Anda di halaman 1dari 61

NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, dapat disebabkan oleh kondisi pembuangan air limbah
dan lumpur tinja yang dilakukan kurang higienis. Pembuangan tinja manusia yang tidak layak
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan berupa pencemaran air, baik
pencemaran air tanah maupun air permukaan, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya
gangguan estetika.

Pengelolaan air limbah domestik di Kota Samarinda masih belum optimal, hal ini dapat diketahui
berdasarkan keadaan sanitasi pada masyarakat. Penggunaan sarana sanitasi di Kota Samarinda
tidak disertai dengan pengolaan air limbahnya, dimana sebagian besar masyarakat
menggunakan tangki septik yang tidak sesuai dengan standar. Tangki septik yang digunakan
adalah tangki septik yang tidak kedap air sehingga dapat mencemari lingkungan. Pencemaran
lingkungan dapat diminimalisir dengan pembuatan IPAL Skala Kawasan Permukiman, bantuan
pembuatan tangki septik sesuai SNI dan juga IPLT untuk mengolah lumpur yang dihasilkan.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1. Maksud

Perencanaan DED ini adalah menyiapkan dokumen perencanaan Detail Engineering Design
(DED) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Skala Permukiman di Kabupaten/Kota beserta
sarana penunjang yang sesuai dengan kriteria teknis tertentu.

1.2.2. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah merencanakan penanganan pengolahan air
limbah secara terpadu baik dari segi aspek teknik, organisasi maupun peran serta masyarakat.
Secara rinci tujuan perencanaan ini adalah :

3
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

1. Mengidentifikasi seluruh permasalahan yang timbul terhadap pengelolaan air limbah


dengan sistem yang berlaku sampai saat ini.
2. Mengembangkan sistem instalasi pengelolaan air limbah domestik yang efektif,
efisien dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas sumber daya air dan
lingkungan.
3. Memperoleh perencanaan yang komprehensif serta ramah lingkungan sesuai standar
yang berlaku.

1.2.3. Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:

a. Teridentifikasikannya permasalahan instalasi pengolahan air limbah di Kota Samarinda


b. Terekomendasikannya penanganan instalasi pengolahan air limbah yang dianggap paling
efektif dan cocok untuk Kota Samarinda, berupa perencanaan DED instalasi pengolahan
air limbah.
c. Tersusunnya dokumen DED instalasi pengolahan air limbah Kota Samarinda yang akan
menjadi dokumen pelaksanaan fisik.

1.3. LINGKUP KEGIATAN DED

Lingkup kegiatan DED yang diminta dalam pekerjaan ini adalah :

a. Nota Desain, berupa hasil perhitungan yang menentukan besaran/dimensi unit-unit


pengolahan air limbah. Nota Desain ini harus mengacu pada standar dan peraturan yang
ada, dalam hal ini PerMen LHK No. 68 Tahun 2016 mengenai Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
b. Gambar Rancangan
Gambar kerja yang siap dilaksanakan di lapangan berdasarkan hasil perhitungan Nota
Desain dimaksud,

c. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis ini menyatakan secara jelas kualitas setiap material, barang ataupun
produk campuran dari beberapa jenis material yang boleh atau memenuhi syarat untuk
digunakan dalam konstruksi,

d. Survey Topografi dan Survey Penyelidikan Tanah


 Survey Topografi

3
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Survey topografi dilaksanakan setelah penentuan titik lokasi dipastikan. Pengukuran


detail berupa pengukuran situasi/kontur. Alat yang digunakan harus memenuhi syarat
dengan telah dilakukan kalibrasi.

 Survey Penyelidikan Tanah


Survey Penyelidikan Tanah disini dilakukan untuk mengetahui struktur tanah eksisting
sebagai acuan untuk menganalisa rencana pondasi yang akan diterapkan di bangunan
pengelola air limbah.

e. RAB
Rencana anggaran biaya dan volume pekerjaan merupakan salah satu kelengkapan
dokumen tender yang harus dipenuhi dalam pekerjaan ini
f. Penyusunan Pedoman Operasional dan Pemeliharaan (SOP).
Penyusunan Pedoman Operasional dan Pemeliharaan sebagai acuan dalam menjalankan
dan memelihara prasarana dan sarana setelah konstruksi selesai dibangun.

g. Pembahasan
Melakukan pembahasan pada setiap kegiatan dengan pemberi tugas (kepala satker) dan
tim teknis yang akan ditunjuk oleh Kepala Satker serta aparat yang terkait.

1.4. LOKASI KEGIATAN DED

Pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Kota Samarinda direncanakan berada di
Kelurahan Sungai Dama. Pemilihan ini berdasarkan arahan dan ketersediaan lahan dari
Pemerintah daerah setempat. Rencana lokasi IPAL skala permukiman di Sungai Dama berada
di Lokasi Kantor Kelurahan Sungai Dama yang direncanakan untuk melayani 250 rumah.
Rencana Lokasi IPAL Skala Permukiman dan Jaringan air limbah dapat disajikan dalam Gambar
1 dibawah ini.

3
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 1.1. Peta Area Pelayanan IPAL Skala Kawasan Permukiman Sungai Dama Kec. Samarinda Ilir

6
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 1.2. Lay


Out IPAL
Komunal Skala Kawasan Permukiman Sungai Dama Kec. Samarinda Ilir

6
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 1.3. Skematik IPAL Komunal Skala Kawasan Permukiman Sungai Dama Kec. Samarinda Ilir

6
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

BAB II KONSEP PERANCANGAN

2.1. STANDAR KUALITAS AIR BUANGAN

Dalam mengevaluasi karakter air buangan yang akan diolah pada instalasi dan untuk
menghitung beban atau efisiensi pengolahan instalasi yang diperlukan dengan membandingkan
konsentrasi effluent standar yang mengacu pada PERMENLHK No. 68 Tahun 2016 disajikan
dalam Tabel dibawah ini

Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah Domestik


No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 BOD mg/L 30
3 COD mg/L 100
4 TSS mg/L 30
5 Minyak dan Lemak mg/L 5
6 Amoniak mg/L 10
7 Total Coliform Jumlah/100 mL 3,000
Sumber : PERMENLHK No. 68 Tahun 2016

Yang menjadi catatan penting dari pemberlakuan peraturan ini, yang secara signifikan merubah
hampir semua sistem pengolahan yang telah dikembangkan dan diimplementasikan di Dept.
PUPR adalah dengan ditetapkannya baku mutu NH3 (sebesar 10 mg/l) yang sebelumnya tidak
disyaratkan.

Hal ini tentunya akan merubah sistem pengolahan air limbah yang selama ini umumnya
diimplementasi dengan menggunakan sistem pengolahan biologis Anaerob. Pengurangan kadar
NH3 adalah dengan proses nitrifikasi yang memerlukan pasokan oksigen yang cukup dengan
batuan peran bakteri aerobik autotrop.

Penentuan kandungan parameter NH 3 ini akan menjadi tonggak perubahan yang signifikan
terhadap sistem pengolahan air limbah selama ini yang dikembangkan, karena dapat dikatakan
hampir semua sistem yang saat ini beroperasi dapat dipastikan tidak akan memenuhi syarat
seperti yang diminta oleh peraturan baku mutu efluen limbah domestik dimaksud.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

2.2. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH DOMESTIK

Sedangkan untuk melakukan pemilihan alternatif sistem pengolahan IPAL Kota Samarinda,
perlu diketahui karakteristik air buangan yang akan diolah, untuk kemudian digunakan sebagai
dasar perhitungan sistem pengolahan IPAL Kota Samarinda. Berikut merupakan karakteristik air
limbah Kota Samarinda.

Tabel 2.2. Karakteristik Air Limbah Kota Samarinda

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2018

2.3. KONSEP PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pengolahan limbah sudah merupakan suatu keharusan untuk lingkungan perkotaan. Hal ini
terutama disebabkan daya dukung lingkungan sudah sangat menurun, sehingga pengolahan
limbah tidak mungkin lagi ”diserahkan” kepada alam. Tentunya berbeda dengan lingkungan
perdesaan yang daya dukung lingkungannya masih baik dan kuat, dimana masih mampu dan
lentur terhadap adanya pencemaran.

Demikian pula halnya dengan Kota Samarinda. Sistem pengelolaan skala kota mutlak harus
dirancang dan dibangun, untuk mengolah timbulan limbah domestik warganya.

Dalam pengolahan limbah domestik ada 2 (dua) komponen utama yang akan menentukan
dimensi masing-masing unit pengolahan atau bak reaktor, yaitu :

1. Beban Organik, atau bahasa sederhananya adalah kandungan organik dalam air limbah yang
dinyatakan dalam besaran BOD atau COD (biasanya dalam satuan mg/l).

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

2. Beban Hidrolis, atau volume air limbah yang akan diolah, dinyatakan dalam satuan m 3/hari.

Beban organik mempunyai peran sangat penting dalam menentukan volume reaktor tadi,
karena besarnya penyisihan zat organik (BOD) berbanding lurus dengan waktu yang diperlukan
untuk proses bakteri “memakan” zat organik tadi. Semakin tinggi efisiensi penyisihan akan
semakin lama waktu yang diperlukan, demikian sebaliknya. Sedangkan beban hidrolis tidak
menjadi faktor penentu utama dalam menentukan dimensi atau ukuran dari masing-masing unit
reaktor.

Ada beberapa macam cara pengolahan limbah cair, tergantung dari sifat atau karakteristik dan
kandungan parameter pencemar yang ada.

Namun pada dasarnya sistem pengolahan limbah cair ini terbagi pada 2 (dua) kelompok besar
cara pengolahan limbah cair, yaitu :

1. Pengolahan secara fisik-kimia, dan

2. Pengolahan secara biologi

Masing-masing cara tersebut di atas, mempunyai keunggulan dan kelemahan, yang harus
diketahui dan dimanfaatkan oleh kita untuk mendapatkan hasil yang optimal.

1. Pengolahan Secara Fisik

Pengolahan secara fisik-kimia ini pada dasarnya adalah menyisihkan zat/ parameter
pencemar yang terdapat di dalam limbah cair dengan proses fisik saja (misalnya proses
filtrasi, sedimentasi atau flotasi) atau gabungan dengan proses kimiawi, yakni misalnya
dengan proses koagulasi.

Proses Fisik-Kimia ini umumnya yang berlangsung cepat, sehingga waktu yang diperlukan
relatif singkat dan lebih memungkinkan untuk merancang unit-unit pengolahannya dengan
dimensi yang minimal. Dengan demikian kebutuhan lahan relatif kecil, sehingga biaya
investasi secara keseluruhan menjadi lebih murah.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Keuntungan lain dari pengolahan jenis fisik-kimia ini adalah tidak tergantung dari jenis dan
kadar zat pencemar yang terkandung di dalam limbah cairnya, sehingga lebih cepat dapat
disesuaikan dengan perubahan karakteristik limbahnya.

Namun selain memiliki keunggulan seperti yang telah disebutkan di atas, cara pengolahan ini
juga memiliki kelemahan, terutama dalam menghasilkan lumpur hasil pengolahan yang
cukup banyak, sehingga perlu perlakuan tersendiri untuk penanganannya.

Selain itu kebutuhan biaya operasi, terutama untuk pembelian zat kimia yang harus
dibubuhkan (koagulan) relatif tinggi dan tipe pengolahan ini dinilai kurang akrab lingkungan
mengingat volume lumpur yang dihasilkan cukup besar.

2. Pengolahan Secara Biologi

Pengolahan secara biologi ini pada prinsipnya adalah menyisihkan zat pencemar yang
terdapat dalam limbah cair dengan cara memanfaatkan kemampuan mikroorganisma
tertentu yang mampu dan “terbiasa” memakan zat pencemar yang terkandung dalam limbah
cair tadi.

Zat pencemar ini dijadikan makanan oleh mikroorganisma untuk hidup dan berkembang
biak. Proses penyisihan di sini umumnya berlangsung relatif lama jika dibandingkan dengan
cara pengolahan fisik-kimia dan sehingga memerlukan areal lahan yang lebih luas untuk
unit-unit pengolahannya.

Hal ini mengakibatkan biaya investasi yang diperlukan terutama untuk lahan dan unit
pengolahannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan proses pengolahan Fisik-Kimia
tadi.

Keuntungan utama yang diperoleh dari sistem ini adalah timbulan lumpur (excess sludge)
yang dihasilkan relatif sangat kecil, sehingga penanganannya lebih mudah. Hal ini
disebabkan karena bakteri menggunakan limbah tersebut sebagai makanannya. Karena itu
sistem ini dinilai lebih akrab lingkungan dan sangat efisien ditinjau dari sisi biaya operasi,
karena tidak memerlukan pembubuhan zat kimia secara kontinyu.

Namun karena bakteri ini merupakan makhluk hidup yang mempunyai habitat tersendiri,
tentu saja kondisi unit-unit pengolahan limbahnya harus menunjang habitat yang diperlukan

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

oleh bakteri tersebut, baik suhu, pH, kadar nutrisi tertentu harus seimbang. Kesenjangan
dari parameter lingkungannya akan berpengaruh terhadap keaktifannya dalam “mengolah”
limbah.

Ini memberikan konsekuensi memerlukan “ketelatenan” Operator untuk selalu menjaga


kondisi instalasi pengolahan limbahnya. Kelemahan lain instalasi ini harus selalu dioperasikan
(tidak dapat dihentikan dalam waktu yang relatif lama), karena jika dihentikan akan
langsung berpengaruh terhadap kehidupan bakteri tersebut. Jika dihentikan dalam waktu
yang cukup lama akan mengakibatkan bakteri (mikroorganisma) mati atau tidak aktif lagi.

Disamping itu karakteristik limbah yang diolah pun seyogyanya limbah yang relatif konstan,
baik debitnya maupun karakteristiknya. Pengolahan biologis ini tidak bisa diberi beban kejut
(shock loading) karena akan menimbulkan kegagalan pula pada proses pengolahannya.

Jika limbah yang akan diolah mempunyai fluktuasi yang sangat variatif (ekstrim) baik debit
maupun kualitasnya, seyogyanya tidak dilakukan pengolahan secara biologis.

Berikut ini adalah perbandingan secara kualitatif antara sistem pengolahan limbah cair
secara fisik-kimia dan secara biologis.

Tabel 2.3. Perbandingan


Secara Kualitatif Antara Sistem
Pengolahan Limbah Cair Secara Fisik-Kimia dan Secara Biologis
Item Parameter Pengolahan Pengolahan
No. Rasio
Pengolahan Fisik-Kimia Biologis
1 Waktu Proses Sebentar Lebih lama 1 : (5-12)
Kebutuhan lahan
2 Relatif kecil Lebih luas 1 : (5-6)
Reaktor
3 Fleksibilitas sistem Fleksibel Kurang fleksibel
4 Biaya investasi Relatif rendah Lebih tinggi 1 : (2-3)
5 Biaya operasi Relatif tinggi Lebih rendah 1 : (0,125-0,2)
6 Volume lumpur Besar Sedikit 1 : (0,03-0,06)
Jenis limbah yang Organik, kontinyu
7 Dapat bervariasi
cocok untuk diolah dan seragam
8 Waktu aklimatisasi Tidak perlu 2-16 minggu
Harus lebih
9 Keahlian operator Biasa
terampil
Sumber : Identifikasi/Analisa Empiris Konsultan

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Jadi pengolahan fisik-kimia lebih cocok digunakan untuk limbah cair yang debitnya relatif kecil,
namun mengandung kandungan zat pencemar yang tinggi yang kadang-kadang kualitasnya
berfluktuasi dan variatif.

Dalam pengolahan limbah cair dengan cara pengolahan biologi (mikrobiologi) dikenal adanya
bakteri aerobik dan bakteri anaerobik.
 Bakteri Aerobik, adalah bakteri yang selalu memerlukan oksigen untuk kelangsungan
hidupnya, sehingga harus selalu tersedia pasokan oksigen yang cukup.
 Bakteri Anaerobik adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk kelangsungan
hidupnya, dia hidup dalam kondisi tidak ada oksigen. Termasuk dalam golongan ini adalah
bakteri golongan Anoxic (bakteri yang kebutuhan oksigennya diambil dari senyawa lain, tidak
dari udara langsung). Keberadaan oksigen langsung justru akan menyebabkan kematian
atau pertumbuhannya terhambat.
Kemampuan dari kedua jenis bakteri inipun berbeda, hal ini sesungguhnya disebabkan karena
habitat yang diperlukannya juga berbeda. Kalau kita cermati, ini adalah merupakan Karunia
Allah SWT, kita hanya tinggal memanfaatkannya.
Kalau ditelaah lebih jauh lagi, ternyata seolah-olah sudah ada “pembagian tugas” dari kedua
jenis bakteri ini, dimana satu sama lain saling membutuhkan dan melengkapi.
Bakteri aerobik mempunyai kemampuan “mengolah” limbah secara optimal untuk limbah cair
dengan kandungan COD yang tidak terlalu tinggi (< 2000 mg/l), dan mempunyai kemampuan
untuk menurunkan warna. Ratio optimal antara BOD/COD untuk proses aerobik ini adalah >
0,6.
Sedangkan bakteri anaerobik mampu mengolah limbah dengan kadar COD yang tinggi (di atas
10.000 mg/liter) dengan tidak tergantung terhadap rasio antara BOD/ COD. Namun salah satu
kelemahan dari jenis pengolahan biologi anaerob ini adalah efluen yang dihasilkan akan
berwarna hitam, akibat proses dekomposisi zat organiknya yang menghasilkan H2S dan
bersenyawa dengan Fe+2 menghasilkan FeS (Ferro Sulfida), yang berwarna hitam.
Disamping itu dari beberapa catatan pengalaman empiris lapangan maupun di lab, diketahui
bahwa untuk proses anaerob ini menjadi kurang efektiv manakala kandungan pencemar (COD)
yang terkandung dalam air limbah konsentrasinya rendah, misalnya < 2000 mg/l. Namun bukan
berarti tidak bisa digunakan, mengingat sistem pengolahan aerobik ini tidak perlu keterampilan
operator yang tinggi, dan ini dinilai cocok dengan lingkungan masyarakat kita pada umumnya.
Sebagai gambaran, tabel berikut ini adalah perbandingan secara kualitatif dari kedua proses di
atas.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Tabel 2.4. Perbandingan Kualitatif Sistem Pengolahan Limbah Cair

Secara Sistem Aerobik dan Anaerobik


Item Sistem
No. Sistem Aerobik Keterangan
Karakteristik Anaerobik
Konsentrasi yang
1 Kadar COD  4000 mg/l > 4000 mg/l
optimum
Untuk sistem
(25-30)°C,
anaerobik,
Temperatur merupakan
2 (35-50)°C temperatur harus
operasi optimum temperatur
selalu dijaga agar
ambien
konstan.
Waktu tinggal
3 (8 - 24) jam (2-3) hari
untuk pengolahan
Perbandingan
4 BOD/ COD > 0,6 - -
optimum
Operasi dan Relatif lebih Relatif lebih
5 -
pemeliharaan mudah kompleks
Sumber : Identifikasi/Analisa Empiris Konsultan

2.3.1. Sistem Pengolahan Biologi Aerobik


Untuk sistem aerobik sendiri ada beberapa jenis atau tipe pengolahan, yang meskipun pada
prinsipnya sama memanfaatkan kemampuan mikroorganisma dalam mengolah limbah cair
namun ada beberapa tipe yang sedikit membedakan dan perlu adanya pemilihan tipe
pengolahan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan dimana sistem ini akan
diterapkan.
Sebagai informasi awal perlu kami sampaikan, bahwa dalam pemanfaatan bakteri aerobik untuk
pengolahan limbah domestik ini ada dua cara pembiakan bakteri. Kedua cara tersebut dikenal
dengan :
1. Biakan Tersuspensi (Suspended Growth), dimana bakteri tumbuh dan berkembang biak
secara tersuspensi pada limbah cair yang diolah tersebut. Jadi media pertumbuhannya
adalah limbah cair itu sendiri, tidak menggunakan media lain. Biakan Tersuspensi ini adalah
yang pertama kali dikembangkan untuk pengolahan limbah domestik. Tipe ini dikenal
dengan nama Sistem Lumpur Aktiv (Activated Sludge) dengan segala jenis turunan atau
modifikasinya (ada beberapa jenis bentuk pengolahan yang menggunakan proses biakan
tersuspensi). Yang dimaksud biakan tersuspensi disini adalah dimana oksigen untuk
kebutuhan bakteri tersebut dipasok dengan cara kita memberikan suplai oksigen secara
mekanis, yaitu menggunakan blower dan diffuser (untuk distribusi udaranya). Sebagai

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

gambaran kami sampaikan skematik diagram proses Lumpur Aktiv ini dengan foto system
yang telah beroperasi. Salah satu kelebihan dari sistem ini adalah timbulan bau minimum
bila dibandingkan dengan sistem yang disebutkan terdahulu. Kontak bakteri dengan oksigen
dilakukan dengan memanfaatkan blower dan diffuser. Timbulan bau yang disebabkan oleh
kontaknya bakteri dengan udara luar secara langsung, seperti pada proses yang lain, pada
sistem ini lebih sedikit.

Gambar 2.1. Skematik Sistem Pengolahan Lumpur Aktif

Gambar 2.2. Contoh Sistem Lumpur Aktif di Waduk Melati Jakarta, 2007

Gambar 2.3. Contoh Sistem Lumpur Aktif Labuan Bajo Tahun 2017

A. Pond dan Lagoon


Dalam konteks pertumbuhan tersuspensi ini, ada tipe lain yang pasokan udaranya
hanya mengandalkan aerasi permukaan (alami) dan dari proses fotosintesa saja, yakni

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Kolam/Pond atau Lagoon. Klasifikasi Pond ini adalah pertumbuhan tersuspensi yang
pasokan udaranya diperoleh secara alami. Konsekuensi dari system Pond ini adalah
kebutuhan lahan menjadi sangat luas. Bagi kota yang tersedia lahannya, Pond ini
merupakan pilihan yang sangat baik, karena biaya operasinya relativ kecil.
Sedangkan Lagoon biasanya dilengkapi dengan system aerasi permukaan (surface
aerator). Meskipun masih menggunakan daya listrik, namun daya yang dibutuhkan
relativ tidak terlalu besar. Dan pada saat ini untuk unit surface aerator tadi, sudah ada
alat pengganti yang dinamakan solar aerator, dimana pasokan daya sudah diganti
dengan memanfaatkan tenaga sinar matahari. Kebutuhan lahan masih cukup besar.
 Fakultative Ponds
Merupakan salah satu jenis pengolahan yang dapat dikatakan sepenuhnya
”diserahkan” pada alam dengan beberapa rekayasa dan penyesuaian dengan
kondisi alam setempat. Kedalaman kolam antara (1 -2,5) m. Proses yang terjadi
adalah anaerob pada zona bagian bawah, fakultativ pada zona tengah dan aerobic
pada zona bagian atas. Pada proses aerobik oksigen didapat dari proses
photosintesa dan reaerasi di permukaan. Waktu retensi sekitar 7 hari.
Long Storage yang merupakan salah satu opsi lokasi untuk pengolahan limbah.
Sebagai Fakultativ Ponds. Namun jaraknya untuk saat ini dinilai terlalu jauh, sekitar
lebih dari 7 km dari Pantai Losari. Disamping itu menurut informasi long storage ini
masih digunakan sebagai sarana latihan Tim Dayung Prop. Sulawesi Selatan.
 Aerated Lagoons
Kolam Oksidasi yang menggunakan Surface Aerator atau Mechanical Aerasi/Diffusi.
Waktu kontak 24 jam. Kedalaman Kolam sekitar (2,5 – 5,4) m. Kandungan padatan
tersuspensi yang masi dapat ditolerir antara (1.000 – 5.000) mg/l. Kebutuhan daya
sekitar (60 – 120) Hp/MG, untuk mencapai kondisi teraduk sempurna (complete
mixing). Batasan untuk kondisi ini adalah panjang lagoons ini tidak boleh lebih dari
1,25 x lebarnya. Pada kondisi ini akan tercapai kecepatan di dasar lagoon > 0,5
ft/det, dimana ini merupakan kecepatan minimum untuk tercapainya pengadukan
sempurna.
B. Saluran Oksidasi
Saluran oksidasi ini adalah saluran melingkar berbentuk oval yang dilengkapi dengan
rotor aerator. Ini merupakan suatu bentuk atau modifikasi dari sistem extended
aeration. Cocok untuk pengolahan limbah cair dengan debit kecil dan beban organik

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

yang tidak terlalu tinggi. (kurang dari 10 lb/ 1000 ft3-day =160 mg/lt). Pada beban ini
kinerja sistem mencapai kondisi yang optimal. Pengoperasiannya tidak memerlukan
keterampilan yang tinggi.
Kedalaman saluran ini sekitar 1 m (3 ft), dilengkapi dengan 2 (dua) buah rotor aerator
yang dipasang melintang saluran dan digerakkan dengan motor. Sirkulasi air pada
saluran bergerak dengan kecepatan (1-2) ft/ sec, atau sekitar (0,3-0,6) m/ det.
Kelemahan sistem ini antara lain tidak mampu mengolah limbah cair yang
mengandung organik tinggi serta saluran yang berbentuk oval memakan banyak lahan
sehubungan dengan terbatasnya kedalaman saluran (sekitar 90 cm).
Sebagai gambaran berikut ini adalah skematik sistem pengolahan limbah cair Saluran
Oksidasi.

Gambar 2.4. Skematik Sistem Saluran Oksidasi

2. Biakan Lekat (Melekat, Attached Growth), dimana bakteri tumbuh dan berkembang
biak pada media padat (inert). Pertumbuhan Lekat ini pada awal pengembangannya,
direpresentasikan dengan yang dikenal yang namanya Trickling Filter (TF). Media yang
digunakan adalah kerikil. Kelemahan utama sistem ini adalah timbulan bau dan mengundang
lalat, sehingga seyogyanya tidak berada di lingkungan dekat permukiman/hunian.
Dan belakangan dikembangkan media untuk pertumbuhan lekat selain kerikil tadi, yakni
semacam piringan dengan diameter tertentu yang dikenal dengan nama RBC (Rotating
Biological Contactor). RBC ini dikembangkan untuk mengurangi kelemahan yang ada pada
TF, yakni membuat bentuk yang sedikit lebih praktis, mengurangi kebutuhan lahan dan
dengan kelengkapan tertentu dapat mengurangi populasi lalat. Salah satu kelemahan pada
TF adalah serbuan lalat. Berikut ini kami sampaikan sketsa system TF dan RBC seperti yang
tersaji dibawah ini

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 2.5. Sistem


Trickling Filter

Gambar 2.6. Sistem Rotating


Biological Contactor (RBC)

Gambar 2.7. Dokumentasi Sistem


Rotating Biological Contactor (RBC),
Banjarmasin, 2006
3. Biakan Campuran. Sistem ini
menggabungkan proses Biakan Tersuspensi dan Biakan Lekat dalam satu unit system
pengolahan. Sistem ini tergolong yang paling baru. Secara teknis dan efisiensi tidak terlalu
banyak berbeda, mungkin tampilannya saja yang tampil lebih inovativ. Unit ini dikenal
dengan system atau unit Bioaktivator. Sebagai gambaran, berikut kami sampaikan system
Bioaktivator yang saat ini juga sudah berjalan.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 2.8. Contoh Bioaktivator, Waduk Melati, 2007


2.3.2. Parameter Perencanaan

Dalam merancang sistem pengolahan limbah cair (IPAL) dengan sistem biologis aerobik ini, ada
beberapa parameter rancangan yang perlu dipertimbangkan, diukur dan diperiksa, diasumsi
dengan pertimbangan teknis adan pengalaman empiris dan data lapangan lain. Parameter yang
diperlukuan itu adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5. Parameter Rancangan Sistem Pengolahan Limbah Cair


Dengan Sistem Biologi-Aerobik
No. Parameter Simbol Satuan Nilai Keterangan
Data,
1 Debit pengolahan Q m3/hari
perhitungan
2 BOD5 influen BOD5 In mg/lt Data
Target
3 BOD5 efluen Se mg/lt
rancangan
4 Suhu T °C Angka rata-rata
Konstanta laju
5 K Hari-l Literatur
reaksi
Konstanta laju
6 Kd Hari-l Literatur
kematian
BOD5 ultimate Angka
7 So mg/lt
(perhitungan) perhitungan
Biological Solid Rancangan
8 c Hari
Retention Time disain
Koefisien
9 Yt - Literatur
pertumbuhan
MLVSS (dalam bak Asumsi
10 X mg/lt
aerasi) Rancangan
11 Kadar O2 di udara - % 23,20 -
12 Efisiensi transfer O2 - % 8,0 -
13 Berat jenis oksigen - kg/m3 1,20 Pada t = 30°C
Sumber: Analisa & Resume Konsultan, 2007
Keterangan : Angka-angka yang tertera dalam tabel adalah angka asumsi yang dapat disesuaikan pada kondisi
tertentu.
Terlihat pada tabel diatas bagaimana setiap sistem ini mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Untuk itu akan coba kami urai karakteristik sistem pengolahan diatas sbb:

1. Sistem Lumpur Aktiv

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Konsepnya adalah mengolah limbah dengan bakteri pada biakan tersuspesi (suspended
growth). Suatu sistem yang telah dikembangkan sejak lama, dan telah banyak digunakan di
berbagai negara.
Dibandingkan dengan sistem yang lain, sistem ini memiliki keunggulan, antara lain :
kebutuhan lahan relativ kecil, waktu proses relativ lebih singkat, daya listrik yang relativ lebih
kecil serta peralatan tidak mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap pemasok.
Keunggulan lain adalah sistem ini lebih fleksibel, artinya bentuk bak reaktor dapat
disesuaikan dengan bentuk lahan yang ada. Disamping itu karena bau ditimbulkan tidak
terlalu tajam, jika terpaksa, sistem ini masih mungkin ditempatkan pada tempat terbuka
dengan polesan landscape yang baik.
Namun demikian ada kelemahan lain yaitu antara lain diperlukan kualifikasi operator atau
tenaga teknik yang lebih tinggi dari jenis IPAL lainnya. Kualifikasi Kepala Operator yang
diperlukan idealnya adalah minimal setingkat Sarjana Muda Jurusan Biologi atau Teknik
Lingkungan dan harus ikut pelatihan singkat untuk mengetahui sifat dan karakter IPAL yang
akan dioperasikannya.
Disamping itu jika diinginkan kondisi optimal yang relativ tercapai dalam waktu singkat,
diperlukan proses seeding (pembiakan) bakteri pada saat start-up/aklimatisasi. Proses
seeding ini dilakukan pada saat pekerjaan lapangan dikonstruksi, biasanya dilakukan di lab.
Jika tidak dilakukan seeding dan aklimatisasi, biasanya kondisi yang stabil (steady state)
baru bisa dicapai setelah beroperasi secara kontinu selama 1,5 - 3 bulan, dengan disiplin
operasional yang baik.
2. RBC (Rotating Biological Contactor)
Suatu sistem yang dikembangkan untuk ”menyederhanakan” sistem Trickling Filter yang
sudah berkembang terdahulu. Konsep pertumbuhan adalah biakan lekat (attached growth),
dimana bakteri melekat pada media.
Keunggulan utama adalah proses ini sederhana, tidak perlu menggunakan pasokan
udara serta tidak perlu kualifikasi tenaga operator yang terlalu terampil. Sehingga
merupakan salah satu pilihan manakala tenaga terampil yang diperlukan untuk sistem lain
menjadi salah satu pertimbangan. Penggunaan daya yang relatif tinggi, diperlukan untuk
memutar disk/piringan yang memang dimensinya cukup yang besar. Waktu proses
penyisihan BOD relativ lebih lama. Karena menggunakan media (disk/piringan) yang cukup
besar, sistem ini perlu lahan yang lebih luas dengan bentuk yang proporsional dan sesuai

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

dengan betuk RBC nya. Sehingga sistem ini tidak bisa ditempatkan pada tempat yang
”darurat”.
Namun seperti halnya Trickling Filter, sistem ini juga mempunyai kelemahan yaitu timbulan
bau yang lebih tajam dibandingkan dengan sistem lainnya. Sehingga seyogyanya sistem ini
ditempatkan pada lokasi yang relatif lebih jauh dari permukiman, rumah sakit atau tempat
wisata. Dan sama sekali tidak boleh ditempatkan pada tempat terbuka, karena akan
mengundang lalat yang sangat mengganggu estetika. Namun tidak menutup kemungkinan
jika sangat terpaksa ditempatkan pada pada tempat yang ramai, tentunya dengan dilakukan
rekayasa pada sistem penggulangan udaranya (dan mungkin ditambah dengan penempatan
cerobong yang agak tinggi).
3. Bioactivator
Bioactivator ini merupakan pengembangan dari pertumbuhan lekat, dengan menngabungkan
biakan tersuspensi dan biakan lekat. Salah satu tujuannya adalah mengurangi timbulan bau
yang selalu timbul dari pertumbuhan lekat. Tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan
Bioactivator adalah dari tenaga blower sekaligus memasok udara untuk biakan
tersuspensinya tadi. Bentuknya sendiri terkesan ”manis” dengan konstruksi yang terkesan
kokoh. Sehingga tidak ”perlu malu” jika ditempatkan pada tempat yang terbuka. Tentunya
didukung dengan rekayasa arsitektur dan landscape yang menarik.

Gambar 2.9. Bioactivator Waduk


Melati Jakarta Pusat November 2007

Gambar 2.10. Pelataran/Halamam


IPAL Waduk Melati, Jakarta 2007

2.4. PENERAPAN SISTEM


PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOTA
SAMARINDA

Penerapan sistem IPAL di Kota Samarinda disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial budaya
setempat, juga harus didasarkan atas kemampuan dari masyarakat untuk mengelola dan

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

memelihara unit pengolahan yang telah dibangun. Berdasarkan hal tersebut maka rangkaian
unit pengolahan yang diterapkan di Kota Samarinda adalah sebagai berikut:

Penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan akses sanitasi di kawasan permukiman.

2.4.1. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Desain unit sistem IPAL Komunal Kota Samarinda direncanakan yaitu menggunakan sistem
Anaerobic Baffle Reactor (ABR) dengan rangkaian pengolahan Bak Pengendap Lumpur 
Anaerobic Baffle Reactor (ABR)  Kolam Nitrifikasi.
 Teknologi tangki septik yang dimodifikasi dengan menambah beberapa kompartemen
untuk menghasilkan aliran ke atas (upflow) melalui lumpur aktif anaerob dan meningkatkan
waktu kontak antara biomas aktif dengan air limbah.
 Dapat menurunkan BOD cukup tinggi yaitu s/d 95%.
 Tidak dapat menurunkan kandungan amoniak, detergen dan hidrogen sulfida.

Gambar 2.11. Sistem Reaktor Anaerobik Bersekat + Nitrifikasi

Sistem IPAL komunal yang sebagian besar dibangun oleh pemerintah pada umumnya
menggunakan sistem ABR (Anaerobic Baffled Reactor) atau sistem selimut lumpur dengan
aliran tersumbat/plug flow atau tangki septik bersekat. Namun desain, penerapan dan
pengelolaan yang tidak tepat menyebabkan efluen sistem ABR belum memenuhi baku mutu
Permen Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014, baku mutu daerah maupun baku mutu yang
dipersyaratkan oleh lembaga inspeksi IPAL. Selain itu seiring pencemaran air yang semakin
meningkat dan kebijakan pengembangan sistem IPAL anaerob aerob serta daur ulang air

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

limbah, maka sistem ABR memerlukan modifikasi serta pengembangan pengolahan lanjutan
untuk peningkatan kualitas lingkungan.

Upaya peningkatan kualitas air olahan IPAL yang dapat didaur ulang, merupakan implementasi
Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2008, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 tahun
2011 (Pasal 37, ayat 1) serta dokumen negara ”Indonesia’s Technology Need Assessment for
Climate Change Adaptation 2011”. Untuk mendukung penerapan sistem ABR yang tepat, saat
ini telah tersusun draf SNI perencanaan pengolahan air limbah dengan reaktor anaerobik
bersekat (anaerobic baffled reactor) dan rancangan peraturan Menteri 2015, mengenai
penyelenggaraan pengembangan sistem pembuangan air limbah setempat. Pada rujukan
tersebut, diperlukan penambahan ketentuan modifikasi pengembangannya serta pengolahan
lanjutan di dalam hal mengantisipasi kendala kendala pengolahan air limbah pada sistem
komunal serta peningkatan kualitas efluen. Bertujuan untuk mengetahui karakteristik
penyisihan organik pada IPAL komunal sistem ABR serta potensi peningkatan kinerja
pengolahannya atau kombinasi dengan teknologi pengolahan air limbah lainnya. Hasil kajian
tersebut sebagai rujukan peraturan perencanaan sistem ABR dan modifikasinya sehingga dapat
menghasilkan air olahan yang memenuhi baku mutu atau untuk dimanfaatkan kembali.

Sistem Anaerobic Baffled Reactor (ABR) merupakan sistem pengolahan air limbah tersuspensi
anaerobik dan memiliki kompartemen-kompartemen yang dibatasi oleh sekat vertikal. Pada
umumnya penerapan sistem ABR digunakan untuk air limbah dengan beban organik rendah
atau pengolahan awal air limbah. Serangkaian sekat vertikal didalam ABR dapat
mengkondisikan air limbah mengalir naik turun dari inlet menuju outlet, sehingga terjadi kontak
antara limbah cair dengan biomassa aktif ruang atau kompartemen dengan aliran turun lebih
sempit dari ruang aliran naik sehingga kecepatan upflow dalam ruang lebih rendah dari
kecepatan rata-rata melalui reaktor. Profil konsentrasi senyawa organik bervariasi sepanjang
ABR, hal ini dikarenakan adanya peningkatan waktu kontak air limbah. Bakteri di dalam
bioreaktor mengapung dan mengendap sesuai karakteristik aliran dan gas yang dihasilkan,
tetapi bergerak secara horizontal ke ujung reaktor secara perlahan, sehingga konfigurasi
tersebut mampu menunjukkan tingkat penyisihan chemical oxygen demand (COD) yang tinggi
(Foxon et al. 2006; Wanget al. 2004).

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Selain itu, pada kompartemen dengan aliran naik (upflow chamber) dapat meningkatkan proses
penguraian dan penyisihan bahan organik hingga mencapai 90%. ABR termasuk sistem
anaerobik sludge blanket process yang dipasang seri namun tidak membutuhkan
butiran/granular di dalam pengoperasiannya. ABR dioperasikan pada waktu detensi 6 – 24 jam,
konsentrasi padatan volatil 4 – 20 g/L. Menurut Sasse (1998), parameter desain utama untuk
ABR adalah HRT (hydraulic retention time) > 8 jam, kecepatan aliran ke atas (up flow velocity)
< 2 m/jam, beban organik 3 kg COD/m3/hari, penyisihan COD 65 – 90% dan penyisihan BOD
70 – 95%. Meskipun demikian lumpur pada setiap kompartemen akan berbeda tergantung
pada lingkungan spesifik dan senyawa atau zat yang terdegradasi (Barber dan Stuckey 1999;
Wang et al. 2004; Foxon et al. 2006).

Sistem ABR mempunyai keunggulan, diantaranya kesederhanaan sistem, kebutuhan biaya yang
rendah, waktu retensi lumpur yang panjang, waktu retensi hidraulik yang rendah, tidak
diperlukan karakteristik biomassa khusus, kemudahan di dalam pengoperasian, timbulan lumpur
yang rendah, stabil terhadap shock loading, serta dapat mengolah air limbah dengan variasi
karakteristik air limbah. Mikroorganisma di dalam reaktor secara perlahan meningkat dan
mengendap selama karakteristik aliran dan produksi gas. Meskipun demikian laju pergerakan
sepanjang reaktor rendah. Laju dorong utama di belakang reaktor desain diperkaya oleh
kapasitas retensi padatan (Foxon et al. 2006).

Terdapat kelemahan pada sistem anaerobik, demikian juga pada sistem ABR, diantaranya
membutuhkan pasokan air yang konstan (aliran kontinu).

Sistem ABR dapat melayani komunitas skala kecil namun juga dapat dihubungkan ke saluran
menuju pengolahan air limbah terpusat. Pada umumnya sistem ABR ditempatkan pada sarana
sanitasi publik atau dari perpipaan air limbah sistem shallow sewer kemudian efluen sistem ABR
dibuang langsung ke badan air. Berdasarkan kajian, penerapan sistem ABR menunjukkan
karakteristrik sebagai berikut : (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman 2012; Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman 2015):
 Tidak efektif dalam mengurangi kandungan nutrien/patogen dalam air limbah.
 Membutuhkan pengolahan pendahuluan agar tidak terjadi penyumbatan (clogging).
 Membutuhkan pasokan air bersih yang konstan (aliran kontinu).
 Kualitas air olahan berfluktuasi secara signifikan sehingga memerlukan pemeliharaan
bakteri apabila digunakan untuk air limbah tercampur.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Kelebihan-kelebihan utama ABR adalah :


1. Desainnya sederhana, tidak memerlukan pengaduk mekanis, konstruksi relatif mudah,
lumpur yang dihasilkan rendah, SRT tinggi dicapai tanpa media pendukung serta tidak
memerlukan sistem pemisahan gas (Bell, 2002). Peningkatan volume limbah cair tidak
masalah, bahkan memungkinkan operasional intermitten, selain itu ABR stabil terhadap
adanya beban kejut organik (organik shock loading) selain itu konfigurasi ABR
melindungi biomassa dari senyawa toksik dalam influen (Barber and Stuckey, 1999
dalam Bell, 2002).
2. Selain itu pola hidrodinamik ABR dapat mereduksi terbuangnya bakteri ( bacterial
washout) dan mampu menjaga biomassa tanpa penggunaan fixed media (Grover et.al,
1999 dalam Movahedyan, 2007). Pemisahan dua fase menyebabkan peningkatan
perlindungan terhadap senyawa toksik dan memiliki ketahanan terhadap perubahan
parameter lingkungan seperti pH, temperatur dan beban organik (Barber and Stucky,
1999 dalam Movahedyan, 2007).

Untuk meningkatkan kinerja ABR, perlu dipertimbangkan beberapa aspek yang berkaitan
dengan struktur mikroorganisme yang akan terbentuk dalam reaktor, yaitu : kecepatan aliran
permukaan, waktu kontak, laju pembebanan organik, karakteristik limbah cair, jenis bibit
lumpur yang digunakan, suhu, pH dan alkalinitas, serta keberadaan polimer dan kation seperti
Ca, Mg dan Fe.

ABR konvensional sendiri merupakan bioreaktor anaerob yang memiliki kompartemen-


kompartemen yang dibatasi oleh sekat-sekat vertikal, jumlah sekatnya sendiri dapat ditambah
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Sebuah ABR terdiri dari kompartemen-kompartemen yang
tersusun secara seri. Pada reaktor ABR terdapat saluran inlet dan outlet yang digunakan untuk
mengalirkan limbah cair yang akan diolah didalam reaktor ABR. Pada saluran tersebut juga
dapat dipasang alat untuk mengatur debit, baik itu pada saluran inlet maupun outlet.
Sedangkan pada setiap kompartemen/bagian yang ada pada reaktor dibuat saluran dalam
bentuk pipa untuk menyalurkan gas yang merupakan hasil dari proses penguraian limbah oleh
bakteri.

Keuntungan Proses Anaerobik antara lain :


 Dapat dibangun pada lahan yang terbatas
 Sedikit menghasilkan lumpur dan sudah dalam kondisi stabil

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

 Effluen hanya dapat mencapai < 50 mg/L BOD

2.4.2. Anaerobic Upflow Filter (AUF)

Konsep filter anaerob dibentuk dari kolom filter vertikal berisi materi inert yang berfungsi
sebagai permukaan penahan tetap untuk peletakan lapisan mikroorganisme, media padat yang
dipergunakan dapat berupa batu kerikil ataupun plastik.

Prinsip pengoperasian filter anaerob adalah melewatkan air buangan dengan kecepatan rendah
melalui kolom berisi materi terkemas yang akan menjadi bidang lekat mikroorganisme.

Air buangan mengalir dari bawah keatas dalam kolom melewati rongga diantara media, dan
berkontak dengan lapisan biologi berupa bakteri anaerob yang tumbuh dan tertahan pada
permukaan media padat dan pada rongga rongga tersebut.

Filter anaerob dioperasikan dengan aliran vertikal ke atas untuk menjamin perendaman media
didalam air buangan yang memasukinya, sehingga diperoleh kondisi anaerob.

Gambar 2.12.
A
n
a
e
r
o
b
i
c Upflow Filter (AUF) atau Filter Anaerob Aliran Keatas

Prinsip Kerja
 Upflow Anaerobic Filter (UAF) digunakan untuk pengolahan air limbah “black water
maupun grey water”.
 Proses pengolahan dilakukan dengan mengalirkan air limbah kedalam bak pengurai
(digester) pertama, selanjutnya dialirkan ke bak pengurai kedua.
 Bak pertama dan kedua berfungsi sebagai pengendap sekaligus pengurai sebagaimana
fungsi tangki septik.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

 Sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat
pada air limbah dan akan meningkatkan efesiensi pengolahan.
 Tidak dapat menurunkan kandungan amoniak, detergen dan hidrogen sulfida.
 Memerlukan dimensi lebih besar dibandingkan dengan ABR, karena adanya media Filter.
Media filter biasanya digunakan media batuan dengan diameter 3-5 mm tetapi penggunaan
partikel yang lebih kecil dapat meningkatkan jumlah bio massa dalam sistem.
Untuk kapasitas filter 0,05 m3/or/hr, spesifikasi agregat yang memuaskan adalah 3-6 mm untuk
filter ini efektif dan praktis digunakan sebagai metoda pengolahan lanjutan untuk enfuent
tangki septik.
Kinerja filter anaerob tergantung pada waktu detensi hidrolis dan tingkat pembebanan organik
velumetrik. Pada kondisi tropis pembebanan sebesar 0,56 kg BOD/m 3.hr menghasilkan efesiensi
> 50% sedangkan dengan pembebanan 0,212 kg BOD/m3. hr efisiensinya 60%.
Keuntungan menggunakan filter anaerob aliran keatas dibandingkan dengan pengolahan
sekunder lainnya adalah ;
 Sangat sesuai untuk pengolahan air buangan terlarut
 Tidak memerlukan resirkulasi karena massa organisme tinggi dalam filter
memungkinkan pengolahan air buangan berkekuatan lemah pada suhu udara bebas
sehingga tidak diperlukan pemanasan.
 Volume lumpur yang dihasilkan kecil.
 Mampu menurunkan pencemar organik terlarut maupun padatan tersuspensi dengan
konsentrasi yang tinggi dan tahan terhadap kejutan beban organik maupun beban
hidrolik.

Kekurangan sistem ini adalah :

 Sebaiknya filter anaerob hanya digunakan untuk mengolah buangan terlarut sebab bila
digunakan untuk mengolah buangan yang mengandung suspended solid dapat tejadi
pemampatan.
 Distribusi aliran menjadi masalah bila konsentrasi bio massa meningkat sampai
mencapai titik yang menyebabkan terbentuknya saluran-saluran dalam sistem. Kondisi
ini menyebabkan waktu pembersihan filter menjadi pendek.
 Belum diperoleh teknik yang tepat dalam pembersihan media.

2.4.3. Teknologi Lambda

Pengenalan Tentang Teknologi Lambda

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

 Teknologi pengolahan limbah cair menggunakan metoda Elektro Fisika (getaran) untuk
mendekomposisi kotoran (polutan) dalam limbah sehingga terpisah dari airnya.
 Teknologi tepat guna, mudah dioperasikan, ramah lingkungan.
 Pengolahan limbah bukan hanya menghasilkan olahan air yang bisa dibuang
ke lingkungan tapi bisa dimanfaatkan untuk utilitas atau penggunaan lain.
 Packed Clarifier:
 Tangki pemisahan kotoran dengan air bersih.
 Tangki dibagi atas beberapa bagian (Cell).
 Dilengkapi dengan scraper trap, tangki pengaduk dan manhole.
 Lambda Separator:
 Panel (Pengatur gertaran) dan Lambda (unit dekomposisi).
 Bagian lambda setiap Cell akan diatur sesuai karakter limbah.
 Unit Filtrasi:
 Adalah untuk menahan kotoran tertinggal dari treated Andrich Tech (< 0,1%)

2.5. TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK TERPILIH

Dari uraian diatas tadi, untuk penerapan sistem IPAL dipilih satu sistem yang dapat
mengakomodasikan persyaratan atau tuntutan kualitas lingkungannya, yakni estetika dan
kebersihan yang harus diprioritaskan.
Pertimbangan utama dalam penerapan teknologi yang digunakan adalah keberlangsungan
operasional sistem, dimana aspek yang dipertimbangkan adalah sbb :
a) Aspek Peran serta masyarakat, artinya kepedulian dan rasa memiliki warga terhadap
investasi di bidang prasarana air limbah ini harus tinggi,
b) Aspek Pembiayaan operasi dan pemeliharaan, dimana unsur ketersediaan biaya yang
rendah menjadi salah satu kunci keberlangsungan operasional Ipal yang telah dibangun,
c) Aspek Lembaga pengelola, juga menjadi salah satu factor yang mutlak harus ada, untuk
mengoperasikan dan memelihara unit Ipal yang sudah dibangun,
d) Aspek Regulasi atau peraturan, keberlangsungan operasioanl perlu di dukung dengan
perangkat peraturan yang akan lebih memastikan bahwa unit ini akan terus beroperasi
secara optimal,
e) Aspek Teknis, dimana pengelola harus diberi bekal pengetahuan teknis dalam
mengoperasikan Ipal dimaksud. Untuk itu harus diberikan pelatihan yang memadai kepada
calon pengelola

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Dari aspek pertimbangan dimaksud diatas, terutama yang terkait biaya operasional, jelas pilihan
sistem anaerobic merupakan pilihan utama karena prosesnya tidak memerlukan oksigen,
sehingga biaya operasional akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan sistem pengolahan
aerobic.
Disamping itu telah sekian banyak dikonstruksi unit Ipal dengan sistem ABR dan UAF ini,
sehingga teman para pemangku kepentingan sudah sangat berpengalaman dengan sistem ini.
Pilihan antara ABR dan UAF kinerja secara sistem hampir sama saja hanya untuk unit ABR,
karena merupakan biakan tersuspensi, kebutuhan lahan akan lebih kecil, karena tidak
memerlukan ruang untuk media, lain halnya dengan sistem UAF yang reaktornya memerluakan
ruang untuk media fiternya.
Dengan demikian untuk sistem pengolahan Ipal Skala Pemukiman Kelurahan Sungai Dama
Kecamatan Samarinda Ilir, ditetapkan menggunakan ABR dengan mengingat pula lahan yang
tersedia terbatas.
Terkait dengan Permen LHK terbaru mengenai standar efluen air limbah no. 68 tahun 2016,
dimana ada parameter baru yang disyaratkan, yakni Ammoniak (10 mg/l) dan Bakteri Koli Total
(3.000/100ml) maka sistem dilengkapi dengan unit nitrifikasi dan desinfeksi agar standar
tersebut dapat dicapai.

2.6. SISTEM JARINGAN AIR LIMBAH

Kota Samarinda, rencana penyaluran air limbah untuk tiap kecamatan berbeda sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Sistem saluran air limbah yang berasal dari rumah tangga diarahkan
menggunakan saluran tertutup. Berdasarkan hasil survei, dalam pembangunan jaringan yang
sudah ada di Kampung Air terdapat keluhan dari masyarakat sekitar dimana lokasi IPAL skala
permukiman tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan awal mengenai lokasi dan di bangun di
atas jalan. Jaringan perpipaan yang menyalurkan buangan dari rumah warga tersumbat oleh
material sampah dan juga menyebabkan kembalinya air limbah yang seharusnya tersalurkan ke
IPAL sehingga banyak pipa yang sengaja diputus oleh masyarakat.

Jaringan air limbah terdiri dari pipa gelontor, induk, lateral dan service. Pipa gelontor berfungsi
sebagai tenaga pendorong untuk pipa induk maupun lateral, pipa ini berisi air yang berasal dari
sungai atau bak penampung air. Pipa induk yaitu pipa utama tempat penampungan air limbah
dari pipa lateral dan pipa service. Pipa lateral yaitu pipa yang menampung air limbah dari pipa

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

service dan juga dari pelanggan. Pipa service yaitu pipa yang menampung limbah dari
pelanggan, baik dari saluran rumah tangga maupun non-rumah tangg. Di sepanjang jaringan
pipa tersebut juga terdapat manhole atau bak kontrol dengan tutup berbentuk bulat yang
terbuat dari besi dan beton, dengan diameter 1 m fungsinya yaitu untuk pemeliharaan dan
perbaikan apabila terjadi penyumbatan atau kerusakan.

Rencana lokasi IPAL skala permukiman di Sungai Dama berada di area kantor kelurahan sungai
dama, tepatnya di Kecamatan Samarinda Ilir yang direncanakan untuk melayani 250 rumah.
Jaringan air limbah dapat disajikan dalam gambar 1.1. diatas.

2.7. KRITERIA PERENCANAAN


2.7.1. Sistem Pengaliran Air Limbah

Prinsip pengaliran air limbah pada umumnya adalah gravitasi tanpa tekanan, sehingga pola
aliran adalah seperti pola aliran pada saluran terbuka. Dengan demikian ada bagian dari
penampang pipa yang kosong.
Perbandingan luas penampang basah (a) dengan luas penampang pipa (A) adalah sebagai
berikut:

 Untuk pipa dengan diameter : Ø < 150 mm ; a/A = 0,5


 Untuk pipa dengan diameter : Ø >150 mm ; a/A = 0,7
Sedangkan ketinggian air di pipa maximum (d/D) 80% dari dimater pipa.

D
d d/D = 80%

20
Keterangan:
D: Diameter pipa
d: Ketinggian air max dalam pipa
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 2.13. Penampang Pipa Air Limbah

2.7.2. Jaringan Pipa Air Limbah


Sistem jaringan perpipaan air limbah terdiri dari:

a) Pipa Persil

Pipa Persil adalah pipa yang langsung menerima air limbah dari sumbernya. Letaknya di
pekarangan rumah atau gedung. Berdiameter 4-5 inchi dan berupa pipa (PVC) dengan
kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya dengan pipa servis, membentuk sudut 45°
dan apabila perbandingan antara debit dari persil dengan debit dari saluran pengumpul
kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.

b) Pipa Service

Pipa Servis adalah pipa yang menerima air limbah dari pipa persil yang kemudian akan
menyalurkannya ke pipa lateral. Letaknya di luar pekarangan gedung dan berdiameter 6-8
inchi dengan kemiringan pipa 0,5-1 %. Lebar galian pemasangan pipa servis minimal 0,45
m dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Pipa service ini disambungkan ke pipa lateral di
setiap manhole.
c) Pipa Lateral

Pipa Lateral adalah pipa yang menerima air limbah dari pipa servis untuk dialirkan ke pipa
cabang. Letaknya memanjang di sepanjang jalan di depan rumah atau gedung. Diameter
awal pipa minimal 8 inchi, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5-1%.

d) Pipa Cabang

Pipa Cabang adalah pipa yang menerima air limbah dari pipa lateral. Diameternya
bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-masing pipa dengan
kemiringan pipa sekitar 0,2-1%.

e) Pipa Induk

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Pipa Induk adalah pipa yang menerima air limbah dari pipa cabang dan membawanya ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kemiringan pipa induk sekitar 0,2-1%.

f) Trunk sewer

Trunk sewer digunakan pada jaringan pelayanan air limbah yang luas (> 1.000 ha) untuk
menerima aliran dari pipa utama dan untuk dialirkan ke IPAL.

2.7.3. Fluktuasi Pengaliran Air Limbah (Flow Rate)

Besarnya fluktuasi aliran air limbah tergantung pada jumlah populasi di suatu kawasan.
Besarnya fluktuasi terhadap aliran rata-rata adalah seperti tabel berikut ini:
Tabel 2.6. Fluktuasi Debit Air Limbah Terhadap Debit Rata-Rata
Jumlah Pelayanan Q max/Q rata Q min/Q rata

< 10.000 jiwa 3,5 s/d 4,0 0,20 s/d 0.35

10.000 jiwa - 2,0 s/d 3,5 0,35 s/d 0,55


100.000

> 100.000 jiwa 1,5 s/d 2,0 0,55 s/d 0,60

Volume air limbah dihitung 80% dari volume kebutuhan air bersih, kalau rata-rata
pemakaian air adalah sebesar 100 ltr/orang/hari, maka air limbah yang masuk ke jaringan
perpipaan perpipaan adalah 80 % dari konsumsi air tersebut atau kira-kira 80
ltr/orang/hari.

2.7.4. Kemiringan Pipa

Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam pengoperasiannya diperoleh kecepatan


pengaliran minimal dengan daya pembilasan sendiri (tractive force) guna mengurangi gangguan
endapan di dasar pipa.
Sedangkan angka atau koefisien kekasaran saluran (n) adalah:

 Pipa Asbestos Semen = 0,010 - 0,015


 Pipa beton bertulang = 0,012 - 0,016
 PVC = 0,002 - 0,012
 Pipa tanah liat = 0,011 - 0,015

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Tabel 2.7. Tipikal Harga Koefisien Kekasaran Manning, n yang


sering digunakan
Harga n
No. Tipe saluran dan jenis bahan
Minimum Normal Maksimum
1. Beton
0,010 0,011 0,013
 Gorong-gorong lurus dan bebas dari
kotoran
0,011 0,013 0,014
 Gorong-gorong dengan lengkungan dan
sedikit kotoran/gangguan 0,011 0,012 0,014
0,013 0,015 0,017
 Beton dipoles
 Saluran pembuang dengan bak kontrol
2. Tanah, lurus dan seragam
0,016 0,018 0,020
 Bersih baru
0,018 0,022 0,025
 Bersih telah melapuk 0,022 0,025 0,030
0,022 0,027 0,033
 Berkerikil
 Berumput pendek, sedikit tanaman
pengganggu
3. Saluran alam
0,025 0,030 0,033
 Bersih lurus
0,033 0,040 0,045
 Bersih, berkelok-kelok 0,050 0,070 0,08
0,025 0,030 0,035
 Banyak tanaman pengganggu
0,035 0,050 0,07
 Dataran banjir berumput pendek –
tinggi
 Saluran di belukar

2.7.5. Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran dalam pipa dibatasi dalam kecepatan minimum dan maksimum.

 Kecepatan minimum diperlukan agar tidak terjadi pengendapan dalam pipa dari padatan
yang terdapat dalam air limbah dan mengurangi potensi terbentuknya gas H 2S.
 Kecepatan maksimum dibatasi agar tidak terjadi penggerusan pada dinding (dalam) pipa
oleh padatan atau butiran pasir yang terbawa dalam aliran air limbah.
 Kecepatan air limbah dalam pipa adalah minimum 0,6 m/det dan maksimum 2,0 m/det.

2.7.6. Penempatan dan Pemasangan Saluran

Beberapa alternatif penempatan dan pemasangan saluran/ pipa:

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

 Dilakukan di tengah jalan, bila di bagian kiri dan kanan jalan terdapat jumlah rumah yang
hampir sama banyak.
 Dilakukan pada jalan yang pada satu bagian sisi mempunyai jumlah rumah yang lebih
banyak daripada sisi lainnya, saluran ditempatkan pada sisi jalan dengan jumlah rumah
terbanyak.
 Diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika di kedua sisi jalan tersebut terdapat banyak sekali
rumah atau bangunan.
 Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya,
perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi lebih tinggi.
 Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya dan mempunyai
elevasi lebih tinggi dari jalan, maka penempatan saluran dilakukan di tengah jalan.

2.7.7. Kedalaman Pipa

Kedalaman penanaman pipa sangat bervariasi, sesuai dengan diameter pipa dan kondisi lahan.
Kedalaman penanaman pipa diperlukan untuk perlindungan pipa dari beban di atasnya dan
gangguan lain.

1) Kedalaman galian pipa:


 Persil > 0,4 m (bila beban ringan) dan > 0,8 m (bila beban berat)
 Pipa service 0,75 m
 Pipa lateral (1-1,2) m
2) Kedalaman maksimal pipa induk untuk saluran terbuka (open trench) 7m atau dipilih
kedalaman ekonomis dengan pertimbangan biaya dan kemudahan/resiko pelaksanaan galian
dan pemasangan pipa. Jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.

2.7.8. Perencanaan Jaringan Air Limbah

Rencana perpipaan sistem air limbah terpusat di Sungai Dama akan dilaksanakan di sekitar
daerah kelurahan Sungai Dama.

20
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Gambar 2.14. Rencana Lokasi IPAL dan Peta Jaringan Air Limbah

42
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

2.8. Evaluasi dan Perhitungan Air Limbah

Berdasarkan hasil evaluasi permasalahan, jaringan air limbah dilakukan berdasarkan


perhitungan pipa dengan diameter pipa disesuaikan dengan rencana pengembangan SR. Semua
sloope pipa disesuaikan lagi sesuai dengan kondisi lapangan dengan tetap mempertahankan
ketinggian elevasi awal pipa ( upper) disetiap ujung pelayanan dan elevasi akhir pipa ( lower) di
outfall yang menuju ke chamber lift pump. Dasar dari perhitungan jaringan pipa air limbah
adalah:

A. Debit air limbah

Debit air limbah dihitung 80% dari volume kebutuhan air bersih 100 liter/orang/hari.
Dengan demikian maka timbulan air limbah yang masuk ke jaringan perpipaan adalah 80
% dari konsumsi air bersih tersebut yaitu 80 liter/orang/hari.

B. Debit Perencanaan

Debit yang digunakan untuk menghitungan dimensi pipa adalah debit puncak (peak hour)
ditambah dengan debit infiltrasi.

Qperencanaan = Qpeak

Qpeak = (5 x QR untuk pipa lateral)

Dimana Qpeak : Debit puncak (liter/det)


QR : Debit rata-rata (liter/det)

C. Persamaan Manning

Rumus yang digunakan dalam perhitungan hidrolis perpipaan air limbah adalah persamaan
Manning sebagai berikut:

Perhitungan Kecepatan Aliran (V)

Rumus kecepatan aliran (V) berdasarkan persamaan Manning, adalah:

V = .R 2/3
S 1/2

Dimana V : Kecepatan aliran (m/det)

44
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

n : Angka kekasaran dinding saluran manning


R : Jari-jari hidrolis (m)
S : Gradient hidrolis atau kemiringn saluran (m/m)
Perhitungan Debit Aliran (Q)

Rumus debit aliran (Q) berdasarkan persamaan manning, adalah:

Q = A.V = A. . R 2/3 S 1/2

A = . D2

Q = . D2. . R 2/3 S 1/2

Dimana Q : Debit aliran (m3/det)


A : Luas penampang pipa (m)
V : Kecepatan aliran (m/det)
D : Diameter pipa (m)
n : Angka kekasaran dinding saluran manning
R : Jari-jari hidrolis (m)
S : Gradient hidrolis atau kemiringan saluran (m/m)

44
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Tabel 2.8. Perhitungan Hidrolis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sungai Dama
Persyaratan
Panjang Jml Jumlah Jumlah Kebutuhan Q Keb.Diameter
No Manhole QAM Q AL Qkum. min.diameter
Jalur Pelanggan Jiwa/SR Pddk air minum peak Pipa
pipa
Rumah(SR)
Dari - Ke (m) (org/SR) (orang) (lt/org/hr) (lt/det) (l/det) (l/det) (l/det) (m) (m)
M4-M5 17 6 5 30 125 0,043 0,035 0,17 0,17 0,02 0,15
M5-M6 16 7 5 35 125 0,051 0,041 0,20 0,38 0,03 0,15
M6-M7 15 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 0,43 0,03 0,15
M1-M2 11 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 0,46 0,03 0,15
M2-M3 16 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 0,55 0,03 0,15
M3-M4 17 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 0,64 0,04 0,15
M10-M11 28 9 5 45 125 0,065 0,052 0,26 0,90 0,04 0,15
M11-M18 32 5 5 25 125 0,036 0,029 0,14 1,04 0,05 0,15
M7-M8 17 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 1,16 0,05 0,15
M8-M9 16 5 5 25 125 0,036 0,029 0,14 1,30 0,05 0,15
M9-M10 13 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 1,42 0,06 0,15
M14-M15 9 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 1,48 0,06 0,15
M15-M16 8 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 1,50 0,06 0,15
M16-M17 8 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 1,59 0,06 0,15
M17-M18 29 9 5 45 125 0,065 0,052 0,26 1,85 0,06 0,15
M12-M13 26 20 5 100 125 0,145 0,116 0,58 2,43 0,07 0,15
M13-M14 17 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 2,49 0,07 0,15
M22-M23 43 6 5 30 125 0,043 0,035 0,17 2,66 0,08 0,15
M23-M24 11 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 2,69 0,08 0,15
M24-M25 3 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 2,72 0,08 0,15
M25-M26 7 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 2,75 0,08 0,15
M18-M19 11 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 2,84 0,08 0,15
M19-M20 17 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 2,92 0,08 0,15

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Persyaratan
Panjang Jml Jumlah Jumlah Kebutuhan Q Keb.Diameter
No Manhole QAM Q AL Qkum. min.diameter
Jalur Pelanggan Jiwa/SR Pddk air minum peak Pipa
pipa
Rumah(SR)
Dari - Ke (m) (org/SR) (orang) (lt/org/hr) (lt/det) (l/det) (l/det) (l/det) (m) (m)
M20-M21 18 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 2,98 0,08 0,15
M21-M22 13 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 3,04 0,08 0,15
M27-M28 42 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,07 0,08 0,15
M26-M27 58 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,10 0,08 0,15
M81-
14 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,13 0,08 0,15
SUMPWELL
M80-M81 65 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 3,24 0,08 0,15
M28-M29 33 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,27 0,08 0,15
M29-M80 18 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,30 0,08 0,15
M35-M36 21 7 5 35 125 0,051 0,041 0,20 3,50 0,09 0,15
M36-M37 11 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,53 0,09 0,15
M37-M38 16 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 3,59 0,09 0,15
M30-M31 15 5 5 25 125 0,036 0,029 0,14 3,73 0,09 0,15
M31-M32 11 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 3,79 0,09 0,15
M32-M33 9 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 3,88 0,09 0,15
M33-M34 8 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 3,94 0,09 0,15
M34-M35 8 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,96 0,09 0,15
M42-M43 10 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 3,99 0,09 0,15
M43-M54 6 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 4,02 0,09 0,15
M54-M64 13 9 5 45 125 0,065 0,052 0,26 4,28 0,10 0,15
M38-M39 6 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 4,31 0,10 0,15
M39-M40 7 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 4,34 0,10 0,15
M40-M41 8 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 4,37 0,10 0,15
M41-M42 37 18 5 90 125 0,130 0,104 0,52 4,89 0,10 0,15
M79-M80 60 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 5,01 0,10 0,15
M64-M65 17 6 5 30 125 0,043 0,035 0,17 5,18 0,11 0,15

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Persyaratan
Panjang Jml Jumlah Jumlah Kebutuhan Q Keb.Diameter
No Manhole QAM Q AL Qkum. min.diameter
Jalur Pelanggan Jiwa/SR Pddk air minum peak Pipa
pipa
Rumah(SR)
Dari - Ke (m) (org/SR) (orang) (lt/org/hr) (lt/det) (l/det) (l/det) (l/det) (m) (m)
M65-M78 12 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 5,24 0,11 0,15
M78-M79 13 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 5,27 0,11 0,15
M46-M47 14 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 5,35 0,11 0,15
M48-M49 11 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 5,47 0,11 0,15
M49-M50 4 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 5,50 0,11 0,15
M50-M51 11 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 5,56 0,11 0,15
M51-M52 3 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 5,61 0,11 0,15
M52-M53 4 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 5,64 0,11 0,15
M53-M54 8 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 5,70 0,11 0,15
M54-M55 5 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 5,76 0,11 0,15
M48-M49 27 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 5,87 0,11 0,15
M44-M45 12 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 5,96 0,11 0,15
M45-M46 11 4 5 20 125 0,029 0,023 0,12 6,08 0,12 0,15
M60-M61 8 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 6,13 0,12 0,15
M61-M62 7 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 6,22 0,12 0,15
M62-M63 6 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 6,28 0,12 0,15
M63-M64 15 6 5 30 125 0,043 0,035 0,17 6,45 0,12 0,15
M56-M57 4 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 6,48 0,12 0,15
M57-M58 6 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 6,51 0,12 0,15
M58-M59 6 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 6,54 0,12 0,15
M59-M60 21 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 6,60 0,12 0,15
M71-M72 7 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 6,63 0,12 0,15

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Persyaratan
Panjang Jml Jumlah Jumlah Kebutuhan Q Keb.Diameter
No Manhole QAM Q AL Qkum. min.diameter
Jalur Pelanggan Jiwa/SR Pddk air minum peak Pipa
pipa
Rumah(SR)
Dari - Ke (m) (org/SR) (orang) (lt/org/hr) (lt/det) (l/det) (l/det) (l/det) (m) (m)
M72-M73 6 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 6,71 0,12 0,15
M73-M74 5 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 6,74 0,12 0,15
M74-M75 7 5 5 25 125 0,036 0,029 0,14 6,89 0,12 0,15
M75-M76 20 3 5 15 125 0,022 0,017 0,09 6,97 0,12 0,15
M76-M77 5 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 7,03 0,12 0,15
M77-M78 7 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 7,06 0,12 0,15
M66-M67 8 2 5 10 125 0,014 0,012 0,06 7,12 0,12 0,15
M67-M68 7 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 7,15 0,13 0,15
M68-M69 5 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 7,18 0,13 0,15
M69-M70 6 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 7,20 0,13 0,15
M70-M71 5 1 5 5 125 0,007 0,006 0,03 7,23 0,13 0,15

Lanjutan
d/D V Q/
No Manhole R R/ Rf R^(2/3) n V/Vf s^0.5 slope A Vreal
real Rencana Qf
(m/
Dari - Ke m/m (m2)
det)
M4-M5 0,104 0,038 0,680 0,112 0,01 0,60 0,77 0,071 0,01 0,17 0,0177 0,463
M5-M6 0,153 0,038 0,760 0,112 0,01 0,60 0,85 0,071 0,01 0,36 0,0177 0,510

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

d/D V Q/
No Manhole R R/ Rf R^(2/3) n V/Vf s^0.5 slope A Vreal
real Rencana Qf
(m/
Dari - Ke m/m (m2)
det)
M6-M7 0,164 0,038 0,724 0,112 0,01 0,60 0,88 0,141 0,020 0,42 0,0177 0,528
M1-M2 0,170 0,038 0,470 0,112 0,01 0,60 0,88 0,100 0,010 0,45 0,0177 0,528
M2-M3 0,185 0,038 0,250 0,112 0,01 0,60 0,89 0,100 0,010 0,53 0,0177 0,533
M3-M4 0,199 0,038 0,360 0,112 0,01 0,60 0,91 0,100 0,010 0,62 0,0177 0,546
M10-M11 0,236 0,038 0,470 0,112 0,01 0,60 0,96 0,100 0,010 0,87 0,0177 0,577
M11-M18 0,255 0,038 0,210 0,112 0,01 0,60 0,97 0,229 0,052 1,01 0,0177 0,581
M7-M8 0,268 0,038 0,270 0,112 0,01 0,60 0,97 0,229 0,052 1,12 0,0177 0,582
M8-M9 0,285 0,038 0,360 0,112 0,01 0,60 0,98 0,146 0,021 1,26 0,0177 0,588
M9-M10 0,297 0,038 0,420 0,112 0,01 0,60 0,99 0,146 0,021 1,38 0,0177 0,592
M14-M15 0,303 0,038 0,820 0,112 0,01 0,60 1,02 0,071 0,01 1,43 0,0177 0,611
M15-M16 0,306 0,038 0,845 0,112 0,01 0,60 1,02 0,071 0,01 1,46 0,0177 0,614
M16-M17 0,315 0,038 0,620 0,112 0,01 0,60 1,03 0,071 0,01 1,54 0,0177 0,618
M17-M18 0,340 0,038 0,580 0,112 0,01 0,60 1,06 0,100 0,010 1,80 0,0177 0,636
M12-M13 0,389 0,038 0,580 0,112 0,01 0,60 1,06 0,100 0,010 2,36 0,0177 0,636
M13-M14 0,394 0,038 0,319 0,112 0,01 0,60 1,07 0,100 0,010 2,41 0,0177 0,642
M22-M23 0,407 0,038 0,376 0,112 0,01 0,60 1,09 0,100 0,010 2,58 0,0177 0,654
M23-M24 0,409 0,038 0,420 0,112 0,01 0,60 1,10 0,100 0,010 2,61 0,0177 0,660
M24-M25 0,412 0,038 0,465 0,112 0,01 0,60 1,10 0,071 0,005 2,64 0,0177 0,661
M25-M26 0,414 0,038 0,080 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 2,67 0,0177 0,660
M18-M19 0,420 0,038 0,080 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 2,75 0,0177 0,660
M19-M20 0,427 0,038 0,120 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 2,83 0,0177 0,660
M20-M21 0,431 0,038 0,240 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 2,89 0,0177 0,660
M21-M22 0,435 0,038 0,240 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 2,95 0,0177 0,660
M27-M28 0,437 0,038 0,320 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 2,98 0,0177 0,660
M26-M27 0,439 0,038 0,370 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 3,00 0,0177 0,660
M81-SUMPWELL 0,441 0,038 0,420 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 3,03 0,0177 0,660

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

d/D V Q/
No Manhole R R/ Rf R^(2/3) n V/Vf s^0.5 slope A Vreal
real Rencana Qf
(m/
Dari - Ke m/m (m2)
det)
M80-M81 0,449 0,038 0,420 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 3,14 0,0177 0,660
M28-M29 0,451 0,038 0,420 0,112 0,01 0,60 1,10 0,141 0,020 3,17 0,0177 0,660
M29-M80 0,453 0,038 0,520 0,112 0,01 0,60 1,09 0,071 0,005 3,20 0,0177 0,655
M35-M36 0,467 0,038 0,580 0,112 0,01 0,60 1,10 0,071 0,005 3,40 0,0177 0,659
M36-M37 0,469 0,038 0,177 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,42 0,0177 0,678
M37-M38 0,473 0,038 0,178 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,48 0,0177 0,678
M30-M31 0,482 0,038 0,170 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,62 0,0177 0,678
M31-M32 0,486 0,038 0,176 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,68 0,0177 0,678
M32-M33 0,491 0,038 0,210 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,76 0,0177 0,678
M33-M34 0,495 0,038 0,219 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,82 0,0177 0,678
M34-M35 0,497 0,038 0,240 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,85 0,0177 0,678
M42-M43 0,499 0,038 0,270 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,87 0,0177 0,678
M43-M54 0,500 0,038 0,300 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 3,90 0,0177 0,678
M54-M64 0,516 0,038 0,300 0,112 0,01 0,60 1,13 0,141 0,020 4,15 0,0177 0,678
M38-M39 0,518 0,038 0,260 0,112 0,01 0,60 1,13 0,100 0,010 4,18 0,0177 0,678
M39-M40 0,520 0,038 0,380 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 4,21 0,0177 0,683
M40-M41 0,522 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 4,24 0,0177 0,684
M41-M42 0,552 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 4,74 0,0177 0,684
M79-M80 0,558 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 4,86 0,0177 0,684
M64-M65 0,568 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,02 0,0177 0,684
M65-M78 0,571 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,08 0,0177 0,684
M78-M79 0,573 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,11 0,0177 0,684
M46-M47 0,577 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,19 0,0177 0,684
M48-M49 0,584 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,30 0,0177 0,684
M49-M50 0,585 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,33 0,0177 0,684

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

d/D V Q/
No Manhole R R/ Rf R^(2/3) n V/Vf s^0.5 slope A Vreal
real Rencana Qf
(m/
Dari - Ke m/m (m2)
det)
M50-M51 0,588 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,39 0,0177 0,684
M51-M52 0,591 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,45 0,0177 0,684
M52-M53 0,593 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,47 0,0177 0,684
M53-M54 0,596 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,53 0,0177 0,684
M54-M55 0,599 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,59 0,0177 0,684
M48-M49 0,605 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,70 0,0177 0,684
M44-M45 0,609 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,78 0,0177 0,684
M45-M46 0,615 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,89 0,0177 0,684
M60-M61 0,618 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 5,95 0,0177 0,684
M61-M62 0,622 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,03 0,0177 0,684
M62-M63 0,625 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,09 0,0177 0,684
M63-M64 0,634 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,26 0,0177 0,684
M56-M57 0,635 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,29 0,0177 0,684
M57-M58 0,637 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,32 0,0177 0,684
M58-M59 0,638 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,34 0,0177 0,684
M59-M60 0,641 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,40 0,0177 0,684
M71-M72 0,642 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,43 0,0177 0,684
M72-M73 0,646 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,51 0,0177 0,684
M73-M74 0,648 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,54 0,0177 0,684
M74-M75 0,655 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,68 0,0177 0,684
M75-M76 0,659 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,76 0,0177 0,684
M76-M77 0,662 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,82 0,0177 0,684
M77-M78 0,663 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,85 0,0177 0,684

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

d/D V Q/
No Manhole R R/ Rf R^(2/3) n V/Vf s^0.5 slope A Vreal
real Rencana Qf
(m/
Dari - Ke m/m (m2)
det)
M66-M67 0,666 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,90 0,0177 0,684
M67-M68 0,667 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,93 0,0177 0,684
M68-M69 0,668 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,96 0,0177 0,684
M69-M70 0,670 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 6,99 0,0177 0,684
M70-M71 0,671 0,038 0,510 0,112 0,01 0,60 1,14 0,071 0,005 7,02 0,0177 0,684
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan 2018

52
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

1. Pipa Dia. 200 - 300 mm, debit yang diperbolehkan adalah 80 % dari Q-full (d/ D = 0.7, SF = 1.14)
2. Pipa Dia. 400 - 800 mm, debit yang diperbolehkan adalah 40 % dari Q-full (d/ D = 0.44, SF = 1.82)
3. Pipa Dia. > 900 mm, debit yang diperbolehkan adalah 25 % dari Q-full (d/ D = 0.34, SF = 2.35)
(Angka tsb diatas kami nilai terlalu besar sehingga dimensi menjadi tidak optimal dan tidak efisien).

4. Perhitungan diatas berdasarkan pada d/D = 0.8 dan V min = 0.6 m/det.

Parameter Aliran Terbuka untuk Pipa Bulat:

Untuk d/D= 0,8 maka,

Q/ Qf = 0,97

V/ Vf = 1,14

A/ Af = 0,85

r/ R = 1,22

D. Jenis Pipa

 Pipa dengan diameter 150 -200 mm : Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)

E. Diameter Pipa

Diameter pipa yang akan digunakan pada jaringan air limbah di Sungai Dama adalah
dimeter 150 mm sampai dengan pipa diameter 200 mm.

F. Penempatan Dan Pemasangan Pipa

 Untuk pemasangan galian biasa (open trench) penempatan dan pemasangan pipa
dilakukan di tempat pipa eksisting dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran
dan pengangkatan pipa lama.

 Untuk pemasangan pipa jacking penempatan dan pemasangan pipa dilakukan disebelah
pipa lama (eksisting) dengan jarak disesuaikan dengan diameter pipa eksisting.

G. Kedalaman Pipa

Kedalaman penanaman pipa diperlukan untuk perlindungan pipa dari beban di atasnya dan
gangguan lain. Pada perencanaan, kedalaman penanaman pipa bervariasi sesuai dengan
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

kondisi lahan dan diameter pipa yaitu 1,6 m (pada pipa lateral) s/d 6,30 m (pada pipa
induk).

H. Manhole

Manhole merupakan bangunan pelengkap yang berfungsi untuk memudahkan


pemeliharaan dan pelepas gas yang terbawa ailiran dalam pipa dengan penempatan:

 pada setiap pertemuan pipa,


 pada setiap belokan pipa,
 pada setiap perubahan diameter pipa,
 pada jalur pipa lurus dengan jarak (50 s/d 100 meter) tergantung diameter pipa.

Konstruksi manhole terbuat dari beton bertulang ( precast) yang dilengkapi dengan tutup
(cover) terbuat dari Cast Iron. Diameter manhole bervariasi mulai dari 120 cm s/d 150 cm
tergantung dari diameter pipa (in caming-out going), sedangkan cover manhole
berdiameter sama 60 cm.

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

BAB III HASIL PERHITUNGAN

3.1. PERIODE PERENCANAAN

Tahapan perencanaan pembangunan instalasi pengolahan Air Limbah Kota Samarinda


direncanakan untuk 20 tahun kedepan (periode 2018-2038) yang terbagi dalam 2tahap:

 Tahap I : Tahun 2018 – 2027

 Tahap II : Tahun 2028 – 2038

3.2. Perhitungan Rancangan IPAL

3.2.1. Unit Sump Well

Penggunaan sump well pada pengolahan ini berfungsi untuk :

a. Menampung air buangan yang kedalamannya dibawah permukaan instalasi pengolahan


air buangan.
b. Menstabilkan variasi debit dan konsentrasi air buangan yang akan masuk ke bangunan
pengolah air buangan.
c. Mengatasi masalah operasional yang dapat disebabkan oleh variasi debit dan
konsentrasi air buangan.
d. Meningkatkan proses kinerja pada saat keadaan down stream.

Direncanakan :

Dibuat satu unit sump well berbentuk segi empat

Kebutuhan Air Bersih = 125 L/Org/Hri

Timbulan Air Buangan = 80% × 125 L/Org/Hri = 100 L/Org/Hri

Jumlah SR = 250 SR

Jumlah Jiwa = 5 Jiwa/KK

Populasi Pelayanan = 250 × 5 = 1.250 Jiwa

Debit Air Limbah (Q) = (100 × 1.250)/1000 M3 = 125 M3

Waktu Detensi (Td) = 15 menit

Qpeak = Q x Qmaks day (2-6)

= 125 m3/Hri x 4 = 500 m3/Hari

Tabel 3.1. Perhitungan Rancangan IPAL (Sump Well) di Kota Samarinda


Deskripsi Simbol Nilai Satuan Keterangan

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Debit pengolahan Q 125 m3/hari


Kriteria Desain
Q Peak Q peak 500 m3/hari
Qmaks = 2-6

Perhitungan Desain
Lebar sumur pengumpul l Sumur pengumpul 2 m
Volume Sumur Pengumpul V sumur pengumpul 18 m3
Sumber :Hasil Perhitungan Konsultan 2018

3.2.1.1. Pompa

Air buangan yang dimasukkan ke dalam sump well dinaikkan menuju bangunan pengolahan air
buangan dengan menggunakan pompa. Jenis pompa yang dapat digunakan adalah pompa yang
tidak akan tersumbat ole partikel terbesar dari air buangan atau oleh kepekatan lumpur.

Kapasitas pompa 114 liter/Hri pada masing-masing pompa yang digunakan, pada saat peak dua
pompa bekerja satu pompa lainnya digunakan sebagai cadangan.

Tabel 3.2. Perhitungan Pompa IPAL Di Sump Well


Jumlah
Debit, Q Percepatan Efisiensi Daya
No H (m) Pompa Keterangan
(m3/Hri) gravitasi (m.det2) (%) (kW)
(bh)
1 Buah
1 125 6 9,81 0,65 0,262 3
Cadangan

3.2.2. Bak Pengendap

Direncanakan :

 Dibuat satu buah bak pengendap dengan debit = 125 m3/hari dan waktu detensi (td) = 6
jam.

Perhitungan :

 Volume bak (V)

V = Q x td

V = (125 m3/hari / 24 Jam) x 6 jam

V = 63 m3

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

 Dimensi bak

H = 1/12 x L0.8

P:L =1:2

V = 1/2L x L x 1/12 x L0.8

63 = 0.04L2.8

L2.8 = 1.560

L = 14 m

P =½L

P = ½. 14

P =7m

H = 1/12. L0.8

H = 1/12. (7)0.8

H =1m

Tabel 3.3. Perhitungan Rancangan IPAL (Sedimentasi) di Kota Samarinda


Kriteri
Deskripsi Simbol a Nilai Satuan
Desain
Inlet
Debit Pengolahan Q 125 m3/hari
Waktu detensi Td 6,0 jam
Perhitungan Desain
Volumen bak V 63 m3
Dimensi Bak
Lebar L2.8 1.563
Panjang P 7 m
Kedalaman H 1 m

3.2.3. Anaerobic Baffled Reaktor (ABR)

Jml Kk: 250 Sr

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Jml Jiwa : 5 Jiwa/Kk


Timbulan Air Limbah 125 M3/Hari
Tabel 3.4. Perhitungan Praktis (ABR) Ipal Kawasan Permukiman Sungai Dama
Deskripsi Simbol Nilai Satuan Keterangan
Data, rancangan;
Debit Pengolahan Q 125 m3/hari
COD 500 ppm
BOD5 BOD5 In 150 mg/l Data Empiris
BOD5 Efluen Se 30 mg/l Target Rancangan
Suhu T 35 o
C Angka Rata-rata
Konstanta laju kematian Kd 0,015 Hari -1 Pendekatan Literatur.
BOD5 Ultimate (perhitungan) So 221 mg/l Angka Rancangan
Biological Solid Retention Time θc 40,5 Hari Pendekatan Literatur.
Koefisien Pertumbuhan Yt 0,040 - Pendekatan Literatur.
MLVSS (dalam bak Anaerobik) X 800 mg/l Pendekatan Literatur.

Perhitungan Desain
(So - Se)
Efisiensi Penyisihan Eff = ------------------------------ x 100
Eff 86,40 %
BOD %
So

Yt . Q ( So - Se )
Volume Reaktor : V 79,41 m 3
V = ------------------------------
X . Kd
79.412 l V

XxV
Produksi Lumpur 1.568.627 mg/hari = -----------
1,57 kg/hari θc

V
Volume buangan
Qw 1,96 m3/hari Qw = ---------------
lumpur
θc

V
Waktu tinggal hidrolis θ 0,64 hari q = ---------
15 jam Q

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

P L T Volume/Unit Jumlah
Rekomendasi Kompatemen
(m) (m) (m) Kompartemen
Dimesi Efektiv :
1,5 5,0 2,5 18,8 4
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan 2018

3.2.4. Bak Proses Nitrifikasi

Perencanaan Desain Penyisihan Ammonia


Senyawa amonia dalam air dapat diolah secara mikrobiologis oleh bakteri autrotropik dan
heterotropik melalui proses nitifikasi, hingga membentuk nitrit dan nitrat. Proses nitrifikasi ini
berlangsung dalam kondisi aerobik, sehingga diperluka penambahan oksigen melalui aerasi
dalam proses lumpur aktif. Berikut ini emrupakan perhitungan desain untuk menyisihkan
amonia dalam air limbah dengan NH 3 inffluent adalah 80 mg/L dan target NH 3 effluent adalah
10 mg/L.
Simulasi berdasarkan Kapasitas IPAL 250 SR
Jumlah Jiwa/SR 5 Jiwa
Timbulan Air Limbah : 100 L/Org/Hri
Asumsi Kandungan NH3 di Influen : 80 mg/l
Target Keluaran Efluen : 10 mg/l (Kep. Men LHK No. 68 Tahun 2016)
Asumsi Biaya Listrik : 1500,- /kWH
Tabel 3.5. Perhitungan kebutuhan Oksigen dan Blower untuk Proses Nitrifikasi
NO. PARAMETER SIMBOL SATUAN NILAI KETERANGAN
1 Debit Pengolahan Q m3/hari 125 Data, Perhitungan
2 NH₃ Efluen Se mg/l 10 Rancangan
3 Suhu T o
C 30 Angka Rata-rata
Pendekatan
4 Konstanta laju reaksi K hari -1 0,100
Literatur
5 NH3 Influen So mg/l 80 Pedoman PU
6 Biological Solid Retention Time qc Hari 10 Rancangan Desain
Pendekatan
7 Koefisien Pertumbuhan Yt - 0,65
Literatur.
8 MLVSS (dalam bak fakultatif) X mg/l 1200 Target Rancangan
Pendekatan
9 Kadar O2 di udara - % 23,20
Literatur.
Pendekatan
10 Efisiensi Transfer O2 - % 8,0
Literatur.
11 Berat Jenis Oksigen - kg/m3 1,40 Pada t = 30 oC
Pendekatan
12 kebutuhan O2 utk Nitrifikasi grO2/grNH3 4,33
Literatur.

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

HASIL PERHITUNGAN SISTEM


Penyisihan NH3
(So - Se)
1 = ------------------------------ x 100
= 87,50 %
%
So =

23,70
2 Volume Reaktor = m3

3 Berat NH3 yang disisihkan = 8.750.000 mg/hari

4 Kebutuhan O2 = 37.887.500 mg/hari

= 37,89 kg/hari
Diketahui :
BD O2 = 1,20 kg/m3
= 0,07 lb/cuft
Kandungan O2 di udara = 23,20 %
Efisiensi Transfer O2 = 8,00 %

Kebutuhan Oksigen Teoritis


O2
5
= ----------------------------- = 137,27 m3/hari
BD O2 x Kadar O2

Volume Udara
Keb. Udara Teoritis
= ------------------------------ = 1.716 m3/hari
6
Eff Transfer O2 = 1
m3/menit
= 34 cfm
= 0,04 lb/sec

7 Kebutuhan Daya Blower


WxRxT P2 n
=(----------------) x ((--------) - 1
= 1,48 Hp
)
550xnxe P1

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Dimana :
Berat aliran udara ( W ) = 0,041 lb/sec.
Konstanta Gas ( R ) = 53,50
Temperatur Absolut ( T ) = 566,00
Konstanta Kesetimbangan ( n ) = 0,28
Tekanan Absolut yang masuk
= 14,70 Psi
( P1 )
Tekanan Absolut yg keluar (P2) = 22,70 Psi
Efisiensi ( e ) = 0,70

Kebutuhan biaya listrik = 1.198.632 Rp/Bulan

Biaya per SR/Bulan = 4.795 Rp

Perhitungan Desain

 NH3 yang disisihkan


= NH₃ Influen - NH₃ Effluen
= 80 mg/l – 10 mg/l = 70 mg/L

 Efisiensi Penyisihan NH3 (E)

= = x 100%

= 87.50%
 Volume Reaktor
=(Yt x Q x qc x (So-Se))/(((K x qc)+1 x (K))
=(0,65 x 125 x 10 x(80-10))/(((0,1 x 10)+1 x (1200))
= 23,70 m3
 Berat NH3 yang disisihkan
=
= 125 m3/Hri x 70 mg/l x 1000
= 8.750,000 mg/l

 Kebutuhan O2 (kg O2/hari)


Kebutuhan oksigen dapat ditentukan dari berat NH 3 yang disisihkan di kalikan dengan
kebutuhan O2/g NH3
kg O2/hari = Berat NH3 yang disisihkan x keb. O₂/g NH₃
kg O2/hari = 8.750.000 mg/l x 4.33 O₂/g NH₃

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

kg O2/hari = 37.887.500 mg/hari


kg O2/hari = 37.89 kg/hari

 Kebutuhan Udara Teoritis (m3 udara/hari)


Asumsi udara mengandung 23.2% oksigen berdasarkan berat dengan berat spesifik udara
standar adalah 1.20 kg/m3, maka kebutuhan udara teoritis adalah;

m3 udara/hari = = ((37,89 kgO2/Hri) / (120 Kg/m3 * 23,2% O2))

= 137,27 m3/hari

 Kebutuhan Volume Udara Aktual (m3 /menit)

Kebutuhan udara aktual dengan tingkat transfer oksigen 8% adalah:

m3 udara aktual/hari =

=137,27/0,08

= 1.716 m3/hari

= 1 m3/menit

= 34 cfm

= 0.041 lb/sec

Perhitungan diatas diasumsikan 24 jam, sedangkan pengoperasian blower direncanakan


beroperasi selama 12 jam, maka kebutuhan udara aktualnya adalah 34 cfm

 Kebutuhan Tenaga (KW)


Lingkungan aerobik dalam bak diperoleh dengan aerasi mekanis atau terdifusi. Dalam
sistem udara terdifusi, aliran udara berasal dari blower. Blower diasumsikan beroperasi
pada temperatur 30˚C. Dalam perhitungan kebutuhan tenaga blower, berat aliran udara
dihitung dari kebutuhan volume udara aktual. Kebutuhan volume aktual dari hasil
perhitungan adalah 0,512 cfs. Kebutuhan tenaga untuk kompresi adiabatik pada blower
adalah sebagai berikut;

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Dimana :
Berat aliran udara ( W ) = 0,041 Cfs = 0.109 lb/sec.
Konstanta Gas ( R ) = 53.50
Temperatur Absolut ( T ) = 566.00
Konstanta Kesetimbangan ( n ) = 0.28
Tekanan Absolut yang masuk
= 14.70 Psi
( P1 )
Tekanan Absolut yg keluar (P2) = 22.70 Psi
Efisiensi ( e ) = 0.70

= 1,48 Hp

 Kebutuhan Biaya Listrik


=(Kebutuhan Daya Power x 0,75 x 24 Jam x Biaya Listrik Rp 1500,- x 30 Hari
= 1,48 x 0,75 x 24 x 1500 x 30
= Rp. 1.093,512 /Bulan
 Biaya Per SR / Bulan
= Kebutuhan Biaya Listrik / Jumlah SR
= Rp. 1.198.632 / 250
= Rp. 4.795 / SR

64
NOTA DESAIN

Instalasi Pengolahan Air LImbah di Sungai Dama Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda

Efisiensi Penyisihan BOD 86,40%


Volume Reaktor 79,41M3
Produksi Lumpur 1,57 Kg/Hri
BOD5 In 150 Mg/L
BOD5 Ultimate 221 Mg/L Volume Buangan Lumpur 1,96 M3/hri
Waktu Hidrolis 15 jam

Waktu detensi Td 6 Jam

BOD5 Ef 30 Mg/L

Blower 1,48 Hp

Penyisihan NH3 87,50%


Q = 125 M3/Hri NH3 Ef 10 Mg/L
NH3 Inf 80 Mg/L
Qpeak = 500 mg/hri
Vol Reaktor 23,70 M3
Brt Nh3 Yg disisihkan 8.750.000 Mg/hri
Kbthn O2 37.89 Kg/Hri

Gambar 3.1 Skematik Sistem IPAL di Sungai Dama, Kota Samarinda

65

Anda mungkin juga menyukai