Anda di halaman 1dari 56

1.

PENJADWALAN PRODUKSI
Menentukan bagaimana produksi dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan,
sehingga semua element yang terkait dengan produksi tersebut harus di detailkan.
Penjadwalan biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi seperti contoh di bawah ini.
Tabulasi meliputi antara lain :
a. Volume produksi : komoditi dan waste
b. Volume drilling & blasting
c. Jam Kerja alat
d. Jarak angkut
Contoh Tabulasi Penjadwalan Produksi

2. PENJADWALAN JAM KERJA (ROSTER)


a. Jam Kerja
Jam kerja sangat menentukan jumlah dan ukuran alat yang akan digunakan. Jam kerja
ini dipengaruhi oleh pola shift kerja, kondisi alam, metodologi pergantian shift dan pola
maintenance alat.
Dibawah contoh perhitungan jam kerja.

Perhitungan Hari Kerja


Jumlah hari setahun
Dikurang hari libur
Jadwal hari Kerja
Dikurang Hari Hujan*
Jumlah hari kerja (available)
Jumlah shift per hari
Jumlah Shfit pertahun

365 hari
10 hari
355 hari
40 hari
315 hari
3 shift
945 shift

Perhitungan Jam Kerja


Jam per shift
Dikurang pergantian shift
Dikurangi Istirahat makan
Dikurangi traveling, blasting
Jam available per shift
Jadwal jam Kerja per tahun

8.0 jam
0.2 jam
0.5 jam
0.5 jam
6.8 jam
6426 jam

Contoh Tabulasi Penjadwalan Jam Kerja

b. Physical Availability (PA)


Ketersediaan alat yang dapat digunakan untuk bekerja, besarnya physical availability
untuk alat-alat baru biasanya diatas 90%. Nilai ini sangat tergantung kepada
perawatan dan penyediaan suku cadang..
Contoh untuk kasus di atas, apabila untuk perawatan diperlukan 1 jam dalam 1 shift
maka Physical Availability = (5.8+1.2)/(5.8+1.2+1) = 87.5%
c. Use of Availability. (UA)
Jam kerja alat yang digunakan pada saat alat itu kondisi tidak rusak.

Contoh untuk kasus di atas : alat efektif bekerja 5.8 jam, sedangkan waktu stand by 1.2
jam
Use of availability = 5.8/(5.8 + 1.2) x 100% =83%
d. Produksi
Produksi = skedul jam kerja x UA x PA x produktivitas
Contoh : produktivitas alat = 150 m3/jam
Produksi pershift = 8jam x 87.5% x83% x 150 m3/jam = 870bcm/shift
FORMULA
PA = (W+S)/ (W+S+R)
UA = W/(W+S)
Skedule jam kerja (SK) = W + S + R
Produktivitas (P) = Vol / W
Produksi (Q) = SK x PA x UA x P
Q = (W+S+R) x (W+S)/(W+S+R) x W/(W+S) x Vol/W
dimana :
PA = Physical availability
UA = use of availability
W = working , S = kehilangan waktu
R = perawatan (break down)
Contoh : Skedul jam kerja 8 jam/ shift, kehilangan waktu 1.2 jam, perawatan 1 jam,
produktivitas alat 150 bcm/jam
Jumlah produksi pershift :
=(5.8+1.2+1)x(5.8+1.2)/ (5.8+1.2+1)x5.8/(5.8+1.2)x 150 bcm/jam
= 8 x 87.5% x 83% x 150 = 870 bcm/shift
3. KARAKTERISTIK FISIK MATERIAL
Karakteristik fisik material yang akan digali baik tanah penutup maupun komoditi harus
diketahui secara pasti, hal ini untuk menentukan tipe alat yang cocok untuk digunakan
serta untuk memperkirakan produktivitasnya. Yang paling utama diketahui dalam
pekerjaan pemindahan tanah mekanis adalah :
a. Kemudah-galian (Excavability)
Dalam penggalian tanah mekanis kemudah galian biasanya dikatagorikan kedalam :
free dig, rippable dan un-rippable. Ketiga kriteria ini sangat berdampak terhadap
penetuan jenis dan tingkat produktivitas alat gali-muat. Untuk menentukan kriteria
tersebut biasanya diketahuai dari analisa geotechnik, sehingga sebelum proses
penggalian perlu dilakukan penelitian :
- Analisa log bor, mengetahui batas atara batuan asli dan lapukan
- Survey seismik untuk mengetahui kecepatan seismik dari batuan yang akan digali
- Analisa engineering meliputi : kondisi air tanah, tipe batuan, stregth, joint spacing.
b. Massa Jenis (densitas)
Massa jenis batuan harus ditentukan dengan pasti, hal ini untuk memastikan agar tidak
terjadi kekurangan beban dan kelebihan beban karena keduanya dapat menyebabkan

kerugian. Kalau terjadi kekurangan beban produktivitas alat tidak optimum, sedangkan
kelebihan muatan alat akan cepat rusak.
c. Swell
Apabila tanah asli digali atau diberaikan, maka terjadi perubahan volume karena
adanya pengembangan, perubahan volume dari asli bank cubic metre (bcm) menjadi
gembur loose cubic metre (lcm) disebut dengan swell. Swell sangat penting diketahui
dalam pemindahan tanah meknis karena material yang dimuat dan diangkut adalah
dalam bentuk terberai (loose) sedangkan kemajuan penggalian dihitung dalam kondisi
tanah asli (bcm). Misal kalau swell faktor tinggi maka produktivitas alat dalam bcm akan
menurun.

4. PEMILIHAN ALAT
Secara garis besar pemilihan alat ditentukan oleh :
a. Karakterisitik material (sifat fisik, kekerasan dll.)
b. Bentuk endapan, kemiringan, perlapisan
c. Tingkat produksi
d. Metoda penambangan
e. Jarak angkut, Kemiringan, dimensi jalan
f. dll
5. ALAT PEMBERAIAN BATUAN
Metoda yang umum digunakan untuk pemberaian material overburden, bijih (ore) dan
batubara adalah ripping menggunakan bulldozer-ripper dan drilling blasting.
5.1. Ripping
Ripping digunakan untuk pemberaian material sebelum dimuat oleh shovel/ Backhoe/
Loader/ Dragline ke dalam Truck atau ke alat lain. Survey seismik refraksi biasanya
digunakan untuk mengindikasi kemudah galian material yang akan digali. (grafik

hubungan antara kecepatan seismik batuan dengan kemapuan ripping utuk berbagai
model bulldozerdapat dilihat di halaman berikut).
Faktor yang berpengaruh dalam produktivitas Ripping antara lain :
a. Dozer Power and Weight
b. Type batuan (karakteristik batuan)
c. Jumlah Ripper
d. Panjang Lintasan Ripping
e. Kedalaman Penetrasi
f. Struktur geologi (Spasi joint, sesar)
Contoh Pekerjaan Ripping

Grafik Hubungan Antara Kecepatan Seismik Batuan dg Kemampuan Ripping

Contoh Type & Ukuran BULLDOZER Produk Komatsu


Model Kapasitas Blade (m3) FLYWHEEL HP
D65
5.6
190
D85
8.5
190
D155
12.8
302
D275
15.3
405
D375
22.0
525
D475
34.4
860
D575
45.0
1150
5.2. Pemboran Produksi
Prinsip dari Metoda Pemboran adalah ROTARY-PERCUSSION and ROTARY
5.2.1. ROTARY PERCUSSION DRILLING
a. Top Hammer Drilling
Hammer Piston yang ditempatkan di posisi paling atas (Top) diteruskan ke Drill Bit
melalui batang Bor ---> jenis ini digunakan untuk lubang diameter kecil dan dangkal
dibawah 20 meter
b. Down The Hole Drilling
Piston diposisikan di bawah batang bor dan langsung memukul Bit ---> ekonomis
digunakan untuk diameter lubang sekitar 85 s/d 200 mm dan kedalaman diatas 20
meter.
5.2.2. ROTARY DRILLING
Bantuan dihancurkan dengan menggunakan roller cone bit dengan menggunakan
tekanan tinggi dan putaran.
Umumnya digunakan untuk lubang yang lebih besar di atas 150 mm sampai dengan
300 mm, ekonomis digunakan s/d kedalaman 50 meter.

5.3. Pemilihan Mesin Bor


Pemilihan mesin bor berdasarkan kepada :
a. Kekerasan Batuan
b. Kondisi/Lingkungan kerja
c. Kedalaman lubang
d. Tingkat Produksi
Contoh Type & Ukuran Mesin Bor Produk Tamrock

Model Mesin Drilling Tipe Rotary

Model Mesin Drilling DTH

6. ALAT GALI / MUAT (EXCAVATOR)


6.1. LOADING SHOVEL
a. Digunakan umumnya untuk material blasting
b. Diperlukan kondisi operasi terbatas (luas dan rata)
c. Dapat menangani ukuran material boulder
d. Mempunyai ukuran bucket lebih besar dibanding backhoe untuk kelas yang sama.
e. Dalam operasional memerlukan alat tambahan buldozer.
f. System operasional : Alat muat dan Truck diposisikan pada lantai kerja yang sama

6.2. BACK HOE


a. Mampu menggali material pada berbagai kondisi (Loading di floor, Channel, dan
Roof)
b. Manuver lebih mudah
c. Dapat beroperasi dengan areal kerja lebih sempit
d. Pada Kelas yang sama, Backhoe mempunyai jangkauan gali ke atas dan ke bawah
lebih besar dari pada Shovel.
e. Ukuran Bucket lebih kecil dibanding Shovel untuk ukuran mesin yang sekelas
f. System operasi : Alat muat diposisikan lebih tinggi dari alat angkut.

.
Yang perlu diperhatikan pada Shovel & Backhoe
a. Ukuran Bucket (m3)
b. Digging Reach (m)
c. Digging Depth (m)
d. Digging Force (Kg/Newton)
e. Kecepatan Swing
Contoh Type & Ukuran SHOVEL & BACHOE Produk Komatsu
Model Kapasitas Bucket (m3)
PC200
0.47 1.15
PC400
1.30 2.20
PC750
3.60 5.00
PC1100
5.50 - 6.50
PC3000
12.0 - 16.0
PC4000
19.0 - 24.0
PC5000
26.0 - 30.0

7. ALAT MUAT WHEEL LOADER


a. Digunakan umumnya di stocpile untuk muat ke truck, muat ke hopper, pengaturan
stockpile.
b. Mobilitas dan manuver-nya sangat tinggi
c. Memerlukan kondisi lantai kerja yang baik.
d. Kapasitas bucket tergantung density material

Contoh Type & Ukuran WHEEL LOADER Produk Komatsu


Model Kapasitas Bucket (m3)
WA320
2.7 3.2
WA380
3.2 4.0
WA450
4.2 5.2
WA500
4.5 5.5
WA600
6.2 8.0
WA700
8.7 11.4
WA800
11 16
WA900
13 - 17

8. ALAT ANGKUT DUMP TRUCK


a. Mampu beroperasi pada ukuran Fragment yang
besar
b. Memerlukan kondisi jalan yang baik untuk
meningkatkan productivitas dan menurunkan operating
cost
c. Terbatas dalam operasi ekonomisnya 4 km
d. Mobilitasnya tinggi & fleksibel

Contoh Type & Ukuran RIGID DUMP TRUCK Produk Komatsu


Model Max. Load (ton) Haeaped Capacity (m3)
HD325
36
24
HD465
55
34.2
HD785
91
60
HD1500
150
78
630E
172
103
730
186
111
830E
220
147
930E
290
211
9. ALAT TRANSPORT
9.1. TRAILER
a. Digunakan hanya untuk material lebih ringan misalnya BatuBara
b. Tepat untuk jalan datar dengan kecepatan tinggi & pengangkutan jarak jauh
c. Sesuai untuk Dumping langsung di Hopper
d. Kapasitas rangkaian : 40 160 ton

9.2. CONVEYOR
a. Volume tinggi, jarak jauh, unit cost rendah
b. Sulit untuk dipindah-pindahkan
c. Memerlukan ongkos investasi yang tinggi
d. Dapat menghandle material dengan grade sampai dengan 40%
e. Lebih aman dibanding dengan Truck
f. Dampak Polusi Lingkungan lebih rendah
g. Umur pakai minimum 5 tahun

10. HAUL ROAD MAINTENANCE


10.1. GRADER
a. Perbaikan jalan/meratakan jalan secara terus menerus untuk mengurangi Rolling
Resistance.
b. Frekuensi perataan/grading tergantung pada standar konstruksi dan kepadatan lalu
lintas serta beban kendaraan.
Fungsi lain :
a. Pemeliharaan drainase
b. Scarifier

Contoh Type & Ukuran MOTOR GRADER Produk Komatsu


Model Panjang Blade (m) Flywheel HP
GD510
3.71
125
GD623
3.71
155
GD750
4.32
225
GD825
4.88
280
10.2. COMPACTOR
Penimbunan jalan kadang diperlukan untuk menambah daya dukung tanah, bisa
berupa tanah atau perkerasan. Material Timbunan ini harus dipadatkan agar daya
dukung meningkat sesuai dengan desain. Tanpa pemadatan, usaha tsb akan sia-sia.
Tipe Compactor berdasarkan cara kerja:
1. Static
2. Vibrating
Tipe Compactor berdasar media pemadatnya
1. Tyre
2. Steel drum, terdiri dari :
a. Padfoot/Sheepfoot (tipe material : Clay / Silt)
b. Smooth (tipe material : Granular atau Clay/silt)

10.3. WATER SPRAYING


Digunakan untuk menjaga permukaan jalan tetap lembab (tidak basah), sehingga
mengurangi adanya debu, mengurangi gangguan jarak pandang dan memelihara
permukaan jalan agar tetap padat.
Jumlah keperluan air tergantung pada :
a. Type material permukaan jalan
b. Kelembaban alami
c. Curah Hujan
d. Penguapan
e. Kepadatan lalu lintas
Jumlah Water Sprayer Truck dihitung berdasarkan cycle time truck, pengisian tank dan
pompa penyemprotan.

11. PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT


11.1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas alat muat
1. Kapasitas Bucket
Kapasitas bucket ditentukan oleh ukuran bucket, swell material dan aktual volume
muatan dari bucket tersebut.
a. Kapasitas bucket (q) biasanya dinyatakan dalam vulume m3 heaped atau struck.
b. Swell (SF), perubahan volume dari solid atau bank (bcm) menjadi loose (lcm)
c. Faktor pengisian/ fill factor (k) menyatakan volume bucket yang dapat digunakan
dibanding dengan volume (dimensi aslinya)
2. Klasifikasi Penggalian (Digging)
Digging dapat diklasifikasi kedalam tiga kelompok :
a. Easy digging, misal material yang lepas dengan ukuran kecil dan seragam atau
tanah pucuk
b. Medium digging, misal material dapat digali langsung dari kondisi asli seperti sub soil.
c. Hard digging, misal material hasil blasting dengan ukuran tidak seragam.

3. Cycle Time
Cycle time alat loading terdiri dari komponen :
a. Loading
b. Swing muatan
c. Dump
d. Swing kosongan
Note : cycle time tipe track loader utk kapasitas (2 22 m3) berkisar antar 24 s/d 32
detik per cycle

Faktor yang berpengaruh terhadap cycle time meliputi :


a. Ukuran Alat (makin besar makin lambat)
b. Kemudahan gali
c. Kondisi lantai kerja
d. Kemudahan manuver
e. Skill dari operator.
11.2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas alat angkut
1. Tahanan Gulir (Rolling Resistance)
Adalah jumlah segala gaya-gaya luar yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan
yang berjalan diatas permukaan jalan.
2. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)
Besarnya gaya berat yang melawan atau yang membantu gerak kendaraan karena
kemiringan jalur jalan yang dilewati
3. Koefisien Traksi (Traction Coefisien)
Suatu faktor yang menunjukan besarnya traksi antara permukaan ban atau track
dengan jalan yang dapat digunakan untuk menarik/ mendorong.
4. Rimpull
Adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin kepada
permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan.

11.3. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas BULDOZER


Taksiran Produktivitas Ripping dg Grafik
Produksi Aktual = Grafik x effisiensi kerja
a. good
= 0.75 (45 min/jam)
b. Average = 0.58 ( 35 min/jam)
c. Rather
= 0.5 ( 30 min/jam)
d. Poor
= 0.4 (25 min/jam)

11.4. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Pemboran

11.5. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Alat Muat

Formula Alat Muat


Q = q x k x 60/cm x E
Q = Produktivitas per jam
q = Kapasitas bucket
k = faktor pengisian
cm = cycle time bucket
E = efisiensi kerja
(Kapasitas Loader = 20 m3 dan Swell Factor = 1.35)
Loader Capacity (q) : 20/1,35 = 14,8 Bcm
Bucket Fill Factor (qxk): 14,8 x 0,95 = 14,05 Bcm
Cycle Time (cm) : 0,5 minute
Cycle/Hour (60/cm) : 60/0,5 = 120
Efficiency Factor (E) : 83 %
Produksi per jam (Q) : 0,83 x 120 x 14,05 = 1.400 Bcm/jam
(Backhoe Kapasitas = 10 m3 dan Swell Factor = 1.2)
Loader Capacity (q) : 10/1,2 = 8,3 Bcm
Bucket Fill Factor (qxk): 8,3 x 0,95 = 7,8 Bcm
Cycle Time (cm) : 0,5 menit
Cycle/Hour (60/cm) : 60/0,5 = 120
Efficiency factor (k) : 83%
Produksi per jam(Q) : 83% x 120 x 7,8 = 776 Bcm/jam
(Backhoe Kapasitas = 2 m3 dan Swell Factor = 1.35)
Loader Capacity (q) : 2/1,35 = 1.48 Bcm
Bucket Fill Factor (qxk): 1,48 x 0,95 = 1,4 Bcm
Cycle Time (cm) : 0,4 menit
Cycle/Hour (60/cm) : 60/0,4 = 150
Efficiency factor (k) : 83%
Produksi per jam (Q): 83% x 150 x 1.4 = 174 Bcm/jam
11.6. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Alat Angkut
Formula Alat Angkut
Q = C x 60/cm x E
C=nxqxk
Q = Produktivitas per jam
n = Rate capacity of truck/(q x k x loose density)
cm = load time + Travel T + Spot Time
q = Kapasitas bucket
k = faktor pengisian
cm = cycle time bucket
E = efisiensi kerja
Berikut produktivitas Truck dengan asumsi sebagai berikut :

Kondisi Lapangan
a. Jalan :
- Terpelihara (Rr<3%)
- 500 m untuk 10% grade
- 4,5 Km untuk 0% grade
b. Material : Batu Pasir (Blast Material)
c. Swell : 1,6
d. Density : 2,4 t/Bcm
e. Speed : 40 Km/jam

Spesifikasi Alat Muat


Bucket Capacity (q) : 20/1,6 = 12,5 Bcm
Kapasitas Truck : 75 m3; heaped 2 : 1
Bucket Fill (k) : 0.95 x 12,5 = 11.8 bcm
Cycle Time (cm) : 0,5 menit
Cycle per Hour (60/cm) : 60/0,5 = 120
Specifikasi Alat angkut
Type : Rigid Body Rear Dump
Kapasitas : 75 m3; heaped 2 : 1
Rated Load : 125 Tonne
Empty Weight : 45 Tonne
Shovel Capacity : 20 m3
Perhitungan Cycle Shovel
Kapasitas Truck : 75/1,6 = 47 Bcm
Jumlah Passes (n) : 47/11.8 = 3.9 (dibulatkan = 4)
Waktu muat : 4 x 0,5 = 2,0 menit
Muatan Truck (nxqxkxsg) : 4 x11.8 * 2,4 = 113 Tonne
Perhitungan Waktu Angkut

Cycle Time
Haul : 15,6 menit
Loading : 2,0 menit
Dumping : 0,5 menit
Spot : 0,5 menit
TOTAL : 19.6 menit
Truck Productivity
Q = C x 60/cm x E
= 113 x 60/19.6 x 0.83
= 337.9 ton/jam
= 337.9 ton/jam : 2.4 ton/bcm =140bcm/jam
11.7. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Grader
PRODUKTIVITAS :
Qa = V x (Le Lo) x 1000 x E
Qa = Produktivitas (m2/jam)
V = Kecepatan (km/jam)
Le = Lebar efektif Blade
E = Job Efisiensi
Lo = Lebar overlap Blade (m)

11.8. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Compactor


PRODUKTIVITAS :
Qa = (W x V x H x 1000 x E) / N
Qa
V
W
H
N
E

= Produktivitas (m2/jam)
= Kecepatan (km/jam)
= Lebar efektif. Kompaksi (m)
= Tebal Lapisan yg Dipadatkan (m)
= Jumlah Lintasan
= Job Efisiensi

12. PERKIRAAN PRODUKSI TRUCK


Dalam pekerjaan konstruksi terutama yang berhubungan dengan masalah penggusuran
tanah yang relative jauh jarak angkutnya. Dikenal ada 3 macam yaitu :
a. Side dump truck (penumpahan kesamping)
b. Rear dump truck (penumpahan kebelakang)
c. Rear and side dump truck (penumpahan kebelakang dan kesamping)
Syarat penting agar truck dapat bekerja dengan efektif adalah jalan kerja yang keras
dan rata, tetapi ada kalanya truck didesain agar mempunyai cross country ability yaitu
suatu kemampuan berjalan diluar jalan biasa.
Dalam pemilihan truck, kapasitas yang dipilih harus seimbang dengan alat muatnya.
Jika perbandinganya kurang proporsional maka ada kemungkinan alat pemuat ini
banyak menunggu atau sebaliknya.
Untuk menyatakan keserasian (synchronization) kerja antara alat muat dan alat angkut
dapat juga dengan cara menghitung faktor keserasian alat muat dan angkut (match
factor) yaitu :

Dimana :
Na = jumlah alat angkut, buah
Nm = jumlah alat muat, buah
Ctm = waktu edar (cycle time) alat muat
Cta = waktu edar (cycle time) alat angkut
Bila dari hasil perhitungan ternyata :
a. Faktor keserasian < 1, maka alat muat akan sering menganggur atau berhenti
b. Faktor keserasian = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi (shyncron) artinya
keduanya akan sama-sama sibuknya atau tak perlu ada yang menunggu.
c. Faktor keserasian > 1, maka alat angkut yang akan sering menganggur atau berhenti
Beberapa keuntungan dan kerugian pemilihan antara truck kecil dan besar :
1. Truck kecil
Keuntungan :
Lebih lincah dalam beroperasi
Lebih mudah mengoperasikannya
Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah
Jika salah satu truck dalam satu unit angkutan tidak bekerja, tidak akan terasa
terhadap produksi
Kerugian :
Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truck yang beroperasi terutama waktu
muat
Excavator lebih sukar untuk memuatnya karena kecilnya bak
Lebih banyak sopir yang diperlukan
Biaya pemeliharaan lebih besar karena lebih banyak truck begitu pula tenaga
pemeliharaan
2. Truck besar
Keuntungan :
Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil jumlah unit truck besar lebih sedikit
Sopir atau crew yang digunakan lebih sedikit

Cocok untuk angkutan jarak jauh


Pemuatan dari loader lebih mudah sehingga waktu yang hilang lebih sedikit
Kerugian :
Jalan kerja harus diperhatikan karena berat truck, kerusakan jalan relative lebih cepat
Pengoperasian lebih sulit karena ukurannya lebih besar
Produksi akan sangat berkurang jika salah satu truck tidak jalan
Pemeliharaan lebih sulit dilaksanakan
Perhitungan Produksi Truck :
Sebuah truck dengan spesifikasi berikut :
Berat kosong : 37.000 lb
Kapasitas muatan : 40.000 lb
Berat total kendaraan : 77.000 lb = 34.900 kg
Dengan pembagian beban pada roda adalah sebagai berikut :
Poros depan : 12.000 lb
Poros kerja : 32.500 lb
Poros belakang : 32.500 lb
1 lb = 0,4536 kg
1 mile = 1,609 km
Digunakan power shovel 3 cuyd dengan produksi 312 cuyd/jam
Memindahkan tanah berat 2.700 lb/bcy, swell 25%, jarak angkut 1 mile, grade rata-rata
2,5% terhadap horizontal
Tahanan gelinding 70 lb/ton
Tahanan kelandaian 20 lb/ton/%grade
Koefesien traksi 0,6
Daftar Rimpull :

Tahanan gelinding = 60 lb/ton


Tahanan kelandaian = 50 lb/ton
Tahanan total = 110 lb/ton
Rimpull yang diperlukan = 110 lb/ton x 34,9 ton = 3.839 lb

Pada waktu mengangkut beban kecepatan maksimum truck bias mencapai 11,9 mph
Tahanan gelinding = 60 lb/ton
Tahanan kelandaian = 50 lb/ton
Tahanan total = 10 lb/ton
(dikurangi karena pada waktu pulang turun)
Berat kosong truck : 37.000 lb x 0,4536 kg/lb = 16.780 kg
Rimpull yang diperlukan 10 lb/ton x 16,78 ton = 167,8 lb
Pada waktu kosong kecepatan maksimum truck bias mencapai 32,7 mph.
Waktu siklus :
Loading = 15 cuyd / 312 cuyd/jam = 0,0482 jam
Mengangkut = 1 mile /11,9 mph = 0,084 jam
Kembali = 1 mile / 32,7 mph = 0,0306 jam
Waktu tetap (percepatan dan lain-lain) 2 menit = 0,0330 jam
Waktu membuang dan mengatur posisi 1 menit = 0,0165 jam
Total waktu siklus = 0,2123 jam
Jumlah trip / jam = 60 / 12,8 = 4,68 trip = 4 trip
Produksi 1 truck per jam = 4 trip/jam x 15 cuyd/trip = 60 cuyd/jam (bank)
Faktor koreksi :
Waktu kerja 50 menit/jam 0,83
= 0,83 x 0,75 = 0,6225 (0,62)
Tata laksana tata kerja baik : 0,75
Total produksi = 0,62 x 60 bcy/jam = 37,2 bcy/jam
Dilayani dengan power shovel dengan produksi 312 bcy/jam
Truck yang dibutuhkan : 312 bcy/jam / 37,2 bcy/jam = 9 buah truck
Sumber : (Alat Berat & Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi)
FAKTOR PRODUKSI

Kegiatan penambangan selalu berhubungan dengan alat-alat mekanis. Faktor yang


mempengaruhi produksi alat-alat mekanis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahanan Gali (Digging Resistance)

Adalah tahanan yang dialami oleh alat-alat pada waktu melakukan penggalian meliputi :
a. Gesekan antara alat gali dan Tanah
b. Kekerasan tanah/batuan
2. Tahanan Gulir/Gelinding (Rolling Resistance)
Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam pounds lbs dari tractive pull yang diperlukan
untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan
mendatar dengan kondisi jalan tertentu.
Keadaan bagian kendaraan yang berkaitan dengan permukaan jalur jalan :
a. Kalau memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah ukuran ban, tekanan dan
keadaan permukaan bannya apakah masih baru atau gundul dan macam kembangan
pada ban tersebut.
b. Jika memakai crawler track maka keadaan dan macam track kurang berpengaruh
tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.
Tabel Angka-Angka Tahanan Gulir Untuk Berbagai Macam Jalan
Ban Karet
Crawler
Macam Jalan
Type
Tek. Ban Tek. Ban Rata(lb/ton)
Tinggi
Rendah
Rata
1. Smooth concrete
55
35
45
40
45
2. Good aspalt
60 70
40 65
50 60
60
3. Hard earth, smooth,
60 80
40 70
50 70 45 70
well maintained
4. Dirt road, average
85
construction road, little
70 100
90 100 80 100
100
maintenance
5. Dirt road, soft, rutted,
85
80 110 100 140 70 100
poorly maintained
120
6. Earth, muddy, rutted, no
165
140 180 180 220 150 220
maintenance
210
240
7. Loose sand and gravel 160 200 260 290 220 260
275
8. Earth, very muddy &
290 200 240 300 400 280 340
soft
370
3. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)
Yaitu besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena
kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Kalau jalur jalan itu naik disebut kemiringan

positif (plus slope) maka tahanan kemiringan (grade resistance) akan melawan gerak
kendaraan sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull yang diperlukan.
Sebaliknya jika jalur jalan itu turun disebut kemiringan negative (minus slope) maka
tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan artinya mengurangi rimpull
yang dibutuhkan.
Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor yaitu :
a. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 %
berarti jalur jalan itu naik atau turun 1 meter untuk tiap jarak mendatar sebesar 100
meter ; atau naik turun 1 ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar.
b. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam gross ton.
Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus dijumlahkan secara
aljabar dengan rimpull untuk mengatasi tahanan gulir.
Pengaruh Kemiringan Jalan Terhadap Tahanan Kemiringan
Kemiringan
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8

GR Kemiringan GR Kemiringan
GR
(lb/ton)
(%)
(lb/ton)
(%)
(lb/ton)
20,0
9
179,2
20
392,3
40,0
10
199,0
25
485,2
60,0
11
218,0
30
574,7
80,0
12
238,4
35
660,6
100,0
13
257,8
40
742,8
119,8
14
277,4
45
820,8
139,8
15
296,6
50
894,4
159,2

Akan tetapi perlu diingat bahwa alat-alat pemindahan mekanis itu jarang yang dapat
mengatasi kemiringan lebih besar dari 15 %. Jadi kalau dipakai tahanan kemiringan 20
lb/ton/%, maka angka-angkanya tidaklah terlalu menyimpang sampai kemiringan 15 %.
Cara menentukan tahanan kemiringan itu dapat dengan memakai teori mekanika (ilmu
pesawat) yang sederhana.
Cara Menentukan Tahanan Kemiringan

Dari gambar diatas terlihat bahwa DEF sebangun ABC, maka :


EF BC
P BC
BC
--- = --- ---> --- = --- atau P = W --DF AC
W AC
AC
Bila W = 1 ton = 2.000 lbs
1m
AB
100m/100ft
Sedangkan BC = ----- dan AC = ---------- = -----------------1 ft
Cos
Cos
sedangkan 1 % = 1 / 100 dan cos = 10
maka persamaan diatas menjadi :
1
P = 2000 lbs ----------------- = 20 lbs
1000/Cos 10
Perlu diingat bahwa kemiringan negative itu selalu membantu mengurangi rimpull
kendaraan, maka sedapat mungkin harus diusahakan agar pada waktu alat itu
mengangkut muatan melalui jalur jalan yang menurun, sedangkan pada waktu kosong
menaiki atau mendaki jalur jalan itu.
Sehingga dengan demikian pada waktu berisi muatan dapat bergerak lebih cepat dan
membawa muatan lebih banyak karena rimpull yang diperlukan sudah dikurangi dengan
kemiringan negative yang membantu. Ini berarti bahwa sedapat mungkin tempat
penimbunan atau tempat membuang material harus dipilihkan yang letaknya lebih
rendah pada tempat penggaliannya sendiri.
4. Coefficient of Traction/Tractive Coefficient

Merupakan suatu faktor yang menunjukan berapa dari seluruh berat kendaraan itu pada
ban atau track yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Jadi harus dikali
untuk menunjukan rimpull maksimum antara ban atau track dengan permukaan jalur
jalan tepat sebelum selip. Jadi CT itu terutama tergantung :
a. Keadaan ban, yaitu keadaan dan macamnya bentuk kembangan ban tersebut, untuk
crawler track tergantung dari keadaan dan bentuk tracknya.
b. Keadaan permukaan jalur jalan, basah atau kering, keras atau lunak, bergelombang
atau rata, dst.
c. Berat kendaraan yang diterima oleh roda penggeraknya.
Coefficient of Traction Untuk Bermacam-Macam Keadaan Jalur Jalan
Crawler Track
%
%
1. Dry, rough concrete 0,80 1,00 80 100 0,45
45
2. Dry, clay loam
0,50 0,70 50 70
0,90
90
3. Wet, clay loam
0,40 0,50 40 50
0,70
70
4. Wet sand & gravel 0,30 0,40 30 40
0,35
35
5. Loose, dry sand
0,20 0,30 20 30
0,30
30
Macam Jalan

Ban Karet

Contoh perhitungan :
Sebuah kendaraan mempunyai jumlah berat 40.000 lbs (20 ton) yang seluruhnya
diterima oleh roda penggeraknya dan akan bergerak pada jalur jalan yang terbuat dari
tanah liat yang kering dengan CT = 0,50 (50%), RR = 100 lb/ton dan kemiringan 5 %.
Jawab :
Rimpull yang dapat diberikan oleh mesin kendaraan pada macam jalan seperti diatas
sebelum selip bila beban yang diterima roda penggerak 100 % adalah sebesar :
RP/TP/TE/DBP = 40.000 lbs x 0,50 = 20.000 lbs
Sedangkan rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir adalah
sebesar :
RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x GR x kemiringan
20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000 lbs
RP/TP/TE/DBP = Berat kendaraan x RR
20 ton x 100 = 2.000 lbs
Jumlah RP/TP/TE/DBP = 4.000 lbs

Maka kendaraan itu pada keadaan jalur jalan tersebut tidak akan selip
Seandainya kendaraan yang sama bergerak pada jalur jalan yang terbuat dari pasir
lepas dengan RR 250 lbs/ton dan CT =0,20 serta kemiringan 5 % sedangkan berat
kendaraan yang diterima oleh roda penggerak 50 % yaitu :
Untuk mengatasi RR :
RP/TP/TE/DBP = 20 ton x 250 lbs/ton = 5.000 lbs
Untuk mengatasi GR :
RP/TP/TE/DBP = 20 ton x 20 lbs/ton/% x 5 % = 2.000 lbs
Jumlah RP/TP/TE/DBP = 7.000 lbs
Sedangkan rimpull yang dapat diterima oleh kendaraan 50 % nya adalah :
40.000 lbs x 0,20 x 50 % = 4.000 lbs,
maka kendaraan tersebut tidak akan dapat bergerak atau selip.
5. Rimpull/Tractive Pull/Tractive Effort/Drawbar Pull
Merupakan besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin
suatu alat kepada permukaan jalur jalan atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Bila coeffisien of traction cukup tinggi untuk menghindari
terjadinya selip maka rimpull maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear
ratios (persnelling) antara mesin dan roda-rodanya, tetapi jika selip maka rimpull
maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan
coeffisien of traction.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dihitung dengan rumus :
HP x 375 x effesiensi mesin
RP = ---------------------------------------kecepatan, mph
dimana :
RP = Rimpull atau kekuatan tarik (lb)
HP = Tenaga mesin, HP
375 = Angka konversi
Istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan yang beroda ban karet, untuk yang
memakai roda rantai (crawler track) maka istilah yang dipakai ialah drawbar pull (DBP).

Kecepatan Maksimum Pada Tiap-Tiap Gigi (Gear)


Kendaraan Roda Ban Karet 140 HP Crawler Track/Tractor 15 ton
Kecepatan (mph)
RP (lb)
Kecepatan (mph) RP (lb)
3,25
13.730
1,72
28.019
7,10
6.285
2,18
22.699
12,48
3.576
2,76
17.265
21,54
2.072
3,50
13.769
33,86
1.319
4,36
10.074
7,00
5.579
6. Percepatan (Acceleration)
Merupakan waktu yang diperlukan untuk mempercepat gerak kendaraan dengan
memakai kelebihan rimpull yang tidak digunakan untuk menggerakkan kendaraan pada
keadaan jalur jalan tertentu. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mempercepat gerak
kendaraan tergantung dari beberapa faktor yaitu :
a. Berat kendaraan, semakin berat maka semakin lama waktu yang digunakan untuk
mempercepat gerak kendaraan
b. Kelebihan rimpull yang ada, semakin besar rimpull yang berlebihan semakin cepat
kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi kalau kelebihan rimpull itu tidak ada maka
percepatan pun tidak akan timbul artinya kendaraan tersebut tidak bisa dipercepat.
Untuk menghitung percepatan secara tepat dapat diperkirakan dengan rumus newton
yaitu :
W
Fg
F = ------ atau = --g
W
dimana :
F = Kelebihan rimpull (lbs)
g = Percepatan karena gaya grafitasi (32,2 ft per sec2)
W = Berat alat yang harus dipercepat (lbs)
Cara lain untuk menghitung percepatan secara tidak langsung adalah dengan
menghitung kecepatan rata-ratanya. Rumus sederhana yang dipakai adalah :
Kecepatan rata-rata = Kecepatan maximal x Faktor kecepatan
Faktor kecepatan dipengaruhi jarak yang ditempuh kendaraan, semakin jauh jaraknya

maka semakin besar factor kecepatan kendaraan tanpa memperhatikan bagaimana


keadaan jalur jalan yang dilalui.
Faktor Kecepatan
Jarak Yang Ditempuh (ft) Faktor Kecepatan
500 1.000
0,46 0,78
1.000 1.500
0,59 0,82
1.500 2.000
0,65 0,82
2.000 2.500
0,69 0,83
2.500 3.000
0,73 0,83
3.000 3.500
0,75 0,84
3.500 4.000
0,77 0,85
Contoh :
Sebuah kendaraan bergerak diatas suatu jalur jalan sehingga memiliki kecepatan
maksimum 12,48 mph pada gigi ketiga. Bila jarak yang ditempuh adalah 1.250 ft berarti
faktor kecepatannya = 0,70 (lihat tabel diatas), maka kecepatan rata-ratanya adalah :
12,48 x 0,70 = 8,74 mph.

7. Ketinggian Permukaan Air Laut (Altitude or Elevation)


Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja mesin-mesin
karena mesin-mesin tersebut bekerjanya dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur
udara luar. Semakin rendah tekanan udaranya maka semakin sedikit jumlah
oksigennya.

Dari pengalaman ternyata untuk mesin 4 tak (four cycle engines) maka kemerosotan
tenaga karena berkurangnya tekanan, rata-rata adalah 3% dari HP diatas permukaan
air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama. Sedangkan
untuk mesin 2 tak ternyata kemerosotan lebih kecil yaitu sebesar 1% dari HP diatas
permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft kecuali 1.000 ft yang pertama.
Contoh :
Sebuah mesin 4 tak dan 2 tak dengan tenaga 100 HP diatas permukaan air laut pada
ketinggian 10.000 ft hanya akan memiliki HP sebesar :
3% x 100 x (10.000 - 1.000)
100 - -------------------------------------- = 73
1.000
1% x 100 x (10.000 - 1.000)
100 - -------------------------------------- = 91
1.000
Akan tetapi semakin tinggi letak tempat itu maka temperaturnya semakin rendah dan
hal ini akan membantu mesin menaikkan hasil kerja mesin-mesin bakar (bensin dan
diesel). Untuk menghitung pengaruh temperature udara biasanya dihitung dengan
suatu rumus dimana sudah diperhitungkan pengaruh tekanannya pula, yaitu :
Ps To
Ho = ---- ---Po Ts
Dimana :
Hc = HP yang harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian yaitu pada ketinggian 0 ft
Ho = HP yang dicatat pada ketinggian tertentu
Ps = Tekanan barometer baku (standart), 29,92 inciHg
Po = Tekanan barometer pada ketinggian tertentu, inciHg
Ts = Temperatur absolute pada keadaan baku (standart), (4600 + 600 F) = 5200 F
(=2730 C)
To = Temperatur absolute pada ketinggian tertentu dalam 0 F atau (460 + Temp)
8. Efisiensi Operator (Operator Efficiency)
Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar untuk
ditentukan effisiensinya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari
bahkan dari jam ke jam tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang

dikemudikan, suasana kerja, dll. Kadang-kadang suatu perangsang dalam bentuk upah
tambahan (insentive) dapat mempertinggi effisiensi operator.
Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerjaan itu
tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang tak mungkin
dihindari seperti melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagianbagian penting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ketempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat muat dan alat angkut, menunggu peledakan disuatu daerah
yang akan dilalui, perbaikan jalan, dll.
Karena hal-hal tersebut diatas selama satu jam jarang ada operator betul-betul dapat
bekerja selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman maka bila operator dapat bekerja
selama 50 menit dalam satu jam, ini berarti effisiensinya adalah 83 %, maka hal ini
dianggap baik sekali jika alatnya berban karet. Sehubungan dengan effisiensi operator
diatas maka perlu juga diingat keadaan alat mekanisnya karena hal tersebut
mempengaruhi effisiensinya.
Operator Efficiency
Effisiensi
Macam Alat

Baik Sekali

Crawler
Tracktor

92 % = 55
min/jam
83 % = 50
Berban Karet
min/jam

Sedang
83 % = 50
min/jam
75 % = 45
min/jam

Kurang Baik
(Malam Hari)
75 % = 45
min/jam
67 % = 40
min/jam

Beberapa pengertian yang dapat menunjukan keadaan alat mekanis dan effektifitas
penggunaannya antara lain :
a. Availability Index atau Mechanical Availability
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat
yang sedang dipergunakan.
W
AI = -------- x 100%
W+R
Dimana :
W

= Working hours atau jumlah jam kerja alat

Waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat

dioperasikan artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay time)
yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu untuk pulang pergi ke
permuka kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan
karena keadaan cuaca, dll.
R

= Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan

Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menuggu alat perbaikan
termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk
perawatan preventif.

b. Physical Availability atau Operational Availability


Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.
W+S
PA = ------------ x 100%
W+R+S
S = Standby hours
Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak
dan dalam keadaan siap beroperasi
W+R+S

= Schedule hours

Jumlah seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi


Physical Availability pada umumnya selalu lebih besar daripada Availability Index.
Tingkat effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka Physical Availability
mendekati angka Availability Index
c. Use of Availability
Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi
pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (Availability).
W
UA = ------- x 100%
W+S
Angka Use of Availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat
yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa
baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.

d. Effective Utilization
Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan
untuk kerja produktif. Effective Utilization sebenarnya sama dengan pengertian effisiensi
kerja.
W
EU = ------------ x 100%
W+R+S
Dimana :
W+R+S = T = Total Hours Available atau Schedule hours (Jumlah jam kerja tersedia)
Contoh :
Dari pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data sebagai
berikut :
Jumlah jam kerja (working hours)
= W = 300
Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours)
= R = 100
Jumlah jam siap tunggu (hours on standby)
= S = 200
Jumlah jam yang dijadwalkan (schedule hours or Total hours) = T = 600
Maka :
300
AI = ------------ x 100% = 75 %
300 + 100
300 + 200
PA = ------------ x 100% = 83 %
600
300
UA = ------------ x 100% = 60 %
300 + 200
300
EU = ----- x 100% = 50 %
600
Dalam keadaan lain datanya sebagai berikut :
W

= 450

R
S
W+R+S

= 150
= 0, berarti alat tersebut tak pernah menunggu (standby)
= 600

Maka :
450
AI = ------------ x 100% = 75 %
450 + 150
450 + 0
PA = ---------------- x 100% = 75 %
450 + 150 + 0
450
UA = ------------ x 100% = 100 %
450 + 0
450
EU = ----- x 100% = 75 %
600
Terlihat bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih effisien daripada operasi alat pada
contoh pertama.

9. Faktor Pengembangan (Swell Factor)


Material dialam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik,
sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi
udara (voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan
tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan
atau pemuaian volume (swell).
Jadi 1,00 cu yd tanah liat dialam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu
yd. ini berarti terjadi penambahan volume sebesar 25% dan dikatakan material tersebut
mempunyai faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80%. Sebaliknya bila
bank yard ini dipindahkan lalu dipadatkan ditempat lain dengan alat gilas (roller)
mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi berkurang
dari 1,00 cu yd. tanah sesudah dipadatkan hanya memiliki volume 0,90 cu yd, ini berarti
susut 10%, dan dikatakan shrinkage factor nya 10 %.
Contoh :
Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut
tanah liat basah dengan factor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya

mengangkut 80% x 15 cu yd = 12 cu pay yard atau bank cu yd atau insitu cu yd.


Beberapa persamaan faktor -faktor diatas :
V loose
Percent Swell = ( ---------------------- - 1) x 100%
V undisturbed
V undisturbed
Swell Factor = ( ---------------------- ) x 100%
V loose
V compacted
Shrinkage Factor = ( 1 - ----------------------- ) x 100%
V undisturbed
Kalau angka untuk shrinkage factor tidak ada biasanya dianggap sama dengan percent
swell. Beberapa istilah penting yang berkaitan dengan kemampuan penggalian yaitu :
a. Faktor Bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu
ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara teoritis.
b. Faktor Mangkuk (bucket factor), yaitu perbandingan antara volume material yang
dapat ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara
teoritis.
c. Faktor Muatan (payload factor), yaitu perbandingan antara volume material yang
dapat ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut
spesialisasi teknisnya.
10. Berat material (Weight of Material)
Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi :
a. Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.
Oleh sebab itu berat jenis material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
kapasitas alat muat maupun alat angkut.

Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material

Macam Material

Bobot Isi
(Density)

Swell Factor

(in bank
correction factor)
2.700 4.325
0,075
2.300
0,85
2.800 3.000
0,82 0,80
2.200
0,74

lb/cu yd insitu
1. Bauksit
2. Tanah liat, kering
3. Tanah liat, basah
4. Antrasit (anthracite)
5. Batubara bituminous
(bituminous coal)
6. Bijih tembaga (cooper ore)
7. Tanah biasa, kering
8. Tanah biasa, basah
9. Tanah biasa bercampur
pasir dan kerikil (gravel)
10. Kerikil kering
11. Kerikil basah
12. Granit, pecah-pecah
13. Hematit, pecah-pecah
14. Bijih besi (iron ore), pecahpecah
15. Batu kapur, pecah-pecah
16. Lumpur
17. Lumpur sudah ditekan
(packed)
18. Pasir, kering
19. Pasir, basah
20. Serpih (shale)
21. Batu sabak (slate)

1.900

0,74

3.800
2.800
3.370

0,74
0,85
0,85

3.100

0,90

3.250
3.600
4.500
6.500 8.700

0,89
0,88
0,67 0,56
0,45

3.600 5.500

0,45

2.500 4.200
2.160 2.970

0,60 0,57
0,83

2.970 3.510

0,83

2.200 3.250
3.300 3.600
3.000
4.590 4.860

0,89
0,88
0,75
0,77

PERKIRAAN PRODUKSI BACKHOE


Untuk menghitung produktifitas excavator dalam hal ini back hoe, kita harus
membatasi terhadap kondisi yang ada pada setiap pekerjaan. Beberapa faktor yang
memperngaruhi terhadap produktifitas excavator antara lain :

a. Faktor keadaan pekerjaan


Keadaan dan jenis tanah
Tipe dan ukuran saluran (jika menggali saluran)
Jarak pembuangan
Kemampuan operator
Job management/pengaturan operasional
Dan lain-lain
b. Faktor keadaan mesin
Attachment yang cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan
Kapasitas bucket
Waktu siklus yang banyak dipengaruhi oleh kecepatan travel dan system hidrolis
Kapasitas angkutan
3. Pengaruh dalamnya pemotongan dan sudut swing
Dalam pengoperasiannya, makin dalam pemotongan (cutting) yang diukur dari
permukaan dimana excavator sedang beroperasi, makin sulit pula mengisi bucket
secara optimal dengan hanya sekali gerakan. Dengan demikian untuk mengisi bucket
secara optimal diperlukan beberapa kali gerakan, tentu saja gerakan ekstra ini
menambah waktu siklus.
Dalam hal ini operator mempunyai beberapa pilihan yaitu :
a. Mengisi bucket sampai penuh tentu saja sebagai konsekuensi adalah bertambahnya
waktu siklus
b. Membawa seadanya material sebagai hasil dari satu kali gerakan tadi
Dengan adanya hal tersebut produktifitas alat akan berkurang, sehingga efek ini harus
kita perhitungkan. Sebagai contoh jika kedalaman pemotongan 8 ft sedangkan kedalam
optimum adalah 10 ft maka prosentase akibat kedalaman tersebut adalah :
8
---- x 100% = 80%
10
Perlu diketahui bahwa kedalaman optimumadalah suatu kedalaman dimana pada tinggi
tersebut waktu bucket (dipper) mencapai titik tertinggi telah penuh tanpa memberikan
beban tambahan terhadap mesin.
Selain faktor diatas, sudut swing yakni besar sudut-sudut yang dibentuk antara posisi
dripper (bucket) waktu mengisi dan waktu membuang beban akan berpengaruh
terhadap waktu siklus, makin besar sudut swing makin besar pula waktu siklus, (lihat

tabel).
Tabel pengaruh dari faktor swing dan kedalaman galian :

Tabel untuk mengetahui kedalaman optimum (ft)

Tabel kondisi kerja

Tabel faktor pengisian bucket

Contoh perhitungan :
Tentukan produksi backhoe dengan kapasitas bucket 1 cuyd menggali tanah biasa,
swell 43%, dalam pemotongan 6 ft, sudut swing 900, kondisi pekerjaan dan tata
laksana sedang.
Jawab :

Ukuran bucket 1,75 cuyd dalam keadaan munjung lebih kurang 2 cuyd, swell 43%.

Cycle time (waktu siklus) :


Pengisian bucket = 7 detik
Mengangkat beban dan swing = 10 detik
Dumping (pembuangan) = 5 detik
Swing kembali = 5 detik
Waktu tetap percepatan, dll = 4 detik
Total = 31 detik = 0,5 menit

Produksi teoritis = 1,39 BCY/trip x 120 trip/jam


Produksi teoritis = 166,8 BCY
Faktor koreksi :
Effisiensi kerja = 50 min/jam = 0,84
Kondisi kerja dan tata laksana sedang 0,65
Faktor swing dan kedalaman galian, tanah biasa 9,7 ft

Swing 90% = 0,91


Faktor pengisian = 0,85
Faktor koreksi total = Fk : 0,84 x 0,65 x 0,91 x 0,85
Faktor koreksi total = 0,42
Produksi/jam = 166,8 BCY/jam x 0,42 = 70,06 BCY/jam
Sumber : (Alat Berat & Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi)

PERKIRAAN PRODUKSI BULLDOZER


Disini produksi bulldozer yang digunakan untuk mendorong tanah dengan gerakangerakan yang teratur misalnya penggalian selokan, pembuatan jalan raya,

penimbunan kembali (back filling) dan penumpukan atau penimbunan (stock filling).
Contohnya :
Sebuah bulldozer denga kekuatan mesin 180 HP memiliki bilah (blade) berukuran 9,5 ft
x 3,0 ft (panjang x tinggi). Kapasitas bilah (blade) dengan kemiringan tanah didepannya
1 : 1 adalah 1,58 cuyd, volume lepas (loose volume = LCM).
Material yang digali adalah tanah liat berpasir dengan S.F = 80%, jarak dorong = 100 ft
pulang pergi dengan lapangan kerja mendatar, effisiensi kerja = 83%. Kecepatan
maksimum pada gigi-1 maju = 1,5 mph dan gigi mundur 3,5 mph.
Produksi per jam :
Waktu tetap (memindah gigi berhenti) = 0,320 menit
Mendorong muatan 100 ft pada kecepatan 1,5 mph :

Kembali kebelakang, 100 ft pada kecepatan 3,5 mph :

Jumlah waktu daur (cycle time) = 1,405 menit


Jumlah lintasan (trip) tiap jam :

Kapasitas bilah = 1,58 x 80% = 1,3 cuyd bank measured (bank cu yd = BCM)
Produksi yang diperkirakan = 1,3 x 35 = 45,5 cuyd (bank measured)/jam.
Bila ada 500 BCM tanah yang harus dipindahkan tiap jam oleh alat tersebut, maka
diperlukan :

Atau dengan rumus :

Dan dibutuhkan :

Produksi bulldozer dapat pula dihitung dengan rumus sebagai berikut :


a. P = PMT x FK
b. PMT = KB x T

Maka rumus-rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi :

Dimana :
P = Produksi bulldozer, m3/jam
PMT = Produksi maksimum teoritis dengan effisiensi 100%, m 3/jam
FK = Faktor koreksi
KB = Kapasitas bilah (blade capacity), m3
T = Lintasan perjam
Ct = Waktu daur (cycle time), menit
J = Jarak kerja, m
F = Kecepatan maju (forward velocity), m/menit
R = Kecepatan mundur (reverse velocity), m/menit
Z = Waktu tetap (fixed time), menit
Contohnya :
Sebuah bulldozer Komatsu D 355 A yang dilengkapi dengan alat garu dipergunakan
untuk tugas penggaruan sekaligus juga untuk kegiatan penggusuran dengan jarak garu
dan gusur rata-rata 30 m. Material yang digaru dan digusur adalah tanah yang kompak
dan kering. Data teknis lainnya adalah :
a. Faktor pengembangan 0,80
b. Ukuran bilah 4,32 m (panjang) x 1,68 (tinggi)
c. Faktor bilah = 0,90
d. Kecepatan maju pada gigi 3 = 4,78 km/jam
e. Kecepatan mundur pada gigi 2 = 6,54 km/jam
f. Waktu tetap (fixed time) = 0,05 menit
g. Effisiensi waktu = 0,83

h. Effisiensi kerja = 0,75


i. Effisiensi operator = 0,85
Maka :
KB = panjang x (tinggi)2 x faktor bilah
KB = 4,32 x (1,68)2 x 0,90
KB = 10,90 LCM (loose cubic meter)
KB = 10,90 x 0,80 = 8,72 BCM
FK = Effisiensi waktu x effisiensi kerja x effisiensi operator
FK = 0,83 x 0,75 x 0,85
FK = 0,53
J = 30 m
F = 4,78 km/jam = 79,67 m/menit
R = 6,54 km/jam = 109,00 m/menit
Z = 0,05 menit
Jadi produksi penggusuran bulldozer Komatsu D 355 A ini adalah :

Bila bulldozer melakukan pembabatan (clearing), maka pepohonan yang harus


dirobohkan mempunyai ukuran yang bermacam-macam, oleh karena itu untuk
memperkirakan waktu yang diperlukan oleh bulldozer untuk merobohkan pepohonan
dipergunakan persamaan sebagai berikut :
T = B + M1N1 + M2N2 + M3N3 + M4N4 + DF
Dimana :
T = waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan untuk lapangan kerja seluas
1 acre (=0,047 km2), menit
1 mile2 = 640 acre = 295 Ha
1 acre = 235 x 10.000/640 m2 = 4064 m2
B = waktu untuk menjelajah lapangan seluas 1 acre tanpa merobohkan pepohonan,
menit
M = waktu untuk merobohkan pepohonan yang memiliki diameter tertentu, menit

N = jumlah pohon tiap acre untuk selang (interval) diameter tertentu


D = jumlah diameter semua pohon yang mempunyai diameter lebih besar dari 6 ft, tiap
acre, ft
F = waktu untuk merobohkan per ft, diameter pepohonan yang mempunyai diameter
lebih dari 6 ft pada lapangan yang datar
Sumber : (Alat Berat & Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi)

PERKIRAAN PRODUKSI LOADER


Loader adalah alat yang dipergunakan untuk pemuatan material kepada dump truck
dan sebagainya. Sebagai prime mover loader menggunakan tracktor. Disini dikenal
dua macam loader (ditinjau dari prime movernya), yakni :
a. Loader dengan penggeraknya crawler tractor atau disebut track cavator

b. Loader dengan penggeraknya crawler tractor atau disebut wheel tractor


Loader didapat dengan menambahkan bucket container yang dipasang dibagian depan.
Loader dibuat kebanyakan dengan kendali hidrolis yang dilengkapi dengan tangantangan (arms) yang kaku untuk mengoperasikan bucketnya. Ukuran dari bucket
bervariasi antara cuyd sampai dengan 25 cuyd kapasitas munjung terbesar. Yang
biasa dipakai dan tersedia banyak adalah loader dengan ukuran bucket sampai dengan
5 cuyd. Bucket loader direncanakan untuk membongkar muatan yang mempunyai
ketinggian 8 sampai 15 ft dengan ketinggian tersebut cukup untuk membongkar muatan
keatas dump truck.
Penggunaan loader pada umumnya untuk memuat material dan membawa serta
membongkar, juga digunakan untuk menggali pondasi basement suatu bangunan
dengan catatan ruang geraknya memungkinkan untuk pelaksanaan pekarjaan.
Penggunaan yang lain juga memuat material yang telah diledakan misalnya untuk
pembuatan terowongan dan juga pekerjaan quarry dan pekerjaan terowongan.
Produktifitas loader dinyatakan dalam cuyd atau m3 per jam dan dapat dilakukan
perhitungan secara teoritis yaitu :
a. Waktu siklus
Waktu yang ada pada perhitungan produksi loader terdiri dari beberapa komponen
waktu antara lain:
Raise time yaitu waktu yang diperlukan untuk mengangkat bucket dari bawah kesuatu
ketinggian yang diinginkan (detik).
Lower time yaitu waktu yang diperlukan untuk menurunkan bucket yang telah kosong
(detik).
Dump time yaitu waktu yang diperlukan untuk membongkar muatan.
Point diatas disebut fixed time yang diperkirakan besarnya antara 15 sampai 24 detik
(0,25 0,40 menit)
Waktu tetap (memuat, membongkar dan manuver) masih dipengaruhi oleh beberapa
faktor, oleh sebab itu waktu masih terus ditambah atau dikurangi sesuai dengan jenis
pelaksanaan pekerjaanya.

Variable time yaitu untuk mengangkut dan mengatur posisi loader.


b. Bucket Fill Factor (Faktor Pengisian Bucket)
Yaitu jumlah material dalam % yang dapat diangkat oleh bucket setiap trip untuk
berbagai jenis material.

Contoh penggunaan :
Material 12 mm dengan bucket 4 cuyd
Fill factor : 90%,
Jadi per trip bucket mengangkut sebesar : 0,9 x 4 cuyd = 3,6 LCM per trip
Perhitungan :

Sebuah loader dengan kapasitas bucket 5 cuyd mengerjakan gravel dengan berat
1.660 kg/m3 dengan ukuran 9 mm, jarak maneuver d1 = d2 = 15 ft, operasi konstan
dengan truck sewa dengan kecepatan operasi :
Maju : 260 fpm, mundur : 440 fpm
Bucket 5 cuyd kira-kira memuat 6 LCY
Waktu siklus :
Fixed time = 0,40 menit
Material 9 mm = - 0,20 menit
Truck sewa = + 0,40 menit
Operasi konstan = - 0,20 menit
Maju 2 x 15/260 = + 0,11 menit
Mundur 2 x 15/440 = + 0,07 menit
Total waktu = 0,58 menit
Trip/jam = 60 / 0,58 = 103,44 = 620,64 cuyd/jam
Faktor koreksi :
Bucket fill factor = 0,85
Effisiensi kerja siang = 0,83
Tata laksana-kondisi kerja baik = 0,75
Jadi produksi riil = 0,85 x 0,83 x 0,75 x 620,64 cuyd/jam
= 0,53 x 620,64 cuyd/jam
= 328,94 cuyd/jam
Sumber : (Alat Berat & Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi)

Exploitasi merupakan kegiatan penggalian endapan bahan galian dari dalam kulit bumi
secara ekonomis dengan menggunakan system penambangan tertentu. Adapun
tahapan kegiatan penambangannya sebagai berikut : Pembabatan (Clearing),
Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Stripping O/B), Penggalian Endapan Bahan
Galian (Mining), Pemuatan (Loading), Pengangkutan (Hauling), Penumpahan (Waste
Dump).
Kegiatan penambangan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis
atau alat-alat berat. Adapun pengelompokannya sebagai berikut :
A. PENGELOMPOKAN PENGGERAK UTAMA
A.1 Traktor sebagai Prime Mover
Untuk alat besar dengan penggeraknya traktor dibedakan menurut :
1. Traktor (sebagai Prime Mover atau penggerak utama)
a. Traktor roda kelabang (crawler)
b. Traktor roda ban (wheel)
A.2 Bulldozer terutama sebagai alat penggusur
1. Dibedakan menurut blade :
a. Straight bulldozer (dengan blade lurus)
b. Angling bulldozer (dengan blade miring)
c. Universal bulldozer (dengan blade universal)
d. Cushion bulldozer (dengan blade cushion)
2. Dibedakan menurut tracknya :
a. Bulldozer dengan roda kelabang
b. Wheel dozer dengan roda ban karet
3. Ripper (terutama sebagai alat pembajak)
a. Hinge (Bajak kaku tunggal)
b. Parallelogram
c. Adjustable parallelogram (dapat distel)
*) Single shank (bajak tunggal)
*) Multi shank (bajak banyak)
4. Scrapper (terutama sebagai alat pengelupas)
a. Standart scrapper (scrapper bermesin)
b. Towed scrapper (scrapper yang ditarik)

5. Motor Graders (terutama sebagai alat untuk grading/pembentuk permukaan)


6. Loader (terutama sebagai alat pemuat)
a. Wheel loaders (loader dengan roda ban karet)
b. Track loaders (loader dengan roda kelabang)
A.2. Excavator Sebagai Prime Mover
1. Backhoe (excavator pengeduk dengan arah kebelakang)
a. Backhoe dengan sistem kontrol hidrolis
b. Backhoe dengan sistem kontrol kabel sling
2. Clamshell (excavator pengeduk - japit)
3. Shovel (excavator pengeduk dengan arah kedepan)
a. Dengan sistem kontrol hidrolis
b. Dengan sistem kontrol kabel sling
4. Skidder (excavator untuk balok-balok kayu)
5. Dragline (excavator pengeduk - tarik)
6. Crane/pipelayers (keran pengangkat, alat pasang pipa)
A.3. Alat Selain Excavator dan Tractor
1. Truck
a. Side dumping (pembuangan kesamping)
b. Back dumping (pembuangan kebelakang)
2. Dump Wagon
a. Rear dump (pembuangan kebelakang)
b. Bottom dump (pembuangan kebawah)
c. Side dump (pembuangan kesamping)
3. Trailler (kendaraan pengangkut alat-alat berat dan barang-barang berat)
4. Alat Pemadat
a. Three Wheel Roller (penggilas beroda tiga)

b. Tandem roller (penggilas tipe tandem)


c. Meshgrid & segment roller (penggilas tipe lempengan & anyaman)
d. Pneumatic tired roller ( penggilas beroda ban)
e. Towed roller
*) Sheep foot roller (penggilas tipe kaki kambing)
*) Pneumatic roller (penggilas beroda ban)
5. Alat pneumatis yang bekerja dengan tenaga tekanan angin
6. Compressor, alat pemampat udara
7. Stone crusher (pemecah batu)
a. Jaw crusher (pemecah dengan sistem rahang)
b. Roll crusher (pemecah dengan sistem roll)
c. Impact crusher (pemecah dengan sistem pukulan)
d. Gyratory crusher (pemecah dengan sistem kisaran)
8. Alat pengolah aspal
a. Asphalt mixing plant (pencampur aspal)
b. Asphalt distributor (penyemprot aspal)
c. Asphalt finisher (penghampar aspal dan aggregat)
9. Dredger (kapal keruk)
B. PENGELOMPOKAN MENURUT FUNGSINYA
B.1. Tractor
B.2. Alat pembersih lapangan
a. Bulldozer (mesin-mesin penggusur)
b. Ripper (mesin-mesin pembajak)
B.3. Alat pengangkat dan pemuat
a. Backhoe (mesin-mesin pengeduk belakang)
b. Power shovel (mesin-mesin pengeduk depan)
c. Dragline (mesin-mesin pengeduk tarik)
d. Clamshell (mesin-mesin pengeruk japit)
e. Loaders (mesin-mesin pemuat)
B.4. Alat Penggali dan Pengangkut
a. Scrapper (mesin-mesin pengelupas)

b. Truck (alat angkut)


B.5. Alat Pembentuk Permukaan
a. Motor grader (mesin-mesin perata)
B.6. Alat Pemadat
a. Roller (mesin gilas)
B.7. Dan lain-lain
(

Anda mungkin juga menyukai