Anda di halaman 1dari 42

Produktivitas Alat Muat (Hitachi 870 H dan Doosan 500 LCV)

Dengan Alat Angkut Hino 320 TI Untuk Pengangkutan


Material Overburden

Samuel Hendra Sinaga


(Departemen Produksi)

PT. Aman Kokoh Mandiri Job Site ISP


Desa Santep, Kecamatan Petangkeptutui, Kabupaten Barito Timur,
Provinsi Kalimantan Tengah
2011

Production Department Page 1


1. Pendahuluan
Secara umum pemilihan alat berat yang akan digunakan untuk kegiatan
produksi dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain:
a. Karakteristik endapan material yang akan ditambang (overburden, parting dan
batubara)
b. Kondisi daerah secara umum yang akan dilakukan penambangan
c. Parameter penambangan
d. Sistem dan tipe penambangan
e. Unit operasi
Penjabaran hal tersebut diatas adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik endapan material yang akan ditambang
 Overburden
Yang diperhatikan dari karakteristik overburden adalah kedalaman OB,
keadaan umum dan sifat dan derajat konsolidasi, kestabilan dinding (setelah
OB dipindahkan ke disposal area) dan spoil angle of repose atau sudut aman
dari kemiringan lereng disposal setelah OB dipindahkan dan ditimbun ke
disposal.
Kedalaman overburden adalah tebal nya lapisan penutup dari permukaan
sampai terdapatnya batubara, biasanya dinyatakan dalam stripping ratio.
Yang termasuk dalam overburden di lokasi daerah penambangan di site ISP
adalah top soil, soft soil dan claystone. Kedalaman overburden dapat
diketahui melalui test pit maupun dilakukan pemboran.
 Batubara
Yaitu ketebalan dan sifat fisik batubara batubara yang akan ditambang. Sifat
fisik misalnya seperti warna, specific gravity dan kekerasan.
 Parting
Ketebalan parting yang terdapat bersama dengan batubara, derajat konsolidasi
dari parting tersebut.
 Hydrologi
Yaitu keadaan hydrologi daerah yang akan ditambang.

Production Department Page 2


 Properties Material
Sifat abrasive material yang akan ditambang, berat jenis, swell factor (factor
pengembangan) dan sifat kelengketan material (stickiness).
b. Kondisi daerah secara umum yang akan dilakukan penambangan
Yaitu terdiri dari ketinggian daerah penambangan, temperature, tingkat curah
hujan, kondisi medan, ketersediaan energy listrik, akses masuk menuju site,
ketersediaan tenaga kerja yang handal dan fasilitas pendukung kegiatan produksi
lainnya seperti worksop dll.
c. Parameter penambangan
Parameter penambangan antara lain seperti, batas kepemilikan lahan, tingkat
target produksi, kualitas produk yang dihasilkan, umut tambang, rencana
reklamasi, target balik modal dan ketersediaan modal.
d. Sistem dan tipe penambangan
Pemilihan alat sangat dipengaruhi oleh system penambangan yang akan
dilakukan, apakah tambang terbuka atau tambang bawah tanah. Metode
penambangan tambang terbuka secara umum antara lain, pit/quarry, Area mining
(modifikasi dari open pit), contour mining, mountain top removal, dan placer
mining (untuk endapan placer).
Urutan penambangan yang akan dikerjakan juga mempengaruhi alat yang tepat
untuk digunakan. Dasar urutan penambangan seperti:
 Drill & Blast – cyclic excavator (direct spoiling)
 Drill & Blast – continuous excavator (direct spoiling)
 Ripping – excavator/transport (combination machines)
 Ripping – cyclic excavator – trucks
 Drill & Blast – cyclic excavator – trucks
 Drill & Blast – continuous excavator – belt conveyor
 Drill & Blast – cyclic excavator – hopper/crusher – belt conveyor
Urutan penambangan yang dilakukan di site ISP yaitu ripping – cyclic excavator –
truck. Sehingga tidak membutuhkan alat bor, belt conveyor dan kegiatan peledakan
dalam kegiatan produksinya.

Production Department Page 3


e. Unit Operasi
Pada umumnya unit operasi pada kegiatan penambangan adalah seperti gambar
dibawah ini:

Gambar 1.1
Unit operasi

Production Department Page 4


Namun penerapan unit operasi ini tidak semuanya perlu dilakukan, dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Berdasarkan unit operasi dapat
direncanakan kebutuhan alat berat yang diperlukan.
2. Produktivitas alat muat dan alat angkut
2.1 Faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi pemilihan dan pemakaian
alat berat.
1. Pengembangan dan penyusutan material
2. Berat material
3. Bentuk material
4. Kohesivitas material
5. Kekerasan material
6. Daya dukung material

1. Pengembangan dan penyusutan


a) Bank cubic meter (BCM), yaitu kondisi material yang masih dalam
keadaan aslinya (original)
b) Loose cubic meter (LCM), yaitu kondisi material yang sudah
“terganggu” atau gembur atau sudah tidak asli lagi.
c) Compact cubic meter (CCM), yaitu kondisi material yang dalam
keadaan padat.

Gambar 2.1

Production Department Page 5


Ilustrasi pengembangan dan penyusutan material pada material pasir
2. Berat material
Berat material berpengaruh terhadap kapasitas dan kemampuan alat untuk
mengangkut dan memindahkan suatu material. Misalnya suatu dump truck
yang akan mengangkut claystone muatannya akan lebih kecil volumenya
untuk kapasitas 20 ton dibanding dengan mengangkut batubara dengan
kapasitas dump truck yang sama.
Claystone Batubara

Gambar 2.2
Ilustrasi beda muatan berdasarkan berat material
3. Bentuk butiran material
Material dengan butiran kasar ketika dimuat dengan loader backhoe akan
sulit memenuhi seluruh isi buket sampai munjung karena mempunyai
porositas yang besar.

Kasar Halus
Gambar 2.3

Production Department Page 6


Ilustrasi beda muatan berdasarkan butiran material
4. Kohesivitas material
Kohesivitas yaitu kemampuan daya lekat butir material satu dengan lainnya
sehingga saling mengikat. Pengaruhnya terhadap alat berat adalah pada saat
loading akan melebihi batas muatannya. Material dengan nilai kohesivitas
yang tinggi akan sulit didozing karena saling mengikat satu sama lainnya.

Dozing pasir Dozing tanah liat


Gambar 2.4
Pengaruh kohesivitas material terhadap alat berat
5. Kekerasan material
Untuk mengetahui kekerasan suatu material dapat diukur dengan
menggunakan ripper meter atau seismic test meter. Nilai kekerasan
ditunjukkan dengan satuan meter/detik. Tingkat kemampuan ripping
berbagai material dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Gambar 2.5

Production Department Page 7


Contoh metode tes seismic
Tabel 2.1
Tingkat kemampuan ripping masing-masing material

6. Daya dukung tanah

Gambar 2.6
Production Department Page 8
Kemampuan material menahan beban diatasnya
Daya dukung tanah adalah kemampuan suatu material menahan beban yang
berada diatasnya. Kemampuan daya dukung tanah harus lebih besar dari
daya tekanan diatasnya (alat berat), jika tidak maka akan terjadi amblasan.
Table dibawah ini merupakan contoh daya dukung tanah dibanding jenis
alat berat Komatsu.
Tabel 2.2
Daya dukung tanah vs jenis alat berat

Production Department Page 9


Tabel 2.3
Tabel keterangan table Daya dukung tanah vs jenis alat berat

2.1 Alat muat dan alat angkut


Alat muat adalah alat serba guna yang dapat dipergunakan untuk menggali,
memuat dan mengangkat material. Konstruksi bagian atas dapat berputar
hingga 360° sehingga memungkinkan untuk bekerja ditempat yang relative
sempit.
Alat muat secara garis besar terdiri dari hydraulic excavator back hoe dan
hydraulic excavator front shovel.

Gambar 2.7
Excavator Backhoe

Production Department Page 10


2.2.1 Bucket
Jenis bucket pada excavator disesuaikan dengan pekerjaan yang akan dilakukan
excavator tersebut. Jenis bucket antara lain:
Tabel 2.4
Jenis Bucket

No Type Figure Aplikasi

1. Standard Digunkan untuk menggali dan


memuat tanah biasa dan jenis
bucket
tanah lainnya yang tidak
mengandung batuan.

2. Light duty Digunakan untuk menggali dan


memuat material yang ringan dan
bucket
gembur, sperti pasir kering,
batubara curah dll.

3. Slope Digunakan untuk meratakan slope


atau timbunan serta untuk
finising
menggali dan memadatkan tanah
bucket

4. Ripper Biasanya dipakai untuk penggalian


tanah-tanah yang keras dan
bucket
berbatu-batu

5. Clamshell Dipergunakan untuk penggalian


yang vertical seperti pada
bucket
pengalian pondasi jembatan

2.2.2 Kapasitas produksi hydraulic excavator


3600
𝑄=𝑞× × 𝐸
𝐶𝑚

𝑞 = 𝑞1 × 𝐾

Production Department Page 11


Dimana:
Q = Produksi alat per jam (m3/jam),
q = Produksi per cycle (m3)
Cm = Cycle time
K = Bucket factor
q’ = Kapasitas bucket munjung (m3)
E = Efisiensi kerja

Gambar 2.8
Kondisi bucket struck dan heaped

Tabel 2.5
Heaped Capacity pada bucket standard

Bucket Type JIS PCSA SAE CECE

Hoe Bucket 1:2 1:1 1:1 1:2


Loading Shovel 1:2 1:2 1:2 1:2

Tabel 2.6
Bucket fill factor

Production Department Page 12


Excavating Conditions Bucket
fill factor
Easy Excavating natural ground of clayey soil, clay, or soft soil 1.1 ~ 1.2
Average Excavating natural ground of soil such as sandy soil and dry soil 1.0 ~ 1.1
Rather difficult Excavating natural ground of sandy soil with gravel 0.8 ~ 0.9
Difficult Loading blasted rock 0.7 ~ 0.8

Tabel 2.7
Job Efisiensi
Operating conditions Job efficiency
Good 0.83
Average 0.75
Rather poor 0.67
Poor 0.58

Dump truck adalah alat angkut atau alat transportasi suatu bahan galian baik
berupa lapisan tanah penutup (waste) ataupun bahan galian itu sendiri
(commodity). Jenis Dumptruck yang umum digunakan di pertambangan adalah
rear dumptruck, yaitu dumptruck yang menumpahkan material nya ke
belakang.
2.2.3 Jenis Vessel dumptruck

Tabel 2.8
Vessel Dumptruck

No Type Figure Aplikasi

1. Liner-less body  Digunakan untuk mengangkut


material berupa pasir dan tanah
kasar
 Tidak dipasang liner

2. Rock body  Digunakan untuk mengangkut


batu-batuan seperti batu pecah
atau batu kapur
 Seluruh permukaan body bagian
dalam dipasang liner steel

Production Department Page 13


3. Rubber liner body  Digunakan untuk mengangkut
batu riprap yang bongkahannya
besar
 Rubber liner dipasang pada
body bagian dalam bawah dan
sisi lainnya dipasang liner steel
3. Dump body untuk  Kapasitasnya lebih besar dan
quarry (standard) telah diperkuat
 Digunakan untuk memuat
limestone dan gravel
 Mengangkut material lainnya
yang saat pengisiannya hanya
menimbulkan impact (kejutan)
yang kecil.
4. Special dump  Digunakan untuk jarak angkut
body with half yang dekat dengan frekwensi
liner for quarry bongkar tinggi.
 Dump body bagian dalam
(belakang) dipasang steel liner
5. Special dump  Digunakan di area kerja yg
body with full didominasi material batu
liner for quarry  Dipasangkan steel liner kecuali
pada kedua sisi samping.

2.2.4 Estimasi produksi dumptruck


60
𝑃 = 𝐶 × 𝐶𝑚𝑡 × 𝐸𝑡
𝐷 𝐷
𝐶𝑚𝑡 = 𝑛 × 𝐶𝑚𝑠 + 𝑉1 + 𝑡1 + 𝑉2 + 𝑡2

Dimana:
P = Produksi per jam (m3/jam)
C = Produksi per cycle = n x q1 x K
Et = Efisiensi kerja dumptruck
Cms = Cycle time loader (min)
Cmt = Cycle time dumptruck (min)
n = Jumlah pengisian loader
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑎𝑡 𝑑𝑢𝑚𝑝𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 (𝑘𝑔)
𝑛=
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 (𝑚3) × 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
q1 = Bucket factor loader
D = Jarak angkut dumptruck
Production Department Page 14
V1 = Kecepatan rata-rata bermuatan (m/menit)
V2 = Kecepatan rata-rata bermuatan (m/menit)
t1 = Waktu dumping (menit)
t2 = Waktu untuk mengatur posisi (menit)

Tabel
Effisiensi Kerja
Operating Condition Job Efisiensi
Good 0.83
Average 0.80
Rather poor 0.75
Poor 0.70

3.1 Pola pemuatan


Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi truck untuk siap dimuat oleh
backhoe ada 3 pola yaitu:

Gambar 3.1a
Pola gali muat single dan double backup

Gambar 3.1b
Production Department Page 15
Pola gali muat triple backup
Berdasarkan dari posisi truck untuk siap dimuat oleh backhoe ada 2 pola yaitu:
 Top Loading
Yaitu suatu posisi pemuatan dimana alat muat backhoe berada di atas
jenjang/bench, sedangkan alat angkut dumptruck berada di bawah
jenjang, seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.2a
Pola pemuatan top loading

Gambar 3.2b
Pola pemuatan bottom loading
Berdasarkan cara manuvernya, pola muat dapat dibedakan menjadi:

Production Department Page 16


Gambar 3.3
A frontal cut dan B parallel cut with drive-by

3.2 Jalan angkut


Jalan angkut untuk pengangkutan didalam lokasi penambangan (misalnya: dari
loading point ke disposal area) biasa disebut sebagai ramp. Sedangkan jalan
angkut dari lokasi penambangan ke luar lokasi tambang (misalnya: ke stockpile
di pelabuhan) biasa disebut sebagai “jalan hauling”.
Jalan angkut memegang peranan yang sangat penting untuk tercapainya target
produksi. Desain jalan yang baik dan perawatan yang continuou mendatangkan
manfaat yang langsung dirasakan antara lain:
 Laju kendaraan menjadi optimum
 Dapat menekan biaya perbaikan
 Meningkatkan umur pakau ban, rem serta komponen-komponen
lainnya
 Mengurangi down time
 Menekan tingkat kelelahan operator yang berarti meningkatkan
efisiensi kerja operator.
 Meningkatkan tingkat keamanan operasi (safety)
 Pada akhirnya membantu menurunkan biaya produksi
3.2.1 Lebar jalan
Satu jalur: jalan untuk satu jalur satu arah

Production Department Page 17


Dua jalur: Jalan untuk dua jalur dua arah

3.2.2 Radius tikungan dan super elevasi

Radius tikungan selalu berkaitan dengan kecepatan kendaraan yang


diperbolehkan pada saat melewati tikungan tersebut.

𝑉2
𝑅 = 127×(1+𝑓)

Dimana:
R = Turning radius
V = Hauling speed ( km / jam )
i = Super elevasi ( side grade )
f = Coefficiecy of friction between tire and road surface
Tabel 3.1

Production Department Page 18


Coeffcient of Friction

Antara jalan lurus dan jalan belokan (curve section) dibutuhkan tikungan
peralihan (moderate curve section) agar mendapatkan pergerakan kendaraan
yang smooth.

Gambar 3.1
Jalan peralihan
Panjang dari tikungan peralihan ini tergantung dari kecepatan kendaraan
pada akhir jalan lurus menjelang belok.
Tabel 3.2
Perbandingan minimum turning radius

Production Department Page 19


3.2.4 Desain tinggi tanjakan jalan angkut dumptruck
Agar mendapatkan efisiensi dalam pengangkutan material pada proyek
pertambangan didasarankan jalan angkut (ramp) maupun jalan “hauling”
disarankan didesain seperti di bawah ini:
Tabel 3.3
Grade jalan untuk dumptruck

3.2.4 Tanggul pengaman dan saluran drainase


Keamanan di jalan tambang adalah hal penting yang harus diperhatikan agar
keamanan pengguna jalan dapat terjaga. Pada saat hujan jalan menjadi licin,
oleh karena itu jalan dibuat sedemikian rupa sehingga air tidak tertampung di
jalan. Oleh karena itu perlu dibuat system drainase dan tanggul pengaman agar
jalan tambang menjadi aman.

Production Department Page 20


Gambar 4.1
Saluran drainase dan tanggul pengaman pada jalan tikungan

Table : Saluran dan tanggul pengaman pada jalan lurus


Gambar 4.2
Saluran drainase dan tanggul pengaman pada jalan lurus
3.2.5 Perawatan jalan tambang
Yang dapat dilakukan untuk perawatan jalan tambang antara lain:
1. Adanya tempat-tempat secara sporadis lunak yang menyebabkan
permukaan jalan bergelombang
2. Menghilangkan-bekas tapak roda
3. Menyingkirkan material yang berjatuhan dari atas truck
4. Mempertahankan bentuk badan jalan termasuk super elevasi
5. Merawat dan mempertahankan fungsi drainase
6. Mengatasi debu dengan melakukan penyiraman

Production Department Page 21


4.1 Faktor yang mempengaruhi jadwal pekerjaan
4.1.1 Jumlah hari kerja
Jumlah hari kerja efektif adalah jumlah hari kalender target waktu yang
tersedia dikurangi dengan jumlah hari libur Nasional dikurangi dengan hari
kerja yang hilang.
Table dibawah ini menunjukkan jam kerja yang optimal berdasarkan jumlah
shift kerja serta jumlah hari kerja yang tersedia selama satu tahun.

Tabel 4.1.1
Jam kerja optimal

4.1.2 Target volume pekerjaan


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑛 𝑚3
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 = = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚

5.1 Jumlah kebutuhan alat


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑜𝑛 𝑡𝑜𝑛
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑙𝑎𝑡 = 𝑡𝑜𝑛 = ⋯ 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑎𝑙𝑎𝑡 ( 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑢𝑛𝑖𝑡 )
5.1.1 Utilisasi

Production Department Page 22


Utilisasi waktu yang dimanfaatkan alat untuk produksi dalam periode waktu tertentu.
Data Laporan
Angka utilisasi merupkan hasil hitungan dari data yang terukur dilapangan berupa
working Hours (W) dan jam Standby (S) yaitu alat dalam kondisi siap pakai tapi
tidak digunakan dengan rumus.
𝑊
𝑈𝐴 = × 100%
𝑊+𝑆

5.1.2 Availibility
Availibility adalah tingkat ketersediaan alat yang bisa dipakai untuk produksi
Data Laporan
Angka Availability merupkan hasil hitungan dari data yang terukur
dilapangan berupa working Hours (W), jam Standby (S) dan Jam Perbaikan (R)
dengan rumus:
𝑊+𝑆
𝑃𝐴 = × 100%
𝑊+𝑆+𝑅
Dimana:
W = Working hours
S = Wtandby hours
R = Repair hours

Schedule hours = W+R+S = 24 jam

3. Maintanance alat berat

Production Department Page 23


Untuk menunjang kegiatan produksi harus didukung dengan kondisi alat yang
maksimal. Agar kondisi alat berat selalu dapat digunakan dalam kondisi full power
maka perlu selalu di maintenance dalam jangka waktu tertentu.
Maintanance secara umum dibagi menjadi dua yaitu:
 Corrective (repair)
 Preventive
Repair dilakukan ketika alat dalam kondisi “sakit” namun agar tidak “sakit” dapat
dilakukan pencegahan lebih dulu. “Lebih baik mencegah dari pada mengobati”
Preventive terdiri dari 3 hal yaitu, maintenance, inspection dan service. Hal-hal yang
dapat dilakukan dalam maintenance antara lain backlog, midlife, overhaul,
undercarriage.
4. Pada midlife maintanance yang dapat dilakukan adalah pada water pump, oil
pump, FIP, nozzle, alternator, starting motor, re-sealing/oring. Saat overhaul
yang di maintance adalah engine, transmisi, torque converter, final drive dan
differential. Pada Undercarriage alat berat maintenance dilakukan pada, track
link, track shoe, carrier roller, track roller, front idler.
Siklus preventive maintenance: operate  periodic maintenance  operate 
periodic maintenance.
Siklus predictive maintenance: operate  condition monitoring  operate 
scheduled repair.
Cleaning of machines

 Menghindari kerusakan akibat kotoran, lumpur, debu, dan kontaminasi


bahan mudah terbakar.
 Meningkatkan ketajaman inspeksi
 Meningkatkan kenyamanan kerja maintenance
 Meningkatkan kenyamanan operasi
P2H Program Pemeriksaan Harian
Pre use check oleh operator
 Menjamin bahwa mesin benar-benar siap operasi
 Mengetahui ketidaknormalan mesin lebih dini

Production Department Page 24


 Mengetahui user’s opinion tentang kondisi mesin

Periodical service
 Maintenance rutin dengan dasar interval 250, 500, 750, 1000 dan 2000
operating hours.
 Mencegah breakdown unscheduled akibat penurunan normal permormanceoil
dan parts
 Mendeteksi kerusakan lebih dini.

Midlife
 Rebuild/replacement rutin atas komponen kecil/ asesoris dengan dasar
setengah standar umur komponen besar (6000 – 7000 operating hours)
 Mencegah breakdown unscheduled akibat penurunan normal performance
komponen kecil

Production Department Page 25


Componen overhaul
 Rebuild/replacement komponen besar secara rutin berdasarkan life time
komponen
 Engine 14000 hours
 Transmission 12000 hours
 Differential 14000 hours
 Mencegah unscheduled breakdown

Program pemeriksaan mesin


 Machine condition monitoring
 Inspeksi, pengukuran, dan adjustment mesin secara rutin berdasarkan interval
1000 operating hours
 Memprediksi gejala kerusakan, memprediksi umur tersisa, menyusun jadwal
perbaikan.
Production Department Page 26
Program pemeriksaan undercarriage
 Undercarriage condition monitoring
 Inspeksi, pengukuran, dan adjustment komponen undercarriage secara rutin
berdasarkan interval 500 operating hours (high travel crawler) atau 2000
operating hours (low travel crawler)
 Memprediksi gejala kerusakan, memprediksi umur tersisa, menyusun jadwal
perbaikan.

4. Produksi alat berat


Alat berat yang digunakan di PT. Aman Kokoh Mandiri Job site ISP adalah 2
excavator Hitachi 870H, 2 excavator doosan 500LCV dan 21 dumptruck
Hino320TI.
Telah dilakukan pengukuran cycletime secara actual langsung di lapangan
dengan kondisi alat full power dan low power untuk Hitachi 870H.
Productivity Hitachi 870H (ex 01) kondisi full power adalah sebagai berikut:
3600
𝑃 = (𝑞1 × 𝐾) × ×𝐸
(𝐶𝑚 × 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟)
K = bucket factor = 0.9

Production Department Page 27


E = efficiency = 0.75
Convertion factor excavator backhoe = 1.6
3600
𝑃 = (3.7 × 0.9) × × 0.75
(23.44114 × 1.6)
= 239.7227 BCM/Jam (Lihat Tabel 4.1)
Lokasi kerja saat pengambilan data adalah di PIT 1 dengan kondisi material
claystone lebih lunak dari PIT 2. Productivity Hitachi 02
K = bucket factor = 0.8
E = efficiency = 0.75
Convertion factor excavator backhoe = 1.6
3600
𝑃 = (3.7 × 0.8) × × 0.75
(26.7379 × 1.6)
= 186.8144 BCM/Jam (Lihat Tabel 4.2)
Lokasi kerja pengambilan data adalah di Pit 2 dengan kondisi material claystone
lebih keras dari PIT 1 dan material hasil ripping kurang maksimal.

Production Department Page 28


Tabel 4.1

Cycle Time Excavator Hitachi 870H (01) fill DT Hino 320 TI


Lokasi Loading: Pit 1 Material: Claystone Operator: Mulyadi
Hari/Tanggal: Sabtu/19.11.2011 Kapasitas Bucket: 3.7 Kondisi Unit: Full Power
Time (second) Cycle Load Cycle Load
No Number Of Bucket Angle Of Swing
Digging Swing Loaded Swing Empty Bucket Dump (second) (minute)
1 10.46094 5.7109375 2.45703125 5.765625 3 90 24.3945313 0.41
2 6.757813 5.5234375 6.19921875 3.62109375 3 90 22.1015625 0.37
3 8.289063 6.0078125 5.234375 4.35546875 3 90 23.8867188 0.40
4 10.51953 5.58203125 4.03125 5.08203125 3 90 25.2148438 0.42
5 9.828125 5.84765625 3.08203125 4.1484375 3 90 22.90625 0.38
6 12.40625 4.65625 4.66796875 4 3 90 25.7304688 0.43
7 11.96094 4.91015625 4.921875 3.26171875 3 90 25.0546875 0.42
8 9.757813 5.93359375 4.17578125 5.125 3 90 24.9921875 0.42
9 10.03125 4.5859375 4.55078125 5.2734375 3 90 24.4414063 0.41
10 7.378906 5.0078125 4.875 4.23828125 3 90 21.5 0.36
11 10.54688 3.58203125 3.5078125 3.94921875 3 90 21.5859375 0.36
12 9.070313 4.7109375 3.09375 4.671875 3 90 21.546875 0.36
13 9.054688 3.99609375 3.53515625 4.89453125 3 90 21.4804688 0.36
14 10.16797 4.5703125 4.48828125 4.79296875 3 90 24.0195313 0.40
15 10.29297 3.73046875 4.03125 4.70703125 3 90 22.7617188 0.38
Avarage Cycle Time 23.4411458 0.39
Kondisi material berfragmentasi batu kecil sampai claystone ukuran kecil (halus), material lebih lunak.

Production Department Page 29


Tabel 4.2

Cycle Time Excavator Hitachi 870H (02) fill DT Hino 320 TI


Lokasi Loading: Pit 2/Front2 Material: Clay Stone Operator:
Hari/Tanggal: Sabtu/19.11.2011 Kapasitas Bucket: 3.7 Kondisi Unit: Full Power
Time (second) Cycle Load Cycle Load
No Number Of Bucket Angle Of Swing
Digging Swing Loaded Swing Empty Bucket Dump (second) (minute)
1 12.79297 4.6484375 3.728515625 4.072265625 3 90 25.2421875 0.42
2 14.86719 4.7421875 2.87109375 2.21484375 3 90 24.6953125 0.41
3 10.39063 6.265625 2.697265625 4.494140625 3 90 23.8476563 0.40
4 12.44922 3.884765625 2.98046875 3.681640625 3 90 22.9960938 0.38
5 13.60352 5.2890625 4.494140625 2.91796875 3 90 26.3046875 0.44
6 20.31055 5.568359375 4.166015625 4.041015625 3 90 34.0859375 0.57
7 12.38672 5.365234375 5.1484375 4.7109375 3 90 27.6113281 0.46
8 18.8457 5.958984375 3.994140625 3.744140625 3 90 32.5429688 0.54
9 16.22461 5.349609375 6.068359375 3.775390625 3 45 31.4179688 0.52
10 11.56055 4.4453125 3.13671875 4.6484375 3 90 23.7910156 0.40
11 15.95898 5.662109375 2.96484375 2.60546875 3 90 27.1914063 0.45
12 7.441406 3.994140625 4.072265625 3.541015625 3 90 19.0488281 0.32
13 16.44141 5.7578125 5.6953125 3.416015625 3 90 31.3105469 0.52
14 16.53516 4.7265625 3.197265625 2.71484375 3 90 27.1738281 0.45
15 11.23242 4.6171875 3.44921875 4.5078125 3 90 23.8066406 0.40
Avarage Cycle Time 26.7377604 0.45
Kondisi material berfragmentasi batu kecil sampai claystone sedaang tapi agak keras.

Production Department Page 30


Productivity Doosan 500 LCV (ex 03) kondisi full power adalah sebagai berikut:
3600
𝑃 = (𝑞1 × 𝐾) × ×𝐸
(𝐶𝑚 × 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟)
K = bucket factor = 0.9
E = efficiency = 0.75
Convertion factor excavator backhoe = 1.6
3600
𝑃 = (2.85 × 0.8) × × 0.75
(23.8207 × 1.6)
= 161.5194 BCM/Jam (Lihat Tabel 4.3)
Lokasi kerja pengambilan data adalah di Pit 2 dengan kondisi material claystone
lebih keras dari PIT 1 dan material hasil ripping kurang maksimal.
K = bucket factor = 0.9
E = efficiency = 0.75
Convertion factor excavator backhoe = 1.6

Productivity Doosan 500 LCV (ex 04) kondisi full power adalah sebagai berikut
3600
𝑃 = (2.85 × 0.8) × × 0.75
(17.5287 × 1.6)
= 219.4976 BCM/Jam (Lihat Tabel 4.4)
Lokasi kerja pengambilan data adalah di Pit 2 dengan kondisi material claystone
lebih keras dari PIT 1 dan material hasil ripping kurang maksimal.

Production Department Page 31


Tabel 4.3

Cycle Time Excavator Doosan 500LCV (03) fill DT Hino 320 TI


Lokasi Loading: Pit 2/Front 1 Material: claystone Operator: Pak Ridwan
Hari/Tanggal: Rabu/16.11.2011 Kapasitas Bucket: 2.85 Kondisi unit: Full Power
Time (second) Cycle Load Cycle Load
No Number Of Bucket Angle Of Swing
Digging Swing Loaded Swing Empty Bucket Dump (second) (minute)
1 13.32 4.3 2.34 3.4 4 45 23.36 0.39
2 11.13 4.12 3.3 5.09 4 45 23.64 0.39
3 10.22 4.5 3.5 3.03 4 45 21.25 0.35
4 13.43 4.69 4.02 3.53 4 90 25.67 0.43
5 14.1 5.64 4.25 3.66 4 90 27.65 0.46
6 11.09 5.51 4.3 2.87 4 45 23.77 0.40
7 15.77 4.17 2.54 3.84 4 45 26.32 0.44
8 10.93 5.51 3.45 3.35 4 45 23.24 0.39
9 9.98 6.35 2.57 2.95 4 45 21.85 0.36
10 9.31 4.75 4.74 4.54 4 45 23.34 0.39
11 9.05 4.87 4.55 3.53 4 90 22 0.37
12 8.91 4.42 3.01 4.8 4 45 21.14 0.35
13 11.92 4.35 6.02 3.41 4 45 25.7 0.43
14 9.57 5.24 4.04 4.43 4 45 23.28 0.39
15 12.82 4.48 4.1 3.7 4 90 25.1 0.42
Avarage Cycle Time 45 23.8206667 0.40

Kondisi doosan OK, material hasil rippingan kurang maksimal dan swing angle sering 90 derajat

Production Department Page 32


Tabel 4.4

Cycle Time Excavator Doosan 500LCV (04) fill DT Hino 320 TI


Lokasi Loading: Pit 2 Front 1 Material: Claystone Operator: Jarnowiyah
Hari/Tanggal: Kamis/17.11.2011 Kapasitas Bucket: 2.85 Kondisi: Full Power
Time (second) Cycle Load Cycle Load
No Number Of Bucket Angle Of Swing
Digging Swing Loaded Swing Empty Bucket Dump (second) (minute)
1 5.9 4.1 2.66 3.7 4 45 16.36 0.27
2 6.42 5.01 3.06 4.17 4 45 18.66 0.31
3 10.22 4.04 3 3.2 4 45 20.46 0.34
4 6.49 3.32 2.38 3.53 4 45 15.72 0.26
5 5.9 4.34 3.14 3.66 4 45 17.04 0.28
6 7.2 3.45 3.35 2.75 4 45 16.75 0.28
7 6.73 4.29 3.7 2.73 4 45 17.45 0.29
8 7.51 5.2 3.93 3.26 4 90 19.9 0.33
9 6.8 4.03 3.73 3.07 4 45 17.63 0.29
10 5.51 3.06 2.62 3.63 4 45 14.82 0.25
11 7.38 2.03 3 3.51 4 45 15.92 0.27
12 6.92 4.38 2.35 5.23 4 45 18.88 0.31
13 5.51 4.04 2.88 3.14 4 45 15.57 0.26
14 5.32 3.72 3.6 5.2 4 45 17.84 0.30
15 10.17 3.48 2.95 3.33 4 45 19.93 0.33
Avarage Cycle Time 17.5286667 0.29
Kondisi Ex 04, operator handal sehingga cycle time kecil dan swing angle kurang lebih selalu 45 derajat. Material ripping ok.

Production Department Page 33


Produktivitas Dumptruck Hino 320TI
60
Formula produktivitas = 𝑃 = (𝑛 × 𝑞1 × 𝐾) × 𝐶𝑚𝑡+𝐶𝑚𝑠 × 𝐸𝑡
Dimana:
n = Banyaknya isian bucket
q1 = Kapasitas Bucket
K = Bucket Factor
Cmt = Cycle time dumptruck
Et = Efisiensi dumptruck
Cms = Cycle time loader excavator
Berdasarkan pengumpulan data di lapangan pada Pit 2 front 2 (diatas front yang ada
kolam) diketahui cycle time dumptruck rata-rata adalah 8.10890 (Tabel 4.5) dan
cycle time excavato Hitachi 870H adalah 0.45.
Produktivitas dumptruck adalah:
P = 52.27617 BCM/Jam
Sehingga jumlah dumptruck yang sesuai pada Pit 2 Front 2 dengan alat excavator
Hitachi 870H adalah:

Jumlah dumptruck =
= 3.573606 atau ± 4 Dumptruck
= total DT untuk pasangan dengan Hitachi 870H pada PIT 2 Front 2 adalah 4 DT + 1
cadangan = 5 Dumptruck.

Production Department Page 34


Tabel 4.5

Loading point: Jarak Angkut PP: 2.4 km Material: Claystone


Pit 2/Front 2
Disposal: OPD 2 (Claystone Disposal Kapasitas Vessel: 20.7 Loader: Hitachi 870H
Hari/Tanggal: Sabtu/19.11.2011 Jumlah Unit: 4
No. Unit DT HINO 320 TI
No
DT Queue at loader Spot at Loader Haul Loaded Dumping Haul Empty Cycle Time (s) Cycle Time (m)
1 DT 08 32.05859375 403.9628935 436.0214873 7.267024788
2 DT 06 35.76953125 25.95703125 465.0820313 526.8085938 8.780143229
3 DT 05 47.16015625 488.2617 535.4218563 8.923697604
4 DT 07 28.61328125 20.63671875 398.515625 447.765625 7.462760417
5 DT 08 49.93359375 23.9765625 398.4375 472.3476563 7.872460938
6 DT 08 12.89 41.5 446.45 500.84 8.347333333
Average Cycle Time 486.5342031 8.108903385

Production Department Page 35


5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas alat muat dan alat angkut:
Alat muat
 Ukuran bucket
 Swell factor (Sifat fisik material yang diukur dari perubahan volume
padat / bank (Bcm) menjadi Loose (Lcm))
 Fill bucket factor (peresentasi/porsi bucket yang terisi terhadap total
kapasitas bucket
 Cycle time (Digging time, loading, swing isi, dumping, swing kosong)
 Keahlian operator
Alat angkut
 Ukuran vessel
 Swell facktor
 Bucket Factor
 Cycle time
 Kondisi jalan angkut
 Kondisi loading point
 Kondisi disposal
 Keahlian driver
6. Equipment Cost

Gambar 6.1
Biaya operasi
Production Department Page 36
Parameter akhir dari kegiatan produksi adalah mengetahui total biaya kepemilikan
dan biaya produksi, sehingga dapat diperkirakan berapa rupiah atau dollar yang harus
dikeluarkan untuk mengupas 1 BCM tanah penutup atau biaya per jam.
Tabel dibawah ini mengilustrasikan perkiraan biaya kepemilikan dan biaya operasi
(Tabel 6.1)
Tabel 6.1

Production Department Page 37


7. Hubungan Engineering dan Production
Hubungan engineering dan produksi haris terkoordinasi dengan baik, sehingga
departemen produksi sebagai pelaksana di lapangan dapat bekerja dengan efektif,
efisien dan optimal untuk mencapai target produksi.

ENGINEERING - PRODUCTION
ENGINEERING Production
Menyediakan perencanaan tambang 3- Membuat rencana kerja harian mengacu
bulanan, bulanan, design penambangan, kepada rencana mingguan yang sudah
pit, jalan, disposal dan drainage disepakati.

Menyediakan rencana mingguan, berupa Penyiapan semua sumber daya untuk


peta rencana kerja, skedul produksi dan terlaksananya proses produksi yang
detail pelaksanaan operasi yang efisien.
dituangkan dalam Work Order
Melakukan eksekusi & kontrol untuk
Memasang patok-patok petunjuk batas- memastikan produtivitas alat sesuai
batas design dan target elevasi standar dan selalu mengendalikan
efisiensi penggunaan waktu.
Menyediakan material hasil peledakan
Memberikan feed back kepada
Melaksanakan meeting harian dilapangan engineering jika kondisi lapangan tidak
untuk mendukung agar proses produksi sesuai dengan dengan yang digariskan
berjalan lancar dalam perencanaan

Melakukan kontrol kualitas, sehingga Membuat laporan progress mingguan


proses operasi sesuai dengan design dan yang dituangkan dalam feed back W/O
kualitas produksi sesuai spec yang sebagai bahan engineering departement
diharapkan. membuat rencana kerja minggu
berikutnya.
Memberikan alternatif solusi jika terjadi
penyimpangan dilapangan. Melakukan perbaikan bersama
engineering dalam upaya mencapai
Mencatat data-data produksi, produktivitas & efisiensi operasi yang
produktivitas, utilisasi, data payload, terbaik.
joint survey, membuat ringkasan masalah
dan mengkomunikasikan dengan pihak
produksi, untuk ditindaklanjuti dalam
melakukan perbaikan.

Production Department Page 38


OVERBURDEN LOADING & HAULING
Engineering Produktion

Membuat rencana & design penggalian, Melaksanakan shift change


jalan angkut dan timbunan
Melakukan hand over pekerjaan dengan
Menyiapkan material blasting shift sebelumnya
Stake out batas-batas penggalian
overburden, pembuatan ramp, batas- Melaksanakan meeting harian di pit dan
batas disposal membuat rencana kerja harian dan
membuat instruksi kerja harian.
Check elevasi, bahwa kemajuan
penggalian shovel/ excavator sesuai Melakukan pemuatan dan pengangkutan
dengan level yang direncanakan overburden

Pencatatan productivitas jam ke jam, Melaksanakan pekerjaan perawatan


menginformasikan ke semua yang jalan, konstruksi akses ramp, intalasi
berkepentingan apabila terjadi gorong-gorong.
penyimpangan
Melakukan pengontrolan, front loading,
Melakukan down load Pay Load Meter, jalan angkut, pembutan dan penempatan
membuat ringkasan dan memberikan material disposal
feed back ke pihak produksi.
Melakukan pengontrolan
Mencari alternatif-alternatif perbaikan dan pengendalian thd produktivitas
yang akan diusulkan dalam PICA. loading, matching unit, dari jam ke jam.

COAL MINING
Engineering Produktion

Membuat rencana expose, coal cutting Melaksanakan shift change


plan dan rencana alokasi batubara di Melakukan hand over pekerjaan
ROM sesuai dengan spesifikasi dengan shift sebelumnya
kualitas Memeriksa alat untuk pekerjaan
Mengukur roof dan floor sebelum dan batubara dari kemungkinan
sesudah penambangan kontaminasi
Melakukan pengecekan terhadap Melakukan cleaning, pemuatan dan
cleaning batubara bersama customer pengangkutan batubara.
apakah sudah memenuhi syarat untuk Memastikan bahwa tidak terjadi
di tambang kontaminasi selama proses
Melakukan channel sampling, pnambangan batubara.
membuat rekomendasi metoda
ekstraksi batubara.
Klarifikasi dengan customer jika terjadi

Production Department Page 39


penyimpangan kualitas batubara

GENERAL WORK - DRAINAGE


Engineering PRODUCTION

Menganalisa dan menghitung air yang Membuat mine drainage system,


masuk kedalam areal penambangan pembuatan sump, instalasi pompa,
dan membuat design pemopaan (debit, konstruksi perimeter ditch, settling pod
head)
Melakukan instalasi pompa dan pipa
Membuat design drainage: perimeter
ditch, sump Melakukan pemompaan air dari sump
ke luar tambang melalui settling pond
Melakukan stake out untuk system
drainage Memonitor drainage system secara
keseluruhan bekerja secara kontinue
Melakukan pengapuran untuk
netralisasi PH

Membuat laporan kemajuan kegiatan


drainage, air masuk, air kelur, PH dll
ke pihak customer

8. Pembagian tugas di lapangan


Sebaiknya pembagian tugas dilapangan dilakukan dengan terencana agar masing-
masing dapat menjalankan tugas sebagaimana fungsinya. Dalam
perusahaan/industri terdapat tingkatan kepemimpinan yaitu:
1. Group Leader
2. Foreman
3. Supervisor
4. Manager
5. General Manager; dan
6. Director
Keterangan:
1. Group Leader

Production Department Page 40


Group Leader adalah pimpinan yang paling bawah di suatu industri. Group Leader
adalah ujung tombak dalam operasi harian. Tanggung Jawab Group Leader adalah:
1. Menjaga tingkat productivity dan quality product.
2. Memelihara standard operasi produksi.
3.Mengajar dan membimbing Pelaksana (Pelaksana adalah karyawan yang
melaksanakan pekerjaan secara langsung misalnya: operator atau teknisi) yang
menjadi bawahannya.
4. Melakukan pengamatan apakah kerja Pelaksana (operator/teknisi) sesuai antara
SOP (Standard Operating Procedure) vs Actual.
5. Menilai hasil kerja tiap pelaksana yang menjadi bawahannya
6. Membantu pelaksana bila terjadi penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan perbaikan agar hasil yang dicapai lebih baik.
7. Apabila proses produksi/operasi mesin berhenti (Shutdown/Line-stop), Group
Leader harus mengambil tindakan agar tidak terjadi Shutdown/Line-stop di proses
kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Foreman
Tugas Foreman yang utama adalah memikirkan serta melaksanakan kegiatan
perbaikan guna mengatasi kegiatan-kegiatan operasi produksi yang menyimpang
dari batas-batas atau parameter yang telah ditetapkan agar sasaran yang diberikan
oleh Supervisor dapat tercapai. Kegiatan perbaikan ini secara rutin harus
dilakukan agar "Kejadian yang sama tidak terulang kembali".
Dalam melakukan kegiatan perbaikan Foreman dapat melihat data-data yang ada
antara lain seperti:
1. Produksi and quality
2. Cost
3. Delivery (data Shutdown/Line-stop)
4. Safety
5. Moral (absensi) dan kegiatan 5 S/R
6. Pendidikan atau training dan kemampuan bawahan

Production Department Page 41


Untuk dapat melakukan secara kontinyu usaha perbaikan ini ada beberapa hal
yang harus dilakukan,
yaitu:
1. Memantau pencapaian sasaran
2. Menemukan problem
3. Menentukan sebab masalah
4. Merumuskan tindakan perbaikan
5. Pelaksanaan tindakan perbaikan
6. Memeriksa hasil perbaikan
7. Membuat standarisasi perbaikan dan SOP (Standard Operating Procedure)

3. Supervisor
Tugas Supervisor memikirkan bagaimana "Kaizen" (Improvement) dari
kondisi yang sekarang sehingga hasil setiap bidangnya akan lebih baik dan akhirnya
produktivitas juga akan membaik, sesuai dengan sasaran-sasaran yang diberikan
Management. Produktivitas dalam hal ini berkaitan dengan Cost, yaitu dari segi:
1. Material
2. Man power
3. Methode
4. Mesin atau peralatan Keselamatan kerja yang merupakan prioritas utama
dalam kita bekerja di industri menjadi tugas utama, dan Dia haruslah seorang
yang mampu melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kecelakaan kerja
sehingga kalau hal tersebut diatasi kecelakaan kerja dapat dihindari.
Enam kiat seorang supervisor antara lain:
 Kemampuan untuk mengendalikan situasi lapangan
 Kaizen di lingkungan kerja
 Training bawahan
 Menggalang team work
 Kerja berkaitan dengan quality control
 Mempunyai kemampuan menyelesaiakan masalah.

Production Department Page 42

Anda mungkin juga menyukai