Anda di halaman 1dari 52

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL SUMBERDAYA AIR


DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BUKU UTAMA
PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK)
PENGELOLAAN ASET DAN KINERJA SISTEM
IRIGASI
(PAKSI)

2019
KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang


Pengairan, bahwasanya air dan berbagai sumber air beserta bangunan-bangunan
pengairan harus dilindungi, dipertahankan dan dijaga kelestariannya agar dapat
memenuhi fungsinya memberikan air khususnya air irigasi mulai dari hulu hingga
hilir dalam suatu Daerah Irigasi (DI) secara maksimal dan optimal. Terkait pemberian
air irigasi, maka prasarana irigasi seperti bendungan, bendung, saluran primer,
saluran sekunder, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, bangunan
pelengkap, jaringan irigasi tersier, dan bangunan lainnya harus dikelola secara baik
dan benar guna menjamin terlaksananya fungsi sistem irigasi sesuai dengan umur
layanan rencananya.

Guna memaksimalkan fungsi dari prasarana dimaksud, maka tugas pemantauan dan
evaluasi semua aset irigasi yang telah dibangun baik jumlah, dimensi, kondisi, fungsi,
dan kinerjanya sedapat mungkin dilakukan secara periodik sesuai dengan peraturan
dan pedoman teknis yang telah ditetapkan seperti Peraturan Menteri (Permen)
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang berlaku dan lain sebagainya.
Adapun dokumen yang disiapkan saat ini difokuskan kepada sistem jaringan irigasi
permukaan yang mengacu kepada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang
Pengelolaan Aset Irigasi dan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Sedangkan untuk sistem jaringan irigasi rawa dan
air tanah akan disampaikan dalam dokumen yang lain.

Terkait tugas pemantauan dan evaluasi dimaksud, berbagai upaya dan rekayasa
teknis yang dilakukan secara efisien dan efektif sangat diharapkan. Oleh karena
sasaran atau target adalah aset irigasi yang sama di setiap DI, maka pelaksanaan
tugas pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara terpisah baik untuk
pengelolaan aset irigasi (PAI) dan penilaian indeks kinerja (IKSI) yang dilakukan
selama ini perlu diperbaiki.

Dengan tanpa merubah semua prosedur yang tertera dalam Permen PUPR tentang
PAI dan Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi seperti telah disebutkan di
atas, pelaksanaan tugas pemantauan dan evaluasi yang dilakukan dalam waktu dan
lokasi yang sama akan memberikan manfaat yang tinggi baik terhadap peningkatan
kinerja pelayanan, penghematan waktu, tenaga pelaksana di lapangan, dan alokasi
biaya.

Sejalan dengan upaya dan rekayasa teknis yang efektif dan efisien, maka penyusunan
dan penyiapan Buku Utama Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pengelolaan Aset dan
Kinerja Sistem Irigasi (PAKSI) adalah sebuah upaya pendekatan baru yang
memadukan pelaksanaan PAI dan IKSI secara bersama-sama.

Lebih lanjut guna mendukung pelaksanaan PAKSI yang berkelanjutan, maka selain
Buku Utama Juklak PAKSI terdapat beberapa Buku Petunjuk Teknis (Juknis) yang
terdiri dari:
i) Buku Juknis PAKSI tentang Prosedur PAI;

i
ii) Buku Juknis PAKSI tentang Kodefikasi PAI;
iii) Buku Juknis PAKSI tentang Formulir Inventarisasi PAI;
iv) Buku Juknis PAKSI tentang Survei Penelusuran Jaringan Irigasi PAI;
v) Buku Juknis PAKSI tentang Kriteria Pengisian Formulir Inventarisasi PAI;
vi) Buku Juknis PAKSI tentang Bangunan Utama IKSI;
vii) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Utama Fisik IKSI;
viii) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Utama Non-Fisik IKSI;
ix) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Tersier Fisik IKSI;
x) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Tersier Non Fisik IKSI;
xi) Buku Juknis PAKSI tentang Referensi Teknis ePAKSI;
xii) Buku Juknis PAKSI tentang Panduan Android ePAKSI;
xiii) Buku Juknis PAKSI tentang Panduan Web ePAKSI; dan
xiv) Buku Juknis Fasilitas Sistem Jaringan Irigasi DI.

Penggunaan Aplikasi Android ePAKSI yang berbasis Web adalah merupakan upaya
peningkatan pelaksanaan penelusuran lapangan yang efektif, efisien dan tanpa kertas
(paperless).

Diharapkan dengan tersusunnya Buku Utama Juklak PAKSI dan beberapa Buku
Juknis PAKSI ini, upaya peningkatan fungsi layanan air yang maksimal dan optimal
dalam setiap DI guna mendukung sasaran peningkatan ketahanan pangan dan
pendapatan pertanian masyarakat petani dapat terlaksana dengan baik.

Demikian disampaikan, semoga buku yang disiapkan ini dapat memberikan manfaat.
Semua masukan dan koreksi demi penyempurnaan penyusunan Juklak PAKSI dan
Juknis PAKSI di kemudian hari, sangat dihargai dan diucapkan terima kasih
sebelumnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................................................vi
1. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
1.1. Dasar Hukum.........................................................................................................................1
1.2. Gambaran Umum.................................................................................................................1
1.2.1. Maksud dan Tujuan.........................................................................................................2
1.2.2. Ruang Lingkup..................................................................................................................3
2. PENERIMA MANFAAT.............................................................................................................3
3. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN...............................................................................3
3.1. Metode Pelaksanaan...........................................................................................................3
3.1.1. Urutan Pelaksanaan........................................................................................................3
3.1.2. Pengelolaan Aset Irigasi................................................................................................9
3.1.3. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi..............................................................................18
3.1.4. PAKSI..................................................................................................................................31
3.2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan................................................................................42
4. LOKASI PELAKSANAAN.......................................................................................................43
5. BIAYA YANG DIPERLUKAN................................................................................................43

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 01.a. Urutan Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Infrastruktur Bidang


Keirigasian per Daerah Irigasi............................................................. 4

Gambar 01.b. Urutan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Baru/Peningkatan


Infrastruktur Bidang Keirigasian per Daerah Irigasi........................... 7

Gambar 02. Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi................................................... 11

Gambar 03. Skema Pemasukan Hasil Survei LiDAR & Data Migrasi ke dalam
Sistem ePAKSI.................................................................................... 12

Gambar 04. Legenda Daerah Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07,
2013................................................................................................... 15

Gambar 05. Legenda Daerah Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07,
2013................................................................................................... 16

Gambar 06. Legenda Daerah Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07,
2013................................................................................................... 16

Gambar 07. Standar Skema Jaringan Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan


Irigasi 01, 2013.................................................................................. 17

Gambar 08. Standar Skema Bangunan Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan


Irigasi 01, 2013.................................................................................. 17

Gambar 09. Tahapan Pelaksanaan Pengumpulan Data Infrastruktur di


di Tingkat DI dengan Aplikasi Android PAKSI..................................... 35

Gambar 10. Tahapan Pelaksanaan PAKSI.............................................................. 36

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 01.a. Matriks Urutan Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Bidang


Keirigasian per DI............................................................................. 4

Tabel 01.b. Matriks Urutan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Baru/


Peningkatan Bidang Keirigasian per DI.................................................... 7

Tabel 02. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Utama........................................................ 15

Tabel 03. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Tersier....................................................... 25

Tabel 04. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi.................................. 39

Tabel 05. Kategori Aset, Sumber Data, & Jenis Data PAI & IKSI............................. 36

Tabel 06.1. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Infrastruktur................... 38

Tabel 06.2. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Non-Infrastruktur........... 39

Tabel 07. Variabel dan Indikator Pelaksanaan Quality Control untuk User.......... 42

Tabel 08. Tingkat Urgenitas Penanganan Aset Jaringan Irigasi pada Daerah
Irigasi.................................................................................................... 44

v
DAFTAR SINGKATAN
BBWS/BWS : Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
DED : Detailed Engineering Design
DEM : Digital Elevation Model
DI : Daerah Irigasi
e-PAKSI : Elektronik – Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem
Irigasi
FHO : Final Hand Over
GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
IKSI : Indeks Kinerja Sistem Irigasi
IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air
JUKLAK : Petunjuk Pelaksanaan
JUKNIS : Petunjuk Teknis
LiDAR : Light Detection and Ranging
PAI : Pengelolaan Aset Irigasi
PAKSI : Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi
PDSDA-PAI : Pengelolaan Data Sumber Daya Air – Pengelolaan
Aset Irigasi
PHO : Preliminary Hand Over
POP : Persiapan Operasi dan Pemeliharaan
PROM : Preparation for Operation and Maintenance
PSETK : Profil Sosial, Ekonomi, Teknis, dan Kelembagaan
PU : Pekerjaan Umum
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air
OP : Operasi dan Pemeliharaan
SDA : Sumber Daya Air
SID : Survei, Investigasi, dan Disain
SIDCOM : Survey, Investigation, Design, Construction,
Operation, and Maintenance
SIDLACOM : Survey, Investigation, Design, Land Acquisition,
Construction, Operation, and Maintenance
SDM : Sumber Daya Manusia
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

vi
1. LATAR BELAKANG
1.1. Dasar Hukum
Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi (PAKSI)
didasarkan pada:
a. UU No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan;
b. UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
d. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1982 tentang Irigasi;
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
8/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
12/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
14/PRT/M/2015, tentang Kriteria & Penetapan Status Daerah Irigasi;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
17/PRT/M/2015, tentang Komisi Irigasi;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
23/PRT/M/2015, tentang Pengelolaan Aset Irigasi;
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
30/PRT/M/2015, tentang Pengembangan & Pengelolaan Sistem Irigasi;
m. Peraturan Daerah tentang Irigasi di provinsi dan kabupaten/kota yang
bersangkutan; dan
n. Dan kebijakan lainnya yang terkait.

1.2. Gambaran Umum


Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, telah
mengamanatkan bahwa air, sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan
pengairan harus dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga
kelestariannya, supaya dapat memenuhi fungsinya, sehingga pengelolaan air
dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan
prasarana yang memadai, termasuk untuk irigasi dapat dilaksanakan secara
maksimal dan optimal. Prasarana irigasi tersebut antara lain dapat berupa:
bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, bangunan bagi,
bangunan bagi sadap, bangunan sadap, bangunan pelengkap, jaringan irigasi
tersier dan bangunan lainnya. Semua fasilitas dimaksud harus dikelola secara
baik dan benar guna menjamin terlaksananya fungsi sistem irigasi sesuai
dengan umur layanan rencana.

Pengelolaan aset irigasi yang terencana dan sistematis hendaknya diperkuat


dengan penilaian kinerja sistem irigasi secara berkesinambungan. Kedua hal ini
saling terkait satu terhadap yang lainnya. Sebagai contoh dengan rusaknya
salah satu bagian dari aset irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada,
dan berdampak pada menurunya efisiensi dan efektifitas pengelolaan sistem
irigasi.

1
Pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi dilaksanakan oleh
masing-masing pihak sesuai kewenangannya, dimana hal ini sudah sesuai
dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
bahwa kewenangan kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
terbagi menjadi kewenangan pusat, kewenangan daerah provinsi, dan
kewenangan daerah kabupaten/kota. Sejauh ini kedua kegiatan dimaksud
dilakukan secara terpisah oleh unit teknis di BBWS/BWS untuk DI kewenangan
pusat, Dinas PU SDA Provinsi untuk DI kewenangan provinsi, dan PU SDA
Kabupaten untuk DI kewenangan kabupaten mulai dari bangunan utama hingga
jaringan irigasi utama. Sedangkan jaringan tersier belum ditangani.

Berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No: S-


44/M.EKON/02/2016 tanggal 26 Februari 2016 tentang Pendataan dan
Pengembangan Sistem Irigasi yang substansinya antara lain meminta Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan penilaian kinerja sistem
irigasi secara lengkap (dari waduk/bendung sampai dengan tersier), yang
merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi. Dan hal ini memberikan pengaruh yang positif bagi
penyelenggaraan kegiatan pengelolaan aset dan penilaian kinerja sistem irigasi
yang berkesinambungan dan komprehensif.

Dengan mempertimbangkan efesiensi dan efektifitas hasil dari kegiatan


pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi serta ditambah
dengan beberapa pertimbangan yang disebutkan di atas, dimana pelaksanaan
pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi yang sebelumnya
dilakukan secara terpisah, maka diharapkan pelaksanaannya dapat dilakukan
secara serempak dengan menggunakan petunjuk pelaksanaan (Juklak),
petunjuk teknis (Juknis) dan sistem aplikasi yang sama.

Adapun penggunaan aplikasi dalam hal ini aplikasi Android merupakan sebuah
pendekatan terkini yang mengedepankan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
yang pro terhadap pengurangan penggunaan lembar kerja lapangan (paperless).
Pendekatan ini mendukung terlaksananya sistem data-base keirigasian yang
lebih baik dan tepat sasaran pemanfaatannya.

1.2.1. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penyiapan dokumen ini adalah terlaksananya kegiatan
pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi yang efektif dan
efisien dengan menggunakan Juklak, Juknis dan Aplikasi Android PAKSI yang
dilaksanakan pada setiap DI dalam waktu yang sama.

Sedangkan tujuan dari penyiapan dokumen ini adalah:


a. Menggabungkan Juklak pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem
irigasi yang belum pernah diatur dimana dalam pelaksanaan sebelumnya
dilakukan secara terpisah; dan
b. Menyiapkan buku Juklak dan Juknis yang akan dipakai oleh pihak
BBWS/BWS, Dinas PU SDA Provinsi dan Kabupaten/Kota maupun pihak
lain dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan penilaian
kinerja sistem irigasi di tingkat daerah irigasi (DI) secara berkesinambungan
dan komprehensif.

2
1.2.2. Ruang Lingkup
Adapun hal-hal yang disampaikan dalam dokumen ini adalah:
a. Latar belakang dilaksanakannya kegiatan pengelolaan aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi;
b. Penerima manfaat pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi;
c. Strategi pencapaian keluaran dari pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi;
d. Lokasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja
sistem irigasi;
e. Jangka waktu pelaksanaan guna mencapai keluaran dari kegiatan
pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi; dan
f. Kebutuhan biaya pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja
sistem irigasi.

Secara umum dokumen ini terdiri dari:


a. Buku utama Juklak PAKSI yang menjelaskan rangkuman pelaksanaan
PAKSI, namun yang dijelaskan saat ini adalah tentang sistem jaringan irigasi
permukaan. Sistem jaringan irigasi rawa dan sistem jaringan irigasi air
tanah akan dijelaskan dalam Juklak yang berbeda; dan
b. Guna melengkapi Juklak PAKSI tentang sistem jaringan irigasi permukaan
ini, terdapat beberapa Juknis sebagai berikut:
i) Buku Juknis PAKSI tentang Prosedur PAI;
ii) Buku Juknis PAKSI tentang Kodefikasi PAI;
iii) Buku Juknis PAKSI tentang Formulir Inventarisasi PAI;
iv) Buku Juknis PAKSI tentang Survei Penelusuran Jaringan Irigasi PAI;
v) Buku Juknis PAKSI tentang Kriteria Pengisian Formulir Inventarisasi
PAI;
vi) Buku Juknis PAKSI tentang Bangunan Utama IKSI;
vii) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Utama Fisik IKSI;
viii) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Utama Non-Fisik IKSI;
ix) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Tersier Fisik IKSI;
x) Buku Juknis PAKSI tentang Jaringan Tersier Non Fisik IKSI;
xi) Buku Juknis PAKSI tentang Referensi Teknis ePAKSI;
xii) Buku Juknis PAKSI tentang Panduan Android ePAKSI;
xiii) Buku Juknis PAKSI tentang Panduan Web ePAKSI:
xiv) Buku Juknis Fasilitas Sistem Jaringan Irigasi DI.

2. PENERIMA MANFAAT
Petunjuk pelaksanaan PAKSI ini disiapkan untuk dipergunakan sebagai acuan
pelaksanaan pengelolaan aset dan penilaian kinerja sistem irigasi yang
dilakukan pada suatu daerah irigasi (DI) dalam satu paket pelaksanaan baik di
tingkat BBWS/BWS maupun Dinas PU SDA Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


3.1. Metode Pelaksanaan
3.1.1. Urutan Pelaksanaan
Terkait pelaksanaan kegiatan infrastruktur bidang keirigasian dalam suatu DI,
urutan pelaksanaan yang ideal dapat disebutkan sebagai berikut:

3
Tahap 3.
Tahap 1. Tahap 2.
Konstruksi/Re
PSETK SID/DED
habilitasi

Tahap 8.
Persiapan Update Tahap 4. POP
PSETK ≤ 2 Tahun

Tahap 7. IKSI Tahap 6. PAI Tahap 5. OP

Gambar 01.a. Urutan Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Infrastruktur Bidang


Keirigasian per Daerah Irigasi

Gambar 01.a. menunjukan tahapan pelaksanaan yang ideal dalam suatu DI


terkait pelaksanaan kegiatan bidang keirigasian (SIDCOM 1), dimana dapat
dijelaskan secara detail dalam matriks tabel 01.a. Adapun urutan ideal
pelaksanaan kegiatan infrastruktur dimaksud didasarkan pada 5 (lima) pilar
sistem irigasi di Indonesia yang terdiri dari Pilar 1: Peningkatan keandalan
penyediaan air irigasi; Pilar 2: Perbaikan sarana dan prasarana irigasi; Pilar 3:
Penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi; Pilar 4: Penguatan institusi pengelola
irigasi; dan Pilar 5: Pemberdayaan manusia pelaku pengelola irigasi. Sedangkan
untuk kegiatan pembangunan baru/peningkatan dapat dilihat dalam gambar
01.b. dengan mengacu kepada SIDLACOM2 dan penjelasannya dapat dilihat
dalam tabel 01.b.

Tabel 01.a. Matriks Urutan Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Bidang Keirigasian per
DI
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Pertama PSETK (Profil Sosial, PSETK merupakan bagian dari kegiatan yang Pembinaan:
Ekonomi, Teknik, dan bersifat PRA (Participatory Rapid Appraisal) di Bangda/Ditjen. SDA
Kelembagaan) tingkat DI yang melibatkan Petani (P3A & Pelaksanaan:
Poktan) serta semua pihak baik pemerintah  DI Pusat: BBWS/BWS
maupun pihak lain.  DI Provinsi: Bappeda
Keluaran dari penyusunan PSETK dijadikan Provinsi
sebagai dasar pelaksanaan tingkat lanjutan.  DI Kabupaten:
Terkait kegiatan bidang keirigasian, secara Bappeda Kabupaten
ideal sebelum dilaksanakan kegiatan
SID/DED maka perlu dilakukan penyusunan
PSETK. Profil dari semua sumber daya yang
ada dalam suatu DI akan disampaikan dalam
dokumen PSETK.
Kedua SID (Survei, Merupakan kegiatan lanjutan dari PSETK. Pembinaan: Direktorat
Investigasi, dan Untuk kegiatan rehabilitasi, rekomendasi PAI Irigasi dan Rawa
Disain)/DED dan IKSI sangat diperlukan dan dijadikan Pelaksanaan:

1
SIDCOM = Survey, Investigation, Design, Construction, Operation, and Maintenance
2
SIDLACOM = Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation, and
Maintenance

4
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
(Detailed Engineering acuan dasar pelaksanaan SID/DED. Guna menjamin kualitas
Design) Semua konsep disain DI disiapkan dalam produk SID/DED,
dokumen SID/DED termasuk disain fasilitas sebaiknya pelaksanaannya
OP seperti rumah jaga, patok pembatas dilakukan oleh Konsultan
wilayah jaringan irigasi, dan sarana Perencanaan yang
pendukung pengelolaan irigasi seperti alat berkualitas dibawah
transportasi dan komunikasi yang koordinasi Direktorat
dibutuhkan dalam kegiatan OP, dan lain-lain. Irigasi dan Rawa serta
Selain yang disebutkan di atas, produk lain pemerintah di tingkat
dari SID/DED adalah dokumen tender yang Balai, Dinas PU SDA
terdiri dari dokumen perencanaan teknis, Provinsi dan
RAB/RPB, gambar rencana, spesifikasi teknis Kabupaten/Kota.
pekerjaan, dan Manual OP.
Ditambahkan, SID/DED harus mengakomodir Pihak BBWS/BWS, Dinas
isu perubahan iklim global (climate change), PU SDA Provinsi dan
efisiensi air, perlindungan terhadap isu sosial Kabupaten/Kota memiliki
dan lingkungan, serta pro terhadap isu tanggung jawab membina
gender. serta menjamin kualitas
Selain hasil dari PSETK, SID/DED juga produk SID/DED yang
dilakukan berdasarkan keluaran dari PAI dan disiapkan oleh Konsultan
rekomendasi dari IKSI. Perencanaan khususnya di
tingkat daerah.
Ketiga Konstruksi Kegiatan konstruksi dalam suatu DI dapat Pembinaan: Direktorat
berupa bangun baru, rehabilitasi dan Irigasi dan Rawa
peningkatan. Pelaksanaan:
Kegiatan konstruksi mengacu kepada Kegiatan konstruksi
dokumen tender yang telah disiapkan dalam dilaksanakan oleh
produk SID/DED. Kontraktor yang memiliki
Pengadaan semua fasilitas OP dan sarana kualitas di bidang
pendukung pengelolaan irigasi diadakan pada keirigasian dibawah
tahapan kegiatan konstruksi. pembinaan dan koordinasi
oleh unit teknis sesuai
dengan kewenangan yakni
BBWS/BWS, Dinas PU
SDA Provinsi dan
Kabupaten.
Keempat POP (Persiapan POP atau yang umum dikenal dengan sebutan Pembinaan: Direktorat
Operasi dan PROM (Preparation for Operation and Irigasi dan Rawa
Pemeliharaan) Maintenance) adalah kegiatan yang dilakukan Pelaksanaan:
guna memastikan semua fasilitas yang telah BBWS/BWS (PJPA dan
dibangun dan diadakan khususnya fasilitas OP), Dinas PU SDA
OP termasuk sarana pendukung pengelolaan Provinsi dan Kabupaten.
irigasi selama masa konstruksi dapat
digunakan sesuai dengan dokumen rencana
dalam SID/DED.
Tim Audit Kesiapan OP (Tim Bersama POP)
dibentuk guna melakukan uji coba pengaliran
(commissioning) dan memastikan Manual OP
termasuk fasilitas OP dan sarana pendukung
pengelolaan irigasi telah sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Perlu
ditambahkan dengan kegiatan
sosialisasi/bimbingan teknis terkait Manual
OP.
Pelaksanaan POP dilakukan maksimal 2 (dua)
tahun, dimana apabila dijumpai ada fasilitas
yang harus diperbaiki maka pihak Kontraktor
akan bertanggung jawab mengadakan selama
masa pemeliharaan sebelum dilaksanakannya
FHO (Final Hand Over) kepada pemilik
pekerjaan dalam hal ini pemerintah.
Kelima OP (Operasi dan Kegiatan OP dapat dilakukan di tingkat DI Pembinaan: Direktorat
Pemeliharaan) apabila telah mendapatkan rekomendasi siap Bina Operasi dan
OP dari Tim Audit Kesiapan OP berdasarkan Pemeliharaan
hasil uji coba pengaliran dan pemeriksaan Pelaksanaan:
terhadap Manual OP. Penanggung jawab

5
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
pelaksanaan OP adalah
unik teknis sesuai dengan
kewenangan yakni
BBWS/BWS, Dinas PU
SDA Provinsi dan
Kabupaten.
Keenam PAI (Pengelolaan Aset Kegiatan PAI dilaksanakan berdasarkan Pembinaan: Direktorat
Irigasi) Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015. Bina Operasi dan
Pelaksanaan PAI dilakukan setelah kegiatan Pemeliharaan
konstruksi selesai dilakukan, dan hal ini Pelaksanaan:
dilakukan untuk menginventarisasi semua Penanggung jawab
aset jaringan irigasi yang terbangun serta aset pelaksanaan PAI adalah
pendukung irigasi. unik teknis sesuai dengan
Pemutahiran aset irigasi akan dilakukan kewenangan yakni
setiap 5 (lima) tahun sekali. Namun apabila BBWS/BWS, Dinas PU
ada perubahan disain dan konstruksi SDA Provinsi dan
sebelum kurun waktu 5 (lima) tahun Kabupaten.
dimaksud, maka kegiatan PAI wajib
dilakukan. Perlu ditambahkan bahwasanya
kegiatan evaluasi PAI wajib dilakukan setiap
akhir tahun.
Keluaran PAI di tingkat DI selain hasil
inventarisasi aset irigasi terbangun, namun
juga memberikan rekomendasi biaya dan
urutan prioritas penanganan terkait OP,
rehabilitasi, peningkatan atau bangun baru.
Ketujuh IKSI (Indeks Kinerja Kegiatan IKSI dilaksanakan berdasarkan Pembinaan: Direktorat
Sistem Irigasi) Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 dan Bina Operasi dan
Permen PUPR lainnya terkait irigasi rawa Pemeliharaan
pasang surut dan lebak. Pelaksanaan:
Sebagaimana dengan pelaksanaan PAI, Penanggung jawab
kegiatan IKSI dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan IKSI adalah
konstruksi selesai dilakukan, dan hal ini unik teknis sesuai dengan
dilakukan guna mengukur kinerja sistem kewenangan yakni
irigasi yang ada di tingkat DI. BBWS/BWS, Dinas PU
Guna memastikan kinerja sistem irigasi, SDA Provinsi dan
maka IKSI dilakukan setiap tahun. Kabupaten.
Keluaran kegiatan IKSI selain informasi
kinerja sistem irigasi, juga memberikan
rekomendasi kegiatan OP dan konstruksi
untuk rehabilitasi, peningkatan atau bangun
baru.
Kedelapan Masa persiapan Tahapan terakhir pelaksanaan kegiatan Pembinaan:
update PSETK bidang keirigasian di tingkat DI adalah masa Bangda/Ditjen. SDA
persiapan penyusunan PSETK yang setidak Pelaksana per DI:
akan dilakukan dalam kurun waktu paling  DI Pusat: BBWS/BWS
lambat 2 (dua) tahun setelah pelaksanaan  DI Provinsi: Bappeda
penyusunan PSETK sebelumnya. Provinsi
Hal ini dilakukan untuk memutahirkan  DI Kabupaten:
semua sumber daya yang ada dalam suatu DI Bappeda Kabupaten
dengan cara melibatkan petani (partisipatif).

6
Tahap 3.
Tahap 1. Tahap 2. Land Tahap 4. Bangun
PSETK SID/DED Acquisitio Baru/Peningkata
n n

Tahap 9.
Persiapan Update Tahap 5. POP
PSETK ≤ 2 Tahun

Tahap 8. IKSI Tahap 7. PAI Tahap 6. OP

Gambar 01.b. Urutan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Baru/Peningkatan


Infrastruktur Bidang Keirigasian per Daerah Irigasi

Tabel 01.b. Matriks Urutan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Baru/Peningkatan


Bidang Keirigasian per DI
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Pertama PSETK (Profil Sosial, PSETK merupakan bagian dari kegiatan yang Pembinaan:
Ekonomi, Teknik, dan bersifat PRA (Participatory Rapid Appraisal) di Bangda/Ditjen. SDA
Kelembagaan) tingkat DI yang melibatkan Petani (P3A & Pelaksanaan:
Poktan) serta semua pihak baik pemerintah  DI Pusat: BBWS/BWS
maupun pihak lain.  DI Provinsi: Bappeda
Keluaran dari penyusunan PSETK dijadikan Provinsi
sebagai dasar pelaksanaan tingkat lanjutan.  DI Kabupaten:
Terkait kegiatan bidang keirigasian, secara Bappeda Kabupaten
ideal sebelum dilaksanakan kegiatan
SID/DED maka perlu dilakukan penyusunan
PSETK. Profil dari semua sumber daya yang
ada dalam suatu DI akan disampaikan dalam
dokumen PSETK.
Kedua SID (Survei, Merupakan kegiatan lanjutan dari PSETK. Pembinaan: Direktorat
Investigasi, dan Semua konsep disain DI disiapkan dalam Irigasi dan Rawa
Disain)/DED dokumen SID/DED termasuk disain fasilitas Pelaksanaan:
(Detailed Engineering OP seperti rumah jaga, patok pembatas Guna menjamin kualitas
Design) wilayah jaringan irigasi, dan sarana produk SID/DED,
pendukung pengelolaan irigasi seperti alat sebaiknya pelaksanaannya
transportasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Konsultan
dibutuhkan dalam kegiatan OP, dan lain-lain. Perencanaan yang
Selain yang disebutkan di atas, produk lain berkualitas dibawah
dari SID/DED adalah dokumen tender yang koordinasi Direktorat
terdiri dari dokumen perencanaan teknis, Irigasi dan Rawa serta
RAB/RPB, gambar rencana, spesifikasi teknis pemerintah di tingkat
pekerjaan, dan Manual OP. Balai, Dinas PU SDA
Ditambahkan, SID/DED harus mengakomodir Provinsi dan
isu perubahan iklim global (climate change), Kabupaten/Kota.
efisiensi air, perlindungan terhadap isu sosial
dan lingkungan, serta pro terhadap isu Pihak BBWS/BWS, Dinas
gender. PU SDA Provinsi dan
Selain hasil dari PSETK, SID/DED juga Kabupaten/Kota memiliki
dilakukan berdasarkan keluaran dari PAI dan tanggung jawab membina
rekomendasi dari IKSI. serta menjamin kualitas
produk SID/DED yang
disiapkan oleh Konsultan
Perencanaan khususnya di
tingkat daerah.

7
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Ketiga Land Acquisition Kegiatan pembebasan lahan merupakan Pembinaan: Direktorat
(Pembabasan Lahan) bagian penting dari kegiatan pembangunan Irigasi dan Rawa
baru/peningkatan suatu DI. Pelaksanaan:
Pihak BBWS/BWS, Dinas
PU SDA Provinsi dan
Kabupaten/Kota memiliki
tanggung jawab
melaksanakan kegiatan
ini.
Keempat Konstruksi Kegiatan konstruksi mengacu kepada Pembinaan: Direktorat
(Pembangunan dokumen tender yang telah disiapkan dalam Irigasi dan Rawa
Baru/Peningkatan) produk SID/DED. Pelaksanaan:
Pengadaan semua fasilitas OP dan sarana Kegiatan konstruksi
pendukung pengelolaan irigasi diadakan pada dilaksanakan oleh
tahapan kegiatan konstruksi. Kontraktor yang memiliki
kualitas di bidang
keirigasian dibawah
pembinaan dan koordinasi
oleh unit teknis sesuai
dengan kewenangan yakni
BBWS/BWS, Dinas PU
SDA Provinsi dan
Kabupaten.
Kelima POP (Persiapan POP atau yang umum dikenal dengan sebutan Pembinaan: Direktorat
Operasi dan PROM (Preparation for Operation and Irigasi dan Rawa
Pemeliharaan) Maintenance) adalah kegiatan yang dilakukan Pelaksanaan:
guna memastikan semua fasilitas yang telah BBWS/BWS (PJPA dan
dibangun dan diadakan khususnya fasilitas OP), Dinas PU SDA
OP termasuk sarana pendukung pengelolaan Provinsi dan Kabupaten.
irigasi selama masa konstruksi dapat
digunakan sesuai dengan dokumen rencana
dalam SID/DED.
Tim Audit Kesiapan OP (Tim Bersama POP)
dibentuk guna melakukan uji coba pengaliran
(commissioning) dan memastikan Manual OP
termasuk fasilitas OP dan sarana pendukung
pengelolaan irigasi telah sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Perlu
ditambahkan dengan kegiatan
sosialisasi/bimbingan teknis terkait Manual
OP.
Pelaksanaan POP dilakukan maksimal 2 (dua)
tahun, dimana apabila dijumpai ada fasilitas
yang harus diperbaiki maka pihak Kontraktor
akan bertanggung jawab mengadakan selama
masa pemeliharaan sebelum dilaksanakannya
FHO (Final Hand Over) kepada pemilik
pekerjaan dalam hal ini pemerintah.
Keenam OP (Operasi dan Kegiatan OP dapat dilakukan di tingkat DI Pembinaan: Direktorat
Pemeliharaan) apabila telah mendapatkan rekomendasi siap Bina Operasi dan
OP dari Tim Audit Kesiapan OP berdasarkan Pemeliharaan
hasil uji coba pengaliran dan pemeriksaan Pelaksanaan:
terhadap Manual OP. Penanggung jawab
pelaksanaan OP adalah
unik teknis sesuai dengan
kewenangan yakni
BBWS/BWS, Dinas PU
SDA Provinsi dan
Kabupaten.
Ketujuh PAI (Pengelolaan Aset Kegiatan PAI dilaksanakan berdasarkan Pembinaan: Direktorat
Irigasi) Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015. Bina Operasi dan
Pelaksanaan PAI dilakukan setelah kegiatan Pemeliharaan
konstruksi selesai dilakukan, dan hal ini Pelaksanaan:
dilakukan untuk menginventarisasi semua Penanggung jawab
aset jaringan irigasi yang terbangun serta aset pelaksanaan PAI adalah
pendukung irigasi. unik teknis sesuai dengan

8
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Pemutahiran aset irigasi akan dilakukan kewenangan yakni
setiap 5 (lima) tahun sekali. Namun apabila BBWS/BWS, Dinas PU
ada perubahan disain dan konstruksi SDA Provinsi dan
sebelum kurun waktu 5 (lima) tahun Kabupaten.
dimaksud, maka kegiatan PAI wajib
dilakukan. Perlu ditambahkan bahwasanya
kegiatan evaluasi PAI wajib dilakukan setiap
akhir tahun.
Keluaran PAI di tingkat DI selain hasil
inventarisasi aset irigasi terbangun, namun
juga memberikan rekomendasi biaya dan
urutan prioritas penanganan terkait OP,
rehabilitasi, peningkatan atau bangun baru.
Kedelapan IKSI (Indeks Kinerja Kegiatan IKSI dilaksanakan berdasarkan Pembinaan: Direktorat
Sistem Irigasi) Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 dan Bina Operasi dan
Permen PUPR lainnya terkait irigasi rawa Pemeliharaan
pasang surut dan lebak. Pelaksanaan:
Sebagaimana dengan pelaksanaan PAI, Penanggung jawab
kegiatan IKSI dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan IKSI adalah
konstruksi selesai dilakukan, dan hal ini unik teknis sesuai dengan
dilakukan guna mengukur kinerja sistem kewenangan yakni
irigasi yang ada di tingkat DI. BBWS/BWS, Dinas PU
Guna memastikan kinerja sistem irigasi, SDA Provinsi dan
maka IKSI dilakukan setiap tahun. Kabupaten.
Keluaran kegiatan IKSI selain informasi
kinerja sistem irigasi, juga memberikan
rekomendasi kegiatan OP dan konstruksi
untuk rehabilitasi, peningkatan atau bangun
baru.
Kesembilan Masa persiapan Tahapan terakhir pelaksanaan kegiatan Pembinaan:
update PSETK bidang keirigasian di tingkat DI adalah masa Bangda/Ditjen. SDA
persiapan penyusunan PSETK yang setidak Pelaksana per DI:
akan dilakukan dalam kurun waktu paling  DI Pusat: BBWS/BWS
lambat 2 (dua) tahun setelah pelaksanaan  DI Provinsi: Bappeda
penyusunan PSETK sebelumnya. Provinsi
Hal ini dilakukan untuk memutahirkan  DI Kabupaten:
semua sumber daya yang ada dalam suatu DI Bappeda Kabupaten
dengan cara melibatkan petani (partisipatif).

3.1.2. Pengelolaan Aset Irigasi


a. Maksud dan Tujuan Pengelolaan Aset Irigasi
Sebagaimana disebutkan dalam Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015, maksud
dari kegiatan pengelolaan aset irigasi adalah sebagai acuan bagi Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, pemerintah desa,
masyarakat petani, dan pengelola jaringan irigasi lainnya dalam melaksanakan
pengelolaan aset irigasi.

Sedangkan tujuan dari Permen PUPR dimaksud adalah agar pengelola irigasi
mampu melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan. Lebih lanjut terkait PAI dapat dilihat dalam Buku Juknis tentang
PAI.

b. Kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi


Pengelolaan aset irigasi dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan:
i. Inventarisasi aset irigasi;
ii. Perencanaan pengelolaan aset irigasi;
iii. Pelaksanaan pengelolaan aset irigasi;
iv. Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi; dan

9
v. Pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi.
c. Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi
Berdasarkan Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015, sistem informasi (SI)
pengelolaan aset irigasi dikembangkan dengan tujuan untuk mendukung
pelaksanaan pengelolaan aset irigasi. Dan untuk mendukung hal dimaksud
diperlukan beberapa komponen pendukung sebagai berikut:
i. Adanya unit pengelola data aset irigasi;
ii. Adanya perangkat keras yang terdiri dari komputer beserta
perlengkapannya, perangkat global positioning system (GPS), dan kamera
digital (kalau diperlukan); dan
iii. Perangkat lunak yang berupa program komputer (software).

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengelolaan Aset Irigasi


i. Setiap unit pelaksana teknis baik pada DI kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota wajib menyelenggarakan kegiatan pengelolaan aset irigasi;
ii. Pemerintah desa dan pengelola jaringan irigasi lainnya juga bertanggung
jawab terhadap pengelolaan aset irigasi yang menjadi wewenang dan
tanggung jawabnya; dan
iii. Kegiatan pengelolaan aset irigasi pada jaringan irigasi tersier menjadi hak
dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air (P3A).

e. Teknis Inventarisasi Aset Irigasi


Produk dari kegiatan inventarisasi adalah data aset irigasi di setiap DI yang
disimpan dalam data storage di kantor pengelola DI sesuai dengan
kewenangannya. Sedangkan pelaksana inventarisasi adalah pengelola DI yang
bersangkutan.

Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:


i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang; dan
ii. Aset pendukung pengelolaan irigasi yang terdiri dari a) kelembagaan, b)
sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d) peralatan OP, dan e)
lahan.

Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:


i. Pengumpulan data umum dikumpulkan seperti data DI dan data
ketersediaan air;
ii. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan irigasi air
tanah (apabila ada);
iii. Pengumpulan data aset pendukung;
iv. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang disiapkan
sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI, dan
memperhatikan kode-kode yang diperlukan; dan
v. Alur kegiatan inventarisasi aset irigasi yang dilakukan setiap tahun dan 5
(lima) tahun sekali dapat dilihat dalam gambar 02.

f. Pendekatan Pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi dengan Teknologi Terkini


Kondisi pengelolaan aset irigasi yang telah terbangun sebelumnya yakni PDSDA-
PAI (Pengelelolaan Data Sumber Daya Air – Pengelolaan Aset Irigasi) masih

10
bersifat local network dan belum ada data dasar untuk perencanaan irigasi
terutama peta jaringan dan layanan area irigasi. PDSDA–PAI adalah salah satu
submodul dari program aplikasi PDSDA. PDSDA-PAI memadukan antara
penggunaan data tabular dan spasial (peta untuk jaringan irigasi/skema irigasi).
Berdasarkan hal tersebut, maka PDSDA-PAI dibangun dengan mengintegrasikan
perangkat lunak berbasis tekstual dengan sistem informasi geografis.

Tindak lanjut dari sistem yang sudah ada tersebut, saat ini dikembangkan
sistem PAI baru yang dapat mengakomodasi keperluan perencanaan irigasi
secara akurat dan efisien. Pendekatan berbasis web, realtime dan mudah
penggunaan di lapangan menjadi faktor utama yang dikembangkan ke sistem
yang baru.

Persiapan

Pengisian Form
di Kantor

Survei Lapangan

Perekaman Koordinat Pengisian Form


GPS & Foto Lapangan

Validasi
Data

Pemasukan ke Data
Storage

Stop

Gambar 02. Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi


(Sumber: Modifikasi dari Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015)
Adapun teknologi berbasis peta dari google terkait peta dasar serta penggunaan
LiDAR sebagai input dalam penggunaan peta dasar irigasi, adalah salah satu
pendekatan yang dilakukan saat ini. Kombinasi antara teknologi LiDAR dan

11
groundsurvey diharapkan dapat memberi hasil yang cepat dan akurat dalam
sistem PAI yang baru. Teknologi LiDAR dapat memberi informasi yang detail
mengenai skema jaringan irigasi, data topografi, serta penggunaan lahan sekitar
jaringan irigasi.

Sedangkan metode groundsurvey akan digunakan sebagai alat untuk


mengetahui profil aset jaringan irigasi dan guna mengidentifikasi serta
menginventarisasi tingkat kerusakan bangunan secara detail. Proses
groundsurvey akan didukung dengan penggunaan Aplikasi Android yang
bersifat offline atau online, sehingga data dari lapangan dapat dikirimkan secara
cepat ke server PAI dan dapat digunakan sebagai perencanaan irigasi
selanjutnya.

Tujuan dari pengelolaan aset irigasi ini untuk melakukan inventarisasi sarana
prasarana penunjang jaringan irigasi secara efektif, realtime dan efisien dengan
pendekatan web based interface. Inovasi baru dengan teknologi LiDAR dan
sistem online (tampilan website) akan membantu pemangku kepentingan untuk
membuat keputusan untuk program irigasi. Gambar 03 menjelaskan panduan
pelaksanaan untuk inovasi baru di PAI. Sedangkan keluaran dari data LiDAR
akan digunakan sebagai peta dasar PAI antara lain:
i. DEM (Digital Elevation Model): resolusi 5-30 cm;
ii. Ortophoto (Hasil foto): resolusi 5-30 cm; dan
iii. Interpretasi jaringan dan bangunan irigasi (shapefile) skala detail.

Pemasukan Hasil Survei LiDAR ke dalam Sistem ePAKSI dapat dilihat dalam
gambar 03.
Survei LiDAR Aerial

Digitalisasi Interprestasi GIS Output

Survei LiDAR
Terrestrial

Survei LiDAR
Underwater
Output
Android Kondisi Irigasi
Pengecekan
Lapangan

Koreksi Data SI-PAI Update

Gambar 03. Skema Pemasukan Hasil Survei LiDAR & Data Migrasi ke dalam Sistem
ePAKSI
Data PAI lama yang pernah disiapkan sebelumnya dengan aplikasi PDSDA-PAI
dapat dimigrasi ke dalam sistem ePAKSI yang baru. Lebih lanjut pemasukan
Hasil Survei LiDAR, ground survey, dan migrasi data PAI lama melalui aplikasi

12
PDSDA-PAI dimasukkan ke dalam Sistem ePAKSI dapat dilihat dalam gambar
03.

g. Teknis Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi


Rencana pengelolaan aset irigasi (RPAI) merupakan langkah kedua setelah
adanya pelaksanaan inventarisasi PAI. Tujuan dari RPAI dilakukan adalah
untuk mencapai peningkatan pelayanan yang diinginkan. Dengan perencanaan
pengelolaan aset irigasi yang baik diharapkan kondisi dan fungsi aset akan
terjaga sehingga tingkat layanan yang diharapkan dapat dicapai.
g.1. Pemilihan Tingkat Pelayanan Irigasi:
Tingkat pelayanan irigasi merupakan elemen penting dalam PAI, karena
investasi yang dilakukan dalam PAI harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan
irigasi dimaksud.

Adapun yang diukur dalam tingkat pelayanan irigasi adalah kinerja sistem
irigasi. Lebih lanjut untuk menentukan kinerja masing-masing aset
menggunakan penjelasan yang terdapat pada bagian pengukuran kinerja sistem
irigasi, yakni:
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - <80 : kinerja baik
 55 - <70 : kinerja kurang dan perlu perhatian
 < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian.

Penentuan kinerja individual aset jaringan dapat dinilai oleh petugas operasi dan
pemeliharaan jaringan yang berpengalaman.

Untuk aset pendukung yang terdiri dari unsur kelembagaan, SDM, bangunan
gedung, peralatan, dan lahan, kinerjanya ditentukan atas dasar perbandingan
antara keberadaan dan kebutuhan aset pendukung sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi dan pedoman terkait lainnya.
g.2. Urgensi Upaya Penanganan
Urgensi upaya penanganan aset jaringan irigasi ditentukan di lapangan dengan
melihat langsung kondisi dan fungsi dari aset yang diinventarisasi. Terdapat 5
kategori urgensi:
 Sangat Urgen1 yaitu perlu dilaksanakan dalam 1 tahun setelah inventarisasi;
 Sangat Urgen2 yaitu perlu dilaksanakan dalam 2 tahun setelah inventarisasi;
 Urgen yaitu perlu dilaksanakan penanganan dalam 3 tahun setelah
inventarisasi;
 Kurang Urgen yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 4 tahun setelah
inventarisasi; dan
 Jangka Panjang yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 5 tahun setelah
inventarisasi.

Keputusan mengenai urgensi tersebut ditentukan atas pertimbangan obyektif


petugas survei inventarisasi bersama dengan unsur P3A. Adapun pertimbangan
obyektif dimaksud antara lain berupa ketahanan aset bertahan pada kondisi
sekarang (saat inventarisasi), pengaruh penundaan usulan pekerjaan pada
produksi padi, dan kemampuan keuangan guna membiayai usulan pekerjaan.

13
Disisi lain pertimbangan terhadap area terdampak akibat kondisi bangunan juga
dijadikan pertimbangan tambahan, dan terkait dengan pertimbangan ini
detailnya dapat dilihat dalam rumus 1.
g.3. Penanganan dan Prioritas Perbaikan Aset Jaringan Irigasi
Pengajuan dana untuk keperluan pengelolaan jaringan irigasi dari tahun ke
tahun tidak selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu jenis
penanganan dan prioritas perbaikan perlu dibuat berdasarkan atas data:
1) Luas Daerah Irigasi (Adi);
2) Luas layanan terpengaruh kerusakan aset (Aas);
3) Kondisi fisik jaringan irigasi; dan
4) Fungsi fisik jaringan irigasi.

..................................................................(1)

Dimana:
P = Prioritas
K = Skor kondisi (lihat bagian rekomendasi penanganan)
F = Skor fungsi (lihat bagian rekomendari penanganan)
Aas = Luas layanan terpengaruh kerusakan aset
Adi = Luas daerah irigasi.

Dari rumus 1 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Angka prioritas yang kecil menunjukkan aset jaringan irigasi dimaksud
termasuk kategori urgen hingga sangat urgen dan harus segera ditangani;
dan
 Angka prioritas yang besar menunjukkan aset jarigan irigasi dimaksud
termasuk kategori kurang urgen hingga jangka panjang dan tidak perlu
segera ditangani.
Lebih lanjut lihat tabel 08.
g.4. Rekomendasi Penanganan
Kondisi aset jaringan irigasi sebagai berikut:
 Kondisi Baik (B)3 dengan tingkat kerusakan > 0% - 10%;
 Kondisi Rusak Ringan (RR)4 dengan tingkat kerusakan > 10% - 20%;
 Kondisi Rusak Sedang (RS)5 dengan tingkat kerusakan > 20% - 40%;
 Kondisi Rusak Berat (RB)6 dengan tingkat kerusakan > 40% - 80%; dan
 Kondisi Rusak Total (RT) dengan tingkat kerusakan > 80%.

Fungsi aset jaringan irigasi sebagai berikut:


 Fungsi Baik (B) dengan tingkat penurunan fungsi > 0% - 10%;
 Fungsi Kurang (K) dengan tingkat penurunan fungsi > 10% - 20%;
 Fungsi Sedang (S) dengan tingkat penurunan fungsi > 20% - 40%;
 Fungsi Buruk (BR) dengan tingkat penurunan fungsi > 40% - 80%; dan
 Tidak berfungsi (TB) dengan tingkat penurunan fungsi > 80%.

3
Setara dengan kondisi Baik Sekali (BS) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)
4
Setara dengan kondisi Baik (B) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)
5
Setara dengan kondisi Sedang (S) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)
6
Setara dengan kondisi Jelek (J) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)

14
Rekomendasi penanganan aset jaringan irigasi berdasarkan kondisi, fungsi,
tingkat urgenitas serta prioritas penanganan dapat dilihat dalam tabel 02.

Tabel 02. Rekomendasi Penanganan Aset Jaringan Irigasi


Kondisi Aset Fungsi Aset Rekomendasi
No. Bobot (%)
Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi Penanganan
1 Baik (B) Baik (B) > 0% - 10% Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan berkala
2 Rusak Ringan (RR) Kurang (K) > 10% - 20%
yang bersifat perawatan
Pemeliharaan berkala
3 Rusak Sedang (RS) Sedang (S) > 20% - 40%
yang bersifat perbaikan
Pemeliharaan berkala
Buruk (BR) atau yang bersifat perbaikan
4 Rusak Berat (RB) > 40% - 80%
Jelek (J) berat atau
penggantian/rehabilitasi
Rehabilitasi,
5 Rusak Total (RT) Tidak Berfungsi (TB) > 80% penggantian, atau
pembaharuan aset

Sedangkan untuk aset pendukung yang terdiri dari unsur kelembagaan, SDM,
bangunan gedung, peralatan, dan lahan, rekomendasi penanganannya
ditentukan atas dasar perbandingan antara keberadaan dan kebutuhan aset
pendukung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan pedoman
terkait lainnya.
g.5. Legenda dan Skema Aset Irigasi
Terkait legenda dan skema aset irigasi di setiap DI dapat dilihat dalam gambar
04 hingga 08.

Gambar 04. Legenda Daerah Irigasi


(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07, 2013

15
Gambar 05. Legenda Daerah Irigasi
(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07, 2013)

Gambar 06. Legenda Daerah Irigasi


(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07, 2013)

16
Gambar 07. Standar Skema Jaringan Irigasi
(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01, 2013)

Gambar 08. Standar Skema Bangunan Irigasi


(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01, 2013)
Guna membantu pelaksanaan survei aset jaringan irigasi di tingkat DI,
pemahaman tim surveyor perlu dioptimalkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
ataupun hambatan. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 04 hingga 08,
legenda DI, skema jaringan dan bangunan irigasi dapat dijadikan acuan bagi

17
para surveyor agar dapat melaksanakan kegiatan penelusuran dengan baik di
lapangan.

3.1.3. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


a. Maksud dan Tujuan Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
Khususnya tentang irigasi permukaan, maka kegiatan penilaian kinerja sistem
irigasi mengacu kepada Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Adapun maksud dari kegiatan penilaian
kinerja sistem irigasi adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan penilaian
kinerja sistem irigasi. Sedangkan bagi irigasi rawa pasang surut dan lebak dapat
mengacu kepada Permen PUPR No. 11/PRT/M/2015 dan Permen PUPR No.
16/PRT/M/2015 atau peraturan lainnya yang terkait.

Lebih lanjut tujuan dari kegiatan penilaian kinerja sistem irigasi berdasarkan
pada Permen PUPR No. 12/PRT/m/2015 adalah untuk mengetahui kondisi
kinerja sistem irigasi yang meliputi i) prasarana fisik, ii) produktivitas tanam, iii)
sarana penunjang, iv) organisasi personalia, v) dokumentasi, dan vi) kondisi
kelembagaan P3A. Terkait IKSI dapat dilihat dalam Buku Juknis tentang IKSI.

b. Tahapan Penilaian Kinerja


b.1.Pelaksanaan Penelusuran Jaringan:
Dalam pelaksanaan penelusuran jaringan setiap tim yang terbentuk harus
diwakili/mengikutkan juru, P3A/GP3A/IP3A, dan pihak lain, serta apabila
diperlukan dapat melibatkan Mantri Pertanian/Penyuluh Pertanian.

Walkthrough (penelusuran jaringan) untuk penilaian kinerja sistem irigasi


(Sistem Irigasi Primer sampai dengan Sistem Irigasi Tersier) pada setiap DI
kewenangan untuk mendapatkan:
i. Penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh (sistem irigasi primer sampai
dengan sistem irigasi tersier);
ii. Data inventarisasi jaringan irigasi utama (jumlah bangunan, panjang
saluran, termasuk saluran pembuang);
iii. Data inventarisasi jaringan irigasi tersier (jumlah bangunan, panjang
saluran, termasuk saluran pembuang), yang belum dan sudah dibangun
termasuk luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum;
iv. Peta Petak Tersier (yang menunjukkan trase saluran tersier dan batas petak
tersier); dan
v. Dokumentasi berupa foto-foto dan video hasil penelusuran jaringan di
lapangan.

b.2.Komponen Penilaian Kinerja Sistem Irigasi:


Komponen penilaian kinerja sistem irigasi terdiri dari komponen penilaian
kinerja sistem irigasi utama dan tersier.

Khusus untuk irigasi permukaan dalam Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015


disebutkan bahwasanya pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian
kinerja sistem irigasi utama ada 6 (enam) paramater yang dimonitor dan
dievaluasi yakni:

18
1. Prasarana Fisik Jaringan Utama:
Adapun parameter ini terdiri dari beberapa sub-parameter sebagai berikut:
i. Bangunan utama;
ii. Saluran Pembawa;
iii. Bangunan pada saluran pembawa;
iv. Saluran Pembuang dan Bangunannya;
v. Jalan Masuk/Inspeksi; dan
vi. Kantor, Perumahan, dan Gudang.
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
i. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
ii. Realisasi luas tanam (IP); dan
iii. Produktivitas padi.
3. Sarana Penunjang terdiri dari:
i. Peralatan OP;
ii. Transportasi;
iii. Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD; dan
iv. Alat Komunikasi.
4. Organisasi Personalia terdiri dari:
i. Organisasi OP telah disusun dengan batasan-batasan tanggungjawab dan
tugas yang jelas Petugas OP yang ada sudah terlatih; dan
ii. Personalia.
5. Dokumentasi terdiri dari:
i. Buku data daerah irigasi; dan
ii. Peta dan gambar-gambar.
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) terdiri dari:
i. GP3A/IP3A sudah berbadan hukum;
ii. Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A;
iii. Rapat Ulu-ulu/GP3A/IP3A dengan ranting/Pengamat/UPTD;
iv. GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan ;
v. Partisipasi GP3A/IP3A dalam jaringan dan Penanganan Bencana Alam;
vi. Iuran P3A digunakan untuk perbaikan jaringan; dan
vii. Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata Tanam dan Pengalokasian Air.

Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian kinerja sistem


irigasi tersier juga terdiri dari 6 (enam) komponen yakni:
1. Prasarana Fisik Jaringan Tersier:
Parameter ini terdiri dari beberapa sub-parameter yakni:
i. Saluran Pembawa;
ii. Bangunan pada saluran pembawa; dan
iii. Saluran Pembuang dan Bangunannya.
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
i. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
ii. Realisasi luas tanam (IP); dan
iii. Produktivitas padi.
3. Kondisi OP Jaringan Tersier terdiri dari:
i. Bobolan (pengambilan liar) dari saluran induk, sekunder, dan tersier;
ii. Giliran pembagian air pada waktu debit kecil;
iii. Pembersihan saluran tersier secara gotong royong/diborongkan; dan
iv. Perlengkapan pendukung OP.
4. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia/SDM terdiri dari:

19
i. Tersedianya petugas teknis P3A;
ii. Petugas OP yang ada sudah terlatih; dan
iii. Mampu dan sering berkomunikasi dengan petani dan juru, termasuk PPL.
5. Dokumentasi terdiri dari:
i.1.3. Buku
Kantong Lumpur & Pintu
data petak tersier meliputi : Buku 1 … 100
Administrasi …
Organisasi,2.00
Manual
Pengurasnya.
OP Tersier, Jadwal
a. Bangunan Kantong Lumpur
dan Pola Tanam; dan … 35 … 0.70
ii. Peta dan gambar-gambar meliputi : Peta wilayah kerja, peta petak tersier,
baik
skema
b. Kantongjaringan tersier, skema bangunan,…dan gambar
Lumpur telah 30 purna
… laksana.
0.60
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) terdiri dari:
di bersihkan
i. Status badan &hukum
c. Pintu Penguras Roda gigi P3A; … 35 … 0.70
ii. Kondisi Kantongkelembagaan;
Lumpur dapat
di operasikan.
iii. Aktivitas P3A;
iv. Partisipasi
2. Saluran Pem baw a
anggota P3A dalam OP; 14.98 … 100 … 10.00
v.2.1. Iuran OP untuk tersier;
Kapasitas tiap saluran cukup … 50 … 5.00
vi. Kemampuan
untuk membaw a debitfungsional
kebutuhan dan koordinasi dalam perencanaan tata tanam
dan pengalokasian
/ Rencana maksimum. air; dan
vii. Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi.
2.2. Tinggi tanggul cukup untuk … 20 … 2.00
menghindari limpahan setiap
saat selama pengoperasian.
c. Bobot dan Indikator Penilaian Sistem Irigasi Utama
2.3. Semua perbaikan saluran telah … 30 … 3.00
c.1. Pembobotan:
selesai.
Dalam menentukan bobot penilaian kinerja sistem irigasi utama dengan
3. Bangunan pada saluran keterkaitan
mempertimbangkan pembaw a …
beberapa komponen 100
dalam … 9.00sistem
pengelolaan
3.1. Bangunan Pengatur (Bagi / Bagi 11 … 100 … 2.00
irigasi utama dengan bobot maksimum sebagai berikut:
Sadap / Sadap ) lengkap dan
1. Prasarana
berfungsi. Fisik : 45 %
terdiri dari:
a. Setiap saat dan setiap … 50 … 1.00
- Bangunan utamaperlu
bangunan pengatur : 13 %;
- Saluran
Saluran pembawa
Induk dan Sekunder : 10 %;
- Bangunan
b. Pada setiap pada saluran pembawa
sadap tersier. … 50 … : 9 %;1.00
3.2. Pengukuran debit dapat dilakukan … 100 … 2.50
- Saluran pembuang dan bangunannya : 4%
sesuai rencana operasi DI
- Jalan masuk/inspeksi
a. Pada Bangunan Pengambilan … 40 …
: 4% 1.00
- Kantor, perumahan,
(Bendung / intake). dan Gudang : 5%
I. PRASARANA
b. Pada FISIK
tiap bangunan pengatur …
… 30 …
… 45.00
0.75
1. Bangunan(Bagi Utam a Sadap / Sadap)
/ Bagi … … 13.00
c. Pada setiap sadap tersier. … 30 … 0.75
1.1. Bendung 1 … 100 … 4.00
3.3. a. Mercu Pelengkap berfungsi
Bangunan 37 …
… 20
100 …
… 0.80
2.00
b.
danSayap
lengkap. … 15 … 0.60
c.
a. Lantai Bendung
Pada saluran induk dan …
… 20
40 …
… 0.80
0.80
d. Tanggul
sekunder Penutup …
… 20 …
… 0.80
e.
b. Jembatan
Pada bangunan syphon, …
… 5
60 …
… 0.20
1.20
f. Papan Operasi jembatan,
gorong-gorong, … 10 … 0.40
g. Mistar
talang,Ukurcross-drain tidak terjadi … 5 … 0.20
h. Pagar
sumbatan.Pengaman … 5 … 0.20
3.4. Semua perbaikan telah selesai. … 100 … 2.50
1.2. Pintu-pintu
a. Perbaikan Bendung dan pengatur
bangunan …
… 100
50 …
… 7.00
1.25
roda(Bagi
gigi dapat
/ Bagidioperasikan.
Sadap / Sadap)
a.
b. Pintu
MistarPengambilan
ukur, skala liter dan …
… 55
15 …
… 3.85
0.38
b. Pintu
tandaPenguras
muka air.Bendung … 45 … 3.15
c. Papan Operasi. … 20 … 0.50
d. Bangunan pelengkap. … 15 … 0.38
4. Saluran Pem buang dan Bangunannya 0 … 100 … 4.00
4.1. Semua saluran pembuang dan … 75 … 3.00
bangunannya telah dibangun dan
tercantum dalam daftar pemeli-
haraan serta telah diperbaiki dan 20
berfungsi.
4.2. Tidak ada masalah banjir yang … 25 … 1.00
menggenangi.
5. Jalan masuk / Inspeksi. 0 … 100 … 4.00
5.1. Jalan masuk ke bangunan utama … 50 … 2.00
dalam kondisi baik.
5.2. Jalan Inspeksi dan jalan setapak … 25 … 1.00
sepanjang saluran telah diperbaiki
5.3. Setiap bangunan dan saluran … 25 … 1.00
yang dipelihara dapat dicapai
dengan mudah.

6. Kantor, Perum ahan dan Gudang. 1 … 100 … 5.00


6.1. Kantor memadai untuk : 100 2.00
- Ranting/Pengamat/UPTD … 50 … 1.00
(Setingkat Satker Balai PSDA/
UPT/Cab PU Kab/Kota).
- Mantri/Juru … 50 … 1.00
(Setingkat Korlap Balai PSDA/
Mantri Pengairan).
6.2. Perumahan memadai untuk : 100 1.00
- Ranting/Pengamat/UPTD … 50 … 0.50
(Setingkat Satker Balai PSDA/
UPT/Cab PU Kab/Kota).
- Mantri/Juru … 50 … 0.50
(Setingkat Korlap Balai PSDA/
Mantri Pengairan).
6.3. Gudang memadai untuk : 100 2.00 21
- Kantor Ranting/Pengamat/UPTD … 40 … 0.80
- Bangunan utama (BD). … 40 … 0.80
- Skot Balok dan perlengkapan … 20 … 0.40
dibangunan lain.
2. Produktivitas tanam : 15 %
terdiri dari:
- Pemenuhan kebutuhan air (faktor K) : 9 %;
- Realisasi luas tanam : 4 %;
- Produktivitas padi : 2%

II. PRODUKTIVITAS TANAM … 100 … 15.00


( Tahun sebelum nya )
1. Pemenuhan kebutuhan air … 60 … 9.00
( Faktor K )

2. Realisasi luas tanam (e) … 27 … 4.00


Luas baku (Ha) 1880 (a)
Realisasi
Musim Tanam Tanam
(Ha)
- MT. I …
- MT. II …
- MT. III …
Areal Tanam =Jumlah I,II,III … (b)
IP Maks ( % ) 300 (c)
Indeks Pertanaman (IP) … (d)
yang ada = (b)/(a)x100 %
Prosentase Realisasi Luas … (e)
Tanam = (d)/(c)x100 %

3. Produktivitas Padi (c) … 13 … 2.00

Produktvfitas padi rata-rata … (a)


( ton / ha ) (a)
Produktivitas padi yang ada … (b)
( ton / ha )
Prosentase Produktivitas … (c)
padi = (b)/(a)x100 % … 22
Bila produktivitas padi yang ada > produktivitas
rata-rata maka Prosentase Produktivitas
padi ( c ) ditulis 100 %.
3. Sarana Penunjang : 10 %
terdiri dari:
- Peralatan O&P : 4 %;
- Transportasi : 2 %;
- Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD : 2 %
- Alat komunikasi : 2 %
III. SARANA PENUNJANG … … 10.00
1. Peralatan O&P. … 100 … 4.00
1.1. Alat pokok untuk pemeliharaan rutin … 50 … 1.00
1.2. Perlengkapan personil untuk operasi … 12.5 … 0.25
1.2. Peralatan berat untuk pembersihan lumpur … 37.5 … 0.75
dan pemeliharaan tanggul
2. Transportasi … 100 … 2.00
2.1. Ranting/Pengamat/UPTD (Pick Up/Sepeda motor ) … 50 … 0.00
2.2. Mantri/Juru (Sepeda motor) … 25 … 0.00
2.3. PPA ( Sepeda motor/Sepeda ) … 25 … 0.00
3. Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD 100 2.00
3.1. Perabot dasar untuk kantor … 50 … 1.00
3.2. Alat kerja di kantor (komputer dan printer) … 50 … 1.00
4. Alat Komunikasi … 100 … 2.00
4.1. Jaringan komunikasi yang memadai … 100 … 0.00
untuk Ranting/Pengamat/UPTD - Balai PSDA -
Bag Pel Kegiatan.

4. Organisasi personalia : 15 %
terdiri dari:
- Organisasi O&P telah disusun dengan
batasan-batasan tanggungjawab dan tugas
yang jelas

: 5 %;
- Personalia : 10 %;

IV. ORGANISASI PERSONALIA … … 15.00


1. Organisasi O&P telah disusun dengan … 100 … 5.00
batasan -batasan tanggung jaw ab dan tugas
yang jelas.
1.1. Ranting/Pengamat/UPTD … 40 … 6.00
1.2. Mantri/Juru … 40 … 6.00
1.3. PPA … 20 … 3.00
2. Personalia … 100 … 10.00
2.1. Kuantitas/Jumlah sesuai dengan kebutuhan
- Mantri/Juru 1 … 10 … 1.00
- PPA 3 … 30 … 3.00
2.2. > 70 % PPA Pegaw ai Negeri 1 … 20 … 2.00
( bila => 70 % bobot bagian 100 % )
2.3. Semua sudah paham OP 23
- Ranting/Pengamat/UPTD 1 … 10 … 1.00
- Mantri/Juru 1 … 20 …
- PPA 2 … 10 … 1.00
5. Dokumentasi : 5%
terdiri dari:
- Buku data DI : 2 %;
- Peta dan gambar-gambar : 3 %;
V. DOKUMENTASI … 100 … 5.00
1. Buku Data DI. … 40 … 2.00
2. Peta dan gambar-gambar
2.1. Data dinding di Kantor … 20 … 1.00
2.2. Gambar purnalaksana … 20 … 1.00
2.3. Skema DI , Skema Bangunan dan peta ikhtisar … 20 … 1.00

6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) : 10 %


terdiri dari:
- GP3A/IP3A sudah berbadan hukum : 1,5 %
- Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A : 0,5 %
- Rapat Ulu-ulu/P3A Desa/GP3A/IP3A
dengan Ranting/Pengamat/UPTD

: 2%
- GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan : 1%
- Partisipasi anggota GP3A/IP3A dalam perbaikan
jaringan dan penanganan bencana alam : 2%
- Iuran GP3A/IP3A untuk partisipasi perbaikan jaringan
Utama : 2%
- Partisipasi GP3A/IP3A dalam Perencanaan Tata
Tanam dan Pengalokasikan Air : 1%

VI. PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (GP3A/IP3A) … 100 … 10.00


A. Jumlah P3A Desa = Bh
B. Jumlah GP3A = Bh
C. Jumlah IP3A = Bh
Jumlah b+c = Bh
1. GP3A / IP3A sudah berbadan Hukum 2 … 15 … 1.50
2. Kondisi Kelembagaan GP3A / IP3A … 5 … 0.50
- Berkembang ( 100 % ) 2
- Sedang berkembang ( 60 % ) 0
- Belum berkembang ( 30 % ) 1

24
3. Rapat Ulu Ulu / P3A Desa / GP3A / IP3A dengan … 20 … 2.00
Ranting/Pengamat/UPTD.
- 1/2 bulan sekali ( 100 % ) 0
- 1 bulan sekali ( 60 % ) 1
- Ada tidak teratur ( 40 % ) 0
- Belum ada (0%) 0
4. GP3A / IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan. … 10 … 1.00
5. Partisipasi GP3A /IP3A dalam perbaikan jaringan dan … 20 … 2.00
penanganan Bencana Alam.
6. Iuran P3A / GP3A / IP3A digunakan untuk perbaikan jaringan … 20 … 2.00
- Tersier ( 100 % )
7. Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata Tanam … 10 … 1.00
dan Pengalokasian Air.

TOTAL (1+2+3+4+5+6) … 100.00

c.2. Indikator Penilaian:


Dalam penentuan indikator penilaian dibagi dalam beberapa kelompok kondisi
dan kinerja sebagai berikut:
1. Prasarana Fisik ada 4 indikator terdiri:
- Kondisi baik sekali(> 90-100%) atau tingkat kerusakan : > 0 - 10 %
- Kondisi baik (> 80-90%) atau tingkat kerusakan : > 10 - 20%
- Kondisi sedang (> 60-80%) atau tingkat kerusakan : > 20 - 40 %
- Kondisi jelek (< 60%) atau tingkat kerusakan : > 40 %
2. Untuk non fisik (produktivitas tanaman, sarana penunjang, organisasi
personalia, dokumentasi dan GP3A/IP3A) ada 4 indikator kinerja terdiri :
- Kinerja baik sekali : > 90-100%
- Kinerja baik : > 80-90%
- Kinerja cukup : > 60-80%
- Kinerja kurang : < 60%

c.3. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Utama:


Tabel 02. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Utama
Yg ada Maks Min Optimum
No. Komponen Keterangan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana fisik 45 25 35
2 Produktivitas tanam 15 10 12,5
3 Sarana Penunjang 10 5 7,5
4 Organisasi Personalia 15 7,5 10
5 Dokumentasi 5 2,5 5
6 GP3A/IP3A 10 5 7,5
JUMLAH 100 55 77,5

c.4. Kategori Kinerja:


Berdasarkan hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dihasilkan Indeks
kinerja dengan nilai :
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - <80 : kinerja baik
 55 - <70 : kinerja kurang dan perlu perhatian

25
 < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian segera.
d. Bobot dan Indikator Penilaian Sistem Irigasi Tersier
d.1.Pembobotan:
Dalam menentukan bobot penilaian kinerja sistem irigasi tersier dengan
mempertimbangkan keterkaitan beberapa Komponen dalam pengelolaan sistem
irigasi tersier dengan bobot maksimum sebagai berikut:
1. Prasarana Fisik : 25 %
terdiri dari:
- Saluran pembawa : 14 %;
- Bangunan pada saluran pembawa : 8 %;
- Saluran pembuang dan bangunannya : 3%

I. PRASARANA FISIK … 100 … 25.00


1 Saluran Pembaw a 14.98 … 100 … 14.00
1.1. Bentuk, Dimensi, Elevasi, dan Kapasitas tiap saluran … 50 … 7.00
cukup untuk membaw a debit kebutuhan
/ Rencana maksimum.
1.2. Tinggi tanggul cukup untuk … 20 … 2.80
menghindari limpahan setiap
saat selama pengoperasian.
1.3. Kondisi Saluran Pembaw a … 20 … 2.80

1,4, Tingkat Kerapatan Saluran … 10 … 1.40

2. Bangunan pada saluran pembaw a … 100 …. 8.00


2.1. Bangunan Pengatur (Boks Tersier/ 11 …. 100 …. 2.00
Kw arter) lengkap dan
berfungsi.
a. Pada setiap sadap sub tersier dan kw arter,
50 … 1.00
setiap saat bangunan pengatur berfungsi …
b. Kerapatan Bangunan di Tersier (boks tersier, kw arter, pelengkap) … 50 … 1.00

2.2. Pengukuran debit dapat dilakukan …. 100 … 2.00


sesuai rencana operasi DI
a. Pada tiap bangunan pengatur … 50 … 1.00
(Boks Tersier)
b. Pada tiap bangunan pengatur … 50 … 1.00
(Boks Kw arter)

2.3. Bangunan Pelengkap berfungsi 37 …. 100 …. 2.00


dan lengkap.
a. Pada saluran Tersier dan … 40 … 0.80
Sub Tersier
b. Pada bangunan syphon, (org) … 40 … 0.80
gorong-gorong, jembatan,
talang, cross-drain tidak terjadi
sumbatan.
c. Jalan Usaha Tani … 10 … 0.20
d. Saung Pertemuan … 5 … 0.10
e. Pengamanan sampah … 5 … 0.10
… …

26
2.4. Kondisi Bangunan … 100 … 2.00
a. Perbaikan bangunan pengatur … 40 … 0.80
(Boks Tersier/Kw arter)
b. Mistar ukur, skala liter dan … 15 … 0.30
tanda muka air.
c. Papan Operasi. … 15 … 0.30
d. Bangunan pelengkap. … 15 … 0.30
e. Perbaikan Jalan usaha tani, saung pertemuan … 15 … 0.30
pengamanan sampah

3. Saluran Pem buang dan Bangunannya 0 … 100 … 3.00


3.1. Semua saluran pembuang dan … 75 … 2.25
bangunannya telah dibangun dan
tercantum dalam daftar pemeli-
haraan serta telah diperbaiki dan
berfungsi.
3.2. Tidak ada masalah banjir yang menggenangi … 25 … 0.75

2. Produktivitas tanaman : 15 %
terdiri dari:
- Pemenuhan kebutuhan air (faktor K) : 9 %;
- Realisasi luas tanam : 4 %;
- Produktivitas padi : 2%
II. PRODUKTIVITAS PERTANAMAN … 100 … 15.00
( Tahun sebelum nya ) …
1. Pemenuhan kebutuhan air di pintu sadap … 60 … 9.00
( Faktor K )

2. Realisasi luas tanam (e) … 27 … 4.00


Luas baku (Ha) 80 (a)
Realisasi
Musim Tanam Tanam
(Ha)
- MT. I
- MT. II …
- MT. III …
Areal Tanam =Jumlah I,II,III … (b)
IP Maks ( % ) … (c)
Indeks Pertanaman (IP) … (d)
yang ada = (b)/(a)x100 %
Prosentase Realisasi Luas … (e)
Tanam = (d)/(c)x100 %
3. Produktivitas Padi (c) … 13 … 2.00

Produktvfitas padi rata-rata … (a)


( ton / ha )
Produktivitas padi yang ada … (b)
( ton / ha )
Prosentase Produktivitas (c)
padi = (b)/(a)x100 % …
Bila produktivitas padi yang ada > produktivitas
rata-rata maka Prosentase Produktivitas
padi ( c ) ditulis 100 %.

27
3. Kondisi O&P : 20 %
terdiri dari:
- Tingkat adanya bobolan : 6 %;
- Giliran pembagian air waktu debit kecil : 4 %;
- Pembersihan saluran tersier : 6 %
- Perlengkapan pendukung OP : 4 %
III. KONDISI OPERASI DAN PEMELIHARAAN … 100 … 20.00
1 Bobolan (pengambilan liar) dari saluran induk, sekunder, dan tersier … 30 … 6.00
2 Giliran Pembagian Air Pada Waktu Debit Kecil … 20 … 4.00
3 Pembersihan Saluran Tersier … 30 … 6.00
4 Perlengkapan Pendukung OP … 20 … 4.00

4. Petugas O&P/Organisasi personalia : 15 %


terdiri dari:
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A tersedia : 6 %;
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A tlh terlatih : 4,5 %;
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A sering komunikasi
dengan petani dan juru pengairan : 4,5 %
IV. PETUGAS PEMBAGI AIR/ORGANISASI PERSONALIA … 100 … 15.00
1. Ulu-ulu/petugas teknis P3A tersedia … 40 … 6.00
2. Ulu-ulu/petugas teknis P3A telah terlatih … 30 … 4.50
3. Ulu-ulu/petugas teknis P3A sering berkomunikasi dengan … 30 … 4.50
Petani dan Juru

5. Dokumentasi : 5%
terdiri dari:
- Buku data petak tersier : 2 %;
- Peta dan gambar-gambar : 3 %;

V. DOKUMENTASI … 100 … 5.00


1. Buku Data Petak Tersier … 40 … 2.00
2.1. Buku Administrasi Organisasi … 10 … 0.50
2.2. Manual OP Tersier … 15 … 0.75
2.3. Jadw al dan Pola Tanam … 15 … 0.75
2. Peta dan gambar-gambar … 60 … 3.00
2.1. Peta w ilayah kerja … 15 … 0.75
2.2. Peta Petak Tersier (Sosio Hidro) … 15 … 0.75
2.3. Skema jaringan irigasi tersier … 15 … 0.75
2.4. Gambar purnalaksana … 15 … 0.75

6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) : 20 %


terdiri dari:
- Status badan hukum P3A : 2 %
- Kondisi kelembagaan : 3 %
- Aktivitas rapat-rapat P3A : 2 %
- Aktivitas survey/penelusuran jaringan : 3 %
- Partisipasi anggota P3A dalam perbaikan
jaringan dan penanganan bencana alam : 3%

28
- Iuran OP untuk tersier : 2%
- Kemampuan fungsional dan koordinasi dalam
perencanaan tata tanam dan pengalokasian air : 3%
- Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi : 2%
VI. PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) … 100 … 20.00
A. Jumlah P3A Desa = Bh
1. P3A sudah berbadan Hukum 2 … 10 … 2.00
2. Kondisi Kelembagaan P3A … 15 … 3.00
- Berkembang ( 100 % ) 2
- Sedang berkembang ( 60 % ) 0
- Belum berkembang ( 40 % )
- Belum terbentuk (0%) 1
3. Rapat Ulu Ulu / P3A Desa dengan … 10 … 2.00
Juru/Mantri/Penyuluh Pertanian
- 1/2 bulan sekali ( 100 % ) 0
- 1 bulan sekali ( 60 % ) 1
- Ada tidak teratur ( 40 % ) 0
- Belum ada (0%) 0
4. P3A aktif melakukan survei/penelusuran jaringan. … 15 … 3.00
5. Partisipasi anggota P3A dalam perbaikan jaringan dan … 15 … 3.00
penanganan Bencana Alam.
6. Kepatuhan anggota P3A terhadap Iuran digunakan … 10 … 2.00
untuk pengelolaan jaringan tersier
7. Kemampuan fungsional dan koordinasi P3A … 15 … 3.00
dalam perencanaan tata tanam dan pengalokasian air
8. Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan Evaluasi … 10 … 2.00

TOTAL (I s.d. VI) … … 100.00

d.2.Indikator Penilaian:
Dalam penentuan indikator penilaian dibagi dalam beberapa kelompok kondisi
dan kinerja sebagai berikut :
1. Prasarana Fisik ada 4 indikator terdiri :
- Kondisi baik sekali(> 90-100%) atau tingkat kerusakan : > 0 - 10 %
- Kondisi baik (> 80-90%) atau tingkat kerusakan : > 10 - 20%
- Kondisi sedang (> 60-80%) atau tingkat kerusakan : > 20 - 40 %
- Kondisi jelek (< 60%) atau tingkat kerusakan : > 40 %

2. Untuk non fisik (produktivitas tanaman, kondisi OP, petugas OP/organisasi


personalia, dokumentasi dan P3A) ada 4 indikator kinerja terdiri dari:
- Kinerja baik sekali : > 90-100%
- Kinerja baik : > 80-90%
- Kinerja cukup : > 60-80%
- Kinerja kurang : < 60%

d.3.Indeks Kinerja Sistem Irigasi Tersier:


Tabel 03. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Yg ada Maks Min Optimum
No. Komponen Keterangan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana fisik 25 15 20
2 Produktivitas tanam 15 10 12,5
3 Kondisi OP 20 10 15
4 Petugas OP/Org/SDM 15 7,5 10

29
5 Dokumentasi 5 2,5 5
6 P3A 20 10 15
JUMLAH 100 55 77,5

d.4.Kategori Kinerja:
Berdasarkan hasil penilaian kinerja system irigasi tersier dihasilkan Indeks
kinerja dengan nilai :
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - 79 : kinerja baik
 55 - 69 : kinerja kurang dan perlu perhatian
 < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian segera.

Tabel 04. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


NILAI
SISTEM IRIGASI UTAMA SISTEM IRIGASI TERSIER
TOTAL
Indeks Indeks
Bobo Bobo
No Kondisi Kondisi
KOMPONEN t No. KOMPONEN t
. yang yang
(80%) (20%)
Ada Ada
PRASARANA
1. PRASARANA FISIK 45 36 1. 25 5 41
FISIK
PRODUKTIVITAS PRODUKTIVITAS
2. 15 12 2. 15 3 15
TANAM TANAM
SARANA
3. 10 8 3. KONDISI OP 20 4 12
PENUNJANG
ORGANISASI ORGANISASI
4. 15 12 4. 15 3 15
PERSONALIA PERSONALIA
5. DOKUMENTASI 5 4 5. DOKUMENTASI 5 1 5

6. GP3A/IP3A 10 8 6. P3A 20 4 12

    100 80     100 20 100

e. Format Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


Rekapitulasi hasil penilaian kinerja sistem irigasi (lihat tabel 04) diperoleh dari
penjumlahan hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier, dengan
komposisi pembobotan berdasarkan luas layanan irigasi, yang dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok 1 untuk DI lebih dari 1000 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 80%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 20%.
2. Kelompok 2 untuk DI antara 150 ha - 1000 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 60%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 40%.
3. Kelompok 3 untuk Daerah Irigasi < 150 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 50%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 50%.

f. Pendekatan Pelaksanaan Penilaian Kinerja Sistem Irigasi dengan Teknologi


Terkini

30
Pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi dilaksanakan dengan membangun
Sistem Informasi Indeks Kinerja Sistem Irigasi yang berbasis Android. Lebih
lanjut dapat dilihat dalam Lampiran Juklak ini.
3.1.4. PAKSI
a. Latar Belakang
PAKSI (Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi) adalah sebuah sistem yang
dibangun dengan tujuan menggabung pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi
dengan Penilaian Kinerja Sistem Irigasi dalam satu sistem informasi atau
disebut dengan ePAKSI. Hal ini didasarkan kepada beberapa pertimbangan
sebagai berikut:
1. PAI dan IKSI dalam kegiatan penelusuran di lapangan sama-sama meninjau
bangunan dan saluran serta semua fasilitas lain yang ada dalam setiap DI;
2. Parameter evaluasi aset dan kinerja sistem irigasi adalah sama, yakni: i)
prasarana fisik, ii) produktivitas tanam untuk IKSI, namun pada PAI
dipisahkan menjadi dua bagian yakni ketersediaan air dan indeks
pertanaman; iii) sarana penunjang, iv) organisasi personalia, v) dokumentasi,
dan vi) perkumpulan petani pemakai air (P3A);
3. Sistem informasi PAI atau disebut dengan SI-PAI dan sistem informasi IKSI
atau disebut SI-IKSI dalam pelaksanaan survei atau penelusuran lapangan
sama-sama akan menggunakan Aplikasi Android yang berbasis Web; dan
4. Guna menjamin adanya efisiensi pelaksanaan khususnya dalam kegiatan
penelusuran lapangan serta hasil yang efektif dan akurat.

Penggabungan kedua modul PAI dan IKSI adalah sejalan dengan pelaksanan ICT
(Information and Communication Technologies) yang praktis, good data
governance, serta ICT Blue Print (Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi) yang tertera dalam Permen PUPR No. 35/PRT/M/2016.

b. Pembagian Tugas dalam PAKSI


Disadari bahwasanya terdapat begitu banyak sistem informasi dan aplikasi yang
dibangun khususnya pada Ditjen SDA Kementerian PUPR untuk berbagai
kebutuhan. Sejauh ini semua sistem dan aplikasi yang dibangun terkesan
berjalan sendiri-sendiri padahal produk yang diberikan adalah untuk
kepentingan SDA.

Menyadari hal tersebut di atas, maka digagas sebuah pendekatan yang


menyatukan semua sistem dan aplikasi dimaksud ke dalam suatu sistem yang
sama yang hanya berfungsi mengelola semua sumber data yang ada demi
mendukung pelaksanaan SDA yang handal dan tepat guna, dan sistem tersebut
dikenal dengan “Single Log-on”. Adapun e-PAKSI adalah merupakan bagian dari
single log-on.

Dalam e-PAKSI, terdapat 2 unit IT (Informasi dan Teknologi) yakni:


i. IT Task Force, yang bertugas memperkuat setiap unit/lembaga yang ada di
SDA seperti Direktorat Pengembangan Jaringan SumberDaya Air dimana
Subdit SISDA berada di dalamnya yang bertanggung jawab langsung terhadap
Sistem Informasi dan Data SDA, Direktorat Bina OP, dan Direktorat Irigasi
dan Rawa; dan
ii. Data Stewards adalah semua sistem dan aplikasi yang ada dan sedang
dibangun oleh masing-masing unit dalam Ditjen SDA.

31
c. Teknologi ePAKSI
c.1.Teknologi Datawarehouse:
Teknologi yang dipakai didasarkan kepada “Open Source” teknologi yakni:
i. Bahasa program: PHP http://en.wikipedia.org/wiki/PHP yang didukung oleh
Codelgniter: http://en.wikipedia.org/wiki/Codelgnite dan Laravel:
http://en.wikipedia.org/wiki/Laravel
ii. Database: PostGreSQL: http://en.wikipedia.org/wiki/PostgreSQL dan
PostGIS: http://en.wikipedia.org/wiki/PostGIS lalu MySQL:
http://en.wikipedia.org/wiki/MySQL
iii.HTML/CSS: http://www.w3.org/standards/webdesign/htmlcss
iv. Javascript framework seperti: Jquery UI (jquery.com), JS Angular
(angularjs.org)
v. Dan beberapa yang lain untuk mobile dan interactive maps seperti
leafletjs.com

c.2.Teknologi Android:
Teknologi yang dipakai adalah Native Android untuk e-PAKSI seperti:
i. Bahasa program: Java http://en.wikipedia.org/wiki Java (programming
langguage) atau Kotlin; dan
ii. Database: SQLite http://en.wikipedia.org/wiki/SQLite

Persiapan IT dapat berupa:


i. Kajian kebutuhan dasar, penyusunan draft spesifikasi, dan metodologi;
ii. Panduan teknis dan survei; dan
iii.Pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan.

d. Pelaksanaan Penelusuran PAKSI


Pelaksanaan penelusuran PAKSI dilakukan oleh Tim Penelusuran pengelolaan
aset irigasi dan kinerja sistem irigasi pada DI dengan menggunakan Android
Survei dan beberapa alat bantu ukur.

Dalam melakukan penelusuran, Tim Penelusuran akan mengacu pada Buku


Petunjuk Teknis (Juknis) yang merupakan bagian dari Juklak ini.

e. Metode Pelaksanaan PAKSI


e.1. Kegiatan Persiapan:
Ada beberapa kegiatan persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
PAKSI di tingkat DI, sebagai berikut:
1) Sosialisasi:
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam
pelaksanaan pengelolaan aset dan penilaian kinerja sistem irigasi utama
dan tersier untuk DI Kewenangan Pusat, Provinsi dan Kabupaten dimana
melibatkan unsur-unsur:
 BBWS/BWS;
 Dinas PU/PSDA Provinsi/Kabupaten dan Kota; dan
 Pakar/Praktisi irigasi.

Kegiatan ini umumnya dilakukan di tingkat Pusat di bawah koordinasi


Direktorat Bina OP, Ditjen SDA Kementerian PUPR.

32
2) Pelatihan/Bimbingan Teknis:
2.1. Pelatihan/Bimbingan Teknis di Tingkat Pusat (TOT bagi Staf Pemerintah):
Adapun maksud dari kegiatan TOT (Training of Trainer) kepada staf
pemerintah adalah agar pelaksanaan supervisi dan pelaksanaan baseline
maupun update PAKSI pada setiap DI per kewenangan dapat dilakukan
secara periodik, real-time, dan mandiri oleh para staf pemerintah.

Sedangkan tujuan dari kegiatan TOT adalah:


 Melatih staf pemerintah terkait pelaksanaan PAKSI dengan
menggunakan Aplikasi Android berbasis web; dan
 Meningkatkan pemahaman dan kemampuan staf pemerintah dalam
melaksanakan kegiatan supervisi pelaksanaan PAKSI serta
melaksanakan kegiatan PAKSI dengan menggunakan Aplikasi Android
berbasis web secara mandiri.

Pelatihan/bimbingan teknis ini dilakukan oleh Direktorat Bina OP, Ditjen


SDA Kementerian PUPR, dan yang menjadi peserta dalam kegiatan TOT ini
adalah:
 Staf Direktorat Bina OP;
 Staf Direktorat Irigasi dan Rawa;
 Staf Direktorat PJSDA, Subdit SISDA;
 Staf BBWS/BWS; dan
 Staf Dinas PU/PSDA Provinsi/Kabupaten dan Kota.

Bagi para staf pemerintah yang telah dilatih menjadi trainer, secara
periodik maupun rutin akan melatih staf lain di lingkungan kerjanya
masing-masing termasuk petugas operasi dan pemeliharaan di tingkat DI,
sehingga nantinya dapat melakukan kegiatan PAKSI secara periodik
ataupun real-time di lapangan dan memasukan semua data dimaksud ke
dalam web-PAKSI dengan menggunakan Aplikasi Android apabila terdapat
penambahan (pembangunan baru, rehabilitasi/peningkatan) ataupun
kerusakan khususnya aset jaringan irigasi dan pengukuran kinerja sistem
irigasi.
2.2. Pelatihan/Bimbingan Teknis Tim Penelusuran PAKSI:
Adapun maksud dari kegiatan pelatihan/bimbingan teknis kepada Tim
Penelusuran PAKSI adalah pelaksanaan PAKSI baik baseline maupun
update pada setiap DI per kewenangan dapat dilakukan secara benar dan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (Juklak) maupun petunjuk teknis
(Juknis) yang telah disiapkan oleh Direktorat Bina OP.

Sedangkan tujuan dari kegiatan pelatihan/bimbingan teknis ini adalah:


 Melatih Tim Penelusuran PAKSI terkait pelaksanaan PAKSI dengan
menggunakan Aplikasi Android berbasis web; dan
 Meningkatkan pemahaman dan kemampuan Tim Penulusuran PAKSI
dalam melaksanakan kegiatan PAKSI secara benar dan sesuai dengan
Juklak maupun Juknis yang telah disiapkan oleh Direktorat Bina OP.

Yang menjadi peserta dari kegiatan pelatihan/bimbingan teknis ini adalah


semua tenaga penelusuran PAKSI baik di tingkat pusat maupun provinsi

33
dan para tenaga surveyor/enumerator termasuk didalamnya para petugas
OP, P3A, dan wakil perguruan tinggi (apabila diperlukan). Sedangkan yang
menjadi narasumber dari kegiatan ini adalah:
 Narasumber tingkat Pusat (Direktorat Bina OP, Direktorat Irigasi dan
Rawa, Direktorat PJSDA/Subdit. SISDA) yang telah dilatih menjadi
trainer dalam kegiatan TOT; dan
 Dapat melibatkan trainer dari staf pemerintah(BBWS/BWS, Dinas
PU/PSDA Provinsi/Kabupaten dan Kota) yang telah dilatih pada kegiatan
TOT yang dilakukan oleh Direktorat Bina OP.
3) Pengadaan dan Pelatihan Tenaga QC (Quality Control):
3.1. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan User (Pelaksana) PAKSI:
Adapun pengadaan tenaga QC diperlukan untuk melakukan kegiatan
Monitoring dan Evaluasi (Monev) proses pelaksanaan PAKSI yang
dilakukan oleh staf pemerintah maupun tim Penelusuran PAKSI (user) di
tingkat DI.

Tugas utama dari tenaga QC adalah mengontrol kualitas pelaksanaan


PAKSI di tingkat jaringan irigasi. Dalam menjalankan tugasnya tenaga QC
akan menggunakan alat monev berupa Aplikasi Android dengan variabel
monev (lihat juga tabel 07) sebagai berikut:
 Variabel kondisi lokasi DI pelaksanaan DI, dimana dapat terdiri dari
beberapa karakter misalnya i) luas DI berdasarkan kewenangan yang
terdiri dari 3 (tiga) yakni kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, dan ii) terletak pada daerah berbukit/dataran tinggi
dan pada daerah dataran rendah;
 Variabel sumber daya manusia yang telah dilatih;
 Variabel materi pelatihan (training);
 Variabel metodologi pelaksanaan PAKSI; dan
 Variabel aplikasi Android berbasis web.

Tenaga QC adalah para trainer yang telah dilatih pada kegiatan TOT, dan
merupakan tenaga staf dari BBWS/BWS, Dinas PU SDA Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Kemudian para QC ditingkat daerah akan dikoordinir
oleh Tim Teknis QC yang diadakan oleh Direktorat Bina OP dan bertugas di
Pusat. Adapun hasil monev tenaga QC dari masing-masing DI berdasarkan
kewenangan akan dilaporkan kepada Direktorat Bina OP. Hasil laporan
tenaga QC akan dipakai oleh Direktorat Bina OP untuk melakukan
penyempurnaan pelaksanaan PAKSI nantinya. Narasumber/pelatih bagi
pada tenaga QC adalah Tim TA-ADB yang bertanggung jawab membangun
sistem e-PAKSI berbasis web. Namun dengan telah dilatihnya Tim Staf
Pemerintah di tingkat pusat (Direktorat Bina OP, Direktorat Irigasi dan
Rawa, Direktorat PJSDA-Subdit SISDA) pada kegiatan TOT, maka lebih
lanjut tim ini akan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelatihan
bagi tenaga QC yang direkruit.

34
Start
Penelusuran
Aset Jaringan
Irigasi

Profil Aset: Koordinat,


Nomen Klatur, Jenis
Penilaian Kinerja Sistem Data Kebutuhan
Bangunan/Saluran, Pemeliharaan & Data
Dimensi, Tahun Irigasi
Kerusakan
Dibangun, Dll

Data Tindakan
Pencegahan &
Pengamanan

Data Pemeliharaan
Rutin utk Perawatan
& Perbaikan Ringan

Data Kerusakan utk


Perawatan,
Perbaikan, &
Penggantian

Data Perbaikan
Darurat

Stop
Penelusuran
Aset Jaringan
Irigasi

Aset Jaringan Irigasi Penilaian Jaringan Irigasi

Gambar 09. Tahapan Pelaksanaan Pengumpulan Data Infrastruktur di Tingkat DI


dengan Aplikasi Android PAKSI
3.2. Monitoring dan Evaluasi IT PAKSI:
Tenaga QC yang bertugas melaksanakan monev terkait IT (Information
Technology) sangat dibutuhkan bagi tercapainya keberlanjutan PAKSI yang
tepat sasaran di tingkat DI.

35
Hasil monev QC terkait pelaksanaan PAKSI oleh user khususnya berkenaan
dengan variabel aplikasi Android berbasis web apabila perlu dimutahirkan
dan dikembangkan, maka tenaga QC IT akan melakukan tugas ini.

Adapun tenaga QC IT direkrut dan dilatih secara khusus, dan yang akan
melaksanakan pelatihan bagi tenaga dimaksud adalah Tim TA-ADB.
Sedangkan yang bertanggung jawab mengadakan tenaga QC IT adalah
Direktorat PJSDA-Subdit SISDA.

Persiapan (Pengumpulan Data Awal: Skema Jaringan Irigasi, Skema Bangunan Irigasi,
Persiapan
Informasi DI, Peta, As-Built Drawings, Dan Lain-Lain)

Survei Aset
Jaringan Irigasi Survei Aset
(ePAKSI) Pendukung
Pengelolaan
Survei PAI
Irigasi –
Bangunan
Gedung (ePAKSI)

Survei IKSI – Survei IKSI – Non


Survei IKSI Infrastruktur Infrastruktur
(ePAKSI) (ePAKSI)

PAKSI
Database
Storage

Web-PAKSI

Analisa dan
Pelaporan
PAKSI

36
Gambar 10. Tahapan Pelaksanaan PAKSI

e.2.Kegiatan PAKSI di Tingkat DI:


Para staf pemerintah atau surveyor dari tim penelusuran di tingkat DI akan
menggunakan aplikasi Android untuk mengumpulkan data PAI dan IKSI, dan
urutan pelaksanaannya dapat dilihat dalam gambar 09.

Dalam gambar 09 tertera tahapan kegiatan penelusuran yang harus dilakukan


oleh staf pemerintah atau surveyor di tingkat DI yakni dimulai dengan
pelaksanaan PAI guna menentukan profil aset jaringan irigasi berupa koordinat,
nomen klatur, jenis bangunan/saluran, dimensi, tahun dibangunnya DI dan
fasilitasinya, dan lain-lain.

Setelah profil aset ditentukan, kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan


penilaian kinerja sistem irigasi dan kemudian diakhiri dengan kegiatan
inventarisasi data kebutuhan pemeliharaan dan kerusakan aset jaringan irigasi.

Gambar 09 menunjukkan proses penelusuran bagi aset jaringan irigasi,


sedangkan kegiatan pengumpulan data/inventarisasi kondisi aset pendukung
irigasi akan tetap menggunakan aplikasi Android sebagaimana tertera dalam
gambar 10. Lebih lanjut penggunaan aplikasi Android dapat dilihat pada Juknis
PAKSI Penggunaan Aplikasi Android.

Kemudian guna membantu para staf pemerintah dan surveyor di lapangan agar
lebih mudah melaksanakan kegiatan penelusuran di tingkat DI, maka tabel 05
dapat digunakan sebagai acuan.

Tabel 05. Kategori Aset, Sumber Data, & Jenis Data PAI & IKSI
Kategori Sumber Jenis
No. Uraian Aset Keterangan
Data Data
I Prasarana Fisik
Menggunakan Aplikasi
1 Bangunan Utama AB DL P
Android PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Saluran Pembawa AB DL P
Android PAKSI
Bangunan pada Saluran Menggunakan Aplikasi
3 AB DL P
Pembawa Android PAKSI
Saluran Pembuang dan Menggunakan Aplikasi
4 AB DL P
Bangunannya Android PAKSI
Menggunakan Aplikasi
5 Jalan Masuk/Inspeksi AB DL P
Android PAKSI
Kantor, Perumahan dan Menggunakan Aplikasi
6 AB DL P
Gudang Android PAKSI
II Produktivitas Tanam
Menggunakan Aplikasi
1 Pemenuhan Kebutuhan Air N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Realisasi Luas Tanam N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
3 Produktivitas Padi N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
III Sarana Penunjang
1 Peralatan OP AP DL, DS P, S Menggunakan Aplikasi

37
Kategori Sumber Jenis
No. Uraian Aset Keterangan
Data Data
Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Transportasi AP DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Alat-Alat Kantor Menggunakan Aplikasi
3 AP DL, DS P, S
Ranting/Pengamat/UPTD Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
4 Alat Komunikasi AP DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
IV Organisasi Personalia
Menggunakan Aplikasi
1 Organisasi OP N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Personalia N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
V Dokumentasi
Menggunakan Aplikasi
1 Buku Data DI N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Peta dan Gambar-Gambar N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
VI P3A/GP3A/IP3A
Menggunakan Aplikasi
1 Berbadan Hukum N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Kondisi Kelembagaan N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Rapat dengan Menggunakan Aplikasi
3 N/A DL, DS P, S
Ranting/Pengamat/UPTD Android PAKSI & Web-PAKSI
Aktif Survei/Penelusuran Menggunakan Aplikasi
4 N/A DL, DS P, S
Jaringan Android PAKSI & Web-PAKSI
Partisipasi Perbaikan
Menggunakan Aplikasi
5 Jaringan dan Penanganan N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
Bencana Alam
Iuran untuk Perbaikan Menggunakan Aplikasi
6 N/A DL, DS P, S
Jaringan Android PAKSI & Web-PAKSI
Partisipasi dalam
Menggunakan Aplikasi
7 Perencanaan Tata Tanam N/A DL, DS P, S
Android PAKSI & Web-PAKSI
dan Pengalokasian Air
Sumber: Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015

Catatan:
1. Kategori Aset:
AB : Aset bangunan infrastruktur seperti jaringan utama, jaringan tersier,
bangunan pertemuan, bangunan gedung
AP : Aset pendukung seperti kendaraan darat, alat komunikasi, peralatan
dan perlengkap OP, dan lain sebagainya
N/A : Tidak terkategori
2. Sumber Data:
DL : Data lapangan yang diambil di setiap DI
DS : Data pendukung yang diambil dari instansi terkait.

3. Jenis Data:
P : Data primer
S : Data sekunder

e.3.Penentuan Prioritas Penanganan Hasil dari Penelusuran PAKSI di Tingkat DI:

38
Bagi para staf pemerintah maupun tim penelusuran PAKSI berkewajiban
menentukan prioritas penanganan hasil dari penelusuran PAKSI di tingkat DI.

Bagi suatu DI dengan kondisi ketersediaan Q (debit) yang berkelimpahan serta


kondisi IP/Indeks Pertanaman (luas areal yang ditanami) lebih atau
produktivitas tanam rata-rata sebesar 6,13 ton/ha, maka penentuan prioritas
penanganan perlu diperhitungkan secara matang khususnya terkait alokasi
anggaran. Hal ini dilakukan guna mempertimbangkan aspek efektifitas
penanganan dan efisiensi pembiayaan atas rekomendasi yang akan diberikan.

Lebih lanjut tabel 06.1 dan 06.2 menjelaskan bagaimana prioritas penanganan
terhadap hasil penelurusan PAKSI dilakukan oleh staf pemerintah atau surveyor
dari tim penelusuran PAKSI.

Tabel 06.1. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan untuk Sistem dan Sub-Sistem
Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP (padi)
Uraian
PUPR No.
Kondisi Q > & IP > atau Q > & IP < Q & IP (<)
12/PRT/M/2015
Nilai IKSI < 1. Rehabilitasi 1. Pelaksanaan Operasi dan 1. Rehabilitasi atau
55 % dan 2. Pemeliharaan berkala Pemeliharaan Rutin pada pemeliharaan berkala
kondisi yang bersifat perbaikan aset jaringan irigasi yang yang bersifat perbaikan
Kerusakan > berat/pengantian; dan tidak terkena kegiatan berat/pengantian; dan
40% 3. Kegiatan operasi pada rehabilitasi atau berkala 2. Pelaksanaan Operasi dan
jaringan irigasi yang yang bersifat perbaikan Pemeliharaan Rutin pada
direhab berat/penggantian aset jaringan irigasi yang
tidak terkena kegiatan
rehabilitasi atau
pemeliharaan berkala
yang bersifat perbaikan
berat/penggantian
IKSI < 55 % 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala
& Kondisi 2. Kegiatan operasi dan 2. Kegiatan operasi dan 2. Kegiatan operasi dan
kerusakan ≤ pemeliharaan rutin pemeliharaan rutin pemeliharaan rutin
40 %
Nilai IKSI ≥ 1. Pelaksanaan Operasional; 1. Pelaksanaan Operasional; 1. Pelaksanaan Operasional;
55 % dan 2. Pemeliharaan Rutin 2. Pemeliharaan Rutin 2. Pemeliharaan Rutin
kondisi (kerusakan < 10%); (kerusakan < 10%); (kerusakan < 10%);
Kerusakan ≤ 3. Pemeliharaan berkala 3. Pemeliharaan berkala 3. Pemeliharaan berkala
40% yang bersifat perawatan yang bersifat perawatan yang bersifat perawatan
(kerusakan 10 – 20%); (kerusakan 10 – 20%); (kerusakan 10 – 20%);
dan dan dan
4. Pemeliharaan Berkala 4. Pemeliharaan Berkala 4. Pemeliharaan Berkala
yang bersifat perbaikan yang bersifat perbaikan yang bersifat perbaikan
(kerusakan 21 – 40%) (kerusakan 21 – 40%) (kerusakan 21 – 40%)
IKSI ≥ 55 % 1. Rehabilitasi 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala

39
Uraian Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP (padi)
Kondisi PUPR No. Q > & IP > atau Q > & IP < Q & IP (<)
& kondisi 12/PRT/M/2015
2. Pemeliharaan berkala
kerusakan > yang bersifat perbaikan
40 % berat/pengantian; dan
3. Kegiatan operasi pada
jaringan irigasi yang
direhab

Catatan:
Total Air yang Tersedia
1. Q (debit) yang identik dengan Faktor K= , dan K ≥ 1
Total Air yang Dibutuhkan
adalah kondisi dimana Q yang tersedia ≥ Q yang dibutuhkan. Demikian
sebaliknya, apabila K < 1 artinya Q yang tersedia < Q yang dibutuhkan;
2. IP (padi) adalah Indeks Pertanaman yang identik dengan realisasi luas tanam. IP
yang ideal adalah ≥ 163 % (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
3. Rehabilitasi adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur (aset jaringan
irigasi) harus memenuhi kriteria sistem irigasi teknis dimana sedapat mungkin
aset jaringan yang ada dapat melewatkan air secara sempurna tanpa mengalami
kebocoran atau kehilangan air. Komponen infrastruktur direhabilitasi hingga
mencapai angka maksimum 45 % sesuai dengan Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015; dan
4. Pemeliharaan berkala adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur
(aset jaringan irigasi) tidak diharuskan memenuhi kriteria sistem irigasi teknis
dimana dalam kondisi minimal air dapat dilewatkan hingga ke bagian hilir dari
petak tersier yang ada. Tidak memperhitungkan faktor kebocoran atau
kehilangan air pada saluran. Apabila disesuaikan dengan Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015, maka angka minimum untuk komponen infrastruktur adalah
25 %; dan
5. Adapun rehabilitasi minimum terhadap komponen infrastruktur dapat
disamakan dengan kegiatan pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
berat/penggantian.

Tabel 06.2. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Non-Prasarana Fisik


Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP
Uraian
PUPR No.
Kondisi Q & IP (>) atau Q >& IP < Q & IP (<)
12/PRT/M/2015
Nilai IKSI < 1. Komponen non- 1. Komponen non- 1. Komponen non-
55 % infrastruktur infrastruktur infrastruktur
ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga
mencapai angka mencapai angka mencapai angka
maksimal maksimal maksimal
Nilai IKSI ≥ 1. Komponen non- 1. Komponen non- 1. Komponen non-
55 % infrastruktur dapat infrastruktur dapat infrastruktur dapat
ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga
mencapai angka mencapai angka mencapai angka
maksimal, atau cukup maksimal, atau cukup maksimal, atau cukup
mencapai angka mencapai angka mencapai angka
minimal minimal minimal

40
Catatan:
1. Angka maksimal Produktivitas Tanam adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 10 %;
2. Angka maksimal Sarana Penunjang adalah 10 %, sedangkan angka minimalnya
adalah 5 %;
3. Angka maksimal Organisasi Personalia adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 7,5 %;
4. Angka maksimal Dokumentasi adalah 5 %, sedangkan angka minimalnya adalah
2,5 %; dan
5. Angka maksimal P3A adalah 10 %, sedangkan angka minimalnya adalah 5 %.

e.4.Kegiatan Real-Time PAKSI di Tingkat DI:


Adapun yang dimaksudkan dengan kegiatan real-time PAKSI di tingkat DI
adalah:
1) Kegiatan yang dilakukan oleh staf pemerintah di tingkat BBWS/BWS,
Dinas PU SDA Provinsi/Kabupaten dan Kota pada masing-masing DI
kewenangan terhadap informasi terkini untuk semua variabel PAI dan IKSI
khususnya infrastruktur;
2) Kegiatan real-time dilakukan diluar kegiatan periodik PAKSI per tahun yang
dilakukan oleh masing-masing pihak per kewenangan;
3) Terkait infrastruktur, kegiatan real-time akan difokuskan pada informasi
kondisi dan fungsi aset jaringan irigasi terkini misalnya bencana alam; dan
4) Petugas OP bertanggung jawab mengumpulkan data terkait hal ini dengan
menggunakan Aplikasi Android. P3A memiliki peran memberikan informasi
dimaksud kepada Petugas OP secara partisipatif.

Terkait pengumpulan data real-time khususnya infrastruktur, petugas OP dan


P3A akan mengumpulkan data-data sebagai berikut:
1) Informasi koordinat aset jaringan irigasi; dan
2) Informasi kondisi dan fungsi aset jaringan irigasi berupa foto dan
keterangan/penjelasan per aset yang dijumpai di lapangan.

Petugas OP dan P3A akan dilatih secara khusus dengan menggunakan Aplikasi
Android tentang data real-time. Prinsip kerja dari penggunaan Android ini sama
dengan Aplikasi Android PAKSI yang berbasis web. Namun dalam
pelaksanaannya, petugas OP dan P3A yang bertugas tidak perlu melakukan
analisa terkait kategori kondisi dan fungsi yang dijumpai di lapangan. Yang akan
dilakukan adalah cukup melaporkan kondisi dan fungsi yang dijumpai.

Hasil laporan dari petugas OP dan P3A dimaksud akan langsung tersimpan dan
terbaca pada web-PAKSI setelah disinkroninasi atau dikirim oleh petugas OP
dan P3A ketika Android dimaksud telah terhubung dengen internet (on-line).

Sistem web-PAKSI akan menampilkan informasi dimaksud pada dashboard dan


memberikan peringatan (warning) kepada penanggung jawab DI per kewenangan
untuk ditindak lanjuti penangganannya.

Dengan demikian guna menjamin adanya keberlanjutan pengelolaan irigasi,


maka di setiap penanggung jawab DI harus dibentuk Unit PAI. Dimana Unit PAI
dimaksud harus terdiri dari staf yang terlatih, perangkat Android beserta

41
peralatan komputer, serta alokasi anggaran OP yang memadai agar proses
monitoring dan penanganannya dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat.

e.5.Perkiraan Peningkatan Kinerja di Tingkat DI:


Setelah tahapan penentuan skala prioritas penanganan selesai dilakukan, maka
pada bagian akhir dari kegiatan PAKSI adalah menentukan perkiraan
peningkatan kinerja DI setelah terlaksananya kegiatan rehabilitasi atau operasi
dan pemeliharaan yang didasarkan pada setiap rekomendasi penanganan.

Secara garis besar ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
perkiraan peningatan kinerja setiap DI adalah sebagai berikut:
1) Tentukan kondisi dan fungsi dari aset jaringan irigasi yang ada;
2) Tentukan kinerja sistem irigasi;
3) Tentukan skala prioritas penanganan sistem irigasi berdasarkan tingkatan
urgenitas dalam tahun pelaksanaan, dimana hasil dari penentuan ini juga
akan dipakai dalam menyusun rencana pengembangan dan pengelolaan
irigasi (RP2I); dan
4) Tentukan perkiraan peningkatan kinerja setelah dilaksanakannya kegiatan
penanganan sistem irigasi sesuai dengan urgenitas dalam tahun
pelaksanaan.

Sebagai acuan terhadap 4 tahapan di atas, maka tabel 09 dapat digunakan


dalam menentukan perkiraan peningkatan kinerja DI.

3.2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


Adapun keberlanjutan pengelolaan irigasi di setiap DI diawali dengan adanya
proses identifikasi kondisi semua aset dan kinerja sistem irigasi. Hal ini
dilakukan dalam 2 (dua) tingkatan tahapan, yakni tingkatan tahapan baseline
dan tingkatan tahapan update. Dalam tahapan baseline, semua DI yang belum
pernah dilakukan kegiatan PAKSI maka wajib dilaksanakan kegiatan identifikasi
guna menentukan kondisi semua aset dan kinerja sistem irigasi. Sedangkan bagi
DI yang telah dilaksanakan kegiatan baseline PAKSI sebelumnya, maka secara
periodik/pertahun akan dilakukan kegiatan update PAKSI hingga tahun ke 5
(lima) sebagaimana diatur dalam Permen PUPR tentang PAI. Dengan demikian,
dalam DI yang bersangkutan pasca tahun ke 5 perlu dilakukan kembali kegiatan
baseline PAKSI. Selanjutkan kedua tahapan ini akan dilakukan secara
bergantian.

Kedua tahapan kegiatan dimaksud akan terdiri dari kegiatan:


 Persiapan;
 Pengumpulan data dan kompilasi data;
 Analisa data;
 Presentasi/workshop; dan
 Penyiapan dan pelaporan.

Terkait jangka waktu kegiatan, umumnya kedua tahapan kegiatan tersebut


dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran.

42
4. LOKASI PELAKSANAAN
Adapun lokasi pelaksanaan kegiatan PAKSI adalah pada seluruh DI permukaan
dan rawa.

5. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Adapun besaran biaya yang diperlukan bagi kegiatan baseline maupun update
adalah disesuaikan dengan kondisi penganggaran di setiap unit pengadaan.
Sedangkan sumber pendanaan dapat berasal dari sumber APBN, APBD,
pinjaman (loan), ataupun sumber lain.

Tabel 07. Variabel dan Indikator Pelaksanaan Quality Control untuk User
NI (Nilai Indikator - %)*
Bobot Sangat Sangat
Tinggi Rendah
No Uraian Tinggi Rendah
(%) (75 – 50 ≈ (50 – 25 ≈
(100 – 75 (25 – 0 ≈
62.5) 37.5)
≈ 87.5) 12.5)
d = (c) x e = (c) x f = (c) x g = (c) x
(a) (b) (c)
87.5 62.5 37.5 12.5
1 Kondisi Lokasi Daerah Irigasi (DI) 20
DI Kewenangan
1.1
Pusat/Provinsi/Kabupaten
Tingkat kemudahan mengakses
5
lokasi DI
Tingkat kecepatan penyelesaian
survei terhadap luasan DI
5
Kewenangan
Pusat/Provinsi/Kabupaten
Tingkat kecepatan penyelesaian
survei terhadap kondisi topografi
5
DI yang berbukit dan dataran
tinggi
Tingkat kecepatan penyelesaian
survei terhadap kondisi topografi 5
DI yang landai dan dataran rendah
Sumber Daya Manusia yang telah
2 25
dilatih
Tingkat pemahaman terhadap
2.1 kondisi aset dan kinerja irigasi di 12,5
lapangan
Tingkat kemampuan menggunakan
2.2 12.5
aplikasi Android di lapangan
3 Materi Pelatihan (Training) 20
Tingkat pemahaman/kemudahan
3.1 penyerapan peserta training 12.5
terhadap materi ajar
Tingkat kehandalan materi ajar
3.2 guna menjawab target pelaksanaan 7.5
di lapangan
4 Metode Pelaksanaan PAKSI 10
4.1 Tingkat efektifitas penerapan 10

43
NI (Nilai Indikator - %)*
Bobot Sangat Sangat
Tinggi Rendah
No Uraian Tinggi Rendah
(%) (75 – 50 ≈ (50 – 25 ≈
(100 – 75 (25 – 0 ≈
62.5) 37.5)
≈ 87.5) 12.5)
d = (c) x e = (c) x f = (c) x g = (c) x
(a) (b) (c)
87.5 62.5 37.5 12.5
metode pelaksanaan PAKSI terkait
pengelolaan aset dan kinerja
sistem irigasi
5 Aplikasi Android Berbasis Web 25
Tingkat kemudahan penggunaan
5.1 10
aplikasi Android di lapangan
Tingkat kehandalan penggunaan
aplikasi Android dalam
5.2 7.5
inventarisasi aset dan kinerja
sistem irigasi
Tingkat kemudahan web PAKSI
dalam proses kompilasi, analisa
5.3 7.5
dan tampilan hasil inventarisasi
aset dan kinerja sistem irigasi
Total (%) 100 87.5 62.5 37.5 12.5

Catatan:
* = diisi sesuai oleh Tim QC sesuai dengan kondisi yang dijumpai ketika
melaksanakan kegiatan monev.

Penilaian akhir atas Nilai Akhir atau skor yang tertera dalam tabel 07 dapat
dijelaskan sebagai berikut:
 Kolom uraian menjelaskan variabel dan indikator detail setiap variabel;
 Kolom bobot (%) atau tanpa satuan, dimana menjelaskan nilai pengaruh
masing-masing variabel terkait kinerja pelaksanaan PAKSI yang dilakukan
oleh pengguna (user);
 Kolom NI menjelaskan parameter kualitatif dari setiap indikator yang
dikuantitatifkan ke dalam angka (%) mulai dari NI Sangat Tinggi (87.5%), NI
Tinggi (62.5%) , NI Rendah (37.5%), dan NI Sangat Rendah (12.5 %);
 Sedangkan penilaian akhir dari tabel 07 adalah sebagai berikut:
 NI 87.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator adalah SANGAT BAIK
(SB);
 NI 62.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator adalah BAIK (B);
 NI 37.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator JELEK (J) dan
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan sebagian terhadap indikator
dimaksud; dan
 NI 12.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator SANGAT JELEK (SJ)
dan memerlukan perbaikan dan penyempurnaan secara keseleruhan
terhadap indikator dimaksud.

44
Tabel 08. Tingkat Urgenitas Penanganan Aset Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi
Skor Tingkat Urgenitas (Thn)
Aset Jaringan Nomen Kondisi Fungsi
No Usulan Penanganan Prioritas
Irigasi Klatur (%) (%) I II III IV V
(%)

45

Anda mungkin juga menyukai