BUKU 4
DUKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4
DUKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH
PENGANTAR
i
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
ii
SAMBUTAN USAID IUWASH FOREWORD
Secara sederhana, semakin padat dan besar The rule of thumb is that the denser
and bigger a city is growing, the higher
pertumbuhan suatu kota, diperlukan penerapan
becomes the level of applied technology,
teknologi yang lebih tinggi tingkatannya, yang akan which is immensely impacting on the
berpengaruh terhadap kualitas efluen lebih baik. quality level of residual effluent. In other
Dengan kata lain, teknologi yang rendah menyisakan words, lower technology produces
higher levels of pollution and requires
tingkat pencemaran yang tinggi dan memerlukan more space, whereas higher technology
lahan yang lebih luas, sementara itu teknologi yang produces lower levels of environmental
lebih tinggi menyisakan tingkat pencemaran yang pollution and needs less space.
lebih rendah serta kebutuhan lahan yang lebih
Hence, for keeping environmental health
kecil. Oleh karena itu, untuk memastikan kondisi conditions under control, rapid growing
lingkungan yang sehat, perkotaan yang tumbuh municipalities need to get familiarized
pesat perlu diperkenalkan dengan pilihan teknologi with the introduction more effective
choices of technologies in terms of
yang lebih efektif dari segi mutu efluen dan biaya.
residual pollution and costs.
Namun demikian, pilihan teknologi harus terkait
dengan kemampuan dalam hal biaya belanja However, the choice of technology
dan biaya operasional, dari sisi dua pihak yaitu must be link to affordability in terms
of capital expenditures and operational
pemerintah dan masyarakat pada umumnya. expenditures by both the government
Oleh karena itu, pilihan teknologi perlu and the communities at large. Hence, the
mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi dari choice of technology needs to consider
kelompok sasaran serta kemampuannya untuk socio-economic conditions of the target
groups and their capacity to participate.
berpartisipasi.
iii
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Karena pelayanan sanitasi harus menjangkau seluruh Whereas good sanitation practices
lapisan masyarakat kota, pemerintah perlu memadu- need to reach all levels of the urban
community, governments need to
kan masyarakat rentan dan terpingggirkan ke dalam integrate vulnerable and marginalized
rantai layanan, dapat dengan pemberian subsidi lang- households into the service chain, either
sung maupun dengan pengaturan subsidi silang. through the provision of direct subsidies
or cross-subsidy arrangements.
Terakhir pilihan teknologi sangat mempengaruhi Lastly the choice of technology is very
persyaratan dan tingkat manajemen yang memadai much influencing the requirements and
untuk pemanfaatan terbaik teknologi yang tersedia level of sophistication of management for
best utilizing available technologies and
dan untuk menyediakan layanan terbaik kepada for providing best possible services to the
masyarakat, yang kemudian akan berdampak communities, which would then, in return,
positif pada kondisi penyehatan lingkungan dan positively impact on environmental health
perlindungan sumber air baku. Meskipun ada conditions and the protection of raw
water sources. Whereas there is available
bukti yang baik untuk sistem sanitasi yang dikelola good evidence for community managed
masyarakat, sistem ini tidak berkelanjutan jika sanitation systems, these systems are not
diterapkan dalam jumlah besar dan dalam keadaan sustainable if applied in large numbers
and in challenging social and/or technical
sosial dan/atau teknis menantang.
circumstances.
Dengan kata lain: Teknologi yang dipilih adalah hanya In other words: The selected technology
sebaik sistem manajemen di balik itu - itu adalah is only as good as the selected
management system behind it - that is
untuk mengamankan operasi dan pemeliharaan to secure appropriate operations and
teknologi yang digunakan. maintenance of technologies that were
put in place.
Dalam 25 tahun ke depan dapat dipastikan bahwa Looking into the next 25 years it can
be said with confidence that urban
pengelolaan air limbah domestik perkotaan di wastewater treatment in Indonesia will
Indonesia akan didominasi oleh sistem rumah tang- be dominated by individual household
ga individu, disamping peningkatan jumlah sistem systems besides an increasing number of
piped systems, which are ranging from
perpipaan terpusat, mulai dari kecil, dan menengah,
small, to medium, to large. In any case
hingga besar. Tidak akan ada kota di Indonesia yang there will be no Indonesian city that
akan melayani warganya dengan sistem air limbah will serve their citizens with a single
domestik terpusat semata, melainkan akan dilayani sewerage system, rather than having to
deal with a diversity of technical options.
dengan keragaman pilihan teknis. And because of the diversity of service
options and the need to plan, design,
Dan karena keragaman pilihan layanan dan build and operate those systems in an
kebutuhan untuk merencanakan, merancang, integrated manner for providing more
effective services to expanding cities and
membangun dan mengoperasikan sistem sistem a constantly increasing number of urban
tersebut secara terpadu untuk memberikan dwellers, there is only one option but
layanan yang lebih efektif untuk perluasan serta to build an institutional framework that
allows the development of professional
pertumbuhan penduduk kota, hanya ada satu pilihan
infrastructure and service management,
iv
SAMBUTAN USAID IUWASH FOREWORD
v
Model tangki septik sebagai
alat peraga
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
SAMBUTAN USAID IUWASH iii
DAFTAR ISI vii
DAFTAR SINGKATAN x
DAFTAR BUKU DALAM PANDUAN xi
RINGKASAN BUKU 4 xii
BAB PENDAHULUAN
1 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Sistematika Pembahasan 3
vii
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN
LEMBAGA OPERATOR SPAL-DP 27
5.1 Pentingnya Fungsi Lembaga Operator dalam
Pengelolaan SPAL-DP 27
5.2 Pembentukan Lembaga Operator 28
5.3 Hubungan Kerja UPTD dan SKPD dalam
Pengelolaan SPAL-DP 34
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Ruang Lingkup Pengaturan SPAL-DP 7
Tabel 2: Sasaran dan Pelaku Pengawasan Pengelolaan
SPAL-DP 24
Tabel 3: Model Struktur Personel SPAL-DP 33
Tabel 4: Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam
Penguatan Kapasitas UPTD SPAL-DP 40
Tabel 5: Pelaksanaan Penguatan Kapasitas SPAL-DP
oleh SKPD 43
Tabel 6: Opsi Opsi Kemitraan Dalam Pelayanan
SPAL-DP 47
Tabel 7: Alisis Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat
dalam Penyediaan Dukungan Untuk SPAL-DP 48
Tabel 8: Analisis Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat
dalam Penyediaan Dukungan Untuk SPAL-DP 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Posisi Road Map SPAL-DP dalam Perencanaan
Pembangunan dan Perencanaan Anggaran 17
Gambar 2 : Posisi dan Struktur UPTD di dalam
Struktur Pemerintah Daerah 22
Gambar 3: Contoh Struktur Organisasi UPTD
SPAL DP 30
Gambar 4: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD
dalam Pengelolaan SPAL-DP 32
Gambar 5: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD dalam
Pengelolaan SPAL-DP 36
Gambar 6: Hubungan Kerja UPTD dan SKPD
dalam Pengelolaan SPAL-DP 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Contoh Peraturan Walikota tentang Pengelolaan
Air Limbah Perkotaan
Lampiran 2: Contoh Peraturan Walikota tentang Uraian Tugas
Pokok dan Fungsi UPTD Air Limbah (Lembaga Operator)
Lampiran 3: Template Rancangan Peraturan Daerah untuk Air Limbah
Domestik Perkotaan.
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
Daftar Buku Dalam “Panduan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik Perkotaan (SPAL-DP)”
Buku yang tercakup dalam “Panduan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Perkotaan (SPAL-DP) terdiri dari lima buku yang disusun secara sistematis
dengan struktur sebagai berikut:
Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai konsep kerangka kerja SPAL-DP dan
Panduan Pengembangan Sistem bagaimana konsep ini dioperasionalkan oleh daerah untuk mencapai kinerja pelayanan,
Pengelolaan Air Limbah Domestik serta menjelaskan panduan-panduan yang digunakan dalam pendampingan kepada
Perkotaan (SPAL-DP) daerah. Isi buku 1 mencakup:
Konsep SPAL-DP
BUKU 1: PENJELASAN UMUM Proses Operasionalisasi Kerangka Kerja SPAL-DP
PENGEMBANGAN SPAL-DP Panduan yang digunakan
Ringkasan isi buku panduan
Buku ini menjelaskan kepada pembaca mengenai dukungan dari Pemerintah Daerah
Panduan Pengembangan Sistem yang dibutuhkan untuk efektivitas pengelolaan air limbah domestik perkotaan
Pengelolaan Air Limbah Domestik mencakup aspek peraturan, perencanaan, pengawasan, lembaga operator dan
Perkotaan (SPAL-DP) kebijakan subsidi dan retribusi. Isi buku ini mencakup:
Penyediaan Peraturan Pengelolaan SPAL-DP
BUKU 4: DUKUNGAN Rencana Operasional Pencapaian Kinerja SPAL-DP
PEMERINTAH DALAM Pengawasan Penyelenggaraan SPAL-DP
PENGEMBANGAN SPAL-DP Lembaga Operator pelayanan air limbah domestik
Kebijakan Subsidi/Retribusi Pelayanan SPAL-DP
xi
RINGKASAN BUKU 4
xii
RINGKASAN BUKU 4
Kebijakan subsidi dan Sebagai pelaksana urusan wajib bidang pengelolaan air
tarif retribusi pelanggan limbah, pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam
menyediakan sumber daya dan biaya untuk menjamin
kelangsungan pelayanan. Operasional pelayanan publik
juga memerlukan biaya yang harus ditanggung oleh
penerima manfaat. Kebijakan tarif retribusi dalam
pengelolaan layanan SPAL-DP disiapkan untuk memastikan
masyarakakat ikut bertanggungjawab dalam pencapaian
mutu pelayanan air limbah yang diharapkan. Kebijakan
subsidi dan tarif juga dilaksankana dalam kerangka
kemandirian lembaga operator dalam pemenuhan biaya
operasi dan pemeliharaan.
xiii
Tanggap gender Seluruh pelaksanaan penyiapan dukungan untuk SPAL-DP
pada akhirnya untuk memastikan efektivitas keberlanjutan
melalui peran semua pihan baik laki-laki maupun
perempuan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan. Tanggap gender merupakan komiten yang
terus dibangun dalam seluruh aspek pembangunan SPAL-
DP untuk mencapai kondisi rasa dan komitmen kesetaraan
peran untuk mengambil peran dalampengelolaan pelayanan
SPAL-DP kepada masyarakat.
xiv
Praktek pembuatan tangki septik
upflow filter
BAB 1 PENDAHULUAN
1
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
1.2 Tujuan
2
BAB 1 PENDAHULUAN
3
Praktek identifikasi tangki septik
oleh UPTD PAL Gresik
BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH
5
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Keterlibatan masyarakat Ada dua kunci dalam penerapan metode RIA, yaitu:
dan analisis dampak • Adanya partisipasi masyarakat (stakeholders) dapat
peraturan mendorong
efektivitas peraturan
meningkatkan transparansi, kepercayaan masyarakat,
SPAL-DP dan mengurangi risiko sebuah kebijakan, serta
• Menemukan opsi/pilihan alternatif yang paling atau
lebih efektif dan efesien sehingga dapat mengurangi
biaya implementasi bagi pemerintah dan biaya
transaksi bagi masyarakat.
6
BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH
• Prosedur kerjasama/kemitraan
6. Pelibatan peran pihak lain
• Perijinan
7
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Surat Keputusan: adalah surat yang berisi suatu keputusan yang dibuat oleh
pimpinan organisasi atau lembaga pemerintahan berkaitan
dengan kebijakan organisasi atau lembaga tersebut, dalam
hal ini yang mengeluarkan adalah Kepala Daerah. Surat
keputusan merupakan instrumen turunan regulasi dalam
8
BAB 2 DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH
9
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Untuk memperoleh gambaran tentang ruang lingkup isi dari PerWali/Bup untuk
SPAL-DP lihat contoh PerWal/Bup SPAL-DP pada Lampiran 1.
10
2. DUKUNGAN PERATURAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH
11
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
13
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca pada Buku 3 “Panduan Penyusunan Road
Map SPAL-DP”
14
BAB 3 DUKUNGAN PERENCANAAN
“Road Map merupakan Tujuan penyusunan Road Map SPAL-DP adalah upaya
bentuk strategi menyiapkan arah dan acuan pemerintah daerah dalam
operasionalisasi pengembangan rencana dan aksi pemenuhan cakupan
Kerangka Kerja dan mutu pelayanan air limbah domestik. Dengan
SPAL-DP.” demikian Road Map SPAL-DP mewakili “Strategi
Implementasi Opersionalisasi Pelayanan” dari peraturan
peraturan pemerintah daerah yang telah dimaklumatkan
(diundangkan) terkait dengan pengembangan dan
ketentuan layanan air limbah domestik perkotaan bagi
masyarakat. Penyiapan Road Map SPAL-DP merupakan
upaya untuk pemerintah daerah dalam menghasilkan
perencanaan yang komprehensif yang menjawab semua
aspek yang dibutuhkan dalam pengembangan layanan
SPAL-DP. Elemen utama yang tercakup dalam dalam road
map SPAL-DP adalah:
• Cakupan dan mutu pelayanan,
• Lingkungan pendukung (good governance), dan
• Fungsi dan kapasitas lembaga operator.
15
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
16
BAB 3 DUKUNGAN PERENCANAAN
Road Map
SSK
SPAL-DP
17
Pemeliharaan jaringan pipa
air limbah kota Makassar.
BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN PELAYANAN
19
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
20
BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN PELAYANAN
21
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
1 2 3 4
Pemda
Badan Pengawas Inspektorat, Dinas
(Pengambil
Independen BPKP, BPK Lingkungan
Kebijakan)
5
SKPD Induk
6 8
Lembaga Operator, Forum
UPTD Pelanggan
22
BAB 4 DUKUNGAN PENGAWASAN PELAYANAN
Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan dalam kapasitasnya sebagai dinas yang
salah satu tugasnya menangani pencemaran memiliki
kepentingan dalam melakukan pemantauan dan pembinaan
tentang pengelolaan air limbah pada instalasi IPLT,
SPAL-DP terpusat, kawasan, dan komunal/permukiman.
Sasaran pemantauan dan pembinaan ini adalah keamanan
lingkungan dari pencemaran yang ditimbulkan dari
pengelolaan air limbah domestik perkotaan.
SKPD Induk UPTD Sebagai penanggung jawab UPTD, SKPD Induk melakukan
fungsi perencanaan dan pengawasan intern terhadap
pelaksanaan kinerja UPTD. Sasaran pengawasan yang
dilakukan SKPD antara lain:
• Kinerja pengelolaan SPAL-DP, dalam hal ini efektivitas
dan efisiensi pengelolaan pelayanan dan pemanfaatan
sumber daya sarana dan prasarana yang dibiayai oleh
pemerintah
• Pencapaian target cakupan dan mutu pelayanan
sebagaimana yang ditetapkan dalam perencaanan
strategis
• Memastikan seluruh sistem pengelolaan SPAL-DP
berjalan efektif termasuk sarana yang dikelola melalui
KPS/KPP untuk SPAL-DP komunal.
23
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pelaku Pengawasan
Sasaran Pengawasan
Lembaga Dinas Forum BPK/
Pemda SKPD UPTD
Pengawas Lingkungan Pelanggan BPKP
Pelaksanaan peraturan
Pemda
dan kebijakan X X
Akuntabilitas capaian
SKPD kinerja cakupan dan X X X
mutu pelayanan
Akuntabilitas efisiensi
UPTD dan mutu operasional X X X
24
Pelatihan teknis dan praktek
pembangunan tangki septik SNI
Penjelasan pemeliharaan jamban
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP
27
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
28
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP
Menyiapkan Kerangka Dalam hal ini adalah dasar formal yang dijadikan acuan
Hukum dalam pembentukan UPTD SPAL-DP. Dasar hukum ini
telah tercakup dalam Bab 2 diatas. Dengan demikian
dalam pembentukan SPAL-DP cukup mengacu pada pasal
tentang kelembagaan sebagaimana yang tercantum dalam
Perda atau PerWali/Bup. Jika peraturan tersebut belum
tersedia dan daerah memandang perlu untuk membentuk
kelembagaan terlebih dahulu yang perlu dipersiapkan
adalah Surat Keputusan terhadap pembentukan UPTD
SPAL-DP.
29
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Kepala Dinas PU
Sekretaris
Bidang Penyehatan
Lingkungan Bidang
Kepala UPTD
Sumber: Dikutip dari Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Air Limbah, hal 24
30
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP
31
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
WALIKOTA
KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM
KASUBAG TATA
32
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP
Jumlah
Sertifikasi
Nama Jabatan Pendidikan Pola Pola Pola
Pelatihan
29 41 13
1. Kepala UPTD S1 (T/NT) Manajemen 1 1 1
Manajemen 1 1 1
2. Kabag Tata Usaha S1 (NT)
Kepegawaian 1 1 -
a. Kasubag Adm dan kepegawaian S1/D3 (NT)
Perbendaharaan 1 1 -
b. Kasubag Keuangan S1/D3 (NT)
Administrasi 4 6 2
c. Staf Bag tata Usaha S1/D3 (NT)
Manajemen
3. Kabag Teknis S1 (T) 1 1 1
Proses Pengolahan
a. Kasubag Perencanaan S1/D3 (T/NT) 1 1 -
Penelitan Kualitas
b. Kasubag Pemb. & Pengembangan S1/D3 (T) 1 1 -
Pelaksanaan
c. Staf Bag Teknis S1/D3/SLTA (T) 4 6 2
pembangunan
33
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
34
BAB 5 DUKUNGAN DALAM PENYIAPAN LEMBAGA
OPERATOR SPAL-DP
35
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Konsultasi &
Koordinasi,
Supervisi &
Umpan balik
Pertanggung
Laporan
Fasilitasi
jawaban
Usulan
36
Instalasi pipa air limbah kota Medan
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD
38
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD
39
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Tabel 4: Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Penguatan Kapasitas UPTD SPAL-DP
A. Penguatan Kelembagaan
Struktur organisasi dan sistem Perlaksanaan
A.1 Struktur Organisasi dan
managemen administrasi Pelaporan
Managemen Administrasi
Audit
Pelaksanaan
A.3 Mekanisme Kerja Internal Arahan dan Pedoman
Pelaporan
Arahan rencana dan indicator
A.4 Perencanaan Kinerja Lembaga
Studi Banding/Horizontal Konsultasi
Perencanaan strategis
Learning Pelaksanaan
Perencanaan kerja
Pengendalian dan ‘corrective Pelaporan
Pengukuran kinerja
actions’.
B.3 Kemitraan
Kebijakan, arahan dan prosedur
Opsi dan Skema Kerjasama Pelaksanaan kemitraan
Perjanjian Kerjasam (PKS)
Hak & Kewajiban Para Pihak Pelaporan
Pengendalian akuntabilitas
Sosialisasi
Pelaksanaan penyuluhan
B.4 Pengelolaan Pelanggan Arahan dan pedoman (Oureach)
Penyuluhan (Outreach) prosedur Update ‘Data Base’ Pelanggan
‘Data Base’ Pelanggan (MIS) Studi Banding/Horizontal (MIS)
Komunikasi dan Informasi Learning Pelasanaan Komunikasi &
Aduan Pelanggan Bantuan external Informasi
Kepuasan Pelanggan Audit Pelaksanaan Aduan Pelanggan
Survai Kepuasan Pelanggan
Pelaporan
40
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD
41
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
42
BAB 6 DUKUNGAN PENGUATAN KAPASITAS UPTD
Pimpinan danjajaran
A.2 Orientasi manajemen UPTD paham
(A) Saat setelah tupoksi visi dan misi sektor FGD
pembentukan lembaga SPAL-DP, TUPOKSI Konsultasi
lembaga operator dan target pelayanan
operator serta kinerja.UPTD
UPTD memiliki
A.3 Penyiapan
perencanaan strategis Pedoman
perencanaan
5 th, serta rencanaan Pendampingan langsung
menenga
kerja dan indikator Tinjauan dan umpan
lembaga
pengukuran kinerja balik.
operator
(Road Map SPAL-DP).
D.1 Penyiapan
Penyiapan pedoman dan
(D) Pada saat laporan hasil Dokumentasi kemajuan
format laporan
persiapan kegiatan dan pencapaian disampaikan
Bantuan teknis langsung
pelaporan akhir kinerja sesuai dengan standard
Tinjauan dan umpan
tahun pelayanan an format SKPD
balik
tahunan UPTD
43
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
44
Selain dampingan, pedoman
juga diperlukan
45
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP
46
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP
Pelaku
Kegiatan Kemitraan
Swasta CSR KPP*) MFI*)
*) KPP = Kelompok Pengguna dan Pemanfaat. **) MFI = Micro Finance Institute => Bank Lokal/Koperasi
47
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pelaku
Fungsi Pelaku dalam Kemitraan
Pemda SKPD UPTD Mitra
48
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP
MOU merupakan awal untuk kemitraan antara pihak satu dengan pihak
kesepakatan kedua yang ditandatangani oleh masing-masing pimpinan
misalnya antara Pimpinan SKPD dengan Pimpinan Bank
atau Pimpinan Koperasi dan sejenisnya. Tindak lanjut
dari MOU adalah perjanjian kerjasama yang sudah
menggambarkan secara rinci mengenai hak dan kewajiaban
serta tanggungjawab oleh kedua belah pihak. Proses
penyiapan naskah MOU harus dikonsultasikan pada bagian
hukum di sekretariat daerah.
Contoh naskah MOU untuk kegiatan SPAL-DP dapat dilihat pada buku 5 bagian
lampiran Contoh Dokumen Perjanjian Kerjasama.
49
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
50
BAB 7 DUKUNGAN MITRA PELAYANAN SPAL-DP
51
Penyedotan lumpur
tinja oleh swasta.
BAB 8 DUKUNGAN KEBIJAKAN SUBSIDI DAN
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN
53
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
100 OPEX
100% OPEX 50% dari
subsidi OPEX dari pendapatan
Pemda pendapatan;
50% dari
subsidi Pemda
Rp
Pendapatan
dari Tarif
Subsidi
Pemda
Waktu
0 th 3-5 th 5-10 th
UPTD BLUD PD
54
BAB 8 DUKUNGAN KEBIJAKAN SUBSIDI DAN
TARIF RETRIBUSI PELAYANAN
55
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
56
Promosi perubahan perilaku
(Tebing Tinggi)
Promosi sanitasi
BAB 9 KEBIJAKAN TANGGAP GENDER
59
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
60
BAB 9 KEBIJAKAN TANGGAP GENDER
61
LAMPIRAN 1
CONTOH PERATURAN
WALIKOTA TENTANG
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DOMESTIK
PERKOTAAN (SPAL-DP)
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
63
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
64
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
65
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
66
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
67
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
68
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
69
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
70
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
71
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
72
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
73
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
74
CONTOH PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
75
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
76
LAMPIRAN 2
CONTOH PERWALI
TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD
SPAL-DP
96
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
78
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
79
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
80
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
81
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
82
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
83
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
84
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
85
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
86
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
87
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
88
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
89
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
90
CONTOH PERWALI TENTANG TUGAS POKOK
DAN FUNGSI UPTD SPAL-DP
91
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
LAMPIRAN 3
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH
(RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DOMESTIK
111
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA ……
NOMOR....TAHUN....
TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Menimbang :
a. bahwa dalam meningkatkan lingkungan yang
baik dan sehat, serta untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal merupakan
hak konstitusional warga negara yang dijamin
dalam Undang-Undang Dasar 1945, sehingga
menjadi kewajiban bagi Pemerintah Daerah
untuk menetapkan kebijakan daerah mengenai
upaya kesehatan dan kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. bahwa sebagian air limbah domestik/rumah
tangga yang dihasilkan di Kabupaten/Kota
........... dibuang langsung ke media lingkungan
atau badan air, berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
dan sumber daya air, yang dapat menurunkan
derajat kesehatan dan produktifitas kegiatan
manusia;
c. bahwa pengelolaan air limbah domestik/rumah
tangga merupakan urusan pemerintah daerah
93
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
94
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
95
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
96
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Daerah adalah Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota ……..
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kab/Kota .....................yang
selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Pemerintah Daerah adalah Bupati/Walikota dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
7. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut perangkat
daerah merupakan organisasi atau lembaga pada Pemerintah
Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
8. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga
termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
9. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha
dan /atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan
97
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
98
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
99
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 2
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan air limbah domestik ini
disusun dengan berdasarkan pada asas:
a. pengayoman;
b. keadilan;
c. ketertiban dan kepastian hukum;
d. akuntabilitas, transparansi, daya tanggap, dan partisipasi;
100
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
e. manfaat;
f. kelestarian dan keberlanjutan;
g. keterpaduan;
h. pencemar membayar.
Pasal 3
(1) Peraturan tentang pengelolaan air limbah domestik ini bertujuan
untuk:
a. mengendalikan pembuangan air limbah domestik ke
lingkungan sesuai baku mutu yang berlaku;
b. melindungi kualitas air tanah dan air permukaan;
c. meningkatkan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
khususnya sumber daya air;
d. menjaga dan meningkatkan kesehatan lingkungan;
e. meningkatkan kinerja pelayanan pengelolaan air limbah
domestik.
(2) Ruang lingkup pengaturan pengelolaan air limbah domestik
dalam Peraturan Daerah ini meliputi:
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;
b. Penyelenggaraan SPAL
c. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah;
d. Hak dan Kewajiban
e. Peran Serta Masyarakat
f. Pembiayaan
g. Retribusi dan Tarif
101
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
BAB II
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 4
(1) Pengelolaan air limbah domestik harus dilakukan secara
sistematis, menyeluruh, berkesinambungan, dan terpadu antara
aspek fisik dan non fisik dalam lingkup wilayah administrasi
daerah.
(2) Aspek fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek
teknik sarana dan prasarana.
(3) Aspek non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
aspek peraturan, kelembagaan, keuangan, kebijakan retribusi,
manajemen dan pengendalian serta peran serta masyarakat dan
swasta.
Pasal 5
(1) SPAL terdiri dari:
a. SPAL-Terpusat; dan
b. SPAL-Setempat.
(2) Pemilihan SPAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. rencana tata ruang wilayah;
102
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Bagian Kesatu
SPAL-Terpusat
Pasal 6
Cakupan pelayanan SPAL-T sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a, mencakup:
a. skala perkotaan, yaitu meliputi layanan untuk lingkup kota atau
regional;
b. skala permukiman, yaitu meliputi layanan untuk lingkup
permukiman;
c. skala kawasan tertentu, yaitu meliputi layanan untuk lingkup
kawasan komersial dan/atau bangunan tertentu seperti rumah
susun, hotel, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran.
Pasal 7
(1) Dalam hal sudah terdapat jaringan SPAL-T skala perkotaan,
setiap SPAL-T skala permukiman dan skala kawasan tertentu
yang berada dalam wilayah pelayanan SPAL-T skala perkotaan,
harus disambungkan pada SPAL-T skala perkotaan.
103
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 8
Komponen SPAL-T sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a, terdiri dari:
a. unit pelayanan, yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan air limbah domestik dari sumber ke unit
pengumpulan;
b. unit pengumpulan, yang berfungsi untuk mengumpulkan air
limbah domestik dari unit pelayanan melalui jaringan pengumpul
dan menyalurkan ke unit pengolahan;
c. unit pengolahan, yang berfungsi untuk mengolah air limbah
domestik dan lumpur; dan
d. unit pembuangan akhir, berfungsi untuk menyalurkan efluen air
limbah dan menampung lumpur tinja hasil pengolahan.
Pasal 9
(1) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a
terdiri dari sambungan rumah dan lubang inspeksi;
(2) Unit pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
b merupakan jaringan pengumpul yang terpisah dari jaringan
drainase;
(3) Unit pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c
berupa sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) yang terdiri dari fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan
zona penyangga;
104
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 11
Dalam hal fasilitas utama unit pengolahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf c tidak dilengkapi dengan bangunan pengolahan
lumpur maka lumpur yang dihasilkan tersebut harus diangkut dan
diolah di IPAL yang memiliki bangunan pengolahan lumpur atau
diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pasal 12
(1) Efluen yang dibuang ke badan air penerima dan/atau saluran
drainase harus memenuhi standar baku mutu Air Limbah
Domestik.
105
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Bagian Kedua
SPAL-Setempat
Pasal 13
(1) Cakupan pelayanan SPAL-S sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf b, mencakup:
a. skala individual; dan/atau
b. skala komunal.
(2) Cakupan pelayanan skala individual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diatas, meliputi layanan untuk lingkup 1
(satu) unit rumah tinggal atau unit bangunan lain.
(3) Cakupan pelayanan skala komunal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diatas, terdiri atas lingkup:
a. rumah tinggal untuk lingkup 2 (dua) sampai dengan 10
(sepuluh) unit rumah tinggal, dan/atau
b. Mandi Cuci Kakus yang selanjutnya disingkat (MCK) yang
meliputi layanan untuk lingkup 10 (sepuluh) sampai dengan
200 (dua ratus) jiwa.
(4) Pembangunan dan pengelolaan MCK mengikuti persyaratan
dan ketentuan teknis yang berlaku.
Pasal 14
Dalam hal permukiman baru tidak termasuk dalam skala cakupan
pelayanan SPAL-T skala permukiman dan skala perkotaan, maka
permukiman baru tersebut harus membuat SPAL-S skala komunal
lingkup rumah tangga atau SPAL-T skala permukiman sesuai
persyararan teknis yang berlaku.
106
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 15
(1) Komponen SPAL-S sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf b terdiri dari:
a. unit pengolahan setempat
b. unit pengangkutan;
c. unit pengolahan lumpur tinja; dan
d. unit pembuangan akhir.
(2) Unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a berfungsi untuk menampung dan mengolah air
limbah domestik dari rumah tinggal dan/atau MCK.
(3) Unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat berupa:
a. tangki septik dengan sistem resapan;
b. biofilter; dan/atau
c. unit pengolahan air limbah domestik setempat fabrikasi
lainnya sesuai perkembangan teknologi dan dinyatakan
layak secara teknis oleh peraturan perundang-undangan.
(4) Unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku.
Pasal 16
(1) Lumpur tinja yang terbentuk di tangki septik dengan sistem
resapan pada unit pengolahan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) huruf a harus disedot secara berkala
dan terjadwal, diangkut ke, dan diolah di IPLT.
(2) Lumpur tinja yang terdapat di biofilter dan/atau unit pengolahan
air limbah fabrikasi lainnya pada unit pengolahan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b dan c,
107
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 17
(1) Unit pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b, berfungsi untuk melakukan penyedotan,
pengangkutan, dan pembuangan lumpur tinja dari unit
pengolahan setempat ke IPLT.
(2) Unit pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas,
dapat berupa truk tinja atau alat angkut lainnya yang sesuai.
(3) Unit pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas,
harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta diberi
tanda pengenal khusus sebagai kendaraan pengangkut lumpur
tinja.
Pasal 18
(1) Unit pengolahan lumpur tinja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf c, berfungsi untuk mengolah lumpur
tinja dari unit pengolahan setempat dan/atau lumpur dari unit
pengolahan SPAL-T.
(2) Unit pengolahan lumpur tinja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa prasarana dan sarana IPLT yang terdiri dari
fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan zona penyangga.
Pasal 19
Ketentuan mengenai unit pembuangan akhir pada SPAL-S
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf d, mengikuti
108
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB III
PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DOMESTIK
Pasal 20
Penyelenggaraan SPAL meliputi:
a. perencanaan;
b. pembangunan;
c. operasi dan pemeliharaan;
d. pemanfaatan; dan
e. pemantauan dan evaluasi.
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 21
Perencanaan SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
a, meliputi:
a. rencana induk;
b. rencana operasionalisasi pelayanan
c. studi kelayakan; dan
d. perencanaan teknis.
109
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 22
(1) Rencana induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
a disusun berdasarkan:
a. rencana pengelolaan sumber daya air;
b. rencana tata ruang wilayah; dan
c. kebijakan dan strategi SPAL yang ditetapkan.
(2) Rencana induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
a, ditetapkan untuk jangka waktu 20 tahun, dan dilakukan
peninjauan ulang atau evaluasi setiap lima tahun sekali.
(3) Rencana Induk SPAL ditetapkan dengan Peraturan Bupati/
Walikota.
Pasal 23
110
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 24
(1) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
c, disusun berdasarkan:
a. rencana induk SPAL yang telah ditetapkan,
b. kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan
c. kajian lingkungan, sosial, hukum, dan kelembagaan.
(2) Studi kelayakan berlaku paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 25
(1) Perencanaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf c, disusun berdasarkan:
a. rencana induk SPAL yang telah ditetapkan;
b. hasil studi kelayakan;
c. jadwal pembangunan;
d. kepastian sumber pembiayaan;
e. kepastian hukum;
111
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Bagian Kedua
Pembangunan Sarana Prasarana
Pasal 26
(1) Pembangunan meliputi kegiatan pembangunan baru dan/atau
rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah domestik.
(2) Pembangunan prasarana dan sarana air limbah harus dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan, standar teknis yang berlaku,
dan prinsip yang berwawasan lingkungan.
(3) Pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
perencanaan teknis yang telah ditetapkan.
(4) Penanggung jawab pelaksanaan pembangunan sarana dan
prasarana sesuai ketentuan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Operasi dan Pemeliharaan
Pasal 27
(1) Operasi dan pemeliharaan SPAL-T mencakup kegiatan:
a. pengolahan air limbah domestik;
b. pemeriksaan dan perbaikan jaringan perpipaan;
c. pemeriksaan dan pembersihan kotoran di bak kontrol;
112
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 28
(1) Operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana SPAL-S skala
komunal mencakup kegiatan:
a. pengolahan air limbah domestik;
b. pemeriksaan dan perbaikan jaringan dan unit pengolahan
setempat;
c. pembersihan lumpur pada bak kontrol;
d. penggelontoran jaringan pipa;
e. perbaikan dan penggantian komponen; dan
f. penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja secara berkala
dan terjadwal.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh kelompok pengguna SPAL-S skala komunal
Pasal 29
(1) Operasi dan pemeliharaan SPAL-S skala individual mencakup
kegiatan:
113
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 30
(1) Operasi dan pemeliharaan unit pengangkutan lumpur tinja
mencakup kegiatan:
a. penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja;
b. pemeriksaan alat angkut lumpur tinja; dan
c. perbaikan dan penggantian komponen.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau operator
penyedotan lumpur tinja.
Pasal 31
(1) Lumpur tinja dari SPAL-S skala komunal dan individual dibuang
dan diolah di IPLT.
(2) Operasi dan pemeliharaan IPLT meliputi kegiatan:
a. Penerimaan lumpur tinja
b. pengolahan lumpur tinja;
c. pemeriksaan dan perbaikan IPLT;
114
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Bagian Keempat
Pemanfaatan
Pasal 32
Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi
Pasal 33
115
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH
Pasal 34
Pemerintah Daerah bertugas:
a. menyusun rencana SPAL secara menyeluruh;
b. membangun dan/atau mengembangkan prasarana dan sarana
SPAL;
c. melaksanakan pendidikan, penyuluhan dan sosialisasi serta
pembinaan dalam rangka menumbuh-kembangkan kesadaran
masyarakat;
116
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 35
Pemerintah daerah berwenang:
a. menetapkan kebijakan dan strategi SPAL;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dengan
mengacu kepada kebijakan Pemerintah;
c. memberi izin dan rekomendasi;
d. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
air limbah domestik yang dilaksanakan oleh masyarakat, dan/
atau operator air limbah;
e. melaksanakan pengembangan kelembagaan air limbah,
kerjasama antar daerah, kemitraan, dan jejaring tingkat
kabupaten/kota dalam pengelolaan air limbah domestik; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
dalam pengelolaan air limbah domestik sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 36
Kelembagaan
(1) Penyelenggaraan SPAL merupakan lintas urusan dan melibatkan
lintas SKPD.
(2) Penanggung jawab utama penyelenggaraan sistem pengelolaan
air limbah domestik adalah perangkat daerah yang mewadahi
bidang Pekerjaan Umum.
117
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 37
Tugas dan kewenangan lembaga operator sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (4) dapat mencakup:
a. penyusunan rencana teknis dan/atau rencana bisnis;
b. pengelolaan sarana dan prasarana SPAL-T skala kota;
c. pelaksanaan pembangunan sambungan rumah SPAL-T;
d. operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi SPAL-T skala kota;
e. pengelolaan lumpur tinja termasuk operasi dan pemeliharaan
IPLT;
f. pemantauan dan evaluasi SPAL-T skala kota;
g. pengawasan SPAL-T skala permukiman dan skala kawasan
tertentu;
h. pembinaan kepada lembaga atau kelompok masyarakat
pengelola SPAL-T skala permukiman dan skala kawasan
tertentu;
i. sosialisasi dan promosi SPAL-T skala Kota;
118
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 38
Pembinaan dan Pengawasan
(1) Pembinaan dan Pengawasan adalah proses kegiatan agar
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pengelolaan air
limbah domestik berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan SPAL
diarahkan untuk:
a. meningkatkan efisiensi dan kesesuaian pelaksanaan
penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah domestik
terhadap kriteria dan standar yang telah disepakati;
b. menjamin pencapaian tingkat dan mutu pelayanan sesuai
dengan rencana operasionalisasi yang telah disepakati;
c. meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan SPAL.
(3) Tugas pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh perangkat daerah yang berwenang
dan/atau pihak diluar pemerintah yang mendapat mandat resmi
dari pemerintah daerah.
Pasal 39
Sosialisasi dan Promosi
(1) Sosialisasi dan promosi pengelolaan air limbah domestik
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau lembaga lain yang
119
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 40
Dalam kegiatan pengelolaan air limbah domestik, masyarakat
berhak untuk:
a. mendapatkan kondisi lingkungan yang baik, sehat, dan aman
dari pencemaran air limbah domestik;
b. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan air limbah domestik
yang layak;
c. mendapatkan pembinaan pola hidup sehat dan bersih melalui
pengelolaan air limbah domestik yang ramah lingkungan;
d. mendapatkan rehabilitasi lingkungan karena dampak negatif
yang telah maupun akan terjadi dari kegiatan pengelolaan air
limbah domestik; dan
e. mendapatkan informasi tentang kebijakan dan rencana
pengembangan pengelolaan air limbah domestik.
120
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 41
Setiap orang atau Badan berkewajiban untuk:
a. mengelola air limbah domestik yang dihasilkan melalui SPAL-S
atau SPAL-T sesuai ketentuan yang berlaku;
b. melakukan penyedotan lumpur tinja secara berkala dan terjadwal
bagi yang menggunakan SPAL-S, SPAL-T skala permukiman,
dan SPAL-T skala kawasan tertentu; dan
c. membayar biaya pengelolaan air limbah domestik dalam bentuk
retribusi dan atau iuran.
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 42
121
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 43
(1) Sebagai bentuk peran serta dalam pembangunan dan atau operasi
dan pemeliharaan sarana dan prasarana SPAL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b, masyarakat dapat
membentuk wadah atau kelompok untuk mengelola sarana dan
prasarana SPAL;
(2) SPAL yang dimaksud pada ayat (1) adalah SPAL-S skala komunal
dan SPAL-T skala permukiman yang dibangun oleh pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, donor, atau pihak lainnya.
(3) Wadah atau kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk secara sukarela dengan prinsip sosial, mandiri, nirlaba,
dan demokratis yang selanjutnya disebut sebagai kelompok
masyarakat.
(4) Kedudukan kelompok masyarakat adalah sebagai bentuk
organisasi kemasyarakatan yang tidak berbadan hukum atau
dapat berbadan hukum.
(5) Tugas kelompok masyarakat mencakup:
a. merencanakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan
prasarana SPAL;
b. mengelola operasi dan pemeliharaan SPAL;
c. mempromosikan pemanfaatan SPAL kepada masyarakat
sehingga kapasitas sistem terpenuhi;
d. memfasilitasi masyarakat pengguna SPAL dalam membahas
dan menyepakati pembiayaan SPAL;
e. melakukan evaluasi dengan melibatkan masyarakat pengguna
SPAL dan membuat laporan evaluasi; dan
122
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 44
Pembiayaan Pembangunan
123
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 45
Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan
(1) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SPAL-S
skala individu bersumber dari individu.
(2) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SPAL-S
skala skala komunal bersumber dari pengguna melalui iuran
yang disepakati dan atau sumber lain yang sah.
(3) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan kelengkapan pelayanan
SPAL-S dalam hal ini adalah pengangkutan dan pengolahan
lumpur tinja (IPLT) berasal dari masyarakat melalui retribusi
dan/atau tariff, subsidi APBD dan/atau sumber lain yang sah.
(4) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana
SPAL-T skala permukiman, kawasan dan kota bersumber dari
masyarakat melalui retribusi dan/atau tariff.
124
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB VIII
Pengelolaan Aset
Pasal 46
(1) Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah merupakan barang
bergerak dan tidak bergerak yang diantaranya merupakan aset
negara dan atau aset daerah yang selanjutnya disebut sebagai
aset;
(2) Terkait dengan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperlukan penatausahaan dan pengelolaan aset yang mengikuti
ketentuan perundang-undangan dan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Daerah.
BAB IX
RETRIBUSI DAN TARIF
Pasal
47
(1) Retribusi dan atau tarif jasa pelayanan air limbah domestik
dikenakan atas jasa pelayanan SPAL-T, pelayanan penyedotan
lumpur tinja dan/atau pembuangan lumpur tinja ke IPLT yang
dikelola oleh pemerintah daerah.
(2) Pemerintah daerah berwenang memungut retribusi dan atau
tarif atas jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Lembaga operator non pemerintah wajib membayar retribusi
atau tarif untuk pembuangan lumpur tinja ke IPLT
(4) Pungutan retribusi atas jasa pelayanan SPAL T dan sistem
125
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 48
(1) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.
(2) Tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 diatur dalam
Peraturan Bupati/Walikota
(3) Ketentuan dan mekanisme pemungutan retribusi dan tarif
mengikuti ketentuan yang berlaku.
BAB X
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 49
(1) Pemerintah Kabupaten/Kota dapat bekerjasama dengan
pemerintah Kabupaten/Kota lain dalam penyelenggaraan SPAL
dengan:
a. Pemerintah Kabupaten/Kota lain;
b. Banda usaha; dan
c. Kelompok masyarakat.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam perjanjian kerjasama atau kesepakatan kerjasama.
(3) Tatacara pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
126
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB XI
PERIZINAN
Pasal 50
(1) Operator air limbah non pemerintah wajib memiliki izin
pengelolaan air limbah domestik dari Bupati/Walikota.
(2) Selain memiliki izin pengelolaan air limbah domestik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) operator air limbah wajib
memiliki izin lain yang terkait, mencakup:
a. izin lingkungan;
b. izin mendirikan bangunan; dan
c. izin laik jalan.
(3) Bupati/Walikota dapat menolak permohonan izin sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin
mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan,
serta ketidakbenaran dan atau pemalsuan data, dokumen,
dan atau informasi;
b. kewajiban yang telah ditetapkan sesuai persyaratan bagi
pengelola air limbah domestik tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati/Walikota.
BAB XII
LARANGAN
Pasal 51
Setiap orang atau Badan dilarang:
127
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
BAB XIII
SANKSI
Pasal 52
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 dapat dikenakan sanksi administratif.
128
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 53
(1) Setiap orang atau badan yang dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 diancam
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).
(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup, dipidana sesuai
dengan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masu ke kas daerah.
BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 54
129
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
130
RANCANGAN PERATURAN DAERAH (RANPERDA) TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
BAB XV
Penanganan Konflik dan Sengketa
Pasal 55
(1) Perselisihan, konflik, dan atau sengketa yang muncul dan
melibatkan para pihak dalam penyelenggaraan pengelolaan
air limbah akan diselesaikan dengan cara musyawarah
mufakat, negosiasi, dan atau mediasi;
(2) Jika tidak dapat dilakukan cara-cara seperti yang disebut
pada ayat maka dapat ditempuh melalui lembaga arbitrase
atau pengadilan.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
131
PANDUAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PERKOTAAN (SPAL-DP)
BUKU 4: DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Ditetapkan di ..
Pada tanggal …. (bulan) 2016
BUPATI/WALIKOTA ...........
Ttd
.................................
Diundangkan di ..
Pada tanggal ….. (bulan)
Ttd
……………………………….
132