Anda di halaman 1dari 14

EFFICIENCY IN MINING OPERATION

FLEET MATCHING

Prepared by :
Bambang Tjahjono
Executive Director of ASPINDO
EFFICIENCY DIAGRAM

Cash
Logistic
Management

Supportive
Financial
Activity

Spending
Maintenance
Management

Operational

Equipment
Productivity Man Power
Fleet
FOKUS
• Efisiensi dalam operasi tambang lebih dibutuhkan di tambang batubara
Mengapa?
 Harga batubara relative rendah dibandingkan biaya penambangan,
efisiensi sangat diperlukan.
 Di tambang mineral, umumnya pola lapisan tanah tidak teratur, sulit
untuk menentukan kebutuhan alat secara pasti.
 Harga mineral umumnya sangat tinggi, biaya penambangan relative
rendah dibandingkan harga mineral, sehingga efiisiensi tidak menjadi
prioritas.
• Dibidang lain, konstruksi, perkebunan dll, ketidak-teraturan untuk
kebutuhan alat lebih besar, efisiensi sulit dilakukan
• Kombinasi alat yang dipakai menjadi salah satu faktor yang menentukan
efisiensi dalam penambangan, khususnya batubara.
TAMBANG BATUBARA KECIL

• Produksi overburden dibawah 10 juta bcm/th per pit.


• Ukuran alat juga kecil :
 Excavator kelas 60 t kebawah
 Dumptruck kelas 30 t kebawah
 Bulldozer kelas Komatsu D 155/Cat D9 kebawah
 Drilling Machine (bila dibutuhkan blasting) kelas 5”
• Kapan dibutuhkan blasting ?
 Bila tanah overburden cukup keras, memerlukan ripping dengan
bulldozer
 Tidak ada masalah lingkungan (penduduk berdekatan)
 Tidak ada masalah slope stability
TAMBANG MENENGAH

• Produksi overburden antara 10 – 20 juta bcm/th per pit


• Ukuran alat menengah :
 Excavator maks 125 ton
 Dumptruck maks 50 ton
 Bulldozer maks Komatsu D 375/Cat D 10
 Drilling machine (bila diperlukan blasting) maks 7 7/8”
• Bila tanah cukup keras, ripping dengan bulldozer hanya dilakukan
apabila :
 Masalah lingkungan, blasting mengganggu penduduk setempat
 Stabilitas lereng, resiko longsor
 Volume tanah yang di blasting terlalu sedikit, tidak efisien untuk pen
gadaan drilling/blasting
TAMBANG BESAR

• Produksi overburden antara 30 – 80 juta bcm per pit


• Ukuran alat besar :
Excavator kelas maks 400 t (Komatsu PC 4000,Hitachi
EX 3600)
Dumptruck kelas 150 t (Komatsu HD 1500, Cat 785)
Bulldozer Komatsu D 375, Cat D 10
Drilling machine maks 9” (blasting pasti dibutuhkan)
TAMBANG SANGAT BESAR

• Produksi overburden diatas 80 juta bcm/th per pit


• Ukuran alat :
Relative sama dengan tambang besar
Tidak layak diperbesar lagi karena O&O costnya tinggi.
• Sebagai konsekuensinya, jumlah excavator dan dumptruck
sangat banyak, bisa melampaui 100 unit.
• Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan yang computerized,
dengan Dispatch System, sehingga matching antara
excavator dan dumptruck bisa dijaga tetap.
MENGAPA ADA BATASAN MAKSIMUM ?

• Excavator :
 Untuk tambang kecil/menengah, berkaitan dengan lahan sempit
 Excavator terlalu besar, sering pindah tempat karena material loading
cepat habis ---> productivity rendah
 O&O cost untuk alat super besar mahal

• Dumptruck :
 Untuk tambang kecil/menengah yang sempit dan biasanya tanahnya
lunak, masalah dengan ground pressure dan manuver area bagi
dumptruck
 Menyesuaikan/matching dengan ukuran excavatornya, agar jumlah
loading jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak
 Ideal jumlah loading excavator adalah 4 – 5 pass
MENGAPA ADA BATASAN MAKSIMUM ?

• Bulldozer :
 Fungsi bulldozer hanya sebagai perata lahan di front area dan
spreading material di disposal/dumping area. Jadi tidak perlu terlalu
besar. Untuk ripping hanya sesekali

• Drilling machine :
 Ada keterbatasan tinggi bench sekitar 8 m, sehingga diameter drilling
terlalu besar tidak efisien
 Jumlah lubang drilling juga terbatas untuk sekali blasting, mengingat
area yang relative sempit tsb diatas
BAGAIMANA MENANGANI ‘MATCHING’ ALAT ?

• Matching antara alat muat dan alat angkut tergantung :


 Jarak angkut
 Jenis/ukuran alat
 Kondisi jalan angkut
 Jenis material
• Jarak angkut menentukan jumlah dumptruck per 1 alat muat
 Untuk overburden, jarak angkut minimal 100 m, maksimal 5 km
 Untuk dibawah 100 m lebih baik menggunakan bulldozer
 Untuk jarak diatas 5 km saat ini terlalu jauh untuk batubara
thermal coal (biasanya jarak jauh hanya terjadi di pit yang besar
sekali : Adaro, KPC dll)
BAGAIMANA MENANGANI ‘MATCHING’ ALAT ?

• Jenis/ukuran alat, baik alat loading maupun alat angkut


akan menentukan posisi loading dan jumlah DT per unit
alat loading
• Alat loading yang populer adalah excavator type backhoe,
yang lebih fleksibel dibandingkan type front shovel
• Alat loading type lain : wheel loader, dredge line dll kurang
cocok untuk kondisi tambang batubara di Indonesia
• Jumlah dumptruck yang ideal per 1 alat loading adalah 4 –
5 buah
• Front shovel hanya cocok pada kondisi front loading yang
cukup luas dengan ground pressure tanah yang cukup baik
BAGAIMANA MENANGANI ‘MATCHING’ ALAT ?

• Kondisi jalan angkut :


 Grade jalan yang baik maksimum 8% untuk
overburden maupun coal menggunakan dumptruck,
sedangkan coal hauling dengan trailer disarankan
maksimum 4%
 Karena itu untuk trailer umumnya menggunakan
metode double handling, dengan ROM stockpile
 Untuk kondisi tanah yang relative lunak, bila
diperlukan perkerasan jalan dilakukan walaupun umur
jalan relative pendek
BAGAIMANA MENANGANI ‘MATCHING’ ALAT ?

• Jenis material :
 Untuk material keras, alat loading masih
dimungkinkan dengan front shovel, asal lokasinya
cukup luas
 Untuk material yang agak lunak, sebaiknya backhoe
lebih efektif daripada front shovel
 Untuk material yang sangat lunak/lumpur, alat
loading tetap back hoe, sedangkan dumptrucknya
terpaksa menggunakan type articulated, dengan
resiko costnya 2x lipat
Thank You..
ASPINDO LEARNING & DEVELOPMENT CENTER
Gedung MTH Square Lt. UG No. A11BC
Jl. MT Haryono Kav. 10, Jakarta Timur 13330
P : 021-29067381/29067382
F : 021-29067381
M : 081219423450

Anda mungkin juga menyukai