DAN
ALAT-ALAT BERAT
oleh
igig soemardikatmodjo
2001
BAB I
PENDAHULUAN
1. UMUM.
1. 1. Pengantar.
Didalam setiap proyek pembangunan civil engineering hampir selalu
ada pekerjaan tanahnya. Pekerjaan tanah ini dilakukan mulai dari menggali,
menggusur, memindahkan, memadatkan dan juga kadang mengolahnya untuk
mendapatkan spesifikasi tanah yang diharapkan atau ditentuka.
Pekerjaan tanah dalam skala kecil sering dilakukan dengan cara manual
atau menggunakan tenaga manusia. Cara ini dapat dijumpai terutama dalam pekerjaan yang berorientasi padat karya atau proyek tersebut bermaksud mempeker
jakan sebanyak mungkin tenaga kerja, sehingga masalah efisiensi waktu dan efek
tifitas kegiatan pekerjaan tidak menjadi prioritas utama. Namun bila skala pekerjaan cukup besar dan membutuhkan kecepatan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pekerjaan tanah tersebut dilakukan dengan cara mekanis atau dengan kata lain
menggunakan bantuan tenaga mesin atau peralatan mekanis lainnya (alat berat).
Penggunaan peralatan berat ini biasanya dipakai untuk :
Penggalian, pengupasan, pembongkaran dan penimbunan tanah.
Perataan atau penyebaran tanah.
Pembuatan profil permukaan tanah.
Pemindahan atau pengangkutan tanah.
Pemadatan (compaction).
Sering pula dijumpai kegiatan pekerjaan tanah mendapatkan porsi yang
cukup besar, dimana hal ini dapat dijumpai pada jeinis-jenis proyek pembangun
an bendungan, irigasi, pembangunan jalan baru, pembukaan lahan untuk permu
kiman atau perkebunan dan lain sebagainya.
Sehingga untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas pekerjaan perlu
dilakukan perencanaan secara cermat dan teliti. Yang menjadi permasalahan ada
lah bagaimana kita melakukan perencanaan proyek tersebut dan dapat melaksana
kannya, serta yang tak kalah pentingnya ialah bagaimana kita mengendalikannya.
Hal ini dapat tercapai bila dilakukaan oleh orang-orang yang benar-benar mampu
dalam arti memiliki keahlian, pengalaman yang baik dan kemampuan manajerial.
Karena pada dasarnya sasaran utama (project objective) dari suatu pelaksanaan proyek adalah :
Bagaimana dapat melakukan efisiensi terhadap
biaya
mutu
waktu
atau yang biasa dikenal dengan singkatan BMW yakni : bagaimana kita membuat rencana anggaran biaya semurah mungkin tapi masih dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan spesifikasi, untuk mencapai standar mutu sebaik mungkin
dan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan tepat waktu sesuai dengan jadwal
atau schedule yang telah ditentukan.
Kelihatannya tujuan utama proyek tersebut demikian sederhana, namun
dalam pelaksanaannya tidak semudah mengucapkannya. Pengelolaan pekerjaan
tersebut memerlukan manajemen yang baik dan teratur rapih.
Jadi setiap pimpinan proyek dituntut untuk dapat mengelola uang/anggaran biaya
menjaga mutu pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan. Ditambah lagi bagaimana Proyek Manajer dalam mengatasi risiko-risiko pekerjaan(risk management), karena pada dasarnya setiap pelaksanaan
pekerjaan mengandung unsur risiko. Dan risiko ini dapat membesar atau menjadi
kecil, tergantung bagaimana para manajer melakukan tindakan-tindakan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Karena setiap risiko mempunyai konsekuensi biaya
maka ketelitian dan ketepatan dalam membuat keputusan merupakan tuntutan yg
harus dikuasai oleh para manajer professional.
Dalam pelaksanaan pekerjaan Pemindahan Tanah Mekanis, yang perlu
diperhatikan adalah :
1. 1. 1. Perhitungan Volume Pekerjaan.
Perhitungan volume pekerjaan dalam pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis perlu diperhatikan terhadap ketelitiannya, terutama terhadap kondisi
dari tanah tersebut, seperti :
a. Volume tanah.
Dikenal ada 3 macam jenis volume tanah yang berkaitan dengan pekerjaan
Pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis ini yaitu :
Volume dalam keadaan tanah asli di alam (bank measure volume)
Volume dalam keadaan lepas (loose measure volume), tanah yang telah
digali dari kondisi alamnya dan siap untuk diangkut.
Volume tanah yang telah dipadatkan (compacted measure volume) yaitu
volume tanah yang telah mengalami pemadatan secara mekanis.
Ketiga macam jenis tanah ini memiliki koefisien-koefisien tersendiri sesuai
dengan jenis dari tanah tersebut, seperti tanah berpasir, tanah liat dan sebagai
nya, sehingga didalam menghitung volume tanah perlu dipahami apakah
tanah tersebut masuk dalam kategori tanah asli, tanah lepas atau telah dipadat
kan.
b. Jenis tanah.
Pada kenyataannya tanah memilikin banyak jenis, dimana setiap jenis tanah
memiliki nilai kembang dan susut tersendiri (swelling danshrinkage) serta
memiliki karakteristik yang berlaianan seperti tanah kohesif dan nonkohesif.
Setiap jenis tanah ini mempunyai cara tersendiri atau peralatan tersendiri untuk mengerjakannya.
Kelalaian dalam menentukan kategori dan jenis tanah akan membawa konsekuens
terhadap perhitungan dan penentuan peralatan yang akan digunakan, untuk memahami lebih mendalam kasus ini akan dibahas secara tersendiri.
1. 1. 2. Spesifikasi Pekerjaan.
Yang perlu diperhatikan terhadap spesifikasi pekerjaan adalah :
Jenis pekerjaan : Land clearing, Stripping, Galian, Timbunan atau Pemadatan
jenis pekerjaan ini harus jelas.
Kualifikasi hasil pekerjaan, terutama yang menyangkut hasil akhir dari pekerja
an seperti : kemiringan, tingkat kepadatan, tinggi timbunan atau kedalaman galian (leveling), jarak angkut atau jarak pemindahan tanah dan sebagainya.
1. 1. 3.
Dalam melakukan pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis diperlukan perencanaan SDM yang benar-benar baik dan mencapai sasaran, apalagi bila mengingat lokasi pekerjaan berada didaetrah pedalaman atau jauh dari kota
besar, dimana untuk mencari tenaga kerja trampil dan berpengalaman akan sulit dilakukan. Selain itu perlu dipikirkan pula mekanisme pengawasan dan tenaga pendukung dalam upaya memperlancar jalannya kegiatan pekerjaan.
1. 1. 5.
Mobilisasi Peralatan.
Pelaksanaan mobolisasi peralatan perlu mendapat perhatian khusus, terutama bila lokasi pekerjaan berada ditempat yang jauh (dipedalaman) seperti
misalnya di Kalimantan, Sumatera ataupun di Indonesia bagian Timur.
Pada lokasi tersebut banyak fasilitas jalan dan jembatan yang kurang memadai,
peralatan penunjang seperti trailer pengangkut, ferry penyebrangan antar pulau
yang belum tersedia, sehingga perlu direncanakan dan disiapkan dari sejak awal.
1. 1. 6.
Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan PTM adalah sifat fisik tanah,
seperti : Berat jenis dan volume batuan /tanah.
Tingkat kekerasan.
Tingkat kohesifitas.
Bentuk batuan /tanah.
Tingkat kepadatan.
Gradasi batuan /tanah.
Kadar air.
Batas-batas konsistensi tanah,
seperti Liquit limit, Plastisity Indeks dan lain sebagainya.
1. 3.
Kepemilikan Alat.
Yang dimaksud adalah kemampuan alat dalam melakukan kegiatan mengeruk, menggusur, mengangkut atau memindahkan tanah dari satu tempat ketempat
yang lain dan diukur dengan satuan waktu (M/jam).
Dalam menentukan kemampuan kerja alat perlu dibedakan pengertian
antara :
Kapasitas Kerja Alat, dan
Produksi Kerja Alat.
dimana pengertiannya adalah sebagai berikut :
Kapasitas Kerja Alat :
Adalah kemampuan alat dalam menggusur, mengeruk, mengangkut atau
memindahkan tanah dalam satu kali operasi atau satu siklus, diukur dalam
(M/siklus).
1. 4.
Kemampuan logistic, suplai bahan makanan, bahan bakar minyak, pelumas, suku cadang dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Perencanaan yang baik merupakan modal utama untuk melakukan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Lebih baik melakukan awal kegiatan dengan sedikit
lambat (slow down) sambil menyusun perencanaan yang matang. Setelah perenca
naan seluruhnya sudah dianggap baik maka pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan kapasitas penuh dari kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Namun demikian dalam perjalanannya perlu diadakan revisi atau perbaikan terha
dap rencana awal, hal ini berkaitan dengan perkembangan dan permasalahan yg
terjadi dilapangan. Karena tidak ada suatu proyekpun yang memiliki permasalah
an yang sama, sehingga permasalahan yang dihadapi dilapangan, pasti akan mem
pengaruhi perencanaan awal. Oleh karenanya perencanaan awal tersebut perlu di
up-date atau disesuaikan dengan perkembangan yang ada secara periodik baik
per-minggu atau per-bulan tergantung kebijakan dari proyek manajer.
Kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan evaluasi tetrhadap pekerjaan yang
telah dilakukan dan menyesuaikan rencana kerja untuk dipergunakan pada kegiat
an selanjutnya. Dengan begitu berarti pelaksanaan pekerjaan selalu dapat terkendali dengan baik.
1. 4. 3. Pelaksanaan Pekerjaan.
Tahap pelaksanaan pekerjaan ini merupakan tahapan yang menentukan
terhadap keberhasilan dari sasaran yang hendak dicapai oleh team manajemen
proyek. Manajemen perlu melakukan upaya-upaya untuk membuat suatu prosedur pelaksanaan pekerjaan, baik yang berkaitan dengan teknis pekerjaan maupun
persiapan pelaksanaan administrasi dan keuangan serta sarana-sarana pendukung
lainnya. Karena pekerjaan PTM ini memerlukan banyak dukungan, antara lain
dukungan perawatan mesin dan peralatan juga pendukung lainnya seperti spare
part, bahan bakar, pelumas. Selain itu dukungan konsumsi, bila proyek berada
jauh dari perkotaan dimana bahan makanan harus didatangkan dari kota yang
berjarak relative jauh. Ini penting untuk diperhatikan guna menghilangkan kendala psikologis para pekerja dalam menjalani tugasnya.
Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam memulai pelaksanaan pekerjaan :
1. Penentuan starting point (penentuan titik dimulainya pekerjaan).
Penentuan titik dimulainya pekerjaan penting dilakukan, hal ini dimaksudkan
agar menjadi ukuran awal bagi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, seperti
patok ketinggian atau leveling sehingga pekerjaan selanjutnya tidak akan
mengalami kesulitan terhadap control permukaan dan lain sebagainya.
2. Analisa terhadap keadaan lokasi dari peta topografi yang ada.
Selanjutnya perlu dilakukan analisa terhadap keadaan topografi lokasi pekerjaan, hal ini dimaksudkan guna mengatur operasional alat-alat berat dalam
melakukan kegiatannya, seperti dari mana alat tersebut harus memulai peker
jaan dan dimana harus diakhiri.
3. Pengaturan pentahapan areal yang akan dikerjakan.
Pengaturan area pekerjaan perlu dilakukan bila pekerjaan melibatkan banyak
peralatan dimana pekerjaan dilakukan secara simultan, sehingga alat-alat
berat dapat bekerja secara efisien dan efektif.
10
4. Pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat-alat berat, agar tak
Perlu dilakukan pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat
berat sepoerti jalur dump-truck pada saat isi dan jalur dump-truck pada saat
kosong maupun demi kepentingan inspeksi pekerjaan, sehingga pengaturan
ini menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti tabrakan dll.
5. Pengamanan lokasi kerja dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan
pekerjaan.
Lokasi pekerjaan sebaiknya diamankan bagi orang-orang yang tidak berke
pentingan dengan kegiatan pekerjaan, untuk itu perlu dibuatkan tanda-tanda
pengamanan pada lokasi-lokasi yang dianggap membahayakan keselamatan
umum seperti daerah yang rawan longsor, daerah peledakan dinamit dan
daerah dimana lalu lintas alat-alat berat sanagat padat.
6. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan.
Kegiatan ini merupakan sarana control bagi manajemen untuk mengetahui
apakah semua ketentuan atau perencanaan yg telah dibuat dijalankan sesuai
dengan perintah yang diberikan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian mempunyai nilai sangat strategis bagi
tercapainya sasaran manajemen dalam menjalankan proyeknyaa dalam mera
ih keuntungan tanpa harus mengorbankan mutu, dan waktu pelaksanaan.
11
BAB II
SIFAT-SIFAT TANAH DAN BATUAN
2. 1.
Klasifikasi Tanah.
12
a.
a. Kondisi asli (Bank Cubic Meter /BCM), ukuran alam yaitu keadaan tanah yang
13
masih sesuai dengan kondisi aslinya. Dalam keadaan ini butiran-butiran tanah
masih terkonsolidasi dengan baik.
b. Kondisi lepas (Loose Cubic Meter/LCM), yaitu kondisi tanah sesudah mengala
mi gangguan atau telah tergali, misalnya keadaan tanah didepan dozer blade,
diatas dump-truck dan dalam bucket. Tanah yang telah tergali dari tempat asalnya ini akan mengalami perubahan volume, yaitu mengalami pengembangan.
Hal ini diakibatkan oleh adanya penambahan rongga udara butir-butir tanah, sehingga volumenya bertambah besar. Besarnya penambahan volume tergantung
dari factor kembang tanah (swelling factor) yang besarnya dipengaruhi oleh
jenis tanah.Volume dalam keadaan lepas dapat dihitung dengan persamaan 2. 1.
LCM = BCM + (% SWELL x BCM ) ..(2.1.)
dengan :
LCM
:
BCM
:
SWELL :
CONTOH :
Tanah biasa asli dengan volume
= 10 m (BM)
Factor swell 20 % - 45 % (table) = 2 - 4,5 m
Volume tanah dalam keadaan lepas = 12 - 14,5 m
c. Kondisi padat (solid measure /SM), yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kemli dan diadakan usaha pemadatan. Pada keadaan ini tanah mengalami proses
pemampatan sehingga volumenya menyusut tanpa mengalami perubahan berat.
Perubahan volume pada keadaan ini terjadi karena adanya penyusutan rongga
udara diantara partikel-partikel tanah tersebut. Besarnya volume dalam keadaan
padat ini tergantung dari jenis tanah, kadar airtanah dan usaha pemadatan.
Dalam perhitungan produksi, tanah yang digusur, dimuat dan digelar adalah
dalam kondisi lepas. Untuk menghitung perubahan volume pada kondisi lepas dari
bentuk aslinya atau ke padat setelah dipadatkan perlu dikalikan factor kembang
maupun factor susut. Nilai dan factor-faktor itu dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2. 2. dan persamaan 2. 3.
14
B - L
Sw = ------------L
x 100 % ( 2. 2.)
C - B
Sh = -----------x 100 % ( 2. 3.)
C
dimana :
Sw
= factor kembang (%)
Sh
= factor susut (%)
B
= kerapatan tanah asli (kg/m)
L
= kerapatan tanah lepas (kg/m)
C
= kerapatan tanah padat (kg/m)
Secara praktis nilai factor konversi tanah ini dapat dilihat pada Tabel 2. 2.
Table 2. 2. Factor Konversi Tanah.
KONDISI TANAH YANG DIKERJAKAN
JENIS MATERIAL
KONDISI
KONDISI
KONDISI
KONDISI
AWAL
ASLI
LEPAS
PADAT
Sand / Tanah berpasir
(A)
1.00
1.11
0,99
(B)
0,90
1.00
0,80
(C)
1,05
1,17
1.00
Sand Clay / tanah biasa
(A)
1.00
1,25
0,90
(B)
0,80
1.00
0,72
(C)
1,11
1,39
1.00
Clay / Tanah liat
(A)
1.00
1,35
0,90
(B)
0,70
1.00
0,63
(C)
1,11
1,59
1.00
Tanah campur kerikil
(A)
1.00
1,18
1,08
(B)
0,85
1.00
0,91
(C)
0,93
1,09
1.00
Kerikil
(A)
1.00
1,13
1,03
(B)
0,88
1.00
0,91
(C)
0,97
1,10
1.00
Kerikil kasar
(A)
1.00
1,42
1,29
(B)
0,70
1.00
0,91
(C)
0,77
1,10
1.00
Pecahan cadas atau
(A)
1.00
1,65
1,22
Batuan lunak
(B)
0,61
1.00
0,74
(C)
0,82
1,35
1.00
Pecahan Granit atau
(A)
1.00
1,70
1,31
Batuan keras
(B)
0,59
1.00
0,77
15
(C)
0,76
Pecahan Batu
(A)
1.00
(B)
0,57
(C)
0,71
Batuan hasil ledakan
(A)
1.00
(B)
0,56
(C)
0,77
sumber : Rochmanhadi, 1992.
catatan : A = tanah asli
B = tanah lepas
1,30
1,75
1.00
1,24
1,80
1.00
1,38
1.00
1,40
0,80
1.00
1,30
0,72
1.00
C = tanah padat
CONTOH :
Jika diketahui volume tanah bercampur kerikil dalam keadaan asli = 100 m
Berapa volumenya setelah digemburkan (kondisi lepas) ?
Jawab : Dari table factor konversi diperoleh data bahwa factor konversi tanah dari
kondisi asli ke lepas untuk jenis tanah bercampur kerikil adalah 1,18,
maka volume dalam keadaan lepas = 100 m x 1,18 = 118 m.
2. 3.
Berat tanah dan batuan akan mempengaruhi kemampuan alat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain. Berat
tanah ini sangat berpengaruh terhadap volume yang dapat dikerjakan alat dalam hu
bungannya dengan Draw Bar Pull (DBP) atau tenaga tarik. Makin berat tanah maka
tenaga yang harus disediakan alat untuk mengerjakan makin besar.
Bentuk material berpengaruh terhadap banyak sedikitnya tanah untuk menempati suatu ruang tertentu. Material dengan bentuk butir kecil akan mempunyai
rongga yang kecil. Pada material yang kondisi butirannya seragam, kemungkinan
besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruang yang ditempatinya, sedangkan material yang berbentuk bongkahan mempunyai rongga yang lebih besar, sehingga membutuhkan volume (ruang) yang lebih besar dari volume sebenarnya.
Banyaknya material yang mampu ditampung oleh suatu ruangan diperhitungkan
dengan suatu factor koreksi yang disebut factor muat, seperti factor blade pada
bulldozer, factor bucket pada excavator dan loader, serta pay load factor pada scrap
per. Selain dipengaruhi bentuk material, load factor juga dipengaruhi jenis tanah.
2. 4.
2. 5.
17
18
2. 6.
19
BAB III .
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI ALAT BERAT
3. 1. Tahanan Gelinding (Rolling Resistance).
Tahanan gelinding (Rolling Resistance) adalah daya tahanan yang terjadi
akibat gesekan roda (crawler maupun roda ban) alat yang sedang bergerak dengan
permukaan tanah. Besar tahanan ini akan berbeda pada setiap jenis dan kondisi
permukaan tanah atau jalan dan juga tergantung pada type roda alat berat itu.
Nilai tahanan gelinding dihitung dengan persamaan 3. 1.
RR (kg) = W (kg) x r . (3. 1.)
dimana : R = tahanan gelinding (kg)
W = berat kendaraan (kg)
r = koefisien tahanan gelinding (table 3. 1.)
Tabel 3. 1. Koefisien Tahanan Gelinding untuk berbagai
Jenis Roda dan Permukaan jalan.
JENIS RODA
BAN BESI
CRAWLER
BAN KARET
------------------- TUMPUAN TRACK & WHEEL
TAHAN
GESER
PERMUKAAN
RATA
(RANTAI & RODA)
-------------------------TINGGI RENDAH
--------------------------------------------------------------------------------------------------Beton rata
20
27
18
23
Aspal baik
23 - 35
30 - 35
20 - 33
20 - 33
Tanah padat
30 - 50
30 - 40
20 - 35
25 - 35
Tanah nonpadat
50 - 75
40 - 55
50 - 70
35 - 50
Tanah becek
100 - 125
70 - 90
90 - 110 75 - 100
Pasir lepas
140 - 160
80 - 100
130 - 145 110 -130
Tanah berlumpur 175 - 200
100 - 120
140 - 170 140 - 170
sumber : Peurifoy, 1996.
Tahanan gelinding suatu jalanan dapat diukur dengan menarik alat diper
mukaan datar dengan kecepatan tetap. Tungkai penarik dilengkapi dengan
diameter atau alat lain. Gaya tarik diameter ialah tahanan gelinding untuk seluruh
berat alat yang ditarik. Tahanan gelinding persatuan berat kotor dapat diketahui
seperti pada persamaan 3. 2. berikut ini
R (kg/ton)
P (kg)
= ------------- .. (3. 2.)
20
W (ton)
dimana : R = tahanan gelinding (kg/ton)
P = gaya tarik yang terjadi pada tungkai (kg)
W = berat kotor alat yang ditarik (ton)
Contoh :
Jika sebuah truck dibebani berat kotor 20 ton, bergerak diatas jalan
datar dan tahanan gelindingnya 50 kg/ton, gaya tarik yang diperlukan
agar truck bergerak dengan kecepatan tetap ialah :
20 ton x 50 kg/ton = 1000 kg.
Konversi
%
35,8
37,5
39,1
40,2
42,3
43,8
45,4
47,0
48,5
50,0
21
22
23
engine dari alat yang beroperasi pada suatu daerah dengan ketinggian tertentu.
Mengingat makin tinggi daerah, makin berkurang prosentasi oksigen ini,
maka tenaga alat yang tersedia harus dikoreksi. Besarnya penurunan tenaga tergan
tung system pengisapan udara dari segi engine pada alat tersebut.
Diesel 4 tak : Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami penurunan te
naga 1 % pada setiap 100 meter kenaikan diatas ketinggian 300 meter d.p.l.
Diesel 2 tak : Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami penurunan te
naga 1 % pada setiap 100 meter kenaikan diatas ketinggian 150 meter d.p.l.
Turbo Charger : Alat dengan tenaga Turbo ini akan mengalami penurunan tenaga 1 % untuk setiap 150 meter kenaikan, pada ketinggian diatas 1500 meter dpl.
Umumnya alat berat jarang digunakan untuk pekerjaan ditempat yang dekian tinggi. Secara teoritis tenaga motor penggerak peralatan berkurang 1 % setiap
kenaikan 100 meter diatas 750 meter d.p.l.
Contoh : Sebuah Traktor dengan kapasitas 140 HP bekerja pada ketinggian 3000
meter d.p.l. berapakah tenaga motor penggerak peralatan tersebut ditem
pat itu ?
jawab :
1 % x 140 (3000 750)
Kehilangan tenaga : ---------------------------------- = 31,5 HP
100
Tenaga motor penggerak peralatan = (140 - 31,5) HP
= 108,5 HP
3. 5. Tarikan Penggandeng (Drawbar Pull).
Drawbar-pull adalah tenaga tarik tersedia yang dapat digunakan oleh Trak
tor untuk menarik suatu muatan diacu sebagai tarikan batang ganging traktor (kait)
yang terdapat dibelakang ttraktor. Drawbar-pull ini dinyatakan dalam kg.
Sebagai contoh kedudukan DBP untuk D4E SA, saat traktor menarik beban sebagai
mana pada Gambar 3.2.
24
26
BAB IV
MANAJEMEN PERALATAN DAN PELAKSANAAN
4. 1. UMUM.
Manajemen Peralatan adalah suatu metode penggunaan alat-alat berat un
tuk memperoleh hasil yang tepat guna dan berdaya guna dalam pelaksanaan proyek
1.
2.
3.
4.
5.
27
2.
3.
4.
5.
4. 3. Penjadwalan.
4. 3. 1. Penyusunan jadwal.
Setelah pemilihan alat, selanjutnya dilakukan perhitungan produksi dan
waktu penyelesaian dari masing-masing alat. Dalam perhitungan waktu penyelesai
an dari masing-masing alat selanjutnya dapat dibuat suatu jadual pengoperasian
alat. Bila kita harus menyewa alat, maka diperlukan penjadualan yang lebih baik
lagi, hingga selama waktu sewa peralatan tersebut benar-benar dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Jadwal pekerjaan dapat disusun setelah diketahui hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Waktu pelaksanaan.
Jenis dan volume pekerjaan.
Jumlah dan jenis peralatan.
Pola dasar operasi peralatan.
Pada umumnya proyek-proyek berskala besar maupun kecil, perencanaannya diawali menyusun jadwal pelaksanaan, berupa bagan balok (bar chart).
Bagan balok ini diperkenalkan pada awal abad 20 oleh Henry L Gantt. Bagan balok
adalah suatu bagan balok yang disusun secara grafis dengan mengurai suatu proyek
yang terdiri dari sejumlah kegiatan/aktivitas yang telah dirumuskan dengan baik,
dimana penyelesaian pekerjaan merupakan titik akhirnya. Prinsip dari penyusunan
bagan balok sangat sederhana, sehingga umum dipergunakan.
Langkah-langkah yang diperlukan guna menyusun bagan balok adalah :
Menyusun daftar kegiatan proyek secara teratur brikut volume pekerjaannya.
Menaksir waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
Menggambarkan setiap kegiatan itu menjadi sebuah bagan balok mendatar
dengan skala waktu tertentu.
Menata kegiatan diatas sebuah bagan balok dengan skala waktu yang mendatar.
Dengan begitu bagan balok tersebut dapat memberikan informasi, kapan suatu
kegiatan dapat dimulai dan kapan harus diakhiri.
Penggunaan bagan balok ini biasanya dikombinasikan dengan kurva S
28
(S curve) hingga dapat menambah informasi yang juga diperoleh dari bagan balok
tersebut dalam kegiatan pengendalian, yang digunakan untuk mengontril kegiatan
pembiayaan secara kumulatif untuk jangka waktu (periode waktu) yang telah diten
tukan.
Sebagai contoh sederhana pada table 4. 1. dibawah ini menggambarkan tentang
bagan balok dari suatu proyek Pemindahan Tanah Mekanis yang memiliki 6 kegiat
an
a.
b.
c.
d.
30
31
laksana dengan unit peralatan, maupun hubungan kerja didalam pelaksana itu sendiri. Hubungan kerja antara unit pelaksana dan unit peralatan sebagaimana terlihat
pada Gambar 4.1
32
4.
5. Pemeliharaan Peralatan.
Maksud :
Dalam melaksanakan pemindahan tanah, pelaksana akan selalu meng
harapkan tersedianya peralatan untuk keperluan operasi dan selalu mengharapkan
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini akan ter
capai jika unit peralatan dapat menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan dapat
bekerja dengan baik. Untuk itu perlu diadakan pemeliharaan peralatan tersebut.
33
Umur ekonomis alat-alat berat merupakan jangka waktu dari pertama mem
beli sampai dengan saat alat itu tidak ekonomis lagi dioperasikan, dalam arti bahwa
biaya operasi dan biaya pemeliharaan sudah tidak sesuai dengan uang yang dihasilkan (biaya yang dibayarkan pihak kedua atau pemakai/penyewa) oleh alat berat tsb.
Yang berarti nilai ekonomis dari alat itu sudah tidak ada lagi.
Secara garis besar urutan perhitungan biaya pelaksanaan pekerjaan dengan
menggunakan alat-alat berat adalah sebagai berikut :
1. Komponen biaya survey kondisi lapangan.
2. Komponen biaya perencanaan teknis yang mencakup kegiatan pengumpulan
data dan pengolahan data yang meliputi :
Analisa volume, spesifikasi pekerjaan dibandingkan dengan kemampuan
baik secara teknis, permodalan maupun peralatan sesuai dengan waktu yg
telah ditetapkan.
Analisa kemungkinan pelaksanaan, analisa yang mengkaji masalah yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan secara teknis, pembiayaan, peralatan
yang masih mungkin mampu kita laksanakan; namun karena kondisi lapangan yang sangat riskan atau peraturan yang tidak mengijinkan atau keterbatasan sarana infrastruktur.
3. Komponen data penunjang lainnya :
Data peralatan.
Data harga bahan bakar, pelumas dll.
Data harga bahan bangunan.
Data harga dan kondisi tenaga kerja.
Data mengenai jalan dan jembatan yang akan dilsalui.
Data peraturan-peraturan setempat, dsb.
Keseluruhan data itu merupakan data yang diperlukan untuk perhitungan
biaya pelaksanaan atau operasional dan selanjutnya perlu dilakukan kegiatan
sebagai berikut :
a. Pembuatan jadwal pelaksanaan (bar chart, time schedule).
Sebagai pedoman waktu kerja pelaksanaan dikaitan dengan peralatan
yang digunakan atau disewa. Dalam jadwal kerja harus diperhatikan
semua faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja.
b. Volume pekerjaan (Bill of Quantity/BQ).
Yang diperoleh dari perhitungan yang didasarkan gambar rencana dan
hasil survey dan pengukuran dilapangan. Dalam menghitung volume
pekerjaan harus diperhatikan pula factor-faktor yang akan mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan.
c. Target volume pekerjaan.
Target ini merupakan estimasi yang diperlukan untuk mengetahui kemam
puan peralatan secara keseluruhan atau per satuan waktu atau per jam.
Target volume pekerjaan erat kaitannyadengan kepemilikan alat dan
34
35
3.
4.
biaya pajak : biaya yang harus dibayar oleh adanya beban pajak peralatan.
biaya bunga /interest : biaya yang harus dikeluarkan dari pinjaman bank unt
pembelian peralatan atau bila beli pakai modal sendiri adalah bunga atas mo
dal tsb. jika disimpan di bank.
36
n - k
n - k + 1
B k = ---------- x ---------------- x (P - F) + F .. (4.4)
n
n + 1
37
38
biaya filter.
Perhitungannya sangat tergantung pada jenis peralatan, medan kerja dan
jenis filter yang dipakai. Filter yang dipakai biasanya untuk motor, transmisi, hidraulik dan udara.
Penggunaan filter dapat dilihat pada table berikut ini :
========================================================
No.
Jenis Filter
Part Catalog
jumlah
masa guna
/jam
----------------------------------------------------------------------------------------------1.
ENGINE.
filter oli
IP 2299
2
2.000
39
filter solar
855820
3
1.000
2.
TRANSMISION
kopling
SI 9150
2
1.000
persnelling
IP 8483
1
1.000
3.
HYDRAULIC
IP 8483
1
2.000
4.
U DAR A
9 J 750
1
500
========================================================
4. biaya ban.
Umur penggunaan ban tergantung dari jenis peralatan dan medan kerja.
Guna mencapai umur pakai sesuai rencana, ban yang dipakai harus ban
khusus untuk peralaytan tertentu. Kode ban khusus itu adalah :
C : Compactor.
E : Pemindahan tanah (earth mover).
G : Grader.
L : Loader /dozer.
LS ; Log /skidder.
HR : Heat resistant.
ML : Mining and Logging.
Sedangkan biaya ban untuk perkiraan perhitungan dapat memakai table
berikut :
========================================================
Daerah kerja
No.
Jenis Peralatan
A
B
C
jam
----------------------------------------------------------------------------------------------1.
Motor Grader
5.000
3.000
2.000
2.
Skidders
4.500
3.000
1.500
3.
Wheel Scrapper
3.000
2.000
1.000
4.
Wheel Tractor /Loader
2.500
1.250
500
5.
Off Highway
3.500
2.500
1.500
========================================================
Keterangan : A : keausan hampir keseluruhan karena gesekan.
B : keausan akibat gesekan dan irisan batuan tajam.
C : keausan akibat irisan batuan tajam.
5. biaya reparasi /perawatan.
Biaya reparasi sangat sulit dihitung karena variable yang tinggi, biasanya
diperkirakan 80 % - 90 % dari biaya depresiasi total.
Perhitungan biaya reparasi dibuat seperti perhitungan biaya depresiasi dengan
sedikit perubahan.
Contoh :
Harga pembelian
P : Rp. 350.000.000,Nilai sisa
F : Rp. 35,000,000,-
40
Depresiasi total
Biaya reparasi total
41
42