Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL SUMBERDAYA AIR


DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK)


PENGELOLAAN ASET DAN KINERJA SISTEM
IRIGASI (PAKSI)

2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................... vi
1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................... 1
1.1. Dasar Hukum .......................................................................................................................... 1
1.2. Gambaran Umum................................................................................................................... 1
1.2.1. Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 2
1.2.2. Ruang Lingkup ................................................................................................................... 3
2. PENERIMA MANFAAT .............................................................................................................. 3
3. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN ............................................................................... 3
3.1. Metode Pelaksanaan ............................................................................................................ 3
3.1.1. Urutan Pelaksanaan ......................................................................................................... 3
3.1.2. Pengelolaan Aset Irigasi ................................................................................................. 6
3.1.3. Pengukuran Kinerja Sistem Irigasi ......................................................................... 15
3.1.4. PAKSI.................................................................................................................................... 21
3.2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan ................................................................................ 34
4. LOKASI PELAKSANAAN ........................................................................................................ 35
5. BIAYA YANG DIPERLUKAN ................................................................................................. 35

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 01. Urutan Pelaksanaan Ideal Kegiatan Infrastruktur Bidang


Keirigasian per Daerah Irigasi............................................................. 4

Gambar 02. Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi................................................... 8

Gambar 03. Skema Pemasukan Hasil Survei LiDAR dan Data Migrasi dari PDSA-
PAI ke dalam ePAKSI........................................................................... 9

Gambar 04. Legenda Daerah Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07,
2013................................................................................................... 12

Gambar 05. Legenda Daerah Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07,
2013................................................................................................... 13

Gambar 06. Legenda Daerah Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07,
2013................................................................................................... 13

Gambar 07. Standar Skema Jaringan Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan


Irigasi 01, 2013.................................................................................. 14

Gambar 08. Standar Skema Bangunan Irigasi (Sumber: Kriteria Perencanaan


Irigasi 01, 2013.................................................................................. 14

Gambar 09. Tahapan Pelaksanaan Pengumpulan Data Infrastruktur di


di Tingkat DI dengan Aplikasi Android PAKSI..................................... 25

v
DAFTAR TABEL

Tabel 01. Matriks Urutan Pelaksanaan Ideal Kegiatan Bidang Keirigasian


per DI...................................................................................................... 4

Tabel 02. Rekomendasi Penanganan Aset Jaringan Irigasi...................................... 12

Tabel 03. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Utama........................................................ 18

Tabel 04. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Tersier....................................................... 20

Tabel 05. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi.................................. 21

Tabel 06. Variabel dan Indikator Pelaksanaan Quality Control untuk User........... 27

Tabel 07. Kategori Aset, Sumber Data, & Jenis Data PAI & IKSI............................. 29

Tabel 08.1. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Infrastruktur................... 31

Tabel 08.2. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Non-Infrastruktur............ 32

Tabel 09. Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Jaringan Irigasi pada Daerah
Irigasi.................................................................................................... 36

Tabel 10. Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Pendukung Irigasi pada Daerah
Irigasi.................................................................................................... 36

vi
1. LATAR BELAKANG
1.1. Dasar Hukum
Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi (PAKSI)
didasarkan pada:
a. UU No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan;
b. UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
11/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Jaringan Reklamasi
Rawa Pasang Surut;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
12/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
14/PRT/M/2015, tentang Kriteria & Penetapan Status Daerah Irigasi;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
16/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi & Pemeliharaan Rawa Lebak;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
17/PRT/M/2015, tentang Komisi Irigasi;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
23/PRT/M/2015, tentang Pengelolaan Aset Irigasi;
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No.
30/PRT/M/2015, tentang Pengembangan & Pengelolaan Sistem Irigasi;
m. Peraturan Daerah tentang Irigasi di provinsi dan kabupaten/kota yang
bersangkutan; dan
n. Dan kebijakan lainnya yang terkait.

1.2. Gambaran Umum


Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, telah
mengamanatkan bahwa air, sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan
pengairan harus dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga
kelestariannya, supaya dapat memenuhi fungsinya, sehingga pengelolaan air
dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan
prasarana yang memadai, termasuk untuk irigasi dapat dilaksanakan secara
maksimal dan optimal. Prasarana irigasi tersebut antara lain dapat berupa
bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, bangunan bagi,
bangunan bagi sadap, bangunan sadap, bangunan pelengkap, jaringan irigasi
tersier dan bangunan lainnya. Semua fasilitas dimaksud harus dikelola secara
baik dan benar guna menjamin terlaksananya fungsi sistem irigasi sesuai
dengan umur layanan rencana.

Pengelolaan aset irigasi yang terencana dan sistematis hendaknya diperkuat


dengan pengukuran kinerja sistem irigasi secara berkesinambungan. Kedua hal
ini saling terkait satu terhadap yang lainnya. Sebagai contoh dengan rusaknya
salah satu bagian dari aset irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada,
dan berdampak pada menurunya efisiensi dan efektifitas pengelolaan sistem
irigasi.

1
Pengelolaan aset irigasi dan pengukuran kinerja sistem irigasi dilaksanakan oleh
masing-masing pihak sesuai kewenangannya, dimana hal ini sudah sesuai
dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
bahwa kewenangan kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
terbagi menjadi kewenangan pusat, kewenangan daerah provinsi, dan
kewenangan daerah kabupaten/kota. Sejauh ini kedua kegiatan dimaksud
dilakukan secara terpisah oleh unit teknis di BBWS/BWS untuk DI kewenangan
pusat, Dinas PU SDA Provinsi untuk DI kewenangan provinsi, dan PU SDA
Kabupaten untuk DI kewenangan kabupaten mulai dari bangunan utama hingga
jaringan irigasi utama. Sedangkan jaringan tersier belum ditangani.

Berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No: S-


44/M.EKON/02/2016 tanggal 26 Februari 2016 tentang Pendataan dan
Pengembangan Sistem Irigasi yang substansinya antara lain meminta Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan penilaian kinerja sistem
irigasi secara lengkap (dari waduk/bendung sampai dengan tersier), yang
merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi. Dan hal ini memberikan pengaruh yang positif bagi
penyelenggaraan kegiatan pengelolaan aset dan pengukuran kinerja sistem
irigasi yang berkesinambungan dan komprehensif.

Dengan mempertimbangkan efesiensi dan efektifitas hasil dari kegiatan


pengelolaan aset irigasi dan pengukuran kinerja sistem irigasi serta ditambah
dengan beberapa pertimbangan yang disebutkan di atas, dimana pelaksanaan
pengelolaan aset irigasi dan pengukuran kinerja sistem irigasi yang sebelumnya
dilakukan secara terpisah, maka diharapkan pelaksanaannya dapat dilakukan
secara serempak dengan menggunakan petunjuk pelaksanaan (Juklak),
petunjuk teknis (Juknis) dan sistem aplikasi yang sama.

Adapun penggunaan aplikasi dalam hal ini aplikasi Android merupakan sebuah
pendekatan terkini yang mengedepankan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
yang pro terhadap pengurangan penggunaan lembar kerja lapangan (paperless).
Pendekatan ini mendukung terlaksananya sistem data-base keirigasian yang
lebih baik dan tepat sasaran pemanfaatannya.

1.2.1. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penyiapan dokumen ini adalah terlaksananya kegiatan
pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi yang efektif dan
efisien dengan menggunakan Juklak, Juknis dan Aplikasi Android PAKSI yang
dilaksanakan pada setiap DI dalam waktu yang sama.

Sedangkan tujuan dari penyiapan dokumen ini adalah:


a. Menggabungkan Juklak pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem
irigasi yang belum pernah diatur sebelumnya dan dilakukan secara terpisah;
dan
b. Menyiapkan buku Juklak dan Juknis yang akan dipakai oleh pihak
BBWS/BWS, Dinas PU SDA Provinsi dan Kabupaten/Kota maupun pihak
lain dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan penilaian
kinerja sistem irigasi di tingkat daerah irigasi (DI) secara berkesinambungan
dan komprehensif.

2
1.2.2. Ruang Lingkup
Adapun hal-hal yang disampaikan dalam dokumen ini adalah:
a. Latar belakang dilaksanakannya kegiatan pengelolaan aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi;
b. Penerima manfaat pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi;
c. Strategi pencapaian keluaran dari pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi;
d. Lokasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja
sistem irigasi;
e. Jangka waktu pelaksanaan guna mencapai keluaran dari kegiatan
pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja sistem irigasi; dan
f. Kebutuhan biaya pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dan penilaian kinerja
sistem irigasi.

Secara umum dokumen yang disiapkan ini terdiri dari:


a. Buku utama Juklak PAKSI yang menjelaskan rangkuman pelaksanaan
PAKSI, namun yang dijelaskan saat ini adalah tentang sistem jaringan irigasi
permukaan. Sistem jaringan irigasi rawa dan sistem jaringan irigasi air
tanah akan dijelaskan dalam juklak yang berbeda; dan
b. Guna melengkapi juklak PAKSI tentang sistem jaringan irigasi permukaan
ini, terdapat beberapa juknis sebagai berikut:
i. Buku Juknis PAKSI Modul PAI tentang Prosedur PAI;
ii. Buku Juknis PAKSI Modul PAI tentang Kodefikasi;
iii. Buku Juknis PAKSI Modul PAI tentang Formulir Inventarisasi;
iv. Buku Juknis PAKSI Modul PAI tentang Survei Penelusuran Jaringan
Irigasi;
v. Buku Juknis PAKSI Modul PAI tentang Kriteria Pengisian Formulir
Inventarisasi;
vi. Buku Juknis PAKSI Modul IKSI tentang Bangunan Utama;
vii. Buku Juknis PAKSI Modul IKSI tentang Jaringan Utama Fisik;
viii. Buku Juknis PAKSI Modul IKSI tentang Jaringan Utama Non-Fisik;
ix. Buku Juknis PAKSI Modul IKSI tentang Jaringan Tersier Fisik;
x. Buku Juknis PAKSI Modul IKSI tentang Jaringan Tersier Non-Fisik;
xi. Buku Juknis PAKSI Modul ePAKSI tentang Referensi Teknis ePAKSI;
xii. Buku Juknis PAKSI Modul ePAKSI tentang Panduan Android; dan
xiii. Buku Juknis PAKSI Modul ePAKSI tentang Panduan Web.

2. PENERIMA MANFAAT
Petunjuk pelaksanaan PAKSI ini disiapkan untuk dipergunakan sebagai acuan
pelaksanaan pengelolaan aset dan penilaian kinerja sistem irigasi yang
dilakukan pada suatu daerah irigasi (DI) dalam satu paket pelaksanaan baik di
tingkat BBWS/BWS maupun Dinas PU SDA Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


3.1. Metode Pelaksanaan
3.1.1. Urutan Pelaksanaan
Terkait pelaksanaan kegiatan infrastruktur bidang keirigasian dalam suatu DI,
urutan pelaksanaannya yang ideal dijelaskan dalam gambar 01 dan tabel 01.

3
Tahap 1. Tahap 2. Tahap 3.
PSETK SID/DED Konstruksi

Tahap 8.
Persiapan Update
Tahap 4.
PSETK ≤ 2 Tahun POP

Tahap 7. Tahap 6. Tahap 5.


IKSI PAI OP

Gambar 01. Urutan Pelaksanaan Ideal Kegiatan Infrastruktur Bidang Keirigasian per
Daerah Irigasi

Gambar 01 menunjukan tahapan pelaksanaan yang ideal dalam suatu DI terkait


pelaksanaan kegiatan bidang keirigasian (SIDCOM1), dan dijelaskan secara detail
dalam matriks tabel 01. Adapun urutan ideal pelaksanaan kegiatan
infrastruktur dimaksud didasarkan pada 5 (lima) pilar sistem irigasi di Indonesia
yang terdiri dari Pilar 1: Peningkatan keandalan penyediaan air irigasi; Pilar 2:
Perbaikan sarana dan prasarana irigasi; Pilar 3: Penyempurnaan sistem
pengelolaan irigasi; Pilar 4: Penguatan institusi pengelola irigasi; dan Pilar 5:
Pemberdayaan manusia pelaku pengelola irigasi.

Tabel 01. Matriks Urutan Pelaksanaan Ideal Kegiatan Bidang Keirigasian per DI
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Pertama PSETK (Profil Sosial, PSETK merupakan bagian dari kegiatan yang Penanggung Jawab Utama:
Ekonomi, Teknik, dan bersifat PRA (Participatory Rapid Appraisal) di Ditjen Bangda
Kelembagaan) tingkat DI yang melibatkan Petani (P3A & Kementerian Dalam Negeri
Poktan) serta semua pihak baik pemerintah
maupun pihak lain. Pelaksana:
Keluaran dari penyusunan PSETK dijadikan  DI Pusat: BBWS/BWS
sebagai dasar pelaksanaan tingkat lanjutan.  DI Provinsi: Bappeda
Terkait kegiatan bidang keirigasian, secara Provinsi
ideal sebelum dilaksanakan kegiatan  DI Kabupaten:
SID/DED maka perlu dilakukan penyusunan Bappeda Kabupaten
PSETK. Profil dari semua sumber daya yang
ada dalam suatu DI akan disampaikan dalam
dokumen PSETK.
Kedua SID (Survei, Merupakan kegiatan lanjutan dari PSETK. Penanggung Jawab Utama:
Investigasi, dan Semua konsep disain DI disiapkan dalam Direktorat Irigasi dan
Disain)/DED dokumen SID/DED termasuk disain fasilitas Rawa Kementerian PUPR
(Detailed Engineering OP seperti rumah jaga, patok pembatas
Design) wilayah jaringan irigasi, dan sarana Pelaksana:
pendukung pengelolaan irigasi seperti alat Guna menjamin kualitas
transportasi dan komunikasi yang produk SID/DED,
dibutuhkan dalam kegiatan OP, dan lain-lain. sebaiknya pelaksanaannya
Selain yang disebutkan di atas, produk lain dilakukan oleh Konsultan
dari SID/DED adalah dokumen tender yang Perencanaan yang
terdiri dari dokumen perencanaan teknis, berkualitas.
RAB/RPB, gambar rencana, spesifikasi teknis Pihak BBWS/BWS, Dinas

1 SIDCOM = Survey, Investigation, Design, Construction, Operation, and Maintenance

4
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
pekerjaan, dan Manual OP. PU SDA Provinsi dan
Ditambahkan, SID/DED harus mengakomodir Kabupaten/Kota memiliki
isu perubahan iklim global (climate change), tanggung jawab membina
efisiensi air, perlindungan terhadap isu sosial serta menjamin kualitas
dan lingkungan, serta pro terhadap isu produk SID/DED yang
gender. disiapkan oleh Konsultan
Selain hasil dari PSETK, SID/DED juga Perencanaan khususnya di
dilakukan berdasarkan keluaran dari PAI dan tingkat daerah.
rekomendasi dari IKSI.
Ketiga Konstruksi Kegiatan konstruksi dalam suatu DI dapat Penanggung Jawab Utama:
berupa bangun baru, rehabilitasi dan Direktorat Irigasi dan
peningkatan. Rawa Kementerian PUPR
Kegiatan konstruksi mengacu kepada
dokumen tender yang telah disiapkan dalam Pelaksana:
produk SID/DED. Kegiatan konstruksi
Pengadaan semua fasilitas OP dan sarana dilaksanakan oleh
pendukung pengelolaan irigasi diadakan pada Kontraktor yang memiliki
tahapan kegiatan konstruksi. kualitas di bidang
keirigasian dibawah
pembinaan dan koordinasi
oleh unit teknis sesuai
dengan kewenangan yakni
BBWS/BWS, Dinas PU
SDA Provinsi dan
Kabupaten.
Keempat POP (Persiapan POP atau yang umum dikenal dengan sebutan Penanggung Jawab Utama:
Operasi dan PROM (Preparation for Operation and Direktorat Irigasi dan
Pemeliharaan) Maintenance) adalah kegiatan yang dilakukan Rawa Kementerian PUPR
guna memastikan semua fasilitas yang telah
dibangun dan diadakan khususnya fasilitas Pelaksana:
OP termasuk sarana pendukung pengelolaan Penanggung jawab
irigasi selama masa konstruksi dapat pelaksanaan POP adalah
digunakan sesuai dengan dokumen rencana unik teknis sesuai dengan
dalam SID/DED. kewenangan yakni
Tim Audit Kesiapan OP (Tim Bersama POP) BBWS/BWS, Dinas PU
dibentuk guna melakukan uji coba pengaliran SDA Provinsi dan
(commissioning) dan memastikan Manual OP Kabupaten.
termasuk fasilitas OP dan sarana pendukung
pengelolaan irigasi telah sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Perlu
ditambahkan dengan kegiatan
sosialisasi/bimbingan teknis terkait Manual
OP.
Pelaksanaan POP dilakukan maksimal 2 (dua)
tahun, dimana apabila dijumpai ada fasilitas
yang harus diperbaiki maka pihak Kontraktor
akan bertanggung jawab mengadakan selama
masa pemeliharaan sebelum dilaksanakannya
FHO (Final Hand Over) kepada pemilik
pekerjaan dalam hal ini pemerintah.
Kelima OP (Operasi dan Kegiatan OP dapat dilakukan di tingkat DI Penanggung Jawab Utama:
Pemeliharaan) apabila telah mendapatkan rekomendasi siap Direktorat Bina Operasi
OP dari Tim Audit Kesiapan OP berdasarkan dan Pemeliharaan
hasil uji coba pengaliran dan pemeriksaan Kementerian PUPR
terhadap Manual OP.
Pelaksana:
Penanggung jawab
pelaksanaan OP adalah
unik teknis sesuai dengan
kewenangan yakni
BBWS/BWS, Dinas PU
SDA Provinsi dan
Kabupaten.
Keenam PAI (Pengelolaan Aset Kegiatan PAI dilaksanakan berdasarkan Penanggung Jawab Utama:
Irigasi) Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015. Direktorat Bina Operasi
Pelaksanaan PAI dilakukan setelah kegiatan dan Pemeliharaan

5
Tahapan Penanggung Jawab
Jenis Kegiatan Uraian Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
konstruksi selesai dilakukan, dan hal ini Kementerian PUPR
dilakukan untuk menginventarisasi semua
aset jaringan irigasi yang terbangun serta aset Pelaksana:
pendukung irigasi. Penanggung jawab
Pemutahiran aset irigasi akan dilakukan pelaksanaan PAI adalah
setiap 5 (lima) tahun sekali. Namun apabila unik teknis sesuai dengan
ada perubahan disain dan konstruksi kewenangan yakni
sebelum kurun waktu 5 (lima) tahun BBWS/BWS, Dinas PU
dimaksud, maka kegiatan PAI wajib SDA Provinsi dan
dilakukan. Perlu ditambahkan bahwasanya Kabupaten.
kegiatan evaluasi PAI wajib dilakukan setiap
akhir tahun.
Keluaran PAI di tingkat DI selain hasil
inventarisasi aset irigasi terbangun, namun
juga memberikan rekomendasi biaya dan
urutan prioritas penanganan terkait OP,
rehabilitasi, peningkatan atau bangun baru.
Ketujuh IKSI (Indeks Kinerja Kegiatan IKSI dilaksanakan berdasarkan Penanggung Jawab Utama:
Sistem Irigasi) Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 dan Direktorat Bina Operasi
Permen PUPR lainnya terkait irigasi rawa dan Pemeliharaan
pasang surut dan lebak. Kementerian PUPR
Sebagaimana dengan pelaksanaan PAI,
kegiatan IKSI dilakukan setelah kegiatan Pelaksana:
konstruksi selesai dilakukan, dan hal ini Penanggung jawab
dilakukan guna mengukur kinerja sistem pelaksanaan IKSI adalah
irigasi yang ada di tingkat DI. unik teknis sesuai dengan
Guna memastikan kinerja sistem irigasi, kewenangan yakni
maka IKSI dilakukan setiap tahun. BBWS/BWS, Dinas PU
Keluaran kegiatan IKSI selain informasi SDA Provinsi dan
kinerja sistem irigasi, juga memberikan Kabupaten.
rekomendasi kegiatan OP dan konstruksi
untuk rehabilitasi, peningkatan atau bangun
baru.
Kedelapan Masa persiapan Tahapan terakhir pelaksanaan kegiatan Penanggung Jawab Utama:
update PSETK bidang keirigasian di tingkat DI adalah masa Ditjen Bangda
persiapan penyusunan PSETK yang setidak Kementerian Dalam Negeri
akan dilakukan dalam kurun waktu paling
lambat 2 (dua) tahun setelah pelaksanaan Pelaksana per DI:
penyusunan PSETK sebelumnya.  DI Pusat: BBWS/BWS
Hal ini dilakukan untuk memutahirkan  DI Provinsi: Bappeda
semua sumber daya yang ada dalam suatu DI Provinsi
dengan cara melibatkan petani (partisipatif).  DI Kabupaten:
Bappeda Kabupaten

3.1.2. Pengelolaan Aset Irigasi


a. Maksud dan Tujuan Pengelolaan Aset Irigasi
Sebagaimana disebutkan dalam Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015, maksud
dari kegiatan pengelolaan aset irigasi adalah sebagai acuan bagi Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, pemerintah desa,
masyarakat petani, dan pengelola jaringan irigasi lainnya dalam melaksanakan
pengelolaan aset irigasi.

Sedangkan tujuan dari Permen PUPR dimaksud adalah agar pengelola irigasi
mampu melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan. Lebih lanjut terkait PAI dapat dilihat dalam Juknis Modul PAI.

b. Kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi


Pengelolaan aset irigasi dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan:
i. Inventarisasi aset irigasi;

6
ii. Perencanaan pengelolaan aset irigasi;
iii. Pelaksanaan pengelolaan aset irigasi;
iv. Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi; dan
v. Pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi.

c. Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi


Berdasarkan Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015, sistem informasi (SI)
pengelolaan aset irigasi dikembangkan dengan tujuan untuk mendukung
pelaksanaan pengelolaan aset irigasi. Dan untuk mendukung hal dimaksud
diperlukan beberapa komponen pendukung sebagai berikut:
i. Adanya unit pengelola data aset irigasi;
ii. Adanya perangkat keras yang terdiri dari komputer beserta
perlengkapannya, perangkat global positioning system (GPS), dan kamera
digital (kalau diperlukan); dan
iii. Perangkat lunak yang berupa program komputer (software).

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengelolaan Aset Irigasi


i. Setiap unit pelaksana teknis baik pada DI kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota wajib menyelenggarakan kegiatan pengelolaan aset irigasi;
ii. Pemerintah desa dan pengelola jaringan irigasi lainnya juga bertanggung
jawab terhadap pengelolaan aset irigasi yang menjadi wewenang dan
tanggung jawabnya; dan
iii. Kegiatan pengelolaan aset irigasi pada jaringan irigasi tersier menjadi hak
dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air (P3A).

e. Teknis Inventarisasi Aset Irigasi


Produk dari kegiatan inventarisasi adalah data aset irigasi di setiap DI yang
disimpan dalam data storage di kantor pengelola DI sesuai dengan
kewenangannya. Sedangkan pelaksana inventarisasi adalah pengelola DI yang
bersangkutan.

Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:


i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang; dan
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a) kelembagaan, b)
sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d) peralatan OP, dan e)
lahan.

Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:


i. Pengumpulan data umum dikumpulkan seperti data DI dan data
ketersediaan air;
ii. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan irigasi air
tanah (apabila ada);
iii. Pengumpulan data aset pendukung;
iv. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang disiapkan
sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI, dan
memperhatikan kode-kode yang diperlukan; dan
v. Alur kegiatan inventarisasi aset irigasi yang dilakukan setiap tahun dan 5
(lima) tahun sekali dapat dilihat dalam gambar 02.

7
f. Pendekatan Pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi dengan Teknologi Terkini
Kondisi pengelolaan aset irigasi yang telah terbangun sebelumnya yakni PDSDA-
PAI (Pengelelolaan Data Sumber Daya Air – Pengelolaan Aset Irigasi) masih
bersifat local network dan belum ada data dasar untuk perencanaan irigasi
terutama peta jaringan dan layanan area irigasi. PDSDA–PAI adalah salah satu
submodul dari program aplikasi PDSDA. PDSDA-PAI memadukan antara
penggunaan data tabular dan spasial (peta untuk jaringan irigasi/skema irigasi).
Berdasarkan hal tersebut, maka PDSDA-PAI dibangun dengan mengintegrasikan
perangkat lunak berbasis tekstual dengan sistem informasi geografis.

Persiapan

Pengisian Form
di Kantor

Survei Lapangan

Perekaman Koordinat Pengisian Form


GPS & Foto Lapangan

Validasi
Data

Pemasukan ke Data
Storage

Stop

Gambar 02. Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi


(Sumber: Modifikasi dari Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015)

Tindak lanjut dari sistem yang sudah ada tersebut, saat ini dikembangkan
sistem PAI baru yang dapat mengakomodasi keperluan perencanaan irigasi
secara akurat dan efisien. Pendekatan berbasis web, realtime dan mudah
penggunaan di lapangan menjadi faktor utama yang dikembangkan ke sistem
yang baru.

8
LiDAR Aerial
Survey

Digitalization Interpretation GIS Output

LiDAR Terrestrial
Survey

LiDAR Underwater
Survey

Output
Ground Check Condition of
Survey Android Irrigation

Correction
Data ePAKSI Update

Data Migration
(PDSDA-PAI)

Gambar 03. Skema Pemasukan Hasil Survei LiDAR dan Data Migrasi dari PDSDA-PAI
ke dalam ePAKSI

Adapun teknologi berbasis peta dari google terkait peta dasar serta penggunaan
LiDAR sebagai input dalam penggunaan peta dasar irigasi adalah merupakan
salah satu pendekatan yang dilakukan saat ini. Kombinasi antara teknologi
LiDAR dan ground survey diharapkan dapat memberi hasil yang cepat dan
akurat dalam sistem PAI yang baru. Teknologi LiDAR dapat memberi informasi
yang detail mengenai skema jaringan irigasi, data topografi, serta penggunaan
lahan sekitar jaringan irigasi.

Sedangkan metode ground survey akan digunakan sebagai alat untuk


mengetahui profil aset jaringan irigasi dan guna mengidentifikasi serta
menginventarisasi tingkat kerusakan bangunan secara detail. Proses ground
survey akan didukung dengan penggunaan Aplikasi Android yang bersifat
offline atau online, sehingga data dari lapangan dapat dikirimkan secara cepat
ke server PAI dan dapat digunakan sebagai perencanaan irigasi selanjutnya.

Tujuan dari pengelolaan aset irigasi ini untuk melakukan inventarisasi sarana
prasarana penunjang jaringan irigasi secara efektif, realtime dan efisien dengan
pendekatan web based interface. Inovasi baru dengan teknologi LiDAR dan
sistem online (tampilan website) akan membantu pemangku kepentingan untuk
membuat keputusan untuk program irigasi.

Sedangkan keluaran dari data LiDAR akan digunakan sebagai peta dasar PAI
antara lain:
i. DEM (Digital Elevation Model): resolusi 5-30 cm;
ii. Ortophoto (Hasil foto): resolusi 5-30 cm; dan
iii. Interpretasi jaringan dan bangunan irigasi (shapefile) skala detail.

9
Data PAI lama yang pernah disiapkan sebelumnya dengan aplikasi PDSDA-PAI
dapat dimigrasi ke dalam sistem ePAKSI yang baru. Lebih lanjut pemasukan
Hasil Survei LiDAR, ground survey, dan migrasi data PAI lama melalui aplikasi
PDSDA-PAI dimasukkan ke dalam Sistem ePAKSI dapat dilihat dalam gambar
03.

g. Teknis Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi


Rencana pengelolaan aset irigasi (RPAI) merupakan langkah kedua setelah
adanya pelaksanaan inventarisasi PAI. Tujuan dari RPAI dilakukan adalah
untuk mencapai peningkatan pelayanan yang diinginkan. Dengan perencanaan
pengelolaan aset irigasi yang baik diharapkan kondisi dan fungsi aset akan
terjaga sehingga tingkat layanan yang diharapkan dapat dicapai.

g.1. Pemilihan Tingkat Pelayanan Irigasi:


Tingkat pelayanan irigasi merupakan elemen penting dalam PAI, karena
investasi yang dilakukan dalam PAI harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan
irigasi dimaksud.

Adapun yang diukur dalam tingkat pelayanan irigasi adalah kinerja sistem
irigasi. Lebih lanjut untuk menentukan kinerja masing-masing aset
menggunakan penjelasan yang terdapat pada bagian pengukuran kinerja sistem
irigasi, yakni:
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - <80 : kinerja baik
 55 - <70 : kinerja kurang dan perlu perhatian
 < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian.

Penentuan kinerja individual aset jaringan dapat dinilai oleh petugas operasi dan
pemeliharaan jaringan yang berpengalaman.

Untuk aset pendukung yang terdiri dari unsur kelembagaan, SDM, bangunan
gedung, peralatan, dan lahan, kinerjanya ditentukan atas dasar perbandingan
antara keberadaan dan kebutuhan aset pendukung sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi dan pedoman terkait lainnya.

g.2. Urgensi Upaya Penanganan


Urgensi upaya penanganan aset jaringan irigasi ditentukan di lapangan dengan
melihat langsung kondisi dan fungsi dari aset yang diinventarisasi. Terdapat 5
kategori urgensi:
 Sangat Urgen yaitu perlu dilaksanakan dalam 1 tahun setelah inventarisasi;
 Sangat Urgen yaitu perlu dilaksanakan dalam 2 tahun setelah inventarisasi;
 Urgen yaitu perlu dilaksanakan penanganan dalam 3 tahun setelah
inventarisasi;
 Kurang Urgen yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 4 tahun setelah
inventarisasi; dan
 Jangka Panjang yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 5 tahun setelah
inventarisasi.

10
Keputusan mengenai urgensi tersebut ditentukan atas pertimbangan obyektif
petugas survei inventarisasi bersama dengan unsur P3A. Adapun pertimbangan
obyektif dimaksud antara lain berupa ketahanan aset bertahan pada kondisi
sekarang (saat inventarisasi), pengaruh penundaan usulan pekerjaan pada
produksi padi, dan kemampuan keuangan guna membiayai usulan pekerjaan.

g.3. Penanganan dan Prioritas Perbaikan Aset Jaringan Irigasi


Pengajuan dana untuk keperluan pengelolaan jaringan irigasi dari tahun ke
tahun tidak selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu jenis
penanganan dan prioritas perbaikan perlu dibuat berdasarkan atas data:
1) Luas Daerah Irigasi (Adi);
2) Luas layanan terpengaruh kerusakan aset (Aas);
3) Kondisi fisik jaringan irigasi; dan
4) Fungsi fisik jaringan irigasi.

..................................................................(1)

Dimana:
P = Prioritas
K = Skor kondisi (lihat bagian rekomendasi penanganan)
F = Skor fungsi (lihat bagian rekomendari penanganan)
Aas = Luas layanan terpengaruh kerusakan aset
Adi = Luas daerah irigasi.

Skala prioritas memberikan penjelasan sebagai berikut:


 Angka prioritas yang kecil menunjukkan aset jaringan irigasi dimaksud
termasuk dalam kategori segera ditangani;
 Angka prioritas yang besar menunjukkan aset jarigan irigasi dimaksud
termasuk dalam kategori yang tidak perlu segera ditangani;
 Bentuk penanganan dapat mengacu kepada 5 kategori urgensi yang telah
disebutkan sebelumnya.

g.4. Rekomendasi Penanganan


Kondisi aset jaringan irigasi sebagai berikut:
 Kondisi Baik (B)2 dengan tingkat kerusakan > 0% - 10%;
 Kondisi Rusak Ringan (RR)3 dengan tingkat kerusakan > 10% - 20%;
 Kondisi Rusak Sedang (RS)4 dengan tingkat kerusakan > 20% - 40%; dan
 Kondisi Rusak Berat (RB)5 dengan tingkat kerusakan > 40%.

Fungsi aset jaringan irigasi sebagai berikut:


 Fungsi Baik (B) dengan tingkat penurunan fungsi > 0% - 10%;
 Fungsi Kurang (K) dengan tingkat penurunan fungsi > 10% - 20%;
 Fungsi Buruk (BR) dengan tingkat penurunan fungsi > 20% - 40%; dan

2 Setara dengan kondisi Baik Sekali (BS) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)
3 Setara dengan kondisi Baik (B) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)
4 Setara dengan kondisi Sedang (S) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)
5 Setara dengan kondisi Jelek (J) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015)

11
 Tidak berfungsi (TB) dengan tingkat penurunan fungsi > 40%.

Rekomendasi penanganan aset jaringan irigasi berdasarkan kondisi, fungsi,


tingkat urgenitas serta prioritas penanganan dapat dilihat dalam tabel 02.

Tabel 02. Rekomendasi Penanganan Aset Jaringan Irigasi


Kondisi Aset Fungsi Aset Rekomendasi
No. Bobot (%)
Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi Penanganan
1 Baik (B) Baik (B) > 0% - 10% Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan berkala
2 Rusak Ringan (RR) Kurang (K) > 10% - 20%
yang bersifat perawatan
Pemeliharaan berkala
3 Rusak Sedang (RS) Buruk (B) > 20% - 40%
yang bersifat perbaikan
Pemeliharaan berkala
4 Rusak Berat (RB) Tidak Berfungsi (TB) > 40% yang bersifat perbaikan
berat atau penggantian

Sedangkan untuk aset pendukung yang terdiri dari unsur kelembagaan, SDM,
bangunan gedung, peralatan, dan lahan, rekomendasi penanganannya
ditentukan atas dasar perbandingan antara keberadaan dan kebutuhan aset
pendukung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan pedoman
terkait lainnya.

g.5. Legenda dan Skema Aset Irigasi


Terkait legenda dan skema aset irigasi di setiap DI dapat dilihat dalam gambar
04 hingga 08.

Gambar 04. Legenda Daerah Irigasi


(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07, 2013

12
Gambar 05. Legenda Daerah Irigasi
(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07, 2013)

Gambar 06. Legenda Daerah Irigasi


(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 07, 2013)

13
Gambar 07. Standar Skema Jaringan Irigasi
(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01, 2013)

Gambar 08. Standar Skema Bangunan Irigasi


(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01, 2013)

14
Guna membantu pelaksanaan survei aset jaringan irigasi di tingkat DI,
pemahaman tim surveyor perlu dioptimalkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
ataupun hambatan. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 04 hingga 08,
legenda DI, skema jaringan dan bangunan irigasi dapat dijadikan acuan bagi
para surveyor agar dapat melaksanakan kegiatan penelusuran dengan baik di
lapangan.

3.1.3. Pengukuran Kinerja Sistem Irigasi


a. Maksud dan Tujuan Pengukuran Kinerja Sistem Irigasi
Khususnya tentang irigasi permukaan, maka kegiatan pengukuran kinerja
sistem irigasi mengacu kepada Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Adapun maksud dari kegiatan
pengukuran kinerja sistem irigasi adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan
pengukuran kinerja sistem irigasi.

Lebih lanjut tujuan dari kegiatan pengukuran kinerja sistem irigasi berdasarkan
pada Permen PUPR No. 12/PRT/m/2015 adalah untuk mengetahui kondisi
kinerja sistem irigasi yang meliputi i) prasarana fisik, ii) produktivitas tanam, iii)
sarana penunjang, iv) organisasi personalia, v) dokumentasi, dan vi) kondisi
kelembagaan P3A.

b. Tahapan Penilaian Kinerja


b.1. Pelaksanaan Penelusuran Jaringan:
Dalam pelaksanaan penelusuran jaringan setiap tim yang terbentuk harus
diwakili/mengikutkan juru, P3A/GP3A/IP3A, dan pihak lain, serta apabila
diperlukan dapat melibatkan Mantri Pertanian/Penyuluh Pertanian.

Walkthrough (penelusuran jaringan) untuk penilaian kinerja sistem irigasi


(Sistem Irigasi Primer sampai dengan Sistem Irigasi Tersier) pada setiap DI
kewenangan untuk mendapatkan:
i. Penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh (sistem irigasi primer sampai
dengan sistem irigasi tersier);
ii. Data inventarisasi jaringan irigasi utama (jumlah bangunan, panjang
saluran, termasuk saluran pembuang);
iii. Data inventarisasi jaringan irigasi tersier (jumlah bangunan, panjang
saluran, termasuk saluran pembuang), yang belum dan sudah dibangun
termasuk luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum;
iv. Peta Petak Tersier (yang menunjukkan trase saluran tersier dan batas petak
tersier); dan
v. Dokumentasi berupa foto-foto dan video hasil penelusuran jaringan di
lapangan.

b.2. Komponen Penilaian Kinerja Sistem Irigasi:


Komponen penilaian kinerja sistem irigasi terdiri dari komponen penilaian
kinerja sistem irigasi utama dan tersier.

Khusus untuk irigasi permukaan dalam Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015


disebutkan bahwasanya pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian

15
kinerja sistem irigasi utama ada 6 (enam) paramater yang dimonitor dan
dievaluasi yakni:
1. Prasarana Fisik Jaringan Utama:
Adapun parameter ini terdiri dari beberapa sub-parameter sebagai berikut:
i. Bangunan utama;
ii. Saluran Pembawa;
iii. Bangunan pada saluran pembawa;
iv. Saluran Pembuang dan Bangunannya;
v. Jalan Masuk/Inspeksi; dan
vi. Kantor, Perumahan, dan Gudang.
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
i. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
ii. Realisasi luas tanam (IP); dan
iii. Produktivitas padi.
3. Sarana Penunjang terdiri dari:
i. Peralatan OP;
ii. Transportasi;
iii. Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD; dan
iv. Alat Komunikasi.
4. Organisasi Personalia terdiri dari:
i. Organisasi OP telah disusun dengan batasan-batasan tanggungjawab dan
tugas yang jelas Petugas OP yang ada sudah terlatih; dan
ii. Personalia.
5. Dokumentasi terdiri dari:
i. Buku data daerah irigasi; dan
ii. Peta dan gambar-gambar.
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) terdiri dari:
i. GP3A/IP3A sudah berbadan hukum;
ii. Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A;
iii. Rapat Ulu-ulu/GP3A/IP3A dengan ranting/Pengamat/UPTD;
iv. GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan ;
v. Partisipasi GP3A/IP3A dalam jaringan dan Penanganan Bencana Alam;
vi. Iuran P3A digunakan untuk perbaikan jaringan; dan
vii. Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata Tanam dan Pengalokasian Air.

Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian kinerja sistem


irigasi tersier juga terdiri dari 6 (enam) komponen yakni:
1. Prasarana Fisik Jaringan Tersier:
Parameter ini terdiri dari beberapa sub-parameter yakni:
i. Saluran Pembawa;
ii. Bangunan pada saluran pembawa; dan
iii. Saluran Pembuang dan Bangunannya.
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
i. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
ii. Realisasi luas tanam (IP); dan
iii. Produktivitas padi.
3. Kondisi OP Jaringan Tersier terdiri dari:
i. Bobolan (pengambilan liar) dari saluran induk, sekunder, dan tersier;
ii. Giliran pembagian air pada waktu debit kecil;
iii. Pembersihan saluran tersier secara gotong royong/diborongkan; dan

16
iv. Perlengkapan pendukung OP.
4. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia/SDM terdiri dari:
i. Tersedianya petugas teknis P3A;
ii. Petugas OP yang ada sudah terlatih; dan
iii. Mampu dan sering berkomunikasi dengan petani dan juru, termasuk PPL.
5. Dokumentasi terdiri dari:
i. Buku data petak tersier meliputi : Buku Administrasi Organisasi, Manual
OP Tersier, Jadwal dan Pola Tanam; dan
ii. Peta dan gambar-gambar meliputi : Peta wilayah kerja, peta petak tersier,
skema jaringan tersier, skema bangunan, dan gambar purna laksana.
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) terdiri dari:
i. Status badan hukum P3A;
ii. Kondisi kelembagaan;
iii. Aktivitas P3A;
iv. Partisipasi anggota P3A dalam OP;
v. Iuran OP untuk tersier;
vi. Kemampuan fungsional dan koordinasi dalam perencanaan tata tanam
dan pengalokasian air; dan
vii. Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi.

c. Bobot dan Indikator Penilaian Sistem Irigasi Utama


c.1. Pembobotan:
Dalam menentukan bobot penilaian kinerja sistem irigasi utama dengan
mempertimbangkan keterkaitan beberapa komponen dalam pengelolaan sistem
irigasi utama dengan bobot maksimum sebagai berikut:
1. Prasarana Fisik : 45 %
terdiri dari:
- Bangunan utama : 13 %;
- Saluran pembawa : 10 %;
- Bangunan pada saluran pembawa : 9 %;
- Saluran pembuang dan bangunannya : 4%
- Jalan masuk/inspeksi : 4%
- Kantor, perumahan, dan Gudang : 5%

2. Produktivitas tanam : 15 %
terdiri dari:
- Pemenuhan kebutuhan air (faktor K) : 9 %;
- Realisasi luas tanam : 4 %;
- Produktivitas padi : 2%

3. Sarana Penunjang : 10 %
terdiri dari:
- Peralatan O&P : 4 %;
- Transportasi : 2 %;
- Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD : 2 %
- Alat komunikasi : 2 %

4. Organisasi personalia : 15 %
terdiri dari:

17
- Organisasi O&P telah disusun dengan
batasan-batasan tanggungjawab dan tugas
yang jelas : 5 %;
- Personalia : 10 %;

5. Dokumentasi : 5%
terdiri dari:
- Buku data DI : 2 %;
- Peta dan gambar-gambar : 3 %;

6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) : 10 %


terdiri dari:
- GP3A/IP3A sudah berbadan hukum : 1,5 %
- Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A : 0,5 %
- Rapat Ulu-ulu/P3A Desa/GP3A/IP3A
dengan Ranting/Pengamat/UPTD : 2%
- GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan : 1%
- Partisipasi anggota GP3A/IP3A dalam perbaikan
jaringan dan penanganan bencana alam : 2%
- Iuran GP3A/IP3A untuk partisipasi perbaikan jaringan
Utama : 2%
- Partisipasi GP3A/IP3A dalam Perencanaan Tata
Tanam dan Pengalokasikan Air : 1%

c.2. Indikator Penilaian:


Dalam penentuan indikator penilaian dibagi dalam beberapa kelompok kondisi
sebagai berikut :
1. Kondisi Prasarana Fisik ada 4 indikator terdiri:
- Baik Sekali (BS) > 90-100% atau tingkat kerusakan : > 0 - 10 %
- Baik (B) > 80-90% atau tingkat kerusakan : > 10 - 20%
- Sedang (S) > 60-80% atau tingkat kerusakan : > 20 - 40 %
- Jelek (J) < 60% atau tingkat kerusakan : > 40 %
2. Kondisi non fisik (produktivitas tanaman, sarana penunjang, organisasi
personalia, dokumentasi dan GP3A/IP3A) ada 4 indikator yang terdiri dari:
- Baik Sekali (BS) : > 90-100%
- Baik (B) : > 80-90%
- Sedang (S) : > 60-80%
- Jelek (J) : < 60

c.3. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Utama:

Tabel 03. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Utama


Yg ada Maks Min Optimum
No. Komponen Keterangan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana fisik 45 25 35
2 Produktivitas tanam 15 10 12,5
3 Sarana Penunjang 10 5 7,5
4 Organisasi Personalia 15 7,5 10
5 Dokumentasi 5 2,5 5

18
6 GP3A/IP3A 10 5 7,5
JUMLAH 100 55 77,5

c.4. Kategori Kinerja:


Berdasarkan hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dihasilkan Indeks
kinerja dengan nilai:
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - <80 : kinerja baik
 55 - <70 : kinerja kurang dan perlu perhatian
 < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian.

d. Bobot dan Indikator Penilaian Sistem Irigasi Tersier


d.1. Pembobotan:
Dalam menentukan bobot penilaian kinerja sistem irigasi tersier dengan
mempertimbangkan keterkaitan beberapa Komponen dalam pengelolaan sistem
irigasi tersier dengan bobot maksimum sebagai berikut:
1. Prasarana Fisik : 25 %
terdiri dari:
- Saluran pembawa : 14 %;
- Bangunan pada saluran pembawa : 8 %;
- Saluran pembuang dan bangunannya : 3%

2. Produktivitas tanaman : 15 %
terdiri dari:
- Pemenuhan kebutuhan air (faktor K) : 9 %;
- Realisasi luas tanam : 4 %;
- Produktivitas padi : 2%

3. Kondisi O&P : 20 %
terdiri dari:
- Tingkat adanya bobolan : 6 %;
- Giliran pembagian air waktu debit kecil : 4 %;
- Pembersihan saluran tersier : 6 %
- Perlengkapan pendukung OP : 4 %

4. Petugas O&P/Organisasi personalia : 15 %


terdiri dari:
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A tersedia : 6 %;
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A tlh terlatih : 4,5 %;
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A sering komunikasi
dengan petani dan juru pengairan : 4,5 %

5. Dokumentasi : 5%
terdiri dari:
- Buku data petak tersier : 2 %;
- Peta dan gambar-gambar : 3 %;

6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) : 20 %


terdiri dari:

19
- Status badan hukum P3A : 2 %
- Kondisi kelembagaan : 3 %
- Aktivitas rapat-rapat P3A : 2 %
- Aktivitas survey/penelusuran jaringan : 3 %
- Partisipasi anggota P3A dalam perbaikan
jaringan dan penanganan bencana alam :3%
- Iuran OP untuk tersier : 2%
- Kemampuan fungsional dan koordinasi dalam
perencanaan tata tanam dan pengalokasian air : 3%
- Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi : 2%

d.2. Indikator Penilaian:


Dalam penentuan indikator penilaian dibagi dalam beberapa kelompok kondisi
sebagai berikut :
1. Prasarana Fisik ada 4 indikator terdiri :
- Baik Sekali (BS) > 90-100% atau tingkat kerusakan : > 0 - 10 %
- Baik (B) > 80-90% atau tingkat kerusakan : > 10 - 20%
- Sedang (S) > 60-80% atau tingkat kerusakan : > 20 - 40 %
- Jelek (J) < 60% atau tingkat kerusakan : > 40 %

2. Untuk non fisik (produktivitas tanaman, kondisi OP, petugas OP/organisasi


personalia, dokumentasi dan P3A) ada 4 indikator yang terdiri dari:
- Baik Sekali (BS) : > 90-100%
- Baik (B) : > 80-90%
- Sedang (S) : > 60-80%
- Jelek (J) : < 60

d.3. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Tersier:

Tabel 04. Indeks Kinerja Sistem Irigasi Tersier


Yg ada Maks Min Optimum
No. Komponen Keterangan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana fisik 25 15 20
2 Produktivitas tanam 15 10 12,5
3 Kondisi OP 20 10 15
4 Petugas OP/Org/SDM 15 7,5 10
5 Dokumentasi 5 2,5 5
6 P3A 20 10 15
JUMLAH 100 55 77,5

d.4. Kategori Kinerja:


Berdasarkan hasil penilaian kinerja system irigasi tersier dihasilkan Indeks
kinerja dengan nilai :
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - < 80 : kinerja baik
 55 - < 70 : kinerja kurang dan perlu perhatian
 < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian.

20
Tabel 05. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
SISTEM IRIGASI UTAMA SISTEM IRIGASI TERSIER
Indeks Indeks NILAI
Kondisi Bobot Kondisi Bobot TOTAL
No. KOMPONEN No. KOMPONEN
yang (80%) yang (20%)
Ada Ada
PRASARANA
1. PRASARANA FISIK 45 36 1. 25 5 41
FISIK
PRODUKTIVITAS PRODUKTIVITAS
2. 15 12 2. 15 3 15
TANAM TANAM
SARANA
3. 10 8 3. KONDISI OP 20 4 12
PENUNJANG
ORGANISASI ORGANISASI
4. 15 12 4. 15 3 15
PERSONALIA PERSONALIA
5. DOKUMENTASI 5 4 5. DOKUMENTASI 5 1 5

6. GP3A/IP3A 10 8 6. P3A 20 4 12

100 80 100 20 100

e. Format Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


Rekapitulasi hasil penilaian kinerja sistem irigasi (lihat tabel 05) diperoleh dari
penjumlahan hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier, dengan
komposisi pembobotan berdasarkan luas layanan irigasi, yang dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok 1 untuk DI lebih dari 1000 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 80%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 20%.
2. Kelompok 2 untuk DI antara 150 ha - 1000 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 60%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 40%.
3. Kelompok 3 untuk Daerah Irigasi < 150 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 50%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 50%.

f. Pendekatan Pelaksanaan Penilaian Kinerja Sistem Irigasi dengan Teknologi


Terkini
Pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi dilaksanakan dengan menggunakan
sistem aplikasi Android ePAKSI yang berbasis Web, dan panduan pelaksanaan
kegiatan baik di lapangan maupun di kantor dapat menggunakan Kriteria dan
Bobot IKSI baik untuk jaringan utama dan tersier yang dapat dilihat dalam
Juknis terlampir.

3.1.4. PAKSI
a. Latar Belakang
PAKSI (Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi) adalah sebuah sistem yang
dibangun dengan tujuan menggabungkan pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi
dengan Penilaian Kinerja Sistem Irigasi dalam satu sistem informasi atau
disebut dengan ePAKSI. Hal ini didasarkan kepada beberapa pertimbangan
sebagai berikut:
1. PAI dan IKSI dalam kegiatan penelusuran di lapangan meninjau bangunan
dan saluran serta semua fasilitas lain yang sama pada setiap DI;

21
2. Parameter evaluasi aset dan kinerja sistem irigasi adalah sama, yakni: i)
prasarana fisik, ii) produktivitas tanam untuk IKSI, namun pada PAI
dipisahkan menjadi dua bagian yakni ketersediaan air dan indeks
pertanaman; iii) sarana penunjang, iv) organisasi personalia, v) dokumentasi,
dan vi) perkumpulan petani pemakai air (P3A); dan
3. Guna menjamin adanya efisiensi pelaksanaan khususnya dalam kegiatan
penelusuran lapangan serta hasil yang efektif dan akurat.

Penggabungan kedua modul PAI dan IKSI adalah sejalan dengan pelaksanan ICT
(Information and Communication Technologies) yang praktis, good data
governance, serta ICT Blue Print (Cetak Biru Teknologi Informasi dan
Komunikasi) yang tertera dalam Permen PUPR No. 35/PRT/M/2016.

b. Pembagian Tugas dalam PAKSI


Sebagaimana diketahui bahwasanya terdapat begitu banyak sistem informasi
dan aplikasi yang dibangun khususnya pada Ditjen SDA Kementerian PUPR
untuk berbagai kebutuhan. Sejauh ini semua sistem dan aplikasi yang dibangun
terkesan berjalan sendiri-sendiri padahal produk yang diberikan adalah untuk
kepentingan SDA.

Menyadari hal tersebut di atas, maka digagas sebuah pendekatan yang


menyatukan semua sistem dan aplikasi dimaksud ke dalam suatu sistem yang
sama yang hanya berfungsi mengelola semua sumber data yang ada demi
mendukung pelaksanaan SDA yang handal dan tepat guna, dan sistem tersebut
dikenal dengan “Single Log-on”. Adapun ePAKSI adalah merupakan bagian dari
single log-on.

Dalam e-PAKSI, terdapat 2 unit IT (Informasi dan Teknologi) yakni:


i. IT Task Force, yang bertugas memperkuat setiap unit/lembaga yang ada di
SDA seperti Direktorat Pengembangan Jaringan SumberDaya Air dimana
Subdit SISDA berada di dalamnya yang bertanggung jawab langsung
terhadap Sistem Informasi dan Data SDA, Direktorat Bina OP, dan
Direktorat Irigasi dan Rawa; dan
ii. Data Stewards adalah semua sistem dan aplikasi yang ada dan sedang
dibangun oleh masing-masing unit dalam Ditjen SDA.

c. Teknologi ePAKSI
c.1.Teknologi Data Warehouse:
Teknologi yang dipakai didasarkan kepada “Open Source” teknologi yakni:
i. Bahasa program: PHP http://en.wikipedia.org/wiki/PHP yang didukung
oleh Codelgniter: http://en.wikipedia.org/wiki/Codelgnite dan Laravel:
http://en.wikipedia.org/wiki/Laravel
ii. Database: PostGreSQL: http://en.wikipedia.org/wiki/PostgreSQL dan
PostGIS: http://en.wikipedia.org/wiki/PostGIS lalu MySQL:
http://en.wikipedia.org/wiki/MySQL
iii. HTML/CSS: http://www.w3.org/standards/webdesign/htmlcss
iv. Javascript framework seperti: Jquery UI (jquery.com), JS Angular
(angularjs.org)
v. Dan beberapa yang lain untuk mobile dan interactive maps seperti
leafletjs.com.

22
c.2.Teknologi Android:
Teknologi yang dipakai adalah Native Android untuk e-PAKSI seperti:
i. Bahasa program: Java http://en.wikipedia.org/wiki Java (programming
langguage) atau Kotlin; dan
ii. Database: SQLite http://en.wikipedia.org/wiki/SQLite .

Persiapan IT dapat berupa:


i. Kajian kebutuhan dasar, penyusunan draft spesifikasi, dan metodologi;
ii. Panduan teknis dan survei; dan
iii. Pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan.

d. Pelaksanaan Penelusuran PAKSI


Pelaksanaan penelusuran PAKSI dilakukan oleh Tim Penelusuran pengelolaan
aset irigasi dan kinerja sistem irigasi pada DI dengan menggunakan Android
Survei dan beberapa alat bantu ukur.

Dalam melakukan penelusuran, Tim Penelusuran akan mengacu pada Buku


Petunjuk Teknis (Juknis) yang merupakan bagian dari Juklak ini.

e. Metode Pelaksanaan PAKSI


e.1. Kegiatan Persiapan:
Ada beberapa kegiatan persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
PAKSI di tingkat DI, sebagai berikut:
1) Sosialisasi:
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam
pelaksanaan pengelolaan aset dan penilaian kinerja sistem irigasi utama
dan tersier untuk DI Kewenangan Pusat, Provinsi dan Kabupaten dimana
melibatkan unsur-unsur:
 BBWS/BWS;
 OPD TP-OP Dinas PU/PSDA Provinsi/Kabupaten dan Kota; dan
 Pakar/Praktisi irigasi.

Kegiatan ini umumnya dilakukan di tingkat Pusat dibawah koordinasi


Direktorat Bina OP, Ditjen SDA Kementerian PUPR.
2) Pelatihan/Bimbingan Teknis:
2.1. Pelatihan/Bimbingan Teknis di Tingkat Pusat (TOT bagi Staf Pemerintah):
Adapun maksud dari kegiatan TOT (Training of Trainer) kepada staf
pemerintah adalah agar pelaksanaan supervisi dan pelaksanaan baseline
maupun update PAKSI pada setiap DI per kewenangan dapat dilakukan
secara periodik, real-time, dan mandiri oleh para staf pemerintah.

Sedangkan tujuan dari kegiatan TOT adalah:


 Melatih staf pemerintah terkait pelaksanaan PAKSI dengan
menggunakan Aplikasi Android berbasis web; dan
 Meningkatkan pemahaman dan kemampuan staf pemerintah dalam
melaksanakan kegiatan supervisi pelaksanaan PAKSI serta
melaksanakan kegiatan PAKSI dengan menggunakan Aplikasi Android
berbasis web secara mandiri.

23
Pelatihan/bimbingan teknis ini dilakukan oleh Direktorat Bina OP, Ditjen
SDA Kementerian PUPR, dan yang menjadi peserta dalam kegiatan TOT ini
adalah:
 Staf Direktorat Bina OP;
 Staf Direktorat Irigasi dan Rawa;
 Staf Direktorat PJSDA, Subdit SISDA;
 Staf BBWS/BWS; dan
 Staf OPD Dinas PU/PSDA Provinsi/Kabupaten dan Kota.

Bagi para staf pemerintah yang telah dilatih menjadi trainer, secara
periodik maupun rutin akan melatih staf lain di lingkungan kerjanya
masing-masing termasuk petugas operasi dan pemeliharaan di tingkat DI,
sehingga nantinya dapat melakukan kegiatan PAKSI secara periodik
ataupun real-time di lapangan dan memasukan semua data dimaksud ke
dalam web-PAKSI dengan menggunakan Aplikasi Android apabila terdapat
penambahan (pembangunan baru, rehabilitasi/peningkatan) ataupun
kerusakan khususnya aset jaringan irigasi dan pengukuran kinerja sistem
irigasi.
2.2. Pelatihan/Bimbingan Teknis Tim Penelusuran PAKSI:
Adapun maksud dari kegiatan pelatihan/bimbingan teknis kepada Tim
Penelusuran PAKSI adalah pelaksanaan PAKSI baik baseline maupun
update pada setiap DI per kewenangan dapat dilakukan secara benar dan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (Juklak) maupun petunjuk teknis
(Juknis) yang telah disiapkan oleh Direktorat Bina OP.

Sedangkan tujuan dari kegiatan pelatihan/bimbingan teknis ini adalah:


 Melatih Tim Penelusuran PAKSI terkait pelaksanaan PAKSI dengan
menggunakan Aplikasi Android berbasis web; dan
 Meningkatkan pemahaman dan kemampuan Tim Penulusuran PAKSI
dalam melaksanakan kegiatan PAKSI secara benar dan sesuai dengan
Juklak maupun Juknis yang telah disiapkan oleh Direktorat Bina OP.

Yang menjadi peserta dari kegiatan pelatihan/bimbingan teknis ini adalah


semua tenaga penelusuran PAKSI baik di tingkat pusat maupun provinsi
dan para tenaga surveyor/enumerator termasuk didalamnya para petugas
OP, P3A, dan wakil perguruan tinggi (apabila diperlukan).

Sedangkan yang menjadi narasumber dari kegiatan ini adalah:


 Narasumber tingkat Pusat (Direktorat Bina OP, Direktorat Irigasi dan
Rawa, Direktorat PJSDA/Subdit. SISDA) yang telah dilatih menjadi
trainer dalam kegiatan TOT;
 Tim TA-ADB; dan
 Dapat melibatkan trainer dari staf pemerintah(BBWS/BWS, OPD Dinas
PU/PSDA Provinsi/Kabupaten dan Kota) yang telah dilatih pada kegiatan
TOT yang dilakukan oleh Direktorat Bina OP.
3) Pengadaan dan Pelatihan Tenaga QC (Quality Control):
3.1. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan User (Pelaksana) PAKSI:
Adapun pengadaan tenaga QC diperlukan untuk melakukan kegiatan
Monitoring dan Evaluasi (Monev) proses pelaksanaan PAKSI yang

24
dilakukan oleh staf pemerintah maupun tim Penelusuran PAKSI (user) di
tingkat DI.

Start
Penelusuran
Aset Jaringan
Irigasi

Profil Aset: Koordinat,


Nomen Klatur, Jenis
Bangunan/Saluran, Penilaian Kinerja Sistem Data Kebutuhan
Irigasi Pemeliharaan & Data
Dimensi, Tahun
Kerusakan
Dibangun, Dll

Data Tindakan
Pencegahan &
Pengamanan

Data Pemeliharaan
Rutin utk Perawatan
& Perbaikan Ringan

Data Kerusakan utk


Perawatan,
Perbaikan, &
Penggantian

Data Perbaikan
Darurat

Stop
Penelusuran
Aset Jaringan
Irigasi

Aset Jaringan Irigasi Penilaian Jaringan Irigasi

Gambar 09. Tahapan Pelaksanaan Pengumpulan Data Infrastruktur di Tingkat DI


dengan Aplikasi Android PAKSI

Tugas utama dari tenaga QC adalah mengontrol kualitas pelaksanaan


PAKSI di tingkat jaringan irigasi. Dalam menjalankan tugasnya tenaga QC
akan menggunakan alat monev berupa Aplikasi Android dengan variabel
monev (lihat juga tabel 06) sebagai berikut:

25
 Variabel kondisi lokasi DI pelaksanaan DI, dimana dapat terdiri dari
beberapa karakter misalnya i) luas DI berdasarkan kewenangan yang
terdiri dari 3 (tiga) yakni kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, dan ii) posisi topografi DI seperti pada daerah
berbukit/dataran tinggi dan/atau pada daerah dataran rendah;
 Variabel sumber daya manusia yang telah dilatih;
 Variabel materi pelatihan (training);
 Variabel metodologi pelaksanaan PAKSI; dan
 Variabel aplikasi Android berbasis web.

Tenaga QC adalah para trainer yang telah dilatih pada kegiatan TOT, dan
merupakan tenaga staf dari BBWS/BWS, Dinas PU SDA Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Kemudian para QC ditingkat daerah dimaksud akan
dikoordinir oleh Tim Teknis QC yang diadakan oleh Direktorat Bina OP dan
bertugas di Pusat.

Adapun hasil monev tenaga QC dari masing-masing DI berdasarkan


kewenangan akan dilaporkan kepada Direktorat Bina OP. Hasil laporan
tenaga QC akan dipakai oleh Direktorat Bina OP sebagai hasil dari kegiatan
monev, namun apabila diperlukan akan melakukan penyempurnaan
pelaksanaan PAKSI untuk tahapan selanjutnya.

Narasumber/pelatih bagi para tenaga QC adalah Tim TA-ADB yang


bertanggung jawab membangun sistem ePAKSI berbasis web. Namun
dengan telah dilatihnya Tim Staf Pemerintah di tingkat pusat (Direktorat
Bina OP, Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat PJSDA-Subdit SISDA pada
kegiatan TOT, maka lebih lanjut tim ini akan bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan pelatihan bagi tenaga QC yang direkruit.

3.2. Monitoring dan Evaluasi IT PAKSI:


Tenaga QC yang bertugas melaksanakan monev terkait IT (Information
Technology) sangat dibutuhkan bagi tercapainya keberlanjutan PAKSI yang
tepat sasaran di tingkat DI.

Hasil monev QC terkait pelaksanaan PAKSI oleh user khususnya yang


berkenaan dengan variabel aplikasi Android berbasis web apabila perlu
dimutahirkan dan dikembangkan, maka tenaga QC IT akan melakukan
tugas ini.

Adapun tenaga QC IT direkrut dan dilatih secara khusus, dan yang akan
melaksanakan pelatihan bagi tenaga dimaksud adalah Tim TA-ADB.
Sedangkan yang bertanggung jawab mengadakan tenaga QC IT adalah
Direktorat PJSDA-Subdit SISDA.

26
Tabel 06. Variabel dan Indikator Pelaksanaan Quality Control untuk User
NI (Nilai Indikator - %)*
Bobot Sangat Sangat
Tinggi Rendah
No Uraian (%) Tinggi Rendah
(75 – 50 ≈ (50 – 25 ≈
(100 – 75 (25 – 0 ≈
62.5) 37.5)
≈ 87.5) 12.5)
d = (c) x e = (c) x f = (c) x g = (c) x
(a) (b) (c)
87.5 62.5 37.5 12.5
1 Kondisi Lokasi Daerah Irigasi (DI) 20
DI Kewenangan
1.1
Pusat/Provinsi/Kabupaten
Tingkat kemudahan mengakses
5
lokasi DI
Tingkat kecepatan penyelesaian
survei terhadap luasan DI
5
Kewenangan
Pusat/Provinsi/Kabupaten
Tingkat kecepatan penyelesaian
survei terhadap kondisi topografi
6
DI yang berbukit dan dataran
tinggi
Tingkat kecepatan penyelesaian
survei terhadap kondisi topografi 4
DI yang landai dan dataran rendah
Sumber Daya Manusia yang telah
2 25
dilatih
Tingkat pemahaman terhadap
2.1 kondisi aset dan kinerja irigasi di 15
lapangan
Tingkat kemampuan menggunakan
2.2 10
aplikasi Android di lapangan
3 Materi Pelatihan (Training) 20
Tingkat pemahaman/kemudahan
3.1 penyerapan peserta training 12.5
terhadap materi ajar
Tingkat kehandalan materi ajar
3.2 guna menjawab target pelaksanaan 7.5
di lapangan
4 Metode Pelaksanaan PAKSI 10
Tingkat efektifitas penerapan
metode pelaksanaan PAKSI terkait
4.1 10
pengelolaan aset dan kinerja
sistem irigasi
5 Aplikasi Android Berbasis Web 25
Tingkat kemudahan penggunaan
5.1 10
aplikasi Android di lapangan
Tingkat kehandalan penggunaan
aplikasi Android dalam
5.2 7.5
inventarisasi aset dan kinerja
sistem irigasi

27
NI (Nilai Indikator - %)*
Bobot Sangat Sangat
Tinggi Rendah
No Uraian (%) Tinggi Rendah
(75 – 50 ≈ (50 – 25 ≈
(100 – 75 (25 – 0 ≈
62.5) 37.5)
≈ 87.5) 12.5)
d = (c) x e = (c) x f = (c) x g = (c) x
(a) (b) (c)
87.5 62.5 37.5 12.5
Tingkat kemudahan web PAKSI
dalam proses kompilasi, analisa
5.3 7.5
dan tampilan hasil inventarisasi
aset dan kinerja sistem irigasi
Total (%) 100 87.5 62.5 37.5 12.5

Catatan:
* = diisi sesuai oleh Tim QC sesuai dengan kondisi yang dijumpai ketika
melaksanakan kegiatan monev.

Penilaian akhir atas Nilai Akhir atau skor yang tertera dalam tabel 08 dapat
dijelaskan sebagai berikut:
 Kolom uraian menjelaskan variabel dan indikator detail setiap variabel;
 Kolom bobot (%) atau tanpa satuan, dimana menjelaskan nilai pengaruh
masing-masing variabel terkait kinerja pelaksanaan PAKSI yang dilakukan
oleh pengguna (user);
 Kolom NI menjelaskan parameter kualitatif dari setiap indikator yang
dikuantitatifkan ke dalam angka (%) mulai dari NI Sangat Tinggi (87.5%), NI
Tinggi (62.5%) , NI Rendah (37.5%), dan NI Sangat Rendah (12.5 %);
 Sedangkan penilaian akhir dari tabel 08 adalah sebagai berikut:
 NI 87.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator adalah SANGAT BAIK
(SB);
 NI 62.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator adalah BAIK (B);
 NI 37.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator JELEK (J) dan
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan sebagian terhadap indikator
dimaksud; dan
 NI 12.5% = kinerja pelaksanaan PAKSI per indikator SANGAT JELEK (SJ)
dan memerlukan perbaikan dan penyempurnaan secara keseleruhan
terhadap indikator dimaksud.

e.2.Kegiatan PAKSI di Tingkat DI:


Para staf pemerintah atau surveyor dari tim penelusuran di tingkat DI akan
menggunakan aplikasi Android untuk mengumpulkan data PAI dan IKSI, dan
urutan pelaksanaannya dapat dilihat dalam gambar 09.

Dalam gambar 09 tertera tahapan kegiatan penelusuran yang harus dilakukan


oleh staf pemerintah atau surveyor di tingkat DI yakni dimulai dengan
pelaksanaan PAI guna menentukan profil aset jaringan irigasi berupa koordinat,
nomen klatur, jenis bangunan/saluran, dimensi, tahun dibangunnya DI dan
fasilitasnya, dan lain-lain.

Setelah profil aset ditentukan, kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan


penilaian kinerja sistem irigasi dan kemudian diakhiri dengan kegiatan
inventarisasi data kebutuhan pemeliharaan dan kerusakan aset jaringan irigasi.

28
Gambar 09 menunjukkan proses penelusuran bagi aset jaringan irigasi,
sedangkan kegiatan pengumpulan data/inventarisasi kondisi aset pendukung
irigasi akan tetap menggunakan aplikasi Android. Lebih lanjut penggunaan
aplikasi Android dapat dilihat pada Juknis PAKSI Penggunaan Aplikasi Android.

Kemudian guna membantu para staf pemerintah dan surveyor di lapangan agar
lebih mudah melaksanakan kegiatan penelusuran di tingkat DI, maka tabel 07
dapat digunakan sebagai acuan.

Tabel 07. Kategori Aset, Sumber Data, & Jenis Data PAI & IKSI
Kategori Sumber Jenis
No. Uraian Aset Keterangan
Data Data
I Prasarana Fisik
Menggunakan Aplikasi
1 Bangunan Utama AB DL P
Android ePAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Saluran Pembawa AB DL P
Android ePAKSI
Bangunan pada Saluran Menggunakan Aplikasi
3 AB DL P
Pembawa Android ePAKSI
Saluran Pembuang dan Menggunakan Aplikasi
4 AB DL P
Bangunannya Android ePAKSI
Menggunakan Aplikasi
5 Jalan Masuk/Inspeksi AB DL P
Android ePAKSI
Kantor, Perumahan dan Menggunakan Aplikasi
6 AB DL P
Gudang Android ePAKSI
II Produktivitas Tanam
Menggunakan Aplikasi
1 Pemenuhan Kebutuhan Air N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Realisasi Luas Tanam N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
3 Produktivitas Padi N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
III Sarana Penunjang
Menggunakan Aplikasi
1 Peralatan OP AP DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Transportasi AP DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
Alat-Alat Kantor
3 AP DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
Ranting/Pengamat/UPTD
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
4 Alat Komunikasi AP DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
IV Organisasi Personalia
Menggunakan Aplikasi
1 Organisasi OP N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Personalia N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
V Dokumentasi

29
Kategori Sumber Jenis
No. Uraian Aset Keterangan
Data Data
Menggunakan Aplikasi
1 Buku Data DI N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Peta dan Gambar-Gambar N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
VI P3A/GP3A/IP3A
Menggunakan Aplikasi
1 Berbadan Hukum N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
2 Kondisi Kelembagaan N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
Rapat dengan
3 N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
Ranting/Pengamat/UPTD
PAKSI
Menggunakan Aplikasi
Aktif Survei/Penelusuran
4 N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
Jaringan
PAKSI
Partisipasi Perbaikan Menggunakan Aplikasi
5 Jaringan dan Penanganan N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
Bencana Alam PAKSI
Menggunakan Aplikasi
Iuran untuk Perbaikan
6 N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
Jaringan
PAKSI
Partisipasi dalam Menggunakan Aplikasi
7 Perencanaan Tata Tanam N/A DL, DS P, S Android ePAKSI & Web-
dan Pengalokasian Air PAKSI
Sumber: Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015

Catatan:
1. Kategori Aset:
AB : Aset bangunan infrastruktur seperti jaringan utama, jaringan tersier,
bangunan pertemuan, bangunan gedung
AP : Aset pendukung seperti kendaraan darat, alat komunikasi, peralatan
dan perlengkap OP, dan lain sebagainya
N/A : Tidak terkategori
2. Sumber Data:
DL : Data lapangan yang diambil di setiap DI
DS : Data yang diambil bukan di DI dan merupakan data sekunder
3. Jenis Data:
P : Data primer
S : Data sekunder

e.3.Penentuan Prioritas Penanganan Hasil dari Penelusuran PAKSI di Tingkat DI:


Bagi para staf pemerintah maupun tim penelusuran PAKSI berkewajiban
menentukan prioritas penanganan hasil dari penelusuran PAKSI di tingkat DI.
Dan terkait hal ini pada bagian sebelumnya dengan menggunakan rumus 1,
maka prioritas penanganan aset jaringan irigasi khususnya bangunan dan
saluran yang berfungsi mengalirkan air dapat ditentukan. Kemudian dengan
menggunakan tabel 02 rekomendasi penanganan juga dapat ditentukan.

30
Guna membantu para pihak yang melakukan kegiatan PAKSI di setiap DI,
penentuan prioritas penanganan secara komprehensif selain mengacu pada
rumus 1 dan tabel 02, pada bagian berikut ini ditambahkan beberapa arahan
atau pertimbangan yang akan dipakai.

Bagi DI yang memiliki kondisi ketersediaan Q (debit) berkelimpahan serta


kondisi IP/Indeks Pertanaman (luas areal yang ditanami) lebih dari 163 %, maka
penentuan prioritas penanganan perlu diperhitungkan secara matang
khususnya terkait alokasi anggaran. Hal ini dilakukan guna mempertimbangkan
aspek efektifitas penanganan dan efisiensi pembiayaan atas rekomendasi yang
akan diberikan.

Lebih lanjut tabel 08.1 dan 08.2 menjelaskan bagaimana prioritas penanganan
terhadap hasil penelurusan PAKSI dilakukan oleh staf pemerintah atau surveyor
dari tim penelusuran PAKSI.

Tabel 08.1. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Prasarana Fisik


Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP (padi)
Uraian
PUPR No. Q > & IP (>) atau Q >& IP
Kondisi Q & IP (<)
12/PRT/M/2015 <
Nilai Kinerja 1. Rehabilitasi atau 1. Pelaksanaan operasi dan 1. Rehabilitasi atau
Prasarana pemeliharaan berkala pemeliharaan rutin pemeliharaan berkala
Fisik < 55 % yang bersifat perbaikan hingga pemeliharaan yang bersifat perbaikan
dan kondisi berat/pengantian; dan berkala yang bersifat berat/pengantian; dan
kerusakan > 2. Pelaksanaan operasi dan perawatan pada aset 2. Pelaksanaan operasi dan
40% pemeliharaan rutin jaringan irigasi yang pemeliharaan rutin
hingga pemeliharaan tidak terkena kegiatan hingga pemeliharaan
berkala yang bersifat rehabilitasi atau berkala berkala yang bersifat
perawatan pada aset yang bersifat perbaikan perawatan pada aset
jaringan irigasi yang tidak berat/penggantian jaringan irigasi yang
terkena kegiatan tidak terkena kegiatan
rehabilitasi atau rehabilitasi atau
pemeliharaan berkala pemeliharaan berkala
yang bersifat perbaikan yang bersifat perbaikan
berat/penggantian berat/penggantian
IKSI < 55 % 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala
dan kondisi
kerusakan ≤
40 %
Nilai Kinerja 1. Pelaksanaan Operasional; 1. Pelaksanaan Operasional; 1. Pelaksanaan Operasional;
Prasarana 2. Pemeliharaan Rutin 2. Pemeliharaan Rutin 2. Pemeliharaan Rutin
Fisik ≥ 55 % (kerusakan < 10%); (kerusakan < 10%); (kerusakan < 10%);
dan kondisi 3. Pemeliharaan berkala 3. Pemeliharaan berkala 3. Pemeliharaan berkala
kerusakan ≤ yang bersifat perawatan yang bersifat perawatan yang bersifat perawatan

31
Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP (padi)
Uraian
PUPR No. Q > & IP (>) atau Q >& IP
Kondisi Q & IP (<)
12/PRT/M/2015 <
40% (kerusakan 10 – 20%); (kerusakan 10 – 20%); (kerusakan 10 – 20%);
dan dan dan
4. Pemeliharaan Berkala 4. Pemeliharaan Berkala 4. Pemeliharaan Berkala
yang bersifat perbaikan yang bersifat perbaikan yang bersifat perbaikan
(kerusakan 21 – 40%) (kerusakan 21 – 40%) (kerusakan 21 – 40%)
IKSI ≥ 55 % 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala 1. Pemeliharaan berkala
dan kondisi
kerusakan >
40 %

Catatan:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
1. Q (debit) yang identik dengan Faktor 𝐾 = , dan K ≥ 1
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛
adalah kondisi dimana Q yang tersedia ≥ Q yang dibutuhkan. Demikian
sebaliknya, apabila K < 1 artinya Q yang tersedia < Q yang dibutuhkan;
2. IP (padi) adalah Indeks Pertanaman yang identik dengan realisasi luas
tanam. IP yang ideal adalah ≥ 163 % (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
3. Rehabilitasi adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur (aset
jaringan irigasi) harus memenuhi kriteria sistem irigasi teknis dimana
sedapat mungkin aset jaringan yang ada dapat melewatkan air secara
sempurna tanpa mengalami kebocoran atau kehilangan air. Komponen
infrastruktur direhabilitasi hingga mencapai angka maksimum 45 % sesuai
dengan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015;
4. Pemeliharaan berkala adalah perbaikan yang diberikan kepada
infrastruktur (aset jaringan irigasi) tidak diharuskan memenuhi kriteria
sistem irigasi teknis dimana dalam kondisi minimal air dapat dilewatkan
hingga ke bagian hilir dari petak tersier yang ada. Tidak memperhitungkan
faktor kebocoran atau kehilangan air pada saluran. Apabila disesuaikan
dengan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015, maka angka minimum untuk
komponen infrastruktur adalah 25 %; dan
5. Adapun rehabilitasi minimum terhadap komponen infrastruktur dapat
disamakan dengan kegiatan pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
berat/penggantian.

Tabel 08.2. Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Non-Prasarana Fisik


Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP
Uraian
PUPR No.
Kondisi Q & IP (>) atau Q >& IP < Q & IP (<)
12/PRT/M/2015
 Nilai 1. Komponen non- 1. Komponen non- 1. Komponen non-
IKSI < infrastruktur infrastruktur infrastruktur
55 % ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga
 Kondisi mencapai angka mencapai angka mencapai angka
Kerusak maksimal maksimal maksimal
an >
40%
 Nilai 1. Komponen non- 1. Komponen non- 1. Komponen non-

32
Rekomendasi Permen Status Debit (Q) & IP
Uraian
PUPR No.
Kondisi Q & IP (>) atau Q >& IP < Q & IP (<)
12/PRT/M/2015
IKSI ≥ infrastruktur dapat infrastruktur dapat infrastruktur dapat
55 % ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga
 Kondisi mencapai angka mencapai angka mencapai angka
Kerusak maksimal, atau cukup maksimal, atau cukup maksimal, atau cukup
an ≤ mencapai angka mencapai angka mencapai angka
40% minimal minimal minimal

Catatan:
1. Angka maksimal Produktivitas Tanam adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 25 %;
2. Angka maksimal Sarana Penunjang adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 5 %;
3. Angka maksimal Organisasi Personalia adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 7,5 %;
4. Angka maksimal Dokumentasi adalah 5 %, sedangkan angka minimalnya
adalah 2,5 %; dan
5. Angka maksimal P3A adalah 10 %, sedangkan angka minimalnya adalah 5
%.

e.4.Kegiatan Real-Time PAKSI di Tingkat DI:


Adapun yang dimaksudkan dengan kegiatan real-time PAKSI di tingkat DI
adalah:
1) Kegiatan yang dilakukan oleh staf pemerintah di tingkat BBWS/BWS,
Dinas PU SDA Provinsi/Kabupaten dan Kota pada masing-masing DI
kewenangan terhadap informasi terkini untuk semua variabel PAI dan IKSI
khususnya infrastruktur;
2) Kegiatan real-time dilakukan diluar kegiatan periodik PAKSI per tahun oleh
masing-masing pihak per kewenangan;
3) Terkait infrastruktur, kegiatan real-time akan difokuskan pada informasi
kondisi dan fungsi aset jaringan irigasi terkini misalnya akibat kerusakan
serta bencana alam; dan
4) Petugas OP bertanggung jawab mengumpulkan data terkait hal ini dengan
menggunakan Aplikasi Android. P3A memiliki peran memberikan informasi
dimaksud kepada Petugas OP secara partisipatif.

Terkait pengumpulan data real-time khususnya infrastruktur, petugas OP dan


P3A akan mengumpulkan data-data sebagai berikut:
1) Informasi koordinat aset jaringan irigasi; dan
2) Informasi kondisi dan fungsi aset jaringan irigasi berupa foto dan
keterangan/penjelasan per aset yang dijumpai di lapangan.

Petugas OP dan P3A akan dilatih secara khusus dengan menggunakan Aplikasi
Android tentang data real-time. Prinsip kerja dari penggunaan Android ini sama
dengan Aplikasi Android PAKSI yang berbasis web. Namun dalam
pelaksanaannya, petugas OP dan P3A yang bertugas tidak perlu melakukan
analisa terkait kategori kondisi dan fungsi yang dijumpai di lapangan. Yang akan
dilakukan adalah cukup melaporkan kondisi dan fungsi yang dijumpai.

33
Hasil laporan dari petugas OP dan P3A dimaksud akan langsung tersimpan dan
terbaca pada web-PAKSI setelah disinkroninasi atau dikirim oleh petugas OP
dan P3A ketika Android dimaksud telah terhubung dengen internet (on-line).

Sistem web-PAKSI akan menampilkan informasi dimaksud pada dashboard dan


memberikan peringatan (warning) kepada penanggung jawab DI per kewenangan
untuk ditindak lanjuti penangganannya.

Dengan demikian guna menjamin adanya keberlanjutan pengelolaan irigasi,


maka di setiap penanggung jawab DI harus dibentuk Unit PAI. Dimana Unit PAI
dimaksud harus terdiri dari staf yang terlatih, perangkat Android beserta
peralatan komputer, serta alokasi anggaran OP yang memadai agar proses
monitoring dan penanganannya dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat.

e.4.Perkiraan Peningkatan Kinerja di Tingkat DI:


Setelah tahapan penentuan skala prioritas penanganan selesai dilakukan, maka
pada bagian akhir dari kegiatan PAKSI adalah menentukan perkiraan
peningkatan kinerja DI setelah terlaksananya kegiatan intervensi yang
didasarkan pada setiap rekomendasi penanganan.

Secara garis besar ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
perkiraan peningatan kinerja setiap DI adalah sebagai berikut:
1) Tentukan kondisi dan fungsi dari aset jaringan irigasi yang ada;
2) Tentukan kinerja sistem irigasi;
3) Tentukan skala prioritas penanganan sistem irigasi berdasarkan tingkatan
urgenitas dalam tahun pelaksanaan, dimana hasil dari penentuan ini juga
akan dipakai dalam menyusun rencana pengembangan dan pengelolaan
irigasi (RP2I); dan
4) Tentukan perkiraan peningkatan kinerja setelah dilaksanakannya kegiatan
penanganan sistem irigasi sesuai dengan urgenitas dalam tahun
pelaksanaan.

Sebagai acuan terhadap 4 tahapan di atas, maka tabel 09 dan tabel 10 dapat
digunakan dalam menentukan perkiraan peningkatan kinerja DI.

3.2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


Adapun keberlanjutan pengelolaan irigasi di setiap DI diawali dengan adanya
proses identifikasi kondisi semua aset dan kinerja sistem irigasi. Hal ini
dilakukan dalam 2 (dua) tingkatan tahapan, yakni tingkatan tahapan baseline
dan tingkatan tahapan update. Dalam tahapan baseline, semua DI yang belum
pernah dilakukan kegiatan PAKSI maka wajib dilaksanakan kegiatan identifikasi
guna menentukan kondisi semua aset dan kinerja sistem irigasi. Sedangkan bagi
DI yang telah dilaksanakan kegiatan baseline PAKSI sebelumnya, maka secara
periodik/pertahun akan dilakukan kegiatan update PAKSI hingga tahun ke 5
(lima) sebagaimana diatur dalam Permen PUPR tentang PAI. Dengan demikian,
dalam DI yang bersangkutan pasca tahun ke 5 perlu dilakukan kembali kegiatan
baseline PAKSI. Selanjutkan kedua tahapan ini akan dilakukan secara
bergantian.
Kedua tahapan kegiatan dimaksud akan terdiri dari kegiatan:
 Persiapan;

34
 Pengumpulan data dan kompilasi data;
 Analisa data;
 Presentasi/workshop; dan
 Penyiapan dan pelaporan.
Terkait jangka waktu kegiatan, umumnya kedua tahapan kegiatan tersebut
dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran.

4. LOKASI PELAKSANAAN
Adapun lokasi pelaksanaan kegiatan PAKSI adalah pada seluruh DI untuk
Kewenangan Pusat, Kewenangan Provinsi dan Kewenangan Kabupaten/Kota.

5. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Adapun besaran biaya yang diperlukan bagi kegiatan baseline maupun update
adalah disesuaikan dengan kondisi penganggaran di setiap unit pengadaan.
Sedangkan sumber pendanaan dapat berasal dari sumber APBN, APBD,
pinjaman (loan), ataupun sumber lain.

35
Tabel 09. Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi
Skor Tingkat Urgenitas
Aset Jaringan Nomen Usulan
No Kondisi Fungsi Kinerja Prioritas (Thn) Keterangan
Irigasi Klatur Penanganan
(%) I II III IV

Tabel 10. Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Pendukung Irigasi pada Daerah Irigasi
Skor Tingkat Urgenitas
Aset Jaringan Nomen Usulan
No Kondisi Kinerja Prioritas (Thn) Keterangan
Irigasi Klatur Penanganan
(%) I II III IV

36

Anda mungkin juga menyukai