PERENCANAAN
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
SISTEM SETEMPAT
(ON SITE)
• Teknologi Pengelolaan Air Limbah Dengan Sistem
Setempat (On-Site System) Sistem Individual
Berdasarkan karakteristik
Berdasarkan sumbernya
SEPTIC TANK/CUBLUK
GOT/SALURAN DRAINASE
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
Pengelolaan air limbah pada umumnya di Indonesia
IPLT
Black water
Septic tank
Cubluk
Upflow
filter
Spal Grey water Resapan
Drainase
atau SDA (dg/tanpa aerasi)
difum
Teknologi Pengelolaan Air Limbah Dengan Sistem
Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
1. Tangki Septik
2. Tangki Septik dengan Bidang Resapan
3. Tangki Septik dengan Evapotranspirasi
4. Tangki Septik dengan Filter
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK
Tangki septik adalah salah satu cara pengolahan air limbah domestik
yang menggunakan proses pengolahan secara anaerobik. Proses ini
dapat memisahkan padatan dan cairan di dalam air limbah. Padatan
dan cairan memerlukan dan harus diolah lebih lanjut karena banyak
mengandung bibit penyakit atau bakteri patogen yang berasal dari
kotoran (feces) manusia. Jika tidak diolah, maka dikhawatirkan air
limbah dapat menularkan penyakit kepada manusia terutama
melalui air (waterborne disease)
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK
• Tangki septik terbagi menjadi 2 (dua) berdasarkan jenis air limbah yang masuk
ke dalamnya yaitu tangki septik dengan sistem tercampur dan sistem terpisah.
• Tangki septik dengan sistem tercampur adalah tangki septik yang menerima air
limbah tidak hanya lumpur tinja dari kakus saja tetapi juga air limbah dari sisa
mandi, mencuci ataupun kegiatan rumah tangga lainnya.
• Tangki septik dengan sistem terpisah adalah tangki septik yang hanya
menerima lumpur tinja dari kakus saja. Jenis air limbah yang masuk akan
menentukan dimensi tangki septik yang akan digunakan terkait dengan waktu
detensi dan dimensi ruang-ruang (zona) yang berada di dalam tangki septik
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK
Secara umum, tangki septik dengan bentuk persegi panjang mengikuti kriteria
disain yang mengacu pada SNI 03-2398-2002 yaitu sebagai berikut:
Perbandingan antara panjang dan lebar adalah (2-3): 1
Lebar minimum tangki adalah 0,75m
Panjang minimum tangki adalah 1,5m
Kedalaman air efektif di dalam tangki antara (1-2,1)m
Tinggi tangki septik adalah ketinggian air dalam tangki ditambah dengan tinggi
ruang bebas (free board) yang berkisar antara (0,2-0,4)m
Penutup tangki septik yang terbenam ke dalam tanah maksimum sedalam
0,4m
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK
Perhitungan dimensi tangki septik:
Q = q x p/1000
Q = debit yang akan diolah septic tank (m3/hari)
q = laju timbulan air limbah (l/or/hari), 5 – 40 l/or/hari
(sistem terpisah), 45 – 300 l/or/hari (sistem tercampur)
p = jumlah pemakai (or)
Waktu detensi ≥ 5 hari (sistem terpisah), 2 ≥ tercampur
ZONA-ZONA DALAM TANGKI SEPTIK
Dimensi Tangki Septik
Pipa udara
1.50 m
Ø > 50 mm
Manhole
Pipa inlet Pipa oulet
7.5 cm 0.25 m
Ø 100-150 mm > 30 cm < 20 % h
Sekat
Ø 100-150 mm
40 % h
h = (1-1.8) m
D i f um
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
DIMENSI TANGKI SEPTIK TERCAMPUR
Jumlah Zona Zona Zona Panjang Lebar Tinggi Volume
No Pemakai Basah Lumpur Ambang Tangki Tangki Tangki Total
(KK) (m3) (m3) Bebas (m3) (m) (m) (m) (m3)
1 1 1,2 0,45 0,4 1,6 0,8 1,6 2,1
2 2 2,4 0,9 0,6 2,1 1,0 1,8 3,9
3 3 3,6 1,35 0,9 2,5 1,3 1,8 5,8
4 4 4,8 1,8 1,2 2,8 1,4 2,0 7,8
5 5 6,0 2,25 1,4 3,2 1,5 2,0 9,6
6 10 12,0 4,5 2,9 4,4 2,2 2,0 19,4
Perlu diingat bahwa tangki septik harus dibuat kedap agar cairan yang
berasal dari lumpur tinja tidak merembes keluar dari tangki sehingga
berpotensi mencemari tanah dan air tanah di sekitarnya
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
DIMENSI TANGKI SEPTIK TERPISAH
Jumlah Zona Zona Zona Lebar Tinggi Volume
Panjang
No Pemakai Basah Lumpur Ambang Tangki Tangki Total
Tangki (m)
(KK) (m3) (m3) Bebas (m3) (m) (m) (m3)
1 2 0,4 0,9 0,3 1,0 0,8 1,3 1,6
2 3 0,6 1,35 0,5 1,8 1,0 1,4 2,45
3 4 0,8 1,8 0,6 2,1 1,0 1,5 3,2
4 5 1,0 2,6 0,9 2,4 1,2 1,6 4,5
5 10 2,0 5,25 1,5 3,2 1,6 1,7 8,7
• Kapasitas perkolasi tanah berkisar antara (0,5-24) menit/cm dan optimum 8 menit/cm.
• Ketinggian muka air tanah minimum 0,60 m di bawah dasar rencana saluran peresap
atau (1-1,5) m di bawah muka tanah.
• Jarak horizontal dari sumber air (seperti sumur) tidak boleh kurang dari 10m
• Ukuran efektif butiran tanah maksimum 0,13 mm
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
Dengan Sistem Setempat (On-Site
System) Sistem Individual
Difum
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
0.60 m
0.40 m
Kerikil/koral Kerikil/koral
30 cm 30 cm 30 cm 30 cm 30 cm
(0.45-0.90) m
Difum
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK DENGAN SALURAN PERESAPAN
Kapasitas Kapasitas
Kelayakan Sebagai
Struktur Tanah Perkolasi Absorpsi
Resapan
[Men/Cm] [(L/M2.Hr)]
- Kerikil s.d pasir kasar < 0.5 200 Perlu perbaikan tanah
- Pasir Kasar s.d Pasir Medium 0.5 – 2 100 – 200 Perlu perbaikan tanah
- Pasir Halus s.d Pasir Berlempung 3–6 15 – 35 CUKUP BAIK
- Lempung Berpasir s.d Lempung
- Lempung s.d Lempung 7 – 12 8 – 15 SANGAT BAIK
Berlumpur yang menyerap 13 – 24 4–8 CUKUP BAIK
- Lempung Tanah Liat yang
menyerap s.d Lempung Tanah 25 – 48 2–4 Perlu perbaikan tanah
Liat
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK DENGAN SUMUR PERESAPAN
• Sumur peresapan dipakai untuk menerima efluen dari tangki septik.
Sumur resapan memiliki fungsi yang sama dengan saluran peresap dan
terkadang dipasang secara seri pada ujung saluran peresap
• Kondisi tanah yang pada bagian permukaannya kedap air sedangkan
pada bagian tengahnya tidak kedap air (porous)
• Kapasitas perkolasi tanah sebesar (3-12) menit/cm. Sumur peresapan
juga tepat untuk lokasi dengan lahan yang terbatas
• Jarak muka air tanah minimum 0,6 m namun disarankan 1,2 m di bawah
dasar konstruksi sumur peresapan
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK DENGAN EVAPOTRANSPIRASI
• Pengolahan dilakukan dengan cara mengalirkan effluent air limbah
dari tangki septik pada tanaman yang akan menyerap sebagian
aliran air limbah melalui akar-akarnya. Selanjutnya, hasil
penyerapan tersebut akan dilepas melalui proses penguapan alami
tanaman tersebut dari daun-daunnya (evapotranspirasi)
Aplikasi pada kondisi :
• Tanah sangat kedap air (impermeable) dengan angka perkolasi lebih dari
24 menit/cm
• Daerah yang memiliki temperatur panas (tinggi)
• Semakin efektif bila kelembaban udara rendah
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
TANGKI SEPTIK DENGAN EVAPOTRANSPIRASI
Kriteria disain yang dapat digunakan untuk sistem evapotranspirasi ini adalah
sebagai berikut (Bintek, 2011):
• Pipa distribusi dengan diameter 100 mm dan jarak antar cabang distribusi (1-3)
m
• Kerikil dengan ketebalan (5-10) cm termasuk pada bagian di sekeliling pipa
distribusi
• Pasir berukuran 0,1 mm dipasang dengan kedalaman (0,30-0,75) m. Daya
kapiler tidak lebih dari 0,9 m
• Perhitungan volume pasir berdasarkan waktu detensi effluent tangki septik
antara (10-20) hari.
• Jenis tanah yang baik dan subur. Ketebalan tanah dibuat antara (10-15) cm.
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Individual
IPAL Komunal
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Komunal
Sistem komunal untuk pengolahan air limbah terpisah hanya dari lumpur tinja
dapat menggunakan sistem pengolahan yang dikenal dengan MCK++.
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Komunal
TANGKI SEPTIK DENGAN SMALL BORE SEWER
• Small bore sewerage (SBR) adalah salah satu alternatif pengolahan
lanjutan untuk effluent dari tangki septik yang didisain untuk menerima
hanya limbah rumah tangga dalam wujud cair (liquid) yang selanjutnya
dialirkan melalui jaringan pengumpur air limbah dengan sistem terpusat
(Otis & Mara, 1985).
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Komunal
TANGKI SEPTIK BERSAMA
Perencanaan tangki septik yang lebih detil dapat mengacu pada pembahasan
Tangki septik dan SNI 03-2398-2002 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan
Sistem Resapan
Pada sistem ini, WC/kakus
dibangun pada masing-masing
rumah dan selanjutnya air limbah
dialirkan melalui pipa ke tangki
septik yang dibangun di bawah
tanah. Tangki septik ini digunakan
bersama untuk beberapa rumah
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Komunal
BIODIGESTER
Bio-digester adalah pengolahan air limbah dengan melalui proses biologis secara
anaerobik atau tanpa kehadiran oksigen. Proses penguraian materi organik dari air
limbah yang diolah akan menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai
energi alternatif
REAKTOR BIOGAS SKALA
KECIL/ MENENGAH
Skema beberapa jenis reaktor biogas untuk kotoran hewan jenis fixed dome dan floating
drum yang banyak digunakan untuk reaktor skala kecil.
Tipe Reaktor biogas yang banyak digunakan di China (China dome digester)
Skema reaktor biogas kantung polyethylene
SKEMA PENGOLAHAN SAMPAH
ORGANIK DAN PRODUKSI BIOGAS
SEDERHANA (BIOREAKTOR DALAM
TANAH)
Penampun
Inlet bubur g biogas
Outlet
sampah
Pipa biogas olahan
Man
hole
Cairan
fermenta
siLapisan
tanah
Bioreakto
r Outle
t
Penghilangan Ss 94,1 - 95 %
Sesuai jika:
Tanah
impermeable >
24 min/cm
Daerah bersuhu
tinggi
Kelembaban
rendah
Teknologi Pengelolaan Air Limbah
dengan Sistem Setempat (On-Site System)
Sistem Komunal
Kolam Aerobik
Kolam aerobik ini pada prinsipnya sama dengan kolam aerobik pada
Instalasi Pengolahan Air Lumpur Tinja (IPLT) namun dalam skala
yang lebih kecil mengacu pada jumlah pengguna dari kolam ini.
Biasanya diperlukan 2 (dua) atau 3 (tiga) kolam untuk menurunkan
konsentrasi BOD
TEKNOLOGI SANITASI
BERBASIS MASYARAKAT
IPAL DOMESTIK KOMUNAL DENGAN
PROSES BIOFILTER ANAEROB-AEROB
2) Pelaksanaan Survey
Survey dilaksanakan terkait dengan pengumpulan data yang
diperlukan
PENGUMPULAN DATA
i. Pengumpulan data primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi:
o Jumlah rumah dan klasifikasinya
o Jumlah sarana tangki septik yang ada
o Lokasi (lahan) yang dapat digunakan untuk pembangunan IPLT
o Kondisi lingkungan disekitar lokasi (lahan) pembangunan IPLT
o Sarana jalan lingkungan dan jalan menuju calon lokasi IPLT
PENGUMPULAN DATA
ii. Pengumpulan data sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan diantaranya adalah:
o Kondisi iklim daerah perencanaan (mencakup variasi
temperatur, kelembaban, dan curah hujan).
o Kondisi fisik wilayah pelayanan yang diperlukan untuk
menunjang proses perencanaan atau disain IPLT. Data tersebut
meliputi kondisi topografi (kemiringan) wilayah, kondisi geologi
(kestabilan dan sifat kedap air tanah), kondisi geohidrologi
(fluktuasi tinggi muka air tanah), dan kondisi hidrologi (badan
air sekitarnya, daerah genangan).
PENGUMPULAN DATA
o Data kependudukan yang meliputi jumlah penduduk (saat ini
dan proyeksi di masa yang akan datang), kepadatan penduduk
(termasuk pola pertumbuhannya), tipe rumah dan jumlah
penghuninya , dan kondisi kesehatan masyarakat secara
umum.
o Kondisi sanitasi lingkungan yang meliputi data sumber air
bersih, tingkat pelayanan air bersih (termasuk harga air), cara
pembuangan dan pengelolaan limbah tinja saat ini (existing),
dan fasilitas pembuangan air limbah dan hujan.
PENGUMPULAN DATA
o Rencana induk sistem pembuangan air limbah (master plan)
yang dapat memberikan informasi sistem pembuangan dan
pengelolahan air limbah yang ada serta rencana
pengembangan di masa yang akan datang.
o Kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang meliputi persepsi
masyarakat terhadap kondisi sanitasi saat ini, tingkat
pendidikan dan pengetahuan tentang higiene, faktor agama
dan budaya yang mempengaruhi, dan kondisi ekonomi
masyarakat (mata pencaharian, penghasilan).
o Kelembagaan dan peraturan
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT
1) Penentuan Daerah Pelayanan IPLT
Perencanaan IPLT sangat bergantung pada penentuan daerah
pelayanan.
Rencana induk (master plan) air limbah dan target pelayanan
IPLT digunakan sebagai data bagi perencana dalam membuat
peta rencana daerah pelayanan sarana IPLT yang akan dibangun.
Peta daerah pelayanan merupakan gambaran kuantitatif dari
daerah pelayanan IPLT yang direncanakan.
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT
2) Penentuan Lokasi IPLT
Setelah daerah pelayanan ditentukan, langkah selanjutnya
adalah menentukan lokasi IPLT yang akan dibangun. Beberapa
aspek penting dalam menentukan lokasi IPLT diantaranya:
a) Efisiensi dan efektifitas sistem IPLT (investasi, operasi dan
pemeliharaan)
b) Kemudahan transportasi lumpur tinja dari daerah layanan ke
lokasi IPLT
c) Aman terhadap lingkungan disekitarnya (banjir, gempa bumi,
resiko polusi, gunung merapi)
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT
1) Tipe IPLT
Dibawah ini adalah diagram alir unit-unit sistem Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
a. Sistem Kolam Stabilisasi
b. Sistem Tangki Imhoff-kolam Stabilisasi
ALTERNATIF TAHAPAN IPLT < 100.000 PE
ALTERNATIF TAHAPAN IPLT < 100.000 PE
ALTERNATIF TAHAPAN IPLT > 100.000 PE
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)
OPSI PENGOLAHAN
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
1. Unit Pengumpul
2. Tanki Imhoff
3. Kolam Stabilisasi (Anaerobik – Fakultatif –
Maturasi)
4. Unit Pengering Lumpur
5. Bangunan Pelengkap
Prinsip pengolahan IPLT
b) Tangki Imhoff
Tangki Imhoff merupakan Bangunan dari konstruksi dari beton
bertulang kedap air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan
oksigen bio kimia dan suspended solid, serta pembusukan lumpur
yang terendapkan dari efluen lumpur tinja bak pengumpul.
bakteri
Bahan organik + O2 ------ CO2 + H2O
Bentuk teknis kolam ini adalah berupa kolam penampung (1-2) meter, dimana
panjang (p) berbanding lebar (L) adalah (2/3:1), dan kolam ini memiliki
kedalaman antara (1-2) meter. Kolam maturasi ini di desain berdasarkan pada
prinsip pemisahan kandungan fecal coliform.
Waktu detensi dalam kolam maturasi, umumnya dalam rentang (5-10) hari dan
jumlah kolam maturasi yang dibutuhkan tergantung pada jumlah fecal coliform.
Biasanya untuk 2 kolam maturasi dengan waktu detensi 5-10 hari, secara
normal nilai BOD5 nya berkisar dibawah 30 mg/L. Dalam perencanaannya dasar
kolam maturasi harus bersifat tidak menyerap atau lapisan kedap air.
KOLAM MATURASI
DIMENSI KOLAM
MATURASI
f) Unit Pengeringan Lumpur (Sludge Drying Bed)
Unit pengering Lumpur berfungsi untuk menampung endapan
lumpur yang berada pada unit proses anaerob, fakultatif dan
maturasi, sehingga dapat dikeringkan secara alami dengan
bantuan sinar matahari dan angin selain Lumpur yang sudah
kering dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk.
UNIT PENGERING LUMPUR
UNIT PENGERING LUMPUR
Kebutuhan
Jumlah Kapasistas Berat Solid Volum Sisa Kebutuhan Kebutuhan
Lahan
Penduduk Tinja mengendap Lumpur Lumpur Dying bed Dying bed
untuk
Dilayani Terolah di Imhoff Mengendap Inert Operasi Stand-by
Perluasan
(1.000 org) (m3/hari) (gr/hari) (m3/hari) (m3/hari) (unit) (unit) (unit)
50 25 225000 6 3 1 1 0
100 50 450000 11 7 2 1 0
150 75 675000 17 10 2 1 1
200 100 900000 23 14 3 2 1
250 125 1125000 28 17 4 2 1
300 150 1350000 34 20 5 3 1
350 175 1575000 39 24 5 3 1
400 200 1800000 45 27 6 4 1
450 225 2025000 51 30 7 4 1
500 250 2250000 56 34 8 5 2
550 275 2250000 62 37 8 5 2
600 300 2475000 68 41 9 6 2
Kebutuhan
Jumlah Kapasistas Berat Solid Volum Sisa Kebutuhan Kebutuhan
Lahan
Penduduk Tinja mengendap Lumpur Lumpur Dying bed Dying bed
untuk
Dilayani Terolah di Imhoff Mengendap Inert Operasi Stand-by
Perluasan
650 325 2700000 73 44 10 6 2
700 350 2925000 79 47 11 6 3
750 375 3150000 84 51 11 6 3
800 400 3600000 90 54 12 6 3
850 425 3825000 96 57 13 7 3
900 450 4050000 101 61 14 7 4
950 475 4275000 107 64 14 7 4
1000 500 4500000 113 68 15 8 4
1050 525 4725000 118 71 16 8 4
1100 550 4950000 124 74 17 8 4
1150 575 5175000 129 78 17 8 5
1200 600 5400000 135 81 18 8 5
1250 625 5625000 141 84 19 8 5
UNIT PENGERING LUMPUR
DIMENSI
UNIT PENGERING LUMPUR
LAY OUT
UNIT PENGERING LUMPUR
PROFIL MEDIA
UNIT PENGERING LUMPUR
ELEVASI (m)
Sistem & Macam Unit Konstruksi Atas Unit Konstruksi Dasar Unit
Muka Air
Bangunan Bangunan (Puncak) Bangunan (Invert)
Pilihan I
Platform + 0.30 - - 0.10
Kolam Stabilisasi Anaerobik I + 0.00 - 0.20 - 2.70
Kolam Stabilisasi Anaerobik II + 0.00 - 0.30 - 2.80
Kolam Stabilisasi Fakultatif + 0.00 - 0.40 - 2.00
Kolam Maturasi + 0.00 - 0.50 - 1.70
Pengering Lumpur + 1.30 - 0.8 (muka pasir) - 0.10
Badan Air - - 1.00/lebih dalam -
Pilihan II
Sumur Pompa + 0.30 - 0.10 - 2.00
Ram (Tanjakan) + 1.70/lebih tinggi - -
Tangki Imhoff + 3.20/lebih tinggi + 2.90/lebih tinggi + 5.80/lebih tinggi
Kolam Stabilisasi Anaerobik I + 0.00 - 0.20 - 2.70
Kolam Stabilisasi Anaerobik II + 0.00 - 0.30 - 2.80
ELEVASI (m)
Sistem & Macam Unit Konstruksi Atas Unit Konstruksi Dasar Unit
Muka Air
Bangunan Bangunan (Puncak) Bangunan (Invert)
Kolam Stabilisasi Fakultatif + 0.00 - 0.40 - 2.00
Kolam Maturasi + 0.00 - 0.50 - 1.70
Pengering Lumpur + 1.30 - 0.8 (muka pasir) - 0.10
Badan Air - - 1.00/lebih dalam -
Pilihan II
Sumur Pompa + 0.30 - 0.10 - 2.00
Ram (Tanjakan) + 1.70/lebih tinggi - -
Tangki Imhoff + 3.20/lebih tinggi + 2.90/lebih tinggi + 5.80/lebih tinggi
Kolam Aerasi Anaerobik + 0.00 - 0.20 - 2.70
Kolam Aerasi Fakultatif + 0.00 - 0.30 - 2.80
Kolam Stabilisasi Fakultatif + 0.00 - 0.40 - 2.00
Kolam Maturasi + 0.00 - 0.50 - 1.70
Pengering Lumpur + 1.30 - 0.8 (muka pasir) - 0.10
Badan Air - - 1.00/lebih dalam -
TERIMA KASIH