Anda di halaman 1dari 62

DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II

BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

PEDOMAN
Peningkatan Kinerja Operasional dan Keamanan Waduk
melalui
Partisipasi Masyarakat
(DOISP II-CP)

BAB 1 PENDAHULUAN
DOISP II-CP merupakan pengembangan dari upaya-upaya yang pernah dilakukan berkaitan
dengan peningkatan partisipasi masyarakat yang tinggal di sekitar waduk dan daerah tangkapan
air dalam rangka turut memelihara kinerja operasional dan keamanan waduk. Melalui DOISP II-
CP, orientasi partisipasi masyarakat yang sebelumnya lebih ditekankan pada sisi partisipasi
masyarakat dalam tahap pembangunan waduk dan pemeliharaan daerah tangkapan air,
dikembangkan dengan memberi penekanan seimbang terhadap sisi partisipasi masyarakat dalam
turut memanfaatkan hasil pembangunan waduk dan pemeliharaan daerah tangkapan air. Dalam
DOISP II-CP, peningkatan akses masyarakat terhadap peluang-peluang yang ada dilingkungan
waduk dan daerah tangkapan air menjadi prasyarat bagi terwujudnya partisipasi masyarakat
dalam turut memelihara dan menjaga waduk serta daerah tangkapan air.

Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam DOISP II-CP juga harus menjadi bagian dari
upaya pencapaian tujuan pembangunan sosial (social development), yaitu: pembangunan yang
adil dan berkelanjutan, yang akan dicapai melalui tiga capaian strategis (strategic outcomes)
yang meliputi:
1) inklusi sosial,
2) pemberdayaan masyarakat, dan
3) perlindungan terhadap aset masyarakat.

Oleh karenanya, sebagian besar indikator keberhasilan dari DOISP II-CP akan ditentukan oleh
konsistensi dalam pelaksanaan prinsip partisipasi masyarakat yang berimbang dan konsistensi
terhadap pencapaian strategis pembangunan sosial.

1.1 LATAR BELAKANG


Pemerintah Republik Indonesia melalui DOISP II bermaksud meningkatkan kinerja operasional
dan keamanan waduk yang ada di Indonesia.

Melalui studi yang telah dilakukan sebelumnya, dikenali beberapa sumber penyebab terjadinya
penurunan kinerja operasional dan keamanan waduk, yaitu:
1) kondisi fisik waduk yang memburuk akibat keterbatasan anggaran pemeliharaan;
2) kurang memadainya kapasitas organisasi dan SDM yang bertugas mengelola waduk;
3) kurang-pedulinya masyarakat yang tinggal di sekitar waduk untuk turut menjaga dan
memelihara waduk; dan
4) tingginya tingkat sedimentasi akibat kurang efektifnya pengelolaan daerah tangkapan air.

1
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Untuk mengatasi keempat sumber persoalan di atas, Proyek Peningkatan Kinerja Operasional
dan Keamanan Waduk (DOISP II) akan melakukan intervensi dalam bentuk:
1) upaya perbaikan fisik waduk dan daerah tangkapan air;
2) upaya pengembangan kapasitas instansi pengelola waduk dan daerah tangkapan air; serta
3) upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan daerah
tangkapan air.
Pedoman ini berkaitan dengan Peningkatan Kinerja Operasional dan Keamanan Waduk melalui
Partisipasi Masyarakat (DOISP II-CP) yang merupakan bagian dari Proyek Peningkatan Kinerja
Operasional dan Keamanan Waduk (DOISP II).

DOISP II-CP mencakup dua sub-komponen DOISP II yaitu:


1) Sub-Komponen 2.3: Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk, yang
berkaitan dengan upaya peningkatan operasi dan keamanan waduk, yang selanjutnya
dalam pedoman ini disingkat menjadi cp-RM (Community Participation in Reservoir
Management), dan
2) Sub-Komponen 3.4: Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Daerah Tangkapan Air,
yang berkaitan dengan upaya mitigasi sedimentasi dari daerah tangkapan air, yang
selanjutnya dalam pedoman ini disingkat menjadi cp-WM (Community Participation in
Watershed Management).

1.2 VISI, MISI, PRINSIP DAN NILAI

1.2.1 Visi
Visi yang ingin diwujudkan oleh DOISP II-CP adalah terwujudnya masyarakat yang memiliki
kepedulian, keberdayaan serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan
binaan serta lingkungan alami disekitarnya, secara berkelanjutan.

1.2.2 Misi
Memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar waduk dan di daerah tangkapan air untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan binaan dan lingkungan alami di sekitar waduk serta
daerah tangkapan air sebagai upaya menjaga keamanan dan memelihara kondisi serta
keberlanjutan fungsi waduk serta lingkungannya

1.2.3 Prinsip
Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan Daerah Tangkapan Air
akan dilaksanakan dengan berlandaskan pada prinsip berikut:

 Partisipasi berimbang; partisipasi masyarakat tidak hanya berkaitan dengan pelibatan


masyarakat dalam tahap pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan, namun juga harus
terjadi pada tahap perencanaan serta tahap pemanfaatan hasil pembangunan dan
pemeliharaan waduk serta daerah tangkapan air.

Berlandaskan prinsip berimbang ini, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan
daerah tangkapan air diharapkan akan terjadi secara sukarela (voluntary) serta
berkelanjutan.

2
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Hal ini hanya akan terjadi apabila masyarakat menyadari dan merasakan manfaat yang
akan diterima (perceived benefits) dari keikutsertaan dalam memelihara waduk dan Daerah
Tangkapan Air adalah lebih besar dari beban yang akan mereka tanggung (perceived
costs).

Oleh karenanya, upaya peningkatan partisipasi masyarakat harus diarahkan pada upaya
peningkatkan akses dan kemampuan masyarakat terkait dengan pemanfaatan hasil
pengelolaan waduk dan Daerah Tangkapan Air, agar masyarakat dapat lebih merasakan
manfaatnya (increasing perceived benefits) jika mereka turut memelihara dan menjaga
Waduk dan Daerah Tangkapan Air.

Upaya-upaya tersebut dapat berbentuk:


1) pelibatan seluruh masyarakat sasaran dalam proses pengambilan keputusan yang
terkait dengan pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan Air;
2) peningkatan aset, prasarana, dan sarana masyarakat agar dapat memanfaatkan
peluang (opportunities) yang muncul akibat pengelolaan Waduk dan Daerah
Tangkapan Air; dan disertai dengan
3) peningkatan kapasitas sumberdaya manusia agar memiliki keberdayaan untuk
memanfaatkan peluang yang muncul.

Di sisi lain, upaya peningkatan partisipasi masyarakat juga harus diarahkan pada upaya
untuk ‘mengurangi’ kendala dan hambatan yang dirasakan masyarakat (decreasing
perceived costs) jika mereka ingin turut memelihara dan menjaga waduk dan daerah
tangkapan air.
Upaya tersebut dapat berbentuk:
1) pelatihan ketrampilan terkait dengan pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan
Air;
2) penyediaan kondisi yang kondusif bagi masyarakat dalam turut berperan serta dalam
pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan Air (dapat berupa bantuan penyediaan
alat dan bahan, serta bantuan teknis).

WADUK MASYARAKAT
MEMBERIKAN AKSES KEPADA
PARTISIPASI DALAM PEMANFAATAN
MASYARAKAT TERHADAP BERBAGAI
BERBAGAI KESEMPATAN (PRODUKSI &
KESEMPATAN YANG DICIPTAKAN
KONSUMSI) AKIBAT ADANYA WADUK
Peningkatan Kapasitas WADUK Pemberdayaan Masyarakat

jenis dan intensitas · PENINGKATAN PENGETAHUAN


pemanfaatan waduk oleh Dokumen aspirasi pemanfaatan berbagai
· PENINGKATAN PENGETAHUAN & KETRAMPILAN SDM
masyarakat yang diijinkan RENCANA PARTISIPASI kesempatan di sekitar waduk
& KETRAMPILAN APARAT MASYARAKAT DALAM · PENGORGANISASIAN
· PERBAIKAN TATA KELOLA PENGELOLAAN MASYARAKAT
RESERVOIR · BANTUAN PEMBIAYAAN
· KEBIJAKAN PENGANGGARAN jenis dan tingkat kewenangan kesanggupan berkontribusi dalam
pengelolaan waduk yang ingin perencanaan dan pelaksanaan · PENINGKATAN ASET
diberikan kepada masyarakat pengelolaan waduk

MEMBERIKAN SEBAGIAN KEWENANGAN


PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN
KEPADA MASYARAKAT UNTUK TURUT
DAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN
MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN
WADUK
PENGELOLAAN WADUK

Gambar 1.1
KERANGKA-KERJA PARTISIPASI
UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK

Gambar L3.1 KERANGKA-KERJA PARTISIPASI UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT


DALAM PENGELOLAAN WADUK

3
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

 Inklusi sosial; untuk meningkatkan akses individu dan kelompok ‘tanpa terkecuali’
terhadap pengelolaan maupun pemanfaatan pembangunan. Pada DOISP II-CP akan
dilakukan upaya dengan menghapus/mengurangi sekat kelembagaan yang ada di
masyarakat dan yang selama ini menghambat pelibatan seluruh lapisan/kelompok
masyarakat dalam pengambilan keputusan, terkait dengan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air, seperti: sekat jender, sekat status sosial,
sekat agama, sekat tingkat pendidikan, dan lainnya.

Penghapusan sekat tersebut disertai dengan upaya mengenalkan kelembagaan masyarakat


yang bersifat inklusif. Ini akan menjadi tantangan utama dari upaya pengorganisasian
masyarakat dalam DOISP II-CP.
Oleh karenanya, kelembagaan partisipasi masyarakat yang akan dibangun dalam DOISP
II-CP harus secara sistematik mampu memberi akses seluas-luasnya kepada seluruh
individu dan kelompok untuk turut serta dalam proses perencanaan, pengendalian,
pengawasan, dan evaluasi partisipasi masyarakat.

Sejalan dengan prinsip inklusi sosial ini, maka proses pengambilan keputusan masyarakat
untuk membentuk/tidak membentuk sebuah lembaga partisipasi masyarakat, proses
perumusan kriteria dan bentuk lembaga yang akan mereka bentuk, serta proses pemilihan
pimpinan yang akan menjalankan lembaga tersebut, haruslah dilakukan secara demokratis
dan dengan melibatkan seluruh individu dan kelompok tanpa terkecuali.

 Pemberdayaan; upaya untuk mewujudkan kelembagaan masyarakat yang inklusif perlu


disertai dengan penerapan prinsip pemberdayaan masyarakat berupa peningkatan aset dan
kemampuan individu/kelompok agar mereka mampu mempengaruhi, memfungsikan,
memanfaatkan kelembagaan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Hal ini perlu dilakukan melalui kegiatan pengembangan wawasan dan pengembangan
ketrampilan masyarakat dalam bergorganisasi serta pengelolaan usaha. Tanpa disertai
upaya pemberdayaan, inklusi sosial tidak akan terwujud dan sebaliknya tanpa inklusi
sosial, pemberdayaan masyarakat tidak memiliki saluran untuk penerapannya.

 Perlindungan; peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan daerah


tangkapan air, juga harus dilandasi prinsip peningkatan efektifitas dari pengelolaan
berbagai resiko sosial yang muncul akibat adanya kegiatan rehabilitasi fisik maupun
kegiatan pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air. Upaya untuk menata kembali
interaksi antara masyarakat dengan waduk dan masyarakat dengan daerah tangkapan air
harus direncanakan dan dilaksanakan dengan berlandaskan pada prinsip tidak mengurangi
nilai aset dan penghasilan masyarakat yang terkena dampak.
 Jika ditemukan adanya resiko yang akan mengancam aset dan kehidupan masyarakat,
maka pengelolaan resiko harus dilakukan, sehingga kegiatan rehabilitasi maupun penataan-
kembali pemanfaatan ruang disekitar waduk dan daerah tangkapan air tidak akan
merugikan masyarakat.

4
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

1.2.4 Nilai

Upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Waduk dan Daerah


Tangkapan Air akan dilakukan dengan berlandaskan pada nilai-nilai berikut, yaitu:

 Kejujuran.
Proses pengambilan keputusan, pengelolaan dana dan kegiatan, serta evaluasi dan
pemanfaatan hasil-hasil DOISP II-CP harus dilakukan dengan jujur (tanpa rekayasa dan
manipulasi). Nilai kejujuran ini harus diterapkan oleh semua pihak yang terlibat dalam
DOISP II-CP (proyek, pemerintah propinsi, pemerintah kota/kabupaten dan masyarakat).

 Kesetaraan.
DOISP II-CP dilakukan dengan tidak membeda-bedakan asal-usul para pelaku, agama,
status, jenis kelamin dan lainnya. Semua pihak harus diberi kesempatan yang sama untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil pembangunan.

 Kepedulian.
Partisipasi masyarakat dalam DOISP II-CP terjadi tanpa paksaan dari pihak luar, namun
harus terjadi dengan dilandasi pada adanya kesadaran dan kepedulian yang muncul dari
dalam setiap individu tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan tempat hidup
mereka.

 Kerelawanan.
Berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan tempat hidup tidak dilihat sebagai
beban bagi warga masyarakat, namun harus ditumbuhkan sebagai kebutuhan bagi setiap
individu.
Dengan berlandaskan nilai kerelawanan ini, maka dana kemasyarakatan yang disediakan
DOISP II-CP harus disikapi sebagai bantuan sumberdaya yang diperlukan oleh masyarakat
untuk mulai mewujudkan kepedulian mereka untuk turut memelihara dan mengawasi
Waduk serta Daerah Tangapan Air.

Dengan demikan, dana kemasyarakatan tersebut bukan merupakan imbalan atas peran-serta
masyarakat dalam DOISP II-CP, melainkan sumberdaya untuk mewujudkan kepedulian
masyarakat ke dalam aksi-aksi nyata.
 Kebersamaan.
Partisipasi masyarakat dalam DOISP II-CP dikembangkan sebagai sebuah gerakan
bersama yang melibatkan berbagai unsur masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha.
Kegiatan dalam DOISP II-CP tidak menjadi milik lembaga atau kelompok masyarakat
tertentu, namun merupakan kegiatan yang terbuka bagi setiap individu dan kelompok yang
ada. Dengan demikian, proses membangun kembali kebersamaan di antara pelaku
pembangunan ‘dalam rangka memelihara lingkungan’ menjadi salah satu fokus penting
dalam DOISP II-CP.

5
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

1.3 TUJUAN

Tujuan umum dari Peningkatan Kinerja Operasional dan Keamanan Waduk melalui Partisipasi
Masyarakat (DOISP II-CP) adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian, dan kemampuan
masyarakat untuk secara bersama-sama mencegah terjadinya hal-hal yang berpotensi/
menyebabkan penurunan kinerja operasional dan keamanan waduk.

Tujuan khusus dari cp-RM adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian dan kemampuan
masyarakat untuk bersama-sama dengan aparat instansi teknis mengelola dan menjaga
lingkungan sekitar waduk.

Sedangan tujuan khusus dari cp-WM adalah meningkatkan kesadaran, kepedulian dan
kemampuan masyarakat untuk bersama-sama aparat instansi teknis mengelola dan menjaga
kelestarian Daerah Tangkapan Air.

1.4 SASARAN

1.4.1 Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran cp-RM adalah seluruh warga masyarakat yang tempat
tinggalnya berjarak kurang dari 500 m dari batas luar jalur hijau waduk.

Sedangkan masyarakat yang menjadi sasaran cp-WM adalah seluruh warga masyarakat yang
tinggal di satu atau lebih sub-daerah tangkapan air sebuah waduk dan merupakan sumber
sedimentasi waduk yang paling dominan.

1.4.2 Penetapan Lokasi Sasaran


Lokasi sasaran dari cp-RM dipilih dari 20 waduk sasaran DOISP II dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut:
1) Tingkat keberadaan permukiman di sekitar waduk. Setiap waduk layak menjadi lokasi
sasaran cp-RM jika perbandingan antara jumlah keluarga yang tinggal di dalam daerah
yang berjarak 500 m dari tepi jalur hijau waduk terhadap luas waduk telah melebihi 0,2
keluarga/Ha.

Selanjutnya dari daftar lokasi sasaran, ditetapkan prioritasisasi lokasi sasaran yang akan
ditangani terlebih dahulu, dengan menggunakan kriteria:

2) Kapan rencana rehabilitasi fisik waduk akan dilaksanakan; waduk dalam daftar lokasi
sasaran yang akan lebih dahulu mendapat rehabilitasi fisik dibandingkan lainnya, akan
didahulukan untuk mendapatkan cp-RM.

3) Tingkat kerusakan yang dialami waduk; waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin 2
diatas yang mengalami kerusakan paling berat akan didahulukan untuk mendapatkan cp-
RM

6
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

4) Nilai strategis dan fungsi waduk; waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin 3 yang
memiliki nilai paling strategis dan memiliki lebih banyak fungsi akan didahulukan untuk
mendapatkan cp-RM.

Sedangkan lokasi sasaran dari cp-WM dipilih dari waduk yang menjadi sasaran cp-RM dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut:
1) Tingkat keberadaan permukiman di Sub-Daerah Tangkapan Air sungai utama, dan
dengan kepadatan penduduknya telah melebihi 0,5 KK/Ha layak menjadi lokasi sasaran
cp-WM.

Selanjutnya dari daftar lokasi sasaran, ditetapkan prioritasisasi lokasi sasaran yang akan
ditangani terlebih dahulu, dengan menggunakan kriteria:

2) Kapan cp-RM akan dilaksanakan pada waduk tersebut. Waduk dalam daftar lokasi
sasaran yang akan lebih dahulu mendapat cp-RM dibandingkan lainnya, akan
didahulukan untuk mendapatkan cp-WM.

3) Tingkat sedimentasi yang dialami waduk. Waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin
2 yang mengalami sedimentasi paling tinggi akan didahulukan untuk mendapatkan cp-
WM.

4) Nilai strategis dan fungsi waduk. Waduk hasil prioritasisasi dengan kriteria poin 3 yang
memiliki nilai paling strategis dan memiliki lebih banyak fungsi akan didahulukan untuk
mendapatkan cp-WM.

Kemudian untuk masing-masing waduk yang terpilih menjadi sasaran dilakukan


penentuan satu atau lebih Sub-Daerah Tangkapan Air yang akan menjadi fokus lokasi
kegiatan cp-WM dengan menggunakan kriteria:

5) Tingkat kontribusi sedimentasi dari masing-masing sub-daerah tangkapan air; untuk


menentukan dua Sub-Daerah Tangkapan Air yang akan menjadi lokasi kegiatan cp-WM.

Pada Gambar 1.1 dibawah ini disajikan mekanisme penentuan waduk yang menjadi lokasi
sasaran DOISP II-CP. Dengan mengikuti prosedur seperti pada diagram tersebut, maka akan
dihasilkan dua daftar lokasi sasaran DOISP II-CP, yaitu:
i. Daftar waduk yang mendapat intervensi cp-RM tanpa disertai cp-WM; dan
ii. Daftar waduk yang mendapat intervensi cp-RM dengan disertai cp-WM.

7
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

WADUK SASARAN DOISP


(65 Waduk)

tidak rasio KK dalam


jarak 500 m dari tepi jalur
hijau terhadap luas waduk
> 0,2 KK/Ha
Kapan rencana
rehabilitasi fisik
ya waduk akan
DROP
dilaksanakan

Daftar waduk yg
membutuhkan intervensi
cp-RM Tingkat kerusakan
yang dialami waduk

Daftar prioritas waduk untuk


Nilai strategis dan
menjadi lokasi sasaran
fungsi waduk
cp-RM
Ketersediaan dana
DOISP-CP untuk
cp-RM
Kepadatan
tidak
Daftar waduk lokasi sasaran penduduk pada sub-daerah Daftar waduk yang mendapat
cp-RM tangkapan air utama intervensi cp-RM tanpa cp-WM
> 0,5 KK/Ha

ya
Kapan cp-RM akan
dilaksanakan

Daftar waduk sasaran cp-RM


yg membutuhkan cp-WM Tingkat sedimentasi
yang dialami waduk

Daftar prioritas waduk


Nilai strategis dan
sasaran cp-RM yang
fungsi waduk
mendapat cp-WM

Ketersediaan dana
Daftar waduk yang mendapat
DOISP-CP untuk
cp-WM
intervensi cp-RM disertai cp-WM

GAMBAR L3.2 DIAGRAM LANGKAH PENETAPAN LOKASI SASARAN CP-RM


DAN CP-WM

1.5 STRATEGI DAN PENDEKATAN

1.5.1 Strategi

Strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
Waduk dan Daerah Tangkapan Air adalah: ‘Memberdayakan masyarakat di lingungan Waduk
dan Daerah Tangkapan Air agar mampu bersinergi dengan instansi teknis pemerintah dalam hal
pengelolaan Waduk dan Daerah Tangkapan Air’, dengan cara:
1) Membangun kapasitas masyarakat agar secara bersama-sama mampu membentuk serta
membangun kelembagaan kemitraan (masyarakat dan instansi pemerintah). Kelembagaan
ini selanjutnya akan menjadi wadah partisipasi masyarakat dalam rangka pengelolaan
Waduk dan Daerah Tangkapan Air. Berlandaskan survei/pemetaan yang dilakukan secara
swadaya oleh masyarakat, kelembagaan kemitraan yang terbentuk akan menyusun
program partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air.

2) Penyediaan sumber daya stimultan yang dibutuhkan untuk mewujudkan program


partisipasi masyarakat yang telah mereka susun dan di sepakati sebelumnya dalam bentuk
dana kemasyarakatan.

8
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

1.5.2 Pendekatan

a) Pendekatan TRIDAYA:

Inti dari pendekatan Tridaya adalah pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu
membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia, yaitu:
1) Membangkitkan daya sosial agar tercipta masyarakat efektif;
2) Membangkitkan daya pembangunan agar tercipta lingkungan yang lestari;
3) Membangkitkan daya ekonomi agar tercipta masyarakat yang produktif.
Dengan menggunakan pendekatan TRIDAYA ini, maka keberhasilan DOISP II-CP akan
sangat ditentukan oleh individu pelaksana, pemanfaat, serta pelaku DOISP II-CP lainnya.
Pemberdayaan individu tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran kritis dan
perubahan perilaku yang positif serta mandiri, berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
binaan dan lingkungan alami secara berkelanjutan.

Selanjutnya, perubahan individu ini akan menjadi dasar bagi perubahan kolektif yang
pada akhirnya akan membangkitkan keberdayaan sosial, keberdayaan ekonomi, serta
keberdayaan pembangunan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

membangkitkan
DAYA SOSIAL
agar tercipta masyarakat
efektif

MANUSIA
YANG
BERDAYA

membangkitkan
membangkitkan
DAYA
DAYA EKONOMI
PEMBANGUNAN agar tercipta masyarakat
agar tercipta lingkungan yang produktif
yang lestari

GAMBAR L3.3 PENDEKATAN TRIDAYA

b) Pendekatan Pembangunan Bertumpu Pada Kelompok


Pelaksanaan DOISP II-CP juga didasarkan pada pendekatan ‘pembangunan bertumpu
pada kelompok’ (community based development approach), di mana kelompok yang
dibangun berdasarkan berbagai ikatan pemersatu (kesamaan tujuan, kesamaan kegiatan,
kesamaan daerah tempat tinggal) secara efisien dan efektif didorong untuk menumbuh-
kembangkan kapital sosial mereka.
Kelompok masyarakat dalam DOISP II-CP adalah kelompok masyarakat yang ‘dibangun
baru’ dalam rangka pelaksanaan DOISP II-CP dan atau kelompok masyarakat yang
‘sudah ada’ (existing groups) yang dapat memenuhi kriteria kelompok masyarakat
sebagaimana ditetapkan DOISP II-CP.

9
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Pertimbangan untuk menggunakan pendekatan bertumpu pada kelompok didasarkan


pada:
 Dalam kelompok, warga masyarakat akan lebih dinamis dalam mengembangkan
kegiatan dengan berlandaskan prinsip dan nilai yang dipromosikan oleh DOISP II-
CP.
 Proses pemberdayaan (empowerment) akan lebih efektif dan efisien
 Terjadi proses saling asah-saling asuh antar sesama warga masyarakat
 Terjadi konsolidasi kekuatan bersama antara yang lemah, antara yang kuat, maupun
antara yang lemah dengan yang kuat

Dalam DOISP II-CP pendekatan bertumpu pada kelompok terutama diwujudkan dalam
mekanisme pengambilan keputusan untuk menangani berbagai persoalan yang ada di masyarakat
dengan tetap berlandaskan pada kekuatan kelompok melalui rembug warga.

10
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

BAB 2. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK

Untuk mencapai meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Waduk,


maka CP-RM terbagi menjadi 2 komponen, yaitu:
A. Pengembangan Masyarakat Sekitar Waduk, dan
B. Penyediaan Dana Kemasyarakatan

Dam Operational Improvement & Safety Project (DOISP II) adalah sebuah proyek yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional dan Keamanan
Bendungan.

Salah satu dari beberapa isu penting yang dianggap mengancam kinerja operasional dan
keamanan waduk adalah rendahnya kepedulian masyarakat yang bermukim di sekitar waduk
untuk turut memelihara, mengawasi, dan menjaga waduk.

Hampir semua waduk di Indonesia berada dekat dengan kawasan budidaya yang dikelola oleh
masyarakat umum. Sebagian besar tepian waduk tersebut berhimpitan dengan lahan pertanian
warga, dan tidak sedikit pula lahan waduk yang berbatasan langsung dengan area perumahan
maupun area komersial milik warga.
Permukiman tumbuh pesat di sekitar waduk karena keunggulan yang dimiliki lokasi permukiman
di sekitar waduk, yaitu makin dekat dengan waduk maka makin terjamin ketersedian akan air
(untuk tujuan produktif maupun konsumtif).
Dan merupakan gejala yang umum terjadi pada sebagian besar waduk di Indonesia, dimana
masyarakat tidak hanya mempunyai kegiatan di sekitar area waduk, namun juga didalam area
waduk.
Masyarakat sekitar waduk pada umumnya memanfaatkan daerah tepian, bangunan dam, maupun
perairan waduk sebagai tempat melakukan kegiatan rekreatif (misal: memancing, berperahu, atau
sekedar menikmati pemandangan); yang kemudian biasanya akan diikuti oleh tumbuhnya
berbagai kegiatan penunjang (misalnya: penjualan makanan atau cendera mata).
Pada beberapa waduk, masyarakat sekitar bahkan telah cukup lama memanfaatkan perairan
waduk untuk berbagai kegiatan produktif, misalnya mengembangkan usaha budidaya ikan air
tawar.

Selain itu, lahan di dalam area waduk yang mengering selama musim kemarau juga
dimanfaatkan masyarakat untuk lahan pertanian, penggembalaan ternak, atau sumber bahan
galian (pasir).

Pola interaksi antara masyarakat dengan waduk yang muncul akibat kedekatan lokasi ini, sangat
beragam. Pada beberapa kasus, kegiatan masyarakat di dalam area waduk dapat memberikan
dampak positif terhadap operasional waduk (misal: penggalian pasir); sebagian lainnya bersifat
tidak menguntungkan namun juga tidak mengganggu (misal: pertanian di timbulan tanah);
namun sebagian lainnya berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap operasional waduk.
Pada sebagian besar kasus dimana aktivitas masyarakat di dalam area waduk merugikan
operasional waduk, seringkali ditemui akibat kurangnya pemahaman masyarakat akan jenis
kegiatan apa saja, serta intensitas dan metode seperti apa yang dapat dilakukan masyarakat di

11
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

area/bagian waduk tertentu (misal: dam, tepian, perairan, dan timbulan tanah) tanpa
menimbulkan dampak terhadap operasional dan kemanan waduk.

Hal ini mengindikasikan akan kurangnya komunikasi di antara pengelola waduk dengan
masyarakat sekitar, yang mengakibatkan hingga saat ini tidak pernah terbangun kesepakatan
tentang pola interaksi yang sebaiknya di antara waduk dan masyarakat.
Tidak adanya acuan tentang pola interaksi yang disepakati antara waduk dan masyarakat
sekitarnya ini juga berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam turut memelihara,
mengawasi dan menjaga pengoperasian dan pemanfaatan waduk. Rasa turut memiliki waduk di
masyarakat sekitar waduk sangat rendah.

Hal ini telah mengakibatkan tingginya angka kejadian vandalisme (perusakan), pencurian
kelengkapan dam, dan pemanfaatan tidak semestinya dari bagian waduk/dam yang tidak hanya
akan menurunkan kinerja operasional waduk, tetapi juga dapat membahayakan waduk dan
masyarakat luas.

Cp-RM (Community Participation in Reservoir Management) adalah komponen pembangunan


sosial dalam DOISP II yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang
bermukim di sekitar waduk dalam upaya pemeliharaan, pengawasan dan pengamanan waduk.

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan komponen ini adalah:


1. meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan waduk, dan pengawasan
pemanfaatan bagian area waduk.
2. meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan peluang-peluang (opportunities)
yang tercipta akibat adanya waduk, dalam batas yang tidak menganggu operasional dan
keamanan waduk.
3. meningkatnya kapasitas aparat instansi pemerintah yang bertugas mengelola waduk,
sehingga mampu menerapkan pendekatan pengelolaan waduk secara partisipatif.

2.1 KOMPONEN

2.1.1 Pengembangan Masyarakat

a) Uraian
Cp-RM menyediakan dukungan bagi kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
masyarakat sekitar waduk agar mampu bekerjasama lebih efektif dengan instansi
pengelola waduk dalam hal pengelolaan waduk.

Kegiatan komponen pengembangan masyarakat meliputi serangkaian kegiatan yang


diawali dengan:
1) membangun kesadaran kritis masyarakat tentang bagaimana hidup berdampingan
dengan waduk; dilanjutkan dengan,
2) pengorganisasian masyarakat dan pembentukan Forum Komunitas Waduk;

12
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

3) pemetaan swadaya tentang interaksi masyarakat dengan waduk;


4) perencanaan partisipatif untuk menyusun Rencana Strategis Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Waduk; serta,
5) penyusunan Rencana Aksi Tahunan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Waduk.

Pada Gambar L3.4 di bawah ini ditampilkan diagram alir kegiatan komponen
pengembangan masyarakat.
Kegiatan 101 hingga 105 merupakan kegiatan utama dari komponen pengembangan
masyarakat.

102
PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT &
PEMBENTUKAN FORUM SIKLUS LIMA TAHUNAN
KOMUNITAS WADUK

101 103
REFLEKSI PEMETAAN SWADAYA
“ HIDUP BERDAMPINGAN “ INTERAKSI MASYARAKAT
DENGAN WADUK” DENGAN WADUK” SIKLUS TAHUNAN

104 106
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PARTISIPASI
STRATEGIS MASYARAKAT DALAM
PARTISIPASI MASYARAKAT PENGELOLAAN WADUK
DALAM PENGELOLAAN
WADUK

105
PENYUSUNAN
RENCANA AKSI TAHUNAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
Gambar 2-1 DALAM PENGELOLAAN
KEGIATAN PENINGKATAN PENGELOLAAN WADUK WADUK
MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT

GAMBAR L3.4 KEGIATAN PENINGKATAN PENGELOLAAN WADUK MELALUI


PARTISIPASI MASYARAKAT

Dukungan pembiayaan untuk komponen pemberdayaan masyarakat ini mencakup:


1) biaya penyediaan fasilitator untuk melaksanakan pendampingan masyarakat;
2) biaya penyiapan materi dan pelaksanaan sosialisasi; serta,
3) biaya penyiapan materi dan pelaksanaan pelatihan.

Secara singkat, komponen pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima kegiatan utama
sebagai berikut:

1) Peningkatan Kesadaran dan Kepedulian Masyarakat tentang: ‘Hidup


Berdampingan dengan Waduk’
Kegiatan ini berupa diskusi reflektif yang dilakukan dalam kelompok-kelompok
diskusi kecil di masyarakat.
Pertama-tama peserta diarahkan untuk menginventarisasi dan merenungkan sikap
dan perilaku masing-masing peserta terkait dengan waduk.

13
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Selanjutnya Fasilitator atau Kader Masyarakat membantu memperlihatkan


keterkaitan antara setiap sikap dan perilaku dengan cara-pandang setiap individu
terhadap lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya beberapa pertanyaan reflektif diajukan oleh Fasilitator atau Kader
Masyarakat untuk membantu peserta memunculkan kembali ‘cara pandang’ otentik
manusia tentang hubungan setiap individu dengan lingkungannya, yaitu lingkungan
adalah ‘perluasan’ tubuh manusia.
Melalui diskusi ini peserta diharapkan mampu melihat kepedulian terhadap waduk
bukan lagi sebagai beban, namun merupakan kebutuhan.
Pada akhirnya, diharapkan peserta diskusi dapat merumuskan kembali cara-pandang,
sikap, dan perilaku baru masing-masing peserta terkait dengan waduk.

Hasil dari tahap ini adalah semacam ‘deklarasi’ yang dibuat sendiri oleh peserta
diskusi tentang bagaimana seharusnya mereka hidup berdampingan dengan waduk.
Kegiatan refleksi dalam kelompok-kelompok kecil ini diperkirakan akan
membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) bulan.

2) Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan Forum Komunitas Waduk


Setelah warga memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengubah sikap mereka dari
semula tidak peduli menjadi peduli terhadap pengelolaan waduk, maka langkah
selanjutnya adalah membantu mereka mengorganisir diri agar secara bersama-sama
mampu mewujudkan perilaku kepedulian yang mereka inginkan.

Pada setiap Zona D dibentuk Kelompok Masyarakat (community groups), yang


beranggotakan seluruh warga yang bermukim di sana.
Kelompok Masyarakat (Pokmas) ini lebih bersifat kelompok diskusi untuk
mendiskusikan isu-isu yang terkait dengan interaksi mereka dengan waduk.
Fasilitator dan Kader Masyarakat membantu masyarakat agar dapat membangun
kelompok diskusi yang menerapkan praktik

komunikasi yang sehat, inklusif, terbuka terhadap gagasan baru dan inovatif.
Diskusi yang pertama bertujuan untuk menggalang aspirasi warga tentang interaksi
warga dengan waduk yang ingin didiskusikan di tingkat Forum Komunitas Waduk,
serta pemilihan siapa warga yang disepakati akan menjadi utusan ke Forum
Komunitas Waduk.

Pada tingkat waduk, dibentuk Forum Komunitas Waduk (FKW) yang terdiri dari
para utusan Pokmas (setiap kelompok masyarakat diminta mengirimkan satu orang
utusan); Kepala Desa; para utusan lembaga komunitas setempat yang terkait; dan
aparat lembaga yang secara formal bertugas mengelola waduk (Dinas PSDA, BBWS
atau BWS).
Agenda diskusi pertama dari FKW ini adalah menyusun deklarasi tentang keinginan
dan komitmen bersama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan waduk.

14
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Deklarasi ini selanjutnya dituangkan dalam rencana kerja, di mana salah satunya
berupa rencana pelaksanaan Pemetaan Swadaya.
Kegiatan pengorganisasian masyarakat ini membutuhkan waktu sekitar 1 (satu)
bulan.

3) Pemetaan Swadaya: “Interaksi Masyarakat dengan Waduk”


Pemetaaan Swadaya merupakan kegiatan Pokmas yang bertujuan untuk mengenali
potensi dan kendala yang ada di sisi masyarakat (misalnya potensi SDM,
kelembagaan komunitas), maupun potensi dan kendala yg ada di sisi waduk, serta
jenis dan intensitas pemanfaatan area waduk oleh masyarakat yang ada saat ini.
Pemetaan Swadaya ini dilakukan oleh masing-masing Pokmas bersama aparat
pengelola waduk dengan didampingi Fasilitator atau Kader Masyarakat.

SURVAI, INVESTIGASI

Pemetaan potensi dan kendala yang ada di sisi waduk, dapat dilakukan dengan cara
warga mengadakan kunjungan ke bangunan dam/bendungan atau bagian waduk di
sekitar permukimannya untuk mendapatkan penjelasan tentang hal-hal teknis
berkaitan dengan bangunan dam dan waduk.

Pada kesempatan ini dijelaskan pula tentang tuntutan teknis yang harus dipenuhi
untuk pengoperasian dan pemeliharaan waduk, sehingga warga diharapkan dapat
lebih memahami isu operasional dan keamanan yang dihadapi waduk.

Hasil pemetaan swadaya ini kemudian didiskusikan bersama di tingkat Pokmas dan
di tingkat FKW.
Hasil diskusi yang berupa pemahaman tentang berbagai dampak yang ditimbulkan
pola interaksi yang saat ini ada, serta potensi dan kendala bagi pelaksanaan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk.
Kegiatan ini diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu 1 (satu) bulan.

Pada Gambar L3.5 berikut disajikan pembagian zona interaksi antara waduk dengan
masyarakat.
 Zona interaksi A merupakan perairan waduk,
 Zona B merupakan area tanah timbulan saat waduk mengering di musim
kemarau.
 Zona C merupakan daerah jalur hijau waduk, sedangkan
 Zona D adalah permukiman yang berdampingan dengan jalur hijau
waduk.

15
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Pokmas 2

C
Zona
interaksi
B
Pokmas 1 lowest water
level
D
Pokmas 6

Zona
Zona
DAM interaksi
Zona interaksi
interaksi B Zona
D
sungai
A interaksi
C
D
Pokmas 3

Gambar 2-2
KEBERADAAN MASYARAKAT
DI SEKITAR WADUK & ZONA INTERAKSINYA Pokmas 5
Pokmas 4

batas
GAMBAR L3.5 KEBERADAAN MASYARAKAT DISEKITAR WADUK & ZONA
INTERAKSINYA

4) Perencanaan Partisipatif untuk Menyusun Rencana Strategis Partisipasi


Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk

Berdasarkan hasil Pemetaaan Swadaya kemudian masyarakat secara berjenjang


“mulai dari tingkat Pokmas” menyusun rencana kegiatan partisipasi masyarakat yang
ingin dilaksanakan dalam periode 5 (lima) tahun mendatang.

Hasil perencanaan di tingkat Pokmas tersebut kemudian didiskusikan di tingkat


FKW untuk menghasilkan sebuah dokumen kesepakatan tentang arah pengembangan
partisipasi dalam periode 5 tahun mendatang.
Waktu yang diperlukan untuk kegiatan ini sekitar 0,5 (setengah) bulan.

5) Penyusunan Rencana Aksi Tahunan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan


Waduk

Dari sekian banyak rencana kegiatan partisipasi yang ingin dilaksanakan dalam
periode 5 tahun mendatang, anggota FKW secara bersama-sama melalui proses yang
‘demokratis’ menyusun prioritas menurut tingkat urgensi masing-masing kegiatan.
Kemudian disepakati kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode satu tahun
mendatang.

Sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat berasal dari DOISP II,
swadaya masyarakat, APBN/ APBD, dan sebagainya.
Durasi kegiatan ini sekitar 0,5 (setengah) bulan.

16
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

b) Ketentuan Umum

1) Siapa yang dimaksud masyarakat?

Pengertian masyarakat sekitar waduk dalam cp-RM adalah seluruh warga yang tinggal
dalam jarak 500 m dari batas luar jalur hijau waduk ’baik yang kaya maupun miskin,
kaum minoritas, penduduk asli maupun pendatang', yang setelah melalui proses
pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi lingkungan sekitar waduk serta
persoalan masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan waduk, dan sepakat
untuk mengorganisasikan diri agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengelolaan waduk.

2) Kelembagaan yang harus dibangun masyarakat dan instansi pengelola waduk

Warga yang sadar akan persoalan kinerja dan keselamatan waduk serta potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan waduk tersebut harus mampu
membentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas), dengan rumusan sebagai berikut:
Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam cp-RM adalah kelompok warga yang dibentuk
dengan berbasiskan pada kesamaan lokasi bermukim di sekitar waduk.

Kelompok ini diprakarsai dan dikelola secara mandiri oleh warga, yang dibangun dengan
tujuan untuk memperjuangkan kepentingan bersama, serta memecahkan persoalan
bersama terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan sekitar waduk.
Sifat Pokmas adalah inklusif, mengakar, demokratis, dengan tetap mempertahankan sifat
independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, keluarga, agama
dan usaha

Masyarakat sekitar waduk dapat membentuk Pokmas, maupun memampukan lembaga-


lembaga yang telah ada melalui peningkatan peran dan fungsinya, selama lembaga
tersebut telah memenuhi kriteria organisasi masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri
otonomi, sukarela, kesetaraan, inklusif, demokrasi, dan menghargai keragaman serta
kedamaian.

Untuk memimpin Pokmas ini, perlu dipilih seorang Ketua Pokmas yang merupakan
pribadi yang dipercaya dan dianggap mampu mewakili aspirasi warga dalam rembug
FKW.

Selanjutnya, para Ketua Pokmas, perwakilan Dinas PSDA dan perwakilan BBWS/BWS
yang secara teknis bertugas mengelola waduk, perwakilan Pemerintahan Desa terkait,
serta perwakilan lembaga komunitas setempat (PKK, pesantren, dan lainnya) bersama-
sama membentuk sebuah Forum Komunitas Waduk (FKW).

FKW merupakan sebuah wadah komunikasi antara seluruh Pokmas yang ada dan
kelembagaan komunitas lainnya di sekitar waduk dengan instansi teknis pengelola waduk
untuk menyepakati program-program partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan
pengelolaan waduk.

17
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Kesepakatan tersebut dituangkan dalam dokumen Rencana Startegis Partisipasi


Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk, yang setiap tahunnya dijabarkan dalam dokumen
rencana aksi tahunannya.

Kelompok
Masyarakat Kelompok
1 Masyarakat
Aparat BBWS/BWS 2

utusan
utusan
FORUM
KOMUNITAS WADUK

RENCANA Kelompok
PARTISIPASI Masyarakat
MASYARAKAT 3
Kepala Desa Dalam Pengelolaan
Waduk

utusan
Unsur Lembaga
Komunitas utusan

Kelompok
Kelompok Masyarakat
Masyarakat 4
….

Gambar 2.3
KERANGKA-KERJA KELEMBAGAAN
UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK

GAMBAR L3.6 KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN UNTUK PARTISIPASI


MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK

3) Peran apa yang harus dilakukan oleh Kelompok Masyarakat?


 Pokmas mengorganisasikan warga secara partisipatif ‘dimulai dari tingkat akar
rumput’ untuk menggalang aspirasi masyarakat tentang bentuk partisipasi
masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk;
 Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan di tingkat masyarakat untuk hal-hal
yang menyangkut pelaksanaan cp-RM pada khususnya dan pemanfaatan serta
pengelolaan lingkungan waduk pada umumnya;
 Meningkatkan kepedulian warga untuk berpartisipasi aktif dalam memelihara
kelestarian lingkungan waduk;
 Meningkatkan keberdayaan warga agar mampu memanfaatkan berbagai peluang
yang ada akibat adanya waduk, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan;
 Mengusulkan dan melaksanakan berbagai kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan waduk.

4) Peran apa yang harus dilakukan oleh Forum Komunitas Waduk ?


 FKW mengorganisasikan seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan komunitas
lainnya, pemerintahan Desa terkait, agar dapat bersama instansi teknis pengelola
waduk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan waduk, maupun pemanfaatan waduk
secara berkelanjutan;

18
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

 Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan di tingkat waduk untuk hal-hal


yang menyangkut pelaksanaan CP-RM pada khususnya dan pemanfaatan serta
pengelolaan lingkungan waduk pada umumnya;
 Meningkatkan efektifitas komunikasi di antara stake-holders pengelolaan waduk;
 Mengembangkan jaringan dengan FKW yang ada di waduk-waduk lainnya.
 Mengusulkan dan melaksanakan kegiatan partisipasi masyarakat yang melibatkan
lebih dari satu atau seluruh Pokmas pada skala waduk.

5) Pendampingan dalam pengembangan masyarakat.


 Fasilitator secara intensif memfasilitasi Pokmas, FKW, serta warga masyarakat
secara umum dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
dan pengelolaan waduk.
 Kader Masyarakat dipilih dari, oleh dan untuk masyarakat.
Kader Masyarakat secara sukarela berperan sebagai agen pembangunan masyarakat
setempat.
Kader Masyarakat ini akan mendapat pelatihan yang diselenggarakan oleh Fasilitator

2.1.2 Penyediaan dana kemasyarakatan

a) Uraian

Penyediaan dana kemasyarakatan diadakan dengan tujuan untuk mendukung upaya masyarakat
sekitar waduk, melakukan upaya pemanfaatan dan pengelolaan waduk, serta menjaga kelestarian
fungsi waduk.

Jenis-jenis kegiatan ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug Pokmas dan
FKW berdasarkan ketentuan CP-RM.

Dana kemasyarakatan ini bersifat dana swakelola.


Penanggung jawab dan pengelola Dana Kemasyarakatan adalah PIU setempat
(BBWS/BWS maupun Dinas PSDA) dan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
masyarakat sesuai urutan prioritas.

Sesuai dengan jangka waktu DOISP II-CP yang tersisa maka dana tersebut dapat
digunakan dalam dua tahun kedepan.

b) Ketentuan Umum

1) Alokasi Dana kemasyarakatan


Dana Kemasyarakatan disediakan dengan tujuan untuk membuka akses masyarakat
sekitar waduk melakukan kegiatan partisipasi dalam rangka pengelolaan waduk dan
lingkungan waduk yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah operasional dan
keamanan waduk.
Jenis-jenis kegiatan dapat ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug-
rembug Pokmas dan FKW, berdasarkan ketentuan cp-RM.

19
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Dana kemasyarakatan yang disediakan pada masing-masing waduk bervariasi


tergantung dengan ukuran waduk serta jumlah KK yang berada dan menjadi sasaran
program.

Pada tabel L3.1 dibawah ini terlihat distribusi alokasi dana maksimum yang dapat
dimanfaatkan pada setiap waduk
TABEL L3.1 DISTRIBUSI ALOKASI DANA KEMASYARAKATAN UNTUK KEGIATAN
PENGELOLAAN WADUK MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT

Ukuran Waduk
Kecil Sedang Besar
KATEGORI
Luas < 200 200 < luas < 700 Luas > 700
Ha Ha Ha
Jumlah Rendah KK < 200 Rp. 1 Milyar - -
Keluarga di Sedang 200 < KK < 500 Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar
Sekitar
Waduk Tinggi KK > 500 Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Dana Kemasyarakatan dapat digunakan untuk membiayai prioritas kegiatan


masyarakat untuk dua (2) tahun kedepan terbagi atas dua (2) kategori kegiatan yaitu:
1. Kegiatan persiapan pengelolaan lingkungan waduk secara partisipasif, misalnya
pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat, pelatihan untuk fasilitator,
pemetaan swadaya, penyusunan RKM (Rencana Kerja Masyarakat).
Besarnya dana yang dapat dipergunakan maksimum 20% dari dana yang
tersedia
2. Kegiatan masyarakat, meliputi kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan waduk
serta peningkatan akses masyarakat terhadap peluang-peluang ekonomi di
sekitar waduk.
Besarnya dana yang dapat dipergunakan Maksimum 80% dari dana yang
tersedia

Dana kemasyarakatan dikelola secara swakelola oleh PIU/PPIU dan baru dapat
digunakan jika:
- FKW telah terbentuk
- Pokmas/FKW telah menyusun Rencana Kegiatan Masyarakat (kegiatan selama 5
tahun) dalam pengelolaan lingkungan waduk
- Pokmas/FKW telah menyusun Rencana Kegiatan tahunan ke-1

20
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

2) Prosedur Penggunaan dana kemasyarakatan


Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh FKW dalam rangka penggunaan dana
kemasyarakatan, sebagai berikut :

1. Penyiapan Usulan Kegiatan


Kegiatan penyiapan usulan dilakukan pada saat Pemetaaan Swadaya yaitu
penyusunan rencana kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dilaksanakan
selama periode 2 (dua) tahun.

Hasil perencanaan di tingkat Pokmas tersebut kemudian didiskusikan di tingkat


FKW untuk menghasilkan sebuah dokumen kesepakatan tentang arah
pengembangan partisipasi selama 2 (dua ) tahun mendatang.

Usulan kegiatan ini harus mengacu pada kegiatan-kegiatan yang boleh didanai
oleh Dana Kemasyarakatan.

2. Rapat Penentuan Prioritas Usulan Kegiatan untuk Tahun Pertama


Dari sekian banyak rencana kegiatan partisipasi yang ingin dilaksanakan,
anggota FKW secara bersama-sama melalui proses yang demokratis menyusun
prioritas menurut tingkat urgensi dari masing-masing kegiatan. Kemudian
disepakati kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode 1 (satu) tahun
mendatang.

Penentuan prioritas mengacu pada kegiatan yang boleh didanai oleh Dana
Kemasyarakatan

3. Verifikasi dan Persetujuan Usulan Kegiatan


FKW mengajukan usulan kegiatan kepada Penanggung Jawab Teknis Partisipasi
Masyarakat tingkat Propinsi (Counterpart Tenaga Fasilitator), untuk diverifikasi
apakah telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan penggunaan
Dana Kemasyarakatan.
Usulan tersebut sekurangnya harus mencakup
a. Nama dan jumlah kegiatan
b. Tujuan dan hasil kegiatan
c. Kelompok sasaran
d. Lokasi
e. Waktu
f. Pelaksana kegiatan
g. Kebutuhan volume dan biaya

Jika telah sesuai, Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat


Provinsi (Counterpart Tenaga Fasilitator) akan memasukkan ke dalam Annual
Work Program PIU (B(B)WS atau Dinas PSDA) yang bersangkutan, dan
selanjutnya akan dimasukkan oleh PIU ke dalam DIPA.

21
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Jika belum sesuai, FKW dibantu oleh Tenaga Fasilitator dan Koordinator
Fasilitator memperbaiki usulan kegiatan tersebut agar memenuhi syarat untuk
diajukan ke PIU.
3) Penggunaan dana kemasyarakatan
 Apa yang tidak boleh dibiayai dengan dana kemasyarakatan
o Pembiayaan kegiatan yang berkiatan dengan politik (misal: kampanye);
o Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga simpanan;
o Pembebasan lahan dan penampungan;
o Pembangunan rumah ibadah;
o Pembelian atau usaha narkoba;
o Pembiayaan kegiatan yang berkiatan dengan politik (misal: kampanye);
o Kegiatan militer atau semi militer (misal: pembelian senjata api);
o Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga simpanan;
o Pembebasan lahan dan penampungan;
o Pembangunan rumah ibadah;
o Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor FKW;
o Produk-produk yang merugikan lingkungan;
o Usaha perjudian dan usaha yang bertentangan dengan susila serta moral dan
nilai-nilai agama;
o Kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan
kelestarian budaya lokal;
 Kegiatan yang boleh menggunakan dana kemasyarakatan
1) Pengelolaan Waduk secara Partisipatif
a) Peningkatan pengetahuan, motivasi, dan kemampuan masyarakat
sekitar waduk untuk ikut serta menjaga kelangsungan fungsi waduk,
misalnya dalam bentuk:
- Sosialisasi dan publikasi tentang partisipasi masyarakat dalam
pemeliharaan dan pengawasan waduk.
- Penghargaan bagi warga yang berpartisipasi dalam pemeliharaan
waduk.
- Pengadaan perlengkapan untuk memelihara dan mengawasi waduk.
b) Kegiatan penataan kembali pemanfaatan wilayah sekitar waduk oleh
masyarakat, misalnya dalam bentuk:
- Relokasi fasilitas umum yang adadi sekitar waduk.
- Relokasi fasilitas komersial yang ada di sekitar waduk.
c) Peningkatan prasarana dan sarana pemukiman sekitar waduk:
o Peningkatan kualitas jalan lingkungan
o Peningkatan sarana transportasi
o Pengadaan hidran umum
o Pembangunan MCK

22
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

2) Peningkatan akses masyarakat terhadap peluang-peluang di sekitar


waduk
Penguatan modal dan ketrampilan masyarakat sekitar waduk untuk
pengembangan usaha yang sesuai dengan lingkungan waduk, misalnya
dalam bentuk:
- Bantuan modal pengembangan usaha peternakan
- Bantuan modal pengembangan usaha pertanian termasuk perikanan
- Bantuan modal pengembangan usaha kecil/ketrampilan bagi warga

3) Pembatalan Penggunaan Dana Kemasyarakatan


PIU/PPIU dimungkinkan untuk membatalkan penggunaan dana kemasyarakatan
sebagian atau seluruhnya, apabila terdapat salah satu indikator berikut:
o Tidak terbentuk sejumlah Pokmas yang minimal mencakup 70% keluarga
yang ada di sekitar waduk.
o FKW tidak terbentuk, atau kinerjanya tidak efektif setelah satu tahun
pelaksanaan CP-RM.
o Ditemukan indikasi penyalahgunaan dana kemasyarakatan.

4) Penundaan Penggunaan Dana Kemasyarakatan


o Apabila hasil evaluasi ternyata kinerja FKW maupun Pokmas dalam
pelaksanaan program sebelumnya dinilai tidak memuaskan, maka PIU/PPIU
dapat menunda penggunaan dana kemasyarakatan tahap berikutnya hingga
batas waktu yang ditetapkan
o Selama penundanaan tersebut, FKW dan Pokmas harus dapat memperbaiki
kinerjanya sesuai ketentuan cp-RM

2.2 DUKUNGAN PELAKSANAAN

Untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan waduk dalam rangka
menjaga keamanan dan memelihara kondisi dan keberlanjutan fungsi waduk, masyarakat perlu
diberi dukungan baik berupa tenaga dan dana.
Masyarakat akan difasilitasi oleh Fasilitator dan Kader Masyarakat.

Tenaga Fasilitator secara intensif memfasilitasi Pokmas, FKW dan masyarakat secara umum
dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan waduk.

Dengan demikian, dukungan pelaksanaan cp-RM mencakup di dalamnya hal-hal yang berkenaan
dengan:

2.2.1 Bantuan Teknis bagi Pelaksanaan dan Monitoring


 Tenaga Fasilitator secara intensif memfasilitasi Pokmas, FKW dan masyarakat
secara umum dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
dan pemanfaatan waduk.

23
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Para Tenaga Fasilitator ini akan dikontrak dan bertanggung jawab langsung kepada
PIU. Jumlah Tenaga Fasilitator bervariasi, tergantung dengan ukuran waduk serta
jumlah KK yang berada dan menjadi sasaran program.

TABEL L3.2 ALOKASI FASILITATOR UNTUK KEGIATAN PENGELOLAAN WADUK


MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT

Ukuran Waduk
Kecil Sedang Besar
KATEGORI
Luas < 200 200 < luas < 700 Luas > 700
Ha Ha Ha
Jumlah Rendah KK < 200 1 Fasilitator - -
Keluarga Sedang 200 < KK < 500 1 Fasilitator 2 Fasilitator 3 Fasilitator
di Sekitar
Waduk Tinggi KK > 500 2 Fasilitator 3 Fasilitator 3 Fasilitator

 Disamping Tenaga Fasilitator yang berlatar belakang pendidikan sosial tersebut,


akan ditempatkan 4 (empat) orang Koordinator Fasilitator yang berlatar belakang
pendidikan teknik sipil.
Satu orang akan bertugas pada Waduk yang berlokasi di wilayah Barat, dua orang di
wilayah Timur dan satu orang lagi bertugas untuk waduk yang berlokasi di Jawa
Tengah.
Koordinator Fasilitator yang berlatar belakang pendidikan teknik sipil ini mempunyai
dua tugas, yaitu pertama membantu masyarakat dalam merencanakan dan
menghitung kebutuhan biaya dalam penyediaan sarana/prasarana yang diajukan oleh
masyarakat dan kedua menjadi Koordinator Fasilitator pada wilayah kerja masing-
masing baik pada lokasi proyek di sekitar waduk maupun pada daerah tangkapan air

 Sosialisasi dan koordinasi di tingkat nasional, propinsi, dan waduk, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.

 Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat Pusat bertanggung jawab


terhadap pelaksanaan monitoring

2.2.2 Bantuan Teknis untuk Evaluasi

Pengadaan Konsultan Evaluasi di tingkat CPMU untuk melakukan baseline survey


(survei dasar), mid-term review, survey dampak, dan studi khusus sesuai kebutuhan.

2.3 INDIKATOR KINERJA

Program DOISP II-CP merupakan program pengembangan masyarakat di sekitar


waduk/dam oleh karena itu maka indikator keberhasilan partisipasi yang digunakan harus

24
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

mengacu pada ketiga hal, sebagai berikut:

1. Indikator keberhasilan dari sisi teknis:


a. Masyarakat sekitar waduk/dam mampu mengenali tanda akan terjadinya kerusakan
dan gangguan pada waduk/dam baik secara fisik maupun biofisik;
b. Masyarakat sekitar waduk/dam bersedia mengelola waduk/dam melaksananakan
kegiatan pemeliharaan waduk/dam dan sarana kelengkapannya, termasuk
melakukan tindakan darurat;
c. Masyarakat tidak melakukan kegiatan social ekonomi yang secara teknis dapat
merusak kelestarian lingkungan khususnya waduk/dam (tidak mengekploitasi
waduk/dam secara berlebihan, melakukan konservasi vegetasi dan sipil teknis
dll.);
d. Masyarakat/Pokmas sekitar waduk/dam melaporkan dan menyusun Laporan hasil
pemantauan keamanan lingkungan waduk kepada pengelola waduk/dam jika secara
teknis terjadi hal-hal yang menganggu kelestarian waduk/dam.

2. Indikator keberhasilan dari sisi Sosial:


a. Terbentuknya kelompok-kelompok ditingkat masyarakat sebagai wadah belajar
dalam menjaga kelestarian waduk
b. Adanya kelembagaan masyarakat yang aktif memonitor dan melakukan tindakan
jika terjadi kerusakan yang dapat mengancam kelestarian fungsi waduk/dam;
c. Terbentuknya jaringan masyarakat sebagai media komunikasi antar kelompok
maupun dengan pihak lain dalam upaya pelestarian waduk/dam dan lingkungan;
d. Berfungsinya kelembagaan masyarakat dalam memberikan sangsi bagi warga
yang melakukan kegiatan sosial/ekonomi yang merusak kelestarian waduk/
lingkungan

3. Indikator keberhasilan dari sisi ekonomi:


a. Masyarakat di sekitar waduk tidak melakukan aktifitas ekonomi/pertanian yang dapat
menimbulkan ancaman/kerusakan badan/operasional waduk/dam
b. Terbentuk dan semakin bertambahnya usaha-usaha ekonomi produktif yang
terintegrasi dengan upaya konservasi dan peningkatan pendapatan masyarakat.

BAB 3. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH


TANGKAPAN AIR

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daerah tangkapan air,


cp-WM terdiri dari dua komponen yaitu:
A. Pengembangan Masyarakat Daerah Tangkapan Air
B. Penyediaan Dana Kemitraan

25
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Dam Operational Improvement & Safety Project (DOISP II) adalah sebuah proyek yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional. Salah satu dari
persoalan yang mengancam kinerja operasional dan keamanan waduk adalah tingginya tingkat
sedimentasi waduk yang berasal dari aliran sungai di bagian hulu. Hal ini terutama disebabkan
karena adanya penebangan vegetasi yang tak terkendali di daerah perbukitan/pegunungan, dan
pengolahan lahan pertanian yang kurang tepat di daerah hulu. Selain itu pembangunan di daerah
tepian sungai yang tidak memenuhi syarat juga telah menyebabkan meningkatnya kandungan
sedimen dalam air sungai yang mengalir ke waduk.

Cp-WM (Community Participation in Watershed Management) adalah komponen pembangunan


sosial dalam DOISP II yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang
bermukim di daerah tangkapan air dalam rangka mengurangi tingkat sedimentasi aliran sungai
yang menuju ke waduk.

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan komponen ini adalah:


1. meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan vegetasi dan kondisi muka
tanah pada daerah tangkapan air, maupun terpeliharanya kondisi tepian sungai yang
mengalir ke dalam waduk tersebut, sehingga tingkat sedimentasi yang dialami waduk
menjadi serendah mungkin.
2. meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan peluang-peluang
(opportunities) yang ada di daerah tangkapan air dalam batas yang tidak menganggu
kelestarian ekosistem daerah tangkapan air..
3. meningkatnya kapasitas aparat instansi pemerintah yang bertugas mengelola daerah
tangkapan air, agar mampu menerapkan pendekatan pengelolaan daerah tangkapan air
secara partisipatif.

3.1 KOMPONEN

3.1.1 Pengembangan Masyarakat di Daerah Tangkapan Air

a) Uraian
Cp-WM menyediakan dukungan bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan masyarakat daerah tangkapan air agar mampu bekerjasama lebih efektif
dengan aparat instansi teknis dalam hal pengelolaan daerah tangkapan air.

Kegiatan-kegiatan komponen pengembangan masyarakat ini meliputi serangkaian


kegiatan yang diawali dengan:
1) membangun kesadaran kritis masyarakat tentang bagaimana hidup di alam;
dilanjutkan dengan,
2) pengorganisasian masyarakat dalam bentuk Pokmas dan Forum Pelestarian Daerah
Tangkapan Air;
3) pemetaan swadaya tentang interaksi masyarakat dengan daerah tangkapan air;
4) perencanaan partisipatif untuk menyusun Rencana Strategis Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Daerah Tangkapan Air; serta,

26
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

5) penyusunan Rencana Aksi Tahunan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan


Daerah Tangkapan Air.

Pada Gambar L3.7 di bawah ini ditampilkan diagram alir kegiatan komponen
pengembangan masyarakat.
Kegiatan 201 hingga 205 merupakan kegiatan-kegiatan utama dari komponen
pengembangan masyarakat di daerah tangkapan air.

202
PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT &
PEMBENTUKAN FORUM SIKLUS LIMA TAHUNAN
PELESTARIAN ALAM

203
PEMETAAN SWADAYA
201
“ PEMANFAATAN DAN
REFLEKSI
PELESTARIAN DAERAH
“ HIDUP DI ALAM” SIKLUS TAHUNAN
TANGKAPAN AIR OLEH
MASYARAKAT”

204 206
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PARTISIPASI
PEMETAAN SOSIAL &
STRATEGIS MASYARAKAT DALAM
PERENCANAAN FASILITASI
PARTISIPASI MASYARAKAT PENGELOLAAN DAERAH
DALAM PENGELOLAAN TANGKAPAN AIR
DAERAH TANGKAPAN AIR

205
PENYUSUNAN
RENCANA AKSI TAHUNAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
Gambar 3.1 DALAM PENGELOLAAN
ALIRAN KEGIATAN DAERAH TANGKAPAN AIR
PENINGKATAN PENGELOLAAN DAERAH TANGKAPAN AIR
MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT

GAMBAR L3.7 ALIRAN KEGIATAN PENINGKATAN PENGELOLAAN DAERAH


TANGKAPAN AIR MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT

Dukungan pembiayaan untuk komponen pengembangan masyarakat ini mencakup:


1) biaya penyediaan fasilitator untuk melaksanakan pendampingan masyarakat daerah
tangkapan air;
2) biaya penyiapan materi dan pelaksanaan sosialisasi; serta,
3) biaya penyiapan materi dan pelaksanaan pelatihan.

Secara singkat, komponen pengembangan masyarakat ini terdiri dari lima kegiatan
utama yaitu sebagai berikut:
1) Penguatan-kembali Kesadaran Masyarakat tentang: “Hidup di Alam”
Kegiatan ini berupa diskusi reflektif yang dilakukan dalam kelompok-kelompok
diskusi kecil.
Pertama-tama peserta diarahkan untuk menginventarisasi dan merenungkan sikap
dan perilaku masing-masing peserta terkait dengan alam.

27
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Selanjutnya Fasilitator atau Kader Masyarakat membantu memperlihatkan


keterkaitan antara sikap dan perilaku yang muncul dalam diskusi dengan cara-
pandang setiap individu dengan alam sekitarnya.
Selanjutnya beberapa pertanyaan reflektif diajukan oleh Fasilitator atau Kader
Masyarakat untuk membantu peserta memunculkan kembali ‘cara pandang’
otentik manusia tentang hubungan setiap individu dengan alam dimana ia berada,
yaitu alam sebagai adalah ‘perluasan’ tubuh manusia.
Pada tahap ini peserta akan mampu melihat kepedulian terhadap alam bukan lagi
sebagai beban, namun merupakan kebutuhan setiap manusia.

Pada akhirnya, diharapkan peserta diskusi dapat merumuskan kembali cara-


pandang, sikap, dan perilaku baru masing-masing peserta terkait dengan alam.

Hasil dari tahap ini adalah semacam ‘deklarasi’ yang dibuat sendiri oleh peserta
diskusi tentang bagaimana seharusnya mereka hidup di alam. Kegiatan refleksi ini
diperkirakan akan membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) bulan.

2) Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan Forum Pelestarian Daerah


Tangkapan Air
Setelah warga memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengubah sikap mereka
dari semula tidak peduli menjadi peduli terhadap pelestarian alam, maka langkah
selanjutnya adalah membantu mereka mengorganisir diri agar secara bersama-
sama mampu mewujudkan perilaku kepedulian yang mereka inginkan.
Pada setiap Zona A dibentuk Kelompok Masyarakat (community groups), yang
beranggotakan seluruh warga yang bermukim di sana.

Kelompok Masyarakat (Pokmas) ini lebih bersifat kelompok diskusi tempat


mendiskusikan isu-isu yang terkait dengan interaksi mereka dengan alam.
Fasilitator dan Kader Masyarakat membantu masyarakat agar dapat membangun
kelompok diskusi yang menerapkan praktik-praktik komunikasi yang sehat,
inklusif, terbuka terhadap gagasan baru dan inovatif.

Diskusi yang pertama bertujuan untuk menggalang aspirasi warga terkait dengan
interaksi warga dengan daerah tangkapan air yang ingin didiskusikan di tingkat
Forum Pelestarian Daerah Tangkapan Air, serta pemilihan siapa warga yang
disepakati akan menjadi utusan di Forum tersebut.

Pada setiap sub-daerah tangkapan air yang menjadi sasaran, dibentuk Forum
Pelestarian Daerah Tangkapan Air (FPDTA) yang terdiri atas: para utusan
Pokmas (setiap kelompok masyarakat diminta mengirimkan satu orang utusan);
Kepala Desa; para utusan lembaga komunitas setempat yang terkait; dan aparat
lembaga yang secara formal bertugas mengelola daerah tangkapan air (Dinas
PSDA, BBWS/BWS, dan BPSDA).

28
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Agenda diskusi pertama dari FPDTA adalah menyusun deklarasi tentang


keinginan dan komitmen bersama untuk melaksanakan program-program
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daerah tangkapan air.

Deklarasi ini selanjutnya dituangkan dalam rencana kerja, di mana salah satunya
berupa rencana pelaksanaan Pemetaan Swadaya.
Kegiatan ini membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) bulan.

Sub-Daerah Tangkapan Air

zona
interaksi zona
interaksi
B B
Pokmas 1
zona
interaksi Pokmas 2
A zona
interaksi
A

RESERVOIR
sungai

Gambar 3.2
KEBERADAAN MASYARAKAT
DI DAERAH TANGKAPAN AIR & ZONA INTERAKSINYA

GAMBAR L3.8 KEBERADAAN MASYARAKAT DI DAERAH TANGKAPAN AIR &


ZONA INTERAKSINYA

3) Pemetaan Swadaya: “Pemanfaatan dan Pelestarian Daerah Tangkapan Air


oleh Masyarakat”
Pemetaaan Swadaya merupakan kegiatan Pokmas yang bertujuan untuk
mengenali potensi dan kendala yang ada di sisi masyarakat (misalnya potensi
SDM, kelembagaan komunitas), maupun potensi dan batasan yg ada di sisi sub-
daerah tangkapan air, serta jenis dan intensitas pemanfaatan daerah tangkapan air
oleh masyarakat saat ini.

Pemetaan Swadaya ini dilakukan oleh masing-masing Pokmas dengan didampingi


Fasilitator atau Kader Masyarakat.

Berkaitan dengan pemetaan potensi dan batasan-batasan yang ada di sisi sub-
daerah tangkapan air, warga mendapatkan penjelasan dari penyuluh tentang hal-
hal teknis berkaitan dengan kelestarian alam.

29
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Pada kesempatan ini dijelaskan pula tentang tuntutan teknis yang harus dipenuhi
untuk pemeliharaan daerah tangkapan air.

Hasil pemetaan swadaya ini kemudian didiskusikan bersama di tingkat Pokmas


dan FPDTA. Hasil diskusi yang berupa pemahaman tentang berbagai dampak,
potensi, kendala dan batasan bagi pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan daerah tangkapan air.
Kegiatan ini diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu 1 (satu) bulan.

4) Perencanaan Partisipatif untuk Menyusun Rencana Strategis Partisipasi


Masyarakat dalam Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Berdasarkan hasil Pemetaaan Swadaya kemudian FPDTA menyusun rencana
program dan kegiatan partisipasi masyarakat yang ingin dilaksanakan dalam
periode 5 (lima) tahun mendatang.
Waktu yang diperlukan untuk kegiatan ini sekitar 0,5 (setengah) bulan.

5) Penyusunan Rencana Aksi Tahunan Partisipasi Masyarakat dalam


Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Dari sekian banyak rencana kegiatan partisipasi yang ingin dilaksanakan dalam
periode 5 tahun mendatang, FPDTA –melalui proses yang demokratis- menyusun
prioritas menurut tingkat urgensi dari masing-masing kegiatan. Kemudian
disepakati kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode satu tahun mendatang.

Sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat berasal dari DOISP II,
swadaya masyarakat, APBN/ APBD, dan sebagainya.
Durasi kegiatan ini sekitar 0,5 (setengah) bulan.
b) Ketentuan Umum

1) Siapa yang dimaksud masyarakat?


Pengertian masyarakat daerah tangkapan air dalam cp-WM adalah seluruh warga
yang tinggal di dalam satu atau lebih sub-daerah tangkapan air yang merupakan
sumber paling dominan dari sedimentasi waduk ‘baik yang kaya maupun miskin,
kaum minoritas, penduduk asli maupun pendatang’, yang setelah melalui proses
pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi lingkungan daerah
tangkapan air serta persoalan makin memudarnya kepedulian serta partisipasi
masyarakat dalam pelestarian alam, dan sepakat untuk mengorganisasi diri agar
dapat berpartisipasi lebih efektif dalam pengelolaan daerah tangkapan air.

2) Kelembagaan yang harus dibangun masyarakat


Warga yang sadar akan pentingnya persoalan pelestarian daerah tangkapan air serta
potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan daerah tangkapan
air tersebut harus mampu membentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas), dengan
rumusan sebagai berikut:

30
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

“Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam cp-WM adalah kelompok warga yang


dibentuk dengan berbasiskan pada kesamaan lokasi bermukim di sebuah sub-daerah
tangkapan air.

Kelompok ini diprakarsai dan dikelola secara mandiri oleh warga, yang dibangun
dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan bersama, serta memecahkan
persoalan bersama terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan daerah tangkapan
air.
Sifat Pokmas adalah inklusif, mengakar, demokratis, dengan tetap mempertahankan
sifat independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, keluarga,
agama dan usaha”

Masyarakat daerah tangkapan air dapat membentuk Pokmas, maupun memampukan


lembaga yang telah ada melalui peningkatan peran dan fungsinya, selama lembaga
tersebut telah memenuhi kriteria organisasi masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri
otonomi, sukarela, kesetaraan, inklusif, demokrasi, dan menghargai keragaman serta
kedamaian.

Untuk memimpin Pokmas ini, dipilih seorang Ketua yang merupakan pribadi yang
dipercaya dan dianggap mampu memimpin warga.

Para Ketua Pokmas, perwakilan Dinas PSDA, dan perwakilan BBWS/BWS yang
secara teknis bertugas mengelola daerah tangkapan air, perwakilan Pemerintahan
Desa terkait, serta perwakilan lembaga komunitas setempat (PKK, pesantren, dan
lainnya) bersama-sama membentuk sebuah Forum Pelestarian Daerah Tangkapan Air
(FPDTA) .

Kelompok
Masyarakat Kelompok
1 Mas yarakat
Aparat BBWS/BWS, 2
BPSDA, Dinas PSDA

utusan
utusan
FORUM PELESTARIAN
DAERAH TANGKAPAN AIR

RENCANA Kelompok
PARTISIPASI Masyarakat
MASYARAKAT 3
Kepala Desa Dalam Pengelolaan Sub
Daerah Tangkapan Air

utusan
Unsur Lembaga
Komunitas utusan

Kelompok
Kelompok Mas yarakat
Masyarakat 4
….

Gambar 3.3
KERANGKA-KERJA KELEMBAGAAN
UNTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH
TANGKAPAN AIR

GAMBAR L3.9 KERANGKA-KERJA KELEMBAGAAN UNTUK PARTISIPASI


MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH TANGKAPAN AIR

31
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

FPDTA merupakan sebuah wadah komunikasi antara Pokmas dan kelembagaan


komunitas lainnya di daerah tangkapan air dengan instansi teknis pengelola daerah
tangkapan air untuk menyepakati program-program partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan daerah tangkapan air.

Kesepakatan tersebut dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis Partisipasi


Masyarakat dalam Pengelolaan Daerah Tangkapan Air, yang setiap tahunnya
dijabarkan dalam dokumen rencana tahunannya.

3) Peran apa yang harus dilakukan oleh Kelompok Masyarakat?


 Pokmas mengorganisasikan warga secara partisipatif ‘dimulai dari tingkat akar
rumput’ untuk merumuskan aspirasi warga tentang bentuk partisipasi
masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah tangkapan air;
 Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan di tingkat masyarakat untuk
hal-hal yang menyangkut pelaksanaan cp-WM pada khususnya dan pemanfaatan
serta pengelolaan daerah tangkapan air pada umumnya;
 Meningkatkan kepedulian warga untuk berpartisipasi aktif dalam memelihara
kelestarian alam;
 Meningkatkan keberdayaan warga agar mampu memanfaatkan berbagai peluang
yang ada di daerah tangkapan air, dengan tetap memperhatikan kelestarian alam;
 Mengusulkan dan melaksanakan berbagai kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan daerah tangkapan air.

4) Peran apa yang harus dilakukan oleh Forum Pelestarian Daerah Tangkapan Air?
 FPDTA mengorganisasikan seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan
komunitas lainnya, pemerintahan Desa terkait, agar dapat ‘bersama instansi
teknis pengelola daerah tangkapan air’ berpartisipasi aktif dalam pengelolaan
maupun pemanfaatan daerah tangkapan air secara berkelanjutan;
 Bertindak sebagai forum pengambilan keputusan di tingkat sub-daerah
tangkapan air untuk hal-hal yang menyangkut pelaksanaan cp-WM pada
khususnya dan pemanfaatan serta pengelolaan sub-daerah tangkapan air pada
umumnya;
 Meningkatkan efektifitas komunikasi di antara stake-holders pengelolaan daerah
tangkapan air;
 Mengembangkan jaringan dengan FPDTA pada waduk sasaran lainnya.
 Mengusulkan dan melaksanakan kegiatan- partisipasi masyarakat pada skala
sub-daerah tangkapan air yang lingkupnya wilayahnya mencakup lebih dari satu
wilayah kerja Pokmas.

32
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

5) Pendampingan dalam pengembangan masyarakat


 Tim Fasilitator secara intensif memfasilitasi Pokmas, FPDTA, serta warga
masyarakat secara umum dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan daerah tangkapan air.
 Kader Masyarakat dipilih dari, oleh dan untuk masyarakat dan secara sukarela
berperan sebagai agen pembangunan masyarakat setempat. Kader Masyarakat ini
akan mendapat pelatihan yang diselenggarakan oleh Fasilitator.

3.1.2 Penyediaan dana kemasyarakatan

a) Uraian
Penyediaan dana kemasyarakatan diadakan dengan tujuan memfasilitasi masyarakat
daerah tangkapan air dalam rangka upaya pemanfaatan dan pengelolaan daerah
tangkapan air.

Jenis-jenis kegiatan dapat ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui rembug Pokmas
dan FPDTA, berdasarkan ketentuan cp-WM.
Dana kemasyarakatan dikelola secara swakelola dan dipertanggung jawabkan oleh
PIU/PPIU terkait
b) Ketentuan Umum

1) Alokasi dana kemasyarakatan


Besarnya dana kemasyarakatan ditentukan berdasarkan jumlah keluarga yang
tinggal di sebuah sub-daerah tangkapan air dan ukuran sub-daerah tangkapan air
tersebut, sehingga distribusi alokasi maksimum dari dana kemasyarakatan adalah
sebagaimana tampak pada Tabel L3.3

TABEL L3.3 DISTRIBUSI ALOKASI DANA KEMASYARAKATAN UNTUK KEGIATAN


PENGELOLAAN DAERAH TANGKAPAN AIR MELALUI PARTISIPASI
MASYARAKAT

Luas Sub-Daerah Tangkapan Air


Kecil Sedang Besar
KATEGORI
Luas < 500 500 < luas < Luas >
Ha 1000 Ha 1000 Ha
Jumlah Rendah KK < 250 Rp. 2 M - -
Keluarga di Sedang 250 < KK < 500 Rp. 2 M Rp. 2 M Rp. 2 M
Sub-Daerah
Tangkapan Air Tinggi KK > 500 Rp. 2 M Rp. 2 M Rp. 2 M

33
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Dana Kemasyarakatan dapat digunakan untuk membiayai prioritas kegiatas


masyarakat dalam dua (2) tahun kedepan terbagi atas dua (2) kategori kegiatan
yaitu:
- Kegiatan persiapan pengelolaan daerah tangkapan air secara partisipasif,
misalnya pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat, pelatihan untuk
fasilitator, pemetaan swadaya, penyusunan RKM (Rencana Kerja
Masyarakat).
Besarnya dana yang dapat dipergunakan maksimum 20% dari dana yang
tersedia
- Kegiatan masyarakat, meliputi kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan waduk
serta peningkatan aksesmasyarakat terhadap peluang-peluang ekonmi di
sekitar waduk.
Besarnya dana yang dapat dipergunakan maksimum 80% dari dana yang
tersedia
Dana kemasyarakatan baru dapat digunakan jika:
- FKDTA telah terbentuk
- Pokmas/FKDTA telah menyusun Rencana Kegiatan Masyarakat (kegiatan
selama 5 tahun) dalam pengelolaan lingkungan waduk
- Pokmas/FKDTA telah menyusun Rencana Kegiatan tahunan ke-1

2) Prosedur Penggunaan dana kemasyarakatan


Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan FKW/FKDTA dalam rangka penggunaan
dana kegiatan masyarakat, sebagai berikut :

1. Penyiapan Usulan Kegiatan


Kegiatan penyiapan usulan dilakukan pada waktu Pemetaaan Swadaya yang
menyusun rencana kegiatan partisipasi masyarakat yang ingin dilaksanakan
dalam periode 2 (dua) tahun.
Hasil perencanaan di tingkat Pokmas tersebut kemudian didiskusikan di
tingkat FKDTA untuk menghasilkan sebuah dokumen kesepakatan tentang
arah pengembangan partisipasi dalam 2 (dua) tahun mendatang. Usulan
kegiatan ini harus mengacu pada kegiatan-kegiatan yang boleh didanai oleh
Dana Kemasyarakatan.

2. Rapat Penentuan Prioritas Usulan Kegiatan untuk Tahun Pertama


Dari sekian banyak rencana kegiatan partisipasi yang ingin dilaksanakan,
anggota FKDTA secara bersama-sama melalui proses yang demokratis
menyusun prioritas menurut tingkat urgensi masing-masing kegiatan.
Kemudian disepakati kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
periode satu tahun mendatang.
Penentuan prioritas mengacu pada kegiatan-kegiatan yang boleh didanai oleh
Dana Kemasyarakatan

34
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

3. Verifikasi dan Persetujuan Usulan Kegiatan


FKDTA mengajukan usulan kegiatan kepada Penanggung Jawab Teknis
Partisipasi Masyarakat tingkat Propinsi (Counterpart Tenaga Fasilitator),
untuk diverifikasi apakah telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
ketentuan penggunaan Dana Kemasyarakatan.

Usulan tersebut sekurangnya harus mencakup


a) Nama dan jumlah kegiatan
b) Tujuan dan hasil kegiatan
c) Kelompok sasaran
d) Lokasi
e) Waktu
f) Pelaksana kegiatan
g) Kebutuhan volume dan biaya

Jika telah sesuai, Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat


Propinsi (Counterpart Tenaga Fasilitator) akan memasukkan ke dalam Annual
Work Program PIU (B(B)WS atau Dinas PSDA) yang bersangkutan, dan
selanjutnya akan dimasukkan oleh PIU ke dalam DIPA.
Jika belum sesuai FKDTA dibantu oleh Tenaga Fasilitator dan Koordinator
Fasilitator memperbaiki usulan kegiatan tersebut agar memenuhi syarat untuk
diajukan ke PIU.

3) Penggunaan dana kemasyarakatan

 Apa yang tidak boleh mengunakan dana kemasyarakatan


Pada dasarnya dana kemasyarakatan dapat digunakan secara luwes dengan
berpedoman pada Rencana Strategis Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air serta kearifan warga sehingga hasilnya
dapat benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat sasaran maupun
kelestarian sub-daerah tangkapan air.

Meskipun demikian, beberapa kegiatan tidak boleh didanai dengan dana


kemasyarakatan adalah:
o Pembelian atau usaha narkoba;
o Pembiayaan kegiatan yang berkiatan dengan politik (misal: kampanye);
o Kegiatan militer atau semi militer (misal: pembelian senjata api);
 Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga simpanan;
 Pembebasan lahan dan penampungan;
 Pembangunan rumah ibadah;
 Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor FPDTA;
 Produk-produk yang merugikan lingkungan;

35
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

 Usaha perjudian dan usaha yang bertentangan dengan susila serta moral
dan nilai-nilai agama;
 Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan,
penduduk asli dan kelestarian budaya lokal

 Apa yang boleh menggunakan dana kemasyarakatan

1) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air secara Partisipatif


a) Peningkatan pengetahuan, motivasi, dan kemampuan masyarakat
sasaran untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah tangkapan air,
misalnya dalam bentuk:
- Sosialisasi dan publikasi tentang partisipasi masyarakat dalam
pemeliharaan dan pengawasan daerah tangkapan air.
- Penghargaan bagi warga yang berpartisipasi dalam pemeliharaan
daerah tangkapan air.
- Pengadaan perlengkapan untuk memelihara dan mengawasi
daerah tangkapan air.

b) Kegiatan pelestarian kembali daerah tangkapan air, misalnya dalam


bentuk:
- Penanaman kembali (reboisasi) lahan kritis.

2) Peningkatan akses masyarakat terhadap peluang-peluang di daerah


tangkapan air
a) Penguatan modal dan ketrampilan masyarakat sasaran untuk
pengembangan usaha-usaha yang sesuai dengan lingkungan daerah
tangkapan air, misalnya dalam bentuk:
- Bantuan modal pengembangan usaha peternakan
- Bantuan modal pengembangan usaha pertanian
- Bantuan modal pengembangan usaha perdagangan barang/jasa
- Pelatihan pengembangan usaha bagi warga

b) Peningkatan prasarana dan sarana permukiman, misalnya:


- Pembangunan baru jalan lingkungan
- Peningkatan kualitas jalan lingkungan
- Peningkatan sarana transportasi
- Pengadaan hidran umum
- Pembangunan MCK
- Perbaikan prasarana & sarana pendidikan
- Pengadaan listrik

36
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

- Pengadaan sarana telekomunikasi umum

5) Pembatalan Penggunaan Dana Kemasyarakatan


PIU dapat membatalkan penggunaan dana kemasyarakatan sebagian atau
seluruhnya, apabila terdapat salah satu indikator berikut:
o Tidak terbentuk sejumlah Pokmas yang minimal mencakup 70%
keluarga yang ada di sekitar DTA.
o FKDTA tidak terbentuk, atau kinerjanya tidak efektif setelah satu tahun
pelaksanaan.
o Ditemukan indikasi penyalahgunaan dana kemasyarakatan.

6) Penundaan Penggunaan Dana Kemasyarakatan


o Apabila hasil evaluasi ternyata kinerja FKDTA maupun Pokmas dalam
pelaksanaan program sebelumnya dinilai tidak memuaskan, maka PIU
dapat menunda penggunaan dana kemasyarakatan tahap berikutnya
hingga batas waktu yang ditetapkan
o Selama penundanaan tersebut, FKW dan Pokmas harus dapat
memperbaiki kinerjanya sesuai ketentuan

3.2 DUKUNGAN PELAKSANAAN

Untuk melaksanakan cp-WM untuk mencapai tujuan yang diharapkan, PMU akan mengontrak
seperangkat konsultan dan fasilitator untuk mengelola pelaksanaan proyek, terutama karena
komponen cp-WM membutuhkan kehadiran dan pendampingan lapangan yang aktif dan intensif
di tingkat Pokmas maupun di tingkat FPDTA.

Pada dasarnya dukungan pelaksanaan proyek mencakup pembiayaan seluruh manajemen proyek
yang dapat memampukan PMU untuk memiliki:
i) kualitas kinerja komponen 3.4 yang baik;
ii) dukungan teknis di lapangan bagi Pokmas dan FPDTA; serta
iii) evaluasi dan monitoring yang baik terhadap dampak pelaksanaan cp-WM

Dengan demikian, dukungan pelaksanaan CP-WM mencakup di dalamnya hal-hal yang


berkenaan dengan:

3.2.1 Bantuan Teknis bagi Pelaksanaan dan Monitoring

 Pengadaan Tim Bantuan Teknis Pengembangan Masyarakat di tingkat PMU dan di


tingkat PIU, serta Fasilitator pada tingkat sub-daerah tangkapan air dan masyarakat.
Pada tabel di bawah ini ditampilkan alokasi fasilitator untuk masing-masing sub-
daerah tangkapan air, berdasarkan luas sub-daerah tangkapan air dan populasi
penduduk.

37
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

38
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

TABEL L3.4 ALOKASI FASILITATOR UNTUK KEGIATAN PENGELOLAAN DAERAH


TANGKAPAN AIR MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT

Luas Sub-Daerah Tangkapan Air


Kecil Sedang Besar
KATEGORI
500 < luas < 1000
Luas < 500 Ha Luas > 1000 Ha
Ha
KK <
Rendah 1 Fasilitator - -
250
Jumlah
250 <
Keluarga di
Sedang KK < 1 Fasilitator 1 Fasilitator 2 Fasilitator
Sub-Daerah
500
Tangkapan Air
KK >
Tinggi 1 Fasilitator 2 Fasilitator 2 Fasilitator
500

 Sosialisasi dan koordinasi di tingkat nasional, propinsi, dan waduk, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.

 Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat Pusat bertanggung jawab


terhadap pelaksanaan monitoring

3.3 INDIKATOR KINERJA

Program DOISP II-CP merupakan program pengembangan masyarakat di sekitar


waduk/dam oleh karena itu maka indikator keberhasilan partisipasi yang digunakan harus
mengacu pada ketiga hal, sebagai berikut :

1. Indikator keberhasilan dari sisi teknis:


a. Masyarakat di daerah tangkapan air bersedia menjaga kelestarian fungsi daerah
tangkapan air
b. Masyarakat di daerah tangkapan air di daerah tangkapan air tidak melakukan
kegiatan social ekonomi yang secara teknis dapat merusak kelestarian lingkungan
di daerah tangkapan air
Indikator keberhasilan dari sisi Sosial:
a. Terbentuknya kelompok-kelompok ditingkat masyarakat sebagai wadah belajar
dalam menjaga kelestarian lingkungan di daerah tangkapan air
b. Adanya kelembagaan masyarakat yang aktif memonitor dan melakukan tindakan
jika terjadi kerusakan yang dapat mengancam kelestarian fungsi daerah tangkapan
air
c. Terbentuknya jaringan masyarakat sebagai media komunikasi antar kelompok
maupun dengan pihak lain dalam upaya pelestarian lingkungan;

39
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

d. Berfungsinya kelembagaan masyarakat dalam memberikan sangsi bagi warga


yang melakukan kegiatan sosial/ekonomi yang merusak kelestarian lingkungan.

3. Indikator keberhasilan dari sisi ekonomi:


a. Masyarakat di daerah tangkapan air tidak melakukan aktifitas ekonomi/pertanian
yang menimbulkan ancaman/kerusakan fungsi daerah tangkapan air
b. Terbentuk dan semakin bertambahnya usaha-usaha ekonomi produktif yang
terintegrasi dengan upaya konservasi dan peningkatan pendapatan masyarakat.

40
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

BAB 4. MANAJEMEN PROYEK

4.1 STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA PERAN

4.1.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi proyek mengambarkan pola penanganan proyek secara menyeluruh dari
pusat sampai dengan lokasi sasaran yang akan dijelaskan di bawah ini.

Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA)
bertanggung jawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan DOISP II. Ditjen SDA membentuk
Project Management Unit (CPMU) yang dipimpin oleh seorang Kepala yang membawahi
beberapa staf.
Ketua CPMU mendapat mandat penuh serta bertanggung-jawab langsung kepada Dirjen SDA
dalam melaksanakan tugas-tugas keproyekan DOISP II, termasuk yang berkaitan dengan DOISP
II-CP. Khusus untuk pelaksanaan DOISP II-CP, CPMU mengontrak beberapa konsultan yang
akan bertugas sebagai Tim Bantuan Teknis Pengembangan Masyarakat di tingkat Pusat.

CPMU akan berkoordinasi dengan Subdit Prasarana Konservasi & Pengendalian Sedimen,
Direktorat Sungai dan Pantai yang akan berperan aktif untuk:
1) menumbuhkan iklim yang mendukung bagi upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan waduk dan daerah tangkapan air;
ii) melembagakan mekanisme yang menjamin terwujudnya komunikasi, koordinasi dan
keterpaduan antara pemerintah dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Untuk pelaksanaan lapangan, CPMU membentuk Project Implementation Unit (PIU) pada Balai
(Besar) Wilayah Sungai dan Dinas PU Prov. setempat yang akan bertindak atas nama CPMU
sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh CPMU, untuk mengatur manajemen DOISP II di
masing-masing propinsi, termasuk pula yang berkaitan dengan DOISP II-CP. Khusus untuk
Dinas PU Prov, PPIU dibentuk pada Dinas PSDA Prov. Jawa Tengah

Setiap lokasi proyek baik itu waduk atau sub-daerah tangkapan air akan mendapat
pendampingan dari Tenaga Fasilitator.

Jumlah Tenaga Fasilitator akan disesuaikan dengan luas lokasi sasaran.


Para Tenaga Fasilitator ini bertanggung jawab langsung kepada PIU.

40
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

GAMBAR L3.10 STRUKTUR ORGANISASI DOISP II-CP

CPMU
U
Ditjen SDA

P
U
PIU CPIU PIU
S
UUIU
Pen.jawab Teknis Unit Keamanan Dit.
IU OP Puslitbang A
Partisipasi Bendungan Air T
Masyarakat Tingkat
Pusat

P
PIU
R
PIU PIU
U O
Pen.jawab Teknis 8 B(B)WS Dinas PSDA 7 Balai PSDA V
Partisipasi Jawa Tengah
I
Masyarakat Tingkat
Provinsi
N
S
I

Fasilitator

L
A
FKW/FKDTA
P
A
N
G
A
N
POKMAS

Masyarakat Masyarakat

Masyarakat

41
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

4.1.2 Tata Peran

a) Central Project Management Unit (CPMU)

Ketua CPMU berperan sebagai penanggung jawab umum pelaksanaan DOISP II


(termasuk di dalamnya DOISP II-CP) dan berkedudukan di pusat.
CPMU adalah penyelenggara dan sekaligus mewakili Kementerian Pekerjaan Umum
sebagai instansi pelaksana.

Untuk pelaksanaan tanggung jawab menjaga kualitas pelaksanaan DOISP II-CP, CPMU
menugaskan Konsultan Individu sebagai Penanggung Jawab Teknis Partisipasi
Masyarakat di tingkat Pusat.

Adapun tugas dan Tanggung jawab CPMU adalah


a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan teknis dan administrasi CP-
DOISP II secara umum kepada Departemen Pekerjaan Umum.
b. Menetapkan jumlah dan nama waduk sasaran CP-DOISP II.
c. Menyiapkan manual CP-DOISP II.
d. Menyiapkan Term of Reference (TOR) bagi Penanggung Jawab Teknis
Pemberdayaan masyarakat tingkat Pusat
e. Mengarahkan, memonitor dan menilai kinerja Tim Bantuan teknis Pemberdayaan
masyarakat tingkat Pusat
f. Melaksanakan sosialisasi CP-DOISP II secara nasional
g. Menyiapkan dan bertanggung jawab terhadap sistem penanggulangan pengaduan
masyarakat (resolusi konflik)

Sementara itu tugas Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat di tingkat Pusat
adalah :
a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat
b. Mengarahkan dan mengendalikan kegiatan partisipasi masyarakat agar sesuai
dengan pedoman umum dan tatacara pelaksanaan CP-DOISP II
c. Memonitor dan menilai pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat yang
berlangsung pada tingkat lapangan
d. Melakukan review dan memberikan saran penyempurnaan atas pedoman dan
tatacara pelaksanaan CP-DOISP II

b) Project Implementation Unit (PIU)


Kepala PIU berperan sebagai penanggung jawab umum pelaksanaan DOISP II termasuk
di dalamnya DOISP II-CP di tingkat propinsi ybs.
Untuk menjaga kualitas pelaksanaan DOISP II-CP, PIU menugaskan Counterpart Tenaga
Fasilitator sebagai Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat, atau disebut
sebagai Counterpart Fasilitator di tingkat provinsi.
42
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Tanggung jawab dan pokok-pokok tugas PIU adalah:


 Bertanggung jawab terhadap semua kelancaran pelaksanaan teknis maupun
administrasi DOISP II-CP di propinsinya secara umum kepada PMU;
 Menyusun Kerangka Acuan Kerja dan menetapkan seorang Penanggung Jawab
Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat provinsi;
 Mengarahkan, memonitor dan menilai kinerja Penanggung Jawab Teknis Partisipasi
Masyarakat ;
 Melaksanakan sosialisasi DOISP II-CP di tingkat Propinsi;
 Menyusun laporan perkembangan kegiatan partisipasi masyarakat secara rutin kepada
PMU.

Tugas Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat/Counterpart Tenaga Fasilitator


tingkat Propinsi adalah:

 Mengarahkan dan mengkoordinasikan semua kegiatan Partisipasi Masyarakat yang


dilaksanakan oleh Tenaga Fasilitator;
 Menerima dan menseleksi usulan kegiatan masyarakat yang disusun oleh
FKW/FKDTA melalui Tenaga Fasilitator;
 Mengelola dan mempertanggung jawabkan penggunaan Dana Kemasyarakatan
 Menyusun laporan perkembangan/kemajuan kegiatan Partisipasi Masyarakat secara
rutin dan mengirimkannya kepada PMU melalui Kepala PIU setempat.
c) Fasilitator
Peran utama Tenaga Fasilitator adalah melaksanakan peran PIU di tingkat
komunitas/masyarakat sebagai pelaksana dan penanggung jawab kegiatan partisipasi
masyarakat, termasuk mencatat setiap perkembangan kegiatannya dan melaporkannya ke
PIU.

Sedangkan ruang lingkup tugas Tenaga Fasilitator adalah :


a. Melakukan Sosialisasi Program DOISP II-CP pada semua warga
b. Pengorganisasian Masyarakat
c. Memandu kegiatan Pemetaan Swadaya
d. Memandu Peyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat
e. Memfasilitasi Penandatanganan MoU Warga dengan Pengelola Waduk
f. Mendampingi Kegiatan Masyarakat
g. Mencatat semua kemajuan kegiatan lapangan
h. Melakukan Monitoring dan Evaluasi
i. Menyusun Laporan

43
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Untuk mengefektifkan kerjanya, Tenaga Fasilitator tersebut dikoordinir oleh 4 (empat)


orang Koordinator Fasilitator yang memiliki latar belakang pendidikan Teknik Sipil. Satu
orang akan bertugas pada waduk yang berlokasi di wilayah Barat, dua orang di wilayah
Timur dan satu orang lagi bertugas untuk waduk yang berlokasi di Jawa Tengah.

Adapaun tugas Koordinator Fasilitator adalah ;


a. Membantu masyarakat dalam merencanakan dan menghitung kebutuhan biaya dalam
penyediaan sarana/prasarana yang diajukan oleh masyarakat
b. Mengkoordinir dan melakukan supervisi pelaksanaan kerja Tenaga Fasilitator pada
wilayah kerjanya baik pada lokasi proyek di sekitar waduk maupun pada daerah
tangkapan air.

d) Kelembagaan Mayarakat.
Kelembagaan masyarakat merupakan organisasi masyarakat setempat yang yang menjadi
pelaku utama dalam program DOISP II-CP pada tingkat lapangan.
- Untuk program Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk terdiri atas dua
organisasi, yaitu Kelompok Masyarakat dan Forum Komunitas Waduk (FKW).
- Untuk program Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Daearah Tangkapan Air
juga terdiri dari dua organisasi. Kelompok Masyarakat dan Forum Pelestarian Daerah
tangkapan Air (FKDTA).

Tugas Pokmas adalah mengorganisasikan warga secara partisipatif dimulai dari tingkat
‘akar rumput’ untuk menggalang aspirasi masyarakat tentang bentuk bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan waduk maupun dalam
pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan daerah tangkapan air sesuai dengan masalah
yang dihadapi setempat.
Selain itu Pokmas juga mempunyai tugas untuk meningkatkan kegiatan pengawasan oleh
masyarakat terhadap keadaan yang mengganggu kelestarian fungsi waduk dan
melaporkan kejadian tersebut kepada Pengelola waduk.

Sedangkan peran dan tugas Forum Komunitas Waduk (FKW) adalah mengorganisasikan
seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan masyarakat lainnya, pemerintahan Desa
terkait, agar dapat bersama instansi teknis pengelola waduk berpartisipasi aktif dalam
pengelolaan lingkungan waduk secara berkelanjutan;

Bagi Forum Komunitas Daerah Tangkapan Air (FKDTA) peran yang harus dilakukan
adalah mengorganisasikan seluruh Pokmas yang ada, seluruh kelembagaan komunitas
lainnya, pemerintahan Desa terkait, agar dapat bersama instansi teknis pengelola daerah
tangkapan air berpartisipasi aktif dalam pengelolaan maupun pemanfaatan lingkungan
daerah tangkapan air secara berkelanjutan;

44
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

4.2 PENDANAAN

4.2.1 Sumber Dana


Sumber dana DOISP-CP berasal dari:
1. Pinjaman Bank Dunia, melalui Loan No 7669-ID
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

4.2.2 Peruntukan Dana


Dana dari sumber-sumber di atas digunakan untuk membiayai komponen-komponen
berikut:
a) Pengembangan Masyarakat
Biaya-biaya pengembangan masyarakat, yaitu berupa biaya pendampingan oleh
Fasilitator, penyelenggaraan lokakarya dan pelatihan, pada dasarnya didanai dari sumber
dana pinjaman dari Bank Dunia.
b) Penyediaan dana Kemasyarakatan
Dana kemasyarakatan bersumber dari dana pinjaman dari Bank Dunia, sementara
pemerintah Indonesia mengalokasikan dana tersebut untuk Biaya Operasional kegiatan
pengelolaan waduk dan daerahtangkapan air dengan metode partisipasi secara swakelola
c) Dukungan Pelaksanaan atau Bantuan Teknis
Dukungan pelaksanaan atau bantuan teknis akan sepenuhnya dibiayai oleh sumber dana
pinjaman dari Bank Dunia, khususnya dialokasikan untuk biaya langsung personil, biaya
langsung non personil, kegiatan sosialisasi, dan pelatihan.
Untuk mengelola dana ini, Pemerintah Pusat mengalokasikan dana untuk biaya
operasional bantuan teknis, yang besarnya ditentukan sesuai kebutuhan.

45
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

LAMPIRAN L3-1

TABEL L3-1.1 RENCANA ALOKASI DANA KEMASYARAKATAN KEGIATAN


PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WADUK

46
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

TABEL L3-1.2 RENCANA ALOKASI DANA KEMASYARAKATAN KEGIATAN


PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH TANGKAPAN
AIR

Tabel L-1 Rencana Alokasi Dana Paket Kemitraan Tahun 2011-2013


Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Jumlah Jumlah
Lokasi Waduk Luas Waduk
No Nama Waduk PIU BBWS Terkait Masyarakat Paket
Kota/Kab. Kecamatan Desa Luas
(Ha)
Daerah Sasaran Kemitra
Jumlah Masyarakat(KK)
Jumlah (Jt.
PaketRp)
Lokasi Waduk Tangkapan Air
1 Setu
No Nama Patok
Waduk BBWS Cimanuk
PIU - Cisanggarung Cirebon Mundu Setu Patok 175 Sasaran Kemitraan
1,000
Sasaran/Total
2 Malahayu BBWS Cimanuk - Cisanggarung Brebes Banjarharjo Malahayu 70 1,000
Kota/Kab. Kecamatan Desa (km2) (KK) (Jt. Rp)
3 Cacaban Dinas PSDA Prov. Jateng Tegal Slawi Sirampok 929 BBWS Pemali Juana 1,000
1 Batutegi BBWS Mesuji - Sekampung Tanggamus Air Naningan Air Naningan 2,000
4 Gembong Dinas PSDA Prov. Jateng Pati Gembong Gembong 109,500 BBWS Pemali Juana 1,000

2 Kalola
5 BBWSDinas
Gunung Rowo Pompengan - Jenebrang
PSDA Prov. Jateng Wajo
Pati Maniang
GembongPajo Kalola
Siti Luhur 40 BBWS Pemali Juana 2,000
1,000

6 Banyukuwung Dinas PSDA Prov. Jateng Rembang 69 BBWS Pemali Juana 1,000
3 Batujai BWS Nusa Tenggara 1 Lombok Tengah Praya Barat Batujai 2,000
7 Cengklik Dinas PSDA Prov. Jateng Boyolali Ngemplak Margorejo 253 BBWS Bengawan Solo 1,000
4 Wadas Lintang Dinas PSDA Prov. Jateng Kebumen Wadas Lintang Sumber Rejo 2,000
8 Plumbon Dinas PSDA Prov. Jateng Wonogiri Eromoko Puloarjo 121 BBWS Bengawan Solo 1,000

9 Wadas Lintang Dinas PSDA Prov. Jateng Kebumen Wadas Lintang Sumber Rejo 1,320 BBWS Serayu Opak 1,000

10 Pacal BBWS Bengawan Solo Bojonegoro 520 1,000

11 Gondang BBWS Bengawan Solo Lamongan Sugiho Gondang 544 1,169

12 Selorejo BBWS Brantas Malang Ngantang Selorejo 400 1,000

13 Sengguruh BBWS Brantas Malang 237 1,000

14 Batutegi BBWS Mesuji - Sekampung Tanggamus Air Naningan Air Naningan 2,100 1,000

15 Batu Bulan BWS Nusa Tenggara 1 Sumbawa Moyo Hulu Batu Bulan 640

16 Batujai BWS Nusa Tenggara 1 Lombok Tengah Praya Barat Batujai 89


4,800
17 Pengga BWS Nusa Tenggara 1 Lombok Tengah Praya Barat Pengga 533

18 Sumi BWS Nusa Tenggara 1 Bima Sape Mangga 156

19 Samboja BWS Kalimantan III Kutai Samboja Wonotirto 197 1,000

20 Kalola BBWS Pompengan - Jenebrang Wajo Maniang Pajo Kalola 1,330 1,000

47
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

LAMPIRAN L3-2

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN PERAN SERTA/PARTISIPASI


MASYARAKAT

Proses tahapan pelaksanaan kegiatan Peran serta/Partisipasi Masyarakat dalam Program DOISP
II-CP tergambar dalam skema terlampir.

Adapun langkah-langkah secara rinci dari semua tahapan pelaksanaan DOISP II-CP adalah
sebagai berikut :
1. Seleksi Tenaga Fasilitator
2. Pelatihan Tenaga Fasilitator
3. Sosialisasi Porgram DOISP II-CP
4. Pengorganisasian Masyarakat
5. Pelatihan FKW/FKDTA
6. Penyusunan dan penandatanganan Nota Kesepahaman/MOU
7. Pemetaan Swadaya
8. Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)
9. Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan
10. Verifikasi dan Persetujuan Rencana Penggunaan Dana (cp-RM dan cp-WM)
11. Penggunaan Dana Kemasyarakatan
12. Pendampingan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan
13. Pelaporan
14. Monitoring dan Evaluasi.

48
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Langkah 1 Seleksi Tenaga Fasilitator

a. Penetapan kriteria dan prosedur seleksi;


PROSES b. Pengumuman untuk menjaring calon;
:
KEGIATAN c. Pelaksanaan seleksi (pemanggilan untuk test dan wawancara);
d. Penetapan Tenaga Fasilitator terpilih.
Penyelenggara: PMU
PELAKU :
Peserta :Calon Tenaga Fasilitator
HASIL : Tenaga Fasilitator yang seseuai dengan kriteria.
Kriteria Calon Tenaga Fasilitator :
- Pendidikan Minimum S1 (Pertanian/kehutanan/perikanan)
- Pengalaman kerja 3 tahun dalam kegiatan Partisipasi Masyarakat (lebih
diutamakan dibidang konservasi/sumberdaya air dan program pengentasan
kemiskinan);
- Memiliki kemampuan teknis dalam metoda PRA dan Partisipatory
KET. : Planning;
- Dapat mengoperasikan komputer (word processor);
- Berjiwa pro aktif, dan berempati atau memiliki sikap keberpihakan pada
masyarakat;
- Diutamakan yang memahami budaya dan bahasa setempat; dan
- Bersedia bertempat tinggal di lokasi kegiatan sampai dengan akhir proyek
(Decemeber 2013).

Langkah 2 Pelatihan Tenaga Fasilitator & Koordinator Fasilitator

a. Membentuk Tim Pelatihan yang terdiri dari unsur PMU dan PIU.
PROSES b. Tim merancang perencanaan pelatihan, yang berupa penyiapan modul,
:
KEGIATAN kurikulum, tenaga pengajar, dan sarana prasarana.
c. Melaksanakan Pelatihan.

Penyelenggara : PMU dibantu oleh Penanggung Jawab Teknis Partisipasi


Masyarakat tingkat Pusat.
PELAKU :
Peserta: seluruh Tenaga Fasilitator , Koordinator Fasilitator, Counterpart
Fasilitator.

Tenaga Fasilitator & Koordinator Fasilitator yang mampu mendampingi


HASIL : masyarakat utuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan waduk dan
daerah tangkapan air.

49
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Langkah 2 Pelatihan Tenaga Fasilitator & Koordinator Fasilitator (lanjutan)

KET. Modul pelatihan disusun oleh Penanggung Jawab Teknis Partisipasi


Masyarakat tingkat Pusat dengan materi terdiri dari :
- Konsep dan strategi pelaksanaan CP-DOISP II;
- Konsep dasar community development;
- Karakteristik dan prinsip pendampingan;
- Teknik fasilitasi pertemuan yang efektif;
: - Metode PRA;
- Tahapan membangun program community development (misalnya
membangun kepercayaan masyarakat, analisis sosekbud, pemetaan
swadaya, manajemen keuangan/akuntansi, analisis stakeholder,
membangun pemahaman dan partisipasi masyarakat, dinamika kelompok,
dan perancangan kegiatan);
- Dan hal penting lain yang terkait.

Langkah 3 Sosialisasi Program DOISP II-CP

Merupakan Forum Rembug Warga agar masyarakat memahami program


cp-RM/cp-WM dan dapat menyusun Rencana Kegiatan Masyarakat,
dengan agenda:
a. Penjelasan tentang latar belakang, tujuan, sasaran, dan mekanisme
PROSES pelaksanaan DOISP II-CP;
KEGIATA : b. Penjelasan secara detail tentang pelibatan dan peran masyarakat dalam
N pelaksanaan DOISP II-CP;
c. Penjelasan tentang Komponen-Komponen Program DOISP II,
menyangkut sistem/aturan, dan mekanisme pelaksanaannya;
d. Tanya jawab dan klarifikasi terhadap hal-hal yang dianggap masih
belum jelas oleh peserta atau masyarakat;

Penyelenggara: PPIU B(B)WS; PPIU Dinas PSDA


PELAKU : Peserta : Masyarakat (diusahakan 20% adalah perempuan), Pemda
setempat, BPSDA, B(B)WS, Dinas PSDA, Perguruan Tinggi, LSM.

Kesamaan pemahaman tujuan, sasaran, pendekatan, dan tahapan kegiatan


HASIL :
serta peran masing-masing pihak.
KET : Dilaksanakan di setiap lokasi waduk.

50
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Langkah 4 Pengorganisasian Masyarakat

a) Melakukan identifikasi dan seleksi atas kelompok sosial atau kelompok


masyarakat (Pokmas) yang sudah ada;
b) Memfasilitasi pembentukan kelompok sosial atau Pokmas baru yang
diperlukan;
c) Membentuk Forum Komunitas Peduli Waduk (FKW) dan Forum
Komunitas Peduli Daerah Tangkapan Air (FKDTA);
d) Menyiapkan aturan main masing-masing kelompok;
e) Pada rapat pembentukan kelembagaan, proses yang dilakukan oleh
Tenaga Fasilitator lapangan adalah:
1) Memberikan pemahaman tentang peran masyarakat dalam
PROSES
melaksanakan CP-DOISP II;
KEGIATA :
2) Memberikan pemahaman tentang tugas dan tanggungjawab Pokmas
N
dan Forum Komunitas (FKW dan FKDTA);
3) Menjelaskan kriteria keanggotaan dan kepengurusan Pokmas &
Forum Komunitas beserta uraian tugas serta proses pemilihan;
4) Tanya jawab dan klarifikasi terhadap hal-hal yang dianggap belum
jelas;
5) Fasilitasi proses pemilihan;
6) Memilih dan menetapkan Kader Pengurus Pokmas & Forum
Komunitas;
7) Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Pemetaan Swadaya;
f) Membuat berita acara pembentukan Pokmas & Forum Komunitas;
g) Menyusun laporan kegiatan.

Tenaga Fasilitator dan disupervisi oleh Penanggung Jawab Teknis


PELAKU :
Partisipasi Masyarakat tingkat B(B)WS/Dinas PSDA

a) Terbentuknya Kelompok Masyarakat (Pokmas) dan Forum Komunitas


Waduk (FKW), serta Forum Komunitas Daerah Tangkapan Air
HASIL : (FKDTA) di setiap lokasi proyek;
b) Tersusunnya kepengurusan pada setiap Pokmas dan FKW dan FKDTA;
c) Tersusunnya aturan main (statuta pada masing-masing kelompok);

Kegiatan ini dilakukan dengan cara tatap muka, diskusi, Focus Group
KET. : Discussion (FGD), dan pertemuan warga khusus untuk pembentukan
Pokmas dan FKW dan FKDTA.

51
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Langkah 5 Pelatihan Pokmas dan FKW/FKDTA

a) Tim merancang perencanaan pelatihan, yang berupa penyiapan modul,


PROSES
: kurikulum, tenaga pengajar, dan sarana prasarana.
KEGIATAN
b) Melaksanakan Pelatihan.
Penyelenggara: PIU dibantu oleh Penanggung Jawab Teknis Partisipasi
PELAKU : Masyarakat tingkat Pusat.
Peserta: Pokmas, FKW dan FKDTA

Pokmas, FKW dan FKDTA yang mampu mempersiapkan masyarakat dan


HASIL : meningkatkan kepedulian masyarakat untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan waduk dan daerah tangkapan air.

Modul pelatihan disusun oleh Penanggung Jawab Teknis Partisipasi


Masyarakat tingkat Pusat dengan materi terdiri dari :
- Konsep dan strategi pelaksanaan CP-DOISP II;
- Konsep dasar community development;
- Karakteristik dan prinsip pendampingan;
- Teknik fasilitasi pertemuan yang efektif;
KET. : - Metode PRA;
- Tahapan membangun program community development (misalnya
membangun kepercayaan masyarakat, analisis sosekbud, pemetaan
swadaya, manajemen keuangan/akuntansi, analisis stakeholder,
membangun pemahaman dan partisipasi masyarakat, dinamika kelompok,
dan perancangan kegiatan);
- Dan hal penting lain yang terkait.

Langkah 6 Penyusunan dan penandatanganan Nota Kesepahaman/MOU

a. Agenda diskusi pertama FKW/FKDTA adalah menyusun Nota Kesepahaman


tentang komitmen bersama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
PROSES
: pengelolaan lingkungan waduk dan daerah tangkapan air.
KEGIATAN
b. Penandatanganan Nota Kesepahaman oleh FKW/FKDTA dan
B(B)WS/Dinas PSDA disaksikan oleh Pemda/Kabupaten setempat;

PELAKU : Pelaku : FKW/FKDTA dibantu Tenaga Fasilitator

Nota Kesepahaman (MOU) tersedia. Nota Kesepahaman akan direview


HASIL :
bersama kedua belah pihak setiap awal tahun anggaran.

52
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

KET. : Dilaksanakan di setiap lokasi waduk.

Langkah 7 Pemetaan Swadaya

a) Pokmas/Forum Komunitas dipandu oleh Tenaga Fasilitator melakukan


inventarisasi sikap dan perilaku masing-masing peserta terkait dengan
pengelolaan waduk;
b) Tenaga Fasilitator membantu memperlihatkan keterkaitan antara sikap &
perilaku individu dengan cara-pandang individu tsb terhadap lingkungan
sekitarnya yaitu dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan reflektif untuk
membantu peserta memunculkan kembali ‘cara pandang’ otentik manusia
tentang hubungan setiap individu dengan lingkungannya, dimana lingkungan
adalah ‘perluasan’ tubuh manusia;
c) Merumuskan kembali cara-pandang, sikap, dan perilaku baru masing-
PROSES masing peserta terkait dengan pengelolaan waduk, berupa ‘deklarasi’ hidup
:
KEGIATAN berdampingan dengan waduk;
d) Menyiapkan Peta Dasar (skala 1:1.000 atau 1:5.000) sebagai peta kerja
dimana kondisi rona awal akan digambarkan/dipetakan. Isi peta dasar
meliputi batas penggunaan lahan, jaringan jalan/saluran, fasilitas umum/sosial
dll.);
e) Pokmas dan Tenaga Fasilitator menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek
prasarana dan sarana (jalan termasuk jalan setapak, saluran air bersih, saluran
pembuangan/drainase, hutan, sekolah, tempat ibadah, puskesmas, pasar,
tempat pembuangan sampah dsb.) yang akan dipetakan dalam Pemetaan
Swadaya;
f) Menuangkan prasarana dan sarana tsb. pada butir 5 keatas peta dasar;
PROSES : g) Melakukan survey lapangan untuk memeriksa kondisi prasarana dan sarana
KEGIATAN (baik yang rusak maupun yg tidak rusak) dan mengisi Format Profil
Prasarana dan Sarana Lingkungan (lihat Lampiran L3.3) serta memeriksa
apakah semua prasarana dan sarana sudah tergambarkan di peta yang
kemudian disebut Peta Rona Awal;
h) Mencatat daftar persoalan dan potensi lingkungan waduk/daerah tangkapan
air dengan mengisi Format Masalah dan Potensi Masyarakat (lihat
Lampiran L3.4)
i) Mencari kesepakatan tentang kelompok kegiatan pertanian, ekonomi, sosial
yang tidak boleh dilakukan, yang boleh dilakukan dan yang dianjurkan
untuk dilakukan warga;
j) Hasil pemetaan swadaya ini kemudian didiskusikan bersama di tingkat
Pokmas dan di tingkat FKW. Hasil diskusi berupa pemahaman tentang
berbagai dampak yang ditimbulkan oleh pola interaksi yang saat ini ada,
serta potensi dan kendala bagi pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan waduk dan daerah tangkapan air (misalnya SDM,
kelembagaan masyarakat dll.)
53
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Langkah 7 Pemetaan Swadaya (lanjutan)

PELAKU : Tenaga Fasilitator dengan supervisi oleh PIU setempat.


a) Usulan masyarakat tentang mekanisme hubungan antara
Pokmas/FKW/FKDTA dengan pengelola waduk dalam menjaga keamanan
dan kelestarian fungsi waduk dan daerah tangkapan air;
HASIL : b) Kesepakatan tentang kelompok kegiatan pertanian, ekonomi, sosial (yang
tidak boleh dilakukan, yang boleh dilakukan dan yang dianjurkan untuk
dilakukan warga);
c) Peta Rona Awal hasil pemetaan swadaya yang sudah disepakati bersama.
 Kegiatan pemetaan swadaya dilakukan dengan cara Survey Kampung Sendiri
dengan metode PRA. Bahan yang digunakan berupa buku Potensi Desa
(Podes), data sekunder, dan lain lain.

KET. :  Pemetaaan Swadaya merupakan kegiatan Pokmas yang bertujuan untuk


mengenali potensi dan kendala yang ada di sisi masyarakat (misalnya potensi
SDM, kelembagaan masyarakat), maupun potensi dan kendala yg ada di sisi
waduk, serta jenis dan intensitas pemanfaatan area waduk oleh masyarakat
yang ada saat ini.

Langkah 8 Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM)

a) Pokmas dengan dibantu oleh Tenaga Fasilitator melaksanakan rembug


warga untuk melakukan analisis masalah dan potensi (mengkaji dan menilai
sebuah topik berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif) guna menentukan
rencana kebutuhan dan prioritas kedepan;
b) Melakukan pertemuan kaum perempuan untuk menyerap aspirasi dan
PROSES
: memberikan kesempatan/peluang bagi perempuan untuk menyampaikan
KEGIATAN
usulan dalam penyusunan rencana pembangunan 3 tahun kedepan (indikasi
program);
c) Menyusun indikasi program kegiatan yaitu daftar program kegiatan yang
dibutuhkan dalam 2 tahun kedepan termasuk menghitung kebutuhan
biayanya;

d) Konsultasi dengan instansi terkait dilingkungan pemda Kabupaten untuk


PROSES mengintegrasikan RKM.dengan Rencana Pembangunan yang disusun oleh
:
KEGIATAN Pemda setempat, juga untuk saling memberi masukan terhadap Rencana
Kegiatan/Pembangunan masing2

54
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Langkah 8 Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) (lanjutan)

PELAKU : Pokmas/FKW/FKDTA dengan dipandu oleh Tenaga Fasilitator.


HASIL
: Dokumen Rencana Kegiatan Masyarakat dan Rencana Anggaran Biaya.
KEGIATAN
Dalam perumusan rencana kegiatan, yang harus dipertimbangkan adalah
penerima manfaat, manfaat yang dapat dirasakan secara langsung, besarnya
KET. :
biaya, metode pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan sampai dengan
December 2013.

Langkah 9 Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan

PROSES
Melakukan musyawarah desa/konsultasi publik dengan tujuan untuk
KEGIATA :
menetapkan dan menyepakati kegiatan prioritas tahun per tahun.
N
PELAKU : Pokmas/FKW/FKDTA dengan dipandu oleh Tenaga Fasilitator

HASIL : Dokumen Rencana Kegiatan Tahunan hasil kesepakatan masyarakat.

KET. : Rencana Kegiatan Tahunan disusun berdasarkan ranking prioritas.

Verifikasi Persetujuan Penggunaan Dana (cp-RM dan


Langkah 10
cp-WM)
: 1) FKW/FKDTA mengajukan usulan kegiatan tahunan dilampiri dengan
Rencana Kegiatan Tahunan, dan RAB kepada Penanggung Jawab Teknis
Partisipasi Masyarakat tingkat B(B)WS/Dinas PSDA
2) Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat B(B)WS/Dinas
PSDA memeriksa apakah usulan sesuai dengan Rencana Tahunan yg telah
disepakati dan ketentuan penggunaan Dana Kemasyarakatan;
PROSES
3) Jika setuju, Penanggung Jawab Teknis Partisipasi Masyarakat tingkat
KEGIATAN
B(B)WS/Dinas PSDA memasukkan kegiatan tersebut kedalam Annual
Work Plan (AWP) dan menyerahkan AWP tersebut kepada PIU.
4) Jika tidak setuju, dokumen dikembalikan kepda FKW/FKDTA untuk
diperbaiki dan diusulkan kembali kepada PIU
5) Kemudian PIU akan memasukkan AWP kegiatan partisipasi masyarakat
tersebut kedalam DIPA nya.
PELAKU : Penanggung jawab teknis Partisispasi Masyarakat tingkat B(B)WS/Dinas

55
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

PSDA

Verifikasi Persetujuan Penggunaan Dana (cp-RM dan


Langkah 10
cp-WM) (Lanjutan)
:
1. Annual Work Program kegiatan masyarakat yang dapat dibiayai dengan
HASIL Dana Kemasyarakatan
2. DIPA PIU untuk membiayai kegiatan masyarakat

KET. : Annual Work Plan disampaikan copynya kepada Kepala Desa setempat.

LANGKAH
PENGGUNAAN DANA KEMASYARAKATAN
11
1) PIU melakukan pencairan dana dan penyediaan seluruh materi/bahan
PROSES bangunan/nara sumber/upah pekerja dll. yang dibutuhkan masyarakat
KEGIATA : sesuai ketentuan yang berlaku;
N 2) Pokmas/FKW/FKDTA melaksanakan kegiatan dengan dukungan Tenaga
Fasilitator.

PELAKU : FKW/FKDTA

: Kegiatan Masyarakat dapat dilaksanakan dengan menggunakan Dana


HASIL
Kemasyarakatan.
: - PIU wajib mencairkan Dana Kemasyarakatan dan menyediakan seluruh
materi/bahan bangunan/nara sumber/upah pekerja dll. sesuai dengan
kebutuhan Pokmas/FKW/FKDTA dan menyerahkannya kepada yang
KET.
bersangkutan;
- Penggunaan dana harus sesuai dengan Rencana Kegiatan Tahunan yang
disetujui PIU.

Langkah 12 Pendampingan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan

a) Pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat;


b) Pelatihan warga untuk mendukung kegiatan pertanian, ekonomi, sosial
PROSES dalam rangka menjaga keamanan dan kelestarian fungsi waduk;
KEGIATA : c) Pelatihan konservasi;
N d) Pelatihan masyarakat dalam memantau keamanan fungsi waduk
termasuk cara mengisi form monitoring pengawasan keamanan waduk;
e) Pendampingan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
PELAKU : Tenaga Fasilitator dan nara sumber lain sesuai kebutuhan

56
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Pendampingan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan


Langkah 12
(Lanjutan)
a) Masyarakat berpartisipasi sebagai tenaga kerja dalam pekerjaan
pemeliharaan lingkungan waduk dan pengelolaan lingkungan daerah
tangkapan air;
b) Masyarakat memperoleh keuntungan ekonomi sebagai imbalan dari
aktifitasnya menjaga kelestarian waduk (disekitar waduk maupun di
daerah tangkapan air)
HASIL :
c) Masyarakat mengerti tanda-tanda yang membahayakan waduk dan secara
aktif menyampaikan secara rutin kondisi waduk dan daerah tangkapan air
pada pengelola waduk;
d) Meningkatnya kapasitas Pokmas, FKW, dan FKDTA serta warga
setempat dalam menjaga keamanan dan kelangsungan fungsi waduk dan
kelestarian daerah tangkapan air.
Kegiatan pendampingan dilakukan agar kegiatan masyarakat (ekonomi, sosial
KET. :
maupun fisik/prasarana) dapat berlangsung sesuai dengan rencana.

Langkah 13 Pelaporan
PROSES : a) Tenaga Fasilitator melaporkan perkembangan/kemajuan lapangan sebulan
KEGIATAN sekali diawal bulan berikutnya.
b) Laporan Tenaga Fasilitator disampaikan pada Penanggung Jawab Teknis
Partisispasi Masyarakat Tingkat Pusat dengan ditembuskan pada PIU
setempat
c) Penanggung Jawab Teknis Partisispasi Masyarakat Tingkat Pusat
merangkum laporan tersebut dan mengirimkannya pada PMU setiap bulan
pada awal bulan berikutnya.
d) Pokmas melaporkan kegiatan pemantauan keamanan waduk terhadap
perusakan lingkungan waduk oleh orang yg tak dikenal, kebocoran waduk,
erosi disekitar waduk dsb. setiap 4 bulan sekali.
PELAKU : Pelaporan a) s/d c) oleh Tenaga Fasilitator dan Koordinator Fasilitator dan
untuk peloporan no d) oleh Pokmas.
HASIL : Setiap bulan diperoleh informasi tentang perkembangan kegiatan partisipasi
masyarakat ditingkat apangan dan rencana kegiatan untuk bulan berikutnya.

57
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Pelaporan
Langkah 13
(Lanjutan)
KET. a). Laporan harus mengacu pada rencana yang disusun bulan sebelumnya.
b). Laporan bulanan setidaknya mencakup, kegiatan yang sudah terlaksana,
hasil yang sudah dicapai, Analisis atas capaian tersebut, serta rencana
tindak lanjut bulan berikutnya.
c). Laporan harus dilengkapi dengan data (kuantitatif) serta foto2/
dokumentasi lapangan.
d). Mekanisme pelaporan dan komentar atas pelaporan disampaikan melalui
email. Indikator Kinerja untuk masing2 kegiatan telah disosialisasikan.
e). Hasil analisis laporan bulanan tersebut, termasuk rumusan tindakan
korektif yang diperlukan diserahkan kepada PIU/Dinas PSDA dengan
tembusan disampaikan kepada CPMU.
f). Laporan Bulanan dibuat sebanyak 1 copy dan PIU akan memperbanyak
laporan tersebut sesuai dengan kebutuhan.
g). Laporan Monitoring Pokmas menggunakan Form Monitoring yang
sederhana dibuat sebanyak 1 copy dan PIU akan memperbanyak laporan
tersebut sesuai dengan kebutuhan

Langkah 14 Monitoring dan Evaluasi

PROSES : a) Pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yg ditetapkan)


KEGIATAN secara sistematis dan kontinu tentang kemajuan pelaksanaan kegiatan
dilengkapi dengan prosentase pencapaiannya.
b) Menyusun Laporan Evaluasi setiap 3 (tiga) bulan
PELAKU : Konsultan Monev
HASIL : Diperolehnya data informasi tentang perkembangan sekaligus capaian atas
kegiatan yang dilaksanakan masyarakat setiap bulan
KET. : a) Indikator Kinerja untuk masing2 kegiatan telah disosialisasikan
b) Diskusi Laporan Monev setiap 3 bulan di PIU/ Dinas PSDA setempat
c) Counterpart Tenaga Fasilitator proaktif mereview dan memberi tanggapan
terhadap setiap laporan bulanan termasuk merumuskan tindakan korektif
yang diperlukan;
d) Hasil analisis laporan tiga bulanan tersebut, termasuk rumusan tindakan
korektif yang diperlukan diserahkan kepada PIU / Dinas PSDA dengan
tembusan disampaikan kepada CPMU.

58
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

Lampiran L3-3.

Format Profil Prasarana dan sarana Lingkungan*)

Desa :………………………………………………….
Kecamatan ………………………………………………….
Kabupaten : ………………………………………………….

Berikut isian tentang Profil Prasarana dan Sarana Lingkungan berdasar hasil Pemetaan Swadaya
yang dilakukan oleh masyarakat pada hari……………. tanggal ………….. di………………….
yang dihadiri oleh …………. peserta ( terlampir)

No Unit Sarana/Prasarana Lokasi Kondisi/masalah Keterangan


1. Jalan

2. Saluran irigasi

2. Air Bersih

3. Drainase

4. Pembuangan Sampah

4. Sarana Ekonomi

5. Sarana social

6. Sarana lainnya

*) Tabel ini perlu disertai dengan peta dan uraian rinci

Lampiran L3-4

59
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

FORMAT POTENSI DAN MASALAH MASYARAKAT*)


Desa :………………………………………………….
Kecamatan ………………………………………………….
Kabupaten : ………………………………………………….

Berikut isian tentang Profil Potensi dan Masalah berdasar hasil Pemetaan Swadaya yang
dilakukan oleh masyarakat pada hari……………. tanggal ………….. di…………………. yang
dihadiri oleh …………. peserta ( terlampir)

No Aspek Lokasi Potensi Masalah Ket


1 Lingkungan
1.1 Kondisi Waduk
1.2 Kondisi lahan
1.3. Kondisi Pemukiman
1.4 Sanitasi dan sampah
2 Pola Penggunaan lahan
2.1 Pertanian
2.2 Perkebunan
2.3 Perikanan
3. Ekonomi
3.1 Mata Pencaharian
3.2 Stratifikasi KK (Miskin-
Tidak Miskin)
3.3 Kegiatan ekonomi yang
berkaitan dengan fungsi
Waduk/DTA
3.4 Lembaga Keuangan

No Aspek Lokasi Potensi Masalah Ket


4 Sosial

60
DAM OPERATIONAL IMPROVEMENT AND SAFETY PROJECT (DOISP) PHASE II
BUKU PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN COMMUNITY PARTICIPATION

4.1 Penduduk ( kepadatan,


pendidikan, Kesehatan)
4.2 Kelembagaan masyarakat
4.3 Pola kerjasama masyarakat
4.4 Kebiasaan masyarakat yang
terkait dengan pelestarian
tanah, hutan dan air
4.5 Pandangan masyarakat dan
hub dgn waduk
*) 1. Tabel ini merupakan acuan, penggunaannya sesuai kebutuhan.
2. Tabel ini perlu dilengkapi dengan uraian rinci.

61

Anda mungkin juga menyukai