Anda di halaman 1dari 28

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL SUMBERDAYA AIR


DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BUKU KE-9
PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ASET DAN
KINERJA SISTEM IRIGASI (PAKSI)
MODUL INDEKS KINERJA SISTEM IRIGASI (IKSI)
JARINGAN TERSIER FISIK

2019
KATA PENGANTAR

Penyusunan Buku Petunjuk Teknis (Juknis) Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem
Irigasi (PAKSI) ini dilakukan guna melengkapi penggunaan Buku Utama Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) PAKSI terkait upaya mendukung pelaksanaan pengelolaan aset
irigasi (PAI) dan pengukuran indeks kinerja sistem irigasi (IKSI) dalam waktu yang
sama dalam setiap DI yang ada.

Buku Juknis PAKSI ini menjelaskan panduan pelaksanaan PAI dan IKSI dalam suatu
DI tentang semua fasilitas yang terbangun terkait Jaringan Utama Fisik di setiap DI.

Diharapkan dengan tersusunnya Buku Juknis PAKSI Modul Jaringan Tersier Fisik
ini, upaya peningkatan fungsi layanan air yang maksimal dan optimal dalam setiap DI
guna mendukung sasaran peningkatan ketahanan pangan dan pendapatan pertanian
masyarakat petani dapat terlaksana dengan baik.

Demikian disampaikan, semoga buku yang disiapkan ini dapat memberikan manfaat.
Semua masukan dan koreksi demi penyempurnaan penyusunan Juknis PAKSI
Jaringan Tersier Fisik di kemudian hari, sangat dihargai dan diucapkan terima kasih
sebelumnya.

Jakarta, Juli 2019


Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv
1. LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
1.1. Dasar Hukum ........................................................................................................... 1
1.2. Gambaran Umum..................................................................................................... 1
1.2.1. Maksud dan Tujuan ............................................................................................. 2
1.2.2. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 2
1.2.3. Istilah dan Defenisi ............................................................................................. 2
2. PENERIMA MANFAAT ................................................................................................ 7
3. METODOLOGI .............................................................................................................. 8
3.1. Metode Pelaksanaan ............................................................................................... 8
3.1.1. Tahapan Pelaksanaan ......................................................................................... 8
3.1.2. Penelusuran Jaringan Tersier Fisik di Tingkat DI ....................................... 9
3.1.3. Penentuan Kinerja dan Biaya Aset Irigasi (Jaringan Tersier Fisik) .........13
3.2. Waktu Pelaksanaan ................................................................................................14
4. LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN .......................................................................14
5. PENUTUP .....................................................................................................................14
5.1. Kesimpulan..............................................................................................................14
5.2. Saran .........................................................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 01. Urutan Pelaksanaan Ideal Kegiatan Infrastruktur Bidang


Keirigasian per Daerah Irigasi............................................................ 8

Gambar 02. Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi.................................................. 11

Gambar 04. Lembar Formulir Nilai Aset Irigasi....................................................... 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 01. Kondisi Bangunan/Jaringan..................................................................... 12

Tabel 02. Fungsi Bangunan/Jaringan...................................................................... 12

Tabel 04. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja PAKSI Jaringan Tersier Fisik........... 15

iv
1. LATAR BELAKANG
1.1. Dasar Hukum
Petunjuk teknis (Juknis) kegiatan penelusuran dan penentuan aset Jaringan
Tersier Fisik Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi (PAKSI) dilakukan
berdasarkan pada:
a. UU Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan;
b. UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
11/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Jaringan Reklamasi
Rawa Pasang Surut;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
12/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
14/PRT/M/2015, tentang Kriteria & Penetapan Status Daerah Irigasi;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
16/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Rawa Lebak;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
17/PRT/M/2015, tentang Komisi Irigasi;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
23/PRT/M/2015, tentang Pengelolaan Aset Irigasi;
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
30/PRT/M/2015, tentang Pengembangan & Pengelolaan Sistem Irigasi;
m. Surat Sekretaris Kabinet No. B-195/Seskab/Ekon/4/2017, tentang Single
Management;
n. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah No: S-24/D.VI.M.EKON/02/2016, tentang
Rekomendasi Pengelolaan Jaringan Irigasi Tersier;
o. Peraturan Daerah tentang Irigasi di provinsi dan kabupaten/kota yang
bersangkutan; dan
p. Dan kebijakan lainnya yang terkait.

1.2. Gambaran Umum


Buku Petunjuk Teknis (Juknis) Penelusuran dan Penentuan Biaya Aset Jaringan
Tersier Fisik ini disusun sebagai bagian dari Buku Utama PAKSI yang akan
digunakan sebagai acuan dan penuntun pelaksanaan penelusuran jaringan
irigasi dan penentuan biaya aset di tingkat Daerah Irigasi (DI) secara bersama-
sama baik untuk kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi dan Pengukuran Kinerja
Sistem Irigasi yang sebelumnya dilakukan secara terpisah.

Sebagaimana telah disebutkan dalam Buku Utama PAKSI, pelaksanaan


penelusuran dan penentuan biaya aset Jaringan Utama Non-Fisik menggunakan
sistem aplikasi e-PAKSI yang menggabungkan komponen PAI dan komponen
IKSI. Sistem aplikasi yang disiapkan untuk kegiatan penelusuran, penentuan
biaya aset dan sistem informasi untuk Bangunan Utama mengacu pada semua

1
variabel dan paramater yang disebutkan secara detail dalam tabel-tabel yang
tertera dalam Juknis ini.

1.2.1. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penyiapan Buku Juknis Penelusuran dan Penentuan Biaya
Aset Jaringan Tersier Fisik ini adalah terlaksananya kegiatan penelusuran
jaringan irigasi dan penentuan biaya aset di tingkat DI guna mendukung
pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem
irigasi yang efektif dan efisien dengan menggunakan Juklak dan Sistem Aplikasi
yang sama serta dilaksanakan dalam satu kegiatan yang sama pula.

Sedangkan tujuan dari penyiapan dokumen ini adalah:


a. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan penelusuran jaringan irigasi di
tingkat DI untuk kegiatan pengelolaan aset irigasi dan pengukuran kinerja
sistem irigasi Jaringan Tersier Fisik; dan
b. Menyiapkan variabel dan parameter Jaringan Tersier Fisik bagi penyiapan
sistem aplikasi dan sistem informasi PAKSI.

1.2.2. Ruang Lingkup


Buku Juknis ini memuat petunjuk penelusuran dan penentuan biaya aset
Jaringan Tersier Fisik baik untuk kegiatan pengelolaan aset irigasi dan
pengukuran kinerja sistem irigasi di tingkat DI.

Pada bagian metodologi memuat gambaran umum tahapan pelaksanaan


kegiatan, penelusuran jaringan irigasi di tingkat DI, penentuan kinerja dan biaya
aset, dan waktu pelaksanaan. Adapun penjelasan detail pelaksanaan
penelusuran dan penggunaan alat ukur pelaksanaan yang dijelaskan dalam
bentuk tabel disampaikan dalam bagian metodologi.

Pada bagian akhir dari Buku Juknis ini adalah penjelasan terkait lokasi
pelaksanaan kegiatan dan penutup.

1.2.3. Istilah dan Defenisi


1) Pengelolaan Aset Irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk
perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai
tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air
irigasi dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan aset
irigasi seefisien mungkin.
2) Aset adalah segala sesuatu yang dimiliki seseorang atau suatu
badan/instansi yang mempunyai nilai. Dalam hal aset irigasi yang
dimaksudkan adalah jaringan irigasi dan pendukung pengelolaan irigasi.
3) Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi yang
memungkinkan untuk memberikan pelayanan.
4) Yang dimaksud dengan pendukung pengelolaan irigasi, antara lain
kelembagaan pengelolaan irigasi, sumber daya manusia, dan fasilitas
pendukung seperti bangunan kantor, telepon, rumah jaga, gudang
peralatan, lahan, dan kendaraan.

2
5) Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
6) Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangnnya, bangunan bagi, bangunan bagi
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
7) Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter,
serta bangunan pelengkapnya.
8) Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
9) Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat nikmat dan manfaat
secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi termasuk irigasi
pompa yang meliputi pemilik sawah, pemilik penggarap sawah,
penggarap/penyakap, pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan
irigasi, dan pemakai air irigasi lainnya.
10) Perkumpulan Petani Pemakai Air, selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah palayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air
sendiri secara demokratis termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
11) Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air, selanjutnya disebut GP3A
adalah kelembagaan yang dapat dibentuk oleh dan untuk gabungan
beberapa P3A yang berada pada daerah layanan/blok sekunder, atau satu
daerah irigasi.
12) Induk Perlumpulan Petani Pemakai Air, selanjutnya disebut IP3A adalah
kelembagaan yang dapat dibentuk oleh dan untuk gabungan beberapa GP3A
yang berada pada satu daerah irigasi atau pada tingkat induk/primer.
13) Komisi Irigasi Kabupaten/Kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani
pemakai air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada
kabupaten/kota.
14) Komisi Irigasi Provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil
komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait.
15) Komisi Irigasi Antarprovinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi
provinsi yang terkait, wakil perkumpulan petani pemakai air, dan wakil
pengguna jaringan irigasi di suatu daerah irigasi lintas provinsi.
16) Profil Sosio Ekonomi, Teknik dan Kelembagaan, selanjutnya disebut PSETK
adalah gambaran informasi atau data mengenai keadaan sosial, ekonomi,
teknis, dan kelembagaan pada suatu daerah irigasi yang dibutuhkan oleh
Kelembagaan Pengelola Irigasi (KPI) untuk perencanaan program
pemberdayaan organisasi P3A/GP3A/IP3A dalam meningkatkan kinerja
pengelolaan irigasi partisipatif.
17) Kelompok Pendamping Lapangan, selanjutnya disebut KPL adalah tenaga
Pemerintah Daerah yang bertugas di lapangan terdiri dari unsur pertanian,
unsur pengairan dan unsur Pemerintah Kecamatan/Desa yang mempunyai

3
tugas pokok memfasilitasi program pemberdayaan organisasi
P3A/GP3A/IP3A.
18) Tenaga Pendamping Masyarakat, selanjutnya disebut TPM adalah tenaga
yang dibutuhkan untuk mendampingi masyarakat petani pemakai air dan
pengurus P3A/GP3A/IP3A menuju peningkatan kinerja pengelolaan irigasi
partisipatif.
19) Bangunan Waduk (Reservoir) adalah suatu bangunan yang berfungsi
menampung air di musim hujan, serta memanfaatkan air tersebut pada
waktu tertentu untuk keperluan irigasi, air minum, air industri dan
sebagainya.
20) Bendungan adalah bangunan air yang dibuat sebagai bagian dari bangunan
waduk yang dilengkapi dengan fasilitas bangunan pengambilan, bangunan
pelimpah, serta perlengkapan lain untuk mendukung pemanfaatan air di
waduk dan instrumentasi keamanan bendungan.
21) Bendung adalah bangunan yang letaknya melintang di sungai dengan fungsi
utama menaikkan muka air sungai atau menjamin elevasi minimum
permukaan air sungai supaya air dapat dipergunakan untuk mengairi sawah
yang direncanakan atau untuk keperluan lain.
22) Pengambilan Bebas adalah bangunan yang terletak di pinggir sungai dengan
tugas menyadap/mengalirkan air dari tepi sungai ke saluran pembawa
dengan bebas tanpa dibendung.
23) Saluran Pembawa adalah saluran yang berfungsi untuk membawa air dari
bangunan pengambilan/sumber air, untuk keperluan irigasi, air minum, air
industri dan sebagainya.
24) Saluran Drainase (Pembuang) adalah saluran yang berfungsi untuk
membuang kelebihan air di sawah baik akibat hujan atau kesalahan operasi
ke saluran yang lebih besar atau sungai atau langsung ke laut. Pada daerah
pegunungan banyak terjadi saluran pembawa berfungsi juga sebagai saluran
drainasi dari daerah-daerah yang elevasinya lebih tinggi dari saluran.
25) Saluran Primer (Saluran Induk) Pembawa adalah saluran yang letaknya
dimulai dari bangunan pengambilan atau sumber air sampai ke bangunan
bagi yang membagi air ke saluran-saluran sekunder. Pada daerah irigasi
yang relatif kecil, saluran primer tersebut tidak ada dan yang ada adalah
saluran sekunder yang langsung membagi-bagi air melalui bangunan sadap
ke saluran tersier.
26) Saluran Sekunder Pembawa adalah saluran yang letaknya dimulai dari
bangunan bagi dan berfungsi membagi/membawa air ke saluran-saluran
tersier.
27) Ruas Saluran pada jaringan pembawa adalah bagian dari saluran yang
dimulai dari bangunan utama dan berakhir di bangunan utama berikutnya.
28) Bangunan Utama pada jaringan pembawa adalah bangunan yang berfungsi
membagi air dari saluran yang satu ke saluran yang lain.
29) Bangunan Pelengkap adalah bangunan pada jaringan pembawa yang
berfungsi bukan untuk membagi air dari saluran dan oleh karenanya tidak
mempunyai pengaruh terhadap debit air di saluran.
30) Jalur Penelusuran adalah rute perjalanan survei inventarisasi yang untuk
jaringan pembawa dimulai dari hulu saluran ke arah hilir.
31) Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

4
32) Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
33) Sistem irigasi utama meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen
irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia pada
jaringan irigasi utama (primer dan sekunder).
34) Sistem irigasi tersier meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen
irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia dalam
petak tersier.
35) Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
36) Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
37) Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
38) Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
39) Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter,
serta bangunan pelengkapnya.
40) Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan
irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi
pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
41) Petak Tersier adalah bagian dari daerah irigasi yang mendapat air irigasi dari
satu bangunan sadap tersier dan dilayani oleh satu jaringan tersier.
42) Petak Kuarter adalah bagian dari petak tersier yang mendapat air dari boks
tersier/kuater dan dilayani oleh satu saluran kuarter.
43) Pengembangan dan pengelolaaî sistim irigasi partisipatif (PPSIP) adalah
penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta masyarakat petani mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan, sampai dengan pelaksanaan
kegiatan pada tahapan perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi,
pengembangan, dan rehabilitasi.
44) Penelusuran jaringan irigasi, adalah kegitan pemeriksaan bersama dengan
P3A/GP3A/IP3A, dari hulu sampai ke hilir untuk mengamati kondisi dan
fungsi jaringan irigasi dengan periode 6 bulanan pada saat pengeringan dan
awal musim hujan atau sesuai dengan kebutuhan.
45) PSETK (Profil Sosio Ekonomi Teknik dan Kelembagaan) adalah analisis dan
gambaran keadaan sosial ekonomi,teknis dan kelembagaan yang terdapat
pada satu atau sebagian daerah irigasi dalam kurun waktu tertentu.
46) Masyarakat petani pemakai air adalah kelompok masyarakat yang bergerak
dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum
tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air.

5
47) Induk perkumpulan petani pemakai air (IP3A) adalah kelembagaan sejumlah
P3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi dan
jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok
primer,atau satu daerah irigasi.
48) Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) adalah kelembagaan
sejumlah P3A yang bersepakat bekerjasama memanfaatkan air irigasi dan
jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa
blok sekunder atau satu daerah irigasi.
49) Perkumpulan petani pemakai air (P3A) adalah kelembagaan pengelolaan
irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam satu petak tersier atau
desa yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis,
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
50) Peta daerah irigasi adalah peta yang menggambarkan batas daerah irigasi
dan tata letak saluran induk & sekunder, bangunan air, pembagian areal
layanan irigasi, batas wilayah kerja antara lain : wilayah kerja
UPTD/pengamat, wilayah kerja mantri/juru pengairan, wilayah
kabupaten/kota, wilayah provinsi, dalam skala 1 : 10.000 atau 1 : 5.000.
51) Peta Petak tersier, adalah peta yang menggambarkan / menunjukkan segala
informasi, lokasi dan arah saluran pembawa / pembuang, bangunan utama
/ pelengkap, jalan batas petak tersier, saluran yang dapat diairi berdasarkan
keadaan topografi daerah tersebut, dalam skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000.
52) Skema Jaringan Irigasi adalah sketsa yang menggambarkan letak dan nama-
nama saluran induk & sekunder, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, dan bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang
saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan
yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.
53) Skema Jaringan irigasi tersier adalah sketsa yang menggambarkan letak dan
nama-nama saluran tersier, bangunan sadap, boks tersier, boks kuarter dan
bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang saluran, petak
kuarter dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan yang masing-
masing dilengkapi dengan nomenklatur.
54) Skema Bangunan, adalah sketsa yang menggambarkan letak dan nama
nama saluran induk dan sekunder, Bendung, bangunan bagi, bangunan
bagi/sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkap lainnya.
55) Skema Bangunan tersier, adalah sketsa yang menggambarkan letak dan
nama nama saluran tersier, boks tersier, boks kuarter, dan bangunan
pelengkap lainnya.
56) Gambar purna laksana (as built drawing) adalah gambar kerja purna/pasca
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
57) Bangunan utama, adalah bangunan pengambilan/penampungan air yang
berfungsi menyadap air pada sumbernya yang digunakan untuk irigasi
(Bendungan, bendung, Free intake, Station Pompa).
58) Bangunan bagi, adalah bangunan yang terletak pada saluran
primer/sekunder yang berfungsi membagi air ke saluran sekunder lainnya.
59) Bangunan sadap, adalah bangunan yang terletak di saluran primer /
sekunder yang dapat memberi air langsung ke petak tersier.
60) Bangunan Bagi / sadap, adalah kombinasi kedua bangunan diatas.
61) Bangunan pengatur muka air, adalah bangunan yang dibuat di saluran,
yang berfungsi untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan yang
dikehendaki.

6
62) Bangunan pelengkap/silang, adalah bangunan yang ada dijaringan irigasi
diluar bangunan utama dan bangunan bagi/sadap misal : gorong-gorong,
talang siphon dll.
63) Gorong-gorong, adalah bangunan yang mengalirkan air irigasi yang
melintasi, dibawah bangunan lain (jalan, saluran).
64) Talang, adalah bangunan yang mengalirkan air irigasi, melintas lembah/
sungai/ saluran, bisa tertutup atau terbuka, digunakan manakala waking
cukup aman.
65) Siphon, adalah bangunan yang mengalirkan air, berada dibawah sungai /
saluran / jalan, digunakan manakala elevasi muka air banjir terlalu dekat
dengan dasar saluran.
66) Talang Siphon, adalah bangunan kombinasi dari kedua bangunan diatas.
67) Bangunan terjun, adalah bangunan pematah energi yang ada pada saluran
irigasi, dibuat manakala kemiringan medan jauh lebih besar dari kemiringan
saluran.
68) Got miring, adalah bangunan pematah energi merupakan saluran dengan
pasangan yang mempunyai kemiringan lebih besar dari kemiringan saluran,
digunakan bila pembuatan bangunan terjun tidak memungkinkan.
69) Pelimpah, adalah bangunan pengamanan yang ada disaluran/sungai yang
berfungsi untuk melewati air pada saat elevasi m.a saluran melebihi elevasi
m.a rencana
70) Boks Tersier adalah bangunan bagi di saluran tersier untuk membagi air ke
seluruh petak tersier dan kuarter melalui saluran tersier/kuarter
71) Boks Kuarter adalah bangunan bagi di saluran tersier untuk membagi air ke
petak kuarter melalui saluran kuanter
72) Saluran tersier adalah saluran pembawa yang mendapat air dari bangunan
sadap pada saluran sekunder/induk untuk mengairi satu petak tersier.
73) Saluran kuarter adalah saluran pembagi/bagi yang mendapat air dari boks
tersier/kuarter pada saluran tersier untuk mengairi satu petak kuarter.
74) Saluran pembuang tersier adalah saluran alam/buatan yang terletak di dan
antara petak-petak tersier untuk menampung air /buangan dari saluran
pembuang kuarter dan sering merupakan batas antara petak-petak tersier.
75) Saluran pembuang kuater adalah saluran buatan yang terletak di dalam
petak tersier berfungsi untuk menampung air kelebihan /buangan dari areal
persawahan dan membuang air ke saluran pembuang tersier.
76) Saluran pembawa utama adalah saluran irigasi yang berfungsi membawa air
dari bangunan utama/pengambilan sampai bangunan sadap terakhir yang
terdiri dari saluran primer dan sekunder, termasuk saluran suplesi dan
saluran muka.
77) Saluran pembawa tersier adalah saluran irigasi yang berfungsi membawa air
dari bangunan sadap tersier di jaringan utama sampai boks bagi kuarter
yang terakhir atau saluran tersier.

2. PENERIMA MANFAAT
Adapun target penerima manfaat dari penyiapan Buku Juknis ini adalah:
a. BBWS/BWS;
b. Dinas PU SDA Provinsi;
c. Dinas PU SDA Kabupaten; dan
d. Surveyor dan pihak lain membutuhkannya.

7
Tahap 1. Tahap 2. Tahap 3.
PSETK SID/DED Konstruksi

Tahap 8.
Persiapan Update
Tahap 4.
PSETK ≤ 2 Tahun POP

Tahap 7. Tahap 6. Tahap 5.


IKSI PAI OP

Gambar 01) Urutan Pelaksanaan Ideal Kegiatan Infrastruktur Bidang Keirigasian per
Daerah Irigasi

3. METODOLOGI
3.1. Metode Pelaksanaan
3.1.1. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan penelusuran jaringan irigasi dan penentuan biaya aset di tingkat DI
merupakan tahapan tindak lanjut dari kegiatan PSETK, SID/DED, rehabilitasi
dan bangun baru atau peningkatan yang telah dilakukan sebelumnya (lihat
gambar 01), dan dapat dijelaskan dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Tahapan Persiapan:
Tahapan persiapan terdiri atas i) kegiatan penyiapan administrasi dan
keuangan yang dibutuhkan pada saat kegiatan penelusuran di lapangan, ii)
kegiatan penyiapan alat dan kebutuhan penelusuran di lapangan seperti
android survei, meter rol, blanko survei, peta jaringan dan bangunan irigasi,
dokumen perencanaan setiap DI apabila tersedia, iii) penyiapan tim
penelusuran lapangan seperti surveyor, juru pengamat irigasi, dan petani
(P3A dan Poktan), iv) penentuan waktu pelaksanaan penelusuran, dan v)
kegiatan pelatihan tim penelusuran sebelum pelaksanaan penelusuran
jaringan irigasi di lapangan.
b. Tahapan Pelatihan Tim:
Pelatihan tim penelusuran sangat dibutuhkan agar pelaksanaan
penelusuran dapat dilakukan secara benar dan tepat terlebih pada
penggunaan Android survey dan tabel-tabel penuntun yang ada dalam Buku
Juknis.

Karena dalam kegiatan penelusuran, pihak petani (P3A dan Poktan) juga
terlibat maka kegiatan pelatihan perlu dilakukan guna meningkatkan
kapasitas petani dalam kegiatan penelusuran maupun dalam kegiatan
keseharian petani sebagai sumber utama bagi pemerintah terkait kondisi
bangunan dan jaringan setiap hari di setiap DI yang ada.
c. Tahapan Pengambilan Data:
1) Pengumpulan Data Sekunder:

8
Sebelum ke lapangan, tim penelusuran harus mengumpulkan data-data
sekunder seperti:
 Data indentitas DI;
 Data ketersediaan air;
 Data skema jaringan dan bangunan irigasi serta peta DI kalau
tersedia;
 Data lahan;
 Data desain saluran dan bangunan; dan
 Data harga satuan untuk setiap bangunan dan jaringan karena ada
kaitan dengan perkiraan biaya rehabilitasi atau bangun baru dan
peningkatan.
2) Pembuatan Jalur dan Jadwal Penelusuran
Setelah memperoleh data skema jaringan dan bangunan irigasi, maka
tim penelusuran dapat membuat jalur penelusuran yang akan
mempermudah kegiatan pengukuran kinerja PAKSI dan dimensi aset
irigasi.
3) Pengumpulan Data Primer:
Tim penelusuran akan melakukan kegiatan penelusuran jaringan irigasi
menggunakan android survei, serta dibantu dengan meter rol guna
menentukan dimensi dari setiap bangunan dan saluran yang ditinjau.

Setiap data yang diambil disimpan dalam sistem aplikasi yang disiapkan
dalam android survei serta dicatat dalam blanko survei apabila
diperlukan seperti status tambahan yang tidak disiapkan dalam android
survei.

Dalam kegiatan penelusuran, tim penelusuran akan menggunakan


tabel-tabel yang disebutkan dalam Buku Juknis ini sebagai acuan
menilai semua bangunan dan jaringan yang ditinjau di lapangan.

3.1.2. Penelusuran Jaringan Tersier Fisik di Tingkat DI


Kegiatan penelusuran jaringan tersier fisik dalam Juknis ini terbagi dalam
beberapa bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan tersier fisik; dan
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan tersier
fisik.

Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan


sebagai berikut:
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Inventarisasi aset jaringan tersier fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1) Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a)
jaringan pembawa, dan b) jaringan pembuang; dan
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung,
d) peralatan OP, dan e) lahan.
9
2) Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:
i. Pengumpulan data umum dikumpulkan seperti data DI dan data
ketersediaan air;
ii. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan
irigasi air tanah (apabila ada);
iii. Pengumpulan data aset pendukung;
iv. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang
PAI, dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan. Untuk
implementasi di tingkat lapangan Buku Juknis 7 tentang
penggunaan Aplikasi Android dapat digunakan; dan
v. Alur kegiatan inventarisasi aset irigasi yang dilakukan setiap tahun
dan 5 (lima) tahun sekali dapat dilihat dalam gambar 02.

Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto
bangunan, iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii)
fungsi bangunan, dan viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun
baru atau peningkatan.
3) Kode Aset Irigasi:
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti:
i. Kode kabupaten/kota;
ii. Kode wilayah sungai;
iii. Kode daerah irigasi; dan
iv. Kode aset irigasi.

Lebih lanjut terkait kode-kode dimaksud dapat dilihat dalam Lampiran I


bagian A, B, dan C Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang
Pengelolaan Aset Irigasi.
4) Pengisian Formulir Aset Irigasi:
Formulir dan petunjuk pengisian formulir aset irigasi dapat dilihat dalam
Lampiran I bagian D Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang
Pengelolaan Aset Irigasi.
5) Dimensi Aset Irigasi:
Terkait dengan dimensi aset irigasi, maka dalam kegiatan inventarisasi
irigasi dimensi-dimensi yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
i. Debit (Q) = m3/dtk;
ii. Jarak = m;
iii. Panjang/lebar/tinggi = m;
iv. Kemiringan dasar saluran = m/m (tanpa dimensi); dan
v. Koordinat geografi = derajat desimal.
6) Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi
fisik aset irigasi dapat dilihat dalam tabel 01, sedangkan untuk
klasifikasi aset irigasi dapat dilihat dalam tabel 02.
b. Penilaian kinerja PAKSI:

10
1) Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2) Tabel 01 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri dari kondisi i) Baik (B), ii) Rusak Ringan (RR), iii) Rusak Sedang
(RS), iv) Rusak Berat (RB), dan iv) Rusak Total (RT), yang mengacu pada
Permen PUPR tentang PAI;
3) Tabel 02 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
terdiri dari fungsi i) Baik (B), ii) Kurang (K), iii) Sedang (S), iv) Buruk
(BR), dan v) Tidak Berfungsi (TB), yang mengacu pada Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi. Selain tim
penelusuran, tabel 01 juga dipakai dalam menyiapkan sistem aplikasi e-
PAKSI oleh tim IT;
4) Tabel 3 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi untuk Jaringan Tersier Fisik.

Persiapan

Pengisian Form di
Kantor

Survei Lapangan

Perekaman Koordinat Pengisian Form


GPS & Foto Lapangan

Validasi
Data

Pemasukan ke Data
Storage

Stop

Gambar 02) Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi


(Sumber: Modifikasi dari Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015)

11
Tabel 01) Kondisi Bangunan/Jaringan
Tingkat Kerusakan Indikator Umum
Baik (B) = 0% - 10%  Aset masih baru dibangun.
 Aset baru direhab.
 Aset baru ditingkatkan (upgraded).
 Aset baru diganti.
 Aset baru selesai pemeliharaan.
 Aset belum terjadi perubahan bentuk.
 Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut,
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR) =  Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan.
10% - 20%  Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti.
Rusak Sedang (RS) =  Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang.
20% - 40%  Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
berarti.
Rusak Berat (RB) =  Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat.
40% - 80%  Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset.
 Perlu perbaikan secepatnya.

Tabel 02) Fungsi Bangunan/Jaringan


Penurunan Fungsi Indikator Umum
Baik (B) = 0% - 10% Aset berfungsi dengan sempurna sesuai desain.
Kurang (K) = 10% -  Aset masih dapat berfungsi namun tidak maksimal.
20%  Belum menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan
irigasi.
Sedang (S) = 20% -  Aset tidak berfungsi sebagian.
40%  Penurunan fungsi aset mempengaruhi kinerja layanan
irigasi sebagian.
Buruk (BR) = 40% -  Aset masih dapat berfungsi tetapi sangat kurang
80% sempurna.
 Aset sudah mulai menimbulkan pengaruh terhadap kinerja
layanan irigasi.

Terkait tabel 01 dan 02, detail penjelasannya dapat dilihat dalam Buku
1.

5) Nilai Aset Irigasi:


Nilai aset irigasi dihitungkan menggunakan lembar formulir yang ada
pada Lampiran I bagian D Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang
Pengelolaan Aset Irigasi.

12
Gambar 03) Lembar Formulir Nilai Aset Irigasi
(Sumber: Modifikasi dari Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015)

3.1.3. Penentuan Kinerja dan Biaya Aset Irigasi (Jaringan Tersier Fisik)
Setelah semua data diambil di lapangan, kegiatan validasi atau pengecekan
kembali semua data yang ada di back office seperti: i) konsistensi nama-nama
bangunan dan saluran, ii) kebenaran informasi mengenai kondisi, fungsi, tahun
pelaksanaan rehabiltasi, dan lain sebagainya, iii) penyusunan atau

13
pengelompokan file serta keterangan harus benar dan tepat alokasinya, dan iv)
lain-lain.

Penentuan kinerja dan biaya aset dilakukan secara otomatis oleh sistem
informasi yang telah dibangun. Terkait keakuratan biaya aset irigasi, sifat
informasi yang dapat diberikan adalah masih dalam tingkatan perkiraan kasar
yang akan digunakan untuk kepentingan alokasi biaya OP maupun rehabilitasi,
bangun baru atau peningkatan.

3.2. Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan kegiatan PAKSI bagi kegiatan penelusuran jaringan irigasi
dan penentuan biaya aset irigasi setiap tahun, dimana dimulai dari kegiatan
pelaksanaan Baseline PAI dan IKSI dalam satu kegiatan yang sama yakni PAKSI
serta kegiatan updating PAI dan IKSI secara bersamaan setiap tahun setelah
pelaksanaan Baseline.

4. LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN


Adapun lokasi pelaksanaan penelusuran jaringan irigasi dan penentuan biaya
aset irigasi adalah seluruh DI baik untuk kewenangan pusat, kewenangan
provinsi, maupun kewenangan kabupaten/kota.

5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Pelaksanaan kegiatan penelusuran jaringan irigasi dan penentuan biaya aset
irigasi bagi bangunan jaringan tersier fisik baik itu bendung tetap, bendung
gerak, bendung gerak karet, pengambilan bebas, dan pompa irigasi adalah
merupakan bagian dari kegiatan PAKSI (Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem
Irigasi) yang dilakukan dalam waktu yang sama dengan menggunakan
sistem informasi dan aplikasi Android Survey yang sama, dan disebutkan
dengan e-PAKSI;
b. Pemaduan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dan pengukuran kinerja
sistem irigasi khususnya pada jaringan tersier fisik menggunakan metode
yang lebih sederhana sebagaimana tertera dalam tabel 03; dan
c. Sistem aplikasi Android Survey dipakai dalam kegiatan penelusuran jaringan
irigasi dan penentuan biaya aset irigasi, dan semua variabel yang
dimasukkan ke dalam sistem aplikasi dimaksud mengacu kepada tabel 03
yang sederhana.

5.2. Saran
Guna meningkatkan kemampuan pelaksanaan penelusuran jaringan irigasi dan
penentuan aset irigasi sebagaimana yang secara lengkap dijelaskan dalam Buku
Juknis ini, maka disarankan sebagai berikut:
a. Perlu dilaksanakan kegiatan TOT (Training of Trainer) kepada staf
pemerintah baik di tingkat BBWS/BWS, Dinas PU SDA Provinsi dan
Kabupaten/Kota; dan
b. Pelaksanaan training bagi pelaksanaan kegiatan di tingkat DI, konsultan,
petani (P3A dan Poktan).

14
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik (lihat Lampiran)

15
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
Total 100
Prasarana Fisik 25
1 Saluran Pembawa 14
1.1 Bentuk, Dimensi, Elevasi, 7,00 1 Profil setiap saluran Profil pada beberapa Profil pada beberapa saluran Profil pada setiap ruas
dan Kapasitas tiap memenuhi kapasitas ruas mengalami mengalami perubahan dan mengalami perubahan
Saluran cukup untuk kebutuhan/rencana perubahan kecil sehingga penurunan kapasitas dan kapasitas
membawa debit kapasitas berkurang 20% berkurang lebih dari 40% dari berkurang lebih dari
kebutuhan/rencana dari kapasitas kebutuhan/ kapasitas kebutuhan/ rencana 50% dari kapasitas
maksimum rencana kebutuhan/rencana
2 Di sepanjang ruas Terdapat bobolan dan Terdapat beberapa bobolan Terdapat banyak
saluran tidak terdapat bocoran relative kecil dan bocoran yang bobolan dan bocoran
bobolan dan tidak yang sedikit berpengaruh berpengaruh terhadap yang secara kuantitas
terdapat bocoran, terhadap kapasitas kapasitas saluran. Effisiensi mempengaruhi
Effisiensi memenuhi yg saluran, Effisiensi antara 50% -60% kapasitas rencana.
disyaratkan >70% antara 70% -60% Effisiesi dibawah 50%
3 Tidak terdapat endapan Endapan dan atau erosi Endapan erosi banyak Endapan atau erosi
atau erosi yang sedikit berpengaruh berpengaruh terhadap berpengaruh besar
berpengaruh terhadap terhadap kapasitas kapasitas saluran20% - 40% tehadap kapasitas
kapasitas saluran saluran antara 10%- 20% dari kapasitas saluran rencana saluran (>50%)
=<10% dari kapasitas dari kapasitas saluran
saluran rencana rencana
1.2 Tinggi Tanggul cukup 2,80 1 Tanggul mempunyai Tanggul mempunyai Tinggi tanggul masih Tinggi tanggul tidak
untuk menghindari stabilitas yang baik, stabilitas yang baik memenuhi batas aman memenui syarat untuk
limpahan setiap saat tinggi jagaan yg cukup namun tinggi jagaan operasional namun telah elevasi air maksimum
selama pengoperasian untuk mencegah air berkurang 10 cm. (Tinggi berkurang 20 cm (Tinggi selama operasi dan
melimpah (over topping) Jagaan Minimum 0.20m) Jagaan Minimum 0.10m). musim hujan (Tidak
selama masa operasi ada Jagaan)
dan musim hujan
(Tinggi Jagaan
Minimum 0,30m)
2 Pada saluran pasangan Pada saluran pasangan Pada saluran pasangan Pada saluran pasangan
(lining) tidak terdapat (lining) terdapat (lining) terdapat cukup banyak (lining) terdapat banyak
retakan mengelupas/retakan/ bagian yang mengelupas/ bagian yang
pecah kurang dari 20% retakan/pecah kurang dari mengelupas/ retakan/
40% pecah kurang dari 50%
1
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
1.3 Semua perbaikan dan 2,80 1 Perbaikan telah Perbaikan telah Perbaikan baru mencapai 60- Perbaikan masih
pemeliharaan saluran mencapai 90-100% mencapai 80% – 90% 70% mencapai kurang dari
telah selesai 40%
1.4 Tingkat Kerapatan 1,40 25m/ha 20m - 22,5m/ha 15m - <20m/ha <15m/ha
Saluran
(Total saluran : tersier,
kwarter, pembuang)
2 Bangunan pada Saluran 8,00
Pembawa
2.1 Bangunan pengatur (Box 2,00 1 Semua bangunan Semua bangunan Semua bangunan pembagi Semua bangunan
tersier/kuater) lengkap pembagi (box pembagi (box tersier/ (box tersier/kuarter) masih pembagi (box
dan berfungsi : tersier/kuarter) kuarter) berfungsi berfungsi dengan baik dan tersier/kuarter) tidak
a. Pada setiap sadap 1,00 berfungsi dengan baik dengan baik dan tidak dilengkapi dengan pintu berfungsi dengan baik
sub tersier dan dan dilengkapi dengan dilengkapi dengan pintu kecil, dan bocoran ada pintu dan tidak dilengkapi
kwarter, pintu kecil. kecil, dan bocoran ada ada sekitar 21-20% dengan pintu /balok
setiap saat bangunan pintu ada sekitar 10-20% penebat dan bocoran
pengatur berfungsi ada pintu ada >20%
2 Terdapat bocoran pada Terdapat bocoran pada Bocoran pada Tingkat bocoran
bangunan <10% bangunan antara 10%- bangunan=antara 21%-40% melebihi 40% dan
20% sudah mengubah
kapasitas rencana
3 Terdapat petunjuk Terdapat petunjuk Tidak tersedia petunjuk Tidak tersedia petunjuk
(manual) dan Tabel (manual) dan Tabel (manual) dan Tabel operasi (manual) dan Tabel
operasi pintu (box operasi pintu (box tersier pintu box tersier/kuarter operasi pintu box
tersier dan kuarter) dan kuarter) tersier/kuarter
4 Konstruksi sayap masih Konstruksi sayap dalam Konstruksi sayap terdapat Terdapat banyak
baik seperti semula keadaan utuh, tetapi retakan yang cukup lebar retakan/patahan
terdapat retakan sehingga sehingga air bisa merembes
air bisa merembes
5 Lubang drainase Lubang drainase (wheep Lubang drainase (wheep Lubang drainase
(wheep holes) pada holes) pada sayap muka holes) pada sayap muka dan (wheep holes) pada
sayap muka dan dan belakang ada yang belakang sebagian kurang sayap muka dan
belakang berfungsi baik kurang berfungsi (<20%) berfungsi (antara 21%-40%) belakang tidak
berfungsi

2
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
6 Tanggul mempunyai Tanggul mempunyai Tinggi tanggul masih Tinggi tanggul tidak
stabilitas yang baik, stabilitas yang baik tinggi memenuhi batas aman memenuhi syarat untuk
tinggi jagaan yg cukup jagaan yg cukup untuk operasional namun telah elevasi air maksimum
untuk mencegah air mencegah air melimpah berkurang 10 cm selama operasi dan
melimpah (over topping) (over topping) selama Dan ada tanda-tanda musim hujan dan
selama masa operasi masa operasi dan musim ketidakstabilan (melengkung stabilitas tanggul tidak
dan musim hujan hujan cembung) memnuhi syarat, sudah
ada tanda penurunan
elevasi
7 Tidak ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda retak Mulai ada retakan dan
retak dan longsor pada retak ringan namun dan longsor pada bangunan longsoran pada
bangunan belum ada tanda longsor bangunan
pada bangunan
b. Kerapatan Bangunan 1,00 1 Jumlah bangunan Jumlah bangunan Jumlah bangunan Jumlah bangunan
di Tersier (boks tersier, 0,1 buah/ha 0,08 - 0,09buah/ha 0,06 - <0,08buah/ha <0,06buah/ha
kwarter, pelengkap)
2.2 Pengukuran debit dapat 1,00 1 Bangunan pengatur Bangunan pengatur Bangunan pengatur kurang Bangunan pengatur
dilakukan sesuai dengan masih berfungsi dengan masih berfungsi dengan berfungsi karena pintu rusak tidak berfungsi/tidak
rencana pengoperasian baik baik tetapi kurang dan adanya banyaknya ada
jaringan tersier: sempurna karena pintu endapan lumpur.
pada tiap bangunan sulit dioperasikan.
pengatur (Box tersier)
2 Terdapat papan duga Terdapat papan duga Terdapat papan duga dalam Tidak terdapat papan
yang masih baik dalam kondisi kurang kondisi tidak dapat dibaca atau duga
kondisinya dan tepat jelas pembacaannya atau sebagian sudah rusak
titik nolnya kurang tepat titik nolnya.
3 Terdapat Tabel Terdapat Tabel Terdapat Tabel pembacaan Tidak terdapat Tabel
pembacaan debit yang pembacaan debit sudah debit yang belum dikalibrasi pembacaan debit
sudah dikalibrasi dikalibrasi tetapi kurang
tepat
4 Tidak terdapat bocoran Terdapat bocoran pada Bocoran pada bangunan atau Tingkat kebocoran atau
pada bangunan atau bangunan atau ambang ambang ≤ 30% ambang sudah
ambang masih utuh antara 10%-20% terpotong sehingga
mengubah kapasitas
rencana
3
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
5 Konstruksi sayap masih Konstruksi sayap dalam Konstruksi sayap dalam Terdapat banyak
baik seperti semula keadaan utuh, tapi keadaan utuh, tapi terdapat retakan / patahan
terdapat retakan ringan retakan yang sedang sehingga
sehingga air bisa air bisa merembes
merembes
6 Lubang drainase Lubang drainase (wheep Lubang drainase (wheep Lubang drainase (wheep
(wheep holes) pada holes) pada sayap muka holes) pada sayap muka dan holes) pada sayap muka
sayap muka dan dan belakang ada yang belakang sebagian kurang dan belakang tidak
belakang berfungsi baik kurang berfungsi (<20%) berfungsi (antara 21%-40%) berfungsi
7 Tidak ada kerusakan yg Terdapat kerusakan Terdapat kerusakan sedang Terdapat kerusakan
membahayakan ringan yg belum yg mulai mermbahayakan berat dan
konstruksi membahayakan konstruksi membahayakan
konstruksi konstruksi
8 Tanggul mempunyai Tanggul mempunyai Tanggul mengalami Tanggul tidak
stabilitas yang baik, stabilitas yang baik, tinggi penurunan sekitar 10cm, memenuhi syarat untuk
tinggi jagaan yg cukup jagaan berkurang tetapi dan ada tanda-tanda elevasi air maksimum
untuk mencegah air mampu mencegah air ketidakstabilan (melengkung selama operasi dan
melimpah (over topping) melimpah (over topping) cembung) musim hujan dan
selama masa operasi selama masa operasi stabilitas tidak
dan musim hujan dan musim hujan memenuhi syarat
9 Tidak ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda retak Mulai ada retakan dan
retak dan longsor pada retak ringan namun dan longsor pada bangunan longsoran pada
bangunan belum ada tanda longsor bangunan
pada bangunan
Pengukuran debit dapat 1,00 1 Terdapat papan duga Terdapat papan duga Terdapat papan duga dalam Tidak terdapat papan
dilakukan sesuai dengan yang masih baik dalam kondisi kurang kondisi tidak dapat dibaca atau duga
rencana pengoperasian kondisinya dan tepat jelas pembacaannya atau sebagian sudah rusak
jaringan tersier: titik nolnya kurang tepat titik nolnya.
pada tiap bangunan
pengatur (Box kwarter)
2 Terdapat Tabel Terdapat Tabel Terdapat Tabel pembacaan Tidak terdapat Tabel
pembacaan debit yang pembacaan debit sudah debit yang belum dikalibrasi pembacaan debit
sudah dikalibrasi dikalibrasi tetapi kurang
tepat

4
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
3 Tidak terdapat bocoran Terdapat bocoran pada Bocoran pada bangunan atau Tingkat kebocoran atau
pada bangunan atau bangunan atau ambang ambang ≤ 30% ambang sudah
ambang masih utuh antara 10%-20% terpotong sehingga
mengubah kapasitas
rencana
4 Konstruksi sayap masih Konstruksi sayap dalam Konstruksi sayap dalam Terdapat banyak
baik seperti semula keadaan utuh, tapi keadaan utuh, tapi terdapat retakan / patahan
terdapat retakan ringan retakan yang sedang sehingga
sehingga air bisa air bisa merembes
merembes
5 Lubang drainase Lubang drainase (wheep Lubang drainase (wheep Lubang drainase
(wheep holes) pada holes) pada sayap muka holes) pada sayap muka dan (wheep holes) pada
sayap muka dan dan belakang ada yang belakang sebagian kurang sayap muka dan
belakang berfungsi baik kurang berfungsi (<20%) berfungsi (antara 21%-40%) belakang tidak
berfungsi
6 Tidak ada kerusakan yg Terdapat kerusakan Terdapat kerusakan sedang Terdapat kerusakan
membahayakan ringan yg belum yg mulai mermbahayakan berat dan
konstruksi membahayakan konstruksi membahayakan
konstruksi konstruksi
7 Tanggul mempunyai Tanggul mempunyai Tanggul mengalami Tanggul tidak
stabilitas yang baik, stabilitas yang baik, tinggi penurunan sekitar 10cm, memenuhi syarat untuk
tinggi jagaan yg cukup jagaan berkurang tetapi dan ada tanda-tanda elevasi air maksimum
untuk mencegah air mampu mencegah air ketidakstabilan (melengkung selama operasi dan
melimpah (over topping) melimpah (over topping) cembung) musim hujan dan
selama masa operasi selama masa operasi stabilitas tidak
dan musim hujan dan musim hujan memenuhi syarat
8 Tidak ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda retak Mulai ada retakan dan
retak dan longsor pada retak ringan namun dan longsor pada bangunan longsoran pada
bangunan belum ada tanda longsor bangunan
pada bangunan

2.3 Bangunan Pelengkap 2,00


berfungsi dan lengkap

5
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
a Pada Saluran Tersier dan 1,00 1 Bangunan lengkap dan Bangunan lengkap Bangunan lengkap sebagian Bangunan tidak
Sub tersier berfungsi dengan baik; sebagian kurang besar kurang berfungsi lengkap dan tidak
berfungsi dengan baik dengan baik (50%) berfungsi dengan baik
(20%) Beberapa bagian terdapat
b Pada bangunan siphon, 1,00 1 Tidak terdapat Beberapa bagian kebocoran (pada lubang Banyak terdapat
gorong-gorong, kebocoran (pada lubang terdapat sedikit syphon, lubang gorong- retakan, pecah,
Talang,cross Drain tidak syphon, lubang gorong- kebocoran (pada lubang gorong, kotak talang, pipa bocoran(pada lubang
terjadi sumbatan gorong, kotak talang, syphon, lubang gorong- drainase) atau ada bocoran syphon, lubang gorong-
pipa drainase) atau gorong, kotak talang, pada bagian yang retak atau gorong, kotak talang,
tidak ada bocoran pada pipa drainase) atau ada pecah pipa drainase)
bagian yang retak atau bocoran pada bagian
pecah yang retak atau pecah

2 Fasilitas pelimpah Fasilitas pelimpah Fasilitas pelimpah samping Fasilitas pelimpah


samping berfungsi samping berfungsi berfungsi dengan kurang baik samping tidak berfungsi
dengan baik dengan cukup baik
3 Terdapat kisi-kisi Terdapat kisi-kisi Terdapat kisi-kisi penyaring Tidak terdapat kisi-kisi
penyaring sampah penyaring sampah sampah (trashtrack), kondisi penyaring sampah
(trashtrack) (trashtrack), kondisi baik 60%-80% (trashtrack)
antara 80%-90%
4 Tidak ada sumbatan Ada sumbatan Ada sumbatan sampah,namun Sumbatan sampah
sampah sampah,namun tidak cukup mengganggu aliran air sangat mengganggu
mengganggu aliran air (aliran 60%-80%) aliran air (aliran < 50%)
(aliran 80%-90%)
5 Tidak terdapat bocoran Terdapat bocoran pada Bocoran pada bangunan < Tingkat kebocoran
pada bangunan bangunan antara 10%- 30% sudah mengubah
20% kapasitas rencana
6 Konstruksi sayap masih Konstruksi sayap dalam Konstruksi sayap dalam Terdapat banyak
baik seperti semula keadaan utuh, tapi keadaan utuh, tapi terdapat retakan / patahan
terdapat retakan ringan retakan yang sedang sehingga
sehingga air bisa air bisa merembes
merembes
7 Lubang drainase Lubang drainase (wheep Lubang drainase (wheep Lubang drainase
(wheep holes) pada holes) pada sayap muka holes) pada sayap muka dan (wheep holes) pada
sayap muka dan dan belakang ada yang belakang sebagian kurang sayap muka dan
6
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
belakang berfungsi baik kurang berfungsi (<20%) berfungsi (antara 21%-40%) belakang tidak
berfungsi
8 Tidak ada bekas Terdapat kerusakan Terdapat kerusakan sedang di Terdapat kerusakan
kerusakan di lantai hilir ringan di lantai hilir yg lantai hilir dan mulai berat di lantai hilir dan
yg membahayakan belum membahayakan membahayakan konstruksi membahayakan
konstruksi konstruksi konstruksi
9 Tidak ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda Mulai ada tanda-tanda retak Mulai ada retakan dan
retak dan longsor pada retak ringan namun dan longsor pada bangunan. longsoran pada
bangunan. belum ada tanda longsor bangunan.
pada bangunan.
c jalan Usaha Tani 0,20 1 Sudah ada jalan usaha Sudah ada jalan usaha Sudah ada jalan usaha tani Sudah ada jalan usaha
tani dan kondisinya baik tani dengan kondisi rusak dengan kondisi rusak sedang tani dengan kerusakan
ringan (10%-20%) (21%-40%) lebih dari 41 atau tidak
tersedia
d - saung pertemuan 0,10 1 Sudah ada saung Sudah ada saung Sudah ada saung pertemuan Sudah ada saung
pertemuan dan pertemuan dengan dengan kondisi rusak sedang pertemuan dengan
kondisinya baik kondisi rusak ringan (21%-40%) kerusakan lebih dari 41
(10%-20%) atau tidak tersedia
e - Pengamanan sampah 0,10 1 Sudah ada tempat Sudah ada tempat Sudah ada tempat Sudah ada tempat
pengumpulan sampah pengumpulan sampah pengumpulan sampah dengan pengumpulan sampah
dan kondisinya baik dengan kondisi rusak kondisi rusak sedang (21%- dengan kerusakan
ringan (10%-20%) 40%) lebih dari 41 atau tidak
tersedia
2.4 - Kondisi Bangunan 2,00

a Perbaikan bangunan 0,80 1 Perbaikan telah Perbaikan telah Perbaikan baru mencapai 60- Perbaikan kurang dari
pengatur (Box mencapai 90-100% mencapai 80% – 89% 79% 59%
tersier/Kuarter)
b Mistar Ukur, skalaliter dan 0,30 1 Perbaikan telah Perbaikan telah Perbaikan baru mencapai 60- Perbaikan kurang dari
tanda muka air mencapai 90-100% mencapai 80% – 89% 79% 59%
c Papan Operasi 0,30 1 Perbaikan telah Perbaikan telah Perbaikan baru mencapai 60- Perbaikan kurang dari
mencapai 90-100% mencapai 80% – 89% 79% 59%
d Bangunan Pelengkap 0,30 1 Perbaikan telah Perbaikan telah Perbaikan baru mencapai 60- Perbaikan kurang dari
mencapai 90-100% mencapai 80% – 89% 79% 59%

7
Tabel 03. Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
Kondisi
Uraian (komponen/sub Nilai Bobot Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Jelek
No Baik Sekali Keterangan
komponen/indikator) Standar(%) (80 - <90)% 60 - <80)% (<60)%
(90 - 100)%
e Perbaikan Jalan usaha tani, 0,30 1 Perbaikan telah Perbaikan telah Perbaikan telah mencapai 60- Perbaikan kurang dari
saung pertemuan, mencapai 90-100% mencapai 80-89% 79% 59%%
pengamanan sampah
3 Saluran Pembuang dan 3,00
Bangunannya
3.1 Semua saluran pembuang 2,25 1 Profil setiap saluran Profil pada beberapa Profil pada beberapa saluran Profil pada setiap ruas
dan bangunannya telah di memenuhi kapasitas ruas mengalami mengalami perubahan dan mengalami perubahan
bangun dan tercantum rencana perubahan kecil sehingga penurunan dan kapasitas
dalam daftar pemeliharaan kapasitas berkurang 20% kapasitasberkurang lebih dari berkurang lebih dari
serta telah diperbaiki dan 40% dari kapasitas rencana 50% dari kapasitas
berfungsi rencana
2 Tidak terdapat endapan Endapan sedikit Endapan banyak berpengaruh Endapan berpengaruh
yang berpengaruh berpengaruh terhadap terhadap kapasitas besar terhadap
terhadap kapasitas kapasitas saluran antara saluran21% - 40% dari kapasitas saluran
saluran <10% dari 10%- 20% dari kapasitas kapasitas saluran rencana (>41%)
kapasitas saluran saluran rencana
rencana
2 Tanggul mempunyai Tanggul mempunyai Tinggi tanggul masih Tinggi tanggul tidak
stabilitas yang baik, stabilitas yang baik tinggi memenuhi batas aman memenuhi syarat untuk
tinggi jagaan yg cukup jagaan yg cukup untuk operasional namun telah elevasi air maksimum
untuk mencegah air mencegah air melimpah berkurang 10 cm selama operasi dan
melimpah (over topping) (over topping) selama musim hujan
selama masa operasi masa operasi dan musim
dan musim hujan hujan
3.2 Tidak ada masalah banjir 0,75 4 Tidak terjadi masalah Banjir menggenangi Banjir menggenangi <30% Banjir menggenangi
yang menggenangi banjir yang serius tinggi <20% areal sawah dan area sawah dan ketinggian >30% area sawah dan
genangan <10 cm ketinggian genangan 10 genangan 15 – 20 cm ketinggian genangan
– 15 cm >20 cm

Anda mungkin juga menyukai