PENYUSUNAN PERENCANAAN
SISTEM PENGELOLAAN
AIR LIMBAH
• PERENCANAAN MASTER PLAN
• PERENCANAAN TEKNIS
PERENCANAAN MASTER PLAN
3
PERENCANAAN MASTER PLAN
PENDAHULUAN
• Rencana Induk atau Master Plan bidang air limbah merupakan suatu
dokumen perencanaan dasar yang menyeluruh mengenai
pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk periode 20
(dua puluh) tahun. Di dalamnya termasuk: Gambaran arah
pengembangan, Strategi penembangan dan Prioritas-prioritas
pengembangan sarana dan prasarana air limbah.
• Rencana induk air limbah tersebut selanjutnya digunakan sebagai
acuan oleh instansi yang berwenang dalam penyusunan program
pembangunan 5 (lima) tahun bidang air limbah atau Renstra Dinas
Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah.
PERENCANAAN MASTER PLAN
5
PERENCANAAN MASTER PLAN
PENDAHULUAN
• Merupakan penjabaran rencana induk mengenai 6 jenis program
pengembangan, yaitu:
– Pengembangan Prasarana
– Pengembangan Kelembagaan
– Pengembangan Pengaturan
– Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
– Pengembangan Peran Serta Masyarakat
– Pengembangan Public Campaign
• Disamping itu , rencana induk air limbah juga digunakan sebagai acuan
dalam memadukan program-program yang terkait dengan bidang air limbah
seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), bidang persampahan,
drainase dan sebagainya.
PERENCANAAN MASTER PLAN
MAKSUD
• Memberi pedoman bagi pemerintah
Kabupaten/Kota dalam menyusun rencana
induk Sarana dan Prasarana bidang air limbah,
agar proses dan produk perencanaan yang
dihasilkan menjadi: efektiff, efisien, terpadu
dan berwawasan lingkungan.
MAKSUD PENYUSUNAN
MASTER PLAN
Perencanaan yang efektif
8
MAKSUD PENYUSUNAN
MASTER PLAN
Perencanaan yang efisien
9
MAKSUD PENYUSUNAN
MASTER PLAN
Perencanaan yang terpadu
10
MAKSUD PENYUSUNAN
MASTER PLAN
Perencanaan yang berwawasan lingkungan
11
MAKSUD PENYUSUNAN
MASTER PLAN
Perencanaan yang berkelanjutan
12
TUJUAN PENYUSUNAN
MASTER PLAN
13
SASARAN PENYUSUNAN
MASTER PLAN
14
ACUAN NORMATIF
• Norma
1. Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen
perencanaan periode 20 (dua puluh) tahun (UU No. 25 Tahun
2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)
2. Kota Metropolitan atau kota kota yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi diwajibkan memiliki Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan
pembuangan Air Limbah secara terpusat.
3. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan
pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) dengan Sarana dan prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun
2005, tentang Pengembangan SPAM)
15
ACUAN NORMATIF
• Norma
16
ACUAN NORMATIF
• Norma
17
STANDARD NASIONAL
INDONESIA
SNI 03-6368-2000 tentang Spesifikasi Pipa Beton untuk Saluran Air Limbah,
Saluran Air Hujan dan Gorong-gorong.
SNI 19-6410-2000 tentang Tata Cara Penimbunan Tanah Bidang Resapan pada
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
18
STANDARD NASIONAL
INDONESIA
SNI 19-6466-2000 tentang Tata Cara Evaluasi Lapangan untuk
Sistem Peresapan Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
19
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Re-TC/001/98
20
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Survey Perencanaan dan Pembangunan Sarana
Sanitasi Umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98
21
KETENTUAN RENCANA INDUK
Umum
Jangka Waktu Perencanaan
• Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana air limbah harus
direncanakan untuk periode perencanaan 20 tahun.
Gambar 4
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Penetapan Arah Pengembangan
Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem on-site
– Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
• Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
• Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:
• Peningkatan kapasitas armada
• Peningkatan kapasitas IPLT
• Pengembangan program SANIMAS
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Penetapan Arah Pengembangan
Grand strategi kuadran II : Pengembangan selektif sistem off-site
– Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
• Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
• Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:
• Peningkatan kapasitas armada
• Peningkatan kapasitas IPLT
• Pengembangan program SANIMAS
• Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerah-
daerah prioritas.
– Pada strategi ini transformasi dari sistem setempat menjadi sistem
terpusat akan dimulai secara kawasan demi kawasan
Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air
Limbah Pada Daerah Permukiman Terbangun
Norma
a. Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen
perencanaan periode 20 (duapuluh) tahun (UU No. 25 Tahun
2004);
PERENCANAAN STUDI
KELAYAKAN
Standard Teknis Studi AMDAL
a. Petunjuk Teknis Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No.
69/PRT/1995); Pedoman Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun 2012)
b. Petunjuk Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 58/KPTS/1995); Pedoman
Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun 2012)
c. Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri
PU No. 296/KPTS/1996); Pedoman Penyusunan Kerangka Acauan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun 2012)
PERENCANAAN STUDI
KELAYAKAN
Standard Teknis Studi AMDAL
d. Petunjuk Tata Laksana Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No.
377/KPTS/1996); Pedoman Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun 2012)
e. Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri
PU No. 148/KPTS/1995); Pedoman Penyusunan Kerangka Acauan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun 2012)
f. Daftar jenis usaha atau kegiatan wajib AMDAL (Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006. Pedoman Penyusunan Kerangka Acauan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lampiran I Permen LH no. 16 Tahun
2012)
PERENCANAAN STUDI
KELAYAKAN
Norma
b. Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk
yang tinggi diwajibkan memiliki rencana induk Sistem Penyediaan Air
Minum yang terpadu dengan pembuangan Air Limbah secara terpusat;
c. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Sarana
dan Prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun 2005);
d. Pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah harus memperhatikan
aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta
dilengkapi dengan zona penyangga (PP No. 16 Tahun 2005).
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
Umum
Penentuan Tahun Proyeksi
a. Jumlah atau lamanya tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan
finansial ditetapkan sejak tahun pertama investasi pelaksanaan
proyek dimulai (misal untuk biaya perencanaan atau
pembebasan lahan) sampai tahun berakhirnya manfaat dari
investasi;
b. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek
sistem air Limbah terpusat adalah 40 (empat puluh) tahun;
c. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek
IPLT adalah 20 (dua puluh) tahun.
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
Kriteria Kelayakan Keuangan Proyek
a. Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi Air
Limbah lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa
biaya operasional maupun biaya pengembalian modal.
b. Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Financial
Economic Internal Rate of Return (FIRR) dan Net Present Value (NPV);
c. Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) lebih
besar dari discount factor, maka pendanaan investasi proyek dapat dibiayai
dari pinjaman komersial tanpa membebani Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) untuk pengembalian cicilan pokok dan bunganya. Bahkan
proyek ini mendapat manfaat keuangan sebesar nilai NPV-nya (NPV
positif);
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
Kriteria Kelayakan Keuangan Proyek
d. Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase
(%) sama dengan nol yang berarti lebih kecil dari discout faktor,
maka pendanaan investasi proyek hanya layak apabila dibiayai
dari sumber pendanaan APBD atau sumber dana lain yang tidak
mengandung unsur bunga pinjaman dan pembayaran cicilan
pokok.
e. Apabila kelayakan keuangan proyek tidak dapat menutup biaya
operasional (deficit O/M), maka proyek ditolak. Proyek ini perlu
direvisi perencanaannya dan pilihan teknologinya agar biaya
O/M-nya dapat menjadi lebih rendah
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
JENIS BIAYA INVESTASI PROYEK AIR LIMBAH
a. Investasi sarana dan prasarana Air Limbah meliputi:
- Investasi untuk pembangunan sistem setempat (on-site)
- Investasi untuk pembangunan sistem air limbah terpusat dalam
berbagai skala pengembangan (off-site)
b. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek air limbah harus
memperhitungkan perbedaan karakteristik biaya yang timbul antara
proyek-proyek sebagai berikut:
- Perluasan prasarana yang sudah ada
- Rehabilitas prasarana yang sudah ada
- Pengembangan prasarana pada daerah baru
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
PROSES PERHITUNGAN KELAYAKAN EKONOMI DAN
KEUANGAN
• Proses perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan
proyek Air Limbah harus memperkirakan seluruh biaya
yang timbul dan manfaat yang timbul dari kegiatan
investasi dan operasi serta memperkirakan selisih atau
membandingkan antara biaya dan manfaat selama
tahun proyeksi. Skematik biaya dan manfaat yang harus
dihitung tersebut dapat digambarkan pada Gambar
sebagai berikut:
Proses Perhitungan Kelayakan
Ekonomi dan Keuangan
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
PERKIRAAN BIAYA INVESTASI DAN PENGENDALIAN MODAL
a. Seluruh manfaat ekonomi yang timbul dari keberadaan proyek Air Limbah
harus diperkirakan baik berupa manfaat yang dapat diukur dengan uang
(Tangible) maupun manfaat yang tidak dapat diukur dengan uang (Intangible);
b. Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang dapat diukur dengan nilai uang
(Tangible) baik berupa manfaat langsung (Direct) maupun manfaat tidak
langsung (Indirect) harus dikonversikan dengan standard konversi yang dapat
dipertanggung jawabkan berdasarkan kaidah ekonomi yang dihitung dalam
satuan Rp/Thn;
c. Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang tidak dapat diukur dengan nilai uang
(Intangible) harus dijelaskan dengan menggunakan data-data statistik yang
relevan.
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
PERKIRAAN MANFAAT KEUANGAN (PENDAPATAN RETRIBUSI)
a. Seluruh potensi retribusi yang dapat diterima oleh lembaga pengelola
sebagai akibat dari pelayanan Air Limbah harus diperkirakan
berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan dan perkiraan tarif retribusi
rata-rata setiap tahun.
b. Proyeksi kenaikan jumlah pelanggan Air Limbah harus dihitung
berdasarkan skenario peningkatan jumlah pelanggan hingga
tercapainya kapasitas optimum (Full Capacity) sesuai dengan rencana
teknis proyek;
c. Proyeksi kenaikan tarif Air Limbah yang diperhitungkan dalam proyeksi
pendapatan tarif tidak boleh melampaui tingkat inflasi.
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
KOMPONEN BIAYA INVESTASI
a. Biaya Operasi
– Biaya gaji tenaga kerja operator
– Biaya material habis pakai
– Biaya peralatan operasi
b. Biaya Pemeliharaan
– Pemeliharaan rutin sistem perpipaan
– Pemeliharaan berkala sistem perpipaan
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
KOMPONEN BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPAL
a. Biaya Operasi
• Biaya gaji
• Biaya material
• Biaya peralatan
b. Biaya Pemeliharaan
• Pemeliharaan rutin IPAL
• Pemeliharaan berkala IPAL
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
KOMPONEN BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
SINGKATAN DAN PENGERTIAN
KETENTUAN PERENCANAAN
STUDI KELAYAKAN EKONOMI
DAN FINANSIAL
PELAPORAN STUDI KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Gambaran Singkat Proyek
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Kepadatan Penduduk
2. Penyediaan Air Bersih
3. Kemiringan Tanah
4. Kedalaman Air Tanah
5. Permeabilitas Tanah
6. Kemampuan Membangun
7. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
PEDOMAN PEMILIHAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
PERMUKIMAN
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan
teknologi pengolahan air limbah adalah :
1. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk yang biasa digunakan dalam
perencanaan sistem pembuangan air limbah adalah :
• Kepadatan sangat tinggi >500 jiwa/ha
• Kepadatan tinggi 300-500 jiwa /ha
• Kepadatan sedang 150-300 jiwa /ha
• Kepadatan rendah < 150 jiwa /ha
PEDOMAN PEMILIHAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
PERMUKIMAN
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan
teknologi pengolahan air limbah adalah :
3. Kemiringan Tanah
Penggunaan sistem sewerage convensional akan sangat mahal jika
kemiringan tanah kurang dari 2%, hal ini akan memerlukan banyak
pompa dalam pengalirannya, sedangkan untuk penggunaan sistem
shallow sewer sangat baik digunakan pada daerah yang
mempunyai kemiringan dari 2%, karena sistem ini mempunyai
beban yang relatif kecil sehingga air dapat berjalan dengan lancar
PEDOMAN PEMILIHAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
PERMUKIMAN
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan teknologi
pengolahan air limbah adalah :
5. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan sistem
penanganan air buangan domestik khususnya untuk penerapan sistem
setempat (cubluk maupun septik tank dengan bidang resapan). Kisaran
permeabilitas yang efektif adalah 2,7.10-4 – 4,2.10-3 l/m2/det.
PEDOMAN PEMILIHAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
PERMUKIMAN
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan teknologi pengolahan
air limbah adalah :
6. Kemampuan Membangun
Faktor ini tergantung pada kemampuan setiap daerah untuk membangun
teknologi yang dipilih. Ada kemungkinan teknologi yang telah dipilih tidak dapat
diterapkan karena ketidak mampuan tenaga kerja setempat untuk membangun
Lokasi harus berada pada lahan terbuka yang tidak produktif dengan
nilai ekonomi tanah yang serendah mungkin
Jarak lokasi IPLT yang direncanakan terhadap pusat pelayanan agar
memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Kota kecil dan sedang : Kurang dari 2 km
• Kota besar : Kurang dari 5 km
• Kota Metro : Kurang dari 10 km
Badan air penerima pembuangan efluen dari IPLT harus memiliki
kapasitas minimal 8 kali kapasitas Air Limbah yang akan dibuang,
atau konsentrasi BOD efluen maksimal 50 mg/L
PERENCANAAN INSTALASI
PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)
KEBUTUHAN LAHAN IPLT
Penempatan/Letak Saluran
• Penempatan saluran dilakukan berdasarkan pada pertimbangan kemudahan
dalam pemeliharaan dan pemeriksaan saluran. Untuk jalan-jalan di wilayah
yang belum terbangun yang hanya akan dipasang satu jalur pipa (baik cabang
maupun sub induk) saja, saluran seringkali diletakkan di tengah jalan
PERENCANAAN TEKNIS UNIT PENGUMPULAN
(JARINGAN PERPIPAAN)
PERENCANAAN PIPA PERSIL
a. Pipa retikulasi adalah saluran pengumpul air limbah untuk disalurkan ke pipa utama; yang
terdiri dari pipa servis dan pipa lateral;
b. Pipa servis adalah saluran pengumpul air limbah dari beberapa bangunan (blok bangunan)
ke pipa lateral;
c. Pipa lateral adalah saluran pengumpul air limbah dari pipa servis ke pipa induk;
d. Perencanaan pipa retikulasi air limbah meliputi: letak pipa, diameter dan bahan pipa,
metode konstruksi (open trench atau pipe jacking), kemiringan minimum, manhole;
e. Perencanaan debit rata-rata (m3/hr) pada masing-masing seksi pipa lateral harus
memperhitungkan luas daerah tangkapan (ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air
limbah yang dilayani (m3/hr/ha).
PERENCANAAN TEKNIS UNIT PENGUMPULAN
(JARINGAN PERPIPAAN)
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN PERPIPAAN
PERENCANAAN PIPA RETIKULASI
f. Perencanaan dimensi pipa retikulasi harus memperhitungkan:
• Debit rata-rata (tanpa infiltrasi)
• Debit jam maksimum/puncak (dengan infiltrasi)
• Debit jam minimum - (tanpa infiltrasi)
g. Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus memperhitungkan debit jam
maksimum dan debit jam minimum untuk perencanaan penggelontoran di
beberapa bagian pipa.
h. Perencanaan pipa retikulasi harus mengacu pada kriteria dan tata cara
perencanaan teknis yang berlaku.
PERENCANAAN TEKNIS UNIT PENGUMPULAN
(JARINGAN PERPIPAAN)
Pipa Retikulasi
PERENCANAAN TEKNIS UNIT PENGUMPULAN
(JARINGAN PERPIPAAN)
PERENCANAAN PIPA INDUK (MAIN/TRUNK SEWER)
a. Pipa induk adalah saluran yang menyalurkan air limbah dari pipa lateral (retikulasi) menuju
instalasi pengolahan air limbah; dapat dilengkapi dengan pipa cabang yang berfungsi
menyalurkan air limbah dari pipa lateral (retikulasi)
b. Perencanaan pipa induk air limbah meliputi: letak pipa, dimensi dan bahan pipa, metode
konstruksi (open trench atau pipe jacking), stasiun pompa dan bangunan pelengkap.
c. Perencanaan debit rata-rata (m3/hr) harus memperhitungkan seluruh daerah tangkapan
(ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air limbah yang dilayani (m3/hr/ha).
d. Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus memperhitungkan debit jam maksimum
(dengan infiltrasi) dan debit jam minimum (tanpa infiltrasi) untuk perencanaan
penggelontoran pipa induk.
e. Perencanaan teknis pipa induk harus mengacu pada standard teknis dan tata cara
perhitungan perencanaan teknis pipa induk Air Limbah yang berlaku
PERENCANAAN TEKNIS UNIT PENGUMPULAN
(JARINGAN PERPIPAAN)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan lokasi IPAL adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi IPAL harus sesuai dengan ketentuan tata ruang;
2. Pemilihan lokasi IPAL diujung muara pipa induk harus mempertimbangkan aspek
hidrolis dan aspek pembebasan lahan;
3. Lokasi IPAL harus dipilih pada daerah bebas banjir untuk periode ulang 20 (dua puluh)
tahun, bebas longsor dan gempa.
4. Lokasi IPAL harus dipilih tidak jauh dari jalan kota yang ada, dekat dengan prasarana
listrik dan badan air.
5. Lokasi IPAL harus merupakan daerah yang mempunyai sarana jalan penghubung dari
dan ke lokasi IPLT tersebut
PERENCANAAN INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
PERENCANAAN LOKASI IPAL
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan lokasi IPAL adalah sebagai
berikut:
6. Lokasi harus berada dekat dengan badan air penerima
7. Lokasi haruslah merupakan daerah yang terletak pada lahan terbuka dengan intensitas
penyinaran matahari yang baik agar dapat membantu mempercepat proses
pengeringan endapan lumpur
8. Lokasi harus berada pada lahan terbuka yang tidak produktif dengan nilai ekonomi
tanah yang serendah mungkin
9. Badan air penerima pembuangan efluen dari IPAL harus memiliki kapasitas minimal 8
kali kapasitas Air Limbah yang akan dibuang, atau konsentrasi BOD efluen maksimal 50
mg/L.
PERENCANAAN INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
KEBUTUHAN LAHAN