Anda di halaman 1dari 152

PANDUAN PENGEMBANGAN

SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK


PERKOTAAN (SPAL-DP)

BUKU 4
DUKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

BUKU 4
DUKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH
PENGANTAR

“Dalam rangka Penyelenggaraan pengelolaan air


peningkatan limbah domestik bertujuan untuk
institusionalisasi meningkatkan akses pelayanan air lim-
layanan air limbah bah domestik yang ramah lingkungan,
domestik, Direktorat sehingga tercapai peningkatan kualitas
Pengembangan kehidupan masyarakat dan lingkungan
Penyehatan Lingkungan yang lebih baik dan sehat. Undang-
Permukiman, undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Direktorat Jenderal Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa pengelolaan air
Cipta Karya bersama limbah termasuk dalam urusan wajib Pemerintah Daerah
mitra melakukan dan merupakan pelayanan dasar bagi masyarakat. Selan-
pendampingan kepada jutnya dalam Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015
Pemerintah Daerah, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
sehingga diharapkan 2015–2019 juga menyatakan pencapaian universal akses
terbentuk operator sanitasi pada tahun 2019.
air limbah domestik
dalam bentuk Unit Menjawab tantangan universal sanitasi tersebut,
Pelaksana Teknis Dinas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(UPTD).” bersama Pemerintah Daerah berkomitmen untuk
meningkatkan akses air limbah domestik berupa
pembangunan infrastruktur air limbah di kabupaten/kota
yang meliputi sistem pengelolaan air limbah setempat
(on-site system), sistem pengelolaan air limbah terpusat
(off-site system) dan pembangunan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT). Agar sistem pengelolaan air limbah
ini dapat berkelanjutan maka harus disertai dengan
komponen pendukung yaitu regulasi air limbah domestik,
institusionalisasi layanan, penyadaran perubahan perilaku
masyarakat dan promosi pelayanan, serta kebijakan
pendanaan maupun penagihan retribusi pelanggan.

Dalam rangka peningkatan institusionalisasi layanan air


limbah domestik, Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta
Karya bersama mitra melakukan pendampingan kepada
Pemerintah Daerah, sehingga diharapkan terbentuk
operator air limbah domestik dalam bentuk Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). UPTD yang telah

i
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

terbentuk perlu dibina sehingga terjadi peningkatan


kompetensi dan kapasitas baik itu sumberdaya manusia,
manajemen operasi asset, manajemen pelanggan dan
manajemen pendapatan.

Untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas UPTD


air limbah domestik tersebut, Direktorat Pengembangan
PLP bersama USAID IUWASH telah menyusun sejumlah
materi referensi berdasarkan pengalaman implementasi
lapangan, berupa, antara lain: 1) Pedoman Penyusunan
Standar Operasional Prosedur UPTD Pengelolaan Air
Limbah Domestik, 2) Flipchart dan Buku Saku Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat, 3) Flipchart
dan Buku Saku Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Terpusat - Skala Permukiman, 4) Panduan Pengelolaan
Air Limbah Domestik Perkotaan. Selain UPTD, materi
ini dapat juga dipergunakan oleh dinas terkait maupun
pemangku kepentingan lainnya dalam menyelenggarakan
pengelolaan air limbah domestik masing-masing wilayah
serta dapat disesuikan dengan kondisi dan karekteristiknya
daerah masing masing.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih


kepada para pihak yang telah membantu menyusun
materi ini. Semoga materi ini memberikan manfaat bagi
peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat
Indonesia secara menyeluruh.
Terima kasih.

Jakarta, Maret 2016


Direktur Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc

ii
SAMBUTAN USAID IUWASH FOREWORD

Tantangan air limbah domestik di perkotaan The challenges and complexity of


Indonesia akan semakin komplek selaras dengan domestic wastewater management
within the Indonesian urban context will
percepatan pertambahan jumlah penduduk dan increase with the acceleration of popula-
luasan permukiman. Untuk menjawab tantangan tion growth and density. In addressing
di sektor sanitasi tersebut perlu perhatian dari these challenge of the sanitation sector
pemangku kepentingan terhadap berberapa dimensi more attention needs to be given to a
some key dimensions, comprising spatial
yaitu perencanaan tata ruang, peratuarn dan kelem- planning, regulatory and institutional set-
bagaan, pilihan teknologi, keuangan investasi dan tings, selection of technologies, financing
biaya operational/pemiliharan, social kebudayaan, of investments and operations, social and
culture, and services management.
dan manajemen layanan.
In the dimension of spatial planning and
Dalam dimensi tata ruang dan pilihan teknologi technology options, it is necessary for
diperlukan kerangka kebijakan dalam pentekatan the government to make a framework
available that is integrating the various
pengembangan rencana tata ruang yang memadukan available options, such as on-site
beragam pilihan teknologi, seperti sanitasi setempat sanitation (and associated regular
(termasuk layanan penyedotan tangki septik, desluding of septic tanks, treatment and
pengolahan dan pembuangan lumpur tinja yang disposal of domestic septage), and off-site
sewer systems, into the outline of the
tepat), dan sistem perpipaan skala terpusat. city’s spatial development plans.

Secara sederhana, semakin padat dan besar The rule of thumb is that the denser
and bigger a city is growing, the higher
pertumbuhan suatu kota, diperlukan penerapan
becomes the level of applied technology,
teknologi yang lebih tinggi tingkatannya, yang akan which is immensely impacting on the
berpengaruh terhadap kualitas efluen lebih baik. quality level of residual effluent. In other
Dengan kata lain, teknologi yang rendah menyisakan words, lower technology produces
higher levels of pollution and requires
tingkat pencemaran yang tinggi dan memerlukan more space, whereas higher technology
lahan yang lebih luas, sementara itu teknologi yang produces lower levels of environmental
lebih tinggi menyisakan tingkat pencemaran yang pollution and needs less space.
lebih rendah serta kebutuhan lahan yang lebih
Hence, for keeping environmental health
kecil. Oleh karena itu, untuk memastikan kondisi conditions under control, rapid growing
lingkungan yang sehat, perkotaan yang tumbuh municipalities need to get familiarized
pesat perlu diperkenalkan dengan pilihan teknologi with the introduction more effective
choices of technologies in terms of
yang lebih efektif dari segi mutu efluen dan biaya.
residual pollution and costs.
Namun demikian, pilihan teknologi harus terkait
dengan kemampuan dalam hal biaya belanja However, the choice of technology
dan biaya operasional, dari sisi dua pihak yaitu must be link to affordability in terms
of capital expenditures and operational
pemerintah dan masyarakat pada umumnya. expenditures by both the government
Oleh karena itu, pilihan teknologi perlu and the communities at large. Hence, the
mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi dari choice of technology needs to consider
kelompok sasaran serta kemampuannya untuk socio-economic conditions of the target
groups and their capacity to participate.
berpartisipasi.

iii
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Karena pelayanan sanitasi harus menjangkau seluruh Whereas good sanitation practices
lapisan masyarakat kota, pemerintah perlu memadu- need to reach all levels of the urban
community, governments need to
kan masyarakat rentan dan terpingggirkan ke dalam integrate vulnerable and marginalized
rantai layanan, dapat dengan pemberian subsidi lang- households into the service chain, either
sung maupun dengan pengaturan subsidi silang. through the provision of direct subsidies
or cross-subsidy arrangements.

Terakhir pilihan teknologi sangat mempengaruhi Lastly the choice of technology is very
persyaratan dan tingkat manajemen yang memadai much influencing the requirements and
untuk pemanfaatan terbaik teknologi yang tersedia level of sophistication of management for
best utilizing available technologies and
dan untuk menyediakan layanan terbaik kepada for providing best possible services to the
masyarakat, yang kemudian akan berdampak communities, which would then, in return,
positif pada kondisi penyehatan lingkungan dan positively impact on environmental health
perlindungan sumber air baku. Meskipun ada conditions and the protection of raw
water sources. Whereas there is available
bukti yang baik untuk sistem sanitasi yang dikelola good evidence for community managed
masyarakat, sistem ini tidak berkelanjutan jika sanitation systems, these systems are not
diterapkan dalam jumlah besar dan dalam keadaan sustainable if applied in large numbers
and in challenging social and/or technical
sosial dan/atau teknis menantang.
circumstances.

Dengan kata lain: Teknologi yang dipilih adalah hanya In other words: The selected technology
sebaik sistem manajemen di balik itu - itu adalah is only as good as the selected
management system behind it - that is
untuk mengamankan operasi dan pemeliharaan to secure appropriate operations and
teknologi yang digunakan. maintenance of technologies that were
put in place.
Dalam 25 tahun ke depan dapat dipastikan bahwa Looking into the next 25 years it can
be said with confidence that urban
pengelolaan air limbah domestik perkotaan di wastewater treatment in Indonesia will
­Indonesia akan didominasi oleh sistem rumah tang- be dominated by individual household
ga individu, disamping peningkatan jumlah sistem systems besides an increasing number of
piped systems, which are ranging from
perpipaan terpusat, mulai dari kecil, dan menengah,
small, to medium, to large. In any case
hingga besar. Tidak akan ada kota di Indonesia yang there will be no Indonesian city that
akan melayani warganya dengan sistem air limbah will serve their citizens with a single
domestik terpusat semata, melainkan akan dilayani sewerage system, rather than having to
deal with a diversity of technical options.
dengan keragaman pilihan teknis. And because of the diversity of service
options and the need to plan, design,
Dan karena keragaman pilihan layanan dan build and operate those systems in an
kebutuhan untuk merencanakan, merancang, integrated manner for providing more
effective services to expanding cities and
membangun dan mengoperasikan sistem sistem a constantly increasing number of urban
tersebut secara terpadu untuk memberikan dwellers, there is only one option but
layanan yang lebih efektif untuk perluasan serta to build an institutional framework that
allows the development of professional
pertumbuhan penduduk kota, hanya ada satu pilihan
infrastructure and service management,

iv
SAMBUTAN USAID IUWASH FOREWORD

yaitu membangun kerangka kerja kelembagaan supported by regulatory oversight


yang memungkinkan pengembangan infrastruktur functions which needs to be provided
through government agencies and citizen
dan manajemen pelayanan secara profesional, engagement.
didukung oleh fungsi regulasi yang perlu diberikan
melalui lembaga pemerintah dan keterlibatan forum This “Urban Sanitation Guideline” is
illustrating field tested options that can
masyarakat.
be replicated, or at least considered as
references, in the quest of responding
Buku Panduan Sanitasi Perkotaan ini memberikan to current and future urban challenges
ilustrasi pilihan berdasarkan pengalaman of wastewater management. In its core
this guideline is guided by the vision of
lapangan yang dapat direplikasi, atau paling tidak pursuing service equality and affordability
dipertimbangkan sebagai referensi, dalam menyikapi that is providing, over a period of time,
tantangan perkotaan sekarang dan masa yang akan an increasing level of services to an
datang dalam pengelolaan air limbah domesik. increasing number of citizens driven by a
“city-wide” development approach and by
Pada intinya panduan ini memiliki visi mengejar mandating the development of adequate
kesetaraan layanan dan keterjangkauan yang resources and capacities to manage
menyediakan, selama periode waktu tertentu, available service delivery technologies and
options that are made available in a given
peningkatan layanan terhadap peningkatan jumlah
municipality.
penduduk yang didorong oleh pendekatan
pembangunan skala kota dan dengan memberi It is trusted that this guideline provides
mandat pengembangan kapasitas manajemen yang benefits to the parties concerned.
memadai yang bertanggung jawab atas pengelolaan
pilihan teknologi yang tersedia dalam kota tersebut.

Semoga panduan ini memberikan manfaat bagi


pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Maret 2016 Jakarta, March 2016


USAID IUWASH USAID IUWASH

“Advokasi SPAL-DP pada dasarnya memiliki tujuan untuk menciptakan


pengembangan kepercayaan dan mendorong kepemimpinan pemerintah daerah
untuk memiliki dan melaksanakan visi dalam mencapai kemajuan penyehatan
lingkungan secara efektif serta mendorong kesejahteraan masyarakat dan kondisi
sosial ekonomi di daerah”

v
Model tangki septik sebagai
alat peraga
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
SAMBUTAN USAID IUWASH iii
DAFTAR ISI vii
DAFTAR SINGKATAN x
DAFTAR BUKU DALAM PANDUAN xi
RINGKASAN BUKU 4 xii

BAB PENDAHULUAN
1 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Sistematika Pembahasan 3

BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN


AIR LIMBAH 5
2.1 Pentingnya Aspek Peraturan SPAL-DP 5
2.2 Aspek Pengaturan Dalam Pengelolaan SPAL-DP 6
2.3 Bentuk Pengaturan 8

BAB 3 DUKUNGAN PERENCANAAN 13
3.1 Pentingnya Aspek Perencanaan Pembangunan
SPAL-DP 13
3.2 Tujuan Penyusunan Road Map SPAL-DP 15
3.3 Kedudukan Road Map SPAL-DP Dalam
Proses Perencanaan 15

BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN


PELAYANAN 19
4.1 Pentingnya Dukungan Pengawasan 19
4.2 Sasaran Pengawasan 21
4.3 Lembaga Pengawasan 21

vii
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH


BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN
LEMBAGA OPERATOR SPAL-DP 27
5.1 Pentingnya Fungsi Lembaga Operator dalam
Pengelolaan SPAL-DP 27
5.2 Pembentukan Lembaga Operator 28
5.3 Hubungan Kerja UPTD dan SKPD dalam
Pengelolaan SPAL-DP 34

BAB 6 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA


OPERATOR SPAL-DP 38
6.1 Pentingnya Dukungan Penguatan Kapasitas 38
6.2 Pelaksanaan Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Operator 41
6.3 Pemanfaatan Peluang-peluang dalam Penguatan
Kapasitas 44

BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN


SPAL-DP 46
7.1 Pentingnya Dukungan Pemda Untuk Kemitraan
Lembaga Operator 46
7.2 Ruang Lingkup Kegiatan dan Peran Para Pelaku 47
7.3 Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan 48

BAB 8 DUKUNGAN KEBIJAKAN SUBSIDI DAN


TARIF RETRIBUSI PELAYANAN 53
8.1 Pentingnya Dukungan Kebijakan Subsidi dan
Tarif Retribusi Pelayanan 53
8.2 Bentuk Kebijakan Subsidi dan Tarif
Retribusi Pelayanan 55
8.3 Pengelolaan Subsidi dan Tarif Retribusi Pelayanan 55
8.4 Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan 56

BAB 9 KEBIJAKAN TANGGAP GENDER 59


Aspek “Tanggap Gender” dalam Penyediaan
Lingkungan Pendukung

viii
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
Tabel 1: Ruang Lingkup Pengaturan SPAL-DP 7
Tabel 2: Sasaran dan Pelaku Pengawasan Pengelolaan
SPAL-DP 24
Tabel 3: Model Struktur Personel SPAL-DP 33
Tabel 4: Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam
Penguatan Kapasitas UPTD SPAL-DP 40
Tabel 5: Pelaksanaan Penguatan Kapasitas SPAL-DP
oleh SKPD 43
Tabel 6: Opsi Opsi Kemitraan Dalam Pelayanan
SPAL-DP 47
Tabel 7: Alisis Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat
dalam Penyediaan Dukungan Untuk SPAL-DP 48
Tabel 8: Analisis Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat
dalam Penyediaan Dukungan Untuk SPAL-DP 61

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Posisi Road Map SPAL-DP dalam Perencanaan
Pembangunan dan Perencanaan Anggaran 17
Gambar 2 : Posisi dan Struktur UPTD di dalam
Struktur Pemerintah Daerah 22
Gambar 3: Contoh Struktur Organisasi UPTD
SPAL DP 30
Gambar 4: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD
dalam Pengelolaan SPAL-DP 32
Gambar 5: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD dalam
Pengelolaan SPAL-DP 36
Gambar 6: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD
dalam Pengelolaan SPAL-DP 54

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Contoh Peraturan Walikota tentang Pengelolaan
Air Limbah Perkotaan
Lampiran 2: Contoh Peraturan Walikota tentang Uraian Tugas
Pokok dan Fungsi UPTD Air Limbah (Lembaga Operator)
Lampiran 3: Template Rancangan Peraturan Daerah untuk Air Limbah
Domestik Perkotaan.

ix
DAFTAR SINGKATAN

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional


APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
AKKOPSI Asosiasi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi
Balai TAMS Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi
BABS Buang Air Besar Sembarangan
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BPKP Badan Pemeriksa Keuagngan Pembangunan
CAPEX Capital Expenditure
CSR Corporate Social Responsibility
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPU Dinas Pekerjaan Umum
RTRW Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
EHRA Environment and Health Risk Assessment
GOI Government of Indonesia
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IUWASH Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene
Kemen PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KK/RT Kepala Keluarga/Tumah Tangga
KPS/KPP Kelompok Pengelola Sarana/Kelompok Pengguna dan Pemanfaat
LH Lingkungan Hidup
MFI Micro Finance Institution (koperasi, Bank Perkreditan Rakyat)
MDGs Millenium Development Goals
MOU Memorandum of Undertanding
O&M / O&P Operation and Maintenance / Operasi dan Pemeliharaan
OPEX Operation Expenditure
PD Perusahaan Daerah
PERDA Peraturan Daerah
PERMEN Peraturan Menteri
PLP Penyehatan Lingkungan Permukiman
RIA Regulatory Impact Assessment
RKA SKPD Rencana Kegiatan dan Anggaran SKPD
RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
SDM Sumber Daya Manusia
sAIIG Australia Indonesia Infrastructure Grant for Sanitation
SAN Sanitation/Sanitasi
SE Surat Edaran
SK Surat Keputusan
SKPD Satuan Kerja Pembangunan Daerah
SOP Standard Operation Procedure
SPAL-S Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat
SPAL-T Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat
SPAL-DP Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Perkotaan
SSK Strategi Sanitasi Kota
TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi
UKM Usaha Kecil dan Menengah
UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas
UU Undang Undang
USDP Urban Sanitation Development Program
USAID United State Agency for International Development
WUSAN Wirausaha Sanitasi
WSP Water and Sanitation Program (of the World Bank)

x
Daftar Buku Dalam “Panduan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik Perkotaan (SPAL-DP)”
Buku yang tercakup dalam “Panduan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Perkotaan (SPAL-DP) terdiri dari lima buku yang disusun secara sistematis
dengan struktur sebagai berikut:

Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai konsep kerangka kerja SPAL-DP dan
Panduan Pengembangan Sistem bagaimana konsep ini dioperasionalkan oleh daerah untuk mencapai kinerja pelayanan,
Pengelolaan Air Limbah Domestik serta menjelaskan panduan-panduan yang digunakan dalam pendampingan kepada
Perkotaan (SPAL-DP) daerah. Isi buku 1 mencakup:
— Konsep SPAL-DP
BUKU 1: PENJELASAN UMUM — Proses Operasionalisasi Kerangka Kerja SPAL-DP
PENGEMBANGAN SPAL-DP — Panduan yang digunakan
— Ringkasan isi buku panduan

Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai proses penjaminan kualitas


Panduan Pengembangan Sistem pelaksanaan kerangka kerja SPAL-DP untuk memastikan konsep pelaksanaan diadopsi
Pengelolaan Air Limbah Domestik secara utuh baik oleh pemerintah daerah, SKPD maupun UPTD SPAL-DP. Buku ini
Perkotaan (SPAL-DP) menjadi buku penunjang dari buku 3,4 dan 5. Isi buku ini mencakup:
— Konsep Advokasi dalam Pelaksanaan SPAL-DP
BUKU 2: ADVOKASI — Kerangka Kerja Advokasi Pelaksanaan SPAL-DP
PENGEMBANGAN SPAL-DP — Advokasi untuk Pengambil Kebijakan Daerah
— Advokasi untuk SKPD

Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai proses penyusunan Rencana


Panduan Pengembangan Sistem Operasional secara menyeluruh dalam rangka pencapaian kinerja pelayanan SPAL-DP
Pengelolaan Air Limbah Domestik oleh Pemerintah Daerah berangkat dari kondisi eksisting sebagai dasar penetapan
Perkotaan (SPAL-DP) target kondisi mendatang yang diharapkan serta gambaran strategi, program dan
kegiatan. Isi buku ini mencakup:
BUKU 3: PENYUSUNAN — Kajian Kondisi Eksisting Pengelolaan SPAL-DP
ROADMAP SPAL-DP — Penetapan Target SPAL-DP Yang Diharapkan Mendatang
— Rencana Kerja Operasional Pencapaian Kondisi SPAL-DP
Yang Diharapkan Mendatang.

Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai dukungan dari Pemerintah Daerah
Panduan Pengembangan Sistem yang dibutuhkan untuk efektivitas pengelolaan air limbah domestik perkotaan
Pengelolaan Air Limbah Domestik mencakup aspek peraturan, perencanaan, pengawasan, lembaga operator dan
Perkotaan (SPAL-DP) kebijakan subsidi dan retribusi. Isi buku ini mencakup:
— Penyediaan Peraturan Pengelolaan SPAL-DP
BUKU 4: DUKUNGAN — Rencana Operasional Pencapaian Kinerja SPAL-DP
PEMERINTAH DALAM — Pengawasan Penyelenggaraan SPAL-DP
PENGEMBANGAN SPAL-DP — Lembaga Operator pelayanan air limbah domestik
— Kebijakan Subsidi/Retribusi Pelayanan SPAL-DP

Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai aspek manajemen Lembaga


Panduan Pengembangan Sistem Operator dalam menjalankan TUPOKSI nya sebagai lembaga operator dalam rangka
Pengelolaan Air Limbah Domestik memenuhi target kinerja khususnya dalam pencapaian cakupan dan mutu pelayanan air
Perkotaan (SPAL-DP) limbah domestik kepada masyarakat. Buku ini menuntun kepada Lembaga Operator
mengenai upaya dan kegiatan yang dilakukan dalam menjalankan mandatnya, isi buku
BUKU 5: OPERASIONAL ini mencakup:
PELAYANAN SPAL-DP — Konsep UPTD dalam Pengelolaan SPAL-DP; Mandat,
Tupoksi, Standar Pelayanan, Hak dan Kewajiban dan
Kerangka Kerja.
— Kompetensi Lembaga Operator UPTD dalam
Pengelolaan SPAL-DP: Manajemen dan Administrasi,
Manajemen SDM, Manajemen Aset, Manajemen Pelanggan,
Manajemen Keuangan, Pelaporan Kinerja Pelayanan

xi
RINGKASAN BUKU 4

“Konsep “lingkungan Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai dukungan


pendukung” adalah dari Pemerintah Daerah yang dibutuhkan untuk efektivitas
perwujudan dukungan pengelolaan air limbah domestik perkotaan mencakup
dari Pemerintah Daerah aspek peraturan, perencanaan, pengawasan, lembaga
dalam memastikan operator dan kebijakan subsidi dan retribusi.
pengelolaan SPAL DP Konsep lingkungan pendukung yang dijelaskan dalam buku
akan menjacapai tujuan ini adalah wujud nyata dukungan dari Pemerintah Daerah
dan kinerja pelayanan dalam memastikan pengelolaan SPAL-DP untuk menjacapai
secara berkelanjutan.” tujuan dan kinerja pelayanan secara berkelanjutan.
Lingkungan pendukung yang disiapkan Pemerintah
Daerah merupakan modal/pondasi dasar mantapnya
sistem pengelolaan SPAL-DP di masa mendatang. Dengan
demikian buku 4 merupakan bangunan sistem yang
berorientasi kebutuhan masa mendatang.

Aspek peraturan Peraturan merupakan instrumen dalam penetapan


arah dan kontrol terhadap pelaksanaan suatu kebijakan.
Penegakan peraturan yang kuat akan mendorong
partisipasi publik dalam mewujudkan kondisi pelayanan air
limbah domestik yang baik di masa mendatang.

Aspek perencanaan Dukungan dari aspek perencanaan adalah memastikan


rencana pengembangan pelayanan air limbah berdasarkan
pada data yang akurat untuk menetapkan strategi,
program, dan kegiatan sesuai dengan isu dan permasalahan
air limbah yang akan dijawab. Dukungan pemerintah dalam
perencanaan SPAL-DP termasuk memastikan rencana
operasional sebagai Road Map pencapaian sasaran oleh
seluruh pemangku program dengan penuh komitmen.

Aspek pengawasan Dalam pengelolaan SPAL-DP pemerintah perlu


memastikan bahwa pengelolaan air limbah memenuhi
prinsip good governance. Pemerintah sebagai regulator
perlu memastikan bahwa kebijakan dan peraturan
yang telah ditetapkan untuk SPAL-DP perlu diawasi
pelaksanaannya. Pengawasan dan supervisi dilaksanakan
dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten yang
diberi mandat dalam bentuk badan atau lembaga secara
independen.

xii
RINGKASAN BUKU 4

Aspek Operator Pengelolaan pelayanan air limbah memerlukan perhatian


dan tindakan spesifik dengan manajemen yang kuat.
Lembaga operator bertindak sebagai pengelola layanan
yang bertanggungjawab penuh dalam layanan air limbah.
Penyerahan sepenuhnya urusan pelayanan air limbah
kepada lembaga operator, memudahkan pemda dalam
mengukur pencapaian kinerja pelayanan air limbah
domestik, yang merupakan urusan wajibnya.

Penguatan Kapasitas Efektivitas pencapaian kinerja lembaga operator


bergantung pada kapasitas organisasi dan kapasitas
SDMnya. Dukungan penguatan kapasitas yang perlu
disediakan pemerintah adalah dalam bentuk pendidikan
dan pelatihan untuk memastikan terpenuhinya kompetensi
dalam menjalankan TUPOKSI dan mandat pengelolaan
pelayanan yang diberikan.

Dukungan Mitra Keterbatasan sumber daya lembaga operator bisa


diatasi melalui peran swasta dan masyarakat untuk ikut
berkontribusi dan mengambil sebagian peran dalam
pemenuhan layanan air limbah. Dukungan pemerintah yang
dibutuhkan dalam aspek kemitraan adalah memberikan
payung hukum dan menjadi penjamin terselenggaranya
kemitraan dengan prinsip akuntabilitas dan perlindungan
mitra dalam perannya sebagai penyedia jasa yang saling
menguntungkan.

Kebijakan subsidi dan Sebagai pelaksana urusan wajib bidang pengelolaan air
tarif retribusi pelanggan limbah, pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam
menyediakan sumber daya dan biaya untuk menjamin
kelangsungan pelayanan. Operasional pelayanan publik
juga memerlukan biaya yang harus ditanggung oleh
penerima manfaat. Kebijakan tarif retribusi dalam
pengelolaan layanan SPAL-DP disiapkan untuk memastikan
masyarakakat ikut bertanggungjawab dalam pencapaian
mutu pelayanan air limbah yang diharapkan. Kebijakan
subsidi dan tarif juga dilaksankana dalam kerangka
kemandirian lembaga operator dalam pemenuhan biaya
operasi dan pemeliharaan.

xiii
Tanggap gender Seluruh pelaksanaan penyiapan dukungan untuk SPAL-DP
pada akhirnya untuk memastikan efektivitas keberlanjutan
melalui peran semua pihan baik laki-laki maupun
perempuan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan. Tanggap gender merupakan komiten yang
terus dibangun dalam seluruh aspek pembangunan SPAL-
DP untuk mencapai kondisi rasa dan komitmen kesetaraan
peran untuk mengambil peran dalampengelolaan pelayanan
SPAL-DP kepada masyarakat.

xiv
Praktek pembuatan tangki septik
upflow filter
BAB 1 PENDAHULUAN

“Untuk pencapaian 1.1 Latar Belakang


akses 100% sanitasi
dan pencapaian mutu Penyediaan layanan Sistem Pengelolaan Air Limbah
pelayanan perlu strategi Perkotaan (SPAL-DP) merupakan urusan wajib daerah
yang layak pembangunan yang merupakan bagian dalam pemenuhan kebutuhan
pelayanan melalui pelayanan dasar masyarakat. Agenda nasional “Universal
dukungan Pemda masing Access” untuk mencapai 100% akses masyarakat terhadap
masing.” sanitasi yang memadai merupakan mandat yang perlu
dijalankan dan diwujudkan oleh permerintah daerah.

Pencapaian akses 100% sanitasi untuk masyarakat dan


pencapaian mutu pelayanan air limbah domestik adalah
memerlukan ketersedianan strategi pembangunan
pelayanan yang efektif termasuk faktor strategis dalam
pencapaian layanan SPAL-DP: (i) upaya peningkatan
cakupan dan mutu pelayanan, (ii) dukungan (good
governance) dari pemerintah daerah, dan (iii) kinerja
lembaga operator dalam layanan SPAL-DP.

Pelaksanaan konsep pengelolaan air limbah domestik


perkotaan melalui fasilitasi USAID IUWASH selama
lima tahun terakhir di 54 kota/kabupaten, memberikan
pelajaran bahwa keberhasilan pengelolaan air limbah
domestik perkotaan ditentukan oleh persiapan dukungan
dan peran pemerintah daerah, baik dalam penyediaan
sarana dan prasarana, dukungan peraturan dan kebijakan,
dukungan pengawasan, penyediaan lembaga operator
yang diberi mandat secara khusus, dan dukungan dalam
peningkatan kinerja, serta dukungan dalam kebijakan
subsidi pelayanan (puplic service obligation) dan tarif
retribusi pelayanan.

Buku ini membahas aspek dukungan yang perlu disediakan


oleh pemerintah daerah dalam mendukung efektivitas
kinerja lembaga operator untuk menjalankan mandatnya
dalam pengelolaan SAL-DP.

1
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

1.2 Tujuan

Tujuan penyiapan dukungan permerintah (good governance)


dalam pengelolaan SPAL-DP adalah:
a. Memperkuat legitimasi dan fungsi layanan lembaga
operator dalam pengelolaan SPAL-DP
b. Memperkuat kapasitas lembaga operator dalam
proses pencapaian cakupan dan mutu pelayanan
SPAL-DP
c. Menjamin keberlanjutan dan efektivitas layanan
SPAL-DP kepada masyarakat

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup tugas pemerintah daerah dalam penyiapan


dukungan meliputi:
a. Menyiapkan peraturan dan kebijakan serta
turunannya atau aturan yang mengikat bagi semua
pihak dalam pengelolaan air limbah domestik
b. Penyusunan rencana pembangunan sistem
pengelolaan air limbah domestik perkotaan (SPAL-
DP) dalam bentuk RPJMD, SSK, Renstra SKPD, dan
Road Map SPAL-DP
c. Melakukan pengawasan terhadap kinerja dan hasil
pengelolaan SPAL-DP agar sesuai dengan aturan
yang berlaku, termasuk tingkat dan konsistensi
pelaksanaan kewajiban pemerintah daerah dalam
(i) efisensi lembaga operator, (ii) cakupan dan
mutu pelayanan, serta (iii) hasil pengolahan air
limbah domestik dari segi mutu efluen dari sistem
skala setempat, pemukiman/komunal/kawasan dan
perkotaan.
d. Menyiapkan lembaga operator yang diberi mandat
secara khusus sebagai instansi yang menjalankan
fungsi pengelolaan SPAL-DP skala kota serta
memperkuat kapasitas dan ketrampilan lembaga
operator tersebut, dan
e. Menyediakan kebijakan subsidi dan retribusi

2
BAB 1 PENDAHULUAN

pelanggan untuk menjamin kelanjutan operasional


pengelolaan SPAL-DP sesuai dengan mandate,
tupoksi dan rencana tahunan yang telah dispakati.

1.4 Sistematika Pembahasan

Buku ini dibagi menjadi 8 bagian membahas seluruh aspek


lingkungan pendukung yang dibutuhkan oleh lembaga
operator dalam pengelolaan layanan SPAL-DP.
— Bagian 1: Pendahuluan
— Bagian 2: Dukungan Peraturan Pengelolaan Air
Limbah
— Bagian 3: Dukungan Perencanaan
— Bagian 4: Dukungan Pengawasan Pelayanan
— Bagian 5: Dukungan dalam Penyiapan Lembaga
Operator SPAL-DP
— Bagian 6: Dukungan Penguatan Kapasitas UPTD
— Bagian 7: Dukungan Mitra Pelayanan SPAL-DP
— Bagian 8: Dukungan Kebijakan Subsidi dan Tarif
Retribusi Pelayanan
— Bagian 9: Kebijakan Tanggap Gender

3
Praktek identifikasi tangki septik
oleh UPTD PAL Gresik
BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH

Dukungan Peraturan Pengelolaan SPAL-DP


• Kepastian hukum, sebagai sumber rujukan dan aturan main dalam
pelaksanaan dan pengendalian pengelolaaan SPAL-DP
• Sumber mandat dan tupoksi serta batasan kewenangan pemerintah,
lembaga pengawas dan lembaga operator pengelolaan air limbah domestik
• Kejelasan dan ketegasan hak dan kewajiban semua pihak

2.1 Pentingnya Aspek Peraturan SPAL-DP

Dasar hukum Peraturan dalam pengelolaan SPAL-DP merupakan alat


dalam penyediaan pengikat komitmen pemerintah daerah, masyarakat,
dan instrumen
keberlanjutan layanan
dan pihak lain yang berkepentingan dengan pengelolaan
pubik air limbah air limbah domestik perkotaan. Peraturan dijadikan
domestik dasar bagi pemerintah daerah dan pihak lain dalam
proses penyelenggaraan pelayanan air limbah domestik.
Peraturan juga berfungsi sebagai alat pengendali dan
legitimasi lembaga operator air limbah dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya dalam pengelolaan air limbah
domestik perkotaan. Peraturan SPAL-DP diperlukan
untuk memastikan pihak terkait memberikan dukungan
dan ikut bertanggungjawab dalam peningkatan kualitas
pengelolaan SPAL-DP, mendorong cakupan, dan mutu
pelayanan sesuai dengan standar dan akuntabilitas
kelembagaan dalam menjalankan tupoksinya. Dengan
demikian, peraturan yang tepat menjadi alat/instrumen
pencapaian tujuan pengelolaan air limbah domestik
secara efektif.

Diperlukan strategi Kunci keberhasilan pelaksanaan regulasi adalah


implementasi yang tepat ketersediaan “strategi implementasi peraturan” yang
sesuai. Dalam hal pengelolaan air limbah domestik
perkotaan, PerWal/PerBup dan Perda adalah instrumen
peraturan dasar dimana Road Map SPAL-DP merupakan
alat strategis yang cocok untuk mencapai sasaran dan
tujuan yang digariskan dalam peraturan sektor yang
membimbingnya. Keberhasilan pelaksanaan suatu regulasi,
seperti dijelaskan diatas, perlu dimulai dengan proses

5
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

penyusunan yang baik sehingga dapat menghasilkan


peraturan yang berkualitas. Regulatory Impact Assessment
(RIA) atau “Analisis Dampak Peraturan” adalah suatu
metodologi untuk mendukung hal tersebut. RIA
merupakan instrument untuk menganalisis sebuah regulasi
yang sudah ada atau baru dengan menyajikan berbagai opsi
informasi berbasis data empiris kepada para pengambil
keputusan tentang dampak, baik dari sisi biaya maupun
manfaat dari sebuah regulasi (instrument for quality
improvement).

Keterlibatan masyarakat Ada dua kunci dalam penerapan metode RIA, yaitu:
dan analisis dampak • Adanya partisipasi masyarakat (stakeholders) dapat
peraturan mendorong
efektivitas peraturan
meningkatkan transparansi, kepercayaan masyarakat,
SPAL-DP dan mengurangi risiko sebuah kebijakan, serta
• Menemukan opsi/pilihan alternatif yang paling atau
lebih efektif dan efesien sehingga dapat mengurangi
biaya implementasi bagi pemerintah dan biaya
transaksi bagi masyarakat.

Metodologi RIA memberikan peluang bagi pengguna untuk


memeriksa apakah peraturan tersebut berkualitas dengan
mengecek pertanyaan sebagai berikut:
• Apakah tujuan dari suatu peraturan didefinisikan
dengan benar?
• Apakah tindakan pemerintah beralasan?
• Apakah pengeluaran suatu peraturan merupakan
bentuk terbaik dari tindakan pemerintah?
• Adakah landasan hukum bagi suatu peraturan
tersebut?
• Pada tingkatan yang tepat manakah untuk Pemerintah
bertindak?

“Peraturan diperlukan 2.2 Aspek Pengaturan Dalam Pengelolaan


untuk memastikan SPAL-DP
seluruh aspek yang
dibutuhkan dalam Pengelolaan SPAL-DP memerlukan dukungan dari
pengelolaan SPAL-DP pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak lain. Peraturan
tersedia.” diperlukan untuk memastikan seluruh aspek yang

6
BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH

dibutuhkan dalam pengelolaan SPAL-DP tersedia,


dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat, dan pihak
pihak yang berkepentingan dengan SPAL-DP. Elemen
yang tercakup dalam pengelolaan SPAL-DP yang perlu
dipertegas dalam peraturan, kebijakan dan dukungan
formal, antara lain ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1: Ruang Lingkup Pengaturan SPAL-DP

Elemen Aspek yang perlu diatur

1. Masyarakat • Kejelasan hak dan kewajiban dalam pengelolaan SPAL-DP

• Penegasan tugas dan kewenangan pemerintah daerah dalam


2. Pemerintah Daerah
pengelolaan SPAL-DP

• Kejelasan pilihan bentuk kelembagaan dan struktur organisasinya


• Kejelasan tupoksi lembaga operator
3. Lembaga Operator
• Legitimasi dan bentuk legal formal lembaga operator
• Dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah

• Sistem dan opsi SPAL-DP yang akan diterapkan


• Zonasi atau arahan spatial penerapan sistem
4. Sistem Pengelolaan
• Standar dan prosedur operasi layanan
• Indikator kinerja pelayanan

• Kejelasan sumber pembiayaan penyediaan sarana prasarana


• Kejelasan sumber pembiayaan operasi dan pemeliharaan saranan
5. Pembiayaan
prasarana
• Kejelasan sumber pembiayaan operasional lembaga operator

• Prosedur kerjasama/kemitraan
6. Pelibatan peran pihak lain
• Perijinan

7. Pemantauan dan • Aspek yang dipantau dan diawasi


pengawasan • Kejelasan yang melakukan pemantauan dan pengawasan

7
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

“Peraturan diperlukan 2.3 Bentuk Pengaturan


dalam rangka
pengaturan efektivitas Format legal yang dibutuhkan dalan pengaturan
pengelolaan SPAL-DP.” pengelolaan SPAL-DP beragam sesuai dengan tingkatan
kekuatan hukum dan ruang lingkup yang diatur, mulai
dari derajat yang paling rendah sampai dengan yang
paling kuat, yang mengikat khusus bagi pelaku program
pembangunan sampai dengan yang bersifat mengikat
kepada masyarakat. Bentuk pengaturan dalam pengelolaan
SPAL-DP adalah sebagai berikut:

Surat Edaran: adalah surat pemberitahuan secara tertulis yang


diedarkan dan ditujukan kepada berbagai pihak,
biasanya dikirimkan oleh instansi atau subjek surat yang
kedudukannya lebih tinggi daripada objek surat. Surat
edaran berisi anjuran, larangan, pemberitahuan, petunjuk,
dan pengumuman.

Mengingat isi surat edaran hanya berupa pemberitahuan,


maka dengan sendirinya materi muatannya tidak
merupakan norma hukum sebagaimana norma dari suatu
peraturan perundangan-undangan. Namun demikian surat
edaran mempunyai derajat lebih tinggi dari surat biasa,
karena surat edaran memuat petunjuk atau penjelasan
tentang hal-hal yang harus dilakukan berdasarkan
peraturan yang ada. Surat edaran bersifat pemberitahuan,
tidak ada sanksi karena bukan norma.

Dalam konteks pengelolaan air limbah domestik,


Kepala Daerah dapat mengeluarkan Surat Edaran untuk
memberikan pengumuman kepada instansi pemerintah
tentang adanya program penyedotan lumpur tinja di
lingkungan kantor atau instansi milik pemerintah daerah.

Surat Keputusan: adalah surat yang berisi suatu keputusan yang dibuat oleh
pimpinan organisasi atau lembaga pemerintahan berkaitan
dengan kebijakan organisasi atau lembaga tersebut, dalam
hal ini yang mengeluarkan adalah Kepala Daerah. Surat
keputusan merupakan instrumen turunan regulasi dalam

8
BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH

menjalankan Peraturan Daerah misalnya SK tentang


kelembagaan pengelola air limbah domestik; SK tentang
kebijakan alokasi biaya operasional untuk UPTD SPAL-DP;
atau SK tentang pengangkatan pimpinan UPTD SPAL-DP.

Keputusan Kepala Daerah adalah produk hukum daerah


yang memiliki sifat penetapan. Dengan demikian, SK Kepala
Daerah merupakan peraturan pelaksanaan peraturan
daerah atau kebijakan kepala daerah.

Peraturan Walikota/ Untuk memberikan dasar hukum dalam pengelolaan


Bupati (Perwali/Perbup): SPAL-DP dapat menyiapkan peraturan walikota/
bupati yang spesifik mendukung pelaksanaan SPAL-DP
yang memiliki kedudukan dibawah Perda yaitu untuk
kebutuhan menjalankan urusan pemerintah pusat di
daerah (dekonsentrasi). Prosedur penyusunan Perwali/
Perbup mengikuti peraturan yang berlaku di daerah sesuai
Permendagri No. 1 tahun 2014 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah, meliputi:
• Pembentukan Tim Penyusun Perkada yang diketuai
oleh pimpinan SKPD pemrakarsa atau pejabat yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah
• Penyusunan rancangan Perkada oleh Pimpinan SKPD
• Pembahasan Rancangan Perkada oleh Biro Hukum
Provinsi atau Bagian Hukum Kota/Kab untuk
harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait
• Pemberian paraf koordinasi dari Kepala Biro Hukum
Provinsi atau Kepala Bagian Hukum Kota/Kab dan
pimpinan SKPD terkait
• Pengajuan Rancangan Perkada yang telah mendapat
paraf koordinasi kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah
• Penyempurnaan atau perubahan oleh Sekretaris
Daerah
• Pemberian paraf koordinasi oleh Biro Hukum
Provinsi atau Bagian Hukum Kota/Kab dan
pimpinan SKPD terkait terhadap perubahan dan
penyempurnaan Rancangan Perkada

9
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

• Penyampaian rancangan Perkada yang telah diparaf


para pihak oleh Sekretaris Daerah kepada Kepala
Daerah untuk ditandatangani.

Untuk memperoleh gambaran tentang ruang lingkup isi dari PerWali/Bup untuk
SPAL-DP lihat contoh PerWal/Bup SPAL-DP pada Lampiran 1.

Peraturan Bersama Peraturan Bersama (lintas pemerintah daerah) adalah


Kepala Daerah: dasar hukum yang ditetapkan oleh dua (2) kepala daerah
atau lebih dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah. Peraturan Bersama dari dua Kepala Daerah
(Bupati/Walikota) atau lebih biasanya diperlukan dalam
rangka melaksanakan kerjasama antar daerah. Dalam
konteks pelayanan air limbah, produk hukum ini sangat
mungkin dikeluarkan dalam rangka pelayanan bersama
yang dibutuhkan di wilayah yang berdekatan (adjacent
cities), misalnya pengelolaan bersama Instalasi Pengelolaan
Lumpur Tinja (IPLT) yang digunakan untuk mengolah tinja
yang berasal dari dua atau lebih daerah tetangga.

Peraturan Daerah Peraturan Daerah Provinsi atau nama lainnya dan


(Perda) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota atau nama lainnya, yang
selanjutnya disebut Perda, adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah. Undang-undang No.12 tahun
2011 secara normatif telah menegaskan kedudukan suatu
Perda dalam hirarki peraturan perundang-undangan
adalah yang terendah, tetapi merupakan sub sistem dari
peraturan perundang-undangan nasional. Sebagai sub
sistem dari peraturan perundang-undangan nasional,
keberadaan suatu Perda dapat disebabkan oleh beberapa
alasan, yaitu:
• Dalam rangka menjalankan urusan-urusan otonomi
daerah, dan tugas pembantuan.
• Dalam rangka menjalankan suatu hal yang
diperintahkan langsung oleh suatu undang-undang
(delegatie van wetgeving).

10
2. DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

• Dalam rangka kebutuhan mengatur suatu hal sesuai


dengan aspirasi, kreatifitas, atau kebutuhan daerah.
Perda seperti ini lebih bersifat otonom sebab hal-
hal yang diatur di dalamnya memang belum diatur
dalam peraturan yang lebih tinggi. Dalam prinsip
otonomi daerah, Peraturan Daerah semestinya lebih
banyak yang berkarakter seperti ini, seperti misalnya
peraturan daerah tentang Pengelolaan Air Limbah
Domestik.

Peraturan Daerah tentang pengelolaan air limbah


domestik bersifat mengikat bagi masyarakat, pemerintah
dan pihak lain yang berkepentingan dengan pengelolaan
air limbah domestik dan dapat mengakomodasi kebutuhan
sebagaimana dimaksudkan dalam tabel 1.

Proses penyiapan peraturan daerah SPAL-DP mengikuti


prosedur sebagaimana diatur dalam Undang-undang no
12 tahun 2011 tentang Penyusunan Perundang-undangan
dan Permendagri No. 1 tahun 2014 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah, dimana penyusunan Perda dimuai
dengan penyusunan RIA dan/atau Naskah Akademis.
Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci dapat dilihat
template PERDA SPAL-DP pada Lampiran 3.

Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci dapat dilihat template PERDA


SPAL-DP pada Lampiran 3.

11
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Kegiatan kredit mikro di Jombang


BAB 3 DUKUNGAN PERENCANAAN

3.1 Pentingnya Aspek Perencanaan


Pembangunan SPAL-DP

“Perencanaan untuk Pembangunan sarana dan prasarana SPAL-DP mengacu


meningkatkan kinerja pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan
pelayanan publik Rencana Induk Air Limbah Domestik, yaitu perencanaan
bidang pengelolaan jangka menegah dan panjang bidang sanitasi air limbah
air limbah domestik domestik yang menggambarkan skenario bagaimana SPAL-
membutuhkan DP perkotaan akan dilakukan. Rencana tersebut meliputi
kolaborasi berbagai rencana penempatan sarana dan prasarana, sesuai dengan
disiplin ilmu yang perlu opsis opsi teknis yang ada, kondisi daerah dari segi rencana
dikembangkan, dari tata kota, analisis EHRA, sosio-ekonomi masyarakat,
waktu ke waktu, oleh kemampuan pemerintah daerah, kepadatan penduduk dan
Pemerintah Daerah.” kondisi geografis di setiap kawasan. Rencana sanitasi juga
menggambarkan rencana dan tahapan secara sistematis
dalam penyediaan sarana dan pilihan teknologi sesuai
dengan kondisi masing masing kawasan.

Memastikan pengelolaan Dengan demikian, rencana SPAL-DP bukan sekedar


SPAL-DP berada dalam rencana pemenuhan target cakupan pelayanan saja, akan
arah yang tepat selaras
dengan kebijakan tetapi perencanaan yang mempertimbangkan berdasarkan
rencana berbagai aspek lain, seperti: mutu pelayanan
(berapa banyak air limbah domestik sudah dikelola sesuai
dengan standar dan peraturan yang berlaku), persiapan
peraturan dan kelembagaan yang sesuai, kebijakan
terhadap tarif retribusui pelayanan, dan kerja sama antara
pihak, dll.

Perencanaan yang menyeluruh SPAL-DP sebagaimana


dijelaskan di atas selanjutnya dituangkan dalam dokumen
Road Map SPAL-DP yaitu rencana sistematis pencapaian
sasaran/tujuan dan target pelayanan dari tahun ke tahun
untuk menciptakan kondisi yang diharapkan dengan
mempertimbangkan prioritas dan ketersediaan sumber
daya. Kebijakan dalam perencanaan pembangunan SPAL-DP
skala perkotaan secara komprehensif mempertimbangkan:
• Kondisi dan rencana spasial kawasan dimana SPAL-
DP bisa diarahkan ke pembanguanan bertahap.
• Rencana peningkatan cakupan dan mutu pelayanan

13
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

termasuk SPAL-DP skala setempat/rumah tangga,


komunal/permukiman, kawasan dan terpusat, serta
rencana pengelolaan lumpur tinja terpadu.

Dengan rencana induk SPAL-DP yang baku setiap


pembangunan sarana dan prasarana akan bisa diarahkan
dengan tepat untuk masing-masing kawasan berdasarkan
pilihan teknologinya.

Target pemerintah untuk memenuhi 100% akses


masyarakat terhadap sanitasi mengandung makna: setiap
pemerintah daerah wajib memiliki perencanaan untuk
pemenuhan akses tersebut dalam bentuk RPJM, SSK,
Renstra SKPT, dan Road Map SPAL-DP.

Perencanaan yang efektif Poin penting dukungan perencanaan dalam kerangka


sebagai peta jalan (Road kerja SPAL-DP adalah peta jalan (Road Map) yang
Map) pencapaian sasaran
pembangunan SPAL-DP
menggambarkan langkah terukur dan sistematis melalui
tahapan kegiatan yang jelas, kebutuhan sumber daya dan
kejelasan pihak-pihak yang ikut bertanggungjawab dalam
pencapaian tujuan.

Untuk memastikan tujuan SPAL-DP, penting disusun


Rencana Operasional sebagai peta jalan SPAL-DP selama
periode 5 tahun yang secara praktis dapat diterapkan
oleh masing-masing pemerintah daerah sebagai instrumen
perencanaan awal sebelum memiliki Rencana Induk Air
Limbah Domestik. Dengan demikian Road Map SPAL-
DP akan menjadi instrumen proses pencapaian sasaran
pembangunan sanitasi yang telah ditetapkan dalam
RPJMD dan SSK khusus untuk bidang air limbah domestik
perkotaan.

Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca pada Buku 3 “Panduan Penyusunan Road
Map SPAL-DP”

14
BAB 3 DUKUNGAN PERENCANAAN

3.2 Tujuan Penyusunan Road Map SPAL-DP

“Road Map merupakan Tujuan penyusunan Road Map SPAL-DP adalah upaya
bentuk strategi menyiapkan arah dan acuan pemerintah daerah dalam
operasionalisasi pengembangan rencana dan aksi pemenuhan cakupan
Kerangka Kerja dan mutu pelayanan air limbah domestik. Dengan
SPAL-DP.” demikian Road Map SPAL-DP mewakili “Strategi
Implementasi Opersionalisasi Pelayanan” dari peraturan
peraturan pemerintah daerah yang telah dimaklumatkan
(diundangkan) terkait dengan pengembangan dan
ketentuan layanan air limbah domestik perkotaan bagi
masyarakat. Penyiapan Road Map SPAL-DP merupakan
upaya untuk pemerintah daerah dalam menghasilkan
perencanaan yang komprehensif yang menjawab semua
aspek yang dibutuhkan dalam pengembangan layanan
SPAL-DP. Elemen utama yang tercakup dalam dalam road
map SPAL-DP adalah:
• Cakupan dan mutu pelayanan,
• Lingkungan pendukung (good governance), dan
• Fungsi dan kapasitas lembaga operator.

Hasil akhir dari penyiapan Road Map SPAL-DP adalah


gambaran terhadap kondisi existing dan kondisi
pengelolaan SPAL-DP mendatang yang diharapkan, serta
rencan kerja selama periode lima tahun dengan uraian
kegiatan yang perlu dilakukan secara bertahap untuk
pencapaian target dan kondisi pengelolaan SPAL-DP ke
depan.

3.3 Kedudukan Road Map SPAL-DP Dalam


Proses Perencanaan

“Road Map SPAL- Road Map SPAL-DP memiliki keterkaitan dengan


DP menterjemahkan peren­ca­naan perencanaan pembangunan di tingkat
strategi sanitasi daerah. Kedudukan Road Map SPAL-DP dalam sistem
perkotaan fokus pada perencanaan dan rencana penganggaran pembangunan di
bidang air limbah daerah adalah sebagai berikut:
domestik perkotaan.” a. Merupakan dokumen perencanaan yang disepakati
dan disahkan melalui Keputusan Besama SKPD

15
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

terkait, sebagai instrumen pelaksanan pembangunan


dalam pencapaian cakupan dan mutu pelayanan air
limbah domestik.
b. Disusun mengacu pada perencanaan induk daerah
bidang sanitasi RPJMD dan SSK yang perlu diselaras-
kan dengan hasil kajian kondisi eksisting yang perlaku.
c. Tidak menggantikan dokumen perencanaan induknya
yaitu RPJMD dan SSK bidang sanitasi air limbah
domestik, akan tetapi Road Map SPAL-DP tersebut
menjadi masukan daerah dalam melakukan review
terhadap dokumen RPJMD dan SSK, dalam rangka
verifikasi kondisi riil dan formulasi kondisi pelayanan
air limbah domestik perkotaan di masa menengah (5
tahun).
d. Dijabarkan ke dalam rencana kerja SKPD dan diu-
sulkan sebagai Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) untuk dibahas dan disetujui dalam Musren-
bang dan selanjutnya ditetapkan dalam RAPBD; dan
Operasionalisasi Road Map SPAL-DP dilakukan oleh
pemerintah daerah dan lembaga operator sesuai
dengan tupoksi masing-masing pihak dalam pencapai­
an target cakupan dan mutu pelayanan air limbah
domestik perkotaan.

Dari gambaran berikut dapat dijelaskan bahwa Road Map


SPAL-DP merupakan langkah operasional untuk mencapai
sasaran pembangunan bidang air limbah domestik yang
telah direncanakan dalam RPJMD, Renstra SKPD dan SSK.
Road Map SPAL-DP merupakan peta jalan atau langkah
sistematis pencapaian mutu pelayanan dengan mengatasi
unsur-unsur pelayanan substansial yang tergolong sifat
“non-teknis”.

Kedudukan Road Map dalam perencanaan daerah dan


proses penganggaran ditampilkan pada gambar 1:

16
BAB 3 DUKUNGAN PERENCANAAN

Gambar 1 : Posisi Road Map SPAL-DP dalam Perencanaan Pembangunan


dan Perencanaan Anggaran

Pemda RPJPD RPJMD RKPD RAPBD APBD

Road Map
SSK
SPAL-DP

Restra Renja RKA Rincian


SKPD PU
SKPD SKPD SKPD APBD

Renc. Kerja dan Rincian


UPTD Biaya
Biaya Tahunan
SPAL-DP SPAL-DP
SPAL-DP

17
Pemeliharaan jaringan pipa
air limbah kota Makassar.
BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN PELAYANAN

4.1 Pentingnya Dukungan Pengawasan


“Fungsi pengawasan Fungsi pengawasan terhadap pelayanan air limbah
pada dasarnya domestik perkotaan (SPAL-DP) menjadi bagian penting
merupakan elemen dalam memastikan tercapainya kondisi layanan yang
wajar pada setiap diharapkan yang telah disepakati dan ditetapkan dalam
sektor pelayanan regulasi dan perencanaan SPAL-DP. Fungsi pengawasan
publik yang perlu pada dasarnya merupakan elemen wajar pada setiap
dilakukan dari instansi sektor pelayanan publik. Pengawasan dari eksternal
Pemda yang bonafid melalui lembaga yang dimandatkan secara khusus dalam
dan, lebih baik, di pengelolaan SPAL-DP merupakan bentuk kepedulian dan
dukung oleh lembaga sekaligus sebagai mandat bagi pemerintah dalam rangka
forum pelanggan untuk akuntabilitas dan efisiensi pengelolaan untuk mencapai
menjaga prestasi dan tingkat efektivitas dalam pemenuhan layanan SPAL-DP
efektivitas layanan.” kepada masyarakat.

Pentingnya pemerintah daerah melakukan fungsi


pengawasan didasarkan pada pertimbangan:
• Pemerintah sebagai pelaksana urusan wajib bidang
pengelolaan air limbah domestik membentuk badan/
lembaga independen untuk menjalankan fungsi
pengawasan kinerja pelayanan publik
• Pengawasan dalam pengelolaan air limbah mencakup
efektivitas pencapaian kinerja dan akuntabilitas
lembaga operator serta pencapaian cakupan dan
mutu pelayanan
• Lembaga pengawas memastikan peraturan dan
kebijakan bidang air limbah domestik dilaksanakan
secara akuntabel dan berorientasi pada asas manfaat
bagi masyarakat dan bagi pembangunan daerah.

Setidaknya ada dua peraturan yang mengatur pelaksanaan


fungsi pemerintah dalam pengawasan kinerja pelayanan
publik, yaitu Peraturan Pemerintah RI No 8 tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Presiden RI No 29 tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

19
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

“Forum Pelanggan” dan mekanisme pelibatan


masyarakat adalah bentuk pelaksanaan prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan publik yang akuntabel,
responsif, transparan, dan partisipatif. Pembentukan Forum
Pelanggan dan beragam mekanisme pelibatan masyarakat
didukung secara legal melalui UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan turunannya PP No. 96 tahun
2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 tahun 2009.

UU dan Peraturan Pemerintah tersebut memberikan


peluang keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan, khususnya dalam penyelenggaraan
pelayanan publik (public service delivery), antara lain dalam
penyusunan kebijakan, penetapan standar pelayanan,
evaluasi dan pengawasan kinerja pelayanan. Salah satu
bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengawasan
pelayanan publik adalah melalui penyampaian aspirasi, baik
berupa saran, masukan, pengaduan, dan pertanyaan kepada
pemerintah daerah.

Aspirasi ini merupakan bahan evaluasi bagi penyelenggara


pelayanan untuk perbaikan kinerja pelayanan. Hendaknya
penyelenggara pelayanan menindaklanjuti aspirasi ini dalam
bentuk perbaikan nyata setelah diintegrasikan dalam
proses perencanaan dan penganggaran daerah. Dengan
demikian Forum Pelanggan merupakan salah satu bentuk
pelibatan masyarakat, media pelibatan lainnya adalah
melalui ruang aspirasi yang dibuka di web-site dan radio
milik pemerintah atau forum warga (civic forum).

20
BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN PELAYANAN

4.2 Sasaran Pengawasan

“Tujuan dari Pengawasan pengelolaan air limbah domestik perkotaan


pengawasan yang berkaitan dengan tiga sapek sebagai berikut:
efektif adalah untuk • Kewajiban Pemda dalam pelaksanan dukungan
menyediakan informasi pengembangan SPAL-DP
yang komprehensif dan • Efisiensi lembaga operator, terhadap kinerja
rekomendasi tentang pelaksanaan pengelolaan SPAL-DP secara menyeluruh
(i) kinerja operator, • Cakupan dan standar mutu pengelolaan yang
dan (ii) tingkat kualitas ditetapkan dalam masing masing peraturan
layanan dan cakupan.” pemerintah daerah

Kewajiban Pemda: untuk memastikan bahwa pemerintah


telah melaksanakan tanggungjawabnya dalam pengelolaan
air limbah sebagai urusan wajib yang harus dilaksanakan
dengan baik.

Efisiensi lembaga operator: untuk memastikan lembaga


operator dalam menjalankan tupoksi pelayanan memenuhi
standar kualitas, akuntabel, serta memperhatikan kualitas
limbah yang aman bagi lingkungan, khususnya hasil mutu
efluen dari sistem skala setempat, permukiman/ komunal/
kawasan dan perkotaan.

Cakupan dan standar: untuk memastikan bahwa


pelaksanaan pengelolaan air limbah domestik perkotaan
berada dalam arah yang tepat dalam proses pencapaian
akses masyarakat untuk pelayanan air limbah.

4.3 Lembaga Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan dalam pengelolaan SPAL-DP


dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan sasaran dan
dilakukan oleh beberapa pihak, sesuai tujuan dan obyek
pengawasannya sebagaimana ditampilkan pada gambar 2:

21
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Gambar 2 : Sistem Pengawasan Pengelolaan SPAL-DP

1 2 3 4
Pemda
Badan Pengawas Inspektorat, Dinas
(Pengambil
Independen BPKP, BPK Lingkungan
Kebijakan)

5
SKPD Induk

6 8
Lembaga Operator, Forum
UPTD Pelanggan

Cakupan & Mutu


Pelayanan

Badan Pengawas yang Badan Pengawas dibentuk untuk menjalankan mandat


Independen pengawasan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan,
kinerja, dan dampak pengelolaan SPAL-DP sesuai
dengan mandat dan rencana yang telah disepakati. Target
pengawasan oleh lembaga independen adalah:
• Efektivitas pelaksanaan peraturan terkait SPAL-DP,
serta dukungan Pemda terhadap lembaga operator
dalam hal penguatan kelembagaan, pemenuhan
sarana dan prasarana, dukungan kebijakan subsidi dan
retribusi
• Efisiensi lembaga operator, mengenai kinerja
pelaksanaan pengelolaan SPAL-DP sebagaimana
serta respon terhadap keluhan layanan di tingkat
masyarakat
• Pengembangan cakupan dan mutu pengelolaan yang
ditetapkan dalam peraturan daerah

Peran Pemerintah Pemerintah Daerah dalam kapasitasnya sebagai pemilik


Daerah mandat terhadap urusan air limbah domestik dan
pelaksana pembangunan melakukan penetapan peraturan
pendukung serta membentuk dan menugaskan lembaga

22
BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN PELAYANAN

pengawas untuk memastikan tercapainya kinerja


pencapaian cakupan dan mutu pelayanan.

Inspektorat/BPK/BPKP Inspektorat/BPK/BPKP merupakan instrumen pengawasan


pembangunan dari pemerintah untuk melakukan fungsi
audit khususnya menyangkut akuntabilitas keuangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. SKPD melalui
UPTD sebagai kuasa pengguna anggaran dan pengguna
sarana tunduk pada audit yang dilakukan oleh BPKP/BPK.
Sasaran audit ini adalah untuk meningkatkan akuntabilitas
efisiensi pengelolaan keuangan alokasi dari APBD/APBN
untuk kepentingan pengelolaan SPAL-DP dan pelayanan
masyarakat.

Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan dalam kapasitasnya sebagai dinas yang
salah satu tugasnya menangani pencemaran memiliki
kepentingan dalam melakukan pemantauan dan pembinaan
tentang pengelolaan air limbah pada instalasi IPLT,
SPAL-DP terpusat, kawasan, dan komunal/permukiman.
Sasaran pemantauan dan pembinaan ini adalah keamanan
lingkungan dari pencemaran yang ditimbulkan dari
pengelolaan air limbah domestik perkotaan.

SKPD Induk UPTD Sebagai penanggung jawab UPTD, SKPD Induk melakukan
fungsi perencanaan dan pengawasan intern terhadap
pelaksanaan kinerja UPTD. Sasaran pengawasan yang
dilakukan SKPD antara lain:
• Kinerja pengelolaan SPAL-DP, dalam hal ini efektivitas
dan efisiensi pengelolaan pelayanan dan pemanfaatan
sumber daya sarana dan prasarana yang dibiayai oleh
pemerintah
• Pencapaian target cakupan dan mutu pelayanan
sebagaimana yang ditetapkan dalam perencaanan
strategis
• Memastikan seluruh sistem pengelolaan SPAL-DP
berjalan efektif termasuk sarana yang dikelola melalui
KPS/KPP untuk SPAL-DP komunal.

23
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Lembaga Operator UPTD Lembaga operator UPTD dalam kapasitasnya sebagai


pembina kelompok (KPP) pengelola SPAL-DP skala
komunal/permukiman, melakukan supervisi dan pembinaan
untuk memastikan KPP tersebut melaksanakan cakupan
dan mutu pelayanan yang telah disepakati. Sasaran
supervisi dan pembinaan ini adalah efektivitas pengelolaan
layanan SPAL-DP komunal/pemukiman kepada masyarakat.

Forum Pelanggan Forum pelanggan adalah kelompok formal pelanggan yang


terlibat dalam komunikasi dua arah antara basis pelanggan
dan manajemen operator.

Sasaran dan pelaku pengawasan dalam pengelolaan air


limbah domestik perkotaan digambarkan sebagai pada
tabel 2.

Tabel 2: Sasaran dan Pelaku Pengawasan Pengelolaan SPAL-DP

Pelaku Pengawasan
Sasaran Pengawasan
Lembaga Dinas Forum BPK/
Pemda SKPD UPTD
Pengawas Lingkungan Pelanggan BPKP

Pelaksanaan peraturan
Pemda
dan kebijakan X X

Akuntabilitas capaian
SKPD kinerja cakupan dan X X X
mutu pelayanan

Akuntabilitas efisiensi
UPTD dan mutu operasional X X X

Kualitas efluent IPAL


SarPras / IPLTdan dampak X X
lingkungan

Efisiensi dan efektivitas


KPP
pelayanan
X X X

24
Pelatihan teknis dan praktek
pembangunan tangki septik SNI
Penjelasan pemeliharaan jamban
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP

BENTUK DUKUNGAN PENYIAPKAN LEMBAGA OPERATOR SPAL-DP


• Menyediakan lembaga operator yang diberikan mandat secara khusus untuk
pengelolaan SPAL-DP skala kota
• Dukungan kelengkapan organisasi kelembagaan operator
• Menetapkan tupoksi, struktur, ukuran kinerja untuk lembaga operator
• Penguatan kapasitas manajemen lembaga operator dalam menjalankan
tupoksinya.

5.1 Pentingnya Fungsi Lembaga Operator


dalam Pengelolaan SPAL-DP

“Lembaga Operator Lembaga operator SPAL-DP menjadi alat kunci dalam


adalah instansi yang pencapaian target dan mutu pelayanan, karena dengan
menerima mandat pembentukan lembaga operator akan menjadi jelas siapa
untuk menjalankan pihak yang paling bertanggungjawab dan apa tupoksinya
tupoksi pelayanan dalam pengelolaan SPAL-DP skala kota.
kepada masyarakat.”
Penyiapan Lembaga Operator merupakan langkah
Keberadaan Lembaga maju dari pemerintah dalam mengurangi “fragmentasi”
Operator dapat kelembagaan sehingga terjadi kekurangjelasan pihak
mendorong dua hal: penanggungjawab utama dalam menyediakan layanan
(i) kejelasan pintu masyarakat yang efektif dan efisien.
tanggungjawab
pelaksanaan pelayanan Dengan adanya lembaga operator seluruh informasi dan
SPAL-DP, dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik perkotaan akan
(ii) manajemen didapatkan melalui layanan dan penanggung jawab dalam
pengelolaan pelayanan “satu pintu”. Penyiapan lembaga operator merupakan salah
lebih efisien dan efektif. satu hal wajib dari pelaksanaan pengelolaan air limbah
domestik perkotaan, yaitu pemerintah membentuk dan
membangun kapasitas lembaga yang diberi tugas secara
khusus untuk melakukan fungsi operasi dan mengelola
pelayanan.

Penyiapan lembaga operator terdiri dari serangkaian


kegiatan, termasuk pembentukan lembaga, penyiapan
struktur organisasi, penetapan personil untuk posisi
jabatan strategis, pengembangan ketrampilan dan

27
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

kompetensi personil, serta penyiapan kelengkapan


piranti akuntabilitas dalam rangka pelaksanaan peran
dan fungsinya. Dengan demikian penyiapan lembaga
operator dalam pengelolaan SPAL-DP adalah penyiapan
kelembagaan secara utuh.

Pengelolaan SPAL-DP melibatkan fungsi manajemen yaitu


perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian,
monitoring dan evaluasi intern, yang kesemuanya
dilaksanakan dalam menjamin akuntabilitas dalam
pengelolaan SPAL-DP. Bentuk lembaga operator dalam
pengelolaan air limbah domestik antara lain UPTD,
BLUD, dan Perusahaan Daerah.Yang dibahas dalam buku
ini adalah lembaga operator UPTD, dianggap sebagai
embrio untuk selanjutnya berubah setelah mantap dalam
menyediakan layanan dan manajemen pendapatan.

5.2 Pembentukan Lembaga Operator

“Menetapkan Pembentukan organisasi lembaga operator SPAL-DP


Lembaga Operator didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Air Limbah No. 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
adalah mandat Organisasi Perangkat Daerah dan Panduan Praktis
bagi Pemerintah Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Daerah.” dari Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya Kemen PUPERA
sebagai berikut.

• Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57


tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah pada bagian lampiran
dijelaskan bahwa pembentukan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) pada Dinas dan Badan dilakukan
secara selektif dengan kriteria sifat tugasnya teknis
operasional.
• Dalam Panduan Praktis Penataan Kelembagaan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik dari
Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR
dijelaskan tentang struktur organisasi dan tugas-tugas
utama kelembagaan sistem pengelolaan air limbah.

28
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP

Atas dasar peraturan dan panduan di atas, pembentukan


UPTD SPAL-DP dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
• Analisis kebutuhan
• Menyiapkan kerangka hukum sebagai dasar dalam
pembentukan
• Menetapkan tupoksi, struktur, kriteria kinerja dan
seleksi personil

Analisis Kebutuhan Tentang pentingnya pembentukan UPTD SPAL-DP


disiapkan oleh SKPD yang mebidangi. Proses ini bisa
dilakukan melalui pertemuan pemangku kepentingan
sekaligus melakukan sosialisasi tentang rencana
pembentukan UPTD SPAL-DP.

Diskusi analisis kebutuhan untuk mendapatkan; (i) data


eksising, gambaran isu dan permasalahan SPAL-DP, (ii)
gambaran kondisi yang diharapkan dengan membentuk
lembaga operator SPAL-DP, (iii) kebutuhan model struktur
kelembagaan yang sesuai dengan kondisi, (iv) tupoksi dan
kriterian pelayanan lembaga operator, (v) dukungan dari
pemerintah daerah yang dibutuhkan dalam pembentukan
lembaga operator dan pelayanan SPAL-DP.

Menyiapkan Kerangka Dalam hal ini adalah dasar formal yang dijadikan acuan
Hukum dalam pembentukan UPTD SPAL-DP. Dasar hukum ini
telah tercakup dalam Bab 2 diatas. Dengan demikian
dalam pembentukan SPAL-DP cukup mengacu pada pasal
tentang kelembagaan sebagaimana yang tercantum dalam
Perda atau PerWali/Bup. Jika peraturan tersebut belum
tersedia dan daerah memandang perlu untuk membentuk
kelembagaan terlebih dahulu yang perlu dipersiapkan
adalah Surat Keputusan terhadap pembentukan UPTD
SPAL-DP.

Menetapkan Tupoksi, Dilakukan pada saat analisis kebutuhan yaitu merumuskan


Struktur, Kriteria Kinerja tugas pokok dan fungsi UPTD dalam pengelolaan SPAL-
dan Seleksi Pegawai
DP sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Sesuai dengan
tujuan pengelolaan SPAL-DP tugas pokok dan fungsi
UPTD adalah sebagai operator pengelolaan dan pelayanan
air limbah domestik perkotaan kepada masyarakat

29
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

sebagaimana “Kerangka Kerja Pengelolaan SPAL-DP” yang


telah dibahas di Buku 1. Hasil rumusan tupoksi lembaga
operator akan menjadi dasar bagi daerah dalam penyiapan
regulasi dari pimpinan daerah tentang pembentukan dan
tupoksi UPTD.

Dilakukan dan disepakati pemangku kepentingan pada


Penetapan Struktur saat analisis kebutuhan pelayanan. Dasar dalam penetapan
struktur UPTD adalah Permendagri no 57 tahun 2011
dan panduan praktis penataan kelembagaan pengelolaan
air limbah dari Direktoral PLP Ditjen Cipta Karya
Kementerian PUPR. Dalam Permendagri nomor 57
tahun 2011 disebutkan struktur organisasi UPTD terdiri
dari 1 kepala UPTD, 1 kepala Sub Bagian Tata Usaha dan
kelompok Jabatan Fungsional yang disesuaikan dengan
kebutuhan lembaga. Lebih lanjut Direktoral PLP Ditjen
Cipta Karya Kemen PUPR menggambarkan struktur
kelembagaan UPTD Air Limbah seperti ditampilkan pada
gambar 3:

Gambar 3: Posisi dan Struktur UPTD di dalam Struktur Pemerintah Daerah

Kepala Dinas PU

Sekretaris

Bidang Penyehatan
Lingkungan Bidang

Seksi Air Limbah Seksi


Seksi
Seksi Drainase
Seksi
Seksi Persampahan

Kepala UPTD

Sub Bag Tata Usaha Lembaga


Operator
Kelompok Jabatan
Fungsional

Sumber: Dikutip dari Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Air Limbah, hal 24

30
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP

Jumlah kelompok jabatan fungsional dan jumlah


personel yang dibutuhkan dalam kelembagaan operator,
harus disesuaikan dengan banyaknya jenis sarana yang
dikelola dan jumlah rumah tangga yang menjadi sasaran
pengelolaan.

Contoh Kota ABC. Kelompok jabatan fungsional


dijabarkan menjadi empat bidang tugas, yaitu bagian
yang menangani pengelolaan IPAL terpusat, bagian yang
menangani IPLT, bagian yang menangani pengelolaan IPAL
komunal, dan bidang yang khusus menangani monitoring
dan pembinaan. Struktur organisasi UPTD SPAL-DP
Kota ABC (gambar 4) merupakan contoh baik di mana
masing-masing kelompok sarana dipimpin oleh seksi yang
membidangi.

Besar dan kecilnya jumlah personel UPTD SPAL-DP


akan bergantung pada kebutuhan dan kondisi sarana dan
prasarana serta besarnya cakupan dan mutu yang akan
dilayani. Untuk memandu daerah dalam menetapkan
personel UPTD SPAL-DP Direktorat PLP Ditjen
Ciptakarya Kementerian PUPR dalam panduannya
memberikan beberapa pilihan model jumlah personel
UPTD dengan tiga pilihan yaitu: Pola 29 orang, Pola
41 orang, dan Pola 13 orang. Pilihan-pilihan yang
direkomendasikan mencakup nama posisi jabatan,
tingkat pendidikan, dan sertifikasi pelatihan (tingkat
kompetensinya) seperti ditampilkan pada tabel 3.

31
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Gambar 4: Contoh Struktur Organisasi UPTD SPAL-DP

WALIKOTA

KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM

KEPALA UPTD PENGELOLAAN


AIR LIMBAH

KASUBAG TATA

PENGELOLA IPAL PENGELOLA PENGELOLA IPAL MONITORING


TERPUSAT IPLT KOMUNAL DAN

32
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP

Tabel 3: Model Struktur Personel SPAL-DP

Jumlah
Sertifikasi
Nama Jabatan Pendidikan Pola Pola Pola
Pelatihan
29 41 13
1. Kepala UPTD S1 (T/NT) Manajemen 1 1 1

Manajemen 1 1 1
2. Kabag Tata Usaha S1 (NT)
Kepegawaian 1 1 -
a. Kasubag Adm dan kepegawaian S1/D3 (NT)
Perbendaharaan 1 1 -
b. Kasubag Keuangan S1/D3 (NT)
Administrasi 4 6 2
c. Staf Bag tata Usaha S1/D3 (NT)

Manajemen
3. Kabag Teknis S1 (T) 1 1 1
Proses Pengolahan
a. Kasubag Perencanaan S1/D3 (T/NT) 1 1 -
Penelitan Kualitas
b. Kasubag Pemb. & Pengembangan S1/D3 (T) 1 1 -
Pelaksanaan
c. Staf Bag Teknis S1/D3/SLTA (T) 4 6 2
pembangunan

4. Kabag Pelayanan SPAL-S S1 (T/NT) Mgt O&P pengolahan 1 1 1


a. Kasubag Pelayanan Pelanggan, S1/D3 (T/NT) Tangki sepctic, 1 1 -
Penyedotan dan Transportasi proses penyedotan
b. Kasubag Pengelolaan IPLT S1/D3 (T/NT) Pengelolaan IPLT 1 1 -
c. Staf Bag SPAL-S S1/D3/SLTA (T/NT) Pelayanan masyarakat 4 6 2

5. Kabag Pelayanan SPAL-T S1 (T/NT) Mgt O&P pelayanan 1 1 1


konsumen
a. Kasubag Pelayanan Sambungan S1/D3 (T/NT) Pengelolaan jaringan 1 1 -
Rumah dan Jaringan
Pengumpulan
b. Kasubag Pengolahan IPAL S1/D3 (T/NT) Pengelolaan IPAL 1 1 -
c. Staf Bag SPAL-T S1/D3/SLTA (T/NT) Pelayanan masy 4 6 2

Sumber: Pandaun Praktis Penataan Kelembagaan Penyelenggaraan


Sistem Pengelolaan Air Limbah, Dit Jen Cipta Karya

Tabel di atas harus dipahami sebagai referensi saja.


Struktur organisasi dan jumlah staf tergantung pada
beberapa pertimbangan penting, termasuk (i) mandat dan
tupoksi pelayanan dari operator, (ii) Jumlah rumah tangga
dan cakupan pelayanan, dan (iii) mutu pelayanan.

33
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Contoh di atas memberikan gambaran sekaligus


membantu daerah dalam melakukan analisis kebutuhan
personal yang dibutuhkan UPTD dalam menjalankan
tupoksinya. Besar dan kecilnya jumlah personel UPTD
SPAL-DP akan memiliki implikasi terhadap kebutuhan
biaya yang dibutuhkan untuk operasional.Yang perlu
dipastikan adalah adanya pejabat/petugas yang kompeten
dengan uraian tugas yang jelas dan ketentuan batasnya
tanggungjawab terhadap pekerjaan yang memiliki dampak
langsung terhadap pencapaian cakupan dan mutu
pelayanan.

Penetapan Kriteria UPTD perlu memastikan orang yang mengisi posisi


Kinerja Personil jabatan dalam UPTD SPAL-DP adalah orang yang tepat
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Syarat dan
kriteria untuk masing-masing posisi jabatan mengacu pada
ketentuan dalam panduan tata kelola kelembagaan pengelola
air limbah sebagaimana ditampilkan di tabel 3 di atas.

Seleksi Personel dilakukan mengacu pada ketentuan dan prosedur yang


Pimpinan dan Jabatan berlaku di daerah, demikian pula dalam penetapan Surat
Fungsional Keputusan pengangkatan atau penugasan.Yang perlu
dipastikan adalah dalam penetapan surat keputusan
dilengkapi dengan uraian tugas masing-masing.

5.3 Hubungan Kerja UPTD dan SKPD dalam


Pengelolaan SPAL-DP

Hubungan kerja antara Hubungan kerja antara UPTD SPAL-DP dengan


UPTD SPAL-DP SKPD Induk bersifat vertikal, artinya UPTD
dengan SKPD Induk
dilakukan dalam proses
mempertanggungjawabkan hasil pekerjaanya kepada
pengembangan hasil SKPD Induk dan SKPD tersebut memberikan pembinaan
kinerja pelayanan dan fasilitasi sesuai dengan kebutuhan UPTD dalam
menjalankan tupoksinya. Hubungan kerja antara
UPTD SPAL-DP dengan SKPD Induk dilakukan dalam
proses perencanaan, pelaksanaan pengelolaan, dan
pertanggungjawaban hasil kinerja pelayanan.

34
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP

Perencanaan UPTD SPAL-DP menjabarkan Road Map SPAL-DP dan


Renstra SKPD ke dalam Rencana Kerja UPTD selanjutnya
diusulkan kepada UPTD. Rencana kerja tahunan UPTD
mencakup rencana kegiatan dan kebutuhan biaya
dikonsultasikan dan disetujui oleh SKPD. Dalam proses
ini SKPD memberikan petunjuk dan arahan untuk
memastikan rencana kerja tahunan UPTD selaras dengan
rencana kerja SKPD.

Pelaksanaan kegiatan pengoperasian pelayanan SPAL-DP UPTD


menerapkan “prosedur standar operasi” (SOP) serta
arahan yang digariskan oleh SKPD Induk sesuai dengan
pedoman akuntablitas kelembagaan. Sebagai unit pelaksana
teknis dari SKPD, UPTD melaporkan kemajuan kegiatan
secara reguler kepada SKPD dan SKPD memberikan
arahan dan dukungan khususnya dalam memecahkan
permasalahan permasalahan yang dihadapi UPTD. Dalam
kapasitasnya sebagai SKPD Induk yang bertanggung
jawab terhadap kinerja UPTD, SKPD tersebut melakukan
pemantauan dan pengawasan untuk memastikan
pelaksanaan pekerjaan UPTD memenuhi sasaran dan
standar akuntabilitas.

Pertanggungjawaban hasil kinerja dilakukan oleh UPTD dengan menyiapkan


laporan tahunan atas pencapaian kinerja secara
keseluruhan meliputi:
— Pencapaian sasaran layanan sera target cakupan dan
mutu pelayanan
— Pertangungjawaban atas pengelolaan dan kondisi
operational SarPras
— Pertanggungjawaban keuangan anggaran dan
pendapatan
— Penyampaian usulan tergadap pokok-pokok
perencanaan untuk tahun berikutnya.

Hubungan kerja antara UPTD dan SKPD Induk dalam


pengelolaan SPAL-DP ditampilkan pada gambar 5.

35
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Gambar 5: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD dalam Pengelolaan SPAL-DP

Road Map SPAL-DP


& Renstra SKPD

A Renja SKPD B SKPD C SKPD


Penjabaran

Konsultasi &
Koordinasi,
Supervisi &

Umpan balik
Pertanggung
Laporan
Fasilitasi

jawaban
Usulan

Pelaksanaan Renja Hasil Kerja


Renja UPTD
UPTD UPTD

POIN PENTING DUKUNGAN PEMDA UNTUK LEMBAGA OPERATOR


• Keberhasilan pembangunan sarana dan layanan air limbah tergantung
pada faktor yang saling terkait, seperti: peraturan yang kondusif dan fungsi
pengawasan, pengaturan kelembagaan yang efisien dan dukungan, kerjasama
dengan pihak ketiga, alokasi OPEX (belanja) dan CAPEX (biaya operasi dan
pendapatan) dll.
• Namun, yang paling mendasar adalah usaha keras untuk keberhasilan layanan
yang ditetapkan adalah tingkat pengalaman, kompetensi dan motivasi dari
manajemen dan tenaga kerja UPTD.
• Oleh karena itu, pemilihan personil struktural dan fungsional untuk UPTD
harus tegas berdasarkan tiga faktor di atas. Dengan diterimanya seseorang
dalam UPTD, maka staf tersebut perlu dilatih dan dipelihara dan baru bisa
dikeluarkan jika tidak mampu berkinerja.

36
Instalasi pipa air limbah kota Medan
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD

“Pemerintah Dearah 6.1 Pentingnya Dukungan Penguatan


sebagai pemilik Kapasitas
lembaga operator
memiliki kepentingan Keberhasilan UPTD SPAL-DP dalam menjalankan tupoksi
untuk pencapaian dan capaian kinerja ditentutukan dari tingkat kemampuan
kinerja yang tinggi (kapasitas) lembaga operator baik kapasitas secara
dari UPTD SPAL- kelembagaan maupun kapasitas SDM-nya. Kapasita SDM
DP, konsekuensinya mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
adalah pemerintah (motivasi). Tuntutan kapasitas selaras dengan semakin
memiliki kewajiban dan kompleksnya isu dan permasalahan air limbah domesik
tanggungjawab dalam menuntut adanya peningkatan kemampuan lembaga
meningkatkan kapsitas operator secara kontinu.
UPTD SPAL-DP.”
Pemerintah sebagai pemilik lembaga operator memiliki
kepentingan untuk pencapaian kinerja yang tinggi dari
UPTD SPAL-DP, konsekuensinya adalah pemerintah
memiliki kewajiban dan tanggungjawab dalam
meningkatkan kapsitas UPTD SPAL-DP. Penguatan
kapasitas dalam penyiapan kelembagaan untuk bisa
menjalankan tupoksinya menjadi tanggung jawab
pemerintah. Penguatan kapasitas dalam menyiapkan
kemampuan karyawan pada prinsipnya menjadi tanggung
jawab lembaga operator yang telah diberi mandat.
Walaupun demikian pemerintah daerah tetap memiliki
kewajiban khususnya dalam menyiapkan atau memberikan
pedoman dan arahan dan menghubungkan dengan sumber-
sumber pembelajaran.

Tujuan secara umum penguatan kapasitas adalah


memenuhi kebutuhan kompetensi Lembaga Operator
dalam menjalankan tupoksinya. Tujuan secara khusus dari
kegiatan penguatan kapasitas adalah sebagai berikut:
— Memfasilitasi UPTD SPAL-DP dalam penyiapan
kelengkapan piranti (tools) kelembagaan dalam
menjalankan fungsi pelayanan
— Meningkatkan kemampuan teknis pimpinan dan
jajaran manajemen dalam menjalankan visi dan misi
organisasi.

38
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD

Memberikan dukungan kepada manajemen dalam


pencapaian cakupan dan mutu pelayanan yang meliputi:
pengelolaan SDM, pengelolaan asset, pengelolaan
pelanggan, pengelolaan pendapatan, dan kerjasama dengan
pihak lain serta promosi perubahan perilaku.

Penguatan kapasitas lembaga operator yang dilakukan oleh


pemerintah daerah melalui SKPD kepada UPTD SPAL-
DP dalam rangka: (i) penyiapan dan revisi kinerja lembaga
operator dari waktu ke waktu, (ii) penyiapan kelengkapan
sistem akuntabilitas kinerja lembaga, dan (iii) penguatan
manajemen pencapaian cakupan dan pelayanan.

Peran pemerintah daerah dalam penguatan kapasitas


UPTD secara garis besar meliputi: (i) penyediaan
pedoman/panduan dan arahan, (ii) penyelenggaraan
pelatihan, (iii) penyediaan sumber daya, (iv) penjaminan
kualitas dan fasilitasi untuk memberikan kemudahan bagi
UPTD dalam menjalankan program dan kegiatannya.

Peran pemerintah daerah dalam penguatan kapasitas


kelembagaan menjadi faktor kunci efektivitas pelaksaaan
tupoksi UPTD SPAL-DP. Gambaran peran pemerintah dan
UPTD dalam penguatan kapasitas diuraikan pada tabel 4.

POIN PENTING PENGUATAN KAPASITAS OPERATOR SPAL-DP


(UPTD)
• Kepedulian pimpinan SKPD terkait sangat penting dalam mengembangkan
kinerja UPTD dalam mewujudkan memiliki visi dan menjalankan misi, serta
melaksanakan strategi. Demikian pula kepedulian SKPD juga penting dalam
mendorong motivasi yang kuat untuk mengarahkan kinerja UPTD
• Keterampilan, kompetensi dan motivasi pimpinan dan karyawan UPTD
menjadi faktor kunci sukses pelayana masyarakat
• Penguatan kapasitas SDM merupakan investasi yang wajar, untuk itu dituntut
kepedulian pemerintah daerah untuk tetap mempertahankan karyawan
UPTD yang telah mendapatkan penguatan kapasitas untuk tidak dipindah
ditempat kecuali untuk alasan kinerja yang baru.

39
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Tabel 4: Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Penguatan Kapasitas UPTD SPAL-DP

Sasaran Penguatan Peran Dalam Penguatan Kapasitas Layanan


Kapasitas Pemerintah Daerah / SKPD UPTD

A. Penguatan Kelembagaan
— Struktur organisasi dan sistem — Perlaksanaan
A.1 Struktur Organisasi dan
managemen administrasi — Pelaporan
Managemen Administrasi
— Audit

A.2 Kelengkapan Personil — Personil kunci — Staf operasional

— Pelaksanaan
A.3 Mekanisme Kerja Internal — Arahan dan Pedoman
— Pelaporan
— Arahan rencana dan indicator
A.4 Perencanaan Kinerja Lembaga
— Studi Banding/Horizontal — Konsultasi
— Perencanaan strategis
Learning — Pelaksanaan
— Perencanaan kerja
— Pengendalian dan ‘corrective — Pelaporan
— Pengukuran kinerja
actions’.

B. Manajemen Pencapaian Cakupan dan Mutu Pelayanan


— Internalisasi Tupoksi dan SOP
B.1 Pengelolaan SDM
— Arahan dan pedoman prosedur — Penguatan kapasitas personil
— Tupoksi
— Falisitasi penguatan personil — Pengendalian dan asesmen
— SOP – Uraian Tugas - IK
— Promosi dan sangsi kinerja
— Kompetensi dan Motivasi
— Penguatan kapasitas lanjutan
— Promosi dan Sangsi
— Pelaporan

B.2 Pengelolaan Aset (SasPras) — Arahan dan pedoman prosedur


— Inventory — Studi Banding/Horizontal — Usulan kebutuhan aset
— Perencanaan Learning — Pelaksanaan O&P
— Pembangunan — Bantuan external — Pelaporan
— O&M — Audit

B.3 Kemitraan
— Kebijakan, arahan dan prosedur
— Opsi dan Skema Kerjasama — Pelaksanaan kemitraan
— Perjanjian Kerjasam (PKS)
— Hak & Kewajiban Para Pihak — Pelaporan
— Pengendalian akuntabilitas

— Sosialisasi
— Pelaksanaan penyuluhan
B.4 Pengelolaan Pelanggan — Arahan dan pedoman (Oureach)
— Penyuluhan (Outreach) prosedur — Update ‘Data Base’ Pelanggan
— ‘Data Base’ Pelanggan (MIS) — Studi Banding/Horizontal (MIS)
— Komunikasi dan Informasi Learning — Pelasanaan Komunikasi &
— Aduan Pelanggan — Bantuan external Informasi
— Kepuasan Pelanggan — Audit — Pelaksanaan Aduan Pelanggan
— Survai Kepuasan Pelanggan
— Pelaporan

— Arahan dan pedoman


B.5 Pengelolaan Keuangan — Sosialisasi
prosedur
Pendapatan — Pelasanaan Penagihan dan
— Studi Banding/Horizontal
— Perhitunagn Biaya Storan
Learning
— Ketentuan nilai tarif retribusi — Pelaporan
— Bantuan external
— Sistem penagihan — Audit internal
— Audit

40
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD

Pembagian tugas pelayanan UPTD seperti tercantum pada


Tabel 4 di atas, adalah sebagai “Prosedur Operasi Standar”
(SOP) sebagaimana dibahas dalam di Buku 7 tentang
“Pelaksanaan SPAL-DP oleh UPTD” bagian pelaksanaan
penguatan kapasitas kelembagaan operator.

6.2 Pelaksanaan Penguatan Kapasitas


Kelembagaan Operator

“Penguatan kapasitas Penguatan kapasitas merupakan kebutuhan yang melekat


UPTD dalam rangka pada fungsi pengelolaan SPAL-DP baik oleh SKPD maupun
efektivitas pengelolaan UPTD. Karena keberhasilan UPTD dalam pengelolaan
SPAL-DP perlu SPAL-DP menjadi bagian dari keberhasilan SKPD Induk,
direncanakan dan maka SKPD tersebut dituntut untuk ikut aktif mengambil
dilaksanakan secara peran sebagai penyelenggara atau menghubungkan
sistematis.” dengan pihak-pihak luar yang potensial sebagai sumber
pembelajaran.

Penguatan kapasita UPTD dalam rangka efektivitas


pengelolaan SPAL-DP perlu direncanakan dan dilaksanakan
secara sistematis oleh SKPD dan UPTD sendiri secara
internal sesuai dengan rencana induk yang telah di susun,
seperti RPJM. SSK, Renstra SKPD, dan Road Map SPAL-DP.
Sasaran penguatan kapasitas sebagaimana digambarkan
pada tabel 4 pada intinya upaya untuk memastikan UPTD
memiliki kesiapan untuk menjalankan tupoksinya dalam
pengelolaan SPAL-DP.

Metode penguatan kapasitas lembaga operator dilakukan melalui


beberapa metode sesuai dengan tujuan dan jenis kapasitas
yang akan ditingkatkan antara lain:
— Arahan dan pedoman prosedur
— Fasilitasi dan pantuan teknis
— Studi Banding/Horizontal Learning
— Bantuan external melaui pihak ketiga
— Audit dan ‘corrective actions’

41
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Teknis penyelenggaraan penguatan kapasitas bisa dilakukan


oleh SKPD Induk atau dilaksanakan sendiri oleh UPTD
khususnya dalam penguatan kapasitas petugas operasional
dan pemanfaatan program pelatihan dari pihak eksternal.

Pelaksanaan penguatan kapasitas dilakukan secara periodik untuk


memenuhi kebutuhan dan tuntutan kinerja. Waktu penting
pelaksanaan penguatan kapasitas kepada UPTD oleh
SKPD atau Pemerintah Daerah antara lain pada saat
pembentukan lembaga operator, pada masa perencanaan
pembangunan daerah dan pada saat menjelang laporan
pertanggung jawaban SKPD dan UPTD.

42
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD

Tabel 5: Pelaksanaan Penguatan Kapasitas SPAL-DP oleh SKPD

Tahapan Tujuan Target Hasil Metode

— Kelengkapan struktur — Pendampingan langsung


A.1 Menyiapkan
organisasi dan susunan — Pemyediaan piranti
kelengkapan
personel kelembagaan sesuai
organisasi.
— Kelengkapan administrasi kebutuhan.

— Pimpinan danjajaran
A.2 Orientasi manajemen UPTD paham
(A) Saat setelah tupoksi visi dan misi sektor — FGD
pembentukan lembaga SPAL-DP, TUPOKSI — Konsultasi
lembaga operator dan target pelayanan
operator serta kinerja.UPTD

— UPTD memiliki
A.3 Penyiapan
perencanaan strategis — Pedoman
perencanaan
5 th, serta rencanaan — Pendampingan langsung
menenga
kerja dan indikator — Tinjauan dan umpan
lembaga
pengukuran kinerja balik.
operator
(Road Map SPAL-DP).

— UPTD memiliki rencana


B.1 Penyiapan — Pedoman
(B) Pada saat kerja tahunan sesuai
rencana — Pendampingan langsung
perencanaan dengan perencanaan
kegiatan dan — Tinjauan dan umpan
pembangunan strategis (Road Map
usualan subsidi balik
di daerah SPAL-DP) dan kebijakan
tahunan
Pemda.

— Kebijakan, pedoman dan


— Pelatihan kompetensi
C.1 Program dan arahan SKPD dijalankan
(C) Pada saat manajemen dan pegawai
kegiatan oleh lembaga operator
pelaksanaan — Pengawasan dan
dilaksanakan — Permasalahan
program dan pembinaan.
sesuai dengan permasalahan dalam
kegiatan. — Bantuan teknis sesuai
rencana pengelolaan SPAL-DP
dengan keputuhan.
dapat diatasi dengan baik.

D.1 Penyiapan
— Penyiapan pedoman dan
(D) Pada saat laporan hasil — Dokumentasi kemajuan
format laporan
persiapan kegiatan dan pencapaian disampaikan
— Bantuan teknis langsung
pelaporan akhir kinerja sesuai dengan standard
— Tinjauan dan umpan
tahun pelayanan an format SKPD
balik
tahunan UPTD

43
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

6.3 Pemanfaatan Peluang-peluang dalam


Penguatan Kapasitas

“SKPD induk dan Untuk pemenuhan kebutuhan kapasitas UPTD SPAL-DP


manajemen UPTD diperlukan sumber daya belajar dari berbagai sumber.
perlu mencari setiap UPTD dituntut pro aktif mencari sumber daya tersebut.
peluang yang layak Untuk jenis kebutuhan kapasitas tertentu yang tidak
untuk meningkatkan tersedia di SKPD, misalnya untuk pelatihan penyusunan
basis pengetahuan perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pelatihan
personil operator.” kompetensi manajemen, pelatihan-pelatihan tematik
lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan tupoksi UPTD, dan
sasaran pembanguan sektor pelayanan air limbah domestik.
Dalam hal ini peran SKPD adalah menghubungkan dengan
sumber dan memberikan informasi mengenai peluang-
peluang yang bisa ditindak lanjuti oleh UPTD antara lain:

— Studi banding – horizontal learning ke UPTD SPAL-DP


percontohan (yang dinilai lebih baik dan bisa menjadi
sumber pembelajaran)
— Program pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai
TAMS PLP Ditjen Cipta Karya Kemen PUPERA di
Wilayah 1 (Bekasi) atau Wilayah 2 (Surabaya)
— Program pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas
PU Provinsi
— Keterlibatan pihat external dalam upaya capacity
building, seperti penguruan tinggi, konsultan, supplier
— Asosisasi terkait dengan pengelolaan air limbah
domestik perkotaan seperti AKKOPSI dan
FORKALIM.

44
Selain dampingan, pedoman
juga diperlukan

45
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP

7.1 Pentingnya Dukungan Pemda Untuk


Kemitraan Lembaga Operator

“ Upaya pencapaian Hasil dari pengelolaan SPAL-DP dan intervensi pemerintah


target dan mutu melalui penyediaan lingkungan yang mendukung pada
pelayanan membawa akhirnya akan dilihat dari tingkat pencapaian target dan
konsekuensi perlu mutu pelayanannya.
disediakannya sumber
daya yang ada di Upaya pencapaian target dan mutu pelayanan memerlukan
sekitar pemerintah ketersediaan sumber daya pada pemerintah dearah. Dalam
daerah, khusus kenyataannya pemerintah daerah memiliki keterbatasan
dalam bentuk kerja dalam sumber daya. Kekurangan pemerintah dapat diisi
sama dengan usaha oleh pihak swasta dan masyarakat. Oleh karena itu
swasta dan kelompok pemerintah daerah perlu mengeksplorasi potensi swasta
masyarakat.” dan masyarakat agar potensi tersebut dapat didayagunakan
dengan baik.

Pendayagunaan potensi swasta dan masyarakat merupakan


upaya sistematis yang perlu dilakukan oleh pemerintah
daerah melalui SKPD Induk bersama UPTD untuk
mendorong keterlibatan swasta dan masyarakat--sebagai
mitra potensial serta ikut mengambil peran--dalam
pemenuhan kebutuhan pengelolaan SPAL-DP.

Pendayagunaan dukungan mitra dalam pengelolaan SPAL-


DP perlu dilakukan melalui penyiapan payung hukum
dan kebijakan teknis sebagai dasar pelaksanaan dan
pengendalian. Sehingga pemenuhan akses masyarakat
terhadap pelayanan pengelolaan SPAL-DP dapat tercapai.
Secara khusus dukungan mitra bertujuan:
— Mengatasi keterbatasan sumberdaya pemerintah yang
dibutuhkan dalam rangka percepatan pencapaian
cakupan dan mutu pelayanan
— Membangun kepedulian berbagai pihak potensial
untuk terlibat dalam pengelolaan SPAL-DP.

46
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP

7.2 Ruang Lingkup Kegiatan dan Peran Para


Pelaku

Kegiatan yang dilakukan dalam program kemitraan dalam


pengelolaan SPAL-DP meliputi:
— Memetakan mitra potensial yang ada di daerah
— Membangun suasana yang baik (kondusif) yang dapat
menarik mitra untuk terlibat dalam pengelolaan
SPAL-DP
— Menyiapkan kerangka hukum yang dibutuhkan
program kemitraan
— Merencanakan ruang lingkup kegiatan kemitraan
— Menyiapkan dan penandatanganan naskah perjanjian
kemitraan
— Pengendalian dan evaluasi efektivitas pelaksanaan
kemitraan

Tabel 6 menguraikan aspek potensial utuk keterlibatan


pihak ketiga, termasuk wirausaha swasta, CSR, KPP *) dan
MFI **). Dalam konteks ini KPP bertanggung jawab atas
pengelolaan sistem SPAL-DP skala komunal/pemukiman
atas nama lembaga operator UPTD. Selanjutnya UPTD
punya kewajiban utuk memberi pembinaan kepada KPP
tersebut dalam aspek promosi, teknis, penagihan dan
administrasi keuangan.

Tabel 6: Opsi Opsi Kemitraan Dalam Pelayanan SPAL-DP

Pelaku
Kegiatan Kemitraan
Swasta CSR KPP*) MFI*)

— Pembangunan Sistem SPAL-DP Skala Setempat X X


— Pembangunan Sistem SPAL-DP Skala Komunal X
— Pengelolaan Sistem SPAL-DP Skala Komunal X
— Investasi IPLT X
— Pengelolaan Lumpur Tinja dan IPLT X

*) KPP = Kelompok Pengguna dan Pemanfaat. **) MFI = Micro Finance Institute => Bank Lokal/Koperasi

47
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Secara teknis pengembangan dan pelaksanaan kemitraan


pada dasarnya menjadi tanggung jawab UPTD sebagai
lembaga operator yang menerima mandat dalam
pengelolaan SPAL-DP, akan tetapi pelaksanaan kemitraan
ini memerlukan dukungan dari pemerintah daerah dan
SKPD. Gambaran peran pelaku yang terlibat dalam
pengelolaan kemitraan ditampilkan pada tabel 7.
Tabel 7: Peran Pelaku Dalam Program Kemitraan Untuk SPAL-DP

Pelaku
Fungsi Pelaku dalam Kemitraan
Pemda SKPD UPTD Mitra

— Penyediaan peraturan/payung hukum X


— Pengambilan keputusan X
— Promosi dan peminatan X X X
— Penandatanganan MOU Kemitraan X X
— Pelasanaan Kemitraan X X

— Pengendalian / Evaluasi Efektivitas Kerjasama X

7.3 Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan


Penyediaan peraturan merupakan jaminan hukum yang dibutuhkan oleh
Pemerintah Daerah. Peraturan tentang program kemitraan
menjadi bagian yang diatur dalam Perda Pengelolaan Air
Limbah Domestik Perkotaan. Bagi daerah yang belum
memiliki Perda Air Limbah dapat menyiapkan paying
hukum secara khusus dalam bentuk Perwali/Perbup atau
jenis peraturan lain yang sesuai.

Promosi tawaran untuk pengelolaan SPAL-DP dilakukan oleh pemerintah


kemitraan daerah yang secara teknis ditangani oleh SKPD dan UPTD.
Promosi dilakukan kepada pihak-pihak potensial antara
lain wirausaha swasta, CSR, KPP pengelola SPAL-DP
skala komunal, MFI (Micro Finance Institute) dan pihak-
pihak potensial yang berminat. Promosi dilakukan melalui
kegiatan sosialisasi dan/atau pengumuman secara terbuka

48
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP

ditindaklanjuti dengan peminatan. Dalam proses peminatan


ditetapkan kriteria calon mitra yang memenuhi syarat.

Pengambilan keputusan mengenai bentuk kemitraan dan tawaran komitmen yang


akan diberikan oleh pihak mitra dan tuntutan komitmen
atau kompensasai yang diberikan oleh pemerintah daerah
malalui SKPD. Prinsip dalam pelaksanaan kemitraan
ini adalah asas manfaat dan keadilan bagi kedua belah
pihak. Pengambilan keputusan kemitraan untuk SPAL-DP
dilakukan oleh pimpinan SKPD yang telah diberi mandat
secara penuh.

Untuk mengamankan tujuan kemitraan pemerintah daerah


perlu memastikan bahwa layanan menjadi situasi win-win-
win bagi masyarakat dengan mendapatkan layanan yang
lebih adil, sektor swasta dengan memperoleh keuntungan
yang rasional, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan
tata kelola dan prestasi.

MOU merupakan awal untuk kemitraan antara pihak satu dengan pihak
kesepakatan kedua yang ditandatangani oleh masing-masing pimpinan
misalnya antara Pimpinan SKPD dengan Pimpinan Bank
atau Pimpinan Koperasi dan sejenisnya. Tindak lanjut
dari MOU adalah perjanjian kerjasama yang sudah
menggambarkan secara rinci mengenai hak dan kewajiaban
serta tanggungjawab oleh kedua belah pihak. Proses
penyiapan naskah MOU harus dikonsultasikan pada bagian
hukum di sekretariat daerah.

Contoh naskah MOU untuk kegiatan SPAL-DP dapat dilihat pada buku 5 bagian
lampiran Contoh Dokumen Perjanjian Kerjasama.

49
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Penandatangan naskah kerjasama dilakukan setelah kedua belah pihak


perjanjian menyepakati setiap butir atau pasal kerjasama. Dalam
naskah perjanjian kerjasama dijelakan pasal demi pasal
mencakup batasan-batasan, ruang lingkup kegiatan kerja
sama, hak dan kewajiban, proses penyelesaian masalah jika
terjadi perselisihan selama pelaksanaan kemitraan dan
ditetapkan waktu mulai efektif pelaksanaan kemitraan.

Naskah perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani


selanjutnya dijadikan dasar pijakan dalam pelaksanaan
kegiatan dari ke dua belah pihak dan dijadikan rujukan
dalam pengendalian dan evaluasi. Proses penyiapan naskah
perjanjian kerjasama dikonsultasikan dengan bagian hukum
pada sekretariat daerah.

Pengendalian dilakukan oleh SKPD yang telah diberi mandat bertujuan


pelaksanaan kemitraan untuk memastikan kedua belah pihak menjalankan setiap
pasal yang menjadi kewajibannya. Beberapa bagian penting
dalam pengendalian pelaksanaan kemitraan yang perlu
mendapatkan perhatian pemerintah antara lain:

— Perjanjian dengan penyedia jasa penyedotan tinja:


memastikan SOP pengoperasian pelayanan dilaksanakan
dengan benar khususnya memastikan hasil penyedotan
tinja dibawa untuk selanjutnya diolah di IPLT

— Perjanjian dengan penyedia sarana SPAL-DP skala


setempat: memastikan standar teknis dipenuhi
dan ikut mendorong rumah tangga yang dilayani
mempromosikan untuk menjadi pelanggan layanan
SPAL-DP UPTD

— Perjanjian dengan lembaga pembiayaan (MFI):


memastikan sarana yang dibiayai adalah sarana
yang memenuhi syarat dan standar teknis dan ikut
mempromosikan layanan UPTD SPAL-DP.

— Perjanjian dengan kelompok pengelola SPAL-DP skala


komunal: memastikan dilaksanakannya standar

50
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP

pengelolaan sesuai SOP, melakukan pengurasan secara


reguler dan memanfaatkan IPLT.

Evaluasi Evaluasi efektivitas kemitraan dilakukan sesuai dengan


periode yang telah disepakati sebagaimana ditetapkan
dalam pasal perjanjian kerjasama. Dalam evaluasi efektivitas
kemitraan pada prinsipnya upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan tetap terpenuhinya kepentingan
kedua belah pihak. Spirit yang perlu dibangun dalam
evaluasi kemitraan adalah kedua belah pihak terbuka
menerima masukan dan rekomendasi yang kesemuanya
dalam kerangka pelayanan masyarakat yang lebih baik.

POIN PENTING DALAM KEMITRAAN


• Dasar hukum jadi dasar kemitraan yang transparan dapat digunakan
• Membangun/mendorong peran pihak ketiga dalam mendukung pengelolaan
SPAL-DP perlu tupoki yang jelas
• Asas manfaat, kesetaraan dan memenuhi kepentingan pihak mitra

51
Penyedotan lumpur
tinja oleh swasta.
BAB 8 DUKUNGAN KEBIJAKAN SUBSIDI DAN
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN

8.1 Pentingnya Dukungan Kebijakan Subsidi


dan Tarif Retribusi Pelayanan

“Pengelolaan air Keberlanjutan dan keberhasilan UPTD SPAL-DP dalam


limbah pada dasarnya menjalankan tupoksinya akan bergantung pada kecukupan
adalah tanggung biaya operasional yang dibutuhkan. Sebagai bagian dari
jawab pemerintah. lembaga SKPD, pembiayaan operasional UPTD sepenuhnya
Dalam pelaksanaannya bersumber dari alokasi anggaran SKPD. Jaminan bahwa
diupayakan semua kebutuhan biaya operasional mencukupi diperlukan
menerapkan pinsip kepastian hukum yaitu kebijakan atau keputusan
pemulihan biaya paling pemerintah mengenai subdisi dan tarif retribusi pelayanan
tidak untuk operasi dalam pengelolaan SPAL-DP.
dan pemeliharaan.”
Pengelolaan air limbah pada dasarnya adalah tanggung
jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya diupayakan
menerapkan pinsip pemulihan biaya paling tidak untuk
operasi dan pemeliharaan. Atas dasar kebutuhan
operasional dan pelaksanaan pengelolaan pelayanan air
limbah domestik, kebijakan subsidi dan tarif retribusi
pelanggan diperlukan sebagai jaminan keberlanjutan
pelayanan.

Dengan kebijakan subsidi berarti pemerintah menyediakan


alokasi dana secara rutin yang dialokasikan dari APBD yang
diatur melalui Keputusan Walikota/Bupati dan disetujui
oleh DPRD. Kebijakan tarif retribusi pelayanan berarti
pemerintah menetapkan kewajiban masyarakat untuk
membayar atas layanan yang diterima untuk membiayai
operasional UPTD SPAL-DP. Kebijakan tentang besar
dan kecilnya retribusi dan mekanisme pengelolannya
ditetapkan melalui peraturan daerah yang disetujui DPRD.
Kebijakan subsidi dan tarif retribusi pelayanan merupakan
hasil kesepakatan dan keputusan politis antara eksekutif
dan legislatif. Khusus untuk tarif retribusi pelayanan dalam
penetapannya juga mempertimbangkan masukan dan
aspirasi serta kemampuan masyarakat melalui analisis
“daya beli” masyarakat.

53
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Prinsip ‘kewajiban pelayanan publik’ (public service


obligation) perlu diarahkan atas pertimbangan kerangka
kebijakan untuk menutup ‘gap’ antara biaya aktual yang
wajar untuk sistem operasi dan pemeliharaan dan besaran
yang disetujui pemerintah untuk biaya retribusi atau tarif
pelayanan.

Sumber subsidi adalah alokasi dana APBD pada tahun


berjalan dan sumber tarif dan retribusi pelayanan adalah
dari masyarakat penerima manfaat. Petimbangan dalam
penetapan besaran subsidi dan retribusi adalah jumlah
kebutuhan operasional pelayanan oleh UPTD SPAL-DP
baik untuk biaya operasional rutin dan biaya-biaya kegiatan
termasuk kegiatan penguatan kapasitas.

Dalam konteks pengembangan pelayanan SPAL-DP


merupakan hal penting dalam kemajuan UPTD menjadi
BLUD dalam waktu tertentu, di bekirakan 3 s/d 5 tahun.
Perubahan status lembaga ditunjukkan dengan indikator
kemampuan UPTD dapat menutupi 50% biaya operasional
melalui pendapatan tarif atau retribusi pelayanan. Skenario
kebijakan subsidi dan tarif retribusi pelayanan ditampilkan
pada gambar 6:

Gambar 6: Skenario Kebijakan Subsidi dan Tarif

100 OPEX
100% OPEX 50% dari
subsidi OPEX dari pendapatan
Pemda pendapatan;
50% dari
subsidi Pemda

Rp

Pendapatan
dari Tarif
Subsidi
Pemda
Waktu
0 th 3-5 th 5-10 th

UPTD BLUD PD

54
BAB 8 DUKUNGAN KEBIJAKAN SUBSIDI DAN
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN

POIN PENTING KEBIJAKAN SUBSIDI DAN TARIF RETRIBUSI


PELAYANAN
• Dasar Ketersediaan dan kecukupan biaya operasional UPTD dalam
pengelolaan SPAL-DP sesuai dengan rencana pelayanan
• Jaminan dalam penyiapan rencana kerja tahunan UPTD dan keputusan
SKPD dalam penyiapan alokasi biaya UPTD SPAL-DP
• Pendapatan dari pelanggan melalui penagihan tarif retribusi jadi faktor
penting dalam keberlanjutan pelayanan – dimana ada aliran pendapatan
yang dapat diandalkan.

8.2 Bentuk Kebijakan Subsidi dan Tarif


Retribusi Pelayanan

Kelengkapan kebijakan yang perlu dipersiapkan oleh


daerah untuk subsidi dan tarif retribusi pelayanan
disesuaikan dengan prosedur akuntabilitas dan
administrasi antara lain:

— Peraturan Daerah, Peraturan Walikota/Bupati dan


Surat Keputusan
— Pedoman penyusunan anggaran tahunan dan
pengusulan untuk disampaikan kepada Pemerintah
Daerah melalui SKPD yang membidangi pengelolaan
air limbah
— Ditetapkan dalam pedoman perhitungan biaya
operasional dan kriteria untuk menetapkan tarif
retribusi pelayanan kepada pelanggan yang adil dalam
pertimbangan segmentasi daya beli masyarakat
— Pedoman penggunaan dan pelaporan penggunaan
uang serta pedoman pengadimistrasian subsidi/
retribusi

8.3 Pengelolaan Subsidi dan Tarif Retribusi


Pelayanan
Pengelolaan subsidi dan tarif retribusi pelayanan
menyangkut penggunaan uang pemerintah yang dituntut

55
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

untuk memenuhi syarat akuntabilitas.Yang perlu dilakukan


oleh UPTD SPAL-DP adalah sebagai berikut:
— Menyusun rencana kegiatan dan anggaran tahunan
— Konsultasi, koordinasi dan mengusulkan rencana
anggaran tahunan untuk mendapat persetujuan dari
SKPD
— Mengelola anggaran sesuai dengan pedoman dan
ketentuan yang telah ditetapkan SKPD
— Memastikan setiap transaksi dilengkapi dengan
dokumen dan bukti bukti pembayaran yang sah
— Menyiapkan sistem pengangkutan, pencatatan
penerimaan dan pelaporan tarif retribusi pelayanan
sesuai dengan batasan kewenangan yang diberikan.

8.4 Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan

Penyiapan subsidi menjadi bagian dalam proses


perencanaan dan anggatan SKPD yang akan diusulkan ke
dalam RKPD untuk selanjutnya diproses menjadi APBD.
Untuk itu, UPTD SPAL-DP perlu memperhatikan akurasi
dan kecermatan dalam perencanaan kegiatan dan anggaran.
Keputusan besaran subsidi dari SKPD akan bergantung
pada keputusan tim anggaran daerah, untuk itu upaya
komunikasi dan advokasi kepada tim pengambil keputusan
anggaran perlu dilakukan oleh pimpinan UPTD dan SKPD.

Sangat dimungkinkan usulan biaya operasional dan


program UPTD tidak semuanya disetujui, untuk itu
diperlukan upaya pro aktif UPTD dalam memanfaatkan
berbagai sumber pembiayaan untuk program UPTD
SPAL-DP.

56
Promosi perubahan perilaku
(Tebing Tinggi)
Promosi sanitasi
BAB 9 KEBIJAKAN TANGGAP GENDER

Aspek “Tanggap Gender” dalam


Penyediaan Lingkungan Pendukung

Penyediaan Lingkungan yang Mendukung (Governance)


sangat diperlukan dalam pelaksanaan SPAL-DP, karena
pelaksanaan SPAL-DP menjadi tugas pokok dari
Pemerintah Daerah. Selain itu, komponen penyediaan
lingkungan yang mendukung ini akan menjadi salah
satu bagian dari tata pemerintahan yang baik (good
governance) dimana pemerintah daerah juga harus
menggalang dukungan dari pihak-pihak terkait termasuk
masyarakat, sektor swasta dan pihak lain yang peduli
dengan pelaksanaan SPAL-DP. Lingkungan yang mendukung
meliputi beberapa bagian, yaitu;

— Peraturan daerah yang mendukung, penyiapan


rencana pembangunan termasuk memastikan
penganggaran programnya;
— Pembentukan lembaga operator yang mendapatkan
mandat untuk mengelola SPAL-DP
— Pembentukan fungsi pengawasan bagi lembaga
operator; dan
— Menyusun kebijakan terhadap subsidi dan tarif
retribusi pelayanan.

dalam Penyediaan Lingkungan Pendukung untuk


Pelaksanaan SPAL-DP bertujuan untuk lebih memastikan
keberlanjutan pelaksanaan SPAL-DP secara sistemik.Yang
dimaksudkan dengan sistemik adalah pengelolaan SPAL-DP
sudah terbangun ke dalam satu sistem yang kuat sehingga
operasionalisasinya akan berjalan sesuai dengan sistem
yang telah dikembangkan. Untuk memiliki sistem yang
kuat aspek penyediaan lingkungan yang mendukung sangat
diperlukan. Secara khusus, peraturan yang akan dihasilkan
juga mencerminkan dukungan terhadap aspek gender
baik untuk memastikan pemanfaatan pengelolaan SPAL-
DP untuk semua golongan gender maupun pemahaman
gender yang kuat bagi lembaga pengelola SPAL-DP. Tanpa
adanya pemahaman yang kuat dari personel lembaga

59
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

pengelola SPAL-DP, maka tidak akan menghasilkan


dorongan munculnya kebijakan yang pro-gender.

Pada pembentukan lembaga operator, aspek integrasi


gender diwujudkan dengan adanya pembangian peran dan
tugas dari personil lembaga operator, baik laki-laki maupun
perempuan. Penentuan pembagian peran se-yogyanya yang
sesuai dengan kapasitas dan fungsi yang diperlukan bukan
berdasarkan stereotype personil lembaga pengelola yaitu
staf laki-laki hanya akan berperan di dalam tugas-tugas
yang membutuhkan leadership maupun fisik yang kuat
sedangkan staf perempuan lebih di bidang administratif.

Pertimbangan yang sama perlu juga diterapkan ketika


melakukan pembentukan fungsi pengawasan bagi lembaga
operator. Sedangkan untuk menyusun kebijakan subsidi
dan tarif retribusi pelayanan juga harus dilakukan
kajian untuk mempertimbangkan aspek gender yaitu
pemberlakuan kebijakan subsidi harus diberikan tepat
sasaran khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah
ataupun kepada rumah tangga dengan kepala rumah tangga
adalah perempuan. Secara rinci hal-hal yang terkait dengan
pengintegrasian aspek gender di dalam proses penyediaan
lingkungan yang mendukung bagi pelaksanaan SPAL-DP
dapat dilihat di tabel di bawah ini yang mempertimbangkan
kerangka analisa gender berdasarkan analisa APKM (Akses,
Partisipasi, Kontrol dan Manfaat).

60
BAB 9 KEBIJAKAN TANGGAP GENDER

Tabel 8 Analisis Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat dalam


Penyediaan Dukungan Untuk SPAL-DP

Aspek Gender Integrasi Gender Indikator Keberhasilan

Melakukan kajian gender


Kajian gender dilakukan terhadap
terkait pelaksanaan SPAL-DP
regulasi yang ada untuk penyusunan
yang akan digunakan sebagai
regulasi (existing atau baru) terkait
input untuk penyusunan
SPAL-DP yang responsive gender.
regulasi terkait SPAL-DP.
Akses
Melakukan pendekatan
PPRG untuk perencanaan Naiknya persentase nilai program-
dan penganggaran program- program yang mendukung pelaksanaan
program yang mendukung SPAL-DP dari tahun ke tahun.
pelaksanaan SPAL-DP.

Melibatkan staf lembaga


Jumlah staf lembaga operator (laki-laki
operator (laki-laki dan
dan perempuan) yang telah terlibat
perempuan) untuk terlibat
Partisipasi aktif dalam penyusunan regulasi dan
dalam penyusunan regulasi
program-program yang responsive
dan program-program yang
gender.
responsive gender.

Memberikan kesempatan bagi


staf laki-laki dan perempuan Jumlah staf lembaga operator (laki-
dari lembaga operator laki dan perempuan) untuk ikut
Kontrol untuk ikut menentukan dan menentukan dan merancang regulasi
merancang regulasi yang yang mendukung pelaksanaan
mendukung pelaksanaan SPAL-PD.
SPAL-PD.

— Jumlah staf perempuan dan laki-laki


yang diangkat berdasarkan regulasi
yang ada untuk bekerja pada
lembaga operator SPAL-DP
Regulasi yang mendukung — Munculnya regulasi pembentukan
pemberian kesempatan yang lembaga operator yang mendukung
Manfaat sama bagi laki-laki staf dan kesetaraan gender dalam personel
perempuan bekerja pada yang bekerja di lembaga ini
lembaga operator SPAL-DP. — Munculnya regulasi terkait
pemberian subsidi bagi keluarga
berpenghasilan rendah dan Rumah
Tangga yang Kepala Rumah
Tangganya adalah perempuan.

61
LAMPIRAN 1
CONTOH PERATURAN
WALIKOTA TENTANG
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DOMESTIK
PERKOTAAN (SPAL-DP)
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

63
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

64
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

65
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

66
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

67
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

68
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

69
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

70
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

71
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

72
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

73
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

74
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)

75
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

76
LAMPIRAN 2
CONTOH PERWALI
TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD
SPAL-DP

96
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

78
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

79
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

80
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

81
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

82
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

83
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

84
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

85
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

86
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

87
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

88
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

89
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

90
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP

91
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN 3
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH
(RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DOMESTIK

111
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA ……
NOMOR....TAHUN....
TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA


WALIKOTA/BUPATI ……

Menimbang :
a. bahwa dalam meningkatkan lingkungan yang
baik dan sehat, serta untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal merupakan
hak konstitusional warga negara yang dijamin
dalam Undang-Undang Dasar 1945, sehingga
menjadi kewajiban bagi Pemerintah Daerah
untuk menetapkan kebijakan daerah mengenai
upaya kesehatan dan kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. bahwa sebagian air limbah domestik/rumah
tangga yang dihasilkan di Kabupaten/Kota
........... dibuang langsung ke media lingkungan
atau badan air, berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
dan sumber daya air, yang dapat menurunkan
derajat kesehatan dan produktifitas kegiatan
manusia;
c. bahwa pengelolaan air limbah domestik/rumah
tangga merupakan urusan pemerintah daerah

93
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

dalam rangka pelayanan umum yang harus


dilaksanakan secara sinergi, berkelanjutan dan
profesional, guna terkendalinya pembuangan
air limbah domestik; terlindunginya kualitas
air tanah dan air permukaan; meningkatkan
upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
khususnya sumber daya air.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf
c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Air Limbah Domestik;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3046);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
503);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaaan Lingkungan
Hidup, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman

94
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5188);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (Iembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO5 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor a585);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum;
10. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014
tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 389);
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/
PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang;

95
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
193);
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1815);
15. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ...........
antara lain yang mengatur tentang:
- Bangunan Gedung
- Perijinan
- Retribusi Jasa Umum
- PPLH

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/
KOTA ...........
dan
BUPATI/WALIKOTA ...........

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

96
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Daerah adalah Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota ……..
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kab/Kota .....................yang
selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Pemerintah Daerah adalah Bupati/Walikota dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
7. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut perangkat
daerah merupakan organisasi atau lembaga pada  Pemerintah
Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
8. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga
termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
9. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha
dan /atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan

97
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.


10. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dilepas ke dalam
lingkungan.
11. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik yang selanjutnya
disingkat SPAL adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan
nonfisik (peraturan, kelembagaan, keuangan, administrasi,
dan peran masyarakat), dari prasarana dan sarana Air Limbah
Domestik.
12. Penyelenggaraan SPAL adalah upaya yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan dalam merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengoperasikan, memelihara,
merehabilitasi, memanfaatkan, memberdayakan masyarakat,
memantau dan mengevaluasi sistem fisik dan nonfisik
pengelolaan Air Limbah.
13. Lembaga Operator Air Limbah adalah unit yang mendapatkan
mandat dan/atau ijin dari pemerintah daerah untuk
melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
air limbah yang dapat berbentuk unit pelaksana teknis (UPTD),
badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta,
dan/atau kelompok masyarakat.
14. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun
penduduk sebagai orang perseorangan, kelompok, maupun
badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik baik secara langsung maupun tidak langsung
dan memiliki hak dan kewajiban dalam pelayanan air limbah.
15. Orang adalah orang dan/atau badan hukum.
16. Rumah tinggal adalah unit penerima manfaat terkecil didalam
SPAL.
17. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat yang selanjutnya
disingkat SPAL-T adalah SPAL secara kolektif melalui jaringan
pengumpul dan diolah di IPAL serta dilepas ke lingkungan.
18. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat yang selanjutnya

98
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

disingkat SPAL-S adalah SPAL secara individual dan/atau


komunal, melalui pengolahan setempat dan dilepas ke
lingkungan.
19. Jaringan Perpipaan Air Limbah adalah jaringan pengumpul
air limbah dari sumber ke IPAL yang terdiri atas pipa tersier,
sekunder, dan primer beserta kelengkapannya.
20. Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik yang selanjutnya
disingkat IPAL adalah sarana pengolahan air limbah domestik
yang dapat menghasilkan efluen yang memenuhi baku mutu
yang ditetapkan (oleh Pemerintah dan atau pemerintah daerah).
21. Sistem Layanan Lumpur Tinja yang selanjutnya disingkat SLLT
adalah suatu pengelolaan lumpur tinja yang dilakukan secara
terpadu meliputi komponen operasi penyedotan, pengangkutan,
pengolahan, pelepasan dan/atau pemanfaatan kembali.
22. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disingkat
IPLT adalah instalasi pengolahan lumpur tinja yang hanya
menerima lumpur tinja dari sarana penyedotan.
23. Efluen adalah cairan hasil proses pengolahan air limbah yang
keluar dari unit pengolahan air limbah.
24. Lumpur Tinja adalah campuran cairan dan padatan hasil
proses pengolahan primer air limbah domestik.
25. Tangki septik adalah bak kedap air untuk mengolah air
limbah/tinja menggunakan proses anaerob yang terdiri dari
kompartemen pengurai dan kompartemen pengendapan serta
dilengkapi dengan bidang resapan, sebelum efluen dibuang ke
lingkungan.
26. Perencanaan adalah proses kegiatan untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu
terkait dengan aspek fisik dan aspek nonfisik.
27. Pembangunan adalah kegiatan mendirikan baru atau
memperbaiki prasarana dan sarana fisik yang digunakan
dalam pengelolaan air limbah domestik.
28. Operasi dan pemeliharaan adalah kegiatan operasional dan

99
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

pemeliharaan prasarana dan sarana fisik yang digunakan


dalam pengelolaan air limbah domestik.
29. Pemantauan adalah kegiatan pengamatan menyeluruh dan
terpadu sejak tahap perencanaan, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan pengelolaan air limbah domestik.
30. Evaluasi adalah kegiatan penilaian hasil pemantauan
terhadap seluruh perencanaan, pembangunan, operasi,
dan pemeliharaan penyelenggaraan pengelolaan air limbah
domestik untuk kemudian dijadikan rekomendasi terhadap
peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja pengelolaan air
limbah domestik.
31. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
32. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
33. Tarif adalah kebijakan harga jual suatu produk atau
jasa layanan yang didasarkan atas komponen biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa layanan.

Pasal 2
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan air limbah domestik ini
disusun dengan berdasarkan pada asas:
a. pengayoman;
b. keadilan;
c. ketertiban dan kepastian hukum;
d. akuntabilitas, transparansi, daya tanggap, dan partisipasi;

100
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

e. manfaat;
f. kelestarian dan keberlanjutan;
g. keterpaduan;
h. pencemar membayar.

Pasal 3
(1) Peraturan tentang pengelolaan air limbah domestik ini bertujuan
untuk:
a. mengendalikan pembuangan air limbah domestik ke
lingkungan sesuai baku mutu yang berlaku;
b. melindungi kualitas air tanah dan air permukaan;
c. meningkatkan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
khususnya sumber daya air;
d. menjaga dan meningkatkan kesehatan lingkungan;
e. meningkatkan kinerja pelayanan pengelolaan air limbah
domestik.
(2) Ruang lingkup pengaturan pengelolaan air limbah domestik
dalam Peraturan Daerah ini meliputi:
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;
b. Penyelenggaraan SPAL
c. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah;
d. Hak dan Kewajiban
e. Peran Serta Masyarakat
f. Pembiayaan
g. Retribusi dan Tarif

101
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

h. Kerjasama dan Kemitraan


i. Perijinan
j. Larangan
k. Sanksi
l. Penanganan Konflik dan Sengketa.

BAB II
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 4
(1) Pengelolaan air limbah domestik harus dilakukan secara
sistematis, menyeluruh, berkesinambungan, dan terpadu antara
aspek fisik dan non fisik dalam lingkup wilayah administrasi
daerah.
(2) Aspek fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek
teknik sarana dan prasarana.
(3) Aspek non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
aspek peraturan, kelembagaan, keuangan, kebijakan retribusi,
manajemen dan pengendalian serta peran serta masyarakat dan
swasta.

Pasal 5
(1) SPAL terdiri dari:
a. SPAL-Terpusat; dan
b. SPAL-Setempat.
(2) Pemilihan SPAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. rencana tata ruang wilayah;

102
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

b. cakupan dan mutu pelayanan;


c. kepadatan penduduk;
d. kedalaman muka air tanah;
e. permeabilitas tanah;
f. kemiringan tanah;
g. resiko lingkungan;
h. kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat;
i. kemampuan dan kebijakan pemerintah daerah.

Bagian Kesatu
SPAL-Terpusat
Pasal 6
Cakupan pelayanan SPAL-T sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a, mencakup:
a. skala perkotaan, yaitu meliputi layanan untuk lingkup kota atau
regional;
b. skala permukiman, yaitu meliputi layanan untuk lingkup
permukiman;
c. skala kawasan tertentu, yaitu meliputi layanan untuk lingkup
kawasan komersial dan/atau bangunan tertentu seperti rumah
susun, hotel, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran.

Pasal 7
(1) Dalam hal sudah terdapat jaringan SPAL-T skala perkotaan,
setiap SPAL-T skala permukiman dan skala kawasan tertentu
yang berada dalam wilayah pelayanan SPAL-T skala perkotaan,
harus disambungkan pada SPAL-T skala perkotaan.

103
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(2) Dalam hal permukiman baru dengan jumlah lebih dari 10


(sepuluh) unit rumah tinggal, yang belum termasuk dalam
wilayah pelayanan SPAL-T skala perkotaan, permukiman baru
tersebut harus membuat SPAL-T skala permukiman sesuai
persyaratan teknis yang berlaku.

Pasal 8
Komponen SPAL-T sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a, terdiri dari:
a. unit pelayanan, yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan air limbah domestik dari sumber ke unit
pengumpulan;
b. unit pengumpulan, yang berfungsi untuk mengumpulkan air
limbah domestik dari unit pelayanan melalui jaringan pengumpul
dan menyalurkan ke unit pengolahan;
c. unit pengolahan, yang berfungsi untuk mengolah air limbah
domestik dan lumpur; dan
d. unit pembuangan akhir, berfungsi untuk menyalurkan efluen air
limbah dan menampung lumpur tinja hasil pengolahan.

Pasal 9
(1) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a
terdiri dari sambungan rumah dan lubang inspeksi;
(2) Unit pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
b merupakan jaringan pengumpul yang terpisah dari jaringan
drainase;
(3) Unit pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c
berupa sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) yang terdiri dari fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan
zona penyangga;

104
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

(4) Unit Pembuangan Akhir sebagaimana dimaksud pada Pasal


8 huruf d, meliputi sarana pembuangan efluen dan sarana
penampungan sementara lumpur hasil pengolahan.
(5) Sarana pembuangan efluen sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) berupa sistem perpipaan yang menyalurkan efluen hasil
olahan ke badan air penerima atau saluran drainase.
(6) Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan
sebagaimana disebut pada ayat (4) adalah bangunan dan/atau
wadah penampung lumpur hasil olahan, sebelum dibuang ke
tempat pemrosesan akhir sampah atau untuk dimanfaatkan
lebih lanjut.
Pasal 10
(1) IPAL sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) dapat
berupa IPAL komunal dan/atau IPAL kota.
(2) IPAL komunal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai cakupan pelayanan skala permukiman atau skala
kawasan tertentu.
(3) IPAL kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
cakupan pelayanan skala perkotaan.

Pasal 11
Dalam hal fasilitas utama unit pengolahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf c tidak dilengkapi dengan bangunan pengolahan
lumpur maka lumpur yang dihasilkan tersebut harus diangkut dan
diolah di IPAL yang memiliki bangunan pengolahan lumpur atau
diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

Pasal 12
(1) Efluen yang dibuang ke badan air penerima dan/atau saluran
drainase harus memenuhi standar baku mutu Air Limbah
Domestik.

105
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(2) Lokasi pembuangan akhir efluen, harus memperhatikan faktor


keamanan pengaliran sumber air baku dan daerah terbuka.

Bagian Kedua
SPAL-Setempat
Pasal 13
(1) Cakupan pelayanan SPAL-S sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf b, mencakup:
a. skala individual; dan/atau
b. skala komunal.
(2) Cakupan pelayanan skala individual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diatas, meliputi layanan untuk lingkup 1
(satu) unit rumah tinggal atau unit bangunan lain.
(3) Cakupan pelayanan skala komunal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diatas, terdiri atas lingkup:
a. rumah tinggal untuk lingkup 2 (dua) sampai dengan 10
(sepuluh) unit rumah tinggal, dan/atau
b. Mandi Cuci Kakus yang selanjutnya disingkat (MCK) yang
meliputi layanan untuk lingkup 10 (sepuluh) sampai dengan
200 (dua ratus) jiwa.
(4) Pembangunan dan pengelolaan MCK mengikuti persyaratan
dan ketentuan teknis yang berlaku.

Pasal 14
Dalam hal permukiman baru tidak termasuk dalam skala cakupan
pelayanan SPAL-T skala permukiman dan skala perkotaan, maka
permukiman baru tersebut harus membuat SPAL-S skala komunal
lingkup rumah tangga atau SPAL-T skala permukiman sesuai
persyararan teknis yang berlaku.

106
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pasal 15
(1) Komponen SPAL-S sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf b terdiri dari:
a. unit pengolahan setempat
b. unit pengangkutan;
c. unit pengolahan lumpur tinja; dan
d. unit pembuangan akhir.
(2) Unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a berfungsi untuk menampung dan mengolah air
limbah domestik dari rumah tinggal dan/atau MCK.
(3) Unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat berupa:
a. tangki septik dengan sistem resapan;
b. biofilter; dan/atau
c. unit pengolahan air limbah domestik setempat fabrikasi
lainnya sesuai perkembangan teknologi dan dinyatakan
layak secara teknis oleh peraturan perundang-undangan.
(4) Unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku.

Pasal 16
(1) Lumpur tinja yang terbentuk di tangki septik dengan sistem
resapan pada unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) huruf a harus disedot secara berkala
dan terjadwal, diangkut ke, dan diolah di IPLT.
(2) Lumpur tinja yang terdapat di biofilter dan/atau unit pengolahan
air limbah fabrikasi lainnya pada unit pengolahan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b dan c,

107
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

harus disedot secara berkala dan terjadwal sesuai spesifikasi


pabrik, diangkut ke, dan diolah di IPLT
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang penyedotan lumpur tinja
terjadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati/Walikota

Pasal 17
(1) Unit pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b, berfungsi untuk melakukan penyedotan,
pengangkutan, dan pembuangan lumpur tinja dari unit
pengolahan setempat ke IPLT.
(2) Unit pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas,
dapat berupa truk tinja atau alat angkut lainnya yang sesuai.
(3) Unit pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas,
harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta diberi
tanda pengenal khusus sebagai kendaraan pengangkut lumpur
tinja.

Pasal 18
(1) Unit pengolahan lumpur tinja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf c, berfungsi untuk mengolah lumpur
tinja dari unit pengolahan setempat dan/atau lumpur dari unit
pengolahan SPAL-T.
(2) Unit pengolahan lumpur tinja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa prasarana dan sarana IPLT yang terdiri dari
fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan zona penyangga.

Pasal 19
Ketentuan mengenai unit pembuangan akhir pada SPAL-S
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf d, mengikuti

108
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

ketentuan mengenai unit pembuangan akhir pada SPAL-T


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4), ayat (5) dan ayat (6)
dan Pasal 12.

BAB III
PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DOMESTIK
Pasal 20
Penyelenggaraan SPAL meliputi:
a. perencanaan;
b. pembangunan;
c. operasi dan pemeliharaan;
d. pemanfaatan; dan
e. pemantauan dan evaluasi.

Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 21
Perencanaan SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
a, meliputi:
a. rencana induk;
b. rencana operasionalisasi pelayanan
c. studi kelayakan; dan
d. perencanaan teknis.

109
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 22
(1) Rencana induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
a disusun berdasarkan:
a. rencana pengelolaan sumber daya air;
b. rencana tata ruang wilayah; dan
c. kebijakan dan strategi SPAL yang ditetapkan.
(2) Rencana induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
a, ditetapkan untuk jangka waktu 20 tahun, dan dilakukan
peninjauan ulang atau evaluasi setiap lima tahun sekali.
(3) Rencana Induk SPAL ditetapkan dengan Peraturan Bupati/
Walikota.

Pasal 23

(1) Rencana operasionalisasi pelayanan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 huruf b adalah rumusan rencana tindak daerah
dengan periode lima tahun untuk skala kota yang mencakup
seluruh sistem dan skala pelayanan.

(2) Penanggung jawab penyusunan rencana operasionalisasi


tersebut adalah perangkat daerah terkait.

(3) Rencana operasionalisasi mencakup tiga kategori, yaitu:

a. Cakupan dan mutu pelayanan;


b. Lingkungan pendukung, mencakup regulasi, kelembagaan,
perencanaan, pengawasan, anggaran, dan kebijakan
retribusi;
c. Penguatan kapasitas lembaga operator mencakup
pengelolaan administrasi, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan

110
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

keuangan dan pendapatan, kemitraan, pengelolaan peran


serta masyarakat, dan pelayanan umpan balik masyarakat.
(4) Rencana operasionalisasi ini disusun secara partisipatif.
(5) Rencana operasionalisasi ini disepakati oleh perangkat daerah
terkait dan disahkan oleh Bupati/Walikota.
(6) Rencana operasionalisasi ini dimutakhirkan secara berkala
paling tidak setiap tahun.
(7) Rencana operasionalisasi ini menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan dan penganggaran tahunan daerah.

Pasal 24
(1) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
c, disusun berdasarkan:
a. rencana induk SPAL yang telah ditetapkan,
b. kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan
c. kajian lingkungan, sosial, hukum, dan kelembagaan.
(2) Studi kelayakan berlaku paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 25
(1) Perencanaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf c, disusun berdasarkan:
a. rencana induk SPAL yang telah ditetapkan;
b. hasil studi kelayakan;
c. jadwal pembangunan;
d. kepastian sumber pembiayaan;
e. kepastian hukum;

111
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

f. ketersediaan lahan; dan


g. hasil konsultasi dengan instansi teknis terkait.
(2) Perencanaan teknis SPAL dilakukan dengan mengacu pada
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang berlaku.

Bagian Kedua
Pembangunan Sarana Prasarana
Pasal 26
(1) Pembangunan meliputi kegiatan pembangunan baru dan/atau
rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah domestik.
(2) Pembangunan prasarana dan sarana air limbah harus dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan, standar teknis yang berlaku,
dan prinsip yang berwawasan lingkungan.
(3) Pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
perencanaan teknis yang telah ditetapkan.
(4) Penanggung jawab pelaksanaan pembangunan sarana dan
prasarana sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Operasi dan Pemeliharaan
Pasal 27
(1) Operasi dan pemeliharaan SPAL-T mencakup kegiatan:
a. pengolahan air limbah domestik;
b. pemeriksaan dan perbaikan jaringan perpipaan;
c. pemeriksaan dan pembersihan kotoran di bak kontrol;

112
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

d. penggelontoran sistem jaringan secara berkala;


e. penggantian komponen yang rusak atau jatuh tempo;
f. pemeriksaan efluen dari unit pengolahan secara berkala,
dan
g. perawatan IPAL serta bangunan pendukung lainnya.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh lembaga operator air limbah domestik.

Pasal 28
(1) Operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana SPAL-S skala
komunal mencakup kegiatan:
a. pengolahan air limbah domestik;
b. pemeriksaan dan perbaikan jaringan dan unit pengolahan
setempat;
c. pembersihan lumpur pada bak kontrol;
d. penggelontoran jaringan pipa;
e. perbaikan dan penggantian komponen; dan
f. penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja secara berkala
dan terjadwal.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh kelompok pengguna SPAL-S skala komunal

Pasal 29
(1) Operasi dan pemeliharaan SPAL-S skala individual mencakup
kegiatan:

113
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

a. pengolahan air limbah domestik;


b. pemeriksaan unit pengolahan setempat;
c. perbaikan dan penggantian komponen; dan
d. penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja secara berkala
dan terjadwal.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh individu.

Pasal 30
(1) Operasi dan pemeliharaan unit pengangkutan lumpur tinja
mencakup kegiatan:
a. penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja;
b. pemeriksaan alat angkut lumpur tinja; dan
c. perbaikan dan penggantian komponen.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau operator
penyedotan lumpur tinja.

Pasal 31
(1) Lumpur tinja dari SPAL-S skala komunal dan individual dibuang
dan diolah di IPLT.
(2) Operasi dan pemeliharaan IPLT meliputi kegiatan:
a. Penerimaan lumpur tinja
b. pengolahan lumpur tinja;
c. pemeriksaan dan perbaikan IPLT;

114
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

d. pemeriksaan dan pembersihan lumpur di masing-masing


unit atau bak pengolah;
e. perbaikan dan penggantian komponen;
f. perawatan IPLT dan bangunan pendukung lainnya sesuai
dengan petunjuk operasi;
g. pemanfaatan dan/atau pembuangan lumpur hasil
pengolahan.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
oleh operator IPLT.

Bagian Keempat
Pemanfaatan
Pasal 32

(1) Setiap orang dapat memanfaatkan efluen dan/atau lumpur


yang dihasilkan dari SPAL untuk keperluan tertentu.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemanfaatan efluen dan/atau
lumpur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan peraturan Bupati/Walikota.

Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi
Pasal 33

(1) Pemantauan dilaksanakan terhadap seluruh aspek SPAL baik


fisik maupun non fisik.

115
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(2) Evaluasi dilaksanakan terhadap hasil perencanaan,


pembangunan, dan operasional dalam penyelenggaraan SPAL.
(3) Hasil evaluasi menjadi dasar perbaikan dan peningkatan
kinerja SPAL.
(4) Pemantauan dan evaluasi SPAL-T skala perkotaan dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten/Kota.
(5) Pemantauan dan evaluasi SPAL-T skala permukiman dan skala
kawasan tertentu dilakukan oleh operator air limbah domestik.
(6) Pemantauan dan evaluasi SPAL-S dilakukan oleh individu atau
kelompok masyarakat dengan pembinaan dan pengawasan
dari pemerintah daerah.
(7) Operator air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) wajib melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi
kepada pemerintah Kabupaten/Kota secara berkala melalui
perangkat daerah yang bertanggung jawab pada urusan air
limbah domestik.
(8) Ketentuan tentang pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
dapat diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati/Walikota.

BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH
Pasal 34
Pemerintah Daerah bertugas:
a. menyusun rencana SPAL secara menyeluruh;
b. membangun dan/atau mengembangkan prasarana dan sarana
SPAL;
c. melaksanakan pendidikan, penyuluhan dan sosialisasi serta
pembinaan dalam rangka menumbuh-kembangkan kesadaran
masyarakat;

116
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

d. melakukan pemantauan dan evaluasi SPAL;


e. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat,
dan lembaga operator SPAL-T; dan
f. menetapkan standar pelayanan pengelolaan air limbah
domestik skala kota.

Pasal 35
Pemerintah daerah berwenang:
a. menetapkan kebijakan dan strategi SPAL;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dengan
mengacu kepada kebijakan Pemerintah;
c. memberi izin dan rekomendasi;
d. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
air limbah domestik yang dilaksanakan oleh masyarakat, dan/
atau operator air limbah;
e. melaksanakan pengembangan kelembagaan air limbah,
kerjasama antar daerah, kemitraan, dan jejaring tingkat
kabupaten/kota dalam pengelolaan air limbah domestik; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
dalam pengelolaan air limbah domestik sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 36
Kelembagaan
(1) Penyelenggaraan SPAL merupakan lintas urusan dan melibatkan
lintas SKPD.
(2) Penanggung jawab utama penyelenggaraan sistem pengelolaan
air limbah domestik adalah perangkat daerah yang mewadahi
bidang Pekerjaan Umum.

117
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(3) Pemerintah Daerah dapat membentuk lembaga operator untuk


menjalankan kegiatan teknis operasional pengelolaan air limbah
domestik.
(4) Lembaga operator sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berbentuk:
a. Unit Pelaksanan Teknis Daerah (UPTD)
b. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); dan/atau
c. Badan Usaha Milik Daerah.
(5) Pendirian dan/atau pembentukan lembaga operator sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) mengikuti ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 37
Tugas dan kewenangan lembaga operator sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (4) dapat mencakup:
a. penyusunan rencana teknis dan/atau rencana bisnis;
b. pengelolaan sarana dan prasarana SPAL-T skala kota;
c. pelaksanaan pembangunan sambungan rumah SPAL-T;
d. operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi SPAL-T skala kota;
e. pengelolaan lumpur tinja termasuk operasi dan pemeliharaan
IPLT;
f. pemantauan dan evaluasi SPAL-T skala kota;
g. pengawasan SPAL-T skala permukiman dan skala kawasan
tertentu;
h. pembinaan kepada lembaga atau kelompok masyarakat
pengelola SPAL-T skala permukiman dan skala kawasan
tertentu;
i. sosialisasi dan promosi SPAL-T skala Kota;

118
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

j. penetapan standar pelayanan publik;


k. pengelolaan pelayanan pengaduan masyarakat terkait SPAL;
l. pemungutan retribusi dan atau tarif atas jasa pelayanan sesuai
ketentuan.

Pasal 38
Pembinaan dan Pengawasan
(1) Pembinaan dan Pengawasan adalah proses kegiatan agar
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pengelolaan air
limbah domestik berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan SPAL
diarahkan untuk:
a. meningkatkan efisiensi dan kesesuaian pelaksanaan
penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik
terhadap kriteria dan standar yang telah disepakati;
b. menjamin pencapaian tingkat dan mutu pelayanan sesuai
dengan rencana operasionalisasi yang telah disepakati;
c. meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan SPAL.
(3) Tugas pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh perangkat daerah yang berwenang
dan/atau pihak diluar pemerintah yang mendapat mandat resmi
dari pemerintah daerah.

Pasal 39
Sosialisasi dan Promosi
(1) Sosialisasi dan promosi pengelolaan air limbah domestik
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau lembaga lain yang

119
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

diberi mandat ke seluruh lapisan masyarakat dalam upaya


peningkatan penyehatan lingkungan serta tingkat kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.
(2) Sosialisasi dan promosi bertujuan untuk perubahan perilaku
masyarakat melalui penyampaian informasi dan peningkatan
pemahaman tentang manfaat sistem pengelolaan air limbah
domestik, standar teknik sarana prasarana air limbah, dan
biaya terkait pengelolaan sarana dan prasarana tersebut.
(3) Untuk melaksanakan sosialisasi dan promosi, Pemerintah
Daerah dapat membentuk tim lintas instansi yang diatur lebih
lanjut melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.

BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 40
Dalam kegiatan pengelolaan air limbah domestik, masyarakat
berhak untuk:
a. mendapatkan kondisi lingkungan yang baik, sehat, dan aman
dari pencemaran air limbah domestik;
b. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan air limbah domestik
yang layak;
c. mendapatkan pembinaan pola hidup sehat dan bersih melalui
pengelolaan air limbah domestik yang ramah lingkungan;
d. mendapatkan rehabilitasi lingkungan karena dampak negatif
yang telah maupun akan terjadi dari kegiatan pengelolaan air
limbah domestik; dan
e. mendapatkan informasi tentang kebijakan dan rencana
pengembangan pengelolaan air limbah domestik.

120
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pasal 41
Setiap orang atau Badan berkewajiban untuk:
a. mengelola air limbah domestik yang dihasilkan melalui SPAL-S
atau SPAL-T sesuai ketentuan yang berlaku;
b. melakukan penyedotan lumpur tinja secara berkala dan terjadwal
bagi yang menggunakan SPAL-S, SPAL-T skala permukiman,
dan SPAL-T skala kawasan tertentu; dan
c. membayar biaya pengelolaan air limbah domestik dalam bentuk
retribusi dan atau iuran.

BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 42

(1) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan SPAL meliputi:


a. keterlibatan dalam proses perencanaan dan penyusunan
kebijakan pengelolaan air limbah domestik;
b. keterlibatan dalam pembangunan dan atau operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana SPAL;
c. penyampaian informasi terkait kondisi pengelolaan air
limbah di wilayah atau kawasan tertentu;
d. penyampaian saran dan pendapat untuk peningkatan kinerja
pengelolaan air limbah domestik; dan
e. penyampaian laporan terkait adanya pelanggaran dalam
penyelenggaraan pengelolaan air limbah dan atau
pencemaran lingkungan dari hasil pembuangan air limbah
domestik.

121
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(2) Tatacara penyampaian informasi, saran, pendapat, dan laporan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, e, dan f mengikuti
mekanisme yang berlaku di daerah.

Pasal 43
(1) Sebagai bentuk peran serta dalam pembangunan dan atau operasi
dan pemeliharaan sarana dan prasarana SPAL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b, masyarakat dapat
membentuk wadah atau kelompok untuk mengelola sarana dan
prasarana SPAL;
(2) SPAL yang dimaksud pada ayat (1) adalah SPAL-S skala komunal
dan SPAL-T skala permukiman yang dibangun oleh pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, donor, atau pihak lainnya.
(3) Wadah atau kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk secara sukarela dengan prinsip sosial, mandiri, nirlaba,
dan demokratis yang selanjutnya disebut sebagai kelompok
masyarakat.
(4) Kedudukan kelompok masyarakat adalah sebagai bentuk
organisasi kemasyarakatan yang tidak berbadan hukum atau
dapat berbadan hukum.
(5) Tugas kelompok masyarakat mencakup:
a. merencanakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan
prasarana SPAL;
b. mengelola operasi dan pemeliharaan SPAL;
c. mempromosikan pemanfaatan SPAL kepada masyarakat
sehingga kapasitas sistem terpenuhi;
d. memfasilitasi masyarakat pengguna SPAL dalam membahas
dan menyepakati pembiayaan SPAL;
e. melakukan evaluasi dengan melibatkan masyarakat pengguna
SPAL dan membuat laporan evaluasi; dan

122
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

f. menyampaikan laporan evaluasi kepada masyarakat


pengguna dan lembaga operator.
(6) Dalam melaksanakan tugasnya kelompok masyarakat memiliki
hak untuk:
a. mendapat pembinaan teknis dan non teknis dari Pemerintah
Daerah melalui perangkat daerah terkait atau lembaga
operator;
b. melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, lembaga
operator dan atau pihak/lembaga yang terkait dalam rangka
pengembangan dan keberlanjutan wadah atau kelompok;
(7) Kelompok masyarakat memiliki kewenangan untuk:
a. mengatur dan mengurus organisasi kelompok masyarakat;
b. menarik iuran dari masyarakat pengguna;
c. mengelola dana iuran sesuai kesepakatan kelompok.

BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 44
Pembiayaan Pembangunan

(1) Pembiayaan pembangunan sarana prasarana SPAL-S skala


individu dan skala komunal bersumber dari masyarakat
langsung dan/atau melalui skema keuangan mikro.
(2) Pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana SPAL-S skala
individu dan komunal bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) berasal dari APBD dan atau sumber lain yang sah.
(3) Pembiayaan pembangunan kelengkapan pelayanan SPAL-S
dalam hal ini adalah pengangkutan dan pengolahan lumpur

123
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

tinja (IPLT) berasal dari APBD, Pemerintah, atau sumber lain


yang sah.
(4) Pembiayaan pembangunan komponen utama sarana prasarana
SPAL-T berasal dari APBD, Pemerintah, atau sumber lain yang
sah.
(5) Pembiayaan pembangunan sambungan rumah untuk
menyambung dengan SPAL-T berasal dari masyarakat sendiri
dan/atau melalui skema keuangan mikro.
(6) Pembiayaan pembangunan sambungan rumah untuk
menyambung dengan SPAL-T bagi MBR berasal dari subsidi
APBD dan/atau sumber lain yang sah.
(7) Pembiayaan yang berasal dari luar APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) wajib mengembangkan mekanisme permohonan
dimana Pemda memiliki komitmen untuk pengelolaan asset dan
berdasarkan atas perencanaan sesuai pasal 15 dan 16

Pasal 45
Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan
(1) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SPAL-S
skala individu bersumber dari individu.
(2) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SPAL-S
skala skala komunal bersumber dari pengguna melalui iuran
yang disepakati dan atau sumber lain yang sah.
(3) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan kelengkapan pelayanan
SPAL-S dalam hal ini adalah pengangkutan dan pengolahan
lumpur tinja (IPLT) berasal dari masyarakat melalui retribusi
dan/atau tariff, subsidi APBD dan/atau sumber lain yang sah.
(4) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana
SPAL-T skala permukiman, kawasan dan kota bersumber dari
masyarakat melalui retribusi dan/atau tariff.

124
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

(5) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SPAL-S


dan SPAL-T dapat disubsidi oleh pemerintah jika retribusi dan/
atau tariff tidak memenuhi biaya operasi dan pemeliharaan
secara penuh.

BAB VIII
Pengelolaan Aset
Pasal 46
(1) Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah merupakan barang
bergerak dan tidak bergerak yang diantaranya merupakan aset
negara dan atau aset daerah yang selanjutnya disebut sebagai
aset;
(2) Terkait dengan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperlukan penatausahaan dan pengelolaan aset yang mengikuti
ketentuan perundang-undangan dan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Daerah.

BAB IX
RETRIBUSI DAN TARIF
Pasal
47
(1) Retribusi dan atau tarif jasa pelayanan air limbah domestik
dikenakan atas jasa pelayanan SPAL-T, pelayanan penyedotan
lumpur tinja dan/atau pembuangan lumpur tinja ke IPLT yang
dikelola oleh pemerintah daerah.
(2) Pemerintah daerah berwenang memungut retribusi dan atau
tarif atas jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Lembaga operator non pemerintah wajib membayar retribusi
atau tarif untuk pembuangan lumpur tinja ke IPLT
(4) Pungutan retribusi atas jasa pelayanan SPAL T dan sistem

125
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

layanan lumpur tinja yang tidak dikelola oleh pemerintah


daerah, ditetapkan dalam izin pengelolaan air limbah domestik.

Pasal 48
(1) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.
(2) Tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 diatur dalam
Peraturan Bupati/Walikota
(3) Ketentuan dan mekanisme pemungutan retribusi dan tarif
mengikuti ketentuan yang berlaku.

BAB X
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 49
(1) Pemerintah Kabupaten/Kota dapat bekerjasama dengan
pemerintah Kabupaten/Kota lain dalam penyelenggaraan SPAL
dengan:
a. Pemerintah Kabupaten/Kota lain;
b. Banda usaha; dan
c. Kelompok masyarakat.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam perjanjian kerjasama atau kesepakatan kerjasama.
(3) Tatacara pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

126
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB XI
PERIZINAN
Pasal 50
(1) Operator air limbah non pemerintah wajib memiliki izin
pengelolaan air limbah domestik dari Bupati/Walikota.
(2) Selain memiliki izin pengelolaan air limbah domestik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) operator air limbah wajib
memiliki izin lain yang terkait, mencakup:
a. izin lingkungan;
b. izin mendirikan bangunan; dan
c. izin laik jalan.
(3) Bupati/Walikota dapat menolak permohonan izin sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin
mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan,
serta ketidakbenaran dan atau pemalsuan data, dokumen,
dan atau informasi;
b. kewajiban yang telah ditetapkan sesuai persyaratan bagi
pengelola air limbah domestik tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati/Walikota.

BAB XII
LARANGAN
Pasal 51
Setiap orang atau Badan dilarang:

127
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

a. melakukan penyambungan ke dalam jaringan air limbah


terpusat tanpa izin;
b. melakukan pemasangan instalasi air limbah tanpa memiliki
sertifikasi teknis yang dikeluarkan pihak yang berwenang;
c. menyalurkan air hujan ke dalam jaringan air limbah terpusat
atau instalasi pengolahan air limbah setempat;
d. membuang benda-benda padat, sampah dan lain sebagainya
yang dapat menutup saluran dan benda-benda yang mudah
menyala atau meletus yang akan menimbulkan bahaya
atau kerusakan jaringan air limbah terpusat atau instalasi
pengolahan air limbah setempat;
e. membuang air limbah medis, laundry dan air limbah industri
ke jaringan air limbah terpusat atau instalasi pengolahan air
limbah setempat;
f. menyalurkan air limbah yang mengandung bahan dengan
kadar yang dapat mengganggu dan merusak sistem air limbah
terpusat;
g. menyalurkan air limbah domestik ke tanah, sungai dan sumber
air lainnya tanpa pengolahan;
h. menambah atau merubah bangunan jaringan air limbah
terpusat tanpa izin;
i. mendirikan bangunan di atas jaringan air limbah terpusat
tanpa izin; dan
j. membuang lumpur tinja diluar IPLT.

BAB XIII
SANKSI
Pasal 52
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 dapat dikenakan sanksi administratif.

128
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


berupa:
a. peringatan liasn;
b. peringatan tertulis;
c. pemberlakuan disinsentif;
d. pembekuan sementara izin; dan
e. pencabutan izin.
(3) Sanksi administrasi berupa pemberian disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mengikuti ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan tahapan penerapan
sanksi administrasi diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Pasal 53
(1) Setiap orang atau badan yang dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 diancam
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).
(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup, dipidana sesuai
dengan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masu ke kas daerah.

BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 54

129
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah


Kabupaten/Kota diberi wewenang khusus untuk melakukan
penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap
dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi
atau badan sehubungan dengan tindak pidana;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain
serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana;
g. meminta berhenti dan atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan
sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan
atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan

130
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran


penyidikan tindak pidana menurut hukum yang bertanggung
jawab.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada Penuntut Umum melalui Penyidik dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undangundang Hukum Acara Pidana.

BAB XV
Penanganan Konflik dan Sengketa
Pasal 55
(1) Perselisihan, konflik, dan atau sengketa yang muncul dan
melibatkan para pihak dalam penyelenggaraan pengelolaan
air limbah akan diselesaikan dengan cara musyawarah
mufakat, negosiasi, dan atau mediasi;
(2) Jika tidak dapat dilakukan cara-cara seperti yang disebut
pada ayat maka dapat ditempuh melalui lembaga arbitrase
atau pengadilan.

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

131
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP) —
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten/Kota ............

Ditetapkan di ..
Pada tanggal …. (bulan) 2016

BUPATI/WALIKOTA ...........

Ttd

.................................

Diundangkan di ..
Pada tanggal ….. (bulan)

Sekretaris Daerah Kabupaten/


Kota ...........

Ttd

……………………………….

132

Anda mungkin juga menyukai