Anda di halaman 1dari 19

Bahan Ajar

MEKANIKA TANAH. II

Oleh :

Sulardi
Gunaedy Utomo

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Universitas Balikpapan
Maret, 2021
1
BAB. I

MATERIAL TANAH

2
BAB. I
MATERIAL TANAH
1.1 Deskripsi Materi Kuliah

Pada bagian awal perkuliahan ini akan membahas masalah pengetahuan dasar tanah, yakni ha-hal
yang terkait material teknik tanah (soil engineering). Tujuan materi kuliah ini adalah untuk
memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar pemahaman tentang tanah dan sebagai
dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu dalam desain maupun dalam rekayasa struktur
bawah bangunan seperti struktur pondasi, dinding tanah dan dalam melakukan perbaikan struktur
tanah. Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dan peserta didik memiliki
pemahaman yang mendalam tentang enjiniring tanah sehingga dapat membuat disain sederhana
secara benar dan dapat membuat rekayasa penerapan struktur bawah tanah dengan baik.

1.2 Pengertian Tanah

Ilmu Tanah
Secara umum, tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Tanah memiliki fungsi penting dan sangat vital peranannya dalam menunjang kehidupan di bumi.
Tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi
sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu pengetahuan
yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah dan merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang penting dalam bidang pertanian dan sejenisnya.

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang
menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini
membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon
tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi
yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Gambar. 1
Komposisi tanah dalam ilmu tanah

3
Mengutif pendapat seorang pakar tanah asal Swiss (Hans Jenny, 1899-1992) yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami
modifikasi dan pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme, dan relief permukaan bumi
(topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut
terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

Tanah terbentuk dari batuan dan batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk berubah menjadi
tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan yaitu proses hancurnya batuan menjadi tanah..
Batuan dapat mengalami pelapukan karena berbagai faktor, di antaranya cuaca dan kegiatan
makhluk hidup. Faktor cuaca yang menyebabkan pelapukan batuan, misalnya suhu dan curah
hujan. Pelapukan yang disebabkan oleh faktor cuaca ini disebut pelapukan fisika. Adapun makhluk
hidup yang menyebabkan pelapukan, misalnya pepohonan dan lumut yang disebut pelapukan
biologi. Tanah terbentuk dari beberapa faktor : batuan , iklim, jazad hidup, topografi dan waktu.
Adanya berbagai berbedaan dari faktor-faktor tersebut , maka proses pelapukan dan pembentukan
tanah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan jenis tanah antara satu daerah dengan
daerah lainnya.

Mekanika Tanah
Tanah merupakan suatu material yang mencakup semua bahan dari tanah lempung sampai
berangkal, dimana tanah mempunyai sifat elastis, homogen, isotropis. Sifat elastis adalah
kemampuan tanah untuk menyesuaikan bentuk dalam batas tegangan yang mampu ditahan oleh
dan dapat kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar tidak ada lagi. Sifat homogen tanah adalah
asumsi bahwa material tanah dianggap sama di setiap titik atau lapisan tertentu. Sifat
isotropi adalah anggapan keseragaman atau uniformitas material tanah dalam segala arah.

Dari waktu ke waktu perkembangan jenis dan tipe pekerjaan konstruksi semakin kompleks sejalan
dengan keterbatasan lahan dan ketersediaan lahan bangun. Adanya kompleknya permasalahan
lahan bangun ini tidak jarang ditemui permasalahan dalam pekerjaan konstruksi, terutama pada
fase pekerjaan pondasi. Tanah sebagai dasar bertumpunya pekerjaan konstruksi sering mengalami
masalah pergerakan tanah, ketidak seimbangan tanah, penurunan tanah, hal ini terutama terjadi
pada tanah-tanah dengan kondisi lunak dan tanah-tanah yang bersifat baru dan belum seattle.

Masalah pergerakan tanah khususnya di Indonesia sering terjadi karena keadaan geografi di
berbagai tempat karena dipicu oleh curah hujan cukup tinggi dan daerah potensi gempa, disamping
faktor lain yang masih perlu diperhatikan seperti topografi daerah setempat, struktur geologi, sifat
kerembesan tanah dan morfologi serta tahap perkembanganya. Hal yang lain masih diperparah
lagi dengan minimnya kesadaran masyarakat yang belum memahami akan bahaya gerakan tanah
dengan melakukan tindakan yang memicu terjadinya kelongsoran lereng atau pergerakan tanah.

Secara garis besar persoalan tanah diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Hal keseimbangan atau stabilitas, untuk itu perlu diketahui mengenai :
a. Beban atau muatan yang bekerja pada tanah
b. Besar dan distribusi tekanan akibat muatan terhadap tanah
c. Perlawanan dari tanah, terhadap :
1) Muatan yang bekerja pada tanah tergantung dari tipe / macam struktur dan berat tanah.
2) Tanah dianggap material yang isotropis, tekanan dapat dihitung secara analisa matematik.
3) Perlu adanya pengambilan contoh tanah untuk penyelidikan di laboratorium untuk
mengetahui karakteristik / sifat tanah.

4
2. Deformasi, dapat dalam keadaan plastis atau elastis, sehubungan dengan hal tersebut, perlu
diketahui :
a. Muatan yang bekerja (beban bekerja)
b. Besar dan distribusi tekanan yang berpengaruh
c. Besar dan perbedaan penurunan
3. Drainase, menyangkut hal deformasi dan stabilitas tanah.

1.3 Sifat dan Komposisi Dasar Tanah

1. Sifat Fisik Tanah Dasar


Sifat tanah yang perlu diperhatikan untuk sebuah proyek tegantung pada jenis dan fungsi proyek. Dan
sesuai dengan sifat-sifatnya, maka sangat penting diketahui tipe proyek yang dilaksanakan.

Adapun sifat-sifat dasar tanah antara lain meliputi :


1. Sifar permeabilitas (Permeability)
Sifat ini untuk mengukur/menentukan kemampuan tanah dilewati air melalui pori-porinya. Sifat ini
penting dalam konstruksi bendung tanah urugan (earth dam) dan persoalan drainase.
2. Sifat konsolidasi (Consolidation)
Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban. Sifat ini dipergunakan untuk
mengetahui keruntuhan. sifat ini diperhitungkan untuk menentukan penurunan (settlement).

3. Sifat tegangan geser (Shear Strength)


Untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan tanpa mengalami keruntuhan. Sifat ini
dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas pondasi/dasar yang dibebani, stabilitas tanah isian atau
timbunan di belakang bangunan penahan tanah dan stabilitas timbunan tanah.
4. Sifat-sifat fisik lainya
Tanah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian padat terdiri dari
partikel-partikel padat(solid), sedangkan bagian berongga terisi air atau udara sepenuhnya bila
tanah tersebut jenuh atau kering. Apabila gumpalan tanah tidak sepenuhnya dalam keadaan basah
(jenuh), maka rongga tanah akan terisi oleh air dan udara.

2. Komposisi Tanah
Komposisi tanah menurut Braja M. Das (1998) didefinisikan sebagai material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Maka diperlukan tanah dengan kondisi
kuat menahan beban di atasnya dan menyebarkannya merata.

Tanah terdiri dari tiga fase elemen yaitu: butiran padat (solid), air dan udara. Seperti ditunjukkan
dalam Gambar. 1. Gambar berikut adalah komponen dan komposisi dalam fase-fase tanah yang
ditunjukan pada komposisi berat (w) dan volume (v) masing-masing komponen.

5
Gambar. 2
Fase-fase elemen tanah

Hubungan volume - berat komponen material tanah :

V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va

Dimana : Vs = volume butiran padat


Vv = volume pori
Vw = volume air di dalam pori
Va = volume udara di dalam pori

Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari contoh tanah dapat
dinyatakan dengan :

W = Ws + Ww

Dimana : Ws = berat butiran padat


Ww = berat air

Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka pori (void ratio),
porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).

1. Angka Pori
Angka pori atau void ratio (e) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan
volume butiran padat, atau :

2. Porositas
Porositas atau porosity (n) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan volume
tanah total, atau :

6
3. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan atau degree of saturation (S) didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume air dengan volume pori, atau :

Hubungan antara angka pori dan porositas dapat diturunkan dari persamaan, dengan hasil sebagai
berikut :

4. Kadar Air
Kadar air atau water content (w) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat
butiran padat dari volume tanah yang diselidiki, yaitu :

5. Berat Volume
Berat volume (γ) didefinisikan sebagai berat tanah per satuan volume.

6. Berat spesifik
Berat spesifik atau Specific gravity (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat satuan
butir dengan berat satuan volume.

7. Berat isi butir (γs)


Menyatakan perbandingan antara berat butiran tanah (Ws) dengan volume butir tanah (Vs)

8. Berat isi tanah (γ)


Menunjukkan perbandingan antar berat tanah dengan isi tanah.

Rumus tersebut berlaku untuk berat volume basah

7
9. Berat volume kering (dry unit weight)
Berat volume kering ( γd ) adalah berat kering persatuan volume

Hubungan antara berat volume, berat volume kering, kadar air adalah sebagai berikut :

10.Berat isi celup tanah (γsub)


Menyatakan suatu harga dari berat isi jenuh dikurangi berat isi air.

Definisi dan batasan pengertian tanah sebagaimana dijelaskan pada Gambar. 1 dan Gambar. 2
menunjukan perbedaan tanah berdasarkan fungsinya. Gambar. 1 menggambarkan komposisi dan
fungsi tanah didalam ilmu tanah sebagai termpat bercocok tanam. Sedangkan Gambar. 2
menunjukan komposisi dan fungsi tanah secara mekanis yang merupakan material properties
dalam mekanika tanah (Soil mechanics).

3. Batas-Batas Konsistensi Tanah (Atterberg Limits)


Batas-batas konseistensi tanah atau atterberg limits adalah sifat ke 11 tanah dasar. Atterberg limits
tergantung pada air yang terkandung dalam massa tanah, ini dapat menunjukkan beberapa kondisi
tanah, seperti : cair – kental – plastis – semi plastis – padat, perubahan dari keadaan yang satu ke
keadaan lainnya sangat penting diperhatikan sifat fisiknya. Batas kadar air tanah dari keadaan satu
menuju keadaan berikutnya dikenal sebagai batas-batas kekentalan atau konsistensinya.

Batas-batas konsistensi tanah dikenal sebagai batas-batas Atterberg, yaitu istilah yang diambil dari
seorang ilmuwan dari Swedia yang berhasil mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan
sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi, sehingga batas konsistensi
tanah disebut Batas-batas Atterberg. Kegunaan batas Atterberg dalam perencanaan adalah
memberikan gambaran secara garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan.

Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek. Tanah
yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu kekuatannya rendah,
sedangkan compressiblitynya tinggi sehingga sulit dalam hal pemadatannya.

Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam empat
keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
2 sebagaimana tersaji dibawah.

8
Basah Kering

Cair Plastis Semi Padat Padat

Batas Cair Batas Plastis Batas Susut


(Liquid Limit) (Plastic Limit) (Shrinkage Limit)

Gambar. 3
Batas-batas Atterberg

Gambar batas konsistensi tanah diatas menjelaskan bahwa :


a. Batas cair (Liquid Limit) = LL
Menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dapat mengalir dibawah beratnya atau
kadar air tanah pada batas antara keadaan cair ke keadaan plastis.
b. Batas plastis (Plastis Limit) = PL
Menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dalam keadaan plastis atau kadar air
minimum dimana tanah dapat digulung-gulung sampai diameter 3,1 mm atau (1/8 inchi).
c. Batas susut (Shrinkage Limit) = SL
Menyatakan batas dimana sesudah kehilangan kadar air, selanjutnya tidak menyebabkan
penyusutan volume tanah lagi.

Secara singkat Gambar. 2 juga menjelaskan, bahwa :


a. Batas cair (LL), adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan keadaan plastis.
b. Batas plastis ( PL), adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis.
c. Indeks plastisitas (PI), adalah selisih antara batas cair dan batas plastis, dimana tanah tersebut
dalam keadaan plastis, atau : PI = LL-PL

Indeks Plastisitas (IP) menunjukkan tingkat keplastisan tanah. Apabila nilai Indeks Plastisitas
tinggi, maka tanah banyak mengandung butiran lempung. Klasifikasi jenis tanah menurut
Atterberg berdasarkan nilai Indeks Plastisitas dapat dilihat pada Tabel. 1 dibawah.

Tabel. 1 Hubungan Nilai Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah


IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi
0 Pasir Non Plastis Non Kohesif
<7 Lanau Rendah Agak Kohesif
7- 17 Lempung berlanau Sedang Kohesif
> 17 Lempung murni Tinggi Kohesif
Sumber : Bowles (1991)

4. Modulus Elastisitas Tanah


Nilai modulus Young menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah yang merupakan perbandingan
antara tegangan yang terjadi terhadap regangan. Nilai ini bisa didapatkan dari Triaxial Test. Nilai
Modulus elastisitas (Es) secara empiris dapat ditentukan dari jenis tanah yang diperoleh dari data
sondir seperti terlihat pada Tabel. 2 berikut.

9
Tabel. 2 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah
Jenis Tanah Es ( kg/cm2 )
Lempung Sangat lunak 3 – 30
Lunak 20 – 40
Sedang 45 – 90
Keras 70 – 200
Berpasir 300 – 425
Jenis Tanah Es (kg/cm2)
Pasir
Berlanau 50 – 200
Tidak padat 100 – 250
Padat 500 – 1000
Pasir dan Kerikil
Padat 800 – 2000
Tidak padat 500 – 1400
Lanau 20 – 200
Loses 150 – 600
Cadas 1400 – 14000
Sumber : Bowles (1991)

5. Poisson’s Ratio
Nilai poisson’s ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap regangan pemuaian lateral.
Nilai poisson’s ratio dapat ditentukan berdasarkan jenis tanah seperti yang
terlihat pada Tabel. 3 di bawah ini.

Tabel. 3 Hubungan antara jenis tanah dan Poisson’s Ratio


Jenis Tanah Poisson’s Ratio ( µ )
Lempung jenuh 0,4 – 0,5
Lempung tak jenuh 0,1- 0,3
Lempung berpasir 0,2 – 0,3
Lanau 0,3 – 0,35
Pasir padat 0,2 – 0,4
Pasir kasar (e= 0,4 – 0,7) 0,15
Pasir halus (e=0,4 – 0,7) 0,25
Batu 0,1 – 0,4
Loses 0,1 – 0,3
Sumber : Bowles (1991)

1.4 Sistem Klasifikasi Tanah


Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini disebabkan karena tanah
memiliki sifat-sifat yang bervariasi.

Adapun beberapa metode klasifikasi tanah yang ada antara lain:


1. Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur.
2. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
3. Klasifikasi Tanah Sistem USC

10
1. Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur
Pengaruh daripada ukuran tiap-tiap butir tanah yang ada didalam tanah tersebut merupakan
pembentuk tekstur tanah. Tanah tersebut dibagi dalam beberapa kelompok berdasar ukuran butir:
pasir (sand), lanau (silt), lempung (clay). Departernen Pertanian AS telah mengembangkan suatu
sistem klasifikasi ukuran butir melalui prosentase pasir, lanau dan lempung yang digambar pada
grafik segitiga Gambar.3.

Cara ini tidak memperhitungkan sifat plastisitas tanah yang disebabkan adanya kandungan (baik
dalam segi jumlah dan jenis) mineral lempung yang terdapat pada tanah. Untuk dapat menafsirkan
ciri-ciri suatu tanah perlu memperhatikan jumlah dan jenis mineral lempung yang dikandungnya.

Gambar. 4
Klasifikasi berdasar tekstur tanah
(Sumber : Braja M. Das, 1998)

2. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO


Sistem klasifikasi tanah sistem AASHTO pada mulanya dikembangkan pada tahun 1929 sebagai
Public Road Administration Classification System. Sistem ini mengklasifikasikan tanah kedalam
delapan kelompok, A-1 sampai A-7. Setelah diadakan beberapa kali perbaikan, sistem ini dipakai
oleh The American Association of State Highway Officials (AASHTO) dalam tahun 1945. Bagan
pengklasifikasian sistem ini dapat dilihat seperti pada Tabel. 4. dan Tabel. 5 di bawah.

11
Pengklasifikasian tanah dilakukan dengan cara memproses dari kiri ke kanan pada bagan tersebut
sampai menemukan kelompok pertama yang data pengujian bagi tanah tersebut memenuhinya.
Khusus untuk tanah-tanah yang mengandung bahan butir halus diidentifikasikan lebih lanjut
dengan indeks kelompoknya. Indeks kelompok didefinisikan dengan Tabel. 4 tentang klasifikasi
tanah sistem AASHTO dibawah ini.

Tabel. 4 Klasifikasi tanah sistem AASHTO


Tanah Berbutir
Klasifikasi Umum
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200)

A-1 A-2
Klasifikasi ayakan
A-1-a A-1-b A-3 A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7

Analisis Ayakan
(% Lolos)
No. 10 Maks 50
No. 40 Maks 30
No.200 Maks 50 Min 51
Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks Maks35 Maks35
35
Maks35

Sifat fraksi yang lolos


ayakan No.40 NP
Batas Cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Maks 6

Tipe material yang Batu pecah Pasir


Kerikil dan pasir yang berlanau
paling dominan kerikil pasir halus

Penilaian sebagai bahan


Baik sekali sampai baik
tanah dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)

Tabel. 5 Klasifikasi tanah sistem AASHTO


Tanah Lanau-Lempung
Klasifikasi Umum (lebih dari 35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos
ayakan No.200)
A-7
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7-5
A-7-6
Analisis Ayakan
(% Lolos)
No. 10
No. 40
No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang lolos ayakan
No.40
Batas Cair (LL) Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Tipe material yang paling dominan Tanah Berlanau Tanah Berlempung
Penilaian sebagai bahan tanah
Biasa sampai jelek
dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)

12
3. Klasifikasi Tanah Sistem USC
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Cassagrande dalam tahun 1942 untuk dipergunakan
pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang dilaksanakan oleh The Army Corps Engineers.
Sistem ini telah dipakai dengan sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S Corps
of Engineers pada tahun 1952. Dan pada tahun 1969 American Society for Testing and Material
telah menjadikan sistem ini sebagai prosedur standar guna mengklasifikasikan tanah untuk tujuan
rekayasa.

Sistem USC membagi tanah ke dalam dua kelompok utama:


a. Tanah berbutir kasar → adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya tertahan pada ayakan No.
200. Tanah butir kasar terbagi atas kerikil dengan simbol G (gravel), dan pasir dengan simbol
S (sand).
b. Tanah butir halus → adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya lewat pada saringan No. 200.
Tanah butir halus terbagi atas lanau dengan simbol M (silt), lempung dengan simbol C (clay),
serta lanau dan lempung organik dengan simbol O, bergantung pada tanah itu terletak pada
grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas rendah dan tanda H untuk plastisitas tinggi.

Adapun simbol-simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini diantaranya adalah :
W = Well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = Poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = Low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50)
H = High plasticity (plastisitas tinggi) ( LL > 50)

Untuk lebih jelasnya klasifikasi system USC dapat dilihat pada Gambar. 4 dan Tabel. 6 di bawah
berikut.

Gambar. 5
Diagram Plastisitas

13
Tabel. 6 Klasifikasi tanah sistem USC
Major Division Simbol Nama
kerikil bergradasi baik, campuran kerikilpasir
GW sedikit atau tidak ada butir halus

kerikil bergradasi buruk, campuran


GP kerikilpasir
sedikit atau tidak ada butir halus
kerikil lanau, campuran kerikil-pasir-lanau
GM
bergradasi buruk
kerikil berlempung, campuran kerikil-
GC pasirlempung
bergradasi buruk
pasir bergradasi baik, pasir berkerikil,
SW sedikit atau tanpa butir halus

pasir bergradasi buruk pasir berkerikil,


SP sedikit atau tanpa butir halus

pasir berlanau, campuran pasir-lanau


SM
bergradasi buruk
pasir berlempung, cmpuran pasir-lempung
SC bergradasi buruk
lanau inorganis dan pasir sangat halus,
tepung
ML batuan, pasir halus berlanau atau
berlempung dengan sedikit plastisitas

lempung inorganis dengan plastisitas rendah


sampai sedang, lempung berkerikil,
CL lempung berpasir, lempung berlanau,
lempung kurus

lanau organis dan lanau-lempung organis


dengan plastisitas rendah
OL

lanau inorganis, tanah berpasir atau berlanau


halus
MH
mengandung mika atau diatoma, lanau
elastis
lempung inorganis dengan plastisitas tinggi,
CH lempung gemuk

lempung organis dengan plastisitas sedang


OH sampai tinggi
gambut (peat), rawang (muck), gambut
TANAH SANGAT ORGANIS PT rawa (peat-bog), dan sebagainya
Sumber : Braja M. Das (1998)

14
1.5 Ringkasan
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang
menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis.

Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah tersebut dibagi dalam beberapa kelompok berdasar
ukuran butiran pasir (sand), lanau (silt), lempung (clay).

Klasifikasi tanah berdasarkan sistem AASHTO, mengklasifikasikan tanah kedalam delapan


kelompok, A-1 sampai A-7. A1 adalah tanah kecikil dan pasir. A-2 dan A-3 adalah tanah kerikil
dan pasir berlanau. A-4 dan A-5 tanah berlanau. A-6 dan A-7 adalah tanah berlempung.

Klasifikasi tanah dalam sistem USC, tanah diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah berbutir kasar jika agregat tanah > 50% tertahan
pada ayakan No. 200. Tanah butir halus adalah tanah yang > 50% bahannya lewat pada saringan
No. 200.

Soal Latihan
1. Dari contoh tanah yang dinyatakan dalam massa jenis butiran (Gs), angka pori €, derajad
kejenuhan pori (Sr) dan massa jenis air (w).

Nyatakan :
a. Bagaimana menentukan massa jenis total
b. Bagaimana menentukan massa jenis tanah jenuh
c. Bagaimana menentukan massa jenis terendam (submerged density).

2. Dari proyek pembangunan Jalan Minyak Baru diperoleh sampel tanah dengan kadar air 27%
dan massa jenis total 1975 Kg/m3.

Tentukan :
a. Massa jenis tanah kering, angka pori, massa jenis butiran tanah
b. Bila contoh tanah memiliki kejenuhan sebesar 90% dan angka porinya tetap, tentukan massa
jenis totalnya.

3. Turunkan persamaan untuk massa jenis tanah jenuh sebagian yang dinyatakan dalam massa
jenis butiran (Gs), angka pori (e), derajad kejenuhan (Sr) dan berat jenis air (w) pada sampel
tanah liat yang memilikiangka pori dalam keadaan jenuh 92%.

Tentukan :
a. Massa jenis total, masa jenis kering dan prosentase kadar air
b. Dengan kadar air yang sama, namun tanah dalam keadaan jenuh mutlak, hitunglah kadar
airnya.

15
Daftar Pustaka
A.A.S.H.T.O, 1982, Standard Specification for Transportation materials and Methods of Sampling
and testing Part. II, Washington DC. 20001, USA

A.S.T.M, 1981, Annual Book of ASTM Standards Part 19. Soil and Rock, Building Stones,
Philadelphia USA

Arpad Kezdi, 1980, Handbook of Soil Mechanic Volume 2, Soil Testing, Elsevier Scientific
Publishing Company, New York
Bowles, J.E, 1984, Engineering Properties of Soil and Their Measserement, International Student
Edition, Mc Graw Book Company, Singapore

Braja M. Das, 1985, Principles of Geotecnical Engineering, P.W.S Engineering Boston, USA

Craig, R.F, 1989, Mekanaika Tanah, Alih Bahasa Susilo Supanji, Penerbit Erlangga, Jakarta

Murthy, V.N.S, 1987, Soil Mechanic and Foundation Engineering, Dhanpat Rai & Son, New
Delhi, India

Punmia, B.P, 1975, Soil Mechanic & Foundation, Standard Book House, Nai Sarak Delhi, India.

16
Lembar Jawaban Soal Latihan Bab. I
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

17
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

18
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

Tanggal Evaluasi Paraf Dosen/ Instruktur Nilai Hasil Evaluasi

19

Anda mungkin juga menyukai