Anda di halaman 1dari 120

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Direktorat Jenderal Cipta Karya,


Kementerian Pekerjaan Umum

Perencanaan Pengelolaan Air Limbah


Dengan Sistem Terpusat

Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng


Peneliti Utama
Pusat Teknologi Lingkungan-BPPT

website : www.kelair.bppt.go.id
PERENCANAAN MASTER PLAN
Pengelolaan air limbah memerlukan prasarana
dan sarana penyaluran dan pengolahan.

Saat ini sistem pengelolaan air limbah terpusat


hanya berada di Indonesia hanya 11 kota saja
dengan cakupan pelayanan yang masih rendah.

Diperlukan pedoman untuk penyusunan


rencana induk (Master Plan) sistem
Prasarana dan Sarana air limbah.
IPAL di dalam Indonesia
Treatment System Capacity
Operator
OP AL UASB RBC OD CAS (m3/day)
PDAM Bandung  243,000
PDAM Banjarmasin  800
PDAM Balikpapan  800
 4,320
 4,320
PDAM Cirebon
 4,320
 6,480
 60,480
PD PAL Jakarta
 44,928
PDAM Medan    60,000
PDAM Parapat  2,000
 2,074
PDAM Surakarta
 2,592
 5,520
Dinas Tangerang
  6,610
Dinas Yogjakarta   15,500
DSDP Denpasar*   51,000

Source: USAID Centralized Wastewater Treatment Plant in Indonesia, Sep. 2006


* DSDP not included in USAID Report.
PERENCANAAN MASTER PLAN
PENDAHULUAN
 Rencana Induk atau Master Plan bidang air limbah
merupakan suatu dokumen perencanaan dasar yang
menyeluruh mengenai pengembangan sarana dan
prasarana air limbah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun. Di dalamnya termasuk: Gambaran arah
pengembangan, Strategi penembangan dan Prioritas-
prioritas pengembangan sarana dan prasarana air
limbah.
 Rencana induk air limbah tersebut selanjutnya
digunakan sebagai acuan oleh instansi yang
berwenang dalam penyusunan program pembangunan
5 (lima) tahun bidang air limbah atau Renstra Dinas
Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah.
PERENCANAAN MASTER PLAN
 Rencana Induk atau Master Plan bidang Air
Limbah merupakan suatu dokumen perencanaan
dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan
sistem Prasarana dan Sarana (P/S) Air Limbah
untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
PERENCANAAN MASTER PLAN
PENDAHULUAN
 Merupakan penjabaran rencana induk mengenai 6 jenis
program pengembangan, yaitu:
 Pengembangan Prasarana
 Pengembangan Kelembagaan
 Pengembangan Pengaturan
 Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
 Pengembangan Peran Serta Masyarakat
 Pengembangan Public Campaign
 Disamping itu , rencana induk air limbah juga digunakan
sebagai acuan dalam memadukan program-program yang
terkait dengan bidang air limbah seperti Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM), bidang persampahan,
drainase dan sebagainya.
PERENCANAAN MASTER PLAN
MAKSUD
 Memberi pedoman bagi pemerintah Kabupaten/Kota
dalam menyusun rencana induk Sarana dan Prasarana
bidang air limbah, agar proses dan produk
perencanaan yang dihasilkan menjadi: efektiff, efisien,
terpadu dan berwawasan lingkungan.
Maksud Penyusunan
Master Plan
Perencanaan yang efektif

Proses dan produk perencanaan prasarana


dan sarana bidang Air Limbah menjadi
efektif karena pilihan prioritasnya tepat
sasaran, didukung oleh kelembagaan
(Operator dan Regulator) yang efektif dan
mendapat dukungan partisipasi masyarakat.
Perencanaan yang efisien

Proses dan produk perencanaan


Prasarana dan Sarana bidang Air
Limbah menjadi efisien karena pilihan
teknologinya tepat guna dan terjangkau
sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Perencanaan yang terpadu

Agar produk perencanaan air limbah telah


dipadukan (Integrated) dengan
perencanaan sektor-sektor terkait, baik dari
aspek keterpaduan pemanfaatan ruang,
keterpaduan program dan keterpaduan
pengaturan.
Perencanaan yang berwawasan lingkungan

Agar produk perencanaan air limbah


merupakan hasil pilihan perencanaan yang
telah mempertimbangkan faktor keamanan
lokasi, keamanan lingkungan dan keamanan
teknologi terutama yang berkaitan dengan
resiko kesehatan dan pelestarian sumber air.
Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id
Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id
Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id
Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id
Perencanaan yang berkelanjutan

Agar produk perencanaan air limbah ini dapat


mendukung untuk keberlanjutan program-
program yang lain sesuai dengan prinsip
pengembangan wilayah.
Tujuan Penyusunan
Master Plan

Tujuan pedoman rencana induk


Sarana dan Prasarana bidang air
limbah adalah setiap Kabupaten/Kota
memiliki Rencana Induk Air Limbah
dengankualitas perencanaan yang
memenuhi standar nasional
1
Sasaran Penyusunan
Master Plan

Agar setiap Kabupaten/Kota memiliki


Rencana Induk pengembangan prasarana
dan sarana air limbah yang sitematis,
terarah, terpadu dan tanggap terhadap
kebutuhan sesuai karakteristik lingkungan
dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap
terhadap kebutuhan stakeholder
(pemerintah, investor dan masyarakat).
Lampiran I : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 122 tahun 2005
Tanggal 19 Oktober 2005

Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id


STRATEGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI
PERKOTAAN :
A Wilayah dengan
Kasus DKI Jakarta kepadatan penduduk
rendah. Air limbah
domestik diolah dengan
cara pengolahan di tempat
secara individual

B Wilayah dengan
kepadatan penduduk
sedang. Air limbah
domestik harus diolah
dengan cara pengolahan
sistem komunal atau semi
komulal

C Wilayah dengan
kepadatan penduduk
tinggi. Air limbah
domestik diprioritaskan
harus diolah secara
terpusat atau kolektif
(sewerage system)

Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id


KONDISI EKSISTING PD PAL JAYA

CAKUPAN PELAYANAN & SUMBER PEMBIAYAAN

WADUK SETIABUDI

PS 2

PS1

Eksisting hasil proyek JSSP

Penyertaan Modal Pemerintah


Pinjaman Komersil, Bank DKI
ACUAN NORMATIF
• Norma
1. Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan
periode 20 (dua puluh) tahun (UU No. 25 Tahun 2004, tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)
2. Kota Metropolitan atau kota kota yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi diwajibkan memiliki Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan pembuangan Air
Limbah secara terpusat.
3. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan
Sarana dan prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun 2005, tentang
Pengembangan SPAM)
ACUAN NORMATIF
• Norma

4. Pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus


memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat
setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga (PP No. 16 Tahun
2005).

5. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, Tentang Peruntukan


Badan Air.
ACUAN NORMATIF
• Kriteria Teknis

Kriteria teknis pemilihan lokasi fasilitas sanitasi yang


dapat diacu adalah:
 Tata cara pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT)
 Tata cara pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL)
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Re-TC/001/98.

Tata Cara Pengolahan Air Limbah dengan Oxidation Ditch,


CT/AL/Re-TC/004/98.

Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah, CT/AL-D/Re-


TC/005/98.

Tata Cara Survey Perencanaan dan Pembangunan Sarana Sanitasi


Umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98.

Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem, SNI 03-2398-


2002.
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Perencanaan, Operasi dan Instalasi Pengolahan
Air Limbah, SNI 03-3981-1995.
Pedoman pengelolaan Air Limbah Perkotaan, Dep. PU 2003
Tata cara penimbunan tanah untuk bidang resapan pada
pengolahan air limbah RT, SNI 19-6410-2000
Tata cara perencanaan IPLT Sistem kolam, CT/ALRE-
TC/001/98
Tata cara pembangunan IPLT sistem kolam, CT/AL/Ba-
TC/002/98
Tata cara pengoperasian IPLT sistem kolam, CT/AL/Op-
TC/003/98
STANDARD TEKNIS

Tata cara pembuatan Sarana pembuatan air limbah


(SPAL), CT/AL-D/Ba-TC/005/98

Tata cara survey perencanaan dan pembangunan


sarana sanitasi umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98
KETENTUAN RENCANA INDUK
Umum
Jangka Waktu Perencanaan
 Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana air
limbah harus direncanakan untuk periode perencanaan 20
tahun.

Evaluasi Rencana Induk


 Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana harus
dievaluasi setiap 5 tahun untuk disesuaikan dengan
perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan
rencana induk bidang sanitasi lainnya, tata ruang dan
rencana induk SPAM serta perubahan strategi di bidang
lingkungan (Local Environment Strategy). Ataupun
 Hasil rekomendasi audit lingkungan kota yang terkait
dengan air limbah pemukiman.
2000000
PROYEKSI PERKEMBANGAN PENDUDUK DI PULAU BATAM

JUMLAH PENDUDUK [ORG]


1450000
1500000

JUMLAH PENDUDUK [ORG] 1050000

Proyeksi Perkembangan
1000000
Jumlah Penduduk Di Pulau
Batam
Penduduk Th. 1997
500000 252700

0
1980 1990 2000 2010 2020 2030
TAHUN

5000

Asumsi : Kapasitas suplai maksimum


TOTAL KEBUTUHAN AIR BERSIH

Kebutuhan air bersih 350 liter/org.hari 3850 liter/detik


4000

KEBUTUHAN TOTAL
[Liter/detik]

3000
Def isit
air bersih Proyeksi Kebutuhan dan
Suplai Air Bersih Di Pulau
2000
Kapasitas Suplai Air Bersih
Th. 1997
Batam

1000
Th. 2009
Jumlah Penduduk 1997
252700

0
0 200 400 600 800 1000 1200
X 1000

JUMLAH PENDUDUK [org]


Perkiraan Jumlah Air Limbah Di Wilayah DKI Jakarta
Tahun 1989 dan Tahun 2010

Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City
Of Jakarta, 1990
Perkiraan Beban Polusi (Zat Organik) Di Wilayah DKI Jakarta
Tahun 1989 dan Tahun 2010

Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City
Of Jakarta, 1990
KETENTUAN RENCANA INDUK
Umum
Kedudukan Rencana Induk
a) Penyusunan rencana induk pengembangan sarana dan prasarana
air limbah wajib mengacu pada Rencana Jangka Panjang Daerah
(RJPD) dan rencana tata ruang (Gambar 1).
b) Penyusunan program 5 tahunan bidang pengembangan sarana
dan prasarana air limbah atau rencana Renstra Dinas, wajib
mengacu pada rencana induk Air Limbah.
c) Rencana induk disusun oleh instansi yang berwenang dimasing-
masing Kabupaten/Kota dengan melibatkan Stakeholders dan
hasilnya disosialisasikan pada masyarakat luas (termasuk melalui
internet dengan domain khusus dari instansi pengelola
lingkungan daerah). Pengesahan rencana induk SPAL ditetapkan
melalui Perda.
Pola Pikir Perencanaan Jangka Panjang
 Rencana Induk Air Limbah pada dasarnya adalah
perencanaan jangka panjang mengenai
pengembangan sarana dan prasarana air limbah
(Gambar 2).
 Berdasarkan sifat perencanaan yang berjangka
panjang tersebut, maka tahapan perumusan
perencanaan sekurang-kurangnya harus mengikuti
pola pikir sebagai berikut:
Gambar 2
KETENTUAN RENCANA INDUK
Klasifikasi Sumber Air Limbah
Pengertian Air Limbah
 Semua air buangan yang berasal dari kamar mandi,
dapur, cuci dan kakus serta air limbah
 Industri rumah tangga yang karakteristik air limbahnya
tidak jauh berbeda dengan air limbah rumah tangga
serta tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3).
KETENTUAN RENCANA INDUK
Klasifikasi Sumber Air Limbah
Klasifikasi Asal Sumber Air Limbah
 Rencana induk disusun berdasarkan analisis
identifikasi asal sumber air Limbah yang dibedakan
minimal sebagai berikut:
a. Air Limbah dari permukiman
b. Air Limbah dari daerah komersil dan institusional
c. Air Limbah dari bangunan bertingkat tinggi (high rise
building)
POTENSI AIR LIMBAH DI DKI JAKARTA

Total air limbah yang dibuang tahun 1989 : 1.316.113 m3/hari


tahun 2010 : 2.588.250 m3/hari

78,9
80 72,7
Tahun 1989
70
Prosentase (%)

Tahun 2010
60
50
40
30
20 13,1 17,3. 9,9
8,0
10
0
Domestik Perkantoran Industri

Asal air limbah Sumber: Study JICA tahun 1989

Prosentase Perkiraan Jumlah Air Limbah di DKI Jakarta


3.000.000 DOMESTIK DOMESTIK
2.500.000 PERKATORAN DAN KOMERSIAL PERKATORAN DAN KOMERSIAL
INDUSTRI INDUSTRI
2.000.000 Series1; Series1;
PERKATORAN
Tahun 1987 DAN PERKATORAN INDUSTRI; 9,9
1.500.000
Tahun 2010 KOMERSIAL; INDUSTRI; 8 DAN
1.000.000 13,1 KOMERSIAL;
17,3
500.000

sa
t ra r at an ur L
ta
Ba
t m TA
Pu U la Ti TO
t ra tra rta Se rta DOMESTIK; Series1;
a ka ta
Ja
ka
Ja
k
Ja
Ja
k ar
Ja
ka
1989 78,9 2010 DOMESTIK;
72,7

PERKIRAAN JUMLAH AIR LIMBAH DI DKI JAKARTA

PERMASALAHAN :

• Laju perkembangan pembangunan sarana pengelolaan air limbah


secara terpusat sangat lambat yakni hanya sekitar 10 % wilayah
DKI Jakarta dan hanya melayani sekitar 3,5 – 4 % dari total
penduduk Jakarta
(sumber : PD PAL JAYA)

• Tingkat pencemaran air di wilayah DKI Jakarta dan perairan Teluk


Jakarta sudah mencapai taraf yang serius.
KETENTUAN RENCANA INDUK
Identifikasi Permasalahan
a) Langkah pertama sebelum menentukan arah dan
strategi pengembangan sarana dan prasarana air
limbah, terlebih dahulu harus disepakati mengenai
permasalahan pencemaran air limbah, baik pada area
skala Kelurahan, Kecamatan maupun kota.
b) Identifikasi permasalahan pencemaran air limbah
terhadap air tanah dan badan air harus difomulasikan
berdasarkan data-data yang lengkap (primer dan
sekunder) yang didukung oleh survey dan
penyelidikan (lapangan dan laboratorium) yang
memadai serta dilengkapi dengan peta-peta
identifikasi permasalahan.
Identifikasi Permasalahan
c) Peta dasar dan peta identifikasi permasalahan yang
diperlukan meliputi:
 Peta tata guna lahan saat ini
 Peta kepadatan penduduk
 Peta kualitas air tanah/sumur penduduk dengan parameter E.
coli
 Peta kualitas air sungai dengan parameter E. coli dan BOD
 Peta kualitas air drainase (pembungan grey water) dengan
parameter E. coli dan BOD
 Peta water borne disease
 Peta pelayanan PDAM
 Peta fasilitas Sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi (on-site
dan offsite)
Identifikasi Permasalahan
d) Formulasi permasalahan pencemaran air limbah saat
ini dilakukan dengan membandingkan tingkat
pencemaran dengan standard lingkungan atau
standar kesehatan yang berlaku.
e) Formulasi permasalahan pencemaran air limbah di
masa mendatang (20 tahun proyeksi) dilakukan
dengan memproyeksikan pencemaran air limbah
yang akan terjadi dengan skenario DO SOMETHING.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Pilihan Arah Pengembangan
 Sebelum menetapkan rencana induknya, setiap Kabupaten/Kota
harus terlebih dahulu menetapkan pilihan arah pengembangan
sarana dan prasarana air limbah untuk masa 20 (dua puluh) tahun
mendatang, dengan mempertimbangkan antara lain:
a. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan
b. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu
c. Mengembangkan sistem off-site skala kota
d. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju
 Metode pemilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air
limbah, minimal harus dianalisis dengan metode SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, Threats)
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Pembagian Zona Perencanaan
Daerah perencanaan pengembangan Sarana dan
Prasarana Air Limbah (SPAL) pada daerah
terbangun dibagi atas zona-zona perencanaan dan
pengembangan sarana dan prasarana air limbah,
berdasarkan:
 Keseragaman tingkat kepadatan penduduk
 Keseragaman bentuk topografi dan kemiringan lahan
 Keseragaman tingkat kepadatan bangunan
 Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air tanah
dan permukaan.
 Kesamaan badan air penerima
 Pertimbangan batas administrasi
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Analisis SWOT Arah Pengembangan Sarana & Prasarana Air
Limbah
 Analisis SWOT merupakan alat bantu perencanaan strategis yang
dapat membantu perencanaan dan dilakukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Kondisi sistem penyediaan air minum;
b. Kondisi tingkat pencemaran air tanah;
c. Kondisi tingkat pencemaran badan air `penerima (air baku);
d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat;
e. Kondisi kesehatan masyarakat;
f. Tingkat kesediaan membayar retribusi (willingness to pay)
g. Kondisi prasarana lingkungan permukiman lainnya (jalan, drainase,
dan sebagainya);
h. Proyeksi kapasitas pendanaan investasi dari APB
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Gambar 3
Berdasarkan SWOT,
pengembangan sarana
dan prasarana air limbah
digambarkan atas 4
kuadran. Posisi kuadran
untuk menggambarkan:
• Posisi pengembangan
sarana dan prasarana
pada saat ini;
• Posisi potensi
pengembangan sarana
dan prasarana pada
masa mendatang (20
tahun mendatang).
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Penetapan Arah Pengembangan Gambar 4
Penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah
dapat ditetapkan berdasarkan posisi kuadran hasil analisis SWOT:
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun

Penetapan Arah Pengembangan


Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem on-site
 Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
 Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
 Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:
 Peningkatan kapasitas armada
 Peningkatan kapasitas IPLT
 Pengembangan program SANIMAS
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Penetapan Arah Pengembangan
Grand strategi kuadran II : Pengembangan selektif sistem
off-site
 Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
• Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
• Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:
 Peningkatan kapasitas armada
 Peningkatan kapasitas IPLT
 Pengembangan program SANIMAS
 Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerah-daerah
prioritas.
 Pada strategi ini transformasi dari sistem setempat menjadi
sistem terpusat akan dimulai secara kawasan demi kawasan
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Penetapan Arah Pengembangan
Grand strategi kuadran III : Pengembangan
agresif sistem off-site
 Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
• Mengembangkan sarana dan prasarana Air Limbah
terpusat skala kota. Strategi ini berarti sistem on-
site akan ditinggalkan secara masif.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun

Penetapan Arah Pengembangan


Grand strategi kuadran IV : Pengembangan
dengan teknologi maju
 Arah pengembangan strategi ini merupakan strategi
pengembangan tingkat advance (lanjutan). Arah
pengembangan ini merupakan gambaran kondisi
permasalahan pencemaran air limbah telah demikian
serius, sementara hambatan untuk mengembangkan
sarana prasarana konvensionil sudah tidak
memungkinkan dan tidak efektif.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Stategi Transformasi Sistem Setempat menjadi Sistem
Terpusat
 Perubahan (transformasi) prasarana sistem setempat menjadi
sistem terpusat memberi dampak adanya kebutuhan lembaga
untuk mengelola prasarana yang akan dibangun (Gambar 5).
 Penetapan arah pengembangan prasarana sistem terpusat pada
daerah permukiman terbangun memerlukan perencanaan strategis
dengan dukungan masyarakat dan mewujudkan lembaga yang
sesuai. Perencanaan strategis tersebut meliputi:
a. Rencana public campaign;
b. Rencana penyusunan Peraturan Daerah (Perda) dan sosialisasi Perda;
c. Rencana pembentukan lembaga pengelola.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Gambar 5
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Penetapan Zona Prioritas Pengembangan Sistem
Terpusat
a. Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang
mendapat penilaian utama untuk diprioritaskan
dibangun terlebih dahulu dalam kurun waktu 20
tahun mendatang.
b. Perencanaan sarana dan prasarana air limbah di zona
prioritas dapat dibagi atas cluster-cluster untuk
mendukung perencanaan pembangunan secara
bertahap dalam kurun waktu 20 tahun mendatang
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DI PROVINSI DKI JAKARTA
CAKUPAN DAN POLA PELAYANAN
Pendekatan Penentuan Pola
Pengembangan Pelayanan didasarkan
atas evaluasi lingkungan fisik kota :
1.Kepadatan Penduduk
2.Kualitas air tanah
3.Jenis Air Limbah
4.Rasio Daerah Kumuh
5.Fasilitas sanitasi (MCK) yang dimiliki
6.Ketersediaan air bersih

Sistem Perpipaan Daerah Rencana Pengembangan


Eksisting Sistem Perpipaan (Off Site)
Daerah Rencana Pengembangan
Sistem Modular
Daerah Rencana Pengembangan
sistem Setempat (On- Site)
D BALI ISLAND

A ICB 2
E DENPASAR
LCB 2
LCB 4
R
ICB 1
A LCB 1
H LCB 4

P
E
L SEMINYAK

A
Y LEGIAN
ICB 2
SANUR

A LCB 3

N LCB 5

A KUTA BEACH SANUR BEACH

ND
LA
KUTA
D

IS
LEGEND

AN
S SEWER PIPE

NG
FORCE MAIN
BOUNDARY OF SEWERAGE

RA
SERVICE AREA

D
SE
WASTEWATER TREATMENT PLANT

PUMPING STATION

P BENOA BAY
Phase I : On-going Area

Phase II : Urgent Area In JICA M/P

Phase II Area in JICA M/P

Phase III : Future Expansion Area


Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun

Penetapan Zona Prioritas


a. Penetapan zona prioritas ditetapkan berdasarkan pertimbangan:
 Tingkat permasalahan pencamaran air limbah terhadap air tanah
dan badan air penerima
 Tingkat kemudahan pelaksanaan
 Tingkat kelayakan ekonomi
 Tingkat kelayakan keuangan
 Kelayakan lingkungan
 Kelayakan kelambagaan
b. Perencanaan studi kelayakan pada zona prioritas wajib mengacu
pada pedoman studi kelayakan ekonomi, keuangan dan
lingkungan pengembangan sarana dan prasarana air limbah.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Pilihan Arah Pengembangan
 Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah
pada daerah permukiman baru adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan sistem setempat (on-site)
b. Mengembangkan sistem terpusat skala kawasan tersendiri
c. Mengintegrasikan dengan sistem terpusat yang sudah terbangun

Penetapan Arah Pengembangan


a. Permukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan oleh
developer wajib memiliki rencana induk air limbah tersendiri.
b. Rencana induk air limbah kawasan permukiman baru tersebut
harus mengacu pada rencana induk air limbah Kota.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Perencanaan Pengembangan Sarana dan
Prasarana Air Limbah Setempat
 Tingkat Pelayanan: Cakupan rencana pelayanan
sistem setempat minimal 60%.
 Debit Air Limbah:
a. Debit rata-rata tangki septik dengan kloset leher
angsa
a. Tanpa unit penggelontor = 5 – 10 L/0rg/hr
b. Dengan unit penggelontor = 10 – 15 L/0rg/hr
b. Waktu detensi minimal 1 hari
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Perencanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana
Air Limbah Setempat
 Tingkat Pelayanan: Cakupan rencana pelayanan sistem
setempat minimal 60%.
 Debit Air Limbah:
a. Debit rata-rata tangki septik dengan kloset leher angsa
 Tanpa unit penggelontor = 5 – 10 L/org/hr
 Dengan unit penggelontor = 10 – 15 L/org/hr
b. Waktu detensi minimal 1 hari
 Kloset
a. Individu (rumah tangga) = 1 kloset/5 org
b. MCK atau kakus umum = 1 kloset/25 org
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
a. Kapasitas rencana IPLT dihitung berdasarkan desain debit air
limbah sebagai berikut:
 Asumsi laju spesifik, q = 0.5 Liter/org/hari
 Debit rata-rata, Qr (m3/hr) = q x penduduk dilayani pada periode proyeksi
 Debit harian maksimum, Qmd (m3/hr) = fmd x Qr
 Debit jam maksimum, Qp (m3/hr) = fp x Qr
b. Proyeksi debit perencanaan
 Kapasitas rencana IPLT dihitung berdasarkan debit harian maksimum (Qmd)
 Proyeksi debit harus dihitung untuk periode 5 tahun dan 10 tahun, untuk
tahapan pengembangan kapasitas IPLT.
c. Perencanaan debit pada masing-masing komponen
 Debit rata-rata : hanya pada unit pengolahan kimia dan sekunder (biologi)
 Debit harian maksimum : hanya pada unit-unit pengolahan primer
 Debit jam maksimum : pada semua perpipaan unit-unit pengolahan
Perencanaan Pengembangan Sarana dan
Prasarana Air Limbah Terpusat (IPAL)
 Perencanaan debit air limbah untuk perhitungan
dimensi jaringan perpipaan dan
 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah :
a. Debit Spesifik Air Limbah (q) dihitung berdasarkan 80%
konsumsi air bersih perkapita atau sebesar 100-150
L/org/hr.
b. Debit Rata-Rata Air Limbah tanpa infiltrasi (Qr) dihitung
berdasarkan q dikali dengan penduduk yang dilayani pada
tahun proyeksi atau Q = q x penduduk dilayani (m3/hr).
c. Debit Harian Maksimum Air Limbah tanpa infiltrasi
(Qmd) dihitung berdasarkan debit rata-rata harian dikali
faktor maksimum harian atau : Qmd = fmd x Qr (m3/hr).
Sumber : Morimura Dan Soufyan “ Perencanaan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing”
Perkiraan Jumlah Air Limbah Rumah Tangga per kapita di wilayah DKI Jakarta

KONDISI TH 1989 KONDISI TH 20I0


GOL GOL GOL RATA GOL GOL GOL RATA
ATAS MENE BA RATA ATAS MENE BAWA RATA
NGAH WA NGAH H
H
AIR LIMBAH RUMAH
TANGGA (Non Toilet)
Unit Air Limbah (lt/org.hari) 167 107 77 95 227 127 77 124
Konsentrasi BOD (mg/l) 182 182 185 183 182 182 185 182
Beban Polusi 30,4 14,2 14,2 17,4 41,3 23,1 14,2 22,6
(gr. BOD/org.hari)
LIMBAH TOILET
Unit Air Limbah (lt/org.hari) 23 23
Konsentrasi BOD (mg/l) 457 457
Beban Polusi 10,5 10,5
(gr. BOD/org.hari)
TOTAL
Unit Air Limbah 190 130 100 118 250 150 100 147
(lt/org.hari)
Konsentrasi BOD (mg/l) 215 231 247 236 207 224 247 224
Beban Polusi 40,9 30 24,7 27,9 51,8 33,6 24,7 33,4
(gr. BOD/org.hari)

Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990
Perencanaan Pengembangan Sarana
dan Prasarana Air Limbah Terpusat
(IPAL)
Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

1. Separate Sistem

2. Complete Combined Sistem

3. Semi-Combined Sistem
Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

Different Rationale => Different Scheme in:


Sewage collection (Sewer) system & Treatment method

No rain, No Discharge
All Wastewater
With Rain, BOD = 0 mg/L
BOD » 200mg/L

Drainage Channel (Existing)

Secondary
River
Sewer
(New)

Abandon Septic
Interceptor Pipe (new)
Tank
Design Q = Qww

Separate Sewer Sistem


DSDP, Bali IPAL
Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

Different Rationale => Different Scheme in:


Sewage collection (Sewer) system & Treatment method

No rain, No Discharge
All Wastewater With Rain, BOD < 70mg/L
The more rain, the smaller
BOD » 200mg/L
BOD mg/L (diluted)

Drainage Channel (Existing)

River
Abandon Septic
Interceptor Pipe (new)
Tank
Design Q = 3 x Qww

Complete Combined Sewer Sistem


Tokyo (Japan)

IPAL
Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

Different Rationale => Different Scheme in:


Sewage collection (Sewer) system & Treatment method

No rain, No Discharge
Gray water
With Rain, BOD < 30mg/L
BOD < 100mg/L

Drainage Channel (Existing)

River
Septic Tank Interceptor Pipe (new)
to be used Design Q = 3 x Qww

Semi-Combined Sewer Sistem


Jogya, Bangkok (Thailand)
IPAL
Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

Typical IPAL Design for Activated Sludge System


Separate System vs. Complete & Semi-Combined System
Separate Sewer Sistem
DSDP, Bali Pr. Clarifier Aeration Tank Final Clarifier

Inflow = Qww Design Q = Qww Effluent

Design Q = Qww Solid


Design Q = Qww
Solid

Complete Combined Sewer Sistem Semi-Combined Sewer Sistem


Tokyo (Japan) Jogya, Bangkok (Thailand)

Pr. Clarifier Aeration Tank Final Clarifier

Inflow = Qww (no rain)


Design Q = Qww Effluent
max. 3 x Qww (rain)

Design Q = Qww
Design Q = 3 x Qww
Solid Solid
Effluent

By-Pass Discharge
Design Q = 2 x Qww
Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

Sample Simulation for BOD Discharged to the River


Complete Combined System vs. Semi-Combined System
(Area 250 ha, Sewage flow = 30 m3/ha/day)
Simulation for BOD discharged to River
60 0
0 1 3 5 10
8 10
50 15 20
20 20
BOD (mg/L) discharged to River

30
30 30

Rainfall intensity (mm/hr)


40 40

50

30 60

70

20 80

90

10 100

110

0 120
0 5 10 20 30 40 50 60 120 150 180
Time (min)

Rainfall (mm/hr) Complete Combined Sewer Semi-combined sewer


Alternative “Sewer Sistem Terpusat”

Comparison: Separate System vs. Complete vs. Semi-Combined System


Aspect Separate Sewer Complete Combined Sewer Semi-combined sewer
House Connection Each house Each house No connection
Septic Tank Abandone Abandone Maintain in Use
Wastewater
Toilet waste To Sewer To Sewer To Septic Tank
Other (Gray Water) To Sewer To Sewer To Sewer
Drainage Channel Not used for Sewerage To accept all Wastewater To accept only Gray Water
Main Sewer to IPAL Interceptor Sewer to IPAL Interceptor Sewer to IPAL
Sewer Pipes
Branch sewer no branch sewer no branch sewer
100% 170% 170%
Size of Sewer Max.
(ex. 1000 mm) (ex. 1700 mm) (ex. 1700 mm)
Total Length of Sewer Longest Shortest Shortest
Construction Cost Highest Medium Lowest
Implementation Period Longest Medium Shortest

Environmental Contribution
Improvement of Environment Best Result Lowest Compromized
BOD in Discharge Meet Standard <50 mg/L Mostly meet Standard <50 mg/L Mostly meet Standard <50 mg/L
Use as existing. To be tightly covered & To be Use as existing.
Drainage Channel
Gray water removed. maintained by Sewerage Side Gray water NOT removed.
Septic tank problem eliminated. Septic tank problem eliminated. Septic tank problem STILL EXIST.
At Beneficiary Side
(overflow in flooding, desludging, etc.) (overflow in flooding, desludging, etc.) (overflow in flooding, desludging, etc.)

Recommended where:
1) Gray water in drainage channel is
NOT critical.
Recommended where: Drainage Channel maintenance is
2) River water improvement is the
1) Gray water is a critical problem. critical
Recommendation primary need.
2) Residents want to abandone as it accept all wastewater.
3) Residents do not mind to keep
septic tank. Not recommended for Indonesia.
septic tank.
4) When the urgent improvement is
required.
How much to construct Sistem Terpusat:?

Unit Cost of Project per House Connection (2011 base)

DSDP-1 Rp. 56 million / HC for 9,000 HC


Sewer, Pump Stations, IPAL, HC

DSDP-2 Rp. 69 million / HC for 8,200 HC


Sewer (incl. 5.5 km Jacking, HC)

DSDP-1+2 Rp. 63 million / HC for 17,200 HC


Construction Cost %
How much to construct SistembyTerpusat:?
Components of Sistem Terpusat
Total of DSDP-1 + DSDP-2

DSDP-1+2 Rp. 63 million / HC for 17,200 HC (2011 base)


HC & Local Sewers
25%

2-Pump Stations
8%
Sewers, LSP, HI
54%

WWTP (incl. PS)


13%
Perencanaan Pengembangan Sarana dan
Prasarana Air Limbah Terpusat (IPAL)
 Debit Jam Puncak tanpa infiltrasi (Qp) dihitung
berdasarkan debit rata-rata harian dikali faktor jam puncak
atau : (Qp) = fp x Qr (m3/hr).
 Debit Jam Minimum tanpa infiltrasi (Qmin) dihitung
berdasarkan debit rata-rata harian dikali faktor jam
minimum atau : Qmin = fmin x Qr (m3/hr).
 Faktor-faktor Debit Air Limbah seperti faktor harian
maksimum, faktor jam puncak dan faktornya minimum
harus sesuai dengan standar dan kriteria teknis yang
berlaku yang disesuaikan dengan kondisi daerah
perencanaan.
Perencanaan Sistem Jaringan Perpipaan
Perencanaan Pipa Persil
a. Pipa persil adalah saluran dari bangunan rumah
tangga, bangunan kantor, bangunan umum dan
sebagainya yang menyalurkan air limbah ke pipa
retikulasi.
b. Perencanaan pipa persil Air Limbah meliputi:
letak pipa, diameter minimum, kemiringan
minimum, bak kontrol dan dimensi pipa harus
mengacu pada kriteria dan tatacara perencanaan
teknis yang berlaku.
Perencanaan Sistem Jaringan Perpipaan
Perencanaan Pipa Persil
Perencanaan Sistem Jaringan Perpipaan
Perencanaan Pipa Retikulasi
a. Pipa retikulasi adalah saluran pengumpul air limbah untuk
disalurkan ke pipa utama; yang terdiri dari pipa servis dan
pipa lateral;
b. Pipa servis adalah saluran pengumpul air limbah dari
beberapa bangunan (blok bangunan) ke pipa lateral;
c. Pipa lateral adalah saluran pengumpul air limbah dari pipa
servis ke pipa induk;
d. Perencanaan pipa retikulasi air limbah meliputi: letak pipa,
diameter dan bahan pipa, metode konstruksi (open trench
atau pipe jacking), kemiringan minimum, manhole;
e. Perencanaan debit rata-rata (m3/hr) pada masing-masing
seksi pipa lateral harus memperhitungkan luas daerah
tangkapan (ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air
limbah yang dilayani (m3/hr/ha).
Perencanaan Sistem Jaringan Perpipaan
Perencanaan Pipa Retikulasi
f. Perencanaan dimensi pipa retikulasi harus
memperhitungkan:
 Debit rata-rata (tanpa infiltrasi)
 Debit jam maksimum/puncak (dengan infiltrasi)
 Debit jam minimum - (tanpa infiltrasi)
g. Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus
memperhitungkan debit jam maksimum dan debit jam
minimum untuk perencanaan penggelontoran di
beberapa bagian pipa.
h. Perencanaan pipa retikulasi harus mengacu pada kriteria
dan tata cara perencanaan teknis yang berlaku.
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun

Pipa Retikulasi
 Perencanaan Pipa Induk (Main/trunk sewer)
a. Pipa induk adalah saluran yang menyalurkan air limbah dari pipa
lateral (retikulasi) menuju instalasi pengolahan air limbah; dapat
dilengkapi dengan pipa cabang yang berfungsi menyalurkan air
limbah dari pipa lateral (retikulasi)
b. Perencanaan pipa induk air limbah meliputi: letak pipa, dimensi dan
bahan pipa, metode konstruksi (open trench atau pipe jacking),
stasiun pompa dan bangunan pelengkap.
c. Perencanaan debit rata-rata (m3/hr) harus memperhitungkan seluruh
daerah tangkapan (ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air
limbah yang dilayani (m3/hr/ha).
d. Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus memperhitungkan debit
jam maksimum (dengan infiltrasi) dan debit jam minimum (tanpa
infiltrasi) untuk perencanaan penggelontoran pipa induk.
e. Perencanaan teknis pipa induk harus mengacu pada standard teknis
dan tata cara perhitungan perencanaan teknis pipa induk Air Limbah
yang berlaku
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun

• Pipa Induk (Main/trunk sewer)


Perencanaan Bangunan Pelengkap pada
Sistem Jaringan
a.Bangunan pelengkap pada sistem jaringan adalah semua
bangunan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran
penyaluran air limbah dan untuk menunjang kemudahan
pemeliharaan sistem jaringan air limbah;
b.Bangunan pelengkap pada sistem jaringan air limbah meliputi:
manhole, drop manhole, ventilasi udara, terminal clean out,
bangunan penggelontor, syphone rumah pompa;
c.Perencanaan bangunan pelengkap pada sistem jaringan air
limbah yang meliputi: letak, dimensi minimum dan kebutuhan
lahan untuk mengacu pada standar teknis dan tata cara
perhitungan perencanaan teknis yang berlaku.
• Bangunan Pelengkap pada Sistem Jaringan
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 Perencanaan Kapasistas IPAL
a. Perencanaan debit IPAL
Kapasitas rencana IPAL dihitung berdasarkan desain debit air limbah sebagai
berikut:
- Debit rata-rata harian (dengan infiltrasi)
- Debit harian maksimum (dengan infiltrasi)
- Debit jam minimum (dengan infiltrasi)
Desain debit tersebut, adalah debit air limbah pada ujung akhir pipa induk yang
menuju ke IPAL.
b. Proyeksi debit perencanaan
Kapasitas rencana IPAL di atas diproyeksikan untuk debit perencanaan 20 (dua
puluh) tahun sesuai periode perencanaan rencana induk.
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 Perencanaan Kapasistas IPAL
c. Perencanaan debit pada masing-masing komponen
- Debit rata-rata : hanya pada unit-unit pengolahan kimia dan
sekunder (biologi)
- Debit harian maksimum : hanya pada unit-unit pengolahan primer
- Debit jam maksimum : pada semua perpipaan unit-unit pengolahan
 Perencanaan Lokasi IPAL
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan lokasi IPAL
adalah sebagai berikut:
a. Lokasi IPAL harus sesuai dengan ketentuan tata ruang;
b. Pemilihan lokasi IPAL diujung muara pipa induk harus
mempertimbangkan aspek hidrolis dan aspek pembebasan lahan;
c. Lokasi IPAL harus merupakan daerah bebas banjir untuk periode
ulang 20 (dua puluh) tahun.
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Kebutuhan Lahan
a. Kebutuhan lahan untuk IPAL terdiri dari:
 Lahan untuk instalasi dan bangunan penunjang
 Lahan untuk buffer zone
b. Kebutuhan lahan untuk instalasi dihitung berdasarkan
debit harian maksimum yang diproyeksikan 20 tahun
untuk penerapan IPAL berbasis teknologi proses alamiah
atau proses biologis yang efisien dalam kebutuhan
konsumsi listrik;
c. Kebutuhan lahan untuk lahan penyangga (buffer zone)
minimum harus dipersiapkan seluas 50% dari kebutuhan
luas lahan untuk instalasi;
Variation of Treatment Process and Land Requriements
High Waste Sludge

OD: Oxidation Ditch


Area x 0.8 TF: Trickling Filter
Area x 2/3 CAS: Conventional Activated Sludge
MBR SBR: Sequencing Batch Reactor
MBR: Membrane Bio Reactor
Treatment Effluent BOD (mg/l)

OD UASB: Upflow Anaerobic Sludge Blanket


SBR CAS Area x 1/2 - 1/3
20 Area x 1/5-1/10
TF
Area x 1/2
Aerated Lagoon
Oxidation
50 Pond

UASB
(area depends on post treatment)
No waste sludge
(Anaerobic)
100 Less waste sludge

Raw Sewage BOD = 150 – 250 mg/l

Required Land Area


A. Existing STP B. JBIC STP Ratio
Process Design PE Process Design PE B/A
Bunus OP 86,000  CAS 352,000 4.1

90
Land for Pump Station
DSDP – Sanur Pump Station
No. of Pump: 30 kW x 3 units, Emergency Generator
Area: 700 m2

91
Tips for development strategy for IPAL
1. Start with a WWTP in large land area
 First Oxidation Ponds or Aerated Lagoon
 Low or No waste sludge
 Low technology
 Low tariff
 To reserve land for future expansion

2. Upgrade to higher level WWTP (larger capacity)


 To accommodate large volume of sewage in future
 After ensuring affordability and tariff collection
 High waste sludge requires well planned disposal
 Outsourcing of O&M is an option
 Effluent reuse business only if a serious need exists
(normally not financially feasible!!)

3. Still Lacking:
 National Standard for Sewerage Design
 Technical Checking Mechanism of Consultants’ Work
Engineering Design of IPAL

Laboratory
Auxiliary Buildings
Landscaping (admin, Warehouse, etc.)

Civil Works (utilities,


Geotechnical
Engineering Structural roads, drainage, fence)
Design Outfall / discharge
M&E

Hydraulics
Process

Topo Survey Environmental Regulations


Design
Project Criteria Social Aspects
Conditions Soil Investigations Available Technical Support

Disposal Points
Available Land
Sewage
Characteristics
Sewage Flow

93
Process Hydraulic
M&E Design
Design Design

Process Flow Equipment


Flow Diversion
Diagram Layout
Building Plan
Hydraulic Power
Mass Balance
Profile Distribution

Structural Civil Works &


Documentation
Design Other Design

Drawing
Tanks, Buildings Earth Strucutre

Specifications
Infrastructures
Foundation
(Road, Utilities, Landscaping, etc.)
BOQ

General Flow of Engineering Design of IPAL

94
Ex. Receiving Tank
Ex. Aerated Lagoon
Ex. Sedimentation Pond Aerated Lagoon System
M M M

Ex Inlet Pump Sta.


Effluent

Pump
Activated Sludge System

Output of Process Design


1. Process Diagram
95
Flow Control by Chamber and Stop Log
Horizontal Hydraulic Design
Flow Diversion (1/3) Any of Lagoon/Pond can be shut down for
Maintenance and Flow is diverted to others.

Aerated Lagoon Maturation Pond


No.1 No.1

Pump
Station

X Aerated Lagoon
No.2 X Maturation Pond
No.2
Cleaning

96
Flow Control by Chamber and Stop Log
Horizontal Hydraulic Design
Flow Diversion Any of Lagoon/Pond can be shut down for
Maintenance and Flow is diverted to others.

Pump
Aerated Lagoon Maturation Pond
Station

No diversion !! = No maintenance

97
98
Function: To remove garbage
Screen width = 6 – 15 mm
Installed at inlet works

Drum Screen
Traveling Rake Screen

99
Function: To transfer liquid and sludge
Installed in wet and dry position

Centrifugal Pump for Sewage

Screw Pump for Sewage and sludge

Cavity Pump for sludge 100


Parshall Flume:
Most traditional and reliable
Measurement for wide range of flow
Flow calculated from water level
detection

101
Ultrasonic Flow Meter:
Directly indicate flow
Not a matter of diameter.
Easy to install on existing pipes

102
Surface Aerator Function: To supply oxygen into liquid
Variable type and function

Surface aerator and jet aerator.


Blower not required.

Garbage Clogging Open Type


around a shaft (Recommended)

Jet Aerator
(Submersible pump and air-inlet pipe)
Screw type for small scale
103
X
Tidak ada “Reduction Gear”.
Kecepatan Propeller = 1500 RPM (terlalu cepat!)
Propeller tidak “Open Type”.
Sampah menyumbat penyebab bermotor bakar

104
Motor

Reduction Gear

Aerator
(< 200 RPM)

Open Type Propeller


No Garbage Clogging!

105
Tambahan
HC & Local Sewers
25%

Pengendalian dan Pengawasan


Desain Pipa Sewer 2-Pump Stations
8%
Sewers, LSP, HI
54%

WWTP (incl. PS)


13%

Desain Sewer BUKAN hanya Rencana dan Profil


Lebih Penting Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan
 Bahan membuat perbedaan besar dalam Biaya
 Konstruksi metode agar sesuai dengan kondisi
lokasi
 Safety: Keselamatan Kerja Konstruksi
 Minimum gangguan kepada masyarakat

106
Pengendalian dan Pengawasan
Desain Pipa Sewer
Cost of Sewer Pipes
for pipes dia. 200 – 300 mm,

Biaya tidak berhubungan dengan diameter


(Cost is not a matter of diameter)
Hal ini terkait dengan kedalaman (a matter of depth)

Kedalaman berhubungan dengan kemiringan (depth a matter of slope)

Lereng ini terkait dengan kelancaran (slope a matter of smoothness)

Kelancaran berkaitan dengan Materi (smoothness a matter of material)

Oleh karena itu, Biaya tergantung pada MATERIAL


(Therefore, Cost is a matter of Material !!!)

107
Bahan membuat perbedaan besar dalam Biaya
Comparison RC - PVC

Unit Rate Breakdown - RC Pipe 250 mm

8,000,000

6,000,000
Unit Rate (Rp./m)

Laying
4,000,000
Material

2,000,000

0
1.5 m 2.0 m 3.0 m 4.0 m 5.0 m 6.0 m
Earth Cover

108
Bahan membuat perbedaan besar dalam Biaya
Comparison RC - PVC
Sewer Construction Cost for 1 km Level Ground

2,500

Saving:
Max. Rp.1 billion / km
Total Cost for 1 km (Rp.million)

2,000

1,500
Laying
2,231 Material

1,000 1,689 1,612 1,355


1,398 1,280

500

308
144 168 205 144 168
0
RC200 RC250 RC300 PVC200 PVC250 PVC300
Material-Diameter
109
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

Konstruksi metode agar sesuai dengan kondisi lokasi


(Desain Perubahan DSDP-2) ATD = 6,810 veh/day
W = 7.10 m
Ex. Dep = 4.8 - 5.4 m

JL. L
egia
n
Original Jacking Route JL. Bakunsari
Additional Jacking Route
Traffic direction
ATD = 7,305 veh/day
ATD: Ave. Traffic Density (vehicle/day) W = 5.7 m
W: Road Width Ex. Dep = 4.9 – 5.3 m

a
laz
Ex. Dep: Excavation Depth

aP

JL. Raya
tik
ar
.K
JL
ATD = 6,261 veh/day

Kuta Tub
W = 7.5 m
Ex. Dep = 3.8 - 5.2 m

an
ATD = 125,756 veh/day
W = 11.00 m
Ex. Dep = 3.8 - 6.6 m

JL. Ka
rtika P
laza

JL. Ke
diri

To
Airport 110
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

Jacking mechanism
Departure Shaft Jacking Machine

Arrival Shaft

200 - 250 m
Arrival Shaft

Departure Shaft

Hydraulic Jack

Jacking Machine Fj = Jacking Force


Counter Wall 111
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

Metode Konstruksi HARUS sesuai dengan


kondisi lokasi (Desain Perubahan DSDP-2)

Deep open-cut for Service Pipe → Eliminated


Lateral Sewer Pipe directly connected to Jacking Pipe

Legian St.
Revised

112
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

Screen Sampah dalam MH

113
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

Screen Sampah di Inlet IPAL

Fine Screen
Perforated Plate dia. 15 mm

Coarse Screen
(20 mm) with Bucket

114
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

konstruksi Wet Pit (Pre-cast metode )

115
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

konstruksi Wet Pit (caisson metode )

116
Pengendalian dan Pengawasan Desain Pipa Sewer

Brick HI

PVC HI untuk ruang kecil

117
Akhirnya, Apa yang kurang ?
1. Standar Nasional untuk Desain Fasilitas Air Limbah
Sekarang: Sepuluh proyek memiliki sepuluh desain yang berbeda
Rekomendasi:
1) Cipta Karya menggunakan “Malaysia’s Design Standard for Sewerage”
sebagai sementara Standar.
Mengapa Malaysia? Hal ini lebih cocok untuk Indonesia dari
standar Jepang Basics
2) Kemudian mengembangkan dan memperbaruinya untuk memenuhi
kebutuhan di Indonesia
Guideline
for
Upgrade Sewerage Works

Feedback

118
118
Akhirnya, Apa yang kurang ?

2. Teknis Mekanisme Memeriksa Desain Konsultan'


Sekarang: Tidak ada orang yang memeriksa desain
Rekomendasi:

1) Cipta Karya mempekerjakan Konsultan untuk Memeriksa dan/atau


Manajemen

2) Mereka harus mengawasi banyak proyek pada suatu waktu

119
119
TERIMA KASIH

OTSUKARESAMADESHITA

CEKAP SEMANTEN PIATUR KULO SAE LAN


MBOTEN KULO NYUWUN NGAPUNTEN

Anda mungkin juga menyukai