Anda di halaman 1dari 21

Analisis Hidrologi

Marfu Hamid (D131201040)


Faturrahman Al Hamid (D131181008)
Riski Awaliyah (D131201060)
Annisa Iftinah Hasan (D131201080)
Aulia Kirana Yuliadi (D131181022)
“ Analisis hidrologi merupakan salah satu analisis awal dalam perancangan bangunan-
bangunan hidraulik dimana informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam
analisis

hidrologi merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya.

Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi (hydrologic phenomena).
Keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung, disajikan dan ditafsirkan
dengan menggunakan prosedur tertentu, metode statistik dapat digunakan untuk melaksanakan penggunaan
prosedur tersebut (Soewarno, 1995).
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut :

• Menentukan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hujan kawasan.


• Menganalisis distribusi curah hujan dengan periode ulang tahun.
• Menganalisis frekuensi curah hujan.
• Mengukur dispersi.
• Pemilihan jenis sebaran.
• Pengujian kecocokan sebaran.
• Menentukan intensitas curah hujan rencana.
• Analisis debit banjir rencana.
• Menganalisis kebutuhan air.
• Analisis debit andalan.
• Menganalisis neraca air.
• Penelusuran banjir (flood routing).
• Menentukan volume tampungan long storage.
Hujan Daerah ( Daerah Tangkapan Air )

Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga
Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah daerah yang dibatasi rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di
bentuk topografi, dimana seluruh hujan yang jatuh di area itu dalam atau di sekitar kawasan tersebut.
mengalir ke satu sungai.

Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan Tiga macam menghitung hujan rata-rata kawasan yaitu :
hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau satu titik saja Rata-rata aljabar, Poligon Thiessen, dan Metode Isohyet.
(point rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap
tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat
penakar hujan belum tentu dapat menggambarkan hujan wilayah
tersebut.
Ada 3 faktor yang menjadi acuan dalam menentukan cara yang akan digunakan yaitu:

01 Jaring-jaring pos penakar hujan


Penggunaan metode berdasarkan jaring-jaring pos
penakar hujan

02 Luas DAS
Penggunaan metode berdasarkan luas DAS

03 Topografi DAS

Penggunaan metode berdasarkan topografi DAS


Metode Poligon Thiessen

“ memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk


mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan

Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara ini

menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua
pos penakar terdekat.

Hasil Metode Poligon Thiessen lebih akurat dibandingkan dengan metode Rata-rata Aljabar.
Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km2
Prosedur penerapan metode ini meliputi :

1) Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos Di mana P1, P2, ..., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos
penakar dibuat garis penghubung. penakar hujan 1,2, ..., n. A1, A2, ..., An adalah luas areal poligon
1, 2, ..., n. n adalah banyaknya pos penakar hujan.
2) Tarik garis tegak lurus di tengah-tengah tiap garis penghubung
sedemikian rupa, sehingga membentuk Poligon Thiessen.
Semua titik dalam satu polygon akan mempunyai jarak
terdekat dengan pos penakar yang ada di dalamnya
dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya.
Selanjutnya, curah hujan pada pos tersebut dianggap
representasi hujan pada kawasan dalam poligon yang
bersangkutan.

3) Luas pada tiap-tiap poligon dapat diukur dengan planimeter


dan luas total DAS, dapat diketahui dengan menjumlahkan
semua luasan potongan. dengan :
R = curah hujan daerah pengamatan
R1, R2, … Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan
4) Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan n = bagian titik pengamatan
berikut: A1, A2, … An = luas bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
Metode Rata-rata Aljabar

“ “
Metode rata-rata Aljabar dihitung dengan mengambil nilai rata-rata hitung (arthmatic mean)
pengukuran curah hujan di stasiun hujan di dalam area yang ditinjau. Metode tersebut akan
memberikan hasil yang dapat dipercaya jika stasiun hujan banyak dan tersebar secara
merata serta hasil penakaran masing-masing stasiun hujan tidak menyimpang jauh dari nilai
rata-rata seluruh stasiun sistem hujan disuatu area.

dimana:
R = Curah hujan rata-rata DAS (mm).
R1 R2 , Rn = Curah hujan pada setiap stasiun hujan (mm).
n = Banyaknya stasiun hujan.
Metode Isohyet

“ “
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama.
Pada metode tersebut diasumsikan bahwa hujan pada suatu daerah yang terletak diantara 2
garis Isohyet memiliki nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut.

Hujan kawasan rata-rata dengan Metode Isohyet dapat dihitung dengan persamaan :

dimana:
P1,P2, …,Pn = Curah hujan pada garis satu Isohyet 1, 2,…n.
A1,A2,…,An = Luas areal antara garis Isohyet satu dan garis Isohyet dua, dan seterusnya.
Pemilihan Jenis Sebaran

“ Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa


(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding
terbalik
dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiannya sangat langka.

Tujuan analisis frekuensi data hidrologi berkaitan dengan besaran peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya
melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung (independent) dan
terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik.

Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar hujan, baik yang manual maupun yang otomatis.
Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran
hujan di masa yang akan datang.
dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi, yaitu :

Data maksimum tahunan Seri Parsial

Dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai


batas bawah, semua besaran data yang lebih besar
diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian
Tiap tahun hanya diambil hanya satu besaran maksimum
dianalisis seperti biasa. Pengambilan batas bawah
yang dianggap berpengaruh pada analisis selanjutnya.
dapat dilakukan dengan sistem peringkat.
Seri data seperti ini dikenal dengan seri data maksimum
(maximum annual series). Jumlah data dalam seri akan
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh
sama dengan panjang data yang tersedia.
tergantung pada kualitas dan panjang data. Makin
pendek data yang tersedia, makin besar
penyimpangan yang terjadi.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang data.
Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi.

Distribusi Normal Distribusi Log Normal

Aplikasi distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari


distribusi normal digunakan untuk menganalisis frekuensi curah
distribusi normal, yaitu dengan mengubah nilai variat X menjadi
hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit
nilai logaritmik variat X. Secara sistematis nilai peluang dari
rata-rata tahunan. Distribusi normal atau kurva normal
distribusi log normal ditulis sebagai berikut :
disebut pula Distribusi Gauss.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang data.
Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi.

Log Pearson III Distribusi Gumbel

Distribusi Log Pearson III banyak digunakan dalam analisis hidro Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum
logi, terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan hujan maupun debit dari hasil pengukuran data historis untuk
minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrem. Persamaan mengestimasi harga ekstrim yang akan datang. Distribusi Gumbel
fungsi peluang P(X) dari distribusi Log Pearson III adalah: memiliki koefisien kemencengan Cs = 1,14
Pengujian Kecocokan Sebaran
Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi dari sampel data terhadap fungsi
distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan
pengujian
parameter.

Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji Chi-Kuadrat

dimana:
 
= Selisih data probabilitas teoritis
dan empiris
Pt = Peluang teoritis
Pe = Peluang empiris

B
A
Intensitas Curah Hujan Rencana

Intensitas curah hujan adalah rata-rata dari curah hujan yang lamanya sama dengan lama waktu
konsentrasi (tc) suatu wilayah dalam masa ulang tertentu. Dengan kata lain, intensitas curah hujan
adalah ketinggian curah hujan dalam suatu kurun waktu tertentu dimana air tersebut
berkonsentrasi.Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh aliran dari titik terjauh
sampai titik keluaran. Intensitas curah hujan sering digunakan sebagai salah satu elemen
perencanaan teknis suatu
bangunan air. Sifat umum hujan adalah apabila semakin lama hujan terjadi maka semakin kecil
intensitas suatu curah hujan, dan apabila semakin besar periode ulang suatu curah hujan, maka
semakin besar pula intensitas suatu curah hujan.

a) Metode Mononobe
b) Metode Talbot
c) Metode Sherman
d) Metode Ishiguro
Analisis Debit Banjir Rencana

Pemilihan debit banjir rencana untuk bangunan air adalah suatu masalah yang sangat
tergantung pada analisis statistik dari urutan kejadian banjir baik berupa debit air
sungai maupun hujan. Metode yang digunakan untuk menghitung debit banjir rencana
sebagai dasar perencanaan konstruksi bendung diantaranya adalah Metode Rasional,
Metode
Haspers,Metode FSR Jawa Sumatra, Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I, dan
Metode Passing Capacity. Metode yang digunakan sebagai dasar perencanaan
konstruksi bendung diantaranya adalah
Metode Haspers
Metode Rasional
Metode FSR Jawa Sumatera 2.4.4 Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I

Q = GF X MAF

Metode Passing Capacity


Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air untuk irigasi meliputi beberapa tahap yaitu:
Perhitungan debit kebutuhan air dapat dilakukan
berdasarkan data jumlah penduduk serta Kebutuhan Air di Sawah
data-data yang terkait dengan kebutuhan, seperti Kebutuhan air di sawah (crop water requirement)
contoh kebutuhan air untuk pertanian dibutuhkan ialah kebutuhan air yang diperlukan pada
data luas lahan yang ada. Kebutuhan air banyak petakan sawah yang terdiri dari:
ragamnya. Untuk itu perlu ditentukan jenis a) Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
kebutuhannya saat perencanaan. b) Kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman
(consumptive use)
Kebutuhan Air Irigasi c) Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah air irigasi yang pada petakan-petakan sawah.
diperlukan untuk mencukupi keperluan bercocok tanam pada
petak sawah ditambah dengan kehilangan air pada jaringan
irigasi.
Untuk menghitung kebutuhan air irigasi menurut rencana
pola tata tanam, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Pola tanam yang direncanakan
2. Luas areal yang akan ditanami
3. Kebutuhan air pada petak sawah
4. Efisiensi irigasi
Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk pembibitan adalah 250 mm, 200 mm digunakan
untuk penjenuhan 200 mm dan pada awal transplantasi akan ditambah 50 mm untuk padi, untuk
tanaman ladang disarankan 50-100 mm. Waktu yang diperlukan pada masa penyiapan lahan
dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, hewan penghela dan peralatan yang digunakan serta faktor
sosial setempat.

Kebutuhan Air Tanaman


Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang
akibat penguapan.

Pergantian Lapisan Air


Pergantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari
selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplatasi.

Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tidak jenuh ke dalam daerah jenuh. Laju
perkolasi lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
• Tekstur tanah
• Permeabilitas Tanah
Thank you

Anda mungkin juga menyukai