LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
KATA PENGANTAR
Berdasarkan ketentuan yang telah disyaratkan didalam Kerangka Acuan Kerja dan Surat
Perjanjian Pekerjaan Jasa Konsultansi antara PPK Operasi dan Pemeliharaan SDA I (O & P SDA
I) Satuan Kerja Operasi Dan Pemeliharan SDA Nusa Tenggara I Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara I dengan PT. INDRA KARYA (Persero) Divisi Engineering I, dalam Surat
Perjanjian/Kontrak Nomor HK.02.03/KONT-OPSDA I/4884/2019, tanggal 9 Desember 2019,
tentang pekerjaan Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan di Pulau Lombok
(Bendungan Pandanduri, Kengkang, Jangkih Jawa, Sepit dan Batu Nampar) maka disusunlah
Laporan Pendahuluan Bendungan Jangkih Jawa dari pekerjaan tersebut diatas.
Laporan Pendahuluan ini berisi tentang data dan informasi yang didapatkan, metodologi
pelaksanaan pekerjaan serta rencana dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Demikian laporan ini dibuat, dengan harapan Laporan ini dapat dibuat sebagai bahan untuk
kajian selanjutnya..
Konsultan,
i
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 UMUM ............................................................................................................................. 1-1
1.2 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1-1
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................................ 1-2
1.4 LANDASAN HUKUM .................................................................................................. 1-3
1.4.1 Standar Teknis .......................................................................................... 1-3
1.4.2 Referensi Hukum ..................................................................................... 1-4
1.5 LINGKUP PEKERJAAN .............................................................................................. 1-5
1.6 SASARAN ....................................................................................................................... 1-9
1.7 APRESIASI PROGRAM PEKERJAAN .................................................................... 1-9
1.7.1 Nama Pekerjaan........................................................................................ 1-9
1.7.2 Organisasi Pengguna Jasa ..................................................................... 1-10
1.7.3 Jangka Waktu Pelaksanaan .................................................................. 1-10
1.8 SISTEMATIKA PELAPORAN .................................................................................. 1-10
ii
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
iii
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
iv
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
DAFTAR TABEL
v
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7-1 Struktur Organisasi Pengguna Jasa Satuan Kerja O & P SDA Nusa
Tenggara I ........................................................................................................................... 7-1
Gambar 7-2 Struktur Organisasi Hubungan Antara Pelaksana Pekerjaan dan
Pengguna Jasa ................................................................................................................... 7-2
Gambar 7-3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................ 7-3
vi
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB I
PENDAHULUAN
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Dalam rangka mencapai konsepsi tiga pilar keamanan diatas, maka bendungan harus
dilengkapi dengan dokumen studi yang berisi konsep keamanan bendungan,
diantaranya:
1-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
a. Dokumen inspeksi besar yang dikeluarkan oleh Unit Pengelola Bendungan atau
pemilik bendungan yang menyatakan keamanan bendungan dari sisi struktur
bendungan
b. Dokumen Pedoman Operasi dan Pemeliharaan serta pemantauan Bendungan
c. Dokumen Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan
Berdasarkan hasil dari studi ketiga pilar diatas, kemudian akan menghasilkan
rekomendasi kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
untuk mengeluarkan sertifikasi dari Kementerian PUPR terkait pembangunan maupun
ijin operasi. Ketiga dokumen studi tersebut diatas akan dikeluarkan oleh Komisi
Keamanan Bendungan (KKB) yang disetujui oleh Kepala Balai Bendungan, yang akan
mengeluarkan studi pendahuluan dari dokumen-dokumen tersebut, sebelum diproses
dalam Diskusi Teknis dan Diskusi Pleno oleh Komisi Keamanan Bendungan (KKB).
Jumlah Bendungan yang termasuk kedalam kegiatan DOISP-II dibawah BWS Nusa
Tenggara I adalah 73 bendungan dengan masing-masing memiliki karakteristik dan
permasalahan yang berbeda-beda satu sama lain. Dalam rangka memastikan bahwa
seluruh bendungan tersebut telah ditangani dengan baik, maka dilakukan studi-studi
diatas yang akan diikuti dengan kegiatan peningkatan dan rehabilitasi. Dilain pihak,
dengan mempertimbangkan batasan waktu dan efektivitas biaya, maka masing-masing
studi akan meliputi 5 (lima) bendungan. Kelebihan dari penggabungan tersebut adalah
efesiensi pelibatan jumlah tenaga ahli, efesiensi kegiatan lapangan/survei yang relatif
sama, serta efesiensi waktu dibandingkan apabila masing-masing bendungan
dipaketkan secara terpisah.
Isi kegiatan dalam paket ini sendiri adalah:
No Bendungan Kegiatan
Inspeksi Besar RTD Rev. Pedoman OP Spesial Study
1 Pandan Duri
2 Kengkang
3 Jangkih Jawa
4 Sepit
5 Batu Nampar
Maksud dari kegiatan ini adalah meninjau panduan OP, inspeksi besar, dan studi
khusus untuk Bendungan Pandanduri, Kengkang, Jangkih Jawa, Sepit, dan Batu Nampar
sebagai persiapan bahan studi teknis dan melengkapi persyaratan teknis dalam rangka
mendapatkan persetujuan Izin Operasi Bendungan.
Tujuan pekerjaan ini untuk memperoleh Sertifikat Izin Operasi Bendungan
Pandanduri, Kengkang, Jangkih Jawa, Sepit, dan Batu Nampar sesuai dengan peraturan
dan regulasi yang berlaku.
1-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
19. Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air No. 199/KPTS/D/2003 tentang
Pengesahan Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan Bagian
1-5;
20. Pedoman Pengendalian Rembesan pada Bendungan Urugan, Desember 2005, dari
Direktorat Sungai Danau dan Waduk, Direktorat Jenderal SDA, Departemen PU;
21. Pedoman Pelaksnaaan Konstruksi Bendungan Urugan, Nopember 2004, Direktorat
Bina Teknik, Direktorat Jenderal SDA, Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah;
22. Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan, Maret 2003, dari Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air;
23. Keputusan Direktur Jenderal SDA No. 04/KPTS/D/2007 tentang Pembangunan
Bendungan Urugan pada Pondasi Tanah Lunak;
24. Keputusan Direktur Jenderal SDA No. 27/KPTS/D/2008 tentang Analisis Dinamik
Bendungan Urugan;
25. Keputusan Direktur Jenderal SDA No. 39/KPTS/D/2009 tentang Survey dan
Monitoring Sedimentasi Waduk;
26. Keputusan Direktur Jenderal SDA No. 257/KPTS/D/2011 tentang Klasifikasi
Bahaya Bendungan;
27. Pedoman Teknis Penilaian Resiko Bendungan dari Direktorat Jenderal SDA;
28. Standar pedoman terkait lainnya.
1-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
A. INSPEKSI UTAMA
1-6
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Atterberg Limit
Liquid limit (W1) (SNI-1967-1990-F)
Plastic limit (Wp) (SNI-1966-1990-F)
Plasticity Index (PI)
Shrinkage limit (SNI-M-18-1991-03)
Trixial Test (SKSN-M-05-1990-F)
Consolidation Test (SKSNI-M-108-1990-F)
Compaction Test (SNI-1743-1989-F)
Free Press Strength Test
c. Pemetaan Geologi
1-7
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2. Pengukuran Topografi
3. Survei Bathymetry Survey
a. Analisis Data Lapangan
b. Volume Reservoir dan Analisis Volume Sedimen Bekerja
c. Pengukuran Tachymetry
d. Pekerjaan Penggambaran Peta Kontur
4. Analisis Dam Break
5. Survei Sosial Ekonomi
A. Survei Sosial Ekonomi dan Menentukan Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan
B. Analisis Kerugian dan InaSAFE
6. Perumusan Rencana Tindak Darurat Bendungan (RTD)
7. Peta Genangan Banjir
8. Mempersiapkan Animasi Dambreak
9. Analisis Kerugian Ekonomi
10. Diskusi / Sosialisasi Rencana Tindakan Darurat (RTD)
1. Desk study dari Pedoman O & P bendungan yang telah ada dan regulasi / pedoman
terkait bangunan pelengkap dan keamanan bendungan;
2. Pengumpulan data pemantauan
3. Evaluasi dan analisis data pemantauan;
Hasil survei kondisi bagian-bagian waduk dan bendungan (intake, spillway,
bangunan instrumentasi) dll.,
Kondisi hasil survei dari skema irigasi dan bangunan yang ada
Evaluasi kelayakan stabilitas hidrologi, hidrolik, dan bendungan
Hitung volume penyimpanan waduk
Hitung stabilitas bendungan untuk mendapatkan nilai rembesan dan nilai
keamanan bendungan.
Menyiapkan pola operasi
4. Menyiapkan Pedoman operasi dan pemeliharaan;
5. Menyiapkan Prosedur Operasional Standar (SOP) Pemeliharaan, Operasi, dan
Pemantauan
6. Perumusan rencana anggaran;
Biaya operasi dan pemeliharaan rutin (setiap tahun)
1-8
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1.6 SASARAN
1-9
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Jangka waktu pelaksanaan sesuai dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah selama
480 (Empat Ratus Delapan Puluh) hari kalender atau 16 (enam belas) bulan dihitung
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
1. Bab 1 Pendahuluan
2. Bab 2 Gambaran Umum Wilayah Studi
3. Bab 3 Inventarisasi Data dan Kajian Terhadap Data Yang Tersedia
4. Bab 4 Pemeriksaan Pendahuluan dan Matrikulasi dan Kondisi
5. Bab 5 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
6. Bab 6 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
7. Bab 7 Organisasi Pekerjaan
8. Bab 8 Penutup
1-10
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2 BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
2.1 UMUM
Pada studi ini, lokasi Bendungan Jangkih Jawa berada di Desa Mangkang, Kecamatan
Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi
kegiatan dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Lokasi
Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu bagian dari Propinsi Nusa Tenggara
Barat memiliki posisi koordinat bumi antara 116 O05’ sampai 116 O24’ Bujur Timur dan
8O24’ sampai 8 O57’ Lintang Selatan dengan luas wilayah mencapai 1.208,39 km²
(120.839 ha).
2-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Letak geografis, Kabupaten Lombok Tengah diapit oleh dua kabupaten lain yakni
Kabupaten Lombok Barat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Lombok Timur di
sebelah timur dan utara, sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia.
Kabupaten Lombok Tengah mengalami pemekaran wilayah desa sebanyak 15 desa,
sehingga jumlah desa yang ada di kabupaten Lombok Tengah berjumlah 139 desa.
sedangkan jumlah kecamatan tetap berjumlah 12 kecamatan.
Dataran di Lombok Timur meliputi pegunungan dan dataran rendah yang
membentang sampai daerah pantai. Daerah pegunungan terdapat di wilayah bagian
utara yakni kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dengan ketinggian puncak
3.726 meter dari permukaan. laut. Adapun di bagian tengah sampai selatan berupa
dataran rendah.
Kecamatan dengan wilayah (daratan) terluas yaitu Kecamatan Pujut dengan luas
233,55 Km2 atau 19,33% dari total luas Kabupaten Lombok Tengah dan kecamatan
dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Batukilang dengan luas 50,37 Km2 atau 4,17%.
2-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2.3.2 Iklim
Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim tropis dengan musim kemarau yang kering.
Musim hujan yang cukup tinggi di sepanjang tahun. Jumlah hari hujan per bulan di
Kabupaten Lombok Tengah berkisar antara 6 hingga 22 hari dengan curah hujan
berkisar antara 16 mm hingga 426 mm.
Dilihat menurut kecamatan (tidak termasuk Kecamatan Praya Tengah) wilayah yang
memiliki hari hujan terbanyak yakni kecamatan Kopang dan sebaliknya kecamatan
Praya Barat Daya merupakan kecamatan dengan jumlah hari hujan paling sedikit.
2.3.3 Geohidrologi
Selain dari air hujan, sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Tengah
berasal dari air permukaan, air tanah, dan air laut di daratan. Air permukaan
merupakan air yang terdapat pada permukaan tanah. Sumber air permukaan di
Kabupaten Lombok Tengah adala air sungai dan air danau/waduk/bendungan/
embung.
Sungai yang ada di Kabupaten Lombok Tengah umumnya berarir pada musim hujan
dan tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten Lombok
Tengah juga memiliki 2 (dua) bendungan yakni Bendungan Batujai dan Pengga.
Bendungan Batujai merupakan salah satu dari dua bendungan terbesar di Kabupaten
Lombok Tengah yang sanggup mengairi lahan pertanian seluas 3.500 Ha di wilayah
Kecamatan Jonggat, Praya Barat dan Praya Barat Daya, bahkan sampai wilayah Kuripan
di Kabupaten Lombok Barat. Hingga saat ini Bendungan Batujai digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air lahan pertanian, proyek air bersih dan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap air bersih bagi masyarakat sekitar. Kemudian, Bendungan Pengga
yang memiliki luas sekitar 500 Ha mampu mengairi lahan pertanian seluas 3.500 Ha.
Selain bendungan, Kabupaten Lombok Tengah juga memiliki embung-embung yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Untuk air tanah dan mata air,
potensi keduanya beragam di Kabupaten Lombok Tengah. Potensi air tanah sangat
2-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
dipengaruhi oleh jenis, sebaran batuan dan litologi lapisan pembawa air, sementara
untuk mata air, sumber mata air terdapat di wilayah bagian utara dengan cadangan
debit air mencapai 2.637 lt/dtk. Mata air ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air minum, irigasi, dan pemandian.
Selain dari air hujan, sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Tengah
berasal dari air permukaan, air tanah, dan air laut di daratan. Air permukaan
merupakan air yang terdapat pada permukaan tanah. Sumber air permukaan di
Kabupaten Lombok Tengah adala air sungai dan air danau/waduk/bendungan/
embung.
Sungai yang ada di Kabupaten Lombok Tengah umumnya berarir pada musim hujan
dan tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten Lombok
Tengah juga memiliki 2 (dua) bendungan yakni Bendungan Batujai dan Pengga.
Bendungan Batujai merupakan salah satu dari dua bendungan terbesar di Kabupaten
Lombok Tengah yang sanggup mengairi lahan pertanian seluas 3.500 Ha di wilayah
Kecamatan Jonggat, Praya Barat dan Praya Barat Daya, bahkan sampai wilayah Kuripan
di Kabupaten Lombok Barat.
Kabupaten Lombok Tengah memiliki wilayah rawan bencana meliputi rawan bencana
gunung api, potensi aliran lahar/banjir bandang, banjir, gerakan lempeng tanah, serta
potensi terjadi lempung mengembang.
Wilayah rawan bencana gunung api dan aliran lahar/banjir bandang terletak di
Kecamatan Batukilang Utara, di daerah kaki Gunung Rinjani. Kemudian untuk wilayah
rawan banjir terletak di dataran rendah, pada umunya berdekatan dengan daerah
aliran sungai dan rawa. Wilayah tersebut antara lain adalah di Kecamatan Pujut, Praya
Timur, Praya, Praya Tengah dan Praya Barat. Sementara untuk potensi terjadi lempung
mengembang terjadi di Kecamatan Praya Barat Dan Pujut.
2-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
metalik dan migrasi hidrokarbon serta panas bumi. Dampak negatif terhadap
kehidupan menimbulkan bencana oleh aktifitas gunung api dan kegempaan.
2-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Lombok Selatan pada Pelita I, namun tidak berhasil karena menembus Formasi
Breksi Penujak dan Formasi Mantang yang aquitard dan tebal. Akhirnya
pengembangan air permukaan berupa Bendungan Batujai dan Bendungan Pengga
serta kampanye pembangunan embung dilakukan di Lombok Selatan.
2-6
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1.1. Menurut informasi Kominfo BMKG, pusat gempa bumi (episentrum)-I dikoordinat :
8,4 LS, 116,5 BT, lokasi di darat (land epicen-trum) 47 Km NE kota Mataram ke-
dalaman = 24 Km (gempa dangkal) dan menurut ana-lisa BMKG (Daryono, Kompas
30-7-2018), pulau Lombok dikepung dari Utara dan Selatan, yaitu generator gempa
subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah pulau Lombok dan dari utara terdapat
struktur Sesar Naik (thrust fault). Busur Belakang Flores yang memanjang di laut
dari utara Bali, Lombok, Sumbawa hingga utara Flores.
1.2. Data dari Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dengan puncak G.Rinjani
(El.3726m) dan Danau Segara Anak (El.1998m) memiliki 5 jalur pendakian yaitu:
a. Bayan-Senaru (N)
b. Bayan-Torean (NNE)
c. Sembalun La-wang (SE) sering dipakai.
d. Sajang (E), pendakian lewat G.Plawangan.
e. Kumbi (Sesaot), SW dari Puncak Rinjani (El.3726 m).
2-7
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1.3. Pada saat gempa besar jalur pendakian yang bebas longsoran dan dilewati hanya
satu yakni jalur iv), Kokok Putih-Pelawangan Timur-Pos Bawak Nao-Sajang-
Sembalun.
Catatan saat gempa besar bermagnitudo 6,4 Richter, pada Minggu pagi 29-7-2018
terjadi gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 R sebanyak= 43 kali, dari ja
07.47 hingga 08.09 atau 22 menit.
1.4. Wilayah berdampak ter-parah di sejumlah desa di kec. Sembelia, kab. Lombok
Timur dan Sembalun Bumbung, kab.Lombok.
1.5. Korban jiwa = 11 orang di tertimpa runtuhan bangunan. Di pendakian G.Rinjani
korban 1 orang, karena tanah longsor saat gempa.
2.1. Gempa besar susulan dengan magnitudo 7,0 Richter terjadi kembali pada hari
Minggu 5-8-2018, jam 19.46.35 Wita.
Setelah gempa utama terjadi 21 kali gempa susulan dengan intensitas lebih kecil.
Bersamaan terjadi di Ngada, NTT, Gunungkidul DIY dan Mentawai, Sumbar seperti
gambar.
2-8
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2.2. Menurut BMKG, gempa 5-8-2018 di Lombok Timur merupakan gem-pa utama
(main shock) dari gempa 29-7-2018.
Episentrum hampir sama dengan gempa 29-7-2018 yakni pada ko-ordinat 8,30°LS
dan 116,48°BT di lereng utara-timur laut (NNE) G.Rinjani,18Km dari Lombok
Timur pada kedalaman 15 Km.
2.3. Penyebab akibat sesar naik (thrust fault) Flores atau gempa bersum-ber pada
segmen berse-belahan dengan segmen Lombok 29-7-2018 di utara P.Lombok.
2.4. Gempa tektonik de-ngan magnitudo 7,0 R, Minggu, 19-8-2018, jam 21.56 WIB
berpusat 30 Km NE kab. Lombok Timur dan kedalaman = 10 Km, menimbulkan
bencana dengan kerugian seperti gambar dibawah.
2.5. Gempa beruntun ini dinyatakan bukan susulan dan berasal dari subsegmen yang
berdekatan seperti terjadi di pantai barat Sumatera (Irwan Meilaho, ITB, 20-8-
2018).
Perihal fenomena beruntun kalau meninjau episentrum gempa dangkal di daratan,
perlu evaluasi dari fenomena global ke regional pulau Lombok yang memiliki
gunung api G.Rinjani (El.3726m), danau kaldera segara anak (El.1998) dengan
tampungan air danau 1,3 milyar m³ serta pulau Lombok yang terbelah empat,
gambar terlampir bahwa telah terjadi fenomena vulkano-tektonik.
Perlu evaluasi lebih mendalam hubungan antara subduksi meghathrust Sumba,
back arc thrust fault Flores, aktifitas Rinjani dan danau Segara Anak, diantaranya
melalui Studi anomali isolasi regional.
2-9
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2-10
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Pulau Lombok terpisah oleh gerakan mengiris (slicing) sebagai manifestasi tran current
fault dengan titik silang gunung api tipe-A Rinjani menyisakan danau kaldera Segara
Anak dengan tampungan air danau mencapai 1.375 juta m³ perlu dievaluasi mirip
kawah G.Kelud di Jawa atau Rawa danau di Banten. Untuk mengurangi aktivitas magma
dangkal dengan meregulasi beban air danau di Segara Anak dan untuk dimanfaatkan
skema lama PLTA Beburung di Kab.Lombok Utara dengan struktur bawah tanah (under
ground struktur) agar aman terhadap gempa dan longsoran PLTA Beburung oloeh
kandungan belerang dapat dinetralisisr dengan didirikan industri pengolahan bahan
gipsum sebelum masuk ke kolam tando PLTA Beburung.
2-11
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Aksesbilitas
Embung Jangkih Jawi dapat ditempuh dari kota Kabupaten Lombok Tengah di kota
Praya lewat jalan raya beraspal Praya – Penujak – Bonder – Mangkung – Jangkih
Jawi = 21 Km dan lanjut masuk jalan desa = 4 Km.
Dari kantor BBWS Nusa Tenggara-I dapat ditempuh lewat jalan raya Bertais – Sweta
– Bangkel – Kediri – Kuripan – Batujai – Mangkung – Kangkih Jawi arah Situng
Belanak = 40 Km kemudian masuk jalan desa ± 1000 m.
Data Teknis
DTA = 10,57 Km2, DI = 301 Ha, luas genangan = 30,40 Ha, volume tampungan =
900.000 m3.
2-12
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Tubuh embung tipe timbunan tanah homogen, berdasarkan pengamatan visual saat
inspeksi 8 Januari 2020 dengan lereng hulu dan hilir 1 : 2,0 tergolong stabil tanpa
deformasi pada tubuh embung.
Bangunan pelimpah tipe ambang lebar = 10 m, El. 92,75 m berada pondasi batuan di
bagian ambang dan peluncur, sedangkan kolam olak bertumpu pada pondasi aluvial
(sand & gravel foundation).
Bangunan pengambilan berupa konduit dan pintu geser (sluice) di hulu untuk
oncoran 301 Ha dalam kondisi tersumbat sedimen, sehingga tidak dapat
dioperasikan.
2-13
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
f) Lokasi Embung Jangkih Jawi dengan mercu El. 99,00 merupakan medan perbukitan
bergelombang berada diluar Cekungan Air Tanah, dan merupakan daerah sulit air
bersih. Sumur penduduk dan fasilitas air baku yang telah lengkap dengan bak
tando di hilir ambang tidak berfungsi dimusim kemarau, sehingga normalisasi
pasokan air baku untuk 527 KK perlu segera diwujudkan.
g) Pengerukan saluran waduk yang akan mencapai volume 900.000 m3 dapat dikirim
ke pantai Selatan di daerah Wisata Silung Belanak yang sedang gencar membangun
suprasarana hotel-hotel dan pertamanan. Uji-coba pembuatan batu bata seperti di
waduk lapangan di Jawa yang berpola operasi setelah panen padi gadu – panen
ikan dan gali sedimen untuk batu bata.
Bend. Sepit
2-14
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB III
INVENTARISASI DATA
DAN KAJIAN TERHADAP DATA YANG TERSEDIA
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3 BAB III
INVENTARISASI DATA DAN KAJIAN
TERHADAP DATA YANG TERSEDIA
3.1 UMUM
JEMBATAN
PELIMPAH
INTAKE
GENANGAN OUTLET
3-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
- Pedoman OP
- Pola Operasi
- Lingkungan
3-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Berdasarkan hasil inspeksi dan monitoring lapangan tim Balai Keamanan Bendungan di
Bendungan Jangkih Jawa tahun 2004 didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Tubuh bendungan
a) Puncak
Puncak tubuh bendungan diberi pembatas dari beton di sisi hulunya, dan disisi
hilirnya tidak ada pembatasnya.
Secara visual pancak bendungan yang diberi gebalan rumput, tidak terlihat adanya
lendutan, maupun gerakan arah horizontal. Namun permukaan terlihat agak
bergelombang.
Mengingat permukaan tubuh bendungan bergelombang, maka disarankan agar
jangan sampai ada air yang tergenang di permukaan yang dapat merusak kondisi
urugan tubuh bendungan.
b) Lereng hulu
Secara visual Iereng hulu tubuh bendungan yang diberi perkuatan pasangan batu
kosong masih nampak lurus. tidak terlihat adanya lendutam penurunan setempat,
3-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4. Bangunan Pelimpah
Bangunan pelimpah terdiri dari saluran pengarah, ambang pelimpah berbentuk ogee
tanpa pintu, saluran peluncur dan kolam olak dan dinding berupa pasangan batu kali.
Secara visual kondisi saluran pengaran masih cukup baik dalam arti tidak terdapat
adanya longsoran, keretakan dinding kiri maupun kanan, benda-benda yang dapat
mengganggu aliran dan ketidak wajaran lainnya.
Secara visual ambang pelimpah, saluran peluncur dan lantai-lantainya masih dalam
kondisi baik, namun ada batu-batu pada kolamolak sebagai peredam energy sudah
berkurang atau mungkin terhanyut aliran.
5. Pintu Intake
Pintu Intake yang terdapat di menara pengeluaran tidak bisa di tutup rapat,
kemungkinan karena kedudukannya sudah tidak pas pada jalurnya. Hal ini bisa
mengakibatkan kemacetan dan tidak bisa dibuka dengan penuh bila dibutuhkan untuk
mengeluarkan air dengan maksimal. Pintu intake harus segera diperbaiki aga tidak
menambah kerusakan.
3-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
A. Bendungan Utama
Pada bendungan utama di lokasi lereng hulu dan hilir, tumpuan kanan dan kiri, puncak
bendungan, kaki bendungan, urugan pelana secara pengamatan visual pada umunya
dalam kondisi baik dan normal, tidak ditemukan rembesan, retakan permukaan,
lendutan, penurunan, runtuhan, pergeseran dan alur erosi longsoran maupun tanda
tanda gerakan.
Namun demikian juga banyak ditemukan/terdapat tumbuhan lair/semak-semak yang
cukup rimbun dan tinggi dibeberapa tempat seperti di lereng hulu dan hilir bendungan,
jalan masuk dan sekitar rumah kontrol . Hal tersebut apabila dibiarkan akan
berdampak terhadap stabilitas permukaan lereng bendungan dan bangunan.
Sedangkan kondisi perkerasan (aspal) pada puncak bendungan terjadi kerusakan
cukup parah, sehingga dibeberapa tempat terdapat genangan air, apabila hal ini
dibiarkan dapat merusak stabilitas bangunan/bendungan. Tidak ditemukan proses
pelapukan baik di lereng hulu maupum di hilir bendungan.
Untuk peralatan instrument bendungan beberapa alat dalam kondisi tidak terawat
dengan baik (seperti GWL depth meter hilang, surface settlement tidak terbaca, V-notch
kanan yang tenggelam) disamping itu juga tidak ditunjang dengan peralatan
pendukung seperti alat ukur untuk pengoperasiannya.
Untuk peralatan klimatologi yang terdiri dari stasiun curah hujan juga tidak terpelihara,
seperti gelas ukur dan timer yang hilang, tinta dan kertas pias tidak ada dan peralatan
seperti solar radiasi, anemo meter, sun sine, seismograf tidak terpasang/tidak
difungsikan.
B. Bangunan Pelimpah
Pada bangunan pelimpah di lokasi saluran masuk bangunan kendali, kolam olakan dan
saluran pembuang secara pengamatan visual pada umumnya dalam kondisi baik dan
normal, tidak ditemukan rembesan, retakan permukaan, lendutan, penurunan,
runtuhan, pergeseran dan alur erosi longsoran maupun tanda-tanda gerakan.
C. Bangunan Pengeluaran
Pada bangunan pengeluaran di lokasi inlet, kondisi sisi saringan, struktur beton pintu
operasi dan rumah pintu dalam kondisi baik dan normal, sedangkan di lokasi konduit
secara umum baik dan normal, termasuk pula di lokasi outlet kondisi umum di dinding
atau pelindung tebing fasilitas kendali dalam kondisi baik dan normal.
3-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5) Di lokasi outlet, kondisi logam, beton dan ventilasi dalam kondisi baik, namun
hamper semua penerangan mati/tidak menyala.
6) Tidak ditemukan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tiap-tiap lokasi
rumah control seperti Alat Pemadam Tingan (APAR), pelampung tali/tampar dan
lain-lain.
E. Waduk
1) Secara kondisi umum baik dan bersih termasuk daerah sabuk hijau, tidak
ditemukan longsoran dan gulma, namun tidak terdapat/ditemukan pelampun
pengaman/trashboom pengaman.
2) Sedimentasi dari hasil penjagaan penyelaman sampai dengan kedalaman ± 15
meter di atas intake belum/tidak ditemukan sedimen.
F. Jalan Masuk
Pada daerah jalan masuk, secara umum kondisi kurang terpelihara, walaupun untuk
perkerasan jalan dan jembatan masih dalam kondisi baik.
Juga tidak ditemukan rambu-rambu pengaman dan peringatan pada lokasi bahaya,
petunjuk tonase jalan dan jembatan termasuk petunjuk arah keluar masuk kendaraan.
1. Umum
Letak Lokasi
Sungai : Siung
Desa : Mangkung
Kecamatan : Praya Barat
Kabupaten : Lombok Tengah
Propinsi : Nusa Tenggara Barat
3-6
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2. Manfaat
Penyediaan Air Irigasi : 350 Ha
Penyediaan Air Baku : 100 KK
Penyediaan Air Ternak : 50 ekor
Pengendalian Banjir : -
3. Hidrologi
DAS : Dodokan
Luas Daerah Aliran (catchment area) : 10,70 km2
4. Waduk
Muka Air Normal (NWL) : + 92,32 m
Muka Air Rendah (LWL) : + 83,00 m
Muka Air Banjir (MAB) : + 94,88 m
Tampungan Total : 896.000 m3
Tampungan Efektif : 831.000 m3
Tampungan Mati : 65.000 m3
Luas Genangan : 30,40 ha
Debit rata-rata tahunan : 126.000 m3/tahun
5. Bendungan
Type bendungan : Timbunan Tanah Homogen
Kemiringan lereng hulu : 1 : 2,0
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,0
Elevasi Puncak : + 99,00 m
Lebar puncak bendungan : 4,00 m
Panjang Puncak bendungan : 125,00 m
Tinggi Bendungan dari dasar pondasi : 17,50 m
3-7
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7. Bangunan Pengambilan
Tipe saluran : Konduit
Pintu Pengeluaran Irigasi : Pintu Ulir, lebar 1,0 m
Pintu Pengeluaran Air Baku : Valve, dia. 4”
Elevasi Pengambilan : + 85,00 m
Elevasi Pengeluaran : + 84,00 m
8. Instrumentasi
Piezometer : 6 titik
Patok geser : 2 titik
V-Notch : 1 buah
AWLR : 1 buah
Stasiun Klimatologi : 1 buah
3-8
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-9
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-10
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-11
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-12
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-13
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-14
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-15
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-16
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Gambar 3-10 Daerah dan Potongan Memanjang Pelimpah Bendungan Jangkih Jawa
3-17
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-18
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-19
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Gambar 3-13 Denah dan Potongan Outlet Pengambilan Bendungan Jangkih Jawa
3-20
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Gambar 3-14 Denah dan Potongan Outlet Pengambilan Bendungan Jangkih Jawa
3-21
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3.4.1 Umum
Berdasarkan PERMEN PUPR RI NO. 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai, dalam lampiran V.71, Bendungan Jangkih Jaawa berada di WS Lombok
(03.02.A3) Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Parameter karakteristik DAS yang akan diolah untuk keperluan input pemodelan
banjir. Penentuan karakteristik DAS berdasarkan data satelit yang dikenal dengan DEM
(Digital Elevation Model) dan Peta RBI. Dengan bantuan Sistem Informasi Geografis
(SIG) sebagai program pemetaan yang menyajikan informasi dalam bentuk grafis peta,
SIG dirancang untuk bekerja menggunakan data yang berkoordinat geografi dan
3-22
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
berguna dalam menganalisa karakteristik DAS antara lain: luas DAS,panjang sungai,
kemiringan sungai dan tata guna lahan.
Kemiringan lereng pada DAS Bendungan Jangkih Jawa yaitu terendah 0-8% dan
tertinggi pada 8-15%. Tata guna lahan paling dominan pada lokasi ini Semak Belukar
yang mencapai 82.21%, kemudian pertanian lahan kering sebesar 16.96%, dan hutan
lahan kering sebesar 0.67%. Peta-peta tersebut ditampilkan pada gambar dibawah ini.
3-23
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-24
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Gambar 3-18 Peta Tata Guna Lahan DAS Bendungan Jangkih Jawa
3.4.4 Hidroklimatologi
Data hidrologi yang dipergunakan meliputi data hujan dan data debit, sedangkan data
meteorologi yang tersedia meliputi data temperatur udara, kelembaban air, lama
penyinaran matahari, dan kecepatan Angin.
Data klimatologi yang digunakan dalam studi ini diambil dari Sta. Sekotong yang terdiri
dari suhu udara, kelembaban udara, penguapan, penyinaran matahari dan kecepatan
angin. Data tersebut diperoleh dari Balai Wilayah Sungai NT I.
a. Suhu Udara (0 C)
Temperatur udara rata-rata tahunan berdasarkan pencatatan ,rata-rata sebesar
24.78o C. nilai rata-rata bulanan ditunjukan pada tabel berikut :
Stasiun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Rerata
Sekotong 25.3 24.6 24.5 24.7 25 23.5 22.9 23.6 24.8 25.4 27 26 24.78
Sumber : Balai Informasi Infrastruktur Wilayah (BIIW) Provinsi NTB.
Stasiun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Rerata
Sekotong 97.2 96.9 98 97.3 97.5 97.7 98.3 3.4 98 97 97.2 97.6 89.68
Sumber : Balai Informasi Infrastruktur Wilayah (BIIW) Provinsi NTB.
3-25
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Stasiun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Rerata
Sekotong 5.33 6.92 5.70 7.51 9.90 8.96 9.00 9.59 8.96 9.65 8.99 7.18 8.14
Sumber : Balai Informasi Infrastruktur Wilayah (BIIW) Provinsi NTB.
3-26
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
3-27
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB IV
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
DAN MATRIKULASI KONDISI
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4 BAB IV
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
DAN MATRIKULASI KONDISI
Hasil inspeksi di Bendungan Jangkih Jawa dan bangunan pelengkap yang dilakukan
secara visual dibagi menjadi beberapa bagian yaitu meliputi :
Situasi Bendungan Jangkih Jawa, terletak di aliran sungai Siaung salah satu anak
sungai Dodokan / Penujak dengan DTA = 10,7 Km2. Merupakan batas selatan
(south watershed) antara S.Dodokan di utara dan S.Siluna Belanak yang bermuara
Samudra Hindia. Sehingga merupakan salah satu lorong angin laut Samudra Hindia
ke dataran aluvium Lombok Tengah sebagai lanjutan Blitar Sub-zone di pulau Jaaa
(Bemmelen, 1948) yakni berupa depresi aluvial dari produk volanik maupun no-
volkanik.
4-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Bendungan Jangkih Jawa dengan luas genangan = 30,40 Ha pada MAN El.92,75 m
dan volume tampungan = 900.000 m2 selesai dibangun tahun 1997 atau berumur
= 22 tahun. Saat inspeksi 8 - Januari - 2020 kondisi Bendungan dipenuhi dengan
sedimen akibat erodibilitas DTA nya yang tinggi, Bendungan sudah melimpah kecil
dan situasi genangan dipenuhi air keruh coklat kekuningan dengan agradasi dasar
mencapai kedalaman air 1,0 ~ 1,50 m saja atau mirip lapangan bola.
Bendungan Jangkih Jawa pada 8 - 1 - 2020 melimpah kecil denga air berlumpur
pekat akibat pendangkalan.
Mercu Bendungan dengan arah N 0° E dilihat dari bukait tumpuan kiri. Geologi
Bendungan Jangkih Jawa berada di Pegunungan Selatan Lombok dimanna secara
regional merupakan kelanjutan Formasi Andesit Tua ((OAF) adalah geantiklin
batuan ekstrusif dan intrusif andesit dan breksi andesit yang kebanyakan
mengalami alterasi hidrothermal.
4-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Bendungan Jangkih Jawa dilihat dari tumpuan kiri di depan bangunan pelimpah,
nama 2 bukit rinsolberg dan umumnya di Pegunungan Selatan terdiri batuan dasit
dan tersingkap lapuk di bukit tumpuan kiri, seperti terlihat pada singkapan di hulu
bangunan pelimpah kiri.
4-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Bangunan pengambilan untuk irigasi dan air baku tidak berfungsi lagi dan
rembesan hilir relatif kecil karena Bendungan berada pada pondasi batuan yang
baik (andesit dan dasit) Pegunungan Selatan yang kedap air, dan angka
perkolasinya rendah.
4-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4-6
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4-7
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
1) Saringan sampah
Data teknik :
− Jenis Saringan : -
− Jumlah : 1 (satu) set
− Ukuran : -
2) Pintu Intake
Pintu intake berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dari bendungan ke hilir
bendungan atau mengatur debit keluaran irigasi.
Data teknik :
− Tipe Pintu : Pintu Sorong (Silde Gate)
− Jumlah : 1 (satu) set
− Ukuran : -
3) Pintu bagi
Data teknik :
− Tipe : Pintu sorong baja (slide gate)
− Jumlah : 2 (dua) buah.
− Ukuran : -m
4-8
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4-9
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Inspeksi Visual dan Uji Operasi
1) Umum
Inspeksi adalah kegiatan memeriksa struktur untuk memastikan kualitas, mendeteksi
kerusakan atau menilai struktur. Untuk elemen struktural utama, item yang perlu
dipertimbangkan selama pemeriksaan meliputi terjadinya deformasi, retak, korosi
yang berlebihan, paku keeling/baut longgar, lapisan cat dan kerusakan akibat dampak
dari sampah atau sedimen. Selain itu tes jalan/uji operasi terhadap peralatan yang
jarang digunakan juga perlu dilakukan untuk memastikan semua peralatan
hidromikanikal selalu siap untuk dioperasikan dalam keadaan darurat.
4-10
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
BENDUNGAN JANGKIH JAWA Nomor Registrasi : Tgl. : 6 – 9 Januari 2020
5202.03.02.236
Pengelola Bendungan : UPB Satker OP SDA NT I Elevasi Muka Air Waduk :
Pelaksana Inspeksi : PT. Indra Karya Persero) EL. 92,32 m
DE-I
Kondisi Cuaca : Cerah
Tipe Bendungan : Timbunan Tanah
Tinggi : 18,00 m Panjang : 125,00 m
BANGUNAN INTAKE
A. Intake Gate
1. Berdasarkan informasi dari operator : Foto A-1. Intake gate
- Pintu intake tidak pernah dioperasikan
lebih dari 5 tahun, karena saluran
konduit bagian hulu dari pintu
buntu/tersumbat sedimen
- Pada awal tahun 2019 pernah diperbaiki
dengan cara disemprot menggunakan
pompa, air bisa keluar tetapi karena ada
kebocoran pintu sehingga dalam waktu
singkat air di waduk habis
- Setelah itu konduit kembali tertutup
sedimen
4-11
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Kondisi Visual, Foto A-3. Spindle/stem dan bracket
- Spindle/stem dalam kondisi baik
- Bracket dalam kondisi berkarat dan
rusak
B. Pintu Bagi
Kondisi visual pintu bagi, Foto B-1. Pintu bagi
- Daun pintu bagian hilir mengalami
korosi (karat)
- Drat stang (spindle) kurang mendapat
pelumasan
4-12
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
3) Uji Operasi
4-13
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Foto A-3. Pintu intake terbuka 10 cm
4-14
MATRIKULASI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
BENDUNGAN JANGKIH JAWE
DESA MANGKANG, KECAMATAN PRAYA BARAT, KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Dam and Structures Survey (Paket SID-C9), 1999 Inspeksi dan Monitoring Bend. Jangkih Jawe,2004 Audit Teknis, 2016 Walk Trough UPB NT I, 2018 Inspeksi 2020 Keterangan
Rekomendasi program/ Metode Tahap Rencana Yang Akan
No Deskripsi Riwayat OP Indikasi Penyebab Akibat Resiko Bahaya/ Dampak Metode Penanganan Output Tindak lanjut penanganan Output Study 2020
Rekomenda Tindak Penanganan Pekerjaan Melaksanakan
Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Temuan Keterangan Perbaikan Dokumentasi
si lanjut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 23 24 25 26
1 JALAN AKSES DAN BANGUNAN PELENGKAP a. Kondisi jalan masuk Kondisi bangunan BANGUNAN PELENGKAP
Jalan masuk cukup baik rusak sedang, jenis Pelengkap kurang baik a. Kondisi Jalan akses ±2.50 Km Tidak ada perkerasan jalan Jalan bergelombang dan licin a. Menuju lokasi sulit dilalui a. Dilakukan peningkatan jalan a. Pembangunan jalan akses a. Menuju lokasi akan lebih - Perawatan jalan - Dikerjakan sesuai Dokumen perbaikan BBWS NT1 Perbaikan minor
jalan tanah (sirtu) dan bergelombang menuju bendungan tidak ada (aspal) saat musim hujan karena b. Didesain dengan perkerasan (aspal) mudah dan tidak licin - Perawatan perkerasan desain
Jalan Akses
dan berlubang perkerasan dan drainase. licin dilengkapi dengan drainase dalam kondisi hujan, dan drainase secara rutin - Penggalian pondasi
Rumah Jaga b. Terperosok (aspal) Lokasi bendungan akan jalan
mudah dikenali - Penyiapan material
pondasi aspal dan
V-Notch 2 peralatan
V-Notch 1
- Pengerjaan jalan
COFFERDAM HILIR b. Kondisi parapet b. Kondisi rumah jaga baik Tidak adanya fasilitas - Penjaga akan pergi Dilakukan desain dan usulan - Difasilitasi pengadaan Air - Bendungan akan selau Diadakan usulan - Desain pagar dan Dokumen perbaikan BBWS NT1 Perbaikan minor
retak dan Tidak ada fasilitas air - Bendungan akan fasilitas rumah jaga bersih terjaga kebutuhan pelengkap (usulan)
PUNCAK BENDUNGAN EL. 99.00 terkelupas Tidak ada fasilitas listrik terbengkalai - Pengadaan Listrik - Petugas jaga akan nyaman
Perlu pagar pengaman - Pengadaan pagar pengaman dalam melaksanakan
Perlu pintu gerbang dan pintu gerbang ke tugasnya
bendungan
Papan Informasi
c. Kondisi papan informasi Terkena angin Identitas bendungan akan Papan nama akan roboh Dilakukan pembenahan - Perbaikan tiang dengan - Papan nama akan bertahan Perawatan rutin - Pipa diluruskan Dokumen perbaikan BBWS NT1 Perbaikan minor
bendungan baik terbaca jelas. Material tidak sesuai cepat rusak menegakkan kembali. lama dan dalam kondisi - Diganti dengan baru
Tiang papan informasi vandalisme - Material diganti dengan bagus apabila tidak bisa
bengkok. kwalitas yang lebih baik. diperbaiki
- Pengecatan ulang
3 LERENG HULU Kondisi lereng hulu Kondisi lereng hulu LERENG HULU
Tidak terdapat rembesan - tubuh bendungan diberi baik baik Pembersihan secara a.- Kondisi sedimen digenangan Das dihulu tidak terjaga - Sedimen digenangan cepat - Umur bendungan tidak - Menjaga das dengan baik, dilaku- - Perbaikan lereng dihulu yang - Umur bendungan akan sesuai - Pengerukan Sedimen - Pengukuran bathymetry Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan Mayor
(bocoran yang diperkirakan perkuatan pasangan batu rutin dan berkala sangat tinggi, air genangan Potensi longsoran dihulu penuh sesuai desain kan perbaikan lereng pada berpotensi longsoran. desain - Mempertahankan Vegetasi - Perhitungan volume
berasal dari waduk) kosong masih nampak lurus, berwarna coklat pekat. besar - Air waduk tidak bisa - Konstruksi bendungan genangan - Perlu dilakukan konservasi - Sedimen digenangan bisa - Konservasi sedimen
tidak terlihat lendutan, digunakan maksimal banyak yang tidak berfungsi - Melakukan pengerukan musim hulu genangan diminimalisir - Perawatan green belt secara - Pengerukan sedimen
penurunan setempat, long- - Manfaat waduk tidak ada kemarau - Dilakukan flushing pada inlet - Konstruksi bendungan akan rutin - Menyiapkan spoil bank
soran maupun gerakan pengelak berfungsi sedimen
V-Notch 2
horisontal - Dibuat desain pada inlet - Layanan / manfaat bisa - Konservasi dihulu dan
pengelak tidak kedap air terlaksana karena saat ini green belt
V-Notch 1
- terdapat rerumputan dan dibersihkan berkala, agar sdh (batu kosong atau bronjong kebutuhan air dihilir lewat
Pelimpah COFFERDAM HILIR
pohon perdu di bagian atas dapat dilakukan pendeteksian dilaksanakan 20 m x 15 m) pompa dialirkan pelimpah
lereng awal bila terjadi ketidak
PUNCAK BENDUNGAN EL. 99.00 wajaran pada lereng b. Kondisi Rip-rap hulu - Perlu diadakan
bendungan baik saat inspeksi identifikasi lebih lanjut
Lereng Hulu
c. Tempat Mandi Hewan di dekat - Jalan akses hewan ke - Satbilitas bendungan tidak - Stabilitas bendungan tidak - Lokasi harus ditutup - Sosialisasi kepada warga - Bendungan akan aman dari - Sosialisasi kepada masyarakat - Dibangunkan pada Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
bendungan genangan aman aman - Difasilitasi pada tempat lain - Dibangunkan pada lokasi lain erosi - Diadakan tanda larangan lokasi lain yang lebih
- Lereng hulu bendungan - Terjadi longsoran lereng - Terjadi longsoran hulu yang aman tidak mengganggu yang lebih jauh dari tubuh - Bendungan tidak mengalami - Lokasi saat ini ditutup jauh dari tubuh
terganggu bendungan bendungan bendungan longsor - Dipindahkan kelokasi yang bendungan
- Bisa menyebabkan scoring - Tumpuan bendungan akan - Bendungan aman terhadap jauh dari tubuh bendungan - Masyarakat tetap
saat hujan berbahaya stabilitas difasilitasi agar tidak
- Terdapat bukaan lereng hulu merusak fasilitas
bendungan
- Dibuat desain yang
lebih baik tidak
membahayakan
bendungan
Dam and Structures Survey (Paket SID-C9), 1999 Inspeksi dan Monitoring Bend. Jangkih Jawe,2004 Audit Teknis, 2016 Walk Trough UPB NT I, 2018 Inspeksi 2020 Keterangan
Rekomendasi program/ Metode Tahap Rencana Yang Akan
No Deskripsi Riwayat OP Indikasi Penyebab Akibat Resiko Bahaya/ Dampak Metode Penanganan Output Tindak lanjut penanganan Output Study 2020
Rekomenda Tindak Penanganan Pekerjaan Melaksanakan
Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Temuan Keterangan Perbaikan Dokumentasi
si lanjut
c. Kondisi Berm Cofferdam hilir c. Tidak ada perawatan - Akan adanya ternak yang - Stabilitas terhadap - Dilakukan perawatan dan - Membersihkan dan - Stabilitas bendungan akan - Perawatan tubuh - Pembersihan tanaman Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
Penuh Tanaman liar naik apabila tidak bendungan perhitungan stabilitas kembali perawatan secara kontinyu sesuai kondisi desain bendungan liar
dibersihkan - Menimbun kembali dengan - Tidak ada pelapukan akar - Penimbunan dan
- Tubuh bendungan akan material
material sesuai spesifikasi pohon pemadatan kembali
mengalami
mengalami penurunan teknis - Tubuh bendungan tidak lereng bendungan
- Bisa menimbulkan rembesan dimasuki hewan pengerat - Perawatan secara
rutin
d. Kondisi hilir kiri bendungan - Alih fungsi lahan - Perawatan terhadap - Stabilitas bendungan akan - Tidak diperbolehkan - Difungsikan kembali sesuai - Bendungan akan aman sesuai - Sosialisasi kepada warga - Difungsikan kembali Dokumen OP BWS NT1 Saran larangan
difungsikan sebagai ladang bendungan tidak maksimal terganggu
terganggu - Sosialisasi kepada warga desain
rencana desain
sesuai desain - Adanya tanda larangan sesuai desain awal
jagung - Akan menyebabkan rembesan - Bisa menyebakan longsor - Sosialisasi kepada warga - Tidak terjadi rembesan - Tidak diperbolehkan
dihilir
rembesan dihilir - terdapat tanda larangan - Kaki bendungan tidak sebagai ladang
- Tumpuan kaki bendungan mengalami perubahan - Dilakukan monitoring
dihilir
dihilirter
terpengaruh tumpuan - Perawatan secara
stabilitasnya rutin
e. Kondisi tangga menuju outlet Kena banjir dari sandaran kiri Konstruksi tangga scoring - Bendungan akan mengalami - Review desain tangga inspeksi - Membangun Konstruksi - Inspeksi dapat mudah - Mengarahkan aliran air - Desain baru Tangga Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
pengambilan rusak piping - Aliran air hujan diarahkan tangga inspeksi kembali dilakukan
dilakukan tidak terjadi hujan tidak melewati inspeksi
- Tubuh bendungan longsor - Parapet pada Lubang tangga scoring dan gerusan pada puncak bendungan - Timbun kembali
- Bendungan mengalami erosi ditutup timbunan hilir bendungan - Parapet dibuat menerus lereng yang longsor
lereng - Timbunan dirapikan kembali tanpa terputus pada tangga dengan material yg
inspeksi (sebagai jalannya sesuai
air) - Hitung stabilitas
- Tidak boleh dilewati hewan lereng hilir
ternak
ternak bendungan
- Perawatan secara rutin - Mempersiapkan
bahan, peralatan dan
pekerja
- Pembangunan tangga
inspeksi
f. Kondisi riprap sandaran hilir - Tidak terawat - Riprap akan rusak - Tubuh bendungan tidak - Diadakan penataan kembali - Ditata sesuai kondisi desaian - Stabilitas bendungan sesuai - Perawatan riprap - Pengumpulan riprap Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
kanan bendungan perlu - Terinjak Hewan ternak terlindungi dengan baik. - Dibuatkan pengaman dengan desain rencana. - dibuatkan pembatas riprap - Penataan kembali
dibuatkan pembatas - Mengakibatkan scoring (parapet) agar riprap - Tubuh bendungan akan (pengunci) rirap
apabila terkena aliran air terkunci tidak tergelincir terlindungi dari aliran air - Tidak boleh dilalui hewan - Dibuat pembatas
liar. liar yang akan ternak pada tepi riprap
- Bendungan mengalami erosi menyebabkan gerusan /
lereng scoring.
g. Surface drain hilir bendungan - Tidak ada perawatan - Air tidak mengalir dengan - Akan akan liar mencari jalan - Membersihkan saluran dan - Analisa pola aliran air hujan - Air hujan akan lancar - Perawatan secara rutin - Pembersihan surface Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
rusak dipenuhi sedimen dan - Kesalahan desain baik sendiri mengakibatkan memperbaiki kondisi yang rusak - Membersihkan sedimen dan melewati drainase sehingga - Di bangun kembali sesuai drain
tanaman liar gerusan pada kaki - Mendesain ulang tanaman liar tidak mencari jalan sendiri desain - Perbaikan surface
bendungan atau konstruksi - Pasangan batu pada toe drain - Memperbaiki kembali yang yang mengakibatkan drain yang rusak
yang lainnya diganti dengan batu kosong rusak scoring pada kaki - V-Notch dibangun
- Air rembesan tidak - Membangun kembali yang bendungan kembali
terdeteksi tidak sesuai - V Notch akan berfungsi
- Bisa mengakibatkan Piping
Dam and Structures Survey (Paket SID-C9), 1999 Inspeksi dan Monitoring Bend. Jangkih Jawe,2004 Audit Teknis, 2016 Walk Trough UPB NT I, 2018 Inspeksi 2020 Keterangan
Rekomendasi program/ Metode Tahap Rencana Yang Akan
No Deskripsi Riwayat OP Indikasi Penyebab Akibat Resiko Bahaya/ Dampak Metode Penanganan Output Tindak lanjut penanganan Output Study 2020
Rekomenda Tindak Penanganan Pekerjaan Melaksanakan
Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Temuan Keterangan Perbaikan Dokumentasi
si lanjut
5 BANGUNAN PENGAMBILAN Pengambilan Intake Kondisi bangunan Pembersihan secara BANGUNAN PENGAMBILAN
Pintu pengambilan macet, Perlu diinspeksi lebih detail. - Pintu intake tidak bisa harus segera di atasi Kondisi inlet tidak pengambilan rusak rutin dan berkala a. Kondisi rumah operasi baik. - Tidak terawat dengan baik - Pintu operasional tidak - Pintu berkarat dan cepat - diadakan pengecatan dan - dibangun sesuai desain a. Rumah pintu akan Perawatan rumah pintu - Identifikasi Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
Atap baik, tidak ada pipa terlindungi rusak berbahaya bagi perawatan berfungsi sebagai kerusakan
B
A A dlm keadaan membuka 5 cm Bilamana ditemui hal-hal ditutup rapat, karena kedu- berfungsi (tidak berfungsi)
B
(menurut informasi), sehingga seperti pada temuan, maka dukan tidak pada jalurnya pembuangan air hujan. Pipa tenaga yang pelindung pintu - Pemasangan pipa
DENAH
eksploitasi irigasi terganggu. disarankan supaya diper- pagar pengaman ada yang mengoperasikan, bisa pengambilan dengan baik - Pengecatan pipa dan
Intake hilang. Baja grating berkarat terperosok grating dengan cat
Inlet PASANGAN LAMA
Pada bagian hilir terdapat lakukan hal-hal dibawah ini :
gorong-gorong keluaran - Perbaiki dengan melengkapi anti karat
ukuran 0,80 x 0,80 m2, terdapat
POTONGAN B-B
POTONGAN A-A
dengan ukuran dan tipe yang dengan tipe pintu yang b. Kondisi Gate Shaft berfungsi b. Tidak terawat b. Operasional pengambilan - Pintu tidak dapat - Dilakukan pelumasan - Pelumasan pada spindle - Pintu akan awet sesuai b. Dilakukan perawatan
satu pintu penguras sama, seharusnya dan konstruksi baik. Spindle berkarat, intake tidak bisa berjalan dioperasikan - Perawatan dan pembersihan Pembersihan sampah dengan desain secara berkala
lebar 1,00 m tinggi 1,20, yang benar. dipenuhi sampah. Penahan - Saluran ke outlet untuk Perawatan berkala - Operasional bendungan
diameter stang 50 mm, stang - Cek perhitungan disainnya spindle rusak. Tangga monyet pelayanan akan terhambat bisa berjalan sesuai desain
tunggal, kondisi pintu kedua- terhadap roda gigi yang berkarat - Pola operasi bendungan rencana.
nya masih baik. digunakan terpasang dira- tidak bisa berjalan dengan - Daerah layanan bisa
gukan kekuatan dan beban baik terpenuhi
operator pintu.
- Perlu diperhitungkan
penggunaan stang ganda. Pengeluaran Outlet
- Perlu diperhatikan mutu kondisi rusak ringan c. Kondisi saluran outlet retak Tidak ada perawatan Air tidak mengalir dengan - Air akan mencari jalan - Membersihkan saluran dan - Mengidentifikasi bangunan - Suplai air ke daerah - Perawatan saluran - Pembersihan lokasi Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
pekerjaan pabrikasi dan (ada dinding yang penuh sedimen baik sendiri mengakibatkan memperbaiki kondisi yang yang rusak. layanan melewati saluran - Memperbaiki kondisi yang - Desain ulang struktur
keterlibatan pemasangannya. terkelupas dan retak) gerusan pada pondasi rusak - Membersihkan sedimen bisa tercapai sesuai desain rusak dinding
bangunan - Bangunan dilengkapi dengan dan tanaman liar - Loses dapat diminimalisir - menggali sedimen - Pembangunan
- Terjadi scoring pada V- Notch dan pile scale - Membangun kembali yang - Manfaat waduk sesuai kembali dinding
bangunan rusak dengan rencana sesuai desain
- Pengerukan sedimen
- Perawatan secara
rutin
d. Kondisi saluran irigasi rusak Tidak ada perawatan Air tidak mengalir dengan - Air akan mencari jalan - Membersihkan saluran dan - Mengidentifikasi bangunan - Suplai air ke daerah - Perawatan saluran - Pembersihan lokasi Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
dipenuhi sedimen dan sampah baik sendiri mengakibatkan memperbaiki kondisi yang yang rusak. layanan melewati saluran - Memperbaiki kondisi yang - Desain ulang struktur
gerusan pada pondasi rusak - Membersihkan sedimen bisa tercapai sesuai desain rusak dinding
bangunan - Bangunan dilengkapi dengan dan tanaman liar - Loses dapat diminimalisir - menggali sedimen - Pembangunan
- Terjadi scoring pada V- Notch dan pile scale - Membangun kembali yang - Manfaat waduk sesuai kembali dinding
bangunan rusak dengan rencana sesuai desain
- Pengerukan sedimen
- Perawatan secara
rutin
e. Kondisi Outlet pengambilan Tidak ada perawatan Air tidak mengalir dengan - Bangunan akan mengalami - Membersihkan saluran dan - Mengidentifikasi bangunan - Suplai air ke daerah harus ada perawatan
penuh sedimen dan sampah. baik kerusakan memperbaiki kondisi yang yang rusak. layanan melewati saluran secara kontinyu
Dinding outlet retak dan rusak - Bendungan tidak rusak - Membersihkan sedimen bisa tercapai sesuai desain.
bermanfaat dan tanaman liar - Loses dapat diminimalisir
- Layanan operasional - Membangun kembali yang - Manfaat waduk sesuai
berhenti rusak dengan rencana
f. Bak air baku kondisi baik Sedimentasi tinggi Bangunan tidak berfungsi - Layanan tidak ada - Dilakukan kajian penanganan - dilakukan flushing / - Bangunan bak penampung - Perawatan inlet & - Perbaikan inlet Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
tetapi tidak berfungsi karena - Manfaat bendungan tidak sedimentasi Dredging akan berfungsi kembali pengambilan - Pengerukan sedimen
inlet tersumbat sedimen ada - dilakukan flushing / Dredging - Pengukuran sedimentasi sesuai desain - Inlet pengambilan bisa di - Konsevasi
- Bangunan terbengkalai - merawat bak penampung - Layanan suplay air baku fungsikan - Perbaikan vegetasi
bisa lancar green belt
Dam and Structures Survey (Paket SID-C9), 1999 Inspeksi dan Monitoring Bend. Jangkih Jawe,2004 Audit Teknis, 2016 Walk Trough UPB NT I, 2018 Inspeksi 2020 Keterangan
Rekomendasi program/ Metode Tahap Rencana Yang Akan
No Deskripsi Riwayat OP Indikasi Penyebab Akibat Resiko Bahaya/ Dampak Metode Penanganan Output Tindak lanjut penanganan Output Study 2020
Rekomenda Tindak Penanganan Pekerjaan Melaksanakan
Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Temuan Keterangan Perbaikan Dokumentasi
si lanjut
g. Bangunan pengukur curah - Tidak terawat dan - Akurasi pembacaan - Tidak adanya pencatatan - Merawat dan pengadaan alat - Secara kontinyu di rawat - Akan didapatkan - Perawatan alat pengukur - Identifikasi alat Dokumen perbaikan BWS NT 1 Perbaikan minor
hujan manual dipagari. penyalagunaan fungsi curah hujan yang tepat baru yang rusak - Pengadaan alat yang baru kebutuhan data curah hujan dan fasiltasnya - Pengadaan dan
- memperbaiki fasilitas nya hujan secara akurat dan - Tidak diperbolehkan pembelian baru
kontinyu menjemur pakaian di pagar - Perawatan secara
pengukur curah hujan rutin
h. Kondisi pengukur muka air di - Tidak ada perawatan dan - Muka air di inlet tidak - Identifikasi permukaan air - Identifikasi air waduk (LWL, - Pile scale dibuat miring di - Muka air waduk dapat - Perawatan pengukur muka - Membersihkan Dokumen perbaikan Konsultan & BWS NT1 Perbaikan minor
rumah operasional rusak maintenance dapat dibaca tidak dapat terdeteksi Normal, dan FWL) tubuh bendungan hulu terkontrol dengan air bangunan yang rusak
- Desain tidak sesuai - Muka air waduk tidak bisa - Pola operasi waduk tidak - Pengukuran ulang elevasi - Rambu baca dilengkapi elevasinya - Memasang kembali pile - Pile scale didesain
dilakukan monitoring bisa dilakukan sesuai semua kondisi muka air - Setiap saat muka air waduk scale dengan dibuat miring miring ditubuh
desain rencana - Perbedaan muka air di dapat terbaca dengan baik bendungan
bedakan dengan warna cat - Pola operasi bisa sesuai - Rambu baca
dengan rencana desain dilengkapi semua
kondisi muka air
- Perbedaan muka air
di bedakan dengan
warna cat
- Membuat tangga
inspeksi ke inlet
Dam and Structures Survey (Paket SID-C9), 1999 Inspeksi dan Monitoring Bend. Jangkih Jawe,2004 Audit Teknis, 2016 Walk Trough UPB NT I, 2018 Inspeksi 2020 Keterangan
Rekomendasi program/ Metode Tahap Rencana Yang Akan
No Deskripsi Riwayat OP Indikasi Penyebab Akibat Resiko Bahaya/ Dampak Metode Penanganan Output Tindak lanjut penanganan Output Study 2020
Rekomenda Tindak Penanganan Pekerjaan Melaksanakan
Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Rekomendasi Tindak lanjut Temuan Temuan Keterangan Perbaikan Dokumentasi
si lanjut
Kondisi rusak ringan c. Kondisi Pile scale dipelimpah Kondisi pengecatan kurang Muka air pada pelimpah Identifikasi permukaan air Dilakukan perbaikan kembali - Pile scale dilengkapi semua - Muka air waduk dapat - Dilakukan perawatan - Dilakukan Dokumen perbaikan BWS NT1 Perbaikan minor
pada bagian buffle tidak terbaca jelas sempurna tidak terbaca tidak dapat terdeteksi kondisi muka air terkontrol secara rutin pembersihan
block yang tergerus - Perbedaan muka air di - Air yang melimpas di - Dilakukan pengecatan - Dilakukan pengecatan
bedakan dengan warna cat pelimpah tercatat kembali - Pile scale dilengkapi
elevasinya elevasi semua kondisi
muka air
- Perbedaan muka air
di bedakan dengan
warna cat
b. Uji Operasi
a. Pelaksanaan uji operasi
Tenaga untuk memutar hand Alat angkat pintu tidak Operasi pintu berat/tidak Pintu tidak dapat Pelumasan spindle dan roda gigi Membersihkan spindle dan Pintu dapat dioperasikan - Pemberian Pelumas Berdasarkan spesifikasi Dokumen OP BWS NT1 Perbaikan Minor
wheel pintu cukup berat mendapatkan pelumasan lancar dioperasikan roda gigi dengan cairan dengan baik. - Pengecatan teknik, pintu
karena drat stang (spindle) dan yang mencukupi. pembersih karat dan dioperasikan dengan
stem gear kurang mendapatkan memberi pelumasan dengan tenaga manusia < 10 kg
pelumasan. grease.
c. Posisi terbuka 10 cm
d. Outlet konduit
Pintu sudah dalam posisi Sedimen /longsoran dari Konduit bagian hulu Air dari waduk tidak dapat - Pengerukan sedimen - Pengerukan sedimen Konduit tidak tersumbat - Pengerukan sedimen - Pengerukan sedimen Dokumen Perbaikan BWS NT1 Perbaikan Minor
terbuka 10 cm tetapi air tidak bukit di hulu bendungan tersumbat sedimen. dialirkan ke saluran irigasi - Mencegah masuknya sedimen - Mencegah masuknya sedimen sedimen dan air dari waduk - Pembersihan konduit dari - Pembersihan konduit dan OP
keluar dari oulet konduit, masuk ke dalam waduk. ke dalam waduk ke dalam waduk bisa mengalir ke saluran sedimen dari
sedimen
kemungkinan disebabkan oleh - Membersihkan konduit dari - Membersihkan konduit dari irigasi - Uji Operasi Pintu Intake - Uji Operasi Pintu Intake
kunduit bagian hulu dari pintu sedimen sedimen
intake tersumbat sedimen
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB V
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5 BAB V
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 UMUM
Dalam melaksanakan pekerjaan ini agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan
maka diperlukan metoda pelaksanaan yang baik dan terarah. Langkah-langkah
pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Bagan Alir seperti yang telah
disampaikan pada bab sebelumnya.
Berdasarkan lingkup pekerjaan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pelaksanaan kegiatan pekerjaan
dibagi menjadi beberapa tahap.
Tahapan-tahapan pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
1. Persiapan Administrasi dan Teknis, Mobilisasi Personil dan Peralatan
2. Orientasi Lapangan
3. Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terkait
4. Kajian Data-data, Laporan dan Survei Pendahuluan
2. Inspeksi Besar
Inspeksi Bendungan
1. Pekerjaan Persiapan
2. Inspeksi Bendungan (inspeksi Visual)
3. Inspeksi dan Tes Operasi terhadap Peralatan Mekanikal Bendungan
4. Inspeksi dan Tes Operasi terhadap Instrumentasi
5. Inspeksi terhadap jalan masuk dan bangunan pelengkap
6. Analisis Hidrologi dan Banjir Rancangan
7. Pemeriksaan Dokumen RTD dan OP
8. Evaluasi Keamanan Bendungan
5-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
8. Penyusunan Laporan
5-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Bagan Alir Pekerjaan Penyiapan Dan Penetapan Ijin Operasi Bendungan Jangkih Jawa
Mulai
Tahap Persiapan
Persiapan Administrasi
Mobilisasi Personil
Menyusun Rencana Kerja
Ya
Laporan RMK
Identifikasi Pendahuluan
Pengumpulan Data
Bend. Jangkih Jawa
Sekunder
(Kunjungan Lapangan)
5-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Tidak Diskusi
Pendahuluan
Ya
Laporan Pendahuluan
Aman
Laporan Inspeksi Besar
Ya
Tidak Diskusi
Antara
Ya
Laporan Antara
5-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Penyusunan Pedoman OP
Rencana Tindak Darurat
A. Evaluasi dan Analisa Data Hasil
Monitoring
B. Pola Operasi Waduk Pengesahan RTD
C. Rencana Operasi Waduk Tahunan Sosialisasi RTD
D. Penyusunan SOP dan OP Waduk
E. AKNOP
Panduan RTD
Tidak
CEK
Ya
Laporan Pedoman OP
Sidang
Teknis
Tidak
CEK
Ya
Sidang
Pleno
Tidak
CEK
Ya
Penyusunan Konsep
Laporan Akhir
Diskusi Laporan
Akhir
Selesai
5-6
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-7
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-8
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Studi Terdahulu :
Pengumpulan Studi Terdahulu • Aknop (2016)
• Inspesksi BWS (2019)
Identifikasi Lapangan
EVALUASI EVALUASI
EVALUASI KAJIAN EVALUASI
KEAMANAN INSTRUMENTASI INSPEKSI BAWAH INSPEKSI VISUAL
GEOLOGI HIDROLOGI HIDROMEKANIKAL
BENDUNGAN AIR LAPANGAN
- Instrumen rusak, tidak
- Analisa struktur - Bendungan - Analisa banjir terbaca - pintu intake tertutup sedimen
- Analisa stabilitas berada pada dengan update - patok geser puncak - Konduit tertutup sedimen - Lereng hulu - Sedimentasi yang
- Analisa rembesan pondasi batuan data bendungan retak - Operasi & Pemeliharaan bendungnn cukup tinggi di
- Analisa hidrolika yang baik (andesit - Analisa Kapasitas - V Notch 1 dan 2 kering, hidromekanikal tidak berjalan waduk
dan dasit) Tampungan paenuh material tanha dengan baik - kondisi jalan
Pegunungan - Analisa Neraca Air dan tanaman liar - Pintu bagi tidak berfungsi masuk tidak ada
Selatan yang - Alat Ukur curah hujan karena karat perkerasan
kedap air, dan rusak - rumah jada tidak
angka - kondisi alat ukur muka ada fasilitas air dan
perkolasinya air rusak listrik
rendah. - Rekomendasi - terdapat tempat
mandi hewan
- dinding saluran
- pengerukan sedimen
pengarah retak dan
- Pengecatan pintu dan
Rekomendasi miring, potensi
Rekomendasi A pelumasan spindle
terguling
- pelapisan cat pada pintu
- Flushing instrumen
Laporan Evaluasi - Penyelidikan soil - Pemasangan instrumen
Keamanan Bendungan properties baru dan pembacaan
material timbunan ulang
bendungan
Laporan Kondisi Laporan
Hidromekanikal Pemeriksaan
Tidak Visual
CEK Laporan Kondisi Laporan Evaluasi dan Laporan Evaluasi dan
Geologi Analisa Hidrologi Analisa Instrumentasi
Tidak
CEK Tidak
Setuju CEK
Tidak Tidak Tidak
CEK CEK CEK
Setuju Setuju
Setuju Setuju Setuju
5-9
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-10
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-11
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
c. Instrumentasi
- Sistem Pengamatan Hidrologi
Dilakukan pemeriksaan dan dipastikan bahwa alat-alat pengukuran, sistem
pemantau jarak jauh beserta peralatan komunikasinya (jika ada), semua
berfungsi baik.
- Pemantau Bendungan
Diperiksa kondisi dan fungsi peralatan pemantau perilaku bendungan dengan
melakukan kajian terhadap seri data pengukuran/pembacaan/pemantauan
yang telah dilakukan Pemilik/Pengelola Bendungan.
- Pengamatan Rembesan
Dilakukan kajian terhadap jumlah rembesan yang terjadi dan analisa
penyebabnya apabila jumlah rembesan meningkat tajam dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya serta melakukan identifikasi bagaimana cara mengatasi
permasalahan tersebut.
- Pengamatan Tekanan Air Pori
Analisa dilakukan terhadap hasil pembacaan Pisometer/ Peizometer Pondasi
dan Pisometer/Peizometer Tubuh Bendungan.
- Pemantau Kegempaan
Bila sistem pemantau kegempaan dioperasikan dari jarak jauh (remote control),
dilakukan kajian terhadap hasil pemeriksaan berkala mengenai ketepatan dan
keandalan fungsinya, termasuk sistem telekomunikasinya.
- Pemantau Perilaku Tebing Tumpuan
Diperiksa hasil pemantauan berkala terhadap posisi titik referensi tetap yang
dipasang pada tebing tumpuan mengenai kemungkinan terjadinya gerakan atau
deformasi.
- Pemantau Sedimentasi
Diperiksa hasil pemantauan berkala terhadap laju atau perkembangan
sedimentasi di waduk berikut penumpukan endapan lanau dan lumpur di dekat
hulu bendungan. Dibandingkan dengan laju perkiraan dalam desain.
5-12
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Pemeriksaan pada bagian depan bukit tumpuan dan pondasi biasanya tidak mungkin
dilakukan karena adanya air waduk. Karenanya, pemeriksaan fisik terbatas pada
bagian belakang bukit tumpuan, lembah dan kaki bendungan. Bagian-bagian dari
daerah pondasi bangunan pelengkap yang terbuka juga dapat diperiksa. Karakteristik
pelapukan material pondasi dan bukit tumpuan kemungkinan dapat ditentukan dari
galian jalan didekat lokasi ini ataupun galian lainnya. Efek dari kejenuhan material
pondasi kadang-kadang dapat dilihat pada tempat-tempat dimana elevasi waduk
berfluktuasi.
Reaksi dari struktur bendungan seringkali mencerminkan perubahan-perubahan
pada pondasi. Decrease atau penurunan pada puncak atau lereng bendungan urugan
kemungkinan mencerminkan konsolidasi bendungan atau pondasi, terjadinya
pelarutan (solutioning) atau erosi buluh.
Bangunan-bangunan pelengkap yang sudah mengalami penurunan atau berada di luar
garis lot menunjukkan adanya keruntuhan atau pemampatan pondasi.
Indikasi adanya rembesan yang membahayakan mungkin sangat jelas, atau sangat
samar-samar. Perubahan aliran yang mencolok pada drainase yang dipantau,
merupakan pertanda langsung yang harus dicurigai.
Atau indikasi berkembangnya tumbuh-tumbuhan baru maupun bertambah
rimbunnya tanaman. Grafik pengeplotan elevasi air di sumur observasi atau
pisometer akan dicek dengan hati-hati dan dibandingkan dengan tingkat elevasi
waduk dan hujan lokal.
Bila terdapat kemungkinan terjadinya proses pelarutan, maka sampel air waduk dan
air rembesan akan diambil dan dianalisis, untuk mengidentifikasi material yang
melarut. Apabila debit rembesan dapat diketahui, laju pelarutan dapat diperkirakan
pula.
3. Pemeriksaan Waduk
Cekungan waduk, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi kestabilan
bendungan, akan diperiksa berkaitan dengan pengoperasian bendungan dan waduk
yang aman.
Daerah sekitar waduk diperiksa apakah terdapat indikasi persoalan yang akan
berpengaruh pada keamanan bendungan dan waduk. Bentuk-bentuk permukaan
tanah dan struktur geologi regional akan dinilai. Daerah tersebut diperiksa apakah
terdapat indikasi terjadinya amblesan (subsidence), seperti lubang benam, parit-parit
dan penurunan badan jalan dan bangunan. Reaksi dari bangunan-bangunan lain
dengan formasi sama dapat memberikan informasi akan perilaku yang mungkin
terjadi pada bendungan dan bangunan-bangunan pelengkapnya.
Pada waktu dilakukan pemeriksaan, elevasi waduk dicatat. Demikian pula informasi
atau data pada kondisi muka air waduk tinggi atau rendah, dan setiap ada perluasan
daerah genangan di saat banjir.
Bila kondisi memungkinkan, daerah waduk diperiksa apakah terdapat
penurunan/depresi, lubang benam atau erosi pada permukaan alami ataupun
perkuatan waduk. Daerah genangan juga akan diperiksa adanya pengendapan yang
berlebihan yang akan mempengaruhi pembebanan pada bendungan dan mengganggu
saluran muka kearah bangunan pelimpah ataupun fasilitas pengeluaran air.
Untuk mengetahui tinggi sedimentasi pada saat inspeksi besar ini, maka dilakukan
pemeruman, dengan jalur pemeruman disesuaikan dengan jalur pemeruman yang
5-13
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
pernah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat dihitung laju sedimen yang terjadi
dalam waduk.
Kondisi lingkungan Bendungan adalah salah satunya mengenai tanah longsor. Tanah
longsor disini adalah pergerakan tanah skala besar yang akan mempengaruhi
bendungan, bangunan-bangunan pelengkap, waduk atau jalan masuk. Termasuk di
sini daerah-daerah yang aktif, tidak aktif serta berpotensi longsor mulai dari
longsoran kecil di lereng sampai pergerakan dalam volume besar.
Anggota Tim Inspeksi akan menganalisis tentang sebab-sebab tanah longsor,
mekanismenya, karakteristiknya, gejala-gejalanya dan cara perbaikannya. Daerah
longsoran sering dapat diidentifikasi dan mungkin digambarkan dari beberapa tanda
kerusakan atau pergerakan. Ini termasuk pergerakan perlahan-lahan, pohon-pohon
yang terangkat, daerah yang tumbuh-tumbuhannya mati atau merana, retakan-
retakan karena gaya tarik, distorsi daerah perbukitan, bangunan-bangunan yang lurus
menjadi bengkok, tumbuh-tumbuhan dipinggiran waduk yang masuk kedalam waduk,
mata air. Pendokumentasian hal-hal ini dengan menggunakan fotografi sangat
dianjurkan. Apabila diperlukan, survey stabilitas lereng dan pemasangan patok-patok
monumen sangat dianjurkan.
- Longsoran waduk
Longsoran yang masuk kedalam waduk dapat menimbulkan gelombang yang dapat
meluap diatas puncak bendungan, merusak bangunan-bangunan, atau menimbulkan
erosi pada tempat-tempat yang kritis sepanjang tepi waduk.
5-14
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-15
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
b. Konstruksi Beton
Bagian beton dari bangunan pelimpah, bangunan keluaran semuanya mempunyai
kesamaan fungsi hidrolik dan struktur dasar, oleh karenanya teknik dan objek
pemeriksaannya juga sama. Bangunannya harus bebas dari semua instalasi yang tidak
diperlukan seperti dinding-dinding yang akan mengurangi debit melalui bangunan
tersebut.
Permukaan beton harus diperiksa apakah terdapat kerusakan yang disebabkan oleh
pelapukan, tegangan berlebihan atau tegangan tidak biasa, reaksi basa atau reaksi
kimia lainnya, erosi, kavitasi, vandalisme, dan lain-lain. Khususnya bangunan menara
seperti bangunan pemasukan dari bangunan pelimpah terjunan, bangunan
pemasukan dari bangunan keluaran dan terowongan masuk yang dibuat dengan gali
dan timbun (cut & cover) harus diperiksa apakah terjadi penurunan yang tidak sama
(differential settlement). Garis kelurusan dinding saluran harus dicek, mengingat
bahwa dinding yang bersifat kantilever akan membengkok kedalam dibandingkan
dinding didekatnya yang diperkuat dengan balok perkuatan (counterfort) atau
konstruksi pengaku lainnya. Permukaan panel dinding dan lantai di dekat dan di hilir
sambungan kontraksi melintang harus rata dengan permukaan di hulunya ataupun
sedikit terbenam agar panel dinding/lantai tidak rusak apabila terjadi aliran dengan
kecepatan besar. Semua sambungan kontraksi harus bersih dari tanah maupun
sampah.
Semua timbunan di dekat bangunan harus diperiksa apakah terjadi penurunan atau
bertambah dalam karena terjadi pergerakan tanah. Kontak antara timbunan dan
bangunan harus diperiksa apakah terjadi erosi buluh. Semua lereng yang dipotong
atau ditimbun dekat dengan bangunan harus diperiksa apakah terjadi kondisi yang
tidak stabil.
c. Jalan Masuk
Pengoperasian bendungan yang aman banyak tergantung pada jalan masuk yang
aman dan memadai. Umumnya cara memasuki lokasi bendungan adalah melalui jalan
darat. Jalan tersebut harus merupakan jalan dengan konstruksi yang bisa dipakai
dalam segala cuaca bagi mobil dan peralatan-peralatan lain yang diperlukan guna
melayani bendungan dalam segala cuaca. Muka jalan dan jembatan harus terletak
cukup aman diatas muka air banjir dari sungai-sungai yang berdekatan.
Apabila jalan masuk tidak dapat digunakan dengan baik dalam keadaan darurat, cara
lain untuk memasuki lokasi bendungan harus sudah ditentukan, misalnya dengan
helikopter dan lain-lainnya.
5-16
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Swing harus diperiksa apakah diberi pelumas dengan baik. Kawat-kawat dan tali yang
berubah bentuk, pecah atau berkarat, harus dicatat. Sambungan swing atau rantai
pada pintu-pintu harus diperiksa apakah terjadi aus atau pecah. Sekat (seal) pintu
dari karet atau neoprene harus diperiksa apakah berkurang kualitasnya, retak, aus
dan bocor. Alat angkat dan pengendalinya harus dicek apakah olinya bocor. Torak
angkat dan batang petunjuk harus dicek apakah terjadi kontaminasi dan ada bagian-
bagian yang kasar yang dapat merusakkan paking. Batang-batang pintu dan
sambungan (kopling) harus diperiksa apakah terjadi korosi, bagian-bagian yang pecah
atau rusak, dan kondisi lapisan pelindung (protective coating). Jalur-jalur cairan,
daun-daun, dudukan metal dan perapat pintu dan katup/valve harus diperiksa apakah
terjadi kerusakan karena kavitasi, aus, tidak sentris, korosi dan bocor. Pompa
pengisap bocoran (sump pumps) harus diperiksa dan dioperasikan untuk
membuktikan perilaku yang bisa diandalkan dan masih berfungsi normal. Ventilasi
udara untuk pintu-pintu dan katup-katup/valves harus dicek untuk meyakinkan
bahwa mereka terbuka dan terlindung.
Instruksi pengoperasian harus dipasang di dekat peralatan bersangkutan dan dicek
apakah jelas. Semua pengontrol peralatan harus dicek keamanannya untuk
meyakinkan bahwa orang yang tidak berhak tidak dapat mengoperasikan atau
mengganggu kerja peralatan.
Peralatan untuk mengatur elevasi muka air waduk harus diperiksa apakah bisa
berfungsi dengan baik. Peralatan mekanikal dan elektrikalnya harus dicek
perlindungannya terhadap cuaca dan apakah telah terjadi kerusakan karena kurang
perlindungan. Sistem ventilasi dan pemanas harus dioperasikan untuk mengecek
kapasitasnya dalam mengatur kelembaban lingkungan peralatan mekanikal dan
elektrikal. Balok sekat, pintu bulkhead dan rangka serta batang-batang angkat (lifting
frames and beams) harus diperiksa untuk menentukan apakah dapat difungsikan dan
dalam kondisi baik. Ketersediaan peralatan untuk menggerakkan, mengangkat dan
menempatkan balok sekat, bulkhead dan penyaring sampah (trashracks) harus dicek
kalau ada. Uji coba pintu harus dilakukan, untuk mengetahui bahwa peralatan
hidromekanikal masih berfungsi dengan baik.
2. Geologi Teknik
Dalam kajian ini diperiksa hal-hal sebagai berikut :
a. Masalah yang terjadi selama penggalian pondasi dan cara mengatasinya.
b. Deformasi yang terjadi pada timbunan bendungan dievaluasi, apakah masih dalam
batasan kestabilan bendungan dan perkiraan penyebabnya terjadi deformasi
tersebut dibandingkan dengan laporan pelaksanaan konstruksi.
5-17
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
c. Kesesuaian hasil pelaksanaan grouting yang berdampak positif pada saat inspeksi
dengan hasil pelaksanaan grouting. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan grouting
telah didokumentasikan dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pada saat inspeksi lapangan.
Hal-hal yang perlu didokumentasikan antara lain meliputi :
Profil lubang bor, hasil uji air bertekanan (Lugeon test), lama waktu pelaksanaan,
temperatur setempat, campuran bahan, tekanan grouting, volume penyerapan
bahan grout (grout take), dan tahapan grouting, perubahan bentuk atau retakan
bila ada pada bangunan atau pondasi dan uji tekanan sesudahnya.
d. Ada tidaknya gangguan kestabilan pada tebing tumpuan, antara lain adanya
kenampakan atau gejala adanya longsoran, runtuhan batu (rock fall), rembesan
dan lainnya.
3. Hidrologi
a. Karakteristik Hidrologi dan Pola Banjir
Pokok kajian mengenai karakteristik hidrologi dan pola banjir antara lain
mencakup hal sebagai berikut :
Menghitung ulang debit banjir yang terjadi pada saat inspeksi dengan
menambahkan data-data hujan yang terbaru.
Ada tidaknya kesesuaian antara besarnya aliran masuk hasil hitungan desain
dengan hidrograf banjir yang terjadi.
Kecukupan kapasitas pelimpah dan bangunan pengeluaran lainnya
berdasarkan perhitungan debit banjir yang terbaru.
Pengaruh hasil investigasi secara berkala mengenai angkutan sedimen dan
pengendapan di waduk, diperiksa pengaruhnya terhadap stabilitas dan
pengoperasian bendungan.
b. Pengendalian Operasi Waduk
Dalam Kajian pengendalian operasi waduk diperiksa :
Pengaruh pengoperasian waduk atau fasilitas produksi seperti ketersediaan
air untuk kebutuhan irigasi dan lain-lain juga terhadap kemampuan
penyaluran debit banjir.
Apabila pengoperasian tersebut menyebabkan terjadinya hambatan
penyaluran debit banjir, perlu dibandingkan kapasitas maksimum sarana
penyaluran yang tersedia (dalam keadaan terganggu) dengan banjir desain
yang sebenarnya untuk menentukan upaya bagaimana menghilangkan
hambatan tersebut.
c. Kondisi Air Buri (pada Bangunan Pelimpah)
Dilakukan pemeriksaan atas hasil pengamatan berkala yang dilakukan oleh
Pemilik/Pengelola bendungan terhadap kemungkinan adanya akumulasi bahan
rombakan, runtuhan atau rintangan lain atau perubahan kondisi saluran yang bisa
mengganggu kemampuan melewatkan debit banjir.
d. Pengendalian Banjir
Dilakukan pemeriksaan atas :
5-18
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-19
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-20
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5. Instrumentasi
a. Sistem Pengamatan Hidrologi
Dilakukan evaluasi terhadap peralatan alat-alat pengukuran hujan dan Elevasi
Permukaan Air Waduk serta sistem pemantau jarak jauh beserta peralatan
komunikasinya, semuanya apakah masih berfungsi baik.
b. Pemantau Bendungan
Diperiksa kondisi dan fungsi peralatan pemantau perilaku bendungan dengan
melakukan kajian terhadap seri data pengukuran/pembacaan/pemantauan yang
telah dilakukan Pemilik/Pengelola Bendungan.
Untuk itu dilakukan evaluasi sebagai berikut :
(a) Dicek apakah pengamatan instrumen yang terpasang sudah dimulai sejak awal
pelaksanaan konstruksi. Diperiksa fungsi masing-masing instrument yang
terpasang berdasarkan seri data hasil pembacaan instrumen sejak awal
pemasangan.
5-21
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-22
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Gambar 5-3 Contoh Grafik Hubungan Antara Tekanan Air Pori, Elevasi Muka
Air Waduk, Waktu dan Curah Hujan
5-23
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Kolam peredam energi dan kolam loncatan air, ditekankan pada erosi dan
gerusan.
Muka hulu bendungan beton, untuk menngetahui kemunkginan retakan,
kemerosotan mutu bahan, bukaan sambungan dan lain- lain.
7. Pengoperasian Waduk
b. Pemantau Sedimentasi
Mengevaluasi hasil pemantauan berkala terhadap laju atau perkembangan
sedimentasi di waduk dan dibandingkan dengan laju perkiraan dalam desain.
c. Peringatan Banjir
Mengevaluasi sistem prosedur peringatan banjir termasuk keandalan fungsi
peralatan yang digunakan (apabila dilengkapi dengan peralatan peringatan banjir)
5-24
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-25
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
STUDI TERDAHULU
Update Data
Metode :
1. Nakayasu Analisa Banjir
2. Snyder Rancangan
3. Hec HMS
Update Lengkung
Penelusuran Banjir Kapasitas Waduk hasil
bathimetri
Analisa Kapasitas
Tampungan
Overtopping
Rekomendasi
Aman
Laporan Evaluasi dan
Analisa Hidrologi
5-26
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Analisa Statistik
Tujuan dari analisa statistik adalah untuk membuat keputusan dan menarik
kesimpulan mengenai fenomena hidrologi berdasarkan sebagian data hidrologi yang
dikumpulkan.
Persyaratan data hujan dalam perhitungan ini meliputi ketersediaan dan kualitas
datanya. long record data sebaiknya lebih dari 20 tahun. Data hujan tersebut harus
consistent, ketiadaan trend, stationary dan persistensi sebelum digunakan untuk
analisis frekuensi atau untuk suatu simulasi hidrologi. Sebelum data hujan digunakan
dalam analisis hidrologi, terlebih dahulu dilakukan analisa statistik terhadap data
hujan. Analisa statistik yang digunakan untuk memastikan bahwa data hujan tersebut
layak digunakan untuk analisa selanjutnya meliputi :
a. Uji konsistensi (consistency test)
b. Uji ketiadaan trend
c. Uji stasioner
d. Uji persistensi
e. Uji Outlier
a. Uji Konsistensi
Satu data hujan untuk stasiun tertentu, dimungkinkan sifatnya tidak konsisten
(inconsistent). Data semacam ini tidak dapat langsung dianalisa. Jadi sebelum data
hidrologi tersebut ‘siap pakai’ atau sebagai bahan informasi lebih lanjut, harus
dilakukan pengujian terhadap konsistensinya.
Dalam hal ini, Metode Statistik dengan pendekatan statistik Rescaled Adjusted Partial
Sums (RAPS) dipergunakan untuk melakukan uji konsistensi ini. Metode ini
ditunjukkan dengan nilai komulatif penyimpangannya terhadap nilai rata-rata dengan
persamaan berikut :
i1
jika ∆ < 0, maka nilai S *k akan bernilai positif sedangkan untuk ∆ > 0 nilai S *k akan
bernilai negatif. Dengan membagi S *k dengan standart deviasi, diperoleh apa yang
disebut ‘Rescaled Adjusted Partial Sums’ (RAPS).
S *k
S *k*
S
dimana S adalah standar deviasi. Statistik yang digunakan sebagai alat penguji
konsistensi adalah :
5-27
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Q R
N n n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1.05 1.14 1.29 1.21 1.28 1.38
20 1.10 1.22 1.42 1.34 1.43 1.60
30 1.12 1.24 1.46 1.40 1.50 1.70
40 1.13 1.26 1.50 1.42 1.53 1.74
50 1.14 1.27 1.52 1.44 1.55 1.78
100 1.17 1.29 1.55 1.50 1.62 1.86
∞ 1.22 1.36 1.63 1.62 1.75 2.00
Sumber : Analisa Hidrologi, Sri harto 2000
Q R
Dengan nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai hitung dan hitung.
n n
Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai ijin, apabila lebih kecil untuk tingkat
kepercayaan tertentu maka data masih dalam batasan konsisten.
i 1
KP 1 3
n n
1/2
n 2
t KP
1 KP 2
5-28
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
dengan :
KP = koefisien korelasi peringkat Spearman
n = jumlah data
dt = selisih Rt dangan Tt
Tt = peringkat dari waktu
Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala.
t = nilai hitung uji t
c. Uji Stationer
Deret berkala umumnya dibedakan menjadi dua tipe yaitu : a). stasioner dan b). tidak
stasioner. Deret berkala disebut stasioner apabila nilai dari parameter statistiknya
(rata-rata dan varian) relatif tidak berubah dari bagian periode/runtun waktu yang
ada. Jika ditemukan salah satu parameter statistiknya berubah dari bagian
periode/runtun waktu yang ada maka deret berkala tersebut disebut tidak stasioner.
Deret berkala tidak stasioner menunjukkan bahwa datanya tidak homogen/tidak sama
jenis.
Apabila data deret berkala tidak menunjukkan adanya trend, maka dilanjutkan uji
stasioner dengan tujuan menguji kestabilan nilai varian dan rata-rata dari deret
berkala.
Pengujian nilai varian dari deret berkala dapat dilakukan dengan uji-F (Fisher test)
dengan bentuk persamaan :
N 1 .S 12 N 2 1
F
N 2 .S 22 N 1 1
dengan :
F = nilai hitung uji F
N1 = jumlah data kelompok 1
5-29
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Hipotesa nol untuk parameter statistik data adalah stasioner, sebaliknya hipotesa tidak
sama dengan satu untuk parameter statistik data tidak stasioner. Untuk hasil pengujian
hipotesa nol ditolak, berarti nilai varian tidak stabil atau tidak homogen. Deret berkala
yang nilai variannya tidak homogen berarti deret berkala tidak stasioner dan tidak
perlu melakukan pengujian lanjutan.
Sedangkan stabilitas nilai rata-rata data deret berkala diuji dengan uji-t (student test)
dengan persamaan sebagai berikut :
X1 X2
t 1
1 1 2
N1 N2
1
N S 2 N 2 S 22 2
1 1
N N 2
1 2
dengan :
t = nilai hitung uji t
N1 = jumlah data kelompok 1
N2 = jumlah data kelompok 2
X1 = nilai rata-rata data kelompok 1
X2 = nilai rata-rata data kelompok 2
S1 = standar deviasi data kelompok 1
S2 = standar deviasi data kelompok 2
Dengan derajat bebas dk = N1 + N2 – 2
Dk1
Dk2
10 12 15 20 24
10 2.98 2.91 2.85 2.77 2.74
11 2.85 2.79 2.72 2.65 2.61
12 2.75 2.69 2.62 2.54 2.51
13 2.67 2.60 2.53 2.46 2.42
14 2.60 2.53 2.46 2.39 2.35
15 2.53 2.46 2.39 2.32 2.28
Sumber : Soewarno, 1995,Hidrologi:Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data 2
5-30
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
d. Uji Persistensi
Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak (random) haruslah diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang. Persistensi
(persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai dalam deret berkala. Untuk
melaksanakan pengujian persistensi harus dihitung besarnya koefisien korelasi serial.
Salah satu metode untuk menentukan koefisien korelasi serial adalah metode
Spearman.
Koefisien korelasi serial metode Spearman dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
6 di
2
i 1
KS 1 3
m m
1
m 2 2
t KS 2
1 KS
dengan :
KS = koefisien korelasi serial Spearman
m = jumlah data
di = selisih antara peringkat ke Xi dang Xi-1
t = nilai hitung uji t
Dengan derajat bebas dk = m – 2
e. Uji Outlier
Outlier adalah data dengan nilai jauh berada di antara data yang lain. Keberadaan
outlier biasanya mengganggu pemelihan jenis distribusi untuk suatu sampel data.
Uji Grubbs and Beck menetapkan dua batas ambang bawah (XL) dan atas (XH)
XH exp( X KNS)
XL exp( X KNS)
dengan :
Data yang nilainya di bawah XL diklasifikasikan sebagai outlier bawah dan yang nilainya
di atas XH dikategorikan outlier atas. Dalam perhitungan hujan rencana dan HMBJ
outlier bawah langsung dibuang dan outlier atas harus dipertimbangkan jika akan
membuangnya.
5-31
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Hasil Analisa Statistik Data Hujan telah menyimpulkan bahwa data hujan yang tersedia
pada lokasi studi adalah layak dan ’siap’ untuk digunakan dalam analisa peluang.
Kesimpulan hasil analisa statistik digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisa
berikutnya yaitu analisa hujan rencana.
Hujan rencana sendiri adalah hujan terbesar tahunan dengan peluang tertentu yang
mungkin terjadi di suatu daerah, atau hujan dengan suatu kemungkinan periode ulang
tertentu. Metode untuk menghitung besarnya curah hujan rancangan antara lain :
a. Metode EJ. Gumbel
b. Metoda Log Pearson III
c. Metoda Iwai Kadoya
Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan rencana beserta uji kesesuaian distribusi,
dalam tabel tersebut juga menyajikan syarat pengujian agihan data dalam analisa
frekuensi untuk menentukan jenis metode yang sesuai. Penentuan jenis sebaran
diperlukan untuk mengetahui suatu rangkaian data cocok untuk suatu sebaran tertentu
dan tidak cocok untuk sebaran lain. Untuk mengetahui kecocokan terhadap suatu jenis
sebaran tertentu, perlu dikaji terlebih dahulu ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu :
Hitung parameter-parameter statistik Cs dan Ck, untuk menentukan macam
analisis frekuensi yang dipakai.
Koefisien kepencengan/skewness (Cs) dihitung dengan persamaan:
Cs
n. XX 3
n 1 n 2 . S3
Koefisien kepuncakan/curtosis (Ck) dihitung dengan persamaan :
Ck
n2 . X X 4
n 1 n 2 n 3 . S 4
dimana :
n = jumlah data
5-32
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
XT = X + K .Sd
Dimana :
X i - X
n 2
i=l
Sd = Standar deviasi =
n -1
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang (return
period) dan tipe distribusi frekuensi.
Untuk menghitung faktor frekuensi E.J. Gumbel Type I digunakan rumus (PPBU
Vol.2,19) :
YT Yn
K =
Sn
dimana :
YT = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln - Ln (T - 1)/T
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standar deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
5-33
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Reduced Mean Yn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.495 0.500 0.504 0.507 0.510 0.513 0.516 0.518 0.520 0.522
20 0.524 0.525 0.527 0.528 0.530 0.531 0.532 0.533 0.534 0.535
30 0.536 0.537 0.538 0.539 0.531 0.540 0.541 0.542 0.542 0.543
40 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548 0.548
50 0.549 0.549 0.549 0.550 0.550 0.550 0.551 0.551 0.552 0.552
60 0.552 0.552 0.553 0.553 0.553 0.554 0.554 0.554 0.554 0.555
70 0.555 0.555 0.555 0.556 0.556 0.556 0.556 0.556 0.557 0.557
80 0.557 0.557 0.557 0.557 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.559
90 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.560 0.560 0.560 0.560
100 0.560
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.950 0.968 0.993 0.997 1.010 1.021 1.032 1.041 1.049 1.057
20 1.063 1.070 1.075 1.081 1.086 1.092 1.096 1.100 1.105 1.109
30 1.112 1.116 1.119 1.123 1.126 1.129 1.131 1.134 1.136 1.139
40 1.141 1.144 1.146 1.148 1.150 1.152 1.154 1.156 1.157 1.159
50 1.161 1.162 1.164 1.166 1.167 1.168 1.170 1.171 1.172 1.173
60 1.175 1.176 1.177 1.178 1.179 1.180 1.181 1.182 1.183 1.184
70 1.185 1.186 1.187 1.188 1.189 1.190 1.191 1.192 1.192 1.193
80 1.194 1.195 1.195 1.196 1.197 1.197 1.198 1.199 1.199 1.200
90 1.201 1.201 1.202 1.203 1.203 1.204 1.204 1.205 1.206 1.206
100 1.207
5-34
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Koefisien Kurtosis :
n 4
n 2 Xi - X
i= l
Ck =
(n - 1)(n - 2)(n - 3) Sd 4
dimana :
Ck = koefisien kurtosis
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
K = faktor frekuensi (Tabel Pearson Type III nilainya tergantung nilai Cs)
5-35
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
dimana :
5-36
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
K (EF OF)2
(X 2 )Hit
i 1 EF
n
EF
K
Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus (Sri Harto, 181 : 80) :
K = 1 + 3,22 log n
dimana :
X2 = Chi-Square.
EF = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan
pembagian kelasnya.
OF = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama.
K = jumlah kelas distribusi
n = banyaknya data
Nilai X2 yang terhitung ini harus lebih kecil dari harga X2cr (yang didapat dari Tabel
Chi-Square). Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan :
DK = K – (P + 1)
Dengan :
DK = derajat kebebasan.
K = banyaknya kelas.
P = banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang
untuk sebaran Chi-Square adalah sama dengan 2 (dua).
Berdasarkan literatur di atas, pada Uji Chi-Square menguji penyimpangan
distribusi data pengamatan dengan mengukur secara metematis kedekatan antara
data pengamatan dan seluruh bagian garis persamaan distribusi teoritisnya.
2) Uji Horisontal dengan Smirnov Kolmogorof
Uji ini digunakan untuk menguji simpangan secara horizontal, yaitu merupakan
selisih simpangan maksimum antara distribusi teoritis dan empiris. Dengan
pemeriksaan uji ini akan diketahui :
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan
atau yang diperoleh secara teoritis.
2. Kebenaran hipotesa diterima atau ditolak.
di mana :
5-37
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Kemudian dibandingkan antara maks dan cr dari tabel. Apabila maks<cr, maka
pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan untuk data yang ada. Harga
cr dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5-38
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Peta Isohyet
2) Metode Hersfield
X m Xp K m .Sp
Dimana
Xm = nilai hujan maksimum bolehjadi.
Xp = rata-rata dari seri data hujan harian maksimum tahunan berjumlah n
yang telah dikalikan faktor penyesuaian.
Km = nilai fungsi dari durasi hujan dan rata-rata hujan harian maksimum
tahunan.
5-39
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Curah hujan efektif merupakan bagian dari curah hujan yang menghasilkan limpasan
langsung (direct run-off).
Dari data curah hujan rancangan yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan
menerapkan beberapa faktor penyesuaian berdasarkan luas DAS, distribusi curah hujan
jam-jaman serta penyesuaian terhadap waktu pengamatan hujan, selanjutnya untuk
mendapatkan curah hujan efektif, maka curah hujan rancangan tersebut harus
dikalikan dengan faktor kehilangan.
b. Koefisien Pengaliran
Pada saat hujan turun sebagian akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan
menjadi limpasan permukaan. Koefisien limpasan/pengaliran adalah variabel untuk
menentukan besarnya limpasan permukaan tersebut dimana penentuannnya
didasarkan pada kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di
daerah tersebut.
Koefisien pengaliran seperti yang disajikan pada tabel berikut, didasarkan pada suatu
pertimbangan bahwa koefisien pengaliran sangat tergantung pada faktor-faktor fisik.
5-40
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Koefisien pengaliran
f = 1 - R'/Rt = 1 - f'
Dimana :
f = koefisien pengaliran
f' = laju kehilangan = / Rt^s
Rt = jumlah curah hujan
R' = kehilangan curah hujan
,s = tetapan
Berdasarkan jabaran tersebut diatas, maka tetapan nilai koefisien pengaliran adalah
sebagai berikut :
Rumus Koefisien
Daerah Kondisi Sungai Curah Hujan
Pengaliran
Hulu f = 1 – 15,7/ Rt^0,75
Tengah Sungai Biasa f = 1 – 5,65/Rt^0,75
Tengah Sungai di Zone Lava Rt > 200 mm f = 1 – 7,2/Rt ^0,75
Tengah Rt < 200 mm f = 1 – 3,14/Rt^0,75
Hilir f = 1 – 6,6/Rt^0,75
Sumber : Suyono Sosrsodarsono, (1980)
Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan langsung (direct
run-off).
Dengan asumsi bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasan langsung mengikuti
proses linier dan tidak berubah oleh waktu (linear and time invariant process), maka
hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut :
Rn = C . R
Dimana :
Rn = hujan netto (mm)
C = koefisien limpasan
R = intensitas curah hujan
5-41
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Jika tidak tersedia debit pengamatan banjir, maka untuk analisa debit banjir digunakan
pendekatan hidrograf satuan, yaitu hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh
hujan lebih yang merata di seluruh DAS, dengan intensitas tetap dalam satuan waktu.
Konsep dasar pada hidrograf satuan adalah hujan satuan yang berbeda-beda besarnya
akan menghasilkan grafik distribusi yang hampir sama.
Untuk bendungan diperlukan data banjir dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50, 100,
1000 dan PMF. Dimana untuk kapasitas bangunan pelimpahnya akan di evaluasi sesuai
dengan kondisi desain bendungan yaitu berdasarkan kala ulang 1000 tahun.
Analisa banjir rancangan dihitung dengan menggunakan metode HSS Nakayasu, Snyder
dan SCS (Hec HMS). Sebagaimana dijelaskan diatas, banjir rancangan akan dihitung
dengan menggunakan durasi hujan 6 jam dan interval 0.5 jam an, distribusi hujan
berdasar PSA 007 model genta serta infiltrasi metode Horton.
Untuk menganalisa debit banjir rancangan, terlebih dahulu harus dibuat hidrograf
banjir pada sungai yang bersangkutan. Parameter yang mempengaruhi unit hidrograf:
Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak
magnitude).
Tenggang waktu dari titik berat sampai titik berat hidrograf (time log).
Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
Luas daerah pengaliran
Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel).
Koefisien pengaliran (run-off coefficient).
dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0.3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30% dari
debit puncak.
A = Luas daerah pengaliran sampai outlet
C = Koefisien pengaliran
5-42
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
dengan :
tg = time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam).
tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Sungai dengan panjang alur, L > 15 km : tg = 0.4 + 0.058 L
Sungai dengan panjang alur, L < 15 km : tg =0.21 L0,7
tr = Satuan Waktu hujan (jam)
α = Parameter hidrograf, untuk
α = 2 Pada daerah pengaliran biasa
α = 1.5 Pada bagian naik hydrograf lambat, dan turun cepat
α = 3 Pada bagian naik hydrograf cepat, turun lambat
i tr
t
0.8 tr tg
O
Qp
2
0.3 Qp
0.3 Q
5-43
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
parameter yang sesuai yaitu Tp dan , dan pola distribusi hujan agar didapatkan
suatu pola hidrograf yang sesuai dengan hidrograf banjir yang diamati.
Hidrograf banjir dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
n
Q k U i .Pn( i1)
i 1
dimana :
Qk = Debit Banjir pada jam ke – k
Ui = Ordinat hidrograf satuan (i = 1, 2, 3 …... .n)
Pn = Hujan netto dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)
Bf = Aliran dasar (base flow)
5-44
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
dengan:
Ct = 0.75 – 3.0
Cp = 0.90 – 1.40
Watershed Desktop
Explorer
Component
Editor Message Log
2. Input Data
→ Basin Models (Model DAS)
Dalam pemodelan DAS/Basin, yang perlu diperhatikan adalah parameter luasan
DAS. Untuk pemodelan ini dipilih metode perhitungan dengan SCS (soil
coservation service).
5-45
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
→ Infiltrasi/Loss Method
Untuk pemodelan loss method, harus diperhitungkan beberapa parameter,
yaitu:
5-46
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Dimana:
Ia = initial abstraction
S = retensi maksimum
25400 254CN
S
CN
S = 62.19
5-47
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
b. Curve Number
Pada studi Bendungan Kusan, analisis perhitungan debit banjir pada
bendungan dilakukan pada kondisi dimana data yang dimiliki berupa data
hujan harian. Selain itu untuk perhitungan kehilangan air metode yang
digunakan adalah SCS Curve Number. Berikut merupakan langkah-langkah
penentuan nilai CN.
1. Ketersediaan Data
Pada studi ini, data yang digunakan meliputi:
a. Data hujan harian
b. Data fisik berupa data jenis tanah dan tutupan lahan
Mengingat pada studi ini tidak tersedia data pengamatan debit atau elevasi
muka air banjir, perhitungan hidrograf debit atau elevasi muka air banjir
ditentuan berdasarkan kondisi fisik DAS yang dalam hal ini dinyatakan
dalam bentuk curve number.
Berikut ini adalah prosedur penentuan nilai (hydrologic Soil Group) HSG
dalam rangka menentukan CN berdasarkan kondisi fisik DAS:
5-48
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-49
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
H. Masukkan DAS Kusan pada peta HWSD dalam aplikasi berbasis GIS. Bila
sistem koordinat DAS belum menggunakan WGS 1984, maka ubah
terlebih dahulu sistem koordinatnya menjadi WGS 1984, dengan cara:
a. Buka Catalog Define Projection : Geoprocessing >> Arctoolbox >>
Projection and Transformation >> Future >> Project
5-50
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-51
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
N. Cari informasi Soil Mapping Unit yang sesuai dengan GRIDCODE pada
lokasi DAS terpilih.
O. Catat informasi tekstur tanah Domaint Soil pada baris Topsoil USDA
Texture Classification untuk ditambahkan pada spreadsheet pada
langkah nomor 11.
P. Ubah informasi tekstur tanah menjadi HSG berdasarkan tabel klasifikasi
tanah Unites States Departement of Agriculture (USDA)
Klasifikasi Tanah USDA
5-52
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Untuk DAS dengan subDAS yang memiliki jenis tanah dan tutupan lahan
yang berbeda, maka dihitung nilai komposit CN.
c. Impervious
Impervious merupakan prosentase daerah aliran sungai yang tertutup. Pada
baris impervious, tidak diisi (0,0) karena pengaruh impervious area sudah
termasuk dalam nilai Curve Number.
5-53
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
→ Aliran Dasar/Baseflow
Dalam pemodelan aliran dasar, dilakukan perhitungan parameter baseflow,
diantaranya yaitu: initial type dan threshold type.
a. Initial Type
Parameter initial type terdiri dari initial discharge dan recession constant.
Initial discharge merupakan besarnya baseflow awal yang besanya
digambarkan dalam satuan m3/dt/km2 (discharge per area) atau m3/dt
(discharge). Recession Constant merupakan suatu konstanta yang
menunjukan hubungan antara baseflow awal dengan baseflow setelah
waktu tertentu. Hubungan baseflow tersebut digambarkan seperti berikut:
Qt Q0 .k t
5-54
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Dimana:
Qt = besar baseflow setelah waktu t
Q0 = besar baseflow pada waktu t = 0
k = konstanta eksponensial baseflow
t = waktu terjadinya baseflow
b. Threshold Type
Treshold type ada dua pilihan ratio to peak dan treshold discharge. Treshold
merupakan suatu titik balik dari aliran baseflow.
5-55
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-56
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Kumpulan data hidrograf banjir dari pos duga air otomatis (AWLR) dan data
distribusi hujan jam-jaman dari stasiun otomatis, kemudian ditentukan
distribusi hujan jam-jaman yang menimbulkan puncak hidrograf banjir
tertinggi.
3. Running Program
Setelah semua input program yang sudah dijelaskan pada sub bab input data
dimasukan maka tahap selanjutnya melakukan running program. Bentuk tampilan
dari running program dapat pada gambar dibawah.
5-57
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4. Output Data
Setelah running program maka tiap masing-masing outlet dari daerah aliran sungai
yang ditinjau akan diketahui:
5-58
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Salah satu metode untuk penentuan debit banjir rancangan adalah dengan uji Rumus
Creager.
Untuk mempertinggi tingkat ketelitian hasil dari metode yang dipilih, maka hasil
hitungan dibandingkan dengan metode unit hidrograf yang lain dan diuji dengan
persamaan Creager.
Dimana rentang angka koefisien Creager (C) yang diijinkan untuk banjir desain PMP di
Indonesia yaitu antara 80 – 125, seperti yang tertera pada pedoman perencanaan banjir
desain untuk bendungan di Indonesia.
Dimana :
ƩMR = Momen penahan
ƩMO = Momen guling
2) Stabilitas Geser
5-59
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Dimana :
f = Koefisien G
ƩFv = Jumlah Gaya Vertikal
B = Lebar Dasar
C = Kohesi
ƩFh = Jumlah Gaya Horisontal
3) Stabilitas Uplift
Dimana :
ƩFv = Jumlah Gaya Vertikal
ƩFPu = Jumlah Gaya Uplift
Dimana :
e = Eksentrisitas (m)
B = Lebar Dasar (m)
Q = Tegangan Maksimum (kg/cm2)
= tegangan maksimum yang diijinkan (kg/cm2)
ƩMR = Momen Penahan
ƩMO = Momen GUling
ƩFv = Jumlah Gaya Vertikal
Dimana :
CL = Nilai Minimum crep ratio (lihat KP-06)
ƩLv = Jumlah panjang vertical (m)
ƩLh = Jumlah panjang horisontal (m)
5-60
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Pw = 1/2. W . H2
Dimana :
Pw = tekanan air normal (ton)
W = beratjenisair (t/m3)
H = tinggi air (m)
3) Tekanan Uplift
Ux = Hx - ΔH x Lx/Ʃ
Dimana :
Ux : Tekanan Uplift pada titik x (t/m2) (t/m)
Hx : Tinggi air pada titik x terhadapa upstream (m)
Lx : Panjang rembesan sampai titik x (m)
ƩL : panjang garis rembesan total (m)
Δh : beda tinggi muka air (m)
5-61
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
4) Gaya Gempa
E = Kh x G
Dimana :
Ux : Gaya gempa (t)
G : berat bangunan (t)
Kh : Koefisien Gemoa horizontal
2. Analisa Rembesan
A. Analisa Rembesan
Analisa rembesan dilakukan dengan menentukan jaring aliran (flow net) dari
air rembesan, sufosi (piping) dan sembulan (boiling). Analisa jaring aliran
dilakukan dengan program komputer SEEP/W, program elemen hingga yang
dapat memodelkan pergerakan dan distribusi tekanan air pori dalam material
porous seperti lapisan tanah dan batuan.
SEEP/W membutuhkan input elemen-elemen yang dibatasai oleh titik-titik
batas (nodes) dari daerah rembesan yang didefinisikan sendiri oleh user.
Elemen-elemen ini meliputi semua daerah rembesan yang ingin dianalisa.
Karena bendungan ini terdiri dari lapisan-lapisan heterogen, maka masing-
masing lapisan harus dibagi ke dalam elemen tersendiri.
Apabila diperlukan, program dapat menghitung debit yang melewati elemen
dengan memberikan garis flux (flux section). Elemen yang terpotong oleh garis
ini akan dihitung debit aliran rembesannya. Dalam analisa ini akan dihitung
debit pada daerah hilir bendungan, tetapi setiap potongan memiliki jumlah
garis flux yang berbeda – beda, tergantung kondisi tanah asli. Pada dasarnya
debit yang dihitung terletak pada kaki hilir bendungan dimana terdapat
saluran untuk mengukur debit rembesan bendungan dan untuk mengontrol
rembesan yang aktual.
B. Debit Rembesan
Debit rembesan pada tubuh bendungan dan pondasi dihitung dengan
mendefinisikan bidang yang dilewati air sebagai garis flux
Berdasarkan Engineering manual for Irrigation and Drainage No.3 Fill Dam
tahun 1988 yang dikeluarkan oleh The Japanese Institute of Irrigation and
Drainage. Kapasitas rembesan harian yang diijinkan tidak boleh melebihi 0.05
% dari kapasitas tampungan bendungan.
5-62
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Dimana :
max = sudut geser dalam maksimum dibawah tegangan normal kecil
n = tegangan normal dari timbunan batu/ rip rap
n = tegangan normal yang memberikan
= parameter bahan
Demikian juga dengan gaya gempa, gaya tersebut tidak bekerja sama besar tetapi
berubah tergantung dari ketinggian bendungan dimana untuk elevasi yang lebih
tinggi bekerja gaya gempa yang lebih besar. Analisa stabilitas dilakukan dengan
menggunakan metode irisan bidang luncur dengan rumus sebagai berikut,
Dimana :
Fs : Faktor keamanan
N : Beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur ( = . A. cos )
T : Beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur ( = . A. sin )
U : Tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne : Komponen vertical beban seismic yang bekerja pada setiap bidang
luncur ( = e. . A. sin )
Te : Komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap bidang
luncur ( = e. . A. cos )
I : panjang busur (m)
: sudut gesekan dalam bahan yang membenruk dasar setiap irisan bidang
luncur (o)
C : Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur
: berat isi dari setiao bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang
luncur (t/m3)
Ne, Te : 0 (untuk kondisi gempa tidak diperhitungkan)
N : W cos + P sin
T : W sin - P cos
Ne : WT sin . K
Te : WT cos . K
5-63
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Dimana :
W : Total berat irisan vertical material timbunan dan air
WT : Berat irisan vertical material timbunan
P : Tekanan air yang bekerja pada lengkugn bidang luncur (t/m2)
P : (H2 + H1) . b. tg . w
w : berat jenis air
K : intensitas gempa horisontak
: sudut kemiringan rata-rata setiap irisan bidang luncur
Bidang Luncur
5-64
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
FK FK
No Kondisi Kuat Geser Tekanan Air Pori Tanpa Dengan
Gempa Gempa
3 Pengoperasian waduk 1. Efektif Surut cepat dan El. Muka air 1.30 1.10
tergantung: maksimum sampai El. Muka
Elevasi muka air air minimum
maksimum di hulu. Lereng hulu dan hilir
Elevasi muka air minimum Surut cepat dan El. Muka air 1.30
di hulu (dead storage) maksimum sampai El. Muka
Lereng hulu harus air minimum. Pengaruh
dianalisis untuk kondisi gempa diambil 0% dari koe6.
surut cepat. cepat. gempa desain
4 Luar Biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari El. Muka air 1.20
Pembuntuan pada sitem maksimum
drainase. sampai El. Terendah
Surut cepat karena bangunan pengeluaran.
penggunaan air melebihi
kebutuhan. Pengaruh gempa diabaikan
Surut cepat pada kondisi
gawat darurat
dimana :
S = kekuatan geser
Τ = tegangan total pada bidang geser
µ = tekanan air pori
C’ = kohesi efektif
Θ = sudut geser dalam efektif
5-65
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Cara analisis kemantapan lereng telah banyak dikenal , secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : berdasarkan pengamatan visual, cara
komputasi dan menggunakan grafik. Berikut disajikan cara analisis kemantapan
lereng
Tabel Cara Analisis Kemantapan Lereng
Bidang
No Analisis Cara Tanah Batu Keterangan
Longsor
1. Berdasarkan Membandingkan L, P, B v v 1. Kurang teliti
pengamatan kestabilan lereng 2. Tergantung
visual yang ada pengalaman
seseorang
3. Disarankan untuk
tidak dipaka
2. Menggunakan Fellenius L v x Fellenius kurang
komputasi Bishop L,P,B v v teiti, hanya dapat
Janbu L,P,B v v menghitung factor
keamanan tetapi
tidak dapat
menghitung
deformasi
3. Menggunakan Cousins L v x 1. Material Homogen
grafik Janbu L v v 2. Umumnya untuk
Duncah P v v struktur
Hoek & Bray P,B x v sederhana
L = Lingkaran v = digunakan
P = Planar x = tidak digunakan
B = Baji
Sumber : Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsor, Dep. PU
5-66
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-67
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Tidak
CE
ya
Tidak
CE
ya
- Deskripsi Bendungan
Analisa Penduduk Terkena Risiko - Tanggung Jawab
dan Kerugian Ekonomi - Deteksi Keadaan Darurat, evaluasi dan Klarifikasi
- Kesiapsiagaan Tindak Darurat
- Peralatan dan Material
- Peta Genangan Banjir
Penentuan Tingkat Bahaya Bendungan - Pelaksanaan
(Hazard Classification) - Bagan Alir Laporan dan Pemberitahuan (Hulu dan Hilir)
Konsultasi Publik
Tidak
CE
ya
5-68
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-69
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2. Survey Bathimetri
Pelaksanaan survey bathimetri yang dilakukan menggunakan alat echosounder
yang terintegrasi dengan beberapa alat lainnya seperti tranduser dan GPS
sebagai positioning jalur bathimetri.
Tahap awal dalam melakukan survey bathimetri ialah dengan menentukan jalur
pengukuran sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja.
Setelah penentuan jalur bathimetri, kemudian koordinat jalur ini diinput
kedalam GPS sebagai navigasi ketika melakukan pengukuran
Pengukuran Bathimetri yang meliputi pengukuran kedalaman air waduk dan pos
positioning titik-titik pengukuran. Kedalaman waduk harus diukur dengan
echosounder. Rintangan-rintangan navigasi seperti bangunan pelengkap dll.
perlu diukur posisinya. Referensi ketinggian untuk topografi dan bathimetri
dibuat sama yaitu BM terdekat yang ada atau melalui GPS Geodetik.
Metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan harus sedemikian rupa
untuk mendapatkan ketelitian yang dapat diterima untuk dapat digunakan
sebagai peta dasar dan detail design.
Tahapan–tahapan pelaksanaan pekerjaan pengukuran bathimetri diuraikan
sebagai berikut:
Tahapan survey bathimetri
No Tahapan Penjelasan
1 Pengukuran Kedalaman Dasar - Pengukuran menggunakan alat echosounder
Waduk yang yang telah telah terintegrasi dengan
GPS
- Jalur pengukuran dibuat dengan interval
sesuai KAK
- Posisi fix point diukur dengan system
koordinat GPS
- Sebelum dan sesudah pengukuran dilakukan
penulisan data perum gema
2 Positioning Jalur Kapal Positioning jalur kapal selama pengukuran,
melihat navigasu dari GPS yang sudah diinput
data sounding sebelumnya.
3. Survey Inventory
Survey Inventory dibutuhkan untuk melengkapi data dasar untuk keperluan anlisis
keruntuhan bendungan. Data dasar yang dibutuhkan adalah:
− Data kependudukan dari desa sepanjang sungai, sarana dan pra sarana seperti
jembatan, viaduct, tempat-tempat ibadah yang bernilai historis dan bangunan
lain seperti Dam, pintu air, dll.
− Data Inventory Survai yaitu data mengenai bangunan atau sarana yang
diperkirakan terkena dampak kerusakan akibat keruntuhan bendungan.
Menentukan lokasi tempat pengungsian penduduk dan jalan arah transportasi
pengungsian dan menentukan jarak dari lokasi bencana ke daerah/lokasi
pengungsian (nama desa, kecamatan).
− Lokasi tempat pengungsian diantaranya adalah: kantor pemerintah, sekolah ,
tempat ibadah, lapangan dll.
5-70
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-71
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
b. Keterbatasan Program
Keterbatasan dari Software adalah :
Keruntuhan bendungan untuk suatu deretan bendungan yang hancur dalam
sungai tunggal tidak dapat dilakukan dalam 1 kali proses komputer
Keruntuhan bendungan di jaringan sungai dendritik (dalam mana
bendungannya tidak tersusun secara seri tetapi dalam jaringan berbentuk
dahan-dahan pohon dalam jaringan sungai), tidak dapat disimulasikan.
Alur sungai di hilir bendungan pada umumnya tidak dapat kering pada
permulaan simulasi, dengan kata lain harus ada aliran dasar (meskipun kecil).
Rekahan
Sebelum bendungan mengalami keruntuhan total, didahului oleh terjadinya
rekahan (breaching). Rekahan adalah lubang yang terbentuk dalam tubuh
bendungan pada saat runtuh. Sebenarnya mekanisme keruntuhannya tidak begitu
dipahami, baik untuk bendungan urugan tanah maupun bendungan beton. Untuk
meramal banjir di daerah hilir akibat keruntuhan bendungan, biasanya dianggap
bahwa bendungan runtuh secara total dan secara mendadak.
5-72
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Para peneliti dari gelombang banjir akibat keruntuhan bendungan seperti Ritter
(1892), Schoklitich (1917), Dressler (1954), Stoker (1957) dan Barnes (1969)
menganggap bahwa rekahan tersebut meruntuhkan seluruh tubuh bendungan dan
terjadi secara mendadak. Sedangkan peneliti lain seperti Schoklitsch (1917) dan
US Army Corps of Engineers (1960) mengakui perlunya anggapan rekahan
sebagian, dibandingkan rekahan total, tetapi mereka masih menganggap bahwa
rekahan terjadi secara mendadak. Asumsi rekahan total dan kejut ini digunakan
dengan alasan untuk memudahkan bila diterapkan teknik matematika untuk
menganalisis gelombang banjir dari keruntuhan bendungan. Asumsi asumsi ini
agak cocok bila dipakai untuk bendungan beton pelengkung (concrete arch dam).
Sedangkan untuk bendungan urugan maupun concrete gravity dam kurang cocok.
Rekahan tersebut ada dua jenis, yaitu :
- Rekahan karena overtopping
- Rekahan karena piping
Dam Breach
ho 1
hb 2 h
hbm
Tampak depan dari formasi berubahan ukuran rekahan yang terjadi pada tubuh
dam akibat overtopping
5-73
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Seperti terlihat pada gambar di atas, rekahan tersebut dimulai pada satu titik
kemudian membesar dengan kecepatan linier atau nonlinier dalam selang waktu
keruntuhan hingga tercapai lebar terminal b dan dasar rekahan tererosi hingga
elevasi h bm yang biasanya merupakan elevasi dasar waduk atau outlet channel.
Jika < 1 menit, lebar rekahan dimulai dengan nilai b bukan dari nol. Ini lebih
menunjukkan peristiwa kehancuran karena ambruk (collapse failure) dari pada
kehancuran karena erosi.
Elevasi dasar rekahan di simulasikan sebagai fungsi dari waktu () menurut
hubungan berikut ini :
hb = hd - (hd - hbm) (tb / ) untuk 0 < tb < ..........................(2)
dimana :
Lebar dasar kejut (b) dari rekahan di berikan sebagai hubungan sebagai berikut :
5-74
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
hd
hf
hbm
Debit yang keluar dari kedua macam rekahan tersebut merupakan hidrograf banjir
yang terjadi pada penampang melintang 0 (permulaan), yang harus ditelusur ke
hilir disepanjang lembah sungai dengan metode “Unsteady flow”.
Cara lain untuk memeriksa kebenaran parameter rekahan (bbar dan ) adalah
dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Persamaan (4) dikembangkan oleh Hagen (1962) untuk data historik bagi 14
keruntuhan bendungan dan menghasilkan lingkungan maksimum dari seluruh 14
buah debit yang diamati.
Rumus (5) dan (6) dibuat Fread (1981) dan digunakan oleh National Weather
Service dalam Simplified Dam Break Model, SMP DBK (Wetmore dan Fread, 1984).
Setelah dipilih bbar dan , persamaan (5) dapat dipakai untuk menghitung Qp yang
kemudian dapat dibandingkan dengan Qp*, maka bbar kecil dan/atau terlalu besar.
Fread menemukan bahwa Pers (b) merupakan “over estimasi” debit puncak untuk
tiap kegagalan dari 21 bend, (termasuk 14 kegagalan yang disebutkan sebelumnya,
rata-rata 130%.
5-75
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Pada umumnya, data mengenai daerah genangan pada awal studi tidak ada. Untuk ini,
apabila di daerah hilir bendungan diketahui terdapat kota dengan berpenduduk lebih
dari 200 KK (Kepala Keluarga), untuk sementara tingkat bahaya bendungan dapat
dapat langsung ditetapkan sangat tinggi (=4). Akan tetapi jika di daerah hilir
bendungan diketahui tidak berpenduduk, maka tingkat bahaya bendungan dapat
langsung ditetapkan rendah (=1).
5-76
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Keterangan :
Klasifikasi bahaya = 1 : Tingkat bahaya rendah
Klasifikasi bahaya = 2 : Tingkat bahaya sedang
Klasifikasi bahaya = 3 : Tingkat bahaya tinggi
Klasifikasi bahaya = 4 : Tingkat bahaya sangat tinggi
5-77
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Secara garis besar lingkup penyusunan Rencana Tindak Darurat Bendungan Napun
Gete meliputi :
1. Tujuan Penyusunan RTD
Konsultan harus menguraikan tujuan dari penyusunan Rencan Tindak Darurat
2. Deskripsi Bendungan
Konsultan harus menguraikan diskripsi bendungan yang meliputi data teknis
bendungan, gambar teknis bendungan dan data-data yang penting menyangkut
bendungan tersebut.
3. Tanggung Jawab
Konsultan harus menguraikan struktur organisasi yang menangani rencana tindak
darurat bendungan, tugas dan tanggung jawab masing anggota pengelola rencana
tindak darurat dan alur pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat.
4. Identifikasi Keadaan Darurat dan Tindak Pencegahan
Konsultan harus menguraikan identifikasi keadaan darurat, mengkaji akibat yang
akan timbul serta member petunjuk mengenai kegiatan pencegahan yang perlu
dilakukan pada keadaan darurat bendungan.
5. Kesiapsiagaan Tindak Darurat
Konsultan harus menguraikan tentang kesiapsiagaan dilakukan sebelum dan
selama keadaan darurat. Semua problem yang berpotensi memicu terjadinya
keadaan darurat harus di identifikasi guna meningkatkan kesiapsiagaan bersama
diantara para pelaksana RTD dalam satu koordinasi yang baik untuk membantu
menurunkan dampak akibat kegagalan bendungan.
6. Peralatan dan Bahan
Konsultan harus mempunyai data-data tenaga listrik, peralatan dan material serta
sarana transportasi yang dapat digunakan untuk penanggulangan bencana serta
daftar instasi-instansi, pemasok atau kontraktor yang dapat melakukan kerjasama
untuk melaksanakan perbaikan, penyediaan alat, material atau personil yang
diperlukan. Selain itu juga daftar peralatan yang tersedia dekat lokasi bendungan
milik instasi lain atau kontraktor yang dapat dihubungi dalam keadaan darurat
bendungan.
7. Peta Genangan Banjir dan Rencana Jalur Evakuasi
Konsultan harus menguraikan potensi bahaya genangan berdasarkan peta
genangan daerah hilir bendungan yang memberikan gambaran daerah yang akan
tergenang banjir bila terjadi keruntuhan bendungan, peta genangan yang dilukiskan
dalam peta berkontur skala 1 : 25.000, lengkap dengan keterangan mengenai lokasi
yang terkena bahaya banjir untuk masing-masing kondisi/skenario dam break dan
keadaan luar biasa.
a. Gambar peta genangan harus memuat :
i. Kota-kota dan desa yang padat penduduknya
ii. Jalan
iii. Penentuan jalur dan Tempat pengungsian
iv. Hal-hal lain yang diperlukan
5-78
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-79
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-80
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-81
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
MULAI
Kapasitas Tampungan A
Waduk, Elevasi MAW, Luas Penyusunan Sistem OP
Permukaan Air Waduk Mekanikal Elektrikal dan
Bangunan Sipil
Tidak
CEK Tidak
CEK
Ya Ya
Analisa RAB
OP
Inflow dan
Outflow Waduk
Tidak
CEK
Tidak
CEK
Ya
Ya
Neraca Air
Waduk
Tidak
CEK
Ya
Tidak
CEK
Ya
Laporan
Pedoman OP
Tidak
CEK
Ya
5-82
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Pengumpulan
Data Debit
kalibrasi Model
Tentukan
0 - 33% Tahun Kering
33.3 % - 66.66% Tahun Normal
66.66% - 100% Tahun Basah Generating Data Debit
5-83
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Pengumpulan Data
Ya Data Tidak
Debit Ada?
Data Ketersediaan
Tidak
Memenuhi
Ya
POW
5-84
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
CEK
CEK
5-85
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
mendasar. Revisi atau kaji ulang hendaknya dilakukan oleh ahli yang diakui
atau oleh Unit Monitoring Bendungan, bersama-sama dengan personil O&P
bendungan yang bersangkutan. Revisi harus disetujui oleh Pemilik/
Pengelola Bendungan.
2) Panduan O&P asli maupun revisinya, harus segera didistribusikan kepada
pihak-pihak yang terkait dengan O&P Bendungan, antara lain kepada
Pemilik/ Pengelola Bendungah, Unit Monitoring Bendungan (UMB), serta
Pelaksana O&P bendungan yang bersangkutan.
3) Untuk keperluan di atas, terlebih dahulu harus ditentukan dan ditetapkan
personil yang harus menangani dan bertanggung jawab terhadap revisi,
distribusi serta penyimpanan dokumen Panduan O&P tersebut. Revisi O&P
harus disetujui dan ditanda tangani oleh Pemilik/Pengelola Bendungan
untuk keabsahannya.
c. Penetapan tanggung - jawab
Panduan O&P bendungan harus menetapkan pula struktur dan unit-unit
organisasi berikut jabatan personil menyangkut uraian mengenai lingkup tugas
dan tanggung jawab masing-masing dan seyogyanya dalam bentuk
perintah/komando yang jelas. Dalam hal ini, perintah atau komando tersebut
dipisahkan dengan buku Panduan O&P atau dibuat tersendiri dalam bentuk
Manual Kerja atau Petunjuk Operasional Lapangan.
Penetapan tanggung jawab tersebut antara lain menyangkut hal-hal dibawah
ini :
1) Tanggung jawab operasional, antara lain:
Operasional waduk dan bangunan-bangunan pelengkap berikut
peralatannya serta fasilitas pembangkit tenaga listrik, dll.
Perhitungan/prakiraan jumlah air yang masuk ke dalam waduk.
Petunjuk tentang pengendalian banjir.
Dan lain-lain, termasuk sekuriti bendungan .
2) Tanggung jawab pemeliharaan/perawatan, diantaranya adalah:
Segala jenis pekerjaan perawatan/pemeliharaan bangunan dan
peralatan.
Pencatatan data, kronologi permasalahan dan perbaikan, termasuk
dokumentasi
3) Tanggung jawab pemantauan dan pengamatan, misalnya:
Pencatatan data yang berkaitan dengan pemantauan dan pengamatan
bendungan dan waduk.
Di dalam panduan O&P Bendungan hendaknya dijelaskan pula rincian
mengenai tugas-tugas personil untuk periode atau waktu-waktu tertentu,
misalnya tugas-tugas harian, mingguan, bulanan, 3 dan 6 bulanan, 3 dan 5
tahunan, dan seterusnya.
d. Peralatan komunikasi
Peralatan komunikasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
pelaksanaan program O&P Bendungan. Terutama di dalam mengantisipasi
5-86
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-87
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
diperkeras atau diaspal, dan lain-lainnya termasuk jalur jalan altematif yang
bisa ditempuh.
Keterangan lainnya seperti ada tidaknya lokasi untuk pendaratan helikopter
(Helipad).
Peta situasi ini akan menggunakan peta yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal
skala 1 : 25.000.
g. Hubungan dengan instansi lain
Kegiatan pengelolaan bendungan seringkali terkait dengan instansi lain,
pemerintah maupun swasta, dan terutama dengan masyarakat pengguna air.
Hubungan ini bisa bersifat informal ataupun formal melalui kontrak kerjasama.
Hubungan yang paling erat adalah hubungan antara pengelola dengan
masyarakat pengguna air, termasuk dengan pengguna tenaga listrik yang
biasanya tergabung di dalam badan koordinasi yang disebut PPTPA (Panitia
Pelaksana Tata Pengaturan Air).
Pada panduan O&P akan dicantumkan instansi, dinas terkait maupun
masyarakat pengguna air di hilir bendungan yang erat kaitannya dengan
penerima manfaat dari bendungan.
h. Prosedur peringatan umum
Program keamanan bendungan pada umumnya mencakup pula perencanaan
dan pengaturan mengenai pengamanan atau sekuriti dalam rangka
melindungi/menjaga bendungan beserta bangunan fasilitasnya terhadap
gangguan yang dapat mengancam keamanan bendungan, seperti sabotase,
peperangan, vandalisme dan atau kondisi darurat lainnya.
Segala jenis kondisi dan bentuk ganggunan yang dapat mengancam keamanan
bendungan di atas harus diantisipasi dan dimasukkan kedalam Rencana Tindak
Darurat (RTD) yang pada hakekatnya adalah bagian dari kegiatan O & P
Bendungan juga. Oleh karena itu, seluruh prosedur Peringatan Umum tersebut
harus dicantumkan pula di dalam Panduan O & P Bendungan.
5-88
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-89
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-90
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-91
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-92
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Metode F.J Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran permukaan
yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan neraca air bawah
tanah yang semua berdasarkan hujan, iklim dan kondisi tanah. Struktur model F.J.Mock
disajikan pada Gambar dibawah ini.
WS = Rnet - SS
hujan (R)
transpirasi
in evaporasi
filt
r as
i
m.a.t perkolasi
aliran pe
rmukaa
n (DRO
)
kandungan air
tanah (V)
Mock (1973) menjelaskan metode untuk menduga debit aliran sungai dengan tahapan -
tahapan sebagai berikut :
1. Evapotranspirasi Terbatas (Limited Evapotranspiration)
= P – ETp
E/ETp = (m/20) . (18 – n)
E = Etp . (m/20) . (18-h) ETt
ETa = ETp – E
5-93
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
SS = SMCn – SMCn–1
SMCn = SMCn-1 + P1
4. Aliran permukaan
Ro = BF + DRo
BF = 1 – dVn
DRo = WS – I
Keterangan :
S = Hujan netto (mm)
P = Hujan (mm)
ETp = Evapotranspirasi potensial (mm)
ETa = Evapotranspirai terbatas (mm)
WS = Kelebihan air (mm)
SS = Kandungan air tanah (mm)
SMC = Kelembaban tanah (mm)
dV = Perubahan kandungan air tanah (mm)
V = Kandungan air tanah (mm)
I = Laju infiltrasi (mm/detik)
i = Koefisien infiltrasi (<1)
k = Koefisien resesi aliran air tanah (<1)
DRo = Aliran langsung (mm)
BF = Aliran air tanah (mm)
Ro = Aliran permukaan (mm)
n = Jumlah hari kalender dalam 1 bulan
m = Bobot lahan yang tidak tertutup vegetasi (0 < m < 50 %)
b. Debit Andalan
Perhitungan besarnya debit andalan dilakukan dengan Metode Tahun Dasar
Perencanaan (Basic Year), yaitu mengambil suatu pola debit dari tahun tertentu.
Peluang kejadiannya dihitung dengan rumus Weibull (Anonim, 1989:14).
P = (m/n+1) * 100%
dengan:
m = nomor urut data,
n = banyaknya peristiwa
5-94
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
2. Kebutuhan Air
a. Kebutuhan Air irigasi
Perhitungan Kebutuhan Air irigasi dihitung berdasarkan Kriteria Perencanaan (KP-01)
untuk Standar Perencanaan Irigasi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan,
Departemen Pekerjaan Umum.
Yang dimaksud dengan kebutuhan air irigasi (water requirement) adalah kebutuhan air
yang diperlukan oleh tanaman mulai dari pengolahan sampai menjelang panen.
Besarnya kebutuhan air tanaman ditentukan setiap 10 hari, besaran kebutuhan air
tanaman tiap periode di tentukan oleh:
- Pola tanam yang direncanakan
- Luas areal yang akan ditanami
- Kebutuhan air pada petak sawah
- Efisiensi irigasi
Banyaknya air yang diperlukan oleh tanaman pada suatu petak sawah dinyatakan
dalam persamaan berikut:
NFR = ETc + P + WLR – Re
Dengan;
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)
ETc = kebutuhan air tanaman (consumptive use), mm/hari
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm)
5-95
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
M xek
IR = k
e 1
dengan,
IR = kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan.
= Eo + P
Eo = Evaporasi air terbuka diambil 1,1 ETo selama masa penyiapan lahan
(mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
MxT
k =
S
T = lamanya penyiapan lahan.
S = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm.
Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tidak jenuh ke dalam daerah
jenuh. Laju perkolasi lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Tekstur tanah
Permeabilitas tanah
Laju perkolasi normal sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1-3
mm/hari.Untuk perhitungan kebutuhan air laju perkolasi diambil harga standar 2
mm/hari.
5-96
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Perhitungan curah hujan efektif didasarkan pada curah hujan tengah bulanan (15
harian), berdasarkan persamaan sebagai berikut:
R80
curah hujan efektif harian untuk padi = 0.7 x
15
curah hujan efektif harian untuk palawija diambil dari Tabel A.27 KP-01
berdasarkan curah hujan bulanan, kebutuhan air tanaman bulanan dan
evapotranspirasi bulanan.
Efisiensi Irigasi
Efisiensi adalah perbandingan debit air irigasi yang sampai dilahan pertanian
dengan debit air irigasi yang keluar dari pintu pengambilan yang dinyatakan dalam
persen. Kehilangan ini disebabkan karena adanya penguapan, kegiatan eksploitasi,
kebocoran dan rembesan. Untuk perencanaan dianggap sepertiga dari jumlah air
yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah.
Total efisiensi irigasi untuk padi diambil sebesar 65% (Buku Petunjuk
Perencanaan Irigasi,10), dengan asumsi 90 % efisiensi pada saluran primer, 90 %
efisiensi pada saluran sekunder dan 80 % efisiensi pada jaringan tersier. Pada
tanaman padi efiensi pada lahan pertanian tidak diperhitungkan tapi analisis
keseimbangan air diperhitungkan sebagai kebutuhan untuk lahan.
Efisiensi irigasi keseluruhan untuk palawija diambil sebesar 50 % (KP-01,176)
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan dari permukaan
tanah bebas (evaporasi) dan penguapan yang berasal dari tanaman (transpirasi).
Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk transpirasi
dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur tanaman.
Evapotranspirasi Potensial (ETo) dihitung dengan menggunakan 4 unsur
klimatologi (suhu, kecepatan angin, kelembaban nisbi dan lama penyinaran
matahari).
Evapotranspirasi Potensial dihitung dengan menggunakan metode Penman
Modifikasi dengan persamaan sebagai berikut :
E = /(+c) *[1/58 (1-r)R]-+c).[1/58 * 117*10-9 [t(a)+273]4.[0.56-0.092
(e)0.5 - e(a)]]
dimana :
E = evaporasi (mm/hari)
= slope vapour pressure pada toC
c = physical coefficient, c = 0.485
r = reflection coefficient
R = radiasi matahari
t(a) = temperatur rata-rata (oC)
Koefisien Tanaman
Periode perhitungan pola tanam adalan 10 harian atau tengah bulanan, yang
disesuaikan dengan tradisi pola irigasi di wilayah setempat.
5-97
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-98
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-99
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Dalam analisis perilaku atau simulasi perubahan kapasitas tampungan waduk dihitung
dengan menggunakan persamaan tampungan massa yang merupakan persamaan
kesinambungan yang memberi hubungan antara masukan, keluaran, dan perubahan
tampungan.
a. Simulasi Tampungan Waduk
Simulasi tampungan pada bendungan digunakan untuk mengetahui hubungan
antara:
1. Volume tampungan dengan elevasi.
2. Keandalan dari analisis kapasitas tampungan efektif.
Pada simulasi ini digunakan debit inflow setengah bulanan atau 10 harian untuk
tiap tahun, sedangkan untuk debit outflow berdasarkan kebutuhan air pada analisis
keseimbangan air.
Penentuan kurva kapasitas tampungan didasarkan pada gambar hasil pengukuran
topografi terbaru. Kurva kapasitas tampungan akan dibuat setiap kenaikan 1 m
elevasi dari dasar sungai hingga muka air banjir (HWL). Pada gambar topografi
elevasi dapat diketahui dari hasil pengukuran dan luas genangan diketahui dari
panjang keliling pada elevasi tersebut. Volume setiap kenaikan elevasi didapatkan
dengan pendekatan berikut:
AElv ( n ) AElv ( n 1)
VElv (n) = x∆HElv
2
Kapasitas tampungan efektif dihitung dengan menggunakan kurva lengkung massa
yang didasarkan pada besarnya debit inflow, kebutuhan air serta kehilangan air.
Prinsip dasar dalam analisis kapasitas tampungan efektif bendungan adalah untuk
mengoptimalkan ketersediaan air.
Debit inflow pada analisis kapasitas tampungan efektif menggunakan debit andalan
Q80. Sedangkan debit outflow untuk irigasi menggunakan alternatif terpilih
ditambah dengan air baku dan besarnya evaporasi pada bendungan.
Persamaan umum untuk kapasitas tampungan efektif sebagai berikut:
St = S(t-1) + It – Ot – Et - Lt
0 St-1 C
Dimana,
C = kapasitas tampungan efektif
St = kapasitas tampungan pada periode waktu t
S(t-1) = kapasitas tampungan pada periode waktu t-1
It = debit masuk (inflow) pada waktu ke t
Ot = debit kebutuhan pada periode waktu ke t
Et = penguapan yang terjadi pada tampungan pada periode waktu ke t
Lt = kehilangan air pada periode waktu ke t
5-100
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Menentukan volume total waduk didasarkan pada data topografi/batimetri dan data
hidrologi dengan garis massa debit.
Simulasi tampungan waduk pada digunakan untuk mengetahui hubungan antara :
1. Perubahan volume tampungan dan elevasi waduk sepanjang tahun
2. Keandalan waduk
3. Menentukan Pola Operasi Waduk
Pada simulasi ini digunakan debit inflow bulanan untuk tiap tahun sedangkan untuk
debit outflow berdasarkan kebutuhan air pada analisa keseimbangan air.
Special study dilaksanakan atas pertimbangan hasil dari inspeksi besar dan kunjungan
lapangan dari balai bendungan. Special studi diperlukan karena adanya perbaikan
mayor sehingga dibutuhkan untuk mendesain kembali bangunan yang direhabilitasi.
5-101
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-102
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-103
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-104
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
PENGUMPULAN DATA :
a. Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
b. Data Hidro-klimatologi
c. Data O & P
d. Data Dam Record Books
e. Data Pelaksanaan Konstruksi
f. Studi Terdahulu
SURVAI LAPANGAN
a. Bendungan
a. Survei Topografi
b. Abutment & Pondasi
b. Survei Bathimetri
c. Waduk & DAS
c. Investigasi Geologi
d. Bangunan Pelengkap
e. Peralatan Hydromechanical
f. Peralatan Elektromechanical
g. Diskusi Dengan Pengelola Bendungan
DISKUSI KKB/BALAI
BENDUNGAN
REKOMENDASI KKB
SELESAI
5-105
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
5-106
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
6 BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) serta berdasarkan tahapan-tahapan pekerjaan di atas, maka jadwal pelaksanaan
pekerjaan dapat disusun seperti pada Tabel 6-1.
6-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Tabel 6-1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan dan Penetapan Izin Operasi Bendungan DI Pulau Lombok
6-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Jadwal Penugasan Personil untuk Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan dan Penetapan Izin
Bendungan di Pulau Lombok dapat dilihat pada Tabel 6-2.
6-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
6-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
6-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7 BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Satker O & P SDA Nusa Tenggara I dan Struktur Organisasi
Pengguna Jasa Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan Di Pulau Lombok
(Pandanduri, Kengkang, Jangkih Jawa, Sepit, Batu Nampar) dalam hal ini adalah Satuan
Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I disajikan pada Gambar 7.1
Diagram alir struktur organisasi pelaksana pekerjaan disajikan pada gambar berikut
PPK OP SDA I
SATKER O & P SDA NT I
DIREKSI PEKERJAAN
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan diperlukan metode kerja dan rencana kerja serta
organisasi kerja yang efisien, sistematis dan sederhana, sehingga akan menghasilkan
suatu produk kerja yang baik, tepat waktu dan tepat mutu.
Organisasi Penyedia Jasa (Tim Konsultan) disusun berdasarkan macam pekerjaan dan
waktu yang sudah dijelaskan di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tim yang bekerja
7-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
didukung sepenuhnya oleh semua tingkat fungsional dari perusahaan konsultan PT.
Indra Karya (Persero) Divisi Engineering I.
Struktur organisasi Penyedia Jasa merupakan Tim Konsultan yang diketuai oleh Team
Leader yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh hasil atau produk dari
pekerjaan Penyiapan Dan Penetapan Izin Operasi Bendungan Di Pulau Lombok
(Pandanduri, Kengkang, Jangkih Jawa, Sepit, Batu Nampar).
Untuk lebih jelasnya Struktur Organisasi Hubungan Antara Pelaksana Pekerjaan dan
Pengguna Jasa disajikan pada Gambar 7.2.
General
Pejabat Pembuat Komitmen Instansi
Manager
OP SDA I Terkait
Konsultan
Tenaga
Pendukung
Tenaga
Ahli
Keterangan
: Hubungan Kontrak
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
7-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Berikut uraian mengenai tugas dan tanggung jawab tenaga ahli yang terlibat dalam
pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan dan Penetapan Izin Operasii Bendungan di Pulau
Lombok (Pandanduri, Kengkang, Jangkih jawa, Sepit, Batu Nampar).
7-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7-5
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
a. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaan baja dan kelistrikan
pada perencanaan konstruksi bendungan dan sejenisnya.
b. Mengumpulkan laporan terdahulu, data-data, informasi-informasi yang diperlukan
untuk kondisi paeralatan hidromekanikal pada bangunan pengambilan, bangunan
outlet dan bangunan fasilitas lainnya .
c. Mempelajari data-data yang telah terkumpul dan menentukan pekerjaan hidro-
mekanikal untuk pintu-pintu baja bangunan pengambilan dan bangunan fasilitas
lainnya.
d. Memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) sekurang-kurangnya Ahli Madya bidang
keahlian yang sesuai.
7-6
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7.4 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TENAGA PEMBANTU (SUB PROFESIONAL STAFF)
Untuk mendukung lancarnya pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan dan Penetapan Izin
Operasii Bendungan di Pulau Lombok (Pandanduri, Kengkang, Jangkih jawa, Sepit, Batu
Nampar) maka para Tenaga Ahli dibantu oleh Tenaga Pembantu, yang meliputi sebagai
berikut :
7-7
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Bertanggung jawab langsung kepada Tenaga Ahli Hidrolika atas pekerjaan survey
dan desain bendungan dan bangunan pelengkap lainnya
Membantu melakukan survey lapangan dan inventarisasi data-data perencanaan
bendungan dan bangunan pelengkapnya.
Membantu desain dan perhitungan hiddrolika bangunan utama dan bangunan-
bangunan penunjang lainnya.
7-8
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7-9
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Bertanggung jawab langsung kepada Tenaga Ahli Cost estimate atas penyusunan
rencana biaya, dokumen tender berserta pendukungnya
Membantu Tenaga Ahli membuat spesifikasi teknis, metode kerja pelaksanaan
konstruksi pekerjaan sesuai dengan item-item pekerjaan.
7-10
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7-11
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI
BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
(PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
BAB VIII
PENUTUP
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
8 BAB VIII
PENUTUP
8.1 KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan sampai dengan tahapan pendahuluan ini, terutama dari hasil
pemeriksaan visual dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
8-1
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
8-2
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
8-3
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
Sumbangan terhadap Resiko (Pembobotan yang sesuai dinyatakan dalam tanda kurung)
Ekstrem Tinggi Sedang Rendah
1 Kapasitas Waduk/Penampung (juta m3) 0,892 2
> 120 (6) 120 to 1 (4) 1 to 0.1 (2) < 0.1 (0)
Ekstrem Tinggi Sedang Rendah
2 Ketinggian Bendungan (m) 17,5 2
> 45 (6) 45 to 30 (4) 30 to 15 (2) < 15 (0)
Ekstrem Tinggi Sedang Rendah
Persyaratan Evakuasi (Jumlah Orang/Perubahan sesuai
3 > 250,000 250,000 to 10,000 to 1 Tinggi 8
Referensi 3) (0)
(12) 10,000 (8) (4)
Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
4 Potensi Kerusakan Hilir (Pada struktur yang ada saat ini) Rendah 4
(12) (8) (4) (0)
Resiko perkembangan bisnis selanjutnya dari jebolnya Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
5 Rendah 2
bendungan (6) (4) (2) (0)
6 Faktor Ketersedian atau ketiada-an rekam jejak Tidak ada Rendah Sedang Tinggi
Rendah 2
Tambahan konstruksi dan pemeliharaan (3) (2) (1) (0)
pada Ketersedian atau ketiada-an rekam jejak dan
Bendungan Tidak ada Rendah Sedang Tinggi
pengawasan/ pemeliharaan instrumentasi Rendah 2
Saat ini (3) (2) (1) (0)
bendungan
Tingkat upaya yang diusahakan di dalam Tidak ada Rendah Sedang Tinggi
Rendah 2
evaluasi keamanan sebelumnya (3) (2) (1) (0)
Pengembangan hilir yang baru atau pun masa Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
Rendah 1
depan (3) (2) (1) (0)
8-4
PENYIAPAN DAN PENETAPAN IZIN OPERASI BENDUNGAN DI PULAU LOMBOK
[PANDANDURI, KENGKANG, JANGKIH JAWA, SEPIT, BATU NAMPAR]
LAPORAN PENDAHULUAN
(Bendungan Jangkih Jawa)
7 Faktor
Tambahan Kerusakan struktur bendungan akibat adanya Ekstrem Tinggi Sedang Rendah
Sedang 2
untuk banjir (6) (4) (2) (0)
Kerusakan
Struktur Kerusakan struktur bendungan akibat Ekstrem Tinggi Sedang Rendah
Sedang 6
stabilitas bendungan itu sendiri (18) (12) (6) (0)
Catatan :
GOLONGAN
I (Rendah) II (Sedang) III (Tinggi) IV (Ekstrem)
RESIKO
SKOR RESIKO 0 - 15 16 - 45 46 - 75 76 - 90
8-5