandung crystalline calcite/ CaCO3), dan yang tergolong
lemah~sangat lemah adalah berbagai macam calcarenites yang
loose dan tersementasi lemah. Pada tabel 2.3 disajikan klasifikasi
batuan sedimen karbonat menurut Dearman 1981.
- Batuan sedimen kimiawi; terbentuk dari elemen-elemen hasil
pelapukan batuan secara kimiawi seperti: calcium, sodium,
pottasium dan magnesium yang yang kemudian terlarutkan dan
terbawa aliran air. Bila aliran yang mengandung elemen-elemen
tersebut masuk ke kedaerah rendah dan kemudian terjadi evaporasi
yang tinggi, maka akan terbentuk batuan sedimemen epavorit
seperti anhydrite (CaSO4), gypsum, halite (NaCl).
3. Batuan Metamorfik
Ketika gerakan lempeng mendorong batuan beku atau batuan sedimen
jauh kedalam bumi, tekanan dan suhu tinggi memampatkan dan
meremukkannya menjadi batuan metamorf. Perubahan dapat terjadi
karena suhu yang tinggi, tekanan yang berat atau gabungan keduanya yang
berlangsung berabadabad. Contoh granit berubah menjadi geneiss (karena
tekanan yang tinggi dan panas), batu lempung berubah menjadi batu hijau
(karena tekanan tinggi), batu lumpur menjadi hornfels (karena sentuhan
suhu tinggi), batu kapur menjadi batu marmer, batu serpih menjadi batu
sabak, batu bara lunak menjadi grafit, batu pasir menjadi kuarsa.
Secara garis besar batuan malihan dibedakan menjad dua macam
yaitu: foliasi (strukturnya berlapis) dan masif. Contoh untuk foliasi:
gneiss, schist, phyllit, slate/ batu sabak , sedang untuk kelompok massif
marmer, kuarsa, amphibolite.

4. Klasifikasi Teknis Batuan


Langkah awal dalam kegiatan investigasi, jenis batuan utama digolongkan
sebagai batuan dasar seperti disajikan pada tabel 2-2. Kemudian bedasar
hasil uji lapangan dan laboratorium dilakukan pengklasifikasian lebih
rinci berdasar sifat-sifat tekniknya agar dapat dievaluasi mengenai cocok
tidaknya batuan sebagai pondasi dan sebagai bahan bangunan serta agar
dapat diperkirakan perilakunya setelah bangunan dikonstruksi.
Batuan dasar adalah merupakan campuran massa batuan dan/ atau
pecahanpecahan batuan. Jaringan rekahan membagi massa batuan
menjadi blokblok prismatik atau pecahan-pecahan yang mempengaruhi
respon dan kinerjanya. Pada umumnya sifat teknik batuan dapat
diperkirakan pertamatama berdasar: diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-
celah, retakan dan bidang perlemahan. Blok batuan utuh diantara
diskontinuitas biasanya cukup kuat, kecuali untuk jenis batuan lunak dan
porus serta yang mudah lapuk.
Secara garis besar sistem klasifikasi batuan menggolongkan batuan
menjadi dua macam, yaitu:

Alternatif sistem klasifikasi lain, dibuat berdasarkan aspek-aspek: perilaku atau


komposisi dan tekstur. Banyak ahli yang telah mengusulkan metode klasifikasi teknis
untuk massa batuan, namun masih selalu dibutuhkan penyempurnaan penyempurnaan
agar dapat diterapkan untuk semua kondisi lokasi bangunan.

Didalam praktek investigasi geoteknik, pemilihan metode klasifikasi yang


digunakan hendaknya mempertimbangkan desain serta konstruksinya (missal
bendungan, terowong). Diantara beberapa metode klasifikasi yang ada, adalah
metode klasifikasi yang dikembangkan oleh: Tanaka; Barton, Lien and Lunde
(1974); Bieniawski (1974, 1984), and Wickham, Tiedemann, and Skinner (1974).
Metode Tanaka biasa digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi, sedang metode
lainnya (yang tersebut diatas) memiliki keunggulan dalam pengklasifikasi batuan
untuk terowong.
a. Klasifikasi batuan menurut Tanaka:
Metode Tanaka adalah merupakan metode klasifikasi batuan fondasi yang
tertua yang diterapkan di Jepang. Pada tabel 2.4 disajikan klasifikasi menurut
Tanaka yang disusun dengan mempertimbangkan faktor-faktor sbb:
kekerasan, dinilai berdasar rekasi bunyi sewaktu dipalu dengan palu
geologi
tingkat pelapukan mineral/ batuan
karakteristik kekar

b. Klasifikasi batuan menurut Rock Mass Rating =RMR (Bieniawski).


Nilai batuan dari yang terjelek = 0 sampai yang terbaik =100. System ini
disusun berdasar enam parameter umum batuan, yaitu:
kekuatan batuan,
kualitas inti pemboran (berdasar RQD),
kondisi air tanah,
jarak dikontinyuitas atau kekar dan rekah (joint and
fracture),
karakteristik diskonyuitas atau kekar, serta orientasi kekar
(yaitu: very favorable, favorable, fair, unvaforable, veri
unvaforble) yang nilai ratingnya berbeda-beda untuk
pekerjaan terowong, fondasi dan tambang.

Anda mungkin juga menyukai