MODERNISASI IRIGASI
(Sebuah Kajian Akademik)
Direktorat Irigasi dan Rawa yang mempunyai tugas dalam peminaan dan
pengaturan bidang irigasi dan rawa telah menyiapkan pedoman umum ini
dalam waktu 8 bulan dengan bantuan tim penyusun yang terdiri 5 orang ahli
irigasi.
Melalui proses yang relatif pendek, telah dilakukan kajian pustaka dengan
melihat pengalaman negara lain dan artikel dalam seminar maupun buku-
buku referensi. Selain itu dilengkapi dengan melakukan kunjungan lapan-
gan, dialog dengan pimpinan dan staf pengelola irigasi, dan workshop serta
konsultasi dengan pimpinan dan staf dirjen sumber daya air.
Pedoman ini tidak bersifat statis, dan di masa mendatang masih perlu
dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan budaya masyarakat tani,
kemajuan teknologi, sistem pembiayaan, dan tingkat penerimaan pemangku
kepentingan (stake holder).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pimpinan dan staf Direktorat
Jenderal SDA, Direktorat Irigasi dan Rawa, Dinas SDA provinsi (Jabar,
Jateng, Jatim, Sulsel), Balai Besar Wilayah Sungai (Citarum, Cimanuk-
Cisanggarung, Pemali-Juana, Brantas dan Jeneberang) dan Tim Penyusun,
atas sumbangan yang besar dalam melahirkan buku pedoman ini.
Latar Belakang
1) Pengembangan irigasi di indonesia sejak jaman koloni Belanda sampai
saat sekarang telah dapat mengairi luas sawah kurang lebih 7,2 juta ha.
Irigasi tersebut telah mengalami kerusakan seluas 3,81 juta ha (52,9%),
di mana 0,71 juta (9,9%) rusak berat dan 3,10 juta ( 43%) rusak ringan.
2) Kerusakan ini diakibatkan oleh karena umur layanan yang telah terlewati,
gangguan alam, sistem pengelolaan yang belum optimal, dan lemahnya
sistem rehabilitasi serta operasi pemeliharaan (OP) terhadap infrastruktur
irigasi kita. Keadaan demikian kalau dibiarkan terus akan mengganggu
keamanan pangan nasional, yang berakibat pada stabilitas masa depan
bangsa.
Urgensi modernisasi
3) Perkembangan irigasi di dunia tak dapat dipisahkan dari persoalan
pangan. Di banyak negara ketiga perkembangan irigasi sejak dekade
50’an sampai dengan periode 80’an meningkat dengan cepat tetapi
pada periode setelahnya perkembangan irigasi menurun dengan cepat
karena beberapa alasan. Alasan yang pertama adalah: (i) meningkatnya
jumlah penduduk. (ii) di negara-negara berkembang telah terjadi
kerusakan lingkungan semakin parah (iii) biaya pembangunan sistem
irigasi dan OP sistem semakin lama semakin meningkat, berkurangnya
dana OP selanjutnya akan mengimbas pada menurunnya kinerja irigasi.
Di samping itu sebagian sistem irigasi yang dibangun pada awal masa
pembangunan irigasi pada dekade tahun 50 dan 60’an telah habis umur
teknisnya sesungguhnya memungkinkan untuk dilakukan rehabililtasi.
Akan tetapi sebetulnya dengan terjadinya perubahan lingkungan
ekologis upaya rehabilitasi saja tidak cukup. Dibutuhkan upaya lain
berupa modernisasi irigasi.
4) Pembelajaran modernisasi di Cina air dipompa dari sungai yang dialirkan
dalam sistem irigasi gravitasi. Di India dan Pakistan pelaksanaan
modernisasi dikaitkan dengan pembangunan sebuah dam. Di Israel
penyediaan air dilakukan dengan membangun pengambilan air
tanah dari aquifer kemudian diberikan melalui sistem pemberi yang
dilakukan seefisien mungkin dengan menggunakan drip dan irigasi
curah. Penyediaan air irigasi juga digabungkan penyediaan air minum.
Di Malaysia, sebagian sistem irigasi memperoleh air dari bendungan,
sistem pompa dan sebagian lagi memakai sistem bendung.
Modernisasi irigasi di Indonesia
5) Modernisasi irigasi di Indonesia didefinisikan: upaya mewujudkan sistem
pengelolaan irigasi partisipatif yang berorientasi pada pemenuhan tingkat
layanan irigasi secara efektif, efisien dan berkelanjutan dalam rangka
mendukung ketahanan pangan dan air, melalui peningkatan keandalan
penyediaan air, prasarana, pengelolaan irigasi, institusi pengelola,dan
sumber daya manusia.
Dengan definisi ini maka irigasi di Indonesia diupayakan melalui lima
pilar, yaitu:
• Peningkatan keandalan penyediaan air irigasi
• Perbaikan sarana dan prasarana irigasi
• Penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi
• Penguatan institusi pengelola irigasi
• Pemberdayaan sumber daya manusia pengelola irigasi
6) Sebagai indikator modernisasi irigasi di Indonesia adalah:
• Peningkatan produktifitas air (kg GKG/m3 air)
• Peningkatan pelayanan irigasi (kecukupan, keandalan, keadilan, dan
kecepatan pelayanan)
• Peningkatan efisiensi irigasi
• Pengurangan biaya OP
• Peningkatan pengembalian biaya OP (OM cost recovery)
• Peningkatan keberlanjutan pembiayaan (financial sustainability)
• Berkurangnya perselisihan
• Berkurangnya kerusakan lingkungan (environment degradation)
Penyediaan Air
7) Penyediaan air irigasi saat ini sering tidak stabil dan tidak handal,
terutama pada sistem penyediaan air yang berasal dari aliran alam (river
run off) berfluktuasi sangat besar. Hal ini terjadi karena fungsi daerah
aliran sungai sebagai penyimpan air menurun akibat vegetasi hutan
semakin berkurang. Sungai-sungai yang menjadi sumber air irigasi pada
musim hujan terjadi banjir dan pada musim kemarau hampir tidak ada
airnya.
Sumberdaya manusia
20) Sumberdaya manusia pada masa sakarang ini kondisi manusia pelaku
irigasi dalam keadaan yang kurang menggembirakan baik pelaku dari
kalangan birokrasi maupun petani. Sebagai pelaksana pengelolaan
irigasi gabungan antara pemerintah dan petani maka kinerja individu staf
irigasi akan tergantung atas beberapa unsur di antaranya ialah status,
fungsi, pemberdayaan dan pelatihan, penghargaan, jumlah dan mutu
pegawai.
Dalam modernisasi irigasi pemberdayaan sumberdaya manusia
dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) peningkatan status sebagai
pegawai negeri; (2) pemberian jabatan fungsional ahli dan terampil; (3)
penyelenggaraan pelatihan; (4) sertifikasi kompetensi; (5) pemberian
insentif/penghargaan; (6) sistem pengadaan yang tepat, (7) penentuan
jumlah dan mutu pegawai; (8) pemberian seragam kerja (uniform).
DAFTAR ISI
SAMBUTAN..................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................................... vii
EXECUTIVE SUMMARY........................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... xxi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1. Latar belakang .............................................................................................. 1
1.2. Pokok Masalah ............................................................................................. 3
1.3. Kajian Pustaka............................................................................................... 4
1.4. Metode Pendekatan.................................................................................... 5
1.5. Maksud dan Tujuan Modernisasi Irigasi. ........................................... 5
1.6. Definisi Modernisasi Irigasi...................................................................... 6
1.7. Ruang Lingkup. ............................................................................................. 7
BAB 1
PENDAHULUAN
Debit puncak banjir maksimum pada musim hujan ternyata makin membesar
dari tahun ke tahun, mengakibatkan genangan banjir makin luas dengan
frekuensi makin sering. Sebaliknya debit andalan pada musim kemarau
makin lama makin kecil, yang mengakibatkan tingkat kekeringan makin
besar dengan frekuensi makin sering.
Selain itu dari sisi manajemen pemanfaatan air irigasi, kinerja pengelolaan
irigasi (OP dan rehabilitasi) di Indonesia umumnya dapat dikatakan belum
maksimal. Sistem penyediaan, pembagian, pemberian, dan penggunaan
air irigasi belum dilakukan secara optimal, sehingga efisiensi air irigasi
masih sangat rendah. Pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi masih
terbengkalai, sehingga banyak pekerjaan pemeliharaan tertunda.
Pembiayaan OP sebagian besar belum memenuhi angka kebutuhan nyata
OP (AKNOP), sesuai amanat UU No.7/2004 dan PP No. 20/2006. Kegiatan
rehabilitasi dilakukan terlambat dengan pembiayaan terbatas, dan bahkan
pada beberapa tempat belum dilakukan rehabilitasi meskipun keadaan
bangunan hampir rusak total.
Kinerja pengelolaan irigasi yang rendah ini disebabkan beberapa hal, yaitu
antara lain institusi pengelola yang kurang mantap, sistem pembiayaan
yang kurang memadai, kualitas, dan kuantitas sumber daya manusia (SDM)
yang kurang memenuhi syarat, dan sistem pengelolaan irigasi yang kurang
sesuai.
Akibat lebih jauh dari pengelolaan irigasi yang kurang adalah kondisi dan
fungsi infrastruktur irigasi yang kurang memadai. Saluran irigasi penuh
sedimen, terkena erosi dan longsor tebing. Bangunan bagi rusak, pintu
macet dan keropos, alat ukur dan bangunan pengendali banjir yang tidak
berfungsi.
Kondisi dan fungsi Infrastruktur irigasi yang kurang memadai ini diperparah
dengan umur bangunan yang sudah melewati umur layanannya. Beberapa
daerah irigasi di Indonesia sudah sangat tua peninggalan masa pra kolonial
dan dibangun dengan teknologi sederhana yang berlaku pada waktu
pembangunan dulu (ada yang dibangun sekitar abad 19).
Modernisasi Irigasi PU
3
pengelolaan irigasi yang lebih efisien dan efektif. Harus diakui bahwa
pengelolaan irigasi di Indonesia sekarang belum efektif dan efisien;
hal ini ditandai dengan antara lain: periode pembagian air 2 mingguan,
sistem informasi dan pengelolaan data secara manual, perintah operasi
pintu secara manual, pengukuran air kurang memadai, sistem pembagian
air secara manual, penggunaan air di lahan petani terlalu berlebih, dan
kontrol pembagian air kurang memadai. Disamping itu pemeliharaan
dan rehabilitasi kurang memadai dan sering terlambat pelaksanaannya.
Oleh karena itu, perlu penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi untuk
mendapatkan sistem irigasi yang lebih efektif dan efisien.
Modernisasi Irigasi PU
4
Hal ini ditandai antara lain dengan: periode penyesuaian operasi pintu
2 mingguan, sistem informasi masih manual, perhitungan kebutuhan
air dan jadwal pembagian air masih manual, pengukuran air yang tidak
memadai, penggunaan air di lahan yang masih berlebih. Di samping itu
faktor manusia pelaku OP belum seksama melakukan tugas, hak dan
kewajibannya secara memadai.
c. Kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi serta saluran pembuangan
yang telah mengalami penurunan akibat kurang memadainya OP dan
terlambatnya melakukan rehabilitasi.
Seiring dengan itu, amanat yang tertulis dalam UU No.7/2004 tentang Sumber
Daya Air pasal 77 ayat (1), yang bunyinya: Pembiayaan pengelolaan sumber
daya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumber daya
air.
Modernisasi Irigasi PU
5
Disamping itu juga terdapat amanat PP 20/2006 tentang Irigasi, pasal 75,
ayat (2), yang bunyinya: Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer
dan sekunder didasarkan atas angka kebutuhan nyata pengelolaan irigasi
pada setiap daerah irigasi.
(FAO, Rome 20071; FAO, 19972; FAO, 19973; Malano HM and Paul JM van
Hofwegen4)
Modernisasi Irigasi PU
6
Modernisasi Irigasi PU
7
Modernisasi Irigasi PU
8
BAB 2
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN IRIGASI DI INDONESIA
Karena mempengaruhi hajat hidup orang banyak maka sejak jaman dulu
irigasi menjadi alat peneguh kekuasaan politik bagi pemerintah yang sedang
berkuasa. Pada titik tertentu justru irigasi menjadi penentu sukes atau
tidaknya pembangunan negara agraris dengan memakai suatu paradigma
yang dianut pada masanya (Arif et al, 2010).
Modernisasi Irigasi PU
9
Modernisasi Irigasi PU
10
pada abad ke 19. Pembangunan itu tak dapat dipisahkan dari pelaksanaan
kebijakan Sistem Tanam Paksa untuk memacu ekspor komoditi perkebunan
ke pasar Eropa. Kebijakan ini diambil karena pemerintah kolonial mengalami
kesulitan keuangan akibat perang Diponegoro. Pengembangan sistem
perkebunan itu membutuhkan suatu sistem irigasi teknis untuk menjamin
ketersedianya air bagi tanaman perkebunan.
Pada tahun 1854-1856 terjadi kelaparan yang sangat hebat di Demak dan
Grobogan. Oleh sebab itu Pemerintah Kolonial Belanda membangun sistem
irigasi yang ditujukan untuk memperluas lahan pertanian pangan. Daerah
irigasi (DI) Glapan merupakan sistem irigasi pertama yang dibangun (van
Niel, 2003, van Mannen, 1978, Wirosoemarto, 2001). Dengan demikian
terdapat dua macam sistem irigasi teknis yang dikembangkan, yaitu dengan
tujuan utama irigasi untuk perkebunan tebu dan sistem iriagasi untuk
tanaman pangan. Kedua sistem irigasi itu di kemudian hari mempunyai ciri
pengelolaan yang agak berbeda. Di satu pihak pemerintah kolonial Belanda
juga tidak merubah sistem irigasi yang dibangun oleh masyarakat asli seperti
Subak misalnya.
Modernisasi Irigasi PU
11
beberapa konflik dan intrik antara petugas Depertemen Dalam Negeri dan
Biro Pekerjaan Umum. (Ravesteijn, 2003; van der Eng,1996; van Maanen,
1986).
Terdapat satu hal menarik dari proses pembangunan itu yaitu bahwa bendung
yang dibangun adalah selalu berdasarkan kekhasan lokasi. Pada masa ini
pendidikan teknik hidrolika mulai diperhatikan. Sekolah Tinggi Teknologi Delft
membuka jurusan Rekayasa Hidrolika untuk tipologi wilayah Hindia Belanda
dan pada tahun 1921 dibuka Politeknik Bandung dengan bidang studi yang
sama.
Modernisasi Irigasi PU
12
Modernisasi Irigasi PU
13
Modernisasi Irigasi PU
14
B. Masa reformasi
Menyadari keinginan adanya perubahan dalam pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya air termasuk irigasi maka pada triwulan akhir tahun 1998,
pemerintah pusat telah mulai memikirkan pentingnya untuk melanjutkan
penataan kembali kebijakan nasional pengelolaan sumberdaya air nasional.
Langkah pertama adalah melalui keputusan sidang Kabinet bulan Oktober
1998 yang merekomendasikan penggunaan metode Pemahaman Partisipatif
Kondisi Pedesaan (PPKP) atau Participatory Rural Appraisal, PRA untuk
dipakai dalam perancangan dan pelaksanaan program-program yang
tercakup dalam pengelolaan sumberdaya air termasuk program pelatihan
yang diberikan kepada masyrakat.
Langkah kedua adalah membentuk Kelompok Kerja (POKJA) yang bertugas
untuk memikirkan kembali dan menetapkan kebijakan sumberdaya air
nasional. Kelompok kerja ini beranggotakan unsur-unsur birokrasi dari
Departemen terkait, wakil-wakil daerah dan LSM. Agar lebih dapat mencapai
tujuan dan sasaran maka Kelompok kerja ini di bagi dalam beberapa
kelompok. Salah satunya adalah Kelompok Kerja Irigasi.
Dalam waktu relatif singkat, Kelompok Kerja Irigasi dengan dibantu oleh
beberapa staf pengajar dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas,
dan Universitas Pajajaran telah dapat melahirkan suatu konsep Maklumat
Pemerintah Republik Indonesia tentang Pembaharuan Pengelolaan Irigasi.
Konsep ini kemudian didiskusikan dalam Rapat Kerja Departemen Pekerjaan
Umum, Republik Indonesia pada tanggal 13 April 1999 dengan dihadiri oleh
para Wakil Gubernur Seluruh Indonesia dan pada akhirnya ditetapkan dalam
Modernisasi Irigasi PU
15
Secara singkat PKPI 1999 ini mempunyai lima kebijakan yaitu masing-
masing: (I) peninjauan kembali tugas dan tanggung jawab pengelola irigasi,
(ii) pemberdayaan organisasi Petani Pemakai Air (P3A), (iii) penyerahan
pengelolaan irigasi kepada P3A, (iv) dihimpunnya iuran pengelolaan irigasi,
dan (v) perlu adanya keberlanjutan sistem irigasi. Meskipun PKPI 1999 ini
terdiri atas lima kebijakan tetapi sebetulnya mempunyai satu azas yaitu
pemberdayaan masyarakat.
Kebijakan pertama dalam PKPI tentang redefinisi tugas dan tanggung jawab
institusi pengelola irigasi secara harfiah dapat diartikan bahwa pemerintah
berkewajiban untuk mendorong dan meningkatkan peran masyarakat dalam
pengelolaan irigasi yang selama ini banyak didominasi oleh pemerintah.
Apabila kita definisikan bahwa irigasi sebagai suatu proses pengambilan air
dari sumber, pengaliran air di saluran, pembagian air ke petak, memberikan
air ke mintakat perakaran tanaman dan pengatusan kelebihan air, maka
menurut PP23/82 hanya proses pemberian air pada tanaman di petak
tersier saja yang menjadi wewenang petani. Selebihnya menjadi wewenang
pemerintah. Peningkatan tersebut terutama ditujukan kepada masyarakat
agar dapat memberikan peran lebih besar dalam semua proses pengelolaan
irigasi termasuk pengambilan keputusan dan pengawasannya.
Untuk itu diperlukan suatu tatanan institusi baru yang mengatur kewenangan
pengelolaan irigasi pada semua aras. Bentuk kewenangan ini akan mengatur
bentuk pola hubungan antara pemerintah dan masyarakat tani maupun
tugas masing-masing pihak dalam pengelolaan irigasi secara kesetaraan
dan kemitraan. Penyusunan tatanan baru tersebut harus dilakukan secara
partisipatif dan dialogis baik antara masyarakat dengan pemerintah maupun
antar instansi pemerintah terkait serta antar warga masyarakat yang terlibat.
Tatanan baru yang dibentuk juga harus memperhatikan keragaman sosio-
kultural masyarakat setempat.
Modernisasi Irigasi PU
16
Perbedaan yang sangat mendasar dalam PPI dengan PIK dapat terlihat
dalam dua hal, yaitu: (I) latar belakang pelaksanaan, PIK mengartikan
partisipasi sebagai mobilisasi, sedangkan PPI mengartikan partisipasi
sebagai pemberdayaan masyarakat, (ii) dalam PIK alasan dilakukannya
penyerahan adalah untuk mengurangi beban O&P irigasi, sedangkan dalam
PPI alasan penyerahan adalah untuk maksud pemberdayaan masyarakat,
dan (iii) dalam PIK aset diserahkan kepada P3A, sedangkan dalam PPI aset
masih di tangan pemerintah.
Modernisasi Irigasi PU
17
Modernisasi Irigasi PU
18
Modernisasi Irigasi PU
19
Munculnya paradigma atau konsep dasar baru ini dimulai sebagai luaran atau
hasil penalaran intelektual terhadap suatu fenomena empiris. Munculnya
suatu paradigma baru atau konsep dasar baru dalam pembangunan dimulai
dengan adanya suatu upaya penalaran intelektual terhadap suatu fenomena
empiris yang timbul karena adanya ketidakserasian hasil dalam pelaksanaan
pembangunan yang dilakukan dengan memakai paradigma lama.
Modernisasi Irigasi PU
20
Modernisasi Irigasi PU
21
sistem irigasi yang terletak di daerah yang tidak sesuai untuk perkebunan
tembakau dan tebu dibiarkan tetap sebagai sistem irigasi yang dikelola oleh
kelompok petani sendiri atau menjadi milik desa.
Modernisasi Irigasi PU
22
Modernisasi Irigasi PU
23
Modernisasi Irigasi PU
24
Modernisasi Irigasi PU
25
Modernisasi Irigasi PU
26
tentang Good Governance ini banyak sekali dan tergantung pihak-pihak yang
berkepentingan. Bank Dunia mempunyai takrif sendiri, demikian pula IMF,
semua tergantung pada kepentingannya masing-masing. Satu pengertian
yang menarik tentang governance diberikan oleh Report of the Commission
on Global Governance dalam Streeten (2002) sebagai berikut:
Governance is the sum of the many ways individuals and instituions,
public and private, manage their common affairs. It is a continuing
process through which conflicting or diverse interests may be
accomodated and co-operative action may be taken. It includes formal
institutions and regimes empowered to enforce compliance, as well as
informal arrangements that people and institutions either have agreed
to or perceive to be in their interest”.
Modernisasi Irigasi PU
27
Dengan pengertian tersebut di atas maka Governance lebih luas dari pada
Government. Dalam skala sempit good governance juga merupakan satu
cara pengambilan keputusan yang dilakukan atas dasar kesepakatan banyak
pihak yang terlibat. Ciri-ciri pelaksanaan good governance disajikan dalam
Gambar 2.3.
Modernisasi Irigasi PU
28
Modernisasi Irigasi PU
29
Sampai saat ini belum ada kebijakan yang mengatur tentang kebijakan
pengelolaan sumberdaya manusia dalam sektor irigasi, meskipun hal ini telah
diamanatkan dalam PP 20/2006. Oleh sebab itu diperlukan suatu hampiran
pembangunan kebijakan baru dalam pengelolaan SDM dalam pembangunan
dan pengelolaan irigasi dengan mengadopsi pemikiran yang menganggap
manusia secara utuh yaitu manusia yang mempunyai kecerdasan. Sebagai
manusia yang utuh maka dia akan dapat mengembangkan seluruh
potensinya tidak hanya tenaga fisiknya saja tetapi juga pengetahuan dan
kemampuannya sebagai suatu hasil proses belajar. Konsep ini disebut
sebagai konsep berbasis modal manusia atau human capital. Dengan apa
yang dimilikinya maka manusia akan dapat mengembangkan kecerdasan
Modernisasi Irigasi PU
30
Modernisasi Irigasi PU
31
Seperti diketahui sesuai dengan aturan hukum yang berlaku para pelaku
irigasi di Indonesia akan terdiri atas pegawai pemerintah dan petani.
Telah terbukti secara empiris bahwa petani telah mampu untuk mengolah
data dan informasi yang diterimanya serta mengembangkannya menjadi
pengetahuannya sejak berabad-abad yang lalu. Para petani itu telah dapat
menghasilkan suatu teknologi dan kearifan lokal yang terbukti unggul selama
Modernisasi Irigasi PU
32
Dengan dasar berpikir yang serba cakup maka para pelaku akan dapat
memahami terjadinya perubahan dinamika masyarakat beserta lingkungan
strategisnya yang nantinya juga akan ikut mempengaruhi kinerja pengelolaan
irigasi. Untuk itu para anggota birokrasi juga harus diberdayakan pula.
Pemakai azas human capital sangat sesuai untuk dapat dipakai dalam
pemberdayaan birokrasi. Sistem human capital dapat dipakai untuk
mengembangkan pengetahuan birokrasi karena berbasis informasi. Selain
itu azas human capital juga akan dapat mengatasi ego sektoral yang selama
ini sering terjadi di antara para pelaku irigasi, karena dengan melakukan
proses berbagi pengetahuan masing pihak akan dapat mengurangi rasa
egosektoral yang selama ini terjadi.
Modernisasi Irigasi PU
33
dengan kinerja infrastruktur dan OP irigasi. Pada proses dialog dan berbagi
pengetahuan maka aras layanan dalam bentuk kecukupan (sufficency),
keandalan (reliability), equitas (equity), dan kelenturan (flexibility), indeks
pertanaman serta biaya dapat didialogkan. Ciri-ciri pengelolaan rigasi masa
depan disajikan seperti pada Gambar 2.5.
Modernisasi Irigasi PU
34
BAB 3
MODERNISASI IRIGASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA
Modernisasi Irigasi PU
35
Modernisasi Irigasi PU
36
Modernisasi Irigasi PU
37
Upaya modernisasi institusi yang paling utama adalah dengan merubah status
ZID dari kewenangan pemerintah lokal menjadi perusahaan pengelolaan
sumberdaya air. Perubahan ini menyebabkan bahwa ZID selain mengurusi
irigasi juga bertindak sebagai perusahaan air minum serta juga mempunyai
bisnis lain di luar bisnis air. Untuk gaji upah pegawai diperoleh dari iuran air
dan biaya pemeliharaan yang dilakukan oleh para pegawi sendiri. Di aras
tersier pemeliharaan dilakukan oleh petani.training merupakan prioritas
modernisasi untuk membentuk P3A yang kuat.
Sebelum adanya modernisasi sudah dilakukan upaya penarikan iuran air dari
para petani dikumpulkan pemerintah desa dan diserahkan pada pemerintah
kota. Setelah ada pembaharuan maka iuran ditarik oleh perusahaan air dan
Modernisasi Irigasi PU
38
Modernisasi Irigasi PU
39
Modernisasi Irigasi PU
40
Modernisasi Irigasi PU
41
Modernisasi Irigasi PU
42
Modernisasi Irigasi PU
43
Piranti lunak PMA FTP-UGM dapat bekerja secara lentur dan disesuaikan
dengan kebijakan program pemerintah. Penggunaan PMAI juga merupakan
salah satu sarana untuk berbagi pengetahuan antara pemerintah dengan
petani dalam pelaksanaan OP.
Sampai saat ini PMAI dilaksanakan di lebih dari 40 DI di Jawa, terutama BBWS
Brantas dan Serayu Opak. Selama pengembangannya sudah terdapat tiga
versi piranti lunak PMAI, yaitu: (i) versi 1, merupakan progam asli, (ii) versi
1-a, merupakan program asli yang dikembangkan, formula prioritas aset
diperbaiki, (iii) versi 2, progam digabungkan dengan program penetapan
tata tanam, berbasis spasial, (iv) versi 3 merupakan pengembangan versi
2 dengan tambahan pemilihan prioritas pemeliharaan/rehabilitasi aras
sekunder dan multi daerah irigasi (DI). Penetapan prioritasi untuk aras
sekunder dan DI ditetapkan dengan memperhatikan luas layanan,investasi
biaya yang dibutuhkan, dan potensial produksi yang akan dicapai.
Meskipun program PMAI dapat berjalan dengan baik tetapi belum muncul
sebagai suatu kebutuhan masyarakat pelaku pengelolaan irigasi untuk
melakukan PMAI secara institusional secara mandiri. PMAI hanya sekedar
Modernisasi Irigasi PU
44
(i) Masyarakat tani Gunung Kidul akan lebih memilih teknologi irigasi yang
dikembangkan karena baik secara teknikal maupun ekonomikal akan
lebih efisien dan efektif,
(ii) Dengan memakai teknologi yang akan dialihkan maka akan lebih
banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan petani untuk menambah
penghasilannya dengan cara pengembangan teknologi pasca panen.
(iii) Apabila berhasil maka para petani Gunung Kidul yang gemar merantau
untuk bekerja di kota akan kembali ke desa.
Sistem irigasi curah bertekanan rendah dirancang untuk dibuat dari pipa
tembaga yang banyak digunakan untuk alat rumah tangga dan terdapat
di toko besi setempat. Rancang bangun didasarkan atas rancang bangun
irigasi curah taman yang juga banyak tersedia di toko-toko taman di kota
tetapi tidak terdapat di toko desa.
Modernisasi Irigasi PU
45
Modernisasi Irigasi PU
46
BAB 4
PEMBELAJARAN MODERNISASI IRIGASI
Bahasan dalam BAB 3 menuntun kita bahwa setiap negara yang melakukan
proses modernisasi irigasi akan berkutat pada persoalan lima pilar
pelaksanaan pengelolaan irigasi,yaitu (i) penyediaan air, (ii) prasarana.
(iii) pengelolaan air irigasi, (iv) institusi, dan (v) sumberdaya manusia.
Sebetulnya masih ada dua unsur penting dalam pengelolaan irigasi yaitu
pembiayaan dan azas legal pelaksanaan pengelolaan. Di Indonesia saat
ini berlaku UU no 7/2004 tentang Sumberdaya Air dan PP 20/2006 tentang
irigasi. Kedua sumber hukum itu merupakan dasar pengelolaan irigasi di
Indonesia. Sebaiknya pelaksanaan modernisasi irigasi di Indonesia masih
disandarkan pada kedua sumber hukum ini.
Modernisasi Irigasi PU
47
Saat ini sangat sukar untuk memperoleh dana investasi untuk pembangunan
sebuah bendungan. Selain mahal pembangunan bendungan juga
memerlukan waktu relatif lama. Beberapa ahli ilmu lingkungan juga kurang
menyukai pembangunan bendungan karena dapat merusak lingkungan.
Di Jawa pembangunan bendungan sudah sangat sukar untuk dilakukan
karena kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan, sehingga dapat
memicu persoalan sosial lebih tinggi. Apabila dilaksanakan pembangunan
sebuah bendungan harus dikaitkan dengan pelaksanaan konservasi daerah
atasan. Namun pembangunan bendungan skala menengah-kecil masih
memungkinkan untuk dikembangkan. Menaikkan keandalan penyediaan air
irigasi dapat dilakukan pula di dalam DI, yaitu dengan membangun beberapa
waduk lapangan (waduk kerja) dalam beberapa bentuk misalnya (waduk
lorong, long stroge).
Modernisasi Irigasi PU
48
Otomatisasi irigasi dan remote control dilakukan juga di Taiwan dan Australia.
Di Taiwan persoalan polusi air dan lingkungan juga menjadi perhatian karena
banyaknya pabrik-pabrik yang beroperasi di sekitar DI yang dilakukan
modernisasi irigasi, oleh sebab itu di jaringan irigasi juga dipasang alat-alat
kontrol polusi. (Hai-Sheng, 2002)
Modernisasi Irigasi PU
49
Modernisasi Irigasi PU
50
4.4. Institusi
Di semua negara yang melakukan modernisasi irigasi, pengembangan sistem
prasarana tentu tak dapat dipisahkan dengan pengembangan institusi, bagai
satu keping mata uang dengan dua muka. Bahkan di India modernisasi
yang mencakup pengembangan institusi saja karena meskipun dilakukan
pembangunan prasarana masih bentuk dan tipe yang sama dengan sistem
lama. Di sebagian besar negara yang melakukan modernisasi pembaharuan
kebijakan pengembangan institusi dalam proses modernisasi seperti di India
dan China selalu dihubungkan dengan penyerahan pengelolaan sistem
irigasi. Di India penyerahan dilakukan dari pemerintah pada masyarakat
tani, sedangkan di China penyerahan dilakukan dari pemerintah daerah
pada perusaahan swasta yang juga mengelola air minum kota. Dengan
diserahkannya kewenangan pengelolaan dari pemerintah ke petani maka
dibentuk suatu badan hukum untuk melakukan tugas kewenagan tersebut.
Modernisasi Irigasi PU
52
4.6. Pembelajaran
Dari proses pelaksanaan modernisasi irigasi baik di dunia maupun Indonesia
yang disajikan, dapat ditarik pelajaran sebagai berikut:
i. Bahwa dalam proses modernisasi irigasi di dunia selalu terdapat progam
pemicu timbulnya pelaksanaan modernisasi irigasi di dunia, misalnya
adanya program penyerahan kewenangan irigasi pada baik pada sektor
swasta seperti di China ataupun pada petani seperti di India, atau land
reform di Taiwan, sedangkan di Malaysia dipicu adanya perbaikan proses
pembiayaan. Pemicu program itu kemudian diikuti dengan transfomasi
institusi, teknologi dan pembiyaan. Ketiga proses transformasi itu
memunculkan strategi pelaksanaan modernisasi irigasi di masing-
masing tempat;
ii. Tanpa adanya transformasi ketiga aspek utama dalam irigasi tersebut
pelaksanaan modernisasi sangat rentan dengan kegagalan seperti yang
terjadi dalam beberapa proses modernisasi irigasi di Indonesia.
iii. Proses modernisasi irigasi juga mengacu pada pelaksanaan pengelolaan
irigasi masa depan yang lebih baik dengan mengupayakan peningkatan
efisiensi dan efektifitas pengelolaan irigasi, menghormati partisipasi,
kearifan lokal dan berwawasan lingkungan. Proses pelaksanaan
modernisasi irigasi pada lima pilar irigasi juga dilakukan dengan mengacu
pada proses pembelajaran yang dibahas tersebut.
iv. Mengingat keadaan irigasi di Indonesia menghadapi berbagai
kendala, antara lain: prasarana irigasi yang habis umur layanannya,
berkurangnya debit andalan akibat penurunan fungsi DAS, kerusakan
infrastruktur akibat lemahnya OP dan rehabilitasi, rendahnya sistem
pembiayaan OP, alih fungsi lahan irigasi, dan pengaruh pemanasan
global serta perubahan iklim, perlu didorong program pemicu irigasinya
adalah keberlanjutan irigasi. Atas dasar itu maka pemicu program ini
akan ditindaklanjuti dengan program strategis, antara lain penguatan
institusi, pemberdayaan SDM, pembuatan tampungan air/reservoir,
penyempurnaan pintu elektronik, telemetri dan komputerisasi.
Modernisasi Irigasi PU
53
BAB 5
TANTANGAN PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN IRIGASI
Ketersediaan air juga sudah semakin kritis, baik dari sisi jumlah maupun
kestabilan. Ketersediaan air membesar pada musim hujan sehingga
menyebabkan banjir, dan semakin kecil pada musim kemarau sehingga
mengakibatkan kekeringan dan gagal panen. Kompetisi pemanfaatan air
terjadi dengan pemanfaat air lainnya: air minum, air industri, tambak dan
perikanan, pembangkit tenaga air.
Modernisasi Irigasi PU
54
Modernisasi Irigasi PU
55
Sistem seperti ini tentunya kurang efisien. Akibat lemahnya OP, air irigasi
sampai di sawah dalam jumlah yang kurang memadai, sehingga indeks
pertanaman (IP) dan produktifitas pertanian rendah. Akhirnya produksi
menurun dan ujung-ujungnya pendapatan dan kesejahteraan petani
berkurang. Hal ini tentunya tidak boleh dibiarkan terus, karena kinerja irigasi
merupakan pendukung utama ketahanan pangan nasional.
Modernisasi Irigasi PU
56
Modernisasi Irigasi PU
57
Modernisasi Irigasi PU
58
5.4. Kelembagaan
Modernisasi irigasi adalah sistem pengelolaan yang berorientasi pada
tingkat layanan irigasi yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Hal ini
akan terlaksana kalau didukung institusi yang kuat, mantap, dan koordinatif.
Tantangan kelembagaan dalam modernisasi irigasi diperlukannya
kelembagaan pengelola irigasi yang mantap seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.1.
KELEMBAGAAN IRIGASI
Menteri
Badan-
Gubernur
Pelaksana-
Bupati REGULATOR DEVELOPER Proyek-
Walikota Pembangunan
KOORDINATOR
USER:
( Komisi irigasi) Petani
Perkotaan
UNIT DI Energi
PJT II Industri
OPERATOR USER Perkebun
Modernisasi Irigasi PU
60
BAB 6
KONSEP MODERNISASI IRIGASI DI INDONESIA
7 http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2172089-pengertian-
modernisasi/#ixzz1f73WeEoF
Modernisasi Irigasi PU
61
Di Indonesia, sebagian besar sistem irigasi kita dibangun pada masa kolonial
dan direhabilitasi pada dekade 1960’an–1980’an. Oleh sebab itu sebagian
dari sistem irigasi tersebut telah habis umur teknis atau umur layanannya
dan perlu dipikirkan bentuk pembangunannya kembali. Sudah barang tentu
persyaratan teknis dan lingkungan strategis saat ini telah berubah sama
sekali dengan lingkungan strategis semula. Mengembalikan bentuk rancang
bangun dengan rehabilitasi sesuai dengan rancang bangun semula kadang-
kadang sudah tidak memungkinkan lagi karena semua lingkungan strategis
maupun ekologis sistem irigasi sudah berubah. Diperlukan kriteria rancang
bangun baru agar sistem irigasi tersebut dapat berfungsi secara sepadan
bersesuaian dengan lingkungannya pada masa kini.
Modernisasi Irigasi PU
62
Selama kurun waktu 50 tahun itu juga terjadi kenaikan penduduk yang pesat
sehingga meningkatkan pula kebutuhan sumberdaya termasuk air dan lahan.
Ketersediaan air untuk irigasi juga semakin lama semakin berkurang dan
karena harus bersaing dengan pemakaian lain. Kebutuhan untuk air minum,
energi dan kesehatan dan industri juga meningkat dengan pesat. Di sisi lain
telah terjadi kerusakan lingkungan yang parah karena eksploitasi sumberdaya
alam yang cukup serius di banyak tempat. Keadaan ini menyebabkan sistem
irigasi harus dikelola secara efisien dan efektif. Teknologi irigasi hemat air
menjadi pilihan dalam pengelolaan irigasi modern.
Pengelolaan irigasi modern juga harus dilakukan oleh manusia modern. Oleh
sebab itu diperlukan suatu hampiran baru yang mengadopsi pemikiran untuk
Modernisasi Irigasi PU
63
Menurut Alex Inkeles dalam Anonim (2010), ciri-ciri manusia modern adalah
sebagai berikut:
• Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka
untuk perubahan.
• Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai
lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya
serta dapat bersikap demokratis.
• Menghargai waktu dan lebih banyak beorientasi ke masa depan daripada
masa lalu.
• Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
• Percaya diri dan perhitungan
• Hemat
• Taat hukum
• Berwawasan lingkungan
• Menghargai harkat hidup manusia lain.
• Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang
haruslah sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat8.
8 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/modernisasi/
Modernisasi Irigasi PU
64
Pada masa mendatang tantangan global yang dihadapi oleh para pelaku
irigasi akan lebih berat. Terjadinya perubahan klimat yang dirasakan
semakin kuat, adanya krisis pangan dan energi akan sangat mempengaruhi
pengelolaan irigasi masa depan. Meskipun demkian pengelolaan irigasi juga
menjadi tumpuan harapan untuk menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu
pengelolaan irigasi masa depan akan bersifat lentur, dan itu hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem teknologi informasi dan komunikasi
yang maju.
Sejak ahkir dekade 1990’an paradigma irigasi secara global telah berubah dari
manajemen berfokus pada masalah produksi pangan dan bersifat protektif
menjadi manajemen provisi yang memfokuskan pada bentuk pelayanan
pada pengguna. Perbedaan nyata antara kedua bentuk manajemen irigasi
itu adalah bahwa tujuan majanemen diset besama antara pelaku manajemen
sedangkan pada sistem manajemen produksi protektif tujuan manajemen
diset oleh pelaksana manajemen. Pada sistem manajemen gabungan
antara pemerintah dan petani biasanya tujuan manajemen ditentukan oleh
pemerintah tanpa pelibatkan petani. Tabel 6.1 menyajikan perbedaan antara
karakteristik sistem irigasi protektif dengan sistem irigasi produktif.
Modernisasi Irigasi PU
65
Dari Kotak 6.1 dapat diketahui perubahan karakteristik irigasi dari paradigma
lama ke paradigma baru. Perubahan karakteristik ini menyiratkan adanya
suatu sistem irigasi yang dapat menunjang usaha agribisnis untuk menjamin
adanya perluasan kesempatan kerja dan kemandirian secara sosial-ekonomi
organisasi pengelolanya.
Kotak 6.1
CIRI-CIRI PENGELOLAAN IRIGASI MODERN
Dari perubahan lingkungan ekologis dan strategis maka dapat dijabarkan
ciri-ciri pengelolaan irigasi modern sebagai berikut:
• esifien dan efektif
• lentur
• berbasis waktu nyata
• memfokuskan pada pelayanan pada pengguna berdasarkan aras
layanan (level of service, LOS) yang disepakati
• berbasis pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk
pengembangan human capital dan sistem teknologi komunikasi dan
informasi)
Modernisasi Irigasi PU
66
Takrif lain tentang modernisasi irigasi diberikan oleh ICID sebagai berikut:
• The process of improving an existing project to meet the new
criteria. It includes changes to the existing facilities operational
procedures, management, and institutional aspects. These changes
are designed to enhance the economic and social benefits of the
project. Unlike rehabilitation, modernization is not renovation of
the project features in need of rrepair (ICID)
Modernisasi Irigasi PU
67
(ii) perbaikan sarana dan prasarana irigasi secara berkelanjutan, efektif dan
efisien sesuai dengan kearifan lokal dan kebutuhan pengelolaan irigasi
sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah sungai;
Modernisasi Irigasi PU
68
6.2. Pelaksanaan
6.2.1. Study modernisasi
Sebelum menerapkan modernisasi irigasi perlu dilakukan penjajagan terlebih
dahulu, untuk dapat mengetahui gambaran awal kinerja sistem irigasi melalui
studi modernisasi irigasi berupa apraisal singkat (Rapid Appraisal Prosedure-
RAP). Kegiatan RAP meliputi antara lain:
• Studi ketersediaan air, kebutuhan air, neraca air yang ada, serta
penjajagan kemungkinan tambahan pasokan air berupa pembangunan
waduk atau embung.
• Studi kinerja sarana prasarana irigasi, menyangkut kondisi dan fungsi
serta rekomendasi penyempurnaan dalam rangka modernisasi:
elektromekanikal dan otomatisasi kalau perlu. Termasuk dalam studi ini
adalah fasilitas OP: kantor, rumah petugas OP, jalan inspeksi dan usaha
tani, trasportasi, komunikasi, dan peralatan OP.
Modernisasi Irigasi PU
69
Sesuai dengan prinsip irigasi partisipatif, dalam kegiatan ini perlu dilakukan
pertemuan konsultasi masyarakat (PKM) I dengan para pemanfaat air irigasi,
dan PKM II dengan aparat pemerintah.
Sebagian data dalam studi ini dipakai untuk perhitungan indeks kesiapan
modernisasi irigasi, yang dianalisa dalam sub-bab berikut ini.
Untuk itu setiap daerah irigasi yang akan diterapkan modernisasi harus
disaring dulu dengan menganalisa IKMI. Cara menganalisa IKMI seperti
tertuang dalam lampiran 2.
Modernisasi Irigasi PU
70
Hasil dari IKMI kesiapan daerah irigasi dapat dikategorikan dalam 3 bagian:
• Nilai >80 predikat memadai: modernisasi bisa langsung diterapkan
• Nilai 50 sampai 80 predikat cukup: modernisasi ditunda, dilakukan
penyempurnaan sistem irigasi 1- 2 tahun
• Nilai <50 predikat kurang: modernisasi ditunda, dilakukan penyempurnaan
sistem irigasi 2-4 tahun
• Nilai kurang 30 predikat sangat kurang: modernisasi tidak perlu
dilakukan pada daerah tersebut, atau dilakukan penyempurnaan yang
fundamental.
Sesuai dengan prinsip irigasi partisipatif, dalam kegiatan ini perlu dilakukan
pertemuan konsultasi masyarakat (PKM) I dengan para pemanfaat air irigasi,
dan PKM II dengan aparat pemerintah.
Modernisasi Irigasi PU
72
Untuk itu dalam PROM terdapat beberapa barang dan dokumen yang harus
dicek:
• Gambar peta irigasi
• Gambar skema irigasi
• Gambar skema bangunan irigasi
• Gambar purna laksana (as built drawing)
• Sistem telemetri dan komputerisasi
• Manual OP
• Struktur organisasi
• Daftar falisitas dan perlengkapan OP
• Daftar pegawai dan petugas OP
• Daftar P3A yang terkait
Modernisasi Irigasi PU
73
BAB 7
PENYEDIAAN AIR
Sistem penyediaan air irigasi saat ini dari aliran sungai (river run off) yaitu
aliran alam yang berfluktuasi, telah terjadi perbedaan debit maksimum dan
debit minimum yang sangat besar. Bahkan ada sungai pada musim hujan
terjadi debit banjir semakin besar dan di musim kemarau hampir tidak ada
airnya atau air sungai mengering. Akibatnya sistem penyediaan air irigasi
akan sangat terganggu, musim tanam kedua gagal total.
Modernisasi Irigasi PU
74
Masalah yang dihadapi oleh banyak daerah irigasi adalah sistem penyediaan
air yang tergantung pada aliran alamiah sungai (river runoff) telah menimbulkan
ketersediaan air yang sulit diperkirakan sebelumnya sehingga tidak tepat
waktu dan tidak tepat volume. Pada sungai-sungai tertentu sistem tersebut
tidak layak lagi dipertahankan, maka perlu ditingkatkan dengan membangun
bendungan penampung air di hulu, atau dibangun waduk tunggu sekitar
daerah irigasi, dan atau pemanfaatan tinggi jagaan saluran sebagai long
storage.
Untuk memilih sistem penyediaan air yang stabil, perlu dilakukan usaha-
usaha meliputi:
2) Bila memang tidak stabil, sistem penyediaan yang ada harus dirubah
dengan cara yang lain (sistem bank air atau waduk tahunan). Prinsip
waduk tahunan menambah pasokan air dengan cara menyimpan air
kelebihan dan menggunakannya saat kekurangan yaitu membangun
Modernisasi Irigasi PU
75
7.2. Ketersediaan
Ketersediaan air irigasi didasarkan atas perhitungan debit andalan, yaitu
debit yang secara statistik kemungkinan terpenuhinya 80%. Perhitungan
debit andalan ini didasarkan atas data debit sungai minimal 20 tahun
sebelum pembangunan irigasi. Pengalaman selama ini nilai debit andalan
mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya data aliran sungai
setelah pembangunan irigasi. Hal ini bisa terjadi karena penurunan fungsi
daerah aliran sungai akibat perubahan vegetasi dan tekanan penduduk.
Selain daripada itu penurunan fungsi daerah aliran sungai juga menyebabkan
membesarnya puncak banjir pada musim hujan, dan kekeringan pada musim
kemarau. Akibatnya akan didapatkan sawah gagal panen karena terkena
banjir dan puso karena kekurangan air.
Akibat dari pemanasan global dan perubahan iklim telah mengubah perkiraan
rencana penyediaan air sepanjang tahun pada daerah-daerah irigasi yang
telah dibangun pada waktu sebelumnya.
Modernisasi Irigasi PU
76
Saat ini telah dirasakan banyak daerah irigasi ketersediaan airnya tidak stabil
karena tergantung aliran sungai yang dihasilkan dari daerah tangkapan yang
sudah banyak terganggu (tutupan lahan berkurang) akibat tidak konsistennya
implementasi tata ruang.
7.4. Keandalan
Keandalan air irigasi saat ini sering tidak tercukupi dibanding dengan
perhitungan debit andalan yang sudah diperkirakan sebelumnya, sehingga
banyak ditemui tahun-tahun tanam yang kekurangan air.
Modernisasi Irigasi PU
77
Cara evaluasi sistem penyediaan dan keandalan air irigasi yang berasal dari
aliran alam atau river runoff adalah:
• Jika Q80%-A > Q80%-B maka keandalan air irigasi harus ditingkatkan
dengan membangun tampungan air, waduk, embung, tampungan
saluran (long storage) atau perbaikan vegetatif DAS hulu.
7.5. Kehilangan
Kehilangan air irigasi mulai dari pintu pengambilan (intake) sampai ke sawah
saat ini diperkirakan sekitar 40–50%. Dibandingkan dengan besarnya air
untuk konsumsi tanaman (consumptive use) kehilangan air ini relatif besar.
Besaran angka ini dipakai pada hampir di seluruh daerah irigasi sejak
perencanaan sampai dengan saat pengoperasiannya.
Dalam modernisasi irigasi kehilangan air aktual harus diketahui dengan cara
melakukan pemeriksaan minimal satu tahun sekali dengan alternatif sebagai
berikut:
Modernisasi Irigasi PU
78
Modernisasi Irigasi PU
79
1) Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai untuk irigasi dan hak
guna usaha air untuk irigasi;
2) Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan untuk pertanian rakyat;
3) Hak guna usaha air untuk irigasi diberikan untuk keperluan pengusahaan
di bidang pertanian.
Jadi hak guna air untuk irigasi jelas dan tegas dalam ketentuan yang ada di
negara. Kebutuhan sehari-hari dan pertanian harus diutamakan dan dipenuhi
oleh negara.
Dalam modernisasi irigasi hak guna air irigasi harus diberikan kepada
kelompok tani untuk kelangsungan pengelolaan sistem irigasi. Hal ini
dilakukan agar kelompok tani mendapat jaminan bahwa air irigasi tidak
terdesak keberadaannya oleh pengguna air lainya yang perioritasnya lebih
rendah.
Modernisasi Irigasi PU
80
BAB 8
PRASARANA IRIGASI
8.1. Saluran
Untuk mencapai maksud dan tujuan modernisasi tersebut maka pada saluran
perlu dilakukan usaha antara lain:
1) Pengurangan kebocoran; perlu ada usaha mengatasinya antara lain
seperti lining permukaan saluran;
Modernisasi Irigasi PU
81
Modernisasi Irigasi PU
82
Selain daripada itu perlu diterapkan jenis lining baru berupa lapisan kedap
air (membran) dari geotextile atau plastik, disamping tiga jenis lining yang
sudah berjalan pada irigasi konvensional, yaitu beton, pasangan batu kali,
dan tanah liat.
Untuk daerah irigasi didataran tinggi dan tersedia tekanan yang cukup dari
bentuk topografi, atau dataran rendah yang memungkinkan dibuat menara
penampung air untuk menciptakan tekanan tinggi, penggunaan pipa sebagai
pengantar air ke daerah irigasi bisa dilakukan.
Daerah dataran tinggi umumnya sungai-sungai yang ada kecil dan lahan
yang dapat dijadikan irigasi juga tidak luas, sehingga keperluan debit air juga
kecil. Maka sistem irigasi pipa cukup efektif dan efisien untuk dilakukan.
Modernisasi Irigasi PU
83
Dalam modernisasi irigasi, untuk saluran primer yang besar atau lebar yang
belum diperkuat atau dilining, diberi sipatan penampang (lining guidance).
Sebagai maal (pertanda bentuk saluran) yang dibuat pada jarak tertentu
terbuat dari beton dengan tulangan praktis.
Masalahnya bukan karena konsep dan desain yang kurang baik, tetapi pada
pemanfaatan serta pengoperasian yang belum dilakukan secara benar.
Sosialisasi dan pelatihan kepada petugas masih kurang, sehingga petugas
tidak memahami manfaatnya.
Modernisasi Irigasi PU
84
Sedimen yang tidak tertangkap pada kantong lumpur masuk ke sawah petani.
Akibatnya elevasi sawah petani makin naik. Saat ini tidak ada petunjuk
OP tata cara pengendalian sedimen, maka perlu dibuatkan pentunjuk dan
pelatihan petugas dalam pengoperasiannya.
Pada modernisasi irigas kantong lumpur yang baru akan dibangun untuk
menangkap sedimen >0.088 mm, agar dimensi kantong lumpur lebih
pendek dan memerlukan tinggi tekanan (head) yang relatif kecil pada waktu
pengurasan.
Gaya seret (tractive force) pada saluran ke arah hilir tidak harus selalu lebih
besar atau sama ( t n ≥ t n −1 ) dengan maksud agar di beberapa tempat sengaja
sedimen diendapkan kemudian dikuras keluar saluran meliwati bangunan
pengeluar sedimen (sediment excluder) melintang saluran; yang dipilih pada
saluran yang memotong alur alam (natural stream).
Dengan demikian sedimen yang tidak tertangkap pada kantong lumpur dan
tidak dapat dikeluarkan oleh sedimen excluder di saluran akan masuk ke
sawah petani dalam jumlah yang lebih kecil, sehingga tidak berdampak
negatif.
Modernisasi Irigasi PU
85
Modernisasi Irigasi PU
86
Modernisasi Irigasi PU
87
Modernisasi Irigasi PU
88
skot balok sebagai pengatur muka air, serta pintu ukur untuk mengukur air
keluar dari bangunan bagi tersebut ke sekunder dan atau ke tersier.
Kondisi saat ini bangunan bagi pada daerah irigasi sebagian besar pintu-
pintu rusak, karena pemeliharaan yang tidak kontinu akibat kekurangan
dana.
Pada paragraf berikut ini akan dijelaskan beberapa sistem yang ada pada
bangunan bagi tentang tipe pengaturan muka air dan pengukuran aliran.
Masalah yang dihadapi selama ini pada bangunan bagi prasarana pengatur
tidak terpelihara dengan baik. Dana pemeliharaan kurang sehingga pintu-
pintu rusak dan bagian dari bangunan hilang dicuri orang.
Kalau kekurangan tenaga penjaga pintu air dan posisi bangunan jauh
terpencil, maka akan mengakibatkan fungsi pengaturan hilang.
Kalau pintu hilang atau macet dan tidak ada penggantian atau perbaikan,
maka fungsi pengaturan hilang.
Dalam modernisasi irigasi bangunan bagi tipe diatur harus dijamin keamanan
bangunan dari pencurian dan kelancaran fungsi bangunan serta dijamin
keberadaan petugas dalam pengoperasian bangunan bagi.
Modernisasi Irigasi PU
89
Modernisasi Irigasi PU
90
Dalam modernisasi irigasi bangunan bagi tipe kombinasi ini akan diterapkan
atau akan dipakai sebagai alternatif tipe diatur.
Keuntungan dari sistem ini adalah dapat mengatasi pembagian air secara
proporsional sementara pada saat terjadi kemacetan pintu, pencurian
pintu atau absennya penjaga pintu air. Disamping itu tipe ini mengeliminir
ketidakadilan pembagian air akibat efek kecepatan datang yang tidak
merata. Dalam tipe ini semua jurusan air mendapat efek kecepatan datang
yang sama, seperti halnya tipe Numbak yang telah diterapkan “Subak” di
Pulau Bali.
Modernisasi Irigasi PU
91
8.4. Pintu Bagi dan Pintu Pengatur pada Bangunan Bagi Tingkat
Jaringan Utama
Pada saat ini baik pintu bagi maupun pintu pengatur banyak mengalami
kerusakan. Hal ini ditunjukkan adanya kemacetan pintu maupun korosi pada
daun pintu. Keadaan ini diakibatkan oleh kurang memadainya kegiatan
pemeliharaan maupun rehabilitasi pintu.
Dalam modernisasi irigasi pintu bagi dan pintu pengatur didesain sedemikian
rupa sehingga menghasilkan fleksibilitas dan sensitivitas yang memadai. Hal
ini bisa dicapai dengan cara menciptakan kedua pintu tersebut mempunyai
sifat aliran yang sama, yaitu aliran atas semuanya atau aliran bawah
semuanya.
Modernisasi Irigasi PU
92
Skot balok sebagai pengatur peninggi air termasuk yang relatif baik dari segi
hidraulik, karena sipat aliran yang melimpas di atas dapat mengontrol atau
membatasi aliran air di hulu sampai batas elevasi skat balok, bila terjadi
kelalaian dalam pengoperasianya.
Dalam modernisasi irigasi dibatasi skat balok dengan bentang maksimum 1,5
m. Sebagai gantinya adalah pintu sorong yang digerakkan secara manual
atau elektromekanik.
Modernisasi Irigasi PU
93
Dalam modernisasi irigasi pintu radial harus dilengkapi dengan pintu ayun
anakan (flap gate) yang dapat dioperasikan tersendiri untuk menghanyutkan
sampah dan benda terapung tersebut.
Bangunan bagi dengan pengatur muka air kombinasi pintu sorong dengan
ambal tetap, dilengkapi juga lobang penguras agar air dan sedimen di hulu
pintu tidak tertahan sampai mengeras (setiap saat dapat dibilas).
Modernisasi Irigasi PU
94
Tabel 8.1 Kebaikan dan kekurangan pintu kombinasi dan skot balok
Kombinasi sorong dan
Item Skat balok
ambal tetap
Pengoperasian Mudah, ringan Sulit dan berat
Penaikan muka air Dapat dilakukan sesuai yang Harus menyesuaikan dengan
di-inginkan tinggi skat balok yang tersedia
Ketahanan/umur layanan Tahan lama Mudah lapuk, tidak tahan lama
Keperluan tenaga kerja Lebih sedikit Lebih banyak
(bila manual)
Alat penggerak Dapat dengan Harus manual dengan
elektromekanikal bantuan alat pengangkat
Sedimen disaluran Melalui lobang kecil kadang Dapat mengalir ke hilir tanpa
bisa tertahan harus diangkat hambatan
Modernisasi Irigasi PU
95
8.4.5.1. Manual
Sebagian besar pintu-pintu saat ini masih digerakkan secara manual seperti:
pintu sorong, pintu ukur, skot balok. Masalah yang dihadapi penggerak secara
manual adalah diperlukan banyak tenaga kerja dan memerlukan waktu yang
lama untuk mengoperasikan.
8.4.5.2. Elektromekanik
Saat ini penggunaan alat penggerak dengan elektromekanik masih jarang
dipakai. Sebagian daerah irigasi sudah menggunakan yaitu untuk buka tutup
pintu-pintu pada bendung gerak. Eletromekanik adalah pengerak sistem ulir
yang biasanya diputar dengan stank secara manual, sekarang pemutaran
dilakukan dengan motor listrik.
Masalahnya biaya untuk alat dan tenaga listrik sebagai penggerak. Banyak
daerah irigasi jauh dari jalur jaringan listrik, maka dipakai generator set
sehingga biaya jadi mahal.
Pada modernisasi irigasi, tidak hanya pintu bedung tetapi juga bagi
pintu-pintu di saluran yang besar dan berat bila dilakukan manual, harus
digerakkan dengan sistem elektromekanik. Keharusan menggunakan
penggerak elektromekanik terkait erat dengan toleransi pintu manual dalam
butir 8.4.5.1.
8.4.5.3. Otomatisasi
Otomatisasi untuk penggerak dimungkinkan untuk pintu-pintu banjir dan
pintu peluapan pada saluran pembawa, bila muka air naik pada taraf
tertentu pintu membuka, dan bila muka air turun pada taraf tertentu pintu
menutup secara otomatis. Masalahnya tidak banyak digunakan otomatisasi,
karena otomatisasi memerlukan pemeliharaan yang teratur, perlu bersih dari
Modernisasi Irigasi PU
96
Dalam modernisasi irigasi pintu irigasi dari bahan fiber dan pelat beton dapat
dipakai disamping bahan baja dan kayu.
Masalahnya selama ini, ada anggapan bahwa besi lebih tahan hujan dan
panas, tapi kenyataannya tidak demikian, air yang masuk ke sela-sela kecil
konstruksi pintu tidak mudah mengering secara alami, malah menimbulkan
karat dan pelapukan besi.
Kondisi modernisasi irigasi pintu-pintu harus dilindungi dari hujan dan panas
dengan membangun atap pelindung pintu. Atap pelindung sebaiknya terbuat
dari beton bertulang. Manfaat bangunan ini selain melindungi pintu dan
perlengkapannya juga memberikan kenyamanan bekerja bagi penjaga pintu
air.
Modernisasi Irigasi PU
97
atap bangunan
pelindung
motor listrik
penggerak pintu
Modernisasi Irigasi PU
98
Modernisasi Irigasi PU
99
Tipe bangunan ukur aliran bawah, tidak memerlukan pengaturan muka air,
asal ada air di depannya bangunan ukur dapat berfungsi mengukur. Tipe
pengukur aliran bawah dapat menyalurkan air pada debit saluran relatif
kecil.
Sistem pengukuran menerus adalah seperti meteran pada air minum PAM,
air yang masuk ke irigasi diukur akumulasi volumenya, sekarang masih
belum digunakan. Pada modernisasi irigasi cara pengukuran terakumulasi
(menerus) ini akan diterapkan, sehingga dapat diketahui berapa meter kubik
air yang diperlukan untuk menghasilkan tiap kilogram gabah kering giling
atau kilogram beras.
Modernisasi Irigasi PU
100
2) Muka air dicatat secara menerus oleh sensor yang dipasang di sekitar
alat ukur debit;
3) Muka air yang dicatat tersebut diterjemahakan kedalam grafik debit yang
diproses secara elekronik;
4) Akumulasi debit pada periode tertentu merupakan volume air yang
mengalir pada periode yang sama.
Skema Peningkatan Alat Ukur
yang ada menjadi Alat ukur
Volumetrik
Perumusan
debit Q = f(h)
Akumulatif debit
atau volume air
V = f(Q,t)
Modernisasi Irigasi PU
101
1) Semua alat ukur debit yang tertera dalam kriteria perencanaan irigasi
dapat digunakan setelah dilengkapi dengan sensor muka air yang dapat
menghitung akumulasi volume air irigasi secara elekronik.
2) Alat ukur Dethridge Meter yang dilengkapi dengan pencatatan yang dapat
menghitung akumulasi volume air irigasi secara elekronik.
Modernisasi Irigasi PU
102
Jalan inspeksi dibangun sesuai dengan kriteria jalan yang dikeluarkan oleh
Bina Marga dan penggunaan jalan inpeksi sesuai dengan kelas jalannya.
8.6.1. Perkerasan
Dalam irgasi konvensional ada dua jenis perkerasan yang akan digunakan:
1) Permukaan kerikil yang dipadatkan setebal 15 cm;
2) Permukaan bitumen diletakkan pada base 15 cm dan subbase 15-40
cm;
Modernisasi Irigasi PU
103
Dalam modernisasi irigasi kalau jalan inspeksi berfungsi ganda harus ada
penertiban sebagai berikut:
1) Diminta secara tertulis oleh Pemda;
2) Perkerasan diperkuat dengan lapisan aspal atau beton atas biaya
pemda;
3) Perkuatan tanggul dan/atau lereng saluran atas biaya pemda;
4) As jalan digeser keluar (ke arah luar saluran), sehingga tercipta ruangan
untuk operasi dan pemeliharaan irigasi selebar 3-4 m.
Modernisasi Irigasi PU
104
Hal ini disebabkan juga oleh administrasi pemerintah, dimana instansi yang
menangani irigasi berbeda dengan instansi yang menangani drainase dan
pengendalian banjir.
Secara khusus untuk drainase dalam petak tersier sudah tertera dalam lay
out perencanaan tersier, tetapi detail desain dan volume pekerjaannya tidak
tercantum dalam BOQ pekerjaan tersier; akibatnya pekerjaan drainase tidak
dilaksanakan pembangunannya.
Kondisi saat ini sistem Jaringan Drainase kurang mendapat perhatian, sejak
dari perencanaan, pelaksanaan dan OP.
Maksud dan tujuannya agar daerah persawahan tidak terendam banjir, air
buangan daerah persawahan ada penyalurannya menuju alur alam atau
sungai berdekatan.
Saat Perencanaan:
(a) Perencanaan drainase dimasukan dalam perencanaan sistem irigasi;
Saat Pelaksanaan
a) Jalan inspeksi sepanjang drainase harus dibangun;
b) Jaringan drainase harus dibangun lengkap sampai alur pembuang
alam.
Modernisasi Irigasi PU
105
Modernisasi Irigasi PU
106
Modernisasi Irigasi PU
107
Disamping itu tidak semua petak tersier mempunyai jalan usaha tani. Jalan
inspeksi yang sekaligus dapat berfungsi sebagai jalan usaha tani, hanya
terdapat pada saluran primer dan sekunder. Hal ini menyebabkan petani
secara individual mengalami kesulitan mengangkut peralatan, sarana
produksi dan hasil produksi ke dan dari sawahnya.
Tersier
Quartier dan pembuang
Jalan inspeksi
Sekunder
Modernisasi Irigasi PU
108
Modernisasi Irigasi PU
109
8.9.5. Transportasi
Kondisi saat ini transportasi untuk petugas seperti mobil untuk seksi dan
pengamat, sepeda motor untuk juru, sepeda untuk PPA dan POB tidak
memadai untuk bertugas menjalakan kegiatannya.
Modernisasi Irigasi PU
110
8.9.7. Kantor
Kondisi saat ini sebagian kantor rusak, kurang komplit dan kurang fasilitas.
Kegiatan yang dilakukan seperti penanganan administrasi dan kegiatan
perkantoran tidak berjalan secara memadai.
Modernisasi Irigasi PU
111
Modernisasi Irigasi PU
112
BAB 9
PENGELOLAAN IRIGASI
Modernisasi Irigasi PU
113
Gambar 9.1 Metode penggunaan air dengan irigasi curah (kiri) dan
irigasi tetes (kanan)
Untuk tanaman non padi kondisi tanah dalam keadaan kering, maka air
irigasi harus diberikan dengan debit besar11 supaya air menyebar seragam
dalam waktu yang singkat ke seluruh petakan, sehingga efisiensi pemakaian
air12 (application efficiency) menjadi cukup besar. Batas atas adalah lengas
Modernisasi Irigasi PU
114
tanah pada kapasitas lapang (field capacity) dan batas bawah pada RAM
(ready available moisture) atau MAD (management allowable defficiency).
RAM besarnya sama dengan p (depletion level)13 x TAM (total available
moisture). TAM adalah lengas tanah pada kapasitas lapang dikurangi
dengan lengas tanah pada titik layu (wilting point). Pada prinsipnya irigasi
dilakukan untuk menjaga lengas tanah di daerah perakaran tanaman pada
kondisi optimum untuk pertumbuhan tanaman yakni antara batas atas dan
batas bawah. Selang waktu irigasi dihitung dengan jumlah air pada batas
atas dan batas bawah dibagi dengan besarnya ET max (Evapotranspirasi
Tanaman Maksimum).
Metoda tersebut dilakukan terkait erat dengan tiga unsur utama (tanah, air,
dan tanaman). Pada praktek penggunaan irigasi di lapangan pada saat
perencanaan air irigasi dihitung berdasarkan atas penggunaan konsumtif
(evapotranspirasi) dan kehilangan air akibat perkolasi setelah dikurangi
dengan hujan efektif. Pada saat operasi perhitungan tersebut disederhanakan
lagi dengan perkiraan kebutuhan air secara global sesuai dengan tahapan
pertumbuhan tanaman: pengolahan tanah, pembenihan, padi muda,
pembungaan, padi tua, dan menjelang panen.
Modernisasi Irigasi PU
115
SRI dikembangkan sejak tahun 1980 oleh Fr. Henri de Laulanie, S.J,
seorang pendeta Perancis yang bertugas di Madagaskar sejak tahun 1961.
Sebelum tahun 1999 SRI hanya dikenal dan dipraktekkan di Madagaskar
saja. Sekarang ini dicobakan di hampir 50 negara dengan hasil produksi
SRI sekitar 7-10 ton GKP/ha. Di Jawa Barat model SRI ini disertai dengan
berkembangnya pertanian organik ramah lingkungan, sehingga dikenal
dengan nama SRI-Organik. Dengan konsep yang sedikit berbeda Litbang
Pertanian mengajukan konsep PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu). Baik
pada SRI maupun PTT, air irigasi diberikan secara berkala melalui parit kecil
(caren) di petakan sawah, dengan batas atas genangan 3 cm, dan batas
bawah pada kondisi tanah retak rambut yakni kadar air antara kapasitas
lapang dengan jenuh. Fluktuasi genangan air di petakan sawah digambarkan
seperti pada Gambar 9.3. Kondisi lengas tanah seperti pada Gambar 9.4.
25,0
20,0
15,0
10,0 Pengeringan
Pengeringan
Macak-macak
5,0
Macak-macak
0,0
0
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
Selang waktu irigasi dihitung dengan jumlah air pada batas atas dan batas
bawah dibagi dengan besarnya ETmax+Perkolasi. Tergantung pada sifat
fisik tanahnya selang irigasi pada MK biasanya antara 4-5 hari, sedangkan
pada MH antara 6-8 hari. Pada kondisi ini aerasi di daerah perakaran
tanaman akan menciptakan pertumbuhan akar yang baik, jumlah anakan
maksimum dan akhirnya produksi lebih tinggi. Penerapan metoda SRI/PTT
di daerah irigasi memungkinkan adanya peluang untuk menaikkan IP akibat
dari penghematan air irigasi dan kenaikan produktivitas. Akan tetapi harus
disertai dengan sistem operasional irigasi dengan cara berkala di tingkat
Modernisasi Irigasi PU
116
antar kwarter dalam petak tersier atau sistem irigasi giliran (rotasi) di tingkat
sekunder.
10.0
0.0
4
0
8
12
16
20
24
28
32
36
40
44
48
52
56
60
64
68
72
76
80
84
88
92
96
10
10
-10.0
-20.0
-30.0
Kondisi lengas tanah
KAI = 531 mm
Batas Bawah pF 2.0
-40.0
-50.0
Hari Setelah Tanam
Modernisasi Irigasi PU
117
Modernisasi Irigasi PU
118
Modernisasi Irigasi PU
119
t = -1 t=0 t = +1 t = +2
Periode Operasi (2 mg, 1 mg, 3 hari, atau harian)
Hitung:
Wetness index awal Data hujan aktual t = 0
Data debit aktual t = 0
Dugaan Hujan efektif pada t = 0. Hitung: S Aktual dan KAI Aktual
Metoda Weather Forcasting dari
Internet
Luas jenis tanaman dan tahap S Akt > KAI Akt, Hitung Excess (+)
pertumbuhan S Akt < KAI Akt, Hitung Defisit (-)
Kebutuhan Air Tanaman (KAT) Hitung: KAI seperti pada tahap t = 0
Kebutuhan Air Irigasi (KAI) Gunakan Excess/Defisit pada perhitungan KAI
periode t = +1
Gunakan data hujan dan debit di Set bukaan pintu untuk t = +1
bendung pada t = -1 . Duga debit di
bendung pada t = 0. Metoda: misal
Sacramento
Hitung Water Balance:
Jika S > D, gunakan KAI,
set bukaan pintu
Jika S < D, gunakan Faktor K, set
bukaan pintu
Modernisasi Irigasi PU
120
Modernisasi Irigasi PU
121
Mutu tingkat layanan sistem irigasi dan drainase dinyatakan dengan 4 (empat)
parameter yakni (a) kecukupan (adequacy), (b) keandalan (reliability), (c)
keadilan (equity), dan (d) kelenturan (flexibility).
Keadilan (equity) adalah suatu pengukur pasok air yang adil sesuai
dengan hak guna air. Umumnya didefinisikan sebagai pasok air aktual ke
pengguna berkaitan dengan andil alokasi air (allocated share) yang telah
disepakati. Keadilan juga berarti di mana semua petani baik petani besar
ataupun kecil, berada di hulu atau di hilir, berada pada kondisi yang sama
baik dalam kekurangan maupun kelebihan air. Umumnya kondisi sekarang
baik kekeringan maupun kelebihan air seringkali berada di lokasi hilir. Di
Indonesia tingkat keadilan dilaksanakan dengan menerapkan faktor “K”
(faktor koreksi), pasten, factor palawija relatif (FPR) yang sama baik di lokasi
hulu maupun di hilir.
Modernisasi Irigasi PU
122
Sebaliknya, jadwal pasok air yang kaku (rigid) dapat mendistribusikan air
dengan kendali hidraulik infrastruktur yang lebih sederhana (umumnya
upstream control). Kendala utama dalam sistem ini adalah ketidakmampuan
pasok air sesuai dengan jumlah aktual yang diperlukan tanaman/petani
dan ketidak-mampuan memanfaatkan hujan yang terjadi sebagai bagian
dari pasok air. Walaupun sistem pasok dilakukan dengan kaku, perbaikan
kelenturan penggunaan air di tingkat usahatani juga akan diperoleh jika petani
punya kolam tampungan cadangan air atau punya akses ke penggunaan
airtanah dengan pompa air. Di Thailand setiap lahan usahatani (luasan
antara 1,6–2,4 ha) dibagi menjadi 4 bagian (30%:30%:30%:10%.). Bagian
pertama 30% dipakai untuk kolam simpanan air dan budidaya ikan; 30%
kedua untuk padi sawah; 30% ketiga untuk palawija/sayuran; dan 10% untuk
rumah, jalan, kandang ternak dan fasilitas umum. Sistem ini dikenal dengan
sistem monkey cheek 15
15 Sumber: Frank van Steenbergen, Albert Tuinhof and Lenneke Knoop, 20 11.
Transforming Landscapes - Transforming Lives. IFAD-FAO.
Modernisasi Irigasi PU
123
Modernisasi Irigasi PU
124
TINGKAT
LAYANAN
IRIGASI-
DRAINASE
KESEPAKATAN
KENDALI ALIRAN
LAYANAN
Pemberian Air
Spesifikasi Layanan
Operasional
Kondisi Layanan
Manajemen
Akuntabilitas
MANAJEMEN ASET
Pemeliharaan
BIAYA
Rehabilitasi INFRA-
LAYANAN
Pergantian STRUKTUR
Modernisasi
Kondisi pengelolaan air irigasi di Indonesia sekarang dan yang akan datang
dijelaskan sebagai berikut:
Modernisasi Irigasi PU
125
Kondisi sekarang
Kondisi pengelolaan air irigasi di Indonesia sekarang adalah sebagai
berikut:
Modernisasi Irigasi PU
126
a. Di masa depan jika pada MT2 atau MT3 terjadi gagal panen karena
kekurangan air di lokasi gadu ijin (dengan kejadian lebih dari 20%),
maka Dinas Pengairan harus bertanggung jawab. Pertanggung jawaban
ini tergantung pada tingkat layanan dan tingkat pembayaran layanan
(IPAIR) yang telah disepakati bersama. Jika petani sudah membayar
IPAIR sesuai kesepakatan, tetapi layanan Dinas Pengairan tidak
memenuhi kesepakatan tersebut, maka petani berhak untuk tidak
membayar IPAIR pada MT itu16. Begitu pula dengan gagal panen yang
terjadi karena kebanjiran di MT1.
b. Jika gagal panen karena kekurangan air terjadi di lokasi gadu tak-ijin,
maka itu merupakan resiko petani sendiri sehingga Dinas Pengairan tidak
perlu bertanggung jawab. Berita gagal panen karena kemarau panjang
sekarang ini tidak jelas di mana lokasi dan pertanggung jawabannya.
16 No water no money
Modernisasi Irigasi PU
127
Modernisasi Irigasi PU
128
17 Sumber: Mohd. Azhari Bin Ghazalli, 2003. Modernisation of Irrigation and Drainage
Management for Agricultural Production
Modernisasi Irigasi PU
129
(b) GIS memungkinan analisis dan penyajian informasi dalam data spasial
(d) Paket statistik dan grafik yang menganalisis dan menayangkan hasil
(e) Sistem fuzzy logic akhir-akhir ini telah digunakan sebagai alat analisis
untuk pengambilan keputusan, khususnya dalam memadukan
pengalaman para pengguna yang umumnya tersedia secara kualitatif.
(a) Sistem kendali (control system) terdiri dari bangunan kontrol hidraulik
seperti weir, pompa, bangunan bagi, dan lainnya bertujuan untuk
mengendalikan aliran air;
(b) Sistem bangunan/alat ukur yang memantau debit air. Parameter dapat
diukur secara manual atau otomatik. Untuk operasional waktu nyata
(real time), paling tidak sebagian alat ukur dilengkapi dengan alat ukur
otomatik telemetri;
Modernisasi Irigasi PU
130
(e) Sistem tayangan berfungsi sebagai alat komunikasi antara sistem dan
manajer irigasi.
(d) Menyajikan tampilan kondisi sistem air yang berlangsung dan hasil
simulasinya dalam bentuk tampilan dan format yang mudah difahami
dengan cara menggunakan tabel, grafik, peta, dan kode warna, sehingga
memudahkan untuk pengambilan keputusan.
Modernisasi Irigasi PU
131
9.1.6. Model tata letak petakan, saluran irigasi, drainase dan jalan
pertanian
Modernisasi irigasi harus dibarengi dengan modernisasi pertanian. Ciri
pertanian modern adalah: (a) tata letak petakan lahan pertanian dirancang
sedemikian rupa sehingga memudahkan operasional dan pemeliharaan
sistem budidaya pertanian, (b) mengantisipasi kebutuhan dan kendala ke
masa depan, (c) setiap petakan lahan harus punya akses ke tiga hal yakni
saluran irigasi, saluran drainase, dan jalan usahatani.
Sebagai contoh dari tata-letak petakan lahan pertanian yang modern dapat
dilihat pada Gambar 9. 11, yang merupakan rancangan petakan lahan di
Jepang pada masa awal modernisasi. Pada waktu itu jenis traktor yang
digunakan adalah traktor roda dua, dan alat semprot power sprayer. Akhir-
akhir ini umumnya digunakan traktor roda empat sehingga lebar petakan
diubah menjadi 50 sampai 100 m. Penggunaan alat semprot menggunakan
boom sprayer dengan jarak jangkauan yang lebih jauh dari pada power
sprayer. Semakin luas petakan sawah memerlukan mesin perataan tanah
dilengkapi dengan alat yang akurat seperti lasser levelling, karena untuk
budidaya padi sawah diperlukan kedalaman air genangan yang seragam di
seluruh petakan dan untuk itu diperlukan tanah yang betul-betul datar.
Setiap petakan sawah punya akses ke tiga hal yakni (a) saluran irigasi, (b)
saluran drainase, dan (c) jalan usahatani. Petakan dibuat ukuran lebar 30 m
dan panjang 100 m (luas 0,3 ha), setiap 10 petakan bergabung menjadi 1 blok
petakan (3 ha) , 2 blok petakan bergabung menjadi satu blok pengelolaan
usahatani (6 ha), jarak antar saluran irigasi 200 m, di tengahnya ada saluran
drainase, pada tanggul saluran irigasi dibuat jalan usahatani (farm road)
lebar 1,5-2,0 m, jalan akses (acces road) setiap jarak 300 m (10 x lebar
petakan) dengan lebar jalan 3 m, elevasi muka air di saluran drainase 0,8 m
di bawah lahan, elevasi muka air di saluran irigasi 15 cm di atas lahan.
Modernisasi Irigasi PU
132
Modernisasi Irigasi PU
133
Untuk stasiun agroklimat cukup 2 stasiun per kabupaten. Setiap daerah irigasi
modern harus dilengkapi dengan setidak-tidaknya satu stasiun hidrometri
berupa Alat Pencatat Muka Air Otomatis (AWLR) di bangunan utama.
9.2.2. Telemetri
Sistem telemetri adalah suatu sistem dimana alat yang dapat mengukur,
merekam, dan mentransmisikan data secara waktu nyata dari jarak jauh
ke pusat pengolahan data. Menghimpun data/informasi diperlukan untuk
penjadwalan irigasi dan memantau tingkah laku sistem irigasi dalam waktu
nyata. Keperluan dasar untuk mentransmisikan data agroklimat guna
perhitungan kebutuhan air untuk tanaman dan pengelolaan alokasi air.
Muka air dikonversi ke debit saluran. Ada tiga metoda merekam muka air
yakni tipe pelampung, tipe capacitance, dan tipe ultra-sonic. Tipe pelampung
adalah tipe tertua untuk merekam muka air. Menggunakan potentiometer
untuk menkonversi gerak pelampung ke signal berkode berbentuk analog
yang dikonversi ke digital. Tipe capacitance mengukur perubahan kapasitans
dimana kedalaman air dikonversi. Kapasitan fungsi kontanta dielektrik bahan
antara dua konduktan insulasi, ukuran konduktor, dan panjang liquid. Tipe
ultrasonik menggunakan gelombang suara yang diproyeksikan ke muka
air dan diterima kembali pada titik yang diketahui di atas muka air. Waktu
perjalanan diukur secara elektronik dan jarak ke muka air dapat diketahui.
18 Sumber: WMO (1969) di dalam Vijay P. Singh, 1992. Elementary Hydrology. Prentice
Hall Inc, New Jersey, USA.
Modernisasi Irigasi PU
134
Saat ini PT. INTI telah membuat dan memasarkan sistem telemetri berbasis
SMS, dimana data dari remote area (curah hujan, tinggi muka air dll ) dikirim
via SMS ke server computer dan mungkin sekarang pengiriman data dengan
GPRS. Data tersebut juga bisa di down load di remote area. Sebagai contoh
produk yang sudah siap dipasarkan adalah FFWS (Flood Forcasting Warning
System) hasil kerjasama antara ITS, UNDIP, PT INTI, dan Puslitbang Air.
Modernisasi Irigasi PU
135
d. Rencana detail jadwal dan pola tanam untuk setiap petak tersier disusun
oleh dinas pengairan kabupaten dan diserahkan kepada setiap P3A oleh
juru pengairan. Informasi di setiap petak tersier meliputi:
▪ Tanggal mulai pengolahan tanah dan tanggal tanam untuk padi
(sistem golongan)
▪ Jadwal waktu pengeringan saluran
▪ Jumlah luasan areal tanaman padi, palawija dan tanaman lainnya
setiap musim tanam MT1, MT2, MT3).
Dalam modernisasi irigasi data dasar dicatat dalam blangko yang diserahkan
kepada juru pengairan. Juru pengairan akan mentransfer data ke pusat
komputer dengan sistem link komputer. Data dari DAS dikirim ke pusat
komputer dengan sistem telemetri. Pusat komputer melakukan perhitungan
neraca air dan bukaan pintu di seluruh daerah irigasi; dan mengirim perintah
ke pengamat dan juru pengairan agar diteruskan ke semua PPA (secara
skematis dinyatakan pada Gambar 9.7 dan 9.8. Alir informasi dari lapang ke
pusat operasional pengelolaan air).
Modernisasi Irigasi PU
136
Unit Operasional
Menurut KP‑05 (Kriteria Perencanaan Irigasi bagian Petak Tersier, 1986),
untuk dapat mendistribusikan air secara sistematis, petak tersier harus dibagi
ke dalam unit-unit operasional. Unit operasional tersebut harus mempunyai
batas yang jelas di lapangan dimana masing-masing memperoleh air dari satu
atau beberapa sumber (pintu) air. Terdapat tiga tingkatan unit operasional
yakni blok sub tersier, blok kwarter dan jalur petakan (farm strips). Pendekatan
unit operasional dari bawah (downstream) adalah sebagai berikut:
Modernisasi Irigasi PU
138
Data hujan, debit air, luas tanaman, jenis tanaman, umur tanaman,
kerusakan tanaman yang terkena banjir, keadaan tanaman yang kekeringan
ditulis dalam blanko per kejuron (750 ha-1.500 ha) oleh juru pengairan dan
dilaporkan setiap 10 hari/15 hari ke pengamat pengairan untuk diproses atau
diteruskan ke atasannya.
Di kantor irigasi kabupaten, data dikelompokkan per daerah irigasi dan per
kabupaten/kota, dievaluasi dari seluruh pengamat untuk dilaporkan ke provinsi
dan pemerintah pusat lewat balai wilayah sungai. Kendala terkumpulnya data
sangat lama, apabila dipakai untuk mengambil keputusan selalu terlambat,
menjemukan dan tidak akurat.
Modernisasi Irigasi PU
139
terkirim setiap hari jam 08.00 pagi lewat kantor komputer lokal.
Modernisasi Irigasi PU
140
Modernisasi Irigasi PU
141
/1/
Keperluan air untuk tanaman ETc (mm/hari) ini dipenuhi oleh air hujan
(efektif) dan kalau tidak cukup oleh air irigasi. Keperluan air irigasi atau KAI
(mm/hari) dinyatakan dengan persamaan/2/:
/2/
Hujan efektif (Re) (mm/hari) adalah bagian dari total hujan yang digunakan
untuk keperluan tanaman. Perhitungan ETo dan daftar nilai Kc untuk berbagai
jenis tanaman ada dalam program CROPWAT. Perhitungan hujan efektif
mengikuti KP.
/3/
Di daerah tropik walaupun pada musim hujan, sering terjadi suatu periode
kering sampai 3 minggu tidak turun hujan. Pada situasi tersebut diperlukan
air irigasi untuk menjamin pertumbuhan tanaman padi yang baik. Pada
umumnya tinggi genangan air adalah sekitar 50-75 mm untuk padi varietas
Modernisasi Irigasi PU
142
Pengolahan tanah
Beberapa faktor penting yang menentukan besarnya keperluan air selama
pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
Waktu yang diperlukan untuk pengolahan tanah yakni periode waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah, pertambahan
areal pengolahan tanah dalam suatu grup petakan sawah yang sangat
tergantung pada ketersediaan tenaga kerja manusia, hewan atau
traktor.
(b) Volume air yang diperlukan untuk pengolahan tanah, yang tergantung
pada lengas tanah dan tingkat keretakan tanah pada waktu mulai
pengolahan tanah
(c) Laju perkolasi dan evaporasi
(d) Kedalaman lapisan tanah yang diolah menjadi lumpur.
Modernisasi Irigasi PU
143
/4/; k = MT/S
Periode pesemaian
Modernisasi Irigasi PU
144
Pertumbuhan vegetatif
Periode ini merupakan periode berikutnya setelah tanam (transplanting)
yang mencakup (a) tahap pemulihan dan pertumbuhan akar (0-10 hst),
(b) tahap pertumbuhan anakan maksimum (10-50 hst), dan (c) pertunasan
efektif dan pertunasan tidak efektif (35-45 hst). Selama periode ini akan
terjadi pertumbuhan jumlah anakan. Segera setelah tanam, kelembaban
yang cukup diperlukan untuk perkembangan akar-akar baru. Kekeringan
yang terjadi pada peiode ini akan menyebabkan pertumbuhan yang jelek
dan hambatan pertumbuhan anakan sehingga mengakibatkan penurunan
hasil.
Modernisasi Irigasi PU
145
ini dikonsumsi banyak air. Kekeringan yang terjadi pada periode ini akan
menyebabkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh terganggunya
pembentukan panicle, pembungaan dan fertilisasi yang berakibat pada
peningkatan sterilitas sehingga mengurangi hasil.
Periode pematangan
Periode ini merupakan periode terakhir dimana termasuk tahapan
pembentukan susu (80-90 hst) (milky), pembentukan pasta (90-100 hst)
(dough), matang kuning (100-110 hst) dan matang penuh (110-120 hst).
Selama periode ini sedikit air diperlukan dan secara berangsur-angsur
sampai sama sekali tidak diperlukan air sesudah periode matang kuning.
Selama periode ini drainase perlu dilakukan, akan tetapi pengeringan yang
telalu awal akan mengakibatkan bertambahnya gabah hampa dan beras
pecah, sedangkan pengeringan yang terlambat mengakibatkan kondisi
kondusif tanaman rebah.
Modernisasi Irigasi PU
146
Modernisasi Irigasi PU
147
akan timbul rebutan air dan berlanjut kerusakan pintu air atau pembobolan
saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.
c. Kepastian aliran (reliability) untuk setiap satuan lahan, dimana air selalu
tiba dengan frekuensi, debit aliran, dan lamanya dapat dipastikan,
volumenya diketahui.
d. Keadilan penyaluran air ke setiap unit lahan (equity), semua petak lahan
di daerah irigasi ini dan di setiap petak tersier menerima pelayanan
penyaluran air yang sama.
Modernisasi Irigasi PU
148
Pengaturan dan pemberian air diatur oleh program komputer dan dikirim
setelah mendapatkan/mengevaluasi data hidrometeorologi/ debit, muka air,
kebutuhan air untuk tanaman, hujan/perkolasi dari sebanyak mungkin fasilitas
sistem, data real-time dan petugas (personalia) yang tersedia. Tampilan dari
simulasi komputer mengolah data, mudah dipahami dengan menggunakan
tabel, grafik, gambar dan kode warna sehingga memudahkan untuk
mengambil keputusan dalam rangka pembagian dan pemberian air. Hasil
simulasi mungkin perlu penyesuaian antara rancangan satu tahun dengan
keadaan saat itu. Perhitungan pembagian dan pemberian air dilakukan oleh
pusat komputer. Kemudian dikirim ke pengamat pengairan, dan ke juru
pengairan untuk dirinci per tersier dan dilaksanakan oleh PPA dengan remote
kontrol pada setiap pintu (setiap pintu besar dipasang microprocessor) dan
power dan petugas pintu manual setiap sadap tersier.
Cara alokasi air ke petak tersier terdiri dari tiga hal yang tergantung pada
kebijakan pemberian air sebagai berikut:
Modernisasi Irigasi PU
149
ke Petugas Irigasi. Petugas pintu air akan membuka pintu sadap tersier
setiap saat (frekuensi fleksibel), menerima debit kecil atau besar sesuai
permintaan (debit fleksibel), dan mengalirkan air selama dibutuhkan
(lama irigasi fleksibel). Sistem distribusi air di jaringan utama harus
bersifat pengaturan sendiri (self regulating), seperti pada “downstream
control”.
Modernisasi Irigasi PU
150
dan kerugian pada sistem kendali hulu dan hilir dinyatakan pada Tabel 9.4.
25 Sumber: Ankum, P. 1991. Flow Control in Irrigation Systems. International Institute for
Hydraulic and Environmental Engineering, Delft, The Netherlands.
Modernisasi Irigasi PU
151
Modernisasi Irigasi PU
152
Modernisasi Irigasi PU
153
/5/
n: interval/selang irigasi (hari), BA: Batas atas genangan (mm), BB: Batas
bawah genangan (mm), ETc max: Maksimum evapotranspirasi (mm/hari),
Per: Perkolasi (mm/hari), Re: hujan efektif (untuk tingkat pengamanan dapat
diasumsikan nol).
/6/
26 Penelitian di Taiwan: emisi metan pada genangan kontinyu (28.85±3.25 g/m2; rerata
laju emisi 9.54±1.07 mg m-2 h-1) lebih besar daripada intermittent (rerata 15.27±1.46 g/
m2; rerata laju emisi 5.39±0.56 mg m-2 h-1).
27 Biasanya sekitar 5-10 liter/detik
Modernisasi Irigasi PU
154
Modernisasi Irigasi PU
155
Dengan demikian periode operasi irigasi real time (1-3 hari) diterapkan pada
jaringan primer dan sekunder sampai ke pintu sadap tersier. Sedangkan
selang (interval) irigasi diterapkan di dalam tersier sampai ke petak sawah
petani.
Modernisasi Irigasi PU
156
sebagian besar guna menghindari waled atau sedimen akibat banjir masuk
saluran. Kemudian pintu flushing bendung dibuka setelah banjir rendah,
guna menggelontor waled atau sedimen di muka intake saluran.
Kendala terjadi kalau banjir tengah malam secara mendadak dan petugas
pintu air jauh dari bendung, maka terjadi keterlambatan tutup pintu intake
saluran induk yang berakibat sedimen masuk saluran. Akibat sedimen
masuk saluran terjadilah masalah bergulir, pertama saluran induk dangkal,
kapasitas saluran berkurang utamanya saat musim kemarau, sehingga
ada sawah yang tidak dapat air. Petani dirugikan, petani berebut air, petani
merusak saluran dan bangunan air.
Pada sistem modernisasi pengelolaan irigasi, dengan buka tutup pintu setiap
saat yang dikendalikan dari ruang operasi utama, maka kejadian sedimen
masuk saluran tidak terjadi, sebab:
(b) Pintu utama buka tutup secara elektrik dengan dikontrol oleh
mikroprosesor dengan komputer yang tenaga listriknya didapat dari PLN
atau tenaga solar cell;
(d) Setiap pintu-pintu utama di bangunan bagi atau sadap ada petugas
pintu air yang mengoperasikan/menjaga operasi pintu dan tetap Juru
Pengairan bertanggung jawab pelaksanaannya atas perintah dari pusat
ruang operasi komputer.
Modernisasi Irigasi PU
157
d. Kehilangan air akibat faktor fisik saluran dan pengelolaan masih cukup
besar
Modernisasi Irigasi PU
158
Modernisasi Irigasi PU
159
Terkait khusus dengan produktivitas air yang harus dilaporkan, maka selain
luas tanam, data lain yang harus diukur adalah luas panen dan ubinan (ton
GKP/ha) yang didapat bekerja sama dengan Mantri Pertanian. Disamping itu
perlu didata luas lahan yang puso (kekeringan) dan gagal panen karena banjir.
Untuk itu perlu disiapkan kolom khusus pada blangko yang bersangkutan.
Modernisasi Irigasi PU
160
Blangko operasi irigasi yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Timur berdasar
Luas Polowijo Relatip sebagai satuan kebutuhan air (pengganti pasten) juga
dapat dipakai. Blangko-blangko operasi irigasi yang diisi oleh Juru Pengairan
dan Pengamat Pengairan setiap 10 hari/15 hari diisi adalah sebagai data
monitoring, meliputi data curah hujan, data pengukuran debit (bangunan
ukur tersier, bangunan bagi sekunder dan bangunan intake saluran induk),
data pengukuran debit di bendung (pagi, siang dan sore), data luas tanaman
(padi, polowijo, tebu dan lainnya), data hasil ubinan, data kerusakan tanaman,
dan data perijinan tanaman/data permintaan tanam padi gadu.
Tetapi untuk sistem irigasi modern, monitoring dan evaluasi cepat tersedia
setiap saat karena sudah diproses oleh komputer dan disimpan untuk
sewaktu-waktu ditayangkan berupa tabel, grafik, peta dan kode warna yang
memudahkan untuk dievaluasi oleh pengambil keputusan. Hasil evaluasi
selain dikirim pada pengelola irigasi setempat, juga setiap bulan sebagai
rekapitulasi monitoring dan evaluasi dikirim ke institusi irigasi propinsi,
institusi irigasi pemerintah atau BWS/BBWS. Evaluasi diperoleh dari proses
monitoring. Tampilan yang diperlukan evaluasi adalah:
Modernisasi Irigasi PU
161
9.4. Pemeliharaan
Modernisasi Irigasi PU
162
Modernisasi Irigasi PU
163
9.4.5. Koordinasi
Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 Pasal 12 dan 3,
Komisi Irigasi Kabupaten/Kota membantu Bupati/Walikota dan Komisi Irigasi
Provinsi membantu Gubernur (Pasal 13 ayat 1, 2 dan 3), melaksanakan
koordinasi membantu Bupati/Gubernur dalam rangka pengelolaan irigasi.
Dalam rangka koordinasi diharapkan Komisi Irigasi ditingkat Kabupaten dan
Provinsi segera terbentuk dan berfungsi untuk melaksanakan koordinasi:
(1) Dalam membantu Gubernur atau Bupati/Walikota
(a) Merumuskan kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi dan fungsi irigasi
(b) Merumuskan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi
bagi pertanian dan keperluan lain
Modernisasi Irigasi PU
164
Modernisasi Irigasi PU
165
Modernisasi Irigasi PU
166
Modernisasi Irigasi PU
167
Modernisasi Irigasi PU
168
BAB 10
KELEMBAGAAN
Modernisasi Irigasi PU
169
Sesuai dengan pasal 7 ayat 1 UU tersebut maka dalam irigasi telah dipunyai
UU no 7/2004 tentang Sumberdaya Air sebagai produk aturan hukum dari
Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah serta PP no 20/2006 tentang
Irigasi. Selain aturan perundangan-undangan yang tercantum dalam pasal
7 ayat 1 tersebut masih terdapat beberapa peraturan lain yang dibuat oleh
institusi lain yang dicantumkan dalam pasal 8 ayat 1 no 12/2011. Untuk
irigasi telah terdapat beberapa Peraturan Menteri yang diamanatkan oleh
PP no 20/2006.
Selain itu pada saat ini hampir semua daerah di Indonesia telah mempunyai
PERDA tentang irigasi baik di aras provinsi maupun kabupaten, meskipun
pelaksanaannya masih sangat beragam. Kesulitan memahami isi peraturan
dan persepsi masing-masing pelaku menjadi sebab utama dalam pelaksanaan
aturan yang kurang sepadan tersebut. Institusi BAPPEDA sering bertindak
sebagai koordinator tetapi sering juga Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang membawahi kewenangan irigasi bertidak sebagai koordinator
penyusun Peraturan Daerah (PERDA) Irigasi.
Modernisasi Irigasi PU
170
maka keadaan ini akan sangat lemah karena sistem tersebut tidak dapat
bekerja maksimal untuk mencapai tujuannya. Apalagi irigasi merupakan
sebuah sistem yang kompleks. Tidak tercapainya tujuan sistem irigasi akan
mempengaruhi sistem pangan nasional karena sistem irigasi merupakan
sub-sistem pangan nasional.
Pada saat ini kedudukan baik BBWS maupun BWS sudah sangat bagus
terbentuk. Demikian pula SKPD baik di aras provinsi maupun kabupaten
hampir semuanya telah terbentuk. Di aras provinsi maupun kabupaten bentuk
SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pengembangan
Modernisasi Irigasi PU
171
Modernisasi Irigasi PU
172
Modernisasi Irigasi PU
173
Selain itu sebagian besar kondisi organisasi petani termasuk P3A saat ini
dalam keadaan yang kurang menggembirakan. Sebagian petani berusia
lanjut, bersifat fatalistik dan berpendapatan rendah. Cita-cita untuk dapat
memberikan kesejahteraan pada petani akan sangat sukar untuk diwujudkan
dalam situasi seperti ini. Harus ada upaya nyata agar cita-cita mulya tersebut
dapat diwujudkan,
Modernisasi Irigasi PU
174
Modernisasi Irigasi PU
175
Modernisasi Irigasi PU
176
kearifan (wisdom)
pemahaman
azas/konsep
(conectedness)
pengetahuan
keterkaitan
pemahaman
pola
informasi
pemahaman
hubungan
data
pemahaman
Gambar 10.1 Hirarki DIPK perubahan dari data menjadi kearifan
(wisdom) (Tobing, 2007)
Data merupakan kumpulan fakta obyektif dari suatu kejadian atau hasil
pengamatan langsung dari suatu kejadian atau keadaan. Data merupakan
entitas dengan dilengkapi nilai tertentu. Informasi berasal dari data yang diolah
(disortir,dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan
melalui bahasa, grafik atau tabel) sehingga mempunyai arti. Terdapat banyak
takrif tentang pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil luaran dari
informasi. Pengetahuan diperoleh dari sekumpulan infromasi yang saling
terhubungkan secara terstruktur dan sistematik sehingga mempunyai makna.
Pengetahuan itu merupakan kebiasaan, keahlian/kepakaran,ketrampilan,
pemahaman atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan,
atau melalui proses belajar (Tjakraadmadja dan Lantu,2006; Tobing,
2007). Gambar 10.1 juga dapat dipahami bahwa wisdom merupakan aras
pemahaman dan kesadaran tertinggi dari manusia.
Modernisasi Irigasi PU
177
•Kompetensi
•Keterampilan
•Daya otak
•Infrastruktur •Pengetahuan
•Proses tasit
•Budaya
organisasi Modal manusia •Keinginan pasar
•Membangun
jejaring
Nilai Modal
berkreasisi nasabah
Modal
struktural
Modernisasi Irigasi PU
178
(i) modal struktural yang terdiri atas infrastruktur, dan proses budaya
organisasi; (ii) modal manusia, terdiri atas kompetensi, keterampilan daya
otak, dan pengetahuan tasit atau pengetahuan terbatinkan; dan (iii) modal
nasabah terdiri atas keinginan pasar, dan membangun jejaring. Gambar
10.2 juga memberikan pemahaman pula bahwa teknologi sebagai bagian
dari infrastruktur berperan sangat besar dalam proses permberdayaan dan
perkuatan untuk membentuk institusi dan organisasi pembelajar. Pada
era pengetahuan saat ini sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
berkembang sangat cepat dan penggunanannya dalam segala bidang akan
sangat membantu dalam pelaksanaan untuk membentuk budaya organisasi
pembelajar. Dengan ketiga modal tesebut maka manusia diharapkan mampu
untuk berkreasi dan ini semuannya akan mempunyai nilai sangat besar dan
sangat berarti bagi organisasi.
Modernisasi Irigasi PU
179
PERAN PEMERINTAH
inffrasturktur
Pengelolaan irigasi
pemberdayaan
Organsisasi pertisipatif untuk
aturan
ketahanan pangan
pembelajar
dan kesejahteraan
Pengelolaan irigasi
modal pertisipatif untuk
manusia KEDAULATAN
pangan dan
kesejahteraan
nilai
berkreasi
modal modal
struktural nasabah
Modal Kecerdasan
Dalam Gambar 10.3 terlihat terdapat tiga hal penting yang dapat disarankan
untuk dilakukan pemerintah sebagai dukungan membentuk organisasi
pembelajar dengan konsep human capital yaitu: (i) dukungan infrastruktur, (ii)
kebijakan melaku aturan atau konsep nasional, dan (iii) pemberdayaan untuk
mengantisipasi munculnya perubahan lingkungan baik ekologis maupun
strategis. Namun dalam pelaksanaanya saat ini muncul tiga persoalan
penting, yaitu: (i) Setelah terbitnya PP no 38/2008 konsep pemberdayaan
organisasi petani pemakai air secara nasional belum terbentuk, (ii) tidak ada
institusi yang dapat bertindak sebagai pemimpin sektor yang dapat bertindak
sebagai koordinator dalam perubahan pola pikir secara nasional, sedang di
aras pemerintah provinsi dan kebupaten, komisi irigasi yang dimaksudkan
untuk dapat bertindak sebagai koordinator dalam pengelolaan irigasi masih
belum dapat bertindak seperti yang diharapkan, dan (iii) tidak ada unit
pelatihan irigasi yang bertindak sebagai pelaku pelatihan baik bagi kaum
birokrasi maupun petani.
Modernisasi Irigasi PU
180
institusi irigasi berbasis human capital sebagai bagian dari proses modernisasi
disarankan untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membangun tentang konsep modernisasi dan human capital
b. Menerbitkan kebijakan tentang modernisasi irigasi dan konsep
pemberdayaan berbasis human capital
c. Menyamakan visi dan misi para pihak yang terlibat dalam pengelolaan
irigasi serta bersedia untuk berbagi data, informasi dan pengetahuan
untuk ditindak lanjuti dengan upaya saling berbagi antar pelaku. Untuk
bersedia berbagi maka diperlukan rasa saling percaya (trust). Dengan
demikian maka peran social capital dalam human capital juga sangat
penting untuk dapat dilakukan.
d. Melakukan koordinasi dalam pengelolaan irigasi dengan cara memperkuat
dan merevitalisasi institusi yang berwenang melakukan koordinasi dalam
pengelolaan irigasi.
e. Melakukan sosialisasi tentang institusi irigasi pembelajar berbasis human
capital bagi para pelaku.
f. Membangun sistem informasi irigasi terpadu para pelaku irigasi dalam
satu penanggung jawab.
g. Membentuk unit pelaksana manajemen pengetahuan di masing-masing
kabupaten yang mempunyai DI modernisasi.
h. Melakukan inventarisasi pengetahuan dari masing-masing pelaku dalam
pengelolaan irigasi.
i. Melakukan upaya pemberdayaan bagi semua pelaku dalam pengelolaan
irigasi sampai terbentuk organsisasi pembelajar
m. Menciptakan system pembiayaan pengembangan dan pengelolaan irigasi
modern, dengan menerapkan IPAIR.
n. Melakukan sosialisasi pengembangan dan pengelolaan irigasi dengan
mengaktifkan kembali penyuluh pengairan seperti tertuang dalam Permen
PU No.65/PRT/1993.
o. Dibentuk Brigade Pengamanan Irigasi sebagai pejabat penyidik pegawai
negeri sipil, seperti diamanatkan dalam UU No. 7/2004, dengan maksud
mengamankan irigasi dari gangguan keamanan.
p. Melaksanakan ME pelaksanaan.
Disadari memang tidak mudah untuk dapat memulai konsep baru manajemen
sumberdaya manusia dengan hampiran human capital tetapi kita harus
berubah. Konsep ini banyak dipraktekkan oleh manajemen organisasi
bisnis, tetapi belum pernah dilakukan untuk organsiasi sosial atau birokrasi
pemerintahan.
Modernisasi Irigasi PU
181
Pada saat ini hampir semua daerah di Indonesia telah mempunyai PERDA
tentang irigasi baik di aras provinsi maupun kabupaten, tetapi pelaksanannya
masih sangat beragam. Kesulitan dalam pemahaman isi aturan dan
keragaman persepsi masing-masing pelaku menjadi sebab utama dalam
pelaksanaan aturan yang kurang sepadan.
Dalam proses modernisasi irigasi, para pihak pelaku irigasi harus sudah saling
memahami isi dan makna PERDA Irigasi masing-masing daerah sehingga
pelaksaan kebijakan modernisasi irigasi sudah tidak menjadi masalah lagi
di daerah. Para pihak harus mempunyai pemahaman yang sama terhadap
konsep modernisasi, dan ini baru dapat terjadi apabila koordinasi antar pelaku
sudah dilakukan. Kesamaan pemahaman sangat penting untuk memperoleh
kesamaan sikap dan pandangan terhadap program modernisasi sehingga
dapat mempertahankan upaya keberlanjutan irigasi modern yang telah
dibangun.
Modernisasi Irigasi PU
182
10.2.4. Membangun Institusi pengembang irigasi modern
Progam modernisasi irigasi dapat dilakukan pada semua DI, baik yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat, provinsi ataupun pemerintah
kabupaten. Pelaksanaan pembangunan dan DI modernisasi dilakukan oleh
BBWS atau BWS sedangkan pekerjaan O&P dilakukan oleh pemerintah,
dalam hal ini adalah BBWS untuk daerah irigasi lintas provinsi atau daerah
irigasi strategis nasional, pemerintah provinsi sebagai tugas pembantuan
untuk DI lintas kabupaten, dan oleh pemerintah kabupaten untuk DI yang
sepenuhnya berada di satu kabupaten, sedangkan pemberdayaan petani
harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Konsep pemberdayaan berbagi
visi dan misi dilakukan dengan pengembangan organisasi pembelajar
berbasis human capital.
Dengan demikan hubungan kerja yang baik antar ketiga institusi pengembang
dan pengelolaan irigasi dalam pelaksanaan program modernisasi mutlak
sangat diperlukan. Keberhasilan pelaksanaan dan keberlanjutan DI
modernisasi tergantung pada kinerja masing-masing institusi yang terlibat
untuk mau memahami modernisasi irigasi serta berbagi dalam banyak
hal temasuk berbagi dalam sistem informasi dan pengetahuan. Konsep
keinginan berbagi digambarkan pada Gambar 10.4.
Dari data peserta lomba P3A tahun 2007 dapat diketahui bahwa sebagian
perserta lomba mampu untuk dapat memberikan sedikit kontribisi nyata
pada anggotanya melalui suatu upaya bisnis berbasis industri pertanian
dan pedesaan. Bisnis yang diusahakan berkisar dari penyediaan saprodi,
penyewaan alat mesin pertanian, perdagangan hasil produksi pertanian
sampai pada kerja sama bengkel pertanian. Sebagian P3A juga mampu untuk
dapat berkontribusi pada pelaksaaan OP tidak hanya di aras tersier,yang
menjadi tanggung jawabnya tetapi juga di aras jaringan utama yang menjadi
tanggung jawab pemerintah. Sebagai kata kunci pemberdayaan P3A adalah
tiga hal: struktur organisasi yang kuat, kepemimpinan, dan hubungan kerja
yang erat dengan pihak bisnis.
Institusi irigasi modern selalu tidak dapat dipisahkan dari manusia pelaku
irigasi modern untuk itu perlu dicirikan manusia modern yang akan
bertugas sebagai pengelola irigasi modern. Pada irigasi modern P3A yang
mengelola jaringan tersier harus mempunyai struktur organsiasi yang kuat,
kepemimpinan yang baik sebagai salah satu persyaratan terbentuknya
organisasi pembelajar, dan mempunyai hubungan jaringan kerja dengan
nasabah bisnis untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
anggota dan organisasinya.
Modernisasi Irigasi PU
184
Perlu disusun tata aturan yang mengatur tatacara pembiayaan irigasi. Pada
akhir dekade tahun 1990’an pernah dilakukan tata aturan penetapan Iuran
Pelayanan Air Irigasi (IPAIR),meskipun petani bersedia membayar tetapi
aturan tersebut dicabut kembali karena peruntukan IPAIR yang terkumpul
diperuntukan tidak untuk pelayanan irigasi saja tetapi juga diperuntukkan
sektor pembangunan daerah lainnya karena dana IPAIR masuk ke kas
pemerintah daerah kabupaten. Oleh sebab itu tatacara pembiayaan irigasi
modern perlu dilakukan dengan mengaktifkan tata aturan dana pengelolaan
irigasi seperti tercantum dalam pasal 76 PP no 20/2006.
Modernisasi Irigasi PU
185
BAB 11
SUMBER DAYA MANUSIA
Pada masa sakarang ini kondisi manusia pelaku irigasi dalam keadaan
yang kurang menggembirakan baik pelaku dari kalangan birokrasi maupun
petani. Sebagai pelaksana pengelolaan irigasi gabungan antara pemerintah
dan petani maka kinerja individu staf irigasi akan tergantung atas beberapa
unsur di antaranya ialah status, fungsi, pemberdayaan dan pelatihan,
penghargaan, jumlah dan mutu pegawai. Sedangkan pada unsur petani
kinerja individu petani lebih ditekankan pada kompetensi,umur dan sikap
terhadap organisasi. Untuk pelaksanaan modernisasi irigasi semuanya itu
haruslah dalam keadaan ideal.
Hampir sebagian besar pegawai BBWS atau BWS mempunyai latar belakang
pendidikan keteknikan. Oleh sebab itu fokus utama dari staf BBWS atau
BWS adalah pembangunan prasarana fisik. Sangat sedikit yang mempunyai
perhatian terhadap persoalan sosial misalnya pengembangan institusi dan
sebagainya. Situasi dan kondisi yang sama terjadi pula pada staf SKPD
provinsi.
Modernisasi Irigasi PU
186
Di UPT Kebupaten belum semua staf bersatus PNS. Sebagian staf berstatus
pegawai honorer dengan imbalan upah sangat rendah meski di sisi lain
mereka mempunyai tanggung jawab besar dalam pelaksanaan pengelolaan
irigasi. Keadaan ini sangat menyulitkan pelaksanaan pengelolaan irigasi
terutama pada masalah O&P irigasi.
Modernisasi Irigasi PU
187
Modernisasi Irigasi PU
188
merespon perubahan tersebut dengan cara yang cepat pula. Untuk itu
diperlukan upaya membentuk individu pembelajar. Paling tidak dibutuhkan
empat persyaratan untuk dapat membentuk individu pembelajar, yaitu: (i)
adanya kepemimpinan yang kuat dalam lingkup organisasi pembelajar, (ii)
kompetensi individu unggul, (iii) membangun fondasi belajar melalui upaya
pemberdayaan partisipatif termasuk pelatihan dan berbagi pengetahuan
secara intensif, serta (iv) masukan dana dan teknologi sepadan termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Modernisasi Irigasi PU
189
Kompetensi seseorang sangat ditentukan oleh lima unsur, yaitu: (i) motif
(motive), (ii) watak, (iii) konsep diri, (iv) pengetahuan,dan (v) keterampilan.
Motif merupakan sesuatu yang dipikirkan secara konsisten dan menjadikan
dorongan dari dalam dirinya untuk dapat wujudkan sesuatu dalam bentuk
tindakan-tindakan. motif akan mengarahkan dan menentukan pilihan
perilaku untuk bertindak—menentukan soft skill. Watak (traits) merupakan
karakteristik mentalsecara konsisten dan membeikan respon seseorang
terhadap rangsangan dari luar atau tekanan—menentukan soft skill. Konsep
diri merupakan tata nilai luhur yang dijunjung tinggi seseorang memcerminkan
tentang bayangan diri atau sikap diri terhadap masa depan yang dicita-citakan.
Pengetahuan merupakan informasi-infromasi yang saling terhubungkan dan
terstruktur secara sistematik –menentukan baik soft skill maupun hard skill.
Terakhir adalah keterampilan (hard skill) merupakan kamampuan untuk
melakukan pekerjaan fisik dan mental. Keterkaitan kelima unsur tersebut
digambarkan pada Gambar 11.1.
Pengetahuan
Motif Watak
KOMPETENSI
INDIVIDU
Modernisasi Irigasi PU
190
Pilar kedua adalah fasilitas belajar,terdiri atas: (i) infromasi tersistem, (ii)
struktur organisasi yang kuat dan bersedia memberikan fasilitasi yang
dibutuhkan anggota untun berlajar, (iii) adanya sistem penghargaan.
Sedangkan atap merupakan disipiln belajar terdiri atas (i) disiplin personal
mastery, (ii) disiplin berbagi visi, (iii) disiplin model mental, (iv) disiplin berpikir
sistemik, (v) disilpin tim pembelajar.
Modernisasi Irigasi PU
191
DISIPLIN BELAJAR/
DISIPLIN BELAJAR/
HABITAT BALAJAR/ JALUR
HABITAT BALAJAR/ JALUR
TRANSFORMASI
TRANSFORMASI
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
FASILITAS
KETERAM ENABLER FASILITAS
KETERAM
PILAN ENABLER BELAJAR
PILAN
BELAJAR BELAJAR BELAJAR
BELAJAR BELAJAR
FONDASI BELAJAR
FONDASI BELAJAR
Modernisasi Irigasi PU
192
11.2.6. Uniform
Petugas OP dalam modernisasi irigasi sebaiknya diberi uniform, sebagi
identitas petugas pelayan masyarakat. Dengan uniform dimaksudkan akan
menunjukkan identitas diri, menaikkan rasa tanggung jawab, mengapreasi
corp petugas OP, dan menumbuhkan rasa kebanggaan petugas irigasi.
Modernisasi Irigasi PU
193
BAB 12
EKONOMI DAN PEMBIAYAAN
12.1 Investasi
Seperti dijelaskan pada sub Bab 9.1.4 (Tingkat Layanan), bahwa kesepakatan
tingkat layanan dengan biaya layanan air diputuskan berdasarkan
kesepakatan antara pemerintah, dinas pengairan, dan pengguna. Biaya
investasi dihitung berdasarkan kebutuhan untuk peningkatan infrastruktur
dan peningkatan biaya manajemen. Selanjutnya biaya OP disediakan sesuai
dengan AKNOP, yang bersumber dari pemerintah dan IPAIR. Perencanaan
investasi harus didasarkan atas Pengelolaan Aset Irigasi.
12.2 Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dari modernisasi irigasi adalah (a) penambahan
produksi pangan nasional akibat dari adanya kenaikan IP dan produktivitas
tanaman, (b) peningkatan kesejahteraan petani akibat dari adanya kenaikan
produktivitas dan keberhasilan panen, (c) keberlanjutan pertanian beririgasi
dengan tersedianya biaya OP yang memadai, dan (d) keuntungan lainnya
yang tidak nampak.
Modernisasi Irigasi PU
194
BAB 13
SISTEM PENGAWASAN, MONITORING & EVALUASI
Modernisasi Irigasi PU
195
BAB 14
PENUTUP
Tertuang dalam konsep ini bahwa keberhasilan modernisasi irigasi tidak hanya
perbaikan fisik, tetapi jauh lebih penting dari itu yaitu perbaikan non-fisik,
utamanya pemberdayaan manusia. Manusia sebagai pelaku pembangunan
merupakan modal sosial yang sangat menentukan dalam modernisasi
irigasi. Oleh karena itu diharapkan modernisasi irigasi di indonesia dimulai
dengan pemberdayaan petugas op sejak dari pimpinan dan staf satuan
kerja perangkat daerah dan balai wilayah sungai, pengamat pengairan, juru,
dan penjaga pintu air.
Modernisasi Irigasi PU
196
Namun harus diingat bahwa modernisasi bukan semata suatu tujuan, tapi
modernisasi adalah suatu proses yang akan dilakukan terus menerus untuk
menemukan sistem irigasi yang efektif, efisien, dan berkesinambungan
disertai peningkatan tingkat layanan kepada petani pemanfaat air.
Modernisasi Irigasi PU
197
DAFTAR PUSTAKA
Modernisasi Irigasi PU
198
Facon, Theierry G. and Charles Burt. Proses Penilaian Cepat (RAP) dan
Acuan (Benchmarking) Penjelasan dan Pirantinya. Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Bangkok.
FAO,1997 Summary report: Modernization of irrigation schemes: past
experiences and future options. Water Report 12.
FAO. 1997. Modernization of Irrigation Schemes: Past Experiences and
Future Option RAP. How Design, Management an\d Policy Affect
The Prformance of Irrigation Projects.
Fetterman. D.M. Empowerment evaluation: Knowledge and tools for
self-assesment and accountability. Fetterman et al (ed). Sage
Publications, London, 1996.
Gelpke.J.H.F.1986. Budidaya padi di Jawa: Sumbangan ilmu-ilmu bahasa
daerah, dan penduduk Hindia Belanda. Yayasan Obor. Jakarta.
Ghazalli, M.A (tak bertahun --). Modernisation of Irrigation and Drainage
Management for Agricultural Production.
Gibson. R.(ed) 1997. Rethinking the future. Nicholas Brealy Publishing.
London.
Habib.Z. 2002. Survey on irrigation modernization: case study on Pehur
High Level Canal Project,Pakistan. FAO.Rome.
IMF.2003. The IMF and good governance http://www.imf.org/external/np/
exr/facts/gov.htm. Retrived 6/10/2005
JICA. 2005. Participatory development and good governance. http://
www.gdrc.org/u-gov/doc-jica_gg.html. Retrived 6 June 2005
Kartodihardjo, S dan D. Suryo. 1991. Sejarah perkebunan di Indonesia.
Kajian sosial ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta. 198 p
Kinuthia-Njenga. C. 2003. Good governance: common definitions. Habitat
debate vol 5 no 4. http://www.unhabitat.org/HD/hdv5n4/intro2.htm.
Retriverd 6/10/2005.
Ko Hai-Sheng. 2002. Survey on irrigation modernization: case study
Scheme of Tao-Yuan Irrigation Association,Taiwan. FAO.
Rome.
Korten. F. 1989. The working group as a Catalyst for organizational
change. In Trasforming A Bureaucracy: the experience of the National
Irrigation Administration. F.Korten and R.Y. Siy Jr, (eds). Kumarian
Press.
Korten.D.C. 1989. From bureaucratic to strategic organization. In
Trasforming A Bureaucracy: the experience of the National Irrigation
Administration. F.Korten and R.Y. Siy Jr, (eds). Kumarian Press.
Modernisasi Irigasi PU
199
Modernisasi Irigasi PU
200
Modernisasi Irigasi PU
201
LAMPIRAN 1
BAGAN ALIR MODERNISASI IRIGASI
Mulai
Indeks kesiapan
modernisasi
terpenuhi
Rencana modernisasi
1.PKMI-PBM/Pemanfaat
Revisi
2.PKMI - Pemerintah
Tidak
Setuju
Ya
1.PKMI-PBM/Pemanfaat
2.PKMI - Pemerintah Revisi
Setuju Tidak
Ya
Modernisasi Irigasi PU
202
Pelaksanaan modernisasi
Tidak
Bagus
Ya
PROM
Perbaiki
OP Siap
Tidak
Ya
Penyerahan proyek selesai
Aset
Manajemen Monitoring dan evaluasi
Modernisasi menerus
Selesai
Modernisasi Irigasi PU
LAMPIRAN 2
INDEK KESIAPAN MODERNISASI IRIGASI
(MODERNISATION READYNESS INDEXS)
Modernisasi Irigasi PU
NO INDIKATOR UPAYA TINGKAT KRITERIA NILAI KET
KAT NILAI
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Ketersediaan Air 20 Memadai >80 Mampu mengairi lahan ekuivalen lebih besar padi 200% dan
polowijo 50%
Cukup 50 s/d 80 Mampu mengairi lahan ekuivalen padi 120-200% dan polowijo
20-50%
Kurang < 50 Mampu mengairi lahan ekuivalen lebih kecil dari padi 120% dan
polowijo 20%
2. Prasarana Irigasi 25 Memadai >80 Nilai Prasarana Irigasi > 80 Lihat lampiran
Cukup 50 s/d 80 Nilai Prasarana Irigasi 50 sd 80 Lihat lampiran
Kurang < 50 Nilai prasarana Irigasi < 50 Lihat lampiran
3. Sistem Pengelo- 20 Memadai >80 Dikatakan memadai kalau memenuhi kriteria:
laan 1. Manual OP tersedia dan dilaksanakan secara konsisten
2. Blangko OP tersedia dan dilaksanakan
3. Tersedia dokumen pendukung: buku DI, BCP, peta ihtisar,
skema irigasi, peta petak
4. Tersedia manual Operasi pintu dan operasi penagkap sedi-
men yang dilaksanakan secara baik dan benar
5. Tata cara pemeliharaan jaringan dilaksanakan secara baik
dan benar
6. Tata cara drainase dilaksanakan secara baik dan benar
7. Sistem pengelolaan air ditingkat tersier tersedia dan dilak-
sanakan secara konsisten
8. Tata cara operasi pemeliharaan pintu tersier dilaksanakan
dengan baik dan benar
9. Dana OP irigasi sesuai AKNOP
10. Telah menerapkan aset manajemen
203
BOBOT PREDI BOBOT
204
Modernisasi Irigasi PU
BOBOT PREDI BOBOT
NO INDIKATOR UPAYA TINGKAT KRITERIA NILAI KET
KAT NILAI
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8
5. Sumber Daya 15 Memadai >80 Dikatakan memadai kalau memenuhi:
Manusia 1. Kuantitas pimpinan, staf dan tenaga OP memadai.
2. Jumlah pimpinan, staf dan tenaga OP yang berstatus
pegawai negeri sipil> 50% dari pegawai yang ada.
Modernisasi Irigasi PU
3. Jumlah pimpinan, staf dan tenaga OP yang mempunyai
jabatan fungsional > 20% dari pegawai yang ada.
4. Jumlah pimpinan, staf dan tenaga OP yang mempunyai
sertifikat keahlian OP > 20% dari pegawai yang ada.
5. Jumlah pimpinan, staf dan tenaga OP yang telah mengikuti
pelatihan OP > 20% dari pegawai yang ada.
6. Jumlah P3A yang telah mendapat pelatihan > 40% dari P3A
yang ada
7. Jumlah petani sekaligus pemilik sawah > 40% dari petani
yang ada
8. Masyarakat tani mempunyai rasa memiliki, rasa tanggung
jawab, apresiasi tarhadap irigasi, dan respon yang nyata
dalam partisipasi irigasi
9. Jumlah petani yang mampu membayar iuran P3A>60%
10. Jumlah petani yang memiliki lahan lebih dari 2 ha > 20%
petani yang ada
Cukup 50 s/d 80 Dikatakan cukup jika memenuhi 5 sd 9 kriteria diatas
Kurang < 50 Dikatakan kurang jika memenuhi kurang dari 5 kriteria diatas
TOTAL 100 NILAI
LAMPIRAN 2A
BAGIAN BO
BO-
No PRASA- BOT PREDIKAT TINGKAT KRITERIA NILAI
BOT
RANA (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Bangunan 15 Baik >80 Secara fisik, kon-
Utama disinya baik, ada
kerusakan kecil yang
tidak berarti.
Fungsi layanan >
80%
Sedang 50 s/d Secara fisik, kon-
80 disinya sedang, ada
kerusakan sedang
yang punya potensi
menambah kerusa-
kan.
Fungsi layanan telah
menurun antara 50
s/d 80%
Kurang < 50 Secara fisik, kon-
baik disinya kurang baik,
ada kerusakan besar
yang membahaya-
kan keberlanjutan
bangunan.
Fungsi layanan telah
menurun kurang dari
50%
2. Saluran 25 Baik >80 Perbandingan pan-
jaringan jang saluran yang
utama berfungsi baik den-
gan seluruh panjang
saluran>80
Sedang 50 s/d Idem 50 s/d 80
80
Kurang < 50 Idem < 50
baik
Modernisasi Irigasi PU
207
BAGIAN BO
BO-
No PRASA- BOT PREDIKAT TINGKAT KRITERIA NILAI
BOT
RANA (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
3. Bangunan 25 Baik >80 Perbandingan jumlah
jaringan bangunan yang ber-
Utama fungsi baik dengan
seluruh bangunan
yang ada>80
Sedang 50 s/d Idem 50 s/d 80
80
Kurang < 50 Idem < 50
baik
4. Drainase 20 Baik >80 Perbandingan pan-
jang saluran yang
berfungsi baik den-
gan seluruh panjang
saluran>80
Sedang 50 s/d Idem 50 s/d 80
80
Kurang < 50 Idem < 50
baik
5. Jaringan 15 Baik >80 Perbandingan
tersier panjang saluran dan
jumlah boks tersier
yang berfungsi baik
dengan seluruh
panjang saluran dan
boks tersier>80
Sedang 50 s/d Idem 50 s/d 80
80
Kurang < 50 Idem < 50
baik
TOTAL 100 TOTAL
Modernisasi Irigasi PU
208
LAMPIRAN 3
BAGAN ALIR PEMELIHARAAN MODERNISASI IRIGASI
Mulai
Pemahaman aset
Pengelolaan aset irigasi
managemen irigasi
1. Menyiapkan gambar
2. Perkiraan biaya OP (AKNOP)
Keputusan pembiayaan
Pelaksanaan pemeliharaan
Kinerja irigasi
Selesai
Modernisasi Irigasi PU
SKEMA ALIRAN DATA DAN INFORMASI MODERNISASI IRIGASI
DRAINASE
DAS PRIMER SEKUNDER TERSIER SUNGAI
SEKUNDER
Modernisasi Irigasi PU
Perintah data dengan telemeteri HP
Modernisasi Irigasi PU
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
5. Kehilangan air Kehilangan air total kurang/lebih Diupayakan kehilangan air total Diupayakan kehilangan air total Dalam modernisasi perlu monitor
(losses) 40% - 50% 30% 20% kehilangan air total:
1. Lakukan kalibrasi alat ukur,
2. Periksa kehilangan air setiap
saluran (primer, sekunder
Modernisasi Irigasi PU
dan tersier),
3. kesimpulan dan saran
besaran kehilangan air serta
usaha yang diperlukan.
II PRASARANA IRIGASI
6. BANGUNAN BAGI Sebagian besar Pintu rusak, Perbaikan bangunan bagi, Perbaikan bangunan bagi, Lengkapi pintu dan alat ukur
Tidak ada sanggar tani. Dilengkapi sanggar tani. Dilengkapi sanggar tani. yang rusak dan hilang. Buat
bangunan pelindung dan penga-
man pintu.
7. PINTU PENGATUR Sebagian “Stop Log” Sebagian pintu skot balk diganti Semua pintu skot balk diganti pintu 1. Pintu sorong dapat
dan BANGUNAN Tidak ada atap pelindung pintu. pintu sorong baja. sorong baja. direncanakan underflow atau
BAGI TINGKAT Dalam keadaan tertentu harus Dalam keadaan tertentu harus overflow
JARINGAN UTAMA dilengkapi dengan elektromekanik. dilengkapi dengan elektromekanik. 2. Syarat pintu elektromekanik:
(i) luas layanan minimum
Dilengkapi dengan atap pelindung Dilengkapi dengan atap pelindung 2.000 Ha, (ii) terletak
pintu dan sanggar tani. pintu dan sanggar tani. di daerah terpencil, (iii)
ketersediaan jaringan listrik/
tenaga surya.
3. Pintu elektromekanik harus
dapat digunakan manual.
8. BANGUNAN Pintu sorong pengganti pintu Pintu sorong dilengkapi dengan Semua alat ukur Volumetrik pada Penyempurnaan disesuaikan
PENGUKUR Romijn, sebagian tidak ada alat alat ukur: saluran primer dan sekunder. dengan tingkat saluran.
ukur. Ambang lebar, Pascal Flume.
Sebagian tidak berfungsi. Beberapa tempat tetap memakai
Romijn
Sebagian alat ukur Volumetrik pada
saluran primer.
211
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
212
1 2 3 4 5 6
9. SALURAN Sebagian besar saluran tanah, Sebagian saluran dibuat lining: be- Sebagian besar saluran dibuat
rusak 80% ton slab, beton precast, pasangan lining: beton slab, beton precast,
batu kali, tanah, tanah diperkuat pasangan batu kali, tanah, tanah
balok beton. diperkuat balok beton.
Saluran primer dipertahankan Saluran primer dipertahankan
bentuk trapesium. bentuk trapesium.
Saluran sekunder sebagian trape- Saluran sekunder sebagian trape-
sium sebagian tegak. sium sebagian tegak.
Dipasang patok kilometer dan Dipasang patok kilometer dan
Tidak ada patok kilometer dan hektometer, serta patok garis hektometer, serta patok garis
hektometer. sempadan. sempadan.
Tidak ada sipatan lining (lining Dipasang sipatan lining (lining guid- Dipasang sipatan lining (lining guid-
guidance) ance) setiap 50 – 100 m ance) setiap 50 – 100 m
10. JALAN INSPEKSI Sebagian besar rusak, berfungsi Diprioritaskan untuk jalan inspeksi. Diprioritaskan untuk jalan inspeksi.
ganda sebagai jalan inspeksi dan Dalam hal berfungsi ganda harus Dalam hal berfungsi ganda harus
jalan umum. ada penertiban: ada penertiban:
a. Diminta oleh Pemda a. Diminta oleh Pemda
b. Perkerasan dari aspal atau b. Perkerasan dari aspal atau
beton beton
c. Perkuatan tanggul saluran c. Perkuatan tanggul saluran
d. As jalan digeser keluar ke arah d. As jalan digeser keluar ke arah
luar saluran, dengan ruangan luar saluran, dengan ruangan
untuk OP 4 m. untuk OP 4 m
Modernisasi Irigasi PU
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
11. PENGENDALI Kantong lumpur yang dibangun Diutamakan pembangunan Kantong lumpur yang baru diban- Dengan konsep iini, maka akan
SEDIMEN untuk menagkap sedimen > 0.074 sediment excluder pada lokasi yang gun untuk menangkap sedimen > didapatkan sistim pengendali
mm. Akibatnya dimensi kantong memungkinkan 0.088 mm, agar dimensi kantong sedimen yang:
lumpur panjang dan memerlukan lumpur lebih pendek dan memer- 5) Lebih murah,
head yang besar pada waktu lukan head yang relatif kecil pada 6) mudah dioperasikan,
Sistim operasi terkait dengan pen-
Modernisasi Irigasi PU
pengurasan. waktu pengurasan. 7) pro lingkungan,
gendalian sedimen dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk manual Tractive force pada saluran ke 8) lentur (flexible)
Tractive force (gaya seret) pada OP irigasi arah hilir dapat > atau = dengan Penyesuaian kantong lumpur
saluran ke arah hilir harus selalu di sebelah hulunya, t n ≥ t n −1 dan perubahan konsep gaya
lebih besar atau sama t n ≥ t n −1 dengan maksud agar tidak terjadi seret(tractive force) di saluran
Perlu disiapkan petunjuk OP Tata pengendapan di saluran. dapat dilakukan pada saat
dengan maksud agar tidak terjadi
Cara Pengendalian Sedimen rehabilitasi irigasi dengan tetap
pengendapan di saluran. Akibatnya Akibatnya kemiringan saluran relatif
kemiringan saluran relatif lebih lebih besar ke arah hilir. Tetapi memperhatikan justifikasi sosial,
besar ke arah hilir. dapat juga lebih kecil dari sebelah ekonomi dan teknis
hulu. Akibatnya terjadi pengenda-
pan di saluran, tetapi dibangun
Sedimen yang tidak tertangkap
sediment excluder pada saluran
pada kantong lumpur masuk ke
irigasi yang melintang alur alam
sawah petani. Akibatnya elevasi
(natural stream), untuk mengeluar-
sawah petani makin naik.
kan sedimen dari saluran.
Sedimen yang tidak tertangkap
Tidak ada petunjuk OP Tata Cara pada kantong lumpur dan sedimen
Pengendalian Sedimen excluder masuk ke sawah petani
akan lebih kecil, sehingga tidak
berdampak negatif .
Perlu disiapkan petunjuk OP Tata
Cara Pengendalian Sedimen
213
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
214
1 2 3 4 5 6
12. SISTEM DRAINASE Sistim Jaringan Drainase kurang Drainase, sistem tersier dan pen- Perlu dilakukan penyempurnaan
DAN PENGENDALI mendapat perhatian, terbukti den- gendali banjir disempurnakan. Sistim Jaringan Drainase:
BANJIR gan indikasi sebagai berikut: (1) Saat Perencanaan:
(1) Saat Perencanaan: (c) Perencanaan drainase
(a) Perencanaan drainase ser- dimasukan dalam perenca-
ing tidak dimasukan dalam naan sistim irigasi
perencanaan sistim irigasi (d) Drainase perlu difasilitasi
(b) Drainase belum terfasilitasi dalam dokumen: Skhema
dalam dokumen: Skhema irigasi, skhema bangunan
irigasi, skhema bangunan irigasi, blangko O dan P
irigasi, blangko O dan P (2) Saat Pelaksanaan
(2) Saat Pelaksanaan
(a) Jalan inspeksi sepanjang
(a) Jalan inspeksi sepanjang
drainase tidak dibangun
drainase tidak dibangun
(b) Jaringan drainase sering
(b) Jaringan drainase sering
tidak dibangun
tidak dibangun
(3) Saat OP
(3) Saat OP
(a) Tidak ada pemeliharaan (a) Perlu pemeliharaan, baik
baik pada sistim drainase pada sistim drainase buatan
buatan maupun sistim maupun sistim drainase
drainase alam alam
(b) Tidak cukup anggaran un- (b) Sediakan cukup anggaran
tuk kegiatan OP drainase untuk kegiatan OP drainase
(c) Petani tidak memahami (c) Petani memahami fungsi
fungsi saluran drainase saluran drainase di petak
di petak tersier. Akibatnya tersier. Akibatnya petani
petani tidak pernah mem- mau membangun sendiri
bangun sendiri saluran saluran drainase tersier
drainase tersier Drainase, sistem tersier dan pen-
gendali banjir disempurnakan.
Modernisasi Irigasi PU
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
13. PENGEMBANGAN Pengembangan dan pengelolaan Pengembangan dan pengelolaan Pengembangan dan pengelolaan
TERSIER sistim tersier kurang memadai sistim tersier perlu dilakukan perbai- sistim tersier perlu dilakukan perbai-
dengan indikasi sbb: kan sbb: kan sbb:
(8) Dialog antara pemerintah (1) Dialog antara pemerintah (8) Dialog antara pemerintah
dengan petani kurang intensif; dengan petani perlu di-intensif; dengan petani perlu di-intensif;
Modernisasi Irigasi PU
(9) Partisipatif belum men- (2) Partisipatif diharapkan men- (9) Partisipatif diharapkan men-
garah pada pemberdayaan garah pada pemberdayaan garah pada pemberdayaan
masyarakat pengguna air; masyarakat pengguna air; masyarakat pengguna air;
(10) Ketidaksesuaian pelaksanaan (3) Perlunya penyesuaian pelak- (10) Perlunya penyesuaian pelak-
pengembangan tersier terkait sanaan pengembangan tersier sanaan pengembangan tersier
antara fungsi pemerintah dan terkait antara fungsi pemerintah terkait antara fungsi pemerintah
petani dengan kenyataan dan petani dengan kenyataan dan petani dengan kenyataan
implementasi lapangan implementasi lapangan (we- implementasi lapangan (we-
(wewenang dan tanggung wenang dan tanggung jawab wenang dan tanggung jawab
jawab terletak pada petani, terletak pada petani, pemerin- terletak pada petani, pemerin-
pemerintah menfasilitasi); tah menfasilitasi); tah menfasilitasi);
(11) Belum semua lahan petani (4) Seebagian lahan petani (11) Semua lahan petani mempu-
mempunyai akses tiga hal: a. mempunyai akses tiga hal: a. nyai akses tiga hal: a. Saluran
Saluran pembawa, b. Saluran Saluran pembawa, b. Saluran pembawa, b. Saluran pem-
pembuang, c. Jalan usaha pembuang, c. Jalan usaha tani. buang, c. Jalan usaha tani.
tani. (5) Perlunya ketegasan tentang (12) Perlunya ketegasan tentang
(12) Belum ada ketegasan tentang kepemilikan lahan yang digu- kepemilikan lahan yang digu-
kepemilikan lahan yang digu- nakan untuk prasarana irigasi nakan untuk prasarana irigasi
nakan untuk prasarana irigasi tersier secara berkelanjutan tersier secara berkelanjutan
tersier secara berkelanjutan; (seyogyanya prasarana tersier (seyogyanya prasarana tersier
(13) Pengelolaan air ditingkat menjadi asset P3A); menjadi asset P3A);
tersier belum memadai. (6) Pengelolaan air ditingkat tersier (13) Pengelolaan air ditingkat tersier
(14) Pemberdayaan P3A dalam menjadi bagian modrenisasi menjadi bagian modrenisasi
bidang pengembangan dan irigasi. irigasi.
pengelolaan tersier belum (7) Pemberdayaan P3A dalam (14) Pemberdayaan P3A dalam
mempunyai konsep yang jelas bidang pengembangan dan bidang pengembangan dan
setalah munculnya PP N0.38 pengelolaan tersier harus pengelolaan tersier harus
tahun 2008. mempunyai konsep yang jelas. mempunyai konsep yang jelas.
215
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
216
1 2 3 4 5 6
14. DAERAH Daerah sempadan ada, tetapi tidak Daerah sempadan yang ada harus Daerah sempadan yang ada harus
SEMPADAN tertib. ditertibkan, kalau tidak ada harus ditertibkan, kalau tidak ada harus
dibebaskan. dibebaskan.
15. RUMAH Kurang komplit dan sebagian Rumah pengamat, Juru, penjaga Rumah pengamat, Juru, penjaga
PENGAMAT, JURU, rusak pintu bendung disediakan secara pintu bendung disediakan secara
JAGA memadai. memadai.
16. TRANSPORTASI Mobil untuk seksi dan pengamat, Mobil untuk seksi dan pengamat, Mobil untuk seksi dan pengamat, Sesuai Permen PU tentang
sepeda motor untu juru, sepeda sepeda motor untu juru, sepeda sepeda motor untu juru, sepeda Pedoman OP
untuk penjaga pintu air tidak untuk penjaga pintu air disediakan untuk penjaga pintu air disediakan Mobil untuk seksi dan pengamat
memadai. secara memadai. secara memadai. dapat berfungsi untuk OP.
17. SISTEM Sistem komonikasi belum me- Sistem komputer dan internet antar Sistem komputer dan internet antar Telepon yang ada dipertahankan
KOMUNIKASI madai. juru, pengamat, seksi, dan pusat. juru, pengamat, seksi, dan pusat.
18. KANTOR Sebagian kantor rusak, fasilitas Kantor diperbaiki, fasilitas dipenuhi Kantor diperbaiki, fasilitas dipenuhi
kurang
19. PERALATAN OP Sangat kurang Dipenuhi secara memadai Dipenuhi secara memadai
III SISTEM PENGELOLAAN IRIGASI
20. SISTEM Operasional irigasi sebagian besar Operasional irigasi diselenggarakan Operasional irigasi diselenggarakan Sejauh mungkin instrumen dan
OPERASIONAL masih secara manual dengan penerapan teknologi infor- dengan penerapan teknologi infor- alat digunakan buatan dalam
IRIGASI masi komunikasi dan otomatisasi masi komunikasi dan otomatisasi negeri.
sebagian pada sebagian daerah sebagian pada seluruh daerah
irigasi (telemetri, komputerisasi, irigasi (telemetri, komputerisasi,
elektromekanik). elektromekanik).
21. PERIODE Setiap 2 minggu atau 10 harian. Periode pembagian air dilaksana- Periode pembagian air dilaksana-
PEMBAGIAN AIR kan dengan 3 (tiga) harian atau kan dengan harian (real time opera-
mingguan (real time operation tion basis)
basis).
22. GOLONGAN Sistem golongan belum diterapkan Sistem golongan harus diterapkan Sistem golongan harus diterapkan
secara menyeluruh dan konsisten. secara menyeluruh dan konsisten. secara menyeluruh dan konsisten.
Modernisasi Irigasi PU
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
23. SISTEM Pembagian air berdasar ketersedi- Sebagian pembagian air berdasar Pembagian air berdasar kebutuhan Demand oriented system
PEMBAGIAN AIR aan air (Supply oriented system). kebutuhan lapangan. ( Demand lapangan. diterapkan pada daerah yang
oriented system) telah menerapkan irigasi hemat
air (misal SRI atau genangan
dangkal)
Modernisasi Irigasi PU
24. PENGUMPULAN Setiap 2 minggu dan manual. Setiap 3 hari atau mingguan dan Setiap hari dan sistem komputer.
DATA sistem komputer.
25. SISTEM Manual 2 minggu Komputer, tiga harian atau ming- Sistem komputer, harian
INFORMASI guan.
26. PERHITUNGAN Sistem masih manual, dan se- Sistem komputer, telemetri dan jar- Sistem komputer, telemetri dan jar-
KEBUTUHAN DAN bagian software ingan internet, penyiapan program ingan internet, penyiapan program
PEMBAGIAN AIR pembagian air pada seluruh daerah pembagian air pada seluruh daerah
irigasi. irigasi.
27. PEMELIHARAAN Sering terlambat dan tertunda. Dilakukan tepat waktu dan ter- Dilakukan tepat waktu dan ter- Perlu diterapkan Pengelolaan
DAN penuhi sesuai kebutuhan berdasar penuhi sesuai kebutuhan berdasar Aset Irigasi (PAI).
REHABABILITASI aset manajemen. aset manajemen.
28. SISTEM Terpusat. Demokratis dan partisipatif. Demokratis dan partisipatif.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
29. SISTEM Sebagian belum memakai form OP Form OP perlu dilengkapi dengan Form OP perlu dilengkapi dengan
MONITORING yang ada. indikator kinerja irigasi (Irrigation indikator kinerja irigasi (Irrigation
Form OP yang ada belum dileng- Performance). Performance).
kapi dengan indikator kinerja irigasi
untuk keperluan monitoring dan
evaluasi.
30. PEMBIAYAAN Biaya OP tidak cukup. Biaya OP sesuai angka kebutuhan Biaya OP sesuai angka kebutuhan
nyata pengelolaan irigasi (Need nyata pengelolaan irigasi (Need
based budget). based budget).
217
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
218
1 2 3 4 5 6
31. IRIGASI Belum diterapkan Pengenalan irigasi berorientasi Penerapan irigasi berorientasi pada 1. Hemat air dan hemat energi;
BERORIENTASI pada lingkungan (Green Irrigation lingkungan (Green Irrigation Devel- 2. Penguranngan inpit-input
PADA Development and Management) opment and Management) kimia anorganik;
LINGKUNGAN 3. Pengurangan emisi metan;
4. Pemakaian bahan-bahan
tidak ramah lingkungan,
misalnya mulsa plastik;
5. Pemakaian air yang tak
berlebihan;
6. Penerapan konsep 3R
Reduce, Reuse dan Recycle.
32. PENERAPAN Belum ada Diterapkan sebagian Diterapkan penuh Insentive dan disinsentive untuk
SISTEM INSENTIV petani dan petugas OP dalam
N DISINSENTIVE hal:
1. Hemat air irigasi;
2. Konsisten dalam; penerapan
manual OP irigasi;
3. Kebersamaan dalam
pengamanan asset irigasi;
33. SISTEM APLIKASI Sebagian besar tanaman padi Dikembangkan sistem lain sesuai Untuk tanaman padi dikembangkan Pemilihan sistem irigasi drip, sira-
IRIGASI masih menerapkan genangan kebutuhan petani: sistem irigasi ter- sistem irigasi terputus (intermit- man, alur, dibawah permukaan
kontinu. Sistem lain belum dikem- putus (intermittent), drip, siraman, tent), untuk non padi dikembang- tergantung kondisi setempat dan
bangkan. alur, dibawah permukaan. kan sistem lain sesuai kebutuhan kemampuan petani.
petani: drip, siraman, alur, dibawah
permukaan.
34. PARTISIPASI Peran serta dan keterlibatan petani Pemerintah dan petani secara P3A berpartisipasi penuh sesuai
PETANI DAN dalam pengelolaan irigasi masih bersama-sama belajar melaksana- kemampuan dan kebutuhan petani
PENGAMBILAN rendah, bahkan dalam pengelo- kan irigasi secara berpartisipasi.
KEPUTUSAN laan tersier yang menjadi tanggung
jawabnya.
IV INSTITUSI PENGELOLA
Modernisasi Irigasi PU
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
35. UNIT PELAKSANA Beberapa daerah irigasi ditangani Setiap daerah irigasi yang Setiap daerah irigasi yang Untuk irigasi permukaan
oleh satu pengamat. melaksanakan modernisasi irigasi melaksanakan modrenisasi irigasi
dikelola oleh unit pelaksana seting- dikelola oleh unit pelaksana seting-
kat pengamat. kat pengamat.
36. DINAS SDA Sebagian belum berfungsi dengan Difungsikan sebagai pembina Difungsikan sebagai pembina Perlu ditegaskan: Koordinator,
Modernisasi Irigasi PU
DAERAH baik. sesuai dengan tugas dan kewenan- sesuai dengan tugas dan kewenan- Regulator, Developer, User,
ganya. ganya Operator
37. KOMISI IRIGASI Sebagian belum terbentuk atau Difungsikan sebagai koordinator Difungsikan sebagai koordinator
PROPINSI / belum berfungsi. sesuai peraturan perundangan. sesuai peraturan perundangan.
KABUPATEN /
KOTA
38. P3A P3A hampir terbentuk semua tetapi Semua P3A terbentuk dan aktif. Semua P3A terbentuk dan aktif.
sebagian besar kurang aktif. Pembentukan dan pembinaan
IP3A dan GP3A semuanya terben- IP3A dan GP3A semuanya terben- oleh pemerintah Kabupaten
IP3A dan GP3A belum terbentuk. tuk dan aktif. tuk dan aktif.
V SUMBER DAYA MANUSIA
39. PEMERINTAH a. Kualitas: sebagian kompetensi a. Kualitas: kompetensi terpenuhi a. Kualitas: kompetensi terpenuhi
a. Kualitas belum terpenuhi terutama diseluruh jenjang, pelatihan diseluruh jenjang, pelatihan
b. Kuantitas ditingkat trampil, pelatihan berkelanjutan dan mempunyai berkelanjutan dan mempunyai
c. Sistem belum berkelanjutan dan sipil efek kepegawaian, sipil efek kepegawaian,
tidak mempunyai sipil efek peningkatan pembinaan dan peningkatan pembinaan dan
kepegawaian
kepegawaian, kurangnya pendampingan. pendampingan.
pembinaan dan pendampingan. b. Kuantitas: tercukupi melalui b. Kuantitas: tercukupi melalui
b. Kuantitas: banyak yang kurang. analisa jabatan. analisa jabatan.
c. Sistem kepegawaian: jabatan c. Sistem kepegawaian: perlu di c. Sistem kepegawaian: perlu di
fungsional tidak ada, status setup jabatan fungsional trampil, setup jabatan fungsional trampil,
kepegawaian tidak jelas, peningkatan status pegawai peningkatan status pegawai
sertifikasi tidak ada, belum ada negeri, mempunyai sertifikasi negeri, mempunyai sertifikasi
penjenjangan karier. kompetensi, penjenjangan karier kompetensi, penjenjangan karier
jelas, diciptakan sistem insentive jelas, diciptakan sistem insentive
dan disinsentive. dan disinsentive.
219
NO SUBSTANSI KONDISI SEKARANG MODERNISASI SEBAGIAN MODERNISASI PENUH KETERANGAN
220
1 2 3 4 5 6
40. PETANI: a. Kualitas: tingkat partisipasi a. Kualitas: peningkatan partisipasi a. Kualitas: peningkatan partisipasi
a. Kualitas sebagian kurang, mempunyai petani, mempunyai kearifan petani, mempunyai kearifan
b. Kuantitas kearifan lokal, rasa memiliki dan lokal, rasa memiliki dan rasa lokal, rasa memiliki dan rasa
c. Regenerasi petani rasa tanggung terhadap jaringan tanggung terhadap jaringan tanggung terhadap jaringan
irigasi kurang, kapasitas irigasi ditingkatkan, diciptakan irigasi ditingkatkan, diciptakan
membayar iuran kecil. kembali sistem iuran dengan kembali sistem iuran dengan
b. Kuantitas: terlalu banyak dan sistem yang lebih baik. sistem yang lebih baik.
luas garapan kecil, b. Kuantitas: dilakukan penataan b. Kuantitas: dilakukan penataan
c. Regenerasi petani: profesi kepemilikan lahan sawah 1 – 2 kepemilikan lahan sawah 1 – 2
petani tidak menarik, tingkat ha perpetani; ha perpetani;
kesejahteraan rendah, apresiasi c. Regenerasi petani: profesi c. Regenerasi petani: profesi
terhadap petani rendah, petani dipromosikan, tingkat petani dipromosikan, tingkat
generasi muda tidak tertarik. kesejahteraan ditingkatkan, kesejahteraan ditingkatkan,
apresiasi terhadap petani apresiasi terhadap petani
ditingkatkan, pembinaan ditingkatkan, pembinaan
generasi muda di-intensifkan. generasi muda di-intensifkan.
Modernisasi Irigasi PU
221
Modernisasi Irigasi PU
222
Modernisasi Irigasi PU