Anda di halaman 1dari 42

PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

DAN
ALAT-ALAT BERAT

oleh

igig soemardikatmodjo

2001

BAB I
PENDAHULUAN
1. UMUM.
1. 1. Pengantar.
Didalam setiap proyek pembangunan civil engineering hampir selalu
ada pekerjaan tanahnya. Pekerjaan tanah ini dilakukan mulai dari menggali,
menggusur, memindahkan, memadatkan dan juga kadang mengolahnya untuk
mendapatkan spesifikasi tanah yang diharapkan atau ditentuka.
Pekerjaan tanah dalam skala kecil sering dilakukan dengan cara manual
atau menggunakan tenaga manusia. Cara ini dapat dijumpai terutama dalam pekerjaan yang berorientasi padat karya atau proyek tersebut bermaksud mempeker
jakan sebanyak mungkin tenaga kerja, sehingga masalah efisiensi waktu dan efek
tifitas kegiatan pekerjaan tidak menjadi prioritas utama. Namun bila skala pekerjaan cukup besar dan membutuhkan kecepatan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pekerjaan tanah tersebut dilakukan dengan cara mekanis atau dengan kata lain
menggunakan bantuan tenaga mesin atau peralatan mekanis lainnya (alat berat).
Penggunaan peralatan berat ini biasanya dipakai untuk :
Penggalian, pengupasan, pembongkaran dan penimbunan tanah.
Perataan atau penyebaran tanah.
Pembuatan profil permukaan tanah.
Pemindahan atau pengangkutan tanah.
Pemadatan (compaction).
Sering pula dijumpai kegiatan pekerjaan tanah mendapatkan porsi yang
cukup besar, dimana hal ini dapat dijumpai pada jeinis-jenis proyek pembangun
an bendungan, irigasi, pembangunan jalan baru, pembukaan lahan untuk permu
kiman atau perkebunan dan lain sebagainya.
Sehingga untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas pekerjaan perlu
dilakukan perencanaan secara cermat dan teliti. Yang menjadi permasalahan ada
lah bagaimana kita melakukan perencanaan proyek tersebut dan dapat melaksana
kannya, serta yang tak kalah pentingnya ialah bagaimana kita mengendalikannya.
Hal ini dapat tercapai bila dilakukaan oleh orang-orang yang benar-benar mampu
dalam arti memiliki keahlian, pengalaman yang baik dan kemampuan manajerial.
Karena pada dasarnya sasaran utama (project objective) dari suatu pelaksanaan proyek adalah :
Bagaimana dapat melakukan efisiensi terhadap
biaya
mutu
waktu

atau yang biasa dikenal dengan singkatan BMW yakni : bagaimana kita membuat rencana anggaran biaya semurah mungkin tapi masih dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan spesifikasi, untuk mencapai standar mutu sebaik mungkin
dan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan tepat waktu sesuai dengan jadwal
atau schedule yang telah ditentukan.
Kelihatannya tujuan utama proyek tersebut demikian sederhana, namun
dalam pelaksanaannya tidak semudah mengucapkannya. Pengelolaan pekerjaan
tersebut memerlukan manajemen yang baik dan teratur rapih.
Jadi setiap pimpinan proyek dituntut untuk dapat mengelola uang/anggaran biaya
menjaga mutu pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan. Ditambah lagi bagaimana Proyek Manajer dalam mengatasi risiko-risiko pekerjaan(risk management), karena pada dasarnya setiap pelaksanaan
pekerjaan mengandung unsur risiko. Dan risiko ini dapat membesar atau menjadi
kecil, tergantung bagaimana para manajer melakukan tindakan-tindakan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Karena setiap risiko mempunyai konsekuensi biaya
maka ketelitian dan ketepatan dalam membuat keputusan merupakan tuntutan yg
harus dikuasai oleh para manajer professional.
Dalam pelaksanaan pekerjaan Pemindahan Tanah Mekanis, yang perlu
diperhatikan adalah :
1. 1. 1. Perhitungan Volume Pekerjaan.
Perhitungan volume pekerjaan dalam pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis perlu diperhatikan terhadap ketelitiannya, terutama terhadap kondisi
dari tanah tersebut, seperti :
a. Volume tanah.
Dikenal ada 3 macam jenis volume tanah yang berkaitan dengan pekerjaan
Pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis ini yaitu :
Volume dalam keadaan tanah asli di alam (bank measure volume)
Volume dalam keadaan lepas (loose measure volume), tanah yang telah
digali dari kondisi alamnya dan siap untuk diangkut.
Volume tanah yang telah dipadatkan (compacted measure volume) yaitu
volume tanah yang telah mengalami pemadatan secara mekanis.
Ketiga macam jenis tanah ini memiliki koefisien-koefisien tersendiri sesuai
dengan jenis dari tanah tersebut, seperti tanah berpasir, tanah liat dan sebagai
nya, sehingga didalam menghitung volume tanah perlu dipahami apakah
tanah tersebut masuk dalam kategori tanah asli, tanah lepas atau telah dipadat
kan.
b. Jenis tanah.
Pada kenyataannya tanah memilikin banyak jenis, dimana setiap jenis tanah
memiliki nilai kembang dan susut tersendiri (swelling danshrinkage) serta
memiliki karakteristik yang berlaianan seperti tanah kohesif dan nonkohesif.
Setiap jenis tanah ini mempunyai cara tersendiri atau peralatan tersendiri untuk mengerjakannya.

Kelalaian dalam menentukan kategori dan jenis tanah akan membawa konsekuens
terhadap perhitungan dan penentuan peralatan yang akan digunakan, untuk memahami lebih mendalam kasus ini akan dibahas secara tersendiri.
1. 1. 2. Spesifikasi Pekerjaan.
Yang perlu diperhatikan terhadap spesifikasi pekerjaan adalah :
Jenis pekerjaan : Land clearing, Stripping, Galian, Timbunan atau Pemadatan
jenis pekerjaan ini harus jelas.
Kualifikasi hasil pekerjaan, terutama yang menyangkut hasil akhir dari pekerja
an seperti : kemiringan, tingkat kepadatan, tinggi timbunan atau kedalaman galian (leveling), jarak angkut atau jarak pemindahan tanah dan sebagainya.
1. 1. 3.

Pemilihan Jenis Peralatan atau Alat yang Digunakan

Yang perlu diperhatikan terhadap peralatan meliputi :


Jenis dan type alat.
Kapasitas alat.
Kemampuan alat.
Suku cadang alat.

Pemilihan alat-alat yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis


pekerjaan dan karakteristik lain dari keadaan tanah.
1. 1. 4.

Perencanaan Sumber Daya Manusia / SDM (Man Power).

Dalam melakukan pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis diperlukan perencanaan SDM yang benar-benar baik dan mencapai sasaran, apalagi bila mengingat lokasi pekerjaan berada didaetrah pedalaman atau jauh dari kota
besar, dimana untuk mencari tenaga kerja trampil dan berpengalaman akan sulit dilakukan. Selain itu perlu dipikirkan pula mekanisme pengawasan dan tenaga pendukung dalam upaya memperlancar jalannya kegiatan pekerjaan.
1. 1. 5.

Mobilisasi Peralatan.

Pelaksanaan mobolisasi peralatan perlu mendapat perhatian khusus, terutama bila lokasi pekerjaan berada ditempat yang jauh (dipedalaman) seperti
misalnya di Kalimantan, Sumatera ataupun di Indonesia bagian Timur.
Pada lokasi tersebut banyak fasilitas jalan dan jembatan yang kurang memadai,
peralatan penunjang seperti trailer pengangkut, ferry penyebrangan antar pulau
yang belum tersedia, sehingga perlu direncanakan dan disiapkan dari sejak awal.
1. 1. 6.

Perencanaan Metode Kerja.

Metode kerja merupakan persyaratan utama yang perlu direncanakan seca


ra matang, hal ini berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas pekerjaan.

Perencanaan metode kerja ini meliputi :


Organisasi pelaksanaan.
Prosedur operasi kerja.
Prosedur perawatan peralatan.
Prosedur keselamatan kerja.
Prosedur pelaporan administrasi dan keuangan.
Metode kerja ini harus disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat
agar semua aparat atau petugas mengetahui wewenang, hak dan tanggung jawab
masing-masing.
1. 1. 7.

Sarana Pendukung Lapangan.

Sarana pendukung di lapangan merupakan sarana yang cukup strategis


pada pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis, karena pada umumnya jarang
pekerjaan PTM ini berskala besar dilakukan di dalam kota.
Untuk itu perlu perencanaan secara matang terhadap :
Sistem perawatan alat-alat berat.
Sistem logistic peralatan (spare part), bahan bakar maupun konsumsi
pekerja.
Sistem komunikasi dan informasi kerja.
Ke-tujuh butir tersebut diatas hendaknya direncanakan dan di pikirkan secara matang dan terperinci. Kesalahan dalam menentukan salah satu perencanaan
berarti akan terjadi pemborosan. Sebagai contoh operator alat-alat berat yang digunakan, bila ternyata operator mempunyai kemampuan rendah (ketrampilan kurang, disiplin rendah dan malas), mungkin pelaksanaan pekerjaan akan berjalan
lambat.Hal ini berakibat sasaran proyek akan mustahil dapat tercapai dengan baik
1. 2. Pengertian Dasar Pemindahan Tanah Mekanis.
Pekerjaan Pemindahan Tanah secara Mekanis adalah suatu pekerjaan
dimana sejumlah volume tanah tertentu harus dipindahkan dengan bantuan alatalat mekanis seperti traktor, bulldozer, excavator, dumptruck dan lain sebagainya.
Pekerjaan ini melibatkan banyak variable yang perlu dimengerti dan dipahami,
antara lain adalah pengertian terhadap tanah itu.
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa tanah mempunyai jenis dan karakteristik yg
berlainan yang disebabkan oleh sifat heterogen dari tanah itu sendiri.
Berikut ini dijelaskan secara ringkas pengertian-pengertian yang berkaitan
terhadap sifat-sifat mekanis dari tanah. Untuk mengetahui lebih mendalam perma
salahan ini dapat dipelajari pada ilmu Mekanika Tanah atau Geologi.
Pada dasarnya tanah di alam terdiri dari dua bagian, yaitu bagian padat
(solid) dan pori.bagian padat berisikan butiran-butiran atau partikel tanah yang pa
dat sementara pori berisikan air dan udara.

Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan PTM adalah sifat fisik tanah,
seperti : Berat jenis dan volume batuan /tanah.
Tingkat kekerasan.
Tingkat kohesifitas.
Bentuk batuan /tanah.
Tingkat kepadatan.
Gradasi batuan /tanah.
Kadar air.
Batas-batas konsistensi tanah,
seperti Liquit limit, Plastisity Indeks dan lain sebagainya.
1. 3.

Pengertian Dasar Pengoperasian Alat-alat.

Pada bagian ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai istilah-istilah


yang dipakai, sehingga pengertian-pengertian itu akan mempermudah pemahaman selanjutnya. Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian
alat-alat berat :
Kepemilikan alat.
Kemampuan kerja Alat-alat berat.
Perhitungan biaya kerja alat berat yang dipilih.
1. 3. 1.

Kepemilikan Alat.

Dalam pengoperasian alat-alat berat perlu dipikirkan bagaimana kepemilik


an alat tersebut diperoleh. Karena kepemilikan alat merupakan investasi bagi suatu perusahaan baik dengan cara menyewa, membeli atau disewa-beli.
Penjelasan tentang kepemilikan alat ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
1. 3. 2.

Kemampuan Kerja Alat berat.

Yang dimaksud adalah kemampuan alat dalam melakukan kegiatan mengeruk, menggusur, mengangkut atau memindahkan tanah dari satu tempat ketempat
yang lain dan diukur dengan satuan waktu (M/jam).
Dalam menentukan kemampuan kerja alat perlu dibedakan pengertian
antara :
Kapasitas Kerja Alat, dan
Produksi Kerja Alat.
dimana pengertiannya adalah sebagai berikut :
Kapasitas Kerja Alat :
Adalah kemampuan alat dalam menggusur, mengeruk, mengangkut atau
memindahkan tanah dalam satu kali operasi atau satu siklus, diukur dalam
(M/siklus).

Produksi Kerja Alat :


Adalah kemampuan kerja alat dalam menggusur, mengeruk, mengangkut
atau memindahkan tanah dari satu tempat ketempat lain, diukur dalam 1jam kerja
(M/jam).
1. 3. 3.

Perhitungan Biaya Operasi Alat.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai proses analisa biaya pekerjaan


Pemindahan tanah mekanis, perlu diperhatikan mengenai permasalahan-permasa
lahan yang ada. Hal ini akan mempermudah adanya pengertian terhadap factorfactor yang ikut menentukan dalam analisa biaya tersebut. Oleh karena itu perlu
dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap - Tingkat produksi alat dan Biaya
pengoperasian alat yang tergantung dari :
Kemampuan berproduksi.
Kemampuan produksi alat berat tergantung dari kondisi lapangan dimana
alat berat tersebut bekerja, kondisi lapangan yang berat akan menghambat manuver alat itu sehingga akan menurunkan tingkat produksinya.
Hambatan-hambatan tersebut seperti telah dijelaskan diatas, ada hambatan
lainnya seperti :
Pengaruh ketinggian.
Pengaruh temperature.
Pengaruh tekanan udara
Keadaan tanah yang dikerjakan
Percepatan alat.
Selain hambatan dari kondisi lapangan, kondisi dari alat berat tersebut
mungkin akan menjadi hambatan. Misalnya alat tersebut baru atau bekas dan
juga mengenai metode pelaksanakan kerja yang dilakukan.

Biaya pengoperasian alat berat.


Tergantung dari biaya kepemilikan alat dan ini dipengaruhi oleh :
Faktor harga alat, umur alat (life time), bunga modal, asuransi dan
nilai sisa pakai (depresiasi).
Biaya operasi yang dipengaruhi oleh penggunaan bahan bakar, pelumas
perbaikan, suku cadang dan biaya operator.
Biaya mobilisasi alat.

Perhitungan produksi alat berat sangat mempengaruhi Rencana Anggaran


Biaya (RAB), sehingga dituntut pemahaman dalam perhitungan yang benar-benar
Teliti. Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa : Peralatan akan
berdaya guna atau berhasil guna tinggi, bila peralatan tersebut menghasilkan
produksi yang tinggi dengan biaya serendah mungkin.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka diperlukan tahapan kerja yang disusun secara cermat dan saling berkaitan, hal ini untuk menghindari terjadinya
persoalan atau masalah yang menjurus pada pemanfaatan dana yang tidak bermanfaat atau tidak mencapai sasaran.

1. 4.

Persiapan pekerjaan PTM.


Persiapan kerja merupakan kegiatan mutlak yang harus dilakukan, hal ini
untuk menghindari kesalahan dalam memperkirakan kondisi lapangan pekerjaan.
Karena lokasi pekerjaan dalam PTM mempunyai sifat yang unik dimana lokasi
pekerjaan dan karakteristik pekerjaan tidak pernah ada yang sama.
Pekerjaan ini berkaiatan erat dengan keadaan lingkungan tempat lokasi pekerjaan
itu berada, baik yang bersifat fisik atau keadaan alamnya /geografis dan yang tak
kalah pentingnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan keadaan sosial
lingkungan dan infra struktur yang tersedia. Bila kondisi sosial lingkungan baik,
infra struktur lengkap maka memang tidak ada permasalahan. Namun yang perlu
dijaga adalah bila keadaan yang terjadi sebaliknya, dimana masyarakat kurang
menerima dengan baik kehadiran proyek tersebut, infra struktur yang tidak lengkap, lokasi berada ditengah-tengah pedalaman. Hal ini akan menjadi permasalahan serius yang harus dipikirkan sejak awal.
Tahapan-tahapan kerja awal sebelum melakukan pekerjaan pemindahan
tanah secara mekanis adalah :

1. 4. 1. Survey Lapangan (Site Survey).


Survey lapangan dimaksud guna menghimpun data-data lapangan secara
actual dilokasi dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Pengumpulan data lapangan
hendaknya dikumpulkan selengkap, secermat dan sedetail mungkin melalui site
survey/ survey lapangan, sehingga pada saat pembuatan rencana kerja, anggaran
biaya dan pelaksanaan pekerjaan kita tidak lagi mengalami hambatan atau perencanaan dapat dibuat se-objektif mungkin. Kurangnya data akan menghadapi risiko yang tak dapat diperkirakan sebelumnya. Survey lapangan ini perlu dilakukan
terutama bagi pemula, walaupun data berupa gambar dan keterangan pekerjaan
telah diperoleh. Dengan dilakukannya survey lapangan secaea visual, minimal
kita dapat mengantisipasi apa-apa yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pekerjaan, terutama bila pelaksanaan pekerjaan berada didaerah yang belum dike
nal.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam survey lapangan itu antara lain :
1. Keadaan Lapangan, yang meliputi :
Keadaan tanam-tanaman (vegetasi), antara lain : jenis pohon, diameter batang, struktur akarnya, kerapatan pohon dan lain-lain.
Keadaan tanah, jenis tanah, kekerasan tanah, struktur lapisan tanah, kelandaian atau ketinggian tanah dan lain-lain.
Keadaan curah hujan.
Topografi permukaan tanah.
Volume dan luas daerah cakupan pekerjaan.
2. Kondisi Tenaga Kerja, yang meliputi :
Keadaan Tenaga Kerja setempat, lualitas dan kuantitas.
Kondisi kemampuan kerja perusahaan dalam bidang pekerjaan sipil,
bahan bangunan, peralatan pendukung dan lain-lain.

Kemampuan logistic, suplai bahan makanan, bahan bakar minyak, pelumas, suku cadang dan kebutuhan hidup sehari-hari.

3. Kondisi Transportasi dan Akomodasi, yang meliputi :


Kondisi dan kemampuan jalan yang ada berkaitann dengan pelaksanaan
mobilisasi, meliputi :
1). Kelas jalan.
2). Kelas jembatan
3). Tanjakan
4). Tikungan
Peta lokasi daerah tujuan akhir peralatan dan material.
Pengiriman berita (komunikasi).
Lokasi kerja, dekat atau jauh dari permukiman dan kondisi lingkungan
dan lain-lain yang berhubungan dengan kelancaran pekerjaan.
1. 4. 2. Perencanaan.
Berdasarkan hasil survey lapangan, maka dibuatlah rencana kerja yang
akan menjadi acuan kerja yang meliputi :
Persiapan Kerja.
Struktur Organisasi Proyek.
Penentuan Metode dan Prosedur Kerja.
Jadwal Kerja (Time Schedule).
Penentuan Jenis, type dan kombinasi peralatan yang dipergunakan.
Penentuan junlah alat-alat berat dan tenaga kerja yang akan digunakan.
Sistem logistic dan maintenance.
Perencanaan kerja tersebut hendaknya mengacu pada metode kerja yang
telah disusun agar efisien dan paling menguntungkan dengan risiko kerja semini
mal mungkin.Dalam penyusunan rencana kerja hendaknya bukanlah satu-satunya
metode yang kita kembangkan, melainkan merupakan hasil kajian dari beberapa
alternative metode pelaksanaan. Metode perencanaan yang baik, belum tentu yg
termurah dalam arti bahwa yang termurah itu belum tentu ekonomis.
Factor-faktor yang juga sebaiknya diperhatikan :
1. Keadaan medan.
2. Keadaan tanah.
3. Pengaruh keadaan lingkungan.
4. Spesifikasi pekerjaan.
5. Volume pekerjaan yang diisyaratkan.
6. Biaya operasi pelaksanaan pekerjaan dan alat berat serendah mungkin.
7. Prosedur pengoperasian alat dan pemeliharaan/maintenance yang
mudah dan sederhana.
8. Umur pemakaian alat.
9. Undang-undang perburuhan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
10. Peraturan, perijinan yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.

Perencanaan yang baik merupakan modal utama untuk melakukan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Lebih baik melakukan awal kegiatan dengan sedikit
lambat (slow down) sambil menyusun perencanaan yang matang. Setelah perenca
naan seluruhnya sudah dianggap baik maka pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan kapasitas penuh dari kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Namun demikian dalam perjalanannya perlu diadakan revisi atau perbaikan terha
dap rencana awal, hal ini berkaitan dengan perkembangan dan permasalahan yg
terjadi dilapangan. Karena tidak ada suatu proyekpun yang memiliki permasalah
an yang sama, sehingga permasalahan yang dihadapi dilapangan, pasti akan mem
pengaruhi perencanaan awal. Oleh karenanya perencanaan awal tersebut perlu di
up-date atau disesuaikan dengan perkembangan yang ada secara periodik baik
per-minggu atau per-bulan tergantung kebijakan dari proyek manajer.
Kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan evaluasi tetrhadap pekerjaan yang
telah dilakukan dan menyesuaikan rencana kerja untuk dipergunakan pada kegiat
an selanjutnya. Dengan begitu berarti pelaksanaan pekerjaan selalu dapat terkendali dengan baik.
1. 4. 3. Pelaksanaan Pekerjaan.
Tahap pelaksanaan pekerjaan ini merupakan tahapan yang menentukan
terhadap keberhasilan dari sasaran yang hendak dicapai oleh team manajemen
proyek. Manajemen perlu melakukan upaya-upaya untuk membuat suatu prosedur pelaksanaan pekerjaan, baik yang berkaitan dengan teknis pekerjaan maupun
persiapan pelaksanaan administrasi dan keuangan serta sarana-sarana pendukung
lainnya. Karena pekerjaan PTM ini memerlukan banyak dukungan, antara lain
dukungan perawatan mesin dan peralatan juga pendukung lainnya seperti spare
part, bahan bakar, pelumas. Selain itu dukungan konsumsi, bila proyek berada
jauh dari perkotaan dimana bahan makanan harus didatangkan dari kota yang
berjarak relative jauh. Ini penting untuk diperhatikan guna menghilangkan kendala psikologis para pekerja dalam menjalani tugasnya.
Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam memulai pelaksanaan pekerjaan :
1. Penentuan starting point (penentuan titik dimulainya pekerjaan).
Penentuan titik dimulainya pekerjaan penting dilakukan, hal ini dimaksudkan
agar menjadi ukuran awal bagi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, seperti
patok ketinggian atau leveling sehingga pekerjaan selanjutnya tidak akan
mengalami kesulitan terhadap control permukaan dan lain sebagainya.
2. Analisa terhadap keadaan lokasi dari peta topografi yang ada.
Selanjutnya perlu dilakukan analisa terhadap keadaan topografi lokasi pekerjaan, hal ini dimaksudkan guna mengatur operasional alat-alat berat dalam
melakukan kegiatannya, seperti dari mana alat tersebut harus memulai peker
jaan dan dimana harus diakhiri.
3. Pengaturan pentahapan areal yang akan dikerjakan.
Pengaturan area pekerjaan perlu dilakukan bila pekerjaan melibatkan banyak
peralatan dimana pekerjaan dilakukan secara simultan, sehingga alat-alat
berat dapat bekerja secara efisien dan efektif.

10

4. Pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat-alat berat, agar tak
Perlu dilakukan pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat
berat sepoerti jalur dump-truck pada saat isi dan jalur dump-truck pada saat
kosong maupun demi kepentingan inspeksi pekerjaan, sehingga pengaturan
ini menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti tabrakan dll.
5. Pengamanan lokasi kerja dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan
pekerjaan.
Lokasi pekerjaan sebaiknya diamankan bagi orang-orang yang tidak berke
pentingan dengan kegiatan pekerjaan, untuk itu perlu dibuatkan tanda-tanda
pengamanan pada lokasi-lokasi yang dianggap membahayakan keselamatan
umum seperti daerah yang rawan longsor, daerah peledakan dinamit dan
daerah dimana lalu lintas alat-alat berat sanagat padat.
6. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan.
Kegiatan ini merupakan sarana control bagi manajemen untuk mengetahui
apakah semua ketentuan atau perencanaan yg telah dibuat dijalankan sesuai
dengan perintah yang diberikan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian mempunyai nilai sangat strategis bagi
tercapainya sasaran manajemen dalam menjalankan proyeknyaa dalam mera
ih keuntungan tanpa harus mengorbankan mutu, dan waktu pelaksanaan.

11

BAB II
SIFAT-SIFAT TANAH DAN BATUAN

2. 1.

Klasifikasi Tanah.

Tanah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut ukuran butir


annya, sifat-sifat yang dimiliki atau perilakunya bila terjadi perubahan kelembaban.
Dalam pekerjaan pemindahan tanah pengetahuan tentang jenis-jenis tanah ini perlu
diketahui, karena tiap jenis tanah memiliki sifat berbeda yang berpengaruh besar
terutama terhadap pemilihan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran produktiv
itasnya, perhitungan volume pekerjaan dan kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada. Sifat-sifat tanah yang dimaksud adalah sifat kembang susut, berat,
bentuk, kekerasan dan daya dukung tanah.
Pembagian klasifikasi yang digunakan saat ini umumnya dibedakan atas
ukuran dan sifat plastisitasnya, seperti klasifikasi yang dilakukan pada system Unified dan klasifikasi AASHTO. Dalam pekerjaan pemindahan tanah, perencana/pelaksana perlu memperhatikan 5 (lima) jenis tanah yaitu : kerikil, pasir, lumpur, lem
pung, bahan organic dan gabungan dari jenis ini.
Masing-masing mempunyai karakteristik sebagai berikut (Peurifoy, 1985) :
a. Kerikil (Gravel) adalah bahan seperti batuan berukuran lebih besar dari 0,6
mm dan lebih kecil dari 25,4 mm. bahan yang berukuran lebih besar dari 25,4
mm biasanya disebut batu.
b. Pasir (Sand) adalah batuan yang hancur, dan ukuran butirannya bervariasi dari
0,05 mm sampai yang sebesar kerikil. Pasir dapat digolongkan sebagai pasir
halus dan kasar tergantung dari ukuran butirannya. Pasir merupakan bahan
yang lepas dan tidak kohesif, sehingga kekuatannya tidak dipengaruhi kadar
kelembabannya.
c. Lanau (Silt) adalah pasir yang sangat halus berukuran antara 0,005 mm 0,05
mm. Lumpur merupakan bahan yang tidak kohesif dan kekuatannya sangat ke
cil. Bahan ini sangat sukar dipadatkan.
d. Lempung (Clay) adalah bahan kohesif yang berukuran mikroskopik, yaitu kurang dari 0,005 mm. Kohesi antara butir-butir memiliki kekuatan yang sangat
besar pada saat lempung kering. Lempung terutama yang memiliki Indeks
Plastisitas > 35 memiliki kembang susut yang cukup besar akibat dari
perubahan kelembabannya. Lempung akan memiliki tambahan kekuatan
yang sangat besar bila digabung dengan tanah berbutir.
e. Bahan Organic yaitu bahan yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang te
lah lapuk dan hancur. Bahan-bahan ini memiliki daya dukung yang kecil atau
tidak ada sama sekali sehingga harus dihilangkan, diganti atau diperbaiki jika
tanah akan digunakan untuk keperluan konstruksi.

12

Dalam keadaan sebenarnya sangat jarang dijumpai tanah dalam keadaan


memiliki sifat-sifat yang diperlukan, sehingga pada pekerjaan penimbunan kadang-kadang diperlukan pencampuran beberapa jenis tanah tuk mendapatkan
sifat-sifat yang dikehendaki.
2. 2.

Sifat Kembang Susut Tanah.

Volume dan kerapatan tanah secara umum mengalami perubahan yang


cukup besar bila tanah itu digali, diangkut, diletakkan dan dipadatkan. Karena adanya perubahan volume pada kondisi itu, maka perlu diketahui dan diukur volume
di tempat asalnya, dalam keadaan lepas atau ditimbun setelah dipadatkan.
Yang dimaksud dengan kembang susut tanah adalah perubahan baik beru
pa penambahan atau pengurangan volume tanah yang telah diolah atau diubah dari
bentuk aslinya. Volume pekerjaan tanah pada umumnya diukur dalam tiga kondisi
seperti terlihat pada Gambar 2. 1.

a.
a. Kondisi asli (Bank Cubic Meter /BCM), ukuran alam yaitu keadaan tanah yang

13

masih sesuai dengan kondisi aslinya. Dalam keadaan ini butiran-butiran tanah
masih terkonsolidasi dengan baik.
b. Kondisi lepas (Loose Cubic Meter/LCM), yaitu kondisi tanah sesudah mengala
mi gangguan atau telah tergali, misalnya keadaan tanah didepan dozer blade,
diatas dump-truck dan dalam bucket. Tanah yang telah tergali dari tempat asalnya ini akan mengalami perubahan volume, yaitu mengalami pengembangan.
Hal ini diakibatkan oleh adanya penambahan rongga udara butir-butir tanah, sehingga volumenya bertambah besar. Besarnya penambahan volume tergantung
dari factor kembang tanah (swelling factor) yang besarnya dipengaruhi oleh
jenis tanah.Volume dalam keadaan lepas dapat dihitung dengan persamaan 2. 1.
LCM = BCM + (% SWELL x BCM ) ..(2.1.)
dengan :
LCM
:
BCM
:
SWELL :

volume dalam kondisi lepas (m)


volume dalam kondisi asli ( m)
factor kembang tanah (%)

Tabel 2,1. Faktor Kembang pada beberapa jenis tanah.


Jenis Tanah
Pasir
Tanah permukaan (top soil)
Tanah biasa
Lempung (clay)
Batu
sumber : Rochmanhadi, 1992.

FAKTOR SWELL (% BM)


5 - 10
10 - 25
20 - 45
30 - 60
50 - 60

CONTOH :
Tanah biasa asli dengan volume
= 10 m (BM)
Factor swell 20 % - 45 % (table) = 2 - 4,5 m
Volume tanah dalam keadaan lepas = 12 - 14,5 m
c. Kondisi padat (solid measure /SM), yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kemli dan diadakan usaha pemadatan. Pada keadaan ini tanah mengalami proses
pemampatan sehingga volumenya menyusut tanpa mengalami perubahan berat.
Perubahan volume pada keadaan ini terjadi karena adanya penyusutan rongga
udara diantara partikel-partikel tanah tersebut. Besarnya volume dalam keadaan
padat ini tergantung dari jenis tanah, kadar airtanah dan usaha pemadatan.
Dalam perhitungan produksi, tanah yang digusur, dimuat dan digelar adalah
dalam kondisi lepas. Untuk menghitung perubahan volume pada kondisi lepas dari
bentuk aslinya atau ke padat setelah dipadatkan perlu dikalikan factor kembang
maupun factor susut. Nilai dan factor-faktor itu dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2. 2. dan persamaan 2. 3.

14

B - L
Sw = ------------L

x 100 % ( 2. 2.)

C - B
Sh = -----------x 100 % ( 2. 3.)
C
dimana :
Sw
= factor kembang (%)
Sh
= factor susut (%)
B
= kerapatan tanah asli (kg/m)
L
= kerapatan tanah lepas (kg/m)
C
= kerapatan tanah padat (kg/m)

Secara praktis nilai factor konversi tanah ini dapat dilihat pada Tabel 2. 2.
Table 2. 2. Factor Konversi Tanah.
KONDISI TANAH YANG DIKERJAKAN
JENIS MATERIAL
KONDISI
KONDISI
KONDISI
KONDISI
AWAL
ASLI
LEPAS
PADAT
Sand / Tanah berpasir
(A)
1.00
1.11
0,99
(B)
0,90
1.00
0,80
(C)
1,05
1,17
1.00
Sand Clay / tanah biasa
(A)
1.00
1,25
0,90
(B)
0,80
1.00
0,72
(C)
1,11
1,39
1.00
Clay / Tanah liat
(A)
1.00
1,35
0,90
(B)
0,70
1.00
0,63
(C)
1,11
1,59
1.00
Tanah campur kerikil
(A)
1.00
1,18
1,08
(B)
0,85
1.00
0,91
(C)
0,93
1,09
1.00
Kerikil
(A)
1.00
1,13
1,03
(B)
0,88
1.00
0,91
(C)
0,97
1,10
1.00
Kerikil kasar
(A)
1.00
1,42
1,29
(B)
0,70
1.00
0,91
(C)
0,77
1,10
1.00
Pecahan cadas atau
(A)
1.00
1,65
1,22
Batuan lunak
(B)
0,61
1.00
0,74
(C)
0,82
1,35
1.00
Pecahan Granit atau
(A)
1.00
1,70
1,31
Batuan keras
(B)
0,59
1.00
0,77
15

(C)
0,76
Pecahan Batu
(A)
1.00
(B)
0,57
(C)
0,71
Batuan hasil ledakan
(A)
1.00
(B)
0,56
(C)
0,77
sumber : Rochmanhadi, 1992.
catatan : A = tanah asli
B = tanah lepas

1,30
1,75
1.00
1,24
1,80
1.00
1,38

1.00
1,40
0,80
1.00
1,30
0,72
1.00

C = tanah padat

CONTOH :
Jika diketahui volume tanah bercampur kerikil dalam keadaan asli = 100 m
Berapa volumenya setelah digemburkan (kondisi lepas) ?
Jawab : Dari table factor konversi diperoleh data bahwa factor konversi tanah dari
kondisi asli ke lepas untuk jenis tanah bercampur kerikil adalah 1,18,
maka volume dalam keadaan lepas = 100 m x 1,18 = 118 m.
2. 3.

Berat dan Bentuk Tanah.

Berat tanah dan batuan akan mempengaruhi kemampuan alat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain. Berat
tanah ini sangat berpengaruh terhadap volume yang dapat dikerjakan alat dalam hu
bungannya dengan Draw Bar Pull (DBP) atau tenaga tarik. Makin berat tanah maka
tenaga yang harus disediakan alat untuk mengerjakan makin besar.
Bentuk material berpengaruh terhadap banyak sedikitnya tanah untuk menempati suatu ruang tertentu. Material dengan bentuk butir kecil akan mempunyai
rongga yang kecil. Pada material yang kondisi butirannya seragam, kemungkinan
besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruang yang ditempatinya, sedangkan material yang berbentuk bongkahan mempunyai rongga yang lebih besar, sehingga membutuhkan volume (ruang) yang lebih besar dari volume sebenarnya.
Banyaknya material yang mampu ditampung oleh suatu ruangan diperhitungkan
dengan suatu factor koreksi yang disebut factor muat, seperti factor blade pada
bulldozer, factor bucket pada excavator dan loader, serta pay load factor pada scrap
per. Selain dipengaruhi bentuk material, load factor juga dipengaruhi jenis tanah.
2. 4.

Daya Lekat Material.

Daya lekat atau kohesivitas material adalah kemampuan saling mengikat


diantara butir-butir material itu sendiri. Material dengan daya lekat tinggi, misalnya
tanah liat akan cenderung munjung (menggunung) diatas permukaan bucket, sehing
ga volume muatan yang bisa ditampung akan lebih besar dari volume bucket/blade.
Untuk material yang mempunyai daya lekat rendah, misalnya pasir, akan sukar utk
munjung dan material yang tak memiliki daya lekat samasekali, misalnya material
16

cair, akan menempati bidang datar permukaan bucket (peres/rata).


Ilustrasi keterangan ini dapat dilihat pada Gambar 2. 2.

2. 5.

Kekerasan Tanah dan Batuan.

Kekerasan tanah dan batuan akan mempengaruhi kemudahan alat dalam


melakukan pekerjaan dan produktivitas alat. Tanah atau batuan yang keras akan
lebih sulit dikoyak, digali dan dikupas dibandingkan dengan tanah atau batuan yg
lunak.
Dalam pengertian pemindahan tanah, batuan dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu :
1. Batuan beku dengan ciri-ciri sifat keras, padat, pejal dan kokoh.
2. Batuan sediment dari pelapisan yang lunak sampai keras.
3. Batuan metamorf umumnya dari pelapisan yang keras, padat dan tidak
teratur.
Pengujian kekerasan dapat dilakukan dengan menggunakan alat rippermeter, seismic test meter, shear meter, soil investigation drill dan lain sebagainya.
Nilai kekerasan tanah dan batuan dapat digunakan sebagai indicator untuk
memilih jenis alat yang sesuai untuk kondisi kekerasan dan volume tertentu, sehing
ga dapat diperoleh kemudahan pelaksanaan kerja dan produktivitas yang tinggi.
Contoh pada Gambar 2. 3. menunjukkan hubungan antara produktivitas dengan
nilai kekerasan yang diuji dengan menggunakan Seismic test meter.

17

Gambar 2. 3. Grafik Hubungan antara Kekerasan dan Produktivitas


dengan menggunakan Seismic Test Meter.

18

2. 6.

Daya Dukung Tanah.

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah dalam mendukung beban


diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alatb akan memberikan
tekanan ke permukaan tanah yang disebut Daya Tekan Alat (Ground Pressure),
dan tanah akan melawan sesuai dengan daya dukungnya. Oleh karena itu alat akan
amblas kebawah (mengalami penurunan) bila daya dukung tanah lebih kecil dari
daya tekan alat. Ilustrasi ini dapat dilihat pada Gambar 2. 4.

Daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengujian langsung di


lapangan. Peralatan yang umum dipergunakan untuk mengukur daya dukung tanah
di lapangan adalah Dinamic Cone Penetrometer DCP.
Setiap jenis alat mempunyai tekanan yang berbeda-beda sesuai dengan be
rat alat dan luas bidang kontak antara kendaraan (alat) dengan permukaan tanah.
Contoh Daya Tekan masing-masing jenis alat dapat dilihat pada Tabel 2. 3.
Tabel 2. 3. Daya Tekan Alat untuk Alat Berat Komatsu.
CONE INDEX
JENIS ALAT
2
Extra swamp Dozer
2 - 4
Swamp Dozer
4 - 5
Small Bulldozer
5 - 7
Medium Bulldozer
7 - 10
Large Bulldozer
10 - 13
Motor Scrapper
15
Dump Truck
sumber : Komatsu.

DAYA TEKAN ALAT (Kg/cm)


0,15 - 0,30
0,20 - 0,30
0,30 - 0,60
0,60 - 0,80
0,70 - 1,30
1,30 - 2,85
3,20

19

BAB III .
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI ALAT BERAT
3. 1. Tahanan Gelinding (Rolling Resistance).
Tahanan gelinding (Rolling Resistance) adalah daya tahanan yang terjadi
akibat gesekan roda (crawler maupun roda ban) alat yang sedang bergerak dengan
permukaan tanah. Besar tahanan ini akan berbeda pada setiap jenis dan kondisi
permukaan tanah atau jalan dan juga tergantung pada type roda alat berat itu.
Nilai tahanan gelinding dihitung dengan persamaan 3. 1.
RR (kg) = W (kg) x r . (3. 1.)
dimana : R = tahanan gelinding (kg)
W = berat kendaraan (kg)
r = koefisien tahanan gelinding (table 3. 1.)
Tabel 3. 1. Koefisien Tahanan Gelinding untuk berbagai
Jenis Roda dan Permukaan jalan.
JENIS RODA
BAN BESI
CRAWLER
BAN KARET
------------------- TUMPUAN TRACK & WHEEL
TAHAN
GESER
PERMUKAAN
RATA
(RANTAI & RODA)
-------------------------TINGGI RENDAH
--------------------------------------------------------------------------------------------------Beton rata
20
27
18
23
Aspal baik
23 - 35
30 - 35
20 - 33
20 - 33
Tanah padat
30 - 50
30 - 40
20 - 35
25 - 35
Tanah nonpadat
50 - 75
40 - 55
50 - 70
35 - 50
Tanah becek
100 - 125
70 - 90
90 - 110 75 - 100
Pasir lepas
140 - 160
80 - 100
130 - 145 110 -130
Tanah berlumpur 175 - 200
100 - 120
140 - 170 140 - 170
sumber : Peurifoy, 1996.
Tahanan gelinding suatu jalanan dapat diukur dengan menarik alat diper
mukaan datar dengan kecepatan tetap. Tungkai penarik dilengkapi dengan
diameter atau alat lain. Gaya tarik diameter ialah tahanan gelinding untuk seluruh
berat alat yang ditarik. Tahanan gelinding persatuan berat kotor dapat diketahui
seperti pada persamaan 3. 2. berikut ini
R (kg/ton)

P (kg)
= ------------- .. (3. 2.)
20

W (ton)
dimana : R = tahanan gelinding (kg/ton)
P = gaya tarik yang terjadi pada tungkai (kg)
W = berat kotor alat yang ditarik (ton)
Contoh :

Jika sebuah truck dibebani berat kotor 20 ton, bergerak diatas jalan
datar dan tahanan gelindingnya 50 kg/ton, gaya tarik yang diperlukan
agar truck bergerak dengan kecepatan tetap ialah :
20 ton x 50 kg/ton = 1000 kg.

3. 2. Pengaruh Kelandaian (Kemiringan) Medan Kerja.


Tahanan kelandaian adalah tahanan yang akan dialami oleh setiap alat yg
mendaki. Ini timbul karena pengaruh gravitasi bumi. Tahanan ini akan berubah
menjadi bantuan (bantuan kelandaian) bila alat menuruni bukit. Besarnya tahanan
kelandaian ini dapat dihitung dengan persamaan 3. 2.
GR = W x % k (kg) ..(3.2.)
dimana :
GR = Tahanan kelandaian (Grade Resistance)
W = berat kendaraan (kg)
% k = kelandaian (%)
Contoh : Bila suatu Bulldozer tipe D50A-16 mendaki bukit dgn kelandaian 25,9%,
berapakah besar tahanan kelandaiannya ?
berat D50A-16 : 111.400 kg.
jawab : Tahanan kelandaian (GR) = W x % k = 11.400 x 0,259 (kg)
= 2952,6 kg.
Tabel 3. 2. Konversi derajat / % kelandaian.
Derajat
Konversi
Derajat
Konversi
Derajat
%
%
1
1,8
11
19,0
21
2
3,5
12
20,8
22
3
5,2
13
22,5
23
4
7,0
14
24,2
24
5
8,7
15
25,9
25
6
10,5
16
27,6
26
7
12,2
17
29,2
27
8
13,9
18
30,9
28
9
15,5
19
32,6
29
10
17,4
20
34,2
30
Sumber : Rochmanhadi, 1992.

Konversi
%
35,8
37,5
39,1
40,2
42,3
43,8
45,4
47,0
48,5
50,0

21

Total tahanan (TR, Total Resistance).


Total tahanan merupakan jumlah dari tahanan gelinding dan tahanan kelan
daian , dengan rumus seperti persamaan 3. 3
TR = RR GR (3. 3.)
Nilai GR akan berubah sesuai keadaan permukaan jalan. Pada jalan naik
arah GR sama dengan arah RR, , jadi persamaan akan TR = RR + GR.
Sedangkan pada jalan menurun arah GR berlawanan dengan arah RR, sehingga rumusnya menjadi TR = RR - GR.
3. 3. Koefisien Traksi .
Traksi adalah daya cengkram suatu alat akibat adanya adhesi antara roda
penggerak dari alat tersebut dengan permukaan tanah. Batas kritis dari daya cengkram ini disebut traksi kritis. Sebab alat tidak mungkin dapat memiliki daya cengkram melebihi batas kritis ini, walaupun terhadap alat tersebut dilakukan sesuatu
perubahan agar horse-powernya meningkat. Besarnya nilai kritis ini dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 3. 4.
Traksi kritis (TK) = W x ct (kg) (3. 4.)
dimana :
W = berat kendaraan/alat pada roda penggeraknya
ct = koefisien traksi yang besarnya seperti pada table 3. 3.
Table 3. 3. Koefisien Traksi.
=============================================================
Tipe & keadaan tanah
Jenis Roda
Ban
Cushion track
Kelabang
1. Lempung, liat kering, tanah kering
0,55
0,7
0,9
Jalan datar tanpa perkerasan, kering
2. Lempung tanah liat basah, lempung
0,45
0,55
0,7
Liat becek, tanah pertanian basah
3. Tempat pengambilan batu
0,65
0,45
0,55
4. Pasir basah
0,40
0,45
0,50
5. Jalan kerikil, gembur
0,36
0,40
0,50
6. Pasir kering, gembur
0,20
0,30
7. Tanah basah berlumpur
0,20
0,25
Sumber : Rochmanhadi, 1992.
Hendaknya diperhatikan dengan cermat pada saat menentukan berat alat
pada roda penggeraknya.

22

Gambar. 3. 1. Traksi menurut jenis alat.


Nilai traksi inilah yang merupakan tenaga dari alat yang dapat dimanfaatkan, sebab
kendatipun tenaga yang tersedia lebih besar dari traksi kritis, kita tidak dapat memanfaatkannya sebab daya cengkram maksimalnya adalah traksi kritis.
Contoh :
Sebuah Bulldozer D60E-6 digunakan untuk menarik Harrow merk Towner tipe 800
series. Berat D60E-6 : 18 ton, berat Harrow kira-kira 4 ton. Menurut aturan pabrik
pembuat Harrow tipe 800 series akan menberikan tahanan sebesar 4500 kg, bila ditarik ditempat rata. Pabila D60E-6 tersebut harus menariknya ditempat kelandaian
8 %, mampukah alat tersebut menariknya? Koefisien traksi = 0,65.
Jawab :
Tahanan yang menjadi beban D60E-6 adalah tahanan kelandaian D60E-6
+ tahanan Towner.
Tahanan kelandaian D60E-6 : GR = W x % k = 18000 x 8 % = 1440 kg.
Tahanan Towner : GR = 4500 + (4000 x 8 %) = 4500 + 320 = 4820 kg.
-----------------------------------Total tahanan = 6260 kg.
Tenaga yang bermanfaat = traksi kritis.
Traksi kritis D60E-6 : TK = 18000 x 0,65 11.700 kg
Kesimpulan : D60E-6 mampu menarik Harrow, sebab 11.700 > 6260 kg.
3. 4. Pengaruh Ketinggian Daerah Kerja.
Altitude adalah ketinggian suatu daerah diukur dari permukaan laut.
Perubahan kadar oksigen dalam udara akan berpengaruh terhadap horse-power

23

engine dari alat yang beroperasi pada suatu daerah dengan ketinggian tertentu.
Mengingat makin tinggi daerah, makin berkurang prosentasi oksigen ini,
maka tenaga alat yang tersedia harus dikoreksi. Besarnya penurunan tenaga tergan
tung system pengisapan udara dari segi engine pada alat tersebut.
Diesel 4 tak : Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami penurunan te
naga 1 % pada setiap 100 meter kenaikan diatas ketinggian 300 meter d.p.l.
Diesel 2 tak : Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami penurunan te
naga 1 % pada setiap 100 meter kenaikan diatas ketinggian 150 meter d.p.l.
Turbo Charger : Alat dengan tenaga Turbo ini akan mengalami penurunan tenaga 1 % untuk setiap 150 meter kenaikan, pada ketinggian diatas 1500 meter dpl.
Umumnya alat berat jarang digunakan untuk pekerjaan ditempat yang dekian tinggi. Secara teoritis tenaga motor penggerak peralatan berkurang 1 % setiap
kenaikan 100 meter diatas 750 meter d.p.l.
Contoh : Sebuah Traktor dengan kapasitas 140 HP bekerja pada ketinggian 3000
meter d.p.l. berapakah tenaga motor penggerak peralatan tersebut ditem
pat itu ?
jawab :
1 % x 140 (3000 750)
Kehilangan tenaga : ---------------------------------- = 31,5 HP
100
Tenaga motor penggerak peralatan = (140 - 31,5) HP
= 108,5 HP
3. 5. Tarikan Penggandeng (Drawbar Pull).
Drawbar-pull adalah tenaga tarik tersedia yang dapat digunakan oleh Trak
tor untuk menarik suatu muatan diacu sebagai tarikan batang ganging traktor (kait)
yang terdapat dibelakang ttraktor. Drawbar-pull ini dinyatakan dalam kg.
Sebagai contoh kedudukan DBP untuk D4E SA, saat traktor menarik beban sebagai
mana pada Gambar 3.2.

24

Gambar 3. 2. Drawbar-pull D4E SA


Tabel 3. 4. Drawbar-pull Track D4E-SA
============================================================
Gear
Kecepatan
Drawbar-pull
--------------------------------------------------------------------------------Km/h
mph
kg
lbs
( maju )
1
4,0
2,5
4876
10750
2
4,7
2,9
4173
9200
3
5,7
3,6
3311
7305
4
6,6
4,1
2840
6260
5
7,6
4,7
2418
5330
(mundur)
1
4,8
3,0
2
5,6
3,5
3
6,9
4,3
4
7,8
4,9
5
8,9
5,5
=============================================================
Besarnya drawbar-pull dikeluarkan pabrik dalam bentuk table dan diukur
Dalam keadaan standar seperti pada table 3. 5.
Table 3. 5. Traktor (tahanan total 110 lb/ton)
Gear
kecepatan, mph
Drawbar-pull, lb
1
1,72
28,019
2
2,18
22,699
3
2,76
17,265
4
3,50
13,769
5
4,36
10,674
6
7,00
5,579
=============================================================
Contoh : Sebuah traktor dengan berat 15 ton, mempunyai DBP pada gear-6 : 5,579
lb. traktor beroperasi pada jalan dengan tahanan gelinding 140 lb/ton dan
tahanan kelandaian 40 lb/ton. Tentukan drawbar-pull penarik beban.
Jawab : Tahanan gelinding = 140 lb/ton , Tahanan kelandaian = 40 lb/ton
Tahanan total
= 140 + 40 lb/ton = 180 lb/ton.
25

Drawbar-pull yang direduksi = 15 x (180 - 110) = 1050 lb.


Drawbar-pull effektif
= 5579 lb - 1050 lb. = 4529 lb.
3. 6. Gaya Traksi (Rimpull).
Gaya traksi atau rimpull adalah tenaga yang disediakan mesian untuk meng
gerakkan roda pada whell traktor. Biasanya dinyatakan dalam kg. Untuk menghitung besarnya Rimpull digunakan persamaan 3. 5.
375 x HP x Efisiensi
Rimpull (kg) = -------------------------------- ( 0,454) ... (3. 5.)
Kecepatan (mph)
Efisiensi berkisar 80 - 85 %.
Contoh : sebuah traktor dengan mesin 150 HP dan kecepatan maksimum 3,5 mph
pada gear 1. berapa rimpull yang dimiliki pada gear pertama tersebut?
Jawab : Efisiensi diambil 80 %,
375 x 150 x 0,8
Rimpull = ------------------------ x (0,454) = 5837,14 kg
3,5

26

BAB IV
MANAJEMEN PERALATAN DAN PELAKSANAAN
4. 1. UMUM.
Manajemen Peralatan adalah suatu metode penggunaan alat-alat berat un
tuk memperoleh hasil yang tepat guna dan berdaya guna dalam pelaksanaan proyek
1.
2.
3.
4.
5.

Elemen-elemen manajemen peralatan antara lain :


Pemilihan dan kombinasi peralatan yang sesuai dengan jenis pekerjaan.
Penjadualan kerja alat.
Hubungan kerja.
Pemeliharaan Peralatan.
Biaya pemilikan dan operasional.

4. 2. Pemilihan dan Kombinasi Pengoperasian Peralatan.


Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang melibatkan alat berat, sering
dijumpai penggunaan peralan yang lebih dari satu jenis. Sebagai contoh, dalam
pembuatan badan jalan baru atau tracing untuk jalan raya, maka diperlukan alat
berat untuk land clearing seperti bulldozer, pembersih lahan seperti scrapper, alat
penggali seperti excavator atau backhoe, alat pemuat seperti loader, alat pengang
kut seperti dumptruck dan alat pemadat seperti roller.
Untuk itu diperlukan suatu keahlian dalam pemilihan peralatan yang akan
digunakan serta rencana yang matang untuk mengkombinasikan dari berbagai peralatan yang digunakan agar dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut secara efektif
dan efisien.
Pemilihan tersebut meliputi pemilihan peralatan yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya serta jumlah yang tepat. Dalam pemilihan peralatan ini perlu dipertim
bangkan produktivitas alat dan umur ekonomis peralatan.
Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan peralatan antara lain :
1. Macam atau jenis pekerjaan (pembangunan, rehabilitasi atau pemeliharaan dsb.)

27

2.
3.
4.
5.

Besar dan volume pekerjaan.


Kondisi topografi (tanah rawa, pegunungan, daerah terisolir).
Sifat proyek (menyangkut waktu penyelesaian : cepat, sedang, bertahap dsb.)
Biaya yang tersedia.

Dari factor 1, 2 dan 3 akan dapat ditentukan macam-macam peralatan


yang diperlukan, sedangkan dari factor 4 dan 5 akan ditentukan jumlah masingmasing peralatan yang dibutuhkan.

4. 3. Penjadwalan.
4. 3. 1. Penyusunan jadwal.
Setelah pemilihan alat, selanjutnya dilakukan perhitungan produksi dan
waktu penyelesaian dari masing-masing alat. Dalam perhitungan waktu penyelesai
an dari masing-masing alat selanjutnya dapat dibuat suatu jadual pengoperasian
alat. Bila kita harus menyewa alat, maka diperlukan penjadualan yang lebih baik
lagi, hingga selama waktu sewa peralatan tersebut benar-benar dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Jadwal pekerjaan dapat disusun setelah diketahui hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Waktu pelaksanaan.
Jenis dan volume pekerjaan.
Jumlah dan jenis peralatan.
Pola dasar operasi peralatan.

Pada umumnya proyek-proyek berskala besar maupun kecil, perencanaannya diawali menyusun jadwal pelaksanaan, berupa bagan balok (bar chart).
Bagan balok ini diperkenalkan pada awal abad 20 oleh Henry L Gantt. Bagan balok
adalah suatu bagan balok yang disusun secara grafis dengan mengurai suatu proyek
yang terdiri dari sejumlah kegiatan/aktivitas yang telah dirumuskan dengan baik,
dimana penyelesaian pekerjaan merupakan titik akhirnya. Prinsip dari penyusunan
bagan balok sangat sederhana, sehingga umum dipergunakan.
Langkah-langkah yang diperlukan guna menyusun bagan balok adalah :
Menyusun daftar kegiatan proyek secara teratur brikut volume pekerjaannya.
Menaksir waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
Menggambarkan setiap kegiatan itu menjadi sebuah bagan balok mendatar
dengan skala waktu tertentu.
Menata kegiatan diatas sebuah bagan balok dengan skala waktu yang mendatar.
Dengan begitu bagan balok tersebut dapat memberikan informasi, kapan suatu
kegiatan dapat dimulai dan kapan harus diakhiri.
Penggunaan bagan balok ini biasanya dikombinasikan dengan kurva S

28

(S curve) hingga dapat menambah informasi yang juga diperoleh dari bagan balok
tersebut dalam kegiatan pengendalian, yang digunakan untuk mengontril kegiatan
pembiayaan secara kumulatif untuk jangka waktu (periode waktu) yang telah diten
tukan.
Sebagai contoh sederhana pada table 4. 1. dibawah ini menggambarkan tentang
bagan balok dari suatu proyek Pemindahan Tanah Mekanis yang memiliki 6 kegiat
an

Tabel 4. 1. Contoh Bagan Balok Proyek.


No.
KEGIATA
Bobot
Waktu Pelaksanaan (bulan)
%
1
2
3
4
5
6
1
Persiapan & Mobilisasi
5
====
2
Penggalian tanah
15
=========
3
Pengangkutan tanah
60
========================
4
Perataan
10
==========
5
Pemadatan
7
====
6
Demobilisasi
3
====
Plan Jumlah
100
12,5 22,5 15
15
20
15
Kumulatif
35
50
65
85
100
Actual Progress (%)
Kumulatif (%)
Selanjutnya bagan balok tersebut merupakan panduan bagi para pelaksa
na dilapangan dalam melaksanakan pekerjaannya.Guna mendapatkan manfaat lebih
besar dari bagan balok ini, hendaknya dilakukan up-dating terhadap bar-chart tsb.
melalui informasi kemajuan pekerjaan (progress report) mingguan. Dengan demiki
an dapat mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan kita on schedule atau behind
schedule dalam arti apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal ; melewati jadwal atau terjadi keterlambatan. Untuk mengetahui dan memprediksi kondi
si proyek tersebut, maka tindakan pengendalian mutlak diperlukan.
Salah satu metoda untuk mengendalikan jadwal berdasarkan bagan balok adalah
dengan konsep nilai hasil (earned value).
4. 3. 2. Pengendalian Biaya dan Waktu (Earned Value Concept).
Tujuan pengendalian adalah penyelesaian proyek dalam batas-batas waktu
dan anggaran yang tersedia, serta memenuhi kualitas/mutu yang disyaratkan dalam
spesifikasi.
Pengendalian terdiriu atas dua kegiatan utama : Pengawasan dan Pengambilan tindakan perbaikan.
System pengendalian ptroyek pada umumnya memerlukan :
29

a. Sub-sistem perencanaan pelaksanaan proyek.


b. Sub-sistem informasi manajemen.
c. Engineering & management judgement.
System pengendalian diperlukan untuk mengatasi perubahan-perubahan
dan penyimpangan yang selalu tak dapat dielakan dan terjadi dalam praktek pelaksanaan proyek.

a.
b.
c.
d.

Perubahan dan penyimpangan tersebut dapat disebabkan oleh :


Model asumsi dalam perencanaan pelaksanaan proyek yang kurang tepat, ter
utama menyangkut masalah penentuan kegiatan beserta logika ketergantungannya, durasi kegiatan, metode pelaksanaan, ketersediaan sumber daya dll.
Perubahan-perubahan dalam spesifikasi & persyaratan-persyaratan, terutama
yang menyangkut masalah teknis, jangka waktu maupun biaya.
Halangan atau rintangan yang berkaitan dengan factor lingkungan, sosial dan
politis.
Bencana alam, gangguan cuaca dan masalah-masalah tak terduga lainnya.

Diperlukan disiplin, kontinuitas, kecermatan dan kesederhanaan metode


pelaporan pekerjaan dan metode updating data proyek.
Sebagai bahan pelengkap evaluasi kemajuan proyek, selain laporan rutin
kemajuan pekerjaan, diperlukan pula pengecekan lapangan dan pertemuan para
individu team pelaksana guna memperoleh informasi yang tersirat dari laporan
tersebut. Untuk efisiensi usaha pengendalian, dapat diterapkan prinsip management by exception, yaitu perlu adanya tingkat prioritas pengendalian, misalkan
pengawasan yang intensif hanya berlaku bagi target-target yang penting (milesto
ne) atau kegiatan-kegiatan kritis fdan tidak terhadap semua kegiatan proyek.
Pengendalian bukan untuk menunjukan keburukan atau kekurangan ma
najemen pengelola proyek atau memberi kesempatan kepada pimpinan untuk
menyalahkan fihak-fihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek, melainkan
harus benar-benar dimaksudkan untuk membantu kelancaran pelaksanaan dalam
menghadapi rintangan, perubahan dan penyimpangan-penyimpangan.
4. 3. 3. Proses Pengendalian.
Pengertian pengendalian biasanya disama artikan dengan monitoring, sehingga sering terjadi penyimpangan pekerjaan yang tidak dapat langsung diikuti
dengan tindakan perbaikan. Kejadian ini yang menyebabkan adanya pekerjaan
bongkar pasang. Hal ini disebabkan prosedur pengendalian tidak dilakukan secara
konsisten dan intensif, prosedur kerja tidak dilaksanakan oleh para pekerja.
Dilain pihak para pelaksana kurang memperhatikan prosedur pengendalian kegiatan, pekerjaan dipercayakan langsung kepada tukang, mandor atau kepala tukang,

30

sehingga terjadinya penyimpangan baru diketahui setelah pekerjaan berjalan dan


sudah selesai. Pengendalian sebenarnya merupakan alat untuk menjaga dan mende
teksi kegiatan pekerjaan agar tetap sesuai dengan spesifikasi atau standar yang ada,
sehingga setiap aktivitas pelaksanaan pekerjaan seharusnya dikendalikan dari mulai
awal. Kondisi ini menuntut para pelaksana yang merupakan ujung tombak dalam
pengendalian, melakukan control terhadap apa yang dikerjakan oleh para tukang,
langkah demi langkah dari awal sampai unit pekerjaan tersebut selesai dan dilakukan secara intensif dan konsisten.
Kadang kala kita mempunyai tukang dengan kemampuan yang baik, hingga tugas
pelaksanaan sedikit ringan, namun control harus tetap dilakukan secara berkala
sesuai prosedur kerja yang telah dibuat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Standar kemampuan minimum yang perlu dimiliki seorang pelaksana :


Memahami gambar kerja (shop drawing).
Memahami spesifikasi pekerjaan.
Melakukan briefing/pengarahan pada saat pekerjaan akan dimulai.
Mengontrol dan mengecek pekerjaan secara berkala dari saat dimulai sampai
dengan pekerjaan tersebut selesai.
Memiliki pengetahuan cukup dibidangnya baik secara teknis maupun opera
sional dan dapat membedakan pekerjaan yang baik dan yang tidak baik.
Mempunyai pengalaman yang cukup dibidangnya.
Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
Disiplin dalam menjalankan tugas.
Memiliki sikap tegas.

Laporan yang diberikan oleh pelaksana, merupakan informasi atau bahan


masukan bagi pimpinan proyek untuk melakukan evaluasi dan analisa yang akan di
bahas dalam pertemuan atau rapat rutin guna menentukan sikap selanjutnya.
4. 4. Hubungan Kerja.
Untuk memperoleh system kerja yang efektif, diperlukan suatu pembagian tugas yang baik antara unit-unit peralatan dan unit-unit pelaksanaan.
Pembagian tugas tersebut antara lain :
1. Unit Operasi Peralatan mengadakan pengawasan dan pengaturan metode
pengoperasian alat.
2. Unit Pemeliharaan Peralatan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan alat.
3. Unit Perbengkelan, melaksanakan perbaikan, penggantian suku cadang peralatan.
4. Unit Pergudangan, menyediakan onderdil-onderdil yang diperlukan.
5. Unit Teknik Sipil mengadakan pengawasan dalam bidang pencapaian target
pelaksanaan.
Selain pembagian tugas, diperlukan juga hubungan kerja, baik antara pe-

31

laksana dengan unit peralatan, maupun hubungan kerja didalam pelaksana itu sendiri. Hubungan kerja antara unit pelaksana dan unit peralatan sebagaimana terlihat
pada Gambar 4.1

Gambar 4. 1. Hubungan kerja antara Unit Pelaksana dan Unit Peralatan.


sumber : Warsowiwoho, 1976.
Sedangkan hubungan kerja pelaksana sendiri dapat dilihat pada Gambar 4. 2.

32

Gambar 4. 2. Skema hubungan kerja pelaksana.


Sumber : Warsowiwoho, 1976.

4.

5. Pemeliharaan Peralatan.
Maksud :
Dalam melaksanakan pemindahan tanah, pelaksana akan selalu meng
harapkan tersedianya peralatan untuk keperluan operasi dan selalu mengharapkan
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini akan ter
capai jika unit peralatan dapat menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan dapat
bekerja dengan baik. Untuk itu perlu diadakan pemeliharaan peralatan tersebut.

Pekerjaan pemeliharaan ini meliputi :


Pengisian bahan bakar.
Pelumasan.
Testing dan inspection.
Pengecekan accu dan system pendinginan.
Pengaturan dan penyetelan mesin peralatan.
Penggantian suku cadang.
Pembersihan perealatan.
Penyimpanan yang aman.

Tujuan pemeliharaan adalah :


Agar dapat menyediakan peralatan yang dibutuhkan secara prima (siap pakai).
Untuk mengetahui dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Untuk mengetahui jumlah peralatan yang layak dan tidak layak pakai.
4. 6. Biaya Kepemilikan dan Pengoperasian Alat.
4. 6. 1. Exploitasi Alat.
Apabila telah ditentukan kebijaksanaan penggunaan peralatan dalam
proyek konstruksi sipil, khususnya pemindahan tanah maka harus ditetapkan perhi
tungan biaya peralatan. Penggunaan peralatan berat memerlukan investasi atau mo
dal yang harus dikembalikan, dan pengembalian ini dapat dipakai untuk investasi
peralatan yang baru sebagai pengganti alat berat yang lama dan membiayai investasi lain yang dikeluarkan dalam penyelesaian suatu produksi.
Pertimbangan ekonomi dalam kepemilikan alat-alat berat merupakan faktor utama, hal ini berkaiatan dengan rencana pembelian atau penyewaan alat-alat be
rat, biaya yang dikeluarkan untuk membeli alat-alat berat harus ditargetkan dapat
kembali (break event point) dalam waktu minimal seumur ekonomis alat tersebut.

33

Umur ekonomis alat-alat berat merupakan jangka waktu dari pertama mem
beli sampai dengan saat alat itu tidak ekonomis lagi dioperasikan, dalam arti bahwa
biaya operasi dan biaya pemeliharaan sudah tidak sesuai dengan uang yang dihasilkan (biaya yang dibayarkan pihak kedua atau pemakai/penyewa) oleh alat berat tsb.
Yang berarti nilai ekonomis dari alat itu sudah tidak ada lagi.
Secara garis besar urutan perhitungan biaya pelaksanaan pekerjaan dengan
menggunakan alat-alat berat adalah sebagai berikut :
1. Komponen biaya survey kondisi lapangan.
2. Komponen biaya perencanaan teknis yang mencakup kegiatan pengumpulan
data dan pengolahan data yang meliputi :
Analisa volume, spesifikasi pekerjaan dibandingkan dengan kemampuan
baik secara teknis, permodalan maupun peralatan sesuai dengan waktu yg
telah ditetapkan.
Analisa kemungkinan pelaksanaan, analisa yang mengkaji masalah yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan secara teknis, pembiayaan, peralatan
yang masih mungkin mampu kita laksanakan; namun karena kondisi lapangan yang sangat riskan atau peraturan yang tidak mengijinkan atau keterbatasan sarana infrastruktur.
3. Komponen data penunjang lainnya :
Data peralatan.
Data harga bahan bakar, pelumas dll.
Data harga bahan bangunan.
Data harga dan kondisi tenaga kerja.
Data mengenai jalan dan jembatan yang akan dilsalui.
Data peraturan-peraturan setempat, dsb.
Keseluruhan data itu merupakan data yang diperlukan untuk perhitungan
biaya pelaksanaan atau operasional dan selanjutnya perlu dilakukan kegiatan
sebagai berikut :
a. Pembuatan jadwal pelaksanaan (bar chart, time schedule).
Sebagai pedoman waktu kerja pelaksanaan dikaitan dengan peralatan
yang digunakan atau disewa. Dalam jadwal kerja harus diperhatikan
semua faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja.
b. Volume pekerjaan (Bill of Quantity/BQ).
Yang diperoleh dari perhitungan yang didasarkan gambar rencana dan
hasil survey dan pengukuran dilapangan. Dalam menghitung volume
pekerjaan harus diperhatikan pula factor-faktor yang akan mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan.
c. Target volume pekerjaan.
Target ini merupakan estimasi yang diperlukan untuk mengetahui kemam
puan peralatan secara keseluruhan atau per satuan waktu atau per jam.
Target volume pekerjaan erat kaitannyadengan kepemilikan alat dan

34

perhitungan kapasitas alat. Karena dari target tersebut dapat ditentukan


jumlah peralatan yang akan digunakan.
d. Jumlah peralatan yang dibutuhkan.
Yang tergantung dari beberapa factor berikut :
Volume pekerjaan yang didasarkan atas gambar rencana dari hasil
survey.
Pemilihan peralatan yang akan digunakan dan penentuan metode
kerja yang akan dilakukan.
Kondisi lapangan, keadaan tanah atau medan kerja.
Keadaan cuaca dan waktu pelaksanaan.
Biaya exploitasi peralatan terdiri dari 3 (tiga) komponen yang perlu diperhitungkan
yakni : 1. Initial Cost (capital cost), yang merupakan biaya pengembalian modal
berikut bunga bank. Biaya ini disebut juga biaya tetap (Fixed Cost).
2. Direct Operation Cost (biaya operasi langsung), yang merupakan biaya
yang diperlukan untuk mengoperasikan alat.
3. Indirect Cost (biaya tidak langsung), yang merupakan biaya yang di
keluarkan selain komponen biaya pada point diatas, misalnya :
biaya untuk kantor/perusahaan (biaya overhead), biaya pemeliharaan,
biaya garasi saat alat tidak dipakai /alat berada dalam pool dan biaya
risiko/keuntungan yang perlu ditanggung.
Jumlah biaya tsb diatas merupakan biaya operasi total (total operation cost).
Dari ketiga komponen biaya tersebut diatas, biaya pada point 1 dan 3 dapat
dikatakan pasti untuk semua peralatan (dapat berdasarkan prosentase tertentu).
Hal ini tergantung dari keadaan moneter yang menyangkut bunga bank yang
dikenakan pada modal pinjaman dan kebijakan(policy) dari perusahaan/proyek ybs.
Sedangkan komponen biaya point 2 (direct operation cost) berlainan untuk
setiap jenis alat, dimanatiap jenis peralatan memiliki bermacam-macam komponen.
Untuk mudahkan perhitungan suatu anggaran biaya maka biaya operasi
dihitung dengan rumus rata-rata untuk seluruh macam peralatan. Rumus rata-rata
ini dibuat berdasarkan pengalaman yang telah lalu, sesuai dengan yang diajukan
oleh konsultan dari technical assistance UNDP dan sesuai dengan bahan-bahan dari
Direktorat Peralatan Dit-Jen Bina Marga Dept. PU.
Perhitungan biaya peralatan ditetapkan berdasarkan harga satuan pekerjaan
Dalam istilah ini digunakan BP & O, yaitu biaya kepemilikan dan operasi atau juga
disebut O & O (Owning and Operating Cost). Biaya BP & O ini dihitung tiap jam,
sebab berkaitan dengan perhitungan produksi peralatan yang satuannya juga setiap.
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam pemakaian peralatan yang disebabkan investasi, yang termasuk dalam biaya ini adalah :
1. biaya penyusutan /depresiasi : biaya akibat menurunnya harga jual peralatan
karena dipakai atau aus dari umur alat mulai saat pembelian.
2. biaya asuransi : biaya yang harus ditanggung untuk menjamin penggantian
biaya peralatan bila terjadi kecelakaan atas pemakaian alat.

35

3.
4.

biaya pajak : biaya yang harus dibayar oleh adanya beban pajak peralatan.
biaya bunga /interest : biaya yang harus dikeluarkan dari pinjaman bank unt
pembelian peralatan atau bila beli pakai modal sendiri adalah bunga atas mo
dal tsb. jika disimpan di bank.

Sebelum menghitung BP & O, terlebih dahulu diketahui umur ekonomi alat


yaitu perhitungan rugi-laba atas usia peralatan dalam satuan jam. Umur ekonomi
ini dipengaruhi oleh faktor kecakapan operator, maintenance crew, model dsb.
Diperoleh perkiraan berkisar antara 8.000 - 12.000 jam tergantung jenis dan kapa
sitas alat serta jenis dan lokasi pekerjaan. Sebagai contoh : Untuk masa penanaman
modal yang diperkirakan 3 8 tahun, jika ditaksir umur ekonomi Bulldozer D7G
selama 10.000 jam dengan investsi 5 tahun maka tiap tahun peralatan tsb. harus ber
operasi selama 2000 jam.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) : Penyusutan + Asuransi , Pajak dan Bunga.
Depresiasi adalah penurunan nilai alat karena kerusakan, penurunan fungsi
dan harga alat. Perhitungan ini diperlukan untuk mengetahui nilai alat setelah pemakaian selama waktu tertentu dan dapat memperhitungkan modal yang akan dike
luarkan pada waktu alat tak dapat digunakan lagi dan alat baru harus dibeli. Juga
dapat dipakai untuk menghitung biaya perawatan alat berat.
Ada beberapa cara yang dipakaiuntuk menghitung depresiasi alat. Cara-cara
tersebuit adalah sebagai berikut :
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method).
Metode ini merupakan cara termudah dalam menghitung depresiasi.
Depresiasi per tahun menggunakan rumus :
P - F
D k = ----------dan
B = P - k Dk. .(4. 1)
n
dimana, D k : depresiasi per tahun
P : harga pembelian alat
F : nilai sisa alat
n : umur ekonomis alat
B : nilai buku.
2. Metode Penjumlahan Tahun (Sum of the Year Method).
Merupakan metode percepatan sehingga nilai depresiasinya lebih besar dari
pada metode garis lurus. Pertama-tama harus dihitung dahulu nilai SOY-nya
n(n + 1)
SOY = ------------- (4. 2)
2
n - k + 1
D k = ---------------- ( P F ) (4.3)
SOY

36

n - k
n - k + 1
B k = ---------- x ---------------- x (P - F) + F .. (4.4)
n
n + 1

3. Metode Penurunan Seimbang (Declining Balance Method).


Nilai depresiasi diperoleh dari mengalikan suatu faktor dengan nilai buku
pada akhi tahun, sehingga menghasilkan nilai depresiasi yang terbesar dari
ketiga metode ini. Faktor percepatan (R) berkisar antara 1,25 - 2.00 per
umur alat. Metode ini disebut metode penurunan seimbang ganda (double
declining-balance method) jika :
k -1
k
R = 2 / n ; D k = R (1 R) x P dan B k = ( 1 - R ) x P.(4.5)
4. Perhitungan Biaya Kepemilikan.
Perhitungan biaya kepemilikan per tahun dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
Dengan memperhitungkan bunga dan tanpa memperhitungkan bunga.
Cara dengan memperhitungkan bunga :
A = P (A / P,i,n).. (4.6)
n
i (1 + i)
A = P [ --------n----- ]. (4.7)
( 1 + i) - 1
Jika nilai sisa diperhitungkan :
A = P(A/P,I,n) - F(A/F,I,n). (4.8)
n
i(1 + i)
i
A = P [ -------n-----] F [--------n---]... (4.9)
(1 + i) 1
(1 + i) 1
Pada rumus (4.6) dan (4.8) nilai-nilai (A/P,I,n) dan (A/F,I,n) didapat dari
tabel bunga bank bunga ditentukan oleh rumus :
P(n + 1)
A
= ------------ (4.10)
rata-rata
2n

37

jika nilai sisa diperhitungkan :


P ( n + 1) + F ( n 1)
A
= ------------------------------- (4.11)
rata-rata
2n
Biaya kepemilikan per tahun dihitung dengan membagi nilai Arata-rata
dengan umur ekonomis alat.
5. Biaya Asuransi, Pajak dan Bunga.
Perhitungan ketiga jenis biaya ini ditentukan oleh peraturan yang berlaku tiaptiap tahun, karena kemungkinan inflasi akan mempengaruhi biaya peralatan.
Kenaikan biaya atas inflasi juga harus dimasukkan dalam modal. Sehingga
Untuk memudahkan perhitungan dibuat satu rumus biaya investasi rata-rata
per tahun yaitu jumlah biaya asuransi, pajak dan bunga atas modal.
At = [ P (n + 1) / 2n ] x i .. (4.12)
At = biaya investasi per tahun
i = % ( bunga + asuransi + pajak).
b.

Biaya Operasi (Operation Cost).


Merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan peralatan da
lam pelaksanaan pekerjaan. Yang termasuk dalam biaya ini adalah bahan bakar,
pelumas, reperasi, gaji operator dan sebagainya. Biaya ini harus dibuat sesuai dengan keadaan setempat. Misal biaya di tengah hutan dan jauh dari tempat pembe
lian, hendaknya ditambahkan ongkos perjalanan dan akomodasi bagi tenaga ahli
yang diperlukan dilapangan.
1. biaya bahan bakar.
Penggunaan bahan bakar perjam dapat ditentukan berdasarkan jenis peralatan
dan pekerjaan. Misal pada Bulldozer untuk pekerjaan pendorongan, maka ada
3 (tiga) kategori dalam menghitung biaya atas resiko pendorongan yaitu :
ringan, sedang dan berat.
Penggunaan bahan bakar peralatan dengan mesin diesel dan motor bensin di
hitung dengan menggunakan rumus :
Diesel : C = 200 gram /HP /jam = 0,15 - 0,17 ltr /HP /jam.
Bensin : C = 294 gram /HP /jam = 0,22 - 0,25 ltr /HP /jam.
Contoh :
Pada mesin diesel yang engine-nya 100 HP, maka keperluan satu jam pemakaian ialah :
C = 200 x 100 gram /jam = 2.000 gram /jam = 2 kg /jam
Bila BJ bahan bakar ~ 0,85 kg /ltr, maka :

38

C = 20 / 0,85 ltr /jam = 23,5 ltr /jam.


Ini dipakai bila tenaga yang dipakai penuh, biasanya rata-rata pemakaian hanya 40 %, sehingga :
C = 0,4 x 23,5 ltr /jam = 9,5 ltr /jam
C = 0,4 x 2.000 gram /HP /jam = 8.000 gram /HP /jam.
2.

biaya bahan pelumas.


Bahan pelumas terdiri dari :
1. Pelumas motor (engine)
2. Pelumas transmisi
3. Pelumas garden
4. Pelumas gemuk
5. Minyak hidraulic

Crank case oil.


Transmision oil.
Final drive oil.
Chasis duricant.
Hydraulic fluid.

Peralatan harus secara periodic (berkala) diganti bahan pelumasnya. Secara


kualitas dan kuantitas bahan pelumas akan berkurang. Perhitungannya juga
sangat beragam tergantung jenis peralatan dan jenis bahan pelumasnya.
Biaya pelumas per jam dihitung sebagai berikut (menurut Caterpillar) :
HP x f x 0,006 lb /HP - hr
c
q = ---------------------------------------- + ----7,4 lb /gallon
t
dimrana :
q = kebutuhan oil (gallon /jam).
HP = daya mesin (tenaga kuda).
f = faktor operasi.
c = siklus penggantian oli.
t = kapasitas crankcase.
3.

biaya filter.
Perhitungannya sangat tergantung pada jenis peralatan, medan kerja dan
jenis filter yang dipakai. Filter yang dipakai biasanya untuk motor, transmisi, hidraulik dan udara.
Penggunaan filter dapat dilihat pada table berikut ini :

========================================================
No.
Jenis Filter
Part Catalog
jumlah
masa guna
/jam
----------------------------------------------------------------------------------------------1.
ENGINE.
filter oli
IP 2299
2
2.000

39

filter solar
855820
3
1.000
2.
TRANSMISION
kopling
SI 9150
2
1.000
persnelling
IP 8483
1
1.000
3.
HYDRAULIC
IP 8483
1
2.000
4.
U DAR A
9 J 750
1
500
========================================================
4. biaya ban.
Umur penggunaan ban tergantung dari jenis peralatan dan medan kerja.
Guna mencapai umur pakai sesuai rencana, ban yang dipakai harus ban
khusus untuk peralaytan tertentu. Kode ban khusus itu adalah :
C : Compactor.
E : Pemindahan tanah (earth mover).
G : Grader.
L : Loader /dozer.
LS ; Log /skidder.
HR : Heat resistant.
ML : Mining and Logging.
Sedangkan biaya ban untuk perkiraan perhitungan dapat memakai table
berikut :
========================================================
Daerah kerja
No.
Jenis Peralatan
A
B
C
jam
----------------------------------------------------------------------------------------------1.
Motor Grader
5.000
3.000
2.000
2.
Skidders
4.500
3.000
1.500
3.
Wheel Scrapper
3.000
2.000
1.000
4.
Wheel Tractor /Loader
2.500
1.250
500
5.
Off Highway
3.500
2.500
1.500
========================================================
Keterangan : A : keausan hampir keseluruhan karena gesekan.
B : keausan akibat gesekan dan irisan batuan tajam.
C : keausan akibat irisan batuan tajam.
5. biaya reparasi /perawatan.
Biaya reparasi sangat sulit dihitung karena variable yang tinggi, biasanya
diperkirakan 80 % - 90 % dari biaya depresiasi total.
Perhitungan biaya reparasi dibuat seperti perhitungan biaya depresiasi dengan
sedikit perubahan.
Contoh :
Harga pembelian
P : Rp. 350.000.000,Nilai sisa
F : Rp. 35,000,000,-

40

Depresiasi total
Biaya reparasi total

D : Rp. 315.000.000,Rt : 0,9 x Rp. 315.000.000


: Rp. 283.500.000,Perkiraan umur ekonomis = 10.000 jam.
Masa investasi
= 8 tahun.
Operasi per tahun
= 1.250 jam.
Berdasarkan metode depresiasi, maka biaya reparasi sebagai berikut :
Menggunakan metode langsung :
Biaya reparasi per tahun = Rp. 283.500.000 / 8
= Rp. 35.437.500,Biaya reparasi per jam = Rp. 283.500.000,- / 10.000
= Rp.
2.835.000,6. biaya operator.
Gaji operator haruslah disesuaikan dengan honor pengemudi alat berat di
daerah kerja. Honor tsb. dirinci menjadi gaji operator per jam. Sehingga

41

semua perhitungan biaya peralatan ini dihitung dalam satuan : jam.

42

Anda mungkin juga menyukai