Anda di halaman 1dari 34

Mata Kuliah : SIKK

Dosen : Khiki Purnamawati, S.ST., M.Kes.

CV. RODA JATI

Disusun Oleh :

REZKY RADITYA
PO.71.4.221.14.1.038
Tk.IV / DIV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
DIPLOMA IV
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih,
karena atas berkat rahmat dan karunia Nya,penulis mampu menyusun makalah
ini.

Makalah ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk menunjang
nilai Sanitasi Industri Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam
penyusunannya penulis menemui banyak hambatan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesemprnaan,


Karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak, demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Makassar, 15 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................


Daftar Isi ..................................................................................................................
BAB I : Pendahuluan .............................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................
BAB II : Tinjauan Pustaka ....................................................................................
A. Gambaran Loksi ................................................................................................
B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................................
C. Tindakan Tindakan yang Tidak Memenuhi Keselamatan (Unsafe Act) .........
D. Keadaan yang Tidak Aman (Unsafe Condition) ..............................................
E. Pengendalian Operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja .........................
F. Alat Pelindung Diri ..........................................................................................
G. Macam-Macam Alat Pelindung Diri ...............................................................
H. Teknik Mengatasi Terjadinya Kecelakaan dan Kebakaran ..............................
J. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Perusahaan ...................................
I. Peran K3 Terhadap Upaya Kesehatan Masyarakat ............................................
BAB III : Pembahasan ............................................................................................
A. Proses Pengolahan Kayu jati ............................................................................
B. Kejadian Kecelakaan Kerja ..............................................................................
C. Hubungan antara Umur dan Kejadian Kecelakaan Kerja .................................
D. Hubungan antara Lama kerja dan Kejadian Kecelakaan Kerja ........................
E. Hubungan antara Perilaku berbahaya dan Kejadian Kecelakaan Kerja ............
F. Faktor Resiko Tenaga Kerja..............................................................................
G. Penggunaan Alat Pelindung Diri(APD) ...........................................................
BAB V : Penutup .....................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sektor industri memegang peranan strategis dan harus mampu


membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi Indonesia. Hal ini berarti
bahwa sector industri di dalam perekonomian nasional berperan sebagai motor
penggerak utama bagi pertumbuhan sector-sektor utama lainnya lewat keterkaitan
produksi ke belakang (backward production linkage) maupun ke depan (forward
production linkage) (Amril, 2003).

Salah satu industri pengolahan kayu adalah industri penggergajian kayu.


Pengggergajian adalah suatu unit pengolahan kayu yang menggunakan bahan
baku dolok, alat utama bilah gergaji, mesin sebagai tenaga penggerak, serta
dilengkapi dengan berbagai alat dan mesin pembantu. Penggergajian disebut juga
sebagai proses pengolahan kayu primer karena yang pertama dilakukan adalah
mengolah dolok menjadi kayu persegian yang bersifat setengah jadi dan
selanjutnya diolah oleh pengolahan kayu sekunder dan tersier untuk barang jadi
(Dephutbun RI, 1998).

Ketika pasokan kayu bulat yang berasal dari hutan alam produksi
mengalami penurunan sementara pasokan kayu dari HTI belum dapat diandalkan,
maka pembangunan hutan rakyat sekarang diharapkan dapat berperan penting
sebagai pemasok kayu baik untuk kebutuhan industri dalam negeri maupun
ekspor. Mengingat pentingnya keberadaan hutan rakyat sebagai sumber daya
hutan dan ekonomi maka pengembangan hutan rakyat semakin mendapat
perhatian. Departemen kehutanan berdasarkan arah pembangunan jangka panjang
kehutanan 2006 - 2025 telah mencantumkan program peningkatan luasan hutan
rakyat yang mandiri dan mendukung fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat (Daryanto, 1987).
Pohon Jati merupakan salah satu pohon unggulan di Pulau Jawa. Dalam
konsep kualitas kayu, sejumlah faktor menentukan kecocokan kayu untuk
kegunaan akhir yang khusus, seperti kerapatan, proporsi kayu teras, panjang serat,
terdapatnya kayu juvenil dan kayu reaksi, susunan sel, terdapatnya mata kayu,
arah serat, dan susunan kimia (Haygreen dan Bowyer, 1988). Berdasar konsep
kualitas kayu tersebut jati merupakan salah satu kayu dengan kualitas terbaik.
Kayu jati termasuk kelas awet II dan kelas kuat II (Martawijaya dkk., 1981). Sifat
unggul dari kayu jati ini menjadikan daya tarik dalam penggunaannya sebagai
bahan baku dalam berbagai industri mebel dan kerajinan kayu di Indonesia. Umur
pakai kayu yang lama dari jati ini menjadikan penyebab kayu jati digunakan oleh
sebagian besar masyarakat untuk berbagai keperluan. Selama ini, faktor kimia
juga mempunyai pengaruh besar terhadap umur pakai kayu (Dumanauw, 1982).

Dalam penggunaan kayu jati, masyarakat masih memilih kayu berdasar


pada kenampakan fisik bagus. Padahal kayu tidak dapat dipastikan akan selalu
berada dalam kondisi bagus. Bahkan kayu yang terlihat bagus dari luar belum
tentu bagus juga bagian dalamnya. Seperti halnya kayu yang mengalami busuk
hati. Hal ini karena, sebagai bahan organik yang diproduksi secara alami, kayu
dapat terkena kebusukan (Haygreen dan Bowyer, 1988). Perkembangan busuk
hati, diawali kayu bagian teras mulai menunjukan warna yang berbeda, tetapi 2
tetap keras dan teguh. Pembusukan selanjutnya, kayu bagian teras terdekomposisi
dan pohon mengalami penurunan struktur kekuatan (Hebertson, 2005). Dalam hal
ini, penyebaran busuk hati berakibat akhir cukup fatal, biasanya terjadi pada
tanaman tua (Sumardi dan Widyastuti, 2004)

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya


untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani
sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan yang mana para pekerja terjamin
keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat
kerja, proses pengolahan juga tempat kerja yang terjamin (Tarwaka, 2014).
Kecelakaan kerja harus dihindari pada saat bekerja. Kecelakaan dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak diduga, yang kejadiannya
dapat menyebabkan timbulnya bencana atau kerugian. Pengertian dari kecelakaan
adalah suatu peristiwa yang dapat merusak suatu rencana yang telah dibuat atau
direncanakan sebelumnya. Akibat kecelakaan kerja juga dapat dibagi atas dua
kategori besar yakni kerugian bersifat ekonomis maupun non ekonomis. Maksud
utamanya adalah untuk memberikan jawaban mengapa kecelakaan dapat terjadi,
sehingga dapat ditentukan bagaimana agar kecelakaan sejenis tidak terjadi lagi
(Sumamur, 1996).

Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya


perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses
produksi dapat dijalankan secara aman, efisien, dan produktif. Pencegahan
kecelakaan kerja pada umumnya adalah untuk mencari penyebab dari suatu
kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah. Dengan mengetahui dan
mengenal penyebab kecelakaan maka dapat disusun suatu rencana
pencegahannya, yang mana hal ini merupakan program K3, yang pada hakekatnya
adalah merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana menghilangkan atau
mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui (Tarwaka, 2008).

B. Rumusan Masalah
Apa saja kah hal-hal yang diperhatikan pada kesehatan dan keselamatan
kerja di CV. Roda Jati ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
kesehatan dan keselamatan kerja di CV. Roda Jati
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Perusahaan


1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan pengolahan kayu CV. Roda Jati didirikan pada tahun 1970
dengan nama perusahaan kayu Miyono. Perusahaan ini pada awalnya hanya
merupakan perusahaan jasa pembelahan kayu log menjadi kayu gergajian. Pada
saat berdirinya perusahaan hanya mempunyai 4 orang tenaga kerja. Pada saat itu
perusahaan berkedudukan di Jl. S. Parman Surakarta, dengan tanah seluas 500 m2
. Karena adanya perkembangan usaha yang cukup baik, maka pada tahun 1976
perusahaan mambeli tanah seluas 3.000 m2 di desa Komlang Solo.

Dengan adanya perluasan tempat usaha tersebut, perusahaan yang pada


mulanya hanya mempunyai satu mesin Cirlce untuk membelah kayu, lalu
membeli beberapa mesin baru seperti Band Saw yang mempunyai kapasitas yang
cukup besar untuk membelah kayu. Pada tahun yang sama perusahaan yang pada
mulanya hanya menjual jasa pembelahan kayu log mulai membeli kayu log
sendiri kemudian menjualnya dalam bentuk kayu gergajian kepada konsumen
langsung atau toko-toko kayu di kota Surakarta dan sekitarnya. Dengan semakin
berkembangnya perusahaan, maka lokasi yang ada dirasakan sudah tidak
mencukupi lagi. Pada tahun 1980 perusahaan memindahkan lokasi usahanya ke
tempat yang lebih luas yaitu di Jl. Raya Solo-Purwodadi di atas tanah seluas
10.000 m2 . Tahun 1980, perusahaan yang semula bernama Perusahaan Kayu
Miyono berubah nama menjadi Perusahaan Kayu Roda Jati, Seiring dengan
perubahan nama tersebut, perusahaan yang semula merupakan perusahaan
perseorangan berubah menjadi perseroan komanditer (CV).

Adapun CV ini mempunyai dua orang sekutu komanditer, yaitu : Bapak


Miyono dan Ibu Sutini, dimana Bapak Miyono merupakan sekutu komanditer
aktif yang mengelola perusahaan sedangkan Ibu Sutini merupakan sekutu
komanditer pasif. Pada tahun 1998 perusahaan kayu CV. Roda Jati merintis usaha
untuk mendapatkan sertifikat standar bertaraf internasional dan sekarang telah
mendapatkan ISO 9002. Ini merupakan suatu tututan bahwa tiap perusahaan yang
produknya berkualitas baik haruslah mendapatkan sertifikat ISO.

2. Daerah Pemasaran

Perusahaan mengalami kemajuan sejak meningkatkan kapasitas


mesinmesin baru yang telah dimiliki, maka pasar yang pada mulanya terbatas
pada kota Solo dan sekitarnya dirasakan kurang mencukupi. Pada tahun 1980,
perusahaan mulai membuka kantor cabang penjualan yaitu din koya Yogyakarta
dan Jakarta. Disamping dua kota tersebut perusahaan juga mulai aktif
menawarkan produknya ke kota lain di seluruh pulau jawa, sehingga pada tahun
1981 daerah pemasaran kayu gergajian perusahaan sudah meliputi kota-kota
antara lain : Semarang, Purwokerto, Tasikmalaya, serta daerah sekitarnya. Satu
tahun kemudian perusahaan melakukan ekspor kayu gergajian ke Singapura.

Kayu jati ini pada umumnya merupakan bahan baku untuk parquet
flooring (lantai kayu) dan bahan baku mebel. Didorong keinginan memperoleh
nilai tambah yang lebih besar dalam penjualan ekspornya, pada pertengahan tahun
1982 perusahaan mulai membuat produk-produk parquet flooring-nya ke
Singapura dan Hongkong.

Dengan makin meningkatnya kualitas produk yang dihasilkan perusahaan


maka selanjunya perusahaan mulai mamasarkan produknya ke Itali. Untuk lebih
mengembangkan keterampilan karyawan dan lebih memantapkan usaha, maka
pada tahun 1984 perusahaan mulai mengembangkan produk-produk yang lebih
memerlukan keterampilan tenaga kerja yaitu furniture.

3. Lokasi Perusahaan

CV. Roda Jati berlokasi di Jl. Raya Solo-Purwodadi KM 3,5 dan KM 5


Kabupaten Karanganyar.

Pertimbangan perusahaan memilih lokasi tersebut adalah :

1. Lokasi tersebut relatif dekat dengan sumber bahan baku yang berupa kayu
log jati yang berasal dari hutan-hutan di daerah Purwoodadi,
Randublatung, Blora serta Mantingan.
2. Dekat jalan raya sehingga transportasi bahan baku dan produk jadi dari
lokasi perusahaan dapat dilakukan dengan mudah dan biaya murah.
3. Dekat dengan jaringan listrik yang mempunyai daya kapasitas listrik yang
cukup besar, sehingga memudahkan perusahaan apabila sewaktuwaktu
membutuhkan tambahan daya listrik.
4. Lokasi perusahaan merupakan daerah yang telah ditetapkan oleh pemda
karanganyar sebagai daerah kawasan industri.
5. Telah tersedia jaringan telpon yang sangat penting sebagai alat komunikasi
perusahaan dengan pelanggan atau pemasok.
6. Jarak antara lokasi perusahaan dengan terminal peti kemas jebres
surakarta, merupakan kepanjangan tangan dari pelabuhan tanjung emas
semarang.

B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah
penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun
di sektor modern. Khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari
suatu kebiasaan kepada kebiasaan lain. Perubahan-perubahan pada
umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak
ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk
bahkan fatal (Silalahi dan Bennet, 1998).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan gabungan spesialisasi


keilmuan dan pelaksanaannya dilandasi oleh berbagai disiplin ilmu teknik
dan medik. Disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan keselamatan kerja,
antara lain, hukum, ekonomi, dan sosial (Depnaker,2003).

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya uapaya


pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmniah dan rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumya, hasil karya dan budayanya untuk meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur
(Depnaker, 2001).

Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu


pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja ditempat kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja adalah satu hal yang penting untuk perlindungan pekerja
yang meliputi aspek aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan
menyeluruh sehingga tenaga kerja secara aman dan selamat dalam
melakukan pekerjaannya sehari-sehari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Kesehatan kerja yaitu upaya kesehatan yang
diselenggarakan agar pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri, sehingga diperoleh produktivitas yang
optimal.

1. TindakanTindakan yang Tidak Memenuhi Keselamatan (Unsafe Act)


Beberapa unsafe act yang umum ditemukan ditempat kerja adalah :
a. Penggunaan peralatan yang rusak atau tidak cocok
b. Tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah ditentukan
c. Tidak mengikuti prosedur keselamatan atau melanggar peraturan
keselamatan
d. House keeping yang tidak baik ditempat kerja
Banyak unsafe act terjadi karena pekerja tidak terlatih atau tidak
dimotivasi oleh supervisor pekerja. Beberapa pekerja tidak memahami
tindakan yang paling penting, dimana dalam beberapa situasi akan
meningkatkan kesempatan untuk terjadi kecelakaan (Kusuma, 2002).

2. Keadaan yang Tidak Aman (Unsafe Condition)


Keadaan yang tidak aman adalah kondisi dalam lingkungan kerja dimana
pekerja mempunyai potensi kecelakaan. Hal ini dapat berupa :

a. Kondisi kerja yang tidak baik


b. Peralatan yang tidak aman, mesin dan alat pelindung
c. Desain yang tidak baik pada peralatan, mesin, dan alat pelindung
d. Penerangan, ventilasi, suara yang tidak baik

Resiko yang ada ditempat kerja tersebut harus dapat dikendalikan.


Pengendalian dapat diterapkan dengan memahami hirarki
pengendalian yang berurutan dari yang tertinggi kemudian kelangkah
berikutnya :
a) Eliminasi, yaitu menghilangkan sama sekali bahaya yang ada
b) Substitusi, bila eliminasi tidak dapat dilakukan maka upaya yang
harus dilakukan adalah substitusi yaitu mengganti dengan sesuatu yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali
c) Pengendalian rekayasa, merupakan pilihan yang dilakukan setelah
substitusi dimana dengan memanfaatkan pengetahuan dibidang
rekayasa untuk menghilangkan atau mengurangi resiko seperti
modifikasi alat, ventilasi, pengaman, dan lain-lain
d) Pengendalian administratif, resiko dapat dikurangi dengan menerapkan
prosedur dan instruksi kerja.
e) Membuat persyaratan terhadap pembelian alat.
f) Mengurangi waktu pemapara
g) Pengaturan shift kerja.
h) Alat pelindung diri, merupakan tahap terakhir dari pengendalian, bila
upaya lainnya tidak memenuhi tujuan menghilangkan ataupun
mengurangi resiko secara maksimal (Kusuma, 2002).

3. Pengendalian Operasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pengendlian operasional keselamatan dan kesehatan kerja dalam
lingkungan perusahaan dengan memberikan ketentuan seperti dibawah ini:

1. Seluruh karyawan CV. Sumber Plastik, Subkontraktor, Mahasiswa/siswa


yang melakukan praktek kerja lapangan di linngkungan CV.Sumber
Plastik diberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Melakukan analisa kecelakaan kerja yang terjadi dan memastikan tindakan
perbaikan dilaksanakan.
3. Melakukan pemeriksaan untuk peralatan kerja dan memastikan tindakan
perbaikan dilaksanakan.
4. Mengidentifikasi potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja CV. Sumber
Plastik dan melakukan penilaian resiko untuk setiap pekerjaan yang
berdampak bahaya.
5. Memastikan Alat Pelindung diri (APD) sesuai standar dan digunakan
dengan benar.
6. Melakukan antisipasi yang dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja pada
saat bekerja.
Hal lain yang dilakukan perusahaan adalah melakukan penilaian resiko
terhadap sumber resiko yang mungkin menimbulkan kecelakaan. Hal itu
dilakukan dengan membentuk tim penilaian resiko, terdiri dari anggota yang
berpengalaman sesuai dengan bidangnya.

4. Alat Pelindung Diri


Kemajuan teknologi yang besar ternyata membawa dampak negatif
terhadap pekerja yang berupa kecelakaan penyakit akibat kerja. Usaha teknis
teknologi dalam pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja adalah
paling utama, tetapi usaha-usaha substitusi, eliminasi, pengendalian
administratif dan lain sebagainya belum dapat dilakukan secara baik, karena
adanya keterbatasan-keterbatasan dari pihak perusahaan dalam mengantisipasi
potensi bahaya, sehingga upaya terakhir yang dianjurkan adalah penggunaan
alat pelindung diri (APD) sebagai usaha termudah dibandingkan dengan
pengendalian (Yanri, 2001).

5. Macam-Macam Alat Pelindung Diri


Dalam beberapa APD perlu dipilih secara hati-hati agar memenuhi

beberapa ketentuan yaitu :

a. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang kuat


terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga
kerja.
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
dikarena bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaannya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut, tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakaiannya.
i. Suku cadangnya harus mudah didapat.

Menurut teori Yanri, 2001 ada cukup banyak jenis alat pelindung diri
tetapi yang paling sering digunakan di perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Alat Pelindung Kepala


a. Topi pelindung (Helm)
Dipakai untuk melaksakan tugas dalam pabrik dan lingkungan pabrik
berguna untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang
terjatuh, pukulan atau benturan benda-benda. Topi pengaman dapat
terbuat dari berbagai bahan misalnya : plastik fiberglass, bakelite. Topi
yang dibuat dari bakelite enak dipakai, ringan dan mempunyai daya
tahan terhadap benturan atau pukulan benda-benda keras yang sangat
tinggi serta tidak mengalirkan listrik. Topi yang terbuat dari campuran
fiberglass dan plastik sangat tahan terhadap asam dan basa.

b. Tutup kepala
Berguna untuk melindungi kepala dari kebakaran korosit,
panas/dingin. Tutup kepala ini dapat terbuat dari asbestos, kulit dan
kain tahan air, dan kain khusus tahan api.

c. Hats/Cap
Berguna untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran

debu mesin berputar yang biasanya terbuat dari kain katun.

2. Alat Pelindung Mata


Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah
kecelakaan yang menimpa mata. Orang yang tidak terbiasa dengan kaca
mata biasanya tidak memakai perlindungan tersebut dengan alasan
menggangu pelaksanaan pekerja dan mengurangi kenikmatan kerja. Kaca
mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan
kontak dengan bahaya, karena terpercik atau kemasukan debu, gas, uap,
dan lain-lain. Alat pelindung mata terdapat dua bentuk yaitu :

a. Spectacles
Berguna untuk melindungi mata dari pertikel-pertikel kecil, debu, dan
radiasi gelombang elektromagnetik.

b. Goggles
Digunakan untuk melindungi mata dari gas, uap, debu, dan percikan
larutan kimia. Goggles umumnya kurang diminati karena selain tidak
aman alat ini juga menutupi mata terlalu rapat, sehingga tidak ada
ventilasi didalam, sehingga lensa mata mudah mengembun. Lensa
kaca mata maupun goggles dapat terbuat dari berbagai jenis bahan
yaitu plastik yang transparan atau kaca.

3. Alat Pelindung Telinga


Alat pelindung telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang
masuk kedalam telinga. Alat pelindung telinga harus digunakan para
karyawan yang bekerja disekitar mesin atau alat yang tingkat
kebisingannya melebihi 85 dB. Alat ini dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :

a. Ear plug (Sumbat Telinga)


Digunakan ditempat kerja dengan intensitas kebisingan antara 85 dB
95 dB, dengan daya lindungnya antara 25 dB 30 dB. Menurut cara
pakainya dibedakan atas :

Semi insert type, yaitu jenis sumbat telinga yang hanya menyumbat
lubang masuk telinga luar.
Insert type, jenis sumbat telinga yang menutupi seluruh telinga
luar.
b. Ear muff (Tutup Telinga)
Tutup telinga (Ear Muff) terdiri dari dua buah lubang untuk menutup
telinga, dapat berupa busa yang berfungsi untuk menyerap suara
frekuensi tinggi. Daya lindungnya antara 30 40 dB.

Keuntungan dari (Ear Muff) adalah :

Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang


dengan ukuran telinga yang berbeda-berbeda
Mudah memonitor pemakaiannya yang dilakukan oleh pengawas
Dapat dipakai oleh telinga yang terkena infeksi (ringan)
Tidak mudah hilang
Kerugiannya adalah :

Tidak nyaman dipakai ditempat yang panas


Efektivitas dan kenyamanan pemakaiannya dipengaruhi oleh
pemakaian kaca mata, tutup kepala, anting, dan rambut yang
menutupi telinga
Relatif tidak mudah dibawa atau disimpan Dapat membatasi
gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit
Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga

4. Alat Pelindung Pernapasan


Jenis alat pelindung pernapasan yang tepat harus digunakan oleh semua
karyawan, jika sedang melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan
bahaya bagi pernapasan. Alat ini berguna untuk melindungi pernapasan
terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi ditempat kerja
yang dapat bersifat racun. Alat pelindung pernapasan dapat dibedakan atas
:
a. Masker
Untuk melindungi mengurangi debu dan partikel lebih besar masuk
kedalam pernapasan. Biasanya terbuat dari kain. Masker banyak
jenisnya diantaranya masker las listrik, masker muka, masker hidung
atau mulut.

b. Respirator
Berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap, logam,
asap, dan gas (Yanri, 2001).

5. Alat Pelindung Kaki (Sepatu)


Berguna untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat,
kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang panas,
terinjak benda-benda tajam. Sepatu pengaman dapat dibedakan menurut
jenis pekerjaan sebagai berikut:

a. Sepatu yang di gunakan pengecoran baja, dibuat dari bahan kulit yang
dilapisi krom asbes dan tinggi sepatu kurang lebih 35 cm.
b. Sepatu khusus untuk keselamatan kerja ditempat kerja yang yang
mengandung bahaya peledakan, sepatu ini tidak boleh memakai paku-
paku yang dapat menimbulkan percikan api.
c. Sepatu karet anti elektostatik digunakan untuk melindungi pekerja dari
bahaya listrik hubungan pendek, sepatu ini harus tahan terhadap arus
listrik 10.000 volt selama 3 menit.
d. Sepatu bagi pekerja bangunan dengan resiko bahaya terinjak benda-
benda tajam, kejatuhan benda-benda berat dapat dibuat sepatu dari
kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujungnya untuk melindungi
jari-jari kaki (Yanri, 2001).

6. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung digunakan dalam melaksanakan tugas selama jadwal
kerjanya, dapat berbentuk Apron yang menutupi sebagian tubuh mulai dari
dada sampai lutut dan overall yang menutupi seluruh badan. Pakaian
pelindung berguna untuk melindungi pemakaian dari percikan cairan, api,
larutan bahan kimia korosif, serta cuaca kerja (panas, dingin,dan
kelembaban). Apron dapat dibuat dari kain, kulit, plastik, asbes, atau kain
yang dilapisi alumunium.

7. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan unuk melindungi tangan selama bekerja. Sarung
tangan dapat dibedakan menjadi :

a. Sarung Tangan Katun


Untuk melaksanaan pekerjaan yang umum.

b. Sarung Tangan Kulit


Untuk melaksanakan pekerjaan agak panas, pengelasan, dan benda-
benda yang kasar.

c. Sarung Tangan Kain Tebal


Untuk melaksanakan pekerjaan yang panas.

d. Sarung Tangan Karet


Untuk melaksanakan pekerjaan listrik dan pekerjaan yang mengandung
kimia/kotor.

6. Teknik Mengatasi Terjadinya Kecelakaan dan Kebakaran


a. Teknik kesehatan kerja yang dilakukan oleh pihak perusahaan antara lain :
a. Menyediakan obat-obatan yang mungkin diperlukan oleh pekerja.
b. Menyediakan kotak P3K yang berguna bagi pekerja untuk
mengobati luka-luka kecil atau dapat sebagai pertolongan pertama
jika terjadi kecelakaan.
b. Prosedur Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran, maka pihak
perusahaan memberikan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

a. Mesin setelah digunakan harus dimatikan, dibersihkan, dan disimpan


kembali pada tempatnya.
b. Para pekerja dalam melakukan tugasnya harus melakukannya sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Bila terjadi kerusakan pada mesin-mesin atau peralatan, pekerja wajib
melaporkannya kepada atasannya.
d. Para pekerja wajib menggunakan alat-alat pengaman yang diberikan
oleh pihak perusahaan pada waktu bekerja.
e. Pekerja harus menyimpan kembali bahan-bahan yang mudah terbakar
ketempat penyimpanan yang telah disediakan.
c. Cara Untuk Menanggulangi Terjadinya Kebakaran
Apabila pekerja melakukan kecerobohan yang menyebabkan terjadinya
kebakaran yang tidak dapat dihindari, maka pekerja tersebut telah diberi
latihan untuk menggunakan alat pemadam kebakaran yang telah
disediakan oleh pihak pabrik dan berusaha untuk mengatasi kebakaran di
dalam pabrik. Apabila api terus menjalar ketempat lainnya para pekerja
tidak mampu untuk memadamkannya maka segera menelpon pihak
pemadam kebakaran. Hal itu berguna untuk mengurangi kerugian pihak
bengkel dan masyarakat yang ada disekitarnya. Prosedur-prosedur lainnya
yang diberikan oleh pihak pabrik kepada para pekerjanya untuk
menanggulangi terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut :

a. Membunyikan alarm kebakaran.


b. Menyingkirkan benda-benda yang mudah terbakar.
c. Mematikan mesin atau alat-alat yang sedang digunakan.
d. Mematikan saklar listrik.
e. Melapor kepada atasan.
f. Bila ada korban, maka korban segera dibawa kerumah sakit terdekat.
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Perusahaan
a. Definisi perusahaan
Perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar
seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan
barang atau jasa (output) kepada pelanggan. Hampir di semua perusahaan
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memaksimalkan laba. Jenis
perusahaan dibedakan menjadi tiga, yaotu: perusahaan manufaktur,
perusahaan dagang, dan perusahaan jasa
b. Sebab-sebab Kecelakaan dalam suatu perusahaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab
kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada
pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah
tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai
keselamatan setiap karyawan pabrik.
1. Penyebab dasar kecelakaan kerja :
Faktor Personil
1. Kelemahan Pengetahuan dan Skill
2. Kurang Motivasi
3. Problem Fisik
Faktor Pekerjaan
1. Standar kerja tidak cukup Memadai
2. Pemeliharaan tidak memadai
3. Pemakaian alat tidak benar
4. Kontrol pembelian tidak ketat
2. Penyebab Langsung kecelakaan kerja
Tindakan Tidak Aman
A. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
B. Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
C. Posisi kerja yang salah
D. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
Kondisi Tidak Aman
1. Tidak cukup pengaman alat
2. Tidak cukup tanda peringatan bahaya
3. Kebisingan/debu/gas di atas NAB
4. Housekeeping tidak baik

8. Peran K3 Terhadap Upaya Kesehatan Masyarakat


Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah
menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada
tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan
dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan
35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal.
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja
yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung
lebih mudah mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju,
penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari
bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara akibat
suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat
ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan
banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga
kerja yang telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend
yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun
harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut
bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja
merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan
menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi
kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan global.
Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja
sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit
pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus
didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak
lagi.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Pengolahan Kayu Jati

Kayu jati yang akan dijadikan furniture harus melalui beberapa proses dasar
dan teliti. Hal ini disebabkan karena kayu adalah material yang hidup akan
beberapa proses terkadang harus diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Berikut adalah proses pengolahan kayu yang harus dilalui :

1. Penggergajian

Berawal dari sebatang kayu gelondongan, kayu harus dibelah dan dipotong
sehingga menjadi bentuk dan ukuran yang diinginkan mengkuti desain
furniture. Proses ini termasuk proses yang masih kasar.

2. Pengeringan

Kayu adalah material yang hidup, oleh karena itu kayu dapat berubah
bentuk (melengkung, retak atau pecah), bahan ini harus dikeringkan dulu.
Pengeringan kayu menggunakan mesin ruangan khusus sehingga bisa dicapai
kandungan air di dalam kayu antara 8-12%. Hal ini dikenal dengan istilah MC
(Moisture content)
3. Pengeringan konstruksi

Melingkupi pembentukan komponen, pengeboran untuk konstruksi


penyambungan kayu secara masinal atau manual. Kayu dapat mencapai hasil
yang terbaik minimum sharus melalui proses mesin 60%

4. Perakitan

Proses perakitan merupakan salah satu proses yang penting kaena


memengaruhi kualitas kekuatan barang jadi. Apabila perakitan tidak berhasil,
sambungan-sambungan akan mudah terlepas dan furniture tidak akan bertahan
lama.

5. Finishing

Proses ini adalah proses yang paling akhir dan paling menentukan nilai
estetika sebuah furniture. Finishing berfungsi memberikan tamilan baru dan
lain daripada tampilan serat kayu atau warna kayu sebenarnya. Finishing
menjadi salah satu proses yang paling sering diulang.

Menurut mebeljati.com (2012), karena furniture jati yang kuat, tahan


lama, mempunyai nilai artistik tersendiri dan harganya yang mahal sehingga
ada panduan untuk memilih furniture jati, yaitu:

1. Dari kualitas mebel furniture jati


Secara umum mebel furniture jati dibagi 3 gred, yaitu gred A, gred
B dan gred C. Gred ini menentukan tahap harga jual mebel furniture jati.
Gred A lebih mahal dari gred B, dan gred B lebih mahal daripada gred C.
Ini karena mebel furniture gred A dipotong daripada kayu jati yang paling
berkualitas, dan usianya tua (hingga lebih 20 tahun) sehingga kayunya
kelihatan amat kokoh.

2. Pilih sesuai citarasa


Pada umumnya, furniture jati berupa ukiran. Ini adalah corak jati
yang tradisional. Malah, hampir kebanyakan mereka yang membelinya
akan memilih model ukiran. Tetapi kini, furniture jati sudah banyak
berubah dan mulai menampilkan model kontemporer, klasik, kolonial dan
juga gabungan fashion. Ada yang minimalis dan juga yang dimodifikasi
dengan berbagai material seperti kain, dan kulit. Semua ini dilakukan demi
memenuhi beragam citarasa pelanggan.

3. Dalam memilih Kayu jati


Yang perlu dihindari yaitu penggunaan kayu sambungan, akan
tetapi mebel furniture jati yang menggunakan kayu utuh harganya sangat
mahal. Jika budget kurang mendukung tidak ada salahnya memilih kayu
jati sambungan dengan syarat penggunaannya kokoh, mebel furniture
jatinya akan awet juga.

4. Survei Harga
Pintar-pintarlah mencari perbandingan harga, karena bisa jadi antar
toko, galeri mebel furniture yang satu dengan yang lain memiliki
perbedaan harga yang signifikan. Mebel furniture yang cukup lama berada
didalam toko kemungkinan besar karena tidak laku, anda dapat
menawarnya dengan harga yang lebih murah. Beda lagi dengan furniture
yang pre order, karena banyaknya pesanan dan terbatasnya pengrajin
biasanya mebel furniture jenis ini harganya lebih mahal, tentunya sesuai
dengan kualitas.

5. Perawatan yang benar


Walaupun mebel furniture jati sangat awet dan tahan lama,
perawatan yang baik dan berkala sangat penting untuk menjaga agar mebel
furniture jati anda tetap awet. Gunakan pembersih khusus untuk mebel
furniture jati yang banyak terdapat dipasaran, yang digunakan untuk
menggosok dan atau mengkilatkan mebel furniture jati, cukup sebulan
atau dua bulan sekali. Dengan perawatan yang benar, mebel furniture jati
anda akan awet seperti baru walaupun telah dipakai selama 10 tahun atau
15 tahun.

B. Kejadian Kecelakaan Kerja


Menurut three main factor theory, kecelakaan dapat disebabkan oleh 3
faktor yaitu faktor pekerjaan, faktor manusia, dan faktor lingkungan. Selain
ketiga faktor tersebut dapat ditambahkan tentang faktor yang berhubungan
kejadian kecelakaan kerja seperti penggunaan APD pada tenaga kerja.
Berdasarkan hasil penelitian kejadian kecelakaan kerja yang dialami responden
dalam 6 bulan terakhir antara lain: terpeleset 1 kali 6,7%, tergores 1 kali 10%,
2 kali 6,7%, kejatuhan bahan atau peralatan kerja 1 kali 10%, terjepit 1 kali
6,7%, 2 kali 33,3%, dan tertimpa kayu 1 kali 3,3%. Dari uraian kejadian
kecelakaan kerja yang paling banyak dialami oleh responden adalah tangan
terjepit diantara sela-sela kayu yaitu sebesar 40%, kejadian tersebut banyak
terjadi pada responden dikarenakan pada setiap mengangkat maupun
menurunkan kayu responden tidak memakai sarung tangan.

C. Hubungan Antara Umur dan Kejadian Kecelakaan Kerja


Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu dengan yang lainnya
dan sangat tergantung pada berbagai faktor, salah satunya adalah faktor usia.
Depnaker Sri Hartanti (2012), menyatakan bahwa tenaga kerja yang masih
muda mempunyai kemampuan kerja yang lebih baik dari tenaga kerja yang
sudah tua. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya kemampuan kerja dari
tenaga kerja sejalan denga pertambahan usia, karena perubahan pada alat-alat
tubuh.

D. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja


Lama kerja adalah waktu bekerja termasuk juga waktu istirahat. Waktu
kerja dari seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Seseorang
dapat bekerja dengan baik dalam sehari selama 8 jam atau 40 jam dalam
seminggu. Waktu sisa dalam satu hari (16 jam) dipergunakan untuk
kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja
di industri penggergajian kayu bekerja selama 8 jam sehari yaitu mulai pukul
07.00-16.00 dan ada pula industri penggergajian kayu yang melakukan
kegiatan bekerja selama 6 jam yaitu mulai pukul 08.00-15.00 dan diberi
waktu istirahat selama 1 jam, dengan jumlah hari kerja rata-rata 6 hari dalam
seminggu, sehingga sebagian besar tenaga ekrja melakukan pekerjaannya
selama 36-48 jam seminggu.

E. Hubungan Antara Perilaku Berbahaya Dengan Kejadian Kecelakaan


Kerja
Perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang mempengaruhi
tingkat kecelakaan. Meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan karakteristik
individual karyawan tampaknya berpengaruh pada kecelakaan kerja, namun
hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan. Walaupun manusianya telah
berhati-hati, namun apabila lingkungannya tidak menunjang (tidak aman) maka
kecelakaan dapat pula terjadi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah
diperlukan pedoman bagaimana bekerja yang memenuhi prinsip-prinsip
keselamatan. Sikap atau perilaku akan berpengaruh terhadap terjadinya suatu
kecelakaan. Tergesa-gesa selalu dapat mendatangkan kecelakaan, karena
mereka cenderung tidak menghiraukan bahaya yang ada disekitarnya maupun
peraturan yang ada. Sebaliknya, jika bekerja penuh dengan kehati-hatian, maka
potensi untuk terjadinya kecelakaan sangatlah kecil.
F. Faktor Resiko Tenaga Kerja

Faktor-faktor hazard seperti fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial


penting untuk diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap
kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif.
Faktor hazard bias didapatkan dari bahaya fisik dari alat dan material yang
digunakan yang menghasilkan kebisingan dan getaran, bahaya biologis dari debu
dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, bahaya ergonomis dilihat dari
kesesuaian posisi pada saat bekerja misalnya bekerja dengan posisi yang kurang
stabil, misalnya berdiri terlalu lama, mengangkat alat berat,
menahan beban yang terlalu berat kondisi seperti ini apabila berlangsung dalam ja
ngka waktu yang cukup lama tanpa adanya pemeriksan akan menimbulkan
penyakit akibat kerja.

G. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini tertuang dalam
pasal 14 Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, dimana setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib
menyediakan Alat Pelindung Diri secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan
orang lain yang memasuki tempat kerja. Berdasarkan peraturan tersebut secara
tidak langsung setiap pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang telah
disediakan oleh perusahaan.

Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga
kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja
berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan jika tidak
memenuhi syarat.

Macam-macam alat pelindung diri yang dibutuhkan untuk mencegah agar


anggota tubuh terhindar dari kecelakaan pada saat bekerja di pengolahan kayu jati
adalah sebagai berikut dibawah ini :
1) Masker
Masker digunakan untuk pada tempat-tempat kerja tertentu dan seringkali
udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam hal antara lain :
a) Debu-debu kasar seperti serbuk-serbuk kaya pada saat pemotongan dan
pengolahan kayu
b) Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengolahan

Masker yang tepat pada pengolahan kayu yaitu, masker penyaring debu ini
berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk-serbuk logam, penggerindaan
atau serbuk kasar lainnya.

2) Kacamata

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu yang
berterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat
kecil dan halus yang terkadang tidak terlihat oleh kasat mata. Masalah tersulit
dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata
dimana jumlah kejadiannya demikian besar.

Kebanyakan tenaga kerja merasa enggan memakai kaca mata karena


ketidak nyamanan sehingga dengan alasan tersebut merasa mengurangi
kenyamanan dalam bekerja. Sekalipun kaca mata pelindung yang memenuhi
persyaratan demikian banyaknya. Upaya untuk pembinaan kedisiplinan pada
pekerja, atau melalui pendidikan dan keteladanan, agar tenaga kerja memakainya.
Tenaga kerja yang berpandangan bahwa resiko kecelakaan terhadap mata adalah
besar akan memakainya dengan kemauan dan kesadarannya sendiri. Sebaliknya
tenaga kerja yang merasa bahwa bahaya itu kecil, maka mereka tidak begitu
mengindahkannya dan tidak akan mau memakainya. Kesulitan akan pemakaian
kacamata ini dapat diatasi dengan berbagai cara. Pada beberapa perusahaan,
tempat kerja dengan bahaya pekerjaan mata hanya boleh di masuki jika kaca mata
pelindung di kenakan. Sebagaimana fungsi sebagai tempat kerja tersebut, maka
suatu keharusan setiap tenaga kerja akan selalu memakai kaca mata pelindung
selama jam kerja, dan bagi barang siapa tidak memakai kaca mata pelindung akan
merasa kalah bersaing bila dibandingkan tenaga kerja yang memakai kaca mata.

3) Sepatu Pengaman

Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-


kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku atau
benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, larutan asam dan
sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup
memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda
berat masih perlu sepatu dengan ujung berttutup baja dan lapisan baja didalam
solnya. Lapisan baja dalam sol sepatu perlu untuk melindungi pekerja dari
tusukan benda runcing khususnya pada pekerjaan bangunan.

Untuk keadaan tertentu kadang-kadang harus diberikan kepada tenaga kerja


sepatu pengaman yang lain. Misalnya, tenaga pekerja yang bekerja dibidang
listrik harus mengenakan sepatu konduktor, yaitu sepatu tanpa paku dan logam,
atau tenaga kerja ditempat yang menimbulkan peledakan diwajibkan memakai
sepatu yang tidak menimbulkan loncatan bunga api.

4) Sarung Tangan

Sarung tangan harus disediakan dan diberikan kepada tenaga kerja dengan
pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain
syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada
jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas,
terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya.

Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin
pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan
tertariknya sarung tangan kemesin adalah berbahaya.

Sarung tangan juga sangat membantu pada pengerjaan yang berkaitan dengan
benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang licin. Sarung tangan juga
dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.
5) Perlindungan Telinga

Alat ini digunakan untuk menjaga dan melindungi telinga dari bunyi-bunyi
yang yang bersumber atau dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara
yang cukup keras dan bising seperti alat pemotongan kayu dan sebagainya.
Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau turup telinga.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Perusahaan pengolahan kayu CV. Roda Jati didirikan pada tahun 1970
dengan nama perusahaan kayu Miyono. Perusahaan ini pada awalnya hanya
merupakan perusahaan jasa pembelahan kayu log menjadi kayu gergajian. Pada
saat berdirinya perusahaan hanya mempunyai 4 orang tenaga kerja. Pada saat itu
perusahaan berkedudukan di Jl. S. Parman Surakarta, dengan tanah seluas 500 m2
. Karena adanya perkembangan usaha yang cukup baik, maka pada tahun 1976
perusahaan mambeli tanah seluas 3.000 m2 di desa Komlang Solo.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada proses sanitasi kesehatan


dan keselamatan kerja pada industri pengolahan kayu jati yaitu :

1. Kejadian Kecelakaan Kerja


2. Hubungan antara Umur dan Kejadian Kecelakaan Kerja
3. Hubungan antara Lama kerja dan Kejadian Kecelakaan Kerja
4. Hubungan antara Perilaku berbahaya dan Kejadian Kecelakaan Kerja
5. Faktor Resiko Tenaga Kerja
6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
DAFTAR PUSTAKA

Nur Rahman, Edwin, 2009, Perbaikan Sistem Kerja untuk Mengurangi Resiko
Cidera dan Meningkatkan Produktivitas Kerja dengan Pendekatan
Ergonomic Partisipatori, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta.

Nurmianto, E., 1996, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT. Guna
Widya, Jakarta

Marumpa. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, adalah


kebutuhan. http://marumpa.wordpress.com/2012/09/ diakses tanggal 15 Oktober
2017
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.

Anda mungkin juga menyukai