Anda di halaman 1dari 69

BESI DAN BAJA SEBAGAI MATERIAL

KONSTRUKSI

Disusun oleh:

1. MOHAMMAD SALMAN ALFARISI (210523617304)

2. MUHAMMAD ALI SAMSUDDIN (210523617281)

3. MUHAMMAD HATTA ADITYA HAFSAH (210523617265)

4. M. ULUL ABSHOR (210523617219)

5. MUTHIA KIRANA MAHA PUTRI (210523617287)

6. NADHIEF FATIKHA AFANDI (210523617246)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

September 2021
ABSTRAK

Bahan besi dan baja merupakan bahan konstruksi yang sangat kuat, dua
bahan tersebut menjadi saingan bahan beton. Bila bahan besi dan baja diurai maka
banyak senyawa kimia yang berkumpul seperti besi (Fe) dan karbon (C).
Keberadaan besi dan baja memegang peranan vital dalam proses pembangunan dan
menjadi strategis bagi kemajuan suatu bangsa, karena hampir semua peralatan
logam yang digunakan masyarakat terbuat dari baja. Paper ini bertujuan untuk
mengetahui pengertian dan karakteristik besi dan baja.

Besi dan baja disini merupakan elemen yang penting saat membuat
bangunan konstruksi. Karena disamping harganya yang relatif murah dibandingkan
beton yang mahal, besi dan baja bisa menjadi alternatif bahan konstrusi. Dari segi
kekuatan dan ketahanan, material besi dan baja juga tidak kalah saing dengan beton.

Besi dan baja adalah logam yang paling banyak dan paling beragam
penggunannya. Hal itu disebabkan karena pengolahannya relative mudah dan murah
serta mempunyai sifat sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi. Besi dan
baja sendiri mempunyai banyak jenisnya, mulai dari besi tuang dan besi tempa.

Proses pembuatan besi mulai dari biji besi lalu diproses menjadi besi, begitu
juga dengan baja proses pembuatannya dari paduan logam dan karbon dan menjadi
baja. Kelebihan dari bahan besi dan baja adalah waktu yang diperlukan untuk
membuat besi dan baja cukup singkat dan bisa diproduksi dalam jumlah banyak,
berbeda dengan beton yang memiliki waktu yang lama jika dibuat.

Meskipun bahan besi dan baja memiliki banyak sekali kelebihan dan
kegunaan, tentunya banyak juga kerugian dan kelemahan dari bahan konsrtuksi besi
dan baja. Di paper ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian garis besar
baja dan besi, cara pemerolehan besi dan baja, bentuk fisik besi dan baja, bahan
dasar besi dan baja, kegunaan besi dan baja, kelebihan besi dan baja, kerugian besi
dan baja, karakteristik besi dan baja, dan klasifikasi besi dan baja.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya peradaban manusia, semakin beragam pula


kebutuhan manusia. Ini dapat dilihat dari aspek teknik sipil. Pada jaman dahulu
orang membuat jalan hanya dengan menyusun batu-batuan kerikil, tapi kini
semuanya telah berubah, manusia berusaha membuat jalan sebagai sarana
transportasi dengan kualitas yang baik menggunakan teknologi rekayasa guna
memenuhi kebutuhannya. Pembangunan dalam setiap bidang yang berhubungan
dengan teknik sipil dimulai dari bangunan gedung, jembatan, jalan, dan
bangunan lainnya tidak akan terpisahkan dari bahan yang berasal dari perut
bumi. Mulai dari batuan, batu bara, minyak bumi, sampai berbagai macam
mineral yang langsung digunakan maupun yang diolah terlebih dahulu.

Untuk itu dalam kesempatan ini, kita akan membahas tentang besi dan
baja. Masalah ini diangkat karena kita ingin mengetahui jenis-jenis besi dan
baja, serta klasifikasinya. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas,
timbul lah suatu permasalahan dalam diri kami dan menjadi suatu dorongan
bagi kami untuk melaksanakan suatu analisa tentang jenis-jenis besi dan baja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu definisi dari besi dan baja?

2. Apa saja sifat-sifat material besi dan baja untuk bahan konstruksi bangunan?

3. Apa saja jenis-jenis hasil produksi besi dan baja untuk pekerjaan konstruksi
sipil?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan konstruksi baja dibandingkan beton?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari besi dan baja.


2. Dapat mengenali sifat-sifat material besi dan baja untuk bahan konstruksi
bangunan.

3. Dapat menyebutkan jenis-jenis hasil produksi baja untuk pekerjaan


konstruksi sipil.

4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan konstruksi baja dibandingkan dengan


beton.

1.4 Manfaat

1. Bagi Akademisi

Dapat menambah wawasan dan sebagai tambahan referensi bagi


kalangan akademisi dalam penelitian sejenis, serta dapat digunakan sebagai
masukan dan bahan pertimbangan dalam pengembangan materi mengenai
besi dan baja.

2. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan tentang materi besi dan baja, serta


menambah pengalaman dalam bidang teknik sipil.
BAB II
BESI DAN BAJA SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI

2.1. Garis Besar Besi (Iron)

2.1.1. Pengertian
Besi adalah logam yang berasal dari biji besi (tambang) yang
banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. unsur yang
ada secara melimpah di setiap tempat di planet kita ini dan relatif
terkenal karena sifat dan pemanfaatannya. Besi tidak ditemui secara
murni di alam, melainkan tercampur dengan berbagai material lain.

2.1.2. Tabel Perbedaan Besi dengan Baja:

  Besi Baja

Terbuat dari besi


Pembentukan Unsur Murni
dan karbon.
Karbon metalik dan
Jenis Besi cor, Besi Tempa dan Baja.
logam campuran

Terhadap Dengan cepat akan teroksidasi Memiliki elemen


yang sama sekali
berbeda yang
dan kemudian berkarat pada akhir
karat mempertahankanny
prosesnya.
a dari kerusakan
seperti besi murni.
Permukaannya tetap
Permukaan Permukaannya berkarat
mengkilat.
Untuk bangunan,
Untuk bangunan, perangkat dan
Penggunaan kereta api, mobil,
peralatan serta kendaraan
dan konstruksi.
Ketersediaannya
Keberadaan Tersedia di alam secara natural. harus dibuat lebih
dahulu.

Besi dan baja sendiri tidaklah sama. Memang jenis logamnya


serupa yakni termasuk ke dalam unsur Fe (ferrum) yaitu logam
ferrous yang berbahan dasar unsur Fe namun keduanya tidaklah
sama. Kalau besi itu merupakan material alami yang terbuat dari

unsur Fe.

Kekuatan material baja lebih besar dibandingkan besi begitu


pula dengan tingkat keuletannya. Bahkan kekuatan dari baja ini bisa
mencapai 1000 kali lebih kuat dibandingkan dengan material besi
murni. Namun daya redam baja lebih kecil jika dibandingkan dengan
material besi.

2.1.3. Cara Pengolahan Besi


1. Pemilihan Bahan
Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi yang jumlah
persentase besinya haruslah sebesar mungkin. Besinya
merupakan besi oksida (Fe2O4 dan Fe2O3) atau besi karbonat
(FeCO2) yang dinamakan batu besi spat. Pengolahan besi
mentah pada dapur tinggi dilakukan dengan cara mereduksi
bijih besi menggunakan kokas, bahan tambahan, dan udara
panas.

Bijih besi didatangkan dari tambang dalam berbagai mutu


dan bongkahan yang tidak sama besar, serta bercampur dengan
batu dan tanah liat. Bongkahan bijih besi dipecah menjadi
butiran yang sama besar, dengan ukuran paling besar 60 mm
kemudian dimasukkan ke dalam pemecah bijih melalui kisi-
kisi goyang supaya masuknya sama rata.

Dari mesin pemecah bijih, besi diantar ke tromol magnet


dengan sebuah talang goyang yang lain. Dalam tromol tersebut
bijih besi dipisahkan dari batu-batu yang tercampur. Bijih
kemudian dimasukkan ke dalam instalasi penyaring untuk
disortir menurut besarnya, selanjutnya dimasukkan ke dalam
sebuah instalasi pencuci. Bijih halus dan butiran yang lebih
kecil dari 18 mm yang datang dari pemecah bijih diaglomir di
dalam dapur atau panci sinter. Pada proses sinter selalu
ditambahkan debu bijih yang berjatuhan dari dapur tinggi dan
dari instalalsi pembersih gas supaya dapat diambil besinya.

Di dalam dapur sinter mula-mula diisikan selapis bijih halus


dan diatasnya bijih besi yang akan diaglomir. Bubuk bijih tidak
dapat jatuh melalui rangka bakar karena ditahan oleh bijih
halus itu. Apabila isi panci tekah selesai dikerjakan panci
berputar dan massa dijatuhkan ke dalam gerobak melalui
pemecah bergigi yang berputar dan memecah menjadi
potongan yang sama besar.

Bahan utama untuk membuat besi kasar adalah bijih besi.


Berbagai macam bijih besi yang terdapat di dalam kulit bumi
berupa oksid besi dan karbonat besi, diantaranya yang
terpenting adalah sebagai berikut:
a. Batu besi coklat (2Fe2O3 + 3H2O) dengan kandungan
besi berkisar 40%.
b. Batu besi merah yang juga disebut hematit (Fe2O3)
dengan kandungan besi berkisar 50%.
c. Batu besi magnet (Fe2O4) berwarna hijau tua
kehitaman, bersifat magnetis dengan mengandung besi
berkisar 60%.
d. Batu besi kalsit atau spat (FeCO3) yang juga disebut
sferosiderit dengan mengandung besi berkisar 40%.

2. Peleburan Besi 

Hal pertama yang dilakukan adalah peleburan sebuah besi.


Hal itu dilakukan pada alat yang bernama tungku sembur atau
blast furnace. Alat ini sangat umum dipakai dalam pembuatan
besi. Dengan memiliki ketinggian sekitar 40 m dan lebar
sekitar 14 m serta biasanya terbuat dari batu bata yang sangat
tahan terhadap panas.
Ada 3 bahan yang umumnya dimasukkan ke dalam alat ini,
yakni bijih besi bercampur pasir, batu kapur pada besi dan
karbon dari sebuah zat. Selalu menggunakan suhu yang sangat
tinggi serta memiliki tekanan sekitar 1 atm bahkan 3 atm di
dalam tungku sembur tersebut. Sampai besi tersebut mencair
dan disebut sebagai pig iron.
 
Selanjutnya besi cair tersebut digunakan untuk membuat baja
atau bahkan dimasukkan ke dalam sebuah cetakan. Dalam
cetakan itu nantinya akan dimasukkan sebuah besi tuang. Nanti
akan menghasilkan besi yang mengandung sedikit karbon atau
disebut besi tempa

3. Peleburan Ulang Besi.

Selanjutnya dilakukan peleburan ulang besi, yang mana


berguna untuk menurunkan kadar karbon dalam sebuah
material besi. Membuang zat-zat pengotor lainnya yang
mampu mengurangi kualitas sebuah besi. Selain itu, pada
proses ini juga berguna untuk menambahkan berbagai logam
aliase sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Secara umum, metode ini ditemukan oleh seorang


ilmuan yang bernama Henry Bessemer pada sekitar tahun
1856. Kemudian beliau juga mengembangkan cara-cara baru
lainnya pada tahun 1860. Inovasi barunya tersebut disebut
tungku terbuka dan hingga kini masih banyak digunakan. 

4. Bentuk Fisik Besi

Lambang Fe
No. Atom 26
Golongan, periode 8,4
Penampilan Metalik Mengkilap keabu-abuan
Massa Atom 55,854 (2) g/mol
Konfigurasi Elektron [ Ar ] 3d64s2
Fase Padat
Massa Jenis (Suhu 7,86 g/cm3
Kamar)
Titik Lebur 1811 ºK (1538 ºC, 2800 ºF)
Titik Didih 3134 ºK (2861 ºC, 5182 ºF)
Kapasitas Kalor (25 ºC) 25,10 J/ (mol.K)
TS BH
Material
(MPa) (Brinell)
Kumis besi 11000
Ausformed (hardened)
2930 850–1200
steel
Baja martensit 2070 600
Baja bainit 1380 400
Baja pearlitik 1200 350
Besi dingin 690 200
Besi kecil-butiran 340 100
Besi mengandung karbon 140 40
Murni, besi kristal tunggal 10 3
2.1.4. Bahan Dasar Besi

Bahan dasar besi adalah bijih besi batuan dan mineral dimana besi
dapat secara ekonomis di ekstrak. Bijih-bijih biasanya kaya oksida
besi dan bervariasi dalam warna dari abu-abu gelap, kuning cerah,
ungu dalam, menjadi merah berkarat. Besi itu sendiri biasanya
ditemukan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite
(FeO (OH), limonit (FeO(OH) dan (H2O).

Atau siderite (FeCO3). Bahan utama besi dan paduannya adalah besi
kasar, yang dihasilkan dalam tanur tinggi. Bijih besi yang dicampur
dengan kokas dan batu gamping (batu kapur) dilebur dalam tanur ini.
Komposisi kimia besi yang dihasilkan bergantung pada jenis bijih
yang digunakan. Jenis bijih besi yang lazim digunakan adalah hematit,
magnetit, siderit dan himosit.

Hematit (Fe2O3) adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan


karena kadar besinya tinggi, sedangkan kadar kotorannya relatif
rendah. Meskipun pirit (FeS2) banyak ditemukan, jenis bijih ini tidak
digunakan karena kadar sulfur yang tinggi sehingga diperlukan tahap
pemurnian tambahan.
Karena di alam ini besi berbentuk oksida dan karbonat, atau sulfida
sehingga hampir semua proses produksinya diawali dengan reduksi
dengan gas reduktor H2 atau CO.

2.1.5. Lima Jenis Biji Besi di Alam

1. Haematite
a. Bijih besi jenis ini, mempunyai kandungan besi sekitar
65-70 %.
b. Sedangkan warnanya adalah: merah tua sampai hitam
c. Berat Jenis : sekitar 4,5-5,3.
d. Bijih besi ini banyak terdapat di negara: India, Brasilia,
Rusia, Spanyol, AS dan Afrika serta Jerman.
2. Magnetite
a. Kandungan besinya sekitar 70 %-73% , bijih besi ini
merupakan bijih besi yang terbanyak mengandung
kadar besi.
b. Sedangkan warnanya : hitam atau abu-abu,
c. Berat jenisnya berkisar: 4,9-5,2 , dan bijih besi ini
sangat kuat dan keras.
d. Bijih besi ini banyak terdapat di Negara : India,
Swedia, Rusia, A S, Norwegia, dan Kanada.
3. Pyrities
a. Bijih besi ini termasuk besi sulfat, dengan kandungan
besinya berkisar 45-47 %,
b. Sedangkan warnanya kuning sampai coklat.
c. Berat Jenis berkisar : 4,8-5,1
d. Bijih besi ini banyak terdapat di negara : India, AS,
Rusia, dan Kanada.
4. Limonite
a. Bijih besi ini disebut juga sebagai Hydratited-
Haematite,
b. Sedangkan warnanya dari kuning sampai hitam, dan
kandungan Fe nya sekitar 60%, sedang kadar air sekitar
14,5%,
c. Berat jenisnya berkisar: 3,6 - 4 .
d. Bijih besi ini terdapat di negara: India, Jerman, dan AS.
5. Siderites
a. Kandungan besinya sekitar 40 - 48 % ,sedangkan berat
jenisnya berkisar 3,7 s/d 3,9
b. Warnanya kuning sampai coklat.
c. Terdapat di negara Rusia dan Inggris

2.1.6. Peleburan Bijih Besi

Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga


menjadi logam unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat
seperti karbid, hidrogen, logam aktif atau dengan cara elektrolisis.
Pemilihan zat peredusi ini tergantung dari kereaktifan masing-
masing zat. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga
diperlukan pereduksi yang lebih kuat.

Logam yang kurang aktif sepeti tembaga dan emas dapat


direduksi hanya dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan
sedang, seperti besi, nikel dan timah dapat direduksi denagn karbon,
sedang logam aktif seperti magnesium dan almunium dapat direduksi
dengan elektrolisis. Seringkali proses peleburan ditambah dengan
fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk zat
yang mudah mencair, yang disebut gerak.

2.1.7. Besi Tuang dan Besi Tempa


2.1.7.1. Besi Tuang
Besi tuang diperoleh dengan cara melebur biji-biji besi dan
diproses sedemikian agar diperoleh proporsi tertentu
kandungan unsur-unsur lain di luar besi, kemudian dituang ke
dalam cetakan dengan bentuk sesuai yang diinginkan.
Kandungan unsur utama dalam besi tuang selain Fe2O3 adalah
karbon bersama-sama dengan mangan (Mn) sebesar 2 – 4%,
belerang (S) 0,1%, posfor (P) 0,3% dan silikon (Si) 2,5%.

2.1.7.1.1. Pengaruh Kandungan Unsur Utama dalam


Besi Tuang
1. Belerang (S), maksimum 0,1%
a. Menyebabkan besi tuang keras dan
getas.
b. Menyebabkan adonan besi tuang cepat
mengeras, mendahului keluarnya
gelembung-gelembung udara yang
terperangkap sehingga menimbulkan
banyak pori-pori.
2. Phosfor (P), maksimum 0,3%
a. Menyebabkan besi tuang mudah
mencair.
b. Menyebabkan besi tuang semakin getas.
c. Kandungan > 0,3 % akan menyebabkan
besi tuang kehilangan kekerasannya
sehingga tidak mudah diolah, dan bila
diinginkan besi tuang berbentuk tipis
dan halus digunakan posfor 1,0 – 1,5%.
3. Silikon (Si), maksimum 2,5%
a. Mengurangi susut pengerasan besi
tuang.
b. Menyebabkan besi tuang lebih lunak.
c. Kadar sampai 2,5%, menyebabkan
adonan mudah dituangkan.
4. Mangan (Mn) maksimum 0,7%
a. Menyebabkan besi tuang keras.
b. Menyebabkan besi tuang bersifat getas.
2.1.7.1.2. Sifat-sifat Besi Tuang
1. Keras.
2. Getas (tidak kuat menahan benturan).
3. Mudah melebur mencair, titik leleh 1250
derajat C.
4. Menyusut waktu pendinginan.
5. Dapat dikeraskan dengan cara dipanaskan,
lalu didinginkan secara mendadak.
6. Kuat menahan desak, sampai 6000 kg/cm2.
7. Lemah terhadap tarik, maksimum 500
kg/cm2.
8. Tidak mudah berkarat (coklat).
9. Tidak dapat diberi muatan magnit.
10. Tidak dapat disambung dengan paku keling
atau dengan pengelasan.

2.1.7.1.3. Penggunaan Besi Tuang


1. Pipa bertekanan tinggi.
2. Alat-alat sanitasi.
3. Bagian-bagian struktur yang menahan desak.
4. Tumpuan gelagar jembatan (sendi dan roll).
5. Bagian-bagian mesin, pintu gerbang, dll.
6. kerangka mesin seperti mesin bubut,mesin
ketam, dan alat pengepres.
7. Sabuk V dalam motor dan mesin.
8. Besi silinder.
9. Pipa yang menahan tekanan dari luar yang
sangat tinggi.
10. Tutup lubang saluran drainasi dan alat
saniter lain.
11. Bagian mesin, dan blok mesin.
12. Pintu gerbang, dan tiang lampu
13. Sendi,rol jembatan.
14. Poros, rumah diferensial, dan poros
bubungan.
15. Untuk perkakas rumah

2.1.7.1.4. Kerugian Besi Tuang

Untuk besi tuang kelabu kekuatan


tariknya tidak begitu tinggi dan keuletannya
rendah sekali. Cast iron sendiri atau yang disebut
besi tuang sering terjadi crack atau retak. Tidak
dapat ditempa, tidak dapat disambung dengan
paku keling atau dilas hanya dapat disambung
dengan baut atau sekrup. Tidak dapat diberi
muatan magnet, getas sehingga tidak dapat
menahan lenturan.

2.1.7.1.5. Keuntungan besi tuang

Logam ini termasuk logam yang tidak


mahal (harganya lebih murah daripada logam-
logam lainnya). Besi tuang dalam jumlah yang
besar dihasilkan dari pencairan besi bekas dan
baja bekas. Besi tuang yang berkualitas tinggi
dihasilkan dengan cara "suntikan" atau
menambahkan grafit ke dalam besi cair sewaktu
masih dalam panci-panci tuangan. Suntikan
dilakukan pada besi tuang supaya pembentukan
strukturya oleh grafit dapat dikontrol. Hasilnya
akan lebih murah dibandingkan dengan baja
tuang, tempratur peleburan lebih rendah,besi
tuang cair akan lebih baik mengalir sehingga
akan mengisi rongga rongga cetakan,hasilnya
siap untuk dikerjakan lebih lanjut, tahan terhadap
keausan gerusan dan tidak berkarat.

2.1.7.2. Besi Tempa


Besi tempa adalah jenis besi yang mengandung unsur-unsur
lain dalam jumlah yang kecil, yaitu
1. Karbon: 0,05 – 0,15%
2. Silika : 0,15 – 0,20%
3. Posfor: 0,12 – 0,16%
4. Belerang: 0,02 – 0,03%
5. Mangan: 0,03 – 0,10%
6. Unsur-unsur lain: 2%

2.1.7.2.1. Sifat-sifat besi tempa


1. Daktail (liat), kuat dan dapat ditempa
2. Kuat tarik maksimum 4000 kg/cm2
3. Kuat tekan maksimum 2000 kg/cm2
4. Adonan sulit dituang, suhu leleh 1535ºC
5. Tahan korosi
6. Dapat disambung dengan las
Saat ini besi tempa sudah jarang digunakan,
untuk keperluan yang sama lebih sering
digunakan baja struktur. Kecuali bagian-bagian
yang membutuhkan bahan yang kuat, seperti
paku keling/sumbat, baut, sekrup, pipa gas, rantai
tapal kuda, dll.

2.1.7.2.2. Kegunaan besi tempa


1. Digunakan untuk Pembuatan Baut
2. Dipakai untuk Pembuatan Pipa
3. Dibuat Paku Keling
4. Dibuat Tali Pengikat
5. Dijadikan Kerangka Atap
6. Dibuat Tapal Kuda
7. Dibuat Pagar
8. perabot untuk teras dan taman

2.1.7.2.3. Kerugian Besi Tempa

Produksi besi tempa dalam jumlah banyak


memerlukan waktu relatif lebih lama. Besi jenis
ini cenderung memiliki harga yang relatif mahal.
Hal ini sesuai dengan kondisi fisik besi yang
memiliki tingkat kekerasan dan kepadatan yang
tinggi. Berat Besi tempa juga memiliki
perbedaan dari jenis besi yang lain. Besi ini
cenderung lebih berat, hal ini dikarenakan
kepadatan besi yang lebih tinggi dibanding besi
lainnya. Sehingga pagar besi yang terbuat dari
besi yang mudah ditempa ini akan lebih sulit
untuk dibuka, dikarenakan bobot pagar yang
berat. Bobot besi yang berat tentunya disertai
dengan pemasangan yang lebih susah. Tidak
Memberikan Privasi. Umumnya, besi ini
dijadikan sebagai pagar rumah yang dimotif
menjadi model lengkungan, pilinan, ataupun
model lain. Dengan begitu, terdapat celah antara
susunan besi satu dengan yang lain. Sehingga
model-model pagar dari besi ini masih
memungkinkan orang lain untuk melihat kondisi
di dalam pagar rumah.
2.1.7.2.4. Keuntungan besi tempa

Besi tempa (Wrought Iron) adalah jenis


besi yang dibentuk melalui proses penempaan.
Kandungan karbonnya relatif rendah (<0,08)
sehingga lentur dan mudah ditempa menjadi
bentuk tertentu. Penempaan dapat dilakukan
menggunakan tenaga manusia atau secara
mekanis di pabrik. Karakter besi tempa
cenderung keras tetapi ulet dan mudah ditempa,
tahan korosi, dan relatif mudah dilas. Meskipun
memiliki warna abu-abu seperti besi tuang
kelabu, tetapi warna besi tempa lebih terang.
Selain kuat dan tahan lama, tahan korosi, dan
mudah dibentuk, besi tempa juga berkarakter
unik. Besi tempa bukan saja cocok untuk
material struktural, tetapi juga menawan sebagai
elemen dekoratif. Besi tempa merupakan pilihan
yang tepat bagi yang menyukai keindahan.
Bagaimanapun material ini menyertakan faktor
“kerajinan tangan” dalam peleburan dan
penempaannya. Alhasil terciptalah besi tempa
yang unik dan artistik sekaligus memberikan
nuansa klasik. Keuntungan besi tempa lainnya
adalah memerikan kesan keindahan karena pagar
yang dibuat mengelilingi taman.

2.2. Garis Besar Baja (Steel)

2.2.1. Pengertian Baja


Baja adalah logam paduan logam besi sebagai unsur dasar
dengan beberapa elemen lainnya termasuk karbon. Fungsi karbon
dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal atom besi. Baja merupaan
komponen utama pada banguan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin,
perkakas, dan senjata.

Baja atau besi yang dihasilkan dai dapur-dapur baja disebut


baja atau besi karbon, yaitu campuran antara besi dengan zat arang
(karbon). Sedangkan unsur lainnya seperti fosfor, belerang, dan
sebagainya juga ada didalamnya, namun dalam presentase yang kecil
sekali sehingga dianggap tidak memperngaruhinya. Apabiala unsur
lainnya itu sengaja dimasukkan ke dalamnya, dikatakansebagai baja
paduan. Unsur paduan itu diberikan dengan maksud memperbaiki
atau memberi sifat baja yang sesuai dengan sifat yang dikehendaki
pada baja.

Berdasarkan banyaknya zat arang yang dikandung besi atau


baja, dapat dibedakan menjadi dua bagian:
a. Mengandung karbon antara 0,01 – 1,7%, disebut besi atau
baja tempa
b. Mengandung karbon antara 2,3 – 3,5%, disebut baja atau besi
tuang.

Baja dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, salah satu


pengelompokkan baja yaitu berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
yaitu baja dapat digunakan sebagai baja kostruksi dan baja non
konstruksi. Baja konstruksi digunakan untuk keperluan konstruksi
bangunan dan pembuatan bagian-bagian mesin. Berdasarkan
campuran dan proses pembuatannya, baja konstruksi dibedakan
menjadi:

a. Baja karbon

Baja karbon dibagi menjadi 3 kategori tergantung dari


presentasi kandungan karbonnya, yaitu baja karbon rendah
(C = 0,03 – 0,035%), baja karbon medium (C = 0,35 –
0,50%), dan baja karbon tinggi ( C = 0,55 –1,70%). Baja
yang sering digunakan dalam struktur adalah baja karbon
medium, misalnya BJ 37. Kandungan karbon baja medium
bervariasi dari 0,25 – 0,29% terantung ketebalan. Naiknya
pressentase karbon meningkatkan tegangan leleh namun
menurunkan daktalitas, salah satu dampaknya adalah
membuat pekerjaan las menjadi lebih sulit. Baja karbon
umumnya memiliki tegangan leleh (fy) antara 210 – 250
MPa.

b. Baja paduan rendah mutu tinggi

Baja yang termasuk dalam kategr baja paduan rendah


mutu tinggi mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290
– 550 Mpa dengan tegangan putus (fu) antara 415 – 700
Mpa. Penambahan bahan-bahan paduan seperti chromium,
columbium, angan, molybden, nikel, fosfor, vanadium atau
zinkonium dapat memperbaiki sifat-sifat mekaniknya. Jika
baja karbon mendapatkan kekuatannya seiring dengan
penambahan presentase karbon, maka bahan-bahan aduan
ini mampu memperbaiki sifat mekanik aja dengan
membentuk mikrostruktur dalam bahan aja yang leih halus.

c. Baja paduan

Baja paduan rendah dapat ditempa dan dipanaskan


untuk memperoleh tegangan antara 550 – 70 MPa.
Tegangan leleh dari baja paduan biasanya ditemukan
sebagai tegangan yang terjadi saat timbul regangan
permanen sebesar 0,2% atau dapat ditentukan pula sebagai
tegangan pada saat regangan mencapai 0,5%.

Adapun baja konstruksi dibedakan dalam 3 jenis:

a. Baja kostruksi umum


Baja tersebut terdiri dari jenis baja karbon dan baja
kualitas tinggi yang tidak dipadu. Penggunaan baja ini
didasarkan atas pertimbangan tegangan tarik
minimumnya yang cukup tinggi. Baja ini banyak
digunakan pada konstruksi bangunan gedung jembatan,
poros mesin dan roda gigi. Kekuatan tarik akan semakin
besar bila kandungan karbin dari baja semakin tinggi.
Akan tetapi dengan semakin tingginya kandungan
karbon, baja akan menjadi rapuh. Demikian pula
kemampuan untuk dikerjakan secara panas maupun
secara dingi dan dengan mesin perkakas menjadi jelek.

b. Baja Otomat

Baja otomat terdiri atas jenis baja kualitas tinggi yang


tidak dipadu dan baja kualitas tinggi paduan rendah
dengan kadar belerang (S) dan fosfor (P) yang tinggi.
Karena kandungan belerang dan fosfor yang cukup tinggi,
baja otomat sangat tidak baik untuk pekerjaan las.

c. Baja Case Hardening

Baja case hardening diperoleh dengan menaruh baja


lunak di antara bahan yang kayak dengan karbon, dan
memanaskannya hingga di atas suhu kritis atasnya (900⁰ -
950⁰C) dalam waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan lapisan permukaan yang banyak
mengandung karbon.

2.2.2. Sifat Mekanik Baja

Bahan yang digunakan dalam perancangan harus


memperhatikan sifat-sifat logam seperti kekuatan (strength), keliatan
(ductility), kekerasan (hardness) atau kekuatan luluh (fatique
strength). Sifat mekanik dapat didefinisikan sebagai ukuran
kemampuan untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan.
Sifat mekanik baja dapat diperoleh dengan melakukan uji tarik
terhadap suatu benda uji baja.

Uji tarik dpaat memberikan data yang akurat terhadap sifat-


softa mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara
lain adanya tekuk pada benda uji yang mengakibatkan
ketidakstabilan dari benda uji tersebut. Perhitungan tegangan yang
terjadi di dalam benda uji lebih mudah dilakukan jika dilakukan uji
tarik daripada uji tekan.

Klasifikasi bahan material ada 2 karakteristik:

a. Isotropik

Bahan yang mempunyai sifat elastis yang


reatif sama pada semua arah pada setiap titik
dalam bahan.

b. Anisotropik

Bahan yang memiliki sifat yang berbeda


dalam arah kristalografi yang berbeda Dalam
perencanaan struktur baja SNI 03-1729-2002
dapat diambil beberapa sifat mekanik dari
material baja yang sama yaitu:

Modulus Elastisitas E = 200.000 MPa

Modulus Geser G = 80.000 MPa

Angka Poison = 0.3

Koefisien muai panjang, α = 12.10-6/°C

2.2.3. Cara Memperoleh Baja


Proses produksi material baja untuk struktur, mulai dari bijih
besi sampai menjadi baja profil atau baja pelat dirangkum secara
sederhara sebagai berikut:

1. Pertama, ada beberapa komponen dasar yang perlu


diperhatikan. Komponen dasar tersebut diantaranya adalah
iron ore (bijih besi), limestone (tanah kapur), coke (dibuat
dari coal, khusus untuk pembuatan steel) dimasukkan ke
dalam blast furnace. Coke merupakan bahan bakar untuk
furnace, dibuat dari coal dengan proses tertentu. Cairan besi
(molten iron) yang panas di dalam furnace terpisah menjadi 2
bagian. Bagian atas adalah slag (waste, impurities), dan
bagian bawah adalah besi yang hendak dipakai. Besi yang
dihasilkan ini kemudian dicetak menjadi pig iron. Kadar
karbon dalam pig iron bisa mencapai 2%.

2. Pig iron dimasukkan ke dalam primary steelmaking furnace,


bisa berupa oxygen furnace, electric arc furnace, atau open
hearth furnace. Pada proses ini, berbagai bahan kimia
ditambahkan ke dalam furnace untuk mendapatkan material
properties yang diinginkan. Seringkali, scrap juga
dimasukkan ke dalam furnace ini. Di dalam proses dengan
oksigen, karbon di dalam molten iron akan bereaksi dengan
oksigen menghasilkan gas karbon monoksida. Gas ini harus
keluar. Kalau tidak, bisa membentuk ‘gas pockets’ (rimming)
saat menjadi dingin (rimmed steel). Untuk menghindarinya,
bisa menggunakan deoxidizer seperti silikon dan aluminum.
Baja yang dihasilkan adalah killed steel atau semi-killed steel.
Baja yang dihasilkan dicetak dalam bentuk slab, billet, dan
bloom.

3. Baja yang telah dicetak dalam bentuk slab, bloom atau billet
tersebut selanjutnya dibentuk menjadi berbagai macam profil
seperti H-beam, Angle (siku), Channel, rel kereta, pelat, pipa
(seamless pipe), dan sebagainya.

2.2.4. Bentuk Fisik Baja

1. Baja memiliki bentuk padat

Baja memiliki bentuk padat karena dalam proses


pembuatan baja, baja beberapa elemen lainnya seperti
karbon, mangan, fosfor, sulfur silikon, dan sebagian kecil
membedakan karateristik antara beberapa jenis baja di
antaranya: mangan, nikel, adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal dari
atom penyusun besi, sehingga dengan adanya karbon sebagai
campuran untuk pembuatan baja yang menyebabkan baja
memiliki bentuk yang padat.

2. Baja tidak tembus cahaya

Berkenaan baja yang memiliki sifat padat sehingga


baja tidak tembus cahaya, tetapi ada benda padat yang tembus
cahaya yaitu kaca karena kaca benda bening, namun baja
tidak sehingga baja tidak tembus cahaya.

3. Baja kedap air

Baja memilik sifat kedap air karena dalam proses


pembuatan baja terdapat campuran aluminium, karena
dengan adanya aluminium dalam campuran baja sehingga
baja kedap air.

4. Baja sebagai konduktor panas dan konduktor listrik


Baja merupakan logam yang yang terbuat dari besi
dengan campuran karbon. Berdasarkan campuran karbon nya
baja dikategorikan menjadi 3 macam yaitu: baja dengan
karbon rendah (0 – 0,25 %), baja dengan karbon menengah
(0.25 % - 0,55 %), dan baja dengan karbon tinggi di atas
0,55 %. Baja memilik keunggulan yaitu memiliki sifat
penghantar panas yang baik. Digunakan pada penghantar
transmisi yaitu ACSR (Aluminium Cable Steel Reinforced)
dimana fungsi baja dalam hal ini adalah memperkuat
konduktor aluminium secara mekanis setelah digalfanis
dengan seng. Keuntungan dipakai nya baja pada ACSR
adalah menghemat pemakaian aluminium. Aluminium berinti
baja, yang biasanya dikenal sebagai ACSR (Aluminium
Cable Steel Reinforced), suatu kabel penghantar aluminium
yang dilengkapi dengan unit kawat baja pada inti kabelnya.
Kawat baja itu diperlukan guna meningkatkan kekuatan tarik
kabel. ACSR ini banyak digunakan untuk kawat saluran.
Konduktivitas listrik pada baja termasuk konduktivitas listrik
yang baik, karena paduan logam pada baja merupakan
percampuran besi (Fe) dan krom (Cr).

5. Baja dapat berubah bentuk sesuai keinginan dan mencair

Baja dapat berubah bentuk sesuai keinginan pada saat


baja itu meleleh. Baja meleleh pada suhu 1350 ℃. Baja dapat
mudah berubah bentuk sehingga baja lebih mudah diolah
karena dalam pembuatan baja ditambahkan karbon.
Dan baja bisa mencair jika dipanaskan di atas suhu 1350 ℃.

2.2.5. Bahan dasar baja


1. Besi
Besi merupakan material alami yang terbuat dari unsur
ferrum (Fe). Besi terbuat dari bijih besi yang ditambang dari
alam lalu diolah. Besi sebagai bahan baku pembuatan baja.
2. Karbon
Karbon dalam baja berfungsi sebagai unsur pengeras dengan
mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal dari atom penyusun
besi.

3. Mangan

Mangan adalah unsur kimia yang memiliki lambang Mn.


Mangan berupa logam transisi yang berwarna perak metalik

4. Fosfor
Fosfor ialah zat yang dapat berpendar karena mengalami
fosforesens (pendaran yang terjadi walaupun sumber
pengeksitasinya telah disingkirkan. Fosfor berupa jenis senyawa
logam transisi atau senyawa tanah langka seperti zink suulfida
(ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan zink silikat
(Zn2SiO4) yang dicampur dengan mangan.

5. Sulfur

Sulfur sebagaimana fosfor meimiliki kecenderungan untuk


segregasi sebagai segregasi blok maupun gas. Hal ini akan terjadi
terutama apabila proses peleburan khususnya baja dilakukan
secara tidak cermat serta terjadi banyak sekali gejolak. Mangan
ditambahkan untuk mencegah efek buruk yang disebabkan oleh
Sulfur.

6. Silikon
Silikon merupakan unsur metaloid tetravalensi, bersifat lebih
tidak reaktif daripada karbon. Silikon memiliki sifat fisik lebih
mirip dengan karbon dan boron.

7. Oksigen

Oksigen atau zat asam yang terkadang disebut sebagai zat


pembakar adalah unsur kimia yang dapat mudah bereaksi dengan
hampir semua unsur lainnya.

8. Nitrogen

Nitrogen adalah suatu unsur kimia yang disebut zat lemas.

9. Alumunium

Alumunium bukan merupakan jenis logam berat, tetapi


merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan
bumi dan paling berlimpah ketiga. Alumunium dalam pembuatan
baja berfungsi sebagai bahan kedap air.
2.2.6. Tiga Klasifikasi Baja Sesuai Dengan Kadar Karbon Yang
Dikandungnya
1. Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel)
Baja karbon rendah merupakan baja dengan kandungan
utama besi dan karbon dengan komposisi karbon < 0,3%. Karbon
dibawah 0,15% dinamakan dead mild steel yang banyak
digunakan pada sheet, strip, wire, ship plate. Baja ini memiliki
beberapa karakter diantaranya:
a. Tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan
membentuk martensit.
b. Metode penguatnya dengan “Cold Working”.
c. Struktur mikronya terdiri dari ferit dan perlit.
d. Relatif lunak dan lemak
e. Ulet dan tangguh
f. Mampu mesin dan lasnya baik.

Aplikasi baja karbon rendah diantaranya sebagai body mobil,


bentuk struktur (profil I, L, C, H), pipa saluran.

2. Baja Karbon Medium (Medium Carbon Steel)

Memiliki kandungan karbon antara 0.3% - 0,8%. Baja ini


dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas
austenitizing, quenching, dan tempering dan banyak dipakai
dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya
martensit dan lebih kuat dari baja karbon rendah. Baja ini dapat
diaplikasikan sebagai poros, roda gigi, crankshaft.

3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)

Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon 0,8% -


2%. Sifat mekaniknya dapat dinaikkan melalui perlakuan panas
austenitizing, quenching, dan tempering sehingga struktur
mikronya martensit. Kemudian baja ini paling keras, paling kuat,
paling getas di antara baja karbon lainnya dan tahan aus. Baja
karbon ini dapat diaplikasikan pada pegas, pisau cukur, kawat
kekuatan tinggi, pekakas potong dan dieng.

2.2.7. Bentuk Baja di Pasaran


1. Baja Bulat (Baja Tulangan Polos dan Ulir)
2. Baja Kotak (Hollow)
3. Baja Tabung (Pipa)
4. Baja Profil (INP, IWF, C-Canal, T, L-Siku-Siku, Z, dan [-

Canai Dingin)
a. Baja IWF
b. Baja L Siku-Siku
c. Baja C-canal
d. Baja Profil Bentuk T
e. Baja Galvanis Purlin Z
f. Baja INP
g. Tabel Kabel / Tali Baja

5. Tabel Kawat Rantai Baja


a. Rantai Baja Logam G80
b. Rantai Crosby
c. Rantai PWB

d. Rantai Thiele
6. Tabel Alat Sambung (Plat Baja)

a. Paku Keling

b. Baut
7. Las

a. Las Oxy Acetylene Welding


b. Las Listrik
2.2.8. Penggunaan Baja

Karena material bahan baja merupakan salah satu material


yang tidak sulit digunakan dalam proses konstruksi, baja menjadi
salah satu pilihan bahan struktur konstruksi yang banyak keuntungan
dan kegunaannya. Berikut beberapa kegunaan baja sebagai material
bahan konstruksi:

1. Rangka Atap

Karena pembangunannya cepat, bangunan juga bisa lebih


cepat digunakan, selain itu struktur baja lebih cepat dalam hal
pengerjaan sehingga bisa menekan biaya tenaga pembangunan.

2. Pembangunan Gedung
Salah satu alasan utama baja digunakan dalam begitu banyak
proyek konstruksi adalah daya tahannya. Baja merupakan material
yang tidak akan pernah membusuk, terbelah, retak, melengkung,
melintir, atau pecah. Dengan semua manfaat ini, maka baja juga
termasuk material dengan durabilitas tinggi dan perawatan yang
rendah.

3. Struktur Jembatan

Baja menawarkan kebebasan desain, warna, tekstur dan


bentuk yang lebih banyak. Besi baja merupakan bahan rangka
yang banyak dipilih karena kegunaan besi baja yang sangat besar
dan juga kemampuan ketahanannya yang tinggi.

4. Rel Kereta
Karena pembangunannya membutuhkan bahan-bahan yang
anti panas dan juga anti karat seperti besi baja. Karena rel kereta
api akan berhadapan dengan air dan juga hal-hal lainnya yang
dapat menyebabkan korosi atau kerusakan yang lain jika sebuah
bahan memiliki ketahanan yang tinggi maka bahan baja akan
banyak digunakan.

2.2.9. Keuntungan dan Kerugian Baja Untuk Bahan Bangunan

2.2.9.1. Keuntungan Baja Untuk Bahan Bangunan

Berikut beberapa keuntungan penggunaan baja


sebagai bahan bangunan:

1. Pengerjaan lebih cepat.

2. Struktur kuat dan tahan lama

3. Tingkat durabilitas tinggi

4. Tahan air

5. Dapat didaur ulang

6. Material tahan Api

7. Resistensi gempa

2.2.9.2. Kerugian Baja Untuk Bahan Bangunan

Berikut beberapa kerugian penggunaan baja sebagai


bahan bangunan:

1. Mudah terjadi kerusakan bila terjadi kontak dengan


lingkungan yang korosif.

2. Rentan Terhadap Tekuk

3. Lemah Terhadap Beban Siklis


4. Lemah Terhadap Beban Tekan

5. Membutuhkan Biaya yang Tinggi

6. Berisiko Mengalami Keruntuhan Getas

7. Biaya Pemeliharaan

2.2.10. Teknologi Pemrolehan Baja

1. Proses Bessemer (Proses Asam)

Proses industri berbiaya rendah pertama untuk


memproduksi massal besi baja dari cairan pig iron sebelum
adanya pengembangan tungku bara terbuka. Prinsip proses
utamanya adalah menghilangkan kotoran dari besi dengan
menggunakan reaksi oksidasi dengan peniupan udara kedalam
cairan besi yang meleleh. Oksidasi juga meningkatkan suhu dari
massa besi tersebut dan menjaga besinya tetap berbentuk cair.

Pengolahan dengan proses bassemer yaitu lapisan dalam


yang digunakan adalah batu tahan api yang mengandung kwarsa
asam atau aksid asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar
kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan
SiO2, SiO2 + CaO CaSiO3.
2. Proses Thomas (Proses Basa)

Proses Thomas (1878) Konvertor Thomas juga disebut


konvertor basa dan prosesnya adalah proses basa, sebab batu
tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk mengolah besi
kasar yang bersifat basa. Muatan konvertor Thomas adalah besi
kasar putih yang banyak mengandung fosfor. Proses pembakaran
sama dengan proses pada konvertor Bessemer, hanya saja pada
proses Thomas fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar.
Pengaliran udara tidak terus-menerus dilakukan karena besinya
sendiri akan terbakar. Pencegahan pembakaran itu dilakukan
dengan menganggap selesai prosesnya walaupun kandungan
fosfor masih tetap tinggi. Guna mengikat fosfor yang terbentuk
pada proses ini maka diberi bahan tambahan batu kapur agar
menjadi terak. Terak yang bersifat basa ini dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk buatan yang dikenal dengan nama pupuk fosfat.
Hasil proses yang keluar dari konvertor Thomas disebut baja
Thomas yang biasa digunakan sebagai bahan konstruksi dan pelat
ketel.

Proses Thomas pada lapisan dinding bagian dalam terbuat


dari batu tahan api bisa atau dolomit [kalsium karbonat dan
magnesium (CaCO3 + MgCO3)]. Bahan baku yang diolah adalah
besi kasar putih yang mengandung P antara 1,7 – 2 %, Mn 1 – 2
% dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P
membentuk oksida phospor (P2O5) untuk mengeluarkan besi cair
ditambahkan zat kapur (CaO), 3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak
cair)

3. Proses Siemens-Martin (Proses Tungku Terbuka)

Proses Siemens-Martin diolah didalam dapur pelebur baja


yang dapat mencapai suhu tinggi, proses pengolahan baja
siemens martin dibuat oleh dua orang yang bernama Siemen dan
Martin, sehingga dapurnya disebut pula dapur siemen martin.
Dapur untuk proses siemens martin mempunyai tungku kerja
yang diperlengkapi dengan ruang-ruang hawa.

Tungku pengolahan ini mempunyai kapasitas 30 – 50 ton,


bahan baku yang diolah selain besi kasar juga dapat dimasukkan
besi bekas atau besi tua. Jika besi yang dimasukkan mengandung
posfor, bahan lapisan dapurnya bersifat basa. Sebaliknya jika
besinya tidak mengandung posfor bahan lapisan dalam pada
dapurnya bersifat asam.

Sistem kerja dengan proses siemens martin menggunakan


sistem regenerator dengan suhu mencapai 3000ºC. Fungsi dari
regenerator adalah:

1. Memanaskan gas dan udara untuk menambah temperatur


dapur olah.
2. Berfungsi sebagai fundamen / landasan dapur.

3. Menghemat pemakaian ruang di dalam dapur

Bahan baku yang bisa digunakan baik besi kelabu


maupun putih. Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu
silika (SiO2) sedangkan besi putih dilapisi dengan batu
dolomit (40 % MgCO3 + 60 % CaCO3).

4. Proses Elektrik (Tungku Busur Listrik)

Disebut juga dapur listrik busur cahaya) adalah tanur


listrik yang menggunakan busur listrik sebagai
pemanasnya. Busur listrik diperoleh dari reaksi elektrode
dengan elektrode atau elektrode dengan cairan besi.
elektrode menghasilkan busur listrik dengan suhu
peleburan sekitar 3.000ºC. elektrode yang digunakan
terbuat dari karbon murni dan diambil dari pipa-pipa
pembangkit gas karbon monoksida pada tekanan 250–300
atm. Pada penggunaan tanur busur listrik tidak terjadi
percampuran karbon ke dalam cairan baja sehingga
menghasilkan baja dengan kualitas tinggi. Peralatan atau
alat yang digunakan untuk proses pembuatan logam atau
peleburan logam, dimana besi bekas dipanaskan dan
dicairkan dengan busur listrik yang berasal dari elektrode
ke besi bekas di dalam tanur.

Pada dapur lisrik busur nyala mempunyai kapasitas


25 – 100 ton, dilengkapi dengan tiga buah elektroda
karbon yang dipasang pada bagian atas / atap dapur.
Elektroda karbon dapat disetel dan secara otomatis bisa
menghasilkan busur nyala sehingga secara langsung dapat
memanaskan dan mencairkan logam.

2.2.11. Spesifikasi Baja

1. Baja Tidak Teridentifikasi

Baja yang tidak teridentifikasi, yang bebas dari cacat


yang merugikan, hanya boleh digunakan untuk komponen
struktur atau detail dengan kerusakan tidak akan mereduksi
kekuatan struktur, baik secara setempat atau keseluruhan.
Penggunaan tersebut harus disetujui penanggungjawab
perancangan.

2. Profil Berat Baja GilasPanas

ASTM A6/A6M profil gilaspanas dengan ketebalan sayap


melebihi 2 in. (50 mm). disuplai dengan uji impak kekerasan
takik-V (CVN) dengan hasil uji sesuai dengan ASTM A6/A6M,
Supplementary Requirement S30,Charpy V-Notch Impact Test
for Structural Shapes – Alternate Core Location. Pengujian
impak harus memenuhi nilai rata-rata minimum 20 ft-lbs (27 J)
energi yang terserap pada temperature maksimum + 70ºF (+
21ºC).
Persyaratan di atas tidak boleh diterapkan pada splais dan
sambungan baut. Bila profil berat baja gilas panas dilas ke
permukaan profil lain dengan menggunakan las gruv, persyaratan
di atas hanya diterapkan pada profil yang memiliki logam las
yang melebur di seluruh potongan melintangnya.
3. Profil Berat Tersusun
Penampang melintang tersusun yang terdiri dari pelat
dengan ketebalan melebihi 2 in. (50 mm) dianggap sebagai profil
berat tersusun. disuplai dengan hasil pengujian impak Takik -
Charpy V sesuai dengan ASTM A6/A6M, Supplementary
Requirement S5, Pengujian Impak Takik-Charpy V. Pengujian
impak harus dilakukan sesuai dengan ASTM A673/A673M,
Frekuensi P, dan harus memenuhi nilai rata-rata minimum
sebesar 20 ft-lb (27 J) energi yang terserap pada temperatur
maksimum + 70ºF (+ 21ºC).
Bila profil berat tersusun yang dilas pada muka
komponen struktur lain dengan menggunakan las gruv,
persyaratan di atas hanya diterapkan pada profil yang memiliki
logam las yang melebur di seluruh potongan melintangnya.
4. Batang Angkur dan Batang Berulir
Material ASTM A449 diizinkan untuk batang angkur kekuatan
tinggi dan batang berulir kekuatan tinggi dengan diameter
berapapun. Bagian berulir pada batang angkur dan batang berulir
harus sesuai dengan Standard Series pada ASME B18.2.6 dan
harus memiliki toleransi Kelas 2A.
5. Baja Tulangan Beton
Baja tulangan beton terbuat dari billet baja tuang
kontinyu dengan komposisi kimia seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 – Komposisi kimia billet baja tuang kontinyu (ladle analysis)

Kelas Kandungan unsur maksimum (%)


C Si Mn P S C Eq*
baja
tulanga
n
BjTP 280 - - - 0,050 0,050 -
BjTS 280 - - - 0,050 0,050 -
BjTS 0,32 0,55 1,65 0,050 0,050 0,60
420A
BjTS 0,32 0,55 1,65 0,050 0,050 0,60
420B
BjTS 520 0,3 0,55 1,6 0,050 0,050 0,625
5 5
BjTS 550 0,3 0,55 1,6 0,050 0,050 0,625
5 5
BjTS 0,3 0,55 1,65 0,050 0,050 0,625
700** 5
CATATAN:
- Toleransi nilai karbon (C) pada produk baja tulangan beton diperbolehkan lebih
besar 0,03 %

- * Karbon ekivalen, Ceq= C+ Mn + Si


+ Ni
+ Cr
+ Mo
+ V

6 24 40 5 4 14
- ** BjTS 700 perlu ditambahkan unsur paduan lainnya sesuai kebutuhan selain
pada tabel di
atas dan termasuk kelompok baja
paduan

6. Syarat Mutu
1. Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan,
lipatan, retakan, gelombang, cerna dan hanya diperkenankan
berkarat ringan pada permukaan.
2. Batang baja tulangan beton berpenampang bundar dan
permukaan harus rata tidak bersirip/berulir
3. Permukaan batang baja tulangan beton sirip/ulir harus
bersirip/berulir secara teratur. Setiap batang dapat
mempunyai sirip/ulir memanjang yang searah tetapi harus
mempunyai sirip-sirip dengan arah melintang terhadap sumbu
batang.
4. Sirip/ulir melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari
45° terhadap sumbu batang
7. Ukuran dan Toleransi

Diameter dan berat per meter baja tulangan


beton polos seperti tercantum pada Tabel 2. Diameter.
ukuran sirip/ulir dan berat per meter baja tulangan
beton sirip/ulir seperti tercantum pada Tabel 3.

Tabel 2 - Ukuran baja tulangan beton polos

Diamet Luas Berat


er penampang nominal
No Penamaan
nomina nominal per meter*
l (d) (A)
m mm2 kg/m
m
1 P6 6 28 0,222
2 P8 8 50 0,395
3 P 10 10 79 0,617
4 P 12 12 113 0,888
5 P 14 14 154 1,208
6 P 16 16 201 1,578
7 P 19 19 284 2,226
8 P 22 22 380 2,984
9 P 25 25 491 3,853
10 P 28 28 616 4,834
11 P 32 32 804 6,313
12 P 36 36 1018 7,990
13 P 40 40 1257 9,865
14 P 50 50 1964 15,41
3
CATATAN:
- *sebagai referensi
- Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal
dan ukuran adalah sebagai berikut:
a) Luas penampang
nominal (A) A
=0,7854  d2
(mm2)
b) d = diameter nominal (mm)
2
0,785 × 0,7854 × d
c) Berat nominal = (kg/m)
1
0
0

Tabel 3 - Ukuran baja tulangan beton sirip/ulir

Dia- Tinggi Jarak Lebar Berat


meter Luas sirip sirip sirip nomin
Pen nomin penam (H) melintan membuj al per
No
a- al (d) - pang mi mak g (P) ur (T) meter
maa nomin n s Maks Maks
n al (A)
mm mm m mm mm m kg/m
2 m

1 S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222


2 S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 S 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042
5 S 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578
6 S 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226
7 S 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984
8 S 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853
9 S 29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185
1 S 32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313
0
1 S 36 36 1018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990
1
1 S 40 40 1257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865
2
1 S 50 50 1964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,41
3 3
1 S 54 54 2290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,97
4 8
1 S 57 57 2552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,03
5 1
CATATAN:
1. Diameter nominal hanya dipergunakan untuk perhitungan parameter
nominal lainnya dan tidak perlu diukur
2. Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal
dan ukuran sirip/ulir adalah sebagai berikut:
a) Luas penampang
nominal (A) A
=0,7854  d2 (mm2
)
d = diameter nominal (mm)

2
b) Berat nominal = 0,785 × 0,7854 d
0,7 (kg/m)
100
c) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
d) Tinggi sirip
minimum = 0,05 d
Tinggi sirip
maksimum = 0,10 d
e) Jumlah 2 (dua) sirip membujur
maksimum = 0,25 K Keliling nominal
(K)
K = 0,3142 x d (mm)

8. Toleransi diameter
Toleransi diameter baja tulangan beton polos seperti pada Tabel 4.
Tabel 4 - Ukuran dan toleransi diameter BjTP

Diameter Toleransi Penyimpangan kebundaran maks


No (d) (t) (p)
mm mm mm
1 6 ± 0,3 0,42
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
4 28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0,84
5 d ≥ 36 ± 0,8 1,12
CATATAN:
1. Penyimpangan kebundaran maksimum dengan
rumus: p = (dmaks – dmin) ≤ (2t × 70%)

2. Toleransi untuk baja tulangan beton polos = d – daktual


Jenis baja tulangan beton polos seperti pada Gambar 1.

Jenis baja tulangan beton polos seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 – Baja tulangan beton polos (BjTP)

Jenis baja tulangan beton sirip/ulir seperti pada Gambar 2.

a. Sirip/ulir bambu
Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P : jarak sirip/ulir melintang W : lebar sirip/ulir membujur T : Gap/rib

9. Panjang

Panjang baja tulangan beton ditetapkan 10 m dan 12 m.

10. Toleransi panjang

Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minimum 0


mm (0 mm), maksimum plus 70 mm (maksimum + 70 mm).
11. Toleransi berat per batang

Toleransi berat per batang baja tulangan beton sirip/ulir


ditetapkan seperti tercantum dalam tabel

Tabel - Toleransi berat per batang BjTS

Diameter nominal Toleransi


(mm) (%)
6≤ d≤8 ±7
10 ≤ d ≤ 14 ±6
16 ≤ d ≤ 29 ±5
d > 29 ±4
CATATAN:

Toleransi berat untuk baja tulangan beton sirip = beratnominal - berataktual


x 100%berat
beratnominal

12. Sifat mekanis

Sifat mekanis baja tulangan beton ditetapkan seperti


tercantum pada tabel.
Tabel – Sifat mekanis

U Uji lengkung
j Rasi
Kelas i o
baja TS/
tulang t YS
an a (Ha
r sil
i Uji)
k
Kuat Regang
kuat diame
luluh/le an sudu
tari ter
leh dalam t
k peleng
(YS) 200 mm, lengku
(TS) kung
Min. ng
MPa MPa % mm

Min. 11 (d ≤ 10 18 3,5d (d ≤ 16
BjTP 280 Min. mm) 0° mm) -
280 350 12 (d ≥12 18 5d (d ≥ 19
Maks.
mm) 0° mm)
405
Min. 11 (d ≤ 10 18 3,5d (d ≤ 16 Mi
BjTS 280 Min. mm) 0° mm) n.
280 350 12 (d ≥13 18 5d (d ≥ 19
Maks. 1,2
mm) 0° mm)
405 5
9 (d ≤ 19 18 3,5d (d ≤ 16
mm) 0° mm )
Min. Mi
BjTS Min. 8 (22 ≤ d ≤ 18 5d (19 ≤ d ≤
420 n.
420A 525 25 mm) 0° 25 mm)
Maks. 18 7d (29 ≤ d ≤ 1,2
545 7 (d ≥ 29 0° 36 mm) 5

mm) 90 9d (d > 36
° mm)
14 (d ≤ 19 18 3,5d (d ≤ 16
mm) 0° mm )
Min. Mi
BjTS Min. 12 (22 ≤ d 18 5d (19 ≤ d ≤
420 n.
420B 525 ≤36 mm) 0° 25 mm)
Maks. 18 7d (29 ≤ d ≤ 1,2
545 10 (d > 36 0° 36 mm) 5

mm) 90 9d (d > 36
° mm)
7 (d ≤ 25 18 5d (d ≤ 25
Min. mm) 0° mm) Mi
BjTS Min.
520 18 7d (29 ≤ d ≤ n.
520 650
Maks. 6 (d ≥ 29 0° 36 mm) 1,2
mm) 90 9d (d > 36
645 5
° mm)
7 (d ≤ 25 18 5d (d ≤ 25
Min. M mm) 0° mm) Mi
BjTS
550 in. 18 7d (29 ≤ d ≤ n.
550
Maks. 68 6 (d ≥ 29 0° 36 mm) 1,2
mm) 90 9d (d > 36
675 7,5 5
° mm)
7 (d ≤ 25 18 5d (d ≤ 25
Min. mm) 0° mm) Mi
BjTS Min.
700 18 7d (29 ≤ d ≤ n.
6 (d ≥ 29 0° 36 mm)
mm) 90 9d (d > 36
° mm)
Keterangan:
1. d adalah diameter nominal baja tulangan beton
2. hasil uji lengkung tidak boleh menunjukan retak pada sisi luar lengkungan
benda uji lengkung
BAB 3

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa baja


memiliki bermacam-macam jenis dan kegunaannya di dalam
kontruksi bangunan, oleh karena itu banyak yang mengunakan baja
tersebut karena banyak keunggulanya, anti rayap, anti jamur, anti
karat, tahan cuaca, design fleksibel dan, bebas biaya pemeliharaan
serta mempunyai ketahanan terhadap tarik yang tinggi, disamping
mempunyai ketahanan gaya tarik, juga tahan terhadap gaya desak.

2. Saran

Kemajuan di zaman ini semakin banyak penemuan baru dan


teknologi rekayasa yang berkembang dizaman ini mempengaruhi
perkembangan manusia untuk perkembangan kearah yang lebih
baik dan menuntut setiap bangsa untuk berusaha maju. Begitu pula
pada perkembangan baja, dimana penggunaan baja mempengaruhi
pada konstruksi bangunan disetiap pelosok. Oleh sebab itu,
gunakanlah baja untuk konstruksi bangunan dan lain-lain, karena
dengan menggunakan baja pekerjaan lebih cepat dan praktis.
DAFTAR PUSTAKA

http://belajartekniksipil9.blogspot.com/2015/02/besi-dan-baja.html

https://www.klopmart.com/article/detail/perbedaan-besi-vs-baja

https://medium.com/@primabesi/perbedaan-besi-dan-baja-d699fb2ca6bf

https://www.nafiun.com/2013/08/cara-pengolahan-proses-pembuatan-besi.html

https://wira.co.id/proses-pembuatan-besi/

http://ptsbstk.blogspot.com/2016/03/proses-pembuatan-besi.html

http://eprints.polsri.ac.id/1909/3/03.%20BAB%20II.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Besi#Karakteristik

https://kpssteel.com/educational/mengenal-karakteristik-kegunaan-besi-tempa/

https://www.academia.edu/resource/work/21193309

https://id.wikipedia.org/wiki/Peleburan_(metalurgi)

https://www.ruang-sipil.com/2019/09/besi-tuang-besi-tempa.html

https://brainly.co.id/tugas/25201537

https://brainly.co.id/tugas/8513536

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Besi_tuang
%23:~:text%3DSecara%2520umum%252C%2520besi%2520tuang
%2520ini,sambungan%2520pipa%2520dan%2520industri
%2520pertanian.&ved=2ahUKEwiklur465TzAhVZ7HMBHcjJDbMQFnoECAQQ
BQ&usg=AOvVaw1E2r5qalDImlAeoiOpUrpc&cshid=1632392080433

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://medium.com/
%40smsperkasa/biar-makin-paham-inilah-teknik-pembuatan-besi-baja-
6ce8795386ae&ved=2ahUKEwitkLLl9JTzAhVP7HMBHXlfAnYQFnoECAQQAQ
&usg=AOvVaw3WSm2bDLXEvKFWdmxx3CPR&cshid=1632394406463
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Baja

http://atmaja.staff.umy.ac.id/on-line-sources/tsd3307/file-presentasi-kelas-2014-
2015/

https://brainly.co.id/tugas/5379020

https://hapli.wordpress.com/foundry/pengaruh-unsur-unsur-paduan-terhadap-bahan-
berbasis-besi-ferro/pengaruh-belerang-s/

https://logamceper.com/klasifikasi-baja-karbon-carbon-steel/

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fsc01.alicdn.com%2Fkf
%2FHTB17kgBJpXXXXabXXXX760XFXXXu
%2F224794071%2FHTB17kgBJpXXXXabXXXX760XFXXXu.png_.webp&imgre
furl=https%3A%2F%2Findonesian.alibaba.com%2Fproduct-detail%2Fgalvanized-
steel-z-profile-purlin-from-shanghai-
60350793682.html&tbnid=SHP25QWcj2I1aM&vet=1&docid=f9U3TV0Qh3GT-
M&w=623&h=575&hl=in-ID&source=sh%2Fx%2Fim

https://kumparanteknikpengelasan.blogspot.com/2020/07/pengujian-elektroda-dan-
kodefikasi.html?m=1

https://images.app.goo.gl/5NrGGtga9hGCSuR99

https://filebambangdewasa.wordpress.com/2018/06/28/sni-20522017-baja-tulangan-
beton/amp/

https://interiordapurterminimalissederhana.blogspot.com/2019/05/concept-brosur-
besi-hollow-pdf-besi.html?m=1

https://wiramas.com/news/shownews/26_tabel_pipa_baja_spindo

https://readymix.co.id/7-keunggulan-penggunaan-baja-pada-dunia-konstruksi/

https://id.wikipedia.org/wiki/Baja#Klasifikasi_baja

https://pp-presisi.co.id/manfaat-dan-kelebihan-konstruksi-baja-untuk-bangunan

https://www.primabesi.com/kegunaan-besi-baja/
https://www.arsigriya.com/strength-and-weakness-of-steel-as-main-
structure#:~:text=Kekurangan%20pada%20baja%20adalah%20mudah,chromium
%20plating%2C%20serta%20pengorbanan%20anode.

https://arafuru.com/material/kelebihan-dan-kekurangan-baja-sebagai-bahan-
bangunan.html

https://civileduworld.wordpress.com/2016/03/20/keuntungan-dan-kerugian-baja-1/

https://id.wikipedia.org/wiki/Proses_Bessemer

https://goodminds.id/proses-pembuatan-baja/

http://nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/TahapPerancangan/SNI/1583212321ba
ja_tulangan_beton.pdf

https://pdfcoffee.com/download/sni-1729-2020-spesifikasi-untuk-bangunan-
gedung-baja-strukturalpdf-4-pdf-free.html

https://youtu.be/WgyBUQnxaJA

Anda mungkin juga menyukai