PEDOMAN
Peningkatan Kinerja Operasional dan Keamanan Waduk
melalui
Partisipasi Masyarakat
(DOISP II-CP)
BAB 1 PENDAHULUAN
DOISP II-CP merupakan pengembangan dari upaya-upaya yang pernah dilakukan berkaitan
dengan peningkatan partisipasi masyarakat yang tinggal di sekitar waduk dan daerah tangkapan
air dalam rangka turut memelihara kinerja operasional dan keamanan waduk. Melalui DOISP II-
CP, orientasi partisipasi masyarakat yang sebelumnya lebih ditekankan pada sisi partisipasi
masyarakat dalam tahap pembangunan waduk dan pemeliharaan daerah tangkapan air,
dikembangkan dengan memberi penekanan seimbang terhadap sisi partisipasi masyarakat dalam
turut memanfaatkan hasil pembangunan waduk dan pemeliharaan daerah tangkapan air. Dalam
DOISP II-CP, peningkatan akses masyarakat terhadap peluang-peluang yang ada dilingkungan
waduk dan daerah tangkapan air menjadi prasyarat bagi terwujudnya partisipasi masyarakat
dalam turut memelihara dan menjaga waduk serta daerah tangkapan air.
Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam DOISP II-CP juga harus menjadi bagian dari
upaya pencapaian tujuan pembangunan sosial (social development), yaitu: pembangunan yang
adil dan berkelanjutan, yang akan dicapai melalui tiga capaian strategis (strategic outcomes)
yang meliputi:
1) inklusi sosial,
2) pemberdayaan masyarakat, dan
3) perlindungan terhadap aset masyarakat.
Oleh karenanya, sebagian besar indikator keberhasilan dari DOISP II-CP akan ditentukan oleh
konsistensi dalam pelaksanaan prinsip partisipasi masyarakat yang berimbang dan konsistensi
terhadap pencapaian strategis pembangunan sosial.
Melalui studi yang telah dilakukan sebelumnya, dikenali beberapa sumber penyebab terjadinya
penurunan kinerja operasional dan keamanan waduk, yaitu:
1) kondisi fisik waduk yang memburuk akibat keterbatasan anggaran pemeliharaan;
2) kurang memadainya kapasitas organisasi dan SDM yang bertugas mengelola waduk;
3) kurang-pedulinya masyarakat yang tinggal di sekitar waduk untuk turut menjaga dan
memelihara waduk; dan
4) tingginya tingkat sedimentasi akibat kurang efektifnya pengelolaan daerah tangkapan air.
1
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Untuk mengatasi keempat sumber persoalan di atas, Proyek Peningkatan Kinerja Operasional
dan Keamanan Waduk (DOISP II) akan melakukan intervensi dalam bentuk:
1) upaya perbaikan fisik waduk dan daerah tangkapan air;
2) upaya pengembangan kapasitas instansi pengelola waduk dan daerah tangkapan air; serta
3) upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan daerah
tangkapan air.
Pedoman ini berkaitan dengan Peningkatan Kinerja Operasional dan Keamanan Waduk melalui
Partisipasi Masyarakat (DOISP II-CP) yang merupakan bagian dari Proyek Peningkatan Kinerja
Operasional dan Keamanan Waduk (DOISP II).
1.2.1 Visi
Visi yang ingin diwujudkan oleh DOISP II-CP adalah terwujudnya masyarakat yang memiliki
kepedulian, keberdayaan serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan
binaan serta lingkungan alami disekitarnya, secara berkelanjutan.
1.2.2 Misi
Memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar waduk dan di daerah tangkapan air untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan binaan dan lingkungan alami di sekitar waduk serta
daerah tangkapan air sebagai upaya menjaga keamanan dan memelihara kondisi serta
keberlanjutan fungsi waduk serta lingkungannya
1.2.3 Prinsip
Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan Daerah Tangkapan Air
akan dilaksanakan dengan berlandaskan pada prinsip berikut:
Berlandaskan prinsip berimbang ini, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan
daerah tangkapan air diharapkan akan terjadi secara sukarela (voluntary) serta
berkelanjutan.
2
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Hal ini hanya akan terjadi apabila masyarakat menyadari dan merasakan manfaat yang
akan diterima (perceived benefits) dari keikutsertaan dalam memelihara waduk dan Daerah
Tangkapan Air adalah lebih besar dari beban yang akan mereka tanggung (perceived
costs).
Oleh karenanya, upaya peningkatan partisipasi masyarakat harus diarahkan pada upaya
peningkatkan akses dan kemampuan masyarakat terkait dengan pemanfaatan hasil
pengelolaan waduk dan Daerah Tangkapan Air, agar masyarakat dapat lebih merasakan
manfaatnya (increasing perceived benefits) jika mereka turut memelihara dan menjaga
Waduk dan Daerah Tangkapan Air.
Di sisi lain, upaya peningkatan partisipasi masyarakat juga harus diarahkan pada upaya
untuk ‘mengurangi’ kendala dan hambatan yang dirasakan masyarakat (decreasing
perceived costs) jika mereka ingin turut memelihara dan menjaga waduk dan daerah
tangkapan air.
Upaya tersebut dapat berbentuk:
1) pelatihan ketrampilan terkait dengan pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan
Air;
2) penyediaan kondisi yang kondusif bagi masyarakat dalam turut berperan serta dalam
pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan Air (dapat berupa bantuan penyediaan
alat dan bahan, serta bantuan teknis).
WADUK MASYARAKAT
MEMBERIKAN AKSES KEPADA
PARTISIPASI DALAM PEMANFAATAN
MASYARAKAT TERHADAP BERBAGAI
BERBAGAI KESEMPATAN (PRODUKSI &
KESEMPATAN YANG DICIPTAKAN
KONSUMSI) AKIBAT ADANYA WADUK
Peningkatan Kapasitas WADUK Pemberdayaan Masyarakat
Gambar 1.1
KERANGKA-KERJA PARTISIPASI
UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK
3
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Inklusi sosial; untuk meningkatkan akses individu dan kelompok ‘tanpa terkecuali’
terhadap pengelolaan maupun pemanfaatan pembangunan. Pada DOISP II-CP akan
dilakukan upaya dengan menghapus/mengurangi sekat kelembagaan yang ada di
masyarakat dan yang selama ini menghambat pelibatan seluruh lapisan/kelompok
masyarakat dalam pengambilan keputusan, terkait dengan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air, seperti: sekat jender, sekat status sosial,
sekat agama, sekat tingkat pendidikan, dan lainnya.
Sejalan dengan prinsip inklusi sosial ini, maka proses pengambilan keputusan masyarakat
untuk membentuk/tidak membentuk sebuah lembaga partisipasi masyarakat, proses
perumusan kriteria dan bentuk lembaga yang akan mereka bentuk, serta proses pemilihan
pimpinan yang akan menjalankan lembaga tersebut, haruslah dilakukan secara demokratis
dan dengan melibatkan seluruh individu dan kelompok tanpa terkecuali.
Hal ini perlu dilakukan melalui kegiatan pengembangan wawasan dan pengembangan
ketrampilan masyarakat dalam bergorganisasi serta pengelolaan usaha. Tanpa disertai
upaya pemberdayaan, inklusi sosial tidak akan terwujud dan sebaliknya tanpa inklusi
sosial, pemberdayaan masyarakat tidak memiliki saluran untuk penerapannya.
4
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
1.2.4 Nilai
Kejujuran.
Proses pengambilan keputusan, pengelolaan dana dan kegiatan, serta evaluasi dan
pemanfaatan hasil-hasil DOISP II-CP harus dilakukan dengan jujur (tanpa rekayasa dan
manipulasi). Nilai kejujuran ini harus diterapkan oleh semua pihak yang terlibat dalam
DOISP II-CP (proyek, pemerintah propinsi, pemerintah kota/kabupaten dan masyarakat).
Kesetaraan.
DOISP II-CP dilakukan dengan tidak membeda-bedakan asal-usul para pelaku, agama,
status, jenis kelamin dan lainnya. Semua pihak harus diberi kesempatan yang sama untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil pembangunan.
Kepedulian.
Partisipasi masyarakat dalam DOISP II-CP terjadi tanpa paksaan dari pihak luar, namun
harus terjadi dengan dilandasi pada adanya kesadaran dan kepedulian yang muncul dari
dalam setiap individu tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan tempat hidup
mereka.
Kerelawanan.
Berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan tempat hidup tidak dilihat sebagai
beban bagi warga masyarakat, namun harus ditumbuhkan sebagai kebutuhan bagi setiap
individu.
Dengan berlandaskan nilai kerelawanan ini, maka dana kemasyarakatan yang disediakan
DOISP II-CP harus disikapi sebagai bantuan sumberdaya yang diperlukan oleh masyarakat
untuk mulai mewujudkan kepedulian mereka untuk turut memelihara dan mengawasi
Waduk serta Daerah Tangapan Air.
Dengan demikan, dana kemasyarakatan tersebut bukan merupakan imbalan atas peran-serta
masyarakat dalam DOISP II-CP, melainkan sumberdaya untuk mewujudkan kepedulian
masyarakat ke dalam aksi-aksi nyata.
Kebersamaan.
Partisipasi masyarakat dalam DOISP II-CP dikembangkan sebagai sebuah gerakan
bersama yang melibatkan berbagai unsur masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha.
Kegiatan dalam DOISP II-CP tidak menjadi milik lembaga atau kelompok masyarakat
tertentu, namun merupakan kegiatan yang terbuka bagi setiap individu dan kelompok yang
ada. Dengan demikian, proses membangun kembali kebersamaan di antara pelaku
pembangunan ‘dalam rangka memelihara lingkungan’ menjadi salah satu fokus penting
dalam DOISP II-CP.
5
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
1.3 TUJUAN
Tujuan umum dari Peningkatan Kinerja Operasional dan Keamanan Waduk melalui Partisipasi
Masyarakat (DOISP II-CP) adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian, dan kemampuan
masyarakat untuk secara bersama-sama mencegah terjadinya hal-hal yang berpotensi/
menyebabkan penurunan kinerja operasional dan keamanan waduk.
Tujuan khusus dari cp-RM adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian dan kemampuan
masyarakat untuk bersama-sama dengan aparat instansi teknis mengelola dan menjaga
lingkungan sekitar waduk.
Sedangan tujuan khusus dari cp-WM adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian dan
kemampuan masyarakat untuk bersama-sama aparat instansi teknis mengelola dan menjaga
kelestarian Daerah Tangkapan Air.
1.4 SASARAN
1.4.1 Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran cp-RM adalah seluruh warga masyarakat yang tempat
tinggalnya berjarak kurang dari 500 m dari batas luar jalur hijau waduk.
Sedangkan masyarakat yang menjadi sasaran cp-WM adalah seluruh warga masyarakat yang
tinggal di satu atau lebih sub-daerah tangkapan air sebuah waduk dan merupakan sumber
sedimentasi waduk yang paling dominan.
Selanjutnya dari daftar lokasi sasaran, ditetapkan prioritasisasi lokasi sasaran yang akan
ditangani terlebih dahulu, dengan menggunakan kriteria:
2) Kapan rencana rehabilitasi fisik waduk akan dilaksanakan; waduk dalam daftar lokasi
sasaran yang akan lebih dahulu mendapat rehabilitasi fisik dibandingkan lainnya, akan
didahulukan untuk mendapatkan cp-RM.
3) Tingkat kerusakan yang dialami waduk; waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin 2
diatas yang mengalami kerusakan paling berat akan didahulukan untuk mendapatkan cp-
RM
6
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
4) Nilai strategis dan fungsi waduk; waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin 3 yang
memiliki nilai paling strategis dan memiliki lebih banyak fungsi akan didahulukan untuk
mendapatkan cp-RM.
Sedangkan lokasi sasaran dari cp-WM dipilih dari waduk yang menjadi sasaran cp-RM dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut:
1) Tingkat keberadaan permukiman di Sub-Daerah Tangkapan Air sungai utama, dan
dengan kepadatan penduduknya telah melebihi 0,5 KK/Ha layak menjadi lokasi sasaran
cp-WM.
Selanjutnya dari daftar lokasi sasaran, ditetapkan prioritasisasi lokasi sasaran yang akan
ditangani terlebih dahulu, dengan menggunakan kriteria:
2) Kapan cp-RM akan dilaksanakan pada waduk tersebut. Waduk dalam daftar lokasi
sasaran yang akan lebih dahulu mendapat cp-RM dibandingkan lainnya, akan
didahulukan untuk mendapatkan cp-WM.
3) Tingkat sedimentasi yang dialami waduk. Waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin
2 yang mengalami sedimentasi paling tinggi akan didahulukan untuk mendapatkan cp-
WM.
4) Nilai strategis dan fungsi waduk. Waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin 3 yang
memiliki nilai paling strategis dan memiliki lebih banyak fungsi akan didahulukan untuk
mendapatkan cp-WM.
Pada Gambar 1.1 dibawah ini disajikan mekanisme penentuan waduk yang menjadi lokasi
sasaran DOISP II-CP. Dengan mengikuti prosedur seperti pada diagram tersebut, maka akan
dihasilkan dua daftar lokasi sasaran DOISP II-CP, yaitu:
i. Daftar waduk yang mendapat intervensi cp-RM tanpa disertai cp-WM; dan
ii. Daftar waduk yang mendapat intervensi cp-RM dengan disertai cp-WM.
7
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Daftar waduk yg
membutuhkan intervensi
cp-RM Tingkat kerusakan
yang dialami waduk
ya
Kapan cp-RM akan
dilaksanakan
Ketersediaan dana
Daftar waduk yang mendapat
DOISP-CP untuk
cp-WM
intervensi cp-RM disertai cp-WM
1.5.1 Strategi
Strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
Waduk dan Daerah Tangkapan Air adalah: ‘Memberdayakan masyarakat di lingungan Waduk
dan Daerah Tangkapan Air agar mampu bersinergi dengan instansi teknis pemerintah dalam hal
pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan Air’, dengan cara:
1) Membangun kapasitas masyarakat agar secara bersama-sama mampu membentuk serta
membangun kelembagaan kemitraan (masyarakat dan instansi pemerintah). Kelembagaan
ini selanjutnya akan menjadi wadah partisipasi masyarakat dalam rangka pengelolaan
Waduk dan Daerah Tangkapan Air. Berlandaskan survei/pemetaan yang dilakukan secara
swadaya oleh masyarakat, kelembagaan kemitraan yang terbentuk akan menyusun
program partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air.
8
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
1.5.2 Pendekatan
a) Pendekatan TRIDAYA:
Inti dari pendekatan Tridaya adalah pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu
membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia, yaitu:
1) Membangkitkan daya sosial agar tercipta masyarakat efektif;
2) Membangkitkan daya pembangunan agar tercipta lingkungan yang lestari;
3) Membangkitkan daya ekonomi agar tercipta masyarakat yang produktif.
Dengan menggunakan pendekatan TRIDAYA ini, maka keberhasilan DOISP II-CP akan
sangat ditentukan oleh individu pelaksana, pemanfaat, serta pelaku DOISP II-CP lainnya.
Pemberdayaan individu tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran kritis dan
perubahan perilaku yang positif serta mandiri, berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
binaan dan lingkungan alami secara berkelanjutan.
Selanjutnya, perubahan individu ini akan menjadi dasar bagi perubahan kolektif yang
pada akhirnya akan membangkitkan keberdayaan sosial, keberdayaan ekonomi, serta
keberdayaan pembangunan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
membangkitkan
DAYA SOSIAL
agar tercipta masyarakat
efektif
MANUSIA
YANG
BERDAYA
membangkitkan
membangkitkan
DAYA
DAYA EKONOMI
PEMBANGUNAN agar tercipta masyarakat
agar tercipta lingkungan yang produktif
yang lestari
9
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Dalam DOISP II-CP pendekatan bertumpu pada kelompok terutama diwujudkan dalam
mekanisme pengambilan keputusan untuk menangani berbagai persoalan yang ada di masyarakat
dengan tetap berlandaskan pada kekuatan kelompok melalui rembug warga.
10
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Dam Operational Improvement & Safety Project (DOISP II) adalah sebuah proyek yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional dan Keamanan
Bendungan.
Salah satu dari beberapa isu penting yang dianggap mengancam kinerja operasional dan
keamanan waduk adalah rendahnya kepedulian masyarakat yang bermukim di sekitar waduk
untuk turut memelihara, mengawasi, dan menjaga waduk.
Hampir semua waduk di Indonesia berada dekat dengan kawasan budidaya yang dikelola oleh
masyarakat umum. Sebagian besar tepian waduk tersebut berhimpitan dengan lahan pertanian
warga, dan tidak sedikit pula lahan waduk yang berbatasan langsung dengan area perumahan
maupun area komersial milik warga.
Permukiman tumbuh pesat di sekitar waduk karena keunggulan yang dimiliki lokasi permukiman
di sekitar waduk, yaitu makin dekat dengan waduk maka makin terjamin ketersedian akan air
(untuk tujuan produktif maupun konsumtif).
Dan merupakan gejala yang umum terjadi pada sebagian besar waduk di Indonesia, dimana
masyarakat tidak hanya mempunyai kegiatan di sekitar area waduk, namun juga didalam area
waduk.
Masyarakat sekitar waduk pada umumnya memanfaatkan daerah tepian, bangunan dam, maupun
perairan waduk sebagai tempat melakukan kegiatan rekreatif (misal: memancing, berperahu, atau
sekedar menikmati pemandangan); yang kemudian biasanya akan diikuti oleh tumbuhnya
berbagai kegiatan penunjang (misalnya: penjualan makanan atau cendera mata).
Pada beberapa waduk, masyarakat sekitar bahkan telah cukup lama memanfaatkan perairan
waduk untuk berbagai kegiatan produktif, misalnya mengembangkan usaha budidaya ikan air
tawar.
Selain itu, lahan di dalam area waduk yang mengering selama musim kemarau juga
dimanfaatkan masyarakat untuk lahan pertanian, penggembalaan ternak, atau sumber bahan
galian (pasir).
Pola interaksi antara masyarakat dengan waduk yang muncul akibat kedekatan lokasi ini, sangat
beragam. Pada beberapa kasus, kegiatan masyarakat di dalam area waduk dapat memberikan
dampak positif terhadap operasional waduk (misal: penggalian pasir); sebagian lainnya bersifat
tidak menguntungkan namun juga tidak mengganggu (misal: pertanian di timbulan tanah);
namun sebagian lainnya berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap operasional waduk.
Pada sebagian besar kasus dimana aktivitas masyarakat di dalam area waduk merugikan
operasional waduk, seringkali ditemui akibat kurangnya pemahaman masyarakat akan jenis
kegiatan apa saja, serta intensitas dan metode seperti apa yang dapat dilakukan masyarakat di
11
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
area/bagian waduk tertentu (misal: dam, tepian, perairan, dan timbulan tanah) tanpa
menimbulkan dampak terhadap operasional dan kemanan waduk.
Hal ini mengindikasikan akan kurangnya komunikasi di antara pengelola waduk dengan
masyarakat sekitar, yang mengakibatkan hingga saat ini tidak pernah terbangun kesepakatan
tentang pola interaksi yang sebaiknya di antara waduk dan masyarakat.
Tidak adanya acuan tentang pola interaksi yang disepakati antara waduk dan masyarakat
sekitarnya ini juga berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam turut memelihara,
mengawasi dan menjaga pengoperasian dan pemanfaatan waduk. Rasa turut memiliki waduk di
masyarakat sekitar waduk sangat rendah.
Hal ini telah mengakibatkan tingginya angka kejadian vandalisme (perusakan), pencurian
kelengkapan dam, dan pemanfaatan tidak semestinya dari bagian waduk/dam yang tidak hanya
akan menurunkan kinerja operasional waduk, tetapi juga dapat membahayakan waduk dan
masyarakat luas.
2.1 KOMPONEN
a) Uraian
Cp-RM menyediakan dukungan bagi kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
masyarakat sekitar waduk agar mampu bekerjasama lebih efektif dengan instansi
pengelola waduk dalam hal pengelolaan waduk.
12
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Pada Gambar L3.4 di bawah ini ditampilkan diagram alir kegiatan komponen
pengembangan masyarakat.
Kegiatan 101 hingga 105 merupakan kegiatan utama dari komponen pengembangan
masyarakat.
102
PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT &
PEMBENTUKAN FORUM SIKLUS LIMA TAHUNAN
KOMUNITAS WADUK
101 103
REFLEKSI PEMETAAN SWADAYA
“ HIDUP BERDAMPINGAN “ INTERAKSI MASYARAKAT
DENGAN WADUK” DENGAN WADUK” SIKLUS TAHUNAN
104 106
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PARTISIPASI
STRATEGIS MASYARAKAT DALAM
PARTISIPASI MASYARAKAT PENGELOLAAN WADUK
DALAM PENGELOLAAN
WADUK
105
PENYUSUNAN
RENCANA AKSI TAHUNAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
Gambar 2-1 DALAM PENGELOLAAN
KEGIATAN PENINGKATAN PENGELOLAAN WADUK WADUK
MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT
Secara singkat, komponen pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima kegiatan utama
sebagai berikut:
13
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Hasil dari tahap ini adalah semacam ‘deklarasi’ yang dibuat sendiri oleh peserta
diskusi tentang bagaimana seharusnya mereka hidup berdampingan dengan waduk.
Kegiatan refleksi dalam kelompok-kelompok kecil ini diperkirakan akan
membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) bulan.
komunikasi yang sehat, inklusif, terbuka terhadap gagasan baru dan inovatif.
Diskusi yang pertama bertujuan untuk menggalang aspirasi warga tentang interaksi
warga dengan waduk yang ingin didiskusikan di tingkat Forum Komunitas Waduk,
serta pemilihan siapa warga yang disepakati akan menjadi utusan ke Forum
Komunitas Waduk.
Pada tingkat waduk, dibentuk Forum Komunitas Waduk (FKW) yang terdiri dari
para utusan Pokmas (setiap kelompok masyarakat diminta mengirimkan satu orang
utusan); Kepala Desa; para utusan lembaga komunitas setempat yang terkait; dan
aparat lembaga yang secara formal bertugas mengelola waduk (Dinas PSDA, BBWS
atau BWS).
Agenda diskusi pertama dari FKW ini adalah menyusun deklarasi tentang keinginan
dan komitmen bersama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan waduk.
14
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Deklarasi ini selanjutnya dituangkan dalam rencana kerja, di mana salah satunya
berupa rencana pelaksanaan Pemetaan Swadaya.
Kegiatan pengorganisasian masyarakat ini membutuhkan waktu sekitar 1 (satu)
bulan.
SURVAI, INVESTIGASI
Pemetaan potensi dan kendala yang ada di sisi waduk, dapat dilakukan dengan cara
warga mengadakan kunjungan ke bangunan dam/bendungan atau bagian waduk di
sekitar permukimannya untuk mendapatkan penjelasan tentang hal-hal teknis
berkaitan dengan bangunan dam dan waduk.
Pada kesempatan ini dijelaskan pula tentang tuntutan teknis yang harus dipenuhi
untuk pengoperasian dan pemeliharaan waduk, sehingga warga diharapkan dapat
lebih memahami isu operasional dan keamanan yang dihadapi waduk.
Hasil pemetaan swadaya ini kemudian didiskusikan bersama di tingkat Pokmas dan
di tingkat FKW.
Hasil diskusi yang berupa pemahaman tentang berbagai dampak yang ditimbulkan
pola interaksi yang saat ini ada, serta potensi dan kendala bagi pelaksanaan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk.
Kegiatan ini diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu 1 (satu) bulan.
Pada Gambar L3.5 berikut disajikan pembagian zona interaksi antara waduk dengan
masyarakat.
Zona interaksi A merupakan perairan waduk,
Zona B merupakan area tanah timbulan saat waduk mengering di musim
kemarau.
Zona C merupakan daerah jalur hijau waduk, sedangkan
Zona D adalah permukiman yang berdampingan dengan jalur hijau
waduk.
15
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Pokmas 2
C
Zona
interaksi
B
Pokmas 1 lowest water
level
D
Pokmas 6
Zona
Zona
DAM interaksi
Zona interaksi
interaksi B Zona
D
sungai
A interaksi
C
D
Pokmas 3
Gambar 2-2
KEBERADAAN MASYARAKAT
DI SEKITAR WADUK & ZONA INTERAKSINYA Pokmas 5
Pokmas 4
batas
GAMBAR L3.5 KEBERADAAN MASYARAKAT DISEKITAR WADUK & ZONA
INTERAKSINYA
Dari sekian banyak rencana kegiatan partisipasi yang ingin dilaksanakan dalam
periode 5 tahun mendatang, anggota FKW secara bersama-sama melalui proses yang
‘demokratis’ menyusun prioritas menurut tingkat urgensi masing-masing kegiatan.
Kemudian disepakati kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode satu tahun
mendatang.
Sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat berasal dari DOISP II,
swadaya masyarakat, APBN/ APBD, dan sebagainya.
Durasi kegiatan ini sekitar 0,5 (setengah) bulan.
16
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
b) Ketentuan Umum
Pengertian masyarakat sekitar waduk dalam cp-RM adalah seluruh warga yang tinggal
dalam jarak 500 m dari batas luar jalur hijau waduk ’baik yang kaya maupun miskin,
kaum minoritas, penduduk asli maupun pendatang', yang setelah melalui proses
pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi lingkungan sekitar waduk serta
persoalan masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk, dan sepakat
untuk mengorganisasikan diri agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengelolaan waduk.
Warga yang sadar akan persoalan kinerja dan keselamatan waduk serta potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan waduk tersebut harus mampu
membentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas), dengan rumusan sebagai berikut:
Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam cp-RM adalah kelompok warga yang dibentuk
dengan berbasiskan pada kesamaan lokasi bermukim di sekitar waduk.
Kelompok ini diprakarsai dan dikelola secara mandiri oleh warga, yang dibangun dengan
tujuan untuk memperjuangkan kepentingan bersama, serta memecahkan persoalan
bersama terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan sekitar waduk.
Sifat Pokmas adalah inklusif, mengakar, demokratis, dengan tetap mempertahankan sifat
independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, keluarga, agama
dan usaha
Untuk memimpin Pokmas ini, perlu dipilih seorang Ketua Pokmas yang merupakan
pribadi yang dipercaya dan dianggap mampu mewakili aspirasi warga dalam rembug
FKW.
Selanjutnya, para Ketua Pokmas, perwakilan Dinas PSDA dan perwakilan BBWS/BWS
yang secara teknis bertugas mengelola waduk, perwakilan Pemerintahan Desa terkait,
serta perwakilan lembaga komunitas setempat (PKK, pesantren, dan lainnya) bersama-
sama membentuk sebuah Forum Komunitas Waduk (FKW).
FKW merupakan sebuah wadah komunikasi antara seluruh Pokmas yang ada dan
kelembagaan komunitas lainnya di sekitar waduk dengan instansi teknis pengelola waduk
untuk menyepakati program-program partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan
pengelolaan waduk.
17
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Kelompok
Masyarakat Kelompok
1 Masyarakat
Aparat BBWS/BWS 2
utusan
utusan
FORUM
KOMUNITAS WADUK
RENCANA Kelompok
PARTISIPASI Masyarakat
MASYARAKAT 3
Kepala Desa Dalam Pengelolaan
Waduk
utusan
Unsur Lembaga
Komunitas utusan
Kelompok
Kelompok Masyarakat
Masyarakat 4
….
Gambar 2.3
KERANGKA-KERJA KELEMBAGAAN
UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK
18
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
a) Uraian
Penyediaan dana kemasyarakatan diadakan dengan tujuan untuk mendukung upaya masyarakat
sekitar waduk, melakukan upaya pemanfaatan dan pengelolaan waduk, serta menjaga kelestarian
fungsi waduk.
Jenis-jenis kegiatan ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug Pokmas dan
FKW berdasarkan ketentuan CP-RM.
Sesuai dengan jangka waktu DOISP II-CP yang tersisa maka dana tersebut dapat
digunakan dalam dua tahun kedepan.
b) Ketentuan Umum
19
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Pada tabel L3.1 dibawah ini terlihat distribusi alokasi dana maksimum yang dapat
dimanfaatkan pada setiap waduk
TABEL L3.1 DISTRIBUSI ALOKASI DANA KEMASYARAKATAN UNTUK KEGIATAN
PENGELOLAAN WADUK MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT
Ukuran Waduk
Kecil Sedang Besar
KATEGORI
Luas < 200 200 < luas < 700 Luas > 700
Ha Ha Ha
Jumlah Rendah KK < 200 Rp. 1 Milyar - -
Keluarga di Sedang 200 < KK < 500 Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar
Sekitar
Waduk Tinggi KK > 500 Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar
Dana kemasyarakatan dikelola secara swakelola oleh PIU/PPIU dan baru dapat
digunakan jika:
- FKW telah terbentuk
- Pokmas/FKW telah menyusun Rencana Kegiatan Masyarakat (kegiatan selama 5
tahun) dalam pengelolaan lingkungan waduk
- Pokmas/FKW telah menyusun Rencana Kegiatan tahunan ke-1
20
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Usulan kegiatan ini harus mengacu pada kegiatan-kegiatan yang boleh didanai
oleh Dana Kemasyarakatan.
Penentuan prioritas mengacu pada kegiatan yang boleh didanai oleh Dana
Kemasyarakatan
21
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Jika belum sesuai, FKW dibantu oleh Tenaga Fasilitator dan Koordinator
Fasilitator memperbaiki usulan kegiatan tersebut agar memenuhi syarat untuk
diajukan ke PIU.
3) Penggunaan dana kemasyarakatan
Apa yang tidak boleh dibiayai dengan dana kemasyarakatan
o Pembiayaan kegiatan yang berkiatan dengan politik (misal: kampanye);
o Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga simpanan;
o Pembebasan lahan dan penampungan;
o Pembangunan rumah ibadah;
o Pembelian atau usaha narkoba;
o Pembiayaan kegiatan yang berkiatan dengan politik (misal: kampanye);
o Kegiatan militer atau semi militer (misal: pembelian senjata api);
o Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga simpanan;
o Pembebasan lahan dan penampungan;
o Pembangunan rumah ibadah;
o Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor FKW;
o Produk-produk yang merugikan lingkungan;
o Usaha perjudian dan usaha yang bertentangan dengan susila serta moral dan
nilai-nilai agama;
o Kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan
kelestarian budaya lokal;
Kegiatan yang boleh menggunakan dana kemasyarakatan
1) Pengelolaan Waduk secara Partisipatif
a) Peningkatan pengetahuan, motivasi, dan kemampuan masyarakat
sekitar waduk untuk ikut serta menjaga kelangsungan fungsi waduk,
misalnya dalam bentuk:
- Sosialisasi dan publikasi tentang partisipasi masyarakat dalam
pemeliharaan dan pengawasan waduk.
- Penghargaan bagi warga yang berpartisipasi dalam pemeliharaan
waduk.
- Pengadaan perlengkapan untuk memelihara dan mengawasi waduk.
b) Kegiatan penataan kembali pemanfaatan wilayah sekitar waduk oleh
masyarakat, misalnya dalam bentuk:
- Relokasi fasilitas umum yang adadi sekitar waduk.
- Relokasi fasilitas komersial yang ada di sekitar waduk.
c) Peningkatan prasarana dan sarana pemukiman sekitar waduk:
o Peningkatan kualitas jalan lingkungan
o Peningkatan sarana transportasi
o Pengadaan hidran umum
o Pembangunan MCK
22
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan waduk dalam rangka
menjaga keamanan dan memelihara kondisi dan keberlanjutan fungsi waduk, masyarakat perlu
diberi dukungan baik berupa tenaga dan dana.
Masyarakat akan difasilitasi oleh Fasilitator dan Kader Masyarakat.
Tenaga Fasilitator secara intensif memfasilitasi Pokmas, FKW dan masyarakat secara umum
dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan waduk.
Dengan demikian, dukungan pelaksanaan cp-RM mencakup di dalamnya hal-hal yang berkenaan
dengan:
23
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Para Tenaga Fasilitator ini akan dikontrak dan bertanggung jawab langsung kepada
PIU. Jumlah Tenaga Fasilitator bervariasi, tergantung dengan ukuran waduk serta
jumlah KK yang berada dan menjadi sasaran program.
Ukuran Waduk
Kecil Sedang Besar
KATEGORI
Luas < 200 200 < luas < 700 Luas > 700
Ha Ha Ha
Jumlah Rendah KK < 200 1 Fasilitator - -
Keluarga Sedang 200 < KK < 500 1 Fasilitator 2 Fasilitator 3 Fasilitator
di Sekitar
Waduk Tinggi KK > 500 2 Fasilitator 3 Fasilitator 3 Fasilitator
Sosialisasi dan koordinasi di tingkat nasional, propinsi, dan waduk, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.
24
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
25
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Dam Operational Improvement & Safety Project (DOISP II) adalah sebuah proyek yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional. Salah satu dari
persoalan yang mengancam kinerja operasional dan keamanan waduk adalah tingginya tingkat
sedimentasi waduk yang berasal dari aliran sungai di bagian hulu. Hal ini terutama disebabkan
karena adanya penebangan vegetasi yang tak terkendali di daerah perbukitan/pegunungan, dan
pengolahan lahan pertanian yang kurang tepat di daerah hulu. Selain itu pembangunan di daerah
tepian sungai yang tidak memenuhi syarat juga telah menyebabkan meningkatnya kandungan
sedimen dalam air sungai yang mengalir ke waduk.
3.1 KOMPONEN
a) Uraian
Cp-WM menyediakan dukungan bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan masyarakat daerah tangkapan air agar mampu bekerjasama lebih efektif
dengan aparat instansi teknis dalam hal pengelolaan daerah tangkapan air.
26
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Pada Gambar L3.7 di bawah ini ditampilkan diagram alir kegiatan komponen
pengembangan masyarakat.
Kegiatan 201 hingga 205 merupakan kegiatan-kegiatan utama dari komponen
pengembangan masyarakat di daerah tangkapan air.
202
PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT &
PEMBENTUKAN FORUM SIKLUS LIMA TAHUNAN
PELESTARIAN ALAM
203
PEMETAAN SWADAYA
201
“ PEMANFAATAN DAN
REFLEKSI
PELESTARIAN DAERAH
“ HIDUP DI ALAM” SIKLUS TAHUNAN
TANGKAPAN AIR OLEH
MASYARAKAT”
204 206
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PARTISIPASI
PEMETAAN SOSIAL &
STRATEGIS MASYARAKAT DALAM
PERENCANAAN FASILITASI
PARTISIPASI MASYARAKAT PENGELOLAAN DAERAH
DALAM PENGELOLAAN TANGKAPAN AIR
DAERAH TANGKAPAN AIR
205
PENYUSUNAN
RENCANA AKSI TAHUNAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
Gambar 3.1 DALAM PENGELOLAAN
ALIRAN KEGIATAN DAERAH TANGKAPAN AIR
PENINGKATAN PENGELOLAAN DAERAH TANGKAPAN AIR
MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT
Secara singkat, komponen pengembangan masyarakat ini terdiri dari lima kegiatan
utama yaitu sebagai berikut:
1) Penguatan-kembali Kesadaran Masyarakat tentang: “Hidup di Alam”
Kegiatan ini berupa diskusi reflektif yang dilakukan dalam kelompok-kelompok
diskusi kecil.
Pertama-tama peserta diarahkan untuk menginventarisasi dan merenungkan sikap
dan perilaku masing-masing peserta terkait dengan alam.
27
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Hasil dari tahap ini adalah semacam ‘deklarasi’ yang dibuat sendiri oleh peserta
diskusi tentang bagaimana seharusnya mereka hidup di alam. Kegiatan refleksi ini
diperkirakan akan membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) bulan.
Diskusi yang pertama bertujuan untuk menggalang aspirasi warga terkait dengan
interaksi warga dengan daerah tangkapan air yang ingin didiskusikan di tingkat
Forum Pelestarian Daerah Tangkapan Air, serta pemilihan siapa warga yang
disepakati akan menjadi utusan di Forum tersebut.
Pada setiap sub-daerah tangkapan air yang menjadi sasaran, dibentuk Forum
Pelestarian Daerah Tangkapan Air (FPDTA) yang terdiri atas: para utusan
Pokmas (setiap kelompok masyarakat diminta mengirimkan satu orang utusan);
Kepala Desa; para utusan lembaga komunitas setempat yang terkait; dan aparat
lembaga yang secara formal bertugas mengelola daerah tangkapan air (Dinas
PSDA, BBWS/BWS, dan BPSDA).
28
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Deklarasi ini selanjutnya dituangkan dalam rencana kerja, di mana salah satunya
berupa rencana pelaksanaan Pemetaan Swadaya.
Kegiatan ini membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) bulan.
zona
interaksi zona
interaksi
B B
Pokmas 1
zona
interaksi Pokmas 2
A zona
interaksi
A
RESERVOIR
sungai
Gambar 3.2
KEBERADAAN MASYARAKAT
DI DAERAH TANGKAPAN AIR & ZONA INTERAKSINYA
Berkaitan dengan pemetaan potensi dan batasan-batasan yang ada di sisi sub-
daerah tangkapan air, warga mendapatkan penjelasan dari penyuluh tentang hal-
hal teknis berkaitan dengan kelestarian alam.
29
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Pada kesempatan ini dijelaskan pula tentang tuntutan teknis yang harus dipenuhi
untuk pemeliharaan daerah tangkapan air.
Sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat berasal dari DOISP II,
swadaya masyarakat, APBN/ APBD, dan sebagainya.
Durasi kegiatan ini sekitar 0,5 (setengah) bulan.
b) Ketentuan Umum
30
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Kelompok ini diprakarsai dan dikelola secara mandiri oleh warga, yang dibangun
dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan bersama, serta memecahkan
persoalan bersama terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan daerah tangkapan
air.
Sifat Pokmas adalah inklusif, mengakar, demokratis, dengan tetap mempertahankan
sifat independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, keluarga,
agama dan usaha”
Untuk memimpin Pokmas ini, dipilih seorang Ketua yang merupakan pribadi yang
dipercaya dan dianggap mampu memimpin warga.
Para Ketua Pokmas, perwakilan Dinas PSDA, dan perwakilan BBWS/BWS yang
secara teknis bertugas mengelola daerah tangkapan air, perwakilan Pemerintahan
Desa terkait, serta perwakilan lembaga komunitas setempat (PKK, pesantren, dan
lainnya) bersama-sama membentuk sebuah Forum Pelestarian Daerah Tangkapan Air
(FPDTA) .
Kelompok
Masyarakat Kelompok
1 Mas yarakat
Aparat BBWS/BWS, 2
BPSDA, Dinas PSDA
utusan
utusan
FORUM PELESTARIAN
DAERAH TANGKAPAN AIR
RENCANA Kelompok
PARTISIPASI Masyarakat
MASYARAKAT 3
Kepala Desa Dalam Pengelolaan Sub
Daerah Tangkapan Air
utusan
Unsur Lembaga
Komunitas utusan
Kelompok
Kelompok Mas yarakat
Masyarakat 4
….
Gambar 3.3
KERANGKA-KERJA KELEMBAGAAN
UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH
TANGKAPAN AIR
31
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
4) Peran apa yang harus dilakukan oleh Forum Pelestarian Daerah Tangkapan Air?
FPDTA mengorganisasikan seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan
komunitas lainnya, pemerintahan Desa terkait, agar dapat ‘bersama instansi
teknis pengelola daerah tangkapan air’ berpartisipasi aktif dalam pengelolaan
maupun pemanfaatan daerah tangkapan air secara berkelanjutan;
Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan di tingkat sub-daerah
tangkapan air untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan cp-WM pada
khususnya dan pemanfaatan serta pengelolaan sub-daerah tangkapan air pada
umumnya;
Meningkatkan efektifitas komunikasi di antara stake-holders pengelolaan daerah
tangkapan air;
Mengembangkan jaringan dengan FPDTA pada waduk sasaran lainnya.
Mengusulkan dan melaksanakan kegiatan- partisipasi masyarakat pada skala
sub-daerah tangkapan air yang lingkupnya wilayahnya mencakup lebih dari satu
wilayah kerja Pokmas.
32
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
a) Uraian
Penyediaan dana kemasyarakatan diadakan dengan tujuan memfasilitasi masyarakat
daerah tangkapan air dalam rangka upaya pemanfaatan dan pengelolaan daerah
tangkapan air.
Jenis-jenis kegiatan dapat ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug Pokmas
dan FPDTA, berdasarkan ketentuan cp-WM.
Dana kemasyarakatan dikelola secara swakelola dan dipertanggung jawabkan oleh
PIU/PPIU terkait
b) Ketentuan Umum
33
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
34
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
35
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Usaha perjudian dan usaha yang bertentangan dengan susila serta moral
dan nilai-nilai agama;
Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan,
penduduk asli dan kelestarian budaya lokal
36
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Untuk melaksanakan cp-WM untuk mencapai tujuan yang diharapkan, PMU akan mengontrak
seperangkat konsultan dan fasilitator untuk mengelola pelaksanaan proyek, terutama karena
komponen cp-WM membutuhkan kehadiran dan pendampingan lapangan yang aktif dan intensif
di tingkat Pokmas maupun di tingkat FPDTA.
Pada dasarnya dukungan pelaksanaan proyek mencakup pembiayaan seluruh manajemen proyek
yang dapat memampukan PMU untuk memiliki:
i) kualitas kinerja komponen 3.4 yang baik;
ii) dukungan teknis di lapangan bagi Pokmas dan FPDTA; serta
iii) evaluasi dan monitoring yang baik terhadap dampak pelaksanaan cp-WM
37
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
38
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Sosialisasi dan koordinasi di tingkat nasional, propinsi, dan waduk, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.
39
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
40
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Struktur organisasi proyek mengambarkan pola penanganan proyek secara menyeluruh dari
pusat sampai dengan lokasi sasaran yang akan dijelaskan di bawah ini.
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA)
bertanggung jawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan DOISP II. Ditjen SDA membentuk
Project Management Unit (CPMU) yang dipimpin oleh seorang Kepala yang membawahi
beberapa staf.
Ketua CPMU mendapat mandat penuh serta bertanggung-jawab langsung kepada Dirjen SDA
dalam melaksanakan tugas-tugas keproyekan DOISP II, termasuk yang berkaitan dengan DOISP
II-CP. Khusus untuk pelaksanaan DOISP II-CP, CPMU mengontrak beberapa konsultan yang
akan bertugas sebagai Tim Bantuan Teknis Pengembangan Masyarakat di tingkat Pusat.
CPMU akan berkoordinasi dengan Subdit Prasarana Konservasi & Pengendalian Sedimen,
Direktorat Sungai dan Pantai yang akan berperan aktif untuk:
1) menumbuhkan iklim yang mendukung bagi upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air;
ii) melembagakan mekanisme yang menjamin terwujudnya komunikasi, koordinasi dan
keterpaduan antara pemerintah dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Untuk pelaksanaan lapangan, CPMU membentuk Project Implementation Unit (PIU) pada Balai
(Besar) Wilayah Sungai dan Dinas PU Prov. setempat yang akan bertindak atas nama CPMU
sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh CPMU, untuk mengatur manajemen DOISP II di
masing-masing propinsi, termasuk pula yang berkaitan dengan DOISP II-CP. Khusus untuk
Dinas PU Prov, PPIU dibentuk pada Dinas PSDA Prov. Jawa Tengah
Setiap lokasi proyek baik itu waduk atau sub-daerah tangkapan air akan mendapat
pendampingan dari Tenaga Fasilitator.
40
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
CPMU
U
Ditjen SDA
P
U
PIU CPIU PIU
S
UUIU
Pen.jawab Teknis Unit Keamanan Dit.
IU OP Puslitbang A
Partisipasi Bendungan Air T
Masyarakat Tingkat
Pusat
P
PIU
R
PIU PIU
U O
Pen.jawab Teknis 8 B(B)WS Dinas PSDA 7 Balai PSDA V
Partisipasi Jawa Tengah
I
Masyarakat Tingkat
Provinsi
N
S
I
Fasilitator
L
A
FKW/FKDTA
P
A
N
G
A
N
POKMAS
Masyarakat Masyarakat
Masyarakat
41
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Untuk pelaksanaan tanggung jawab menjaga kualitas pelaksanaan DOISP II-CP, CPMU
menugaskan Konsultan Individu sebagai Penanggung Jawab Teknis Partisipasi
Masyarakat di tingkat Pusat.
Sementara itu tugas Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat di tingkat Pusat
adalah :
a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat
b. Mengarahkan dan mengendalikan kegiatan partisipasi masyarakat agar sesuai
dengan pedoman umum dan tatacara pelaksanaan CP-DOISP II
c. Memonitor dan menilai pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat yang
berlangsung pada tingkat lapangan
d. Melakukan review dan memberikan saran penyempurnaan atas pedoman dan
tatacara pelaksanaan CP-DOISP II
43
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
d) Kelembagaan Mayarakat.
Kelembagaan masyarakat merupakan organisasi masyarakat setempat yang yang menjadi
pelaku utama dalam program DOISP II-CP pada tingkat lapangan.
- Untuk program Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk terdiri atas dua
organisasi, yaitu Kelompok Masyarakat dan Forum Komunitas Waduk (FKW).
- Untuk program Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Daearah Tangkapan Air
juga terdiri dari dua organisasi. Kelompok Masyarakat dan Forum Pelestarian Daerah
tangkapan Air (FKDTA).
Tugas Pokmas adalah mengorganisasikan warga secara partisipatif dimulai dari tingkat
‘akar rumput’ untuk menggalang aspirasi masyarakat tentang bentuk bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan waduk maupun dalam
pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan daerah tangkapan air sesuai dengan masalah
yang dihadapi setempat.
Selain itu Pokmas juga mempunyai tugas untuk meningkatkan kegiatan pengawasan oleh
masyarakat terhadap keadaan yang mengganggu kelestarian fungsi waduk dan
melaporkan kejadian tersebut kepada Pengelola waduk.
Sedangkan peran dan tugas Forum Komunitas Waduk (FKW) adalah mengorganisasikan
seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan masyarakat lainnya, pemerintahan Desa
terkait, agar dapat bersama instansi teknis pengelola waduk berpartisipasi aktif dalam
pengelolaan lingkungan waduk secara berkelanjutan;
Bagi Forum Komunitas Daerah Tangkapan Air (FKDTA) peran yang harus dilakukan
adalah mengorganisasikan seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan komunitas
lainnya, pemerintahan Desa terkait, agar dapat bersama instansi teknis pengelola daerah
tangkapan air berpartisipasi aktif dalam pengelolaan maupun pemanfaatan lingkungan
daerah tangkapan air secara berkelanjutan;
44
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
4.2 PENDANAAN
45
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
LAMPIRAN L3-1
46
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
2 Kalola
5 BBWSDinas
Gunung Rowo Pompengan - Jenebrang
PSDA Prov. Jateng Wajo
Pati Maniang
GembongPajo Kalola
Siti Luhur 40 BBWS Pemali Juana 2,000
1,000
6 Banyukuwung Dinas PSDA Prov. Jateng Rembang 69 BBWS Pemali Juana 1,000
3 Batujai BWS Nusa Tenggara 1 Lombok Tengah Praya Barat Batujai 2,000
7 Cengklik Dinas PSDA Prov. Jateng Boyolali Ngemplak Margorejo 253 BBWS Bengawan Solo 1,000
4 Wadas Lintang Dinas PSDA Prov. Jateng Kebumen Wadas Lintang Sumber Rejo 2,000
8 Plumbon Dinas PSDA Prov. Jateng Wonogiri Eromoko Puloarjo 121 BBWS Bengawan Solo 1,000
9 Wadas Lintang Dinas PSDA Prov. Jateng Kebumen Wadas Lintang Sumber Rejo 1,320 BBWS Serayu Opak 1,000
14 Batutegi BBWS Mesuji - Sekampung Tanggamus Air Naningan Air Naningan 2,100 1,000
15 Batu Bulan BWS Nusa Tenggara 1 Sumbawa Moyo Hulu Batu Bulan 640
20 Kalola BBWS Pompengan - Jenebrang Wajo Maniang Pajo Kalola 1,330 1,000
47
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
LAMPIRAN L3-2
Proses tahapan pelaksanaan kegiatan Peran serta/Partisipasi Masyarakat dalam Program DOISP
II-CP tergambar dalam skema terlampir.
Adapun langkah-langkah secara rinci dari semua tahapan pelaksanaan DOISP II-CP adalah
sebagai berikut :
1. Seleksi Tenaga Fasilitator
2. Pelatihan Tenaga Fasilitator
3. Sosialisasi Porgram DOISP II-CP
4. Pengorganisasian Masyarakat
5. Pelatihan FKW/FKDTA
6. Penyusunan dan penandatanganan Nota Kesepahaman/MOU
7. Pemetaan Swadaya
8. Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)
9. Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan
10. Verifikasi dan Persetujuan Rencana Penggunaan Dana (cp-RM dan cp-WM)
11. Penggunaan Dana Kemasyarakatan
12. Pendampingan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan
13. Pelaporan
14. Monitoring dan Evaluasi.
48
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
a. Membentuk Tim Pelatihan yang terdiri dari unsur PMU dan PIU.
PROSES b. Tim merancang perencanaan pelatihan, yang berupa penyiapan modul,
:
KEGIATAN kurikulum, tenaga pengajar, dan sarana prasarana.
c. Melaksanakan Pelatihan.
49
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
50
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Kegiatan ini dilakukan dengan cara tatap muka, diskusi, Focus Group
KET. : Discussion (FGD), dan pertemuan warga khusus untuk pembentukan
Pokmas dan FKW dan FKDTA.
51
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
52
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
54
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
PROSES
Melakukan musyawarah desa/konsultasi publik dengan tujuan untuk
KEGIATA :
menetapkan dan menyepakati kegiatan prioritas tahun per tahun.
N
PELAKU : Pokmas/FKW/FKDTA dengan dipandu oleh Tenaga Fasilitator
55
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
PSDA
KET. : Annual Work Plan disampaikan copynya kepada Kepala Desa setempat.
LANGKAH
PENGGUNAAN DANA KEMASYARAKATAN
11
1) PIU melakukan pencairan dana dan penyediaan seluruh materi/bahan
PROSES bangunan/nara sumber/upah pekerja dll. yang dibutuhkan masyarakat
KEGIATA : sesuai ketentuan yang berlaku;
N 2) Pokmas/FKW/FKDTA melaksanakan kegiatan dengan dukungan Tenaga
Fasilitator.
PELAKU : FKW/FKDTA
56
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Langkah 13 Pelaporan
PROSES : a) Tenaga Fasilitator melaporkan perkembangan/kemajuan lapangan sebulan
KEGIATAN sekali diawal bulan berikutnya.
b) Laporan Tenaga Fasilitator disampaikan pada Penanggung Jawab Teknis
Partisispasi Masyarakat Tingkat Pusat dengan ditembuskan pada PIU
setempat
c) Penanggung Jawab Teknis Partisispasi Masyarakat Tingkat Pusat
merangkum laporan tersebut dan mengirimkannya pada PMU setiap bulan
pada awal bulan berikutnya.
d) Pokmas melaporkan kegiatan pemantauan keamanan waduk terhadap
perusakan lingkungan waduk oleh orang yg tak dikenal, kebocoran waduk,
erosi disekitar waduk dsb. setiap 4 bulan sekali.
PELAKU : Pelaporan a) s/d c) oleh Tenaga Fasilitator dan Koordinator Fasilitator dan
untuk peloporan no d) oleh Pokmas.
HASIL : Setiap bulan diperoleh informasi tentang perkembangan kegiatan partisipasi
masyarakat ditingkat apangan dan rencana kegiatan untuk bulan berikutnya.
57
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Pelaporan
Langkah 13
(Lanjutan)
KET. a). Laporan harus mengacu pada rencana yang disusun bulan sebelumnya.
b). Laporan bulanan setidaknya mencakup, kegiatan yang sudah terlaksana,
hasil yang sudah dicapai, Analisis atas capaian tersebut, serta rencana
tindak lanjut bulan berikutnya.
c). Laporan harus dilengkapi dengan data (kuantitatif) serta foto2/
dokumentasi lapangan.
d). Mekanisme pelaporan dan komentar atas pelaporan disampaikan melalui
email. Indikator Kinerja untuk masing2 kegiatan telah disosialisasikan.
e). Hasil analisis laporan bulanan tersebut, termasuk rumusan tindakan
korektif yang diperlukan diserahkan kepada PIU/Dinas PSDA dengan
tembusan disampaikan kepada CPMU.
f). Laporan Bulanan dibuat sebanyak 1 copy dan PIU akan memperbanyak
laporan tersebut sesuai dengan kebutuhan.
g). Laporan Monitoring Pokmas menggunakan Form Monitoring yang
sederhana dibuat sebanyak 1 copy dan PIU akan memperbanyak laporan
tersebut sesuai dengan kebutuhan
58
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Lampiran L3-3.
Desa :………………………………………………….
Kecamatan ………………………………………………….
Kabupaten : ………………………………………………….
Berikut isian tentang Profil Prasarana dan Sarana Lingkungan berdasar hasil Pemetaan Swadaya
yang dilakukan oleh masyarakat pada hari……………. tanggal ………….. di………………….
yang dihadiri oleh …………. peserta ( terlampir)
2. Saluran irigasi
2. Air Bersih
3. Drainase
4. Pembuangan Sampah
4. Sarana Ekonomi
5. Sarana social
6. Sarana lainnya
Lampiran L3-4
59
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
Berikut isian tentang Profil Potensi dan Masalah berdasar hasil Pemetaan Swadaya yang
dilakukan oleh masyarakat pada hari……………. tanggal ………….. di…………………. yang
dihadiri oleh …………. peserta ( terlampir)
60
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION
61