Anda di halaman 1dari 340

LAMPIRAN VI

Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA

PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH
(PISEW)

1. UMUM

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
mengamanatkan arah kebijakan dan strategi Pembangunan Desa dan
Kawasan Perdesaan melalui peningkatan kualitas permukiman
perdesaan seluas 78.387 Ha. Oleh karena itu, sebagai salah satu
langkah mewujudkan sasaran RPJMN 2015-2019 tersebut,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya menginisiasi Kegiatan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW). Untuk meningkatkan
dan mengembangkan infrastruktur guna mendorong pertumbuhan
ekonomi kawasan permukiman di kecamatan. Kegiatan PISEW akan
dilaksanakan dengan pola kegiatan pembangunan infrastruktur
berbasis masyarakat

-1-
Berdasarkan hal tersebut di atas, sesuai dengan tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk melaksanakan kebijakan
dibidang pengembangan kawasan permukiman, maka perlu ditetapkan
Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Tentang Pedoman
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para pemangku


kepentingan dalam pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah.

Surat Edaran ini bertujuan untuk menjadi dasar pelaksanaan Kegiatan


PISEW dalam rangka penyediaan atau peningkatan infrastruktur
dengan pendekatan partisipasi masyarakat dalam skala kawasan
untuk meningkatkan sosial ekonomi wilayah.

3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Surat Edaran ini, meliputi:

a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan;


b. Petunjuk Teknis Pencairan Dana Bantuan Pemerintah untuk
Masyarakat (BPM); dan
c. Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi.

4. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

Petunjuk Teknis Pelaksanaan memuat beberapa pokok petunjuk


pelaksanaan, yaitu:

a. Pengenalan Kegiatan PISEW, memuat latar belakang, tujuan,


sasaran, penerima manfaat dan indikator kinerja dalam kegiatan
PISEW;
b. Arah Kebijakan, Strategi, Pendekatan dan Harmonisasi, memuat
arah kebijakan pengembangan kawasan, strategi mengembangkan
potensi ekonomi lokal untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan mengurangi kemiskinan, pendekatan

-2-
pelaksanaan Kegiatan, harmonisasi kegiatan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi, serta pendanaan Kegiatan;
c. Pengorganisasian Kelembagaan Pelaksana Kegiatan, memuat
mekanisme dan tata kelola kelembagaan di tingkat pemerintah
pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten) sebagai penanggung
jawab Kegiatan, Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai
pelaksana kegiatan, dan konsultan sebagai pendukung kegiatan;
d. Komponen dan Kriteria Kegiatan, memuat komponen-komponen
kegiatan yang meliputi peningkatan kemampuan masyarakat,
peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
pemerintah daerah dan Pembangunan Infrastruktur Kawasan
serta kriteria Kegiatan;
e. Jenis Infrastruktur, memuat jenis infrastruktur yang dilaksanakan
dalam skala kawasan perdesaan, yang meliputi infrastruktur
transportasi, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur
penunjang produksi pertanian dan industri; dan infrastruktur
peningkatan prasarana pendukung pemasaran pertanian,
perternakan, perikanan, industri dan pendukung kegiatan
pariwisata.
f. Pengelolaan/Mekanisme Kegiatan, memuat mekanisme dan
tahapan kegiatan meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan
fisik dan pasca konstruksi; dan
g. Pengendalian Pelaksanaan, memuat mekanisme pengendalian
melalui pengawasan, evaluasi, dan penanganan pengaduan dan
masalah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Teknis Pelaksanaan


tercantum dalam Lampiran VI-A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.

-3-
5. PETUNJUK TEKNIS PENCAIRAN DANA BANTUAN PEMERINTAH
UNTUK MASYARAKAT (BPM)

Petunjuk Teknis Pencairan Dana Bantuan Pemerintah untuk


Masyarakat (BPM) memuat beberapa pokok petunjuk teknis pencairan
dana, yaitu:

a. Tujuan Penggunaan Bantuan Pemerintah

BPM digunakan dalam rangka penyediaan atau peningkatan


infrastruktur dengan pendekatan partisipasi masyarakat dalam
skala kawasan untuk meningkatkan sosial ekonomi wilayah.

b. Pemberi Bantuan Pemerintah

BPM ini diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya.

c. Persyaratan penerima Bantuan Pemerintah

BPM diberikan untuk dikelola dan dipergunakan kepada


masyarakat melalui lembaga BKAD yang telah dicatatkan di
Notaris dan/atau sudah tercatat di salah satu dinas/SKPD sebagai
lembaga masyarakat yang diakui oleh Pemerintah Daerah.

d. Bentuk Bantuan Pemerintah

BPM diberikan dalam bentuk uang sesuai dengan mekanisme dan


prosedur yang ditetapkan.

e. Rincian jumlah Bantuan Pemerintah

Alokasi batuan dana sebagaimana dimaksud meliputi:

i. Biaya administrasi dan operasional kegiatan Badan Kerjasama


Antar Daerah (BKAD); dan
ii. Nilai pembangunan Fisik/Konstruksi
f. Tata kelola pencairan dana Bantuan Pemerintah

BPM dicairkan kepada penerima bantuan oleh Kuasa Pengguna


Anggaran melalui Satker PKP Provinsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-4-
g. Penyaluran dana Bantuan Pemerintah

Penyaluran dana BPM disalurkan langsung kepada penerima


sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran
ini.

h. Pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah

Laporan pertanggungjawaban disusun oleh masing-masing


pelaksana/pelaku yang berwenang secara bertahap dan/atau
berjenjang sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Edaran ini.

i. Ketentuan perpajakan

Penyerahan bantuan kepada BKAD tidak dikenakan/dipotong


Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sedangkan penggunaan dana
bantuan BPM dengan pihak ketiga (pemasok) akan dikenakan
pajak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

j. Sanksi

Sanksi dikenakan terhadap setiap orang dan/atau kelompok


masyarakat yang melakukan penyimpangan dan/atau
penyalahgunaan BPM sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Teknis Pencairan Dana


Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) tercantum dalam
Lampiran VI-B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.

-5-
6. PETUNJUK PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi menjelaskan detail persyaratan
teknis dan ketentuan-ketentuan teknis lainnya yang terkait dengan
pelaksanaan konstruksi. Beberapa komponen petunjuk pelaksanaan
konstruksi yang terkait yaitu:
a. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur transportasi;
b. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur air minum dan
sanitasi;
c. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur penunjang
produksi pertanian dan industri; dan
d. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur peningkatan
prasarana pendukung pemasaran pertanian, perternakan,
perikanan, industri dan pendukung kegiatan pariwisata.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi


tercantum dalam Lampiran VI-C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.

7. PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pemantauan, pengawasan,


dan tindak lanjut yang dilakukan untuk menjamin pelaksanaan
kegiatan PISEW dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan
konstruksi/pembangunan infrastruktur yang direncanakan selesai,
berfungsi dan sesuai dengan prasyarat dan kemanfaatannya bagi
masyarakat, tujuan dari pengendalian pada kegiatan PISEW adalah
untuk;

a. Memastikan prinsip, pendekatan, dan mekanisme kegiatan


berjalan efektif;
b. Menjamin berjalannya kegiatan sesuai waktu dan standar
prosedur yang ditetapkan;

-6-
c. Terwujudnya efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan indikator kinerja;
d. Pelaporan yang terstruktur; dan
e. Media pengujian kepatuhan atas sistem dan prosedur.

Untuk mendukung tercapainya makna pengendalian, pendekatan, atau


orientasi dari pengendalian mencakup:

a. Menciptakan sinergi antar pelaku kegiatan;


b. Mengontrol implementasi untuk mencapai target dan indikator
kinerja kegiatan;
c. Memastikan bahwa semua alat, sosialisasi dan materi (petunjuk
teknis) yang tersebar di pemangku kepentingan memiliki
keterkaitan dengan pencapaian tujuan kegiatan PISEW;
d. Memastikan bahwa personel memiliki kualitas dan kinerja yang
baik;
e. Mengelola jadwal kegiatan, dan menghasilkan efisiensi biaya
sesuai kebutuhan implementasi kegiatan; dan
f. Memastikan ketersediaan data update dan informasi kegiatan yang
lengkap, dan sesuai kualitas data yang diharapkanPemantauan

Pengawasan adalah kegiatan mengamati perkembangan setiap tahapan


pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi, serta
mengantisipasi permasalahan. Pengawasan akan ditindaklanjuti dengan
kegiatan atau langkah-langkah operasional, yang perlu ditempuh
berdasarkan hasil pemantauan dan pengawasan, antara lain:

a. Koreksi atas setiap penyimpangan kegiatan;


b. Akselerasi atas setiap keterlambatan; dan
c. Klarifikasi ketidak-jelasan, dan sebagainya untuk memperbaiki
kualitas pelaksanaan konstruksi.

-7-
Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan Kegiatan PISEW, sistem
pemantauan dan pengawasan akan dilakukan dengan mekanisme
berikut:

a. Pemantauan dan Pemeriksaan oleh Pemerintah

Pemantauan dilaksanakan oleh pihak pemerintah selaku pengelola


kegiatan, dengan pemantauan berjenjang kepada seluruh aparatur
terkait pelaksanaan kegiatan, dan pihak konsultan selaku
fasilitator yang akan berkoordinasi dengan aparat terkait
melakukan pemantauan secara berjenjang.

b. Pemantauan dan Pengawasan oleh Konsultan dan Fasilitator

Pemantauan dan pengawasan oleh konsultan dilakukan secara


berjenjang dari tingkat nasional, provinsi, hingga ke desa tempat
lokasi pembangunan dilakukan. Kegiatan ini dilakukan secara
rutin dengan memanfaatkan sistem informasi pengelolaan
kegiatan PISEW dan kunjungan ke lokasi kegiatan PISEW.
Pengawasan melekat juga dilakukan oleh fasilitator dalam setiap
tahapan pengelolaan kegiatan, dengan maksud agar perbaikan
dan penyesuaian pelaksanaan Kegiatan segera dilakukan.

c. Audit Pemanfaatan Dana

Pada akhir tahun pelaksanaan kegiatan, Kepala Satuan


Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) harus mempertanggung-
jawabkan pelaksanaan kegiatan yang sumber dananya berasal
dari APBN yang pengelolaan uangnya tercantum pada DIPA
instansi terkait. Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran
harus membuat laporan berdasarkan sistem SAI (Sistem Akuntasi
Instansi).

Laporan SAI terdiri dari bukti penerimaan dan pengeluaran yang


berlangsung selama satu tahun, yaitu tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember tahun anggaran berjalan.

-8-
Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran harus membuat
laporan berdasarkan sistem SAI (Sistem Akuntasi Instansi).

Laporan SAI terdiri dari bukti penerimaan dan pengeluaran yang


berlangsung selama satu tahun, yaitu tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember tahun anggaran berjalan. Kepala Satuan
Kerja/Kuasa Penggunan Anggaran wajib menginvetarisasi semua
dokumen SP2D yang terkait dengan DIPA tersebut diatas.

Laporan SAI ini merupakan laporan yang akan diperiksa (diaudit)


oleh badan/instansi yang ditunjuk.

Lebih rinci Pengendalian dan Pemantauan PISEW, dapat dilihat


pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan PISEW.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Januari 2018
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

Ir. Sri Hartoyo, Dipl. SE., ME.


NIP. 195805311986031002

-9-
LAMPIRAN PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH
(PISEW)
LAMPIRAN VI-A
Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

I. KEGIATAN PISEW
1.1 Latar Belakang
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antar
wilayah, kemiskinan, dan pengangguran, telah dilaksanakan oleh
Pemerintah melalui berbagai kebijakan dan kegiatan nasional.

Kementerian Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Cipta Karya)


sejak tahun 1970-an telah melakukan program pembangunan
perdesaan melalui beberapa pendekatan. Hal ini diawali dengan
program Pemugaran Permukiman dan Perumahan Desa (P3D)
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu rumah/perumahan
serta prasarana dan sarana di kawasan perdesaan. Dalam
pelaksanaan P3D telah dikembangkan pendekatan Tribina (bina
manusia, bina lingkungan, dan bina usaha), dan mulai
dilaksanakannya metode “melatih sambil mengerjakan” yang saat
ini dikenal dengan “pemberdayaan masyarakat”.

Dari pendekatan P3D yang bersifat sektoral, berkembang dengan


pendekatan holistis, dan berdimensi kawasan menjadi program
Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa secara Terpadu
(P2LDT). Tahun 1980-an P2LDT dilanjutkan dengan pendekatan
Pembangunan Permukiman Desa Pusat Pertumbuhan (P2DPP),
yang kemudian berkembang lagi menjadi program Kawasan
Terpilih Pembangunan Pusat Desa (KTP2D) yang bertujuan untuk
mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan berdasarkan
potensi unggulan di wilayah setempat.

-1-
Pada tahun 2002 Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
mulai dilaksanakan bersama Kementerian Pertanian. Strategi
yang digunakan adalah mendorong dan mendukung
pembangunan kegiatan sektor pertanian dan sektor
komplemennya di wilayah perdesaan. Seiring dengan
pembentukan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Konsep ini juga dilaksanakan untuk Program Pengembangan


Kawasan Minapolitan yang berfokus pada potensi perikanan.
Dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dan perdesaan
melalui pembangunan infrastruktur di kawasan transmigrasi,
program Kota Terpadu Mandiri (KTM) dilaksanakan bersama
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2010.
Pada tahun 2007 Pemerintah melaksanakan kebijakan terpadu
percepatan penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan
kerja melalui program pemberdayaan masyarakat, yakni “Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri”. Program ini
dilaksanakan melalui beberapa program yang dikelola oleh
beberapa kementerian dan berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat serta pembangunan infrastruktur dengan pola padat
karya.

Pelaksanaan PNPM-Mandiri dikoordinasi oleh Kementerian


Koordinator Kesejahteraan Rakyat saat itu, dimana seluruh
kecamatan di Indonesia mendapat dana dalam bentuk Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM). Dalam kegiatan PNPM-Mandiri,
Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan beberapa program,
yaitu:

a. PNPM-Mandiri Perkotaan;
b. PNPM-Mandiri Rural Infrastructure Support (RIS);
c. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP); serta
d. PNPM-Mandiri Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah (PNPM-PISEW), dilaksanakan bersama Bappenas dan
Kementerian Dalam Negeri. Dalam pelaksanaannya, Direktorat
Jenderal Cipta Karya bertindak sebagai lembaga pelaksana
(executing agency) dibawah koordinasi Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Kementerian
Dalam Negeri membantu dalam bidang sosialisasi, diseminasi,

-2-
publikasi, kampanye program, dan pelatihan (penguatan
kelembagaan). Selain bekerja sama dengan dua lembaga
tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum juga berkoordinasi
dengan kementerian terkait (pertanian, kelautan dan
perikanan, pendidikan, serta kesehatan).

Berdasarkan pengalaman dalam pembangunan permukiman pada


kawasan perdesaan, saat ini Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) memandang perlu untuk
meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur yang
mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan permukiman dalam
skala perdesaan (supra desa), serta meningkatkan kualitas
permukiman perdesaan dengan target nasional seluas 78.384 ha.
Pengembangan ekonomi lokal memiliki posisi strategis dalam
RPJMN tahun 2015-2019, sekaligus tertuang dalam Nawacita
Presiden Republik Indonesia:

Ke-3: membangun Indonesia dari pinggiran dengan


memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
kesatuan.
Ke-6: meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia dapat
maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
Ke-7: mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Beberapa sasaran Nawacita pun tertuang dalam rencana
pembangunan berbagai infrastruktur, seperti transportasi,
sanitasi, kesehatan, peningkatan, dan pemasaran hasil produksi.
Berdasarkan latar belakang dan kondisi tersebut, maka Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah (PISEW) ini disusun sebagai acuan untuk pelaksanaan
kegiatan.

1.2 Tujuan Kegiatan


Menyediakan atau meningkatkan infrastruktur dengan
pendekatan partisipasi masyarakat dalam skala kawasan untuk
meningkatkan sosial ekonomi wilayah.

-3-
1.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan PISEW meliputi:
a. Terbangunnya infrastruktur dasar skala wilayah kecamatan
guna mendorong pengembangan sosial dan ekonomi lokal,
berdasarkan potensi atau komoditas unggulan yang dapat
berupa:
1) infrastruktur transportasi;
2) infrastruktur air minum dan sanitasi;
3) infrastruktur penunjang produksi pertanian dan
industri; dan
4) infrastruktur peningkatan prasarana pendukung
pemasaran pertanian, peternakan, perikanan, industri,
dan pendukung kegiatan pariwisata.
b. Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan.
c. Mendayagunakan sumber daya dan tenaga kerja lokal dalam
pembangunan.

1.4 Penerima Manfaat


Penerima manfaat langsung dari kegiatan ini adalah:
a. Masyarakat pelaku usaha kecil, terutama pengusaha
komoditas unggulan;
b. Masyarakat pekerja dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur;
c. Masyarakat umum pengguna infrastruktur yang terbangun;
dan

1.5 Indikator Kinerja


Keberhasilan kegiatan PISEW dapat diukur dari ketercapaian
indikator kinerja, seperti disajikan pada tabel berikut:

-4-
Tabel I.1. Indikator Kinerja Keberhasilan Kegiatan PISEW
Indikator
No. Kinerja Indikator Keterangan
Utama
1 Indikator Mendukung Meningkatnya akses
Dampak upaya penurunan masyarakat di kawasan
(outcome) biaya produksi potensial perdesaan pada
layanan infrastruktur
permukiman yang
mendukung pengembangan
sosial ekonomi
Meningkatnya Adanya upaya harmonisasi
kemampuan rencana pembangunan
pemerintah kawasan dengan rencana
daerah dalam pembangunan kecamatan
penyelenggaraan dan kabupaten yang sesuai
pembangunan dengan Rencana Tata Ruang
kawasan potensial Wilayah Kabupaten
2 Indikator Meningkatnya a. Adanya kelembagaan
Kinerja kemampuan masyarakat tingkat
(output) masyarakat dalam Kecamatan yang
menyusun beranggotakan perwakilan
rencana dari unsur pemerintahan
pembangunan desa dan tokoh
kawasannya masyarakat yang mampu
melakukan perencanaan
dan pengelolaan
pembangunan.
b. Terselenggaranya
musyawarah warga dalam
Forum Kecamatan sebagai
wujud demokrasi proses
perencanaan
c. Terintegrasinya rencana
pembangunan
infrastruktur kawasan
permukiman perdesaan

-5-
Indikator
No. Kinerja Indikator Keterangan
Utama
yang disusun bersama
masyarakat dengan
rencana pembangunan
daerah.
Meningkatnya a. Terlaksananya
layanan Pembangunan
infrastruktur infrastruktur wilayah
kawasan potensial secara tepat sasaran
perdesaan b. Terbangunnya
infrastruktur sosial
ekonomi wilayah yang
memenuhi standar
kualitas serta bermanfaat
Meningkatnya a. Mobilisasi KTP PISEW,
kemampuan Tenaga Ahli Provinsi,
pelaksana dalam Asisten Tenaga Ahli
pelaksanaan, Provinsi dan FM sesuai
pemantauan, dan jadwal nasional
evaluasi b. Terselenggaranya
penguatan kapasitas
Fasilitator melalui
pelatihan maupun OJT
c. Terlaksananya proses
perencanaan dan
pembangunan
infrastruktur yang
memenuhi aspek teknis
dan kriteria yang telah
ditentukan
d. Terjadinya penguatan dan
pelaksanaan sistem
monitoring dan evaluasi
e. Terselenggaranya
mekanisme penanganan
pengaduan yang efektif

-6-
II. KEBIJAKAN, STRATEGI, PENDEKATAN DAN HARMONISASI KEGIATAN
2.1 Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dalam pengembangan kawasan perdesaan, berupa
kegiatan yang meliputi:
a. Pengembangan Potensi Lokal (sektor kelautan dan perikanan,
pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan industri;
b. Peningkatan kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
infrastruktur kawasan permukiman;
c. Peningkatan peran aktif/partisipasi masyarakat dan pelaku
usaha; dan
d. Peningkatan peran kelembagaan lokal/daerah.

Strategi kegiatan PISEW adalah mengembangkan potensi ekonomi


lokal untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat, dan mengurangi kemiskinan, meliputi:
a. Sinkronisasi kebijakan umum dan pembangunan daerah;
b. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah yang
terintegrasi dengan rencana penyediaan infrastrukturnya;
c. Penetapan dan pengembangan potensi lokal kawasan;
d. Penguatan kapasitas Pemerintah Daerah; dan
e. Penguatan kapasitas kelembagaan lokal.

Dalam kebijakan Kegiatan PISEW terdapat 3 (tiga) komponen


kegiatan yang saling mendukung, (lihat pada gambar I.1).

Gambar I.1. Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi


Wilayah

Strategi kegiatan PISEW adalah mengembangkan ekonomi lokal


untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan

-7-
masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi lokal, secara rinci (lihat
Gambar I.2).

Pemberdayaan
Pengembangan Potensi
Pelaku Usaha
Lokal
Masyarakat

Penyediaan Lapangan
Pekerjaan

Pengurangan
Pengembangan Pengangguran
Sinkronisasi Pengembangan
Infrastruktur Sosial
Kebijakan dan Ekonomi Lokal
Ekonomi Wilayah
Program Peningkatan
(PISEW) Pendapatan

Penyediaan
Penguatan Kelembagaan Pertumbuhan
Infrastruktur
Pengelola PISEW Ekonomi Kawasan
Terkait PISEW

Gambar I.2. Strategi Pengembangan PISEW

2.2 Pendekatan
Dalam pelaksanaan Kegiatan PISEW ada empat pendekatan yang
dilakukan, yaitu:
a. Partisipatif Birokratis
Pendekatan Partisipatif Birokratis dilaksanakan pada tahap
persiapan dengan mengikut sertakan aparatur pemerintah
kabupaten dan kecamatan dalam melakukan identifikasi
potensi kelembagaan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) di
tingkat kecamatan untuk ditetapkan sebagai pengelola dalam
pelaksanaan perencanaan dan konstruksi kegiatan PISEW,
dan memfasilitasi kelembagaan BKAD yang terpilih untuk
melakukan pencatatan di notaris serta mendaftarkan sebagai
lembaga masyarakat di salah satu SKPD (Bapermas atau
nama lain) di pemerintah daerah kabupaten.
b. Partisipatif Teknokratis
Pendekatan partisipatif teknokratis, dilaksanakan pada tahap
perencanaan, dilaksanakan bersama oleh satuan kerja PKP
provinsi dan pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator
masyarakat, dengan pengendalian dari Tenaga Ahli
Provinsi/Asisten Tenaga Ahli Provinsi, Badan Kerjasama
Antar Desa (BKAD), dalam menyusun profil kawasan serta

-8-
prioritas rencana pembangunan infrastruktur kawasan
perdesaan lengkap dengan perencanaan teknis (gambar
perencanaan dan RAB).
c. Teknokratis
Pendekatan teknokratis dilaksanakan pada saat tahap
pelaksanaan konstruksi walaupun pelaksana pembangunan
konstruksi infrastruktur dilakukan oleh BKAD namun tetap
berdasarkan spesifikasi yang sudah ditentukan dalam
perencanaan teknis yang sesuai dengan jenis konstruksinya.
d. Birokratis
Pendekatan birokratis dilaksanakan bersama pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten dalam melaksanakan
kegiatan sosialisasi, monitoring dan penyerahterimaan
infrastruktur terbangun kepada pemerintah desa yang
selanjutnya dapat dilakukan pemeliharaan dan
pengelolaannya, untuk bertanggung jawab dalam:
1) Memanfaatkan hasil pembangunan untuk kepentingan
masyarakat desa secara luas;
2) Melakukan pengelolaan untuk kegiatan pemeliharaan,
keberlanjutan, dan pengembangan hasil pelaksanaan
pembangunan.

2.3 Harmonisasi Kegiatan


Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
kegiatan PISEW, dilakukan harmonisasi pada aspek-aspek
sebagai berikut.
2.3.1 Penentuan Kecamatan Sasaran
Lokasi pelaksanaan kegiatan PISEW adalah kawasan
permukiman perdesaan dalam skala kecamatan yang
ditetapkan oleh Menteri PUPR berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
a. Memiliki potensi lokal yang dapat dikembangkan
sebagai kawasan pusat pertumbuhan;
b. Merupakan kebijakan pemerintah yang dapat
mempercepat pengembangan ekonomi kawasan
dan/atau menciptakan lapangan kerja; dan

-9-
c. Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten.

Harmonisasi dalam pemilihan kecamatan sasaran


ditujukan untuk memadukan aspek ruang kawasan dan
manfaatnya bagi pengembangan potensi lokal. Konsep
pemilihan dan penetapan lokasi (lihat gambar I.3).

Gambar I.3. Konsep Pemilihan dan Penetapan Lokasi

2.3.2 Harmonisasi Kelembagaan


Harmonisasi kelembagaan dilakukan melalui:
a. Penguatan kemampuan kelembagaan pemerintah
kabupaten, kecamatan, dan BKAD yang tanggap
terhadap persoalan pengembangan potensi lokal yang
selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten; dan
b. Peningkatan kerjasama antar desa penerima manfaat
dengan membentuk/memanfaatkan BKAD untuk
mengoptimalkan proses perencanaan partisipatif.

-10-
2.3.3 Harmonisasi Rencana Infrastruktur
Rencana infrastruktur kegiatan PISEW guna mendukung
dan menyediakan atau meningkatkan infrastruktur dengan
pendekatan partisipasi masyarakat dalam skala kawasan
untuk meningkatkan sosial ekonomi wilayah serta
terjalinnya harmonisasi rencana pembangunan kawasan
dengan rencana pembangunan yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Kecamatan dan Musrenbang Desa.

2.4 Pendanaan
2.4.1 Sumber Dana
a. APBN
Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan dana APBN,
dengan mata anggaran sebagai Bantuan Pemerintah
untuk Masyarakat (BPM), dengan rincian:
1) Setiap kecamatan akan menerima anggaran
pembangunan infrastruktur :
a) Biaya adminisitrasi dan operasional kegiatan
BKAD
Digunakan untuk biaya adminisitrasi dan
operasional kegiatan BKAD, diantaranya:
biaya pertemuan warga, pembuatan laporan-
laporan, perjalanan ke provinsi dan
kabupaten, pencatatan kelembagaan di
notaris, atau kebutuhan administrasi lainnya
yang terkait langsung dengan kegiatan
PISEW. Rincian alokasi pagu dana besaran
biaya administrasi dan operasional
dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Pelaksana Kegiatan PISEW di tingkat
provinsi
b) Nilai pembangunan fisik/konstruksi
Nilai pembangunan fisik/konstruksi adalah
alokasi dana BPM per kecamatan setelah

-11-
dikurangi biaya administrasi dan operasional
BKAD.
2) Alokasi Dana pendampingan/safeguarding, yang
dipergunakan untuk:
a) Pengadaan konsultan di tingkat pusat,
1 (satu) orang tenaga ahli di tingkat provinsi,
dan 1 (satu) orang fasilitator Masyarakat di
setiap Kecamatan;
b) Pembiayaan kegiatan sosialisasi, konsolidasi,
dan publikasi di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten;
c) Untuk provinsi dengan jumlah lokasi
kawasan yang relatif besar memungkinkan
untuk menambah Asisten TAPr;
d) Kegiatan Pelatihan di tingkat pusat, dan On
Job Training (OJT) di provinsi;
e) Kegiatan Monitoring di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten, dan kecamatan.

b. APBD
Dana APBD provinsi dan kabupaten yang
dialokasikan pada DIPA SKPD terkait digunakan
untuk penyelenggaraan kegiatan PISEW serta
memberikan dukungan kegiatan (activity sharing)
guna meningkatkan layanan infrastruktur yang
dibangun melalui kegiatan PISEW.

2.4.2 Mekanisme Pencairan Dana


2.4.2.1 Mekanisme Pencairan Dana Pengendalian
(safeguarding)
Setelah diterbitkan DIPA, Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman Provinsi (Satker PKP Provinsi)
menyusun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK),
yang berisi:
a. Rincian Rencana Kerja Anggaran Kementerian/
Lembaga (RKAKL) sesuai DIPA; dan

-12-
b. Petunjuk khusus (merupakan lampiran dari POK)
bagi PPK Provinsi yang mengacu pada Petunjuk
Teknis PISEW.
Mekanisme pencairan dana PISEW tercantum dalam
dokumen DIPA yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat sesuai dengan peruntukannya,
yaitu:
a. Dana Pembinaan Administrasi Proyek;
b. Dana Pengadaan Jasa Konsultansi; dan
c. Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat
(BPM).
2.4.2.2 Mekanisme Pencairan Dana BPM
Sebagai wujud dari prinsip transparansi dan
akuntabilitas, maka seluruh dokumen perencanaan,
pencairan, bukti transaksi pengadaan barang, serta
dokumen hasil pelaksanaan kegiatan seperti
dokumentasi kegiatan (0%, 25%, 50% dan 100%),
dokumen Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara BKAD
dengan PPK Provinsi, disimpan rapi dan lengkap oleh
BKAD, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun kedepan.
Selain kelengkapan dokumen perencanaan, seperti
halnya DED dan RAB, maka terdapat beberapa
kelengkapan administrasi yang harus dilengkapi oleh
BKAD, antara lain:
a. BPM untuk kegiatan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
disalurkan kepada masyarakat melalui rekening
BKAD yang dibuka khusus untuk kegiatan
PISEW;
b. BKAD diwajibkan membuka rekening khusus
untuk menerima dana bantuan tersebut di bank
umum terdekat dengan lokasi kecamatan, atas
nama BKAD tersebut;

-13-
c. Rekening BKAD harus ditandatangani oleh 3
(tiga) orang terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara;
d. Pembukaan rekening di bank tersebut tidak boleh
dilengkapi dengan kartu Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang memungkin secara perseorangan
dapat mengambil dana tersebut;
e. BKAD menyampaikan fotokopi buku rekening
kepada PPK Provinsi;
f. Masing-masing pejabat Satker yaitu Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), PPK Provinsi, Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PP-
SPM), Bendahara, menyampaikan nama dan
spesimen tanda tangan serta menyampaikan cap
dinas instansi penerbit SPM kepada KPPN
setempat;
g. Dokumen Perjanjian Kerja Sama yang sudah
ditandatangani oleh Ketua BKAD dan PPK
Provinsi, setidaknya harus memuat, yaitu:
1) Hak dan kewajiban kedua belah pihak;
2) Jumlah dan nilai konstruksi yang akan
dihasilkan;
3) Jenis dan spesifikasi konstruksi yang akan
dihasilkan;
4) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
5) Tata cara dan syarat penyaluran;
6) Pernyataan kesanggupan penerima bantuan
untuk menghasilkan konstruksi sesuai
dengan jenis, spesifikasi, dan rencana yang
telah disepakati;
7) Pernyataan kesanggupan penerima bantuan
untuk menyetorkan sisa dana yang tidak
digunakan ke kas negara;
8) Sanksi; dan
9) Penyampaian laporan pertanggungjawaban
kepada PPK Provinsi setelah pekerjaan selesai
atau akhir tahun anggaran.

-14-
Adapun tahapan pencairan BPM dan persyaratan
setiap tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Kesatu sebesar 70% dari nilai BPM,
dengan melampirkan:
1) Dokumen Perjanjian Kerjasama dan fotokopi
buku rekening bank milik BKAD;
2) Pakta Integritas;
3) Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap
Pertama terdiri dari :
i. Termin ke satu sebesar 40%; dan
ii. Termin ke dua sebesar 30% dilampiri
dengan laporan penggunaan dana
Termin satu, Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Belanja (SPTJB) dan laporan
kemajuan fisik telah mencapai 25%, dan
foto capaian pelaksanaan.
b. Tahap KEDUA sebesar 30% dari nilai BPM
apabila kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan
telah mencapai 50%, dengan melampirkan:
1) Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan;
i. Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak (SPTJM) dari BKAD;
ii. Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap
kedua yang telah diverifikasi oleh
Fasilitator Masyarakat;
iii. Laporan pertanggungjawaban tahap I
yang telah ditandatangani oleh
Fasilitator Masyarakat dan diketahui
oleh Tenaga Ahli Provinsi (meliputi: Buku
Laporan Harian pelaksanaan kegiatan,
Buku Kas BKAD, fotokopi buku rekening
bank, dan bukti pengeluaran (nota-nota)
untuk pencairan tahap I); dan
iv. Berita Acara Pembayaran.
PPK Provinsi jika dipandang perlu dalam rangka
pengendalian dengan prinsip kehati-hatian, dapat
mengadakan perjanjian/perikatan dengan Bank

-15-
(dimana BKAD membuka rekening), yang
menyatakan bahwa penyaluran dana BPM hanya
dapat dilakukan setelah ada rekomendasi tertulis
dari PPK Provinsi.
Penjelasan lebih rinci mengenai pencairan dan
penyaluran dana PISEW, dapat dilihat pada
Lampiran II tentang Petunjuk Teknis Pencairan Dana
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM).

III. ORGANISASI PENGELOLA


3.1 Kelembagaan Pemerintah
3.1.1 Penanggung Jawab Kegiatan Tingkat Pusat
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan kegiatan secara nasional.
Penanggung jawab kegiatan mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menyusun kebijakan penyelenggaraan kegiatan;
b. Menyusun program dan perencanaan anggaran serta
kegiatan tahunan;
c. Melakukan pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan;
d. Membentuk Tim Pelaksana Pusat;
e. Melakukan koordinasi dengan pemangku
kepentingan yang terkait dengan kegiatan; dan
f. Melaporkan penyelenggaraan kegiatan kepada
Menteri PUPR.

3.1.2 Tim Pelaksana Pusat


Tim Pelaksana Pusat dibentuk di lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya melalui Surat Keputusan Direktur
Jenderal Cipta Karya, dan memiliki tanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan PISEW sebagai berikut:
a. Melakukan pengendalian penyelenggaraan kegiatan
mulai tingkat nasional hingga tingkat kecamatan;
b. Mengoordinasi dan membina seluruh pemangku
kepentingan penyelenggara kegiatan;

-16-
c. Menyiapkan Pedoman Pelaksanaan;
d. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan diseminasi di
tingkat pusat;
e. Melakukan koordinasi dengan seluruh pelaku
kegiatan di tingkat provinsi dan kabupaten;
f. Melakukan uji petik terhadap dokumen rancangan
teknis yang disusun BKAD dibantu oleh Fasilitator
Masyarakat; dan
g. Melaporkan semua progres penyelenggaraan kepada
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
sebagai pengarah kegiatan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Tim Pelaksana
Pusat dibantu oleh konsultan.

3.1.3 Satuan Kerja/PPK Tingkat Pusat


Kegiatan PISEW di tingkat pusat berada pada Satuan
Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis
Masyarakat (Satker PKPBM) sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA). Pejabat inti satuan kerja tersebut
ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PUPR.

Penyelenggaraan kegiatan PISEW di tingkat pusat


dilaksanakan oleh PPK PISEW. PPK PISEW bertugas
mengelola anggaran kegiatan PISEW tiap tahun yang
ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA).

Tugas Kasatker PKPBM/PPK PISEW mengacu pada


Pedoman Penetapan Struktur Organisasi Satuan Kerja di
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Disamping itu, Kasatker
PKPBM/PPK PISEW juga melaksanakan:
a. Kompilasi data dan pelaporan penyelenggaraan di
daerah melalui Satuan Kerja PKP Provinsi/PPK
Provinsi yang dibantu oleh konsultan pendamping;
b. Pelaporan progres triwulan kegiatan kepada Direktur
Pengembangan Kawasan Permukiman (ditembuskan
kepada Tim Pelaksana Pusat); dan
c. Koordinasi pelaksanaan kegiatan dengan Satker PKP
Provinsi dan Tim Pelaksana Provinsi.

-17-
3.2 Kelembagaan Pemerintah Daerah
3.2.1 Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi berperan dalam mengoordinasikan
pelaksanaan dan pengendalian Kegiatan.

3.2.1.1 Satker/PPK Pengembangan Kawasan Permukiman


Provinsi.
Pengangkatan Kepala Satuan Kerja PKP/PPK
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri PUPR.
Tugas Satker PKP/PPK Provinsi meliputi:
a. Membuat dan menyampaikan surat permohonan
kepada Kepala Daerah di Kabupaten untuk
menugaskan personil SKPD/Dinas terkait yang
akan menjadi anggota dari Tim Pelaksana
Kabupaten, minimal terdiri dari unsur Dinas
yang menangani Infrastruktur Permukiman,
Bappeda, Bappermas, dan unsur lainnya yang
diperlukan serta Camat/personel kecamatan
yang menjadi lokasi PISEW (minimal 2 orang);
b. Mengadakan Tenaga Ahli Provinsi dan Fasilitator
Masyarakat, melakukan pencairan dan
pengelolaan dana sesuai peruntukan dalam
DIPA;
c. Mendokumentasikan SP2D dan melaporkan
kepada Tim Pelaksana Pusat;
d. Membuat laporan dengan basis Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) dan E-Monitoring;
e. Menyampaikan Laporan Kemajuan Keuangan
dan Fisik serta semua progres penyelenggaraan,
hasil audit, dan evaluasi kepada Tim Pelaksana
Pusat tiap bulan;
f. Menetapkan SK Tim Pelaksana Kabupaten,
berdasarkan surat usulan dari kepala daerah
Kabupaten terkait dengan keanggotaan tim
pelaksana kabupaten.

-18-
3.2.1.2 Tim Pelaksana Provinsi (TPPr)
Tim Pelaksana Provinsi dibentuk dari lingkungan
Dinas yang menangani Infrastruktur Permukiman
Provinsi dan instansi/dinas terkait lainnya. Anggota
Tim Pelaksana Provinsi diajukan atas nama Kepala
Daerah untuk ditetapkan melalui Surat Keputusan
Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
Permukiman (PKP) Provinsi selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), dengan susunan sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas di tingkat
Provinsi yang menangani infrastruktur
permukiman;
b. Ketua: Kepala Bidang di tingkat Provinsi yang
menangani infrastruktur permukiman;
c. Wakil Ketua: Kepala Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman Provinsi;
d. Sekretaris: Staf unit kerja di tingkat Provinsi yang
menangani infrastruktur permukiman;
e. Anggota: Terdiri atas Personel dari instansi
terkait lainnya (Bappeda, Bapermas dll) di tingkat
Provinsi.

Peran, fungsi, dan tugas Tim Pelaksana Provinsi


adalah:

a. Mensosialisasikan kegiatan di tingkat provinsi


dan kabupaten;
b. Memberikan arahan pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan, serta memastikan bahwa
proses kegiatan sesuai Petunjuk Teknis
Pelaksanaan PISEW;
c. Mengoordinasikan substansi dan pelaksanaan
kegiatan di provinsi dan kabupaten;
d. Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah;
e. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
Kegiatan di tingkat provinsi dan kabupaten;
f. Mengoordinasikan kegiatan perencanaan,
monitoring, dan pelaporan dengan Tim Pelaksana
di tingkat kabupaten;

-19-
g. Melakukan pembinaan kepada Tim Pelaksana
Kabupaten dan BKAD, terkait pelaksanaan
pembangunan infrastruktur;
h. Membantu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
kegiatan serta mengambil tindak turun tangan
yang diperlukan;
i. Mempersiapkan dokumen pencairan dana (SPP
dan SPM) ke KPPN berdasarkan hasil verifikasi
kelengkapan dokumen kemajuan pelaksanaan
yang disusun oleh BKAD.

3.2.2 Pemerintah Kabupaten


Tugas pemerintah kabupaten adalah mengoordinasikan
penyelenggaraan Kegiatan PISEW di wilayah kerjanya.
Pemerintah kabupaten memiliki peran dalam hal:
a. Membina dan melakukan sinkronisasi
penyelenggaraan Kegiatan PISEW di wilayah
kerjanya;
b. Mengoordinasikan dan membantu proses serah
terima hasil pembangunan infrastruktur ke
Pemerintahan Desa.

3.2.2.1 Tim Pelaksana Kabupaten (TPK)


Tim Pelaksana Kabupaten dibentuk dari lingkungan
Dinas yang menangani infrastruktur permukiman
Kabupaten dan instansi/dinas terkait lainnya.
Anggota Tim Kabupaten diusulkan atas nama Kepala
Daerah atau Pejabat yang ditunjuk, untuk
ditetapkan melalui Surat Keputusan Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dengan
susunan sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas di tingkat
Kabupaten yang menangani infrastruktur
permukiman;
b. Ketua: Kepala Bidang di tingkat Kabupaten yang
menangani infrastruktur permukiman;

-20-
c. Wakil Ketua: Kasi di tingkat Kabupaten yang
menangani infrastruktur permukiman;
d. Sekretaris: Staf Dinas tingkat Kabupaten yang
menangani infrastruktur permukiman;
e. Anggota dapat terdiri atas: Personel dari Bappeda
dan Bapermas serta 2 (dua) Personel dari setiap
Kecamatan penerima bantuan.
Tugas Tim Pelaksana Kabupaten adalah:
a. Melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan
kegiatan ditingkat kabupaten dan kecamatan
penerima bantuan;
b. Memfasilitasi berlangsungnya sosialisasi dan
pengenalan kegiatan PISEW;
c. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi
pelaksanaan kegiatan PISEW, baik ditingkat
Kabupaten, kecamatan dan desa;
d. Memfasilitasi dan membantu proses kelengkapan
legalitas BKAD, untuk pencatatan kelembagaan
di notaris dan di Bappermas;
e. Melakukan sinkronisasi kegiatan Kegiatan
pembangunan Kabupaten dengan Kegiatan
PISEW untuk meningkatkan dampak
pembangunan dan menghindari tumpang tindih
kegiatan;
f. Menjadi bagian dari Tim Monitoring Provinsi serta
Tim Penilaian akhir hasil pekerjaan yang
dibentuk oleh Provinsi untuk fungsi pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan;
g. Memfasilitasi proses serah terima hasil
pelaksanaan pembangunan dan mendorong
pembentukan kelompok-kelompok pemelihara,
untuk pelestarian hasil-hasil pembangunan.

3.2.2.2 Kecamatan
Camat bertindak sebagai penanggung jawab
pelaksana kegiatan di tingkat kecamatan. Dalam

-21-
rangka pelaksanaan kegiatan PISEW tugas
Kecamatan adalah:
a. Mengusulkan 2 (dua) orang personel Kecamatan
sebagai anggota Tim Pelaksana Kabupaten;
b. Membantu identifikasi kelayakan kelembagaan
BKAD yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan kegiatan PISEW;
c. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan masyarakat
untuk pembentukan kelembagaan BKAD, jika
tidak ada kelembagaan sejenis yang dianggap
memenuhi persyaratan kegiatan;
d. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan pertemuan
kecamatan;
e. Melakukan koordinasi dengan BKAD dalam
tahapan pelaksanaan kegiatan dan
pembangunan infrastruktur;
f. Berpartisipasi dalam persiapan dan pengawasan
pembangunan infrastruktur di wilayahnya;
g. Memfasilitasi proses serah terima hasil
pelaksanaan pembangunan antara BKAD dengan
pemerintah Desa dan mendorong pembentukan
kelompok pemelihara, untuk pelestarian hasil-
hasil pembangunan.

3.3 Kelembagaan Pelaksana Kegiatan


Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) merupakan kelembagaan
masyarakat di tingkat Kecamatan yang proses pembentukan
dilakukan melalui musyawarah antar desa dan dibentuk melalui
peraturan bersama antar kepala desa. (UU.6/2014, pasal 92),
yang akan melakukan perjanjian kerjasama dengan PPK Provinsi
untuk menjalankan kegiatan PISEW, serta dicatatkan pada
Notaris dan di Bappermas atau nama lain di Kabupaten.

Dalam pelaksanaan Kegiatan BKAD akan mendapatkan


pendampingan dari Fasilitator Masyarakat baik dalam
perencanaan, penyusunan Perencanaan Teknis (gambar rencana
dan RAB), pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian
pelaksanaan. Tim Pelaksana Kegiatan dalam struktur BKAD harus

-22-
diketuai oleh seseorang yang mempunyai profesi sebagai tukang
dan mempunyai kemampuan untuk membaca gambar teknis dan
teknis pelaksanaan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan kegiatannya BKAD akan membuat laporan


secara berkala perkembangan pelaksanaan dan melakukan serah
terima pekerjaan kepada PPK Provinsi.

Gambar I.4 - Struktur Organisasi BKAD

Rincian Tugas BKAD Pada Kegiatan PISEW.


a. Melakukan koordinasi dengan kecamatan untuk
menyinergikan rencana kegiatan, agar tidak terjadi tumpang
tindih dengan kegiatan reguler;
b. Melakukan koordinasi dengan Fasilitator Masyarakat terkait
dengan pelaksanaan tahapan kegiatan, baik dalam aspek
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan;
c. Bersama dengan Fasilitator Masyarakat melakukan
penggalian kebutuhan infrastruktur dalam skala kawasan di
Desa yang menjadi lokasi Kegiatan PISEW dan menyusun
skala prioritas kebutuhan pembangunan infrastruktur;
d. Bersama dengan Fasilitator menyusun Perencanaan Teknis
(gambar rencana dan RAB), yang akan diverifikasi oleh
TA.Provinsi/Asisten TA. Provinsi;
e. Melaporkan hasil pelaksanaan dalam Pertemuan Kecamatan
untuk selanjutnya dilaporan secara tertulis kepada PPK
Provinsi, dengan tembusan ke pihak kecamatan dan masing-

-23-
masing kepala desa;
f. Membantu Satker/PPK Provinsi dan Tim Pelaksana Kabupaten
untuk melakukan koordinasi dengan masing-masing
pemerintahan desa yang menjadi lokasi kegiatan dalam
rangka serah terima hasil-hasil pekerjaan;
g. Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan masing-masing
Pemerintahan Desa dalam rangka pembentukan
tim/kelompok pemelihara untuk pemanfaatan dan
pemeliharaan hasil-hasil pembangunan;

Fungsi BKAD untuk pelaksanaan Kegiatan PISEW:


a. Penyiapan dan perumusan rancangan keputusan bersama,
kerjasama antar desa penerima Kegiatan PISEW;
b. Perencanaan pembangunan infrastruktur, meliputi penggalian
gagasan, perumusan, pembahasan, dan penetapan rencana
pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas
pembangunan;
c. Mempersiapkan materi yang dibutuhkan untuk menyusun
dokumen Perjanjian Kerja Sama dengan PPK Provinsi dan
kelengkapan dokumen untuk pencairan dana BPM;
d. Penjabaran keputusan bersama dalam bentuk program kerja
dan rencana teknis tindak lanjut;
e. Pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi dari hasil
pemeriksaan dan pengendalian pelaksanaan Infrastruktur oleh
PPK Provinsi;
f. Mempersiapkan kelengkapan dokumen untuk serah terima
pekerjaan dengan PPK Provinsi; dan
g. Melakukan serah terima pekerjaan dengan PPK Provinsi dan
selanjutnya melakukan serah terima pemeliharaan kepada
pemerintahan desa dimana lokasi kegiatan di bangun.

3.4 Kelembagaan Pendukung Kegiatan

3.4.1. Konsultan Teknis Pengendalian PISEW (KTP PISEW)


Konsultan Teknis Pengendalian PISEW berkedudukan di
pusat dengan tugas utama mendukung Tim Pelaksana
Pusat dan PPK tingkat pusat untuk mengendalikan
pelaksanaan program di tingkat nasional.

-24-
Tanggungjawab dan tugas KTP PISEW adalah:
a. Penyebarluasan Informasi Kegiatan adalah:
1) Mendukung Tim Pelaksana Pusat dalam
pelaksanaan sosialisasi;
2) Melakukan Pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan proses sosialisasi pada tiap
tingkatan;
3) Rekomendasi teknis dan nonteknis terkait
sosialisasi Kegiatan;
4) Menyiapkan materi-materi terkait penyebarluasan
informasi kegiatan.
b. Pengendalian dan Pemantauan penyelenggaraan
Kegiatan mencakup:
1) Menyusun panduan mekanisme pemantauan dan
evaluasi/monev Pelaksanaan Kegiatan PISEW
secara berjenjang;
2) Menyusun modul/kerangka acuan untuk
pelatihan, workshop, dan rapat teknis lainnya
terkait pelaksanaan kegiatan sesuai panduan
teknis PISEW (termasuk namun tidak terbatas
pada penguatan kapasitas masyarakat dan
kelembagaan).
3) Memberikan penjelasan (sosialisasi) dan bantuan
teknis untuk memastikan pelaksana kegiatan
dapat melaksanakan dan mengoperasikan
panduan monev yang disusun;
4) Membantu pemberi tugas untuk melakukan
evaluasi kinerja pelaksana TA.Provinsi dan
Asisten TA.Provinsi dan Fasilitator Masyarakat
berdasarkan ketaatan terhadap panduan
monitoring dan evaluasi yang disusun;
5) Pelaporan rutin kemajuan pelaksanaan kepada
Tim Pelaksana Pusat;
6) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi laporan
progres lapangan;
7) Inventarisasi permasalahan, pengaduan, dan
rekomendasi tindak lanjut terhadap

-25-
permasalahan administrasi dan atau konstruksi
yang diterima di tingkat pusat;
8) Mendukung asistensi dan evaluasi DED dan RAB
sebelum pelaksanaan penandatanganan Surat
Perjanjian Kerjasama.
9) Mendukung asistensi perhitungan luas kawasan
terlayani dan delineasi kawasan yang disusun
oleh pelaksana provinsi.
10) Kunjungan acak lapangan (random checking)
dalam pemantauan dan pengendalian Kegiatan;
11) Memberikan rekomendasi hasil pemantuan
terhadap setiap tahapan pelaksanaan Kegiatan;
12) Memberikan rekomendasi hasil pemantauan
terhadap kualitas DED dan RAB serta realisasi
pelaksanaannya;
13) Rekomendasi teknis dan nonteknis untuk
perbaikan kegiatan pengendalian Kegiatan yang
akan datang.
c. Pengelolaan Data:
1) Melakukan kajian ulang desain dan
menyempurnakan SIM PISEW yang ada,
menyesuaikan kebutuhan PISEW;
2) Mengumpulkan seluruh data (data collecting)
pelaksanaan PISEW di setiap lokasi sasaran
melalui aplikasi SIM PISEW;
3) Secara berkala melakukan pemutakhiran data
akhir (updating) terkompilasi.;
4) Melakukan analisa validitas/validasi terhadap
setiap data yang diperoleh;
5) Memberikan kesimpulan dan rekomendasi hasil
pengelolaan data;
6) Secara periodik melakukan konsolidasi laporan
dalam database antara lain: (1) data dasar
(baseline), (2) infrastruktur terbangun, (3) titik
koordinat lokasi infrastruktur, (4) potensi
kawasan; dan
7) Membuat kesimpulan dan memberikan usulan

-26-
perbaikan terkait pengelolaan Data SIM PISEW.
d. Konsultan harus melakukan evaluasi pelaksanaan
untuk memberikan input kepada Tim Pelaksana Pusat
pada setiap pelaksanaan tahapan, sebelumnya harus
menyusun SOP dan indikator/variabel capaian
pelaksanaan kegiatan, untuk evaluasi pelaksanaan
kegiatan yang mencakup:
1) Tahapan proses pelaksanaan dan hasil
perencanaan partisipatif yang dilakukan oleh
BKAD/masyarakat;
2) Pelaksanaan pembangunan infrastruktur terhadap
indikator kinerja keberhasilan Kegiatan PISEW;
3) Pelaksanaan Tugas dan Fungsi/Kinerja Tenaga
Ahli Provinsi (TAPr) dan Fasilitator Masyarakat.
e. Pelaporan dan Dokumentasi:
1) Secara periodik menyusun dan menyampaikan
laporan kemajuan pelaksanaan kepada Tim
Pelaksana Pusat;
2) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi terkait
laporan kemajuan lapangan;
3) Membuat dokumentasi proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan.
4) Menyampaikan nama-nama kawasan dalam
kecamatan terpilih sebagai praktik baik (best
practice) yang direkomendasikan untuk dijadikan
contoh dan direplikasi;
Pelaporan konsultan terdiri atas: (i) laporan
pendahuluan, (ii) laporan mingguan, (iii) laporan
bulanan, (iv) draf laporan akhir, (v) laporan akhir, dan
(vi) praktik baik (best practice) dari 20% lokasi
kawasan terbaik, yang dapat menjadi percontohan/
pembelajaran untuk kawasan lainnya.
Laporan mingguan menjadi laporan yang sangat
penting, karena memuat informasi proses
pelaksanaan sesuai capaian pada minggu yang
bersangkutan dan berbagai permasalahan yang perlu
ditindaklanjuti.

-27-
Laporan bulanan KTP PISEW merupakan konsolidasi
dari laporan mingguan dan hasil pelaksanaan
pengendalian dan pemantauan yang dilakukan.
KTP PISEW harus memastikan bahwa pelaporan ini
dapat tersampaikan secara rutin, tepat waktu, dan
akurat menyampaikan rekomendasi tindak turun
tangan jika penyampaian pelaporan terlambat.
3.4.2. Konsultan Daerah
3.4.2.1. Tenaga Ahli Provinsi (TAPr)
Tenaga Ahli Provinsi bertugas dan bertanggung
jawab memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi,
penyebarluasan informasi, serta memberikan
dukungan teknis penyelenggaraan kegiatan di
tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan
sasaran yang menjadi wilayah kerjanya sesuai
Petunjuk Teknis PISEW.
Tenaga Ahli Provinsi harus berdomisili di
provinsi yang lokasinya berdekatan dengan
wilayah kabupaten sasaran. Tenaga Ahli
Provinsi bertugas:
a. Memberikan fasilitasi manajemen kegiatan
kepada Tim Pelaksana Provinsi; serta
b. Membantu koordinasi dan pembinaan pada
kabupaten terhadap pencapaian kinerja
pelaksanaan kegiatan di kecamatan-
kecamatan sasaran. Untuk itu, Tenaga Ahli
Provinsi bertanggung jawab terhadap kinerja
fasilitator, melalui bimbingan dan
pengendalian secara intensif. Pada tahap
pelaksanaan konstruksi fisik, Tenaga Ahli
Provinsi bertanggung jawab terhadap kinerja
fasilitator, dalam kegiatan supervisi dan
pemantauan (monitoring), serta
pengendalian pengelolaan kegiatan di
wilayah kerjanya.
c. Melaporkan seluruh kegiatan kepada Tim
Pelaksana Provinsi, dan PPK Provinsi. Selain

-28-
itu juga wajib berkoordinasi dengan KTP
PISEW.
d. Mengkoodinir dan mengendalikan kinerja
Asisten TA.Pr serta pembinaan Fasilitator
Masyarakat (FM) dalam setiap tahapan
kegiatan PISEW.
Secara umum tugas dan tanggung jawab TA.Pr
adalah:
a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan
Kegiatan ditingkat provinsi dengan mengacu
pada rencana kerja kegiatan tingkat nasional;
b. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam mensosialisasikan PISEW
kepada stakeholder di provinsi dan
kabupaten;
c. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam pengelolaan manajemen
proyek mencakup progres fisik dan
keuangan, serta penyaluran dana;
d. Melakukan pemantauan di wilayah kerjanya
untuk menjaga agar prosedur dalam aspek
perlindungan sosial, lingkungan, Quality
Assurance, partisipasi masyarakat dan
penyebarluasan kegiatan serta pengendalian
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
ketentuan;
e. Memberikan bantuan teknis kepada
Fasilitator Masyarakat dalam proses
membuat perencanaan teknis (gambar
rencana dan RAB) dan melakukan
pemeriksanaan hasil-hasil perencanaan
teknis (gambar rencana dan RAB);
f. Melakukan pengendalian terhadap kinerja
Fasilitator Masyarakat (FM) dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
g. Secara periodik melakukan penguatan
kapasitas (OJT) kepada Fasilitator

-29-
Masyarakat, terkait dengan aspek substansi
pendampingan, teknis dan manajemen
proyek serta pengawasan pelaksanaan;
h. Mendukung pengelolaan pengaduan dengan
memberikan saran penanganan pengaduan
serta melakukan tindak lanjut dan
melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana
Provinsi;
i. Memfasilitasi dan menyiapkan bahan rapat
koordinasi rutin yang diselenggarakan setiap
bulan oleh TPPr ditingkat provinsi dan
menyampaikan notulensi hasil rapat kepada
Tim Pelaksana Provinsi;
j. Secara periodik melakukan pemantauan
proses pemutakhiran data (updating)
terkompilasi dengan SIM Kegiatan PISEW;
k. Melakukan konsolidasi laporan dalam
database antara lain: (i) Baseline data, (ii)
Peran serta masyarakat miskin, (iii).
Infrastruktur terbangun, (iv) Swadaya
masyarakat, (v). Jumlah Tenaga Kerja, (vi)
Titik koordinat lokasi infrastruktur
terbangun dan penghitungan luas area
terlayani, (vii) Pengumpulan daftar nomor
Perjanjian Kerjasama (No. PKS), (viii)
Pengumpulan daftar nomor, tanggal SPM dan
SP2D, (ix) Pengumpulan data jumlah
pemanfaat infrastruktur terbangun;
l. Melakukan evaluasi pelaksanaan PISEW di
tingkat provinsi berdasarkan hasil review
konsolidasi evaluasi tingkat kecamatan yang
dilakukan oleh FM;
m. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan
pelaksanaan (sosialisasi, persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik dan serah
terima hasil pekerjaan); dan

-30-
n. Menyusun laporan kegiatan berupa: (i)
laporan rencana kegiatan bulanan, (ii)
laporan mingguan berupa laporan LMP
(Laporan Manajemen Proyek) dan LMK
(Laporan Manajemen Keuangan), (iii) laporan
bulanan, dan (iv) laporan akhir penugasan
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak
serta melaporkannya kepada PPK Provinsi
dan Tim Pelaksana Pusat melalui KTP PISEW.
3.4.2.2. Asisten Tenaga Ahli Provinsi (Asisten TAPr)
Asisten Tenaga Ahli Provinsi dibawah koordinasi
Tenaga Ahli Provinsi bertugas dan bertanggung
jawab memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi,
penyebarluasan informasi, serta memberikan
dukungan teknis penyelenggaraan kegiatan di
tingkat kabupaten, dan kecamatan sasaran
yang menjadi wilayah kerjanya sesuai Petunjuk
Teknis PISEW.
Asisten Tenaga Ahli Provinsi harus berdomisili
di provinsi yang lokasinya berdekatan dengan
wilayah kabupaten sasaran. Asisten Tenaga Ahli
Provinsi bertugas:
a. Membantu koordinasi dan pembinaan pada
kabupaten terhadap pencapaian kinerja
pelaksanaan kegiatan di kecamatan-
kecamatan sasaran. Untuk itu, Asisten
Tenaga Ahli Provinsi bertanggung jawab
terhadap kinerja Fasilitator Masyarakat,
melalui bimbingan dan pengendalian secara
intensif. Pada tahap pelaksanaan konstruksi
fisik, Asisten Tenaga Ahli Provinsi
bertanggungjawab terhadap kinerja
Fasilitator Masyarakat, dalam kegiatan
supervisi dan pemantauan (monitoring), serta
pengendalian pengelolaan kegiatan di wilayah
kerjanya.

-31-
b. Melaporkan seluruh kegiatan kepada Tenaga
Ahli Provinsi.
Secara umum tugas dan tanggung jawab
Asisten TAPr adalah:
a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan
kegiatan di beberapa kabupaten/kecamatan
yang menjadi wilayah kerjanya dengan
mengacu pada rencana kerja kegiatan tingkat
Provinsi;
b. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam mensosialisasikan PISEW
kepada stakeholder di kabupaten;
c. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam pengelolaan manajemen
proyek mencakup progres fisik dan
keuangan, serta penyaluran dana di
kabupaten/kecamatan yang menjadi wilayah
kerjanya;
d. Melakukan pemantauan di wilayah kerjanya
untuk menjaga agar prosedur dalam aspek
perlindungan sosial, lingkungan, quality
assurance, partisipasi masyarakat, dan
penyebarluasan kegiatan serta pengendalian
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
ketentuan;
e. Memberikan bantuan teknis kepada
Fasilitator Masyarakat dalam proses
membuat perencanaan teknis (gambar
rencana dan RAB) dan melakukan
pemeriksanaan hasil-hasil perencanaan
teknis (gambar rencana dan RAB);
f. Melakukan pengendalian terhadap kinerja
Fasilitator Masyarakat (FM) dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
g. Secara periodik melakukan penguatan
kapasitas (OJT) kepada Fasilitator
Masyarakat, terkait dengan aspek substansi

-32-
pendampingan, teknis dan manajemen
proyek serta pengawasan pelaksanaan;
h. Mendukung pengelolaan pengaduan dengan
memberikan saran penanganan pengaduan
serta melakukan tindak lanjut dan
melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana
Provinsi;
i. Secara periodik melakukan pemantauan
proses pemutakhiran data (updating)
terkompilasi dengan SIM Kegiatan PISEW;
j. Melakukan konsolidasi laporan dalam
database antara lain: (i) Baseline data, (ii)
Peran serta masyarakat miskin, (iii).
Infrastruktur terbangun, (iv) Swadaya
masyarakat, (v). Jumlah Tenaga Kerja, (vi)
Titik koordinat lokasi infrastruktur
terbangun dan penghitungan luas area
terlayani, (vii) Pengumpulan daftar nomor
Perjanjian Kerjasama (No. PKS), (viii)
Pengumpulan daftar nomor, tanggal SPM dan
SP2D, (ix) Pengumpulan data jumlah
pemanfaat infrastruktur terbangun;
k. Melakukan evaluasi pelaksanaan PISEW di
tingkat kabupaten/kecamatan yang menjadi
wilayah kerjanya berdasarkan hasil evaluasi
tingkat kecamatan yang dilakukan oleh FM;
l. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan
pelaksanaan (sosialisasi, persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik dan serah
terima hasil pekerjaan);
m. Mendukung penyusunan laporan kegiatan
berupa: (i) laporan rencana kegiatan bulanan,
(ii) laporan mingguan berupa laporan LMP
(Laporan Manajemen Proyek) dan LMK
(Laporan Manajemen Keuangan), (iii) laporan
bulanan, dan (iv) laporan akhir penugasan
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak

-33-
serta melaporkannya kepada Tenaga Ahli
Provinsi dan PPK Provinsi.

3.4.2.3. Fasilitator Masyarakat (FM)


Fasilitator Masyarakat (FM) merupakan tenaga
yang ditugaskan di kecamatan yang menjadi
lokasi pelaksanaan kegiatan. Dalam
melaksanakan tugasnya, FM akan berkoordinasi
dengan Kecamatan, BKAD pelaksana
pembangunan infrastruktur. FM menyampaikan
laporan kemajuan kegiatan kepada Tenaga Ahli
Provinsi dan kepada PPK Provinsi.
Secara umum FM bertugas membantu BKAD
untuk membuat perencanaan teknis (gambar
rencana dan RAB) yang akan diverifikasi dan
validasi oleh Tim Pelaksana Kabupaten (TPK)
dan atau Tim Pelaksana Provinsi (TPPr).
Memberikan fasilitasi atau dukungan penguatan
kemampuan perencanaan teknis kepada BKAD
dalam pelaksana pembangunan infrastruktur.
Rincian Tugas Fasilitator Masyarakat (FM):
a. Melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan
kegiatan kepada seluruh masyarakat di
kawasan lokasi PISEW;
b. Memfasilitasi dan memotivasi BKAD dalam
pelaksanaan survei kawasan serta
penyusunan Dokumen Profil Kawasan;
c. Memotivasi perangkat Desa dan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam perencanaan;
d. Berkoordinasi dengan Kecamatan, BKAD,
kelompok-kelompok masyarakat, perangkat
pemerintahan di kawasan terpilih, dan tokoh
masyarakat dalam tahapan pelaksanaan
kegiatan PISEW ditingkat Kecamatan dan
Desa;
e. Melakukan penguatan kapasitas melalui,
OJT, pertemuan-pertemuan, kepada BKAD

-34-
terkait dengan aspek teknis dan manajemen
proyek serta pengawasan pelaksanaan;
f. Bersama dengan BKAD melakukan kajian
dan inventarisasi potensi permasalahan dan
kebutuhan infrastruktur pada kawasan
dalam kecamatan;
g. Bersama dengan BKAD membuat
perencanaan teknis (gambar rencana dan
RAB);
h. Mengawasi dan memberi pengarahan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
prosedur berdasarkan spesifikasi teknis;
i. Fasilitasi dan membantu BKAD untuk
membuat laporan kemajuan pekerjaan dan
keuangan, antara lain cuaca, material yang
datang (masuk), perubahan dan bentuk dan
ukuran pekerjaan, peralatan di lapangan,
kuantitas dari pekerjaan yang telah
diselesaikan, pengukuran di lapangan, dan
kejadian-kejadian khusus, catatan lengkap
tentang peralatan, tenaga kerja, dan material
yang digunakan dalam setiap pekerjaan
yang merupakan atau mungkin akan
menjadi pekerjaan tambah (ekstra);
j. Menginventarisasi pengaduan dan
permasalahan yang timbul untuk dilaporkan
kepada tenaga ahli provinsi/asisten tenaga
ahli provinsi;
k. Menyusun rencana kerja pelaksanaan
Kegiatan di tingkat kecamatan dengan
mengacu kepada rencana kerja pelaksana
Kegiatan di tingkat provinsi;
l. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
pada setiap tahapan kegiatan melalui
pembuatan laporan mingguan dan bulanan
ke PPK Provinsi melalui tenaga ahli provinsi
/asisten tenaga ahli provinsi.

-35-
Gambar I.5. Struktur Organisasi Kegiatan PISEW

KEMENTERIAN Ditjen Keterangan:


PUPR Cipta Karya
Pengendalian
Koordinasi
Pelaporan
Direktorat
PKP

Tim Pelaksana Pusat

Subdit PKP Perdesaan


Konsultan Teknis
Pengendalian PISEW
Satker/PPK
Pusat

Tim Pelaksana Provinsi


PEMERINTAH
Tenaga Ahli Provinsi
PROVINSI
Satker/PPK Provinsi

PEMERINTAH Tim Pelaksana Asisten Tenaga Ahli


KABUPATEN Kabupaten Provinsi

PEMERINTAH Badan Kerjasama Antar Fasilitator


KECAMATAN Desa Masyarakat

-36-
IV. KOMPONEN DAN KRITERIA KEGIATAN

4.1 Komponen kegiatan


a. Peningkatan Kemampuan Masyarakat, komponen penguatan
kemampuan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian
masyarakat yang terdiri dari pengkajian dan inventarisasi
program yang ada di desa-desa dalam kawasan terpilih dan
kecamatan, pemetaan potensi dan permasalahan, serta
kebutuhan pengembangan kawasan terpilih;
b. Peningkatan Kemampuan Kelembagaan dan Sumber Daya
Manusia pemerintah kabupaten, kecamatan, dan pelaku lokal
lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan PISEW, agar mampu
menciptakan situasi yang kondusif dan sinergi yang positif
dalam menyusun rencana pengembangan kawasan terpilih;
c. Pembangunan Infrastruktur Kawasan, komponen
pembangunan infrastruktur kawasan merupakan hasil dari
proses dua komponen kegiatan di atas, yang diharapkan
dapat mendukung peningkatan kesejahteraan sosial dan
ekonomi wilayah.

4.2 Kriteria Kegiatan


Pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan bersifat
terbuka dalam jenis, komponen, dan kuantitasnya namun harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Berorientasi pada pengembangan wilayah atau merupakan
penghubung antara daerah produsen ke daerah pemasaran,
akses antar wilayah, dan mendukung peningkatan
pengembangan potensi Lokal;
b. Diusulkan melalui pertemuan kecamatan, dan tidak tumpang
tindih dengan kegiatan APBD;
c. Mengutamakan keterlibatan masyarakat, khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah dan pengangguran yang
memiliki kapasitas sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan sebagai pelaksana kegiatan;
d. Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dialihkan kepada pihak ke
tiga/dikontrakkan kepada penyedia jasa/perusahaan
kontraktor tapi harus dilaksanakan oleh BKAD;

-37-
e. Menggunakan teknologi tepat guna yang dapat dikerjakan
masyarakat dalam pengerjaan konstruksi dengan
mempertimbangkan ketersediaan waktu pelaksanaan pada
tahun berjalan;
f. Mengutamakan penggunaan material / sumber daya setempat,
dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan,
sosial, dan budaya;
g. Lahan untuk pembangunan telah tersedia, jika lahan bukan
milik pemerintah desa, maka diperlukan adanya bukti tertulis
ketersediaan dari pemilik lahan untuk menyerahkan hak
kepemilikan dan penggunaannya untuk kepentingan umum
(bantuan tidak boleh digunakan untuk biaya
pembebasan/pembelian lahan dan biaya sertifikasi lahan);
h. Dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat;
i. Memperhatikan kepentingan penyandang disabilitas dan
lansia untuk kemudahan yang disediakan bagi semua orang
guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan; dan
j. Bantuan diberikan kepada masyarakat lokasi sasaran melalui
kelembagaan antar desa yang secara generik disebut Badan
Kerjasama Antar Desa (BKAD), dan dicatatkan di notaris dan
Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas atau nama
lainnya) di Kabupaten.

-38-
V. JENIS INFRASTRUKTUR

Pelaksanaan kegiatan PISEW dilakukan pada kawasan perdesaan yang


merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
Pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Jenis-jenis infrastruktur untuk mendukung pengembangan kawasan


perdesaan tersebut, dapat berupa:

5.1 Infrastruktur Transportasi


a. Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Pembangunan dan peningkatan jalan meliputi: jalan
lingkungan, jalan poros, jalan produksi, jembatan, dan
bangunan pelengkap (talud, gorong-gorong, drainase, dll.),
yang mempertimbangkan kriteria teknis sebagai berikut:
1) Memenuhi standar teknis infrastruktur jalan dan
jembatan;
2) Disain teknis yang memperhatikan masalah
keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna
infrastruktur; dan
3) Harus fungsional.
b. Infrastruktur Tambatan Perahu
Tambatan perahu merupakan terminal penghubung jalan
darat dengan sistem transportasi sungai, laut, dan danau.
Kegiatannya dapat berupa pembangunan baru ataupun
peningkatan/rehabilitasi tambatan yang ada dan harus
dilengkapi dengan jalan penghubung ke permukiman.
Tambatan perahu sebagai bagian kelengkapan sistem
pelayanan masyarakat, mencakup tempat pelelangan
ikan, dermaga bongkar muat, tempat rekreasi, lokasi
parkir umum, gudang, serta jalan penghubung ke daerah
pemasaran dan perumahan dan permukiman.
Persyaratan lokasi:
1) Tidak mudah erosi;
2) Pada bagian sungai yang lurus dan sekitar lokasi
harus bersih;

-39-
3) Berada pada jalur lalu lintas perahu dan mampu
kegiatan di sekitar tambatan perahu; dan
4) Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat
kerja, dan tambatan perahu harus tersedia.
Spesifikasi teknis jalan dan jembatan serta tambatan
perahu mengacu pada Standar Teknis yang diterbitkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

5.2 Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi


a. Infrastruktur Air Minum
Komponen Air Minum dapat berupa peningkatan dan
rehabilitasi sumur gali, sumur pompa tangan, bangunan
penangkap air, perlindungan mata air, bak penampung air
hujan, pengelolaan air permukaan, instalasi pengolahan
air sederhana, dan hidran umum.
Dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
1) Diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di
daerah rawan air minum (air tanah dangkalnya tidak
layak minum karena payau/asin atau langka, dan
selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau);
2) Meringankan kehidupan masyarakat (dari perjalanan
jauh dan antri air);
3) Memiliki potensi air tanah dalam, sungai, atau mata
air yang berjarak kurang lebih 3 km dari permukiman
dengan debit dan kualitas air yang memadai;
4) Dalam hal tidak terdapat potensi sumber air baku
pada kawasan yang memiliki curah hujan minimal
2.000 mm/tahun; dan
5) Daerah yang tidak sesuai dengan kriteria seperti
tersebut diatas, dan/atau merupakan daerah yang
berada pada kepulauan, dapat memanfaatkan potensi
sumber air baku air laut melalui proses destilasi.
b. Infrastruktur Sanitasi
Pembangunan sarana sanitasi lingkungan dapat berupa
peningkatan, dan rehabilitasi jaringan drainase

-40-
permukiman, air limbah komunal, dan persampahan,
dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Sistem yang digunakan memenuhi persyaratan
kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat umum
dan merupakan sistem sanitasi terbaik yang dapat
diterapkan di daerah tersebut;
2) Dilaksanakan dengan biaya yang paling efektif;
3) Merupakan satu kesatuan sistem yang dapat
beroperasi secara terintegrasi;
4) Bersifat sanitasi komunal yang dapat dimanfaatkan
langsung oleh masyarakat dan berwawasan gender
(menghargai bahwa perempuan mempunyai
kebutuhan khusus);
5) Secara Teknis:
i. Mengurangi, bukan menghilangkan, bau
menyengat yang dihasilkan dari proses
pembusukan pada sistem sanitasi terbangun;
ii. Mencegah lalat atau serangga lain keluar masuk
ke dalam bagian/elemen dari sistem sanitasi;
iii. Terjangkau oleh masyarakat penggunanya; dan
iv. Higienis, mudah dalam penggunaan dan
pemeliharaan oleh masyarakat umum.

5.3 Infrastruktur penunjang produksi pertanian dan industri


Infrastruktur penunjang produksi pertanian dan yang termasuk
irigasi kecil meliputi, peningkatan, dan rehabilitasi irigasi,
embung maupun kolam penampung air, bendung sederhana,
atau perlindungan air tanah/mata air. Kategori kegiatan adalah
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan peningkatan.
Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Irigasi perdesaan adalah irigasi yang dikelola masyarakat;
b. Luas area irigasi perdesaan sekitar 60-100 hektar;
c. Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah
masuk inventarisasi Dinas Pengairan;
d. Jenisnya dapat berupa bangunan pengambilan, saluran
tersier, dan kuarter serta bangunan pelengkap lainnya; dan

-41-
e. Pembangunannya memberikan manfaat bagi masyarakat
petani minimal di desa-desa pada kawasan terpilih.

Dalam hal pemilihan solusi teknis untuk pembangunan jaringan


irigasi perdesaan harus mempertimbangkan hal berikut:
a. Berorientasi pada manfaat dan urgensi kebutuhan
pelayanan;
b. Ketersediaan sumber air baku (kualitas dan kuantitas);
c. Kondisi geo-hidrologi yang bersumber dari peta terkait;
d. Kondisi curah hujan tahunan; dan
e. Kondisi geo-morfologi wilayah.

5.4 Infrastruktur peningkatan prasarana pendukung pemasaran


pertanian, perternakan, perikanan, industri, dan pendukung
kegiatan pariwisata.
Pembangunan dan peningkatan sarana pemasaran pertanian,
peternakan dan perikanan, serta industri kecil dapat berupa:
a. bangunan pasar berskala layanan kawasan terpilih;
b. gudang dan lantai jemur;
c. jalan usaha tani (akses daerah produsen ke pusat
pemasaran);
d. sanitasi dan kandang kolektif; serta
e. infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata sebagai sektor
unggulan kawasan.

-42-
VI. PENGELOLAAN/MEKANISME KEGIATAN
6.1 Persiapan
6.1.1 Persiapan Tingkat Pusat
Persiapan pelaksanaan kegiatan PISEW dilaksanakan
dengan membentuk kelembagaan di pusat yaitu:
a. Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
secara nasional.
b. Tim Pelaksana Pusat
Tim Pelaksana Pusat dibentuk di lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Surat
Keputusan Direktur Pengembangan Kawasan
Permukiman, dan memiliki tanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan PISEW, memastikan
penyelenggaraan proses seleksi pengadaan barang
dan jasa konsultansi, sampai terbentuknya KTP
PISEW .
Disamping membentuk kelembagaan pengelola
kegiatan, kegiatan persiapan yang dilakukan setelah
kelembagaan pengelola terbentuk adalah melakukan
beberapa kegiatan persiapan yaitu:
1) Penyusunan beberapa panduan teknis yang
terdiri dari; (i) Petunjuk Teknis pelaksanaan
PISEW, (ii) Petunjuk Teknis Penyaluran
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM)
dan (iii) Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi
kegiatan PISEW;
2) Penyusunan dan Penerbitan SK Menteri PUPR
penetapan Satker PKP Provinsi;
3) Penerbitan Keputusan Menteri PUPR tentang
penetapan lokasi kawasan/kecamatan yang
menjadi lokasi sasaran PISEW;
6.1.2 Persiapan Tingkat Provinsi
Persiapan pelaksanaan Kegiatan PISEW di provinsi
dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana Provinsi yang

-43-
dilaksanakan oleh Satker PKP Provinsi dan PPK Provinsi,
beberapa kegiatan sebagai langkah persiapan
pelaksanaan PISEW, PPK provinsi akan memfasilitasi dan
melakukan beberapa kegiatan:
a. Melakukan proses seleksi dan rekrutmen jasa
konsultan individu sebagai Tenaga Ahli Provinsi
(TAPr) dan atau Asisten TA.Pr, dan memobilisasi
TAPr dan atau Asist. TAPr;
b. Melakukan proses seleksi dan rekrutmen jasa
konsultan individu sebagai Fasilitator Masyarakat
(FM), memobilisasi dan menempat lokasi penugasan
FM; dan
c. Bersama Tim Pelaksana Kabupaten dan Pemerintah
Kecamatan melakukan Identifikasi Kelembagaan
BKAD.

6.1.3 Persiapan Tingkat Kabupaten dan Kecamatan


Persiapan pelaksanaan kegiatan PISEW di kabupaten
dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan
Kecamatan dengan urutan sebagai berikut:
a. Identifikasi Kelembagaan BKAD;
b. Pencatatan kelembagaan BKAD di Notaris;
c. Pencatatan kelembagaan BKAD, sebagai organisasi
masyarakat di Bappermas; dan
d. Sinkronisasi rencana kegiatan pembangunan Daerah
dengan rencana kegiatan PISEW

6.1.4 Identifikasi Potensi Kelembagaan


Kegiatan identifikasi potensi kelembagaan di tingkat
kecamatan dilakukan oleh pemerintah kecamatan guna
mengidentifikasi lembaga BKAD yang mempunyai
kemampuan manajerial dalam pengelolaan kegiatan baik
dari aspek teknis maupun administratif serta minimal
sudah dicatatkan di notaris. Hal ini perlu dilakukan agar
dapat diperoleh lembaga pengelola kegiatan PISEW yang
dapat dipertanggungjawabkan, karena tugas dan fungsi
dari BKAD akan melakukan perencanaan partisipatif,
pelaksanaan swakelola pembangunan, dan pengelolaan
aset bersama antar desa.

-44-
Jika hasil identifikasi kelembagaan di tingkat kecamatan
tidak memenuhi kriteria seperti tersebut diatas maka
perlu dilakukan pendampingan serta mediasi dari
kecamatan untuk penguatan terhadap lembaga yang ada
ataupun membentuk lembaga baru dengan mengacu
terhadap peraturan perundangan yang berlaku
(PP. 43/2014 pasal 88 tentang Badan Kerjasama Antar
Desa/BKAD).

6.1.5 Pengajuan Pencatatan Kelembagaan


Merupakan tindak lanjut dari proses identifikasi
kelembagaan BKAD di tingkat kecamatan, hal ini
dilakukan jika hasil dari identifikasi dan verifikasi
kelembagaan belum sesuai dengan ketentuan dari aspek
pencatatan di notaris.
Peran dari Kecamatan sangat penting untuk melakukan
mediasi dan pendampingan dalam upaya BKAD terpilih
untuk dicatatkan di notaris serta pencatatan di
Bapermas Kabupaten.

6.2 Pelatihan
Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memberikan pemahaman
substansi dan keterampilan kepada para pelaksana Kegiatan
untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam
melakukan kegiatan PISEW, disamping itu juga memperkenalkan
kegiatan PISEW, hal-hal yang disampaikan meliputi
kebijakan, pengertian, tujuan, konsep, mekanisme pelaksanaan
agar terbangun pemahaman, kepedulian, serta dukungan
terhadap kegiatan Kegiatan PISEW.
Pelatihan dilakukan melalui berbagai kegiatan formal berupa
pelatihan, workshop dan rapat koordinasi maupun bersifat
informal seperti; rapat koordinasi dan OJT (On the Job Tranning),
kegiatan pelatihan akan dilakukan secara periodik dengan tema
dan materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku
agar mampu memfasilitasi pelaksanaan Kegiatan PISEW.

6.2.1 Pelatihan Tingkat Pusat


Kegiatan pelatihan sekaligus peluncuran kegiatan
Kegiatan PISEW di pusat dilaksanakan di Jakarta, diikuti

-45-
oleh Pemerintah Provinsi, Satker PKP Provinsi/PPK
Provinsi, Tenaga Ahli Provinsi (TAPr), pada kegiatan ini
akan disampaikan konsep serta tata laksana kegiatan.

6.2.2 Pelatihan Tingkat Provinsi


Kegiatan pelatihan di provinsi diikuti oleh Tim Pelaksana
Kabupaten, Camat, Fasilitator Masyarakat (FM) dan
BKAD. Pada kegiatan ini akan disampaikan hal-hal
terkait pemahaman konsepsi dan fasilitasi perencanaan,
pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi di tingkat
kabupaten dan kecamatan, kegiatan dilanjutkan dengan
pelatihan untuk Fasilitator Masyarakat (FM).
Selain kegiatan pelatihan di awal pelaksanaan, kegiatan
pelatihan secara periodik akan dilakukan melalui
mekanisme OJT.

6.3 Perencanaan
6.3.1 Pertemuan Kecamatan I
Pertemuan Kecamatan I, merupakan kegiatan di tingkat
kecamatan yang dihadiri oleh unsur-unsur dari
Kecamatan, Pemerintahan Desa (Kepala Desa, BPD),
BKAD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan
Kelompok/Organisasi Masyarakat setempat serta anggota
masyarakat secara luas, dimana 30% peserta yang hadir
adalah perempuan.
Materi kegiatan yang dibahas dalam Pertemuan
Kecamatan I, adalah:
a. Pengenalan Kegiatan PISEW;
b. Penggalian Potensi Kawasan;
c. Penggalian Rencana Infrastruktur.

6.3.1.1 Pengenalan Kegiatan


Pengenalan Kegiatan adalah upaya
memperkenalkan dan menyebarluaskan
informasi mengenai PISEW kepada
masyarakat, sebagai penerima Kegiatan dan
pelaksana kegiatan di tingkat kecamatan dan
desa, serta kepada para pelaku dan instansi
atau lembaga pendukung Kegiatan.

-46-
Pengenalan kegiatan dilaksanakan untuk
menyebarluaskan prinsip-prinsip dan
mekanisme penyelenggaraan PISEW serta
untuk menyamakan persepsi/pandangan
dalam pelaksanaan PISEW.
Informasi yang disampaikan pada pengenalan
kegiatan adalah:
i. Ketentuan pelaksanaan kegiatan, yang
terdapat dalam Petunjuk Pelaksanaan;
ii. Jenis infrastruktur yang bisa dibangun
melalui Kegiatan ini;
iii. Makna dan isi dari dokumen Pakta
Integritas
Kegiatan pengenalan Kegiatan PISEW di
tingkat kecamatan dipersiapkan dan
dilaksanakan oleh kecamatan dengan
didampingi oleh FM dan Tim Pelaksana
Kabupaten. Pengenalan kegiatan dilaksanakan
dengan mengundang unsur Pemerintahan
Desa (Kepala Desa, BPD), Pemerintah
Kecamatan, BKAD, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat
serta anggota masyarakat secara luas didalam
lokasi kawasan PISEW.
Narasumber dalam kegiatan pengenalan
kegiatan tingkat kecamatan adalah FM, Pihak
Kecamatan dan Tim Pelaksana Kabupaten.
Pada saat pelaksanaan pengenalan kegiatan
dilakukan juga sosialisasi Pakta Integritas,
yaitu kesepakatan BKAD dalam melaksanakan
Kegiatan. Pakta Integritas ditandatangani oleh
perwakilan kecamatan, BKAD dan wakil-wakil
masyarakat.
Aparat kecamatan dan seluruh masyarakat
termasuk BKAD harus mentaati kesepakatan
dalam Pakta Integritas.
Di dalam Pakta Integritas dinyatakan bahwa

-47-
masyarakat telah memutuskan/menyepakati
untuk:
i. Menerima bantuan dana BPM PISEW dan
sanggup melaksanakan dan
menyelesaikannya sesuai dengan
Petunjuk Pelaksanaan PISEW, serta tidak
melakukan pemotongan dana BPM yang
disalurkan melalui BKAD;
ii. Sepakat untuk tidak memberi atau
menjanjikan akan memberi secara
langsung atau tidak langsung berupa
suap, hadiah, bantuan, atau bentuk
lainnya yang diketahui atau patut
diperkirakan, bahwa yang meminta, atau
yang akan diberi mempunyai hal yang
bersangkutan atau mungkin berkaitan
dengan penyalahgunaan dana BPM;
iii. Bilamana ditemukan penyalahgunaan
dana berdasarkan Hasil Pemeriksaan/
Audit Tim Pemeriksa maka BKAD harus
menyelesaikan temuan secara tuntas dan
mengoptimalkan pemanfaatan dana BPM
bagi masyarakat;
iv. Apabila di kemudian hari, pernyataan
yang dibuat ini mengakibatkan kerugian
Negara maka bersedia dituntut
penggantian kerugian negara dimaksud
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6.3.1.2 Penggalian Potensi Kawasan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi
dan sumber daya alam dilokasi kawasan
PISEW untuk dapat dikembangkan,
ditingkatkan ataupun dimanfaatkan dalam
Kegiatan PISEW. Potensi perdesaan
ditunjukkan oleh produk unggulan berupa
komoditas pertanian, perikanan, dan

-48-
sebagainya. Melalui pengembangan
infrastruktur sosial ekonomi wilayah
perdesaan yang berfokus pada komoditas,
maka penyediaan infrastrukturnya pun tidak
hanya memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat, namun turut mendukung
pengembangan komoditas. Komoditas yang
merupakan sumber daya dapat dikembangkan
dengan adanya dukungan sarana dan
prasarana tersebut sehingga mampu menjadi
stimulan peningkatan perekonomian di
perdesaan.

6.3.1.3 Penggalian Rencana Infrastruktur


Penggalian terhadap usulan rencana
pembangunan infrastruktur berdasarkan
komoditas ataupun potensi sumber daya yang
dikembangkan dengan dukungan sarana dan
prasarana tersebut, perekonomian masyarakat
perdesaan pun turut berkembang dan mampu
menggerakan sektor lainnya yang saling
mendukung serta perlu dilakukan identifikasi
terhadap potensi perdesaan yang masih
membutuhkan pengembangan dan
mengakomodasi kebutuhan terhadap
pengguna berkebutuhan khusus (aspek gender
dan disabilitas).
Salah satu kegiatan dalam proses perencanaan
pembangunan sesuai dengan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
adalah penetapan usulan kegiatan melalui
Musrenbang Kecamatan untuk tingkat
kecamatan. Sedang untuk tingkat desa, hasil
Musrenbang Desa yang berupa RPJM Desa
merupakan dokumen pembangunan resmi
berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 tentang
Desa.
Pengalian terhadap usulan kegiatan

-49-
pembangunan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan tahun sebelumnya. Pemilihan
kegiatan mengacu pada sumber-sumber
usulan kegiatan pembangunan tahun
sebelumnya. Pengambilan sumber usulan dari
hasil Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang
Desa ini dimaksudkan agar kegiatan yang
dilakukan merupakan kebutuhan skala
wilayah kecamatan, serta usulan yang
diperoleh secara partisipatif dari masyarakat.
Usulan kegiatan yang berasal dari Musrenbang
Kecamatan dan Desa masih perlu dilakukan
verifikasi dan validasi. Hal tersebut dengan
pertimbangan untuk membuka peluang
munculnya usulan-usulan yang merupakan
kebutuhan nyata dari kawasan prioritas
berdasarkan potensi dari sasaran Kegiatan
PISEW masih perlu dilakukan survei.

6.3.2 Survei Kawasan Sasaran Kegiatan PISEW


a. Survei Identifikasi Kawasan
Kegiatan ini dilakukan oleh BKAD didampingi oleh
Fasilitator Masyarakat. Proses Survei ditempuh
dengan melihat langsung rencana lokasi usulan-
usulan hasil Pertemuan Kecamatan I dengan
melakukan pemetaan serta pengumpulan data dan
informasi mengenai kondisi kawasan, kondisi
kependudukan, dan kondisi pelayanan dasar
prasarana perdesaan dalam kawasan sampai dengan
permasalahan yang dihadapi. Hasil pemetaan survei
kawasan sasaran didokumentasikan dalam bentuk:
1) Peta Batas Tapak;
2) Profil Masalah dan Potensi Sarana dan
Prasarana;
3) Profil Masalah dan Potensi Ekonomi
Masyarakat;
4) Profil Kelembagaan setempat;
5) Profil Kebutuhan infrastruktur dasar kawasan;

-50-
6) Kegiatan yang sudah dilaksanakan dan yang
masih berupa rencana; dan
7) Peta dan Profil Keluarga Miskin.
b. Survei Rencana Infrastruktur
Survei lapangan rencana infrastruktur diperlukan
untuk lebih memahami permasalahan dan kendala
dalam perencanaan, lokasi kegiatan, juga dilakukan
untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis, dengan melakukan
kegiatan antara lain:
1) Melakukan Pengamatan kondisi pelengkap/
pendukung atau faktor–faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan teknis;
2) Penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan
direncanakan (pengamatan kondisi eksisting).
3) Menentukan titik koordinat lokasi infrastruktur
rencana dan batas delineasi kawasan terlayani
infrastruktur terbangun.
Dengan menggunakan data hasil survei, selanjutnya
dilakukan analisis untuk pengambilan keputusan
didalam perencanaan suatu kegiatan. Tentunya
sangat dibutuhkan data–data yang akurat sesuai
yang diharapkan agar tidak terjadi kesalahan
ataupun gagal perencanaan.
c. Penyusunan Dokumen Profil Kawasan
Penyusunan dokumen profil kawasan dilakukan oleh
BKAD dengan pendampingan oleh FM. Dokumen ini
akan memuat semua proses yang dimulai dari
Pertemuan Kecamatan I (satu) sampai dengan proses
Survei Kawasan Sasaran PISEW (dilengkapi dengan
dokumen-dokumen pendukungnya).
Dokumen profil kawasan juga dilengkapi mengenai
usulan Pemanfaatan dan Pemeliharaan dan
merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin maupun
berkala agar infrastruktur terbangun tetap terjaga
dan berfungsi dengan maksimal.

-51-
6.3.3 Sinkronisasi Hasil Survei Kawasan Kecamatan dengan
Kabupaten
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat koordinasi
antara Tim Pelaksana Kabupaten dengan BKAD yang
difasilitasi oleh Tim Pelaksana Provinsi guna menjalin
harmonisasi dan sinergitas kegiatan PISEW dengan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dengan dilaksanakan kegiatan tersebut diharapkan
infrastruktur yang direncanakan dapat mendukung
tercapainya tujuan dari kegiatan PISEW dan rencana tata
ruang wilayah kabupaten.
6.3.4 Penyusunan Dokumen Perencanaan
Penyusunan Gambar Rencana Teknis dan RAB
Infrastruktur dilaksanakan oleh BKAD dan FM dengan
melakukan konsultasi serta asistensi kepada Tim
Pelaksana Kabupaten (instansi teknis terkait atau yang
ditunjuk). Penyusunan RAB mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Dalam hal terdapat
pekerjaan yang tidak diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
28/PRT/M/2016 dapat menggunakan analisis harga
satuan lainnya seperti: AHS-SNI, Analisa BOW, Analisa K
Bina Marga, analisa harga setempat yang telah
ditetapkan oleh kepala daerah.
a. Sistematika Penyusunan Gambar Rencana
Dokumen Gambar Rencana berupa gambar kerja
lengkap dan terdiri dari berbagai skala gambar.
Penyusunan dokumen DED melalui tahapan berikut:
1) Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi mobilisasi
personil, peninjauan lokasi kegiatan (survei
pendahuluan), penyusunan rencana kerja yang
meliputi waktu, dan lama pengukuran lokasi
dan memantapkan rencana kerja. Pada

-52-
pekerjaan persiapan ini juga dilakukan
penilaian kondisi awal, yang meliputi:
i. Melakukan pengamatan kondisi eksisting;
ii. Mengkaji beberapa fasilitas pelengkap/
pendukung atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan teknis.
2) Survei lapangan
Survei lapangan diperlukan untuk lebih
memahami permasalahan dan kendala dalam
perencanaan, di lokasi kegiatan, juga dilakukan
untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis. Jadwal dan jenis
kegiatan survei yang akan dilakukan
disesuaikan dengan kriteria dan kebutuhan
DED infrastruktur yang akan disusun.
3) Analisis dan Perencanaan
Berdasarkan data hasil survei kemudian
dilakukan analisis untuk pengambilan
keputusan perencanaan termasuk didalamnya:
i. Analisis terhadap kendala dan
permasalahan yang perlu diantisipasi;
ii. Azas manfaat infrastruktur terpilih
terhadap pengembangan kawasan secara
keseluruhan;
iii. Penciptaan keterkaitan (linkage) dalam
kawasan dan antara kawasan dengan
daerah lainnya dalam kecamatan.
b. Penyusunan Rancangan Teknis Rinci (Detail
Engineering Design/DED)
1) Menyusun Rencana Teknis Rinci (RTR) beserta
Gambar Teknisnya, meliputi:
i. Penyesuaian desain infrastruktur dengan
dengan masalah-masalah teknis yang perlu
diselesaikan; dan
ii. Dilanjutkan dengan penyusunan gambar
kerja/rencana teknis yang disusun dan

-53-
dibuat rapi dalam satu bentuk album
gambar.
2) Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan
Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi
teknis bahan bangunan dan syarat serta
ketentuan pelaksanaan yang berhubungan
dengan desain teknis.

c. Sistematika Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya
(Begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau
proyek tersebut. Membuat anggaran biaya berarti
menafsir atau memperkirakan harga suatu barang,
bangunan, satuan pekerjaan atau benda yang akan
dibuat dengan teliti dan secermat mungkin.
Anggaran biaya pada kegiatan yang sama akan
berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan
perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Secara umum pelaksanaan perhitungan anggaran
biaya dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar I.6. Pelaksanaan Perhitungan Anggaran Biaya

Tenaga Kerja Analisa Harga


Satuan Pekerjaan

Alat RAB
Harga Bahan Volume Pekerjaan

Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam


perhitungan rencana anggaran adalah:
1) Bestek
Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan
dan syarat-syarat teknis. Bestek adalah uraian

-54-
yang sejelas-jelasnya tentang pelaksanaan
bangunan yang terdiri dari:
i. Keterangan tentang proyek yang akan
dibangun;
ii. Keterangan tentang bagaimana
melaksanakan bagian proyek tersebut;
iii. Keterangan mengenai administrasi proyek.
2) Gambar Bestek
Gunanya untuk menentukan/menghitung
besarnya masing-masing volume pekerjaan.
Gambar bestek terdiri dari:
i. Gambar rencana dengan perbandingan
tertentu, biasanya digunakan skala 1:100;
ii. Gambar-gambar penjelasan dengan skala
1:5 dan 1:10 bagi konstruksi-konstruksi
yang sulit.
Dengan adanya bestek dan gambar bestek,
maka pelaksana dapat membayangkan bentuk
dan macam bangunan yang diingini oleh
Pemberi Tugas.
3) Harga Satuan Pekerjaan
Didapat dari harga satuan bahan dan harga
satuan upah berdasarkan perhitungan analisa
harga setempat.
d. Tata Cara Perhitungan RAB
Rencana Anggaran Biaya merupakan Dokumen
Perhitungan Volume Pekerjaan berdasarkan Rencana
Teknis, Harga dari berbagai macam Bahan/Material,
Alat dan Tenaga yang dibutuhkan pada suatu
Konstruksi. Melalui RAB dapat diketahui Taksiran
Biaya setiap item/sub Kegiatan.
Langkah lanjut setelah perhitungan RAB gambar
teknis adalah melakukan kajian dan perhitungan
terhadap:
1) Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam

-55-
satu kesatuan pekerjaan. Besarnya harga
pekerja tergantung dari masing-masing
keahlian yang dimiliki oleh personil tersebut
dan bervariasi pada setiap daerah. Harga
tenaga kerja dihitung per hari kerja yaitu 8 jam
per hari.
2) Harga Bahan
Ketersediaan dan harga bahan dan material
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian
pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan.
Ketersediaan dan Harga Bahan dan Material
bervariasi pada setiap daerah misalnya harga
Semen, Pasir, Batu Kali, dan sebagainya. Harga
Bahan dihitung dengan satuan per unit, buah,
atau m³ disesuaikan dengan jenis dan
ketersediaan bahan tersebut.
3) Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga Satuan Pekerjaan adalah perhitungan
analisa harga untuk satu satuan pekerjaan
(sub pekerjaan) berdasarkan Harga Bahan dan
besaran upah Tenaga Kerja setempat dan dapat
diperoleh dari satu daftar yang dinamakan
Daftar Harga Satuan Upah setempat.
Ada 3 (tiga) istilah yang harus dibedakan dalam
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yaitu: Harga Satuan Bahan, Harga Satuan
Upah dan Harga Satuan Pekerjaan. Harga
Satuan Pekerjaan dihitung berdasarkan satuan
per pekerjaan.
4) Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan adalah Rincian Besar Volume
atau Kubikasi suatu Pekerjaan. Artinya
memuat uraian dan perhitungan besaran
Volume untuk masing-masing pekerjaan sesuai
dengan Gambar Bestek dan Gambar Detail.
Untuk itu harus dikuasai tata cara membaca

-56-
Gambar Bestek berikut Gambar
Detail/Penjelasan.
5) Rencana Anggaran Biaya
Besaran total Anggaran Biaya adalah Jumlah
Hasil perkalian Volume dengan Harga Satuan
Pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum
dapat disimpulkan sebagai berikut:
RAB = Volume x Harga Satuan Pekerjaan
DED dan RAB yang sudah disusun, selanjutnya
divalidasi oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan
atau Tim Pelaksana Provinsi, selanjutnya
disetujui oleh PPK pada Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi
sebagai dasar pelaksanaan pembangunan
infrastruktur dan kontrak Perjanjian Kerja
Sama.
e. Survei Kesiapan Lokasi dan Teknis Pelaksanaan
Survei kesiapan lokasi dan teknis pelaksanaan
dilaksanakan untuk memastikan kembali kesiapan
lokasi untuk pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi
standar kelayakan teknis perencanaan dengan
kondisi lapangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya perubahan pekerjaan dilapangan dan
sebagai bahan untuk diajukan dalam proses
verifikasi perencanaan DED dan RAB di tingkat
pusat.
6.3.5 Verifikasi Perencanaan DED dan RAB tingkat Pusat
Tahapan kegiatan verifikasi perencanaan DED dan RAB
di tingkat pusat secara sampling, dimaksudkan untuk
memastikan kesiapan serta kelayakan hasil perencanaan
yang sesuai dengan spesifikasi dan syarat-syarat teknis.
Hasil verifikasi sebagai rujukan serta rekomendasi
provinsi untuk memfinalisasi perencanaan teknis yang
akan dijadikan dokumen Perjanjian Kerja Sama.

-57-
6.4 Pelaksanaan Fisik (Konstruksi)

Tahap pelaksanaan konstruksi dilaksanakan setelah proses


perencanaan selesai dan telah ada keputusan tentang
pengalokasian dana kegiatan. Proses pemilihan BKAD yang
dilaksanakan oleh PPK Provinsi.

6.4.1 Rapat Pra Pelaksanaan


Rapat Pra Pelaksanaan menjadi salah satu acuan langkah
kerja di lapangan, yang dilaksanakan di kecamatan
dengan materi sebagai berikut:
a. Spesifikasi pekerjaan menjelaskan berkaitan dengan
aspek mutu bahan,
b. Organisasi kerja; dan
c. Tata cara pelaksanaan pekerjaan dan jadwal
pelaksanaan.

6.4.2 Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama


Penandatanganan Perjanian Kerjasama berupa Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan antara BKAD dengan PPK
Provinsi.
Pengajuan Dana untuk Pekerjaan dilakukan dalam 2
(dua) Tahap, Tahap Pertama sebesar 70% dapat dicairkan
setelah penandatanganan kontrak, dan sisanya sebesar
30% dibayarkan pada saat progres pelaksanaan kegiatan
sudah mencapai 50%.
PPK Provinsi dapat melakukan penangguhan pencairan
dana untuk pencairan Tahap II jika terjadi penyimpangan
pelaksanaan kegiatan dan penyalahgunaan dana di
lapangan, sampai dengan penyelesaian permasalahan
oleh musyawarah ditingkat kecamatan dengan mediasi
Tim Pelaksana Kabupaten dan Provinsi. Apabila tidak
terselesaikan di tingkat struktural akan dilanjutkan ke
lembaga pengawasan fungsional yang berwenang
(Inspektorat Jenderal dan/atau BPKP).

-58-
6.4.3 Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi harus mematuhi langkah-
langkah yang telah disepakati dalam Rapat Pra
Pelaksanaan. Apabila kenyataan di lapangan diperlukan
perubahan rencana, maka BKAD harus melaporkan
kepada pemberi tugas.
Perubahan pekerjaan, baik berupa pemindahan lokasi,
perubahan volume, penambahan/pengurangan/
perubahan komponen konstruksi dsb, hanya dapat
dilaksanakan bila telah mendapat persetujuan tertulis
dari PPK provinsi.

6.4.4 Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi


Tujuan pemantauan adalah untuk memastikan
kesesuaian pelaksanaan kegiatan fisik agar sesuai dengan
rencana dan tujuan yang diharapkan. Dilakukan dengan
pengumpulan informasi yang terkait pekerjaan fisik,
seperti pengecekan kualitas material, pemantauan
pelaksanaan konstruksi melalui pengukuran progres
harian dan mingguan, pemantauan pemanfaatan dana,
dan pemantauan jumlah pekerja yang berpartisipasi.
Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap
permasalahan dan kesulitan yang dihadapi selama
pekerjaan konstruksi, misalnya kejadian alam seperti
cuaca, ataupun bencana alam.
Pengawasan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan oleh
Tenaga Ahli Provinsi, Asisten Tenaga Ahli Provinsi dan
FM. Dalam tahap ini merupakan tahapan yang penting,
untuk itu diharapkan masyarakat secara luas mampu
melaksanakan fungsi kontrol sebagai berikut:
a. Pengendalian Mutu
Hal-hal yang terkait dengan pengendalian mutu
adalah:
1) Penyimpanan Bahan/Material
Bahan-bahan harus disimpan sedemikian rupa
untuk menjamin perlindungan kualitas dan
bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mudah diperiksa oleh

-59-
pengawas.
2) Metode Pengangkutan Material/Campuran
Pengangkutan material harus diatur agar tidak
terjadi gangguan di antara pelaksanaan berbagai
pekerjaan. Bila perlu pengawas dapat mengenakan
pembatasan bobot pengangkutan untuk
melindungi setiap jalan dan infrastruktur yang ada
di sekitar lokasi.
3) Pemeriksaan Material
Material yang akan digunakan harus diperiksa
oleh FM dengan dukungan format pengawasan.
4) Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai untuk infrastruktur-
infrastruktur tertentu (khusus untuk infrastruktur
sanitasi dan air minum) perlu dilakukan pengujian
kualitas terhadap hasil. Adapun mekanisme
pengujian yang melibatkan instansi teknis terkait
atau dinas-dinas berwenang lainnya.
b. Pengendalian Kuantitas/Volume
Pengawasan kuantitas, dilakukan untuk mengecek
bahan-bahan yang ditempatkan, dipindahkan, atau
yang terpasang. Tenaga Ahli Provinsi bersama FM
akan memeriksa bahan-bahan berdasarkan volume
dan biaya yang direncanakan.

c. Pengendalian Waktu
Untuk mendapatkan jadwal pelaksanaan pekerjaan
yang optimal, perlu diperhitungkan mengenai
kebutuhan alat dan kebutuhan jumlah tenaga kerja.
1) Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan yang dibuat Pelaksana dicek
oleh Tenaga Ahli Provinsi sebelum pekerjaan
dimulai terhadap:
i. Kelayakan rencana target terhadap
kondisi cuaca;
ii. Metode konstruksi yang sistematis dan
benar;

-60-
iii. Pengendalian waktu berdasarkan jadwal
pelaksanaan tersebut
Jadwal pelaksanaan tersebut dijabarkan kedalam
target harian, kemudian diperiksa terhadap
pencapaian target hariannya. Apabila target harian
tidak terpenuhi maka selisih volume harus di
programkan/dicapai untuk hari berikutnya. Bila
dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan
konstruksi dapat diselesaikan sesuai jadwal.
2) Alat Berat
Jika alat berat dibutuhkan dalam pelaksanaan
konstruksi, maka kapasitas alat/kombinasi alat
harus dihitung terlebih dahulu agar penggunaan
alat berat dapat diminimalisasi ataupun efisien.
3) Tenaga Kerja dan Jumlah Jam Kerja
Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan
dengan target waktu. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga
kerja perlu ditambah atau lembur.

d. Pengendalian Biaya
Hal yang perlu di perhatikan dalam pengendalian
biaya adalah pengukuran hasil pekerjaan yang
dilakukan dengan akurat dan benar sehingga
kuantitas biaya sesuai dengan gambar rencana.

6.4.5 Pelaporan Kegiatan


Bagian lain dari pengawasan pelaksanaan adalah
pencatatan dan pendokumentasian hasil dan proses di
lapangan. Catatan dan dokumentasi ini disusun dalam
bentuk laporan yang harus dibuat secara sederhana dan
seringkas mungkin dan dilakukan secara berkala.
Hal-hal yang harus dimuat dalam laporan:
a. Laporan Harian (Pemasukan dan penggunaan
material, alat, tenaga kerja dan cuaca);
b. Buku Kas, yang mencatat semua penerimaan dan
pengeluaran dana;
c. Pengisian Buku Bimbingan (Instruksi);

-61-
d. Kemajuan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan;
e. Kesesuaian waktu pelaksanaan;
f. Foto yang menggambarkan kondisi lapangan (0%;
25%; 50%; 100%).
Secara terperinci, format pelaporan pengawasan
pelaksanaan (supervisi) konstruksi dapat dilihat pada
format lampiran III.
Selain itu, BKAD selaku penanggung jawab pelaksanaan
kegiatan wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan
kepada masyarakat yang disampaikan melalui Papan
Informasi setiap lokasi infrastruktur secara periodik
setiap dua minggu.

6.4.6 Perubahan Pelaksanaan Fisik (Konstruksi)


Pada umumnya dalam pelaksanaan kontrak pekerjaan
infrastruktur hampir selalu mengalami perubahan
kontrak, perubahan ini bisa disebabkan adanya
perpanjangan waktu (time extension), penambahan
ataupun pengurangan nilai kontrak sebagai akibat
adanya revisi desain atau penambahan lingkup kegiatan.
Faktor-faktor yang penting dalam mengajukan suatu
proses perubahan kontrak adalah alasan apa yang
menyebabkan terjadinya perubahan itu, uraian pekerjaan
apa yang akan diadakan perubahan, kemudian
bagaimana dikaji (review) terhadap usulan perubahan
tersebut. Ketiga unsur diatas merupakan suatu
keharusan yang perlu dibahas dan dikembangkan untuk
dapat dipertanggungjawabkan dalam kelayakan teknis
maupun biayanya.
Tahapan dalam melakukan perubahan perjanjian kerja
sama adalah:
a. BKAD mengajukan usulan kepada PPK Provinsi
terkait dengan perubahan kontrak. Dalam usulan ini
dijelaskan alasan terhadap perubahannya. Dalam
proses penyusunan usulan ini dibantu oleh FM;
b. Tenaga Ahli Provinsi dan Fasilitator melakukan
verifikasi terhadap usulan yang disampaikan oleh
BKAD;

-62-
c. Change orders sesuai kebutuhannya dapat dilengkapi
dengan sketsa-sketsa, justifikasi teknis, kemudian
kompensasi sebagai akibat dari perubahan tersebut
bisa berupa biaya dan tambahan waktu dan
pelaksanaan bila diperlukan;
d. Dokumentasinya dibuat atas kesepakatan serta
ditandatangani oleh BKAD maupun Konsultan
(TAPr/Asist. TAPr, dan FM) dan diserahkan kepada
PPK Provinsi untuk persetujuan, menyiapkan
rekomendasi sehubungan dengan adanya perubahan
desain;
e. PPK Provinsi melakukan pembahasan dengan
Konsultan Pengawas (TAPr/Asist. TAPr dan Fasilitator)
dan BKAD untuk selanjutnya diwujudkan dalam
bentuk justifikasi teknis, yang merupakan
pembenaran secara teknis terhadap adanya
perubahan yang terjadi yang berisi penjelasan dan
alasan-alasannya; dan
f. PPK Provinsi menyiapkan Berita Acara Pembahasan
dan Amandemen Perjanjiannya.

6.5 Pasca Konstruksi


6.5.1 Pertemuan Kecamatan II
Pertemuan kecamatan II bertujuan untuk memberikan
informasi hasil pelaksanaan kegiatan dan hasil
pengelolaan dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat
(BPM) yang dilakukan oleh BKAD kepada masyarakat desa
dalam kawasan PISEW. Pertemuan kecamatan II ini
dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi selesai 100%
atau pada saat batas waktu kontrak Perjanjian Kerja Sama
selesai.
Pertemuan kecamatan II dipimpin oleh Camat dengan
mengundang Tim Pelaksana Provinsi dan Kabupaten,
Kepala Desa, KPP, Tokoh masyarakat desa dan masyarakat
desa, Fasilitator Masyarakat, dimana 30% peserta yang
hadir adalah perempuan. Dalam pertemuan ini Pelaksana

-63-
BKAD menjelaskan secara rinci dan transparan laporan
pertanggungjawaban realisasi pengelolaan dana BPM.
Materi dalam Pertemuan Kecamatan II, adalah:
a. Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K);
b. Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai foto-foto
pelaksanaan.
Hasil pertemuan kecamatan II disampaikan kepada
kecamatan dan PPK Provinsi sebagai pencatatan arsip.
Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%),
laporan pertanggungjawaban terdiri dari Laporan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi
Kegiatan dan Biaya (RKB).
Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada
waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai
100%) maka laporan pertanggungjawaban Pelaksana harus
terdiri dari Laporan Pembuatan Realisasi Kegiatan dan
Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan
Kegiatan (BASPK), dan Pembuatan Surat Pernyataan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (Perjanjian Kerja
Sama).

6.5.1.1 . Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan


Kegiatan (LP2K)
Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan
(LP2K) adalah laporan yang ditandatangani oleh
Ketua BKAD diketahui FM untuk menyatakan
bahwa seluruh jenis kegiatan telah selesai
dilaksanakan (kondisi 100%) serta siap diperiksa
oleh Tim Penilai Hasil Pekerjaan yang ditetapkan
oleh Kasatker PKP Provinsi. Kondisi 100% dapat
dicapai setelah dilakukan pemeriksaan bersama
Tim Penilai Hasil Pekerjaan, FM, Pelaksana, KPP,
Pemerintah Kecamatan, dan Pemerintah Desa.
Pada saat LP2K ditandatangani, seluruh
administrasi baik pertanggungjawaban dana
maupun jenis administrasi lainnya harus sudah
dilengkapi dan dituntaskan, termasuk realisasi
kegiatan dan biaya (RKB). Lembar LP2K yang

-64-
sudah ditandatangani diserahkan kepada Satker
PKP Provinsi untuk mendapatkan tindak lanjut
berupa pemeriksaan di lapangan.
6.5.1.2 . Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)
BKAD harus membuat rincian realisasi kegiatan
dan biaya berikut rekapitulasinya dan disetujui
PPK Provinsi. Hal ini sebagai bentuk penjelasan
tentang apa saja yang telah dilaksanakan di
lapangan serta penggunaan dana BPM kegiatan
PISEW.
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat
sesuai dengan kondisi pada saat LP2K dibuat
pelaksanaan di lapangan. Hal-hal yang harus
dicatat meliputi harga-harga satuan, volume,
jumlah HOK terserap, besar, dan distribusi dana
dari setiap kegiatan di luar infrastruktur
seluruhnya. Catatan harus berdasar kepada
kondisi aktual di lapangan dan sesuai dengan
catatan pelaporan harian.
Pada prinsipnya pembuatan RKB merekap atau
merangkum seluruh catatan penggunaan dana
dan pelaksanaan kegiatan yang dibuat selama
pelaksanaan. Gambar-gambar yang dilampirkan
dalam dokumen penyelesaian adalah denah atau
layout, peta situasi, detail konstruksi dan lain-
lain yang juga bagian dari RKB.
Jika terjadi perubahan pada infrastruktur
terbangun, dilakukan perubahan pada gambar
dan harus dituangkan dalam berita acara revisi.
6.5.1.3 . Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian
Kegiatan (SP2K)
Surat pernyataan penyelesaian kegiatan ini
berisikan kesanggupan untuk menyelesaikan
kegiatan sampai dengan waktu yang
direncanakan, dengan sepengetahuan PPK
Provinsi.
Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemukan

-65-
adanya kekurangan dalam pelaksanaan
termasuk dalam hal administrasi maka PPK
Provinsi dapat memberikan kesempatan waktu
kepada BKAD untuk menyelesaikan kegiatan
konstruksi dan atau melakukan perbaikan
dengan batas waktu selambat–lambatnya 60
(enam puluh) hari kalender.
6.5.1.4 . Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan
Kegiatan (BASPK). Apabila sampai batas waktu
akhir tahun anggaran, ternyata kegiatan
pembangunan infrastruktur belum dapat
diselesaikan, atau dana belum disalurkan
seluruhnya, maka BKAD dan FM dengan
sepengetahuan PPK Provinsi, dan Kecamatan
membuat Berita Acara Status Pelaksanaan
Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K.
BASPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan
kegiatan yang dicapai pada saat itu.
Lampiran yang harus dibuat jika muncul BASPK,
yaitu realisasi kegiatan dan biaya hingga saat itu
maupun gambar-gambar infrastruktur terbangun
hingga saat itu. Jika pada saat BASPK masih
terdapat sisa dana yang belum terserap dari
KPPN maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik
kembali dan harus dikembalikan ke kas negara.
6.5.1.5 . Pembuatan Dokumen Penyelesaian
Dokumen penyelesaian merupakan satu buku
yang secara garis besar berisi tentang laporan
pertanggung-jawaban BKAD selaku pelaksana
termasuk rincian realisasi penggunaan biaya dan
lampiran pendukung lainnya. Dokumen dalam
lampiran pendukung adalah gambar-gambar
infrastruktur terbangun, laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan serta laporan
kemajuan fisik.
Dokumen tersebut harus sudah dapat
diselesaikan oleh BKAD bersama FM untuk

-66-
disampaikan kepada Satker PKP Provinsi
selambat-Iambatnya 1 (satu) minggu sejak
tanggal serah terima pekerjaan. Jika sampai
batas waktu tersebut dokumen penyelesaian
belum bisa dituntaskan, maka Ketua BKAD dan
FM dengan sepengetahuan PPK dari Satker PKP
Provinsi, dan Kecamatan harus membuat Berita
Acara Keterlambatan dan Kesanggupan
penyelesaiannya untuk disampaikan kepada Tim
Pelaksana Provinsi.

6.5.2 Pemeriksaan Pekerjaan dan Serah Terima Pekerjaan


6.5.2.1 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
Pemeriksaan hasil akhir pekerjaan dilakukan oleh
Tim Penilai Hasil Pekerjaan yang ditetapkan oleh
Kasatker PKP Provinsi, didampingi oleh Tim
Pelaksana Kabupaten, Fasilitator Masyarakat,
BKAD atas hasil akhir pekerjaannya.
Pemeriksaan hasil akhir pekerjaan dilaksanakan
atas permintaan BKAD kepada PPK Provinsi,
setelah Fasilitator selaku pendamping dan
pengawas lapangan memeriksa kemajuan
pekerjaan dan menyatakan pekerjaan telah selesai
100%.
Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemui ada
kekurangan pada pelaksanaan, maka PPK Provinsi
memberi waktu kepada BKAD untuk melakukan
perbaikan terlebih dahulu.
Pemeriksaan hasil akhir pekerjaan dituangkan
dalam Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan
(LKHAP).
6.5.2.2 Serah Terima Pekerjaan
Serah terima hasil pekerjaan dilakukan setelah
pembangunan infrastruktur di lapangan selesai
dilaksanakan dan infrastruktur yang dibangun
sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan
bermanfaat. Serah terima pekerjaan dari BKAD

-67-
kepada Satker PKP Provinsi melalui PPK Provinsi.
Serah terima infrastruktur terbangun yang
selanjutnya dapat diserahterimakan pemeliharaan
dan pengelolaannya kepada Pemerintah Desa,
untuk bertanggungjawab dalam:
- Memanfaatkan hasil pembangunan untuk
kepentingan masyarakat desa secara luas;
- Melakukan pengelolaan untuk kegiatan
pemeliharaan, keberlanjutan, dan
pengembangan hasil pelaksanaan
pembangunan.

6.5.3 Rencana Pemanfaatan dan Pemeliharaan


Pemanfaatan dan Pemeliharaan adalah serangkaian
kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan secara
rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana dan
sarana tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai
rencana. Penyusunan rencana kegiatan Pemanfaatan dan
Pemeliharaan dilakukan oleh BKAD bersama dengan
pemerintah desa pada lokasi infrastruktur terbangun
dengan didampingi oleh FM.
Tujuan kegiatan Pemanfaatan dan Pemeliharaan
infrastruktur terbangun adalah:
a. Tersedianya infrastruktur yang tetap berfungsi dengan
kualitas dan umur pelayanan yang sesuai dengan
rencana;
b. Pemeliharaan yang tepat waktu dan tepat sasaran,
dapat menghemat biaya pemeliharaan;
c. Tersedianya organisasi pengelola yang aktif dan
berfungsi dengan baik.
Pemanfaatan dan Pemeliharaan sejak proses perencanaan
DED dan RAB sudah dilakukan oleh Tim Pelaksana
Kegiatan BKAD dengan didampingi oleh FM.
Pada dasarnya sumber pendanaan Pemanfaatan dan
Pemeliharaan adalah warga pemanfaat infrastruktur
dengan berlandaskan gotong-royong dan kesadaran bahwa
pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan infrastruktur

-68-
adalah tugas bersama seluruh warga pemanfaat, dapat
juga bersumber dari APBDesa.
Selain bersumber dari iuran warga, pembiayaan kegiatan
Pemanfaatan dan Pemeliharaan diharapkan didukung oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Kepala
Desa mendukung bantuan pendanaan dengan
menggunakan dana yang bersumber dari APBDesa,
dituangkan dalam Peraturan Desa (disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing desa sasaran).

-69-
Gambar I.7. Mekanisme Pelaksanaan PISEW

SE DIRJEN Cipta Karya


Petunjuk Teknis Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penyaluran Bantuan Konstruksi
Verifikasi
Pemerintah
Perencanaan
DED dan RAB

Random
Pengadaan Lokasi
PENETAPAN LOKASI
Konsultan Tk Pelatihan Tk. Nasional (infrastruktur
dan SOSIALISASI
Pusat resiko tinggi)

PROVINSI
Penyiapan Dokumen
RAPAT TEKNIS Pemeriksaan
Pengadaan Sesuai lokasi dan Penandatangan Pencairan
Pembentukan Tim (penyampaian Pekerjaan dan
Konsultan kegiatan Perjanjian Kerja Dana BPM
Pelaksana Provinsi mekanisme program Serah Terima
Tk Provinsi Sama
dan pelatihan)

KABUPATEN
Sinkronisasi Kegiatan
Pembentukan Tim PISEW dengan
Pelaksana Kabupaten Pembangunan Daerah

KECAMATAN

Pertemuan Kecamatan (ke satu) Pertemuan Kecamatan (ke dua)


Identifikasi Serah Terima
(Penyampaian Mekanisme, pengesahan Survai Penyusunan Rapat Pra Laporan realisasi pelaksanaan,
Kelembagan Lokal Pekerjaan BKAD
kelembagaan, penyepakatan pembentukan Lokasi DED dan RAB Pelaksanaan penyelesaian pelaksanaan (LP2K), dan
Kecamatan kepada PPK Provinsi
tim pemelihara) administrasi serah terima

DESA
Surat kesanggupan Memanfaatkan dan Penyerahan Infrastruktur Terbangun
Pelaksanaan Konstruksi/
Memelihara Infrastruktur Terbangun dari PPK Provinsi kepada Pemerintah
Pemanfaatan BPM
Kegiatan PISEW Desa

-70-
Gambar 1.8. Mekanisme Pelaksanaan PISEW di Masyarakat

-71-
VII. PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pemantauan, pengawasan,


dan tindak lanjut yang dilakukan untuk menjamin pelaksanaan
Kegiatan PISEW dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan
konstruksi/pembangunan infrastruktur yang direncanakan selesai,
berfungsi, dan sesuai dengan prasyarat dan kemanfaatannya bagi
masyarakat.

Makna dari pengendalian adalah:


a. Memastikan prinsip, pendekatan, dan mekanisme kegiatan
berjalan efektif;
b. Menjamin berjalannya kegiatan sesuai waktu dan standar
prosedur yang ditetapkan;
c. Terwujudnya efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan indikator kinerja;
d. Pelaporan yang terstruktur; dan
e. Media pengujian kepatuhan atas sistem dan prosedur.

Untuk mendukung tercapainya makna pengendalian, pendekatan, atau


orientasi dari pengendalian mencakup:
a. Menciptakan sinergi antar pelaku kegiatan;
b. Mengontrol implementasi untuk mencapai target dan indikator
kinerja kegiatan;
c. Memastikan bahwa semua alat, sosialisasi dan materi (petunjuk
teknis) yang tersebar di pemangku kepentingan memiliki
keterkaitan dengan pencapaian tujuan kegiatan PISEW;
d. Memastikan bahwa personel memiliki kualitas dan kinerja yang
baik;
e. Mengelola jadwal kegiatan, dan menghasilkan efisiensi biaya
sesuai kebutuhan implementasi kegiatan; dan
f. Memastikan ketersediaan data update dan informasi kegiatan
yang lengkap, dan sesuai kualitas data yang diharapkan.

7.1 Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan mengamati perkembangan setiap
tahapan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi,
serta mengantisipasi permasalahan. Pengawasan akan
ditindaklanjuti dengan kegiatan atau langkah-langkah

-72-
operasional, yang perlu ditempuh berdasarkan hasil pemantauan
dan pengawasan, antara lain:
a. Koreksi atas setiap penyimpangan kegiatan;
b. Akselerasi atas setiap keterlambatan; dan
c. Klarifikasi ketidak-jelasan dan sebagainya untuk
memperbaiki kualitas pelaksanaan konstruksi.

Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan Kegiatan PISEW,


sistem pemantauan dan pengawasan akan dilakukan dengan
mekanisme berikut:

a. Pemantauan dan Pemeriksaan oleh Pemerintah


Pemantauan dilaksanakan oleh pihak pemerintah selaku
pengelola kegiatan, dengan pemantauan berjenjang kepada
seluruh aparatur terkait pelaksanaan kegiatan, dan pihak
konsultan selaku fasilitator yang akan berkoordinasi dengan
aparat terkait melakukan pemantauan secara berjenjang.

b. Pemantauan dan Pengawasan oleh Konsultan dan Fasilitator


Pemantauan dan pengawasan oleh konsultan dilakukan
secara berjenjang dari tingkat nasional, provinsi, hingga ke
desa tempat lokasi pembangunan dilakukan. Kegiatan ini
dilakukan secara rutin dengan memanfaatkan sistem
informasi pengelolaan kegiatan PISEW dan kunjungan ke
lokasi kegiatan PISEW. Pengawasan melekat juga dilakukan
oleh fasilitator dalam setiap tahapan pengelolaan kegiatan,
dengan maksud agar perbaikan dan penyesuaian
pelaksanaan kegiatan segera dilakukan.

c. Audit Pemanfaatan Dana


Pada akhir tahun pelaksanaan kegiatan, Kepala Satuan
Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) harus
mempertanggung-jawabkan pelaksanaan kegiatan yang
sumber dananya berasal dari APBN yang pengelolaan
uangnya tercantum pada DIPA instansi terkait. Kepala
Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran harus membuat
laporan berdasarkan sistem SAI (Sistem Akuntasi Instansi).
Laporan SAI terdiri dari bukti penerimaan dan pengeluaran
yang berlangsung selama satu tahun, yaitu tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember tahun anggaran berjalan.

-73-
Kepala Satuan Kerja/Kuasa Penggunan Anggaran wajib
menginvetarisasi semua dokumen SP2D yang terkait dengan
DIPA tersebut diatas.
Laporan SAI ini merupakan laporan yang akan diperiksa
(diaudit) oleh badan/instansi yang ditunjuk.

7.2 Evaluasi
Evaluasi Kegiatan bertujuan untuk menilai kinerja pelaksanaan,
manfaat, dampak, dan keberlanjutan kegiatan yang
dilaksanakan dalam kerangka Kegiatan PISEW terhadap tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan
secara rutin dan berkala oleh pelaksana kegiatan dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten, hingga Kecamatan. Kegiatan evaluasi
disusun secara sistematis, objektif, dan transparan. Kegiatan
evaluasi dilakukan berdasarkan laporan, hasil pengawasan, dan
pengaduan dari berbagai pihak.

Komponen dan indikator dalam evaluasi meliputi:


a. Ketepatan sasaran, dengan indikator: penentuan lokasi,
pengadaan konsultan pendamping, target sosialisasi,
pemilihan/penetapan BKAD, pengidentifikasian masalah, dan
perencanaan kegiatan;
b. Manajemen proyek, dengan indikator: kesesuaian biaya,
kuantitas, dan kualitas pekerjaan, proses, kinerja
pelaksanaan dan waktu; serta
c. Partisipasi masyarakat, dengan indikator: keterlibatan
masyarakat dalam musyawarah perencanaan kegiatan,
pelaksanaan, pengawasan, proses serah terima hasil
kegiatan, pemanfaatan, dan pemeliharaan, serta dampak dari
hasil kegiatan.

Ditinjau dari cakupan wilayahnya, evaluasi kegiatan dapat


dibedakan menjadi:

7.2.1 Evaluasi di Tingkat Pusat


Evaluasi kegiatan di tingkat pusat dilakukan oleh Tim
Pelaksana Pusat dan Konsultan Teknis Pengendalian
PISEW (KTP PISEW). Pusat melakukan evaluasi
pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat dengan

-74-
mempertimbangkan masukan dari hasil monitoring/
pemantauan yang dilakukan di lapangan, ditambah hasil
konsolidasi laporan yang disampaikan oleh PPK Provinsi
dan laporan KTP PISEW.
Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi oleh
Koordinator Kegiatan adalah:
a. Penetapan Tim Pelaksana Provinsi;
b. Pelaksanaan Pelatihan, Workshop, dan Rapat
Koordinasi di tingkat Pusat dan Provinsi;
c. Konsistensi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
Petunjuk Teknis dan panduan kegiatan;
d. Pelaksanaan penyaluran dana anggaran; dan
e. Realisasi fisik dan penyerapan dana anggaran.

Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi oleh


KTP PISEW adalah:
a. Konsistensi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
Petunjuk Teknis PISEW;
b. Realisasi fisik dan keuangan;
c. Kelengkapan administrasi penyelenggaraan kegiatan;
d. Konsistensi kualitas dan kuantitas hasil pelaksanaan;
e. Peran serta masyarakat dalam seluruh tahapan
kegiatan; dan
f. Kinerja Tenaga Ahli Provinsi dan Fasilitator
Masyarakat.

7.2.2 Evaluasi di Tingkat Provinsi


Evaluasi kegiatan di tingkat provinsi dilakukan oleh Tim
Pelaksana Provinsi dan Tenaga Ahli Provinsi (TAPr). Tim
Pelaksana Provinsi melakukan evaluasi pelaksanaan
kegiatan dengan mempertimbangkan masukan dari hasil
pemantauan yang dilakukan di lapangan, ditambah hasil
konsolidasi laporan yang diberikan oleh Tenaga Ahli
Provinsi (TAPr).

Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi oleh


Tim Pelaksana Provinsi adalah:
a. Konsistensi pelaksanaan kegiatan sesuai
b. Penyelesaian dokumen perencanaan;

-75-
c. Realisasi fisik dan penyerapan dana anggaran;
d. Pelaksanaan penyebarluasan informasi
penyelenggaraan; dan
e. Kinerja Tenaga Ahli Provinsi (TAPr) yang bertugas di
wilayah kerjanya.

Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi


Konsultan di tingkat Provinsi adalah:
a. Kelengkapan administrasi penyelenggaraan kegiatan;
b. Konsistensi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
Pentunjuk Teknis dan panduan kegiatan;
c. Penyelesaian dokumen perencanaan;
d. Pengelolaan infrastruktur terbangun; dan
e. Peran serta masyarakat dalam seluruh tahapan
kegiatan.

7.2.3 Evaluasi di Tingkat Kecamatan/Kawasan Perdesaan


Evaluasi kegiatan di tingkat Kecamatan dilakukan oleh
PKP Provinsi dan Tenaga Ahli Provinsi (TAPr). Kegiatan
evaluasi pelaksanaan mempertimbangkan masukan dari
hasil monitoring/pemantauan yang dilakukan di
lapangan ditambah hasil konsolidasi laporan yang
diberikan oleh BKAD dan Fasilitator.

Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi adalah:


a. Pelaksanaan sosialisasi di tingkat kecamatan;
b. Pelaksanaan Pertemuan Kecamatan;
c. Konsistensi pelaksanaan kegiatan sesuai Petunjuk
teknis dan panduan;
d. Penyelesaian dokumen perencanaan BKAD;
e. Realisasi pembangunan infrastruktur dan penyerapan
dana anggaran; dan
f. Kinerja Fasilitator yang bertugas di wilayah kerjanya.
Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi
Fasilitator adalah kelengkapan administrasi
penyelenggaraan kegiatan.

-76-
7.3 Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan sesuai Petunjuk Teknis
7.3.1 Pelaporan
Kegiatan pelaporan dibuat berjenjang mulai dari tingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga pusat. Pelaporan
melalui perangkat lunak (software) mengikuti ketentuan
yang ditetapkan oleh Tim Pelaksana Pusat Kegiatan
Kegiatan PISEW, Direktorat Pengembangan Kawasan
Permukiman. Laporan dilakukan melalui jalur koordinasi
Tim Pelaksana dan KTP PISEW.

7.3.2 Jalur Koordinasi Tim Pelaksana Kegiatan


Mekanisme pelaporan ini dilakukan oleh aparat terkait
secara berjenjang dari kecamatan hingga pusat, yaitu:
a. Tim Pelaksana Kabupaten akan menyampaikan
laporan kepada kepala daerah serta tembusan kepada
Tim Pelaksana Provinsi yang berisikan:
i. Bagian kepala Laporan terdiri dari:
 Berisi logo sesuai dengan Instansi/SKPD ketua
tim pelaksana Kabupten;
 nama dan alamat instansi/SKPD ditulis dengan
huruf kapital secara simetris;
 kata laporan ditulis dengan huruf kapital di
bawah logo dan nama instansi;
 kata tentang diletakkan di bawah kata laporan
ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
 judul laporan ditulis dengan huruf kapital
secara simetris di bawah tentang.
ii. Bagian batang tubuh Laporan terdiri dari:
 Pendahuluan, yang memuat penjelasan umum,
maksud dan tujuan, serta ruang lingkup dan
sistematika Laporan;
 Materi Laporan, yang terdiri atas kegiatan yang
dilaksanakan,faktor yang mempengaruhi, hasil
pelaksanaan kegiatan, hambatan yang dihadapi,
dan hal lain yang perlu dilaporkan;
iii. Simpulan dan saran, sebagai bahan pertimbangan;

-77-
iv. Penutup, yang merupakan akhir Laporan memuat
harapan/permintaan arahan/ucapan terima
kasih.
b. Tim Pelaksana Provinsi menyampaikan laporan
kepada Direktur Jenderal Cipta Karya melalui Tim
Pelaksana Pusat setiap tiga bulan sekali. Laporan
tersebut berisi rekapitulasi kemajuan pelaksanaan
kegiatan, baik tahap persiapan dan perencanaan,
pembangunan prasarana, maupun pembinaan, dan
koordinasi terhadap realisasi kemajuan kegiatan
seluruh kabupaten.
c. PPK Pusat menyampaikan laporan setiap tiga bulan
kepada Tim Pelaksana Pusat.
d. Tim Pelaksana Pusat menyampaikan laporan setiap
tiga bulan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya.

7.3.3 Jalur Koordinasi Manajemen


Pelaporan konsultan terdiri dari laporan pendahuluan,
laporan mingguan, laporan bulanan, dan laporan akhir.
Laporan mingguan akan memuat informasi proses
pelaksanaan sesuai dengan capaian pada minggu yang
bersangkutan dan berbagai permasalahan yang perlu
ditindak-lanjuti.
Mekanisme pelaporan ini dilakukan oleh Fasilitator
Masyarakat, Tenaga Ahli Provinsi (TAPr), dan KTP PISEW
secara berjenjang dari kecamatan hingga pusat, yaitu:
a. Tingkat Kecamatan
FM selaku tenaga pendamping di kecamatan,
membuat laporan kemajuan kegiatan dari
pendampingan dan pengamatan terhadap
pelaksanaan persiapan dan perencanaan di tingkat
kecamatan. FM menyampaikan laporan mingguan dan
bulanan yang merupakan konsolidasi dari laporan
mingguan kepada PPK Provinsi dengan tembusan
kepada TPK, Pemerintah Kecamatan. Laporan bulanan
disampaikan selambat-lambatnya tanggal satu bulan
berikutnya.

-78-
FM selaku Pengawas Lapangan di kecamatan,
membuat laporan kemajuan kegiatan konstruksi dan
menyampaikan laporan mingguan dan bulanan
kepada PPK Provinsi dan TAPr dengan tembusan
kepada Tim Pelaksana Kabupaten melalui Pemerintah
Kecamatan.
b. Tingkat Provinsi
Tenaga Ahli Provinsi dan /atau Asisten TAPr
menerima laporan dari FM. selanjutnya mengolah,
menganalisis, dan menindaklanjuti laporan yang
disampaikan oleh FM. Berdasarkan hasil pengamatan
pada lokasi kegiatan, TAPr menyusun laporan
konsolidasi yang disampaikan kepada PPK Provinsi
dan KTP PISEW, dengan tembusan kepada PPK Pusat
dan Tim Pelaksana Pusat.
Laporan Bulanan disampaikan paling lambat tanggal
7 (tujuh) setiap bulan berjalan.
c. Tingkat Pusat
Konsultan Teknis Pengendalian PISEW menerima,
mengolah, menganalisis, dan menindak lanjuti
laporan yang disampaikan oleh TAPr. Selanjutnya KTP
PISEW menyusun dan memberikan laporan kepada
PPK Pusat dengan tembusan kepada Tim Pelaksana
Pusat, disampaikan paling lambat tanggal 12 setiap
bulan berjalan.
7.4 Penanganan Pengaduan dan masalah
7.4.1 Penanganan Pengaduan dan Masalah Masyarakat
Persoalan bisa muncul pada berbagai tingkat
pelaksanaan di masyarakat, kabupaten, provinsi, bahkan
di tingkat pusat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya
pertanyaan, keluhan, atau tuntutan yang lebih serius dari
masyarakat. Banyaknya keluhan bukan berarti kinerja
Kegiatan buruk, tapi bisa berarti bahwa masyarakat
menjadi lebih berdaya dan lebih sadar, peduli, dan secara
aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Hal
terpenting adalah pengaduan ditangani dengan benar dan
segera diselesaikan.

-79-
Pengaduan masyarakat merupakan bentuk dari
pengawasan masyarakat yang diwakili oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat
(Ormas), Lembaga Keagamaan, Perguruan Tinggi, Warga
Masyarakat, dan/atau Media Massa.
a. Dimana dan Bagaimana Menangani Pengaduan
Pada Kegiatan PISEW, pengaduan dapat disampaikan
melalui (sesuai dengan fasilitas yang sudah tersedia
pada tiap tingkat):
1) Unit Pengaduan Masyarakat yang berada di
kabupaten atau provinsi;
2) Kotak pengaduan Kegiatan PISEW yang
ditempatkan di Kantor Kepala Desa, Kantor
Kecamatan, Kantor Dinas PU/Bappeda Provinsi,
dan Kabupaten;
3) Fax. (Pusat, Provinsi, Kabupaten), website, alamat
e-mail; dan
4) Surat yang dikirim langsung ke Fasilitator
Masyarakat, ke konsultan, atau ke pemerintah
terkait yang berwenang.
b. Klasifikasi Pengaduan dan Masalah
Seluruh pengaduan harus dicatat sesuai macamnya,
dan segera ditangani.
Untuk memudahkan pencatatan dan penanganannya,
pengaduan dikelompokkan berdasarkan jenis masalah
yang terjadi, yaitu:
1) Pengaduan yang berkaitan dengan penyimpangan
prinsip dan prosedur Kegiatan;
2) Pengaduan yang berkaitan dengan penyimpangan,
penyalahgunaan, atau penyelewengan dana;
3) Pengaduan yang berkaitan dengan tindakan
intervensi yang mengarah pada hal negatif dan
merugikan masyarakat maupun kepentingan
Kegiatan;
4) Pengaduan yang berkaitan dengan kejadian yang
mengarah pada kondisi Force Majeur (suatu

-80-
keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia,
seperti; akibat bencana alam, kerusuhan masal);
5) Pertanyaan, kritik, dan saran dari masyarakat
terhadap Kegiatan. Selain sebagai masukan untuk
Kegiatan, juga untuk mengukur keberhasilan dan
tingkat sosialisasi dan kesadaran masyarakat
terhadap Kegiatan PISEW.
Hal-hal yang diadukan seringkali tidak hanya terdiri
dari satu kategori permasalahan saja, tetapi
mencakup beberapa kategori permasalahan. Untuk itu
dalam mengkategorikan pengaduan, perlu dilihat
aspek apa yang paling menonjol yang menjadi inti
permasalahan.
7.4.2 Prinsip Penanganan Pengaduan dan Masalah
Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang digunakan dalam
menangani pengaduan atau masalah:
a. Rahasia: Identitas pelapor harus dirahasiakan kecuali
yang bersangkutan menghendaki sebaliknya. Hal ini
dimaksudkan untuk melindungi hak pelapor.
b. Transparan: Penanganan masalah harus mengacu
pada asas DOUM (Dari, Oleh, Untuk Masyarakat).
Artinya masyarakat didampingi oleh FM harus
diberitahu dan dilibatkan dalam proses penanganan
pengaduan/masalah. Kemajuan penanganan masalah
harus disampaikan kepada seluruh masyarakat, baik
melalui forum musyawarah maupun melalui papan
informasi dan media lain yang memungkinkan, sesuai
kondisi setempat. Masyarakat dimotivasi untuk
berperan aktif dan mengontrol proses penanganan
pengaduan/masalah yang terjadi. Tugas FM, TAPr,
dan KTP PISEW adalah mendorong dan mengadvokasi
serta memastikan bahwa masyarakat pro-aktif dalam
proses penanganan masalah.

c. Proporsional: Penanganan pengaduan harus sesuai


dengan cakupan kasus/masalah yang terjadi. Jika
kasusnya berkaitan dengan penyimpangan prinsip
dan prosedur, maka fokus penanganan harus

-81-
mengenai prinsip dan prosedur tersebut. Jika
permasalahan berkaitan dengan penyimpangan dana,
maka masalah/kasus yang ditangani harus keduanya,
baik penyimpangan prinsip dan prosedur maupun
penyimpangan dana. Kemungkinan penanganan
kasus ini akan melibatkan unit pemeriksa yang
mempunyai kewenangan dan telah ditunjuk oleh
pemerintah.

d. Akuntabilitas: Pertanyaan, Kritik dan Saran dari


masyarakat terhadap Kegiatan, selain sebagai untuk
menyesuaikan kebijaksanaan dan pelaksanaan
Kegiatan, juga untuk mengukur tingkat kesadaran
masyarakat terhadap Kegiatan Proses kegiatan
pengelolaan pengaduan dan masalah serta tindak
lanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan pada
masyarakat sesuai ketentuan atau prosedur yang
berlaku.

e. Obyektif: Artinya, pengaduan yang muncul harus


selalu diuji kebenarannya melalui mekanisme uji
silang sesuai data sebenarnya. Penanganan dilakukan
melainkan berdasarkan pemihakan pada prosedur
yang semestinya.

7.4.3 Media/Saluran Pengaduan dan Masalah


a. Media Pengaduan
Pengaduan dapat dilakukan oleh semua unsur
masyarakat seperti warga, tokoh masyarakat,
kelompok masyarakat, LSM, organisasi
kemasyarakatan, organisasi sosial politik, aparat
pemerintah, konsultan, wartawan, dan sebagainya.
Pengaduan dan permasalahan terkait pelaksanaan
Kegiatan PISEW dapat dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung, melalui dua
saluran pengaduan berikut:
1) Saluran yang disediakan oleh Kegiatan melalui
fasilitator, konsultan, SMS, faximail, dan
sebagainya;

-82-
2) Saluran yang disediakan oleh Tim Pelaksana
(Pusat, Provinsi dan Kabupaten).

Pengaduan secara langsung dapat disampaikan


kepada pendamping, konsultan, dan unsur pelaksana
lainnya di lapangan, atau melalui berbagai forum
tatap muka dengan Tim Pelaksana Pusat dan Tim
Pelaksana Provinsi, Tim Pelaksana Kabupaten, dan
Kecamatan, dan/atau Konsultan (Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan).
Sedangkan pengaduan tidak langsung dapat
dilakukan melalui:
1) Buku/formulir pengaduan;
2) Telepon;
3) Website;
4) Kotak pengaduan, SMS, internet (e-mail), pos
(termasuk alamat kotak pos);
5) Tim Pelaksana Kegiatan PISEW, konsultan, pelaku
Kegiatan, LSM, DPRD, perguruan tinggi, lembaga
penelitian, dan organisasi kemasyarakatan
lainnya;
6) Berita media massa.
Sedang temuan yang berasal dari hasil
pemeriksaan/temuan aparat pengawas seperti Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Badan Pengawas Daerah (Bawasda), dan lain
sebagainya, dikelola sesuai peraturan perundangan.
b. Pengelolaan Pengaduan dan Masalah
Langkah yang harus dilakukan setelah pengaduan
atau masalah diterima adalah:
1) Menguji kebenaran dan menginvestigasi
permasalahan yang ada; meliputi (namun tidak
terbatas pada) pengumpulan bukti-bukti dan
dokumentasi terkait dengan pengaduan (laporan,
data, dan sebagainya);
2) Pendokumentasian pengaduan atau masalah yang
diterima melalui pencatatan dalam buku arsip (log
book) sebagai dokumentasi awal;

-83-
3) Pengelompokan dan Distribusi Pengaduan yang
telah didokumentasikan, berdasarkan:
i. Tingkat/jenjang subyek yang diadukan
untuk menentukan pelaku awal
penanganan;
ii. Isu pengaduan untuk menentukan kategori
masalah;
iii. Status pengaduan, antara lain termasuk
kasus lama, kasus lanjutan, dampak ikutan
dari masalah yang ada, atau informasi
tambahan tentang masalah yang sudah ada.
Jika ditemui kasus-kasus yang dipandang akan
berdampak lebih luas dari keberadaan kasus
tersebut, maka tembusan laporan dikirim
langsung kepada konsultan yang bertanggung
jawab atas penanganan masalah di
provinsi/wilayah.
Untuk mempercepat proses penanganan,
pengaduan atau masalah pada tahap ini harus
didokumentasikan ke dalam sistem pengelolaan
data dan informasi Kegiatan PISEW.
Pendokumentasian ke dalam sistem pengelolaan
dan informasi akan menjadi bahan evaluasi dan
analisa penyempurnaan desain kegiatan lebih
lanjut.
4) Uji Silang dan Analisis
Berdasarkan pengelompokan tersebut, dilakukan
pendistribusian masalah ke jenjang satu tingkat
diatas jenjang subyek yang diadukan untuk
dilakukan klarifikasi, uji silang, dan analisis
masalah untuk menguji kebenarannya. Kasus dari
hasil pengaduan tersebut selanjutnya dilakukan
uji silang untuk mendapatkan:
i. Kepastian pokok permasalahan yang muncul;
ii. Kepastian status kasus apakah sudah
ditangani atau diselesaikan; atau dalam

-84-
proses penanganan, uji silang, atau proses
analisa, dsb.
7.4.4 Tahapan Penanganan Pengaduan dan Masalah
Tahapan penanganan pengaduan adalah sebagai berikut:
a. Registrasi dan Dokumentasi
Registrasi atau pencatatan dan dokumentasi dalam
buku arsip (logbook) dimaksudkan sebagai mekanisme
kontrol.
b. Pengelompokan dan Distribusi
Pengaduan yang telah dicatat atau diregistrasi dan
didokumentasikan, kemudian didistribusikan sesuai
jenjang kewenangan masing-masing subjek, isu, dan
status pengaduan. Jika ditemui kasus-kasus yang
dipandang akan berdampak lebih luas dari
keberadaan kasus tersebut, maka pendistribusiannya
disesuaikan dengan luasan dampak yang
diperkirakan muncul.
Secara umum, inti keluhan masyarakat
dikelompokkan menjadi tiga (3) kategori, yaitu:
1) Kategori ringan, berupa pengaduan masyarakat
yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran/ penyimpangan adminisitrasi dan
prosedur;
2) Kategori sedang, berupa pengaduan masyarakat
yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran/penyimpangan yang salah sasaran
(penerima manfaat) dalam pelaksanaan Kegiatan;
3) Kategori berat, berupa pengaduan masyarakat
yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran/penyimpangan/penyelewengan dana.
c. Uji Silang dan Analisis
Hasil uji silang merupakan masukan untuk
menganalisa permasalahan yang muncul sehingga
meningkatkan akurasi penyusunan alternatif
penanganan. Hasil dari proses ini adalah rekomendasi
tentang penanganan kasus.

-85-
d. Tindak Lanjut
Tindak turun tangan merupakan tindak lanjut yang
dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil uji silang
dan analisis, yang dilakukan secara berjenjang sesuai
wilayah kewenangan masing-masing. Beberapa
contoh tindak lanjut dalam rangka untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi alternatif
penyelesaian, diantaranya: (i) pembentukan komite ad
hoc untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, (ii)
memberi peringatan, dan (iii) sanksi kepada pihak-
pihak yang dinyatakan bersalah, dll.
e. Pemantauan dan Investigasi Lanjutan
Pemantauan dimaksudkan sebagai alat kendali
penanganan pengaduan, sehingga diketahui
perkembangan penyelesaian kasusnya.
f. Penyelesaian Permasalahan
Penyelesaian masalah mengutamakan prinsip
transparansi dan partisipasi. Artinya proses
penyelesaian harus dilakukan secara terbuka dan
melibatkan masyarakat. Aparat dan Konsultan atau
Fasilitator Masyarakat, hanya memfasilitasi proses
penyelesaian masalah tersebut.
g. Umpan Balik
Umpan balik (feedback) merupakan tanggapan
masyarakat terhadap penyelesaian kasus yang
muncul. Hal ini dapat berupa:
1) Menerima dan menganggap kasus telah selesai;
2) Menerima dengan beberapa catatan persyaratan
dan memberikan informasi tambahan;
3) Menolak tanpa alasan;
4) Menolak dengan alasan;
5) Tidak ada tanggapan sama sekali.
Hasil umpan balik ini dituangkan melalui Berita Acara
dan dilampirkan dalam laporan bulanan. Umpan balik
tersebut juga menjadi masukan bagi pelaku Kegiatan
PISEW.

-86-
Secara rinci untuk tahapan penanganan dan
penyelesaian pengaduan mengacu diagram alir pada
Gambar I-9 berikut.

Gambar I.9. Tahapan Penanganan dan Penyelesaian


Pengaduan
Pengaduan
Masyarakat

Pencatatan
Pengaduan Oleh
UPK Setempat

Pengkategorian Database
Pengaduan UPK

Identifikasi
Jenjang Subyek
Masalah

Validasi Salah Informasi Pencatatan


Pengaduan Pengaduan

Identifikasi
Masalah

Pencarian Tidak Ada Masalah


Fakta

Tidak Ada Kewenangan Analisis Ada Kewenangan


Penyelesaian
Masalah

Penerusan Pengaduan ke
Tindak Turun Tangan
Tingkat Lebih Tinggi

Penyelesaian
Tidak Selesai Masalah
Pencatatan
pengaduan
selesai

Penyampaian kepada
masyarakat

-87-
VIII. PENUTUP
Petunjuk Teknis Pelaksanaan PISEW ini merupakan arahan dan
Petunjuk pelaksanaan Kegiatan PISEW di seluruh tingkatan.
Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Teknis ini, akan diatur
kemudian.

-88-
Format I.1. Surat Kesanggupan Memanfaatkan dan Memelihara Infrastruktur
Terbangun Kegiatan PISEW

KOP SURAT PEMERINTAH DESA

SURAT KESANGGUPAN
MEMANFAATKAN DAN MEMELIHARA INFRASTRUKTUR TERBANGUNAN
KEGIATAN PISEW

Nomor : ...................................... Kepada Yth :


Sifat : ...................................... Kepala Satker PKP Provinsi
Perihal : Kesanggupan Memanfaatkan
Di
dan Memelihara Infrastruktur
Terbangun Tempat

Bersama dengan ini kami pemerintahan desa ............., Kecamatan.........,


Kabupaten.........., pada Provinsi............., menyatakan Kesanggupan
Memanfaatkan dan Memelihara Infrastruktur Terbangun Kegiatan PISEW
tahun pelaksanaan ……, dan berkomitmen untuk :
1. Berpartisipasi secara aktif dan mendorong keterlibatan masyarakat
desa secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan PISEW;
2. Mendukung dan memfasilitasi terselenggaranya musyawarah antar
desa yang diselenggarakan oleh kecamatan, untuk membentuk
kelembagaan kerjasama antar Desa, yang akan melaksanakan
Kegiatan PISEW TA. ……..;
3. Mendukung sepenuhnya pelaksanaan Kegiatan PISEW TA. …..
dengan menjalankan semua ketentuan yang telah ditetapkan dan
berlaku dalam pelaksanaan Kegiatan PISEW;
4. Akan memastikan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan untuk
kepentingan masyarakat;
5. Melakukan pengelolaan pemeliharaan/dan atau pelestarian hasil-
hasil pelaksanaan pembangunan.
Demikian pernyataan kesanggupan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya.
.........................,..........-.........-……
Kepala Desa.....................................

Nama Lengkap

-89-
Format I.2. Surat Undangan Pertemuan Kecamatan I
Kop Surat
Undangan Pertemuan Kecamatan I

………………………………………. (1)

Nomor : ………………………… (2)


Lampiran :1 (satu) berkas

Kepada Yth.
(Undangan Terlampir)
di Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya Kegiatan PISEW Tahun ……………….. (3) di
Kecamatan…………………….. (4), Kabupaten …………………….. (5) dimana
Kawasan yang menjadi sasarannya terdiri dari Desa-Desa, yaitu:
1. Desa …………………………… (6)
2. Desa …………………………… (6)
3. Desa …………………………… (6)
Maka dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu/ Sdr/i untuk menghadiri
Pertemuan Kecamatan I yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : ............................................................ (7)
Waktu : Pukul..................... s.d ....................... (8)
Tempat : ............................................................ (9)
Acara :
1. Penyampaian Mekanisme PISEW
2. Penggalian Potensi Kawasan
3. Penggalian dan Penentuan Kebutuhan Infrastruktur Rencana
4. Penyampaian Hasil Review Design
5. Pengesahan Kelembagaan BKAD
6. Penjelasan Pakta Integritas
7. Penyepakatan Pembentukan Tim Pemelihara

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/


Sdr/i kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Camat........... (10)

Tembusan disampaikan Kepada yth :


1. Tim Pelaksana Kabupaten …… (13)
2. Tim Pelaksana Provinsi …….. (14)
3. Camat ……………………………. (15)
4. Pertinggal (……………………………) (11)
NIP. ………………… (12)
-90-
Lampiran Surat

Nomor : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Perihal : Pertemuan Kecamatan I

Daftar Undangan

1. ……………….. (unsur pemerintah kecamatan)


2. ………………… (unsur pemerintahan desa)
3. ………………… (Tokoh Masyarakat)
4. ………………… (Kelompok/Organisasi Masyarakat)
5. ………………… (masyarakat luas di lingkungan kawasan)
6. ………………… (anggota BKAD)
7. Dst..

-91-
Format I.3. Daftar Hadir Pertemuan Kecamatan I
Daftar Hadir Peserta
Pertemuan Kecamatan I
Provinsi : …………………………………..
Kabupaten : …………………………………..
Kecamatan : …………………………………..
Tanggal : …………………………………..

Jenis Tanda
No Nama Alamat Organisasi/Jabatan
Kelamin Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dst.

Catatan : Daftar Hadir Peserta disesuaikan dengan Jumlah Peserta yang


Hadir

……………………………(1)

Mengetahui,

Camat....... Fasilitator Masyarakat

(……………………………………) (……………………………………)

-92-
Format 1.4. Notulensi Pertemuan Kecamatan I
Notulensi
Pertemuan Kecamatan I

Provinsi : …………………………………………….
Kabupaten : …………………………………………….
Kecamatan : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Acara :Pertemuan Kecamatan I

Pimpinan Pertemuan : …………………………………………….


Jabatan : …………………………………………….
Narasumber :
1. Nama : …………………………………………….
Jabatan : …………………………………………….
2. Nama : …………………………………………….
Jabatan : …………………………………………….
3. Dst ………………

Pembukaan acara : pkl…………….oleh pimpinan pertemuan.


Dilanjutkan penjelasan oleh nara sumber yang meliputi :

 ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
 ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
 Dst……………………………………………………………………………………
…..……………………………………………………………………………………

Sesi Tanya jawab

 Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
 Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
 Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
 Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………

-93-
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

Kesimpulan/ Kesepakatan :

Berdasarkan Pemaparan Narasumber dan Tanya Jawab, dapat


disimpulkan /disepakati:
1. ...........................................................................................................
2. ...........................................................................................................
3. ...........................................................................................................
4. dst

Acara ditutup pada pukul .................


Demikian notulensi ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

…………………………… (1)

Mengetahui: Dibuat Oleh:


Pimpinan Rapat Fasilitator Masyarakat Notulen

( …………………….. ) ( …………………….. ) ( …………………….. )

-94-
Format 1.5. Berita Acara Pertemuan Kecamatan I
Berita Acara

Pertemuan Kecamatan I

Berkaitan dengan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur


Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun ………., Kecamatan
…………………………, Kabupaten ………………………, Provinsi
…………..........., maka pada hari ini:

Hari dan Tanggal : ……………………………………………………


Jam : Pukul …………… s.d. pukul ………………
Tempat : …………………………………………………...

Telah diselenggarakan Pertemuan Kecamatan I yang dihadiri oleh


perwakilan masyarakat sebagaimana tercantum dalam undangan (Daftar
Hadir Peserta terlampir).
Materi atau Topik yang dibahas dalam Pertemuan Kecamatan I ini, serta
yang bertindak selaku unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber adalah :
A. Materi dan Topik:
1. Penyampaian Mekanisme PISEW
2. Penggalian Potensi Kawasan
3. Penggalian dan Penentuan Kebutuhan Infrastruktur Rencana
4. Penyampaian Hasil Review Design
5. Pengesahan Kelembagaan BKAD
6. Penjelasan Pakta Integritas
7. Penyepakatan Pembentukan Tim Pemelihara.

B. Unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber


1. Pemimpin Rapat : ………………………., jabatan ………………………….
2. Notulen : ………………………., jabatan …………………….…..
3. Narasumber :
1................................. jabatan ..................................
2................................. jabatan ..................................
3................................. jabatan ..................................
4................................. jabatan ..................................

Setelah dilakukan diskusi terhadap materi di atas selanjutnya seluruh


peserta menyepakati beberapa hal sebagai kesimpulan, yaitu :
1. ...............................................................................................................
2. ...............................................................................................................
3. ..............................................................................................................
4. ...............................................................................................................
5. Dst.

-95-
Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani dengan penuh
tanggung jawab untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………………………… (1)

Pemimpin Rapat Notulen

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama lengkap Nama lengkap
Mengetahui :
Camat Fasilitator Masyarakat

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Menyetujui :
Wakil dan Peserta Pertemuan Kecamatan I

Nama Alamat Tanda Tangan

1. ……………………… …………………………… 1. ………

2. ……………………… …………………………… 2. ………

3. ……………………… …………………………… 3. …………

4. ……………………… …………………………… 4. …………

5. ……………………… …………………………… 5. …………

Dst. ……………………………

-96-
Format 1.6. Berita Acara Pakta Integritas
Berita Acara
Pakta Integritas

Sesuai dengan Pertemuan Kecamatan I yang diselenggarakan di Kecamatan


............................, Kabupaten ............................., Provinsi .....................,
pada hari ..................., tanggal ......, bulan ............................. tahun
............, jam ..............., s.d. .............., tempat .......................................

Maka dengan ini masyarakat telah Memutuskan/ Menyepakati yaitu:


1. Menerima Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) kegiatan
PISEW Tahun ………. dan sanggup melaksanakan dan
menyelesaikannya sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelaksanaan PISEW
Tahun ………., serta tidak melakukan pemotongan dana BPM yang
disalurkan melalui BKAD.
2. Sepakat untuk tidak memberi atau menjanjikan akan memberi secara
langsung atau tidak langsung berupa suap, hadiah, bantuan, atau
bentuk lainnya yang diketahui atau patut diperkirakan, bahwa yang
meminta, atau yang akan diberi mempunyai hal yang bersangkutan atau
mungkin berkaitan dengan penyalahgunaan dana Bantuan Pemerintah
untuk Masyarakat (BPM).
3. Bilamana ditemukan penyalahgunaan dana berdasarkan Hasil
Pemeriksaan/Audit Tim Pemeriksa maka BKAD harus menyelesaikan
temuan secara tuntas dan mengoptimalkan manfaat BPM bagi
masyarakat.
4. Apabila di kemudian hari, pernyataan yang saya buat ini mengakibatkan
kerugian Negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerugian
negara dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Demikian Berita Acara Pakta Integritas ini dibuat dan disahkan dengan
penuh tanggung jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
.................................... (1)

Ketua
Badan Kerjasama Antar Desa
(BKAD)

Materai
6000

(………………………………………..)
Nama Jelas

-97-
Saksi-Saksi:
Camat, Kepala Desa dan Wakil Masyarakat1
Nama Jabatan Tanda Tangan
1. ……………………….. ………………………….. 1………..
2. ……………………….. ………………………….. 2. ……..
3. ……………..……….. ………….…………….. 3. ………..
Dst. ……………………….. 4. ………..

1Wakil masyarakat yang sebagai saksi-saksi tanda tangan Pakta Integritas terdiri dari: BPD, wakil-wakil
organisasi masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, perwakilan warga masyarakat pada
umumnya, dll.

-98-
Format 1.7. Hasil Ketetapan dan Pengesahan BKAD
Hasil Ketetapan Dan Pengesahan BKAD (Ketua, Sekretaris, Bendahara),
Penanggungjawab KPP
Provinsi : Acara : Ketetapan dan Pengesahan
BKAD dan KPP
Kabupaten : Tanggal :
Kecamatan :

A. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)


No. Nama Jabatan Nomor Telpon*

1. Ketua BKAD

2. Sekretaris BKAD
3. Bendahara BKAD

B. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)2


No. Infrastruktur Lokasi Penanggungjawab No. Telpon*

1.
2.

3.

D. Lokasi Sekretariat BKAD: .................................................................


E. Lokasi Pemasangan Papan Informasi:
1. ....................................................................
2.....................................................................
3. dst.
Ket.: * Nomor Telpon yang bisa dihubungi
……………………………………… (1)

Disyahkan Oleh:
Camat

(………………………………………..)
Nama Jelas

2
Setiap desa mengajukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara dari hasil kegiatan pembangunan infrastruktur
diwilayahnya masing-masing.

-99-
Format 1.8. Berita Acara Kebutuhan Lahan
Berita Acara
Kebutuhan Lahan

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan Kegiatan Pengembangan


Infrastruktur Sosial Ekonomi Perdesaan (PISEW) tahun …………….. di
Kecamatan ……………………….., Kabupaten ……………………., Provinsi
…………………………, maka pada:
Hari/ Tanggal : ……………………………………….
Jam : ……………………………………….
Tempat : ……………………………………….
Telah diselenggarakan Pertemuan Kecamatan I yang dihadiri oleh
perwakilan masyarakat sebagaimana tercantum dalam undangan (Daftar
Hadir Peserta terlampir).
Berdasarkan hasil Pertemuan Kecamatan I diidentifikasi diperlukan
adanya:
Pengadaan Lahan untuk : ………………………………………………………..
Luas Lahan : ………………………………………………………..
Lahan milik : ………………………………………………………..
Berita Acara ini tidak mengikat jika pada saat konfirmasi dan klarifikasi
terhadap pemilik lahan tidak dicapai kesepakatan atau persetujuan tanpa
imbalan ganti rugi terhadap lahan kepemilikannya untuk digunakan dalam
pembangunan infrastruktur PISEW dan apabila tercapai kesepakatan,
maka harus dibuktikan dengan adanya Surat Pernyataan Hibah dari
Pemilik Lahan yang diketahui oleh Perwakilan dari Ahli Waris.
Demikian Berita Acara ini dibuat dan untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Koordinator Notulen
BKAD

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Mengetahui :
Tim Pelaksana Kabupaten Camat

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas

-100-
Menyetujui :
Pemerintahan Desa dan Wakil Masyarakat
Nama Alamat Tanda Tangan
1. ……………………… …………………………… 1. ………
2. ……………………… …………………………… 2. ………
3. …………………….. ……………………………. 3. ………
4. …………………….. ……………………………. 4. ………
5. Dst. …………………………….

-101-
Format 1.9. Surat Pernyataan Pemilik Lahan untuk Hibah
Surat Pernyataan
Pemilik Lahan untuk Hibah

Pengadaan Lahan untuk : ………………………………………..

Luas Lahan : ………………………………………..

Lahan Milik : ………………………………………..

Dengan kebutuhan tersebut, maka Saya Pemilik Lahan dengan ini


menyatakan (bersedia/tidak bersedia) bahwa lahan kepemilikannya
untuk digunakan bagi kepentingan umum dalam rangka pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
Tahun ……...., untuk kepentingan pembangunan ……………………………..
tersebut.

Dalam rangka melengkapi persyaratan hibah tersebut, bersama ini kami


sampaikan dokumen-dokumen pendukung, seperti :

1. Kepemilikan Lahan Yang Sah Secara Hukum;


2. Hasil Diskusi dengan Warga (Berita Acara);
3. ………………………………………………………………
4. ………………………………………………………………

Demikian kami sampaikan Surat ini untuk mendukung pelaksanaan


Pembangunan ………………………………………………….………………………….

Dibuat Oleh: Mengetahui :


Pemilik Lahan Kepala Desa Camat

(………………..…………) (……………….………) (……………..…………)


Nama Jelas Nama Jelas Nama Jelas

Saksi-Saksi:
Ahli Waris LPMD Perwakilan
Masyarakat

(………………..…………) (……………….………) (……………..…………)


Nama Jelas Nama Jelas Nama Jelas

-102-
Format 1.10. Survei Lokasi dan Sinkronisasi
Berita Acara
Survei Lokasi dan Sinkronisasi Infrastruktur Rencana Kegiatan PISEW
Dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Berkaitan dengan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur


Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun ………., Kecamatan
…………………………, Kabupaten ………………………, Provinsi
…………..........., maka pada hari ini:

Hari dan Tanggal : ……………………………………………………


Jam : Pukul …………… s.d. pukul …….………
Tempat : …………………………………………………...

Telah dilaksanakan kegiatan Survei Lokasi dan Sinkronisasi Infrastruktur


Rencana PISEW dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
diikuti oleh BKAD, Tim Pelaksana Kabupaten, Fasilitator, Unsur Kecamatan
dan perwakilan masyarakat sebagaimana tercantum dalam Daftar Hadir
Kegiatan tersebut.
I. Kegiatan Survei Lokasi bertujuan sebagai berikut:
a. Pengamatan kondisi pelengkap/pendukung atau faktor–faktor
yang dapat mempengaruhi perencanaan teknis;
b. Penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan direncanakan
(pengamatan kondisi Eksisting).
II. Kegiatan sinkronisasi bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk menghindari adanya tumpang tindih rencana lokasi
pembangunan infrastruktur PISEW dengan rencana
pembangunan dari kabupaten yang sudah tertuang didalam RKPD
Kabupaten;
b. Kesepakatan dan persetujuan dari pihak kabupaten dengan
masyarakat dalam hal ini BKAD jika usulan rencana lokasi
infrastruktur PISEW berada pada lokasi yang menjadi asset
kabupaten berikut dengan segala risiko/konsekuensinya.
Unsur Koordinator Kegiatan dan Narasumber
Koordinator : ………………………. dari …………………………….
Notulis/Sekretaris : ………………………. dari ……………………………..
Narasumber :
1. ................................ dari ..................................
2. ................................ dari ...................................
3. ................................ dari ...................................
4. ................................ dari ...................................

-103-
Setelah dilakukan survei lokasi dilakukan pembahasan serta diskusi
terhadap hasil tinjauan lapangan serta sinkronisasi dengan RKPD
Kabupaten, selanjutnya seluruh peserta memutuskan dan menyepakati
beberapa hal yang ditetapkan menjadi kesimpulan/keputusan dari
Sinkronisasi Infrastruktur Rencana Kegiatan Pisew Dengan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), yaitu:
..........................................................................................................., dst.

Demikian Berita Acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung
jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
……………………………………… (1)

Ketua BKAD Notulen

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Mengetahui :
Tim Pelaksana Kabupaten Camat

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Menyetujui :
Wakil dan Peserta Survei dan Sinkronisasi
Nama Alamat Tanda Tangan

1. ……………………….. …………………………… 1. ………

2. ……………………….. …………………………… 2. ………

3. ……………………….. …………………………… 3. ……...

4. ……………………….. …………………………… 4. …………

5. Dst.

-104-
Format 1.11. Tabel Sinkronisasi dan Verifikasi
Tabel Sinkronisasi dan Verifikasi Rencana Pembangunan Infrastruktur PISEW Kecamatan – Kabupaten

Kecamatan : …………………………………..
Kabupaten : …………………………………..
Provinsi : …………………………………..
Tanggal : …………………………………..
Lokasi Kelompok Penguna Dukungan Manfaat Terhadap
Infrastruktur
No Ketersediaan Pelaku Lintas Membuka Kegiatan Keterangan
Rencana Desa Topografi Akses Jumlah Ekonomi
Lahan Ekonomi Desa Akses Sosial

Mengetahui:
Ketua BKAD Notulen Tim Pelaksana Kabupaten Camat

( ……………………………… ) ( ……………………………… ) ( ……………………………… ) ( ……………………………… )


NIP. …………………… NIP. ……………………

-105-
Format 1.12. Profil Desa Kawasan Sasaran PISEW
Profil Desa Kawasan Sasaran PISEW

1. Administrasi Desa
a. Nama Desa : …………………………………………
b. Kecamatan : …………………………………………
c. Kabupaten : …………………………………………

2. Kewilayahan/Geografi
a. Jumlah Dusun atau Rukun Warga (RW) : ……………….
b. Jumlah Dusun atau Rukun Warga (RW) Kategori Miskin: …………….
c. Luas Desa : ………………………………… Ha
d. Luas Ruang Terbuka Hijau : ………………………………… Ha
e. Luas Lahan Pertanian : ………………………………… Ha
f. Luas Permukiman : ………………………………… Ha
g. Jarak ke Ibukota Kecamatan : ………………………………… Km

3. Kependudukan/Demografi
a. Jumlah Penduduk : ………………………………… Jiwa
- Pria Dewasa : ………………………………… Jiwa
- Perempuan Dewasa : ………………………………… Jiwa
- Anak-anak : ………………………………… Jiwa
b. Jumlah KK : ………………………………… KK
c. Jumlah Warga Miskin : ………………………………… Jiwa
d. Jumlah KK Miskin : ………………………………… KK
e. Pengangguran Usia Produktif : ………………………………… Jiwa
- Pengangguran Pria : ………………………………… Jiwa
- Pengangguran Perempuan : ………………………………… Jiwa
f. Kepadatan Penduduk : ………………………………… Jiwa/Ha

4. Struktur Ekonomi Penduduk (mata pencaharian utama)


a. Sektor Jasa : ………………………………… KK
b. Pegawai (PNS/Swasta) : ………………………………… KK
c. Sektor Pertanian : ………………………………… KK
d. Sektor Perdagangan : ………………………………… KK
e. Jumlah KK Berpenghasilan dibawah UMP3: …………………. KK
f. Jumlah KK Berpenghasilan dibawah UMP : …………………………. KK

5. Data Kelembagaan Lokal


a. Jumlah Lembaga Khusus Perempuan
b. Jumlah Lembaga Kegiatan Sosial
c. Jumlah Lembaga Kegiatan Ekonomi
d. Lembaga/Organisasi Pengelola Kegiatan Berbasis Pemberdayaan

3
Disesuaikan dengan ketentuan UMP di daerah masing-masing

-106-
6. Data Umum Infrastruktur Dasar dan Permukiman Desa
Kondisi Luas
Jenis
No Lokasi Volume Satuan Layanan
Infrastruktur Baik Buruk (ha)

7. Data Kegiatan Ke-Cipta Karyaan yang Sudah dan Belum Terlaksana


Vol. Penerima Biaya Swadaya
Nama Manfaat Jml. (Rp.) (Rp.) Keterang
No Lokasi Terba
Kegiatan Pekerja an
ngun KK Jiwa x1.000 x1.000

8. Data Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)


Pendidi
Usia
No Nama Kader Alamat Tinggal L/P kan Pekerjaan
(th)
Akhir

9. Data Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) atau Lembaga Sejenis


Status
Alamat No. Nama L/ Usia Pendi
No dalam Pekerjaan
Sekretariat Rekening Anggota P (th) dikan
KPP

1. 1. ………..
2. ………..
3. ………..
4. ………..
5. ………..
dst

2. Dst.

-107-
10. Data Pengelolaan Dana Bantuan Sosial/Bantuan Pemerintah untuk
Masyarakat (PISEW / RISE / Pamsimas / PPIP / RIS / PNPM Perdesaan
/ Sejenis)
No Tahun Nomor Nilai Biaya Jenis Pekerjaan Realisasi
Anggar Kontrak Perjanjian Operasi Pembiayaan
an Perjanjian Kerja onal
Kerja Sama (Rp)
Sama

11. Data Hasil Pelaksanaan Dana Bantuan Sosial/Bantuan Pemerintah


untuk Masyarakat (PISEW / RISE / Pamsimas / PPIP / RIS / PNPM
Perdesaan / Sejenis)
Vol. Penerima Biaya Swadaya
Jenis Manfaat Jml. (Rp.) (Rp.)
No Lokasi Terbang
Infrastruktur Pekerja
un KK Jiwa x1.000 x1.000

-108-
Format 1.13. Dokumen Profil Kawasan
Dokumen Profil Kawasan

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
(berisi gambaran umum Kegiatan PISEW, konsep, tujuan dan
sasaran)
1.2 Lokasi Sasaran PISEW
(berisi mengenai identifikasi terhadap lokasi sasaran PISEW
dengan konektifitas antar desa dalam kawasan serta dilengkapi
dengan profil desa-desa dalam kawasan)
II. Gambaran Umum Kecamatan
2.1 Administratif Kecamatan
2.2 Kewilayahan/Geografi Kecamatan
2.3 Topografi Kecamatan
(kemiringan lahan, daerah pegunungan, sungai, rawa, daerah
genangan,dll) serta ketinggian dari permukaan laut.
2.4 Tataguna Lahan
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase
1 Permukiman/Kampung
2 Sawah
3 Perkebunan Sejenis
4 Perkebunan Campuran
5 Hutan Lebat
6 Hutan Belukar
7 Semak Belukar
8 Padang Rumput
9 Perairan
10 Ladang

2.5 Kependudukan/Demografi
2.5.1 Jumlah Penduduk
2.5.2 Kepadatan
2.5.3 Penduduk Miskin
2.6 Sosial Ekonomi
2.6.1 Pendidikan
2.6.2 Kesehatan
2.6.3 Pendapatan Rata-Rata per Kapita
2.6.4 Struktur Ekonomi
2.7 Kondisi Permukiman dan Perumahan
2.8 Kondisi Infrastruktur
2.8.1 Prasarana Transportasi (jalan, jembatan, tambatan perahu,
dan bangunan pelengkapnya)
2.8.2 Prasarana Air Minum dan Sanitasi
2.8.3 Prasarana Penunjang Produksi Pertanian (irigasi kecil
perdesaan dan bangunan pelengkapnya)

-109-
2.8.4 Prasarana Pendukung Pemasaran Pertanian, Peternakan,
Perikanan, Industri dan Kegiatan Pariwisata
III. Gambaran Umum Kawasan
IV. Potensi dan Permasalahan Kawasan PISEW
4.1 Potensi
4.1.1 Pertanian
4.1.2 Sumber Daya Manusia
4.1.3 Sumber Daya Alam
4.1.4 Pariwisata
4.1.5 Infrastruktur
4.1.6 Dst sesuai dengan kondisi riil kawasan
4.2 Permasalahan
4.2.1 Infrastruktur Dasar
4.2.2 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi
4.2.3 Kelembagaan Sosial Ekonomi
4.2.4 Dst sesuai dengan kondisi riil kawasan
V. Rencana Penanganan Kawasan PISEW
5.1 Analisa Terhadap Kegiatan-Kegiatan yang Telah Direncanakan
5.2 Analisa Terhadap Hasil Survei Kawasan
5.2.1 Survei Identifikasi kawasan
5.2.2 Survei Teknis/Rencana Infrastruktur
5.3 Jenis-Jenis Infrastruktur yang Akan Dibangun
5.4 Prioritas Infrastruktur yang Akan Dibangun
VI. Penutup
Lampiran
a. Dokumen pendukung proses Pertemuan Kecamatan I
b. Dokumen Pendukung Survei (Identifikasi kawasan dan Teknis)
c. Dokumen Photo-Photo Kegiatan

-110-
Format 1.14. Undangan Pertemuan Kecamatan II
Kop Surat
Undangan Pertemuan Kecamatan II

………….…………………………. (1)
Nomor : ………………………… (2)
Lampiran : ………………………… (2)

Kepada Yth.
(Undangan Terlampir)
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya Kegiatan PISEW Tahun ……………….. (3) di
Kecamatan…………………….. (4), Kabupaten …………………….. (5) dimana
Kawasan yang menjadi sasarannya terdiri dari Desa-Desa, yaitu:
1. Desa …………………………… (6)
2. Desa …………………………… (6)
3. Desa …………………………… (6)

Maka dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu/ Sdr/i untuk menghadiri
Pertemuan Kecamatan II yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : ............................................................ (7)
Waktu : Pukul..................... s.d ....................... (8)
Tempat : ............................................................ (9)
Acara :
Materi atau Topik:
1. Laporan realisasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan hasil pengelolaan
dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) oleh BKAD
kepada masyarakat lokasi kawasan PISEW;
2. Serah terima infrastruktur terbangun kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
Permukiman Provinsi.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/
Sdr/i kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
Camat........... (10)

Tembusan disampaikan Kepada yth :


1. Tim Pelaksana Kabupaten …… (13)
2. Tim Pelaksana Provinsi …….. (14)
(……………………………) (11)
3. Camat ……………………………. (15)
4. Pertinggal NIP. ……………………… (12)

-111-
Format 1.15. Daftar Hadir Pertemuan Kecamatan II
DAFTAR HADIR PESERTA
PERTEMUAN KECAMATAN II

Provinsi : …………………….. Tanggal : ………………..


Kabupaten : …………………….. Nama Fasilitator : ………………..
Kecamatan : ……………………..

Alamat Jenis Organisasi Tanda


No. Nama
Lengkap Kelamin / Jabatan Tangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

*dst

* Daftar Hadir Peserta Pertemuan Kecamatan II ini disesuaikan dengan


Jumlah Peserta yang Hadir.

Disetujui : Dibuat :
Camat Badan Kerjasama Antar Desa

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas

-112-
Format 1.16. Notulensi Pertemuan Kecamatan II
NOTULENSI PERTEMUAN KECAMATAN II

Provinsi : …………………… Tanggal : ………………..


Kabupaten : …………………… Notulis/Sekretaris : .………………..
Kecamatan : ……………………
Acara : Pertemuan Kecamatan II

Pemimpin Rapat : ……………………., dari ……………….….


Narasumber :
1. ................................ dari ...................................
2. ................................ dari ...................................
3. ................................ dari ...................................

Agenda Acara:
1. Laporan realisasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan hasil pengelolaan
dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) oleh BKAD kepada
masyarakat lokasi kawasan PISEW;
2. Serah terima infrastruktur terbangun kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi.

Acara dibuka oleh Pemimpin Rapat pada pukul ....................


Penjelasan Materi Acara diberikan oleh Narasumber, meliputi :
1. ................................................................................................
2. ................................................................................................
3. ................................................................................................
Sesi Tanya jawab

 Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
 Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
 Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

-113-
………………………………………………………………………
 Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Kesimpulan/ Kesepakatan :

Berdasarkan Pemaparan Narasumber dan Tanya Jawab, dapat


disimpulkan /disepakati:
1. ...........................................................................................................
2. ...........................................................................................................
3. ...........................................................................................................
4. dst

Acara ditutup pada pukul .................


Demikian notulensi ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

…………………………… (1)

Mengetahui: Dibuat Oleh:


Pimpinan Rapat Fasilitator Masyarakat Notulen

( ………………………. ) ( ………………………. ) ( ……………………. )

-114-
Format 1.17. Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)

Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)

Tgl ……… Bln ……… Tahun ……….

Kepada:
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PKP
Provinsi ……………………………….
Kegiatan PISEW Tahun ……………

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Nama : ……………………………………………………….
2. Alamat : ……………………………………………………….
3. Jabatan : Ketua BKAD
4. Kecamatan : ……………………………………………………….
Berdasarkan Keputusan Pertemuan Kecamatan II, Kecamatan …………………, pada
hari ……………………, tanggal …..…, bulan ………………., tahun …........

Melaporkan bahwa seluruh Jenis Kegiatan telah selesai dilaksanakan (Kondisi


100%) pada hari ……….……..……,tanggal ….…, bulan ……………………., tahun
………….., dan telah dilakukan Pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Satker PKP
Provinsi pada hari …..………., tanggal ……., bulan ………………., tahun …………...

Sebagai bahan periksa, bersama ini kami lampirkan Realisasi Kegiatan dan
Biaya (RKB), dan gambar-gambar Infrastruktur yang telah terbangun.

Diketahui Oleh: Dibuat Oleh:


Camat Ketua BKAD

( ……………………………………..) ( ……………………………………..)
Nip. ……………………………….

Tembusan:

1. Fasilitator Masyarakat;
2. Arsip

-115-
Format 1.18. Realisasi Kegiatan dan Biaya
Realisasi Kegiatan dan Biaya

Kecamatan : …………………….. Paket Pekerjaan : …………………

Kabupaten : …………………….. Pelaksana : …………………

No. Perjanjian Kerja


Provinsi : …………………….. Sama : …………………

Hari/Tanggal : …………………….. Fasilitator : …………………

Rencana Realisasi

Harga Jumlah Harga Jumlah Selisih


No Uraian Pekerjaan Keterangan
Vol. Sat. Satuan Harga Vol. Sat. Satuan Harga Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

A Pekerjaan Persiapan

……………………..

……………………..

……………………..

B Pekerjaan Tanah

……………………..

……………………..

……………………..

C Pekerjaan Pondasi

……………………..

-116-
Rencana Realisasi

Harga Jumlah Harga Jumlah Selisih


No Uraian Pekerjaan Keterangan
Vol. Sat. Satuan Harga Vol. Sat. Satuan Harga Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

……………………..

……………………..

……………………..

…………....................................

Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh*: Disetujui Oleh:

Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Tenaga Ahli Provinsi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

(……………………) (…………………………) (…………………………)

Ketua NIP.

Ket: * Dokumen sebelum ditandatangani oleh TAPr terlebih dahulu diverifikasi dan divalidasi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-117-
Format 1.19. Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan

Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan


(PERJANJIAN KERJA SAMA)

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:


I. Nama : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
Jabatan : Ketua BKAD
Kecamatan : …………………………………………………..
Berdasarkan keputusan Pertemuan Kecamatan II, Kecamatan
…………………, pada hari …………….., tanggal ………, bulan …………….….,
tahun ……………
II. Nama : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
Jabatan : PPK …………….., Satker PKP Provinsi ……………
Menyatakan bahwa pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun ………….. di Kecamatan …………… telah selesai.

Tanggal ……………… tahun …………

Dibuat Oleh:

Ketua BKAD

( ………………………………… )

Mengetahui:

Camat Tim Pelaksana Kabupaten


Kabupaten ..……………….

( ………………………………… ) ( ………………………………… )
Nip. …………………………… Nip. ……………………………

-118-
Format 1.20. Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)

Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan


(BASPK)

Pada hari ini ………………, tanggal ………, bulan ……….., tahun …………..,
bertempat di ……………, Kecamatan ……………., Kabupaten ……………., Provinsi
…………………..
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : …………………………………………….
Alamat : …………………………………………….

Jabatan : Ketua BKAD ……………………………


Menyatakan bahwa Kegiatan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun ……….. belum dapat diselesaikan, dengan status
pelaksanaan kegiatan fisik mencapai ……….% dimana penyerapan dana telah
mencapai ……………% atau Rp. …………………. (…………………rupiah).
Rincian dari kegiatan telah dilaksanakan sampai dengan ditandatanganinya
BASPK sebagaimana tercantum dalam lampiran Berita Acara ini, yaitu berupa
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) dan gambar-gambar infrastruktur terbangun
hingga ditandatanganinya Berita Acara ini.
Laporan mengenai penyelesaian pekerjaan akan kami sampaikan setelah
pekerjaan selesai, sesuai dengan kesanggupan kami untuk menyelesaikan
pekerjaan, yang tertuang dalam Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K).
Tanggal ……………… tahun …………

Dibuat Oleh:
Ketua BKAD

( ………………………………… )

Mengetahui:
Camat Tim Pelaksana Kabupaten
Kab. ………………….

( ………………………………… ) ( ………………………………… )
Nip. …………………………… Nip. ……………………………

-119-
Format 1.21. Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K)
Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan
(SP2K)

Kepada:
Pejabat Pembuat Komitmen
Satker PKP Provinsi …………………..
di ……………………….

Pada hari ini ………………, tanggal ………, bulan ……….., tahun …………..,
bertempat di ……………, Kecamatan ……………., Kabupaten ……………., Provinsi
…………………..
Kami yang bertanda tangan dibawah ini mewakili dan atas nama masyarakat desa
……………….., desa …………………., desa …………….., Kecamatan
…………………………, menyatakan bahwa Dokumen Penyelesaian yang berisi
tentang Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (Perjanjian Kerja
Sama), Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), serta Rincian Realisasi
Penggunaan Biaya dan Lampiran Pendukung lainnya belum dapat diselesaikan,
dikarenakan:

1. …………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
Penyelesaian kekurangan pekerjaan ini selambat-lambatnya pada tanggal
……………………

Bersama dengan SP2K ini, kami sampaikan kesanggupan untuk menyelesaikan


pelaksanakan konstruksi pada tanggal ………………………

Tanggal ……………… tahun …………

Dibuat Oleh:
Ketua BKAD
Materai
6000

( ………………………………… )
Mengetahui:
Camat Tim Pelaksana Kabupaten
Kab. ………………….

( ………………………………… ) ( ………………………………… )
Nip. …………………………… Nip. ……………………………

-120-
Format 1.22. Berita Acara Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan

BERITA ACARA
LEMBAR KENDALI HASIL AKHIR PEKERJAAN
Nomor : ………………………………..

Kegiatan : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)


Lokasi : Desa..., Desa...dst.........
Kecamatan.....
Kabupaten..........
Pada hari ini......, tanggal........,bulan......., tahun ………..,kami Tim Penilai Hasil
Pekerjaan PISEW Provinsi …………………… berdasarkan Surat Tugas dari Kepala
Satker PKP Provinsi ……………… Nomor : ………………… tanggal ………… bulan
…………. Tahun ……………, menyatakan bahwa:
Sesuai dengan pemeriksaan yang kami laksanakan di Kecamatan........, Kabupaten
.......,kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) PISEW
berdasarkan surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Perjanjian Kerja Sama)
Nomor : ……………….. tanggal........... Tahun ……., Amandemen
......tanggal.....dengan hasil :
1. Pekerjaan telah mencapai 100,00 % (Rincian Infrastruktur terlampir)
2. Kualitas hasil pekerjaan telah sesuai dengan rencana kerja.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Tim Penilai/Pemeriksa Hasil Pekerjaan

Nama Tanda Tangan

1. …………………………………… ( …………………………………… )

2. …………………………………… ( …………………………………… )

3. …………………………………… ( …………………………………… )

4. …………………………………… ( …………………………………… )

5. Disesuaikan dengan surat tugas ( …………………………………… )

Menyetujui :
Ketua Badan Kerjasama Hasil Akhir Pekerjaan
Kecamatan ............

(..........................................)
Ketua

-121-
Format 1.23. Lampiran Berita Acara LKHAP
Lampiran
Berita Acara Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan (LKHAP)
Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (Pisew)
Kecamatan.........Kabupaten ............ Provinsi …………..

Pada hari ini ........., tanggal ........., bulan ........., Tahun Dua ribu tujuh belas
(..............) telah dilakukan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Kecamatan.........Kabupaten........
Perjanjian Kerja Sama Nomor........................, tanggal ...............Amandemen ....
tanggal ......... Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW) Provinsi Jawa Tengah, di lingkungan Satuan Kerja Pengembangan
Kawasan Permukiman Provinsi ....................., dengan hasil sebagai berikut:

No Jenis Pekerjaan Vol. Sat. No Jenis Pekerjaan Vol. Sat. Keterangan


sesuai Perjanjian sesuai Realisasi
Kerja Sama

Tim Penilai/Pemeriksa Hasil Pekerjaan

Nama Tanda Tangan

1. …………………………………… ( …………………………………… )

2. …………………………………… ( …………………………………… )

3. …………………………………… ( …………………………………… )

4. …………………………………… ( …………………………………… )

5. Disesuaikan dengan surat tugas ( …………………………………… )

Menyetujui :
Ketua Badan Kerjasama Hasil Akhir Pekerjaan
Kecamatan ............

(..........................................)
Ketua

-122-
Format 1.24. Lampiran Berita Acara LKHAP
Lampiran Catatan Hasil Pemeriksaan Hasil Akhir Pekerjaan
Nomor: .......................................................

Kegiatan : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)


Pekerjaan : ………………………………..
No. Perjanjian Kerja Sama : ………………………………..
Amandemen : ………………………………..
Lokasi : Desa ………………..,
Desa ………………..,
Desa ………………..,
Kecamatan …………………………….,
Kabupaten …………………………….,
TA. : …………………
No Catatan Hasil Pemeriksaan

Tim Penilai/Pemeriksa Hasil Pekerjaan

Nama Tanda Tangan

1. …………………………………… ( …………………………………… )

2. …………………………………… ( …………………………………… )

3. …………………………………… ( …………………………………… )

4. …………………………………… ( …………………………………… )

5. Disesuaikan dengan surat tugas ( …………………………………… )

Menyetujui :

Ketua Badan Kerjasama Hasil Akhir Pekerjaan


Kecamatan ............

(..........................................)
Ketua

-123-
Format I.25. Catatan Harian Fasilitator
Catatan Harian Fasilitator Masyarakat
Nama Fasilitator :

Hari/Tanggal :

URAIAN LOKASI

Aktifitas :

Tujuan :

Sasaran :

Hasil :

Permasalahan :

Tindak Lanjut :

Diketahui Oleh: Dibuat Oleh:


Camat Fasilitator Masyarakat

(……………………………………….) (……………………………………….)
NIP. ……………………….

-124-
Format I.25. Monitoring Tahapan Pelaksanaan Tingkat Kecamatan

Monitoring Tahapan Pelaksanaan


Tingkat Kecamatan, …………………….

Tahapan Kegiatan Tanggal Dokumen


Pendukung
Persiapan Identifikasi Kelembagaan
Lokal
Perencanaan Pertemuan Kecamatan I
Sinkronisasi Kegiatan PISEW
dengan RKPD
Survei Identifikasi kawasan
Survei Rencana Infrastruktur
Penyusunan Dokumen Profil
Kawasan
Penyusunan DED
Penyusunan RAB
Pelaksanaan Pertemuan Pra Pelaksanaan
Konstruksi
Tanda Tangan Perjanjian
Kerja Sama
Pencairan Dana BPM Tahap I
(70%) ke KPPN
Pencairan Termin I (40%) dari
Bank
Pencairan Termin II (30%) dari
Bank
Pencairan Dana BPM Tahap II
(30%) ke KPPN
Pasca Pertemuan Kecamatan II
Pelaksanaan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
Serah Terima dari BKAD
kepada PPK
Serah Terima dari PPK kepada
Desa melalui Kecamatan

....................., tanggal........................20…..

Diperiksa Oleh: Diketahui Oleh: Dibuat Oleh:


Tenaga Ahli Provinsi Camat Fasilitator Masyarakat

(………………………….) (………………………….) (………………………….)


NIP. …………………

-125-
Format I.27. Monitoring Partisipasi Masyarakat

Monitoring Partisipasi Masyarakat

Wilayah Kawasan
Kegiatan Uraian
Desa 1 Desa II Desa III
Pertemuan Jumlah Undangan
Kecamatan I Jumlah Total Peserta
Jumlah Peserta Perempuan
Sinkronisasi Jumlah Total Peserta
Kegiatan PISEW Unsur Tim Pelaksana Kab.
dengan RKPD Unsur Kecamatan
Unsur BKAD
Perwakilan Masyarakat
Pertemuan Pra Jumlah Undangan
Pelaksanaan Jumlah Total Peserta
Konstruksi Jumlah Peserta Perempuan
Pertemuan Jumlah Undangan
Kecamatan II Jumlah Total Peserta
Jumlah Peserta Perempuan

....................., tanggal........................20…..

Diperiksa Oleh: Diketahui Oleh: Dibuat Oleh:


Tenaga Ahli Provinsi Camat Fasilitator Masyarakat

(………………………….) (………………………….) (………………………….)


NIP. …………………

-126-
Format I.28. Monitoring Pelaksanaan Konstruksi

Monitoring Pelaksanaan Konstruksi

Kegiatan Uraian Tanggal


Kontrak Nomor Kontrak :
Tanggal Kontrak :
Jangka Waktu Kontrak :
Tanggal SPMK :
Jenis Infrastruktur :
Pencairan Dana Tgl. Pengajuan Pencairan oleh BKAD :
Tahap I Tgl. Penerbitan SP2D :
Tgl. Masuk Rekening :
Tgl. Dimulai Pelaksanaan Konstruksi :
Pencairan Dana Tgl. Pengajuan Pencairan oleh BKAD :
Tahap II Tgl. Penerbitan SP2D :
Tgl. Masuk Rekening :
Progres Fisik (%) :
Tgl. Penyelesaian Pelaksanaan Konstruksi :

....................., tanggal........................20…..

Diperiksa Oleh: Diketahui Oleh: Dibuat Oleh:


Tenaga Ahli Provinsi Camat Fasilitator Masyarakat

(………………………….) (………………………….) (………………………….)


NIP. …………………

-127-
Format I.29. Monitoring Swadaya Masyarakat

Monitoring Swadaya Masyarakat

Jenis Swadaya Uraian Wilayah Kawasan


Desa I Desa II Desa III
Lahan Jenis Lahan
Luas Lahan (m²)
Harga Lahan/m²
Total Swadaya (Rp)
Material Jenis Material
Volume Material
Harga Material
Total Swadaya (Rp)
Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Hari Kerja
Jumlah HOK
Upah Kerja
Total Swadaya (Rp)
Lain-Lain
Jumlah per desa
Total Jumlah Swadaya

....................., tanggal........................20…..

Diperiksa Oleh: Diketahui Oleh: Dibuat Oleh:


Tenaga Ahli Provinsi Camat Fasilitator Masyarakat

(………………………….) (………………………….) (………………………….)


NIP. …………………

-128-
Format I.30. Outline Laporan Pendahuluan Fasilitator

Outline Laporan Fasilitator


(Laporan Pendahuluan)

Lokasi Kawasan dampingan:


I. Lokasi Pusat Kawasan
……………..Kecamatan…………………….Kabupaten………………….
II. Lokasi Penyangga Kawasan 1
……………..Kecamatan…………………….Kabupaten………………….
III. Lokasi Penyangga Kawasan 2
……………..Kecamatan…………………….Kabupaten………………….

I. Pelaksanaan Pendampingan Kawasan PISEW


1.1 Pendahuluan
Gambaran singkat pemahaman fasilitator terhadap kegiatan PISEW
1.2 Profil Kecamatan secara Umum
Dilengkapi gambaran umum masing-masing desa dalam kawasan
1.3 Rencana Jadwal Kegiatan Pendmapingan
- Menyusun Rencana Jadwal Kegiatan di wilayah dampingan
- Target penyelesain masing-masing tahapan kegiatan
1.4 Pendampingan Pelaksanaan
a. Status capaian kegiatan bulan berjalan
Menjelaskan capaian tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan
b. Dukungan kegiatan yang dilaksanakan oleh Fasilitator

LAMPIRAN
1. Catatan Harian Fasilitator
2. Rencana Kerja Fasilitator
3. Format Monitoring
4. Dokumentasi

Dibuat oleh:
Fasilitator Masyarakat

( ……………………………………. )

-129-
Format I.31. Outline Laporan Bulanan Fasilitator

Outline Laporan Fasilitator


(Laporan bulan ke-1 dst)

Lokasi Kawasan dampingan :

I. Lokasi Pusat Kawasan


……………..Kecamatan…………………….Kabupaten………………….
II. Lokasi Penyangga Kawasan 1
……………..Kecamatan…………………….Kabupaten………………….
III. Lokasi Penyangga Kawasan 2
……………..Kecamatan…………………….Kabupaten………………….

II. Pelaksanaan Pendampingan Kawasan PISEW


1.1 Pendahuluan
Gambaran singkat kemajuan kegiatan PISEW diwilayah dampingan
1.2 Review Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
a. Jadwal seluruh kegiatan persiapan, perencanaan, pelaksanaan
konstruksi dan pasca konstruksi di tingkat Kawasan
b. Target penyelesaian seluruh kegiatan persiapan, perencanaan,
pelaksanaan konstruksi dan pasca konstruksi di tingkat Kawasan
1.3 Pendampingan Pelaksanaan
a. Status capaian kegiatan bulan lalu
b. Progres pelaksanaan kegiatan persiapan, perencanaan,
pelaksanaan konstruksi dan pasca konstruksi di kawasan PISEW
s.d. bulan bersangkutan
(Menjelaskan capaian tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan)
c. Dukungan kegiatan yang dilaksanakan oleh Fasilitator

LAMPIRAN
1. Catatan Harian Fasilitator
2. Rencana Kerja Fasilitator
3. Format Monitoring
4. Dokumentasi

Dibuat oleh:
Fasilitator Masyarakat

( ……………………………………. )

-130-
Format I.32. Monitoring Tahapan Persiapan dan Perencanaan Tk. Provinsi

Monitoring Tahapan Persiapan dan Perencanaan


Tingkat Provinsi, …………………….
Persiapan Perencanaan
Penyusunan
No Kabupaten Kecamatan Jml. Sinkronisasi Survei Survei
Identifikasi Pertemuan Dokumen Penyusunan Penyusunan
Desa Keg. PISEW Identifikasi Rencana
Kelembagaan Kec. I Profil DED RAB
dg. RKPD kawasan Infrastruktur
Kawasan

....................., tanggal........................20…..

Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-131-
Format I.33. Monitoring Tahapan Pelaksanaan dan Pasca Konstruksi Tk. Provinsi

Monitoring Tahapan Pelaksanaan dan Pasca Konstruksi


Tingkat Provinsi, …………………….

Pencairan Dana
Tanda BPM Tahap I Pencairan Serah Serah
Pertemuan Tangan (70%) Dana Pertemuan Pemeriksaan Terima Terima
Jml.
No Kabupaten Kecamatan Pra Perjanjian Termin Termin BPM Kecamatan Hasil dari dari
Desa
Pelaksanaan Kerja I (40%) II (30%) Tahap II II Pekerjaan BKAD PPK ke
Sama dari dari (30%) ke PPK Desa
Bank Bank

....................., tanggal........................20…..

Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-132-
Format I.34. Monitoring Partisipasi Masyarakat Tk. Provinsi
Monitoring Partisipasi Masyarakat
Tingkat Provinsi, …………………….

Pertemuan Pra Pelaksanaan


Pertemuan Kecamatan I Sinkronisasi Kegiatan PISEW dg RKPD Pertemuan Kecamatan I
Jml. Konstruksi
No Kab. Kec.
Desa Jml. Peserta Total Unsur Unsur Unsur Perwakilan Jml. Peserta Total Jml. Peserta Total
Undangan Perempuan Peserta TPK Kec BKAD Masyarakat Undangan Perempuan Peserta Undangan Perempuan Peserta

....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-133-
Format I.35. Monitoring Pelaksanaan Konstruksi Tk. Provinsi

Monitoring Pelasanaan Konstruksi


Tingkat Provinsi, …………………….

Tgl. Status
No. Tgl. Pencairan Dana BPM Tahap I (70%) Pencairan Dana BPM Tahap II (30%) Konstruksi
Tgl Jenis
Jml. Perjanjian Akhir Tgl. Tgl. Mulai 100%
No Kab. Kec. Kontra Infrastrukt
Desa Kerja Kontra SPMK Tgl. Tgl. Masuk Pelaksanaan Tgl. Pengajuan Tgl. Tgl. Masuk Progres
k ur No.
Sama k Penerbitan Rekening Pencairan oleh Penerbitan Rekening Fisik (%)
SP2D
SP2D BKAD BKAD SP2D BKAD

....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-134-
Format I.36. Monitoring Swadya Masyarakat Tk. Provinsi

Monitoring Swadaya Masyarakat


Tingkat Provinsi ……………….

Lahan Material Tenaga Kerja

Harga Total
Jml. Luas Jml. Harga Jml. Jml. Jml. Total
No Kabupaten Kecamatan Jenis Harga Jenis Volume Jml. Upah Jml.
Desa Lahan Swadaya Material Swadaya Tenaga Hari Swadaya
Lahan Lahan/m² Material Material HOK Kerja Swadaya
(m²) (Rp) per (Rp) Kerja Kerja (Rp)
satuan

....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-135-
Format I.37. Laporan Manajemen Keuangan Provinsi (LMK)

LAPORAN MANAJEMEN KEUANGAN PROVINSI


Laporan Manajemen Keuangan Provinsi Periode: ……………………….. sd ……………………………. Tahun ………………
Provinsi : …………………………………………………………… Jumlah Kecamatan : ………………………………………………………………………

Jumlah Kabupaten : …………………………………………………………… Jumlah Desa : ………………………………………………………………………

No Kecamatan RAB Rekening BKAD Pencairan Dana BPM Realisasi Penggunaan Dana
Dana BPM Swadaya Total Nama No. Nama Thp. Jml. No. Tgl No. Tgl Dana BPM Swa Pencataan Kelengkap
Bank Rek. Pemili I Dana SPM SPM SP2D SP2D daya dalam an Bukti
Fisik BOP Fisik BOP k Rek. Thp. Jml. No. Tgl No. Tgl Realisasi Realisasi Jml. % BKU (Ya/Tidak)
II Dana SPM SPM SP2D SP2D s/d s/d Komulatif terh (Ya/Tidak)
Periode Periode realisasi adap
Lalu ini s/d period total
ini BPM
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)

Jumlah

....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-136-
Format I.38. Laporan Manajemen Proyek Provinsi (LMP)
LAPORAN MANAJEMEN PROYEK PROVINSI
Laporan Manajemen Proyek Provinsi Periode: ……………………….. sd ……………………………. Tahun ………………
Provinsi : …………………………………………………………… Jumlah Kecamatan : ………………………………………………………………………

Jumlah Kabupaten : …………………………………………………………… Jumlah Desa : ………………………………………………………………………

No Kecamatan Kontrak Kemajuan Pelakanaan Kontrak Data Pendukung Masalah


Pelaksanaan Pelaksanaan dan
Tindak Turun
Tangan
Nomor Tgl. Tgl. Waktu Sektor/Jenis, Volume, Sumber Dana Progres s/d Progres Progres s/d Laporan Daftar Masal Tindak
Pelaksanaan Periode lalu pada periode ini Pengguna Hadir ah Turun
periode ini an Pekerja Pelaks Tangan
Mulai Selesai Sektor/ Volu BPM Swada Total Volu % Volu % Volu % Material (HOK) anaan
Jenis me (Rp) ya (Rp) (Rp) me me me (Ada/Tdk)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)

....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………………….)

-137-
Format I.39. Papan Informasi PISEW

Jumlah Dana BPM : Rp. ………….,

- Pembangunan Infrastruktur : Rp. … … … … … … , -


- Biaya Adm dan Operasional BKAD : Rp. … … … … … … , -

Organisasi Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)


Ketua :
Bendahara :
Tenaga Kerja Jumlah Upah Total
Sekretaris :
1. Kepala
Penanggungjawab Teknis :
Tukang
2. Tukang
3. Pekerja
Total
Jenis Infrastruktur Volume Jumlah Dana
1. ……………………… PROGRES:
2. ……………………… Pencairan dana Tahap I : …… .. ……… Tgl. ………
Total
Pencairan dana Tahap II : …… .. ……… Tgl. ………
Jenis Material Volume Harga (Rp) Total (Rp)
1. Batu PHOTO - PHOTO PELAKSANAAN
2. Pasir
3. Semen
(diisi data material
yang volume besar)
Total

-138-
Format I.40. Prasasti PISEW

PRASASTI PISEW
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai, BKAD diwajibkan untuk membuat
prasasti PISEW Tahun …….. di lokasi yang mudah untuk dilihat dan
dibaca, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk Jalan, Prasasti diletakkan di titik awal jalan,
2. Untuk Tambatan Perahu, Prasasti diletakkan di daratan yang tidak
terlalu jauh dari infrastruktur yang dibangun,
3. Untuk Jembatan, Prasasti diletakkan pada ujung pinggir jembatan,
4. Untuk Saluran Irigasi, Prasasti diletakkan di titik awal saluran,
5. Untuk Air Minum, Prasasti diletakkan berdekatan dengan
infrastruktur yang dibangun,
6. Untuk Sanitasi, Prasasti diletakkan berdekatan dengan infrastruktur
yang dibangun.

Adapun bentuk Prasasti PISEW …….., dengan ketentuan sebagai berikut:

Petunjuk Pelaksanaan Teknis menjadi rujukan dalam pelaksanaan PISEW,


Demikian, atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

-139-
-140-
LAMPIRAN VI-B
Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN
KEGIATAN PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA

PETUNJUK TEKNIS PENCAIRAN DANA


BANTUAN PEMERINTAH UNTUK MASYARAKAT (BPM)

I. TUJUAN BANTUAN PEMERINTAH


Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) digunakan dalam rangka
penyediaan atau peningkatan infrastruktur dengan pendekatan
partisipasi masyarakat dalam skala kawasan perdesaan untuk
meningkatkan sosial ekonomi wilayah perdesaan. Hasil-hasil kegiatan
konstruksi nantinya akan diserahkan oleh Satker PKP provinsi selaku
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kepada Pemerintah Daerah/Desa
untuk dilakukan pemanfaatan dan pemeliharaan secara swadaya dan
berkelanjutan.

II. PEMBERI BANTUAN PEMERINTAH


Pemberi bantuan adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat melalui Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,
Direktorat Jenderal Cipta Karya.

III. PERSYARATAN PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH


BPM diberikan untuk dikelola dan dipergunakan kepada masyarakat
lokasi penerima bantuan, melalui kelembagaan masyarakat dengan
nama generik Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)1 yang telah
dicatatkan di Notaris dan tercatat di Badan Pemberdaya Masyarakat
(Bapermas) atau salah satu dinas/SKPD sebagai lembaga masyarakat
yang diakui oleh Pemerintah Daerah.

1 UU.6 tahun 2014 pasal 92 ayat 3


-1-
IV. BENTUK BANTUAN
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat/BPM dalam bentuk Uang,
sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang ditetapkan dalam
petunjuk teknis ini, diberikan melalui BKAD untuk dikelola
penggunaannya dalam pembangunan konstruksi yang direncanakan
bersama masyarakat secara partisipatif.

V. RINCIAN JUMLAH BANTUAN PEMERINTAH


Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan dana APBN, dengan mata
anggaran sebagai Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM),
dengan rincian:

1. Biaya adminisitrasi dan operasional kegiatan BKAD


Digunakan untuk biaya administrasi dan operasional kegiatan BKAD,
diantaranya: biaya pertemuan warga, pembuatan dokumen
perencanaan teknis, pembuatan laporan-laporan, perjalanan ke
provinsi dan kabupaten, pencatatan kelembagaan di notaris, atau
kebutuhan administrasi lainnya yang terkait langsung dengan
kegiatan PISEW. Besaran biaya administrasi dan operasional
dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksana
Kegiatan PISEW di tingkat provinsi;

2. Nilai pembangunan fisik/konstruksi


Besaran nilai pembangunan untuk alokasi kegiatan fisik/konstruksi,
adalah alokasi dana BPM per kecamatan/kawasan setelah dikurangi
biaya adminisitrasi dan operasional BKAD

VI. TATA KELOLA PENCAIRAN BANTUAN PEMERINTAH


Dana BPM dicairkan kepada penerima bantuan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran/KPA melalui Satker PKP Provinsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Secara ringkas dapat dijelaskan pada
gambar II.1

-2-
Gambar II.1 Tata Kelola Pencairan Bantuan

SPM Kantor Pusat


Satker PKP Provinsi
Perbendaharaan Negara
(KPA)
(KPPN)

SPP SP2D

PPK-PKP provinsi
Bank Penyalur

Pengajuan
Dokumen Pencairan Transfer Langsung ke
Rekening BKAD

Badan Kerjsama Antar Desa


Pemanfaatan
(BKAD)

Keterangan:
1. PPK membuat Surat Keputusan Penetapan Penerima BPM di wilayah
kerja masing-masing.
2. Kepala Satker PKP Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
mengesahkan Surat Keputusan yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Provinsi tentang penerima bantuan dan mekanisme
tahapan pencairannya. Atas dasar surat penetapan tersebut PPK
menandatangani dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan BKAD,
di wilayah kerja masing-masing.
3. BKAD menyusun berkas pencairan dana dan menyampaikan kepada
PPK Provinsi setelah di verifikasi oleh Tenaga Ahli Provinsi (TA.Pr).
4. PPK Provinsi menerima dokumen untuk pencairan BPM yang sudah
divalidasi kebenaran dan kelengkapannya oleh Fasilitator Masyarakat
dan diverifikasi oleh Tenaga Ahli Provinsi selanjutnya membuat Surat
Permohonan Pembayaran (SPP) untuk disampaikan kepada Satker PKP
Provinsi dan Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM).
5. Atas diterimanya SPP dan semua kelengkapan dokumen pencairan
BPM maka PP-SPM memeriksa dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) kepada KPPN setempat.
6. Atas dasar SPM yang disampaikan Pejabat Pembuat-SPM, maka KPPN
akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang berisi
perintah untuk mencairkan sejumlah dana ke Rekening Penerima
Bantuan dalam hal ini BKAD.

-3-
7. Setelah dana masuk ke Rekening BKAD, maka pelaksanaan kegiatan
dapat segera dilaksanakan dengan tahapan sebagaimana tertuang
dalam Dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS);
8. Pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan BPM dilaksanakan pada tahun
anggaran berjalan dan dalam hal terdapat sisa dana setelah melewati
tahun anggaran berjalan, maka harus dilaporkan kepada PPK Provinsi
dan disetorkan kembali ke Rekening Kas Negara oleh BKAD melalui
Bank Pemerintah atau kantor pos setempat.
9. BKAD akan mendokumentasikan bukti setor pengembalian sisa dana
bantuan, sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan untuk
kepentingan pemeriksaan dikemudian hari.

-4-
Tabel II.1. Alur Pencairan Bantuan Pemerintah
PELAKSANA KEGATAN
No KEGIATAN Benda PP- Rek.
PPK KPA BKAD KPPN
hara SPM BKAD
1 SK Penetapan Penerima
Bantuan Pemerintah (BPM)
2 Pengesahan SK Penetapan
Penerima BPM
3 SK Tahapan Pencairan Dana
BPM
4 Penyiapan dokumen berkas
Pencairan
5 Dokumen Pengajuan Pencairan
(verifikasi berkas)
6 Penandatangan Dokumen
Perjajian Kerjasama (PKS)
7 Penerbitan/Pembuatan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP)
8 Verifikasi Dokumen Surat
Permintaan Pembayaran (SPP)
9 Penerbitan Surat Perintah
Membayar (SPM)
10 Pengiriman Berkas SPM ke
Kantor Pusat Perbendaharaan
Negara (KPPN)
11 Penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D)
12 Transfer dana BPM ke rekening
penerima bantuan

VII. PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH KE MASYARAKAT


Sebagai wujud dari prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka
seluruh dokumen perencanaan, pencairan, bukti transaksi pengadaan
barang, serta dokumen hasil pelaksanaan kegiatan seperti dokumentasi
kegiatan (0%, 25%, 50% dan 100%), dokumen Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
antara BKAD dengan PPK Provinsi, disimpan rapi dan lengkap oleh
BKAD, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
kedepan. Penyaluran Bantuan pemerintah untuk Masyarakat(BPM)
dalam pelaksanaan PISEW, ini mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Mekanisme pelaksanaan anggaran BPM mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 24/PRT/M/2016;
b. Pencairan dana dilaksanakan melalui penerbitan SP2D oleh KPPN
atas dasar SPM yang diterbitkan pejabat yang ditunjuk oleh

-5-
pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
c. Dalam penerbitan SPM harus dicantumkan dasar pembayaran,
Nama Satker, Jenis pembayaran, Jenis belanja, nomor register dan
porsi pembiayaan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
nomor 190 /PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
SPM juga mencantumkan nilai, nomor dan tanggal dokumen
Perjanjian Kerjasama (termasuk adendum), serta nomor dan tanggal
BAP; dan
d. SPM disusun untuk masing-masing kecamatan/kawasan yang
menjadi lokasi kegiatan PISEW.

7.1. Persyaratan Administrasi Penerima Dana Bantuan Pemerintah


untuk Masyarakat (BPM).
Selain kelengkapan dokumen perencanaan, seperti halnya DED
dan RAB, maka terdapat beberapa kelengkapan administrasi yang
harus dilengkapi oleh BKAD, antara lain:
a. Dana BPM disalurkan kepada masyarakat melalui BKAD
dengan membuka rekening khusus untuk kegiatan PISEW, di
bank umum terdekat;
b. Rekening atas nama BKAD dan harus ditandatangani oleh 3
(tiga) orang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara;
c. Pembukaan rekening di bank tersebut tidak boleh dilengkapi
dengan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang memungkin
secara perseorangan dapat mengambil dana tersebut;
d. BKAD menyampaikan fotokopi buku rekening kepada PPK
Provinsi;
e. Masing-masing pejabat Satker PKP Provinsi yaitu Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), PPK Provinsi, Penguji SPM, Pejabat
Penandatangan SPM, dan Bendahara menyampaikan nama,
specimen tanda tangan, dan cap dinas instansi penerbit SPM
kepada KPPN setempat;
f. Dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS) yang sudah
ditandatangani oleh Ketua BKAD dan PPK Provinsi, setidaknya
harus memuat, yaitu:
-6-
1) Hak dan kewajiban kedua belah pihak;
2) Jumlah dan nilai konstruksi yang akan dihasilkan;
3) Jenis dan spesifikasi konstruksi yang akan dihasilkan;
4) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
5) Tata cara dan syarat penyaluran;
6) Pernyataan kesanggupan penerima bantuan untuk
menghasilkan konstruksi sesuai dengan jenis, spesifikasi,
dan rencana yang telah disepakati;
7) Pernyataan kesanggupan penerima bantuan untuk
menyetorkan sisa dana yang tidak digunakan ke kas
negara;
8) Sanksi; dan
9) Penyampaian laporan pertanggung jawaban (LPJ) kepada
PPK Provinsi setelah pekerjaan selesai atau akhir tahun
anggaran.

7.2. Tahap Pencairan Bantuan Pemerintah


Tahapan pencairan BPM dan persyaratan setiap tahapannya
adalah sebagai berikut:
a. Tahap PERTAMA (70%), dengan melampirkan:
1) Dokumen Perjanjian Kerja Sama dan fotokopi buku
rekening bank milik BKAD;
2) Kuitansi yang sudah ditandatangani;
3) Pakta Integritas tingkat kecamatan;
4) Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap Pertama terdiri
dari:
 Termin ke satu sebesar 40%;
 Termin ke dua sebesar 30% dilampiri dengan laporan
penggunaan dana Termin satu, Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Belanja (SPTJB) dan laporan
kemajuan fisik telah mencapai 25%, dan foto capaian
pelaksanaan
b. Tahap KEDUA (sebesar 30% dari nilai bantuan) apabila
kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan telah mencapai 50%,
dengan melampirkan:
1) Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani
oleh penerima bantuan;
2) Dokumen Laporan kemajuan penyelesaian yang memuat;
-7-
i. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)
dari BKAD;
ii. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BPM
tahap I yang telah ditandatangani oleh Fasilitator
Masyarakat dan diketahui oleh Tenaga Ahli Provinsi
(meliputi: Buku Laporan Harian pelaksanaan kegiatan,
Buku Kas Umum BKAD, fotokopi buku rekening bank,
dan bukti pengeluaran (nota-nota) untuk pencairan
tahap I); dan
iii. Berita Acara Pembayaran.
iv. Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap kedua yang
telah diverifikasi oleh Fasilitator Masyarakat;
PPK Provinsi jika dipandang perlu dalam rangka pengendalian
dengan prinsip kehati-hatian, dapat mengadakan
perjanjian/perikatan dengan Bank (dimana BKAD membuka
rekening), yang menyatakan bahwa penyaluran dana BPM hanya
dapat dilakukan setelah ada rekomendasi tertulis dari PPK
Provinsi.

7.3. Penangguhan Pencairan Bantuan Pemerintah


Atas persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran, PPK Provinsi dapat
melakukan penangguhan pencairan dana untuk tahap I dan/atau
tahap II, jika terindikasi terjadi penyimpangan pelaksanaan
kegiatan di lapangan. Pencairan tahap berikutnya dapat dilakukan
setelah permasalahan diselesaikan.

VIII. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BPM


Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) memuat informasi perkembangan
pelaksanaan/penyelesaian konstruksi, penggunaan biaya administrasi
dan operasional BKAD pembiayaan administrasi yang dilengkapi
dengan bukti-bukti transaksi.
Laporan pertanggungjawaban (LPJ), merupakan laporan pertanggung
jawaban penggunaan dana BPM, disusun dan dibuat oleh BKAD
sebagai persyaratan ketika pekerjaan telah selesai dilaksanakan. LPJ
juga menjadi bahan dalam musyawarah forum kecamatan II (dua),
serta pemeriksaaan keuangan oleh auditor.

-8-
Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) disusun dengan outline sebagai
berikut;
a. Sampul laporan;
b. Surat pengantar LPJ dari BKAD;
c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, dan dilengkapi dengan;
i. Berita Acara Pemeriksanaan Hasil Pekerjaan;

ii. Berita Acara Pembayaran;

iii. Laporan Penggunaan Dana BPM


1) Rekapitulasi keuangan (jumlah dana awal, dana yang
dipergunakan dan sisa dana), dalam hal terdapat sisa
dana, harus disertakan bukti surat setoran sisa dana ke
rekening Kas Negara;
2) Buku bank;
3) Buku Kas Umum (BKU) BKAD;
4) Bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran kas berupa
kuitansi, nota kontan, daftar hadir pekerja harian,
dan penerima insentif, dll.

iv. Laporan kemajuan pelaksanaan konstruksi yang memuat:


1) Catatan harian kegiatan;
2) Catatan harian penggunaan material/bahan;
3) Laporan kemajuan pelaksanaan bulanan;
4) Rencana dan realisasi pekerjaan;
5) Laporan pengelolaan pengaduan masyarakat;

d. Dokumentasi kemajuan fisik (0%, 25%, 50% dan100%), dengan


sudut pengambilan gambar dari posisi yang sama.

LPJ disusun oleh BKAD selaku penanggung jawab pemanfaatan


bantuan, yang diwakili oleh:

a. Ketua sebagai penanggung jawab secara kelembagaan; dan

b. Bendahara, sebagai penanggung jawab administrasi dan keuangan.

IX. KETENTUAN PERPAJAKAN


Pelaksanaan kegiatan PISEW dengan karakteristik partisipasi berupa
sarana/prasarana dalam bentuk uang sepanjang bantuan tersebut
bukan sebagai pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), maka mengacu pada UU 42 tahun
-9-
2009 pasal 4 ayat 1 huruf a, dan surat Direktur Peraturan Perpajakan
I Nomor : S.588/PJ.02/2017 pertanggal 24 Nopember 2017, maka
penyerahan bantuan kepada BKAD tidak dikenakan/dipotong Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), sedangkan penggunaan dana bantuan
dengan pihak ketiga (pemasok) akan dikenakan pajak sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.

X. SANKSI
Penyimpangan atau penyalahgunaan BPM akan dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud
penyimpangan atau penyalahgunaan BPM adalah penggunaan,
pengelolaan dan pemanfaatan BPM yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Surat Edaran ini beserta
lampirannya.
a. Yang termasuk penyimpangan atau penyalahgunaan dana bantuan
BPM dalam hal ini, antara lain:
1) BPM digunakan atau dimanfaatkan untuk kegiatan fiktif;
2) Dilakukan pemotongan BPM yang disalurkan kepada BKAD
yang tidak sesuai dengan ketentuan Surat Edaran ini;
3) Menggelapkan atau melarikan BPM;
4) Penggunaan BPM yang tidak dapat dipertanggung jawabkan;
5) Bentuk-bentuk penyalahgunaan BPM lainnya yang tidak sesuai
dengan Surat Edaran ini.
b. Sanksi penghentian sementara BPM dan Audit Khusus dikenakan,
dengan ketentuan:
1) Apabila terdapat indikasi kuat, terjadi penyimpangan atau
penyalahgunaan bantuan pemerintah, secepatnya diselesaikan
dengan menggunakan mekanisme Penanganan Pengaduan
Masyarakat (PPM) hingga dana bantuan yang disalahgunakan
dikembalikan oleh pelaku sesuai batas waktu yang ditetapkan;
2) Apabila sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, dana
bantuan tersebut belum dikembalikan, PPK Provinsi setelah
berkoordinasi dengan Satker PKP Provinsi dapat melakukan
penghentian kegiatan untuk sementara waktu di wilayah
bersangkutan;
3) Selama masa penghentian bantuan sementara, PPK Provinsi
dapat melakukan audit internal dan/atau menunjuk auditor
-10-
untuk melakukan audit khusus;
4) Apabila hasil audit internal dan/atau audit khusus,
memperkuat indikasi terjadinya penyimpangan atau
penyalahgunaan bantuan pemerintah yang disimpangkan atau
disalahgunakan belum dikembalikan oleh pelaku sesuai dengan
batas waktu yang ditetapkan, maka dikenakan sanksi bagi
pelaku dan keberlanjutan atas pelaksanaan kegiatan PISEW di
wilayah tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
5) Penghentian sementara dapat dicabut, apabila dana bantuan
yang disalahgunakan telah dikembalikan dengan tetap diberikan
sanksi bagi pelaku sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Sanksi Penghentian BPM dan Tindakan Hukum dikenakan, dengan
ketentuan:
1) Apabila berdasarkan hasil audit internal atau audit khusus
tersebut menunjukkan secara nyata adanya penyimpangan atau
penyalahgunaan dan BPM belum dikembalikan oleh pelaku
sampai batas waktu yang ditetapkan, maka PPK Provinsi dapat
mengusulkan kepada Direktur Pengembangan Kawasan
Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk
menghentikan BPM secara tetap;
2) PPK Provinsi berhak untuk melakukan tindakan hukum sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku;
3) Penghentian tetap dapat dicabut, bila dana bantuan yang
disalahgunakan telah dikembalikan dengan tetap diberikan
sanksi bagi pelaku sesuai ketentuan hukum yang berlaku;
dan/atau
4) Apabila dana bantuan yang disalah gunakan telah dikembalikan
oleh pelaku tetapi melewati Tahun Anggaran, akan
dikembalikan atau disetorkan ke kas negara, sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.

-11-
Format II.1. Surat Keputusan Penerima Bantuan Pemerintah

KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


SATUAN KERJA .................................................................................
NOMOR :..................................................../20.....

TENTANG

PENERIMA DANA BANTUAN PEMERINTAH KE MASYARAKAT (BPM)


KEGIATAN PISEW TAHUN ANGGARAN ......

MENIMBANG :
1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 24/PRT/M/2016
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di
Direktorat Jenderal Cipta Karya, perlu menetapkan Keputusan Pejabat
Pembuat Komitmen tentang penerima bantuan;
2. Bahwa nama-nama penerima bantuan yang tercantum dalam lampiran
Keputusan ini telah memenuhi kriteria dan persyaratan menjadi
penerima Dana Bantuan Pemerintah BPM, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya;
3. Bahwa berdasarkan surat Keputusan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 164/KPTS/M/2017 tanggal 21
Maret 2017 tentang “Penetapan Lokasi Program PISEW TA.2017”;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Pejabat
Pembuat Komitmen tentang Dana Bantuan BPM program PISEW tahun
anggaran 2017.
MENGINGAT:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2016 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5883);
2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (lembar Negara
Tahun 2015 Nomor 3);
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik IndonesiaTahun
2015 Nomor 881);
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
-12-
Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya. (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1005);
5. Peraturan Menteri Keuangan PMK 173/PMK.05/2016, Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.
05/2015 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;

Memperhatikan : Hal-hal yang menjadi dasar dalam penetapan penerima


Dana Bantuan Pemerintah Ke Masyarakat,

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATUAN


KERJA PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN TENTANG
PENERIMA BANTUAN DANA BANTUAN PEMERINTAH KE
MASYARAKAT (BPM) KEGIATAN PISEW
KESATU : Menetapkan nama-nama penerima Dana Bantuan
Pemerintah Untuk Masyarakat yang selanjutnya disebut
penerima dana bantuan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Surat Keputusan ini.
KEDUA : Penerima dana bantuan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU wajib bersungguh-sungguh untuk
melaksanakan Kegiatan PISEW, sesuai Surat Edaran Dirjen
Cipta Karya beserta lampirannya.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di .....................
Pada tanggal .............. 20.....
Pejabat Pembuat Komitmen Satker.........

NIP. ................................
Tembusan
1. Gubernur Provinsi ..................
2. Direktur Jenderal Cipta Karya.
3. Bupati/Walikota.........
4. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya
5. BKAD Penerima Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat.

-13-
Format II.2. Lampiran Surat Keputusan Penerima BPM

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


TENTANG PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH ke MASYARAKAT (BPM)

Nomor : .......................
Tanggal : .....................
Perihal : Keputusan Penerima Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat
Kegiatan PISEW tahun...............
Provinsi : ..........................
Kabupaten : ...........................

Nama Badan No Rekening


Nilai BPM
No. Kerjasama Antar Alamat BKAD dan Nama
(Rp.000,-)
Desa (BKAD) Bank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
dst

-14-
Format II.3. Perjanjian Kerjasama (PKS)

PERJANJIAN KERJASAMA (PKS)


PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH UNTUK
MASYARAKAT
KEGIATAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL
EKONOMI WILAYAH (PISEW) TAHUN ........
Nomor : ..................................

Antara

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
PROVINSI
........................................................................

dengan

BADAN KERJASAMA ANTAR DESA


........................................................................

KECAMATAN : ……………………………………
KABUPATEN : ……………………………………
PROVINSI : ……………………………………

-15-
PERJANJIAN KERJASAMA (PKS)
Nomor : ..................................
Antara
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN - PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
PROVINSI ........................................................................
dengan
BADAN KERJASAMA ANTAR DESA
Kecamatan............................................
Pada hari ini ....................,tanggal …….......,bulan ............., tahun .............,
bertempat di ........................................., yang bertandatangan di bawah ini:

1. NAMA : ………………………………………………………………………
JABATAN : Pejabat Pembuat Komitmen ………….., Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi ………
ALAMAT : ………………………………………………………………………
NIP. : ………………………………………………………………………
Dalam hal ini bertindak di dalam jabatan tersebut dan
oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama Satuan
Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi…….……Tahun..........berdasarkan Surat
Keputusan................., Nomor:................., Tanggal ........,
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. NAMA : .....................................................................................
JABATAN : Ketua BKAD
ALAMAT : .....................................................................................
Dalam hal ini selaku penanggung jawab penerima dana
bantuan pemerintah lainnya untuk masyarakat dan
bertindak untuk dan atas nama Masyarakat Desa
..............(i), Desa ..............(ii), Desa ................(iii),
Kecamatan ….., sesuai dengan Surat Keputusan PPK
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Nomor: ………….., tentang Penerima Bantuan Dana
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) Kegiatan
PISEW Tahun Anggaran ………, pada hari ..............,
tanggal ........., bulan .........., tahun ........., selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.
Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang selanjutnya disebut PARA
PIHAK sepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama tentang
pekerjaan...........................yang selanjutnya disebut PEKERJAAN dengan
ketentuan dan syarat sebagai berikut:
-16-
Pasal 1
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No.42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai;
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
…………………,tentang Penetapan Kecamatan dan Desa Sasaran Kegiatan
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun
............;
3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor: ………………… Tanggal
……………. Tahun …………… dan Perubahannya Nomor ………………….
Tanggal ………………….;
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesai Nomor 24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya;
6. Surat Edaran Dirjen Cipta karya Petunjuk Teknis PISEW Nomor :
.............Tahun ............ beserta lampirannya;
7. …………………………………………………………………*)
8. ………………………………………………………………...*)
9. ………………………………………………………………...*)
*) diisi dengan aturan hukum yang berlaku di provinsi.
Kedua Belah Pihak telah sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama,
untuk melaksanakan pekerjaan yang pembiayaannya didapat dari Dana
BPM yang bersumber dari APBN, untuk kegiatan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah, di Kecamatan ...........................,
yang meliputi desa-desa (i)…………….., (ii) dan (iii)...................Kabupaten
………………….........., dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberi dana BPM kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima tugas pekerjaan dari PIHAK PERTAMA yaitu untuk
menyelenggarakan pekerjaan:
1. Provinsi : …………………………………………
2. Kabupaten : …………………………………………
3. Kecamatan :.....................................................
4. Desa :...............................................
Nama Kegiatan : Pembangunan Infrastruktur......................
Volume :............................................................
5. Desa :...............................................
Nama Kegiatan : Pembangunan Infrastruktur......................
-17-
Volume :............................................................
6. Desa :...............................................
Nama Kegiatan : Pembangunan Infrastruktur......................
Volume :............................................................

Pasal 3
DOKUMEN PERJANJIAN KERJASAMA
Dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS) dilampiri :
1. Pakta Integritas;
2. Dokumen Rencana Kerja Masyarakat/BKAD:
a. Perencanaan Teknis (termasuk spesifikasi bahan, pekerjaan dan
gambar Rencana);
b. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
c. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya; dan
d. Rincian Rencana Anggaran Biaya.
3. Bukti pencatatan kelembagaan antar desa yang disebut badan
kerjasama antar desa (BKAD);
4. Amandemen terhadap Pokok Perjanjian Pemberian Pekerjaan dapat
dilakukan apabila diperlukan;
Merupakan satu kesatuan dan setiap pasal harus diinterpretasikan
sedemikian rupa sehingga satu dengan lain sejalan dan saling menunjang.

Pasal 4
PENGAWASAN
Pengawasan pelaksanaan ini akan dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat
yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA, Fasilitator Masyarakat akan
memastikan pelaksanaan pekerjaaan sesuai dokumen perjanjian kerjasama
ini.
Pasal 5
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA wajib melaksanakan kegiatan PISEW Tahun ........... ini
berdasarkan dokumen Perjanjian kerjasama (PKS) yang telah
diperjanjikan.
2. PIHAK KEDUA wajib menaati pakta integritas yang telah ditandatangani
oleh PIHAK KEDUA dan disetujui oleh wakil masyarakat pada saat
Pertemuan Kecamatan I.
3. Hasil Kegiatan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan Pekerjaan
adalah Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), yang
memuat:

-18-
a. Catatan Harian, yang berisi tentang:
i. Jumlah Tenaga Kerja;
ii. Jumlah Bahan Material yang digunakan;
iii. Peralatan yang digunakan;
iv. Hasil item Pekerjaan yang dilaksanakan;
v. Perintah, Saran, Petunjuk Pelaksanaan atau Penolakan
Bahan;
vi. Catatan Cuaca atau kejadian-kejadian yang berhubungan
dengan Kegiatan dan lain sebagainya.
b. Laporan Bulanan, yang merupakan Rekap dari Catatan Harian;
c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Fisik Konstruksi;
d. Berita Acara Pemeriksaan Kegiatan setiap Pembayaran Angsuran;
e. Gambar-gambar Hasil Pelaksanaan;
f. Notulen Rapat-rapat/Pertemuan;
g. Realisasi Biaya dan Kegiatan;
h. Realisasi Kurva-S Pelaksanaan.
4. Penyusunan LP2K PISEW Tahun ........... ini dibuat dalam rangkap 3
(tiga) serta dikonsultasikan lebih dahulu kepada PIHAK PERTAMA.

Pasal 6
NILAI BANTUAN PEMERINTAH UNTUK MASYARAKAT
Pihak kedua harus menyelesaikan seluruh pekerjaan hingga batas waktu
akhir Tahun Anggaran ..........., dengan jumlah harga pekerjaan sesuai
dengan yang disepakati PIHAK PERTAMA, serta menanggung semua resiko
yang terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan. Nilai BPM untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut dalam Pasal 1 ini adalah Rp .......................,-
(...................... rupiah). Nilai Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat ini
sudah termasuk biaya administrasi dan operasional BKAD sebesar
Rp..................... (................ rupiah)

Pasal 7
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Jangka waktu pelaksanaan terhitung sejak tanggal...........bulan...........
tahun....... sampai dengan tanggal...........bulan...........tahun.................
2. Pelaksanaan kegiatan ini dinyatakan selesai hingga diserahkannya dan
diterima hasil pelaksanaan pembangunan dan laporan
pertanggungjawaban oleh PIHAK PERTAMA, yang selanjutnya akan
dilakukan pemanfaatannya dan pemeliharaannya kepada pemerintah
desa oleh Satker PKP Provinsi.
3. Segera setelah seluruh Pekerjaan diselesaikan, PIHAK KEDUA dapat
meminta secara tertulis Serah Terima Pekerjaan.

-19-
4. Berdasarkan Berita Acara Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan
(BA.LKHAP), PIHAK PERTAMA wajib mengeluarkan Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan tersebut.
Pasal 8
PEMBAYARAN
1. Semua pembayaran dilakukan melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) di provinsi…………………………………....
2. Kuasa Pengguna Anggaran Satker PKP Provinsi …………………………
menyampaikan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada KPPN setempat
setelah ditandatanganinya dokumen Perjanjian Kerjasama penyerahan
bantuan pemerintah untuk masyarakat dengan PIHAK KEDUA nomor
:…..........
3. Pengajuan dana untuk pekerjaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, tahap
pertama sebesar 70% dapat dicairkan setelah penandatangan dokumen
Perjanjian Kerjasama, selanjutnya 30% dibayarkan pada saat progres
pelaksanaan kegiatan sudah mencapai 50%.
4. Pengajuan pencairan dana untuk penggunaan pelaksanaan konstrusi
harus dilengkapi dengan :
a. Dokumen Surat Perintah Kerja (SPK) asli yang mencantumkan
nomor rekening PIHAK KEDUA;
b. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan;
c. Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan (didukung dengan
laporan kemajuan fisik dan keuangan) yang telah periksa oleh
Tenaga Ahli Provinsi;
d. Rencana penggunaan dana yang telah periksa oleh Tenaga Ahli
Provinsi yang sebelumnya diverifikasi dan divalidasi kebenarannya
oleh Fasilitator Masyarakat;
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Kuitansi yang disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat
yang ditunjuk;
g. Ringkasan dokumen Perjanjian Kerjasama;
h. Khusus untuk kegiatan pencairan tahap I, PIHAK KEDUA
mengajukan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap pertama
terdiri:
- RPD untuk termin ke satu sebesar 40%, progress fisik 0%;
- RPD untuk termin ke dua sebesar 30% dengan dilampiri laporan
penggunaan dana termin ke satu dan laporan kemajuan fisik
25%, disertai foto capaian pelaksanaan.
i. Bukti pendukung, berupa buku laporan harian pelaksanaan
kegiatan, buku kas umum, fotokopi buku rekening bank, dan bukti

-20-
Pengeluaran (nota-nota pengeluaran), termasuk foto capaian
pelaksanaan, untuk pencairan tahap II.
5. Apabila terjadi penyimpangan di lapangan, maka PIHAK PERTAMA
berhak untuk melakukan penangguhan pembayaran tahap berikutnya
sampai dengan adanya penyelesaian permasalahan di lapangan.
Pasal 10
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK KEDUA
1. Apabila PIHAK KEDUA telah menyelesaikan pekerjaannya, PIHAK
KEDUA membuat Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)
dan telah disetujui dalam Pertemuan Kecamatan II, untuk menyatakan
seluruh pekerjaan telah selesai dan siap diperiksa oleh PIHAK
PERTAMA.
2. Apabila sampai batas waktu berakhirnya tahun anggaran ...........,
PIHAK KEDUA tetap belum dapat menyelesaikan pekerjaan, atau dana
belum tersalurkan seluruhnya, maka PIHAK KEDUA harus membuat
Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai Pengganti
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K). BASPK harus
memuat kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang tercapai pada saat itu
dan disertai lampiran Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) hingga saat
itu beserta gambar-gambar prasarana terbangun hingga saat itu.
3. Apabila hingga akhir jangka waktu yang ditetapkan pasal 7, PIHAK
KEDUA belum mampu menyelasikan pekerjaan seperti yang ditetapkan
dalam dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS), maka PIHAK PERTAMA
akan memberikan penambahan waktu, sesuai dengan Surat Pernyataan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K) yang dibuat oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
4. Apabila hingga akhir penyelesaian pekerjaan masih terdapat sisa dana
BPM maka sisa dana tersebut harus dikembalikan oleh PIHAK KEDUA
ke kas negara.

Pasal 11
PERSELISIHAN
1. Bila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, penyelesaiannya
diutamakan dengan musyawarah.
2. Dalam hal ini melalui cara di atas tidak terdapat kesepakatan, maka
akan selesaikan melalui jalur hukum yang berlaku.

Pasal 12
KEADAAN KAHAR
1. Apabila terjadi keadaan kahar, sehingga pekerjaan yang telah
ditentukan dalam dokumen perjanjian kerjasama ini tidak dapat
terpenuhi, PARA PIHAK melakukan kesepakatan yang dituangkan
dalam perubahan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang tidak merupakan
bagian yang terpisahkan dari dokumen Perjajian Kerjasama ini.
-21-
2. Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
a. Peperangan;
b. Kerusuhan;
c. Revolusi;
d. Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus,
tanah longsor, wabah penyakit dan angin topan;
e. Kebakaran;
f. Gangguan industri lainnya.

Pasal 13
SANKSI
Setiap orang dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyimpangan dan/atau penyalahgunaan BPM, dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14
KETENTUAN PENUTUP
1. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini oleh PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum
dalam pasal-pasal perjanjian ini dan seluruh ketentuan di dalam
dokumen sesuai dengan pasal 3 yang merupakan satu kesatuan serta
bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini, mempunyai
kekuatan mengikat dan berlaku bagi PARA PIHAK.
2. Dokumen Perjanjian Kerjasama mulai berlaku pada saat ditandatangani
oleh kedua belah pihak, dibuat rangkap 2 (dua) bermaterai, yang
masing- masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-
masing PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(……………………………………) (…………………………………….)
Nama Jelas Nama Jelas

-22-
Format II.4. Contoh Amendemen Perjanjian Kerjasama

AMENDEMEN
Nomor : ………………………………
Tanggal …………………..

ATAS
PERJANJIAN KERJASAMA
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI
WILAYAH (PISEW) TAHUN 2.......

KECAMATAN ………………………
KABUPATEN ……………………….
PROVINSI …………………………..

Nomor: ……………………
Tanggal ……………………

ANTARA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PENGEMBANGAN KAWASAN


PERMUKIMAN
PROVINSI ……………………………

DENGAN

BADAN KERJASAMA ANTAR DESA


KECAMATAN …………………………………

-23-
AMENDEMEN
Nomor: ………………………….

Pada hari ini ………… tanggal ………… bulan ……… tahun …….., yang
bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………..
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen pada Satker PKP Provinsi...
Alamat : ……………………………..
Bertindak untuk dan atas nama Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
Permukiman dan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah Provinsi …………, selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
Nama : ……………………………..
Jabatan : BKAD Kecamatan ………………………
Alamat : ……………………………..
Bertindak untuk dan atas nama masyarakat desa ……………., desa…………,
dst, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PARA PIHAK berdasarkan :
a. Laporan realisasi pelaksanaan di lapangan
b. Surat permohonan oleh PIHAK KEDUA Nomor …..........…, tentang …......
c. Berita Acara Pembahasan
bersepakat untuk membuat perjanjian pekerjaan tambah kurang
(amendemen ke ……..) yang mengikat dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari dokumen Perjanjian Kerjasama nomor ………...,
tanggal .…….. bulan ……..... tahun …….… tersebut di atas dengan
perubahan sebagai berikut :
1. ……………………………………….
2. ……………………………………….
3. ……………………………………….
(dilampirkan justifikasi teknis terhadap usulan perubahan)

Demikian Amendemen No. ..........…… ini dibuat atas persetujuan kedua


belah pihak.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

( …………………………………. ) ( …………………………………….. )
Ketua BKAD NIP. ……………………….

-24-
Format II.5. Surat Satker Rekomendasi Pencairan Dana BPM ke Bank

KOP SURAT SATKER PKP PROVINSI

SURAT REKOMENDASI
No. ……………………………….

Kepada Yth:
Kepala Cabang Bank …………………….
Unit …………………………………..
Di Tempat

Yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


………………….. pada Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
(Satker PKP) Provinsi …………………………………..
Nama : ……………………………………………..
NIP. : ……………………………………………..
Jabatan : ……………………………………………..
Alamat : ……………………………………………..
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Nama : ……………………………………………..
Jabatan : Ketua Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)
Kecamatan ………………………………
Alamat : ……………………………………………..

2. Nama : ……………………………………………..
Jabatan : Bendahara Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)
Kecamatan ………………………………
Alamat : ……………………………………………..

Untuk dapat melakukan pencairan dana Bantuan Pemerintah untuk


Masyarakat dengan dokumen Perjanjian Kersama nomor ;....................,
termin ……………. dari pencairan BPM Tahap ke I, sejumlah Rp.
…………………………………. (………………………… rupiah) pada rekening
Bank ………………………… pada tanggal ………………
No. Rekening : …………………………………………….
Atas Nama : Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) ……………………

Demikian surat rekomendasi ini saya buat untuk dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

………….., Tgl. ……. bln. …... 20……..

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Satker PKP Provinsi……………….

( ……………………………………..)
NIP. ………………………………..
-25-
Format II.6. Rencana Penggunaan Dana (RDP)

RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD)


Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….
Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan
Pencairan ke : ( I / II)

Perjanjian Kerjasama
RPD Sisa
Uraian (PKS)
No Satuan
Pekerjaan Harga Jml. Jml. Jml.
Vol. Vol. Vol.
Satuan Harga Harga Harga
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)x(5) (7) (8)=(7)x(5) (9) (10)=(9)x(5)

………….......................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh*: Disetujui Oleh:


Badan Kerjasama Tenaga Ahli Provinsi Pejabat Pembuat
Antar Desa (BKAD) (TAPr) Komitmen (PPK)

(……………………) (…………………………) (…………………………)


Ketua NIP.
Ket:
* Dokumen sebelum ditandatangani oleh TAPr terlebih dahulu diperiksa dan
divalidasi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat.

-26-
Format II.7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB)

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA


(SPTJB)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama BKAD : .......................................................................(1)
2. Nama Ketua : .......................................................................(2)
3. Alamat Lembaga : .......................................................................(3)
4. Nama Bantuan : Dana BPM kegiatan PISEW tahun anggaran.........
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor…………………………………….. (5) dan
dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS) nomor ............................. (6)
mendapatkan dana........................... (7) sebesar ................................... (8)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Sampai dengan bulan …………. (9) telah menerima pencairan tahap ke-
............... (10) dengan nilai nominal sebesar Rp ............. ( .......... ) (11),
dengan rincian penggunaan sebagai berikut: a. Jumlah total dana yang
telah diterima : Rp ............. ( ........ ) (12) b. Jumlah total dana yang
dipergunakan : Rp ............ ( ........ ) (13) c. Jumlah total sisa dana : Rp
............. ( ........ ) (14)
2. Persentase jumlah dana bantuan Pemerintah BPM ........... (15) yang
telah digunakan adalah sebesar ………………. ( ..........) ( 16).
3. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah dibayar lunas
kepada yang berhak menerima.
4. Bersedia menyimpan dengan baik seluruh bukti pengeluaran belanja
yang telah dilaksanakan.
5. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti
pengeluaran oleh aparat pengawas fungsional Pemerintah.
6. Apabila di kemudian hari, pernyataan yang saya buat ini
mengakibatkan kerugian negara maka saya bersedia dituntut
penggantian kerugian negara dimaksud sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
………………………,…………. (17)
Ketua BKAD.................. (18)

Materai
Rp. 6.000

………………………………………. (19)

-27-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
(SPTJB)

No URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan
(2) Diisi dengan nama Ketua lembaga BKAD penerima bantuan
(3) Diisi dengan alamat lembaga BKAD penerima bantuan
(4) Diisi dengan nama bantuan
(5) Diisi nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan Penerima Bantuan
(6) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerjasama
(7) Diisi dengan nama bantuan
(8) Diisi dengan nilai bantuan berdasarkan Perjanjian Kerjasama
(9) Diisi dengan bulan dan tahun
(10) Diisi dengan tahap penerimaan bantuan yang telah di terima
(11) Diisi dengan nilai bantuan yang diterima untuk tahapan diterimanya
bantuan
(12) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan (komulatif) yang telah
diterima
(13) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan yang telah di pergunakan
(14) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan yang belum di pergunakan
(15) Diisi dengan nama bantuan /kegiatan infrastruktur yang dibangun
(16) Diisi dengan persentase bantuan yang belum di pergunakan (jumlah pada
angka 13 dibagi dengan jumlah pada angka 12 dikali 100%)
(17) Diisi dengan nama kota, tanggal dan tahun SPTB ditandatangani
(18) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan operasional
(19) Diisi dengan nama pimpinan lembaga penerima bantuan operasional

-28-
Format II.8. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJM)

KOP SURAT BKAD


SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama Ketua BKAD :...................................................................... ( 1 )
2. Alamat BKAD :...................................................................... ( 2 )

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bertanggung


jawab penuh atas penggunaan dana bantuan ........................................ (3).
Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana bantuan ...................(4)
tersebut di atas mengakibatkan kerugian negara maka saya bersedia
dituntut penggantian kerugian negara dimaksud sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bukti-bukti pengeluaran terkait penggunaan dana bantuan................... (5),
disimpan sesuai dengan ketentuan pada penerima bantuan untuk
kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan audit.
Demikian Surat pernyataan ini kami dibuat dengan sesungguhnya.

....................................................(6)
Ketua ..........................................(7)

....................................................(8)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


(SPTJM)

No URAIAN
(1) Diisi dengan nama pimpinan/ ketua lembaga penerima bantuan
(2) Diisi dengan alamat lembaga penerima bantuan
(3) Diisi dengan nama bantuan
(4) Diisi dengan nama bantuan
(5) Diisi dengan nama bantuan
(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan dan tahun
(7) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(8) Diisi dengan nama pimpinan/ ketua lembaga penerima

-29-
Format II.9. Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan

LAPORAN KEMAJUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN


NOMOR ............................. (1)

Pada hari ini ................. (2) tanggal ................ (3) bulan .................. (4)
tahun ……………… (5), yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : ......................................................... (6)


2. Jabatan : Ketua BKAD ................................. (7)
3. Alamat : ....................................................... (8)

Dengan ini menyatakan sebagai berikut:


Berdasarkan Surat Keputusan Nomor ......................... (9) dan Perjanjian
Kerjasama nomor .............................(10) mendapatkan bantuan...........(11)
berupa ...............(12) dengan nilai bantuan sebesar ................ ( ........ ) (13).
1. Sampai dengan tanggal ................... (14), kemajuan penyelesaian
pekerjaan ........................... (15) sebesar .................. %(16).

2. Apabila di kemudian hari, atas laporan penyelesaian pekerjaan yang


telah dibuat mengakibatkan kerugian Negara maka saya bersedia untuk
dituntut penggantian kerugian negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Demikian Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan ini dibuat dengan


sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………,…………………………………. (17)
Pimpinan/Ketua BKAD …………. (18)

Materai
Rp. 6.000

………………………,…………………. (19)

-30-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
BELANJA

No URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nomor Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan
(2) Diisi dengan hari pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan
(3) Diisi dengan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(4) Diisi dengan bulan pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(5) Diisi dengan tahun pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(6) Diisi dengan nama pimpinan penerima bantuan
(7) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan
(8) Diisi dengan alamat lembaga BKAD penerima bantuan
(9) Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan Penerima
Bantuan
(10) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerja Sama
(11) Diisi dengan Jenis bantuan yang diterima (sarana/ prasana, rehabilitasi/
pembangunan gedung/bangunan atau bantuan lainnya yang memiliki
karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh PA)
(12) Diisi dengan bentuk bantuan yang diterima
(13) Diisi dengan jumlah angka dan huruf nilai bantuan BPM yang diterima
sesuai dengan Surat Keputusan atau Perjanjian Kerja Sama
(14) Diisi dengan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(15) Diisi dengan bentuk bantuan yang diterima (pembangunan ruang kelas
baru, pembangunan saluran irigasi, pengadaan bibit, pupuk, atau
lainnya)
(16) Diisi dengan persentase kemajuan penyelesaian pekerjaan
(17) Diisi dengan kota dan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan
Penyelesaian Pekerjaan
(18) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(19) Diisi dengan nama pimpinan penerima bantuan

-31-
Format II.10. Berita Acara Serah Terima

BERITA ACARA SERAH TERIMA


NOMOR ........................... (1)

Pada hari ini .................. (2) tanggal ................... (3) bulan ................... (4)
tahun ................... (5) yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : ........................(6) Jabatan : Ketua BKAD .......................... (7)
yang beralamat di jalan : .........................................-
Desa..........................–kecamatan..................-Kabupaten..............-
Provinsi...............(8)
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU
2. Nama: .............................................................. (9)
NIP : ................................................................ (10)
Jabatan : PPK Satker. ...................................... (11)
Alamat : ........................................................... (12)
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Dengan ini menyatakan sebagai berikut:


1. PIHAK KESATU telah melaksanakan penyelesaian pekerjaan berupa
................... (13) sesuai dengan Surat Keputusan Nomor ...................
(14) dan Perjanjian Kerjasama nomor ................ (15).

2. PIHAK KESATU telah menerima dana bantuan dari PIHAK KEDUA dan
telah dipergunakan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan Perjanjian Kerja Sama, dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah total dana yang telah diterima : .................. ( ....... ) (16)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : .................. ( ....... ) (17)
c. Jumlah total sisa dana : ........................ ( ....... ) (18)
3. PIHAK KESATU menyatakan bahwa bukti-bukti pengeluaran dana
Bantuan ................. .......... (19) sebesar ..................... ( ....... ) (20)
telah disimpan sesuai dengan ketentuan untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
4. PIHAK KESATU menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima dari PIHAK KESATU berupa ....................... (21)
dengan nilai ....................... (22).
5. PIHAK KESATU telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara
sebesar ........................ (23) sebagaimana Bukti Penerimaan Negara
(BPN) terlampir. *)

-32-
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh Para Pihak pada hari ini dan tanggal tersebut di atas,
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA


………....………………………….. (24) PPK Satker ………………………... (26)

…………………………….. (25) …………………………………….. (27)


NIP………………………………… (28)
*) angka 5 dicoret apabila tidak terdapat sisa dana

-33-
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN

No Uraian Isian
(1) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST)
(2) Diisi dengan hari pembuatan BAST
(3) Diisi dengan tanggal pembuatan BAST
(4) Diisi dengan bulan pembuatan BAST
(5) Diisi dengan tahun pembuatan BAST
(6) Diisi dengan nama Ketua BKAD lembaga penerima bantuan
(7) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan
(8) Diisi dengan alamat lembaga KAD penerima bantuan
(9) Diisi dengan nama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
(10) Diisi dengan NIP PPK
(11) Diisi dengan nama Satker pemberi bantuan
(12) Diisi alamat Satker pemberi bantuan
(13) Diisi dengan nama pekerjaan yang dilaksanakan penerima bantuan
(14) Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan pemberian
bantuan
(15) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerjasama pemberian
bantuan
(16) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
diterima
(17) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
telah dipergunakan
(18) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
tidak dipergunakan
(19) Diisi dengan nama pekerjaan yang dilaksanakan penerima bantuan
(20) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
telah dipergunakan
(21) Diisi dengan nama pekerjaan yang dilaksanakan penerima bantuan
(22) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
telah di pergunakan
(23) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
tidak dipergunakan (jumlah sama seperti angka 18)
(24) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(25) Diisi dengan nama pimpinan/ketua/kepala lembaga penerima
bantuan
(26) Diisi dengan nama Satker pemberi bantuan
(27) Diisi dengan nama PPK Satker pemberi bantuan
(28) Diisi dengan NIP PPK Satker pemberi bantuan

-34-
Format II.11. Buku Kas Umum (BKU) Kelembagaan BKAD

BUKU KAS UMUM (BKU)


KELEMBAGAAN MASYARAKAT BKAD

Periode Penggunaan Dana : Tahap 1/ Tahap 2 (...................sd.....................)


Tahun Anggaran : ..........................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../.........................
Penandatangan Buku Bank : 1.......................................... (Ketua)
2.......................................... (Bendahara)
3.......................................... (Anggota)

PENERIMAAN KAS PENGELUARAN KAS


No Tanggal Sumber No. Jumlah Jenis No. Jumlah SALDO
Penerimanaan Bukti (Rp.) Pengeluaran Bukti (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Jumlah Penerimaan Jumlah Pengeluaran

........................, tgl:..........-..........- 20...


Mengetahui : Disusun Oleh

(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara

-35-
PETUNJUK PENGISIAN BUKU KAS UMUM (BKU)
Formulir ini dibuat oleh BKAD – selaku Pelaksana dan Penanggung Jawab
penerima dan pengelola Dana Bantuan Pemerintah BPM, sebagai Acuan
Penilaian Ketertiban Administrasi dan Pertanggungjawaban Penggunaan
Keuangan.
Petunjuk Pengisian Formulir ini adalah sebagai berikut :
1. Periode Penggunaan Dana: Diisi sesuai dengan Pentahapan
Penerimaan, periode (....... s/d ..... ) diisi berdasarkan tanggal mulai
dan akhir pencatatan Buku Kas Umum per tahapan.
2. Kolom Tanggal (1), diisi dengan Tanggal terjadinya Penerimaan atau
Pengeluaran, yang dicatat secara berurutan;
3. Kolom No 2 “Sumber Penerimaan”, diisi sumber-sumber penerimaan
uang tunai yang diterima oleh BKAD, termasuk jika ada swadaya
atau bantuan/sumbangan dari pihak ke tiga yang diterima dalam
bentuk uang tunai;
4. Kolom 3 “Nomor Bukti”, diisi dengan kuitansi atau bukti penerimaan
uang tunai diberi nomor urut sesuai dengan urutan tanggalnya, yang
diterima oleh BKAD dalam rangka pelaksanaan PISEW;
5. Kolom 4 “Jumlah”, diisi dengan besaran uang tunai yang diterima
oleh BKAD
6. Kolom 5 “Jenis Pengeluaran” diisi dengan transaksi Pengeluaran,
yang meliputi : Bahan, Alat, Upah dan Biaya Operasional. Jenis
Pengeluaran diisi dengan Jenis Pengeluaran untuk setiap
Kategorinya, misalnya untuk Kategori Bahan (misal: pasir 30 M3),
alat (cangkul : 2 buah).
7. Kolom 6 “Nomor Bukti”, diisi dengan No. Bukti dari Pengeluaran
Dana. bukti - bukti Pengeluaran yang berupa kuitansi dan/atau Nota
diberi nomor urut sesuai dengan urutan tanggalnya.
Nilai Pengeluaran yang dicatat dalam Buku Kas Umum harus sama
jumlahnya dengan yang tercatat didalam bukti-bukti pengeluarannya.
8. Kolom 7 “Jumlah Pengeluaran”, diisi dengan Jumlah Pengeluaran
sesuai dengan bukti Pengeluarannya.
9. Kolom 8 “Saldo”, diisi dengan saldo yang tersisa, selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran, pengisian dilakukan setiap
terjadinya transaksi baik transaksi penerimaan maupun transaksi
pengeluaran.

-36-
Format II.12. Laporan Buku Bank Kelembagaan BKAD

Nama BKAD :...................................................


Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../...............................
Bulan :...........................-20.........

Transaksi Saldo
Tanggal Uraian Transaksi Nomor Bukti
Debet (Rp) Kredit (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

........................., tgl:.............-.....- 2017


Mengetahui : Disusun Oleh

(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara

PETUNJUK PENGISIAN BUKU BANK BKAD


1. Kolom 1: diisi dengan tanggal transaksi;
2. Kolom 2: Diisi dengan penjelsan tentang transaski, contoh transfer dari
KPPN;
3. Kolom 3: Diisi dengan Nomor Bukti Transaksi. Untuk transaksi masuk,
penomorannya adalah No.Urut/UM. Untuk penarikan tunai
penomorannya adalah No. Urut/UK;
4. Kolom 4 : Diisi nilai Rupiah yang ditarik dari Bank;
5. Kolom 5 : Diisi nilai rupiah yang uang masuk ke rekening BKAD;
6. Kolom 6 : Diisi dengan saldo/sisa yang merupakan saldo/sisa
sebelumnya ditambah uang masuk (kolom 4) dikurangi uang keluar I
(kolom 5)
Catatan saldo pada buku bank harus sesuai dengan saldo yang ada di
rekening bank

-37-
Format II.13. Buku Belanja Material BKAD

BUKU BELANJA BAHAN/MATERIAL

Bulan :......................20......
Nama BKAD :...................................................
Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../............................... CONTOH

Harga Jumlah
Nama Nomor Jumlah Total
Tanggal Satuan/Unit Harga
Pemasok/Uraian Bukti Satuan/Unit (Rp)
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
03/Maret UD.Harapan 1/UK- 3,000,000
2017 BM
1. Pasir aduk 2 truk 250,000 500,000
2. Semen 50 sak 30,000 1,500,000
3. Besi beton 10 bt 50,000 500,000
4. Papan cor 50 kpg 10,000 5,000,000
Total 3.000.000
Maret

.................., tgl:…........-..........- 20.....


Mengetahui : Disusun Oleh

(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara

PETUNJUK PENGISIAN BUKU BELANJA BAHAN - BKAD


1. Kolom 1 “Tanggal”, diisi dengan tanggal transaksi;
2. Kolom 2 “Nama Pemasok”, disi dengan nama Toko/supplier, kemudian
pada baris dibawahnya diisi rincian jenis material/peralatan yang dibeli;
3. Kolom 3 “Nomor Bukti”, diisi dengan nomor bukti transaksi, sama
dengan nomor bukti pada Buku Kas pada pembelian material/peralatan
4. Kolom 4 “Jumlah Satuan/Unit”diisi dengan jumlah unit barang yang
dibeli sesuai nota;
5. Kolom 5 “Harga Satuan/Unit”, diisi dengan harga satuan per unit
(sesuai nota);
6. Kolom 6 “Jumlah Harga”, diisi dengan jumlah harga material/peralatan
yang dibeli (sesuai nota);
7. Kolom 7 “Total”, diisi dengan jumlah pembayaran ke pemasok/supplier

-38-
Format II.14. Buku Upah Pekerja- BKAD

BUKU UPAH PEKERJA

Bulan :......................20......
Nama BKAD :...................................................
Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../...............................
CONTOH

Dari Jumlah
Nama Nomor Jumlah Upah per
Tanggal tanggal sd Upah
Pekerja Bukti Hari Kerja Hari (Rp)
tanggal (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
9/12/2012 Amat 1/UK-TK 4-8/Des 5 50,000 250,000
Udin 2/UK-TK 4-8/Des 5 50,000 250,000
Surya 3/UK-TK 4-8/Des 5 60,000 300,000
TOTAL 800.000

.................., tgl:............-..........- 20.....


Mengetahui : Disusun Oleh

(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara

PETUNJUK PENGISIAN BUKU UPAH PEKERJA - BKAD


1. Kolom 1 “Tanggal”, diisi dengan tanggal transaksi;
2. Kolom 2 “ Nama Pekerja”, diisi dengan Nama pekerja yang menerima
upah;
3. Kolom 3 “Nomor Bukti”, diisi dengan Nomor Bukti Transaksi, sama
dengan Nomor Bukti pada Buku Kas saat pembayaran upah;
4. Kolom 4” Dari tanggal sd tanggal”, diisi dengan tanggal mulai kerja s/d
tanggal selesai kerja/kegiatan;
5. Kolom 5 “Jumlah Hari Kerja”, diisi dengan jumlah hari kerja yang
dibayar;
6. Kolom 6 “Upah per Hari”, diisi dengan besarnya upah per hari;
7. Kolom 7 “Jumlah Upah”, diisi dengan jumlah upah yang dibayarkan
kepada tenaga kerja.

-39-
Format II.15. Buku Sewa-Pembelian Peralatan - BKAD

BUKU SEWA-PEMBELIAN PERALATAN

Bulan :......................20.....
Nama BKAD :...................................................
Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../...............................
CONTOH

No.perjanjian
Jenis Waktu Volu Nilai Sewa/Beli
Tgl Uraian Pekerjaan Sewa/
Peralatan Pemakaian me (Rp)
pembelian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01/03 Pengecoran 01/…. Molen Sewa 1 3.500.000
Jalan 28 jam unit
01/03 Pengecoran 03/…. Cangkul Beli 20 1.000.000
Jalan Unit
Jumlah Sewa/Beli Alat 4.500.000

.................., tgl:............-..........- 2017


Mengetahui : Disusun Oleh

(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara

PETUNJUK PENGISIAN BUKU SEWA-PEMBELIAN PERALATAN

1. Tanggal (1) : Diisi dengan tanggal transaksi


2. Kolom (2) : Diisi dengan uraian perkerjaan
3. Kolom (3) : Diisi dengan nomor perjanjian sewa
4. Kolom (4) : Diisi Jenis Alat Berat yang disewa atau dibeli
5. Kolom (5) : Diisi dengan Jumlah Jam kerja
7. Kolom (6) : Diisi Volume/jumlah Alat yang disewa atau dibeli
8. Kolom (7) : Diisi dengan jumlah nilai sewa atau dibeli alat

-40-
Format II.16. Surat Perjanjian Sewa-Pinjam Peralatan - CONTOH

SURAT PERJANJIAN
SEWA-PINJAM PERALATAN

Pada hari ini …………………., tanggal …..…, bulan………….tahun …………


Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
I. Nama : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Jabatan : Ketua BKAD
Kecamatan : ……………………, Kabupaten : ………………
Berdasarkan dokumen Perjanjian Kerjasama nomor:
………….....,tentang penerima bantuan dana Bantuan Pemerintah
untuk Masyarakat (BPM) Kegiatan PISEW tahun anggaran …....., pada
hari .........., tanggal ........., bulan......, tahun .........,
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
II. Nama : ……………………………………….
Jabatan : ……………………………………….
Alamat : ……………………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA telah sepakat mengikat perjanjian sewa/pinjam dengan


PIHAK KEDUA, dimana PIHAK PERTAMA menyewa/pinjam kepada PIHAK
KEDUA.
Uraian alat yang disewa/pinjam adalah sebagai berikut :

NO. NAMA ALAT LAMA PENYEWAAN


1.
2.
3.

Perjanjian sewa menyewa diatur dalam pasal-pasal berikut ini :


Pasal 1
JANGKA WAKTU
1. Jangka Waktu sewa/pinjam adalah selama yang tercantum di atas
berlaku sejak ditanda tanganinya perjanjian ini.

-41-
2. Bila di kemudian hari ternyata terjadi perubahan jangka waktu
penyewaan, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA akan
mengadakan kesepakatan untuk merubah jangka waktu sewa/pinjam
sebagaimana tercantum dalam pasal ayat 1 di atas.
Pasal 2
BIAYA
1. Biaya sewa/pinjam yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah
sebesar Rp. …………………, (terbilang: ………………………………), sudah
termasuk pajak-pajak yang berlaku2.
2. Biaya sewa/pinjam mengikat, kecuali bila terjadi penambahan atau
pengurangan jangka waktu sewa/pinjam.
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
1. PIHAK PERTAMA berhak menerima barang dalam keadaan baik/ layak
jalan, dan berkewajiban memenuhi pembayaran yang telah disepakati.
2. PIHAK KEDUA berhak menerima pembayaran sesuai dengan pasal 2
surat perjanjian ini atau telah disepakati dan berkewajiban menjaga
serta merawat barang/alat selama dalam penyewaan sehingga tidak
merugikan PIHAK PERTAMA.
Pasal 4
TANGGUNG JAWAB
1. PIHAK KEDUA akan bertanggung jawab bahwa keadaan barang yang
disewakan dalam keadaan baik, serta bertanggung jawab atas
kelancaran pekerjaan.
2. Bilamana terjadi kerusakan barang pada masa penyewaan, maka PIHAK
KEDUA akan memperbaiki kerusakan barang dengan biaya dari PIHAK
KEDUA.
3. Bila pada masa penyewaan terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
kelalaian PIHAK PERTAMA sedemikian rupa sehingga memerlukan
perbaikan kerusakan, maka PIHAK PERTAMA akan mengeluarkan biaya
perbaikan maksimal sebesar Rp. ………………. (terbilang……………….).
Pasal 5
SISTEM PEMBAYARAN DAN BIAYA OPERASIONAL
1. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat, pembayaran dilakukan
dengan perincian sebagai berikut :
a. …………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………, dst

2 berlaku untuk perusahaan atau badan usaha


-42-
2. Pihak pertama akan menanggung biaya operasional dari barang/alat
yang disewa/pinjam, misalnya biaya bahan bakar.
Pasal 6
PERBEDAAN PENDAPAT
1. Bilamana dalam jangka waktu sewa/pinjam terjadi perbedaan pendapat
atau ketidak sepakat antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, maka
akan ditempuh cara musyawarah untuk menyelesaikannya yang dihadiri
oleh Fasilitator Masyarakat.
2. Bila penyelesaian secara musyawarah pertama tidak dapat
menyelesaikan perbedaan pendapat antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA, maka akan diminta TA/Asisten Provinsi dan PPK pada Satker
PKP sebagai penengah untuk memutuskan jalan keluarnya, selanjutnya
keputusan tersebut mengikat.
Dengan ditanda tanganinya Surat Perjanjian ini, maka kedua belah pihak
setuju untuk mematuhi pasal-pasal tersebut di atas. Surat perjanjian ini
dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

( …………………………………. ) ( …………………………………….. )
Ketua BKAD Pemberi Sewa
Mengetahui:
Saksi I Saksi II

( …………………………………… ) ( …………………………………… )
Fasilitator Masyarakat Pemerintah Kecamatan

-43-
LAMPIRAN VI-C
Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA

PETUNJUK PELAKSANAAN KONSTRUKSI

I. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


TRANSPORTASI
1.1 Jenis-Jenis Konstruksi Jalan Perdesaan
Jalan merupakan sarana penting untuk kemajuan ekonomi, social,
dan budaya. Jalan adalah alat penghubung antar desa, kecamatan,
kabupaten, dan provinsi. Dalam kegiatan PISEW, konstruksi jalan
yang dilaksanakan adalah jalan untuk kawasan perdesaan.
Perencanaan jenis konstruksi jalan yang akan direncanakan dalam
kegiatan PISEW agar memperhatikan keadaan fisik dan topografi
lokasi, antara lain:
1) Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan;
2) Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk
geometrik jalan;
3) Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin
trase harus pindah atau perlu timbunan tinggi;
4) Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang
lebih besar atau alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli;
5) Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik;
6) Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan
bagian-bagian jalan lainnya, bahkan tipe jalan;
7) Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang
berbeda dengan daerah pemukiman atau wisata dimana banyak
mobil penumpang;
8) Jalan di daerah pedesaan banyak kendaraan kecepatan tinggi
yang perlu syarat perencanaan lebih berat dibanding jalan
untuk daerah perkotaan yang didominasi kendaraan kecepatan
rendah;

-1-
9) Pemilihan trase di pedesaan lebih bebas dari pada di perkotaan
10) Agar memperhatikan Beban Sumbu Standar, jenis kendaraan
yang memakai jalan beraneka ragam variasi ukuran, beban,
konfigurasi sumbu. Beban standar adalah beban sumbu
tunggal roda ganda.
1.1.1 Jalan dengan Pekerasan Pasir dan Batu Kerikil
Setelah diperbaiki lapisan tanah dasarnya, perkerasan
(lapisan atasnya) menggunakan pasir dan kerikil yang
dipadatkan.

1.1.2 Jalan dengan Perkerasan Beton


Lapisan atas menggunakan perkerasan beton. Konstruksi
jalan dengan perkerasan beton biasa digunakan pada daerah
yang curah hujannya cukup tinggi, bahkan sering tergenang
air. Atau dapat juga direncanakan untuk tingkat lalu lintas
yang tinggi dan memerlukan kerataan.
- Perkerasan jalan beton bersambung tanpa tulangan,
adalah jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat
tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur
sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh
adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat
dari jenis perkerasan ini berkisar antara 4-5 meter.
- Perkerasan jalan beton bersambung dengan tulangan,
adalah jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat
dengan ukuran pelat persegi panjang, dimana panjang
dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-
sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis
perkerasan ini berkisar 8-15 meter.

1.1.3 Jalan dengan perkerasan Batu Belah (Telford)


Untuk desa-desa tertentu yang tersedia bahan baku berupa
batu gunung atau dikenal dengan sebutan batu kali, dapat
menggunakan perkerasan tipe ini. Dimana setelah
perbaikan lapisan dasar, lapisan atas diperkeras dengan
batu kali yang disusun.
Seorang Skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834)
membuat rancangan jalan raya, di mana batu besar pipih
diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang
dikenal dengan fondasi jalan Telford. Konstruksi ini sangat

-2-
kuat terutama sebagai fondasi jalan, dan sangat padat
karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu.
Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford,
tetapi memakan waktu.
Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon
Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang
di Indonesia dikenal dengan “Jalan Makadam” itu lahir
berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya
murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat
dan ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat
praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per
satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.

1.1.4 Jalan dengan Perkerasan Bata Beton (Paving Block)


Pada daerah atau desa yang telah menghasilkan paving
block dapat menggunakan perkerasan tipe ini, dimana
sasaran peningkatan ekonomi desa dapat terwujud melalui
pengadaan dengan memanfaatkan potensi lokal.

1.1.5 Jalan dengan Perkerasan Tanah


Metode ini merupakan perbaikan lapisan tanah dasar atau
tanah timbunan dengan memperbaiki sisi kemiringan jalan.
Pemadatan dilakukan dengan cara sederhana tanpa
menggunakan alat berat.

1.2 Konstruksi Jalan dengan Perkerasan


1.2.1 Jalan dengan Perkerasan Pasir dan Batu Kerikil
a. Lakukan pengukuran lebar jalan yang di kehendaki dan
perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul
berkenaan dengan kepemilikan tanah.
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang dibelah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air

-3-
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh Perhitungan:
Lebar rencana jalan = 5,00 m (500 cm)
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah : 4/100 x 250 = 10
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka bagian
tengahnya menjadi 15 cm
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (contoh: humus atau sampah).
Padatkan dengan timbris (alat bantu pemadatan
berbentuk segi empat). Timbris dapat dibuat oleh warga
desa. Untuk menentukan kelurusan gunakan selang
tembus pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung
permukaan air, pastikan bahwa permukaannya sama
tinggi dan rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Pastikan bahwa seluruh permukaan tanah tidak
terdapat genangan air, karena dapat menyebabkan
kerusakan pada lapisan pasir dan batu (sirtu) yang akan
di hamparkan diatasnya.
f. Sediakan bahan sirtu dan sebarkan pada permukaan
jalan yang direncanakan. Bentuklah sesuai kemiringan
rencana.
g. Padatkan dengan timbris. Jika sirtunya terlalu kering,
dapat semprotkan air secukupnya dan jangan sampai
basah jenuh, karena dapat mengakibatkan terpisahnya
sirtu. Pasir yang terdapat dalam campuran tersebut
difungsikan untuk bahan pengisi rongga antar batu.

1.2.2 Jalan dengan Perkerasan Beton


a. Lakukan pengukuran lebar jalan yang dikehendaki dan
perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul
berkenaan dengan kepemilikan tanah.

-4-
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang dibelah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh perhitungan :
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah : 4/100 x 250 = 10 cm
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka bagian
tengahnya menjadi 15 cm.
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (contoh: humus atau sampah). Padatkan dengan
timbris. Untuk menentukan kelurusan gunakan selang
tembus pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung
permukaan air, pastikan bahwa permukaannya sama
tinggi dan rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Pastikan bahwa seluruh permukaan tanah tidak
terdapat genangan air, karena dapat menyebabkan
kerusakan pada adukan beton yang akan di hamparkan
diatasnya.
f. Satu diantara kunci keberhasilan dalam pembuatan
beton adalah pencampuran atau pengadukan beton,
yaitu sebagai berikut:
1) Proses pembentukan beton adalah penyatuan dari
komponen-komponen penyusun beton menjadi
sebuah material bernama beton yang kita kehendaki
sesuai dengan syarat-syarat yang kita inginkan.

-5-
2) Komponen-komponen penyusun beton tadi
dilekatkan menjadi satu oleh pasta semen (semen
dicampur dengan air).
3) Gambaran sedikit proses pembentukan beton tadi
menjadi pengantar kita memahami hakekat dari
pencampuran beton, karena pasta semen harus
terdistribusi merata keseluruh agregat beton maka
pengadukan ini dilakukan.
4) Pengadukan beton berdasarkan tempat
pengadukanya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
(a) Pengadukan ditempat (site mix);
(b) Pengadukan ditempat atau site mix lazimnya
ditempat kita dikenal dengan 2 metode yaitu
dengan pencampuran manual (tenaga manusia
mengunakan skope, cangkul) dan yang kedua
dengan mengunakan mesin molen.
Pengadukan Siap Tuang (Ready Mix) tidak di
bahas karena tidak disarankan.
g. Segregasi campuran beton merupakan segregasi dapat
terjadi ketika pengadukan, pengecoran maupun ketika
tranportasi dari tempat pengadukan ke area pengecoran.
Segregasi adalah suatu keadaan dimana pasir dan koral
beton terpisah dari pasta semen (pasta semen adalah
campuran antara semen dan air). Segregasi campuran
beton pada tahap pengadukan ini sebab utamanya
adalah pengadukan molen yang terlalu lama.
Paramater pengadukan dengan molen yang utama
adalah ketika campuran telah benar-benar homogen
ditandai dengan tidak tampaknya butir-butir pasir atau
waktu mengaduk dengan molen tidak boleh lebih dari 2
menit. Selain hal itu, kombinasi komposisi campuran
beton dengan kandungan air yang banyak dan
pencampuran beton dengan molen yang terlalu lama,
menjadi faktor utama terjadinya segregasi.
h. Lama waktu beton setelah dicampur harus diperhatikan
mengenai gambaran masalah beton yang sudah
dicampur dengan molen tidak dapat langsung dicor,

-6-
akan tetapi harus menunggu waktu walaupun dalam
keadaan molen berputar.
Waktu fase pengaturan awal semen adalah 1 sampai
dengan 2 jam. Artinya bahwa beton jika sudah
dicampur, waktu yang paling lama untuk pengecoran
adalah kurang dari 1 jam. Hal ini tetap berlaku
walaupun beton masih dalam keadaan seperti adonan
roti, dengan kata lain keadaan beton masih bisa
dibentuk sesuai dengan cetakan yang ada.
Jika sudah terlanjur maka buatlah pasta semen (semen
dicampur dengan air) tambahkan kedalam beton tadi,
tetapi perlu diingat jangan gunakan campuran tadi
untuk pengecoran komponen struktur (fondasi, sloof,
kolom, balok, dan plat lantai), gunakanlah campuran
tadi untuk komponen-komponen non struktur misalnya
untuk peningian elevasi lantai, untuk perkerasan jalan
atau juga bisa digunakan untuk mengatur elevasi plat
lantai jika diperlukan kemiringan.
i. Wadah adukan beton (wadah ketika beton sudah
dicampur sebelum pengangkutan dan pengecoran) perlu
disediakan tempat atau wadah setelah beton selesai
dicampur untuk menghindari kemungkinan terjadi
segregasi. Disamping itu jarak antara bibir molen
dengan wadah usahakan jangan terlalu tinggi.
j. Untuk warna semen, sebagian dari masyarakat kita
masih percaya bahwa semakin gelap warna semen
semakin kuat daya rekatnya. Ini adalah pengertian yang
keliru, karena warna tidak ada hubungannya dengan
kekuatan. Gelap tidaknya warna semen semata-mata
disebabkan oleh karakter bahan-bahan baku yang
digunakan untuk proses produksinya, sama-sekali tidak
berhubungan dengan kualitas semen yang dihasilkan.
Kebiasaan yang keliru yaitu menggunakan standar
warna untuk menentukan takaran pemakaian semen
dan orang memilih semen yang warnanya lebih gelap
untuk menurunkan jumlah semen yang digunakan,
akibatnya kualitas campuran yang dihasilkan menurun.

-7-
k. Mengenai agregat digunakan pasir dan batu kerikil yang
bersih untuk mendapat hasil adukan beton yang
sempurna. Cucilah pasir dan kerikil/koral, jika terdapat
kotoran. Terutama kandungan lumpur dan cacahan
kulit kayu. Lumpur dapat menurunkan mutu beton dan
pemborosan penggunaan semen.
Sedangkan kotoran cacahan kayu atau kulit kayu,
menyebabkan tekstur betok akan keropos, karena sifat
kayu yang ringan menyebabkan partikel ini akan
berusaha muncul ke permukaan. Jika muncul ke
permukaan, akan menyebabkan lubang-lubang kecil
yang menjadi sumber kerusakan dimasa mendatang.
Namun, seandainya tidak dapat muncul ke
permukaanakan menyebabkan rongga di dalam cetakan
beton.
l. Cara menghitung perbandingan bahan beton salah
satunya adalah menggunakan beton dengan campuran
1:2:3. Pola tersebut berarti:
1) 1 (satu) bagian semen (PC, Portland Cement).
2) 2 (dua) bagian pasir.
3) 3 (tiga) bagian batu kerikil/koral.
Ambilah tempat ukuran yang akan jadi standar
pembanding (contoh: ember cor).
Pertama-tama tuangkan semen 1 zak, kedalam ember
yang tersedia. Hitunglah jumlah ember yang dapat
menampung satu zak semen. Maka kita telah
menemukan berapa ember untuk satu zak semen.
Lakukan hal yang sama untuk alat ukur yang lain.
Dengan mengetahui perbandingan yang akurat dan cara
pengadukan yang benar, diharapkan akan mendapatkan
mutu beton yang diharapkan.
b. Air untuk adukan beton sebaiknya air yang digunakan
dalam pengadukan campuran beton adalah air yang
tidak mengandung sebagai berikut:
1) Lumpur atau endapan yang merubah warna air;
2) Garam, seperti air laut;
3) Deterjen, seperti air selokan rumah tangga;

-8-
4) Asam, seperti air lahan gambut yang kadar asamnya
tinggi; dan
5) Limbah kimia.
Gunakan air yang teksturnya bening dan yakinkan
bebas dari bahan tersebut diatas.
c. Kotak pencetak yang digunakan adalah papan pencetak
(bekesting) saat pengecoran jalan beton. Papan ini di
pasang disisi tepi jalan yang akan di cor, serta di sisi
tengah sebagai pemotong vertikal terhadap memanjang
jalan.
Tujuan dari pengotakan ini adalah untuk mencegah
terjadinya retakan akibat pemuaian dan akibat gerakan
struktur bawah. Dimana sering ditemukan patahan atau
retakan akibat hal tersebut. Juga untuk menghindari
retakan pada sambungan posisi pengecoran beda waktu.
Pengotakan beton cor jalan ini bukan hanya garis yang
di torehkan tetapi adalah hasil cetakan.
Buatlah kotak ukuran 2,5 m x 4 m, untuk ukuran jalan
dengan lebar 2,5 m. Dalam artian setiap 4 m lari
terdapat satu kotak cetakan (bekisting). Sesaat sebelum
memulai pengecoran hamparkan plastik didasar bidang
yang akan di cor.
Hal ini untuk menghindari air semen yang terdapat di
dalam pasta beton, tidak terserap ke lapisan tanah
dasar. Jika sebagian air semen dari pasta beton
terserap, maka akan terjadi segregasi pada lapisan beton
bagian bawah. Sehingga menurunkan mutu beton
lapisan bawah dan akan terjadi patahan pada bidang
yang luas. Setelah pengecoran, segeralah buatkan alur
(grooving) pada plat beton.
d. Perawatan Beton
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena
sangat menentukan mutu akhir beton. Setelah
pelaksanaan akhir dan penteksturan seluruh
permukaan beton harus dirawat. Salah satu perawatan
yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-

-9-
pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan
dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus
disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m² (3,75m²/ltr)
untuk tebal pelat ≥ 12,5 cm dan 0,2 ltr/m² (2,5 m²/ltr)
untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi
paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila
pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan
perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus
segera diperbaiki.
Metode perawatan yang lain seperti dengan lembaran
plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan
dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan
pada saat permukaan beton masih basah. Jika
permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras,
harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum
lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan
lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih
selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa
sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan
beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi
perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga
dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton
setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut
hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu
perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup
permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup
harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel
pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah
pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan
basah pada tempatnya selama minimal 7 hari.

-10-
1.2.3 Jalan dengan Perkerasan Batu Belah Telford/Makadam.
Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak
perlu disusun satu per satu dan saling mengunci sebagai
satu kesatuan.

Gambar III.1. Potongan Melintang Jalan Telford

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan


Jembatan di Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

Pembahasan di dalam panduan ini lebih mengarah pada


pola Makadam. Karena pola ini lebih cocok pada kultur
bangsa Indonesia yang menganut pola gotong royong, saat
ini lebih populer dengan sebutan pemberdayaan. Disamping
untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan
dilakukan sebagai berikut:
a. Lakukan pengukuran lebar jalan yang di kehendaki dan
perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul
berkenaan dengan kepemilikan tanah.
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang di sarankan adalah 2%-4%.
Contoh perhitungan:
1) Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
2) Maka perhitungan 4 % adalah : 4/100 x 250 = 10

-11-
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
3) Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka
bagian tengahnya menjadi 15 cm
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (seperti humus, sampah, dll). Padatkan dengan
timbris (alat bantu pemadatan berbentuk segi empat),
timbris dapat dibuat oleh warga desa. Untuk
menentukan kelurusan gunakan selang tembus
pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung permukaan
air, yakinkan bahwa permukaannya sama tinggi dan
rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Perkerasan Makadam dengan bahan perkerasan
Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2 cm
s/d 5 cm, agregat pengunci dengan ukuran 1 cm s/d 2
cm dan pasir penutup.
f. Perkerasan Makadam ini menggunakan agregat kasar
dengan gradasi hampir seragam dengan ukuran butir
3 cm - 5 cm dengan dipasang setebal kurang lebih 3/2
dari ukuran butir batu pecah. Diatas lapisan batu pecah
ini dipasang batu pengunci berupa batu pecah dengan
ukuraran antara 1 cm - 2 cm, kemudian dilakukan
pemadatan dengan timbris. Tebal perkerasan + 20 cm.

Gambar III.2. Pemadatan dengan Alat Timbris

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan


dan Jembatan di Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian
dan Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan
Umum

-12-
1.2.4 Jalan dengan Perkerasan Bata Beton (Paving Block)
Paving block adalah segmen-segmen kecil yang terbuat dari
beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang
dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci.
Jalan tipe ini adalah jalan yang ramah lingkungan dan
mudah perawatannya. Disamping itu dapat dibuat dengan
swadaya masyarakat, dimana warga desa dapat diajarkan
cara membuat mesin pencetak paving sederhana atau
dengan pengadaan swadaya masyarakat, karena mesin
dapat digunakan untuk jangka panjang yang dapat
memenuhi kebutuhan paving untuk seluruh jalan
lingkungan dan jalan usaha tani.
Keunggulan lainnya adalah biaya yang murah dan
pemasangannya mudah, perawatannya mudah dan dapat
menggunakan bahan lokal.
a. Lakukan pengukuran lebar jalan yang dikehendaki dan
perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul
berkenaan dengan kepemilikan tanah.
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh perhitungan:
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah: 4/100 x 250 = 10
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka bagian
tengahnya menjadi 15 cm.
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah

-13-
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (seperti humus, sampah, dan lain-lain). Padatkan
dengan timbris (alat bantu pemadatan berbentuk segi
empat), timbris dapat dibuat oleh warga desa. Untuk
menentukan kelurusan gunakan selang tembus
pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung permukaan
air, yakinkan bahwa permukaannya sama tinggi dan
rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Bentuk
1) Mempunyai bentuk yang sempurna.
2) Tidak retak-retak dan cacat.
3) Bagian sudut dan rusuknya tidak mudah diepihkan
dengan kekuatan tangan.
4) Berbentuk segi empat atau bersegi banyak.
5) Variasi ketebalan pada umumnya adalah 6 cm, 8 cm,
10 cm.
f. Bahan
1) Bahan baku untuk membuat paving block adalah
pasir kasar yang bersih dan Semen.
2) Komposisi yang disarankan adalah dengan
campuran:
(a) 1 bagian semen : 3 bagian pasir;
(b) 1 bagian semen : 4 bagian pasir; atau
(c) 1 bagian semen : 5 bagian pasir.
3) Jika di desa terdapat bahan abu batu, baik jika
ditambahkan, karena dapat meningkatkan mutu
paving block.
g. Pembuatan Manual (Sederhana)
1) Buatlah bahan cetakan dengan plat besi berbentuk
segi empat dengan ukuran, 10 cm x 20 cm x 6 cm.
Ketebalan pelat besi pencetak adalah 0,5 cm. Bagian
dasar dapat pula dari plat baja yang terpisah untuk
melepaskan cetakan.
2) Alat pemukul/pemadatan campuran dalam cetakan.
Alat ini berfungsi untuk memadatkan campuran
beton yang telah dituangkan ke dalam cetakan. Alat

-14-
ini berbentuk besi pelat selebar 30 cm x 30 cm yang
diberi pegangan dari kayu atau besi.
3) Campurkan pasir dan semen sesuai dengan
komposisi yang tersebut diatas dengan
menggunakan cangkul dan sekop, lakukan hingga
merata. Jika adukan yang diinginkan dalam jumlah
besar, dapat menggunakan mesin molen.
4) Tambahkan air secukupnya sampai lembab. Artinya
tidak basah dan juga tidak kering, agar mudah
dicetak dan memberikan hasil yang maksimum.
5) Paving block yang terbentuk di dalam cetakan
selanjutnya dikeluarkan dari cetakan sambil
ditempatkan di atas tatakan kemudian diletakkan
dan disusun di tempat yang teduh.
6) Proses pengeringan berlangsung perlahan di tempat
teduh, dan bila sudah mulai mengeras paving
dipindahkan dari tatakan. Sambil menunggu proses
pengerasan secara sempurna dilakukan penyiraman
dengan air tiga kali sehari selama 3-4 hari.
7) Proses pengerasan paving berlangsung secara
sempurna setelah 28 (dua puluh delapan) hari.
h. Pemasangan
1) Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar
di atas lapisan tanah dasar. Kemudian diratakan
dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang
seragam dan harus mengikuti kemiringan yang
sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan tanah
dasar.
2) Penggelaran pasir alas tidak melebihi jarak 1 m di
depan paving terpasang dengan tebal rata-rata 5 cm.
3) Pemasangan paving harus kita mulai dari satu
titik/garis diatas lapisan pasir alas.
4) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang
yang kita tarik kencang hingga tegang dan kita
arahkan melintang sebagai pedoman garis melintang
dan memanjang sebagai garis memanjang, kemudian

-15-
kita buat pasangan paving kepala masing-masing di
ujung benang tersebut.
5) Pemasangaan paving harus segera dilakukan setelah
penggelaran pasir alas untuk menjamin kerataan
pasir setelah di jidar. Hindari terjadinya kontak
langsung antar paving block dengan membuat jarak
celah atau nat dengan spasi 2-3 mm untuk pengisian
joint filler (abu batu/pasir).
6) Agar mempermudah pekerjaan, memasang paving
harus maju, dengan posisi si pekerja di atas paving
block yang sudah terpasang.
7) Setelah terpasang, taburkanlah pasir atau abu batu
dipermukaan pasangan paving, untuk mengisi celah
antar paving block.

1.2.5 Jalan dengan Perkerasan Tanah


a. Lakukan pengukuran lebar jalan yang di kehendaki dan
perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul
berkenaan dengan kepemilikan tanah.
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh perhitungan:
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah : 4/100 x 250 = 10
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka
bagian tengahnya menjadi 15 cm.
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah

-16-
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (seperti humus, sampah, dll). Padatkan dengan
timbris (alat bantu pemadatan berbentuk segi empat),
timbris dapat dibuat oleh warga desa. Untuk
menentukan kelurusan gunakan selang tembus
pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung permukaan
air, yakinkan bahwa permukaannya sama tinggi dan
rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Pilihlah material tanah penimbun dari jenis yang baik.
Bukan tanah berpasir, tanah lempung, tanah sawah,
tanah humus (biasanya bewarna hitam), tanah gambut,
dan jenis tanah lainnya yang jika terkena hujan akan
menjadi bubur tanah.
f. Lakukan penimbunan tanah sesuai dengan ketinggian
yang diinginkan. Ikuti garis kemiringan jalan yang telah
ditentukan, lalu padatkan tanah dengan timbris.
g. Konstruksi jalan tanah ini hanya disarankan bagi
daerah yang curah hujannya rendah dan memiliki
kontur tanah yang relatif datar. Tidak disarankan di
daerah yang basah.
Gambar III.3. Penataan dan Pemadatan Jalan Tanah

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan


Jembatandi Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

-17-
1.3 Saluran Air Hujan (Drainase)
Saluran yang berada disisi samping jalan adalah sarana penting
untuk konstruksi jalan, karena berfungsi mengalirkan air hujan
dan limpasan permukaan.
Fungsi dari drainase ini diantaranya:
a. Mengalirkan air hujan secepatnya dari permukaan jalan agar
segera kering, dan mengalirkannya ke saluran pembuangan
akhir secara gravitasi;
b. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran di
sekitar jalan masuk ke daerah perkerasan jalan; dan
c. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran
air.
Disamping itu sistem saluran air hujan diharapkan berwawasan
ramah lingkungan. Prinsip dasar sistem drainase berwawasan
lingkungan adalah mengendalikan kelebihan air permukaan
sehingga dapat mengalirkan secara terkendali dan lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah masih dapat berlangsung
dengan baik dan dimensi struktur bangunan drainase dapat lebih
efisien.
Sistem berwawasan lingkungan ini merupakan usaha untuk
mencegah kekurangan air tanah di masa yang akan datang.
a. Saluran Samping Tanpa Pasangan
Saluran ini dibuat dengan pertimbangan efisien dan mudah
perawatannya serta waktu pelaksanaan yang pendek.
Kaidah pembangunannya haruslah memenuhi kearifan alam,
diantaranya kemiringan talud (dinding drainase) satu banding
satu.
1) Luas minimum penampang saluran samping tanpa
pasangan adalah 0,50 m2.
2) Tinggi minimum saluran (T) adalah 50 cm.

-18-
Gambar III.4. Tipikal Potongan Saluran Tepi Bentuk
Trapesium

S
u
m
b
e
r
:

P
e
d
oman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatandi
Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

b. Saluran Samping dengan Perkuatan.


1) Perkuatan dinding saluran dengan Bambu
Digunakan pada daerah saluran yang sering tergerus.
Gunakan bambu yang telah berumur ≥ 3 tahun dengan
diameter 8 cm – 12 cm, tidak cacat dan lurus. Kalau
dimungkinkan telah diawetkan dengan perendaman dan
dikeringkan.
Gambar III.5. Saluran Tepi dengan Dilapis Bambu/Kayu

S
u
m
b
e
r
:

Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan


Jembatandi Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

2) Perkuatan dinding saluran dengan kayu bulat.


Bentuk dan funsinya sama dengan bambu, dilakukan untuk
daerah yang tidak menghasilkan bambu. Diameter kayu
bulat yang dipersyaratkan adalah 8 cm – 12 cm, tidak cacat
dan lurus.
3) Perkuatan dinding saluran dengan batu alam
Perkuatan ini memerlukan biaya yang cukup besar.

-19-
Gambar III.6. Potongan Saluran Samping dengan Perkuatan
Batu Kali

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan


Jembatan di Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

1.4 Perawatan Jalan


a. Perawatan Jalan dengan perkerasan Pasir Batu (Sirtu)
1) Berlubang, berisi air saat hujan. Dapat mempercepat
kerusakan permukaan jalan. Lakukan pembuatan saluran
air ke sisi samping untuk mengalirkan air yang tergenang.
Selanjutnya isi dengan material baru (sirtu) dan padatkan
dengan Timbris.
2) Saluran samping tertutup endapan. Sehingga air mengalir
menggerus permukaan jalan. Lakukan penggalian saluran
samping sesuai ukuran semula.
3) Bekas roda atau jejak kendaraan, yang membuat
permukaan jalan (bahu jalan) membentuk bukit kecil.
Lakukan perataan ulang, ukur sesuai dengan kemiringan
desain semula.
b. Perawatan jalan dengan perkerasan beton
kerusakan pelat-pelat beton, yang diakibatkan beban
kendaraan yang melewati tidak sesuai dengan daya dukung
jalan atau karena konstruksi bagian bawah beton tidak stabil.
Potong berbentuk segi empat, seluas bagian yang rusak,
bongkar dan dibuang bagian tersebut, kemudian cor kembali.
1.5 Jenis Jembatan
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau
jurang yang digunakan sebagai prasarana lalu lintas darat. Tujuan
dari pembangunan jembatan di perdesaan adalah untuk sarana
penghubung pejalan kaki atau lalu-lintas kendaraan ringan di

-20-
perdesaan, dengan konstruksi sederhana, dengan
mempertimbangkan sumber daya setempat (tenaga kerja, material,
peralatan, dan teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh
masyarakat setempat.
Jembatan pada jalan desa yang menghubungkan perkampungan
dengan pusat kegiatan produksi, seperti pertanian, perkebunan
dan lain-lain.
Konstruksi jembatan dan bangunan pelengkap, bangunan
jembatan dan penunjang lainnya diperlukan untuk penghubung
jalan yang terpisah oleh sungai atau parit yang dalam yang
terkadang melintas di daerah jalan.
Jenis jembatan dikembangkan di perdesaan terdiri dari:
1. Jembatan Kayu dengan Gelagar Besi;
2. Jembatan Beton; dan
3. Jembatan Gantung.

Tabel III.1. Jenis Konstruksi Jembatan


Jenis
Fungsi Pemakaian Ukuran Konstruksi
Konstruksi
Jembatan
Kayu Kendaraan roda Lebar maks. = 4,5 meter
dengan empat beban ringan Panjang maks = 15 meter
Gelagar Besi
Jembatan Kendaraan roda Lebar maks. = 3,5 meter
Kayu empat beban ringan Panjang maks = 6 meter
Jembatan Kendaraan roda Lebar maks. = 3,5 meter
Beton empat beban ringan Panjang maks = 6,0 meter
Jembatan Pejalan kaki & roda Lebar maks. = 1,5 meter
Gantung dua Panjang maks = 60,0 meter

Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa Tertinggal (P3DT),1998

1.5.1 Jembatan Kayu dengan Gelagar Besi


Jembatan desa difungsikan untuk prasarana penghubung
lalu lintas kendaraan ringan dengan volume rendah, dengan
kriteria desain:
a. Ketentuan Tinggi Jagaan (ruang bebas dibawah
jembatan/clearance)

-21-
Tabel III.2. Ketentuan Tinggi Jagaan Jembatan Kayu dan
Gelagar Besi

Tinggi Jagaan dari


Kondisi Sifat Aliran Sungai
Muka Air Banjir (MAB)
Irigasi Tenang 0.50 meter
Tenang 0.60 meter
Dataran
Deras 1.00 meter
Tenang 1.0 meter
Perbukitan
Deras 1.50 meter
Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa Tertinggal
(P3DT),1998

b. Konstruksi Bangunan Atas


1) Bentang Jembatan
(a) Bentang jembatan <6 m dengan gelagar kayu;
(b) Bentang jembatan 6-12m dengan gelagar besi;
2) Konstruksi jembatan gelagar kayu
Konstruksi jembatan gelagar kayu dengan dua
perletakan:
(a) Kayu yang digunakan minimal kayu kelas kuat II
(kruing, meranti merah, rasamala, atau
menggunakan bahan lokal);
(b) Lantai menggunakan kayu 6/20 cm;
(c) Baut dan paku untuk sambungan struktur kayu.

-22-
Gambar III.7. Jembatan Gelagar Bangunan Atas Jembatan
Kayu

Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa Tertinggal


(P3DT), 1998

Tabel III.3. Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Beban Ringan

Ukuran Lebar Jembatan


Bentang Penampang Panjang
Balok (m)
Bersih Balok Balok
(mm) 2.5 3 4.5
Jumlah Balok
Persegi
255 x 150
panjang 3,0 m
0-3,0 m 215 x 215 3 4 6
Persegi + 50 cm
225
bundar
Persegi
300 x 150
panjang 4,5 m
3,1-4,5 m 240 x 240 3 4 6
Persegi + 50 cm
300
bundar
Persegi
300 x 200
panjang 6,0 m
4,6-6,0 m 280 x 280 3 4 6
Persegi + 50 cm
400
bundar

Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa Tertinggal


(P3DT), 1998

-23-
3) Konstruksi Jembatan Gelagar Besi
Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua
perletakan sistem simple beam meliputi:
(a) Besi profil yang digunakan I profil;
(b) Lantai dengan balok kayu 6/20 cm;
(c) Baut dan paku untuk menghubungkan
elemen struktur besi dan kayu.

Tabel III.4. Dimensi Gelagar Besi untuk Jembatan Beban


Ringan
Berat per Lebar Jembatan (m)
Bentang Penampang Tinggi (H) Lebar
m’
Bersih Gelagar (m) (mm) Leher (mm) 2.5 3 4.5
(kg)
Jumlah Balok
3 3,5 200 90 78
4 4,5 200 90 105
5 5,5 230 102 166
6 6,5 260 113 250
7 7,5 280 119 333
8 8,5 300 125 430
9 9,5 320 131 545
10 10,5 360 143 757
11 11,5 380 149 918
12 12,5 400 155 1100 3 4 6
3 13,5 425 163 1340
14 14,5 425 163 1442
15 15,5 450 170 1725
16 16,5 475 178 2040

Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa Tertinggal (P3DT),


1998

4) Pembebanan Jembatan
Pembebanan pada jembatan untuk lalu lintas ringan:
(a) Beban merata 300 kg/cm2;
(b) Beban kendaraan ringan: Poros depan 1,5 ton
Poros belakang 3,5 ton;
c. Konstruksi Bangunan Bawah
Konstruksi bangunan bawah jembatan terdiri dari
kepala jembatan dengan fondasi langsung.
1) Fondasi langsung tipe pasangan batu kali

-24-
Gambar III.8. Fondasi Pasangan Batu

Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa


Tertinggal (P3DT), 1998

Gambar III.9. Fondasi kayu langsung untuk tanah stabil dan


tanah keras

-25-
Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa
Tertinggal (P3DT), 1998

2) Fondasi tiang pancang kayu untuk tanah


lunak/basah
Konstruksi ini digunakan untuk bangunan bawah
jembatan yang lokasinya berada di tanah lunak,
sehingga kayu yang digunakan harus terbuat dari
kayu klas kuat I.
(a) Ukuran balok kayu persegi (15×15) cm² sampai
dengan (30× 30) cm²;
(b) Ukuran balok gelondong/bulat diameter 24 cm
s/d 34 cm.
Kedalaman pancang yang disyaratkan untuk fondasi
ini minimal 3 meter dan maksimal 6 meter.
Pemancangan dilakukan dengan menggunakan
palu pemukul yang pemukulannya:

WXH
R = ------------
6S X 15

R = Pembebanan aman (kg)


W = berat palu (kg)
H = tinggi jatuh palu dikurangi 2 kali tinggi balik
palu (cm)
S = tinggi penurunan (cm)
W = berat palu
(kg)
H = tinggi
jatuh
palu
-26- dikurang
i 2 kali
tinggi
Gambar III.10. Contoh gambar jembatan gelagar besi

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana


Jalan dan Jembatan untuk Pedesaan, 1996

1.5.2 Jembatan Beton


Untuk desain konstruksi jembatan beton konsultan
pendamping melakukan konsultasi teknis dengan dinas
instansi teknis terkait dan dapat menggunakan standar
dinas teknis bidang Pekerjaan Umum kabupaten serta
mempertimbangkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor: 07/SE/M/2015 tentang
Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan.
Keuntungan penggunaan jembatan beton dibanding
jembatan kayu atau jembatan gelagar besi, antara lain:
(a) Masa pakainya lebih lama;
(b) Kebutuhan untuk pemeliharaan seharusnya/relatif
lebih ringan;
(c) Harga tidak jauh berbeda dengan jembatan kayu, dan
lebih murah daripada gelagar besi;
(d) Dapat dibangun di tempat yang tidak ada kayu dan
pengangkutan gelagar besi sangat sulit/relatif mahal;
(e) Masyarakat mendapatkan ketrampilan baru, yaitu cara
menggunakan bahan beton yang notabene sangat
dipengaruhi oleh tingkat dan kualitas pemahaman
struktur beton dan cara pengerjaannya.

-27-
Kerugian penggunaan jembatan beton dibanding jembatan
kayu atau jembatan gelagar besi, antara lain:
(a) Perlu keterampilan khusus dalam desain;
(b) Perlu pengawasan tenaga terampil yang dapat
mengawasi tanpa meninggalkan lokasi bangunan;
(c) Perlu perhatian khusus untuk menjamin kualitas
pekerjaan;
(d) Sangat peka terhadap penurunan tanah maka
(e) Perlu fondasi yang terjamin kuat;
(f) Lebih sulit pemeliharaan bila ada kerusakan;
(g) Kerusakan lebih sulit dideteksi sampai dengan
jembatan ambruk, maka lebih berbahaya;
(h) Bila dibuat lebar dan panjang, proporsi biayanya
sangat besar dan proporsi dana untuk bahan lebih
tinggi dibanding proporsi untuk tenaga kerja;
(i) Tanpa pengawasan yang ketat, resiko kegagalan cukup
besar; dan
(j) Keterampilan untuk membangun jembatan beton tidak
dapat diterapkan oleh masyarakat sendiri pada masa
pasca proyek, karena sangat bergantung pada
konsultan dan pengawas. Mereka tidak mendapatkan
ketrampilan yang dapat diterapkan pada kebutuhan
lain-lain.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di
atas, maka perlu beberapa pembatasan dan persyaratan
untuk jembatan beton, yaitu:
(a) Ukuran bentang dibatasi yaitu maksimal 6 m;
(b) Perencana pembangunan harus sudah berpengalaman
dalam pembuatan jembatan beton;
(c) Harus tersedia tenaga pengawas lapangan yang sudah
berpengalaman dengan pembuatan struktur yang
sama. Orang tersebut harus siap bekerja di tempat
jembatan. selama pelaksanaan jembatan, dan tidak
boleh merangkap pengawas lokasi proyek lain;
(d) Fondasi harus jelas kuat dan stabil, yang dapat
diperiksa melalui tes pit atau pengeboran (soil auger).
Jembatan beton tidak diizinkan pada lokasi yang

-28-
mempunyai sifat tanah kurang stabil dan daya dukung
lemah. Jembatan beton untuk lokasi dengan tanah
kurang baik memerlukan suatu penelitian yang cukup
mahal, termasuk tes laboratorium tanah, dengan
fondasi yang rumit dan mahal. Harganya sudah tidak
memenuhi persyaratan yang ada pada petunjuk ini.

1.5.3 Jembatan Gantung


Konstruksi bangunan atas jembatan gantung berupa tiang
pilon/menara, kabel utama, kabel pengaku, kabel
penggantung dengan lantai dan pagar pengaman/
sandaran. Sedangkan, bangunan bawah berupa fondasi dari
pasangan batu/beton.
Konstruksi jembatan gantung lebih cocok untuk bentang
yang panjang dengan dasar sungai yang dalam.
Pada lokasi tebing yang tingginya tidak sama, penentuan
bentang jembatan diusahakan agar kemiringan bentang
utama jembatan maksimal 1:20.
Panjang jembatan gantung disini adalah 15-60 m dengan
perbedaan panjang kelipatan 5 m. Lebar jembatan 1,5 m.

1.5.3.1 Perencanaan Lokasi


Pemilihan lokasi jembatan pejalan kaki harus
mempertimbangkan aspek ekonomis, teknis, dan kondisi
lingkungan antara lain:
(a) Biaya pembuatan jembatan harus seminimal mungkin
(b) Mudah untuk proses pemasangan dan perawatan
(c) Mudah diakses dan memberikan keuntungan untuk
masyarakat yang akan menggunakannya
(d) Berada pada daerah yang memiliki resiko minimal
terhadap erosi aliran sungai
Proses pemilihan harus mempertimbangkan keseluruhan
pemasangan jembatan maupun jalan masuk. Faktor-faktor
berikut ini perlu dipertimbangkan:
(a) Panjang bentang terpendek yang mungkin dari
jembatan;

-29-
(b) Jembatan pejalan kaki harus berada pada bagian lurus
dari sungai atau arus, jauh dari cekungan tempat erosi
dapat terjadi;
(c) Pilih lokasi dengan kondisi fondasi yang baik untuk
penahan kepala jembatan
(d) Lokasi harus sedekat mungkin dengan jalan masuk
yang ada atau lintasan lurus;
(e) Lokasi harus memberikan jarak bebas yang baik untuk
mencegah banjir dan harus meminimalisasi kebutuhan
untuk pekerjaan tanah pada jalan masuk untuk
menaikkan permukaan pada jembatan;
(f) Arus sungai harus memiliki penguraian yang baik dan
jalan aliran yang stabil dengan risiko yang kecil dari
perubahan karena erosi;
(g) Lokasi harus terlindung dan seminimal mungkin
terkena pengaruh angin;
(h) Lokasi harus memberikan jalan masuk yang baik
untuk material dan pekerja;
(i) Akan sangat membantu bila terdapat penyedia material
setempat yang mungkin digunakan dalam konstruksi
seperti pasir dan batu;
(j) Lokasi harus mendukung masyarakat setempat.

1.5.3.2 Menentukan Elevasi jembatan


Elevasi lantai jembatan ditentukan oleh jarak bebas dan
tinggi banjir dengan periode ulang 20 tahun.
(a) Jarak Bebas
Jarak bebas yang dianjurkan adalah:
i. Pada daerah yang agak datar ketika air banjir dapat
menyebar ke batas ketinggian permukaan air
dianjurkan jarak bebas minimum 1 m;
ii. Pada daerah berbukit dan memiliki kelandaian lebih
curam ketika penyebaran air banjir lebih terbatas,
jarak bebas harus ditingkatkan. Jarak bebas lebih
dari 5 m disarankan untuk daerah berbukit dengan
arus sungai yang mengalir pada tepi jurang yang
curam.

-30-
iii. Faktor kritis lain dari jarak bebas untuk perahu dan
lokasi dari kepala jembatan juga perlu diperiksa
untuk melihat kriteria mana yang mengatur tinggi
minimum lantai jembatan.
(b) Tinggi Banjir
Tinggi banjir rata-rata dapat diamati dengan:
i. Observasi tempat yang ditandai oleh material yang
tertahan pada tumbuhan, jenis arus, endapan
pasir/tanah;
ii. Diskusi dengan masyarakat setempat;
iii. Data muka air banjir tertinggi.

Gambar III.11. Contoh gambar Penentuan ketinggian lantai


jembatan

Sumber: Pedoman tentang Perencanaan dan pelaksanaan teknik


jembatan gantung untuk pejalan kaki disusun oleh Panitia Teknis
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus
Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia
Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan

1.5.3.3 Perencanaan Pengguna Jembatan Gantung


Pengguna jembatan dan tingkat lalu lintas harus
diidentifikasi secara jelas karena akan menentukan lebar
lantai jembatan yang diperlukan dan beban hidup pada
jembatan yang akhirnya akan menentukan biaya
konstruksi. Lebar jembatan yang dianjurkan untuk jalan
masuk dan lintasan untuk tipe-tipe yang berbeda dan

-31-
tingkat-tingkat lalu lintas. Dua lebar standar yang
dianjurkan adalah:
a. 1 meter sampai dengan 1,4 meter untuk pejalan kaki
dua arah (jembatan pejalan kaki kelas II);
b. 1,4 m sampai dengan 1,8 m untuk tiga pejalan kaki yang
beriringan (jembatan pejalan kaki kelas I).
Lebar ini hanya akan memberikan akses satu arah pada
beberapa tipe lalu lintas dan peringatan yang sesuai harus
diletakkan pada setiap ujung jembatan.
Untuk jembatan kelas I dianjurkan lebar lantai jembatan
dibuat 1,8 m, akses kendaraan bermotor lebih besar harus
dicegah, misalnya dengan memasang tiang besi atau patok
di ujung jembatan.

Gambar III.12. Gambar penentuan lebar jembatan

Sumber: Pedoman tentang Perencanaan dan pelaksanaan teknik


jembatan gantung untuk pejalan kaki disusun oleh Panitia Teknis
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus
Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia
Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan

1.5.3.4 Perencanaan Jembatan Gantung


a. Beban Rencana
Jembatan pejalan kaki harus kuat dan kaku (tanpa
lendutan yang berlebih) untuk menahan beban berikut:

-32-
i. Beban Vertikal
Beban vertikal berupa:
1. Beban mati dari berat sendiri jembatan;
2. Beban hidup dari pengguna jembatan.
Beban vertikal rencana adalah kombinasi dari
beban mati dan beban hidup terbesar yang
diperkirakan dari pengguna jembatan.
ii. Beban Samping
Beban samping disebabkan oleh:
3. Tekanan angin;
4. Gempa;
5. Pengguna yang bersandar atau membentur
pagar keselamatan.
Benturan ringan yang diakibatkan oleh batuan-
batuan yang terbawa oleh sungai/arus. Jika
benturan keras dari objek yang lebih besar pada
aliran air yang cepat maka jarak bebas lantai
jembatan harus ditambah untuk mengurangi
resiko benturan dan kerusakan.
Beban samping yang harus dipertimbangkan
dalam desain adalah beban angin yang terjadi pada
sisi depan yang terbuka dari batang-batang
jembatan dan beban yang diakibatkan oleh
pengguna yang bersandar atau membentur pagar
keselamatan dan tiang-tiang penahan. Benturan
dari batuan-batuan tidak akan terjadi jika ada
jarak bebas yang memadai di bawah jembatan.
Standar perencanaan untuk jembatan pejalan kaki
mempertimbangkan standar perencanaan
kecepatan angin 35 m/detik, yang mengakibatkan
tekanan seragam pada sisi depan yang terbuka
dari batang-batang jembatan dari 130 kg/m2.
Karena tidak mungkin lalu lintas di atas jembatan
pada angin yang besar, beban angin
dipertimbangkan terpisah dari beban hidup
vertikal.

-33-
Beban gempa dihitung secara statik ekuivalen
dengan memberikan beban lateral di puncak
menara sebesar 15% sampai dengan maksimum
20% beban mati pada puncak menara. Beban
gempa tidak dihitung bersamaan dengan beban
angin karena tidak terjadi pada waktu yang sama.
iii. Beban Hidup
Ada 2 (dua) aspek beban hidup yang
dipertimbangkan:
1) Beban terpusat pada lantai jembatan
jembatan akibat langkah kaki manusia
untuk memeriksa kekuatan lantai jembatan;
2) Beban yang dipindahkan dari lantai
jembatan ke batang struktur yang kemudian
dipindahkan ke tumpuan jembatan. Aksi
beban ini akan terdistribusi pendek atau
menerus sepanjang batang-batang
longitudinal yang menahan lantai jembatan.
Beban hidup yang paling kritis yang dipikul karena
pengguna jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada
Tabel berikut dibawah. Dipertimbangkan bahwa
beban terpusat 2000 kgf (20 kN) untuk kendaraan
ringan/ternak dan beban merata 5 kPa
memberikan batas yang cukup untuk keselamatan
untuk semua pengguna biasa dari jembatan
pejalan kaki.

-34-
Tabel III.5. Beban Rencana Jembatan Gantung

Sumber: Pedoman tentang Perencanaan dan pelaksanaan


teknik jembatan gantung untuk pejalan kaki disusun oleh
Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan
Pelengkap Jalan pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan
Jembatan

b. Kriteria Perencanaan
Standar perencanaan jembatan menetapkan kriteria
perencanaan yang perlu dipertimbangkan untuk
memastikan bahwa jembatan pejalan kaki aman dan
sesuai untuk pengguna.
i. Kekuatan
Batang-batang jembatan harus cukup kuat untuk
menahan beban hidup dan beban mati yang
didefinisikan di atas dengan batas yang cukup
untuk keselamatan untuk mengizinkan beban yang
tidak terduga, properti material, kualitas
konstruksi, dan pemeliharaan.
ii. Lendutan
Jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut untuk
batas yang mungkin menyebabkan kecemasan
atau ketidaknyamanan untuk pengguna atau
menyebabkan batang-batang yang terpasang
menjadi tidak rata. Batas maksimum untuk balok
dan rangka batang jembatan pejalan kaki
ditunjukkan pada Tabel 1. Batasan ini adalah
lendutan maksimum pada seperempat bentang
jembatan pejalan kaki ketika dibebani oleh beban
hidup asimetris di atasnya.

-35-
iii. Beban Dinamik
Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi
getaran akibat angin atau orang yang berjalan di
atasnya. Namun, beban ini dapat diatasi dengan
ikatan angin dan pembatasan barisan pejalan kaki.
1.5.3.5 Sketsa Sederhana Jembatan Gantung Pejalan Kaki
dan Sepeda Motor
Tipe yang lebih konvensional dari jembatan gantung yaitu
yang menggunakan kabel menerus yang ditahan oleh
menara pada setiap ujung jembatan. Kabel tersebut
digunakan untuk menahan batang penggantung lantai
jembatan. Sketsa skema dari tipe jembatan ini dapat dilihat
pada Gambar 3. Lantai jembatan boleh lentur atau kaku,
tetapi harus cukup kuat menahan beban lalu lintas antara
kabel dan juga untuk menahan beban angin. Bagian ujung
menara harus cukup tinggi untuk memungkinkan kabel
utama melengkung, antara 1 : 8 dan 1 : 11.

Gambar III.13. Potongan Jembatan Gantung

-36-
Sumber: SNI 03-3429-1994, Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan
Jembatan Gantung dan Pejalan Kaki.

Tabel III.6. Spesifikasi Ukuran Komponen Jembatan Gantung

-37-
Sumber: SNI 03-3429-1994, Pedoman Perencanaan dan
Pelaksanaan Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki.

a. Mutu Beton
Mutu beton harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990
seperti tampak pada Tabel berikut.

-38-
Tabel III.7. Mutu Beton

b. Mutu Baja Struktur


Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus
mempunyai sifat mekanis baja struktural seperti dalam
Tabel Mutu Baja Struktur.
Mutu baja dan data yang berkaitan lainnya harus
ditandai dengan jelas pada unit-unit yang menunjukkan
identifikasi selama pabrikasi dan pemasangan
Tabel III.8. Jenis Baja struktur

c. Kabel Baja
i. Kabel utama yang digunakan berupa untaian
(strand). Jenis-jenis kabel;

-39-
ii. Kabel dengan inti yang lunak tidak diizinkan
digunakan pada jembatan gantung ini;
iii. Kabel harus memiliki tegangan leleh minimal
sebesar 1500 MPa
iv. Batang penggantung menggunakan baja bundar
sesuai spesifikasi baja seperti tampak pada Tabel
Mutu Baja Struktur;
v. Kabel ikatan angin menggunakan baja bundar
sesuai spesifikasi baja seperti tampak pada Tabel
Mutu Baja Struktur.

Gambar III.14. Penampang Melintang Kabel.

Sumber: Pedoman tentang Perencanaan dan pelaksanaan teknik


jembatan gantung untuk pejalan kaki disusun oleh Panitia Teknis
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus
Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia
Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan.

1.6 Tambatan Perahu


Tambatan Perahu merupakan sarana untuk bersandarnya perahu
sekaligus tempat menunggu penumpang, mengikat perahu dan
menimbun barang sementara.
Di dalam petunjuk ini di tampilkan pembuatan tambatan perahu
sederhana dari konstruksi kayu. Bobot mati perahu yang
direncanakan adalah maksimum 2 ton dengan panjang 16 m dan
lebar 3 m.
Pembuatan tambatan perahu haruslah merupakan bagian
kelengkapan sistem pelayanan masyarakat yang akan dibangun
mencakup; tempat pelelangan ikan, dermaga bongkar muat,

-40-
tempat rekreasi, lokasi parkir, dan lain-lain. Hal ini menjadi bagian
dari pembangunan berkelanjutan.

a. Penentuan Lokasi
1) Tanah bukan daerah erosi dan tidak mudah erosi;
2) Terletak pada bagian sungai yang lurus;
3) Tempat tambatan perahu harus terletak pada lalu lintas
perahu yang ramai atau pada tempat yang mudah di
akses masyarakat;
4) Sekitar lokasi harus bersih;
5) Lokasi mudah dijangkau untuk pengadaan barang/bahan
bangunan.

b. Data yang diperlukan untuk membangun


1) Kecepatan air pada sungai;
2) Tinggi muka air pasang surut;
3) Kedalaman sungai atau laut maksimal 6 m;
4) Tinggi gelombang pada laut (maksimum 40 cm);
5) Kelandaian tepi sungai atau laut;
6) Jenis tanah;
7) Ukuran perahu yang akan menggunakannya;
8) Jumlah pengguna tambatan perahu.

c. Bahan–Bahan
1) Rangka menggunakan kayu ukuran 6 cm x 12 cm atau
8cm x 12cm. Ditancapkan/pancang hingga mendapatkan
tanah keras;
2) Dinding tepi tambatan menggunakan papan ukuran
3 cm x 10 cm atau 3 cm x 20 cm. Bahkan hingga ukuran
3 cm x 30 cm, dengan cara dipasang rapat sejajar tepi;
3) Penguat turap menggunakan kayu ukuran 6 cm x 12 cm
atau 8 cm x 12 cm dipasang pada bagian bawah dan atas;
4) Penyangga turap menggunakan kayu ukuran 6cm x 12cm
dipasang hingga membentuk segitiga (saling menyilang),
setiap 1 m hingga 2 m yang dihubungkan pada rangka;
5) Lantai tepi tambatan perahu menggunakan tanah urug,
dengan pemadatan. Pemadatan yang terbaik adalah
dengan cara memadatkan setiap 20 cm, selanjutnya

-41-
ditimbun lagi 20 cm dan dipadatkan lagi, perlakuan ini
terus berlanjut hingga mencapai tinggi yang diinginkan;
6) Jenis kayu yang digunakan haruslah jenis kayu kelas
satu (yang terbaik) dan kayu yang tingkat keawetan kelas
satu (yang tertinggi).

d. Tiang Pancang Kayu


1) Pemancangan hingga mencapai tanah keras atau
kedalaman kira-kira 6 m;
2) Saat pemancangan, gunakan plat baja untuk menutup
bagian atas kayu;
3) Bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan kayu
masuk saat dipancang;
4) Jika diperlukan penyambungan tiang pancang, gunakan
plat baja ketebalan 3 mm sampai 5 mm dan mur baut
berdiameter 12 mm, panjang sesuai ketebalan kayu;
5) Pemancangan menggunakan tripod dari bahan kayu atau
bambu;
6) Buatlah tripod tersebut dimana bagian atasnya dilengkapi
dengan katrol;
7) Gunakan tambang untuk mengangkat palu beton
berukuran 30 cm x 30 cm x 40 cm;
8) Pemancangan dihentikan setelah penurunan kumulatif
5 cm pada 10 kali pukulan terakhir dengan tinggi jatuh
palu beton setinggi 60 cm.

e. Sekur Penguat Tiang Pancang


Untuk memperkuat dan menjaga stabilitas tiang tambatan
perahu, gunakan kayu sekur yang dipasang pada tiang
pancang yang telah terpancang tadi di bagian bawah hingga
bagian atas dengan kayu ukuran 6 cm x 10 cm atau
6 cm x 12 cm. Serta mur baut diameter 12 mm.
f. Gelegar Melintang dan Memanjang
Menggunakan kayu berukuran 8 cm x 12 cm atau
8 cm x 15 cm. Dipasang dengan jarak 1,5 m hingga 2 m,
menggunakan mur baut berdiameter 12 mm.

-42-
g. Papan Lantai
Menggunakan bahan kayu berukuran 3 cm x 20 cm atau
3 cm x 30 cm dipasang rapat dengan dipaku 7 cm sampai
10 cm.
h. Patok Tambat
1) Gunakan patok besi berdiameter 5 cm atau 10 cm dengan
alas plat baja ukuran tebal 5 mm, panjang 20 cm, lebar
12 cm;
2) Dipasang di atas lantai tambatan;
3) Alas plat baja diperkuat dengan menggunakan 4 buah
mur baut berdiameter 12 mm, sampai dengan gelegar
memanjang.

1.7 Jenis Konstruksi sesuai dengan bentuk tepi sungai atau pantai.

Tabel III.9. Jenis Konstruksi Tambatan Perahu


Perbedaan Muka
No Bentuk Tepi Jenis Konstruksi
Air
1 Landai <2m Tambatan Dermaga Berlantai 1

2 Landai >2m Tambatan Dermaga Berlantai 2

3 Curam <2m Tambatan Dermaga Berlantai 1

4 Curam >2m Tambatan Dermaga Berlantai 2

Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan, Pengoperasian dan


Pemeliharaan Tambatan Perahu, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

Tabel III.10. Data Teknis Ukuran Bahan dan Jarak Pemasangan


Pada Pekerjaan Tambatan Perahu
No Jenis Ukuran Jarak Maksimal
6 cm x 12 cm 1m
8 cm x 12 cm 1,5 m
1 Tiang
8 cm x 15 cm 1,75 m
15 cm x 15 cm 2m
5 cm x 10 cm 1,5 m
2 Sekur
6 cm x 12 cm 2m
8 cm x 12 cm 1,5 m
3 Gelegar Melintang
8 cm x 12 cm 2m
Gelegar 8 cm x 12 cm 1,5 m
4
Memanjang 8 cm x 15 cm 2m
3 cm x 20 cm Rapat
5 Lantai
3 cm x 30 cm Rapat
6 Karung Sesuai kebutuhan
7 Pasir Sesuai Kebutuhan

Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan, Pengoperasian dan


Pemeliharaan Tambatan Perahu, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

-43-
Gambar III.15 Tata Letak Tambatan Perahu

Sumber: Petunjuk Praktis Pembangunan, Pengoperasian dan


Pemeliharaan Tambatan Perahu, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

a. Pekerjaan Tepi Tambatan


1) Buatlah tanggul dari tumpukan karung pasir mengelilingi
sisi yang rencana tempat tambatan;
2) Susun tumpukan karung tersebut sampai setinggi
permukaan air dengan panjang dan lebar sesuai rencana
ukuran tambatan perahu.
3) Kuras air dengan menggunakan pompa.
4) Tancapkan rangka turap sampai mendapatkan tanah keras.
5) Pasang penguat turap pada bagian bawah dan atas.
6) Pasang dinding turap.
7) Pasang penyangga turap ke arah darat membentuk segitiga
setiap 1,5 m dihubungkan pada rangka.
8) Urug lantai tambatan dengan pemadatan bertahap setiap 20
cm sampai rata lantai dengan tambatan perahu.
b. Pekerjaan Tiang Pancang
1) Pasang tripod.
2) Pada bagian atas tripod dilengkapi dengan katrol, tambang
dan paku beton, ikat paku beton dengan tali.
3) Pada bagian ujung atas tiang pancang lapisi dengan plat.
4) Lakukan pemancangan hingga mencapai tanah keras atau
kedalaman 6 m.
5) Sambung tiang pancang dengan menggunakan plat baja
dengan tebal 3 mm - 5 mm dan mur baut diameter 12 mm.

-44-
c. Pekerjaan Sekur Pemersatu Tiang Pancang
Satukan tiang pancang dengan menggunakan kayu berukuran
5 cm x 10 cm atau 6 cm x 12 cm dipasang dibagian bawah dan
atas tiang pancang.
d. Pekerjaan Gelegar Melintang dan Memanjang
Pasang gelegar dengan menggunakan kayu berukuran 8 x 12
cm dengan jarak 1,5 m menggunakan mur baut diamater 12
mm.
e. Pekerjaan Lantai Papan
Pasang papan lantai dengan ukuran 3 cm x 20 cm dipasang
rapat, diperkuat dengan paku 7 cm.
f. Pekerjaan Patok Tambat
1) Dipasang dilantai tambatan perahu.
2) Alas pelat baja diperkuat dengan menggunakan 4 (empat)
buah mur baut diameter 12 mm.

-45-
II. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR
MINUM DAN SANITASI
2.1 Infrastruktur Air Minum
Air minum merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus
menjadi perhatian serius akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan mulai
menurunya kualitas air minum bagi masyarakat kebanyakan
terutama di perdesaan. Cemaran dari polutan di perdesaan pada
umumnya adalah limbah pupuk kimia dan limbah deterjen yang
meluas dan tidak terkendali. Begitu juga dengan sanitasi
lingkungan yang tidak baik akan memperburuk tingkat kesehatan
masyarakat.
Akses informasi tentang air bersih dan sanitasi lingkungan yang
baik di desa, masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat yang lebih baik di masa mendatang.
Diharapkan petunjuk ini dapat membimbing masyarakat desa
untuk lebih memahami bagaimana menyediakan air bersih yang
benar dan sederhana, serta memperhatikan sanitasi lingkungan
yang sehat.
Air minum yang memenuhi syarat kesehatan diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Jernih dan tidak bewarna;
b. Tidak berbau; dan
c. Tidak berasa.
Disamping tiga syarat di atas, kita tidak boleh mengabaikan
kandungan unsur kimia dan bakteri yang terdapat dalam air
minum tersebut.
2.1.1 Sumur Gali
Sumur gali merupakan sumber air minum yang populer di
desa. Fungsi sumur ini adalah menyadap dan menampung
air tanah dan akuifer yang dipergunakan sebagai sumber air
baku untuk air minum. Cara pembuatannya dengan
menggali tanah.

-46-
a. Data Teknis
1) Bentuk
Berbentuk bulat dengan diameter 80 cm

Gambar III.16. Buis Beton Sebagai Dinding Sumur Gali

Sumber: Foto Dokumentasi PPIP Tahun 2013/2014

2) Bahan-Bahan
Terbuat dari cetakan campuran semen dan pasir
yang dipadatkan (Beton Tumbuk).

Gambar III.17. Dimensi Cetakan Buis Beton

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Air Bersih dan


Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

b. Persyaratan Teknis
1) Lantai Sumur:
a) Pasangan batu bata atau batu belah.
b) Beton tumbuk.

-47-
2) Bagian bawah sedalam minimal 3 m dari permukaan
tanah atau sampai pada keadaan batuan tidak
menunjukan gejala mudah retak atau runtuh.
3) Dasar sumur diberi kerikil/pecahan bata/pecahan
genteng dengan ukuran butir 3 cm – 5 cm dengan
tebal timbunan hingga 50 cm dari dasar sumur.
4) Dinding sumur bagian atas diberi dinding setinggi 0,8
m dari permukaan tanah. Hal ini untuk mencegah
masuknya air dari permukaan sumur

Gambar III.18. Foto Pemasangan Dinding Sumur Gali


dengan Buis Beton

Sumber: Poto Dokumentasi PPIP Tahun 2013

5) Dilengkapi dengan sarana untuk mengambil air.


6) Dilengkapi dengan saluran pembuangan air bekas
hingga jarak kurang lebih 10 m, kedap air, licin
dengan kemiringan minimal 2% kearah sarana
pengolahan air limbah.
7) Jarak minimum sumur gali dengan sumber air kotor
(septic tank, resapan, dan lain-lain) minimal 10 m.
8) Jarak sumur gali dengan pemakai dapat
direncanakan untuk radius 50 m.

-48-
2.1.2 Pompa Tangan Dangkal
Pompa tangan dangkal adalah pompa tangan yang
bekerjanya dapat menghisap air dari dalam tanah dengan
maksimal kedalaman 7 m. Sedangkan pompanya terletak
diatas permukaan tanah.

Gambar III.19. Pengeboran Secara Manual

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

a. Data Teknis
1) Lokasi penempatan pompa tangan harus lebih tinggi
dari permukaan tanah.
2) Jarak antara sumur pompa tangan dengan sumber
air kotor (septic tank, resapan, dan lain-lain) minimal
10 m.
3) Jika sumur pompa tangan berada lebih rendah dari
sumber air kotor (septic tank, resapan, dan lain-lain)
maka jaraknya minimal 15 m.
4) Jangan di daerah banjir atau terkena pengaruh
banjir.
5) Bahan bangunan untuk membuat sumur pompa
tangan terdiri dari:
a) Pasir dengan kadar lumpur yang rendah (5%);
b) Kerikil kecil dengan butir maksimal 0,5 cm;
c) Semen;
d) Batu Bata;
e) Lem Pipa PVC;

-49-
f) Papan;
g) Bambu;
h) Selotip; dan
i) Kaporit.
b. Pemasangan Peralatan:
1) Saringan PVC
a) Bersihkan dan ampelas bagian luar ujung polos
saringan sepanjang 5 cm dan bagian dalam
socket.
b) Oleskan dengan lem PVC secara merata ujung
polos saringan.
c) Masukan dop di bawah ujung polos saringan.
d) Masukan socket di atas ujung polos saringan.
e) Bersihkan bagian berulir dari socket dan ulir dari
pipa hisap GI.
f) Lapisi bagian ulir dengan selotip.
g) Masukan socket kedalam pipa hisap.
h) Gunakan kunci trimo (kunci pipa) untuk
menahan rangkaian pipa hisap.
2) Penyambungan Pipa Hisap:
a) Bersihkan dan amplas ujung pipa PVC dan
bagian dalam socket.
b) Bersihkan ujung draft bagian dalam pipa GI dan
luar socket.
c) Oleskan dengan lem ujung luar PVC dan bagian
dalam socket.
d) Lapis bagian ulir pada socket dengan selotip.
e) Masukan ujung pipa PVC dengan socket.
f) Masukan socket ke dalam pipa hisap GI.
g) Sisakan pipa sepanjang 70 cm di atas
permukaan tanah.
h) Gunakan kunci trimo (kunci pipa) untuk
menahan rangkaian pipa hisap.

-50-
Gambar III.20. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Hisap

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

3) Penyambungan Pipa Hisap dengan Pompa Tangan:


a) Bersihkan dan amplas ujung socket dan bagian
luar ujung pipa PVC.
b) Olesi dengan lem PVC secara merata pada bagian
yang telah dibersihkan.
c) Masukan pipa hisap PVC dengan socket.
d) Bersihkan dan lapisi ujung berulir bagian dalam
dari tumpuan pompa.
e) Letakan packing di atas tumpuan pompa.
f) Atur sehingga lubang baut dari badan pompa
tepat berada pada lubang-lubang baut pada
tumpuan pompa.
g) Pasang mur dan baut pada lubang yang ada.
h) Pastikan bahwa badan pompa dan tumpuan
pompa terpasang dengan baik.
i) Ikat dengan tali pada penampang bambu.
j) Lakukan uji coba pemompaan sehingga
dihasilkan air bersih.

-51-
Gambar III.21. Sumur Pompa Tangan Sederhana

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

4) Pengisian Kerikil:
a) Masukan kerikil ke dalam rongga antara pipa
hisap dengan tanah.
b) Hentikan pengisian kerikil apabila telah mencapai
setinggi saringan pipa PVC.
c) Masukan pasir di atas kerikil hingga mencapai
kurang dari 1 m di bawah permukaan tanah.
d) Masukan adukan kedap air hingga rata dengan
permukaan tanah.

Gambar III.22. Pengisian Kerikil Pengisi Rongga antara Pipa


dengan Dinding tanah

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

-52-
5) Pembuatan Lantai Sumur dan Landasan Pompa:
a) Lepaskan baut pengikat.
b) Angkat dan pindahkan badan pompa dan
bambu/kayu penopang.
c) Tutup lubang hisap.
d) Gali tanah hingga kedalaman 5 cm, dengan lebar
210 cm dan panjang 210 cm.
e) Masukan pasir setebal 3 cm dan ratakan. Untuk
membantu memadatkannya, dapat disiram
dengan air, lalu diratakan kembali.
f) Buat cetakan pengecoran untuk lantai dengan
ukuran 172 cm x 172 cm, dan parit 14 cm.
g) Pasang cetakan lantai.

Gambar III.23. Cetakan Lantai Sumur Pompa Tangan

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

h) Cor dengan campuran beton.


i) Biarkan satu minggu hingga kering dan bisa
dipijak.

-53-
Gambar III.24. Pembuatan Lantai Sumur dan Landasan
Pompa

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

j) Buka penutup pipa hisap, lalu masukan kaporit


(jika ada) sebanyak 2,5 gram yang dilarutkan
dalam 20 liter air. Untuk membunuh bakteri
yang merugikan kesehatan yang masuk bersama
saat pengerjaan.
k) Biarkan air sumur bercampur kaporit selama 24
jam (sehari semalam).
l) Lakukan pemompaan setelah 24 jam
pengendapan, hingga bau kaporit hilang.

2.1.3 Penampungan Air Hujan (PAH)


Penampungan Air Bersih (PAH) adalah wadah untuk
menampung air hujan sebagai air baku di daerah yang
sumber airnya sangat sedikit yang dapat digunakan untuk

-54-
keperluan minum. Penggunaan PAH bersifat individul atau
skala komunal dan dilengkapi saringan.
a. Data Teknis
1) Lokasi PAH sebaiknya diletakan atau dibuat di
daerah yang memiliki curah hujan hingga 1300
mm/tahun.
2) Bak penampung air hujan dapat dibuat dari berbagai
macam bahan diantaranya:
a) Gentong dari Tanah Liat;
b) Ferocemen;
c) Fiberglass;
d) Plastik;
e) Bak dengan pasangan batu bata; dan
f) Bak dengan beton cor.
Isi dari bak penampung untuk memenuhi minum
dan masak, minimal 25 liter/hari.
3) Bidang penangkap air berfungsi menangkap air
hujan sebelum mencapai tanah (atap rumah yang
terbuat dari genteng/seng).
4) Air hujan yang jatuh pertama setelah musim
kemarau tidak boleh langsung ditampung.
5) Penampung Air Hujan harus kedap air.
6) Bahan Bangunan:
a) Talang PVC diameter 50 mm.
b) Kran ukuran ¾ inchi.
c) Pipa penguras PVC.
d) Pipa peluap PVC.
e) Bahan bangunan untuk 1 unit bak
pengambil/kolam/ waduk kecil.
7) Komponen Media Penyaring:
a) Pasir dengan ketebalan (300-400) mm, ukuran
diameter efektif (0,3-1,2) mm, koefisien
keseragaman (1,2-1,4) mm, dan porositas 0,4.
b) Kerikil dengan ketebalan 200-350 mm dan
diameter (10-40) mm.

-55-
b. Cara Pembuatan
1) Pembuatan Fondasi:
a) Gali tanah untuk fondasi hingga kedalaman 60
cm;
b) Pasang (gelar) pasir padat setebal 10 cm;
c) Pasang batu kosong;
d) Pasang fondasi pasangan batu kali yang terbuat
dari bahan batu kali dengan campuran
1 semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah
ditetapkan;
e) Isi lubang bekas galian dengan tanah urug;
f) Rakit pembesian untuk sloof beton sepanjang
fondasi yang berukuran 15 cm x 15 cm;
g) Rakit pembesian untuk tiang dengan ukuran 15
cm x 15 cm dengan tinggi 1,3 m (130 cm);
h) Untuk pengadukan beton, buatlah kotak
pengadukan. Hindari mengaduk langsung di atas
tanah. Hal ini dapat menyebabkan air semen
meresap ke tanah dan adukan akan bercampur
dengan tanah, yang mengakibatkan menurunnya
mutu beton.
2) Pembuatan Lantai Dasar PAH:
a) Buat campuran beton dengan perbandingan
1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sebanyak 0,40 m3.
Campuran harus rata dan tidak encer;
b) Tuangkan campuran beton untuk lantai dasar
PAH setebal 10 cm, ratakan adukan dengan
menggunakan roskan;
c) Biarkan beton mengering dan mengeras sebelum
melanjutkan pekerjaan dinding PAH.
3) Pembuatan Dinding PAH:
a) Buka cetakan kayu pada sloof beton dan tiang
beton bila beton dinilai sudah mengeras;
b) Pasang dinding bak dengan konstruksi batu bata
hingga mencapai ketinggian bak;
c) Buat lubang-lubang pada dinding bak PAH untuk
memasang pipa “outlet”, penguras, peluap dan
kran diameter ½ inchi sebanyak 4 buah;

-56-
d) Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa
dengan mortar semen campuran 1 pc : 2 psr;
e) Plester dinding bak dengan adukan campuran
1 pc : 2 psr.
4) Pembuatan Tutup PAH dan Lubang Periksa:
a) Pasang bekesting untuk pembuatan tutup
bangunan PAH;
b) Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di
atas bekesting;
c) Susun pembesian ukuran 8 mm – 15 mm yang
telah dirakit. Sesuai dengan ukuran tutup
bangunan PAH yang akan dicor di atas cetakan;
d) Pasang pipa udara pada bagian yang telah
ditentukan sebelum dicor;
e) Ganjal batu setebal 2 cm - 3 cm diseluruh bidang
di bawah pembesian;
f) Buat sekat ukuran 60 cm x 60 cm dari kayu tipis
(multiplek) pada bagian tutup bak kontrol.
Lakukan pengecoran dengan memasukan adukan
dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil. Sambil dirojok agar merata keseluruh
bidang cor serta mengisi sela-sela pembesian dan
tertutup rata;
g) Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksaan;
h) Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa
dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari
besi diameter 12 mm;
i) Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih
10 cm, biarkan hingga kering dan mengeras;
j) Rapikan tutup bak dengan plesteran 2 pc : 1 psr.
5) Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air:
a) Gali (kupas) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang
1,2 m dari sisi pinggir fondasi dengan kedalaman
20 cm.
b) Lapisi dengan pasir yang dipadatkan, setebal
5 cm.

-57-
c) Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan
1 semen : 4 pasir.
d) Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan
ratakan dengan roskam.
e) Biarkan beton sampai kering.
f) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi
pasangan batu.

Gambar III.25. Denah

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

Gambar III.26. PAH yang Terbuat dari Polyethelin

Sumber: Dokumentasi PPIP Tahun 2013


6) Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan:
a) Tampung air hujan melalui talang yang telah
direncanakan semula. Perhatikan tata letak
talang agar maksimal mengumpulkan air hujan
untuk dimasukan ke dalam PAH.

-58-
b) Air dari talang dialirkan ke bak PAH, melalui
sistem saringan.
c) PAH diperhitungkan dengan cermat untuk
memenuhi kebutuhan air selama musim kering.
d) PAH harus ditutup rapat setiap habis dipakai,
agar tidak kemasukan seperti debu, serangga,
dan lain-lain.
Gambar III.27. Potongan PAH dengan Konstruksi Pasangan
Bata

Sumber: Dokumen Informasi PPIP Sumatera Utara

Gambar III.28. Bak PAH Terbuat dari Polyethelin

Sumber: Dokumentasi PPIP Tahun 2013

2.1.4 Penangkap Mata Air


Penangkap Mata Air (PMA) adalah bangunan untuk
menangkap dan melindungi mata air terhadap pencemaran
yang dilengkapi dengan bak penampung.

-59-
a. Evaluasi Hasil Survei Mata Air
1) Kuantitas (jumlah) Air dari Mata Air
Kapasitas air maksimal dan minimal pada periode
tahunan dan periode 10 tahunan.
2) Kualitas (mutu) Air dari Mata Air
Meliputi fisik, kimia, dan bateriologi sesuai dengan
standar ketentuan air baku yang berlaku.
a) Kualitas Fisik
Evaluasi kualitas fisik meliputi:
(i) Kekeruhan, perhatikan bilamana terdapat
kekeruhan yang tinggi dalam periode lama,
maka untuk menggunakan mata air ini
perlu dipertimbangkan biaya investasi dan
operasi serta pemeiliharaannya;
(ii) Rasa, perlu dilakukan tes rasa, payau atau
asin. Cek juga kandungan klorida, jika tidak
ada maka mata air dapat digunakan sebagai
sumber air minum; dan
(iii) Warna dan bau, periksa air terhadap warna
dan bau jika air ditemukan berbau, maka
penyebab timbulnya bau tersebut harus
diperiksa. Perlu dilakukan uji tes
bakteriologi di laboratorium.
b) Kualitas Kimia.
Perhatikan hasil pemeriksaan kualitas kimia
apakah memenuhi ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Tabel III.11. Ketetapan Hasil Pemeriksaan Kualitas Air dari


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Masalah
Parameter Pengolahan Kesimpulan
Kualitas
Kemungkinan Dapat dipakai jika
Bau Tanah dengan saringan percobaan
karbon aktif pengolahan
Aerasi + saringan Bisa dipakai dengan
Bau pasir lambat, atau pengolahan
Bau besi
aerasi + saringan
karbon aktif
Kemungkinan Dapat dipakai jika
Bau sulfur
aerasi percobaan

-60-
Masalah
Parameter Pengolahan Kesimpulan
Kualitas
pengolahan berhasil
Tergantung jenis Dapat dipakai jika
Bau lain bau percobaan
pengolahan berhasil
Aerasi + saringan Tergantung kadar cl
Rasa asin/
karbon aktif dan pendapat
payau
masyarkat
Aerasi + saringan Bisa dipakai dengan
pasir lambat, atau pengolahan
Rasa besi
aerasi + saringan
Rasa
karbon aktif
Rasa tanah Saringan karbon Mungkin bisa
tanpa aktif dipakai dengan
kekeruhan pengolahan
Tergantung jenis Tidak dapat dipakai
Rasa lain
rasa
Kekeruhan Saringan pasir Bisa dipakai bila
sedang, coklat lambat dengan pengolahan
dari lumpur
Pembubuhan pac + Bisa dipakai bila
Kekeruhan
saringan pasir dengan pengolahan,
tinggi, coklat
lambat dengan biaya relatif
dari lumpur
besar
Kekeruhan
Permbubuhan pac Dapat dipakai jika
Putih percobaan
pengolahan berhasi
Agak kuning Aerasi + saringan Dapat dipakai jika
sesudah air pasir lambat, atau percobaan
sebentar di aerasi + saringan pengolahan berhasil
ember karbon aktif
Kemungkinan Dapat dipakai jika
Coklat tanpa
dengan saringan percobaan
kekeruhan
karbon aktif pengolahan berhasil
Kemunkinan Tidak bisa dipakai
Warna Putih dengan kecuali percobaan
pembubuhan pac pengolahan berhasil
Tergantung jenis Tidak bisa dipakai
Lain warna kecuali percobaan
pengolahan berhasil

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih


dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

b. Lokasi
Evaluasi lokasi mata air dan daerah pelayanan, meliputi:
1) Hitung jarak mata air ke lokasi pelayanan (pemakai)
kurang dari 3 km, maka mata air dapat dipakai;
2) Perhatikan mata air, jika mata air berada di desa
lain, maka mata air belum dapat digunakan
sebelum ada izin penggunaan airnya; dan
3) Bandingkan beda tinggi mata air dengan daerah
pelayanan (pemakai) dapat dikatagorikan
berdasarkan hal sebagaimana tercantum dalam
tabel berikut.

-61-
Tabel III.12. Dasar Perencanaan Air Bersih Sistem
Perpipaan Berdasarkan Beda Tinggi
Beda tinggi antara
No mata air dengan Jarak Penilaian
daerah pelayanan
1 > dari 30 m < 3 km Baik, system gravitasi
2 < 10 – 30 m < 1 km Berpotensi dan perlu
dibuatkan detail rinci.
3 < 3 – 10 m < 0,2 km Diperlukan pompa,
kecuali untuk keperluan
yang sangat kecil
4 <3m Diperlukan pompa.

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih


dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

c. Cara Pembuatan
1) Pembuatan Fondasi:
a) Buat patok dari bambu atau kayu sesuai ukran
badan fondasi dan dipasang pada jarak 30 cm
ujung.
b) Hubungkan patok yang satu dengan yang lain
dengan benang atau tali hingga mempunyai
ketinggian yang sama.
c) Gali tanah untuk fondasi hingga kedalaman 60
cm pada lereng tebing dan 30 cm pada sisi lain
dari bak PMA.
d) Tebarkan pasir dan padatkan setebal 5 cm.
e) Pasang fondasi batukali dengan campuran 1
semen : 4 pasir.
f) Isi lubang bekas galian dengan tanah urug.
2) Pemasangan Dinding:
a) Lakukan pemasangan batu kali dengan adukan
1 semen : 4 pasir.
b) Pasang pipa peluap dan pipa keluar yang
menembus dinding fondasi.
c) Plester dinding dalam dan luar fondasi dengan 1
semen : 2 pasir.

3) Pemasangan Tutup dan Lubang Periksa:

-62-
a) Pasang bekesting untuk pembuatan tutup
bangunan PMA;
b) Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di
atas bekesting;
c) Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang
telah dirakit, sesuai ukuran tutup bangunan
PMA yang akan dicor di atas cetakan;
d) Pasang pipa udara pada bagian telah ditentukan
sebelum dicor;
e) Ganjal batu setebal 2 cm - 3 cm diseluruh bidang
dibawah pembesian;
f) Buat sekat ukuran 60 cm x 60 cm dari kayu lapis
pada bagian tutup bak control;
g) Lakukan pengecoran dengan memasukkan
adukan dengan perbandingan 1 pc : 2 psr : 3 kr
sambil dirojok agar seluruh bidang terisi dan
pembesian tertutup rata;
h) Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa
(manhole);
i) Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa
dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari
besi ¾ inchi;
j) Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih
10 cm, biarkan hasil pengecoran;
k) Plester tutup bak dengan adukan perbandingan
1 semen : 2 pasir.

4) Pemasangan Turap:
a) Buat turap dari batu kali dibagian dinding
sepanjang bangunan PMA dengan perbandingan
1 semen : 2 pasir;
b) Buat badan saluran yang terbuat dari batu kali
dengan perbandingan adukan 1 semen : 4 pasir;
c) Plester badan saluran dengan perbandingan
adukan 1 semen : 2 pasir.
5) Penyambungan Pipa:
a) Sambungkan pipa peluap dengan pipa keluar;

-63-
b) Sambungkan pipa keluar sampai ke bak
penampung.
6) Konstruksi bak penampung:
a) Gali tanah untuk fondasi 60 cm pada lereng dan
pada dinding 30 cm;
b) Lapisi dengan pasir padat dan batu kosong di
bawah fondasi;
c) Pasang fondasi urug pinggir fondasi dengan
tanah urug;
d) Pasang lantai beton bak penampung;
e) Pasang tiang beton pada setiap sudut bak
setinggi bak;
f) Pasang dinding bak dengan konstruksi batu bata
dan pasang pipa masuk diameter 3 inchi dan
pipa keluar;
g) Plester dinding luar bak penampung setebal 1,5
cm dengan perbandingan adukan 1 semen : 2
pasir;
h) Pasang peralatan di bagian dinding samping
tempat kran air;
i) Pasang saluran pembuang dengan konstruksi
batu bata;
j) Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bak;
k) Pasang cetakan (terbuat dari kayu lapis) diatas
bekisting;
l) Susun pembesian ukuran 8 mm – 15 mm yang
telah dirakit, sesuai ukuran tutup bak
penampung;
m) Pasang pipa udara pada bagian yang telah
ditentukan dan buat sekat ukuran 60 cm x 60
cm dari kayu lapis pada bagian tutup bak
kontrol;
n) Lakukan pengecoran dengan memasukan adukan
dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil, sambil dirojok agar seluruh bidang tutup
bak penampung terisi dan pembesian tertutup
rata;

-64-
o) Pasang pelat tutup bak dengan konstruksi beton
bertulang dan pasang pipa udara serta tutup
lubang control;
p) Plester bagian permukaan setelah pengecoran
kering.
Catatan : Jika bak penampungan dan bak
pembagi tidak di tutup dengan cor
beton bertulang, dapat dilakukan
pembuatan atap pelindung. Agar
tidak masuk kotoran, daun-daunan,
dan lain-lain yang dapat
menurunkan kualitas air dan
pengendapan yang berlebihan.
Pagari bak agar aman dari hewan-
hewan liar dan hewan ternak. Serta
pengaman dari orang-orang yang
akan memanfaatkannya sebagai
kolam renang.

Gambar III.29. Bangunan Penangkap Air dan Air Bersih


dengan Sistem Gravitasi dan Pompa

-65-
Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih dan
Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar III.30. Contoh Bak Dengan Kapasitas 2m3

-66-
Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air
Bersih dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

d. Cara Pemeliharaan
1) Pemeliharaan Harian/Mingguan:
a) Bersihkan bangunan penangkap air dari
sampah dan lumut;
b) Periksa bangunan penangkap air terhadap
kerusakan. Jika ditemukan segera perbaiki,
jangan ditunda;
c) Bersihkan katup keluar dari tanah atau kotoran
yang lain;
d) Bersihkan kotoran ataupun tanaman liar di
sekitar bangunan;
e) Bersihkan rumah katup dari tanah dan kotoran;
f) Bersihkan lubang kontrol dari kotoran.
2) Pemeliharaan Bulanan/Tahunan:
a) Bersihkan lingkungan pagar, cek pagar
terhadap kerusakan dan lakukan perbaikan;
b) Periksa dan jaga sekitar radius 100 meter dari
bangunan terhadap pencemaran, atau kotoran;
c) Bersihkan bak dari segala pengendapan dan
kotoran yang menyebabkan penyumbatan
saluran;

-67-
d) Bersihkan pipa peluap dari kotoran dan lumut
agar tidak tersumbat.

2.1.5 Pemasangan Pipa


a. Pekerjaan tanah dilakukan dengan:
1) Pembersihan dan pengupasan lahan (land clearing);
2) Penggalian lapisan bawah permukaan (subsurface)
dan lubang pengujian (test pit);
3) Penggalian, besarnya lubang galian tergantung dari
seberapa besar pipa yang akan di tanam/ditimbun;
4) Pembuatan lapisan atas dan urugan dibawah pipa.
b. Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah
jangan sampai kemasukan segala macam jenis kotoran
atau bahan-bahan yang dapat menyumbat aliran di
dalam pipa di kemudian hari;
c. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian/parit,
harus langsung dipasang dan disetel sambungannya.
Kemudian urug dengan bahan-bahan urukan yang aman
dan dipadatkan dengan sempurna;
d. Bila berhenti pemasangannya pada suatu titik, karena
diluar jam kerja atau karena cuaca, maka ujung pipa
harus ditutup sedemikian rupa secara rapat dan tidak
mudah terbuka, untuk menghindari masuknya kotoran
atau air dari sekitar galian;
e. Belokan atau lengkungan pipa yang tidak diberi
penyambung bend/elbow, dikerjakan dengan
memperhatikan persyaratan tekuk yang diizinkan oleh
pabrikan pipa;
f. Penyambungan pada tikungan harus menyesuaikan arah
dan mensesuaikan persyaratan bend/elbow yang
terdapat pada tabel yang disediakan oleh pabrikan;
g. Tidak dibenarkan membuat tekukan atau belokan pipa
dengan cara pemanasan atau pembakaran pipa,
termasuk pembengkokan secara mekanis;
h. Kedalaman perletakan pipa terhadap permukaan tanah
harus sesuai gambar dan persyaratan;

-68-
i. Perhatikan permukaan dalam galian, jagan terdapat
benda keras (seperti batu, dan lain-lain) yang dapat
merusak pipa dikemudian hari. Perhatikan pula
kelurusannya;
j. Pada waktu pemasangan pipa, parit galian harus kering
sama sekali, tidak boleh ada air sedikitpun.
Penyambungan pipa hanya diizinkan saat kering;
k. Di sekeliling pipa harus diberi pasir urug yang sesuai
dengan gambar atau bila tidak dinyatakan lain diberi
lapisan pasir urug sedemikian rupa sehingga terdapat
pasir setebal 15 cm di bawah, di samping dan di atas
pipa, kecuali untuk pipa-pipa yang memotong jalan,
harus diurug segera dengan pasir pasang penuh, dan
tanah bekas galiannya harus disingkirkan agar segera
dapat dilalui kendaraan. Jika di tempat lalu lintas yang
padat dan kendaraan berat, maka harus dilindungi
dengan plat baja;
l. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti
tee, bend/elbow dan sebagainya harus diberi blok-blok
angker dari beton (beton dengan campuran 1 semen : 2
pasir : 3 kerikil);
m. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan
lagi, harus ditutup dan diberi penahan dari beton
(campuran 1 : 2 : 3);
n. Jika menggunakan pipa baja, berilah lapisan pelindung
karat (coating) dan pelapis dalam (lining);
o. Pengujian pada pengelasan pipa harus dilakukan dengan
tanpa merusak hasil pengelasan yang sudah selesai.

-69-
Gambar III.31. Potongan Melintang dan Memanjang
Pemasangan Pipa

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air


Bersih dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

2.1.6 Hidran Umum


Hidran Umum (HU) merupakan cara pelayanan air minum
yang transportasi airnya melalui perpipaan, sedangkan
pendistribusiannya kepada masyarakat melalui tangki. HU
dilengkapi oleh bak penampung yang dapat dikonstruksikan
dengan fiberglass, ferocemen, dan pasangan bata/batu.
Biasanya dipasang keran sebanyak 3-4 unit. Rata-rata
konsumsi air minum menggunakan HU dapat melayani 20
KK (Kepala Keluarga).

a. Pekerjaan Fondasi dan Tangki


1) Buat lingkaran pada tanah dilokasi peletakan HU
dengan diameter (berupa lingkaran) luar 2,20
meter;

-70-
2) Gali tanah yang telah ditandai dengan diameter luar
2,20 meter dan diameter dalam 0,60 meter tersebut,
dengan kedalaman 60 cm;
3) Lapisi dengan pasir setebal 5 cm dan pasanglah
batu kosong sepanjang lingkaran fondasi;
4) Pasang fondasi dari batukali dengan adukan 1
semen : 4 pasir diatas pasangan batu kosong. Urug
pinggir fondasi dengan tanah urug dan padatkan.
Lanjutkan pemasangan fondasi hingga mencapai
ketinggian 50 cm dari muka tanah;
5) Buat campuran beton dengan perbandingan
1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Buat lantai kerja
dengan cara menuangkan campuran beton setebal
5 cm diatas fondasi dan lahan yang dibatasi oleh
fondasi. Ratakan lantai kerja dengan roskam (alat
perata dari kayu);
6) Biarkan lantai beton sampai kering. Kemudian
pasang tangki fiber diatas fondasi tersebut dan
pasang pipa masuk (besi/GI) dengan diamater
1 inchi dan pipa keluar untuk kran diameter
¾ inchi sebanyak 3 – 4 unit.
b. Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air
1) Gali (kupas) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang
1,20 m dari sisi pinggir fondasi dengan kedalaman
20 cm;
2) Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm;
3) Pasang batukali atau batubata dengan adukan
1 semen : 4 pasir;
4) Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan
ratakan dengan roskam (alat perata dari kayu);
5) Biarkan beton sampai kering;
6) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi
pasangan batu.
c. Pemeliharaan
1) Jangan memasukan benda apapun ke dalam bak
air yang dapat atau akan mencemarkan air;

-71-
2) Penggunaan HU harus dimusyawarahkan diantara
para penggunanya untuk pengaturan dan
perawatannya;
3) Gunakan keran dengan benar, tutuplah dengan
sempurna setelah dipakai dan jangan sampai ada
yang menetes;
4) Jangan menutup dan membuka keran dengan
keras-keras, untuk menghindari keran cepat aus
dan rusak;
5) Jika ada kerusakan pada keran atau HU maka kran
harus cepat diganti;
6) Bersihkan lantai HU untuk menjaga kebersihan dan
licin karena lumut dan sabun.

Gambar III.32. Denah dan Potongan Bak Hidran Umum

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih


dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

2.1.7 Jembatan Pipa


Jembatan pipa merupakan bagian dari pipa
transmisi/distribusi yang menyebrang sungai/saluran atau
sejenisnya, di atas permukaan tanah/sungai.

-72-
Gambar III.33. Jaringan Pipa Transmisi

Sumber: Foto Dokumentasi PPIP Tahun 2013

Kostruksi jembatan pipa harus memperhatikan ketinggian


jembatan pipa agar tidak menghambat aliran air, dan
mengurangi tekanan air di dalam pipa. Hal ini bisa
memperpanjang umur konstruksi jaringan pipa.
Jenis konstruksi untuk jembatan pipa adalah sebagai
berikut:
a. Tiang rangka beton pasangan batu kali;
b. Tiang beton cover pasangan batal;
c. Konstruksi tiang beton; dan
d. Konstruksi tiang kayu.
Untuk memilih tipe dari jembatan pipa, gunakan petunjuk
berikut:
a. Ukur lebar dan perkiraan kedalaman dari sungai atau
kanal yang akan disebrangi pipa;
b. Untuk saluran kecil dan kanal, pilih tipe jembatan yang
sesuai dengan standar yang berlaku;
c. Sebelum melaksanakan pemasangan pipa, harus ada
gambar detail konstruksi tiang, pipa, dan lain-lain;
d. Jembatan pipa harus direncanakan dengan matang dan
benar untuk menjamin umur konstruksi dan keamanan;
e. Peralatan penunjang pembuatan konstruksi harus
terjamin ada;
f. Sesuaikan semua hasil pekerjaan dilapangan dengan
gambar yang telah disepakati;

-73-
g. Lengkapi air valve pada jarak ¼ bentang dari titik
masuk jembatan;
h. Konsultasikan konstruksi yang lebih berat dan besar,
kepada Dinas yang menangani bidang pekerjaan umum
setempat; dan
i. Bila pemasangan pipa akan diletakan atau digantung
pada jembatan yang ada, bicarakan dan minta
persetujuan pemilik jembatan atau instansi terkait.

Gambar III.34. Denah dan Potongan Jembatan Pipa

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih dan


Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

2.1.8 Saringan Pasir Lambat


Saringan Pasir Lambat (SPL) merupakan komponen/unit
dari proses pengolahan air permukaan.
a. Data Teknis
SPL sangat efektif jika kandungan kekeruhan/zat padat
dibawah 10 NTU (satuan kekeruhan) sehingga fasilitas
(unit) ini dapat beroperasi lebih lama 2-3 bulan. Tetapi
jika kekeruhannya berkisar 10-50 NTU maka saringan
pasir akan cepat tersumbat (clogging) yang berarti
pencucian pasir harus lebih sering dilakukan.

-74-
b. Cara Pembuatan
1) Instalasi Saringan Pasir Lambat adalah bak yang
direncanakan dengan kriteria tertentu (minimal 2
bak) dan diisi dengan pasir penyaring dengan
ukuran butir pasir 0,15 mm – 0,35 mm;
2) Jika kekeruhannya mencapai 50 NTU maka
diperlukan bak pengendapan yang diberi nama bak
pra pengolahan. Hal ini untuk mengatasi kekeruhan
yang sangat tersebut;
3) Proses penjernihan air dengan SPL akan dimulai dari
lapisan bagian atas pasir, yakni pada lapisan bio
filter, dimana lapisan ini akan dapat menghilangkan
rasa dan bau yang dibawa oleh air baku;
4) Hal terpenting lainnya adalah pembersihan air dari
bakteri yang merugikan kesehatan. Penetrasi mikro
organisme dapat mencapai kedalaman 0,70 m
dibawah permukaan pasir. Artinya lebih dari itu
mikro organisme tidak mampu hidup, untuk itu
maka lapisan pasir harus lebih tebal 0,30 – 0,50 m
dari kedalaman penetrasi tersebut.
Artinya ketebalan lapisan pasir yang dipersyaratkan
adalah 1,00 m – 1,20 m;
5) Pemasangan media penyaring bersama-sama dengan
air atau media dimasukan setelah bak terisi air;
6) Media penyaring, artinya setelah pasir masuk dan
bak terisi air, jangan diganti atau ditambahkan
(kecuali ada kebocoran) diamkan dulu selama 2
minggu. Air jangan dikonsumsi dulu dan jangan
dialirkan;
7) Bagian pasir atas dari media penyaring akan
membentuk lapisan yang berlendir. Hal ini terbentuk
dari berbagai macam bakteri melalui proses
biokimia, yang terjadi secara alamiah;
8) Setelah 2 minggu, air mulai dialirkan dan bak
penyaring telah berfungsi;
9) Setelah beberapa saat air dialirkan, baru dapat
digunakan untuk keperluan rumah tangga.

-75-
c. Pemeliharaan
1) Lakukan perawatan dengan segera jika air yang
keluar dari kran mulai mengecil dan debitnya
berkurang;
2) Indikasi lainya adalah air telah keluar dari saluran
pelimpah bak. Hal ini petanda bahwa media pasir
telah terjadi penyumbatan;
3) Tutup keran masuk (inlet), lalu buka keran keluar
(outlet) untuk mengurangi air yang terdapat dalam
bak. Lakukan hingga air mencapai ketinggian
5 cm – 10 cm diatasnya (jangan sampai kering);
4) Gunakan papan sebagai landasan pijakan di atas
media pasir, untuk melakukan pembersihan;
5) Lakukan pengupasan pada lapisan bio filter setebal
5 cm, dan simpan dibeberapa ember, sebagai
indukan, yang lainnya dibuang. Nantinya lapisan bio
ini digunakan kembali untuk mempercepat
pembentukan lapisan bio filter (bakteri/biokimia)
pada media yang telah dicuci;
6) Pindahkan pasir pada bak penampungan secara
manual. Lalu cuci hingga bersih;
7) Ulangi pekerjaan di atas jika terjadi penyumbatan di
pasir filter;
8) Apabila tebal media yang dikupas telah mencapai
40% dari tebal media pasir total, maka harus
ditambahkan media pasir yang baru;
9) Bersihkan dinding bak dan pinggirannya dari
dedaunan, ganggang, lumut yang mengapung dan
rerumputan yang tumbuh;
10) Lakukan kembali pengisian pasir ke dalam bak SPL
yang terendam air dan lakukan pematangan hingga
2 hari.

-76-
Gambar III.35. Penampang Bak Saringan Pasir Lambat

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air


Bersih dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

2.1.9 Sumur Bor


Sumur Bor relatif lebih dalam dari sumur gali, bahkan bisa
mencapai ratusan meter, tergantung dari kemampuan alat
yang digunakan untuk pembuatannya. Sumur bor ini paling
cocok untuk mendapatkan sumber air pada lapisan tanah
dalam.
Penggunaan sumur bor dalam ini diperuntukan bagi desa
yang tidak memiliki mata air, air permukaan dan/atau
untuk pengadaan air kebutuhan rumah tangga sangat
mahal karena keterbatasan sumber tadi atau jauh.
a. Metode Pengeboran Sumur
Pembuatan sumur bor memerlukan biaya yang mahal,
untuk itu sebelum pembuatannya harus dilakukan
survei yang mendalam dan perencanaan yang teliti.
Fasilitator Masyarakat (FM) harus mendampingi BKAD
secara berkesinambungan dalam menentukan
pekerjaan sumur bor dalam ini.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari survei dan
perencanaan yang telah dilakukan bersama-sama akan
diketahui hal sebagai berikut:
1) Ada dan tidaknya lapisan aquifer pada lokasi
tersebut;
2) Berapa kedalaman lapisan aquifer dari permukaan
tanah;
3) Susunan dan jenis lapisan tanah; dan
4) Peralatan dan tenaga yang tersedia di desa.
Dengan data-data tersebut dan setelah adanya izin dan
rekomendasi dari instansi yang berwenang baru dapat
diambil keputusan untuk melakukan pengeboran

-77-
dilokasi yang telah ditentukan bersama. Serta
menentukan pembuatan konstruksinya dan melakukan
instalasinya.
Dilihat dari tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan
pengeboran, pembuatan sumur bor dalam dapat
dilakukan dengan cara:
1) Manual, adalah melakukan pengeboran dengan
memanfaatkan tenaga manusia;
2) Mekanis, adalah melakukan pengeboran dengan
tenaga mesin;
3) Pembuatan sumur bor dalam dengan cara jetting
(Jetted Well).
Pembuatan sumur bor dengan cara ini memerlukan
pompa yang mampu menyemprotkan air dengan
tekanan tinggi. Dengan tekanan yang tinggi, air yang
disemprotkan akan mampu mengangkat dan
mendorong material yang terlepas dari dasar lubang
akibat adanya pembuatan lubang.
Hal diatas merupakan cara sederhana yang dapat
diandalkan dan peralaan tersebut juga sederhana
dimana bisa diadakan dengan melakukan perakitan
sendiri.
Adapun kondisi yang dapat dilakukan cara ini
diantaranya:
1) Tanahnya tidak berbatu; dan
2) Kedalaman airnya dangkal.
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pembuatan sumur bor dengan sistem ini diantaranya:
1) Pompa air;
2) Water Swivel (kili-kili air);
3) Mata bor (bit);
4) Pipa besi/pipa bor/tangkai bor;
5) Selang air; dan
6) Kunci-kunci pipa.
Langkah kerja
1) Tentukan ukuran mata bor (bit) yang akan
digunakan;

-78-
2) Mata bor disambungkan dengan pipa bor;
3) Pipa bor bagian atas disambungkan dengan bagian
bawah water swivel (kili-kili air) dan aliran keluar
(outlet) dari pompa air dihubungkan pada bagian
atas water swivel dengan menggunakan selang;
4) Pompa air dihidupkan dan air mengalir melalui
swivel masuk kedalam pipa atau stang bor dan
menyemprot kedalam lobang bor melalui celah-
celah mata bor;
5) Dengan bantuan tekanan air dan sambil memutar
pipa bor atau tangkai bor sesuai dengan jarum
jam, maka pipa bor akan masuk kedalam tanah
dengan mudah. Putarannya jangan berlawanan
arah jarum jam, batang pipa akan terlepas dari
sambungan antar stang. Karena searah ulir
membuka sambungan batang pipa. Atau juga
terlepasnya mata bor dari tangkai bor;
6) Jika pipa bor sudah masuk kedalam tanah
sehingga tersisa kurang lebih 40 cm, pompa
dimatikan dan sambungan antar pipa bor dan
swivel dilepas;
7) Sambungkan pipa bor yang baru dengan ujung
atas yang lama. Sebelumnya pasang dulu swivel di
batang pipa bor yang baru yang akan
disambungkan ke pipa bor yang telah tertanam
(masuk);
8) Lakukan hingga kedalaman yang direncanakan;
9) Jika telah tercapai dan telah menemukan sumber
air bersih, cabutlah pipa bor dengan hati-hati dan
dilepas satu persatu;
10) Setelah itu pasanglah pipa casing (selubung) dan
pipa saringan;
11) Bila ingin menggunakan atau membuat sumur bor
yang lebih besar lubangnya, untuk mempermudah
pekerjaan, gunakanlah mata bor yang kecil
terlebih dahulu. Baru setelah itu diulangi dengan
mata bor yang lebih besar.

-79-
Permasalahan yang sering timbul
1) Jika pada pengeboran menemukan bongkahan
batu yang sulit ditembus, maka alat bor diangkat
ke atas dan mata bor diganti dengan mata bor
spiral;
2) Pengeboran dilanjutkan kembali sampai batuan
penghalang tersebut dapat diangkat keluar dari
lubang bor;
3) Bila batuan penghalang tidak dapat ditembus,
sebaiknya pengeboran dihentikan dan mencari
lokasi pengeboran yang baru;
4) Pada saat pengeboran, sering terjadi dinding
lobang bor longsor, ini dapat diatasi dengan
memasang casing.
b. Pelaksanaan Konstruksi Sumur Bor
Konstruksi sumur bor adalah pekerjaan finishing/
penyempurnaan yang pelaksanaannya setelah
pembuatan lubang bor selesai.
Pekerjaan pada fase-fase konstruksi pembuatan sumur
bor adalah:
1) Pemasangan pipa pelindung (casing)
Pipa casing dipasang setelah lubang bor yang
sesuai dengan diameter casing tersedia. Kegunaan
casing tersebut adalah sebagai:
a) Pencegah runtuhnya tanah disekitar lubang
bor; dan
b) Pencegah membesarnya lubang bor akibat
aliran air.
Cara pemasangan pipa casing pada lubang bor
sangat tergantung pada jenis tanah tempat
pengeboran dilakukan:
a) Untuk jenis tanah yang stabil atau kuat,
dimana tanah tidak mudah runtuh, maka
casing dapat dipasang setelah pengeboran
selesai;
b) Jika tanah tidak stabil dan mudah runtuh,
casing dipasang bersamaan dengan kemajuan

-80-
pengeboran. Namun ini pekerjaan yang sangat
sulit dan memerlukan keahlian khusus.
Cara lain yang sering digunakan untuk jenis
tanah seperti ini, yaitu dengan cara
penambahan material tertentu pada saat
pengeboran sedang dilakukan.
Material ini untuk menstabilkan lubang hasil
pengeboran. Ini harus dilakukan oleh pihak
yang telah berpengalaman dan mempunyai
keahlian khusus.
2) Pemasangan saringan pada casing (screen)
Pemasangan saringan pada casing dilakukan
bertujuan untuk mencegah masuknya pasir halus
yang terdapat diluar casing. Pasir halus ini
nantinya bisa mengakibatkan kerusakan pada
pompa yang akan dipasang.
Harus diperhatikan saat pemasangan screen adalah
menyesuaikan dengan lapisan tanah pembawa air
(lapisan aquifer) agar tidak terganggu dan berfungsi
sesuai rencana kebutuhan air.
3) Pengisian kerikil pada luar casing (gravel pack)
Pengisian kerikil dilaksanakan jika posisi casing
sudah berada dalam lubang dengan baik.
Keberadaan kerikil diantara dinding lubang sumur
dengan dinding bagian luar dari casing berguna
untuk menyaring butir-butir pasir halus yang
terbawa oleh tanah pembawa air sehingga tidak
masuk kedalam ruangan yang ada di dalam pipa
casing.
Dengan adanya kerikil ini akan semakin
memaksimalkan fungsi screen pada pipa casing.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengisian kerikil adalah:
a) Besar kerikil (gravel pack) disesuaikan dengan
butir pasir yang akan disaring; dan
b) Kerikil yang dimasukan disela-sela antara
lubang bor dan dinding luar dari pipa casing

-81-
harus melampaui atau lebih tinggi 30 cm dari
posisi screen. Sehingga seluruh lubang-lubang
yang ada pada screen terlindungi kerikil.
4) Penyempurnaan (Finishing)
Pekerjaan ini merupakan pembersihan dan
mengeluarkan material yang membuat air keruh.
Material ini biasanya masuk atau terjadi saat
pengeboran berlangsung.
Hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a) Membuang material lepas disekitar screen
dengan cara dihisap pakai pompa atau keluar
bersama-sama dengan pengaliran air hasil dari
pemompaan yang dilakukan; dan
b) Membuat daerah (tempat) disekitar screen
layak untuk pengaliran air tanah yang
diharapkan.
5) Perlindungan Sumur untuk Kesehatan (Sanitary
Protection)
a) Buatlah lantai yang kedap air pada sekeliling
sumur. Luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
b) Buatlah saluran drainase untuk menyalurkan
air bekas dipakai/digunakan. Agar air bekas
tersebut tidak meresap disekitar sumur yang
dikhawatirkan akan mempengaruhi mutu air
di kemudian hari.
6) Instalasi
Untuk menaikan air dari dalam sumur, dapat
menggunakan pompa seperti:
c) Submerseable Pump (Pompa terendam di dalam
sumur);
d) Power Pump; dan
e) Jet Pump.
Pilihannya harus disesuaikan dengan ketersediaan
listrik di desa.

-82-
Gambar III.36. Konstruksi Sumur Bor

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana


Air Bersih dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan
Umum

2.2 Infrastruktur Sanitasi


2.2.1 Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Pengolahan limbah rumah tangga dilakukan dengan
menggunakan tangki septik. Tangki septik adalah bak
kedap air yang berfungsi untuk mengolah air limbah yang
bersumber dari:
a. Kakus;
b. Kamar Mandi; dan
c. Tempat cuci.
Sehingga padatannya mengendap, sedangkan cairannya
dialirkan ke bidang resapan yang terdiri dari lapisan kerikil.
Data Teknis.
a. Lokasi Penempatan
1) Jarak tangki septik dengan sumur air bersih minimal
10 m;

-83-
2) Jarak bidang resapan dengan sumur air bersih
minimal 11 m.
b. Pengaliran air limbah dapat dibuat dengan kemiringan
saluran 2 – 5%.
c. Bahan bangunannya sebagai berikut:

Tabel III.13. Kebutuhan Bahan Bangunan dan Fungsinya


Penutup Saluran
Tangki Bidang Sumur
Bahan Bangunan Tangki air
Septik resapan resapan
Septik limbah
Batu kali  
Batu Kerikil 
Bata Merah  
Batako  
Beton Biasa   
Beton bertulang    
Asbes    
PVC   
Keramik   
Plat Besi   

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih dan


Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

2.2.2 Pembuatan Tangki Septik Bidang Resapan


a. Ukuran Tangki Septik
Tabel III.14. Data Teknis dan Ukuran Tangki Septik

Ukuran Tangki Septik dan Frekuensi pengurasan


Jumlah 2 tahun 3 tahun
Pemakai
No. P (m) L (m) T (m) P (m) L (m) T (m)
(orang)
1 5 1,60 0,80 1,80 1,70 0,85 1,30
2 10 2,20 1,10 1,40 2,30 1,15 1,40
3 15 2,60 1,30 1,50 2,75 1,35 1,40
4 20 3,00 1,50 1,50 3,25 1,60 1,50
5 25 3,25 1,65 1,60 3,50 1,75 1,60

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih dan


Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

-84-
b. Bidang resapan dengan ukuran sebagai berikut:

Tabel III.15. Data Teknis Sumur Resapan dan Bidang Resapan


Jumlah Sumur Resapan Bidang Resapan
Jml. Air Jumla
 Dalam Jumlah Panja Lebar Dalam
Pemakai Limbah h
No. (m) (m) sumur ng (m) (m) (m)
(org) L/O/H Bidang
1 5 150 0,80 1,25 1 1,50 0,60 0,75 1

2 10 150 1,00 1,40 1 2,50 0,60 0,75 1

3 15 150 1,20 1,40 1 2,00 0,60 0,75 2

4 20 150 1,40 1,50 1 2,50 0,60 0,75 2

5 25 150 1,50 1,80 1 3,00 0,60 0,75 2

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi,


DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar III.37. Potongan MCK dan Tangki Septik dengan


Resapan

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih


dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum

c. Pipa Masuk dan Pipa Keluar

-85-
Pipa masuk (inlet dip pipe) dan keluar (outlet dip pipe)
tangki septik dapat berupa pipa T atau sekat dengan
ketentuan:
1) Kedudukan pipa keluar 5 cm – 10 cm lebih rendah
dari pipa masuk
2) Jarak penempatan pipa masuk dan keluar terhadap
dinding tangki septik dianjurkan 0,1 m – 0,2 m.

Gambar III.38. Potongan Tangki Septik

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih


dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum
d. Perlengkapan pada tangki septik
Lubang pemeriksaan (access cover) ukuran 60 cm x
60 cm. Pipa pelepas gas/udara dengan diameter 40 mm
s/d 50 mm (2 inchi) dengan ketinggian 2 m – 3 m.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tangki septik, maupun bidang resapan
perlu dilakukan minimal satu kali dalam dua tahun.
Hal–hal yang perlu mendapat perhatian antara lain:
a. Ketinggian lumpur di dalam tangki septik jangan
sampai penutup lubang pipa keluar; dan
b. Pengurasan sesuai dengan waktu yang telah
diterapkan.

2.2.3 Pengolahan Limbah Rumah Tangga dengan Tangki Septik


Komunal

-86-
Untuk memberikan pemanfaatan tangki septik yang yang
lebih luas dengan harga yang memadai, dapat dibangun
dengan cara tangki septik komunal.
Prinsip kerja dari tangki septik komunal adalah
menyatukan saluran air limbah kakus menuju satu bak
penampung. Sehingga bak yang dibuat bisa melayani
beberapa rumah tinggal.
Sebelum masuk ke dalam tangki septik komunal, maka
dibuat beberapa bak kontrol sebagai pengendali saluran air
limbah dari beberapa rumah.

-87-
III. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENUNJANG PRODUKSI PERTANIAN DAN INDUSTRI

Kebutuhan akan air untuk kehidupan haruslah dipikirkan secara


matang, agar sumber air dan limbahnya dapat diolah dalam jangka
waktu yang sangat panjang.
Di dalam pembahasan di bawah ini kita membahas tentang pengolahan
air yang menggunakan saluran irigasi untuk pertanian. Termasuk
didalamnya cara membuat dan merawatnya.
Untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam pembangunan irigasi
ini, maka tidak disarankan menggunakan alat berat. Semua yang
disajikan diusahakan memperhatikan ketersediaan bahan dan alat di
desa setempat.
Meskipun penggunaan material atau bahan lokal, sumber daya manusia
lokal, dan dengan memperhatikan kemampuan dan kemauan
masyarakat lokal, namun hal ini tetap harus dilakukan secara
seimbang. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Jaringan irigasi dapat dikelompokan dalam 3 jaringan sebagai berikut:

Tabel III.16. Klasifikasi Jaringan Irigasi


Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan
Utama Permanen semi sederhana
permanen
Kemampuan Baik Sedang Tidak mampu
dalam mengatur
mengukur dan
mengatur debit
Jaringan Saluran pemberi Tidak Menjadi satu
Saluran dan pembuang sepenuhnya saluran
terpisah terpisah
Petak Tersier Dikembangankan Belum Belum
sepenuhnya sepenuhnya dikembangkan
Luasan yang Luas sekali <1000 hektar <200 hektar
dilayani

Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Irigasi Perdesaan, DJCK,


Kementerian Pekerjaan Umum

Pada Program PISEW, jaringan irigasi yang dibangun difokuskan pada


jaringan sederhana dan jaringan irigasi semi teknis.

-88-
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh
suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun
kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan
membagi air. Beberapa kelemahan yang tercatat diantaranya adalah:
a. Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang;
b. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah
yang lebih subur; dan
c. Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama.
Gambar III.39. Contoh Penjemuran Ikan (Kec. Waru, Kab.
Penajam Paser Utara, Prov. Kalimantan Timur) dan Lantai
Jemur serta Bangunan Penyimpanan Padi (Kec. Bandar
Petalangan, Kab. Pelalawan, Prov. Riau)

Sumber: Foto Dokumentasi PISEW 2016

3.1 Saluran Irigasi Dinding Tanah


Saluran irigasi dinding tanah ini dapat dibangun dengan
memperhatikan kondisi tanah setempat. Tanah relatif padat dan
tidak mengandung pasir serta kemiringan yang memadai.
Konstruksi seperti ini memerlukan perawatan yang intensif,
mengingat tanah mudah tergerus oleh air.
a. Lakukan pengukuran lebar saluran irigasi yang dikehendaki
dan perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul berkenaan
dengan kepemilikan tanah. Serta hindari berdekatan dengan
tanaman keras;
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar saluran
irigasi. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri warna

-89-
bagian atasnya untuk membedakan patok lain yang
berdekatan, agar dapat membedakan patok rencana saluran
irigasi dengan patok yang tidak berhubungan dengan rencana
saluran irigasi yang akan dibuat;
c. Ukur kedalaman rencana bagian tengah saluran irigasi,
dengan cara mencangkul bagian tengah pada beberapa titik.
Beri tanda patok kedalaman rencana;
d. Tentukan kemiringan saluran irigasi untuk menjamin
mengalirnya air pada bagian ujung saluran. Disarankan
kemiringannya 2 – 4%.
Contoh perhitungan:
Panjang saluran irigasi = 100 m
Maka perhitungan 2 % adalah : 2/100 x 100 = 2
Artinya beda tinggi awal saluran irigasi dengan ujungnya
adalah 2 m
e. Buatlah cetakan dari ikatan bambu atau kayu yang berbentuk
trapesium dengan ukuran tertentu, atau seperti contoh
dibawah;
Gambar III.40. Cetakan dari Bambu/Kayu (Trapesium)

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan


dan Jembatandi Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

f. Cetakan ini digunakan sebagai acuan ukuran saat penggalian.


Jangan lupa untuk mengikat cetakan dengan kuat agar dapat
digunakan berkali-kali dan ukuran tidak berubah;
g. Galilah tanah sesuai patok yang telah dipasang. Periksa secara
rutin pada setiap panjang 20 m, kemiringan saluran irigasi.
Agar kemiringan 2 – 4% selalu terjaga. Kegagalan dalam
menentukan kemiringan akan menyebabkan aliran air
terganggu;
-90-
h. Padatkan semua sisi yang telah terbentuk, dan tanami rumput
di sisi samping atas, untuk mengurangi gerusan air saat
hujan.
Gambar III.41. Potongan Saluran

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan


dan Jembatan di Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

3.2 Saluran Irigasi dengan Dinding Perkuatan Bambu/Kayu


a. Lakukan pengukuran lebar saluran irigasi yang di kehendaki
dan perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul berkenaan
dengan kepemilikan tanah. Serta hindari berdekatan dengan
tanaman keras;
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar saluran
irigasi. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri warna
bagian atasnya untuk membedakan patok lain yang
berdekatan, agar dapat membedakan patok rencana saluran
irigasi dengan patok yang tidak berhubungan dengan rencana
saluran irigasi yang akan dibuat;
c. Ukur kedalaman rencana bagian tengah saluran irigasi,
dengan cara mencangkul bagian tengah pada beberapa titik.
Beri tanda patok kedalaman rencana;
d. Tentukan kemiringan saluran irigasi untuk menjamin
mengalirnya air pada bagian ujung saluran. Disarankan
kemiringannya 2 – 4%;
Contoh perhitungan :
Panjang saluran irigasi = 100 m
Maka perhitungan 2 % adalah 2/100 x 100 = 2
Artinya beda tinggi awal saluran irigasi dengan ujungnya
adalah 2 m
-91-
e. Buatlah cetakan dari ikatan bambu atau kayu yang berbentuk
trapesium atau segi empat, dengan ukuran tertentu, atau
seperti gambar di bawah ini:

Gambar III.42. Cetakan dari Bambu/Kayu (Segi Empat)

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan


dan Jembatan di Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

Cetakan ini untuk ukuran saat penggalian. Jangan lupa untuk


mengikat cetakan dengan kuat agar dapat digunakan berkali-
kali dan ukuran tidak berubah;
f. Galilah tanah sesuai patok yang telah dipasang. Periksa secara
rutin pada setiap panjang 20 m, kemiringan saluran irigasi.
Agar kemiringan 2 – 4% selalu terjaga. Kegagalan dalam
menentukan kemiringan akan menyebabkan aliran air
terganggu;
g. Pasanglah cerucuk bambu/kayu sesuai dengan kemiringan
dinding saluran irigasi;

-92-
Gambar III.43. Cara memasang Bambu/Kayu pada Dinding
Saluran (trapesium)

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan


dan Jembatan di Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar III.44. Cara memasang Bambu/Kayu pada Dinding


Saluran (Segi Empat)

Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan


dan Jembatandi Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum

h. Ketuklah dengan palu ukuran 5 kg;


i. Untuk mencegah bambu/kayu pecah saat di ketuk, gunakan
penutup kepala (bagian atas) dari bambu/kayu tersebut;
j. Gunakan bambu yang telah berumur 3 tahun keatas dengan
diameter 8 cm – 12 cm, tidak cacat dan lurus. Jika
dimungkinkan telah diawetkan dengan perendaman dan
dikeringkan.

-93-
3.3 Saluran Irigasi dengan Dinding Perkuatan Pasangan Batu
a. Lakukan pengukuran lebar saluran irigasi yang di kehendaki
dan perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul berkenaan
dengan kepemilikan tanah. Serta hindari berdekatan dengan
tanaman keras;
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar saluran
irigasi. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri warna
bagian atasnya untuk membedakan patok lain yang
berdekatan, agar dapat membedakan patok rencana saluran
irigasi dengan patok yang tidak berhubungan dengan rencana
saluran irigasi yang akan dibuat;
c. Ukur kedalaman rencana bagian tengah saluran irigasi,
dengan cara mencangkul bagian tengah pada beberapa titik.
Beri tanda patok kedalaman rencana;
d. Tentukan kemiringan saluran irigasi untuk menjamin
mengalirnya air pada bagian ujung saluran. Disarankan
kemiringannya 2 – 4%.
Contoh perhitungan:
Panjang saluran irigasi = 100 m
Maka perhitungan 2 % adalah: 2/100 x 100 = 2
Artinya beda tinggi awal saluran irigasi dengan ujungnya
adalah 2 meter
e. Buatlah cetakan dari ikatan bambu atau kayu yang berbentuk
trapesium atau segi empat, dengan ukuran tertentu, lihat
gambar 1 dan gambar 4 diatas.
Cetakan tersebut untuk ukuran saat penggalian. Jangan lupa
untuk mengikat cetakan dengan kuat agar dapat digunakan
berkali-kali dan ukuran tidak berubah;
f. Gunakan bambu yang telah berumur 3 tahun keatas dengan
diameter 8 cm – 12 cm, tidak cacat dan lurus. Kalo
dimungkinkan telah diawetkan dengan perendaman dan
dikeringkan;
g. Galilah tanah sesuai patok yang telah dipasang. Periksa secara
rutin pada setiap panjang 20 m, kemiringan saluran irigasi.
Agar kemiringan 2% – 4% selalu terjaga. Kegagalan dalam

-94-
menentukan kemiringan akan menyebabkan aliran air
terganggu;
h. Buatlah pasangan batu untuk dinding yang telah terbentuk
dengan pasangan batu kali (warna hitam) atau batu gamping
(warna kuning kecoklatan), jenis batu tergantung pada
material lokal (daerah setempat). Tidak disarankan
menggunakan batuan yang didatangkan dari daerah lain yang
memerlukan biaya tinggi.

3.4 Pemeliharaan Saluran Irigasi


Kegiatan Pemeliharaan saluran irigasi ini harus dilakukan
bersamaan dan saling berkaitan. Pemeliharaan yang baik dapat
menjamin kesinambungan penggunaan saluran hingga waktu yang
panjang.
Ada beberapa macam pemeliharaan yang dijelaskan di bawah ini:
a. Pemeliharaan Rutin.
Pemeliharaan rutin adalah kegiatan yang dilakukan waktu
tertentu yang biasanya dilakukan setiap satu bulan sekali.
Kegiatan tersebut diantaranya adalah:
1) Membersihkan sampah atau lumpur yang dapat
menghambat aliran air;
2) Memotong rumput atau tumbuhan pengganggu di
sepanjang saluran;
3) Hasil pembabatan harus dibuang jauh dari saluran agar
tidak menjadi masalah di kemudian hari;
4) Sampah/kotoran yang hanyut di saluran harus segera
dibuang dengan cara mengangkatnya;
5) Pembersihan sampah/kotoran dapat dilakukan bersama-
sama dengan pekerjaan pembabatan rumput;
6) Menutup bocoran kecil di saluran, yang mungkin akibat
lubang hewan atau batu pasangan yang lepas.

b. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah kegiatan perbaikan pada saluran
irigasi yang biasanya dilakukan lebih 1 tahun.
1) Meninggikan tanggul saluran;
2) Mengganti tanggul saluran;
3) Memperbaiki sayap bangunan, tembok saluran;

-95-
4) Memperbaiki kemiringan saluran irigasi.

c. Perbaikan Darurat
Kegiatan ini adalah bersifat sementara dan dalam waktu yang
singkat. Hal ini dilakukan agar air tetap mengalir dan tetap
dapat melayani kebutuhan irigasi.
Kegiatan ini dilakukan pada kejadian bencana alam, seperti
tanah longsor, banjir, pohon tumbang yang merusak dinding
saluran dan lain-lain.
Setelah perbaikan darurat, perlu segera direncanakan
perbaikan yang permanen.
d. Pemeliharaan Batu dan Beton
1) Menyiar kembali bagian-bagian yang retak. Bila pasangan
batu telah cukup lama, kemungkinan siarnya telah tipis dan
air dapat masuk ke celah-celah pasangan, ulangi lagi
pekerjaan siar seluruhnya;
2) Pasangan batu dan beton yang retak, tutuplah retakan
tersebut dengan bahan yang sama setelah terlebih dahulu
memperbesar retakannya;
3) Memperbaiki plesteran pada bagian bangunan yang sudah
habis atau rusak, agar diplester kembali seperti semula;
4) Beberapa bagian dari pasangan yang telah rapuh,
bongkarlah pasangan tersebut kemudian ditutup dengan
pasangan baru seperti semula;
5) Apabila terjadi pasangan batu atau beton terkikis, kerjakan
kembali dengan pasangan batu atau beton seperti bentuk
semula;
6) Bersihkan seluruh pasangan batu atau beton dari tumbuh-
tumbuhan yang dapat merusaknya dengan cara mencabut
sampai ke akar-akarnya kemudian tutup dengan adukan
semen;
7) Perbaikan pasangan batu digunakan campuran 1 semen : 4
pasir. Sedangkan untuk perbaikan beton digunakan
campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Ambilah tempat ukuran yang akan jadi standar pembanding
(contoh: ember cor).
Pertama tuangkan semen 1 zak, kedalam ember yang
tersedia. Hitunglah jumlah ember yang dapat menampung

-96-
satu zak semen. Maka kita telah menemukan berapa ember
untuk satu zak semen. Kalikan perbandingan tadi dengan
perbandingan 1:2:3 tersebut. Lakukan hal yang sama untuk
alat ukur yang lain.

-97-
IV. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENINGKATAN PRASARANA PENDUKUNG PEMASARAN PERTANIAN,
PERTERNAKAN, PERIKANAN, INDUSTRI, DAN PENDUKUNG KEGIATAN
PARIWISATA
4.1 Pasar Desa
Pasar desa merupakan suatu jenis sarana dan prasarana
perdesaaan yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi
jual-beli. Persyaratan utama untuk pengadaan pasar adalah ada
penjual dan pembeli serta komoditas yang akan diperjualbelikan.
Pembangunan pasar desa dapat ditinjau dari empat hal utama,
yaitu:

1) Potensi dan lokasi (site plan) pasar potensi dan kebutuhan


suatu daerah akan pasar secara praktis dapat dilakukan
dengan survei lokasi yang akan ditetapkan untuk pasar desa.
Hal ini dapat dilakukan oleh beberapa penduduk atau tokoh
masyarakat yang ada di sekitar lokasi pasar di dalam desa
maupun di luar desa dengan menggunakan peta desa lengkap
serta jalan porosnya. Data yang didapatkan harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Lokasi rencana pembangunan harus sudah ada beberapa
bakal calon pedagang;
b) Jarak antara pasar terdekat yang sudah ada minimal 5 km
(± 5 km);
c) Lokasinya strategis (misalnya di pertigaan
jalan/perempatan jalan kendaraan atau tempat singgah
kendaraan umum), dekat dengan pemukiman penduduk
dan transportasinya mudah dijangkau;
d) Jumlah yang cukup untuk calon pedagang yang akan
berdagang di lokasi pasar yang baru yang dilakukan
dengan cara mendaftar;
e) Secara umum untuk Jumlah Pembeli = Jumlah Penduduk
× koefisien (koefisien maks = 1).

-98-
Gambar III.45. Contoh Prasarana Pendukung Kegiatan
Pariwisata

Sumber: Foto Dokumentasi PISEW 2016, Kec. Sirenja dan Kec.


Dampelas, Kab. Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah

Gambar III.46. Contoh Site Plan Pasar Desa

Sumber: Pedoman Teknis Pelaksanaan Konstruksi Rural Settlement


Infrastructure and Kabupaten Strategic Areas Development (RISE II) 2015

-99-
Gambar III.47. Contoh Posisi Pasar Desa diantara Sudut
Jalan

Sumber: Pedoman Teknis Pelaksanaan Konstruksi Rural Settlement


Infrastructure and Kabupaten Strategic Areas Development (RISE II) 2015

Tabel III.17. Matriks Permasalahan Pasar Desa


Lokasi Saran/
No Masalah Akibat Masalah
Pasar Rekomendasi
A Di tepi Pedagang Potensial Tempat parker
Jalan cenderung mengganggu diperlebar ke
Utama menempati bagian pengguna jalan dalam
luar (dekat pembeli) Dipagar
Kendaraan pembeli
sulit masuk lokasi
parkir

B Di dalam Pembeli kurang Kurang diminati Jalan masuk


masuk dari menyukai bila pedagang diperlebar
jalan Utama harus berjalan jauh Jangan jauh dari
Sulit dikenal jalan utama
pembeli Diberi papan
nama yang besar
C Di simpang Areal pasar dibatasi Sulit dikembangkan Parkir diperlebar
jalan jalan didua sisi Sumber kemacetan Dipagar tembok
Pedagang Disiplin dalam
cenderung pengaturan
menempati bagian pedagang
luar
D Dekat Cenderung Pencemaran sungai Jangan pilih
sungai/Alir membuang sampah lokasi dekat
an air ke sungai sungai
Dibuat sekat
tembok tinggi
pembatas dengan
sungai

Sumber: Pedoman Teknis Pelaksanaan Konstruksi Rural Settlement


Infrastructure and Kabupaten Strategic Areas Development (RISE II) 2015

2) Calon Pengguna dan Kebutuhan Luas Bangunan Pasar


a) Calon Pengguna Pasar
Calon pengguna pasar adalah pedagang yang akan
menggunakan pasar tersebut secara rutin. Jumlahnya
adalah jumlah pedagang pada embrio pasar ditambah

-100-
dengan calon pedagang baru yang terdaftar pada
kesempatan saat sosialisasi khusus dilaksanakan.
Selanjutnya dilakukan pendaftaran bagi calon pengguna
pasar yang berbentuk format, diantaranya tentang nama,
alamat, pedagang harian atau mingguan, jenis dagangan,
serta iuran yang disepakati untuk retribusi dan tanda
tangan;

Tabel III.18. Contoh Format Survei Calon Pedagang


Nama Alamat Kesediaan
Waktu Jenis Tanda
No Calon Calon Retribusi
Buka (*) Dagangan (**) Tangan
Pedagang Pedagang minimal
1 Harian/
mingguan
2 Harian/
mingguan
dst

Sumber: Pedoman Teknis Pelaksanaan Konstruksi Rural Settlement


Infrastructure and Kabupaten Strategic Areas Development (RISE II)
2015
Keterangan:
* Pilih isian Mingguan atau harian
** Pilih kategori yang termasuk (1) Sayuran/buah,
(2) Kelontong, (3) Peralatan RT, (4) Kain dan
Pakaian, (5) Ternak, (6) Lain-lain……………….

b) Kebutuhan Luas Bangunan Pasar


Setelah diketahui jumlah calon pedagang yang
mendaftarkan, maka untuk menentukan kebutuhan luas
bangunan pasar bisa ditentukan dengan memperkirakan
secara rata-rata kebutuhan lahan berdagang untuk tiap
satu orang pedagang adalah 4 m².
Maka kebutuhan luas bangunan pasar = jumlah calon
pedagang × 4 m²;

3) Jenis Kebutuhan Bangunan Pasar


a) Los/Lapak pasar, bangunan besar yang secara bersama-
sama antar pedagang yang bagian atasnya terlindungi,
sedangkan sisi-sisinya terbuka biasa disebut dengan los
pasar desa;
b) Bangunan kios-kios, standar luasan bangunan kios pasar
yang masing-masing berukuran 3 × 4 (m), yaitu bangunan

-101-
yang bagian atas maupun sisi-sisinya terlindungi dan pada
sisi bagian depannya bisa di tutup dan dibuka. Untuk
menentukan jumlah kios bisa diambil angka 50% × jumlah
pedagang harian, walaupun angka yang dihasilkan
sebenarnya perlu di sepakati lebih lanjut dengan para
calon pedagang terutama menyangkut dana yang tersedia;

4) Kebutuhan Sarana Penunjang Pasar, pada setiap bangunan


pasar memerlukan sarana penunjang yaitu, MCK, parkir
kendaraan, bak sampah, dan listrik. Untuk menentukan
jumlah sarana yang dibutuhkan, bisa mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a) MCK (Mandi Cuci Kakus)
Kebutuhan jumlah MCK ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut:

Jumlah Calon Pedagang


MCK =
15

Keterangan:
15 adalah kemampuan pelayanan 1 unit/hari

b) Parkir, Luas kebutuhan parkir untuk pasar desa


direncanakan berdasarkan jumlah pedagang yang
menggunakan pasar. Rumus yang digunakan:

Luas Parkir (m²) = Jumlah Pedagang × P


Keterangan:
P = Luas lahan parkir per kapita pedagang (m²)
Luas P antara 10 m² sampai dengan 20 m².
Untuk ukuran lebar pada lahan parkir, minimal 10 m.

c) Luas bak Sampah (dengan tinggi 1,5 m)

Jumlah Pedagang x 0,1 m³ (sampah)


Luas bak (m²) = 1,5m

Keterangan:

-102-
(1) Tinggi bak sampah 1,5 m yang pada sisi tengah
bagian depannya bisa di buka;
(2) Volume bak sampah untuk satu orang pedagang
ratarata = 0,1 m3/hari.

d) Listrik (Bila bila diperlukan)


(1) Kebutuhan 1 orang pedagang di tempat Los rata-rata
= 100 VA;
(2) 1 buah kios membutuhkan rata-rata = 450 VA.
e) Teknis
(1) Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan
setempat yang tersedia dengan kriteria sebagai
berikut:
- Bahan bangunan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan bahan bangunan yang
tercantum dalam SNI;
- Kemudahan penyediaan bahan bangunan
(i) Kemudahan pelaksanaan konstruksi;
(ii) Keandalan konstruksi;
(iii)Konstruksi.
Konstruksi bangunan dibuat sederhana
sehingga tidak diperlukan perhitungan
perhitungan konstruksi, namun apabila daya
dukung tanahnya kurang baik maka perlu
dilakukan perhitungan.
(2) Drainase
Pasar harus dilengkapi dengan saluran drainase air
hujan yang terintegrasi dengan sistem drainase yang
ada atau tempat pembuangan air (sungai, sumur
resapan, laut, dan danau).

Format III.1. Penyediaan Material Lokal

-103-
Penyediaan Material Lokal

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan

Harga
No Jenis Bahan Volume Satuan Satuan (Rp) Lokasi Keterangan

…………....................................

Disurvei Oleh: Disurvei Oleh: Diverifikasi Oleh:


Badan Fasilitator Tim Pelaksana
Kerjasama Antar Masyarakat Kabupaten (TPK)
Desa (BKAD)

(…………………) (………………………) (………………………)


Ketua NIP.

-104-
Format III.2. Survei Penyediaan Tenaga Kerja Upah Kerja per Orang per Hari

Survei Penyediaan Tenaga Kerja


Upah Kerja per Orang per Hari

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan

Harga Satuan
No Jenis Pekerja Satuan (Rp) Keterangan
1 Pekerja HOK
2 Tukang HOK
3 Kepala Tukang HOK
4 Mandor HOK

…………..................................

Disurvei Oleh: Disurvei Oleh: Diverifikasi Oleh:


Badan Fasilitator Tim Pelaksana
Kerjasama Antar Masyarakat Kabupaten (TPK)
Desa (BKAD)

(…………………) (………………………) (………………………)


Ketua NIP.

-105-
Format III.3. Survei Harga Satuan Bahan/Alat

Survei Harga Satuan Bahan/Alat

Kecamatan : ………………….. Provinsi : ………………….


Kabupaten : ………………….. Paket : ………………….
Pekerjaan

Harga Jarak
Ongkos Harga di
dilokasi angkut ke
No Jenis Bahan/Alat Satuan Angkut per Tempat
Pembelian Lokasi
Satuan (Rp) (Rp)
(Rp) ……… (km)

……….......................................

Disurvei Oleh: Disurvei Oleh: Diverifikasi Oleh:


Badan Fasilitator Tim Pelaksana
Kerjasama Antar Masyarakat Kabupaten (TPK)
Desa (BKAD)

(…………………) (………………………) (………………………)


Ketua NIP.

-106-
Format III.4. Daftar Hasil Konfirmasi dan Verifikasi Harga Satuan Bahan/Alat

Daftar Hasil Konfirmasi dan Verifikasi


Harga Satuan Bahan/Alat

Kecamatan : ………………….. Provinsi : ……………….


Kabupaten : ………………….. Paket : ……………….
Pekerjaan

No Jenis Bahan/Alat Satuan Harga Satuan Keterangan


(Rp)

…………...................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh:


Badan Kerjasama Antar Desa Tim Pelaksana
(BKAD) Kabupaten (TPK)

(…………………) (………………………)
Ketua NIP.

-107-
Format III.5. Daftar Hasil Konfirmasi dan Verifikasi Upah Pekerja per Orang per Hari

Daftar Hasil Konfirmasi dan Verifikasi


Upah Pekerja per Orang per Hari

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan

Harga Satuan
No Jenis Tenaga Kerja Satuan Keterangan
(Rp)

…………...................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh:


Badan Tim Pelaksana Kabupaten (TPK)
Kerjasama Antar
Desa (BKAD)

(…………………) (………………………)
Ketua NIP.

-108-
Format III.6. Rencana Penggunaan Alat Berat

Rencana Pengunaan Alat Berat

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan

Gambaran Pekerjaan yang membutuhkan alat berat, termasuk perkiraan volume


pekerjaan:

Jenis Alat Berat yang digunakan:

Justifikasi Teknik (alas an teknis menggunakan alat berat:

Analisa pengunaan alat terlampir:

Perkiraan kebutuhan biaya dan mekanisme pembayaran:

Proses persetujuan masyarakat untuk penggunaan alat berat (dijelaskan):

…………...................................
Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh:
Badan Tim Pelaksana Kabupaten (TPK)
Kerjasama Antar
Desa (BKAD)

(…………………) (………………………)
Ketua NIP.

Format III.7. Daftar Rencana Tenaga Kerja Lokal

-109-
Daftar Rencana Tenaga Kerja Lokal

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan

No Nama Usia (th) Jenis Keahlian Alamat Tanda


Kelamin (K/T/Pr) Tangan/Cap
(L/P) Jempol Kiri

…………...................................

Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh:


Badan Kerjasama Fasilitator
Antar Desa (BKAD) Masyarakat

(…………………………) (…………………………)
Ketua

Format III.8. Survei Penyediaan Material Lokal

Survei Penyediaan Material Lokal


Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….

-110-
Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan

No Jenis Material Volume Satuan Jarak dari Keterangan


Quarry ke
Lokasi

…………...................................

Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh:


Badan Kerjasama Fasilitator
Antar Desa (BKAD) Masyarakat

(…………………………) (…………………………)
Ketua

Format III.9. Surat Kesanggupan Penyediaan Tenaga Teknis

Surat Kesanggupan Penyediaan Tenaga Teknis dan Lokal

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


-111-
Nama : ……………………………………………
Jabatan : ……………………………………………
Alamat : ……………………………………………

Dengan ini menyatakan sanggup menyediakan Tenaga Teknis yang mampu


membaca gambar, anggaran dan mampu menerapkannya dilapangan serta
memaksimalkan tenaga kerja lokal.
Demikian surat kesanggupan pengadaan tenaga teknis ini kami buat
dengan sebenarnya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………..................................
Dibuat Oleh:
Ketua BKAD

( ……………………………… )

-112-
PENJELASAN PENYUSUNAN RANCANGAN TEKNIS (DED) DAN RAB

Penyusunan Gambar Rencana dan RAB lnfrastruktur dilaksanakan oleh


BKAD dan FM dengan melakukan konsultasi serta asistensi kepada Tim
Pelaksana Kabupaten (instansi teknis terkait atau yang ditunjuk).
Penyusunan RAB mengacu pada Peraturan Menteri pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Dalam hal terdapat pekerjaan
yang tidak diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor: 28/PRT/M/2016 dapat menggunakan analisis
harga satuan lainnya seperti: AHS-SNI, Analisa BOW, Analisa K Bina
Marga, dan analisa harga setempat yang telah ditetapkan oleh kepala
daerah.

A. Sistematika Penyusunan DED


Secara umum, dokumen DED adalah suatu dokumen penyusunan
laporan pekerjaan yang berupa gambar, Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) secara lengkap yang terdiri dari berbagai skala gambar serta
spesifikasi bahan/material apa saja yang akan digunakan.
Pelaksanaan penyusunan dokumen DED melalui tahapan kegiatan
sebagai berikut:
1) Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan mobilisasi personil,
peninjauan lokasi kegiatan (survei pendahuluan), penyusunan
rencana kerja yang meliputi waktu dan lama pengukuran lokasi
dan memantapkan rencana kerja dalam pelaksanaan
perencanaan. Pada pekerjaan persiapan ini juga dilakukan
penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan direncanakan,
yang meliputi:
a. Melakukan pengamatan kondisi eksisting.
b. Mengkaji beberapa fasilitas pelengkap/pendukung atau
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan
teknis.
2) Survei lapangan
Untuk lebih memahami permasalahan dan perencanaan, maka
perlu diadakan survei lapangan di lokasi kegiatan. Survei
lapangan juga dilakukan untuk mendapatkan kelengkapan

-113-
data yang dibutuhkan untuk analisis. Beberapa survei yang
akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan kriteria dari DED
yang akan disusun.
3) Analisis dan perencanaan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil survei kemudian
dilakukan analisis untuk pengambilan keputusan perencanaan
suatu kegiatan. Dalam perencanaan tentunya sangat
dibutuhkan data-data yang akurat agar hasilnya sesuai dengan
diharapkan.
4) Penyusunan rancangan teknis (Detail Engineering Design/DED)
a. Menyusun Rencana Teknis Beserta Gambar Teknisnya
Meliputi kegiatan perencanaan teknis yaitu perencanaan
sesuai dengan jenis masing-masing kegiatan yang
berhubungan langsung dengan masalah-masalah teknis,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan gambar
kerja/rencana teknis. Gambar kerja ini disusun
berdasarkan hasil yang didapat dari perencanaan teknis
dan dibuat rapi dalam satu bentuk album gambar.
b. Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan
Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi teknis bahan
bangunan dan syarat pelaksanaan yang berhubungan
dengan desain teknis.

B. Sistematika Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Pada dasarnya anggaran biaya merupakan bagian terpenting dalam
menyelenggarakan suatu kegiatan. Membuat anggaran biaya berarti
menafsir atau memperkirakan harga suatu barang, bangunan, atau
benda yang akan dibuat dengan teliti dan secermat mungkin.
Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya (Begrooting) dalam
suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung
dengan teliti, cermat, dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada
kegiatan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah,
disebabkan perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.

-114-
Sebagai contoh, misalnya harga bahan dan upah tenaga kerja di
Padang, berbeda dengan harga bahan dan upah tenaga kerja di
Medan, Pekan Baru, Palembang, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Secara umum pelaksanaan perhitungan anggaran biaya dapat dilihat
pada diagram berikut ini:

Tenaga Analisa Harga


Kerja Satuan Pekerjaan
Alat RAB
Harga Volume
Bahan Pekerjaan

1. Persiapan
Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam perhitungan rencana
anggaran adalah sebagai berikut:
a. Bestek
Bestek adalah, suatu peraturan dan syarat-syarat teknis suatu
pekerjaan bangunan yang mengikat, yang diuraikan sedemikian
rupa, terinci, cukup jelas dan mudah dipahami;
Tujuannya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-
syarat teknis. Bagian-bagian bestek terdiri dari:
1) Keterangan dan penjelasan umum tentang proyek yang
akan dibangun.
2) Keterangan dan penjelasan tentang bagaimana
melaksanakan bagian proyek tersebut.
3) Keterangan dan penjelasan tentang administrasi proyek.
b. Gambar Bestek
Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar pra
rencana, serta gambar detail dasar dengan skala yang lebih
besar. Gambar bestek juga terdiri atas lampiran dari uraian
syarat-syarat (bestek) pekerjaan.
Gambar bestek merupakan kunci pokok (tolok ukur) baik
dalam menentukan kualitas dan scope of work maupun dalam
menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya) proyek.
Dengan adanya gambar bestek, maka Penyedia Jasa dapat
membayangkan bentuk dan macam bangunan yang diingini
oleh Pemberi Tugas dan bagaimana untuk melaksanakannya.

-115-
Gunanya untuk menentukan/menghitung besarnya masing-
masing volume pekerjaan. Gambar bestek terdiri dari:
1) Gambar rencana dengan perbandingan tertentu, biasanya
digunakan skala 1:100.
2) Gambar-gambar penjelasan dengan skala 1:5 dan 1:10
bagi konstruksi-konstruksi yang sulit.
Gambar bestek antara lain terdiri dari:
a) Gambar Situasi;
b) Gambar Denah;
c) Gambar Potongan;
d) Gambar Perspektif;
e) Gambar Rencana Atap;
f) Gambar Detail Konstruksi; dan
g) Gambar Pelengkap.
Dengan adanya bestek dan gambar bestek, maka pelaksana
dapat membayangkan bentuk dan macam bangunan yang
diinginkan oleh Pemberi Tugas.
c. Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah
tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis.

2. Tata Cara Perhitungan RAB


Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta
biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan.
Rencana Anggaran Biaya merupakan Dokumen Perhitungan Volume
Pekerjaan berdasarkan Rencana Teknis, Harga dari berbagai macam
Bahan/Material, Alat dan Tenaga yang dibutuhkan pada suatu
Konstruksi. Melalui RAB dapat diketahui Taksiran Biaya setiap
item/sub Kegiatan.
Komponen pendukung yang diperlukan dalam menyusun dokumen
RAB adalah:
a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan
pekerjaan. Besarnya harga pekerja tergantung dari masing-
masing keahlian yang dimiliki oleh personil tersebut dan

-116-
bervariasi pada setiap daerah. Harga tenaga kerja dihitung per
hari kerja yaitu 8 jam per hari.
b. Harga Bahan
Bahan dan material adalah besarnya jumlah bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu
kesatuan pekerjaan. Besarnya Harga Bahan dan Material
tergantung bervariasi pada setiap daerah misalnya harga
Semen, Pasir, Batu Kali, dan sebagainya. Harga Bahan dihitung
dengan satuan per unit, buah, atau m³ disesuaikan dengan
Jenis Bahan tersebut.
c. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga Satuan Pekerjaan adalah Jumlah Harga Bahan dan Upah
Tenaga Kerja berdasarkan Perhitungan Analisa suatu Kegiatan.
Harga Bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam satu
daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Upah
Tenaga Kerja didapatkan di lokasi dikumpulkan dan dicatat
dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah.
Ada Tiga istilah yang harus dibedakan dalam Penyusunan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yaitu : Harga Satuan Bahan,
Harga Satuan Upah dan Harga Satuan Pekerjaan. Harga
Satuan Pekerjaan dihitung berdasarkan satuan per pekerjaan.
d. Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan adalah Menguraikan secara Rinci Besar
Volume atau Kubikasi suatu Pekerjaan. Menguraikan, berarti
menghitung besar volume masing-masing pekerjaan sesuai
dengan Gambar Bestek dan Gambar Detail. Seperti dijelaskan
sebelumnya, untuk menghitung volume masing-masing
pekerjaan terlebih dahulu harus dikuasai tata cara Membaca
Gambar Bestek berikut Gambar Detail/Penjelasan. Perhitungan
volume adalah perhitungan untuk menghitung isi, luas, dan
keliling suatu benda sehingga perlu diketahui Rumus dan
Satuan benda yang akan dipergunakan seperti:
Satuan Panjang : cm, m, hm, km, inch, dan mile.
Satuan Luas : cm², ca, are, ha.
Satuan Isi : dm³, m³, dan lain - lain.

-117-
e. Rencana Anggaran Biaya
Anggaran Biaya yang dihitung adalah Jumlah dari masing-
masing Hasil perkalian Volume dengan Harga Satuan Pekerjaan
yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai
berikut :
RAB = Volume x Harga Satuan Pekerjaan
DED dan RAB yang sudah disusun, selanjutnya divalidasi oleh
Tim Pelaksana Kabupaten, dan atau Tim Pelaksana Provinsi
selanjutnya disetujui oleh PPK pada Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi sebagai dasar
pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan Surat Perjanjian
Kerja Sama.

Isi Dokumen DED dan RAB

No Uraian Keterangan
1 Cover
2 Peta Kawasan dan Lokasi Paket Pekerjaan
3 Rekapitulasi RAB
4 Rencana Anggaran Biaya
5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan
6 Daftar Harga Satuan Bahan, Alat dan Upah
7 Perhitungan Volume
8 Gambar Rencana
a. Denah
b. Tampak
c. Potongan
d. Detail
9 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kurve “S”

-118-
Format III.10. Bingkai Gambar Rencana

Bingkai Gambar Rencana

PISEW

TA. ………………………

Provinsi
…………………………………….
Kabupaten
…………………………………….
Kecamatan
…………………………………….
Jenis Prasarana
…………………………………….
Lokasi
(dimana infrastruktur dibangun)
Judul Gambar
…………………………………….
Dibuat Oleh:
BKAD Fasilitator

( ………………) ( ………………)
Diverifikasi Oleh:
TAPr./Asist. TAPr.

( ………………………………… )
Divalidasi Oleh:
Tim Pelaksana Tim Pelaksana
Kabupaten Provinsi

( ………………) ( ………………)
Nip. ………… Nip. …………
Lembar ke …… Dari …….

-119-
Format III.11. RAB-Biaya Adm. & Ops

Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Biaya Administrasi dan Operasional

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket Pekerjaan : …………………….

No Uraian Pekerjaan Vol. Satuan Harga Satuan Jml. Harga (Rp)


(Rp)
1 Gudang (disesuaikan dengan 1 Ls
kebutuhan dan Jenis Konstruksi)
2 Papan Nama Proyek 1 Buah
3 Papan Informasi 1 Buah
4 Pengukuran dan Pemasangan patok (biaya 1 LS
disesuaikan dengan jenis konstruksi)
5 Laporan Mingguan dan Bulanan
a. Back Up data dan perhitungan volume 2 Rangkap
realisasi
b. Photo Dokumentasi (0%, 25%, 50% dan 2 Rangkap
100%)
c. Adminitrasi lain yang terjadi pada saat Ls Ls
pelaksanaan konstruksi
6 Administrasi dan ATK (Alat Tulis Kantor)
7 Dokumen Surat Perjanjian Kerjasama1 Ls
8 Biaya Transportasi untuk BKAD (biaya Ls Ls
disesuaikan dengan kebutuhan serta jarak
dari kecamatan ke kabupaten/provinsi dan
selama pelaksanaan kegiatan)
9 Biaya Pertemuan Ls Ls
10 Biaya Pencatatan Akte Notaris
11 Prasasti PISEW 1 Buah
Total Biaya Operasional

…………..............................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab. TPPr.

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….
Ket:

* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat

1
Digandakan sesuai dengan kebutuhan

-120-
Format III.12. RAB untuk Paket Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya Untuk Paket Pekerjaan

Kecamatan : ……………………….. Provinsi : …………………….


Kabupaten : ……………………….. Paket Pekerjaan : …………………….

Uraian Volume Upah Total Biaya Total


Material Peralatan
No. Operasional Biaya
Pekerjaan (Satuan) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 = 4+5+6 8 9=7+8

Total
%

…………..............................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….
Ket:

* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat

-121-
Format III.13. RAB-Harga Satuan Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya


Harga Satuan Pekerjaan

Kecamatan : ……………………….. Paket : …………………….


Pekerjaan
Kabupaten : ……………………….. Harga Satuan Pekerjaan ……
Provinsi : ……………………….. ……………………………………..
Harga
Jumlah
No Uraian Kode Satuan Koefisien Satuan
Harga (Rp)
(Rp)
A TENAGA
Pekerja
Tukang
Kepala Tukang
Mandor
JML. BIAYA TENAGA KERJA
B BAHAN

JML. HARGA BAHAN


C PERALATAN

JML. HARGA PERALATAN

D Harga Satuan Pekerjaan (A+B+C)

…………..............................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….
Ket:

* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat

-122-
Format III.14. RAB-Daftar Harga Satuan Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya


Daftar Harga Satuan Pekerjaan

Kecamatan : ……………………….. Paket : …………………….


Pekerjaan
Kabupaten : ………………………..
Provinsi : ………………………..

No. Jenis Pekerjaan Kode Satuan Harga (Rp)


1
2
3
4
5
6
7
8
dst

…………..............................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….
Ket:

* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat

-123-
Format III.15. Rekapitulasi RAB

Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

Kecamatan : ……………………….. Paket Pekerjaan:


………………
Kabupaten : ……………………….. …………………………………….
Provinsi : ………………………..
Harga Jumlah Total
No Uraian Pekerjaan Vol. Sat. Satuan Harga Biaya
(Rp) (Rp) (RP)

A Pekerjaan
……………………..
Persiapan
……………………..
……………………..
Sub Total Biaya (A)
B Pekerjaan Tanah
……………………..
……………………..
……………………..
……………………..
Sub Total Biaya (B)
C Pekerjaan
……………………..
Fondasi
……………………..
……………………..
Sub Total Biaya (C)

D Total Biaya Pekerjaan (A+B+C)


E Biaya Operasional (Format III.11)
F Jumlah Total Biaya (D + E)

.........................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..)
(……………..) (……………..) (……………..)
Nip. ………. Nip. ……….
Ket:

* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat

-124-
Format III.16. Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan

Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan

Kecamatan : ……………………….. Paket : …………………….


Pekerjaan
Kabupaten : ……………………….. Daftar Harga Satuan Upah
Provinsi : ……………………….. dan Bahan

No. JENIS SATUAN HARGA (Rp)


1 Pekerja OH
2 Tukang Batu OH
3 Tukang Kayu OH
4 Kepala Tukang OH
5 Mandor OH
6 Semen PC Zak
7 Pasir Urug m³
8 Pasir Beton m³
9 Kerikil beton buatan (pecah) m³
10 Baja tulangan beton Kg
11 Dst ………………………….

.....................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..)
(……………..) (……………..) (……………..)
Nip. ………. Nip. ……….
Ket:

* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat

-125-
Format III.17. Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH ( PISEW )
NAMA
PROPIVINSI : PAKET :
KABUPATEN : JENIS PEKERJAAN :
KECAMATAN : VOLUME :

Bulan / Tahun ......


Bobot Skala
NO URAIAN PEKERJAAN Volume Satuan Harga Satuan Jumlah ( Rp. ) Bulan ....... Bulan ....... Bulan ....... Keterangan
(%) (%)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I PERSIAPAN DAN MOBILISASI
1 PERSIAPAN
2 MOBILISASI

II PEKERJAAN TANAH
1 GALIAN TANAH
2 URUGAN TANAH

III PEKERJAAN PASANGAN


1 PASANGAN DINDING

JUMLAH
BOBOT RENCANA ( % )
BOBOT RENCANA KUMULTAIF ( % )
BOBOT
BOBOT REALISASI KUMULATIF ( % )

…………...........................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….

Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-126-
Format III.18. Pemeriksaan Desain dan RAB

Pemeriksaan Desain dan RAB


Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

Kecamatan : ……………………….. Paket Pekerjaan: ………………


Kabupaten : ……………………….. …………………………….……….
Provinsi : ………………………..

Ada Sesuai Lengkap Ada Sesuai Lengkap


No Uraian No Uraian
Tidak Tidak Kurang Tidak Tidak Kurang
(1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4)
1 Lokasi Jelas 7 Dimensi dan
di peta spesifikasi
lengkap
2 Lokasi Tepat 8 Perhitungan
teknis konstruksi
pokok
3 Pemilihan 9 Perhitungan
Jenis Volume sesuai
Konstruksi
4 Ukuran 10 Alasan
Konstruksi pemakaian alat
Sesuai berat sesuai
5 Denah dan 11 Harga Satuan
Tampang wajar/sesuai

6 Gambar
Detail

Hal-hal yang perlu diperhatikan/diperbaiki:

Penilaian: Tanggal, ……………………………………………

Memenuhi syarat Diperiksa Oleh


Tenaga Ahli Provinsi

Tidak memenuhi syarat


(……………………………………….)
Nama Jelas

Ket:
* Dokumen sebelum ditandatangani oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu
diverifikasi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-127-
Format III.19. Lembar Pengesahan DED dan RAB

Lembar Pengesahan
No. ………………………..

Pada hari ini …………., tanggal ……………….., bulan ……………., tahun


20…, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……………………
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen pada Satker PKP Provinsi …….….
Alamat : …………………………

Dengan ini menyatakan telah melakukan pemeriksaan dan menyetujui isi


dari dokumen DED dan RAB kegiatan PISEW yang dibuat oleh BKAD
Kecamatan……….., Kabupaten ………………. Provinsi …………………… yang
terdiri dari :

1 Peta Kawasan dan Lokasi Paket Pekerjaan


2 Rekapitulasi RAB
3 Rencana Anggaran Biaya
4 Analisa Harga Satuan Pekerjaan
5 Daftar Harga Satuan Bahan, Alat dan Upah
6 Perhitungan Volume
7 Gambar Rencana
a. Denah
b. Tampak
c. Potongan
d. Detail
8 Rencana Jadwal Pelaksanaan (Kurva “S”)

Apabila dalam pelaksanaan di lapangan nantinya ada hal-hal baik teknis


maupun non teknis yang mengakibatkan pekerjaan tidak bisa dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang tertuang dalam dokumen tersebut diatas,
maka harus dilakukan amandemen sesuai dengan prosedur dan aturan
yang berlaku.

Demikian lembar pengesahan ini dibuat dengan sebenarnya untuk


dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan semestinya serta sebagai dasar
bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan kegiatan
PISEW tahun 20….. di Kecamatan……….., kabupaten………..,
provinsi……….

………….…………………………..

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker PKP Provinsi…………………

(………………………………………..)
NIP. …………………………………..

Format III.20. Undangan Pertemuan Pra-Pelaksanaan

-128-
Kop Surat BKAD

Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi

………….………………………….
Nomor : …………………………
Lampiran : …………………………

Kepada Yth.
(Undangan Terlampir)
Di Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan sudah diselesaikannya penyusunan Rancangan
Teknis Gambar Rencana dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan
Kegiatan PISEW Tahun ……………….. di Kecamatan……………………..,
Kabupaten …………………….. dimana Kawasan yang menjadi sasarannya
terdiri dari:
1. Desa ……………………………
2. Desa ……………………………
3. Desa ……………………………
Maka dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu/ Sdr/i untuk menghadiri
Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : ............................................................
Waktu : Pukul..................... s.d .......................
Tempat : ............................................................
Acara :
Materi atau Topik:
1. Spesifikasi Pekerjaan;
2. Organisasi Kerja;
3. Tatacara Pelaksanaan Konstruksi dan Jadwal Pelaksanaan.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/ Sdr/i
kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
Ketua BKAD

(……………………………)

Tembusan disampaikan Kepada yth :


1. Tim Pelaksana Kabupaten ……
2. Tim Pelaksana Provinsi ……..
3. Camat …………………………….
4. Pertinggal

-129-
Format III.21. Daftar Hadir Pertemuan Pra-Pelaksanaan

Daftar Hadir Peserta


Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi

Provinsi : Tanggal :
Kabupaten : Nama Fasilitator :
Kecamatan : Paket Pekerjaan :

Alamat Jenis Organisasi Tanda


No. Nama
Lengkap Kelamin / Jabatan Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
*dst

* Daftar Hadir Peserta Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi ini


disesuaikan dengan Jumlah Peserta yang Hadir.

-130-
Format III.22. Notulensi Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi

Notulensi
Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi

Provinsi : …………………………………………….
Kabupaten : …………………………………………….
Kecamatan : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Acara : Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi

Pimpinan Pertemuan : …………………………………………….


Jabatan : …………………………………………….
Narasumber :
1. Nama : …………………………………………….
Jabatan : …………………………………………….
2. Nama : …………………………………………….
Jabatan : …………………………………………….
3. Dst ………………

Pembukaan acara : pkl…………….oleh pimpinan pertemuan.


Dilanjutkan penjelasan oleh nara sumber yang meliputi :
 ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
 ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
 Dst……………………………………………………………………………………
…..……………………………………………………………………………………

Sesi Tanya jawab


 Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
 Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
 Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
 Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Kesimpulan/ Kesepakatan :
Berdasarkan Pemaparan Narasumber dan Tanya Jawab, dapat
disimpulkan /disepakati:
1. ......................................................................................................
......................................................................................
2. ......................................................................................................
......................................................................................
3. ......................................................................................................
......................................................................................
4. dst

-131-
Acara ditutup pada pukul .................
Demikian notulensi ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

……………………………

Mengetahui: Dibuat Oleh:


Pimpinan Rapat Fasilitator Masyarakat Notulen

( ………………….. ) ( …………………….. ) ( …………………….. )

-132-
Format III.23. Berita Acara Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi

Berita Acara
Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi

Provinsi : …………………………………………….
Kabupaten : …………………………………………….
Kecamatan : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Acara : Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi
Berkaitan dengan Pelaksanaan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun ………., Kecamatan …………………………,
Kabupaten ………………………, Provinsi …………..........., maka pada hari ini:
Hari dan Tanggal : ……………………………………………………
Jam : Pukul …………… s.d. pukul ………………
Tempat : …………………………………………………...
Telah diselenggarakan Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi yang
dihadiri oleh perwakilan masyarakat sebagaimana tercantum dalam
undangan (Daftar Hadir Peserta terlampir).
Materi atau Topik yang dibahas dalam Pertemuan Pra Pelaksanaan
Konstruksi ini, serta yang bertindak selaku unsur Pimpinan Rapat dan
Narasumber adalah :
A. Materi dan Topik:
1. Penyampaian Mengenai Spesifikasi Pekerjaan
- Kendali Mutu
2. Organisasi Kerja
- Tenaga Kerja (Besaran Upah)
- Pengaturan Material/Bahan
- Pengaturan Waktu Pelaksanaan
3. Tatacara Pelaksanaan Konstruksi

B. Unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber


1. Pemimpin Rapat : ………………………., jabatan ………………………….
2. Notulen : ………………………., jabatan …………………….…..
3. Narasumber :
1................................. jabatan ..................................
2................................. jabatan ..................................
3................................. jabatan ..................................
4................................. jabatan ..................................

Setelah dilakukan diskusi terhadap materi di atas selanjutnya seluruh


peserta menyepakati beberapa hal sebagai kesimpulan, yaitu :
1. ................................................................................................................
..............................................
2. ................................................................................................................
..............................................
3. ................................................................................................................
..............................................

-133-
4. ................................................................................................................
..............................................
5. Dst.

Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani dengan penuh


tanggung jawab untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
……………………………

Pemimpin Rapat Notulen

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama lengkap Nama lengkap
Mengetahui :
Camat Fasilitator Masyarakat

(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas

Menyetujui :
Wakil dan Peserta Pertemuan

Nama Alamat Tanda Tangan


1. ……………………… …………………………… 1. ………
2. ……………………… …………………………… 2. ………
3. ……………………… …………………………… 3. …………
4. ……………………… …………………………… 4. …………
5. ……………………… …………………………… 5. …………
Dst. ……………………………

-134-
Format III.24. Monitoring Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi

Monitoring Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi


Kecamatan : ………..………….………………….. Paket Pekerjaan : ……………………………….
Kabupaten : ………..………….………………….. Pelaksana : ……………………………….
Provinsi : ………..………….………………….. No. Surat Perjanjian : ……………………………….
Kerjasama
Hari/Tanggal ………..………….………………….. Fasilitator Masy. : ……………………………….

REALISASI
RENCANA REALISASI HARI INI JUMLAH HOK
NO URAIAN PEKERJAAN KOMULATIF CUACA CATATAN
VOLUME SATUAN VOLUME SATUAN VOLUME SATUAN PEKERJA TUKANG MANDOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

………….........................................

Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh:


BKAD Fasilitator Masyarakat

(……………..) (……………..)

-135-
Format III.25. Daftar Hadir Pekerja Harian dan Penerimaan Insentif

Daftar Hadir Pekerja Harian dan Penerimaan Insentif

Kecamatan : …………………………. Insentif 1 HOK Pekerja : …………… Paket Pekerjaan : ………………………………

Kabupaten : …………………………. Insentif 1 HOK Tukang : …………… Pelaksana : ………………………………

Provinsi : …………………………. Insentif 1 HOK Kepala Kelompok/Mandor : …………… No. Surat Perjanjian : ………………………………
Kerjasama
Periode Kerja : …………………………. Hari/Tanggal : …………… Fasilitator Masy. : ………………………………

Kategori Jumlah
Hari Orang Kerja(HOK) Jumlah
HOK Tanda tangan /
No. Nama Kk/ Menurut Tanggal Insentif
Pk Tk Kk/ Cap Jempol Tangan Kiri
Md Pk Tk (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Md
1. 1.
2.
2.
3. 3.
4.
4.
5. 5.
6.
6.
7. 7.
8.
8.
Jumlah : Jumlah :

………….........................................

Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh:


BKAD Fasilitator Masyarakat

(……………..) (……………..)

-136-
Format III.26. Daftar Hadir Pekerja Harian

Daftar Hadir Pekerja Harian

Kecamatan : …………………….. Paket : …………………


Pekerjaan
Kabupaten : …………………….. Pelaksana : …………………
No. Surat
Perjanjian
Provinsi : …………………….. Kerjasama : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. FM : …………………

No Nama Posisi Tenaga Jenis Tanda


Kerja Kelamin (L/P) Tangan
(P/Tk/KP)

Dibuat Oleh: Diketahui Oleh:


Badan Kerjasama Fasilitator
Antar Desa (BKAD) Masyarakat

(…………………………) (…………………………)
Ketua

-137-
Format III.27. Catatan Harian Penggunaan Material

Catatan Harian Penggunaan Material

Kecamatan : ………..………….………………….. Paket Pekerjaan : ……………………………….


Kabupaten : ………..………….………………….. Pelaksana : ……………………………….
Provinsi : ………..………….………………….. No. Surat Perjanjian Kerjasama : ……………………………….
Hari/Tanggal ………..………….………………….. Fasilitator Masyarakat : ……………………………….

MATERIAL MASUK MATERIAL KELUAR STOK MATERIAL PARAF PENANGGUNG


NO TANGGAL URAIAN MATERIAL CATATAN
JAWAB MATERIAL
VOLUME SATUAN VOLUME SATUAN VOLUME SATUAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

………….........................................

Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh:


BKAD Fasilitator Masyarakat

(……………..) (……………..)

-138-
Format III.28. Rekapitulasi Mingguan Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi

Rekapitulasi Mingguan Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi

Kecamatan : ………..………….………………….. Paket Pekerjaan : ……………………………….


Kabupaten : ………..………….………………….. Pelaksana : ……………………………….
Provinsi : ………..………….………………….. No. Surat Perjanjian Kerjasama : ……………………………….
Periode : Tanggal ………….. sd …………... Fasilitator Masyarakat : ……………………………….

HARGA JUMLAH PROSENTASE PROSENTASE


BOBOT HASIL PEKERJAAN
SATUAN HARGA KEMAJUAN KEMAJUAN THP
NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN
MINGGU MINGGU TIAP KESELURUHAN
(RP) (RP) (%) JML SISA PEKERJAAN PEKERJAAN
LALU INI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

….........................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr.

(……………..) (……………..)

Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-139-
Format III.29. Rekapitulasi Bulanan Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi

Rekapitulasi Bulanan Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi

Kecamatan : ………..………….………………….. Paket Pekerjaan : ……………………………….


Kabupaten : ………..………….………………….. Pelaksana : ……………………………….
Provinsi : ………..………….………………….. No. Surat Perjanjian Kerjasama : ……………………………….
Periode : Tanggal ………….. sd …………... Fasilitator Masyarakat : ……………………………….

Harga Jumlah
Bobot Hasil Pekerjaan Prosentase Prosentase Kemajuan
Satuan Harga
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Kemajuan tiap Thp Keseluruhan
Bulan Bulan
(Rp) (Rp) (%) Jml Sisa Pekerjaan Pekerjaan
lalu ini
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

…………...........................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….

Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-140-
Format III.30. Back Up Data Perhitungan Volume
BACK UP DATA PERHITUNGAN VOLUME

PEKERJAAN ……………………………………………………………………………….

Satuan Kerja : Pengembangan Kawasan Permukiman


Nama Kegiatan : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
Jenis Prasarana : ………………………………………………………………………..
Nomor Surat Perjanjian Kerjasama : ………………………………………………………………………..
Pelaksana : Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)
Fasilitator Pendamping : ………………………………………………………………………..

Sketsa/Gambar

Formula Perhitungan

…………...........................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….

Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-141-
Format III.31. Kemajuan/Progres Swadaya Masyarakat

Kemajuan/Progres Swadaya Masyarakat

Kecamatan : ………..………….………………….. Paket Pekerjaan : ……………………………….


Kabupaten : ………..………….………………….. Pelaksana : ……………………………….
Provinsi : ………..………….………………….. No. Surat Perjanjian Kerjasama : ……………………………….
Periode : Tanggal ………….. sd …………... Fasilitator Masyarakat : ……………………………….
Nilai Swadaya (Rp)
No Jenis Swadaya (Tenaga Kerja/Material/Lahan/Pohon Produktif, dll) Peruntukan Kegiatan Lokasi
s/d Minggu Lalu Minggu ini s/d Minggu ini

………….......................................

Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh: Divalidasi Oleh:


BKAD TAPr./Asist. TAPr. TPKab TPPr

(……………..) (……………..) (……………..) (……………..)


Nip. ………. Nip. ……….

Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat

-142-
Format III.32. Rekapitulasi Permasalahan Tingkat Kecamatan

Rekapitulasi Permasalahan Tingkat Kecamatan

Kecamatan : ………..………….………………….. Paket Pekerjaan : ……………………………….


Kabupaten : ………..………….………………….. Pelaksana : ……………………………….
Provinsi : ………..………….………………….. No. Surat Perjanjian Kerjasama : ……………………………….
Periode : Tanggal ………….. sd …………... Fasilitator Masyarakat : ……………………………….

Tanggal Informasi Status


No Masalah Lokasi Jenis/Derajad Penyelesaian Masalah
Masuk Penanganan Masalah

Keterangan:
- Status masalah diisi: Belum Selesai/Proses/Selesai
Dibuat Oleh: Diketahui Oleh:
Fasilitator Masyarakat Badan Kerjasama Antar Desa
(BKAD)

(………………….…………) (………………….…………)
Ketua

-143-
Format III.33. Rekapitulasi Permasalahan Tingkat Provinsi

Rekapitulasi Permasalahan Tingkat Provinsi

Provinsi : ………..………….…………………..
Periode : Tanggal ………….. sd …………...
Jml. Kabupaten : ………..………….…………………..
Jml. Kecamatan : ………..………….…………………..

Tanggal Informasi Status


No Masalah Lokasi Jenis/Derajad Penyelesaian Masalah
Masuk Penanganan Masalah

Keterangan:
- Status masalah diisi: Belum Selesai/Proses/Selesai
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi

(………………….…………)

-144-
Format III.34. Buku Bimbingan

Buku Bimbingan

Kecamatan : …………………. Paket : …………………….


Pekerjaan
Kabupaten : …………………. Pelaksana : BKAD ……………
No. Surat
Perjanjian
Provinsi : …………………. Kerjasama : …………………….

Nama Saran dan Tanda


No Hari/Tanggal Jabatan
Pendamping/Pembina Rekomendasi Tangan

Dibuat Oleh: Diketahui Oleh:


Badan Kerjasama Antar Desa Fasilitator Masyarakat
(BKAD)

(…………………………) (…………………………)
Ketua

-145-
Format III.35. Buku Tamu

Buku Tamu

Kecamatan : …………………. Paket Pekerjaan : …………………….


Kabupaten : …………………. Pelaksana : BKAD ……………
No. Surat
Perjanjian
Provinsi : …………………. Kerjasama : …………………….

Tanda
No Hari/Tanggal Nama Jabatan Saran dan Pesan
Tangan

Dibuat Oleh: Diketahui Oleh:


Badan Kerjasama Fasilitator
Antar Desa (BKAD) Masyarakat

(…………………………) (…………………………)
Ketua

-146-
Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi ini menjadi rujukan dalam pelaksanaan
PISEW. Demikian, atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

-147-

Anda mungkin juga menyukai