Anda di halaman 1dari 57

PERBANDINGAN METODE ELEKTROKOAGULASI DENGAN

PRESIPITASI HIDROKSIDA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH


CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

RUSYADI WICAHYO AULIANUR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS


TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perbandingan


Metode Elektrokoagulasi Dengan Metode Presipitasi Hidroksida Untuk
Pengolahan Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Rusyadi Wicahyo Aulianur


NIM F34090118
ABSTRAK
RUSYADI WICAHYO AULIANUR. Perbandingan Metode
Elektrokoagulasi Dengan Metode Presipitasi Hidroksida Untuk Pengolahan
Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit. Dibimbing oleh SUPRIHATIN.

Limbah cair penyamakan kulit mengandung bahan organik dan logam


berat dalam konsentrasi tinggi sehingga berpotensi mencemari lingkungan
dan menimbulkan masalah kesehatan. Limbah cair penyamakan kulit
mengandung krom dalam jumlah yang banyak akibat dari bahan penyamak
yang digunakan.Untuk mencegah timbulnya masalah akibat limbah tersebut
diperlukan suatu metode pengolahan yang sesuai dengan karakteristik
limbah tersebut. Dalam penelitian ini metode elektrokoagulasi
menggunakan elektroda aluminium dan presipitasi hidroksida menggunakan
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) diteliti untuk menurunkan parameter COD,
krom total, TSS, kekeruhan, warna dan menentukan kondisi optimum proses
dan tingkat penyisihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
presipitasi hidroksida penyisihan tertinggi didapatkan pada dosis 8 g/l
dengan pH 8.445 dan tingkat penyisihan COD 72.18%, krom total 99.98%,
TSS 98.64%, kekeruhan 98.90% dan warna 99.43%. Dengan
elektrokoagulasi penyisihan tertinggi didapatkan dengan tingkat penyisihan
COD dari 5621 mg/l menjadi 1070 mg/l (80.98%), krom total dari 288.375
mg/l menjadi 132.25 mg/l (53.46%), TSS dari 257 mg/l menjadi 31 mg/l
(87.93%), kekeruhan dari 406 mg/l menjadi 139 mg/l (65.93%) dan warna
dari 1978.5 PtCo menjadi 636 PtCo (68.10%). Hasil ini didapat dengan
voltase 24 volt dan waktu kontak 120 menit. Semakin tinggi voltase dan
waktu kontak elektrokoagulasi, semakin baik mutu air limbah yang
dihasilkan.

Kata Kunci: elektrokoagulasi, limbah cair penyamakan kulit, presipitasi


hidroksida
ABSTRACT

RUSYADI WICAHYO AULIANUR. A Comparison Of Electrocoagulation


Method and Hydroxide Precipitation Methods For Leather Tanning Industry
Liquid Waste. Supervised by SUPRIHATIN.

Leather tanning wastewater contains high concentration of organic


compound and heavy metals and has a potential to pollute the environment
and causing the health problems. The liquid waste of leather tanning
contains chrome in a high concentration, because of the tanning materials
that used in the process. It is needed to find out an appropiate methods to
reduce the problems according to the wastewater characteristics. In this
research, electrocoagulation using aluminium electrodes and hydroxide
precipitation methods using calcium hydroxide (Ca(OH)2) were evaluated
experimentally to remove pollutant parameter such as COD, TSS, total
chrome, turbidity, and color. Results showed that the highest removal of
pollutant using hydroxide precipitation method is obtained at dose of 8 g/l at
pH 8.445 and could reduce the COD parameter of 72.18%, total chrome of
99.98%, TSS of 98.64%, turbidity of 98.90% and color of 99.43%. Using
electrocoagulation method could reduce COD from 5621 mg/l to 1070 mg/l
(80%), total chrome from 288.375 mg/l to 132.25 mg/l (53%), TSS from
257 mg/l to 31 mg/l (87.93%), turbidity from 406 mg/l to 139 mg/l
(65.93% ), and color from 1978.5 PtCo to 636 PtCo (68.10%). This result is
obtained by combination of 24 volt and contact time 120 minutes, more
higher voltage and contact time given, more better quality of wastewater
effluent is generated.

Keywords: electrocoagulation, leather tanning liquid waste, hydroxide


precipitation
PERBANDINGAN METODE ELEKTROKOAGULASI DENGAN
METODE PRESIPITASI HIDROKSIDA UNTUK PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

RUSYADI WICAHYO AULIANUR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS


TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
JuduI Skripsi: Perbandingan Metode Elektrokoagulasi Dengan Presipitasi
Hidroksida Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri
Penyamakan Kulit
Nama : Rusyadi Wicahyo Aulianur
NIM : F34090118

Disetujui oleh

"

Prof. Dr.-Ing Ir. Suprihatin


Pembimbing

Tanggal Lulus:

,
Judul Skripsi : Perbandingan Metode Elektrokoagulasi Dengan Presipitasi
Hidroksida Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri
Penyamakan Kulit
Nama : Rusyadi Wicahyo Aulianur
NIM : F34090118

Disetujui oleh

Prof. Dr.-Ing Ir. Suprihatin


Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
tenaga dan hidayah sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai
Juli 2013 adalah manajemen lingkungan yang berjudul Perbandingan
Metode Elektrokoagulasi Dengan Presipitasi Hidroksida Untuk Pengolahan
Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. –Ing Ir. Suprihatin
selaku pembimbing atas perhatian dan saran selama penelitian dan penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Surjono
H Sutjahjo dan Ibunda Endah Wirasti selaku kedua orang tua yang telah
memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil. Ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan kepada laboran Bapak Yogi yang telah
memberikan bantuan selama penelitian. Di samping itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada Mira Triviana, SE yang telah
memberikan dorongan yang tulus dan seluruh teman-teman TIN 46.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Juli 2013

Rusyadi Wicahyo Aulianur


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat 3
Bahan 3
Alat 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Karakteristik Limbah Cair 5
Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Elektrokoagulasi 6
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap pH 8
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Kekeruhan 9
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap TSS 10
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Warna 11
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap COD 12
Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Krom Total 14
Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Presipitasi Kimia 15
Pengaruh Dosis terhadap TSS 16
Pengaruh Dosis terhadap Kekeruhan 17
Pengaruh Dosis terhadap Warna 19
Pengaruh Dosis terhadap COD 20
Pengaruh Dosis terhadap pH 21
Pengaruh pH terhadap Krom Total 22
Kebutuhan Energi dan Biaya 23
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 42
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik limbah cair penyamakan kulit 6

DAFTAR GAMBAR
1 Skema percobaan dengan metode elektrokoagulasi 4
2 Pengolahan limbah dengan menggunakan elektrokoagulasi 7
3 Perubahan limbah cair selama proses elektrokoagulasi 7
4 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap pH
limbah cair penyamakan kulit 8
5 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap kekeruhan limbah cair penyamakan kulit 9
6 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap efisiensi penyisihan kekeruhan limbah cair 9
7 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap nilai TSS limbah cair penyamakan kulit 10
8 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap efisiensi penyisihan TSS limbah cair penyamakan kulit 11
9 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap nilai warna limbah cair penyamakan kulit 11
10 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap efisiensi penyisihan nilai warna limbah cair penyamakan
kulit 12
11 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap nilai COD limbah cair penyamakan kulit 13
12 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap efisiensi penyisihan nilai COD limbah cair penyamakan
kulit 13
13 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap nilai krom total limbah cair penyamakan kulit 15
14 Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap efisiensi penyisihan nilai krom total limbah cair
penyamakan kulit 15
15 Presipitasi hidroksida menggunakan jar test apparatus 16
16 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap nilai TSS cair penyamakan kulit 17
17 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap efisiensi penyisihan nilai TSS limbah cair penyamakan
kulit 17
18 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap nilai kekeruhan limbah cair penyamakan kulit 18
19 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap efisiensi penyisihan nilai kekeruhan limbah cair
penyamakan kulit 19
20 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap warna limbah cair penyamakan kulit 19
21 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap efisiensi penyisihan warna limbah cair penyamakan kulit 20
22 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap nilai COD limbah cair penyamakan kulit 20
23 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap efisiensi penyisihan COD limbah cair penyamakan kulit 21
24 Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi hidroksida
terhadap nilai pH limbah cair penyamakan kulit 21
25 Pengaruh variasi pH pada presipitasi hidroksida terhadap nilai
krom total limbah cair penyamakan kulit 22
26 Pengaruh pH terhadap efisiensi penyisihan krom total limbah cair
penyamakan kulit 23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data hasil pengujian pH limbah cair penyamakan kulit pada
berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi 31
2 Data hasil pengujian nilai kekeruhan limbah cair penyamakan
kulit pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi 32
3 Data hasil pengujian nilai TSS limbah cair penyamakan kulit
pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi 33
4 Data hasil pengujian warna limbah cair penyamakan kulit pada
berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi 34
5 Data hasil pengujian nilai COD limbah cair penyamakan kulit
pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi 35
6 Data hasil pengujian nilai krom total limbah cair penyamakan
kulit pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi 36
7 Data hasil pengujian nilai TSS limbah cair penyamakan kulit
pada proses presipitasi hidroksida 37
8 Data hasil pengujian nilai kekeruhan limbah cair penyamakan
kulit pada proses presipitasi hidroksida 37
9 Data hasil pengujian nilai warna limbah cair penyamakan kulit
pada proses presipitasi hidroksida 38
10 Data hasil pengujian nilai COD limbah cair penyamakan kulit
pada proses presipitasi hidroksida 38
11 Data hasil perubahan pH pada presipitasi hidroksida 39
12 Data hasil pengujian nilai krom total limbah cair penyamakan
kulit pada proses presipitasi hidroksida 39
13 Perhitungan kebutuhan energi dan biaya untuk presipitasi kimia
dan elektrokoagulasi 40
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu industri yang perkembangannya pesat adalah industri


penyamakan kulit. Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah
bahan mentah kulit (hides and skin) menjadi bahan kulit samak (leather)
dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang mendukung proses
penyamakan. Menurut Aningrum (2006) pengolahan kulit mentah akan
menyebabkan kulit tahan terhadap pengaruh mikroorganisme, kimia dan
fisika.
Dalam industri penyamakan kulit terdapat tiga proses yaitu
pengerjaan basah (beam house), proses penyamakan (tanning), retanning
dan penyelesaian akhir (finishing) (Cooman et al. 2003). Namun seiring
berkembangnya industri penyamakan kulit, maka bertambah juga cemaran
akibat limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Hal ini mengakibatkan
kualitas air menjadi menurun karena tercemar oleh zat berbahaya yang
digunakan dalam proses penyamakan kulit. Salah satu logam yang
terkandung dalam limbah cair industri penyamakan kulit adalah kromium.
Kromium merupakan salah satu senyawa kimia yang digunakan pada
proses penyamakan kulit. Hanya sekitar 50-70% krom saja yang dapat
terjerap pada kulit dengan menggunakan metode penyamakan krom
(Saravanbahavan et al. 2004). Tidak semuanya dapat terserap oleh kulit
pada proses penyamakan, dan sisanya dikeluarkan dalam bentuk limbah cair.
Umumnya limbah cair penyamakan kulit untuk industri kecil tidak
mengalami proses pengolahan terlebih dahulu, sehingga penimbunan limbah
kromium dari badan sungai secara terus-menerus akan menyebabkan
dampak lingkungan yang serius. Kromium yang tercemar dan terkonsumsi
oleh manusia dapat merangsang terjadinya kanker (karsinogenik),
menimbulkan bau, rasa yang tidak sedap dan mengganggu ekosistem dalam
perairan (Rohaeti, 2007).
Selain kulit mentah (skins atau hide) sebagai bahan baku utama,
dalam proses produksi kulit samak juga digunakan berbagai bahan kimia
yang berbeda pada masing-masing tahap. Karakteristik limbah padat dan
cair pada industri penyamakan kulit bersifat khas dan bergantung pada
tahapan proses yang terjadi. Limbah proses prapenyamakan kaya dengan
bahan biologis yang berasal dari bahan baku utama kulit dan bahan
penolong (Rohaeti, 2007).
Untuk pembuangan bulu (unhairing) dan sisa daging (fleshing)
digunakan kapur dan sulfida. Kemudian kapur sisa dihilangkan dengan
penambahan garam amonium dan untuk pelumatan protein non kolagen
(batting) digunakan enzim. Limbah cair proses prapenyamakan bersifat basa
karena terdapatnya sisa kapur. Limbah proses penyamakan (tanning)
memiliki kadar krom cukup tinggi berkisar 1300-2500 ppm dan 2500-8000
ppm masing-masing (Esmaeli et. al, 2005). Hal ini diduga disebabkan
penyerapan krom pada proses penyamakan yang tidak efisien. Menurut
2

Bapedal Jatim (2003), bahwa hanya sekitar 75% krom pada cairan
penyamak yang terjerap pada kulit.
Limbah penyamakan kulit dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan karena pembuangan limbah padat dan limbah cair, juga
pencemaran udara karena bau. Pengolahan 6000-10000 lembar kulit akan
3
menghasilkan limbah padat sebanyak 2,5-4 ton dan limbah cair 250-500 m
(Sunaryo, 1994). Limbah cair dengan kadar protein cukup tinggi akan
menimbulkan bau bila tidak segera ditangani. Pencemaran gas juga dapat
berasal dari amonia di gudang kulit mentah serta gas H 2S dan amonia di bak
aerasi dan di rumah basah. Limbah padat penyamakan kulit yang kaya akan
bahan organik dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Akan tetapi
apabila kandungan kromnya sangat tinggi justru dapat mencemari tanaman.
Kadar krom pada filter cake limbah cair industri penyamakan kulit dapat
mencapai 3-7% (Triatmojo, 2002).
Dalam satu dasawarsa terakhir, ditemukan salah satu alternatif
proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode
elektrokoagulasi. Metode elektrokoagulasi bukan merupakan teknologi yang
baru, akan tetapi teknologi ini belum digunakan luas. Metode ini memiliki
keunggulan dibandingkan presipitasi (pengendapan) dengan bahan kimia
yang konvensional, karena metode ini tidak menggunakan bahan kimia yang
mahal. Mekanisme dari metode elektrokoagulasi adalah dengan
3+ 3+ 2+
memproduksi ion logam (Al , Fe , atau Fe ) sebagai prekursor koagulan
aktif dari anoda sacrificial misalnya aluminium atau besi yang dialiri arus
listrik. (Bayat et al. 2006). Ion logam tersebut akan menetralkan ion logam
negatif yang tidak stabil dalam limbah menjadi bentuk presipitat (endapan)
dan biasanya sangat stabil (Blais et al. 2000). Selain itu ion logam tersebut
-
akan bereaksi dengan ion hidroksil (OH ) pada katoda menghasilkan logam
hidroksida, yang kemudian membentuk flok dan mengapung pada
permukaan. Flok-flok dapat dibuang dengan mudah dengan dekantasi atau
filtrasi, tergantung kepada densitasnya (Chen, 2004). Metode ini efektif
dalam mengeliminasi padatan terlarut, logam berat terlarut, tannin, dan
bahan pewarna. Metode ini menggunakan alat yang sederhana,
pengoperasian yang mudah, periode retensi reaktif yang singkat dan
menghasilkan jumlah sludge yang lebih sedikit (Merzouk et al. 2008).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan proses


elektrokoagulasi sebagai proses alternatif pengolahan limbah cair
penyamakan kulit dengan metode konvensional yaitu presipitasi yang
menggunakan bahan kimia. Selanjutnya mengetahui pengaruh variasi
tegangan listrik dan waktu kontak elektroda dengan proses elektrokoagulasi
menggunakan alumunium pada sistem batch serta mengetahui dosis
optimum penambahan presipitan pada proses presipitasi kimia. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kandungan parameter seperti
pH, warna, kekeruhan, COD, TSS, dan krom total sebagai indikator
pencemaran limbah cair penyamakan kulit dari hasil olahan dengan kedua
metode tersebut.
3

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Memberikan informasi alternatif teknologi yang dapat digunakan dalam
mengolah limbah cair penyamakan kulit yaitu elektrokoagulasi
2. Mengetahui perbandingan metode elektrokoagulasi dan presipitasi kimia
pada pengolahan limbah cair penyamakan kulit
3. Mengetahui kombinasi waktu kontak dan tegangan yang terbaik pada
proses elektrokoagulasi
4. Mengetahui dosis optimum penggunaan presipitan pada proses
presipitasi limbah cair penyamakan kulit
5. Meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar pembuangan limbah
6. Mengurangi penggunaan bahan kimia sehingga dapat meminimasi biaya
pengolahan limbah

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada perbandingan pengolahan limbah cair


penyamakan kulit secara kimia dengan metode presipitasi hidroksida
menggunakan jar test dengan metode elektrokoagulasi menggunakan
elektroda aluminium. Proses secara kimia difokuskan untuk mengetahui
dosis optimum presipitan yang mempunyai efisiensi tertinggi dalam
mengurangi kandungan pencemarnya dan proses elektrokoagulasi
difokuskan terhadap pengaruh kombinasi tegangan listrik dan waktu kontak
proses. Variasi tegangan yang ditetapkan adalah 9 Volt, 12 Volt, 15 Volt, 18
Volt dan 24 Volt. Variasi waktu kontak yang ditetapkan adalah 60 menit, 90
menit, dan 120 menit. Hasil percobaan kemudian dianalisa paramater
pencemarnya meliputi pH, warna, kekeruhan, TSS, kadar krom total, dan
COD.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan sejak April hingga
bulan Juli 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik
Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah air limbah
proses penyamakan kulit dari PT. Muhara Dwi Tunggal Laju. Bahan-bahan
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk keperluan pengujian meliputi: larutan H2SO4 0,02%,
larutan ammonium molybdate, larutan SnCl2, gliserol, air destilata, larutan
4

K2Cr2O7, pereaksi COD, indikator ferroin, kapur (Ca(OH)2) dan larutan


Ferro Aluminium Sulfat (FAS) 0,1 M.

Alat

Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang di


dalamnya terdapat dua penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda,
yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit. Apabila dalam suatu
larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah,
maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit,
yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang di
reduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron
yang dioksidasi dan membentuk flok yang mampu mengikat kontaminan
dan partikel-partikel dalam limbah. Arus listrik dialirkan dengan aliran
searah (DC) pemasok arus (power supply).

Gambar 1. Skema percobaan dengan metode elektrokoagulasi

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rangkaian unit


elektrokoagulasi yang terdiri atas gelas piala ukuran 1 L untuk menampung
limbah dan power supply (9 V, 12 V, 15 V dan 18 V) yang dihubungkan
dengan dua buah elektroda aluminium yang memiliki kadar aluminium 90%
dan memiliki ukuran 15 cm x 1,5 cm x 0,3 cm, panjang elektroda yang
tercelup yaitu 14 cm. Tegangan arus listrik menyebabkan elektroda
melepaskan unsur-unsur yang membantu penggumpalan.
Menggumpalnya bahan terlarut dalam media limbah cair maka akan
membentuk flok dan mengendap ke bawah ataupun mengapung pada bagian
atas. Bahan yang menggumpal dianalogikan sebagai bahan-bahan pencemar
yang terdapat pada limbah. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor
yang diamati maka dilakukan analisis laboratorium meliputi pH (APHA Ed.
+
20 4500-H B, 1998), warna (SNI 6989, 2011) kekeruhan (SNI 06-6989.25,
2005), TSS (APHA Ed. 20 2540 D, 1998), COD (APHA Ed. 20, 5220 C,
1998) dan kadar krom total (Cr) (APHA Ed. 20 3111 B, 1998). Analisis ini
juga dilakukan sebelum proses elektrokoagulasi untuk mengetahui besar
pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap efisiensi pengurangan
kandungan pencemar dalam limbah cair.
5

Percobaan dilakukan dengan dua kali ulangan. Faktor yang dikaji


pada penelitian ini adalah jenis limbah yang digunakan (Air limbah
penyamakan kulit), variasi tegangan (9 V, 12 V, 15 V dan 18 V), dan waktu
kontak operasi (30 menit, 45 menit dan 60 menit).
Proses presipitasi dilakukan dengan jar test untuk mengetahui dosis
optimum penambahan koagulan. Koagulan yang digunakan adalah kapur
(Ca(OH)2). Pada proses koagulasi jar test digunakan untuk mencari
beberapa dosis yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Proses koagulasi ini dengan pengadukan cepat supaya terjadi turbulensi
yang baik agar bahan kimia dapat menangkap partikel-partikel koloid.
Pengadukan cepat hanya dilakukan sebentar saja ±30-60 detik.
Setelah selesai dengan proses koagulasi, proses yang terjadi
dilanjutkan pada tahap ke dua yaitu terjadi penggabungan partikel-partikel
yang tidak stabil sehingga membentuk flok yang lebih besar dan lebih cepat
dapat dipisahkan, disebut juga proses flokulasi. Flok yang terbentuk tidak
begitu bagus sehingga dibutuhkan bahan kimia atau tambahan yang dapat
membantu penggabungan flok-flok tersebut sehingga menjadi flok yang
lebih besar. Flokulasi dilakukan pada pengadukan lambat dengan waktu 5-
30 menit.
Setelah dilakukan presipitasi dilakukan analisis laboratorium
terhadap parameter pH, warna, kekeruhan, TSS, COD dan krom total
kemudian data yang diperoleh diolah untuk melihat efisiensi pengolahan
secara kimia terhadap masing-masing parameter tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Limbah Cair


Limbah cair yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair
penyamakan kulit. Limbah cair ini berasal dari perusahaan kulit di Kampung
Muhara Sarongge Desa Citeureup Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.
Perusahaan ini melakukan berbagai jenis kegiatan mulai dari penerimaan
bahan kulit mentah atau prapenyamakan sampai finishing. Karena terdiri
dari berbagai tahapan proses maka karakteristik limbah yang dihasilkan
bervariasi. Proses prapenyamakan mengandung limbah padat yang kaya
dengan bahan organik berupa sisa bulu, sisa lemak, sisa daging dan protein
serta limbah cair. Bahan kimia yang terkandung dalam bahan sisa seperti
NaCl, dari proses pencucian, CaSO4, NH4OH dari proses pembuangan
kapur, asam dari proses pemikelan, dan enzim dari proses pelumatan. Pada
proses penyamakan, mengandung limbah sisa bahan penyamak krom.
Limbah proses finishing mengandung limbah padat dari proses shaving,
buffing dan trimming serta sisa cat dan bahan pelemas. Hasil uji terhadap
karakteristik awal dari efluen limbah cair proses penyamakan industri kulit
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6

Tabel 1. Karakteristik limbah cair penyamakan kulit


Parameter Efluen
TSS (mg/l) 252
pH 3,63
Warna (PtCo) 2032
Kekeruhan (FTU) 412
COD (mg/l) 5742
Krom Total (mg/l) 303.75

Hasil pengukuran pH menunjukkan nilai 3,63. Nilai pH yang rendah


disebabkan oleh proses penyamakan yang menggunakan krom oksida dalam
asam sulfat menyebabkan limbah cairnya bersifat asam (Rohaeti, 2007).
Proses sebelum penyamakan (pemikelan) memerlukan kondisi asam agar
bahan lebih mudah terserap dengan baik pada kulit, sehingga pada proses
pemikelan nilai pH air limbah dibuat menjadi asam dengan penambahan
acid liquor. Kadar kekeruhan sebesar 412 FTU dan kadar TSS yang tinggi
yaitu 252 mg/l disebabkan banyaknya partikel padatan dan bahan penyamak
tersisa yang mengendap terkandung dalam air limbah tersebut.
Berdasarkan pengukuran juga dihasilkan kadar COD yang tinggi yaitu
sebesar 5742 mg/l. Hal ini disebabkan karena banyaknya zat organik yang
tersisa dari proses prapenyamakan yaitu fleshing dan trimming dengan
menggunakan sulfida dan kapur untuk menghilangkan sisa daging dan sisa
bulu pada kulit.
Kadar warna yang tinggi yaitu 2032 PtCo disebabkan karena bahan
penyamak krom terlarut yang digunakan berwarna biru sehingga
mempengaruhi warna air limbah tersebut. Kadar krom total yang tinggi
yaitu sebesar 303.75 mg/l juga disebabkan karena masih banyaknya bahan
penyamak krom yang terlarut..
Dari karakteristik tersebut dapat dikatakan bahwa limbah cair
penyamakan kulit ini termasuk air limbah yang potensial mencemari
lingkungan karena selain memiliki kandungan krom yang tinggi, limbah cair
ini dapat mengkorosi logam sehingga menyebabkan penanganannya sulit
dan menjadi alasan tidak dilakukan penanganan limbah pada perusahaan
industri kulit tersebut.

Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Elektrokoagulasi


Elektrokoagulasi merupakan proses koagulasi atau penggumpalan
dengan tenaga listrik melalui proses elektrolisis untuk mengurangi atau
menurunkan ion-ion logam dan partikel-partikel pencemar di dalam air.
Pengaruh metode elektrokoagulasi untuk mengurangi kadar pencemar
dalam limbah cair penyamakan kulit digunakan 1 liter limbah cair dengan
sistem batch (Gambar 2). Perlakuan yang diberikan terhadap limbah cair
dengan metode elektrokoagulasi merupakan kombinasi variasi tegangan dan
waktu kontak. Tegangan yang digunakan ada 5 taraf yaitu 9 volt, 12 volt, 15
7

volt, 18 volt, dan 24 volt. Waktu kontak yang digunakan ada 3 taraf yaitu 60
menit, 90 menit, dan 120 menit. Perubahan limbah cair selama proses
elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengolahan limbah cair dengan metode elektrokoagulasi

(a) Pembentukan flok awal (b) flok mengapung pada akhir proses

(c) Limbah pada akhir proses elektrokoagulasi

Gambar 3. Perubahan limbah cair selama proses elektrokoagulasi


Prinsip dasar dari elektrokoagulasi ini merupakan reaksi reduksi dan
oksidasi (redoks) (Juriah, 2011). Reaksi oksidasi pada anoda akan
8
3+
menghasilkan gugus Al(OH)3 sebagai koagulan hasil dari reaksi ion Al
- -
dan ion OH . Ion OH dihasilkan melalui reduksi air (H2O) di katoda,
3+
sedangkan ion Al terbentuk melalui reduksi elektroda aluminium di
katoda.

Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap pH


Pengaruh teknik elektrokoagulasi terhadap pH limbah cair dapat
dilihat pada Gambar 4.

5
4.8
4.6 9 Volt
4.4
4.2 12 Volt
pH 4 15 Volt
3.8 18 Volt
3.6 24 Volt
3.4
3.2
3
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 4. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak terhadap pH limbah


cair penyamakan kulit
Grafik pada Gambar 4 menunjukkan peningkatan pH limbah cair.
Data hasil pengujian pH limbah cair penyamakan kulit pada berbagai variasi
perlakuan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Peningkatan nilai
- -
pH disebabkan adanya akumulasi ion OH (Niam et al. 2007). Ion OH
-
mengindikasikan kebasaan. Ion OH dihasilkan pada anoda dengan rumus
kimia:
-
3H2O + 3e → 3/2H2 + 3OH
-
Semakin banyak ion OH yang dihasilkan melalui reaksi reduksi air pada
katoda dalam proses elektrokoagulasi maka nilai pH akan meningkat. Tetapi
nilai pH yang dihasilkan dari proses elektrokoagulasi tidak memenuhi baku
mutu, karena menurut SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999
tentang baku mutu limbah cair untuk industri penyamakan kulit
menyebutkan bahwa batas nilai pH limbah cair yaitu 6-9.
9

Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Kekeruhan

Kekeruhan atau turbidity digunakan untuk menyatakan derajat


kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang
umumnya bahan organik dan inorganik. Semakin pekat atau keruh suatu
limbah cair yang dibuang maka kualitas limbah dan keamanannya semakin
buruk (Gameissa, 2012). Pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai
kekeruhan limbah cair dapat dilihat pada Gambar 5.

800
700
600 9 Volt
Kekeruhan
(FTU) 500
12 Volt
400
15 Volt
300
18 Volt
200
24 Volt
100
0
0 60 90 120

Waktu Kontak (Menit)

Gambar 5. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap kekeruhan limbah cair penyamakan kulit

100
90
80
70
60 9 Volt
Efisiensi (%)
50 12 Volt
40 15 Volt
30 18 Volt
20 24 Volt
10
0
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 6. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap efisiensi penyisihan kekeruhan limbah cair

Grafik pada Gambar 5 menunjukkan semakin tinggi tegangan dan


waktu kontak maka penurunan nilai kekeruhan semakin besar. Efisiensi
penurunan nilai kekeruhan akan semakin tinggi seperti pada Gambar 6. Data
10

hasil pengujian nilai kekeruhan limbah cair penyamakan kulit pada berbagai
variasi perlakuan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
Elektrokoagulasi dapat menurunkan kekeruhan sebagai fungsi dari waktu
artinya semakin besar waktu yang diberikan maka penurunan nilai
kekeruhan pada limbah akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
koagulan yang dihasilkan mengurai polutan yang menyebabkan kekeruhan
dan menyebabkan terjadinya ketidakstabilan muatan sehingga membentuk
flok yang tidak larut untuk mencapai kestabilannya kembali (Chen et al.
2004).

Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap TSS


Total Suspended Solids (TSS) atau total padatan tersuspensi adalah
jumlah padatan yang tersuspensi dalam air berupa bahan organik maupun
inorganik. Padatan tersuspensi sangat berhubungan dengan kekeruhan air,
semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut maka air akan semakin
keruh (Metcalf & Eddy, 2003). Pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai
TSS limbah cair dapat dilihat pada Gambar 7.

250
200 9 Volt

150 12 Volt
TSS (mg/l)
100 15 Volt
50 18 Volt
0 24 Volt
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 7. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap nilai TSS limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 7 menunjukkan seiring dengan peningkatan


tegangan dan waktu kontak yang diberikan, maka semakin besar nilai
penurunan TSS. Data hasil pengujian TSS limbah cair penyamakan kulit
pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi dapat dilihat pada
Lampiran 3. Hal ini disebabkan karena penyisihan nilai TSS yang semakin
besar terjadi seiring dengan besar tegangan dan waktu kontak elektroda.
Semakin banyak dihasilkan koagulan aluminium hidroksida (Al(OH) 3)
dapat mengadsorbsi zat organik dan inorganik sehingga menyebabkan
ketidakstabilan muatan dan membuat padatan tersuspensi membentuk flok
yang tidak larut untuk mencapai kestabilannya kembali (Chen, 2004).
Sehingga efisiensi penyisihan nilai TSS pada limbah cair penyamakan kulit
juga semakin tinggi. Besar efisiensi penyisihan nilai TSS pada limbah cair
penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 8.
11

100
80 9 Volt
60
12 Volt
40
Efisiensi (%) 15 Volt
20
18 Volt
0
0 60 90 120 24 Volt

Waktu Kontak (Menit)


Gambar 8. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi
terhadap efisiensi penyisihan TSS limbah cair penyamakan kulit

Berdasarkan hasil pengukuran bahwa proses elektrokoagulasi mampu


menurunkan nilai TSS dengan efisiensi tertinggi sebesar 87.93% dan
memenuhi baku mutu sesuai SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 tahun 1999
untuk industri penyamakan kulit yang menggunakan krom sebesar 60 mg/l.

Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Warna


Warna limbah cair yang semakin gelap menunjukkan buruknya air
limbah yang dibuang ke lingkungan. Semakin jernih maka air limbah
semakin baik. Parameter lain yang dapat dijadikan indikator baik tidaknya
limbah cair adalah warna. Pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai
kekeruhan limbah cair dapat dilihat pada Gambar 9.
2500

2000
Warna (PtCo)
1500 9 Volt
12 Volt
1000 15 Volt
18 Volt
500 24 Volt
0

0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 9. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap nilai warna limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 9 menunjukkan bahwa seiring dengan kenaikan


tegangan dan lama waktu kontak maka semakin besar penurunan warna
yang dihasilkan. Data hasil pengujian warna limbah cair penyamakan kulit
pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi dapat dilihat pada
Lampiran 4. Hal ini disebabkan elektrokoagulasi melepaskan koagulan
aluminium hidroksida (Al(OH)3) yang menyebabkan proses dekolorisasi
karena perbedaan muatan pada zat warna limbah dengan partikel koloid
Al(OH)3.
12

Menurut hukum ohm yaitu sehingga apabila semakin besar


tegangan yang diberikan maka semakin besar arus yang mengalir pada
larutan yang menyebabkan semakin banyak dan cepat elektroda
menghasilkan Al(OH)3 sebagai koagulan maka semakin besar reaksi
dekolorisasi yang terjadi, membuat nilai efisiensi penyisihan warna pada
limbah cair penyamakan kulit semakin tinggi. Besar efisiensi penyisihan
nilai warna pada limbah cair penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar
10.

100
90
80
70 9 Volt
60
Efisiensi (%) 50 12 Volt
40 15 Volt
30 18 Volt
20
10 24 Volt
0
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 10. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap efisiensi penyisihan nilai warna limbah cair penyamakan kulit

Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap COD


Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan salah satu indikator
penting pencemaran limbah di dalam air. COD merupakan jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh oksidator (misalnya kalium dikromat) untuk
mengoksidasi seluruh material baik organik maupun anorganik yang
terdapat dalam air (Metcalf & Eddy, 2003). Secara umum COD yang tinggi
menunjukkan bahwa adanya bahan pencemar berupa senyawa organik dan
inorganik yang cukup besar yang dapat mengakibatkan tumbuhan air, ikan,
dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak dapat hidup
(Gameissa, 2012). Pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai COD limbah
cair dapat dilihat pada Gambar 11.
13

6000

5000
9 Volt
4000 12 Volt
CO
15 Volt
D 3000
(m 18 Volt
g/l
2000
) 24 Volt
1000

0
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 11. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap nilai COD limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin tinggi


tegangan dan lama waktu kontak semakin besar penurunan nilai COD
terhadap limbah cair penyamakan kulit. Sehingga efisiensi penyisihan akan
semakin tinggi. Besar efisiensi penyisihan nilai warna pada limbah cair
penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 12.

100
90
80
70
60 9 Volt
Efisiensi (%) 50 12 Volt
40 15 Volt
30 18 Volt
20 24 Volt
10
0
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 12. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap efisiensi penyisihan nilai COD limbah cair penyamakan kulit

Data hasil pengujian COD limbah cair penyamakan kulit pada


berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan hasil pengukuran COD tersebut proses elektrokoagulasi
mampu menurunkan COD dengan efisiensi tertinggi yaitu 80.98% dengan
14

nilai COD 1070 mg/l. Hasil yang didapatkan tidak memenuhi baku mutu
limbah sesuai SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 yang
menyebutkan batas nilai COD untuk industri penyamakan kulit yang
menggunakan krom adalah sebesar 110 mg/l.
Pada setiap pengujian parameter dengan metode elektrokoagulasi
dengan menggunakan aluminium, terdapat fenomena dimana terjadinya
penurunan efisiensi parameter pencemar COD, TSS, kekeruhan, dan warna.
Hal ini disebabkan karena pembentukan koagulan dari reaksi oksidasi anoda
sacrificial yaitu aluminium. Reaksi utama yang terjadi pada anoda:
3+ -
Al(s) → Al (aq) +3e
+ -
O2(g) + 4H (aq) + 4e → 2H2O

Pada katoda:
-
3H2O + 3e → 3/2H2 + 3OH
3+ -
Lalu ion Al dan OH yang dihasilkan pada elektroda akan bereaksi dalam
air limbah membentuk aluminium hidroksida.
3+ -
Al + 3OH → Al(OH)3

Selanjutnya aluminium hidroksida akan mendestabilisasi partikel


pencemar dan membentuk flok yang berfungsi sebagai adsorben dan dapat
menyebabkan presipitasi ion logam sehingga dapat menurunkan paramater
pencemar tersebut (Adhoum et al. 2004). Gugus Al(OH)3 sebagai koagulan
mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pencemar.
Semakin besar tegangan dan waktu kontak maka logam aluminium
yang mengalami reduksi menjadi ionnya akan semakin banyak sehingga
semakin banyak pula gugus Al(OH)3 yang terbentuk. Instrumen penelitian
yang digunakan mempunyai keterbatasan sehingga tegangan 24 volt dan
waktu kontak 120 menit adalah yang terbaik. Jumlah elektroda, besar
tegangan, dan lama waktu kontak bisa ditingkatkan apabila instrumen
memadai, agar semakin banyak dihasilkan Al(OH)3 yang berfungsi sebagai
koagulan sehingga semakin tinggi kemampuan mengadsorpsi untuk
pembentukan floknya, tetapi akan berpengaruh terhadap biaya pengolahan
+
yang semakin tinggi. Reaksi reduksi pada ion H akan menghasilkan gas
hidrogen yang akan membantu proses pencampuran dan koagulasi. Gas
hidrogen membantu flok mengalami flotasi sehingga flok yang terbentuk
akan berada di permukaan cairan.
Ketidakstabilan muatan pada limbah cair menyebabkan zat yang
terdapat di dalamnya membentuk flok untuk mencapai kestabilannya
kembali. Flok-flok yang terbentuk jika mencapai bobot yang cukup akan
mengendap sedangkan yang ringan akan terbawa gas hidrogen dan
mengalami flotasi. (Heidmann et al. 2008). Melalui reaksi reduksi-oksidasi
ini maka zat pencemar dalam limbah cair dapat dipisahkan.
15

Pengaruh Elektrokoagulasi terhadap Krom Total

Limbah logam berat Cr (VI) yang merupakan salah satu jenis limbah
berbahaya berasal dari limbah industri cat, pelapisan logam, dan
penyamakan kulit (Jamhari, 2009). Pengaruh elektrokoagulasi terhadap nilai
krom total limbah cair dapat dilihat pada Gambar 13.

Krom Total 401 9 Volt


(mg/l)
301 12 Volt
201 15 Volt

101 18 Volt

24 Volt
1
0 60 90 120
Menit

Gambar 13. Pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak elektrokoagulasi


terhadap nilai krom total limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 13 menunjukkan penurunan nilai krom total


dari proses elektrokoagulasi. Akan tetapi pada tegangan dan waktu kontak
tertentu nilai krom total naik turun, karena Al(OH) 3 merupakan logam
hidroksida amfoterik. Campuran logam ini menimbulkan masalah karena
dapat melarutkan kembali ion logam yang lain (Fu et al. 2011). Besar
efisiensi penyisihan nilai krom total pada limbah cair penyamakan kulit
dapat dilihat pada Gambar 14.

100
90 9 Volt
80
70 12 Volt
60 15 Volt
Efisiensi (%)
50 18 Volt
40 24 Volt
30
20
10
0
0 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar 14. Grafik pengaruh variasi tegangan dan waktu kontak


elektrokoagulasi terhadap efisiensi penyisihan nilai krom total limbah cair
penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 14 menunjukkan efisiensi tertinggi penyisihan


krom total yaitu pada tegangan 24 Volt dan waktu kontak 120 menit sebesar
16

53.46 %. Nilai efisiensi yang didapatkan belum maksimal disebabkan pH


limbah yang masih rendah sehingga logam krom tidak mengendap dengan
maksimal.
Jumlah krom total yang dihasilkan mencapai 132.25 mg/l. Hasil ini
tidak memenuhi baku mutu limbah sesuai SK Gubernur Jawa Barat Nomor
6 Tahun 1999 yang menyebutkan batas nilai krom total untuk industri
penyamakan kulit yang menggunakan krom adalah sebesar 0,5 mg/l. Data
hasil pengujian krom total limbah cair penyamakan kulit pada berbagai
variasi perlakuan elektrokoagulasi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Presipitasi Kimia

Metode presipitasi (pengendapan) merupakan merupakan salah satu


metode pengolahan yang banyak digunakan untuk memisahkan logam berat
dari limbah cair. Metode presipitasi kimia ini dilakukan dengan penambahan
sejumlah zat kimia tertentu untuk mengubah senyawa yang mudah larut ke
bentuk padatan yang tak larut (Long, 1995). Ada tiga metode presipitasi
logam berat yang umum digunakan, yaitu presipitasi dengan sulfida,
karbonat dan hidroksida. Pada penelitian ini presipitasi menggunakan
koagulan kapur (Ca(OH)2) atau kalsium hidroksida sehingga disebut
presipitasi hidroksida.
Proses presipitasi hidroksida dilakukan dengan menggunakan jar
test apparatus. Hasil akhir pengujian jar test limbah cair pada limbah cair
penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Presipitasi hidroksida menggunakan jar test apparatus

Pengaruh Dosis terhadap TSS

TSS (Total Suspended Solids) atau total padatan tesuspensi dapat


mempengaruhi ekosistem pada perairan. Apabila semakin tinggi nilai TSS
maka dapat membuat air semakin keruh sehingga membatasi penetrasi
cahaya matahari ke badan air (Gameissa, 2012). Pengaruh presipitasi
17

hidroksida terhadap nilai TSS limbah cair penyamakan kulit dapat dilihat
pada Gambar 16.

TSS (mg/l)
1

10

20

30

40
Dosis (g/l)

Gambar 16. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi


hidroksida terhadap nilai TSS cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 16 menunjukkan pemakaian kalsium hidroksida


sebagai presipitan pada limbah cair penyamakan kulit dapat menurunkan
nilai TSS awal yaitu 257 mg/l menjadi 204.5 mg/l (20.06%) sampai 3.5 mg/l
(98.81%) dengan dosis kalsium hidroksida yang ditambahkan sebesar 1 g/l
sampai 8 g/l. Penambahan dosis lebih besar dari 8 g/l akan menurunkan
efisiensi penyisihan nilai TSS sampai 87.24% pada dosis 40 g/l. Besar
efisiensi penyisihan nilai TSS pada limbah cair dengan presipitasi
hidroksida pada penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 17.

100
80
60
Efisiensi (%)
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40

Dosis (g/l)

Gambar 17. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi


hidroksida terhadap efisiensi penyisihan nilai TSS limbah cair penyamakan
kulit

Dengan pemakaian kalsium hidroksida sebagai presipitan maka


efisiensi terbesar dicapai pada dosis 8 g/l dengan nilai efisiensi sebesar
98.81 %. Penambahan dosis kalsium hidroksida dari 8 g/l ke 40 g/l akan
menurunkan nilai efisiensi penyisihan TSS sampai 87.24% (Lampiran 7).
18

Dari hasil diatas maka metode presipitasi hidroksida dapat


memenuhi baku mutu nilai TSS sesuai SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6
tahun 1999 untuk industri penyamakan kulit yang menggunakan krom
sebesar 60 mg/l.

Pengaruh Dosis terhadap Kekeruhan

Kekeruhan atau turbidity digunakan pada air yang mengandung


materi tersuspensi sehingga menghambat penetrasi cahaya melewati air atau
membatasi tingkat visual. Berdasarkan sifat pengendapannya, bahan-bahan
yang dapat mengakibatkan kekeruhan air yaitu bahan yang mudah
mengendap dan sukar mengendap.
Bahan jenis pertama dapat dihilangkan dengan sedimentasi atau
filtrasi sedangkan yang kedua dapat dihilangkan dengan proses koagulasi
diikuti dengan proses sedimentasi dan filtrasi yang memerlukan
penambahan koagulan dalam air (Suriawiria, 2008). Pada pengamatan yang
dilakukan, setelah dilakukan presipitasi diikuti dengan proses sedimentasi
selama 30 menit.
Hal ini dilakukan karena logam berat memiliki kelarutan yang tinggi
sehingga membutuhkan waktu untuk mengendap dengan maksimal
(Jamhari, 2009). Pengaruh presipitasi hidroksida terhadap nilai kekeruhan
limbah cair penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 18.

1000

Kekeruhan
(FTU) 100

10

1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40
Dosis (g/l)

Gambar 18. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi


hidroksida terhadap nilai kekeruhan limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 18 terlihat bahwa pemakaian kalsium


hidroksida sebagai presipitan pada limbah cair penyamakan kulit dapat
menurunkan nilai kekeruhan awal yaitu 406 FTU menjadi 346 FTU
(14.71%) sampai 4.5 FTU (98.90%) dengan dosis kalsium hidroksida yang
ditambahkan sebesar 1 g/l sampai 8 g/l. Penambahan dosis 8 g/l ke 40 g/l
akan menurunkan efisiensi penyisihan nilai kekeruhan sampai 93.88% pada
dosis 40 g/l.
Secara visual warna yang dihasilkan setelah perlakuan menjadi lebih
jernih. Besar efisiensi penyisihan nilai kekeruhan pada limbah cair dengan
presipitasi hidroksida pada penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 19.
19

100
80
Efisiensi (%)
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40

Dosis (g/l)
Gambar 19. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi
hidroksida terhadap efisiensi penyisihan nilai kekeruhan limbah cair
penyamakan kulit

Dengan pemakaian kalsium hidroksida sebagai presipitan maka


efisiensi terbesar dicapai pada dosis 8 g/l dengan nilai efisiensi sebesar
98.90 %. Penambahan dosis kalsium hidroksida lebih besar dari 8 g/l akan
menurunkan nilai efisiensi penyisihan kekeruhan sampai 93.88% (Lampiran
8).

Pengaruh Dosis terhadap Warna

Pengamatan terhadap warna limbah cair penyamakan kulit juga


dilakukan dengan cara sedimentasi 30 menit setelah perlakuan. Pengaruh
presipitasi hidroksida terhadap warna limbah cair penyamakan kulit dapat
dilihat pada Gambar 20.

1000

Warna
(PtCo) 100

10

1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40

Dosis (g/l)

Gambar 20. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi


hidroksida terhadap warna limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 20 menunjukkan pemakaian kalsium hidroksida


sebagai presipitan pada limbah cair penyamakan kulit dapat menurunkan
warna awal yaitu 1978.5 PtCo menjadi 1570 PtCo (26.18 %) sampai 11.5
PtCo (99.43%) dengan dosis kalsium hidroksida yang ditambahkan sebesar
1 g/l sampai 8 g/l. Penambahan dosis 8 g/l ke 40 g/l akan menurunkan
20

efisiensi penyisihan nilai warna sampai 98.89 % pada dosis 40 g/l. Secara
visual warna yang dihasilkan setelah perlakuan menjadi lebih jernih. Besar
efisiensi penyisihan warna pada limbah cair dengan presipitasi hidroksida
pada penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 21.
100
80

Efisiensi (%) 60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40
Dosis (g/l)

Gambar 21. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi


hidroksida terhadap efisiensi penyisihan warna limbah cair penyamakan
kulit

Dengan pemakaian kalsium hidroksida sebagai presipitan maka


efisiensi terbesar dicapai pada dosis 8 g/l dengan nilai efisiensi sebesar
99.43 %. Penambahan dosis kalsium hidroksida 8 g/l ke 40 g/l akan
menurunkan nilai efisiensi penyisihan warna sampai 98.89 % (Lampiran 9).

Pengaruh Dosis terhadap COD

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang


dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang ada dalam sampel air.
Pengaruh presipitasi hidroksida terhadap nilai COD limbah cair
penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 22.

10000

COD (mg/l)
1000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40
Dosis (g/l)

Gambar 22. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi


hidroksida terhadap nilai COD limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 23 menunjukkan pemakaian kalsium hidroksida


sebagai presipitan pada limbah cair penyamakan kulit dapat menurunkan
nilai COD awal yaitu 5621 mg/l menjadi 5024.5 mg/l (10.67%) sampai
1566.5mg/l (72.18%) dengan dosis kalsium hidroksida yang ditambahkan
21

sebesar 1 g/l sampai 8 g/l. Menurut Metcalf & Eddy (2003), metode
presipitasi mampu menurunkan COD antara 30-60 persen, sehingga hasil
yang didapatkan lebih baik.
Penambahan dosis 8 g/l ke 40 g/l menurunkan efisiensi penyisihan
nilai COD sampai 63.87% (Lampiran 10). Metode presipitasi hidroksida
dari hasil diatas tidak mampu memenuhi baku mutu nilai COD sesuai SK
Gubernur Jawa Barat Nomor 6 tahun 1999 untuk industri penyamakan kulit
yang menggunakan krom sebesar 110 mg/l.
Efisiensi terbesar dicapai pada dosis 8 g/l dengan nilai efisiensi
sebesar 72.18% dengan pemakaian kalsium hidroksida sebagai presipitan.
Besar efisiensi penyisihan COD pada limbah cair dengan presipitasi
hidroksida pada penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 23.

100
80
60
Efisiensi (%) 40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40

Dosis (mg/l)
Gambar 23. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi
hidroksida terhadap efisiensi penyisihan COD limbah cair penyamakan kulit

Pengaruh Dosis terhadap pH

Limbah cair penyamakan kulit mempunyai pH rendah, sehingga


presipitan yang digunakan harus presipitan yang mempunyai sifat alkali
sehingga dapat menetralkan pH limbah cair agar dapat dibuang ke
lingkungan. Maka presipitan yang digunakan adalah kapur (Ca(OH)2) atau
kalsium hidroksida. Presipitan ini mudah ditemui karena harganya yang
ekonomis dan persediaan yang melimpah. Pengaruh dosis terhadap nilai pH
limbah cair penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 24.
12
10
8
pH 6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40
Dosis (g/l)
Gambar 24. Pengaruh variasi dosis yang diberikan pada presipitasi
hidroksida terhadap nilai pH limbah cair penyamakan kulit
22

Grafik pada Gambar 24 menunjukkan semakin banyak dosis yang


ditambahkan maka pH limbah cair akan semakin tinggi. Hal ini dapat
dijelaskan dengan reaksi:

Cr2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 → 2Cr(OH)3 + 3CaSO4


-
Kenaikan nilai pH disebabkan karena akumulasi ion OH yang berasal dari
Ca(OH)2. Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida merupakan basa kuat yang
menyebabkan peningkatan pH limbah cair, sehingga nilai pH dapat
dikontrol. Kemampuan penyangga limbah cair terbilang rendah karena
dengan penambahan dosis kapur sedikit saja dapat meningkatkan pH limbah
cair tersebut. Data hasil perubahan pH pada presipitasi hidroksida dapat
dilihat pada Lampiran 11. Batas baku mutu pH limbah cair industri
penyamakan kulit yang ditetapkan SK Gubernur Jawa Barat Nomor 6 tahun
1999 yaitu berada pada pH 6-9 yang diperoleh pada dosis 8 g/l.

Pengaruh pH terhadap Krom Total

Fungsi presipitasi adalah untuk mengendapkan ion-ion terlarut,


berbeda dengan proses koagulasi yang hanya untuk memisahkan polutan
yang berupa partikel koloid dari airnya dan tidak bisa digunakan untuk
mengendapkan ion-ion terlarut. (Nurlaila, 2008). Presipitan adalah bahan
yang digunakan untuk mengendapkan ion logam. Apabila presipitan
ditambahkan, maka pH larutan akan berubah dan mempengaruhi nilai
penyisihan ion logam sehingga perlu dilihat hubungan pengaruh pH
terhadap krom total. Menurut Jamhari (2009), tiap logam mempunyai pH
spesifik saat kelarutannya minimum agar dapat mengendap secara
maksimal.
Pengaruh nilai pH limbah cair penyamakan kulit terhadap nilai krom
total dapat dilihat pada Gambar 25.
1000

100

Krom Total 10
(mg/l)
1

0.1

0.01
0 2 4 6 8 10
pH
Gambar 25. Pengaruh variasi pH pada presipitasi hidroksida terhadap nilai
krom total limbah cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 25 menunjukkan pemakaian kalsium


hidroksida sebagai presipitan pada limbah cair penyamakan kulit dapat
menurunkan nilai krom total awal yaitu 288.78 mg/l menjadi 26.31 mg/l
23

(90.88%) pada pH 4.505 sampai 0.06 mg/l (99.98%) pada pH 8.445. Besar
efisiensi penyisihan krom total pada limbah cair dengan presipitasi
hidroksida pada penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 27.

100
90
80
70
Efisiensi (%) 60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10
pH

Gambar 26. Pengaruh pH terhadap efisiensi penyisihan krom total limbah


cair penyamakan kulit

Grafik pada Gambar 26 menunjukkan efisiensi tertinggi dicapai pada


pH 8.445 dengan nilai efisiensi sebesar 99.98%. Penambahan pH lebih besar
dari 8 maka akan menurunkan efisiensi penyisihan krom total sampai 99.9%
pada pH 10.66 (Lampiran 12).
Menurut Jamhari (2009) logam berat yang mengandung krom akan
membentuk Cr(OH)3 yaitu pada pH 7-8 dan mengendap. Hal ini dapat
dijelaskan dari reaksi:

Cr2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 → 2Cr(OH)3 + 3CaSO4

Setelah logam krom yang tereduksi mencapai pH pada kelarutan minimum,


maka cenderung akan melarut kembali. Hal itu disebabkan karena sifat
amfoterik logam berat yang dapat melarut kembali setelah mencapai pH
minimum (Soemantojo, et al. 2009).
Dari hasil diatas maka sudah memenuhi baku mutu limbah sesuai SK
Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 yang menyebutkan batas nilai
krom total untuk industri penyamakan kulit yang menggunakan krom
sebesar 0,5 mg/l.
Pada setiap pengujian parameter dengan metode presipitasi kimia,
terdapat fenomena dimana terjadinya penurunan efisiensi parameter
pencemar setelah pH lebih dari 8. Hal ini disebabkan karena titik isoelektrik
terjadi pada pH 8. Titik isoelektrik adalah titik dimana suatu makromolekul
bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh
reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka
sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses
ionisasi terjadi, inilah yang menyebabkan penurunan partikel pencemar
optimum pada pH 8. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik,
maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya
24

jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah
menjadi netral atau bahkan menjadi negatif.
Selain penambahan dosis presipitan, yang berpengaruh terhadap
berkurangnya nilai parameter pencemar adalah pengadukan. Menurut
Jamhari (2009), Pengadukan cepat dan lambat pada proses jar test
mempercepat pembentukan flok-flok pada limbah dan mengikat bahan-
bahan organik dan inorganik yang kemudian terendapkan bersama endapan
logam berat. Hal tersebut yang membuat kandungan pencemar berkurang
konsentrasinya.

Kebutuhan Energi dan Biaya

Pengolahan limbah cair dengan elektrokoagulasi dan presipitasi


kimia memerlukan sumber daya energi dan biaya pada prosesnya. Biaya
merupakan masalah tersendiri dalam penanggulangan pencemaran yang
terkadang pihak perusahaan/industri belum memperhatikannya (Kristianto,
2002). Perhitungan pada energi dan biaya ini berguna untuk mengetahui
berapa besar energi dan biaya yang diperlukan untuk mengolah limbah.
Kebutuhan energi didasarkan pada penggunaan listrik dan lama waktu
proses, kebutuhan energi dapat dihitung dengan:

Dimana,
W = Energi listrik yang digunakan (Kwh)
P= Daya (Watt)
= Waktu (Hour)
V= Tegangan (Volt)
I= Arus (Ampere)

Lalu untuk kebutuhan bahan pada elektrokoagulasi, plat yang larut dihitung
dengan rumus :

w=

Dimana,
W = Massa zat yang dihasilkan (kg)
T= Waktu (Hour)
I= Arus (Ampere)

n = Banyaknya mol elektron untuk setiap mol zat / valensi


F= Tetapan faraday (couloumb)
25

Sedangkan dalam perhitungan biaya merupakan total dari biaya penggunaan


bahan, biaya peralatan, peralatan yang digunakan selama proses dan
prakiraan biaya listrik.
Pada Lampiran 13 dijelaskan perhitungan kebutuhan energi dan
biaya untuk presipitasi kimia dan elektrokoagulasi. Dapat dilihat pada
Lampiran 13 bahwa biaya total dengan elektrokoagulasi lebih murah yaitu
Rp 64,184/liter dibandingkan biaya total dengan presipitasi kimia yaitu Rp
145,3/liter. Dengan elektrokoagulasi dapat menghemat biaya 55,83%
dibandingkan dengan presipitasi kimia.
Biaya pengolahan COD lebih murah dengan elektrokoagulasi yaitu
Rp 14.000/kg COD dibandingkan dengan presipitasi kimia yaitu Rp
32.000/kg COD. Biaya pengolahan TSS dengan elektrokoagulasi lebih
murah yaitu Rp 284.000/kg TSS dibandingkan dengan presipitasi kimia
yaitu Rp 573.000/kg TSS. Biaya pengolahan krom juga lebih murah dengan
elektrokoagulasi yaitu Rp 411.000/kg krom dibandingkan dengan presipitasi
kimia yaitu Rp 504.000/kg krom.
26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pengaruh variasi waktu kontak yang semakin lama dan tegangan yang
semakin meningkat akan semakin besar menurunkan parameter polutan.

2. Efisiensi tertinggi pada metode elektrokoagulasi diperoleh pada


kombinasi tegangan 24 Volt dan waktu kontak 120 menit dengan hasil
nilai parameter TSS 31 mg/l (87.93%), kekeruhan 139 FTU (65.93%),
warna 636 PtCo (68.10%), COD 1070 mg/l (80.98%), dan krom total
132.25 mg/l (53.46%).

3. Presipitasi kimia mempunyai efisiensi tertinggi dengan nilai pH 8,445.


Pada kondisi tersebut diperoleh hasil dengan nilai parameter TSS 3.5
(98.64%) mg/l, kekeruhan 4.5 FTU (98.90%), warna 11.5 PtCo
(99.43%), COD 1566.5 mg/l (72.18%) dan krom total 0.06 mg/l
(99.98%).

4. Metode elektrokoagulasi lebih ekonomis karena biaya pengolahan TSS,


COD, dan krom total yang lebih rendah dan dapat menghemat biaya
pengolahan 55,83% dibandingkan metode presipitasi kimia.

Saran

Kedua metode ini cukup efektif dalam mengurangi parameter


pencemar pada limbah cair penyamakan kulit. Tetapi agar memenuhi baku
mutu diperlukan penanganan lebih lanjut, misalnya dengan metode adsorpsi.
Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan juga pengkajian lebih lanjut
mengenai elektroda yang berbeda selain alumunium dan presipitan selain
kalsium hidroksida. Serta penggunaan sistem kontinyu untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap limbah cair penyamakan kulit agar dapat dilihat
kemungkinan penerapannya dalam pengolahan limbah cair industri
penyamakan kulit.
27

DAFTAR PUSTAKA

Adhoum, N. Monser L, Bellakhal N, Belgaied J. 2004. Treatment of


2+ 2+
electroplating wastewater containing Cu , Zn and Cr(VI) by
electrocoagulation. J. Hazard. Mater. B 112 (2004) 207–213.
Aningrum. 2006. Optimalisasi jerapan kromium trivalen oleh zeolit
Lampung dengan metode lapik tetap dan perlakuan kromium limbah
penyamakan kulit. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.
APHA. 1998. Standard Method for the Examination Water and Wastewater,
th
20 Edition. American Public Health Association: Washington DC.
Bapedal Jatim. 2003. Produksi Bersih. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Jawa Timur. www.bapedaljatim.go.id/menuis [7 April
2013]
Blais J, Dufresne S. 2000. State of the art of technologies for metal removal
from industrial effluents, Rev. Sci. Eau 12 (4) (2000) 687–711.
Chen G. Electrochemical technologies in wastewater treatment. 2004. Sep
Purif Technol 2004; 38: 11–41.
Cooman K, Gajardo M, Nieto J, Bornhardt C, Vidal G. 2003. Tannery
wastewater characterization and toxicity effects on Daphnia spp.
Environ Toxicol 2003;18:45–51.
Bayat O, Kilic O, Bayat B, Anil M, Akarsu H, Poole C. 2006. Electrokinetic
dewatering of Turkish glass sand plant tailings. Water Res 2006;
40:61–6.
Darmawan. A, Suhartana , Kristinawati L. 2006. Koagulasi Pewarna Indigo
Karmina dengan Metode Elektrolisis Menggunakan Anoda Seng.
JSKA, IX (1).
Esmaeli A, Mesdaghi A, Vajirinezad R. 2005. Chromium (III) removal and
recovery from tannery waste water by precipitation process. Am. J.
Appl. Sci. 2 10:1471-1473.
Fu F, Wang Q. 2011. Removal of heavy metal ion from wastewaters: A
review. Journal of Environmental Management 92 (2011) 407e418.
Gameissa, M W. 2012. Proses Koagulasi dan Flokulasi Secara Kimia dan
Elektrik Untuk Pengolahan Limbah Cair. Skripsi. Departemen
Teknologi Industri Pertanian. IPB. Bogor.
28

Heidmann I, Calmano W. 2008. Removal of Zn(II), Cu(II), Ni(II), Ag(I) and


Cr(VI) present in aqueous solutions by aluminium
electrocoagulation. J. Hazard. Mater.152, 934e941.
Jamhari. 2009. Reduksi Logam Berat Hg, Ag, dan Cr Limbah Laboratorium
Menggunakan Metode Presipitasi dan Adsorpsi. Skripsi. Departemen
Teknologi Industri Pertanian. IPB. Bogor
Juriah. 2011. Penjernihan Air Sungai Menjadi Air Bersih Dengan
Elektrokoagulasi Di Desa Air Hitam Kabupaten Labuhan Batu Utara.
Departemen Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri . Andi Offset. Yogyakarta.
Long, B. 1995. Separation Processes in Waste Minimization. Marcel
Dekker, Inc. New York.
Merzouk B, Gourich B, Sekki A, Madani K, Chibane M. 2008. Removal
turbidity and separation of heavy metals using electrocoagulation-
electroflotation technique a case study. Journal of Hazardous
Materials 164 (2009) 215-222.
Metcalf, Eddy. 2003. Wastewater Engineering. Third Edition. McGrawHill
International Edition. Singapore.
Ni’am M, Othman F, Sohaili J & Fauzia Z. 2007. Removal of COD and
Turbidity to improve Wastewater Quality Using Electrocoagulation
Technique. The Malaysian Journal of Analytical Science, 11(1), 198-
205.
Nurlaila, D. L. 2008. Kajian Proses Presipitasi Kimia Terhadap Penurunan
Senyawa Ortofosfat Pada Efluen Pengolahan Biologi Industri
Cangkang Kapsul Berbasis Gelatin. Skripsi. Departemen Teknologi
Industri Pertanian. IPB. Bogor.
Rohaeti, E. 2007. Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Logam Berat
Krom Limbah Cair Penyamakan Kulit (Studi Kasus di Kabupaten
Bogor). Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Saravanbahavan S, Thaikaivelan P, Raghava Rao J, Nair B, Ramasami T.
2004. Natural leathers from natural materials: progressing toward a
new arena in leather processing. Environ Sci Techno 2004; 38:871–
9.
SNI 6989:80. 2011 Air dan Air Limbah – Cara Uji Warna dengan
Spektofotometer. Badan Standarisasi Nasional.
SNI 06-6989.25. 2005 Air dan Air Limbah – Cara Uji Kekeruhan dengan
Nefalometer. Badan Standarisasi Nasional.
29

Soemantojo et al. 2009. Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair


Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda.
http://www.chemeng.ui.ac.id/~wulan/Materi/Research/Presipitasi%B
Ertahap%Logam%20Berat.pdf.[1 Juni 2013]
Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Penyamakan Kulit
Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung : Penerbit Angkasa.
Triatmojo, S. 2002. Kajian Reduksi Cr (VI) Pada Lumpur Kering Limbah
Penyamakan Kulit. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Widayatno, T. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Dengan
Menggunakan Metode Elektroflokulasi. Skripsi. Jurusan Teknik
Kimia. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
30

LAMPIRAN
31

Lampiran 1. Data hasil pengujian pH limbah cair penyamakan kulit pada


berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi

Voltase Waktu pH
(V) (Menit) 1 2 Rata-Rata Standar Deviasi

9 0 3.63 3.93 3.78 0.21


9 60 4.32 4.49 4.405 0.12
9 90 4.35 4.50 4.425 0.11
9 120 4.40 4.54 4.47 0.10
12 0 3.63 3.93 3.78 0.21
12 60 4.33 4.46 4.395 0.092
12 90 4.36 4.46 4.41 0.071
12 120 4.38 4.47 4.425 0.064
15 0 3.63 3.93 3.78 0.21
15 60 4.24 4.44 4.34 0.14
15 90 4.20 4.44 4.32 0.17
15 120 4.26 4.53 4.395 0.19
18 0 3.63 3.93 3.78 0.21
18 60 4.25 4.39 4.32 0.10
18 90 4.26 4.42 4.34 0.11
18 120 4.27 4.43 4.35 0.11
24 0 3.63 3.93 3.78 0.21
24 60 4.14 4.42 4.28 0.20
24 90 4.17 4.48 4.325 0.22
24 120 4.24 4.49 4.365 0.18
32

Lampiran 2. Data hasil pengujian nilai kekeruhan limbah cair penyamakan


kulit pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi

Kekeruhan
Voltase Waktu Standar Efisiensi (%)
(V) (Menit) 1 2 Rata-Rata Standar
Deviasi
1 2 Rata-Rata Deviasi
9 0 412 400 406.00 8.49 0.00 0.00 0.00 0.00
9 60 342 350 346.00 21.21 16.99 12.50 14.75 3.18
9 90 332 320 326.00 28.28 19.42 20.00 19.71 0.41
9 120 330 310 49.00 21.21 19.90 22.50 21.20 1.84
12 0 412 400 406.00 8.49 0.00 0.00 0.00 0.00
12 60 340 290 315.00 35.36 17.48 27.50 22.49 7.09
12 90 332 250 291.00 57.98 19.42 37.50 28.46 12.79
12 120 324 220 272.00 73.54 21.36 45.00 33.18 16.72
15 0 412 400 406.00 8.49 0.00 0.00 0.00 0.00
15 60 325 340 332.50 10.61 21.12 15.00 18.06 4.33
15 90 324 340 332.00 11.31 21.36 15.00 18.18 4.50
15 120 296 220 258.00 53.74 28.16 45.00 36.58 11.91
18 0 412 400 406.00 8.49 0.00 0.00 0.00 0.00
18 60 316 340 328.00 16.97 23.30 15.00 19.15 5.87
18 90 304 310 307.00 4.24 26.21 22.50 24.36 2.63
18 120 272 140 206.00 93.34 33.98 65.00 49.49 21.93
24 0 412 400 406.00 8.49 0.00 0.00 0.00 0.00
24 60 304 220 262.00 59.40 26.21 45.00 35.61 13.28
24 90 252 110 181.00 100.41 38.83 72.50 55.67 23.80
24 120 188 90 139.00 69.30 54.37 77.50 65.93 16.36
33

Lampiran 3. Data hasil pengujian nilai TSS limbah cair penyamakan kulit
pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi

TSS
Voltase Waktu Standar Efisiensi (%)
(V) (Menit) 1 2 Rata-Rata Standar
Deviasi
1 2 Rata-Rata Deviasi
9 0 252 262 257.00 7.07 0.00 0.00 0.00 0.00
9 60 78 48 63.00 21.21 69.05 81.68 75.36 8.93
9 90 72 32 52.00 28.28 71.43 87.79 79.61 11.57
9 120 64 34 49.00 21.21 74.60 87.02 80.81 8.78
12 0 252 262 257.00 7.07 0.00 0.00 0.00 0.00
12 60 48 41 44.50 4.95 80.95 84.35 82.65 2.40
12 90 44 31 37.50 9.19 82.54 88.17 85.35 3.98
12 120 42 34 38.00 5.66 83.33 87.02 85.18 2.61
15 0 252 262 257.00 7.07 0.00 0.00 0.00 0.00
15 60 44 36 40.00 5.66 82.54 86.26 84.40 2.63
15 90 42 35 38.50 4.95 83.33 86.64 84.99 2.34
15 120 40 34 37.00 4.24 84.13 87.02 85.57 2.05
18 0 252 262 257.00 7.07 0.00 0.00 0.00 0.00
18 60 40 48 44.00 5.66 84.13 81.68 82.90 1.73
18 90 38 32 35.00 4.24 84.92 87.79 86.35 2.03
18 120 34 30 32.00 2.83 86.51 88.55 87.53 1.44
24 0 252 262 257.00 7.07 0.00 0.00 0.00 0.00
24 60 36 38 37.00 1.41 85.71 85.50 85.61 0.15
24 90 34 32 33.00 1.41 86.51 87.79 87.15 0.90
24 120 32 30 31.00 1.41 87.30 88.55 87.93 0.88
34

Lampiran 4. Data hasil pengujian warna limbah cair penyamakan kulit pada
berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi

Warna
Voltase Waktu Standar Efisiensi (%)
(V) (Menit) 1 2 Rata-Rata Standar
Deviasi
1 2 Rata-Rata Deviasi
9 0 2032 1925 1979 75.66 0.00 0.00 0.00 0.00
9 60 1808 1880 1844 50.91 11.02 2.34 6.68 6.14
9 90 1616 1380 1498 166.88 20.47 28.31 24.39 5.54
9 120 1316 1240 1278 53.74 35.24 35.58 35.41 0.25
12 0 2032 1925 1844 75.66 0.00 0.00 0.00 0.00
12 60 1764 1720 1742 31.11 13.19 10.65 11.92 1.80
12 90 1556 1560 1558 2.83 23.43 18.96 21.19 3.16
12 120 1148 1200 1174 36.77 43.50 37.66 40.58 4.13
15 0 2032 1925 1844 75.66 0.00 0.00 0.00 0.00
15 60 1160 1470 1315 219.20 42.91 23.64 33.27 13.63
15 90 1104 1230 1167 89.10 45.67 36.10 40.89 6.76
15 120 1075 890 983 130.81 47.10 53.77 50.43 4.72
18 0 2032 1925 1844 75.66 0.00 0.00 0.00 0.00
18 60 1280 1170 1225 77.78 37.01 39.22 38.11 1.56
18 90 1208 1200 1204 5.66 40.55 37.66 39.11 2.04
18 120 1112 750 931 255.97 45.28 61.04 53.16 11.15
24 0 2032 1925 1844 75.66 0.00 0.00 0.00 0.00
24 60 1120 1200 1160 56.57 44.88 37.66 41.27 5.10
24 90 856 710 783 103.24 57.87 63.12 60.50 3.71
24 120 832 440 636 277.19 59.06 77.14 68.10 12.79
35

Lampiran 5. Data hasil pengujian nilai COD limbah cair penyamakan kulit
pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi

COD
Voltase Waktu Standar Efisiensi (%)
(V) (Menit) 1 2 Rata-Rata Rata- Standar
Deviasi
1 2 Rata Deviasi
9 0 5742 5500 5621 171.12 0.00 0.00 0.00 0.00
9 60 4192 4000 4096 135.76 26.99 27.27 27.13 0.20
9 90 2736 2800 2768 45.25 52.35 49.09 50.72 2.31
9 120 2508 2600 2554 65.05 56.32 52.73 54.52 2.54
12 0 5742 5500 5621 171.12 0.00 0.00 0.00 0.00
12 60 3964 3800 3882 115.97 30.96 30.91 30.94 0.04
12 90 2508 2600 2554 65.05 56.32 52.73 54.52 2.54
12 120 2052 2300 2176 175.36 64.26 58.18 61.22 4.30
15 0 5742 5500 5621 171.12 0.00 0.00 0.00 0.00
15 60 3736 3600 3668 96.17 34.94 34.55 34.74 0.28
15 90 1824 2000 1912 124.45 68.23 63.64 65.94 3.25
15 120 1596 1800 1698 144.25 72.20 67.27 69.74 3.49
18 0 5742 5500 5621 171.12 0.00 0.00 0.00 0.00
18 60 3508 3400 3454 76.37 38.91 38.18 38.54 0.51
18 90 1980 1900 1940 56.57 65.52 65.45 65.49 0.04
18 120 1368 1600 1484 164.05 76.18 70.91 73.54 3.72
24 0 5742 5500 5621 171.12 0.00 0.00 0.00 0.00
24 60 3280 3200 3240 56.57 42.88 41.82 42.35 0.75
24 90 2052 1800 1926 178.19 64.26 67.27 65.77 2.13
24 120 1140 1000 1070 98.99 80.15 81.82 80.98 1.18
36

Lampiran 6. Data hasil pengujian nilai krom total limbah cair penyamakan
kulit pada berbagai variasi perlakuan elektrokoagulasi

Krom Total
Voltase Waktu Standar Efisiensi (%)
(V) (Menit) 1 2 Rata-Rata Rata- Standar
Deviasi
1 2 Rata Deviasi
9 0 304 273 288.38 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00
9 60 155 190 172.25 25.10 49.14 30.40 39.77 13.25
9 90 242 220.5 231.25 15.20 20.33 19.23 19.78 0.78
9 120 123 150.2 136.35 19.59 59.67 44.98 52.33 10.39
12 0 304 277 288.38 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00
12 60 138 248 193.00 77.78 54.57 9.16 31.86 32.11
12 90 243 260 251.25 12.37 20.16 4.76 12.46 10.89
12 120 96.5 219 157.75 86.62 68.23 19.78 44.01 34.26
15 0 304 273 288.38 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00
15 60 107 234 170.25 90.16 64.94 14.29 39.61 35.82
15 90 201 229 215.00 19.80 33.83 16.12 24.97 12.52
15 120 46.3 223 134.65 124.95 84.76 18.32 51.54 46.98
18 0 304 273 288.38 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00
18 60 175 221 197.75 32.88 42.55 19.05 30.80 16.62
18 90 141 227 183.75 61.16 53.74 16.85 35.30 26.09
18 120 75 196 135.50 85.56 75.31 28.21 51.76 33.31
24 0 304 273 288.38 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00
24 60 115 235 175.13 84.68 62.06 13.92 37.99 34.04
24 90 210 182 195.75 19.45 31.03 33.33 32.18 1.63
24 120 103 162 132.25 42.07 66.26 40.66 53.46 18.10
37

Lampiran 7. Data hasil pengujian nilai TSS limbah cair penyamakan kulit
pada proses presipitasi hidroksida

TSS
Dosis 1 2 Rata-rata Standar Efisiensi (%)
Deviasi 1 2 Rata-Rata Standar Deviasi
0 g/l 252 262 257.00 7.07 0.00 0.00 0.00 0.00
1 g/l 249 160 204.50 62.93 1.19 38.93 20.06 26.69
2 g/l 202 110 156.00 65.05 19.84 58.02 38.93 26.99
3 g/l 132 135 133.50 2.12 47.62 48.47 48.05 0.60
4 g/l 47 13 30.00 24.04 81.35 95.04 88.19 9.68
5 g/l 36 7 21.50 20.51 85.71 97.33 91.52 8.21
6 g/l 10 4 7.00 4.24 96.03 98.47 97.25 1.73
7 g/l 9 3 6.00 4.24 96.43 98.85 97.64 1.72
8 g/l 3 4 3.50 0.71 98.81 98.47 98.64 0.24
9 g/l 26 8 17.00 12.73 89.68 96.95 93.31 5.14
10 g/l 26 6 16.00 14.14 89.68 97.71 93.70 5.68
20 g/l 29 7 18.00 15.56 88.49 97.33 92.91 6.25
30 g/l 36 14 25.00 15.56 85.71 94.66 90.19 6.32
40 g/l 47 18 32.50 20.51 81.35 93.13 87.24 8.33

Lampiran 8. Data hasil pengujian nilai kekeruhan limbah cair penyamakan


kulit pada proses presipitasi hidroksida

Kekeruhan
Dosis Standar Efisiensi (%)
1 2 Rata-rata Deviasi 1 2 Rata-Rata Standar Deviasi
0 g/l 412 400 406.00 8.49 0.00 0.00 0.00 0.00
1 g/l 332 360 346.00 19.80 19.42 10.00 14.71 6.66
2 g/l 324 260 292.00 45.25 21.36 35.00 28.18 9.65
3 g/l 116 145 130.50 20.51 71.84 63.75 67.80 5.72
4 g/l 46 11 28.50 24.75 88.83 97.25 93.04 5.95
5 g/l 26 10 18.00 11.31 93.69 97.50 95.59 2.69
6 g/l 18 7 12.50 7.78 95.63 98.25 96.94 1.85
7 g/l 12 3 7.50 6.36 97.09 99.25 98.17 1.53
8 g/l 6 3 4.50 2.12 98.54 99.25 98.90 0.50
9 g/l 11 4 7.50 4.95 97.33 99.00 98.17 1.18
10 g/l 12 4 8.00 5.66 97.09 99.00 98.04 1.35
20 g/l 18 4 11.00 9.90 95.63 99.00 97.32 2.38
30 g/l 20 5 12.50 10.61 95.15 98.75 96.95 2.55
40 g/l 35 15 25.00 14.14 91.50 96.25 93.88 3.36
38

Lampiran 9. Data hasil pengujian nilai warna limbah cair penyamakan kulit
pada proses presipitasi hidroksida

Warna
Dosis Standar Efisiensi (%)
1 2 Rata-rata Deviasi 1 2 Rata-Rata Standar Deviasi
0 g/l 2032 1925 1978.50 75.66 0.00 0.00 0.00 0.00
1 g/l 1500 1640 1570.00 98.99 26.18 14.81 20.49 8.04
2 g/l 1100 1290 1195.00 134.35 45.87 32.99 39.43 9.11
3 g/l 856 830 843.00 18.38 57.87 56.88 57.38 0.70
4 g/l 120 42 81.00 55.15 94.09 97.82 95.96 2.63
5 g/l 55 39 47.00 11.31 97.29 97.97 97.63 0.48
6 g/l 40 6 23.00 24.04 98.03 99.69 98.86 1.17
7 g/l 44 0 22.00 31.11 97.83 100.00 98.92 1.53
8 g/l 20 3 11.50 12.02 99.02 99.84 99.43 0.59
9 g/l 18 6 12.00 8.49 99.11 99.69 99.40 0.41
10 g/l 16 9 12.50 4.95 99.21 99.53 99.37 0.23
20 g/l 18 17 17.50 0.71 99.11 99.12 99.12 0.00
30 g/l 30 11 20.50 13.44 98.52 99.43 98.98 0.64
40 g/l 25 19 22.00 4.24 98.77 99.01 98.89 0.17

Lampiran 10. Data hasil pengujian nilai COD limbah cair penyamakan kulit
pada proses presipitasi hidroksida

COD
Dosis Standar Efisiensi (%)
1 2 Rata-rata Deviasi 1 2 Rata-Rata Standar Deviasi
0 g/l 5742 5500 5621.00 171.12 0.00 0.00 0.00 0.00
1 g/l 5289 4760 5024.50 374.06 7.89 13.45 10.67 3.94
2 g/l 2644 2280 2462.00 257.39 53.95 58.55 56.25 3.25
3 g/l 2006 1920 1963.00 60.81 65.06 65.09 65.08 0.02
4 g/l 2006 1920 1963.00 60.81 65.06 65.09 65.08 0.02
5 g/l 2006 1688 1847.00 224.86 65.06 69.31 67.19 3.00
6 g/l 1915 1300 1607.50 434.87 66.65 76.36 71.51 6.87
7 g/l 1915 1240 1577.50 477.30 66.65 77.45 72.05 7.64
8 g/l 1733 1400 1566.50 235.47 69.82 74.55 72.18 3.34
9 g/l 1915 1640 1777.50 194.45 66.65 70.18 68.42 2.50
10 g/l 1915 1800 1857.50 81.32 66.65 67.27 66.96 0.44
20 g/l 2189 1560 1874.50 444.77 61.88 71.64 66.76 6.90
30 g/l 2189 1600 1894.50 416.49 61.88 70.91 66.39 6.39
40 g/l 2280 1680 1980.00 424.26 60.29 69.45 64.87 6.48
39

Lampiran 11. Data hasil perubahan pH pada presipitasi hidroksida

pH
Dosis
1 2 Rata-rata Standar Deviasi
0 g/l 3.63 3.93 3.78 0.21
1 g/l 4.31 4.7 4.505 0.28
2 g/l 4.5 4.95 4.725 0.32
3 g/l 4.89 5.36 5.125 0.33
4 g/l 6.48 7.07 6.775 0.42
5 g/l 7.36 7.68 7.52 0.23
6 g/l 7.56 8.03 7.795 0.33
7 g/l 7.8 8.55 8.175 0.53
8 g/l 8.21 8.68 8.445 0.33
9 g/l 9.03 8.83 8.93 0.14
10 g/l 9.81 9.33 9.57 0.34
20 g/l 10.54 10.7 10.62 0.11
30 g/l 10.75 10.71 10.73 0.03
40 g/l 10.78 10.77 10.775 0.01

Lampiran 12. Data hasil pengujian nilai krom total limbah cair penyamakan
kulit pada proses presipitasi hidroksida

Krom Total
Dosis Standar Efisiensi (%) pH
(g/l) 1 2 Rata-rata Standar
Deviasi
1 2 Rata-Rata Deviasi
0 303.75 273 288.375 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00 3.78
1 28 24.62 26.31 2.39 90.78 90.98 90.88 0.14 4.505
2 12.12 4.54 8.33 5.36 96.01 98.34 97.17 1.65 4.725
3 8 0.458 4.229 5.33 97.37 99.83 98.60 1.74 5.125
4 7.18 0.045 3.6125 5.05 97.64 99.98 98.81 1.66 6.775
7 0.525 0.122 0.3235 0.28 99.83 99.96 99.89 0.09 8.175
8 0.011 0.109 0.06 0.07 100.00 99.96 99.98 0.03 8.445
9 0.109 0.216 0.1625 0.08 99.96 99.92 99.94 0.03 8.93
10 0.446 0.015 0.2305 0.30 99.85 99.99 99.92 0.10 9.57
20 0.592 0.027 0.3095 0.40 99.81 99.99 99.90 0.13 10.62
40

Lampiran 13. Perhitungan kebutuhan energi dan biaya untuk presipitasi


kimia dan elektrokoagulasi

1. Metode Presipitasi kimia


Daya jar test: 200 watt Lama
Pengolahan: 30 menit Tarif
dasar listrik: Rp 893/Kwh
Kebutuhan listrik jar test: 200 watt/L x 0,5 jam = 100 wH/L= 0,10
Kwh/L
Biaya Listrik = 0,10 Kwh/L x Rp 893/Kwh= Rp 89,3/L
Biaya Kapur= Rp 7000/kg
Dosis Kapur terpilih= 8 g/l
Biaya Bahan Kimia = 0.008kg/l x Rp 7000/kg = Rp 56/L Kapur
Biaya Total (Biaya Bahan+Biaya Listrik) = Rp 56 +89,3 =Rp 145,3/L

Penurunan TSS = 257-3.5=253.5 mg/l


Biaya Pengolahan TSS = Rp 145,3/L : 253.5 mg/L = Rp 0,573 /mg TSS
= Rp 573000/Kg TSS
Penurunan COD = 5621-1566.5= 4504.5 mg/l
Biaya Pengolahan COD = Rp 145,3/L : 4504.5 mg/L = Rp 0,032/mg
COD = Rp 32000/kg COD
Penurunan Krom = 288.375-0.06 = 288.315 mg/l
Biaya Pengolahan Krom = Rp 145,3/L : 288.315 mg/l
= Rp 0.504/mg Krom = Rp 504000/kg Krom

2. Metode Elektrokoagulasi
Metode Terpilih 24 V waktu kontak 120 Menit
Tegangan (v) = 24 V
Kuat arus (I) = 1 ampere
Waktu kontak (t) = 120 menit
Daya (P) =V x I = 24 x 1 = 24 Watt/L
3
Energi listrik yang dibutuhkan (Kwh/m )
W= P x t = 24 watt/L x 120 menit x 1 jam/60 menit x 1Kwatt/1000watt
= 0.048 Kwh/L

Tarif Listrik = Rp 893/Kwh


Biaya Listrik = W x tarif listrik/Kwh
= 0.048 Kwh/L x Rp 893/Kwh
= Rp 42,864/L
41

Berat plat Aluminium yang larut dihitung dengan rumus : w =


Sehingga berat aluminium yang larut per liter :

-4
W= = = 0.323 gram = 3.23 x 10 kg/l

Berat krom yang larut per liter :

-4
W= = = 3.23 gram = 0.323 x 10 kg/l

-4
Total Berat Logam yang larut = 3.553 x 10 kg/l

Harga plat Aluminium per Kg = Rp 60.000 (Harga tertinggi di pasaran)


-4
Biaya plat Aluminium = 3.553 x 10 kg/l x 60.000/kg
= Rp 21,32/liter

Biaya Total untuk Elektrokoagulasi :

(Biaya listrik + Biaya Total Plat) = Rp 42,864/liter + Rp 21,32/liter


= Rp 64,184/liter

% Penghematan dibandingkan secara kimia:

Penurunan TSS = 257-31 = 226 mg TSS/liter


⁄ ⁄

Penurunan COD = 5621- 1070 = 4551 mg COD/liter


⁄ ⁄

Penurunan Krom total = 288.375 – 132.25 = 156.125 mg Cr/ liter


⁄ ⁄
42

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 22 Juli 1991 dari
ayah Prof. Dr. Ir. Surjono H Sutjahjo dan ibu Ir. Endah Wirasti dengan adik
Priyandi Prawiro Wicahyo dan Trisha Rahma Utami. Penulis menempuh
studi di SDN Polisi 4 2000-2005, SMPN 4 Bogor 2005-2007, SMAN 5
Bogor 2007-2009 dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB pada
tahun 2009.
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Peralatan Industri
Pertanian pada tahun 2012, dan Anggota Public Relation Himpunan
Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) periode 2010-2011.
Penulis melaksanakan Praktek Lapangan pada Juni-Agustus 2012
dalam program Internship di PSA (Plant Sanitation and Safety) PT
Nutrifood Indonesia, Ciawi, Bogor, Jawa Barat dengan judul “Mempelajari
Aspek Penanganan dan Teknologi Pengolahan Limbah di PT. Nutrifood
Indonesia” yang bergerak di bidang makanan dan minuman, diantaranya
merk Nutrisari, Hi-Lo, dan Tropicana Slim.

Anda mungkin juga menyukai