DAN
ALAT-ALAT BERAT
oleh
igig soemardikatmodjo
2001
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. UMUM.
1. 1. Pengantar.
Karena pada dasarnya sasaran utama (project objective) dari suatu pelak-
sanaan proyek adalah :
Bagaimana dapat melakukan efisiensi terhadap
• biaya
• mutu
• waktu
2
atau yang biasa dikenal dengan singkatan BMW yakni : bagaimana kita membu-
at rencana anggaran biaya semurah mungkin tapi masih dalam batas-batas kewa-
jaran sesuai dengan spesifikasi, untuk mencapai standar mutu sebaik mungkin
dan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan tepat waktu sesuai dengan jadwal
atau schedule yang telah ditentukan.
Kelihatannya tujuan utama proyek tersebut demikian sederhana, namun
dalam pelaksanaannya tidak semudah mengucapkannya. Pengelolaan pekerjaan
tersebut memerlukan manajemen yang baik dan teratur rapih.
Jadi setiap pimpinan proyek dituntut untuk dapat mengelola uang/anggaran biaya
menjaga mutu pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan. Ditambah lagi bagaimana Proyek Manajer dalam mengatasi risi-
ko-risiko pekerjaan(risk management), karena pada dasarnya setiap pelaksanaan
pekerjaan mengandung unsur risiko. Dan risiko ini dapat membesar atau menjadi
kecil, tergantung bagaimana para manajer melakukan tindakan-tindakan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Karena setiap risiko mempunyai konsekuensi biaya
maka ketelitian dan ketepatan dalam membuat keputusan merupakan tuntutan yg
harus dikuasai oleh para manajer professional.
3
Kelalaian dalam menentukan kategori dan jenis tanah akan membawa konsekuens
terhadap perhitungan dan penentuan peralatan yang akan digunakan, untuk mema-
hami lebih mendalam kasus ini akan dibahas secara tersendiri.
1. 1. 2. Spesifikasi Pekerjaan.
1. 1. 5. Mobilisasi Peralatan.
4
Perencanaan metode kerja ini meliputi :
• Organisasi pelaksanaan.
• Prosedur operasi kerja.
• Prosedur perawatan peralatan.
• Prosedur keselamatan kerja.
• Prosedur pelaporan administrasi dan keuangan.
Metode kerja ini harus disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat
agar semua aparat atau petugas mengetahui wewenang, hak dan tanggung jawab
masing-masing.
5
Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan PTM adalah sifat fisik tanah,
seperti : • Berat jenis dan volume batuan /tanah.
• Tingkat kekerasan.
• Tingkat kohesifitas.
• Bentuk batuan /tanah.
• Tingkat kepadatan.
• Gradasi batuan /tanah.
• Kadar air.
• Batas-batas konsistensi tanah,
seperti Liquit limit, Plastisity Indeks dan lain sebagainya.
1. 3. 1. Kepemilikan Alat.
6
• Produksi Kerja Alat :
Adalah kemampuan kerja alat dalam menggusur, mengeruk, mengangkut
atau memindahkan tanah dari satu tempat ketempat lain, diukur dalam 1jam kerja
(M³/jam).
• Kemampuan berproduksi.
Kemampuan produksi alat berat tergantung dari kondisi lapangan dimana
alat berat tersebut bekerja, kondisi lapangan yang berat akan menghambat manu-
ver alat itu sehingga akan menurunkan tingkat produksinya.
Hambatan-hambatan tersebut seperti telah dijelaskan diatas, ada hambatan
lainnya seperti : • Pengaruh ketinggian.
• Pengaruh temperature.
• Pengaruh tekanan udara
• Keadaan tanah yang dikerjakan
• Percepatan alat.
Selain hambatan dari kondisi lapangan, kondisi dari alat berat tersebut
mungkin akan menjadi hambatan. Misalnya alat tersebut baru atau bekas dan
juga mengenai metode pelaksanakan kerja yang dilakukan.
7
1. 4. Persiapan pekerjaan PTM.
Persiapan kerja merupakan kegiatan mutlak yang harus dilakukan, hal ini
untuk menghindari kesalahan dalam memperkirakan kondisi lapangan pekerjaan.
Karena lokasi pekerjaan dalam PTM mempunyai sifat yang unik dimana lokasi
pekerjaan dan karakteristik pekerjaan tidak pernah ada yang sama.
Pekerjaan ini berkaiatan erat dengan keadaan lingkungan tempat lokasi pekerjaan
itu berada, baik yang bersifat fisik atau keadaan alamnya /geografis dan yang tak
kalah pentingnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan keadaan sosial
lingkungan dan infra struktur yang tersedia. Bila kondisi sosial lingkungan baik,
infra struktur lengkap maka memang tidak ada permasalahan. Namun yang perlu
dijaga adalah bila keadaan yang terjadi sebaliknya, dimana masyarakat kurang
menerima dengan baik kehadiran proyek tersebut, infra struktur yang tidak leng-
kap, lokasi berada ditengah-tengah pedalaman. Hal ini akan menjadi permasalah-
an serius yang harus dipikirkan sejak awal.
Tahapan-tahapan kerja awal sebelum melakukan pekerjaan pemindahan
tanah secara mekanis adalah :
8
• Kemampuan logistic, suplai bahan makanan, bahan bakar minyak, pelu-
mas, suku cadang dan kebutuhan hidup sehari-hari.
1. 4. 2. Perencanaan.
9
Perencanaan yang baik merupakan modal utama untuk melakukan pelak-
sanaan kegiatan di lapangan. Lebih baik melakukan awal kegiatan dengan sedikit
lambat (slow down) sambil menyusun perencanaan yang matang. Setelah perenca
naan seluruhnya sudah dianggap baik maka pelaksanaan pekerjaan dapat dilaku-
kan dengan kapasitas penuh dari kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Namun demikian dalam perjalanannya perlu diadakan revisi atau perbaikan terha
dap rencana awal, hal ini berkaitan dengan perkembangan dan permasalahan yg
terjadi dilapangan. Karena tidak ada suatu proyekpun yang memiliki permasalah
an yang sama, sehingga permasalahan yang dihadapi dilapangan, pasti akan mem
pengaruhi perencanaan awal. Oleh karenanya perencanaan awal tersebut perlu di
up-date atau disesuaikan dengan perkembangan yang ada secara periodik baik
per-minggu atau per-bulan tergantung kebijakan dari proyek manajer.
Kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan evaluasi tetrhadap pekerjaan yang
telah dilakukan dan menyesuaikan rencana kerja untuk dipergunakan pada kegiat
an selanjutnya. Dengan begitu berarti pelaksanaan pekerjaan selalu dapat terken-
dali dengan baik.
1. 4. 3. Pelaksanaan Pekerjaan.
10
4. Pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat-alat berat, agar tak
Perlu dilakukan pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat
berat sepoerti jalur dump-truck pada saat isi dan jalur dump-truck pada saat
kosong maupun demi kepentingan inspeksi pekerjaan, sehingga pengaturan
ini menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti tabrakan dll.
5. Pengamanan lokasi kerja dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan
pekerjaan.
Lokasi pekerjaan sebaiknya diamankan bagi orang-orang yang tidak berke
pentingan dengan kegiatan pekerjaan, untuk itu perlu dibuatkan tanda-tanda
pengamanan pada lokasi-lokasi yang dianggap membahayakan keselamatan
umum seperti daerah yang rawan longsor, daerah peledakan dinamit dan
daerah dimana lalu lintas alat-alat berat sanagat padat.
6. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan.
Kegiatan ini merupakan sarana control bagi manajemen untuk mengetahui
apakah semua ketentuan atau perencanaan yg telah dibuat dijalankan sesuai
dengan perintah yang diberikan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian mempunyai nilai sangat strategis bagi
tercapainya sasaran manajemen dalam menjalankan proyeknyaa dalam mera
ih keuntungan tanpa harus mengorbankan mutu, dan waktu pelaksanaan.
11
BAB II
2. 1. Klasifikasi Tanah.
12
Dalam keadaan sebenarnya sangat jarang dijumpai tanah dalam keadaan
memiliki sifat-sifat yang diperlukan, sehingga pada pekerjaan penimbunan ka-
dang-kadang diperlukan pencampuran beberapa jenis tanah ‘tuk mendapatkan
sifat-sifat yang dikehendaki.
a.
a. Kondisi asli (Bank Cubic Meter /BCM), ukuran alam yaitu keadaan tanah yang
13
masih sesuai dengan kondisi aslinya. Dalam keadaan ini butiran-butiran tanah
masih terkonsolidasi dengan baik.
b. Kondisi lepas (Loose Cubic Meter/LCM), yaitu kondisi tanah sesudah mengala
mi gangguan atau telah tergali, misalnya keadaan tanah didepan dozer blade,
diatas dump-truck dan dalam bucket. Tanah yang telah tergali dari tempat asal-
nya ini akan mengalami perubahan volume, yaitu mengalami pengembangan.
Hal ini diakibatkan oleh adanya penambahan rongga udara butir-butir tanah, se-
hingga volumenya bertambah besar. Besarnya penambahan volume tergantung
dari factor kembang tanah (swelling factor) yang besarnya dipengaruhi oleh
jenis tanah.Volume dalam keadaan lepas dapat dihitung dengan persamaan 2. 1.
CONTOH :
c. Kondisi padat (solid measure /SM), yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kem-
li dan diadakan usaha pemadatan. Pada keadaan ini tanah mengalami proses
pemampatan sehingga volumenya menyusut tanpa mengalami perubahan berat.
Perubahan volume pada keadaan ini terjadi karena adanya penyusutan rongga
udara diantara partikel-partikel tanah tersebut. Besarnya volume dalam keadaan
padat ini tergantung dari jenis tanah, kadar airtanah dan usaha pemadatan.
Dalam perhitungan produksi, tanah yang digusur, dimuat dan digelar adalah
dalam kondisi lepas. Untuk menghitung perubahan volume pada kondisi lepas dari
bentuk aslinya atau ke padat setelah dipadatkan perlu dikalikan factor kembang
maupun factor susut. Nilai dan factor-faktor itu dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2. 2. dan persamaan 2. 3.
14
B - L
Sw = ------------- x 100 % …………………………… ( 2. 2.)
L
C - B
Sh = ------------ x 100 % …………………………… ( 2. 3.)
C
dimana :
Sw = factor kembang (%)
Sh = factor susut (%)
B = kerapatan tanah asli (kg/m³)
L = kerapatan tanah lepas (kg/m³)
C = kerapatan tanah padat (kg/m³)
Secara praktis nilai factor konversi tanah ini dapat dilihat pada Tabel 2. 2.
15
(C) 0,76 1,30 1.00
Pecahan Batu (A) 1.00 1,75 1,40
(B) 0,57 1.00 0,80
(C) 0,71 1,24 1.00
Batuan hasil ledakan (A) 1.00 1,80 1,30
(B) 0,56 1.00 0,72
(C) 0,77 1,38 1.00
sumber : Rochmanhadi, 1992.
catatan : A = tanah asli B = tanah lepas C = tanah padat
CONTOH :
Jika diketahui volume tanah bercampur kerikil dalam keadaan asli = 100 m³
Berapa volumenya setelah digemburkan (kondisi lepas) ?
Jawab : Dari table factor konversi diperoleh data bahwa factor konversi tanah dari
kondisi asli ke lepas untuk jenis tanah bercampur kerikil adalah 1,18,
maka volume dalam keadaan lepas = 100 m³ x 1,18 = 118 m³.
Berat tanah dan batuan akan mempengaruhi kemampuan alat untuk mela-
kukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain. Berat
tanah ini sangat berpengaruh terhadap volume yang dapat dikerjakan alat dalam hu
bungannya dengan Draw Bar Pull (DBP) atau tenaga tarik. Makin berat tanah maka
tenaga yang harus disediakan alat untuk mengerjakan makin besar.
Bentuk material berpengaruh terhadap banyak sedikitnya tanah untuk me-
nempati suatu ruang tertentu. Material dengan bentuk butir kecil akan mempunyai
rongga yang kecil. Pada material yang kondisi butirannya seragam, kemungkinan
besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruang yang ditempatinya, sedang-
kan material yang berbentuk bongkahan mempunyai rongga yang lebih besar, se-
hingga membutuhkan volume (ruang) yang lebih besar dari volume sebenarnya.
Banyaknya material yang mampu ditampung oleh suatu ruangan diperhitungkan
dengan suatu factor koreksi yang disebut “factor muat”, seperti factor blade pada
bulldozer, factor bucket pada excavator dan loader, serta pay load factor pada scrap
per. Selain dipengaruhi bentuk material, “load factor” juga dipengaruhi jenis tanah.
16
cair, akan menempati bidang datar permukaan bucket (peres/rata).
Ilustrasi keterangan ini dapat dilihat pada Gambar 2. 2.
17
Gambar 2. 3. Grafik Hubungan antara Kekerasan dan Produktivitas
dengan menggunakan Seismic Test Meter.
18
2. 6. Daya Dukung Tanah.
19
BAB III .
Tahanan gelinding suatu jalanan dapat diukur dengan menarik alat diper
mukaan datar dengan kecepatan tetap. Tungkai penarik dilengkapi dengan
diameter atau alat lain. Gaya tarik diameter ialah tahanan gelinding untuk seluruh
berat alat yang ditarik. Tahanan gelinding persatuan berat kotor dapat diketahui
seperti pada persamaan 3. 2. berikut ini
P (kg)
R (kg/ton) = ------------- ……………………….. (3. 2.)
20
W (ton)
Contoh : Jika sebuah truck dibebani berat kotor 20 ton, bergerak diatas jalan
datar dan tahanan gelindingnya 50 kg/ton, gaya tarik yang diperlukan
agar truck bergerak dengan kecepatan tetap ialah :
20 ton x 50 kg/ton = 1000 kg.
Tahanan kelandaian adalah tahanan yang akan dialami oleh setiap alat yg
mendaki. Ini timbul karena pengaruh gravitasi bumi. Tahanan ini akan berubah
menjadi bantuan (bantuan kelandaian) bila alat menuruni bukit. Besarnya tahanan
kelandaian ini dapat dihitung dengan persamaan 3. 2.
GR = W x % k (kg) ………………………..(3.2.)
dimana :
GR = Tahanan kelandaian (Grade Resistance)
W = berat kendaraan (kg)
% k = kelandaian (%)
Contoh : Bila suatu Bulldozer tipe D50A-16 mendaki bukit dgn kelandaian 25,9%,
berapakah besar tahanan kelandaiannya ?
berat D50A-16 : 111.400 kg.
jawab : Tahanan kelandaian (GR) = W x % k = 11.400 x 0,259 (kg)
= 2952,6 kg.
21
Total tahanan (TR, Total Resistance).
Total tahanan merupakan jumlah dari tahanan gelinding dan tahanan kelan
daian , dengan rumus seperti persamaan 3. 3
TR = RR ± GR ………………………… (3. 3.)
Nilai GR akan berubah sesuai keadaan permukaan jalan. Pada jalan naik
arah GR sama dengan arah RR, , jadi persamaan akan TR = RR + GR.
Sedangkan pada jalan menurun arah GR berlawanan dengan arah RR, sehingga ru-
musnya menjadi TR = RR - GR.
3. 3. Koefisien Traksi .
Traksi adalah daya cengkram suatu alat akibat adanya adhesi antara roda
penggerak dari alat tersebut dengan permukaan tanah. Batas kritis dari daya ceng-
kram ini disebut traksi kritis. Sebab alat tidak mungkin dapat memiliki daya ceng-
kram melebihi batas kritis ini, walaupun terhadap alat tersebut dilakukan sesuatu
perubahan agar horse-powernya meningkat. Besarnya nilai kritis ini dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 3. 4.
=============================================================
Tipe & keadaan tanah Jenis Roda
Ban Cushion track Kelabang
1. Lempung, liat kering, tanah kering 0,55 0,7 0,9
Jalan datar tanpa perkerasan, kering
2. Lempung tanah liat basah, lempung 0,45 0,55 0,7
Liat becek, tanah pertanian basah
3. Tempat pengambilan batu 0,65 0,45 0,55
4. Pasir basah 0,40 0,45 0,50
5. Jalan kerikil, gembur 0,36 0,40 0,50
6. Pasir kering, gembur 0,20 - 0,30
7. Tanah basah berlumpur 0,20 - 0,25
Sumber : Rochmanhadi, 1992.
22
Gambar. 3. 1. Traksi menurut jenis alat.
Nilai traksi inilah yang merupakan tenaga dari alat yang dapat dimanfaatkan, sebab
kendatipun tenaga yang tersedia lebih besar dari traksi kritis, kita tidak dapat me-
manfaatkannya sebab daya cengkram maksimalnya adalah traksi kritis.
Contoh :
Sebuah Bulldozer D60E-6 digunakan untuk menarik Harrow merk Towner tipe 800
series. Berat D60E-6 : 18 ton, berat Harrow kira-kira 4 ton. Menurut aturan pabrik
pembuat Harrow tipe 800 series akan menberikan tahanan sebesar 4500 kg, bila di-
tarik ditempat rata. Pabila D60E-6 tersebut harus menariknya ditempat kelandaian
8 %, mampukah alat tersebut menariknya? Koefisien traksi = 0,65.
Jawab :
Tahanan yang menjadi beban D60E-6 adalah tahanan kelandaian D60E-6
+ tahanan Towner.
Tahanan kelandaian D60E-6 : GR = W x % k = 18000 x 8 % = 1440 kg.
Tahanan Towner : GR = 4500 + (4000 x 8 %) = 4500 + 320 = 4820 kg.
------------------------------------
Total tahanan = 6260 kg.
Tenaga yang bermanfaat = traksi kritis.
Traksi kritis D60E-6 : TK = 18000 x 0,65 11.700 kg
Kesimpulan : D60E-6 mampu menarik Harrow, sebab 11.700 > 6260 kg.
23
engine dari alat yang beroperasi pada suatu daerah dengan ketinggian tertentu.
Mengingat makin tinggi daerah, makin berkurang prosentasi oksigen ini,
maka tenaga alat yang tersedia harus dikoreksi. Besarnya penurunan tenaga tergan
tung system pengisapan udara dari segi engine pada alat tersebut.
• Diesel 4 tak : Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami penurunan te
naga 1 % pada setiap 100 meter kenaikan diatas ketinggian 300 meter d.p.l.
• Diesel 2 tak : Alat dengan tenaga diesel jenis ini, akan mengalami penurunan te
naga 1 % pada setiap 100 meter kenaikan diatas ketinggian 150 meter d.p.l.
• Turbo Charger : Alat dengan tenaga Turbo ini akan mengalami penurunan tena-
ga 1 % untuk setiap 150 meter kenaikan, pada ketinggian diatas 1500 meter dpl.
Umumnya alat berat jarang digunakan untuk pekerjaan ditempat yang de-
kian tinggi. Secara teoritis tenaga motor penggerak peralatan berkurang 1 % setiap
kenaikan 100 meter diatas 750 meter d.p.l.
Contoh : Sebuah Traktor dengan kapasitas 140 HP bekerja pada ketinggian 3000
meter d.p.l. berapakah tenaga motor penggerak peralatan tersebut ditem
pat itu ?
jawab : 1 % x 140 (3000 – 750)
Kehilangan tenaga : ---------------------------------- = 31,5 HP
100
Tenaga motor penggerak peralatan = (140 - 31,5) HP
= 108,5 HP
Drawbar-pull adalah tenaga tarik tersedia yang dapat digunakan oleh Trak
tor untuk menarik suatu muatan diacu sebagai tarikan batang ganging traktor (kait)
yang terdapat dibelakang ttraktor. Drawbar-pull ini dinyatakan dalam kg.
Sebagai contoh kedudukan DBP untuk D4E SA, saat traktor menarik beban sebagai
mana pada Gambar 3.2.
24
Gambar 3. 2. Drawbar-pull D4E SA
============================================================
Gear Kecepatan Drawbar-pull
---------------------------------------------------------------------------------
Km/h mph kg lbs
( maju )
1 4,0 2,5 4876 10750
2 4,7 2,9 4173 9200
3 5,7 3,6 3311 7305
4 6,6 4,1 2840 6260
5 7,6 4,7 2418 5330
(mundur)
1 4,8 3,0 - -
2 5,6 3,5 - -
3 6,9 4,3 - -
4 7,8 4,9 - -
5 8,9 5,5 - -
=============================================================
25
Drawbar-pull yang direduksi = 15 x (180 - 110) = 1050 lb.
Drawbar-pull effektif = 5579 lb - 1050 lb. = 4529 lb.
Gaya traksi atau rimpull adalah tenaga yang disediakan mesian untuk meng
gerakkan roda pada whell traktor. Biasanya dinyatakan dalam kg. Untuk menghi-
tung besarnya Rimpull digunakan persamaan 3. 5.
375 x HP x Efisiensi
Rimpull (kg) = -------------------------------- ( 0,454) …….…….. (3. 5.)
Kecepatan (mph)
Efisiensi berkisar 80 - 85 %.
Contoh : sebuah traktor dengan mesin 150 HP dan kecepatan maksimum 3,5 mph
pada gear 1. berapa rimpull yang dimiliki pada gear pertama tersebut?
Jawab : Efisiensi diambil 80 %,
375 x 150 x 0,8
Rimpull = ------------------------ x (0,454) = 5837,14 kg
3,5
26
BAB IV
4. 1. UMUM.
27
5. Biaya yang tersedia.
4. 3. Penjadwalan.
4. 3. 1. Penyusunan jadwal.
1. Waktu pelaksanaan.
2. Jenis dan volume pekerjaan.
3. Jumlah dan jenis peralatan.
4. Pola dasar operasi peralatan.
28
tukan.
29
System pengendalian diperlukan untuk mengatasi perubahan-perubahan
dan penyimpangan yang selalu tak dapat dielakan dan terjadi dalam praktek pelak-
sanaan proyek.
4. 3. 3. Proses Pengendalian.
30
sehingga setiap aktivitas pelaksanaan pekerjaan seharusnya dikendalikan dari mulai
awal. Kondisi ini menuntut para pelaksana yang merupakan ujung tombak dalam
pengendalian, melakukan control terhadap apa yang dikerjakan oleh para tukang,
langkah demi langkah dari awal sampai unit pekerjaan tersebut selesai dan dilaku-
kan secara intensif dan konsisten.
Kadang kala kita mempunyai tukang dengan kemampuan yang baik, hingga tugas
pelaksanaan sedikit ringan, namun control harus tetap dilakukan secara berkala
sesuai prosedur kerja yang telah dibuat.
4. 4. Hubungan Kerja.
Selain pembagian tugas, diperlukan juga hubungan kerja, baik antara pe-
laksana dengan unit peralatan, maupun hubungan kerja didalam pelaksana itu sen-
diri. Hubungan kerja antara unit pelaksana dan unit peralatan sebagaimana terlihat
pada Gambar 4.1
31
Gambar 4. 1. Hubungan kerja antara Unit Pelaksana dan Unit Peralatan.
sumber : Warsowiwoho, 1976.
32
Gambar 4. 2. Skema hubungan kerja pelaksana.
Sumber : Warsowiwoho, 1976.
4. 5. Pemeliharaan Peralatan.
Maksud :
Dalam melaksanakan pemindahan tanah, pelaksana akan selalu meng
harapkan tersedianya peralatan untuk keperluan operasi dan selalu mengharapkan
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini akan ter
capai jika unit peralatan dapat menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan dapat
bekerja dengan baik. Untuk itu perlu diadakan pemeliharaan peralatan tersebut.
4. 6. 1. Exploitasi Alat.
33
Umur ekonomis alat-alat berat merupakan jangka waktu dari pertama mem
beli sampai dengan saat alat itu tidak ekonomis lagi dioperasikan, dalam arti bahwa
biaya operasi dan biaya pemeliharaan sudah tidak sesuai dengan uang yang dihasil-
kan (biaya yang dibayarkan pihak kedua atau pemakai/penyewa) oleh alat berat tsb.
Yang berarti nilai ekonomis dari alat itu sudah tidak ada lagi.
34
perhitungan kapasitas alat. Karena dari target tersebut dapat ditentukan
jumlah peralatan yang akan digunakan.
d. Jumlah peralatan yang dibutuhkan.
Yang tergantung dari beberapa factor berikut :
• Volume pekerjaan yang didasarkan atas gambar rencana dari hasil
survey.
• Pemilihan peralatan yang akan digunakan dan penentuan metode
kerja yang akan dilakukan.
• Kondisi lapangan, keadaan tanah atau medan kerja.
• Keadaan cuaca dan waktu pelaksanaan.
Biaya exploitasi peralatan terdiri dari 3 (tiga) komponen yang perlu diperhitungkan
yakni : 1. Initial Cost (capital cost), yang merupakan biaya pengembalian modal
berikut bunga bank. Biaya ini disebut juga biaya tetap (Fixed Cost).
2. Direct Operation Cost (biaya operasi langsung), yang merupakan biaya
yang diperlukan untuk mengoperasikan alat.
3. Indirect Cost (biaya tidak langsung), yang merupakan biaya yang di
keluarkan selain komponen biaya pada point diatas, misalnya :
biaya untuk kantor/perusahaan (biaya overhead), biaya pemeliharaan,
biaya garasi saat alat tidak dipakai /alat berada dalam pool dan biaya
risiko/keuntungan yang perlu ditanggung.
Jumlah biaya tsb diatas merupakan biaya operasi total (total operation cost).
Dari ketiga komponen biaya tersebut diatas, biaya pada point 1 dan 3 dapat
dikatakan pasti untuk semua peralatan (dapat berdasarkan prosentase tertentu).
Hal ini tergantung dari keadaan moneter yang menyangkut bunga bank yang
dikenakan pada modal pinjaman dan kebijakan(policy) dari perusahaan/proyek ybs.
Sedangkan komponen biaya point 2 (direct operation cost) berlainan untuk
setiap jenis alat, dimanatiap jenis peralatan memiliki bermacam-macam komponen.
35
3. biaya pajak : biaya yang harus dibayar oleh adanya beban pajak peralatan.
4. biaya bunga /interest : biaya yang harus dikeluarkan dari pinjaman bank unt
pembelian peralatan atau bila beli pakai modal sendiri adalah bunga atas mo
dal tsb. jika disimpan di bank.
n(n + 1)
SOY = ------------- …………………………………… (4. 2)
2
n - k + 1
D k = ---------------- ( P – F ) ………………………… (4.3)
SOY
36
n - k n - k + 1
B k = ---------- x ---------------- x (P - F) + F …….. (4.4)
n n + 1
A = P (A / P,i,n)………………………………………….. (4.6)
n
i (1 + i)
A = P [ --------n----- ]……………………………………. (4.7)
( 1 + i) - 1
Pada rumus (4.6) dan (4.8) nilai-nilai (A/P,I,n) dan (A/F,I,n) didapat dari
tabel bunga bank bunga ditentukan oleh rumus :
P(n + 1)
A = ------------ …………………………………… (4.10)
rata-rata 2n
37
jika nilai sisa diperhitungkan :
P ( n + 1) + F ( n – 1)
A = ------------------------------- …………………… (4.11)
rata-rata 2n
Biaya kepemilikan per tahun dihitung dengan membagi nilai Arata-rata
dengan umur ekonomis alat.
Perhitungan ketiga jenis biaya ini ditentukan oleh peraturan yang berlaku tiap-
tiap tahun, karena kemungkinan inflasi akan mempengaruhi biaya peralatan.
Kenaikan biaya atas inflasi juga harus dimasukkan dalam modal. Sehingga
Untuk memudahkan perhitungan dibuat satu rumus biaya investasi rata-rata
per tahun yaitu jumlah biaya asuransi, pajak dan bunga atas modal.
At = [ P (n + 1) / 2n ] x i ………………………………….. (4.12)
Diesel : C = 200 gram /HP /jam = 0,15 - 0,17 ltr /HP /jam.
Bensin : C = 294 gram /HP /jam = 0,22 - 0,25 ltr /HP /jam.
Contoh :
Pada mesin diesel yang engine-nya 100 HP, maka keperluan satu jam pema-
kaian ialah :
C = 200 x 100 gram /jam = 2.000 gram /jam = 2 kg /jam
Bila BJ bahan bakar ~ 0,85 kg /ltr, maka :
38
C = 20 / 0,85 ltr /jam = 23,5 ltr /jam.
Ini dipakai bila tenaga yang dipakai penuh, biasanya rata-rata pemakaian ha-
nya 40 %, sehingga :
C = 0,4 x 23,5 ltr /jam = 9,5 ltr /jam
C = 0,4 x 2.000 gram /HP /jam = 8.000 gram /HP /jam.
HP x f x 0,006 lb /HP - hr c
q = ---------------------------------------- + -----
7,4 lb /gallon t
dimrana :
q = kebutuhan oil (gallon /jam).
HP = daya mesin (tenaga kuda).
f = faktor operasi.
c = siklus penggantian oli.
t = kapasitas crankcase.
3. biaya filter.
========================================================
No. Jenis Filter Part Catalog jumlah masa guna
/jam
-----------------------------------------------------------------------------------------------
1. ENGINE.
• filter oli IP 2299 2 2.000
39
• filter solar 855820 3 1.000
2. TRANSMISION
• kopling SI 9150 2 1.000
• persnelling IP 8483 1 1.000
3. HYDRAULIC IP 8483 1 2.000
4. UDARA 9 J 750 1 500
========================================================
4. biaya ban.
Umur penggunaan ban tergantung dari jenis peralatan dan medan kerja.
Guna mencapai umur pakai sesuai rencana, ban yang dipakai harus ban
khusus untuk peralaytan tertentu. Kode ban khusus itu adalah :
C : Compactor.
E : Pemindahan tanah (earth mover).
G : Grader.
L : Loader /dozer.
LS ; Log /skidder.
HR : Heat resistant.
ML : Mining and Logging.
40
Depresiasi total D : Rp. 315.000.000,-
Biaya reparasi total Rt : 0,9 x Rp. 315.000.000
: Rp. 283.500.000,-
Perkiraan umur ekonomis = 10.000 jam.
Masa investasi = 8 tahun.
Operasi per tahun = 1.250 jam.
Berdasarkan metode depresiasi, maka biaya reparasi sebagai berikut :
Menggunakan metode langsung :
Biaya reparasi per tahun = Rp. 283.500.000 / 8
= Rp. 35.437.500,-
Biaya reparasi per jam = Rp. 283.500.000,- / 10.000
= Rp. 2.835.000,-
6. biaya operator.
Gaji operator haruslah disesuaikan dengan honor pengemudi alat berat di
daerah kerja. Honor tsb. dirinci menjadi gaji operator per jam. Sehingga
41
semua perhitungan biaya peralatan ini dihitung dalam satuan : jam.
42