Anda di halaman 1dari 33

DRAFT

JUKNIS
PEMBUATAN AKUIFER BUATAN SIMPANAN AIR HUJAN (ABSAH)
DAN
PENAMPUNGAN AIR HUJAN (PAH):

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kekeringan masih menjadi permasalahan utama yang dialami oleh masyarakat. Sumber air yang
terbatas, minimnya jaringan perpipaan serta pemenuhan sumber air yang belum merata menjadi
perhatian khusus. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 17 tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air
Pasal 29 ayat (1) huruf c yang menyebutkan bahwa pendayagunaan Sumber Daya Air meliputi air
hujan. Berdasarkan hal tersebut, dinyatakan bahwa air hujan menjadi sumber air untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Kualitas air hujan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari lokasi turunnya hujan. Secara umum
kualitas air hujan masih sesuai dengan persyaratan kualitas air minum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Dengan cara memanen air
yang benar, air hujan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan air baku.
Untuk mengantisipasi dampak musim kemarau, dan mengoptimalkan penyimpanan air di musim
hujan pada lumbung air, embung, waduk, danau maupun bangunan penyimpan air buatan lainnya
di tingkat lingkungan masyarakat dilakukan melalui upaya memanen air hujan. Pemanenan air
hujan tersebut pada prinsipnya dilakukan dengan teknologi sederhana, dengan memanfaatkan atap
rumah penduduk/ sekolah/ fasilitas umum lainnya sebagai catchment area. Air hujan yang jatuh di
areal tersebut ditangkap, kemudian diproses melalui sistem penyaringan lalu disimpan dalam
Penampungan Air Hujan (PAH) yang menggunakan tandon air 1.000 liter dan ditampung dalam
tampungan air skala kecil (bak ukuran 3m x 6m x 2.5m) untuk kemudian dimanfaatkan pada musim
kemarau. Tampungan air tersebut untuk selanjutnya disebut Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan
(ABSAH) kombinasi dengan Penampungan Air Hujan (PAH). Teknologi ABSAH dan PAH
merupakan modifikasi dan pengembangan dari hasil Puslitbang PUPR yang mudah dilaksanakan,
tidak memerlukan lahan yang luas, berteknologi sederhana dan dapat langsung dirasakan
manfaatnya.

1
Upaya memanen air hujan ini dilaksanakan pada tingkat desa, yang merupakan satuan
pemerintahan terkecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 2 dimana daerah kabupaten/kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi atas
keluaran dan/atau Desa. Dalam Undang-undang tentang sumber daya air juga disebutkan
pemerintah desa bertugas mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan
air, menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air
dimana tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi dari pengelolaan ABSAH dan PAH yang telah
dibangun. Pola permukiman masyarakat cenderung berkelompok/komunal yang menyebar dalam
suatu wilayah administrasi sehingga pemenuhan kebutuhan air lebih tepat dilakukan dengan skala
komunal.
Kegiatan pembangunan ABSAH dan PAH itu sendiri dilaksanakan secara swakelola padat karya
yang beredukasi. Maksud beredukasi disini adalah selain masyarakat setempat dilibatkan dalam
seluruh proses perencanaan sampai dengan konstruksi, mereka juga akan di edukasi terkait konsep
ABSAH dan PAH ini agar bisa menerapkan dan mengembangkannya untuk wilayah lain sehingga
manfaat yang diperoleh akan lebih maksimal dan mewujudkan kemandirian air. Nilai tambah dari
pemanfaatan air hujan adalah tidak memerlukan jaringan dengan skala yang besar. Prinsip
kemandirian dipenuhi bahwa kebutuhan air dapat dipenuhi secara swadaya masyarakat, pertama
dengan skala kecil kemudian dengan adanya kewajiban pengembangan akan mendorong menjadi
skala yang lebih besar.
Akibat pandemic COVID-19 yang melanda pada awal tahun 2020, pertumbuhan ekonomi
mengalami perlambatan. Jumlah pengangguran terbuka meningkat tajam. Pelaksanaan kegiatan
pembangunan ABSAH dan PAH dilakukan juga untuk mengatasi permasalahan social akibat
meningkatnya pengangguran dengan tetap mengedepankan protokol pencegahan penyebaran
COVID-19 secara tegas.

II. Sasaran
Sasaran dari kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH yaitu :
1. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pembangunan akuifer buatan simpanan air hujan dan
penampungan air hujan serta pengembangannya;
2. Penanggulangan permasalahan kekeringan pada daerah rawan kekeringan;
3. Mewujudkan kemandirian air bagi setiap permukiman;
4. Mengurangi dampak social perlambatan ekonomi nasional.

2
III. Prinsip dan Pendekatan
Kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH dilaksanakan berdasarkan prinsip :
1. Partisipatif
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan penyediaan air baku diwujudkan
mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan dalam pembangunan,
peningkatan, pengembangan, operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi.
Partisipasi masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan pemikiran, gagasan, waktu,
tenaga, material dan dana.
2. Transparansi
Manajemen dan administrasi penggunaan dana diketahui oleh seluruh anggota masyarakat yang
terlibat.
3. Akuntabilitas
Kegiatan program yang dilaksanakan oleh masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan
dalam hal ketepatan sasaran, waktu, pembiayaan dan mutu pekerjaan.
4. Berkesinambungan
Hasil kegiatan yang didanai program dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
secara berkelanjutan (sustainable), dan wajib dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat serta
dilanjutkan dan dikembangkan secara mandiri di lokasi yang lain.

IV. Indikator Kinerja


Indikator kinerja dalam pembuatan ABSAH dan PAH meliputi :
1. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan teknis
pembuatan ABSAH dan PAH;
2. Terpenuhinya kebutuhan air baku dan air bersih;
3. Terbentuknya swadaya masyarakat dalam pengembangan ABSAH dan PAH.

3
BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH terdiri atas tahapan :


a. Pra kegiatan;
b. Pelaksanaan kegiatan; dan
c. Paska kegiatan.
Kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan, kesulitan
dan aspirasi setiap orang baik laki-laki maupun perempuan termasuk lansia, kelompok disabilitas dan
berkebutuhan khusus lainnya, sehingga tercipta kesetaraan dan keadilan gender. Untuk itu akses
partisipasi, control dan manfaat harus dibuka seluas-luasnya pada seluruh kelompok masyarakat baik
laki-laki, perempuan termasuk lansia, kelompok disabilitas dan berkebutuhan khusus lainnya di setiap
kegiatan.
Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan usulan prioritas yang telah disusun terkait kebutuhan air baku,
kejadian kekeringan, masyarakat terdampak serta tingkat kesejahteraan kawasan. Selain itu,
pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk menciptakan kemandirian air.
Tahap pelaksanaan kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
1.

4
Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan Pembuatan ABSAH dan PAH
Mulai

Penyusunan Petunjuk Teknis

Penentuan Lokasi Kegiatan


1. Desa Kurang Sejahtera
2. Desa Terkena Bencana

Tahap Pra Kegiatan


Tidak
Surat Pernyataan Valid
Pengembangan ABSAH dan PAH

Validasi
Lokasi

Valid
Usulan Lokasi Kegiatan

SK Penetapan Lokasi
Pembuatan ABSAH dan PAH

Survey Detail Lokasi


Pembuatan ABSAH dan PAH

Tidak
Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Verifikasi Kelompok
Masyarakat
/Komunitas

Ya

Penandatanganan Pakta Integritas


Dan Perjanjian Kerja Sama

Pelaksanaan, Pemantauan, Pengawasan dan Evaluasi,


Pelaporan dan Pendokumentasian Kegiatan

Penyerahan Hasil Pekerjaan


Tahap Paska Kegiatan

Operasi dan Pemeliharaan

Peningkatan

Selesai
5
I. Tahap Pra Kegiatan
Tahap pra kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH terdiri atas :
1. Penyusunan Petunjuk Teknis
Penyusunan petunjuk teknis sesuai dengan ketentuan yang ada. Petunjuk Teknis ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
2. Penentuan Lokasi Kegiatan
Penentuan lokasi perkerjaan berdasarkan prioritas dari pemenuhan persyaratan yang ditentukan
yaitu dalam aspek administratif dan aspek teknik. Disamping dua aspek tersebut, pelaksanaan
kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH juga diutamakan pada daerah yang terkena dampak
akibat pandemi corona. Dampak yang ditimbulkan berupa hilangnya mata pencaharian
masyarakat yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran serta berkurangnya daya beli
masyarakat. Ketersediaan lahan menjadi pertimbangan penentuan lokasi. Lahan yang ada harus
sudah bebas, dapat dibuktikan dengan surat pernyataan kesanggupan penyediaan lahan dan atau
surat hibah dari kepala desa.
a. Aspek Administratif
Lokasi pembuatan ABSAH dan PAH diutamakan untuk daerah yang termasuk Desa Kurang
Sejahtera. Data tersebut diperoleh dari Bappeda setempat. Prioritas kedua adalah
berdasarkan kejadian bencana kekeringan social ekonomi dari data kejadian bencana BNPB
dan BPBD Kabupaten. Kedua data tersebut menjadi dasar daftar lokasi usulan prioritas
pembuatan ABSAH dan PAH.
Prioritas bangunan yang dipilih untuk dibangun ABSAH dan PAH yaitu:
1) Kantor Desa.
2) Sekolah.
3) Pondok Pesantren.
4) Rumah Ibadah (Masjid, Gereja, Pura, Vihara, dan lain lain).
5) Gedung Serba Guna milik desa.
6) Bangunan umum lainnya yang memiliki atap yang luas.
Adapun kriteria lain pembangunan ABSAH dan PAH adalah :
1) Surat pernyataan dari Kepala Desa tentang kewajiban untuk mengembangkan ABSAH
dan PAH di lokasi lain (sesuai format);
2) Diutamakan untuk desa kurang sejahtera dengan jumlah tenaga kerja berlimpah;
3) Mengutamakan penggunaan material setempat dan tenaga kerja setempat;

6
4) Penggunaan air untuk kepentingan umum;
5) Mengarusutamakan gender dan responsif gender.
b. Aspek Teknis
Bangunan ABSAH berupa bak tampungan air dengan tipikal ukuran lebar 3 m kedalaman
2,5 m dan panjang 6 m. Volume tampungan air sebesar ± 23 m3. Tampungan tersebut
dikombinasikan dengan tandon air sebagai PAH dengan volume 1.100 liter. Air dalam PAH
dipergunakan sebagai sumber air minum sedangkan air dalam ABSAH dipergunakan
sebagai air untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk lokasi-lokasi khusus, ukuran bangunan
dapat menyesuaikan. Jika dalam pengoperasian dan pemeliharaan diketahui curah hujan
yang ada cukup tinggi maka tandon PAH dapat dikembangkan dengan cara ditambah dan
bangunan ABSAH dapat dibangun di samping bangunan ABSAH yang ada untuk
meningkatkan kapasitasnya.
Lokasi pembuatan ABSAH dan PAH dipengaruhi oleh keberadaan air baik yang di atas
tanah ataupun yang di bawah tanah. Hujan merupakan pengaruh air dari atas permukaan
tanah dan cekungan air tanah untuk keberadaan air di dalam tanah. Cekungan air tanah juga
mempengaruhi kondisi lapisan tanah lokasi kegiatan. Dibagi menjadi daerah cekungan air
tanah (CAT) dan daerah non cekungan air tanah (non CAT). Penentuan daerah CAT dan
non CAT berdasarkan peta cekungan air tanah sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 02 tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah di Indonesia.
Lokasi pembuatan ABSAH dan PAH secara teknis dipengaruhi juga oleh kondisi tanah
yang ada. Dibedakan menjadi tanah keras dan tanah lunak. Tanah lunak adalah tanah yang
memiliki nilai kompresibilitas tinggi, umumnya terdiri dari lempung yag berumur holosen,
secara alamiah terbentuk dari proses pengendapan di dataran alluvial pantai, sungai, danau
dan rawa. Tanah lunak seringkali menimbulkan permasalahan dalam konstruksi akibat
rendahnya daya dukung sehingga berpotensi terjadi settlement. Penyebaran tanah lunak
dapat mengikuti Atlas Sebaran Tanah Lunak Indonesia yang diterbitkan oleh Badan
Geologi Kementerian ESDM. Untuk kebutuhan perencanaan yang lebih detail diperlukan
penyelidikan tanah yang lebih rinci.
Penentuan curah hujan untuk lokasi pembuatan ABSAH dan PAH dapat menggunakan peta
isohit dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Untuk daerah dengan curah hujan rendah, sumber air tidak hanya
berasal dari air hujan yang jatuh di atap namun juga menggunakan air daur ulang dari air

7
kotor dan dari drainase lingkungan. Tipe ABSAH yang digunakan merupakan
pengembangan desain ABSAH dari puslitbang yang menggunakan filter saringan lambat.
Pembangunan ABSAH dan PAH pada Desa/Lokasi dapat dilakukan pada wilayah CAT dan
Non-CAT yang termasuk daerah tanah keras (daerah pegunungan dan formasi batu
gamping) dan tanah lunak (daerah perdataran yang memiliki formasi batuan lempung dan
pasiran).
Penentuan lokasi pembuatan ABSAH dan PAH sebagaimana gambar berikut.
Gambar 2. Bagan Alir Penentuan Lokasi Pembuatan ABSAH dan PAH
KRITERIA KETERSEDIAAN AIR : BAB V, PASAL 29 AYAT 2, UU NO.17/2019 - SDA

TIDAK TIDAK MEMILIKI SUMBER AIR


DESA KURANG MEMILIKI SUMBER AIR MEMILIKI SUMBER AIR
DARI AIR HUJAN
SEJAHTERA DARI AIR PERMUKAAN DARI AIR TANAH

KRITERIA LAIN :
DAN/ATAU 1. FASILITAS UMUM BERATAP LUAS
(KANTOR DESA, SEKOLAH,
YA YA
RUMAH IBADAH) DENGAN ATAP
DESA RAWAN SEBAGAI CATCHMENT AREA
USULAN LOKASI DESA UJI GEOLISTRIK
BENCANA PENERIMA MANFAAT KEGIATAN TERKAIT YANG LUAS;
(KEKERINGAN) AIR PERMUKAAN: DESA 2. ADANYA DUKUNGAN DAN
1. BRONCAPTERING PARTISIPASI AKTIF DARI
PEMBANGUNAN PENERIMA MASYARAKAT;
2. INTAKE
DAN/ATAU 3. EMBUNG SUMUR UJI ABSAH DAN 3. SURAT PERNYATAAN, MINIMAL
4. DLL PAH BERISI :
DESA TERDAMPAK a. penyediaan lahan
COVID-19 PEMBANGUNAN b. siap mengelola
SUMUR PRODUKSI c. kesediaan membangun di
(MIGRASI PENDUDUK)
tempat lain

INFORMASI DAPAT BERSUMBER DARI PEMERINTAH,


BPBD, ATAU DARI SATGAS COVID-19

IDENTIKASI CAT, TANAH,


CURAH HUJAN KRITERIA TEKNIS
TIPE CURAH HUJAN CUKUP
TIPE 1 DAERAH CAT & TANAH KERAS
TIPE 2 DAERAH CAT & TANAH LUNAK
TIPE 3 DAERAH NON-CAT & TANAH KERAS TIPE CURAH HUJAN KURANG
TIPE 4 DAERAH NON-CAT & TANAH LUNAK TIPE 5 DAERAH CAT & TANAH KERAS
TIPE 6 DAERAH CAT & TANAH LUNAK
TIPE 7 DAERAH NON-CAT & TANAH KERAS
TIPE 8 DAERAH NON-CAT & TANAH LUNAK

Pembangunan ABSAH dan PAH pada Desa/Lokasi terbagi menjadi 8 (delapan) tipe bangunan
ABSAH dan PAH, yaitu :
a. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah CAT yang termasuk daerah tanah keras
curah hujan cukup (tipe 1);
b. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah CAT yang termasuk daerah tanah lunak
curah hujan cukup (tipe 2);
c. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah Non-CAT yang termasuk daerah tanah keras
curah hujan cukup (tipe 3);
d. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah Non-CAT yang termasuk daerah tanah
lunak curah hujan cukup (tipe 4);

8
e. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah CAT yang termasuk daerah tanah keras
curah hujan kurang (tipe 5);
f. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah CAT yang termasuk daerah tanah lunak
curah hujan kurang (tipe 6);
g. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah Non-CAT yang termasuk daerah tanah keras
curah hujan kurang (tipe 7);
h. Pembangunan ABSAH dan PAH pada wilayah Non-CAT yang termasuk daerah tanah
lunak curah hujan kurang (tipe 8).

Desain untuk daerah kering/curah hujan kurang memiliki tambahan berupa saringan pasir yang
berfungsi menambah pasokan air dari drainase air sekitar lokasi namun bukan air limbah.
Desain filter penyaring air sebagai berikut :

Gambar 3. Potongan Melintang Filter Bangunan ABSAH dan PAH


Filter penyaring dari pipa terbagi dalam 5 segmen yang berisi ijuk, kerikil, campuran gamping
dan kerikil, arang dan campuran tawas dan kerikil. Desain ini menggunakan pipa diameter 8
inchi dengan sekat antar segmen. Air dari drainase lingkungan mengalir ke kolam pengendapan
dan masuk ke filter yang dimulai dari lapisan ijuk. Pemilihan tipe penyaring merupakan
modifikasi dan pengembangan dari saringan pasir desain Puslitbang PUPR yang pernah
digunakan. Dengan saringan model pipa maka perawatan mudah, pembangunan ringkas dan
murah serta lebih efektif dalam proses penyaringan airnya. Pembersihan dan penggantian filter
cukup dilakukan pada segmen yang mengalami kerusakan atau penurunan fungsi.
Pemenuhan kebutuhan air minum dari air hujan yang tersimpan dalam tandon PAH sementara
air yang tersimpan dalam bak ABSAH dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Untuk saat darurat air dalam bak tampung dapat digunakan untuk air minum dikarenakan sudah
melalui proses filtrasi.
Berikut adalah tipikal desain pembangunan ABSAH dan PAH :

9
a. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 1 :

Gambar 4. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 1

Gambar 5. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 1

10
b. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 2 :

Gambar 6. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 2

Gambar 7. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 2

11
c. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 3 :

Gambar 8. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 3

Gambar 9. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 3

12
d. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 4 :

Gambar 10. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 4

Gambar 11. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 4

13
e. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 5 :

Gambar 12. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 5

Gambar 13. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 5

14
f. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 6 :

Gambar 14. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 6

Gambar 15. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 6

15
g. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 7 :

Gambar 16. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 7

Gambar 17. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 7

16
h. Pembangunan ABSAH dan PAH tipe 8 :

Gambar 18. Potongan Melintang Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 8

Gambar 19. Gambar Situasi Bangunan ABSAH dan PAH Tipe 8

17
Pembuatan ABSAH dan PAH terdiri dari dua bagian yaitu bagian ABSAH berupa bak
penampung air dan bagian PAH yang terdiri dari saringan talang, pipa pengendapan dan tandon
air. Detail tandon air sebagaimana gambar berikut.

Gambar 20. Tandon Air PAH


Detail penangkap air dari atap menggunakan saringan talang seperti gambar berikut.

Gambar 21. Saringan Pipa dan Talang untuk PAH

18
Untuk daerah cekungan air tanah, kelebihan air yang masuk ke dalam bak tampungan akan
dialirkan melalui peluap yang masuk dalam seumur resapan. Desain sumur resapan
menggunakan biopori di bagian bawah agar proses penyerapan tetap terus berlangsung dengan
bantuan makhluk hidup yakni cacing tanah. Desain dari sumur resapan adalah sebagai berikut.

Gambar 22. Sumur Resapan dan Biopori

3. Validasi Lokasi
Validasi lokasi dilakukan untuk menilai kelengkapan persyaratan administrasi dan kelengkapan
teknis serta untuk memastikan kelayakan lokasi calon penerima pembuatan ABSAH dan PAH.
4. Usulan Lokasi Kegiatan
Berdasarkan hasil validasi, Kepala BBWS/BWS mengajukan daftar usulan lokasi pembuatan
ABSAH dan PAH kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Sumber Daya Air dengan
tembusan ke Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku untuk ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
5. Surat Keputusan Lokasi Pembuatan ABSAH dan PAH

19
II. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH terdiri atas :
1. Survey Detail Lokasi Pembuatan ABSAH dan PAH
Survey detail dilakukan untuk menghitung ketersediaan air yang berasal dari analisis curah
hujan. Penyelidikan tanah juga dilakukan untuk mengetahui litologi tanah dan daya dukung
tanah. Survey juga dilakukan untuk menghitung jumlah penduduk yang memanfaatkan
langsung ABSAH dan PAH. Hasil survey detail dipergunakan untuk modifikasi desain tipikal
ABSAH dan PAH. Perubahan desain yang ada akan mempengaruhi kebutuhan biaya untuk
pembuatan ABSAH dan PAH.
2. Verifikasi Kelompok Masyarakat/Komunitas
Pembuatan ABSAH dan PAH wajib melibatkan tenaga kerja local dengan sifat padat karya.
Penduduk dan atau tenaga kerja local wajib membentuk kelompok masyarakat/komunitas.
Pelaksanaan verifikasi kelompok masyarakat/komunitas dilakukan untuk memeriksa :
a. Keabsahan administrasi identitas calon kelompok masyarakat/komunitas sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam petunjuk teknis ini;
b. Kelengkapan dan keabsahan data pengurus kelompok masyarakat/komunitas (dilengkapi
dengan kartu tanda penduduk masing-masing pengurus yang masih berlaku);
c. Nomor rekening pada bank pemerintah atas nama kelompok masyarakat/komunitas (bukan
bank perkreditan rakyat dan tidak atas nama perseorangan); dan
d. Data pengalaman dan kompetensi kelompok masyarakat/komunitas dalam pekerjaan
struktur/bangunan.
3. Penandatanganan Pakta Integritas dan Perjanjian Kerja Sama
Penandatanganan Pakta Integritas dilakukan oleh ketua kelompok masyarakat/komunitas
dengan disetujui oleh Kepala Desa dan diketahui oleh PPK.
Pakta Integritas tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan:
a. rangkap pertama disimpan oleh Ketua Kelompok Masyarakat/komunitas;
b. rangkap kedua disimpan oleh Kepala Desa; dan
c. rangkap ketiga disimpan oleh PPK.
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dilaksanakan oleh Ketua Kelompok
Masyarakat/Komunitas dengan PPK.

20
4. Pelaksanaan, Pemantauan, Pengawasan dan Evaluasi, Pelaporan dan Pendokumentasian
Kegiatan
Pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah serta Peraturan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Pedoman Swakelola maka
menggunakan pengadaan barang dan jasa swakelola tipe III yang dilaksanakan oleh kelompok
masyarakat/komunitas. Proses pembuatan ABSAH dan PAH antara lain :
a. Pekerjaan persiapan (misalnya pengukuran lapangan, pembersihan lapangan dan penyiapan
lokasi);
b. Pengadaan alat, bahan dan material
Pengadaan alat, bahan dan material harus sesuai dengan spesifikasi. Proses pengadaan alat,
bahan dan material dilakukan oleh PPK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. Pelaksanaan konstruksi
Dalam pelaksanaan konstruksi, dilakukan pengawasan kuantitas dan kualitas serta
memeriksa bahan-bahan yang ditempatkan, dipindahkan, atau yang terpasang;
d. Pengaturan tenaga kerja
Untuk kondisi ideal dan desain tipikal, pembuatan ABSAH dan PAH memerlukan 10
(sepuluh) orang tenaga kerja. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan protocol covid-
19. Bila progres dan analisa kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka
tenaga kerja perlu ditambah. Pada lokasi-lokasi khusus, baik keterjangkauan dan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi, jumlah tenaga kerja dapat menyesuaikan;
e. Pengendalian waktu (jadual pekerjaan)
Jadual pekerjaan tersebut dijabarkan ke dalam target harian, kemudian diperiksa terhadap
pencapaian target hariannya. Apabila target harian tidak terpenuhi maka selisih volume
harus diprogramkan untuk hari berikutnya. Untuk kondisi ideal dan desain tipikal,
pembuatan ABSAH dan PAH memerlukan 45 (empat puluh lima) hari. Pada lokasi-lokasi
khusus, baik keterjangkauan dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, waktu pelaksanaan
dapat menyesuaikan;
f. Pengendalian dana dan/atau biaya
Pada lokasi-lokasi khusus, baik keterjangkauan dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, dana
yang diperlukan untuk pembuatan ABSAH dan PAH dapat menyesuaikan;

21
g. Pengawasan dan evaluasi
Pengawasan pekerjaan dilakukan oleh PPK melalui tim pengawas. Hasil pengawasan dan
evaluasi berupa masukan dan rekomendasi yang disampaikan kepada ketua kelompok
masyarakat/komunitas; dan
h. Pelaporan dan dokumentasi

III. Tahap Paska Kegiatan


Tahap paska kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH terdiri atas :
1. Penyerahan Hasil Pekerjaan
Penyerahan hasil pekerjaan dilakukan oleh PPK bersama dengan kelompok
masyarakat/komunitas kepada pemerintah desa. Bentuk serah terima berupa serah kelola.
2. Operasi dan Pemeliharaan
Operasi dan pemeliharaan wajib dilaksanakan oleh kelompok masyarakat/komunitas.
3. Peningkatan
Peningkatan ABSAH dan PAH yang telah dibangun berdasarkan atas evaluasi kinerja
bangunan, dapat dilakukan oleh pemerintah desa maupun oleh kelompok
masyarakat/komunitas. Pemerintah desa wajib mengembangkan ABSAH dan PAH di lokasi
lain menggunakan dana yang ada di desa.
4. Komitmen Pembuatan ABSAH dan PAH di tempat lain
Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil wajib membangun dan mendorong pembuatan
ABSAH dan PAH di tempat lain dengan dana yang ada di desa. Pembangunan ini bertujuan
untuk mewujudkan kemandirian air dimulai dari lingkup komunal, berkembang ke level desa,
naik ke level kabupaten dan menjadi kegiatan andalan pemerintah dalam memenuhi kedaulatan
air.

22
BAB III
ORGANISASI DAN JENIS KEGIATAN PEMBUATAN ABSAH DAN PAH

I. Struktur Organisasi
Gambar 11. Struktur Organisasi Pembuatan ABSAH dan PAH
Menteri PUPR

Direktur Jenderal Sumber Daya


Air

Kepala Pusat Air Tanah dan Air


Baku

Dinas Provinsi BBWS/BWS

Dinas Kab./Kota Satker

Pemerintah Desa Pejabat Pembuat Komitmen

Kelompok
Masyarakat
Masyarakat/Komunitas
Keterangan :
Tugas/Perintah
Koordinasi

II. Jenis Kegiatan Pembuatan ABSAH dan PAH


Jenis kegiatan dalam pembuatan ABSAH dan PAH terdiri atas :
1. Penyiapan lahan, penangkap air;
2. Pembuatan ABSAH dan PAH.

23
III. Kegiatan Yang Dikecualikan Dalam Pembuatan ABSAH dan PAH
Penggunaan dana dalam pembuatan ABSAH dan PAH dikecualikan untuk :
1. Pembelian lahan;
2. Pembelian kendaraan;
3. Pembelian peralatan elektronika;
4. Pembelian mesin pompa; dan
5. Kegiatan lain yang tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran pembuatan ABSAH dan PAH.

24
BAB IV
PEMBIAYAAN

I. Sumber Dana
Pembiayaan pembuatan ABSAH dan PAH bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
tahun anggaran berjalan dalam :
1. DIPA Satuan Kerja Pusat Air Tanah dan Air Baku; dan
2. DIPA Satuan Kerja yang diberi penugasan untuk melaksanakan pembuatan ABSAH dan PAH
di tingkat BBWS/BWS.
II. Penerima ABSAH dan PAH
Pembuatan ABSAH dan PAH diberikan kepada kelompok masyarakat/komunitas yang memenuhi
syarat, yang ditetapkan oleh PPK serta disahkan oleh Kasatker. Penerima ABSAH dan PAH
diberikan dengan syarat dan urutan prioritas :
1. Kelompok masyarakat/komunitas yang telah berbadan hukum;
2. Kelompok masyarakat/komunitas yang telah disahkan dengan Akta Notaris; atau
3. Kelompok masyarakat/komunitas yang telah disahkan dengan Keputusan Kepala Desa.
III. Alokasi Anggaran
Dana Pembuatan ABSAH dan PAH dialokasikan untuk biaya alat, bahan, material, sewa dan upah
pekerja. Biaya yang diperlukan untuk pembuatan ABSAH dan PAH berbeda-beda sesuai dengan
desain tipikal yang ada. Namun untuk lokasi-lokasi lain dengan tingkat keterjangkauan, tingkat
kesulitan, dan kondisi spesifik lainnya, besaran biaya dapat menyesuaikan. Secara umum dalam
kondisi tipikal dan ideal rencana anggaran biaya adalah sebagai berikut :
No Uraian Rencana Alokasi Biaya
1 Tipe 1 Rp. 162.500.000,00
2 Tipe 2 Rp. 171.900.000,00
3 Tipe 3 Rp. 167.400.000,00
4 Tipe 4 Rp. 176.500.000,00
5 Tipe 5 Rp. 165.300.000,00
6 Tipe 6 Rp. 175.200.000,00
7 Tipe 7 Rp. 170.500.000,00
8 Tipe 8 Rp. 180.000.000,00

25
Dana tersebut dipergunakan untuk pembuatan ABSAH dan pembuatan PAH namun belum
termasuk pengadaan peralatan elektrolisa. Jumlah dana tersebut sudah termasuk biaya yang
dikeluarkan oleh kelompok masyarakat/komunitas untuk persiapan, koordiansi, perencanaan, rapat
pelaksanaan, pelaporan dan dokumentasi paling banyak sebesar 5 % (lima per seratus). Biaya yang
dikeluarkan oleh kelompok masyarakat/komunitas untuk kegiatan persiapan antara lain termasuk
biaya pembuatan akta notaris.
Dana pembuatan ABSAH dan PAH dipergunakan untuk penyediaan alat, bahan, material dan upah
tenaga kerja. Untuk pembuatan ABSAH dan PAH yang memerlukan ukuran khusus dan tingkat
kesulitan lebih tinggi, dana yang dialokasikan dapat disesuaikan.
IV. Proses Penyaluran atau Pencairan Dana
1. Penyaluran dana pembuatan ABSAH dan PAH
Penyaluran dana pembuatan ABSAH dan PAH berupa uang yang secara langsung disalurkan
dari rekening Kas Negara ke rekening kelompok masyarakat/komunitas melalui mekanisme
LS.
2. Proses pencairan dana
Proses pencairan dana pembuatan ABSAH dan PAH menggunakan peraturan pengadaan
barang dan jasa dengan swakelola tipe III yang dilakukan sebagai berikut :
a. Dalam rangka pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH, ketua bersama pengurus
kelompok masyarakat/komunitas diwajibkan untuk membuka rekening di bank umum
pemerintah terdekat. Rekening tersebut dibuat atas nama kelompok masyarakat/komunitas
dengan ditandatangani bersama oleh ketua dan pengurus dengan 2 (dua) identitas diri dan
nama yang berbeda. Bank umum pemerintah tersebut bukan merupakan bank perkreditan
rakyat dan sejenisnya;
b. Rekening kelompok masyarakat/komunitas dipergunakan untuk menerima pembiayaan
atas upah tenaga kerja yang telah dilakukan;
c. Perhitungan upah tenaga kerja berdasarkan hasil kerja dan hari kerja yang dilakukan oleh
tenaga kerja dalam kelompok masyarakat/komunitas. Pembayaran upah tenaga kerja
dilakukan untuk per minggu selama pelaksanaan kegiatan berdasarkan progres yang telah
dicapai.
d. Pembiayaan untuk pengadaan alat, bahan dan material dilakukan oleh PPK melalui
mekanisme LS. Penyediaan alat dilakukan dengan proses pengadaan maupun penyewaan
alat.

26
BAB V
PENGADUAN MASYARAKAT

Pengaduan oleh masyarakat dapat dilakukan secara individu maupun melalui organisasi masyarakat
yang ada di wilayah setempat. Pengaduan dapat disampaikan baik secara lisan maupun tertulis kepada
BBWS/BWS terkait. Penanganan pengaduan dilaksanakan oleh BBWS/BWS. Dalam penanganan
pengaduan BBWS/BWS dapat berkoordinasi dengan Dinas dan Instansi yang terkait dengan
pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Penanganan pengaduan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Rahasia
Identitas pelapor harus dirahasiakan kecuali yang bersangkutan menghendaki sebaliknya. Hal ini
dimaksudkan untuk melindungi hak pelapor agar merasa aman, nyaman dan tenteram berkaitan
dengan masalah yang dilaporkannya.
2. Transparan
Penanganan masalah harus mengacu pada asas “Dari, Oleh, Untuk Masyarakat” (DOUM), artinya
harus diberitahu dan dilibatkan dalam proses penanganan pengaduan atau masalah. Kemajuan
penanganan masalah harus disampaikan kepada seluruh masyarakat baik melalui forum
musyawarah maupun melalui papan informasi dan media lain yang memungkinkan sesuai kondisi
setempat. Masyarakat dimotivasi untuk berperan aktif dan mengontrol proses penanganan
pengaduan atau masalah yang terjadi.
3. Proposional
Penanganan pengaduan harus sesuai dengan cakupan kasus atau masalah yang terjadi. Jika
kasusnya berkaitan dengan penyimpangan prinsip dan prosedur, maka fokus penanganannya
harus mengenai prinsip dan prosedur tersebut. Jika permasalahannya berkaitan dengan
penyimpangan dana, maka masalah atau kasus yang ditangani harus mengenai penyimpangan
prinsip dan prosedur maupun penyimpangan dana.
4. Akuntabilitas
Proses kegiatan pengelolaan pengaduan dan masalah serta tindak lanjutnya harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

27
5. Obyektif
Penanganan pengaduan ditangani secara objektif, yang artinya pengaduan-pengaduan yang
muncul harus selalu diuji kebenarannya melalui mekanisme uji silang, sehingga tindakan yang
dilakukan sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan bukan berdasarkan
pemihakan kepada salah satu pihak, melainkan pemihakan pada prosedur yang semestinya.

28
BAB VI
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

I. Pemantauan
Pemantauan pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH dilaksanakan bersama oleh seluruh
kelompok masyarakat/komunitas dan kepala desa yang bersangkutan.

II. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari kelompok masyarakat/komunitas, PPK,
Kasatker, Kepala BBWS/BWS, Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku sampai Direktur Jenderal
Sumber Daya Air. Ketentuan pelaporan Pembuatan ABSAH dan PAH sebagai berikut:
1. Pelaporan oleh Kelompok masyarakat/komunitas
Laporan oleh kelompok masyarakat/komunitas yang terdiri atas :
a. Absensi harian tenaga kerja;
b. Laporan keuangan/buku kas.
2. Pelaporan oleh PPK
Laporan oleh PPK yang terdiri atas :
a. Catatan harian, meliputi catatan harian penggunaan bahan dan catatan harian kondisi cuaca;
b. Laporan 2 (dua) mingguan dan laporan bulanan, berupa laporan kemajuan fisik dan
keuangan;
c. Laporan keuangan/buku kas, dengan dilampirkan Salinan bukti pembelian (nota)/kuitansi;
d. Dokumentasi pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH, berupa foto dokumentasi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sekurang-kurangnya pada saat pekerjaan fisik lapangan
mencapai 0%, 50% dan 100% dan sampel video sebelum pelaksanaan, pada saat
dilaksanakan kegiatan dan pada saat selesai pelaksanaan kegiatan; dan
e. Pencatatan hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk output, outcome dan penyerapan tenaga
kerja.
3. Pelaporan oleh kasatker
Kasatker menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH
berdasarkan laopran dari PPK kepada kepala BBWS/BWS. Laporan kasatker berisikan progres
fisik, progres keuangan dan permasalahan, dilengkapi dengan foto dokumentasi pelaksanaan
kegiatan pembuatan ABSAH dan PAH, serta laporan yang bersifat khusus (bila ada) yang telah

29
dibuat oleh PPK. Kasatker membuat laporan akhir pelaksanaan, yang berisi seluruh proses
penyelenggaraan pelaksanaan pembuatan ABSAH dan PAH, termasuk output, outcome dan
penyerapan tenaga kerja.

DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR

( …………………………)

30
31
32
KOP DESA

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIK :
Jabatan:
Alamat :
Dalam rangka meningkatkan upaya kesejahteraan masyarakat desa dilaksanakan kegiatan
infrastruktur Padat Karya Beredukasi oleh masyarakat. Serta untuk mewujudkan kemandirian air di
desa dan manfaatnya dapat terasa langsung untuk masyarakat. Dengan ini saya selaku kepala
desa………. mewakili desa……… bersedia :
1. Menyediakan lahan untuk kegiatan infrastruktur;
2. Mengelola ABSAH (Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan) dan PAH (Penampungan Air Hujan);
3. Mengembangkan ABSAH dan PAH di lokasi lain dengan dana yang ada di desa (secara
mandiri).
Demikian surat pernyataan dibuat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Mengetahui,
Badan Permusyawaratan Desa
Ketua Tempat,Tanggal Bulan Tahun
Kepala Desa

( Nama )
( Nama )

33

Anda mungkin juga menyukai