Anda di halaman 1dari 47

APLIKASI ALAT

PRODUKSI
TUJUAN
1. Untuk mengingatkan kembali pengetahuan yang sudah pernah
didapat (Refresh)
2. Memberi pengetahuan / informasi baru kepada teman-teman
pengawas produksi yang belum pernah mendapatkan
3. Sarana sharing / tukar pendapat untuk kemajuan operasional
penambangan PT. MKP umumnya dan peningkatan pengetahuan
pengawas operasional PT. MKP khususnya
4. Agar dapat ditularkan / diberitahukan kepada teman-teman yang
belum tahu
5. Salah satu service dari PT. Britmindo sebagai konsultan dalam
pengembangan Sumber Daya Manusia (alih teknologi)
URUTAN KEGIATAN PERTAMBANGAN
 Explorasi
 Kegiatan penyelidikan / pencarian endapan / mineral berharga
 Study Kelayakan / Feasibility Study
 Kegiatan perencanaan teknis, ekonomis dan lingkungan
 Persiapan Insfrastuktur / Development
 Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
penambangan
 Exploitasi
 Kegiatan penambangan / pengambilan mineral berharga dari dalam bumi
 Mineral Proses
 Kegiatan pengolahan bahan galian berharga hasil penambangan
 Marketing
 Kegiatan pemasaran / penjualan mineral hasil penambangan
METODE PENAMBANGAN
 Metode Penambangan
 Tambang Terbuka (Surface Mining)
 Kontak langsung dengan udara bebas
 Bukaan Luas, Kedalaman Terbatas
 Biaya Operasional Lebih Murah
 Contoh : Open Pit, Open Cast, Strip Mine, Quarry, Dredging, dll
 Alat : Excavator, Dump Truck, Dozer, Scrapper, Kapal Keruk, dll
 Tambang Bawah Tanah (Underground Mining)
 Tidak kontak langsung dengan udara bebas
 Berbentuk terowongan, Bukaan Sempit, Lokasi Terbatas, Kedalamam
Tidak Terbatas
 Biaya Operasional Lebih Mahal
 Contoh : Room and Pillar, Block Caving, Long Wall Mining, dll
 Alat : Drum Shearer, Power Roof Support, dll
CIRI DAN KELAYAKAN KEGIATAN PERTAMBANGAN
 Ciri Umum Kegiatan Pertambangan
 Investasi Besar
 Penggunaan Teknologi Modern
 Beresiko Tinggi
 Kelayakan Kegiatan Pertambangan
 Layak Secara Ekonomi
 Harus menguntungkan

 Layak Secara Teknis


 Aman Bagi Perkerja dan Alat

 Ada teknologi yang bisa digunakan pada saat itu

 Layak Secara Lingkungan / Ramah Lingkungan


 Kerusakan lingkungan seminimal mungkin

 Ada kegiatan pengembalian fungsi lahan bekas penambangan


PROSES PENAMBANGAN
PROSES PENANGANAN BATUBARA
PENGERTIAN ISTILAH UMUM
 Penambangan
 Kegiatan membongkar, memuat dan mengangkut material
 Stripping Ratio (SR)
 Perbandingan antara volume tanah penutup (Bcm) yang harus digali untuk
mendapatkan 1 ton batubara
 Productivity
 Banyaknya hasil produksi dalam Volume atau Tonase yang dapat dihasilkan oleh
sebuah alat produksi per satuan waktu (jam)
 Cycle Time / Waktu Putar / Waktu Edar
 Besaran waktu yang dibutuhkan oleh sebuah alat produksi untuk melakukan 1 kali
putaran proses produksi
 Top Soil
 Lapisan tanah pucuk atau lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur
hara
 Dibeberapa perusahaan menetapkan ketebalan top soil adalah 50 – 100 cm
 Sub Soil
 Lapisan material yang berada dibawah lapisan top soil dan biasanya mempunyai
warna yang hampir mirip dengan top soil
 Overburden
 Lapisan material yang berada diatas endapan bahan galian
 Interburden
 Lapisan material yang berada diantara endapan bahan galian
 Parting
 Lapisan material yang berada diantara material Overburden / Interburden dan lapisan
batubara, biasanya berwarna gelap
 Batubara
 Suatu endapan bahan galian yang terbentuk secara alamiah dialam
 Berasal dari tumbuh – tumbuhan yang sudah mati, diuraikan oleh bakteri anaerob
 Mengalami proses pemampatan karena tekanan dan suhu yang tinggi
 Seam
 Perlapisan endapan batubara dengan jarak dan ketebalan tertentu
 Tes Pit
 Kegiatan untuk mencari contoh / sampel endapan bahan galian dengan cara membuat
lubang galian / sumur
 Trenching
 Kegiatan untuk mencari contoh / sampel endapan bahan galian dengan cara membuat
paritan yang memotong perlapisan endapan bahan galian tersebut
 Kekar
 Retakan pada lapisan batuan yang belum mengalami pergeseran dari posisi awalnya
 Sesar / Fault
 Retakan pada lapisan batuan yang sudah mengalami pergeseran dari posisi awalnya
 Strike
 Arah suatu perlapisan batuara
 Biasanya dihitung dari arah Utara (North) ke arah Timur (East) atau searah putaran jarum
jam
 Dinyatakan dalam derajat (00 – 3600), Contoh : N 600 E
 Dip
 Kemiringan suatu perlapisan batubara
 Dinyatakan dalam derajat (00 – 900), Contoh : 300
 Slope
 Lereng yang mempunyai kemiringan tertentu, biasanya dinyatakan dalam derajat, persen
atau perbandingan antara tinggi dan lebar
 Crest
 Titik awal dari sebuah slope / lereng galian
 Toe
 Titik akhir dari sebuah slope / lereng galian
 Boundary Pit
 Batas akhir dari suatu lokasi penambangan
 Elevasi
 Suatu titik yang mempunyai ketinggian tertentu dari permukaan air laut
 Disposal / Waste Dump
 Tempat pembuangan material tanah penutup / material tidak berharga
 Stock ROM
 Tempat penimbunan material berharga yang berasal dari tambang
 Intermediate Stock ROM
 Tempat penimbunan sementara material berharga yang berasal dari tambang
 Stockpile
 Tempat penimbunan material berharga yang sudah mengalami proses pengolahan
(misal : crushing – pengecilan ukuran butir)
 Sedimen Pond
 Suatu bangunan / tempat dengan dimensi tertentu
 Menampung air sementara
 Megendapkan material lumpur yang terdapat dalam air, sebelum dialirkan ke perairan
bebas
 Grade Jalan
 Kemiringan suatu jalan, biasanya dinyatakan dalam % atau ( 0)
 Super Elevasi
 Kemiringan jalan pada suatu tikungan, dimana kemiringannya searah / mengikuti arah
dari tikungan jalan tersebut
 Biasanya dinyatakan dalam ( 0) atau %
PENGERTIAN DASAR SATUAN
 Satuan Yang Berlaku di Dunia
 Imperial
 Misal : Mile, Inchi, Yard Cubic Meter, Galon, Pounds, dll
 Metric
 Misal : Kilometer, Centimeter, Bank Cubic Meter, Liter, Kilogram, dll
 BCM (Bank Cubic Meter)
 Volume material yang masih dalam kondisi aslinya
 LCM (Loose Cubic Meter)
 Volume material dalam kondisi repah / sudah mengalami pemberaian
 CCM (Compact Cubic Meter)
 Volume material dalam kondisi sudah mengalami pemadatan secara
mekanis / compacting
SWELL FACTOR
 Swell Faktor / Faktor Pengembangan
Merupakan faktor pengembangan dari suatu material yang
mengalami perubahan bentuk dari kondisi awal (BCM menjadi
LCM)

Contoh : Swell Factor OB adalah 1,25 LCM / BCM


Berapa muatan HD 465-7 dalam kondisi LCM?
Jawab :
muatan HD 465 – 7 = 23 BCM / rit
Swell Faktor OB = 1,25 LCM / BCM
muatan dalam LCM = 23 BCM x 1,25 LCM / BCM
= 28,75 LCM / rit
Asumsi Konversi Cubic Meter dalam Satuan Metric
1,0 BCM = 1,2 LCM = 0,9 CCM
DENSITY MATERIAL
Density / Bobot Isi Material
 Merupakan Berat atau Bobot suatu material per satuan Volume
 Contoh : Ton / BCM, Ton / LCM, Lbs / YCM
Density OB = 2,30 Ton / BCM
Jika HD 465-7 mengangkut = 23 BCM / load
Berapa Ton muatan HD 465-7 tersebut?
Jawab : OB = 23 BCM x (2,30 Ton / BCM)
= 52,90 Ton / load OB

Density Coal = 1,30 Ton / BCM


Jika Scania mengangkut = 30 Ton / load
Berapa BCM muatan Scania tersebut?
Jawab : Coal = 30 Ton / (1,30 Ton / BCM)
= 23,1 BCM / load Coal
MINE PLAN
Penentuan Target Produksi :
1. Reserve / Cadangan, berdasarkan model geologi data hasil bor explorasi
2. Perhitungan nilai SR kumulatif
3. Penentuan SR plan penambangan berdasarkan nilai ekonomis
4. Penentuan batas pit / batas penambangan
5. Penentuan Physical Availability (ketersediaan fisik unit), berdasarkan
data Plant / Workshop / Mechanic
6. Penentuan Use Availability (waktu pemakaian unit)
1. Delay Time ( jam halangan operasi )
Misal : Jam Hujan, Jam Rawat Jalan, Jam Istirahat, Safety Talk, P5M, Refueling,
Shift Change, Sholat Jum’at, Blasting
2. Effektive Working Hours ( jam operasi efektif )
7. Penentuan Target Produktivitas Unit
8. Perhitungan Kapasitas Produksi berdasarkan kemampuan unit
9. Penentuan sekuen / area penambangan yang sesuai dengan kemampuan
unit
10. Didapat plan SR penambangan dan target produksi
SURVEY
 Fungsi Survey :
1. Hasil pengukuran survey merupakan dasar pembayaran volume hasil produksi OB removal,
bukan berdasarkan ritasi (truck count).
2. Memberikan acuan operasional produksi dalam aplikasi plan penambangan.
3. Data Reconsiliasi / perbandingan / evaluasi antara model geologi dengan kondisi aktual
penambangan.
4. Data evaluasi untuk perencanaan operasional berikutnya.
 Acuan kerja operasional produksi :
1. Peta tambang, memuat rencana kerja
2. Bendera survey, memberi informasi larangan dan panduan kerja
PENGENALAN PETA
 Sebuah peta yang baik harus dapat memberikan informasi grafis
secara jelas dan mudah dimengerti tentang kondisi lokasi yang
digambarkannya.
 Didalam peta akan terdapat :
 Contour / Kontur
yaitu garis yang menghubungkan antar titik yang memiliki ketinggian /
elevasi yang sama (umumnya ketinggian diatas permukaan air laut)
 Index Contour / Indek Kontur
yaitu kontur yang mempunyai interval tertentu (umumnya per 5 meter
ketinggian)
 Scale / Skala
yaitu perbandingan antara jarak datar dalam peta dengan jarak datar aktual
dikondisi aslinya
 Skala Grafis, untuk penyesuaian penggandaan peta untuk ukuran kertas berbeda
 Skala Numeris, yang umum dipakai
 Legend / Legenda
yaitu lambang / tulisan / keterangan yang menjelaskan :
 Lokasi (misal : rawa / lumpur, disposal, stock top soil)
 Jalan (access road, mine road dan coal haul road)
 Setling Pond dan arah aliran pemompaan
 Arah Mata Angin
yaitu gambar / lambang yang menunjukkan arah mata angin dalam peta
 Harus menunjukkan arah Utara (U) atau North (N)
 Umumnya bagian atas sebuah kertas peta menunjukkan arah Utara
 Grid Line
yaitu garis yang menunjukkan posisi / lokasi dalam garis lintang dan garis
bujur bumi
 Garis Lintang, garis yang melintang dari kutub utara sampai ke kutub selatan bumi
 Garis Bujur, garis yang membujur dari timur ke barat, mengikuti arah perputaran bumi
KAPASITAS PRODUKSI
 Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Produksi Unit
 Jenis Material (OB, Lumpur, Top Soil, Batubara)

 Kelas / Besaran Unit (PC 1250SP-7, PC 800SE, HD 465-7, A 35E)

 Cycle Time Unit (Posisi Loading, Jarak Angkut, Grade Jalan,


Jarak Dorong)
 Kondisi Lokasi Kerja (Loading Point, Jalan Angkut, Disposal)

 Kondisi Unit (Mechanical Availability, Kenyamanan Unit)

 Kemampuan / Skill Operator (Bagus, Sedang, Buruk)

 Effisiensi Kerja
 Jam Kerja Effektif
 Jam Stand By / Delay Time
PRODUKTIVITAS ALAT
Kapasitas Unit
Produktivitas Unit = ----------------------- x Faktor Koreksi
Cycle Time Unit

Komponen Unit yang Mempengaruhi Kapasitas Produksi :


 Excavator

Kapasitas Bucket (Bucket Fill Factor)


 Dump Truck

Kapasitas Vessel / Dump Body (Vessel Fill Factor)


 Dozer

Kapasitas Blade, Dimensi Ripper


 Motor Grader

Panjang Blade
Cycle Time Unit :
 Excavator
 Digging / Menggali
 Swing Isi
 Menumpah
 Swing Kosong
 Dump Truck
 Manuver Di Loading Point
 Travel Bermuatan
 Manuver Di Dumping Point
 Dumping
 Travel Kosong
 Dozer
 Waktu Tetap untuk Perpindahan Speed / Memposisikan Ripper
 Maju Mendorong Material / Ripping
 Menumpah Material / Mengangkat Ripper
 Mundur Ke Posisi Semula
 Motor Grader
 Waktu Tetap untuk Memposisikan Blade
 Travel / Grading
 Waktu Tetap untuk Perpindahan Speed
 Manuver Kosong
Faktor Koreksi :
 Karakteristik Material
 Mudah tidaknya digali / dibongkar
 Densitas / Bobot Isi Material
 Kondisi Lokasi Kerja
 Kondisi Loading Point, Jalan Angkut dan Disposal
 Efisiensi Kerja
 Delay Time
 Kondisi Alat
 Availability Unit / Down Time Unit
 Kemampuan / SkillOperator

KEADAAN ALAT Kondisi Kerja Efisiensi


KEADAAN MEDAN Menyenangkan 0.90
MEMUASKAN BAGUS BIASA BURUK
Normal 0.83
MEMUASKAN 0.84 0.81 0.76 0.70 Buruk / Jelek 0.75

BAGUS 0.78 0.75 0.71 0.65 KETRAMPILAN OPERATOR EFISIENSI


BAIK 0.90 - 1
BIASA 0.72 0.69 0.65 0.60
NORMAL 0.75
BURUK 0.63 0.61 0.57 0.52 BURUK / JELEK 0.50 - 0.60
EXCAVATOR
q x FK
Q = -------------
CT

Keterangan :
Q = Produktivitas (Bcm/Jam)
q = Kapasitas Bucket (Bcm)
CT = Cycle Time (Jam)
FK = Faktor Koreksi (Bucket Fill Faktor, Effisiensi Kerja, MA, Skill
Operator, Faktor Kondisi Kerja)
BULLDOZER
q x FK
Q dozing = --------------------
D/F + D/R + Z
Keterangan :
Q dozing = Produktivitas Dozing (Bcm/Jam)
q = Kapasitas Blade (Bcm)
= L x H2 ,dimana :
L = Panjang Blade (Meter)
H = Tinggi Blade (Meter)
D = Jarak Dorong (Meter)
F = Kecepatan Maju (Km/Jam)
R = Kecepatan Mundur (Km/Jam)
Z = Waktu Tetap untuk Pindah Gear (Jam)
FK = Faktor Koreksi (Blade Faktor, Grade Faktor, Effisiensi Kerja, MA,
Skill Operator, Faktor Kondisi Kerja)
q x FK
Q ripping = -------------------
D/F + D/R + Z
Keterangan :
Q ripping = Produktivitas Ripping (Bcm/Jam)
q = Kapasitas Ripping (Bcm)
= L x H x W ,dimana : L = Panjang Ripping (Meter)
H = Kedalaman Ripping (Meter)
W = Spasi Ripping (Meter)
D = Jarak Dorong (Meter)
F = Kecepatan Maju (Km/Jam)
R = Kecepatan Mundur (Km/Jam)
Z = Waktu Tetap untuk Pindah Gear (Jam)
FK = Faktor Koreksi (Blade Faktor, Grade Faktor, Effisiensi Kerja, MA
Skill Operator, Faktor Kondisi Kerja)
Q dozing x Q ripping
Q = -----------------------
Q dozing + Q ripping

Keterangan :
Q = Produktivitas (Bcm/Jam)
Q dozing = Produktivitas Dozing (Bcm/Jam)
Q ripping = Produktivitas Ripping (Bcm/Jam)
DUMP TRUCK

q x FK
Q = -------------
CT

Keterangan :
Q = Produktivitas (Bcm/Jam)
q = Kapasitas Vessel / Dump Body / Bak (Bcm)
CT = Cycle Time (Jam)
= Travel Bermuatan, Manuver Dumping, Dumping, Travel Kosong,
Manuver Loading
FK = Faktor Koreksi (Bucket Fill Faktor, Effisiensi Kerja, MA, Skill
Operator, Faktor Kondisi Kerja)
MOTOR GRADER

Q = V x (Le – Lo) x 1000 x FK


Keterangan :
Q = Produktivitas (M2/Jam)
V = Kecepatan Travel (Km/Jam)
Le = Lebar Blade Effektif (Meter)
Lo = Lebar Overlap Blade (Meter)
FK = Faktor Koreksi
(Bucket Fill Faktor, Effisiensi Kerja, MA, Skill Operator, Faktor Kondisi
Kerja)

nxD
T = -----------
V x FK
Nilai Lo adalah 0,3 meter
Nilai Le adalah :
FAKTOR KESERASIAN ALAT ( MATCH FACTOR )

Jumlah Alat Muat x CT Alat Angkut


M F = -----------------------------------------------------
Jumlah Alat Angkut x CT Alat Muat

 Nilai MF yang paling ideal adalah 1, tetapi nilai ini sangat sulit
untuk diperoleh
 Pengertian nilai Match Factor :

 Jika MF > 1, maka alat angkut mengantri

 Jika MF < 1, maka alat muat menggantung / menunggu alat


angkut
JALAN ANGKUT ( MINE ROAD )
 Aplikasi Penentuan Lebar Minimal Jalan Angkut
 One Way / 1 Jalur
= 2 x Lebar Unit Angkut Terbesar yang Melewati Jalan Tersebut
 Two Way / Double Way / 2 Jalur
= 3 x Lebar Unit Angkut Terbesar yang Melewati Jalan Tersebut
 Safety Berm / Tanggul Pengaman
= ½ x Tinggi Ban Unit Terbesar
 Grade Jalan
 Besarnya kemiringan suatu jalan angkut, dimana nilainya
didapat dari perbandingan selisih elevasi terendah dan tertinggi,
dibagi dengan jarak datar
 Grade maksimal untuk jalan angkut yang effisien dan aman
adalah 10% (komatsu handbook)
Elevasi Tertinggi – Elevasi Terendah
Grade Jalan = ------------------------------------------------------- x 100%
Jarak Datar

+65 m dpl

+55 m dpl
100 meter

Grade Jalan = ((65 - 55)/100) x 100%


= 10 %
POSISI LOADING ALAT MUAT

 Bottom Loading / Normal Loading


 Posisi alat muat lebih tinggi / diatas alat angkut / dump truck

 Posisi yang paling efektif untukExcavator


 Top Loading
 Posisi alat muat sejajar dengan posisi alat angkut / dump truck

 Posisi loading untuk Wheel Loader / Wheel Dozer / Power


Shovel
 Tidak efektif untuk Back Hoe
 Double Bench
 Posisi alat muat lebih tinggi / diatas posisi alat angkut / dump
truck
 Biasanya untuk aplikasi unit Excavator Back Hoe

 Dilakukan dengan cara membuat temporary bench yang sejajar


dengan posisi track
 Radius swing 450 - 1800

 Aplikasi yang Tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai