Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI NUMERIK METODE PENGGALIAN TEROWONGAN

CISUMDAWU
(NUMERICAL EVALUATION OF CISUMDAWU TUNNEL EXCAVATION
METHOD)
Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)
1)
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, 2)Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, 3)Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
1)Jl. Pattimura No, 20 Jakarta, 2)Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta, 3)Jl. A.H. Nasution No. 264 Bandung

e-mail: 1)umbara.ridwan@gmail.com, 2)igbindrawan@ugm.ac.id, 3)fahmi.aldiamar@pusjatan.pu.go.id


Diterima: 28 Mei 2019; direvisi: 26 Juni 2019; disetujui: 28 Juni 2019.

ABSTRAK
Makalah ini menampilkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi metode penggalian Terowongan
Cisumdawu sisi kiri (barat) menggunakan metode numerik. Menggunakan data hasil penyelidikan tapak dalam
proses perancangan dan data hasil face mapping di delapan stasiun titik amat, penggalian terowongan dengan
metode penggalian bench ganda (bench cut multiple), metode penggalian seluruh muka bidang galian dengan
bench tambahan (full face with bench cut) dan metode penggalian diafragma tengah (centre diaphragm)
dimodelkan secara numerik dalam dua dimensi menggunakan metode elemen hingga. Hasil pemodelan numerik
dibandingkan dengan hasil pengukuran lapangan untuk menentukan metode penggalian yang paling sesuai
diterapkan di Terowongan Cisumdawu. Hasil penelitian menunjukkan roof displacement terowongan dengan
metode penggalian bench cut (multiple) yang diperoleh dalam pemodelan numerik mendekati roof displacement
pada pengukuran lapangan. Metode penggalian bench cut (multiple) yang diterapkan di lapangan menghasilkan
nilai roof displacement lebih rendah dibandingkan metode full face with bench cut dan centre diaphragm. Namun
demikian, ketiga metode penggalian tersebut masih memenuhi batasan nilai displacement maksimum 10 cm yang
ditentukan dalam JSCE (2007) dan menghasilkan nilai roof strength factor > 1,25 yang menunjukkan terowongan
dalam kondisi stabil.
Kata Kunci: metode penggalian, pemodelan numerik, roof displacement, roof strength factor , terowongan
Cisumdawu

ABSTRACT
This paper presents results of research works carried out to evaluate the excavation method of the left (west) side
of the Cisumdawu Tunnel by a numerical method. Using data obtained from site investigation during design
process and face mapping at eight observation points, tunnel excavations by bench cut multiple, full face with
bench cut, and centre diaphragm methods were numerically modelled in two dimensions using a finite element
method. The numerical modelling results were compared with field measurement results to determine the most
suitable excavation method to be applied in Cisumdawu Tunnel. Results of this research showed that roof
displacements induced by the bench cut (multiple) excavation method obtained in the numerical modelling was
close to that obtained in the field measurement. The bench cut (multiple) excavation method applied in the field
induced lower roof displacement value than the full face with bench cut and centre diaphragm methods. However,
the three excavation methods induced roof displacements lower than a 10 cm maximum displacement specified in
the JSCE (2007) and roof strength factor > 1.25, indicating stable tunnel condition.

Key words: excavation method, numerical method, roof displacement, roof strength factor, Cisumdawu tunnel

54 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66


PENDAHULUAN dimodelkan secara dua dimensi menggunakan
Terowongan Cisumdawu menembus bukit metode elemen hingga.
Cilengsar yang berada pada Ruas Jalan Tol Hasil perbandingan pemodelan numerik
Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Cisumdawu) diharapkan dapat memberikan gambaran metode
Seksi II (Rancakalong – Sumedang) fase II pada penggalian terowongan yang efektif diterapkan
STA. 12+628 – STA. 13+100 Provinsi Jawa di daerah berbatuan vulkanik dengan tingkat
Barat. Terowongan ini dibangun oleh Satuan pelapukan lanjut seperti di Terowongan
Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu.
Cisumdawu, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Lokasi Penelitian
Rakyat menggunakan metode NATM (New Lokasi penelitian pada Gambar 1 berada
Austrian Tunnelling Method) dengan bentuk pada Ruas Jalan Tol Cileunyi – Sumedang –
penampang tapal kuda (horse shoe), lebar 11,7 Dawuan (Cisumdawu) Seksi II (Rancakalong –
m, tinggi 8,5 m dan panjang 472 m. Terowongan Sumedang) fase II pada STA. 12+628 – STA.
Cisumdawu terdiri dari 2 (dua) terowongan yaitu 13+100 sepanjang 472 meter, daerah Pamulihan,
terowongan sisi kiri (barat) dan sisi kanan Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang,
(timur) (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017) Provinsi Jawa Barat, dengan koordinat
Beberapa penelitian telah dilakukan di 06°52’13,03” LS dan 107°49’53,31” BT pada
terowongan Cisumdawu, Ira dkk. (2017) telah daerah inlet serta 06°51’59,40” LS dan
melakukan analisis sistem penyangga untuk 107°50’0,24” BT pada daerah outlet.
mengatasi deformasi yang terjadi di Terowongan
Cisumdawu sisi kanan (timur) STA 13+028
hingga STA 13+100. Holomoan (2018)
melakukan penelitian metode penggalian
Terowongan Cisumdawu pada sisi kanan (timur)
antara STA 13+005 hingga STA 13+033
menggunakan metode empiris.
Penggalian Terowongan Cisumdawu sisi
kiri (barat) dilakukan dengan menggunakan
metode bench cut multiple. Selain bench cut
(multiple), JSCE (2007) juga merekomendasikan
metode penggalian full face with bench cut dan
centre diaphragm untuk diterapkan di
Terowongan Cisumdawu yang memiliki lapisan
penutup yang dangkal (shallow overburden),
berada pada media batuan/tanah yang relatif
buruk dengan penampang terowongan yang
besar (A>60 m2). Kestabilan Terowongan Gambar 1. Lokasi Terowongan Cisumdawu
Cisumdawu dengan metode penggalian bench
cut (multiple), full face with bench cut dan centre Geologi dan Geologi Teknik Regional
diaphragm belum pernah dibandingkan. Peta Geologi Regional Lembar Bandung
Makalah ini menampilkan hasil evaluasi Djawa yang disusun oleh Silitonga (1973),
metode penggalian bench cut (multiple) yang menunjukkan bahwa daerah penelitian dan
diterapkan di Terowongan Cisumdawu sisi kiri sekitarnya terdiri dari Satuan Hasil Gunung Api
(barat) menggunakan metode numerik. Muda Tak Teruaikan (Qyu) dengan litologi pasir
Menggunakan data hasil penyelidikan tapak tufaan, lapili, breksi, lava dan agglomerat dan
dalam proses perancangan dan data hasil face Satuan Hasil Gunung Api Tua Tak Teruraikan
mapping bukaan terowongan di beberapa stasiun (Qvu) dengan litologi breksi gunung api, lahar
titik amat, penggalian Terowongan Cisumdawu dan lava berseling-seling. Peta Geologi Teknik
dengan tiga metode yang direkomendasikan Lembar Bandung (Djaja dan Hermawan 1996)
dalam JSCE (2007) yaitu bench cut multiple, full menunjukkan bahwa lokasi Terowongan
face with bench cut dan centre diaphragm, Cisumdawu tertutup oleh tanah residu lempung

Evaluasi Numerik Metode Penggalian Terowongan Cisumdawu


(Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)) 55
lanauan dan lanau pasiran hasil pelapukan batu 3. Mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
pasir tufaan, tufa, konglomerat, aglomerat, lapilli metode penggalian dan pembagian muka
dan breksi, dengan ketebalan 2 sampai 20 m. bidang galian berdasarkan aspek-aspek teknis
Tanah residu ini memiliki karakteristik dan kemudahan pelaksanaan.
keteknikan antara lain tingkat plastisitas sedang 4. Menentukan metode penggalian berdasarkan
sampai tinggi, permeabilitas rendah, teguh JSCE (2007) dan berdasarkan evaluasi dari
hingga kaku. Daya dukung tanah yang diijinkan ketiga poin di atas.
yaitu rendah sampai sedang. Tingkat
kemudahan penggalian yaitu mudah sampai Pemodelan Numerik
agak sulit jika menggunakan peralatan non Perangkat lunak yang digunakan untuk
mekanik. Kondisi kedalaman muka air tanah penelitian ini adalah Rocscience Inc. Terdapat 3
yaitu sedang hingga dalam. (tiga) jenis program keluaran Rocscience Inc
yaitu slide, RS2 dan RS3. Slide merupakan
KAJIAN PUSTAKA program dengan metode kesetimbangan batas
Metode Penggalian Terowongan (limit equilibrium method), sedangkan RS2 dan
JSCE (2007) memberikan pedoman RS3 menggunakan metode elemen hingga (finite
metode penggalian terowongan pada media element method). Pemodelan yang dilakukan
batuan dan tanah. Metode full face dapat pada penelitian ini menggunakan pemodelan
digunakan pada semua media batuan atau tanah numerik dua dimensi RS2 (Rocscience, Inc).
untuk terowongan dengan penampang yang Beberapa parameter masukan dalam pemodelan
kecil, namun untuk terowongan dengan numerik dua dimensi meliputi field stress
penampang yang besar metode ini hanya dapat properties, material properties, support system
digunakan pada media batuan atau tanah yang properties dan geometri terowongan.
stabil. Metode full face with bench cut dapat Field stress properties diperlukan untuk
digunakan pada media batuan/tanah baik menggambarkan tegangan in situ yang terjadi
diselingi dengan media yang buruk. Metode pada bukaan terowongan. Tegangan in situ
bench cut memiliki kemampuan adaptasi yang ditentukan dalam dua arah tegangan yaitu arah
baik terhadap perubahan kondisi media batuan horisontal (σh) dan arah vertikal (σv). Pada arah
atau tanah untuk terowongan dengan penampang vertikal, penentuan nilai σv didasarkan pada
yang besar. Metode centre diaphragm dapat kedalaman lapisan penutup (overburden),
digunakan pada media batuan/tanah dengan sedangkan pada arah horisontal penentuan nilai
lapisan penutup yang tipis (shallow overburden) σh menggunakan nilai stress ratio (k) yang
serta dapat digunakan pada media batuan/tanah menggambarkan perbandingan antara tegangan
yang relatif buruk untuk terowongan dengan horizontal dan vertical. Karena daerah penelitian
penampang yang besar. Metode side drift didominasi oleh tanah residu, maka penentuan
advancing dapat digunakan pada media batuan nilai k dilakukan dengan menggunakan
atau tanah yang memiliki kapasitas daya dukung persamaan (1) (Jaky'44 dalam Michalowski,
yang tidak mencukupi untuk menggunakan 2005):
metode bench cut sehingga harus ditingkatkan K0 = 1-sin ɸ…................................................ (1)
sebelum penggalian dilakukan serta memerlukan Keterangan:
perkuatan sementara (dinding beton maupun K0 : tegangan lateral dalam kondisi tanah diam
diafragma). pada kedalaman (overburden) tertentu.
Mengacu pada pedoman metode Material properties didapatkan dari
perencanaan penggalian dan sistem perkuatan pengujian sifat keteknikan dan indeks propertis
terowongan jalan pada media campuran tanah – tanah. Pengujian sifat keteknikan tanah meliputi
batuan (Kementerian Pekerjaan Umum dan pengujian berat jenis dan kuat geser tanah. Kuat
Perumahan Rakyat 2015), pemilihan penggalian geser tanah (τf) diperlukan sebagai bentuk gaya
dilakukan melalui beberapa tahap berikut: perlawanan butiran tanah terhadap suatu desakan
1. Mengevaluasi kondisi media tanah/batuan yang akan ditahan oleh kohesi tanah (c) dan
berdasarkan pengujian di lapangan dan di gesekan antar butiran tanah (ϕ) yang besarnya
laboratorium. berbanding lurus dengan tegangan normal (σf)
2. Menentukan kategori batuan/tanah yang pada bidang gesernya dan dikenal sebagai
sesuai. kriteria keruntuhan Mohr-Coloumb (Das, 1988).

56 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66


Data geometri dan support system Silitonga (1973). Berdasarkan perbedaan
properties merupakan data perencanaan karakteristik keteknikannya, breksi vulkanik
terowongan yang didapat dari Satuan Kerja pada jalur Terowongan Cisumdawu dapat dibagi
Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu, menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan breksi
Kementerian PUPR. vulkanik 1, 2 dan 3. Hasil face mapping
menunjukkan bahwa litologi pada jalur
HIPOTESIS terowongan Cisumdawu berupa breksi vulkanik
Berdasarkan kondisi geologi teknik yang telah mengalami pelapukan dengan tingkat
daerah penelitian, diperkirakan metode tinggi, sehingga data primer yang diambil berupa
penggalian yang tepat untuk digunakan adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan batuan
bench cut multiple. tersebut dan hasil uji laboratorium menunjukkan
Berdasarkan pemodelan numerik dua tanah pada terowongan diklasifikasi sebagai
dimensi software RS2 (Rocscience, Inc), sandy elastic silt (MH) dan sandy silt (ML) yang
diperkirakan metode penggalian bench cut ditampilkan pada Gambar 2.
multiple menghasilkan nilai roof displacement Pengambilan sampel tanah tersebut
yang lebih rendah dibandingkan dengan metode dilakukan di dalam terowongan sisi kiri
penggalian lainnya yaitu full face method with sebanyak 8 STA sepanjang 26 meter mulai dari
bench cut dan centre diaphragm method. STA. 12+628 hingga STA. 12+654.
Pengambilan sampel tanah berupa sampel tanah
METODOLOGI disturb dan undisturb dengan menggunakan
Tahapan yang digunakan untuk shelby tube, yang dilakukan setiap penggalian
mengevaluasi metode penggalian yang sesuai dengan jarak penggalian bervariasi. Sampel
untuk terowongan Cisumdawu sebagai berikut: tanah di bawah permukaan diambil 3 titik yaitu
1. Menentukan kategori jenis tanah dan batuan mewakili titik kiri, tengah, dan kanan, yang
didasarkan pada data penyelidikan lapangan kemudian diplot dalam suatu face map setelah
dan laboratorium untuk mendapatkan dilakukan pengujian laboratorium. Jumlah
parameter desain sesuai dengan kondisi sampel tanah yang diambil harus mencukupi
sesungguhnya di lapangan. kebutuhan beberapa pengujian laboratorium
2. Melakukan pemodelan numerik dua dimensi seperti sifat indeks, batas-batas Atterberg,
menggunakan software RS2 pada metode distribusi ukuran tanah dan (X-ray Difraction,
bench cut multiple sesuai tahapan XRD) yang ditampilkan pada Gambar 3.
pelaksanaan konstruksi dilakukan di Hasil perhitungan rasio tegangan
lapangan untuk back analysis kesesuaian horizontal dan vertical tanah dalam kondisi at
parameter tanah yang digunakan pada rest (K0) sebagai parameter masukan dalam field
permodelan numerik. stress properties menggunakan persamaan (1)
3. Melakukan pemodelan numerik pada dua (Jaky'44 dalam Michalowski, 2005),
model penggalian lainnya, yaitu full face menunjukan bahwa nilai tegangan vertical (σv)
with bench cut dan centre diaphragm untuk berkisar antara 333 hingga 779 kPa dan nilai K0
mengetahui apakah metode lain lebih efektif sekitar 0,5, tegangan horizontal (σh) yang
atau tidak dibandingkan dengan metode bekerja pada tanah di sekitar terowongan
bench cut multiple. berkisar antara 188 hingga 371 kPa yang
4. Mengevaluasi model penggalian yang paling ditampilkan pada Tabel 1.
sesuai didasarkan pada kriteria deformasi Nilai γbulk dan γsat diperoleh dari pengujian
terkecil dan strength factor terbesar. sifat indeks. Nilai c' dan ɸ' diperoleh dari
pengujian kuat geser tanah berupa consolidated-
HASIL DAN ANALISIS undrained (CU) triaxial. Nilai E diperoleh dari
Parameter Desain Tanah grafik hubungan antara stress dan strain hasil
Lokasi konstruksi Terowongan pengujian CU triaxial. Nilai υ diperoleh dari
Cisumdawu tersusun oleh litologi breksi pendekatan jenis tanah yang ditampilkan pada
vulkanik, sesuai dengan hasil penelitian Tabel 2.

Evaluasi Numerik Metode Penggalian Terowongan Cisumdawu


(Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)) 57
32

Gambar 2. Lapisan batuan sepanjang Terowongan Cisumdawu sisi kiri berdasarkan data seismik
dan data pengeboran inti dan face map bukaan terowongan

STA. 12+631 STA. 12+645,4

STA. 12+649,6 STA. 12+654

Gambar 3. Pengambilan sampel tanah yang dilakukan di dalam Terowongan Cisumdawu sisi kiri

58 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66


Nilai support system properties diperoleh simulasi sistem penyangga yaitu forepoling.
dari data perencanaan terowongan Satuan Kerja Perkuatan forepoling tidak dapat dimodelkan
Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan dengan tipe bolt sehingga dimodelkan sebagai
Cisumdawu, Kementerian PUPR. Pemodelan material properties berupa composite (Hoek
numerik dua dimensi software RS2 dalam Hefny dkk. 2004) yang ditampilkan pada
(Rocscience, Inc), memiliki keterbatasan dalam Tabel 3.

Tabel 1. Nilai field stress properties Terowongan Cisumdawu sisi kiri


H ρb ρb ρsat ρsat σv σv c' ϕ' K0 σh σh
Material
(m) (gr/cm3) (kg/m3) (gr/cm3) (kg/m3) (kPa) (MPa) (kPa) (°) (kPa) (MPa)
Breksi 20,0 1,6 1693,1 - - 333,2 0,3 40,2 25,7 0,5 188,5 0,1
Vulkanik 1
Unsaturated
Breksi 35,4 - - 1,7 1738,7 604,9 0,6 40,6 27,7 0,5 323,0 0,3
Vulkanik 1
Saturated
Breksi 47,8 - - 1,6 1660,4 779,4 0,7 35,7 31,5 0,4 371,7 0,3
Vulkanik 2
Saturated
Breksi - - - 1,6 1690,0 - - 44,1 31,0 0,4 - -
Vulaknik 3
Saturated
Sumber: PT. Perentjana Djaja (2012); CV. Geocipta Bangun Optima (2014); CV. Geocipta Bangun Optima (2016).
Keterangan: H = ketebalan overburden rata-rata; ρb = densitas bulk; ρsat = densitas saturated; σv = tegangan vertikal; c' = kohesi,
ϕ' = sudut gesek dalam; K0 = tegangan lateral; dan σh = tegangan horisontal.

Tabel 2. Nilai material properties Terowongan Cisumdawu sisi kiri


b sat c' ϕ' E
Material υ
(kN/m3) (kN/m3) (kPa) (°) (kPa)
Breksi Vulkanik 1 14,1 - 40,2 25,7 53.039,9 0,3
Unsaturated
Breksi Vulkanik 1 - 15,8 40,6 27,7 57.074,7 0,3
Saturated
Breksi Vulkanik 2 - 16,3 35,7 31,5 58.055,3 0,3
Saturated
Breksi Vulaknik 3 - 16,2 44,1 31,0 58.545,7 0,3
Saturated
Sumber: PT. Perentjana Djaja (2012) ; CV. Geocipta Bangun Optima (2014); CV. Geocipta Bangun Optima (2016).
Keterangan: b = unit weight bulk; sat = unit weight saturated; c' = kohesi, ϕ' = sudut gesek dalam; E = modulus elastisitas; dan
υ = poisson’s ratio.

Tabel 3. Nilai support system properties terowongan Cisumdawu sisi kiri


Tesile
Sistem s d P A t I E σc σT
υ Capacity
penyangga (m) (mm) (m) (m2) (m) (m4) (kPa) (kPa) (kPa)
(kN)
Steel Arch
Rib (H-150x 0,6 - - 0,0039 - 1,62x10-5 210.000.000 0,3 490.000 490.000 -
150x7x10)
Wire Mesh 0,5 - - 1,62x10-5 - 1,26x10-11 210.000.000 0,3 400.000 400.000 -
Shotcrete 0,25 24.246.500 0,2 31.000 1.550 -
Steel Pipe
Grouting - 76,3 5 - - - 210.000.000 - - - 488,659

Forepoling
0,6 60,5 5 - - - 228.971.929 0,3 - - -
(Composite)
Sumber: PT. Hi Way Indotek JO PT. Wahanan Mitra Amerta (2014).
Keterangan: s = spasi; d = diameter; P = Panjang; t = tebal; A = luas permukaan; I = momen inersia; E = modulus elastisitas; υ
= poisson’s ratio; σc = kuat tekan; σT = kuat tarik.

Evaluasi Numerik Metode Penggalian Terowongan Cisumdawu


(Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)) 59
Pemodelan Numerik
Nilai deformasi (displacement) pada persyaratan nilai displacement yang
makalah ini ditinjau pada bagian atap (roof), diijinkan dalam JSCE (2007) sebesar 0,1 m
dengan asumsi bahwa pada bagian tersebut serta memenuhi batasan nilai strength factor
berpotensi mengalami keruntuhan yang terbesar berdasarkan SNI 8460:2017 (BSN 2017)
akibat tegangan vertikal (σv) yang bekerja diatas yaitu sebesar 1,25.
terowongan. Nilai displacement dibedakan Analisis verifikasi secara numerik
menjadi dua yaitu roof displacement terhadap metode penggalian bench cut multiple
(excavation stage) dan (over all stage). Roof menghasilkan nilai roof displacement
displacement (excavation stage) merupakan (excavation stage) dan (over all stage) yang
kondisi setelah tahapan pemasangan forepoling. mendekati nilai hasil pengukuran lapangan,
Roof displacement (over all stage) merupakan sehingga dapat diasumsikan bahwa parameter
kondisi setelah seluruh tahapan penggalian dan masukan yang digunakan pada pemodelan
pemasangan steel arch rib, wire mesh, shotcrete numerik dua dimensi menggunakan software
selesai dilaksanakan. Hal tersebut didasarkan RS2 (Rocscience, Inc), telah sesuai dengan
pada hasil pengukuran displacement lapangan kondisi lapangan yang ditampilkan pada
dari Satuan Kerja Jalan Bebas Hambatan Gambar 4 dan 5.
Cisumdawu yang dilakukan secara kontinu Analisis penentuan metode penggalian
pada bagian roof terowongan Cisumdawu. yang efektif secara numerik menghasilkan nilai
Tahapan analisis pemodelan numerik dua roof displacement (excavation stage) dan (over
dimensi menggunakan software RS2 all stage metode penggalian bench cut multiple
(Rocscience, Inc), yang dilakukan pada yang lebih rendah dibandingkan dengan metode
makalah ini sebagai berikut: penggalian full face with bench cut dan centre
1. Analisis verifikasi secara numerik terhadap diaphragm yang ditampilkan pada Gambar 6
metode penggalian bench cut multiple sesuai dan 7.
tahapan pelaksanaan konstruksi dilakukan di Nilai displacement berbanding terbalik
lapangan. Pemodelan numerik dilakukan dengan nilai strength factor, sehingga metode
untuk mendapatkan nilai displacement yang penggalian bench cut multiple menghasilkan
paling mendekati dengan hasil pengukuran nilai roof strength factor (excavation stage) dan
lapangan (back analysis), sehingga dapat (over all stage) yang lebih besar dibandingkan
menunjukkan kesesuaian parameter dengan metode penggalian full face with bench
masukan yang digunakan pada permodelan cut dan centre diaphragm yang ditampilkan
numerik dan nilai displacement tersebut pada Gambar 8 dan 9.
memenuhi persyaratan nilai displacement Gambar 10 menunjukkan contoh hasil
yang diijinkan dalam JSCE (2007) sebesar analisis pemodelan numerik dua dimensi
0,1 m. software RS2 (Rocscience, Inc) pada STA.
2. Analisis penentuan metode penggalian yang 12+654 berupa nilai displacement dan strength
efektif secara numerik. Pemodelan numerik factor. Nilai total displacement dan strength
dilakukan untuk mendapatkan nilai factor tersebut menunjukkan pembacaan secara
displacement yang paling kecil diantara keseluruhan boundary (global), sedangkan pada
ketiga metode penggalian yang dibahas pada makalah ini tinjauan hanya dilakukan ditinjau
makalah ini yaitu full face with bench cut, pada bagian atap (roof).
bench cut multiple dan centre diaphragm
dan nilai displacement tersebut memenuhi

60 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66


Sumber: Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 4. Grafik hubungan roof displacement (excavation stage) dengan kedalaman (overburden)
menggunakan metode penggalian bench cut multiple

Sumber : Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 5. Grafik hubungan roof displacement (over all stage) dengan kedalaman (overburden)
menggunakan metode penggalian bench cut multiple

Evaluasi Numerik Metode Penggalian Terowongan Cisumdawu


(Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)) 61
Sumber: Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 6. Grafik hubungan roof displacement (excavation stage) dengan kedalaman (overburden)
menggunakan beberapa metode penggalian

Sumber: Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 7. Grafik hubungan roof displacement (over all stage) dengan kedalaman (overburden)
menggunakan beberapa metode penggalian

62 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66


Sumber: Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 8. Grafik hubungan roof strength factor (excavation stage) dengan kedalaman
(overburden) menggunakan beberapa metode penggalian

Sumber: Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 9. Grafik hubungan roof strength factor (over all stage) dengan kedalaman (overburden)
menggunakan beberapa metode penggalian

Evaluasi Numerik Metode Penggalian Terowongan Cisumdawu


(Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)) 63
Roof Displacement (Excavation Stage) Roof Displacement (Over All Stage)
Total
Displacement

Strength
Factor, Shear
dan Tension
Failure

Sumber: Hasil analisis pemodelan numerik dua dimensi software RS2 (Rocscience, Inc)
Gambar 10. Contoh hasil pemodelan numerik pada STA 12+654

PEMBAHASAN belum dapat seutuhnya menyerupai kondisi


Analisis verifikasi metode penggalian bench lapangan. Pemodelan memiliki keterbatasan
cut multiple dalam simulasi pemodelan metode penggalian
Pada makalah ini terdapat 3 (tiga) titik serta keterbatasan dalam simulasi pemasangan
acuan yang merupakan hasil pengukuran roof sistem penyangga (forepoling). Pemodelan
displacement lapangan dari Satuan Kerja Jalan hanya dapat menerapkan tahapan penggalian
Bebas Hambatan Cisumdawu yaitu STA. (step), namun belum dapat menerapkan
12+636 sebesar 0,9 cm hingga 1,4 cm, STA. penggalian secara bertingkat (bench). Hal
12+648 sebesar 1,5 cm hingga 2,4 cm dan STA. tersebut mengakibatkan nilai displacement hasil
13+655 sebesar 1,6 cm hingga 2,9 cm. Rentang pemodelan numerik hanya dapat mendekati
nilai tersebut menunjukkan bahwa pengukuran nilai hasil pengukuran lapangan. Apabila nilai
di lapangan dilakukan secara kontinu mulai dari displacement hasil pemodelan numerik
pemasangan forepoling (excavation stage) dibandingkan dengan nilai deformasi
sampai dengan pemasangan steel arch rib, wire maksimum JSCE (2007), maka nilai tersebut
mesh, dan shotcrete (over all stage). masih memenuhi persyaratan deformasi
Nilai roof displacement (excavation maksimum yang diijinkan yaitu tidak lebih dari
stage) dan (over all stage) hasil pemodelan 0,1 m.
numerik dibandingkan dengan nilai roof Analisis penentuan metode penggalian yang
displacement hasil pengukuran lapangan efektif
terdekat dengan stasiun titik amat. Pada roof Nilai maksimum roof displacement
displacement (excavation stage) menghasilkan (excavation stage) dan (over all stage) yang
selisih nilai pada STA. 12+635,2 sebesar 0,4 dihasilkan dari analisis metode penggalian yang
cm; STA. 12+649,6 sebesar 1,2 cm; STA. efektif secara numerik terdapat pada STA.
12+654 sebesar 1,4 cm. Pada roof displacement 12+654 yang memiliki overburden paling tinggi
(over all stage) menghasilkan selisih nilai pada yaitu 20,140 m. Nilai maksimum roof
STA. 12+635,2 sebesar 0,4 cm; STA. 12+649,6 displacement (excavation stage) yang
sebesar 2,7 cm; STA. 12+654 sebesar 2,7 cm. dihasilkan dari metode penggalian bench cut
Pada makalah ini pemodelan numerik multiple sebesar 0,030 m, full face method with
hanya ditinjau secara dua dimensi sehingga bench cut sebesar 0,061 m dan centre

64 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66


diaphragm method sebesar 0,086 m. Nilai penggalian tersebut dibandingkan dengan
maksimum roof displacement (over all stage) batasan nilai strength factor berdasarkan SNI
yang dihasilkan dari metode penggalian bench Standar Nasional Indonesia 8460 (2017), maka
cut multiple sebesar 0,056 m, full face method terowongan dengan menggunakan ketiga
with bench cut sebesar 0,072 m dan centre metode penggalian tersebut dalam kondisi aman
diaphragm method sebesar 0,089 m. Apabila karena lebih besar dari 1,25.
nilai displacement ketiga metode penggalian Pada pemodelan numerik dua dimensi
tersebut dibandingkan dengan nilai deformasi software RS2 (Rocscience, Inc), nilai faktor
maksimum JSCE (2007), maka ketiga metode keamanan (safety factor) dapat ditunjukkan
penggalian tersebut masih memenuhi oleh nilai strength factor. Strength factor
persyaratan deformasi maksimum yang merupakan perbandingan antara yield strength
diijinkan yaitu tidak lebih dari 0,1 m. dengan design stress. Kategori kondisi aman
Apabila ketiga metode penggalian adalah apabila stress yang terjadi pada struktur
dibandingkan, maka metode penggalian bench tersebut masih di bawah yield strength atau
cut multiple menghasilkan nilai roof masih berada pada daerah elastis, sehingga
displacement (excavation stage) dan (over all struktur yang mengalami displacement masih
stage) yang lebih rendah dibandingkan dengan dapat kembali pada kondisi semula. Kategori
metode penggalian full face with bench cut dan kondisi tidak aman adalah apabila struktur yang
centre diaphragm. Hal ini dapat disebabkan mengalami stress telah melewati yield strength
karena metode penggalian bench cut multiple sehingga telah terdeformasi plastis dan telah
dilakukan 7 (tujuh) tahapan (step) sehingga terjadi perubahan geometri, sehingga struktur
muka bidang galian lebih mudah distabilisasi, tersebut dinyatakan tidak aman walaupun
alat berat yang digunakan lebih mudah bekerja belum terjadi keruntuhan.
di dalam terowongan, pemasangan sistem Secara keseluruhan hasil pemodelan
penyangga disesuaikan dengan tahapan numerik menunjukkan bahwa semakin tinggi
penggalian, monitoring dapat dilakukan kontinu overburden yang berada diatas terowongan,
sehingga dapat meminimalisir terjadinya maka semakin besar nilai displacement yang
displacement di dalam terowongan. Metode terjadi. Hal ini menunjukkan pengaruh besaran
penggalian full face with bench cut memerlukan tegangan vertikal (σv) akibat tebal lapisan
area muka bidang galian yang besar, sehingga penutup yang bekerja pada saat penggalian
pada kondisi media tanah yang buruk sulit terowongan dilakukan.
untuk dilakukan stabilisasi yang mengakibatkan
displacement yang terjadi cukup besar. Metode KESIMPULAN DAN SARAN
penggalian centre diaphragm memerlukan Kesimpulan
pengamanan tambahan berupa diafragma pada Beberapa kesimpulan yang dapat diambil
centre muka bidang galian, sehingga akan dari hasil analisis pemodelan numerik adalah
terjadi displacement yang cukup besar pada saat Kuantitatif terhadap displacement:
pencabutan diafragma tersebut. 1. Ketiga metode penggalian menghasilkan
Nilai displacement berbanding terbalik nilai roof displacement (excavation stage)
dengan nilai strength factor. Semakin besar dan (over all stage) yang masih memenuhi
nilai displacement, maka semakin kecil nilai persyaratan deformasi maksimum yang
strength factor yang dihasilkan. Nilai minimum diijinkan yaitu tidak lebih dari 0,1 m.
roof strength factor (excavation stage) terdapat 2. Ketiga metode penggalian menghasilkan
pada STA. 12+654, metode penggalian bench nilai roof displacement (excavation stage)
cut multiple sebesar 2,528, full face method dan (over all stage) terkecil pada STA.
with bench cut sebesar 2,315 dan centre 12+628 yaitu pada kedalaman 6,30 m dan
diaphragm method sebesar 2,167. Nilai nilai terbesar pada STA. 12+654 yaitu pada
minimum roof strength factor (over all stage) kedalaman 20,14 m.
terdapat pada STA. 12+654, metode Kuantitatif terhadap strength factor:
penggalian bench cut (multiple) sebesar 2,347, 1. Ketiga metode penggalian menghasilkan
full face method with bench cut sebesar 2,152 nilai roof strength factor (excavation stage)
dan centre diaphragm method sebesar 2,150. dan (over all stage) lebih besar dari 1,25
Apabila nilai strength factor ketiga metode

Evaluasi Numerik Metode Penggalian Terowongan Cisumdawu


(Ridwan Umbara1), I Gde Budi Indrawan2), Fahmi Aldiamar3)) 65
yang mengindikasikan terowongan dalam DAFTAR PUSTAKA
kondisi aman. CV. Geocipta Bangun Optima. 2014. Laporan Hasil
2. Ketiga metode penggalian menghasilkan Pengujian Tanah. Bandung: [s.n].
nilai roof strength factor (excavation stage) CV. Geocipta Bangun Optima. 2016. Laporan
dan (over all stage) terbesar pada STA. Penyelidikan Tanah Jalan Tol Cisumdawu
12+628 yaitu pada kedalaman 6,30 m dan Fase II. Bandung: [s.n].
nilai terkecil pada STA. 12+654 yaitu pada Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah Jilid 1
kedalaman 20,14 m. (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknis) –
Terjemahan Noor Endah dan Indrasurya B.
Apabila ketiga metode penggalian Mochtar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
dibandingkan, maka metode penggalian bench Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Informasi
cut multiple lebih aman dibandingkan dengan Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan
metode full face with bench cut dan centre Cisumdawu Tunnel Section. Jakarta: [s.n].
diaphragm karena menghasilkan nilai Djaja dan Hermawan. 1996. Peta Geologi Teknik
displacement terkecil dan roof strength factor Lembar Bandung, Jawa Barat, Skala
terbesar. 1:100.000. Bandung: Direktorat Geologi
Tata Lingkungan.
Hefny, A. M., Tan, W. L., Ranjith, P., Sharma, J.,
Saran and Zhao, J. 2004. Numerical Analysis for
Material penyusun pada daerah Umbrella Arch Method in Shallow Large
Terowongan Cisumdawu terdiri dari satuan Scale Excavation in Weak Rock. Tunnelling
breksi vulkanik yang telah mengalami and Underground Space Technology Vol.19.
pelapukan tingkat tinggi, sehingga dalam Halomoan, Robin P. 2018. Analisis Metode
pembangunan terowongan rentan mengalami Penggalian dan Kestabilan Terowongan
keruntuhan pada bagian atap. Penanggulangan Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah Dawuan). Tesis. Universitas Gajah Mada.
keruntuhan adalah dengan menggunakan steel Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. 2015. Surat Edaran
pipe grouting yang dipasang sebelum
Menteri Nomor: 23/SE/M/2015 Tentang
penggalian atap terowongan. Pedoman Metode Perencanaan Penggalian
Saran yang dapat diberikan apabila nilai dan Sistem Perkuatan Terowongan Jalan
displacement dan strength factor tidak pada Media Campuran Tanah – Batuan.
memenuhi ketentuan yang diijinkan adalah Jakarta: Kementerian PUPR.
dengan cara pemasangan steel pipe grouting Ira, Nurmaya P., Saptono, S., MCC. 2017. Analisis
menggunakan metode double layer dengan Pengaruh Penyanggaan pada Deformasi
sudut yang berbeda, penyesuaian jarak Terowongan di Batuan Lemah pada
pemasangan antar steel pipe grouting menjadi Pembangunan Double Terowongan Jalur Tol
lebih rapat, penyesuaian diameter steel pipe Cisumdawu (Cileunyi – Sumedang –
Dawuan) Jawa Barat. Prosiding Seminar
grouting menjadi lebih besar dan penyesuaian
Nasional XII STTNAS.
panjang steel pipe grouting menjadi lebih JSCE Japan Society of Civil Engineers. 2007.
panjang dari dimensi desain sebelumnya. Standard Spesifications for Tunneling-2006:
Mountain Tunnels. Japan: [s.n].
UCAPAN TERIMA KASIH Michalowski, R. P. 2005. Coefficient of Earth
Penulis mengucapkan terima kasih Pressure at Rest. Journal of Geotechnical and
kepada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Geoenvironmental Engineering.
PT. Hi Way Indotek dan PT. Wahana Mitra Amerta.
Hambatan Cisumdawu dan Balai Besar 2014. Perencanaan Teknik Terowongan
Pelaksanaan Jalan Nasional VI Jakarta, Cisumdawu (Final Desain). Jakarta: [s.n].
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PT. Perentjana Djaja. 2014. Laporan Hasil Pengujian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atas Tanah. Jakarta: [s.n].
izin penelitian. Penulis pertama mengucapkan Silitonga, P. H. 1973. Peta Geologi Lembar
terima kasih kepada Kementerian Pekerjaan Bandung, Djawa skala 1 : 100.000. Bandung:
Umum dan Perumahan Rakyat atas beasiswa Direktorat Geologi.
Pendidikan Karyasiswa S2. Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2017. SNI
8460:2017 Persyaratan Perancangan
Geoteknik. Jakarta: BSN.

66 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 36 No. 1 Januari-Juni 2019: 54-66

Anda mungkin juga menyukai