Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA
PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH
(PISEW)
1. UMUM
-1-
Berdasarkan hal tersebut di atas, sesuai dengan tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk melaksanakan kebijakan
dibidang pengembangan kawasan permukiman, maka perlu ditetapkan
Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Tentang Pedoman
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.
3. RUANG LINGKUP
-2-
pelaksanaan Kegiatan, harmonisasi kegiatan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi, serta pendanaan Kegiatan;
c. Pengorganisasian Kelembagaan Pelaksana Kegiatan, memuat
mekanisme dan tata kelola kelembagaan di tingkat pemerintah
pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten) sebagai penanggung
jawab Kegiatan, Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai
pelaksana kegiatan, dan konsultan sebagai pendukung kegiatan;
d. Komponen dan Kriteria Kegiatan, memuat komponen-komponen
kegiatan yang meliputi peningkatan kemampuan masyarakat,
peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
pemerintah daerah dan Pembangunan Infrastruktur Kawasan
serta kriteria Kegiatan;
e. Jenis Infrastruktur, memuat jenis infrastruktur yang dilaksanakan
dalam skala kawasan perdesaan, yang meliputi infrastruktur
transportasi, infrastruktur air minum dan sanitasi, infrastruktur
penunjang produksi pertanian dan industri; dan infrastruktur
peningkatan prasarana pendukung pemasaran pertanian,
perternakan, perikanan, industri dan pendukung kegiatan
pariwisata.
f. Pengelolaan/Mekanisme Kegiatan, memuat mekanisme dan
tahapan kegiatan meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan
fisik dan pasca konstruksi; dan
g. Pengendalian Pelaksanaan, memuat mekanisme pengendalian
melalui pengawasan, evaluasi, dan penanganan pengaduan dan
masalah.
-3-
5. PETUNJUK TEKNIS PENCAIRAN DANA BANTUAN PEMERINTAH
UNTUK MASYARAKAT (BPM)
i. Ketentuan perpajakan
j. Sanksi
-5-
6. PETUNJUK PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi menjelaskan detail persyaratan
teknis dan ketentuan-ketentuan teknis lainnya yang terkait dengan
pelaksanaan konstruksi. Beberapa komponen petunjuk pelaksanaan
konstruksi yang terkait yaitu:
a. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur transportasi;
b. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur air minum dan
sanitasi;
c. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur penunjang
produksi pertanian dan industri; dan
d. Petunjuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur peningkatan
prasarana pendukung pemasaran pertanian, perternakan,
perikanan, industri dan pendukung kegiatan pariwisata.
7. PENGENDALIAN PELAKSANAAN
-6-
c. Terwujudnya efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan indikator kinerja;
d. Pelaporan yang terstruktur; dan
e. Media pengujian kepatuhan atas sistem dan prosedur.
-7-
Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan Kegiatan PISEW, sistem
pemantauan dan pengawasan akan dilakukan dengan mekanisme
berikut:
-8-
Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran harus membuat
laporan berdasarkan sistem SAI (Sistem Akuntasi Instansi).
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Januari 2018
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,
-9-
LAMPIRAN PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH
(PISEW)
LAMPIRAN VI-A
Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA
I. KEGIATAN PISEW
1.1 Latar Belakang
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antar
wilayah, kemiskinan, dan pengangguran, telah dilaksanakan oleh
Pemerintah melalui berbagai kebijakan dan kegiatan nasional.
-1-
Pada tahun 2002 Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
mulai dilaksanakan bersama Kementerian Pertanian. Strategi
yang digunakan adalah mendorong dan mendukung
pembangunan kegiatan sektor pertanian dan sektor
komplemennya di wilayah perdesaan. Seiring dengan
pembentukan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
a. PNPM-Mandiri Perkotaan;
b. PNPM-Mandiri Rural Infrastructure Support (RIS);
c. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP); serta
d. PNPM-Mandiri Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah (PNPM-PISEW), dilaksanakan bersama Bappenas dan
Kementerian Dalam Negeri. Dalam pelaksanaannya, Direktorat
Jenderal Cipta Karya bertindak sebagai lembaga pelaksana
(executing agency) dibawah koordinasi Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Kementerian
Dalam Negeri membantu dalam bidang sosialisasi, diseminasi,
-2-
publikasi, kampanye program, dan pelatihan (penguatan
kelembagaan). Selain bekerja sama dengan dua lembaga
tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum juga berkoordinasi
dengan kementerian terkait (pertanian, kelautan dan
perikanan, pendidikan, serta kesehatan).
-3-
1.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan PISEW meliputi:
a. Terbangunnya infrastruktur dasar skala wilayah kecamatan
guna mendorong pengembangan sosial dan ekonomi lokal,
berdasarkan potensi atau komoditas unggulan yang dapat
berupa:
1) infrastruktur transportasi;
2) infrastruktur air minum dan sanitasi;
3) infrastruktur penunjang produksi pertanian dan
industri; dan
4) infrastruktur peningkatan prasarana pendukung
pemasaran pertanian, peternakan, perikanan, industri,
dan pendukung kegiatan pariwisata.
b. Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan.
c. Mendayagunakan sumber daya dan tenaga kerja lokal dalam
pembangunan.
-4-
Tabel I.1. Indikator Kinerja Keberhasilan Kegiatan PISEW
Indikator
No. Kinerja Indikator Keterangan
Utama
1 Indikator Mendukung Meningkatnya akses
Dampak upaya penurunan masyarakat di kawasan
(outcome) biaya produksi potensial perdesaan pada
layanan infrastruktur
permukiman yang
mendukung pengembangan
sosial ekonomi
Meningkatnya Adanya upaya harmonisasi
kemampuan rencana pembangunan
pemerintah kawasan dengan rencana
daerah dalam pembangunan kecamatan
penyelenggaraan dan kabupaten yang sesuai
pembangunan dengan Rencana Tata Ruang
kawasan potensial Wilayah Kabupaten
2 Indikator Meningkatnya a. Adanya kelembagaan
Kinerja kemampuan masyarakat tingkat
(output) masyarakat dalam Kecamatan yang
menyusun beranggotakan perwakilan
rencana dari unsur pemerintahan
pembangunan desa dan tokoh
kawasannya masyarakat yang mampu
melakukan perencanaan
dan pengelolaan
pembangunan.
b. Terselenggaranya
musyawarah warga dalam
Forum Kecamatan sebagai
wujud demokrasi proses
perencanaan
c. Terintegrasinya rencana
pembangunan
infrastruktur kawasan
permukiman perdesaan
-5-
Indikator
No. Kinerja Indikator Keterangan
Utama
yang disusun bersama
masyarakat dengan
rencana pembangunan
daerah.
Meningkatnya a. Terlaksananya
layanan Pembangunan
infrastruktur infrastruktur wilayah
kawasan potensial secara tepat sasaran
perdesaan b. Terbangunnya
infrastruktur sosial
ekonomi wilayah yang
memenuhi standar
kualitas serta bermanfaat
Meningkatnya a. Mobilisasi KTP PISEW,
kemampuan Tenaga Ahli Provinsi,
pelaksana dalam Asisten Tenaga Ahli
pelaksanaan, Provinsi dan FM sesuai
pemantauan, dan jadwal nasional
evaluasi b. Terselenggaranya
penguatan kapasitas
Fasilitator melalui
pelatihan maupun OJT
c. Terlaksananya proses
perencanaan dan
pembangunan
infrastruktur yang
memenuhi aspek teknis
dan kriteria yang telah
ditentukan
d. Terjadinya penguatan dan
pelaksanaan sistem
monitoring dan evaluasi
e. Terselenggaranya
mekanisme penanganan
pengaduan yang efektif
-6-
II. KEBIJAKAN, STRATEGI, PENDEKATAN DAN HARMONISASI KEGIATAN
2.1 Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dalam pengembangan kawasan perdesaan, berupa
kegiatan yang meliputi:
a. Pengembangan Potensi Lokal (sektor kelautan dan perikanan,
pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan industri;
b. Peningkatan kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
infrastruktur kawasan permukiman;
c. Peningkatan peran aktif/partisipasi masyarakat dan pelaku
usaha; dan
d. Peningkatan peran kelembagaan lokal/daerah.
-7-
masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi lokal, secara rinci (lihat
Gambar I.2).
Pemberdayaan
Pengembangan Potensi
Pelaku Usaha
Lokal
Masyarakat
Penyediaan Lapangan
Pekerjaan
Pengurangan
Pengembangan Pengangguran
Sinkronisasi Pengembangan
Infrastruktur Sosial
Kebijakan dan Ekonomi Lokal
Ekonomi Wilayah
Program Peningkatan
(PISEW) Pendapatan
Penyediaan
Penguatan Kelembagaan Pertumbuhan
Infrastruktur
Pengelola PISEW Ekonomi Kawasan
Terkait PISEW
2.2 Pendekatan
Dalam pelaksanaan Kegiatan PISEW ada empat pendekatan yang
dilakukan, yaitu:
a. Partisipatif Birokratis
Pendekatan Partisipatif Birokratis dilaksanakan pada tahap
persiapan dengan mengikut sertakan aparatur pemerintah
kabupaten dan kecamatan dalam melakukan identifikasi
potensi kelembagaan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) di
tingkat kecamatan untuk ditetapkan sebagai pengelola dalam
pelaksanaan perencanaan dan konstruksi kegiatan PISEW,
dan memfasilitasi kelembagaan BKAD yang terpilih untuk
melakukan pencatatan di notaris serta mendaftarkan sebagai
lembaga masyarakat di salah satu SKPD (Bapermas atau
nama lain) di pemerintah daerah kabupaten.
b. Partisipatif Teknokratis
Pendekatan partisipatif teknokratis, dilaksanakan pada tahap
perencanaan, dilaksanakan bersama oleh satuan kerja PKP
provinsi dan pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator
masyarakat, dengan pengendalian dari Tenaga Ahli
Provinsi/Asisten Tenaga Ahli Provinsi, Badan Kerjasama
Antar Desa (BKAD), dalam menyusun profil kawasan serta
-8-
prioritas rencana pembangunan infrastruktur kawasan
perdesaan lengkap dengan perencanaan teknis (gambar
perencanaan dan RAB).
c. Teknokratis
Pendekatan teknokratis dilaksanakan pada saat tahap
pelaksanaan konstruksi walaupun pelaksana pembangunan
konstruksi infrastruktur dilakukan oleh BKAD namun tetap
berdasarkan spesifikasi yang sudah ditentukan dalam
perencanaan teknis yang sesuai dengan jenis konstruksinya.
d. Birokratis
Pendekatan birokratis dilaksanakan bersama pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten dalam melaksanakan
kegiatan sosialisasi, monitoring dan penyerahterimaan
infrastruktur terbangun kepada pemerintah desa yang
selanjutnya dapat dilakukan pemeliharaan dan
pengelolaannya, untuk bertanggung jawab dalam:
1) Memanfaatkan hasil pembangunan untuk kepentingan
masyarakat desa secara luas;
2) Melakukan pengelolaan untuk kegiatan pemeliharaan,
keberlanjutan, dan pengembangan hasil pelaksanaan
pembangunan.
-9-
c. Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten.
-10-
2.3.3 Harmonisasi Rencana Infrastruktur
Rencana infrastruktur kegiatan PISEW guna mendukung
dan menyediakan atau meningkatkan infrastruktur dengan
pendekatan partisipasi masyarakat dalam skala kawasan
untuk meningkatkan sosial ekonomi wilayah serta
terjalinnya harmonisasi rencana pembangunan kawasan
dengan rencana pembangunan yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Kecamatan dan Musrenbang Desa.
2.4 Pendanaan
2.4.1 Sumber Dana
a. APBN
Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan dana APBN,
dengan mata anggaran sebagai Bantuan Pemerintah
untuk Masyarakat (BPM), dengan rincian:
1) Setiap kecamatan akan menerima anggaran
pembangunan infrastruktur :
a) Biaya adminisitrasi dan operasional kegiatan
BKAD
Digunakan untuk biaya adminisitrasi dan
operasional kegiatan BKAD, diantaranya:
biaya pertemuan warga, pembuatan laporan-
laporan, perjalanan ke provinsi dan
kabupaten, pencatatan kelembagaan di
notaris, atau kebutuhan administrasi lainnya
yang terkait langsung dengan kegiatan
PISEW. Rincian alokasi pagu dana besaran
biaya administrasi dan operasional
dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Pelaksana Kegiatan PISEW di tingkat
provinsi
b) Nilai pembangunan fisik/konstruksi
Nilai pembangunan fisik/konstruksi adalah
alokasi dana BPM per kecamatan setelah
-11-
dikurangi biaya administrasi dan operasional
BKAD.
2) Alokasi Dana pendampingan/safeguarding, yang
dipergunakan untuk:
a) Pengadaan konsultan di tingkat pusat,
1 (satu) orang tenaga ahli di tingkat provinsi,
dan 1 (satu) orang fasilitator Masyarakat di
setiap Kecamatan;
b) Pembiayaan kegiatan sosialisasi, konsolidasi,
dan publikasi di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten;
c) Untuk provinsi dengan jumlah lokasi
kawasan yang relatif besar memungkinkan
untuk menambah Asisten TAPr;
d) Kegiatan Pelatihan di tingkat pusat, dan On
Job Training (OJT) di provinsi;
e) Kegiatan Monitoring di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten, dan kecamatan.
b. APBD
Dana APBD provinsi dan kabupaten yang
dialokasikan pada DIPA SKPD terkait digunakan
untuk penyelenggaraan kegiatan PISEW serta
memberikan dukungan kegiatan (activity sharing)
guna meningkatkan layanan infrastruktur yang
dibangun melalui kegiatan PISEW.
-12-
b. Petunjuk khusus (merupakan lampiran dari POK)
bagi PPK Provinsi yang mengacu pada Petunjuk
Teknis PISEW.
Mekanisme pencairan dana PISEW tercantum dalam
dokumen DIPA yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat sesuai dengan peruntukannya,
yaitu:
a. Dana Pembinaan Administrasi Proyek;
b. Dana Pengadaan Jasa Konsultansi; dan
c. Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat
(BPM).
2.4.2.2 Mekanisme Pencairan Dana BPM
Sebagai wujud dari prinsip transparansi dan
akuntabilitas, maka seluruh dokumen perencanaan,
pencairan, bukti transaksi pengadaan barang, serta
dokumen hasil pelaksanaan kegiatan seperti
dokumentasi kegiatan (0%, 25%, 50% dan 100%),
dokumen Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan antara BKAD
dengan PPK Provinsi, disimpan rapi dan lengkap oleh
BKAD, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun kedepan.
Selain kelengkapan dokumen perencanaan, seperti
halnya DED dan RAB, maka terdapat beberapa
kelengkapan administrasi yang harus dilengkapi oleh
BKAD, antara lain:
a. BPM untuk kegiatan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
disalurkan kepada masyarakat melalui rekening
BKAD yang dibuka khusus untuk kegiatan
PISEW;
b. BKAD diwajibkan membuka rekening khusus
untuk menerima dana bantuan tersebut di bank
umum terdekat dengan lokasi kecamatan, atas
nama BKAD tersebut;
-13-
c. Rekening BKAD harus ditandatangani oleh 3
(tiga) orang terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara;
d. Pembukaan rekening di bank tersebut tidak boleh
dilengkapi dengan kartu Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang memungkin secara perseorangan
dapat mengambil dana tersebut;
e. BKAD menyampaikan fotokopi buku rekening
kepada PPK Provinsi;
f. Masing-masing pejabat Satker yaitu Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), PPK Provinsi, Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PP-
SPM), Bendahara, menyampaikan nama dan
spesimen tanda tangan serta menyampaikan cap
dinas instansi penerbit SPM kepada KPPN
setempat;
g. Dokumen Perjanjian Kerja Sama yang sudah
ditandatangani oleh Ketua BKAD dan PPK
Provinsi, setidaknya harus memuat, yaitu:
1) Hak dan kewajiban kedua belah pihak;
2) Jumlah dan nilai konstruksi yang akan
dihasilkan;
3) Jenis dan spesifikasi konstruksi yang akan
dihasilkan;
4) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
5) Tata cara dan syarat penyaluran;
6) Pernyataan kesanggupan penerima bantuan
untuk menghasilkan konstruksi sesuai
dengan jenis, spesifikasi, dan rencana yang
telah disepakati;
7) Pernyataan kesanggupan penerima bantuan
untuk menyetorkan sisa dana yang tidak
digunakan ke kas negara;
8) Sanksi; dan
9) Penyampaian laporan pertanggungjawaban
kepada PPK Provinsi setelah pekerjaan selesai
atau akhir tahun anggaran.
-14-
Adapun tahapan pencairan BPM dan persyaratan
setiap tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Kesatu sebesar 70% dari nilai BPM,
dengan melampirkan:
1) Dokumen Perjanjian Kerjasama dan fotokopi
buku rekening bank milik BKAD;
2) Pakta Integritas;
3) Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap
Pertama terdiri dari :
i. Termin ke satu sebesar 40%; dan
ii. Termin ke dua sebesar 30% dilampiri
dengan laporan penggunaan dana
Termin satu, Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Belanja (SPTJB) dan laporan
kemajuan fisik telah mencapai 25%, dan
foto capaian pelaksanaan.
b. Tahap KEDUA sebesar 30% dari nilai BPM
apabila kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan
telah mencapai 50%, dengan melampirkan:
1) Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan;
i. Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak (SPTJM) dari BKAD;
ii. Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap
kedua yang telah diverifikasi oleh
Fasilitator Masyarakat;
iii. Laporan pertanggungjawaban tahap I
yang telah ditandatangani oleh
Fasilitator Masyarakat dan diketahui
oleh Tenaga Ahli Provinsi (meliputi: Buku
Laporan Harian pelaksanaan kegiatan,
Buku Kas BKAD, fotokopi buku rekening
bank, dan bukti pengeluaran (nota-nota)
untuk pencairan tahap I); dan
iv. Berita Acara Pembayaran.
PPK Provinsi jika dipandang perlu dalam rangka
pengendalian dengan prinsip kehati-hatian, dapat
mengadakan perjanjian/perikatan dengan Bank
-15-
(dimana BKAD membuka rekening), yang
menyatakan bahwa penyaluran dana BPM hanya
dapat dilakukan setelah ada rekomendasi tertulis
dari PPK Provinsi.
Penjelasan lebih rinci mengenai pencairan dan
penyaluran dana PISEW, dapat dilihat pada
Lampiran II tentang Petunjuk Teknis Pencairan Dana
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM).
-16-
c. Menyiapkan Pedoman Pelaksanaan;
d. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan diseminasi di
tingkat pusat;
e. Melakukan koordinasi dengan seluruh pelaku
kegiatan di tingkat provinsi dan kabupaten;
f. Melakukan uji petik terhadap dokumen rancangan
teknis yang disusun BKAD dibantu oleh Fasilitator
Masyarakat; dan
g. Melaporkan semua progres penyelenggaraan kepada
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
sebagai pengarah kegiatan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Tim Pelaksana
Pusat dibantu oleh konsultan.
-17-
3.2 Kelembagaan Pemerintah Daerah
3.2.1 Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi berperan dalam mengoordinasikan
pelaksanaan dan pengendalian Kegiatan.
-18-
3.2.1.2 Tim Pelaksana Provinsi (TPPr)
Tim Pelaksana Provinsi dibentuk dari lingkungan
Dinas yang menangani Infrastruktur Permukiman
Provinsi dan instansi/dinas terkait lainnya. Anggota
Tim Pelaksana Provinsi diajukan atas nama Kepala
Daerah untuk ditetapkan melalui Surat Keputusan
Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
Permukiman (PKP) Provinsi selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), dengan susunan sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas di tingkat
Provinsi yang menangani infrastruktur
permukiman;
b. Ketua: Kepala Bidang di tingkat Provinsi yang
menangani infrastruktur permukiman;
c. Wakil Ketua: Kepala Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman Provinsi;
d. Sekretaris: Staf unit kerja di tingkat Provinsi yang
menangani infrastruktur permukiman;
e. Anggota: Terdiri atas Personel dari instansi
terkait lainnya (Bappeda, Bapermas dll) di tingkat
Provinsi.
-19-
g. Melakukan pembinaan kepada Tim Pelaksana
Kabupaten dan BKAD, terkait pelaksanaan
pembangunan infrastruktur;
h. Membantu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
kegiatan serta mengambil tindak turun tangan
yang diperlukan;
i. Mempersiapkan dokumen pencairan dana (SPP
dan SPM) ke KPPN berdasarkan hasil verifikasi
kelengkapan dokumen kemajuan pelaksanaan
yang disusun oleh BKAD.
-20-
c. Wakil Ketua: Kasi di tingkat Kabupaten yang
menangani infrastruktur permukiman;
d. Sekretaris: Staf Dinas tingkat Kabupaten yang
menangani infrastruktur permukiman;
e. Anggota dapat terdiri atas: Personel dari Bappeda
dan Bapermas serta 2 (dua) Personel dari setiap
Kecamatan penerima bantuan.
Tugas Tim Pelaksana Kabupaten adalah:
a. Melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan
kegiatan ditingkat kabupaten dan kecamatan
penerima bantuan;
b. Memfasilitasi berlangsungnya sosialisasi dan
pengenalan kegiatan PISEW;
c. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi
pelaksanaan kegiatan PISEW, baik ditingkat
Kabupaten, kecamatan dan desa;
d. Memfasilitasi dan membantu proses kelengkapan
legalitas BKAD, untuk pencatatan kelembagaan
di notaris dan di Bappermas;
e. Melakukan sinkronisasi kegiatan Kegiatan
pembangunan Kabupaten dengan Kegiatan
PISEW untuk meningkatkan dampak
pembangunan dan menghindari tumpang tindih
kegiatan;
f. Menjadi bagian dari Tim Monitoring Provinsi serta
Tim Penilaian akhir hasil pekerjaan yang
dibentuk oleh Provinsi untuk fungsi pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan;
g. Memfasilitasi proses serah terima hasil
pelaksanaan pembangunan dan mendorong
pembentukan kelompok-kelompok pemelihara,
untuk pelestarian hasil-hasil pembangunan.
3.2.2.2 Kecamatan
Camat bertindak sebagai penanggung jawab
pelaksana kegiatan di tingkat kecamatan. Dalam
-21-
rangka pelaksanaan kegiatan PISEW tugas
Kecamatan adalah:
a. Mengusulkan 2 (dua) orang personel Kecamatan
sebagai anggota Tim Pelaksana Kabupaten;
b. Membantu identifikasi kelayakan kelembagaan
BKAD yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan kegiatan PISEW;
c. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan masyarakat
untuk pembentukan kelembagaan BKAD, jika
tidak ada kelembagaan sejenis yang dianggap
memenuhi persyaratan kegiatan;
d. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan pertemuan
kecamatan;
e. Melakukan koordinasi dengan BKAD dalam
tahapan pelaksanaan kegiatan dan
pembangunan infrastruktur;
f. Berpartisipasi dalam persiapan dan pengawasan
pembangunan infrastruktur di wilayahnya;
g. Memfasilitasi proses serah terima hasil
pelaksanaan pembangunan antara BKAD dengan
pemerintah Desa dan mendorong pembentukan
kelompok pemelihara, untuk pelestarian hasil-
hasil pembangunan.
-22-
diketuai oleh seseorang yang mempunyai profesi sebagai tukang
dan mempunyai kemampuan untuk membaca gambar teknis dan
teknis pelaksanaan pekerjaan.
-23-
masing kepala desa;
f. Membantu Satker/PPK Provinsi dan Tim Pelaksana Kabupaten
untuk melakukan koordinasi dengan masing-masing
pemerintahan desa yang menjadi lokasi kegiatan dalam
rangka serah terima hasil-hasil pekerjaan;
g. Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan masing-masing
Pemerintahan Desa dalam rangka pembentukan
tim/kelompok pemelihara untuk pemanfaatan dan
pemeliharaan hasil-hasil pembangunan;
-24-
Tanggungjawab dan tugas KTP PISEW adalah:
a. Penyebarluasan Informasi Kegiatan adalah:
1) Mendukung Tim Pelaksana Pusat dalam
pelaksanaan sosialisasi;
2) Melakukan Pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan proses sosialisasi pada tiap
tingkatan;
3) Rekomendasi teknis dan nonteknis terkait
sosialisasi Kegiatan;
4) Menyiapkan materi-materi terkait penyebarluasan
informasi kegiatan.
b. Pengendalian dan Pemantauan penyelenggaraan
Kegiatan mencakup:
1) Menyusun panduan mekanisme pemantauan dan
evaluasi/monev Pelaksanaan Kegiatan PISEW
secara berjenjang;
2) Menyusun modul/kerangka acuan untuk
pelatihan, workshop, dan rapat teknis lainnya
terkait pelaksanaan kegiatan sesuai panduan
teknis PISEW (termasuk namun tidak terbatas
pada penguatan kapasitas masyarakat dan
kelembagaan).
3) Memberikan penjelasan (sosialisasi) dan bantuan
teknis untuk memastikan pelaksana kegiatan
dapat melaksanakan dan mengoperasikan
panduan monev yang disusun;
4) Membantu pemberi tugas untuk melakukan
evaluasi kinerja pelaksana TA.Provinsi dan
Asisten TA.Provinsi dan Fasilitator Masyarakat
berdasarkan ketaatan terhadap panduan
monitoring dan evaluasi yang disusun;
5) Pelaporan rutin kemajuan pelaksanaan kepada
Tim Pelaksana Pusat;
6) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi laporan
progres lapangan;
7) Inventarisasi permasalahan, pengaduan, dan
rekomendasi tindak lanjut terhadap
-25-
permasalahan administrasi dan atau konstruksi
yang diterima di tingkat pusat;
8) Mendukung asistensi dan evaluasi DED dan RAB
sebelum pelaksanaan penandatanganan Surat
Perjanjian Kerjasama.
9) Mendukung asistensi perhitungan luas kawasan
terlayani dan delineasi kawasan yang disusun
oleh pelaksana provinsi.
10) Kunjungan acak lapangan (random checking)
dalam pemantauan dan pengendalian Kegiatan;
11) Memberikan rekomendasi hasil pemantuan
terhadap setiap tahapan pelaksanaan Kegiatan;
12) Memberikan rekomendasi hasil pemantauan
terhadap kualitas DED dan RAB serta realisasi
pelaksanaannya;
13) Rekomendasi teknis dan nonteknis untuk
perbaikan kegiatan pengendalian Kegiatan yang
akan datang.
c. Pengelolaan Data:
1) Melakukan kajian ulang desain dan
menyempurnakan SIM PISEW yang ada,
menyesuaikan kebutuhan PISEW;
2) Mengumpulkan seluruh data (data collecting)
pelaksanaan PISEW di setiap lokasi sasaran
melalui aplikasi SIM PISEW;
3) Secara berkala melakukan pemutakhiran data
akhir (updating) terkompilasi.;
4) Melakukan analisa validitas/validasi terhadap
setiap data yang diperoleh;
5) Memberikan kesimpulan dan rekomendasi hasil
pengelolaan data;
6) Secara periodik melakukan konsolidasi laporan
dalam database antara lain: (1) data dasar
(baseline), (2) infrastruktur terbangun, (3) titik
koordinat lokasi infrastruktur, (4) potensi
kawasan; dan
7) Membuat kesimpulan dan memberikan usulan
-26-
perbaikan terkait pengelolaan Data SIM PISEW.
d. Konsultan harus melakukan evaluasi pelaksanaan
untuk memberikan input kepada Tim Pelaksana Pusat
pada setiap pelaksanaan tahapan, sebelumnya harus
menyusun SOP dan indikator/variabel capaian
pelaksanaan kegiatan, untuk evaluasi pelaksanaan
kegiatan yang mencakup:
1) Tahapan proses pelaksanaan dan hasil
perencanaan partisipatif yang dilakukan oleh
BKAD/masyarakat;
2) Pelaksanaan pembangunan infrastruktur terhadap
indikator kinerja keberhasilan Kegiatan PISEW;
3) Pelaksanaan Tugas dan Fungsi/Kinerja Tenaga
Ahli Provinsi (TAPr) dan Fasilitator Masyarakat.
e. Pelaporan dan Dokumentasi:
1) Secara periodik menyusun dan menyampaikan
laporan kemajuan pelaksanaan kepada Tim
Pelaksana Pusat;
2) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi terkait
laporan kemajuan lapangan;
3) Membuat dokumentasi proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan.
4) Menyampaikan nama-nama kawasan dalam
kecamatan terpilih sebagai praktik baik (best
practice) yang direkomendasikan untuk dijadikan
contoh dan direplikasi;
Pelaporan konsultan terdiri atas: (i) laporan
pendahuluan, (ii) laporan mingguan, (iii) laporan
bulanan, (iv) draf laporan akhir, (v) laporan akhir, dan
(vi) praktik baik (best practice) dari 20% lokasi
kawasan terbaik, yang dapat menjadi percontohan/
pembelajaran untuk kawasan lainnya.
Laporan mingguan menjadi laporan yang sangat
penting, karena memuat informasi proses
pelaksanaan sesuai capaian pada minggu yang
bersangkutan dan berbagai permasalahan yang perlu
ditindaklanjuti.
-27-
Laporan bulanan KTP PISEW merupakan konsolidasi
dari laporan mingguan dan hasil pelaksanaan
pengendalian dan pemantauan yang dilakukan.
KTP PISEW harus memastikan bahwa pelaporan ini
dapat tersampaikan secara rutin, tepat waktu, dan
akurat menyampaikan rekomendasi tindak turun
tangan jika penyampaian pelaporan terlambat.
3.4.2. Konsultan Daerah
3.4.2.1. Tenaga Ahli Provinsi (TAPr)
Tenaga Ahli Provinsi bertugas dan bertanggung
jawab memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi,
penyebarluasan informasi, serta memberikan
dukungan teknis penyelenggaraan kegiatan di
tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan
sasaran yang menjadi wilayah kerjanya sesuai
Petunjuk Teknis PISEW.
Tenaga Ahli Provinsi harus berdomisili di
provinsi yang lokasinya berdekatan dengan
wilayah kabupaten sasaran. Tenaga Ahli
Provinsi bertugas:
a. Memberikan fasilitasi manajemen kegiatan
kepada Tim Pelaksana Provinsi; serta
b. Membantu koordinasi dan pembinaan pada
kabupaten terhadap pencapaian kinerja
pelaksanaan kegiatan di kecamatan-
kecamatan sasaran. Untuk itu, Tenaga Ahli
Provinsi bertanggung jawab terhadap kinerja
fasilitator, melalui bimbingan dan
pengendalian secara intensif. Pada tahap
pelaksanaan konstruksi fisik, Tenaga Ahli
Provinsi bertanggung jawab terhadap kinerja
fasilitator, dalam kegiatan supervisi dan
pemantauan (monitoring), serta
pengendalian pengelolaan kegiatan di
wilayah kerjanya.
c. Melaporkan seluruh kegiatan kepada Tim
Pelaksana Provinsi, dan PPK Provinsi. Selain
-28-
itu juga wajib berkoordinasi dengan KTP
PISEW.
d. Mengkoodinir dan mengendalikan kinerja
Asisten TA.Pr serta pembinaan Fasilitator
Masyarakat (FM) dalam setiap tahapan
kegiatan PISEW.
Secara umum tugas dan tanggung jawab TA.Pr
adalah:
a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan
Kegiatan ditingkat provinsi dengan mengacu
pada rencana kerja kegiatan tingkat nasional;
b. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam mensosialisasikan PISEW
kepada stakeholder di provinsi dan
kabupaten;
c. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam pengelolaan manajemen
proyek mencakup progres fisik dan
keuangan, serta penyaluran dana;
d. Melakukan pemantauan di wilayah kerjanya
untuk menjaga agar prosedur dalam aspek
perlindungan sosial, lingkungan, Quality
Assurance, partisipasi masyarakat dan
penyebarluasan kegiatan serta pengendalian
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
ketentuan;
e. Memberikan bantuan teknis kepada
Fasilitator Masyarakat dalam proses
membuat perencanaan teknis (gambar
rencana dan RAB) dan melakukan
pemeriksanaan hasil-hasil perencanaan
teknis (gambar rencana dan RAB);
f. Melakukan pengendalian terhadap kinerja
Fasilitator Masyarakat (FM) dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
g. Secara periodik melakukan penguatan
kapasitas (OJT) kepada Fasilitator
-29-
Masyarakat, terkait dengan aspek substansi
pendampingan, teknis dan manajemen
proyek serta pengawasan pelaksanaan;
h. Mendukung pengelolaan pengaduan dengan
memberikan saran penanganan pengaduan
serta melakukan tindak lanjut dan
melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana
Provinsi;
i. Memfasilitasi dan menyiapkan bahan rapat
koordinasi rutin yang diselenggarakan setiap
bulan oleh TPPr ditingkat provinsi dan
menyampaikan notulensi hasil rapat kepada
Tim Pelaksana Provinsi;
j. Secara periodik melakukan pemantauan
proses pemutakhiran data (updating)
terkompilasi dengan SIM Kegiatan PISEW;
k. Melakukan konsolidasi laporan dalam
database antara lain: (i) Baseline data, (ii)
Peran serta masyarakat miskin, (iii).
Infrastruktur terbangun, (iv) Swadaya
masyarakat, (v). Jumlah Tenaga Kerja, (vi)
Titik koordinat lokasi infrastruktur
terbangun dan penghitungan luas area
terlayani, (vii) Pengumpulan daftar nomor
Perjanjian Kerjasama (No. PKS), (viii)
Pengumpulan daftar nomor, tanggal SPM dan
SP2D, (ix) Pengumpulan data jumlah
pemanfaat infrastruktur terbangun;
l. Melakukan evaluasi pelaksanaan PISEW di
tingkat provinsi berdasarkan hasil review
konsolidasi evaluasi tingkat kecamatan yang
dilakukan oleh FM;
m. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan
pelaksanaan (sosialisasi, persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik dan serah
terima hasil pekerjaan); dan
-30-
n. Menyusun laporan kegiatan berupa: (i)
laporan rencana kegiatan bulanan, (ii)
laporan mingguan berupa laporan LMP
(Laporan Manajemen Proyek) dan LMK
(Laporan Manajemen Keuangan), (iii) laporan
bulanan, dan (iv) laporan akhir penugasan
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak
serta melaporkannya kepada PPK Provinsi
dan Tim Pelaksana Pusat melalui KTP PISEW.
3.4.2.2. Asisten Tenaga Ahli Provinsi (Asisten TAPr)
Asisten Tenaga Ahli Provinsi dibawah koordinasi
Tenaga Ahli Provinsi bertugas dan bertanggung
jawab memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi,
penyebarluasan informasi, serta memberikan
dukungan teknis penyelenggaraan kegiatan di
tingkat kabupaten, dan kecamatan sasaran
yang menjadi wilayah kerjanya sesuai Petunjuk
Teknis PISEW.
Asisten Tenaga Ahli Provinsi harus berdomisili
di provinsi yang lokasinya berdekatan dengan
wilayah kabupaten sasaran. Asisten Tenaga Ahli
Provinsi bertugas:
a. Membantu koordinasi dan pembinaan pada
kabupaten terhadap pencapaian kinerja
pelaksanaan kegiatan di kecamatan-
kecamatan sasaran. Untuk itu, Asisten
Tenaga Ahli Provinsi bertanggung jawab
terhadap kinerja Fasilitator Masyarakat,
melalui bimbingan dan pengendalian secara
intensif. Pada tahap pelaksanaan konstruksi
fisik, Asisten Tenaga Ahli Provinsi
bertanggungjawab terhadap kinerja
Fasilitator Masyarakat, dalam kegiatan
supervisi dan pemantauan (monitoring), serta
pengendalian pengelolaan kegiatan di wilayah
kerjanya.
-31-
b. Melaporkan seluruh kegiatan kepada Tenaga
Ahli Provinsi.
Secara umum tugas dan tanggung jawab
Asisten TAPr adalah:
a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan
kegiatan di beberapa kabupaten/kecamatan
yang menjadi wilayah kerjanya dengan
mengacu pada rencana kerja kegiatan tingkat
Provinsi;
b. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam mensosialisasikan PISEW
kepada stakeholder di kabupaten;
c. Membantu PPK Provinsi dan Tim Pelaksana
Provinsi dalam pengelolaan manajemen
proyek mencakup progres fisik dan
keuangan, serta penyaluran dana di
kabupaten/kecamatan yang menjadi wilayah
kerjanya;
d. Melakukan pemantauan di wilayah kerjanya
untuk menjaga agar prosedur dalam aspek
perlindungan sosial, lingkungan, quality
assurance, partisipasi masyarakat, dan
penyebarluasan kegiatan serta pengendalian
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
ketentuan;
e. Memberikan bantuan teknis kepada
Fasilitator Masyarakat dalam proses
membuat perencanaan teknis (gambar
rencana dan RAB) dan melakukan
pemeriksanaan hasil-hasil perencanaan
teknis (gambar rencana dan RAB);
f. Melakukan pengendalian terhadap kinerja
Fasilitator Masyarakat (FM) dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
g. Secara periodik melakukan penguatan
kapasitas (OJT) kepada Fasilitator
Masyarakat, terkait dengan aspek substansi
-32-
pendampingan, teknis dan manajemen
proyek serta pengawasan pelaksanaan;
h. Mendukung pengelolaan pengaduan dengan
memberikan saran penanganan pengaduan
serta melakukan tindak lanjut dan
melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana
Provinsi;
i. Secara periodik melakukan pemantauan
proses pemutakhiran data (updating)
terkompilasi dengan SIM Kegiatan PISEW;
j. Melakukan konsolidasi laporan dalam
database antara lain: (i) Baseline data, (ii)
Peran serta masyarakat miskin, (iii).
Infrastruktur terbangun, (iv) Swadaya
masyarakat, (v). Jumlah Tenaga Kerja, (vi)
Titik koordinat lokasi infrastruktur
terbangun dan penghitungan luas area
terlayani, (vii) Pengumpulan daftar nomor
Perjanjian Kerjasama (No. PKS), (viii)
Pengumpulan daftar nomor, tanggal SPM dan
SP2D, (ix) Pengumpulan data jumlah
pemanfaat infrastruktur terbangun;
k. Melakukan evaluasi pelaksanaan PISEW di
tingkat kabupaten/kecamatan yang menjadi
wilayah kerjanya berdasarkan hasil evaluasi
tingkat kecamatan yang dilakukan oleh FM;
l. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan
pelaksanaan (sosialisasi, persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik dan serah
terima hasil pekerjaan);
m. Mendukung penyusunan laporan kegiatan
berupa: (i) laporan rencana kegiatan bulanan,
(ii) laporan mingguan berupa laporan LMP
(Laporan Manajemen Proyek) dan LMK
(Laporan Manajemen Keuangan), (iii) laporan
bulanan, dan (iv) laporan akhir penugasan
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak
-33-
serta melaporkannya kepada Tenaga Ahli
Provinsi dan PPK Provinsi.
-34-
terkait dengan aspek teknis dan manajemen
proyek serta pengawasan pelaksanaan;
f. Bersama dengan BKAD melakukan kajian
dan inventarisasi potensi permasalahan dan
kebutuhan infrastruktur pada kawasan
dalam kecamatan;
g. Bersama dengan BKAD membuat
perencanaan teknis (gambar rencana dan
RAB);
h. Mengawasi dan memberi pengarahan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
prosedur berdasarkan spesifikasi teknis;
i. Fasilitasi dan membantu BKAD untuk
membuat laporan kemajuan pekerjaan dan
keuangan, antara lain cuaca, material yang
datang (masuk), perubahan dan bentuk dan
ukuran pekerjaan, peralatan di lapangan,
kuantitas dari pekerjaan yang telah
diselesaikan, pengukuran di lapangan, dan
kejadian-kejadian khusus, catatan lengkap
tentang peralatan, tenaga kerja, dan material
yang digunakan dalam setiap pekerjaan
yang merupakan atau mungkin akan
menjadi pekerjaan tambah (ekstra);
j. Menginventarisasi pengaduan dan
permasalahan yang timbul untuk dilaporkan
kepada tenaga ahli provinsi/asisten tenaga
ahli provinsi;
k. Menyusun rencana kerja pelaksanaan
Kegiatan di tingkat kecamatan dengan
mengacu kepada rencana kerja pelaksana
Kegiatan di tingkat provinsi;
l. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
pada setiap tahapan kegiatan melalui
pembuatan laporan mingguan dan bulanan
ke PPK Provinsi melalui tenaga ahli provinsi
/asisten tenaga ahli provinsi.
-35-
Gambar I.5. Struktur Organisasi Kegiatan PISEW
-36-
IV. KOMPONEN DAN KRITERIA KEGIATAN
-37-
e. Menggunakan teknologi tepat guna yang dapat dikerjakan
masyarakat dalam pengerjaan konstruksi dengan
mempertimbangkan ketersediaan waktu pelaksanaan pada
tahun berjalan;
f. Mengutamakan penggunaan material / sumber daya setempat,
dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan,
sosial, dan budaya;
g. Lahan untuk pembangunan telah tersedia, jika lahan bukan
milik pemerintah desa, maka diperlukan adanya bukti tertulis
ketersediaan dari pemilik lahan untuk menyerahkan hak
kepemilikan dan penggunaannya untuk kepentingan umum
(bantuan tidak boleh digunakan untuk biaya
pembebasan/pembelian lahan dan biaya sertifikasi lahan);
h. Dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat;
i. Memperhatikan kepentingan penyandang disabilitas dan
lansia untuk kemudahan yang disediakan bagi semua orang
guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan; dan
j. Bantuan diberikan kepada masyarakat lokasi sasaran melalui
kelembagaan antar desa yang secara generik disebut Badan
Kerjasama Antar Desa (BKAD), dan dicatatkan di notaris dan
Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas atau nama
lainnya) di Kabupaten.
-38-
V. JENIS INFRASTRUKTUR
-39-
3) Berada pada jalur lalu lintas perahu dan mampu
kegiatan di sekitar tambatan perahu; dan
4) Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat
kerja, dan tambatan perahu harus tersedia.
Spesifikasi teknis jalan dan jembatan serta tambatan
perahu mengacu pada Standar Teknis yang diterbitkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
-40-
permukiman, air limbah komunal, dan persampahan,
dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Sistem yang digunakan memenuhi persyaratan
kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat umum
dan merupakan sistem sanitasi terbaik yang dapat
diterapkan di daerah tersebut;
2) Dilaksanakan dengan biaya yang paling efektif;
3) Merupakan satu kesatuan sistem yang dapat
beroperasi secara terintegrasi;
4) Bersifat sanitasi komunal yang dapat dimanfaatkan
langsung oleh masyarakat dan berwawasan gender
(menghargai bahwa perempuan mempunyai
kebutuhan khusus);
5) Secara Teknis:
i. Mengurangi, bukan menghilangkan, bau
menyengat yang dihasilkan dari proses
pembusukan pada sistem sanitasi terbangun;
ii. Mencegah lalat atau serangga lain keluar masuk
ke dalam bagian/elemen dari sistem sanitasi;
iii. Terjangkau oleh masyarakat penggunanya; dan
iv. Higienis, mudah dalam penggunaan dan
pemeliharaan oleh masyarakat umum.
-41-
e. Pembangunannya memberikan manfaat bagi masyarakat
petani minimal di desa-desa pada kawasan terpilih.
-42-
VI. PENGELOLAAN/MEKANISME KEGIATAN
6.1 Persiapan
6.1.1 Persiapan Tingkat Pusat
Persiapan pelaksanaan kegiatan PISEW dilaksanakan
dengan membentuk kelembagaan di pusat yaitu:
a. Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
secara nasional.
b. Tim Pelaksana Pusat
Tim Pelaksana Pusat dibentuk di lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Surat
Keputusan Direktur Pengembangan Kawasan
Permukiman, dan memiliki tanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan PISEW, memastikan
penyelenggaraan proses seleksi pengadaan barang
dan jasa konsultansi, sampai terbentuknya KTP
PISEW .
Disamping membentuk kelembagaan pengelola
kegiatan, kegiatan persiapan yang dilakukan setelah
kelembagaan pengelola terbentuk adalah melakukan
beberapa kegiatan persiapan yaitu:
1) Penyusunan beberapa panduan teknis yang
terdiri dari; (i) Petunjuk Teknis pelaksanaan
PISEW, (ii) Petunjuk Teknis Penyaluran
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM)
dan (iii) Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi
kegiatan PISEW;
2) Penyusunan dan Penerbitan SK Menteri PUPR
penetapan Satker PKP Provinsi;
3) Penerbitan Keputusan Menteri PUPR tentang
penetapan lokasi kawasan/kecamatan yang
menjadi lokasi sasaran PISEW;
6.1.2 Persiapan Tingkat Provinsi
Persiapan pelaksanaan Kegiatan PISEW di provinsi
dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana Provinsi yang
-43-
dilaksanakan oleh Satker PKP Provinsi dan PPK Provinsi,
beberapa kegiatan sebagai langkah persiapan
pelaksanaan PISEW, PPK provinsi akan memfasilitasi dan
melakukan beberapa kegiatan:
a. Melakukan proses seleksi dan rekrutmen jasa
konsultan individu sebagai Tenaga Ahli Provinsi
(TAPr) dan atau Asisten TA.Pr, dan memobilisasi
TAPr dan atau Asist. TAPr;
b. Melakukan proses seleksi dan rekrutmen jasa
konsultan individu sebagai Fasilitator Masyarakat
(FM), memobilisasi dan menempat lokasi penugasan
FM; dan
c. Bersama Tim Pelaksana Kabupaten dan Pemerintah
Kecamatan melakukan Identifikasi Kelembagaan
BKAD.
-44-
Jika hasil identifikasi kelembagaan di tingkat kecamatan
tidak memenuhi kriteria seperti tersebut diatas maka
perlu dilakukan pendampingan serta mediasi dari
kecamatan untuk penguatan terhadap lembaga yang ada
ataupun membentuk lembaga baru dengan mengacu
terhadap peraturan perundangan yang berlaku
(PP. 43/2014 pasal 88 tentang Badan Kerjasama Antar
Desa/BKAD).
6.2 Pelatihan
Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memberikan pemahaman
substansi dan keterampilan kepada para pelaksana Kegiatan
untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam
melakukan kegiatan PISEW, disamping itu juga memperkenalkan
kegiatan PISEW, hal-hal yang disampaikan meliputi
kebijakan, pengertian, tujuan, konsep, mekanisme pelaksanaan
agar terbangun pemahaman, kepedulian, serta dukungan
terhadap kegiatan Kegiatan PISEW.
Pelatihan dilakukan melalui berbagai kegiatan formal berupa
pelatihan, workshop dan rapat koordinasi maupun bersifat
informal seperti; rapat koordinasi dan OJT (On the Job Tranning),
kegiatan pelatihan akan dilakukan secara periodik dengan tema
dan materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku
agar mampu memfasilitasi pelaksanaan Kegiatan PISEW.
-45-
oleh Pemerintah Provinsi, Satker PKP Provinsi/PPK
Provinsi, Tenaga Ahli Provinsi (TAPr), pada kegiatan ini
akan disampaikan konsep serta tata laksana kegiatan.
6.3 Perencanaan
6.3.1 Pertemuan Kecamatan I
Pertemuan Kecamatan I, merupakan kegiatan di tingkat
kecamatan yang dihadiri oleh unsur-unsur dari
Kecamatan, Pemerintahan Desa (Kepala Desa, BPD),
BKAD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan
Kelompok/Organisasi Masyarakat setempat serta anggota
masyarakat secara luas, dimana 30% peserta yang hadir
adalah perempuan.
Materi kegiatan yang dibahas dalam Pertemuan
Kecamatan I, adalah:
a. Pengenalan Kegiatan PISEW;
b. Penggalian Potensi Kawasan;
c. Penggalian Rencana Infrastruktur.
-46-
Pengenalan kegiatan dilaksanakan untuk
menyebarluaskan prinsip-prinsip dan
mekanisme penyelenggaraan PISEW serta
untuk menyamakan persepsi/pandangan
dalam pelaksanaan PISEW.
Informasi yang disampaikan pada pengenalan
kegiatan adalah:
i. Ketentuan pelaksanaan kegiatan, yang
terdapat dalam Petunjuk Pelaksanaan;
ii. Jenis infrastruktur yang bisa dibangun
melalui Kegiatan ini;
iii. Makna dan isi dari dokumen Pakta
Integritas
Kegiatan pengenalan Kegiatan PISEW di
tingkat kecamatan dipersiapkan dan
dilaksanakan oleh kecamatan dengan
didampingi oleh FM dan Tim Pelaksana
Kabupaten. Pengenalan kegiatan dilaksanakan
dengan mengundang unsur Pemerintahan
Desa (Kepala Desa, BPD), Pemerintah
Kecamatan, BKAD, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat
serta anggota masyarakat secara luas didalam
lokasi kawasan PISEW.
Narasumber dalam kegiatan pengenalan
kegiatan tingkat kecamatan adalah FM, Pihak
Kecamatan dan Tim Pelaksana Kabupaten.
Pada saat pelaksanaan pengenalan kegiatan
dilakukan juga sosialisasi Pakta Integritas,
yaitu kesepakatan BKAD dalam melaksanakan
Kegiatan. Pakta Integritas ditandatangani oleh
perwakilan kecamatan, BKAD dan wakil-wakil
masyarakat.
Aparat kecamatan dan seluruh masyarakat
termasuk BKAD harus mentaati kesepakatan
dalam Pakta Integritas.
Di dalam Pakta Integritas dinyatakan bahwa
-47-
masyarakat telah memutuskan/menyepakati
untuk:
i. Menerima bantuan dana BPM PISEW dan
sanggup melaksanakan dan
menyelesaikannya sesuai dengan
Petunjuk Pelaksanaan PISEW, serta tidak
melakukan pemotongan dana BPM yang
disalurkan melalui BKAD;
ii. Sepakat untuk tidak memberi atau
menjanjikan akan memberi secara
langsung atau tidak langsung berupa
suap, hadiah, bantuan, atau bentuk
lainnya yang diketahui atau patut
diperkirakan, bahwa yang meminta, atau
yang akan diberi mempunyai hal yang
bersangkutan atau mungkin berkaitan
dengan penyalahgunaan dana BPM;
iii. Bilamana ditemukan penyalahgunaan
dana berdasarkan Hasil Pemeriksaan/
Audit Tim Pemeriksa maka BKAD harus
menyelesaikan temuan secara tuntas dan
mengoptimalkan pemanfaatan dana BPM
bagi masyarakat;
iv. Apabila di kemudian hari, pernyataan
yang dibuat ini mengakibatkan kerugian
Negara maka bersedia dituntut
penggantian kerugian negara dimaksud
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6.3.1.2 Penggalian Potensi Kawasan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi
dan sumber daya alam dilokasi kawasan
PISEW untuk dapat dikembangkan,
ditingkatkan ataupun dimanfaatkan dalam
Kegiatan PISEW. Potensi perdesaan
ditunjukkan oleh produk unggulan berupa
komoditas pertanian, perikanan, dan
-48-
sebagainya. Melalui pengembangan
infrastruktur sosial ekonomi wilayah
perdesaan yang berfokus pada komoditas,
maka penyediaan infrastrukturnya pun tidak
hanya memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat, namun turut mendukung
pengembangan komoditas. Komoditas yang
merupakan sumber daya dapat dikembangkan
dengan adanya dukungan sarana dan
prasarana tersebut sehingga mampu menjadi
stimulan peningkatan perekonomian di
perdesaan.
-49-
pembangunan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan tahun sebelumnya. Pemilihan
kegiatan mengacu pada sumber-sumber
usulan kegiatan pembangunan tahun
sebelumnya. Pengambilan sumber usulan dari
hasil Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang
Desa ini dimaksudkan agar kegiatan yang
dilakukan merupakan kebutuhan skala
wilayah kecamatan, serta usulan yang
diperoleh secara partisipatif dari masyarakat.
Usulan kegiatan yang berasal dari Musrenbang
Kecamatan dan Desa masih perlu dilakukan
verifikasi dan validasi. Hal tersebut dengan
pertimbangan untuk membuka peluang
munculnya usulan-usulan yang merupakan
kebutuhan nyata dari kawasan prioritas
berdasarkan potensi dari sasaran Kegiatan
PISEW masih perlu dilakukan survei.
-50-
6) Kegiatan yang sudah dilaksanakan dan yang
masih berupa rencana; dan
7) Peta dan Profil Keluarga Miskin.
b. Survei Rencana Infrastruktur
Survei lapangan rencana infrastruktur diperlukan
untuk lebih memahami permasalahan dan kendala
dalam perencanaan, lokasi kegiatan, juga dilakukan
untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis, dengan melakukan
kegiatan antara lain:
1) Melakukan Pengamatan kondisi pelengkap/
pendukung atau faktor–faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan teknis;
2) Penilaian kondisi awal pada lokasi yang akan
direncanakan (pengamatan kondisi eksisting).
3) Menentukan titik koordinat lokasi infrastruktur
rencana dan batas delineasi kawasan terlayani
infrastruktur terbangun.
Dengan menggunakan data hasil survei, selanjutnya
dilakukan analisis untuk pengambilan keputusan
didalam perencanaan suatu kegiatan. Tentunya
sangat dibutuhkan data–data yang akurat sesuai
yang diharapkan agar tidak terjadi kesalahan
ataupun gagal perencanaan.
c. Penyusunan Dokumen Profil Kawasan
Penyusunan dokumen profil kawasan dilakukan oleh
BKAD dengan pendampingan oleh FM. Dokumen ini
akan memuat semua proses yang dimulai dari
Pertemuan Kecamatan I (satu) sampai dengan proses
Survei Kawasan Sasaran PISEW (dilengkapi dengan
dokumen-dokumen pendukungnya).
Dokumen profil kawasan juga dilengkapi mengenai
usulan Pemanfaatan dan Pemeliharaan dan
merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin maupun
berkala agar infrastruktur terbangun tetap terjaga
dan berfungsi dengan maksimal.
-51-
6.3.3 Sinkronisasi Hasil Survei Kawasan Kecamatan dengan
Kabupaten
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat koordinasi
antara Tim Pelaksana Kabupaten dengan BKAD yang
difasilitasi oleh Tim Pelaksana Provinsi guna menjalin
harmonisasi dan sinergitas kegiatan PISEW dengan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dengan dilaksanakan kegiatan tersebut diharapkan
infrastruktur yang direncanakan dapat mendukung
tercapainya tujuan dari kegiatan PISEW dan rencana tata
ruang wilayah kabupaten.
6.3.4 Penyusunan Dokumen Perencanaan
Penyusunan Gambar Rencana Teknis dan RAB
Infrastruktur dilaksanakan oleh BKAD dan FM dengan
melakukan konsultasi serta asistensi kepada Tim
Pelaksana Kabupaten (instansi teknis terkait atau yang
ditunjuk). Penyusunan RAB mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Dalam hal terdapat
pekerjaan yang tidak diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
28/PRT/M/2016 dapat menggunakan analisis harga
satuan lainnya seperti: AHS-SNI, Analisa BOW, Analisa K
Bina Marga, analisa harga setempat yang telah
ditetapkan oleh kepala daerah.
a. Sistematika Penyusunan Gambar Rencana
Dokumen Gambar Rencana berupa gambar kerja
lengkap dan terdiri dari berbagai skala gambar.
Penyusunan dokumen DED melalui tahapan berikut:
1) Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi mobilisasi
personil, peninjauan lokasi kegiatan (survei
pendahuluan), penyusunan rencana kerja yang
meliputi waktu, dan lama pengukuran lokasi
dan memantapkan rencana kerja. Pada
-52-
pekerjaan persiapan ini juga dilakukan
penilaian kondisi awal, yang meliputi:
i. Melakukan pengamatan kondisi eksisting;
ii. Mengkaji beberapa fasilitas pelengkap/
pendukung atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan teknis.
2) Survei lapangan
Survei lapangan diperlukan untuk lebih
memahami permasalahan dan kendala dalam
perencanaan, di lokasi kegiatan, juga dilakukan
untuk mendapatkan kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk analisis. Jadwal dan jenis
kegiatan survei yang akan dilakukan
disesuaikan dengan kriteria dan kebutuhan
DED infrastruktur yang akan disusun.
3) Analisis dan Perencanaan
Berdasarkan data hasil survei kemudian
dilakukan analisis untuk pengambilan
keputusan perencanaan termasuk didalamnya:
i. Analisis terhadap kendala dan
permasalahan yang perlu diantisipasi;
ii. Azas manfaat infrastruktur terpilih
terhadap pengembangan kawasan secara
keseluruhan;
iii. Penciptaan keterkaitan (linkage) dalam
kawasan dan antara kawasan dengan
daerah lainnya dalam kecamatan.
b. Penyusunan Rancangan Teknis Rinci (Detail
Engineering Design/DED)
1) Menyusun Rencana Teknis Rinci (RTR) beserta
Gambar Teknisnya, meliputi:
i. Penyesuaian desain infrastruktur dengan
dengan masalah-masalah teknis yang perlu
diselesaikan; dan
ii. Dilanjutkan dengan penyusunan gambar
kerja/rencana teknis yang disusun dan
-53-
dibuat rapi dalam satu bentuk album
gambar.
2) Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan
Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi
teknis bahan bangunan dan syarat serta
ketentuan pelaksanaan yang berhubungan
dengan desain teknis.
Alat RAB
Harga Bahan Volume Pekerjaan
-54-
yang sejelas-jelasnya tentang pelaksanaan
bangunan yang terdiri dari:
i. Keterangan tentang proyek yang akan
dibangun;
ii. Keterangan tentang bagaimana
melaksanakan bagian proyek tersebut;
iii. Keterangan mengenai administrasi proyek.
2) Gambar Bestek
Gunanya untuk menentukan/menghitung
besarnya masing-masing volume pekerjaan.
Gambar bestek terdiri dari:
i. Gambar rencana dengan perbandingan
tertentu, biasanya digunakan skala 1:100;
ii. Gambar-gambar penjelasan dengan skala
1:5 dan 1:10 bagi konstruksi-konstruksi
yang sulit.
Dengan adanya bestek dan gambar bestek,
maka pelaksana dapat membayangkan bentuk
dan macam bangunan yang diingini oleh
Pemberi Tugas.
3) Harga Satuan Pekerjaan
Didapat dari harga satuan bahan dan harga
satuan upah berdasarkan perhitungan analisa
harga setempat.
d. Tata Cara Perhitungan RAB
Rencana Anggaran Biaya merupakan Dokumen
Perhitungan Volume Pekerjaan berdasarkan Rencana
Teknis, Harga dari berbagai macam Bahan/Material,
Alat dan Tenaga yang dibutuhkan pada suatu
Konstruksi. Melalui RAB dapat diketahui Taksiran
Biaya setiap item/sub Kegiatan.
Langkah lanjut setelah perhitungan RAB gambar
teknis adalah melakukan kajian dan perhitungan
terhadap:
1) Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam
-55-
satu kesatuan pekerjaan. Besarnya harga
pekerja tergantung dari masing-masing
keahlian yang dimiliki oleh personil tersebut
dan bervariasi pada setiap daerah. Harga
tenaga kerja dihitung per hari kerja yaitu 8 jam
per hari.
2) Harga Bahan
Ketersediaan dan harga bahan dan material
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian
pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan.
Ketersediaan dan Harga Bahan dan Material
bervariasi pada setiap daerah misalnya harga
Semen, Pasir, Batu Kali, dan sebagainya. Harga
Bahan dihitung dengan satuan per unit, buah,
atau m³ disesuaikan dengan jenis dan
ketersediaan bahan tersebut.
3) Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga Satuan Pekerjaan adalah perhitungan
analisa harga untuk satu satuan pekerjaan
(sub pekerjaan) berdasarkan Harga Bahan dan
besaran upah Tenaga Kerja setempat dan dapat
diperoleh dari satu daftar yang dinamakan
Daftar Harga Satuan Upah setempat.
Ada 3 (tiga) istilah yang harus dibedakan dalam
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yaitu: Harga Satuan Bahan, Harga Satuan
Upah dan Harga Satuan Pekerjaan. Harga
Satuan Pekerjaan dihitung berdasarkan satuan
per pekerjaan.
4) Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan adalah Rincian Besar Volume
atau Kubikasi suatu Pekerjaan. Artinya
memuat uraian dan perhitungan besaran
Volume untuk masing-masing pekerjaan sesuai
dengan Gambar Bestek dan Gambar Detail.
Untuk itu harus dikuasai tata cara membaca
-56-
Gambar Bestek berikut Gambar
Detail/Penjelasan.
5) Rencana Anggaran Biaya
Besaran total Anggaran Biaya adalah Jumlah
Hasil perkalian Volume dengan Harga Satuan
Pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum
dapat disimpulkan sebagai berikut:
RAB = Volume x Harga Satuan Pekerjaan
DED dan RAB yang sudah disusun, selanjutnya
divalidasi oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan
atau Tim Pelaksana Provinsi, selanjutnya
disetujui oleh PPK pada Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi
sebagai dasar pelaksanaan pembangunan
infrastruktur dan kontrak Perjanjian Kerja
Sama.
e. Survei Kesiapan Lokasi dan Teknis Pelaksanaan
Survei kesiapan lokasi dan teknis pelaksanaan
dilaksanakan untuk memastikan kembali kesiapan
lokasi untuk pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi
standar kelayakan teknis perencanaan dengan
kondisi lapangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya perubahan pekerjaan dilapangan dan
sebagai bahan untuk diajukan dalam proses
verifikasi perencanaan DED dan RAB di tingkat
pusat.
6.3.5 Verifikasi Perencanaan DED dan RAB tingkat Pusat
Tahapan kegiatan verifikasi perencanaan DED dan RAB
di tingkat pusat secara sampling, dimaksudkan untuk
memastikan kesiapan serta kelayakan hasil perencanaan
yang sesuai dengan spesifikasi dan syarat-syarat teknis.
Hasil verifikasi sebagai rujukan serta rekomendasi
provinsi untuk memfinalisasi perencanaan teknis yang
akan dijadikan dokumen Perjanjian Kerja Sama.
-57-
6.4 Pelaksanaan Fisik (Konstruksi)
-58-
6.4.3 Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi harus mematuhi langkah-
langkah yang telah disepakati dalam Rapat Pra
Pelaksanaan. Apabila kenyataan di lapangan diperlukan
perubahan rencana, maka BKAD harus melaporkan
kepada pemberi tugas.
Perubahan pekerjaan, baik berupa pemindahan lokasi,
perubahan volume, penambahan/pengurangan/
perubahan komponen konstruksi dsb, hanya dapat
dilaksanakan bila telah mendapat persetujuan tertulis
dari PPK provinsi.
-59-
pengawas.
2) Metode Pengangkutan Material/Campuran
Pengangkutan material harus diatur agar tidak
terjadi gangguan di antara pelaksanaan berbagai
pekerjaan. Bila perlu pengawas dapat mengenakan
pembatasan bobot pengangkutan untuk
melindungi setiap jalan dan infrastruktur yang ada
di sekitar lokasi.
3) Pemeriksaan Material
Material yang akan digunakan harus diperiksa
oleh FM dengan dukungan format pengawasan.
4) Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai untuk infrastruktur-
infrastruktur tertentu (khusus untuk infrastruktur
sanitasi dan air minum) perlu dilakukan pengujian
kualitas terhadap hasil. Adapun mekanisme
pengujian yang melibatkan instansi teknis terkait
atau dinas-dinas berwenang lainnya.
b. Pengendalian Kuantitas/Volume
Pengawasan kuantitas, dilakukan untuk mengecek
bahan-bahan yang ditempatkan, dipindahkan, atau
yang terpasang. Tenaga Ahli Provinsi bersama FM
akan memeriksa bahan-bahan berdasarkan volume
dan biaya yang direncanakan.
c. Pengendalian Waktu
Untuk mendapatkan jadwal pelaksanaan pekerjaan
yang optimal, perlu diperhitungkan mengenai
kebutuhan alat dan kebutuhan jumlah tenaga kerja.
1) Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan yang dibuat Pelaksana dicek
oleh Tenaga Ahli Provinsi sebelum pekerjaan
dimulai terhadap:
i. Kelayakan rencana target terhadap
kondisi cuaca;
ii. Metode konstruksi yang sistematis dan
benar;
-60-
iii. Pengendalian waktu berdasarkan jadwal
pelaksanaan tersebut
Jadwal pelaksanaan tersebut dijabarkan kedalam
target harian, kemudian diperiksa terhadap
pencapaian target hariannya. Apabila target harian
tidak terpenuhi maka selisih volume harus di
programkan/dicapai untuk hari berikutnya. Bila
dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan
konstruksi dapat diselesaikan sesuai jadwal.
2) Alat Berat
Jika alat berat dibutuhkan dalam pelaksanaan
konstruksi, maka kapasitas alat/kombinasi alat
harus dihitung terlebih dahulu agar penggunaan
alat berat dapat diminimalisasi ataupun efisien.
3) Tenaga Kerja dan Jumlah Jam Kerja
Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan
dengan target waktu. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga
kerja perlu ditambah atau lembur.
d. Pengendalian Biaya
Hal yang perlu di perhatikan dalam pengendalian
biaya adalah pengukuran hasil pekerjaan yang
dilakukan dengan akurat dan benar sehingga
kuantitas biaya sesuai dengan gambar rencana.
-61-
d. Kemajuan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan;
e. Kesesuaian waktu pelaksanaan;
f. Foto yang menggambarkan kondisi lapangan (0%;
25%; 50%; 100%).
Secara terperinci, format pelaporan pengawasan
pelaksanaan (supervisi) konstruksi dapat dilihat pada
format lampiran III.
Selain itu, BKAD selaku penanggung jawab pelaksanaan
kegiatan wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan
kepada masyarakat yang disampaikan melalui Papan
Informasi setiap lokasi infrastruktur secara periodik
setiap dua minggu.
-62-
c. Change orders sesuai kebutuhannya dapat dilengkapi
dengan sketsa-sketsa, justifikasi teknis, kemudian
kompensasi sebagai akibat dari perubahan tersebut
bisa berupa biaya dan tambahan waktu dan
pelaksanaan bila diperlukan;
d. Dokumentasinya dibuat atas kesepakatan serta
ditandatangani oleh BKAD maupun Konsultan
(TAPr/Asist. TAPr, dan FM) dan diserahkan kepada
PPK Provinsi untuk persetujuan, menyiapkan
rekomendasi sehubungan dengan adanya perubahan
desain;
e. PPK Provinsi melakukan pembahasan dengan
Konsultan Pengawas (TAPr/Asist. TAPr dan Fasilitator)
dan BKAD untuk selanjutnya diwujudkan dalam
bentuk justifikasi teknis, yang merupakan
pembenaran secara teknis terhadap adanya
perubahan yang terjadi yang berisi penjelasan dan
alasan-alasannya; dan
f. PPK Provinsi menyiapkan Berita Acara Pembahasan
dan Amandemen Perjanjiannya.
-63-
BKAD menjelaskan secara rinci dan transparan laporan
pertanggungjawaban realisasi pengelolaan dana BPM.
Materi dalam Pertemuan Kecamatan II, adalah:
a. Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K);
b. Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai foto-foto
pelaksanaan.
Hasil pertemuan kecamatan II disampaikan kepada
kecamatan dan PPK Provinsi sebagai pencatatan arsip.
Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%),
laporan pertanggungjawaban terdiri dari Laporan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi
Kegiatan dan Biaya (RKB).
Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada
waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai
100%) maka laporan pertanggungjawaban Pelaksana harus
terdiri dari Laporan Pembuatan Realisasi Kegiatan dan
Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan
Kegiatan (BASPK), dan Pembuatan Surat Pernyataan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (Perjanjian Kerja
Sama).
-64-
sudah ditandatangani diserahkan kepada Satker
PKP Provinsi untuk mendapatkan tindak lanjut
berupa pemeriksaan di lapangan.
6.5.1.2 . Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)
BKAD harus membuat rincian realisasi kegiatan
dan biaya berikut rekapitulasinya dan disetujui
PPK Provinsi. Hal ini sebagai bentuk penjelasan
tentang apa saja yang telah dilaksanakan di
lapangan serta penggunaan dana BPM kegiatan
PISEW.
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat
sesuai dengan kondisi pada saat LP2K dibuat
pelaksanaan di lapangan. Hal-hal yang harus
dicatat meliputi harga-harga satuan, volume,
jumlah HOK terserap, besar, dan distribusi dana
dari setiap kegiatan di luar infrastruktur
seluruhnya. Catatan harus berdasar kepada
kondisi aktual di lapangan dan sesuai dengan
catatan pelaporan harian.
Pada prinsipnya pembuatan RKB merekap atau
merangkum seluruh catatan penggunaan dana
dan pelaksanaan kegiatan yang dibuat selama
pelaksanaan. Gambar-gambar yang dilampirkan
dalam dokumen penyelesaian adalah denah atau
layout, peta situasi, detail konstruksi dan lain-
lain yang juga bagian dari RKB.
Jika terjadi perubahan pada infrastruktur
terbangun, dilakukan perubahan pada gambar
dan harus dituangkan dalam berita acara revisi.
6.5.1.3 . Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian
Kegiatan (SP2K)
Surat pernyataan penyelesaian kegiatan ini
berisikan kesanggupan untuk menyelesaikan
kegiatan sampai dengan waktu yang
direncanakan, dengan sepengetahuan PPK
Provinsi.
Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemukan
-65-
adanya kekurangan dalam pelaksanaan
termasuk dalam hal administrasi maka PPK
Provinsi dapat memberikan kesempatan waktu
kepada BKAD untuk menyelesaikan kegiatan
konstruksi dan atau melakukan perbaikan
dengan batas waktu selambat–lambatnya 60
(enam puluh) hari kalender.
6.5.1.4 . Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan
Kegiatan (BASPK). Apabila sampai batas waktu
akhir tahun anggaran, ternyata kegiatan
pembangunan infrastruktur belum dapat
diselesaikan, atau dana belum disalurkan
seluruhnya, maka BKAD dan FM dengan
sepengetahuan PPK Provinsi, dan Kecamatan
membuat Berita Acara Status Pelaksanaan
Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K.
BASPK menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan
kegiatan yang dicapai pada saat itu.
Lampiran yang harus dibuat jika muncul BASPK,
yaitu realisasi kegiatan dan biaya hingga saat itu
maupun gambar-gambar infrastruktur terbangun
hingga saat itu. Jika pada saat BASPK masih
terdapat sisa dana yang belum terserap dari
KPPN maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik
kembali dan harus dikembalikan ke kas negara.
6.5.1.5 . Pembuatan Dokumen Penyelesaian
Dokumen penyelesaian merupakan satu buku
yang secara garis besar berisi tentang laporan
pertanggung-jawaban BKAD selaku pelaksana
termasuk rincian realisasi penggunaan biaya dan
lampiran pendukung lainnya. Dokumen dalam
lampiran pendukung adalah gambar-gambar
infrastruktur terbangun, laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan serta laporan
kemajuan fisik.
Dokumen tersebut harus sudah dapat
diselesaikan oleh BKAD bersama FM untuk
-66-
disampaikan kepada Satker PKP Provinsi
selambat-Iambatnya 1 (satu) minggu sejak
tanggal serah terima pekerjaan. Jika sampai
batas waktu tersebut dokumen penyelesaian
belum bisa dituntaskan, maka Ketua BKAD dan
FM dengan sepengetahuan PPK dari Satker PKP
Provinsi, dan Kecamatan harus membuat Berita
Acara Keterlambatan dan Kesanggupan
penyelesaiannya untuk disampaikan kepada Tim
Pelaksana Provinsi.
-67-
kepada Satker PKP Provinsi melalui PPK Provinsi.
Serah terima infrastruktur terbangun yang
selanjutnya dapat diserahterimakan pemeliharaan
dan pengelolaannya kepada Pemerintah Desa,
untuk bertanggungjawab dalam:
- Memanfaatkan hasil pembangunan untuk
kepentingan masyarakat desa secara luas;
- Melakukan pengelolaan untuk kegiatan
pemeliharaan, keberlanjutan, dan
pengembangan hasil pelaksanaan
pembangunan.
-68-
adalah tugas bersama seluruh warga pemanfaat, dapat
juga bersumber dari APBDesa.
Selain bersumber dari iuran warga, pembiayaan kegiatan
Pemanfaatan dan Pemeliharaan diharapkan didukung oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Kepala
Desa mendukung bantuan pendanaan dengan
menggunakan dana yang bersumber dari APBDesa,
dituangkan dalam Peraturan Desa (disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing desa sasaran).
-69-
Gambar I.7. Mekanisme Pelaksanaan PISEW
Random
Pengadaan Lokasi
PENETAPAN LOKASI
Konsultan Tk Pelatihan Tk. Nasional (infrastruktur
dan SOSIALISASI
Pusat resiko tinggi)
PROVINSI
Penyiapan Dokumen
RAPAT TEKNIS Pemeriksaan
Pengadaan Sesuai lokasi dan Penandatangan Pencairan
Pembentukan Tim (penyampaian Pekerjaan dan
Konsultan kegiatan Perjanjian Kerja Dana BPM
Pelaksana Provinsi mekanisme program Serah Terima
Tk Provinsi Sama
dan pelatihan)
KABUPATEN
Sinkronisasi Kegiatan
Pembentukan Tim PISEW dengan
Pelaksana Kabupaten Pembangunan Daerah
KECAMATAN
DESA
Surat kesanggupan Memanfaatkan dan Penyerahan Infrastruktur Terbangun
Pelaksanaan Konstruksi/
Memelihara Infrastruktur Terbangun dari PPK Provinsi kepada Pemerintah
Pemanfaatan BPM
Kegiatan PISEW Desa
-70-
Gambar 1.8. Mekanisme Pelaksanaan PISEW di Masyarakat
-71-
VII. PENGENDALIAN PELAKSANAAN
7.1 Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan mengamati perkembangan setiap
tahapan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi,
serta mengantisipasi permasalahan. Pengawasan akan
ditindaklanjuti dengan kegiatan atau langkah-langkah
-72-
operasional, yang perlu ditempuh berdasarkan hasil pemantauan
dan pengawasan, antara lain:
a. Koreksi atas setiap penyimpangan kegiatan;
b. Akselerasi atas setiap keterlambatan; dan
c. Klarifikasi ketidak-jelasan dan sebagainya untuk
memperbaiki kualitas pelaksanaan konstruksi.
-73-
Kepala Satuan Kerja/Kuasa Penggunan Anggaran wajib
menginvetarisasi semua dokumen SP2D yang terkait dengan
DIPA tersebut diatas.
Laporan SAI ini merupakan laporan yang akan diperiksa
(diaudit) oleh badan/instansi yang ditunjuk.
7.2 Evaluasi
Evaluasi Kegiatan bertujuan untuk menilai kinerja pelaksanaan,
manfaat, dampak, dan keberlanjutan kegiatan yang
dilaksanakan dalam kerangka Kegiatan PISEW terhadap tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan
secara rutin dan berkala oleh pelaksana kegiatan dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten, hingga Kecamatan. Kegiatan evaluasi
disusun secara sistematis, objektif, dan transparan. Kegiatan
evaluasi dilakukan berdasarkan laporan, hasil pengawasan, dan
pengaduan dari berbagai pihak.
-74-
mempertimbangkan masukan dari hasil monitoring/
pemantauan yang dilakukan di lapangan, ditambah hasil
konsolidasi laporan yang disampaikan oleh PPK Provinsi
dan laporan KTP PISEW.
Indikator yang harus diperhatikan dalam evaluasi oleh
Koordinator Kegiatan adalah:
a. Penetapan Tim Pelaksana Provinsi;
b. Pelaksanaan Pelatihan, Workshop, dan Rapat
Koordinasi di tingkat Pusat dan Provinsi;
c. Konsistensi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
Petunjuk Teknis dan panduan kegiatan;
d. Pelaksanaan penyaluran dana anggaran; dan
e. Realisasi fisik dan penyerapan dana anggaran.
-75-
c. Realisasi fisik dan penyerapan dana anggaran;
d. Pelaksanaan penyebarluasan informasi
penyelenggaraan; dan
e. Kinerja Tenaga Ahli Provinsi (TAPr) yang bertugas di
wilayah kerjanya.
-76-
7.3 Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan sesuai Petunjuk Teknis
7.3.1 Pelaporan
Kegiatan pelaporan dibuat berjenjang mulai dari tingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga pusat. Pelaporan
melalui perangkat lunak (software) mengikuti ketentuan
yang ditetapkan oleh Tim Pelaksana Pusat Kegiatan
Kegiatan PISEW, Direktorat Pengembangan Kawasan
Permukiman. Laporan dilakukan melalui jalur koordinasi
Tim Pelaksana dan KTP PISEW.
-77-
iv. Penutup, yang merupakan akhir Laporan memuat
harapan/permintaan arahan/ucapan terima
kasih.
b. Tim Pelaksana Provinsi menyampaikan laporan
kepada Direktur Jenderal Cipta Karya melalui Tim
Pelaksana Pusat setiap tiga bulan sekali. Laporan
tersebut berisi rekapitulasi kemajuan pelaksanaan
kegiatan, baik tahap persiapan dan perencanaan,
pembangunan prasarana, maupun pembinaan, dan
koordinasi terhadap realisasi kemajuan kegiatan
seluruh kabupaten.
c. PPK Pusat menyampaikan laporan setiap tiga bulan
kepada Tim Pelaksana Pusat.
d. Tim Pelaksana Pusat menyampaikan laporan setiap
tiga bulan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya.
-78-
FM selaku Pengawas Lapangan di kecamatan,
membuat laporan kemajuan kegiatan konstruksi dan
menyampaikan laporan mingguan dan bulanan
kepada PPK Provinsi dan TAPr dengan tembusan
kepada Tim Pelaksana Kabupaten melalui Pemerintah
Kecamatan.
b. Tingkat Provinsi
Tenaga Ahli Provinsi dan /atau Asisten TAPr
menerima laporan dari FM. selanjutnya mengolah,
menganalisis, dan menindaklanjuti laporan yang
disampaikan oleh FM. Berdasarkan hasil pengamatan
pada lokasi kegiatan, TAPr menyusun laporan
konsolidasi yang disampaikan kepada PPK Provinsi
dan KTP PISEW, dengan tembusan kepada PPK Pusat
dan Tim Pelaksana Pusat.
Laporan Bulanan disampaikan paling lambat tanggal
7 (tujuh) setiap bulan berjalan.
c. Tingkat Pusat
Konsultan Teknis Pengendalian PISEW menerima,
mengolah, menganalisis, dan menindak lanjuti
laporan yang disampaikan oleh TAPr. Selanjutnya KTP
PISEW menyusun dan memberikan laporan kepada
PPK Pusat dengan tembusan kepada Tim Pelaksana
Pusat, disampaikan paling lambat tanggal 12 setiap
bulan berjalan.
7.4 Penanganan Pengaduan dan masalah
7.4.1 Penanganan Pengaduan dan Masalah Masyarakat
Persoalan bisa muncul pada berbagai tingkat
pelaksanaan di masyarakat, kabupaten, provinsi, bahkan
di tingkat pusat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya
pertanyaan, keluhan, atau tuntutan yang lebih serius dari
masyarakat. Banyaknya keluhan bukan berarti kinerja
Kegiatan buruk, tapi bisa berarti bahwa masyarakat
menjadi lebih berdaya dan lebih sadar, peduli, dan secara
aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Hal
terpenting adalah pengaduan ditangani dengan benar dan
segera diselesaikan.
-79-
Pengaduan masyarakat merupakan bentuk dari
pengawasan masyarakat yang diwakili oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat
(Ormas), Lembaga Keagamaan, Perguruan Tinggi, Warga
Masyarakat, dan/atau Media Massa.
a. Dimana dan Bagaimana Menangani Pengaduan
Pada Kegiatan PISEW, pengaduan dapat disampaikan
melalui (sesuai dengan fasilitas yang sudah tersedia
pada tiap tingkat):
1) Unit Pengaduan Masyarakat yang berada di
kabupaten atau provinsi;
2) Kotak pengaduan Kegiatan PISEW yang
ditempatkan di Kantor Kepala Desa, Kantor
Kecamatan, Kantor Dinas PU/Bappeda Provinsi,
dan Kabupaten;
3) Fax. (Pusat, Provinsi, Kabupaten), website, alamat
e-mail; dan
4) Surat yang dikirim langsung ke Fasilitator
Masyarakat, ke konsultan, atau ke pemerintah
terkait yang berwenang.
b. Klasifikasi Pengaduan dan Masalah
Seluruh pengaduan harus dicatat sesuai macamnya,
dan segera ditangani.
Untuk memudahkan pencatatan dan penanganannya,
pengaduan dikelompokkan berdasarkan jenis masalah
yang terjadi, yaitu:
1) Pengaduan yang berkaitan dengan penyimpangan
prinsip dan prosedur Kegiatan;
2) Pengaduan yang berkaitan dengan penyimpangan,
penyalahgunaan, atau penyelewengan dana;
3) Pengaduan yang berkaitan dengan tindakan
intervensi yang mengarah pada hal negatif dan
merugikan masyarakat maupun kepentingan
Kegiatan;
4) Pengaduan yang berkaitan dengan kejadian yang
mengarah pada kondisi Force Majeur (suatu
-80-
keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia,
seperti; akibat bencana alam, kerusuhan masal);
5) Pertanyaan, kritik, dan saran dari masyarakat
terhadap Kegiatan. Selain sebagai masukan untuk
Kegiatan, juga untuk mengukur keberhasilan dan
tingkat sosialisasi dan kesadaran masyarakat
terhadap Kegiatan PISEW.
Hal-hal yang diadukan seringkali tidak hanya terdiri
dari satu kategori permasalahan saja, tetapi
mencakup beberapa kategori permasalahan. Untuk itu
dalam mengkategorikan pengaduan, perlu dilihat
aspek apa yang paling menonjol yang menjadi inti
permasalahan.
7.4.2 Prinsip Penanganan Pengaduan dan Masalah
Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang digunakan dalam
menangani pengaduan atau masalah:
a. Rahasia: Identitas pelapor harus dirahasiakan kecuali
yang bersangkutan menghendaki sebaliknya. Hal ini
dimaksudkan untuk melindungi hak pelapor.
b. Transparan: Penanganan masalah harus mengacu
pada asas DOUM (Dari, Oleh, Untuk Masyarakat).
Artinya masyarakat didampingi oleh FM harus
diberitahu dan dilibatkan dalam proses penanganan
pengaduan/masalah. Kemajuan penanganan masalah
harus disampaikan kepada seluruh masyarakat, baik
melalui forum musyawarah maupun melalui papan
informasi dan media lain yang memungkinkan, sesuai
kondisi setempat. Masyarakat dimotivasi untuk
berperan aktif dan mengontrol proses penanganan
pengaduan/masalah yang terjadi. Tugas FM, TAPr,
dan KTP PISEW adalah mendorong dan mengadvokasi
serta memastikan bahwa masyarakat pro-aktif dalam
proses penanganan masalah.
-81-
mengenai prinsip dan prosedur tersebut. Jika
permasalahan berkaitan dengan penyimpangan dana,
maka masalah/kasus yang ditangani harus keduanya,
baik penyimpangan prinsip dan prosedur maupun
penyimpangan dana. Kemungkinan penanganan
kasus ini akan melibatkan unit pemeriksa yang
mempunyai kewenangan dan telah ditunjuk oleh
pemerintah.
-82-
2) Saluran yang disediakan oleh Tim Pelaksana
(Pusat, Provinsi dan Kabupaten).
-83-
3) Pengelompokan dan Distribusi Pengaduan yang
telah didokumentasikan, berdasarkan:
i. Tingkat/jenjang subyek yang diadukan
untuk menentukan pelaku awal
penanganan;
ii. Isu pengaduan untuk menentukan kategori
masalah;
iii. Status pengaduan, antara lain termasuk
kasus lama, kasus lanjutan, dampak ikutan
dari masalah yang ada, atau informasi
tambahan tentang masalah yang sudah ada.
Jika ditemui kasus-kasus yang dipandang akan
berdampak lebih luas dari keberadaan kasus
tersebut, maka tembusan laporan dikirim
langsung kepada konsultan yang bertanggung
jawab atas penanganan masalah di
provinsi/wilayah.
Untuk mempercepat proses penanganan,
pengaduan atau masalah pada tahap ini harus
didokumentasikan ke dalam sistem pengelolaan
data dan informasi Kegiatan PISEW.
Pendokumentasian ke dalam sistem pengelolaan
dan informasi akan menjadi bahan evaluasi dan
analisa penyempurnaan desain kegiatan lebih
lanjut.
4) Uji Silang dan Analisis
Berdasarkan pengelompokan tersebut, dilakukan
pendistribusian masalah ke jenjang satu tingkat
diatas jenjang subyek yang diadukan untuk
dilakukan klarifikasi, uji silang, dan analisis
masalah untuk menguji kebenarannya. Kasus dari
hasil pengaduan tersebut selanjutnya dilakukan
uji silang untuk mendapatkan:
i. Kepastian pokok permasalahan yang muncul;
ii. Kepastian status kasus apakah sudah
ditangani atau diselesaikan; atau dalam
-84-
proses penanganan, uji silang, atau proses
analisa, dsb.
7.4.4 Tahapan Penanganan Pengaduan dan Masalah
Tahapan penanganan pengaduan adalah sebagai berikut:
a. Registrasi dan Dokumentasi
Registrasi atau pencatatan dan dokumentasi dalam
buku arsip (logbook) dimaksudkan sebagai mekanisme
kontrol.
b. Pengelompokan dan Distribusi
Pengaduan yang telah dicatat atau diregistrasi dan
didokumentasikan, kemudian didistribusikan sesuai
jenjang kewenangan masing-masing subjek, isu, dan
status pengaduan. Jika ditemui kasus-kasus yang
dipandang akan berdampak lebih luas dari
keberadaan kasus tersebut, maka pendistribusiannya
disesuaikan dengan luasan dampak yang
diperkirakan muncul.
Secara umum, inti keluhan masyarakat
dikelompokkan menjadi tiga (3) kategori, yaitu:
1) Kategori ringan, berupa pengaduan masyarakat
yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran/ penyimpangan adminisitrasi dan
prosedur;
2) Kategori sedang, berupa pengaduan masyarakat
yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran/penyimpangan yang salah sasaran
(penerima manfaat) dalam pelaksanaan Kegiatan;
3) Kategori berat, berupa pengaduan masyarakat
yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran/penyimpangan/penyelewengan dana.
c. Uji Silang dan Analisis
Hasil uji silang merupakan masukan untuk
menganalisa permasalahan yang muncul sehingga
meningkatkan akurasi penyusunan alternatif
penanganan. Hasil dari proses ini adalah rekomendasi
tentang penanganan kasus.
-85-
d. Tindak Lanjut
Tindak turun tangan merupakan tindak lanjut yang
dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil uji silang
dan analisis, yang dilakukan secara berjenjang sesuai
wilayah kewenangan masing-masing. Beberapa
contoh tindak lanjut dalam rangka untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi alternatif
penyelesaian, diantaranya: (i) pembentukan komite ad
hoc untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, (ii)
memberi peringatan, dan (iii) sanksi kepada pihak-
pihak yang dinyatakan bersalah, dll.
e. Pemantauan dan Investigasi Lanjutan
Pemantauan dimaksudkan sebagai alat kendali
penanganan pengaduan, sehingga diketahui
perkembangan penyelesaian kasusnya.
f. Penyelesaian Permasalahan
Penyelesaian masalah mengutamakan prinsip
transparansi dan partisipasi. Artinya proses
penyelesaian harus dilakukan secara terbuka dan
melibatkan masyarakat. Aparat dan Konsultan atau
Fasilitator Masyarakat, hanya memfasilitasi proses
penyelesaian masalah tersebut.
g. Umpan Balik
Umpan balik (feedback) merupakan tanggapan
masyarakat terhadap penyelesaian kasus yang
muncul. Hal ini dapat berupa:
1) Menerima dan menganggap kasus telah selesai;
2) Menerima dengan beberapa catatan persyaratan
dan memberikan informasi tambahan;
3) Menolak tanpa alasan;
4) Menolak dengan alasan;
5) Tidak ada tanggapan sama sekali.
Hasil umpan balik ini dituangkan melalui Berita Acara
dan dilampirkan dalam laporan bulanan. Umpan balik
tersebut juga menjadi masukan bagi pelaku Kegiatan
PISEW.
-86-
Secara rinci untuk tahapan penanganan dan
penyelesaian pengaduan mengacu diagram alir pada
Gambar I-9 berikut.
Pencatatan
Pengaduan Oleh
UPK Setempat
Pengkategorian Database
Pengaduan UPK
Identifikasi
Jenjang Subyek
Masalah
Identifikasi
Masalah
Penerusan Pengaduan ke
Tindak Turun Tangan
Tingkat Lebih Tinggi
Penyelesaian
Tidak Selesai Masalah
Pencatatan
pengaduan
selesai
Penyampaian kepada
masyarakat
-87-
VIII. PENUTUP
Petunjuk Teknis Pelaksanaan PISEW ini merupakan arahan dan
Petunjuk pelaksanaan Kegiatan PISEW di seluruh tingkatan.
Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Teknis ini, akan diatur
kemudian.
-88-
Format I.1. Surat Kesanggupan Memanfaatkan dan Memelihara Infrastruktur
Terbangun Kegiatan PISEW
SURAT KESANGGUPAN
MEMANFAATKAN DAN MEMELIHARA INFRASTRUKTUR TERBANGUNAN
KEGIATAN PISEW
Nama Lengkap
-89-
Format I.2. Surat Undangan Pertemuan Kecamatan I
Kop Surat
Undangan Pertemuan Kecamatan I
………………………………………. (1)
Kepada Yth.
(Undangan Terlampir)
di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya Kegiatan PISEW Tahun ……………….. (3) di
Kecamatan…………………….. (4), Kabupaten …………………….. (5) dimana
Kawasan yang menjadi sasarannya terdiri dari Desa-Desa, yaitu:
1. Desa …………………………… (6)
2. Desa …………………………… (6)
3. Desa …………………………… (6)
Maka dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu/ Sdr/i untuk menghadiri
Pertemuan Kecamatan I yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : ............................................................ (7)
Waktu : Pukul..................... s.d ....................... (8)
Tempat : ............................................................ (9)
Acara :
1. Penyampaian Mekanisme PISEW
2. Penggalian Potensi Kawasan
3. Penggalian dan Penentuan Kebutuhan Infrastruktur Rencana
4. Penyampaian Hasil Review Design
5. Pengesahan Kelembagaan BKAD
6. Penjelasan Pakta Integritas
7. Penyepakatan Pembentukan Tim Pemelihara
Nomor : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Perihal : Pertemuan Kecamatan I
Daftar Undangan
-91-
Format I.3. Daftar Hadir Pertemuan Kecamatan I
Daftar Hadir Peserta
Pertemuan Kecamatan I
Provinsi : …………………………………..
Kabupaten : …………………………………..
Kecamatan : …………………………………..
Tanggal : …………………………………..
Jenis Tanda
No Nama Alamat Organisasi/Jabatan
Kelamin Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dst.
……………………………(1)
Mengetahui,
(……………………………………) (……………………………………)
-92-
Format 1.4. Notulensi Pertemuan Kecamatan I
Notulensi
Pertemuan Kecamatan I
Provinsi : …………………………………………….
Kabupaten : …………………………………………….
Kecamatan : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Acara :Pertemuan Kecamatan I
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Dst……………………………………………………………………………………
…..……………………………………………………………………………………
Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
-93-
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Kesimpulan/ Kesepakatan :
…………………………… (1)
-94-
Format 1.5. Berita Acara Pertemuan Kecamatan I
Berita Acara
Pertemuan Kecamatan I
-95-
Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani dengan penuh
tanggung jawab untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………………… (1)
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama lengkap Nama lengkap
Mengetahui :
Camat Fasilitator Masyarakat
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Menyetujui :
Wakil dan Peserta Pertemuan Kecamatan I
Dst. ……………………………
-96-
Format 1.6. Berita Acara Pakta Integritas
Berita Acara
Pakta Integritas
Demikian Berita Acara Pakta Integritas ini dibuat dan disahkan dengan
penuh tanggung jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
.................................... (1)
Ketua
Badan Kerjasama Antar Desa
(BKAD)
Materai
6000
(………………………………………..)
Nama Jelas
-97-
Saksi-Saksi:
Camat, Kepala Desa dan Wakil Masyarakat1
Nama Jabatan Tanda Tangan
1. ……………………….. ………………………….. 1………..
2. ……………………….. ………………………….. 2. ……..
3. ……………..……….. ………….…………….. 3. ………..
Dst. ……………………….. 4. ………..
1Wakil masyarakat yang sebagai saksi-saksi tanda tangan Pakta Integritas terdiri dari: BPD, wakil-wakil
organisasi masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, perwakilan warga masyarakat pada
umumnya, dll.
-98-
Format 1.7. Hasil Ketetapan dan Pengesahan BKAD
Hasil Ketetapan Dan Pengesahan BKAD (Ketua, Sekretaris, Bendahara),
Penanggungjawab KPP
Provinsi : Acara : Ketetapan dan Pengesahan
BKAD dan KPP
Kabupaten : Tanggal :
Kecamatan :
1. Ketua BKAD
2. Sekretaris BKAD
3. Bendahara BKAD
1.
2.
3.
Disyahkan Oleh:
Camat
(………………………………………..)
Nama Jelas
2
Setiap desa mengajukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara dari hasil kegiatan pembangunan infrastruktur
diwilayahnya masing-masing.
-99-
Format 1.8. Berita Acara Kebutuhan Lahan
Berita Acara
Kebutuhan Lahan
Koordinator Notulen
BKAD
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Mengetahui :
Tim Pelaksana Kabupaten Camat
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
-100-
Menyetujui :
Pemerintahan Desa dan Wakil Masyarakat
Nama Alamat Tanda Tangan
1. ……………………… …………………………… 1. ………
2. ……………………… …………………………… 2. ………
3. …………………….. ……………………………. 3. ………
4. …………………….. ……………………………. 4. ………
5. Dst. …………………………….
-101-
Format 1.9. Surat Pernyataan Pemilik Lahan untuk Hibah
Surat Pernyataan
Pemilik Lahan untuk Hibah
Saksi-Saksi:
Ahli Waris LPMD Perwakilan
Masyarakat
-102-
Format 1.10. Survei Lokasi dan Sinkronisasi
Berita Acara
Survei Lokasi dan Sinkronisasi Infrastruktur Rencana Kegiatan PISEW
Dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
-103-
Setelah dilakukan survei lokasi dilakukan pembahasan serta diskusi
terhadap hasil tinjauan lapangan serta sinkronisasi dengan RKPD
Kabupaten, selanjutnya seluruh peserta memutuskan dan menyepakati
beberapa hal yang ditetapkan menjadi kesimpulan/keputusan dari
Sinkronisasi Infrastruktur Rencana Kegiatan Pisew Dengan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), yaitu:
..........................................................................................................., dst.
Demikian Berita Acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung
jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
……………………………………… (1)
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Mengetahui :
Tim Pelaksana Kabupaten Camat
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Menyetujui :
Wakil dan Peserta Survei dan Sinkronisasi
Nama Alamat Tanda Tangan
5. Dst.
-104-
Format 1.11. Tabel Sinkronisasi dan Verifikasi
Tabel Sinkronisasi dan Verifikasi Rencana Pembangunan Infrastruktur PISEW Kecamatan – Kabupaten
Kecamatan : …………………………………..
Kabupaten : …………………………………..
Provinsi : …………………………………..
Tanggal : …………………………………..
Lokasi Kelompok Penguna Dukungan Manfaat Terhadap
Infrastruktur
No Ketersediaan Pelaku Lintas Membuka Kegiatan Keterangan
Rencana Desa Topografi Akses Jumlah Ekonomi
Lahan Ekonomi Desa Akses Sosial
Mengetahui:
Ketua BKAD Notulen Tim Pelaksana Kabupaten Camat
-105-
Format 1.12. Profil Desa Kawasan Sasaran PISEW
Profil Desa Kawasan Sasaran PISEW
1. Administrasi Desa
a. Nama Desa : …………………………………………
b. Kecamatan : …………………………………………
c. Kabupaten : …………………………………………
2. Kewilayahan/Geografi
a. Jumlah Dusun atau Rukun Warga (RW) : ……………….
b. Jumlah Dusun atau Rukun Warga (RW) Kategori Miskin: …………….
c. Luas Desa : ………………………………… Ha
d. Luas Ruang Terbuka Hijau : ………………………………… Ha
e. Luas Lahan Pertanian : ………………………………… Ha
f. Luas Permukiman : ………………………………… Ha
g. Jarak ke Ibukota Kecamatan : ………………………………… Km
3. Kependudukan/Demografi
a. Jumlah Penduduk : ………………………………… Jiwa
- Pria Dewasa : ………………………………… Jiwa
- Perempuan Dewasa : ………………………………… Jiwa
- Anak-anak : ………………………………… Jiwa
b. Jumlah KK : ………………………………… KK
c. Jumlah Warga Miskin : ………………………………… Jiwa
d. Jumlah KK Miskin : ………………………………… KK
e. Pengangguran Usia Produktif : ………………………………… Jiwa
- Pengangguran Pria : ………………………………… Jiwa
- Pengangguran Perempuan : ………………………………… Jiwa
f. Kepadatan Penduduk : ………………………………… Jiwa/Ha
3
Disesuaikan dengan ketentuan UMP di daerah masing-masing
-106-
6. Data Umum Infrastruktur Dasar dan Permukiman Desa
Kondisi Luas
Jenis
No Lokasi Volume Satuan Layanan
Infrastruktur Baik Buruk (ha)
1. 1. ………..
2. ………..
3. ………..
4. ………..
5. ………..
dst
2. Dst.
-107-
10. Data Pengelolaan Dana Bantuan Sosial/Bantuan Pemerintah untuk
Masyarakat (PISEW / RISE / Pamsimas / PPIP / RIS / PNPM Perdesaan
/ Sejenis)
No Tahun Nomor Nilai Biaya Jenis Pekerjaan Realisasi
Anggar Kontrak Perjanjian Operasi Pembiayaan
an Perjanjian Kerja onal
Kerja Sama (Rp)
Sama
-108-
Format 1.13. Dokumen Profil Kawasan
Dokumen Profil Kawasan
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
(berisi gambaran umum Kegiatan PISEW, konsep, tujuan dan
sasaran)
1.2 Lokasi Sasaran PISEW
(berisi mengenai identifikasi terhadap lokasi sasaran PISEW
dengan konektifitas antar desa dalam kawasan serta dilengkapi
dengan profil desa-desa dalam kawasan)
II. Gambaran Umum Kecamatan
2.1 Administratif Kecamatan
2.2 Kewilayahan/Geografi Kecamatan
2.3 Topografi Kecamatan
(kemiringan lahan, daerah pegunungan, sungai, rawa, daerah
genangan,dll) serta ketinggian dari permukaan laut.
2.4 Tataguna Lahan
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase
1 Permukiman/Kampung
2 Sawah
3 Perkebunan Sejenis
4 Perkebunan Campuran
5 Hutan Lebat
6 Hutan Belukar
7 Semak Belukar
8 Padang Rumput
9 Perairan
10 Ladang
2.5 Kependudukan/Demografi
2.5.1 Jumlah Penduduk
2.5.2 Kepadatan
2.5.3 Penduduk Miskin
2.6 Sosial Ekonomi
2.6.1 Pendidikan
2.6.2 Kesehatan
2.6.3 Pendapatan Rata-Rata per Kapita
2.6.4 Struktur Ekonomi
2.7 Kondisi Permukiman dan Perumahan
2.8 Kondisi Infrastruktur
2.8.1 Prasarana Transportasi (jalan, jembatan, tambatan perahu,
dan bangunan pelengkapnya)
2.8.2 Prasarana Air Minum dan Sanitasi
2.8.3 Prasarana Penunjang Produksi Pertanian (irigasi kecil
perdesaan dan bangunan pelengkapnya)
-109-
2.8.4 Prasarana Pendukung Pemasaran Pertanian, Peternakan,
Perikanan, Industri dan Kegiatan Pariwisata
III. Gambaran Umum Kawasan
IV. Potensi dan Permasalahan Kawasan PISEW
4.1 Potensi
4.1.1 Pertanian
4.1.2 Sumber Daya Manusia
4.1.3 Sumber Daya Alam
4.1.4 Pariwisata
4.1.5 Infrastruktur
4.1.6 Dst sesuai dengan kondisi riil kawasan
4.2 Permasalahan
4.2.1 Infrastruktur Dasar
4.2.2 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi
4.2.3 Kelembagaan Sosial Ekonomi
4.2.4 Dst sesuai dengan kondisi riil kawasan
V. Rencana Penanganan Kawasan PISEW
5.1 Analisa Terhadap Kegiatan-Kegiatan yang Telah Direncanakan
5.2 Analisa Terhadap Hasil Survei Kawasan
5.2.1 Survei Identifikasi kawasan
5.2.2 Survei Teknis/Rencana Infrastruktur
5.3 Jenis-Jenis Infrastruktur yang Akan Dibangun
5.4 Prioritas Infrastruktur yang Akan Dibangun
VI. Penutup
Lampiran
a. Dokumen pendukung proses Pertemuan Kecamatan I
b. Dokumen Pendukung Survei (Identifikasi kawasan dan Teknis)
c. Dokumen Photo-Photo Kegiatan
-110-
Format 1.14. Undangan Pertemuan Kecamatan II
Kop Surat
Undangan Pertemuan Kecamatan II
………….…………………………. (1)
Nomor : ………………………… (2)
Lampiran : ………………………… (2)
Kepada Yth.
(Undangan Terlampir)
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya Kegiatan PISEW Tahun ……………….. (3) di
Kecamatan…………………….. (4), Kabupaten …………………….. (5) dimana
Kawasan yang menjadi sasarannya terdiri dari Desa-Desa, yaitu:
1. Desa …………………………… (6)
2. Desa …………………………… (6)
3. Desa …………………………… (6)
Maka dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu/ Sdr/i untuk menghadiri
Pertemuan Kecamatan II yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : ............................................................ (7)
Waktu : Pukul..................... s.d ....................... (8)
Tempat : ............................................................ (9)
Acara :
Materi atau Topik:
1. Laporan realisasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan hasil pengelolaan
dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) oleh BKAD
kepada masyarakat lokasi kawasan PISEW;
2. Serah terima infrastruktur terbangun kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
Permukiman Provinsi.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/
Sdr/i kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Camat........... (10)
-111-
Format 1.15. Daftar Hadir Pertemuan Kecamatan II
DAFTAR HADIR PESERTA
PERTEMUAN KECAMATAN II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
*dst
Disetujui : Dibuat :
Camat Badan Kerjasama Antar Desa
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
-112-
Format 1.16. Notulensi Pertemuan Kecamatan II
NOTULENSI PERTEMUAN KECAMATAN II
Agenda Acara:
1. Laporan realisasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan hasil pengelolaan
dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) oleh BKAD kepada
masyarakat lokasi kawasan PISEW;
2. Serah terima infrastruktur terbangun kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi.
Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Peserta (tanya) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
-113-
………………………………………………………………………
Narasumber (jawab) :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Kesimpulan/ Kesepakatan :
…………………………… (1)
-114-
Format 1.17. Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)
Kepada:
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PKP
Provinsi ……………………………….
Kegiatan PISEW Tahun ……………
Dengan hormat,
1. Nama : ……………………………………………………….
2. Alamat : ……………………………………………………….
3. Jabatan : Ketua BKAD
4. Kecamatan : ……………………………………………………….
Berdasarkan Keputusan Pertemuan Kecamatan II, Kecamatan …………………, pada
hari ……………………, tanggal …..…, bulan ………………., tahun …........
Sebagai bahan periksa, bersama ini kami lampirkan Realisasi Kegiatan dan
Biaya (RKB), dan gambar-gambar Infrastruktur yang telah terbangun.
( ……………………………………..) ( ……………………………………..)
Nip. ……………………………….
Tembusan:
1. Fasilitator Masyarakat;
2. Arsip
-115-
Format 1.18. Realisasi Kegiatan dan Biaya
Realisasi Kegiatan dan Biaya
Rencana Realisasi
A Pekerjaan Persiapan
……………………..
……………………..
……………………..
B Pekerjaan Tanah
……………………..
……………………..
……………………..
C Pekerjaan Pondasi
……………………..
-116-
Rencana Realisasi
……………………..
……………………..
……………………..
…………....................................
Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Tenaga Ahli Provinsi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Ketua NIP.
Ket: * Dokumen sebelum ditandatangani oleh TAPr terlebih dahulu diverifikasi dan divalidasi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-117-
Format 1.19. Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
Dibuat Oleh:
Ketua BKAD
( ………………………………… )
Mengetahui:
( ………………………………… ) ( ………………………………… )
Nip. …………………………… Nip. ……………………………
-118-
Format 1.20. Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)
Pada hari ini ………………, tanggal ………, bulan ……….., tahun …………..,
bertempat di ……………, Kecamatan ……………., Kabupaten ……………., Provinsi
…………………..
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : …………………………………………….
Alamat : …………………………………………….
Dibuat Oleh:
Ketua BKAD
( ………………………………… )
Mengetahui:
Camat Tim Pelaksana Kabupaten
Kab. ………………….
( ………………………………… ) ( ………………………………… )
Nip. …………………………… Nip. ……………………………
-119-
Format 1.21. Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K)
Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan
(SP2K)
Kepada:
Pejabat Pembuat Komitmen
Satker PKP Provinsi …………………..
di ……………………….
Pada hari ini ………………, tanggal ………, bulan ……….., tahun …………..,
bertempat di ……………, Kecamatan ……………., Kabupaten ……………., Provinsi
…………………..
Kami yang bertanda tangan dibawah ini mewakili dan atas nama masyarakat desa
……………….., desa …………………., desa …………….., Kecamatan
…………………………, menyatakan bahwa Dokumen Penyelesaian yang berisi
tentang Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (Perjanjian Kerja
Sama), Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), serta Rincian Realisasi
Penggunaan Biaya dan Lampiran Pendukung lainnya belum dapat diselesaikan,
dikarenakan:
1. …………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
Penyelesaian kekurangan pekerjaan ini selambat-lambatnya pada tanggal
……………………
Dibuat Oleh:
Ketua BKAD
Materai
6000
( ………………………………… )
Mengetahui:
Camat Tim Pelaksana Kabupaten
Kab. ………………….
( ………………………………… ) ( ………………………………… )
Nip. …………………………… Nip. ……………………………
-120-
Format 1.22. Berita Acara Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan
BERITA ACARA
LEMBAR KENDALI HASIL AKHIR PEKERJAAN
Nomor : ………………………………..
1. …………………………………… ( …………………………………… )
2. …………………………………… ( …………………………………… )
3. …………………………………… ( …………………………………… )
4. …………………………………… ( …………………………………… )
Menyetujui :
Ketua Badan Kerjasama Hasil Akhir Pekerjaan
Kecamatan ............
(..........................................)
Ketua
-121-
Format 1.23. Lampiran Berita Acara LKHAP
Lampiran
Berita Acara Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan (LKHAP)
Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (Pisew)
Kecamatan.........Kabupaten ............ Provinsi …………..
Pada hari ini ........., tanggal ........., bulan ........., Tahun Dua ribu tujuh belas
(..............) telah dilakukan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Kecamatan.........Kabupaten........
Perjanjian Kerja Sama Nomor........................, tanggal ...............Amandemen ....
tanggal ......... Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW) Provinsi Jawa Tengah, di lingkungan Satuan Kerja Pengembangan
Kawasan Permukiman Provinsi ....................., dengan hasil sebagai berikut:
1. …………………………………… ( …………………………………… )
2. …………………………………… ( …………………………………… )
3. …………………………………… ( …………………………………… )
4. …………………………………… ( …………………………………… )
Menyetujui :
Ketua Badan Kerjasama Hasil Akhir Pekerjaan
Kecamatan ............
(..........................................)
Ketua
-122-
Format 1.24. Lampiran Berita Acara LKHAP
Lampiran Catatan Hasil Pemeriksaan Hasil Akhir Pekerjaan
Nomor: .......................................................
1. …………………………………… ( …………………………………… )
2. …………………………………… ( …………………………………… )
3. …………………………………… ( …………………………………… )
4. …………………………………… ( …………………………………… )
Menyetujui :
(..........................................)
Ketua
-123-
Format I.25. Catatan Harian Fasilitator
Catatan Harian Fasilitator Masyarakat
Nama Fasilitator :
Hari/Tanggal :
URAIAN LOKASI
Aktifitas :
Tujuan :
Sasaran :
Hasil :
Permasalahan :
Tindak Lanjut :
(……………………………………….) (……………………………………….)
NIP. ……………………….
-124-
Format I.25. Monitoring Tahapan Pelaksanaan Tingkat Kecamatan
....................., tanggal........................20…..
-125-
Format I.27. Monitoring Partisipasi Masyarakat
Wilayah Kawasan
Kegiatan Uraian
Desa 1 Desa II Desa III
Pertemuan Jumlah Undangan
Kecamatan I Jumlah Total Peserta
Jumlah Peserta Perempuan
Sinkronisasi Jumlah Total Peserta
Kegiatan PISEW Unsur Tim Pelaksana Kab.
dengan RKPD Unsur Kecamatan
Unsur BKAD
Perwakilan Masyarakat
Pertemuan Pra Jumlah Undangan
Pelaksanaan Jumlah Total Peserta
Konstruksi Jumlah Peserta Perempuan
Pertemuan Jumlah Undangan
Kecamatan II Jumlah Total Peserta
Jumlah Peserta Perempuan
....................., tanggal........................20…..
-126-
Format I.28. Monitoring Pelaksanaan Konstruksi
....................., tanggal........................20…..
-127-
Format I.29. Monitoring Swadaya Masyarakat
....................., tanggal........................20…..
-128-
Format I.30. Outline Laporan Pendahuluan Fasilitator
LAMPIRAN
1. Catatan Harian Fasilitator
2. Rencana Kerja Fasilitator
3. Format Monitoring
4. Dokumentasi
Dibuat oleh:
Fasilitator Masyarakat
( ……………………………………. )
-129-
Format I.31. Outline Laporan Bulanan Fasilitator
LAMPIRAN
1. Catatan Harian Fasilitator
2. Rencana Kerja Fasilitator
3. Format Monitoring
4. Dokumentasi
Dibuat oleh:
Fasilitator Masyarakat
( ……………………………………. )
-130-
Format I.32. Monitoring Tahapan Persiapan dan Perencanaan Tk. Provinsi
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-131-
Format I.33. Monitoring Tahapan Pelaksanaan dan Pasca Konstruksi Tk. Provinsi
Pencairan Dana
Tanda BPM Tahap I Pencairan Serah Serah
Pertemuan Tangan (70%) Dana Pertemuan Pemeriksaan Terima Terima
Jml.
No Kabupaten Kecamatan Pra Perjanjian Termin Termin BPM Kecamatan Hasil dari dari
Desa
Pelaksanaan Kerja I (40%) II (30%) Tahap II II Pekerjaan BKAD PPK ke
Sama dari dari (30%) ke PPK Desa
Bank Bank
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-132-
Format I.34. Monitoring Partisipasi Masyarakat Tk. Provinsi
Monitoring Partisipasi Masyarakat
Tingkat Provinsi, …………………….
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-133-
Format I.35. Monitoring Pelaksanaan Konstruksi Tk. Provinsi
Tgl. Status
No. Tgl. Pencairan Dana BPM Tahap I (70%) Pencairan Dana BPM Tahap II (30%) Konstruksi
Tgl Jenis
Jml. Perjanjian Akhir Tgl. Tgl. Mulai 100%
No Kab. Kec. Kontra Infrastrukt
Desa Kerja Kontra SPMK Tgl. Tgl. Masuk Pelaksanaan Tgl. Pengajuan Tgl. Tgl. Masuk Progres
k ur No.
Sama k Penerbitan Rekening Pencairan oleh Penerbitan Rekening Fisik (%)
SP2D
SP2D BKAD BKAD SP2D BKAD
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-134-
Format I.36. Monitoring Swadya Masyarakat Tk. Provinsi
Harga Total
Jml. Luas Jml. Harga Jml. Jml. Jml. Total
No Kabupaten Kecamatan Jenis Harga Jenis Volume Jml. Upah Jml.
Desa Lahan Swadaya Material Swadaya Tenaga Hari Swadaya
Lahan Lahan/m² Material Material HOK Kerja Swadaya
(m²) (Rp) per (Rp) Kerja Kerja (Rp)
satuan
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-135-
Format I.37. Laporan Manajemen Keuangan Provinsi (LMK)
No Kecamatan RAB Rekening BKAD Pencairan Dana BPM Realisasi Penggunaan Dana
Dana BPM Swadaya Total Nama No. Nama Thp. Jml. No. Tgl No. Tgl Dana BPM Swa Pencataan Kelengkap
Bank Rek. Pemili I Dana SPM SPM SP2D SP2D daya dalam an Bukti
Fisik BOP Fisik BOP k Rek. Thp. Jml. No. Tgl No. Tgl Realisasi Realisasi Jml. % BKU (Ya/Tidak)
II Dana SPM SPM SP2D SP2D s/d s/d Komulatif terh (Ya/Tidak)
Periode Periode realisasi adap
Lalu ini s/d period total
ini BPM
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
Jumlah
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-136-
Format I.38. Laporan Manajemen Proyek Provinsi (LMP)
LAPORAN MANAJEMEN PROYEK PROVINSI
Laporan Manajemen Proyek Provinsi Periode: ……………………….. sd ……………………………. Tahun ………………
Provinsi : …………………………………………………………… Jumlah Kecamatan : ………………………………………………………………………
....................., tanggal........................20…..
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………………….)
-137-
Format I.39. Papan Informasi PISEW
-138-
Format I.40. Prasasti PISEW
PRASASTI PISEW
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai, BKAD diwajibkan untuk membuat
prasasti PISEW Tahun …….. di lokasi yang mudah untuk dilihat dan
dibaca, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk Jalan, Prasasti diletakkan di titik awal jalan,
2. Untuk Tambatan Perahu, Prasasti diletakkan di daratan yang tidak
terlalu jauh dari infrastruktur yang dibangun,
3. Untuk Jembatan, Prasasti diletakkan pada ujung pinggir jembatan,
4. Untuk Saluran Irigasi, Prasasti diletakkan di titik awal saluran,
5. Untuk Air Minum, Prasasti diletakkan berdekatan dengan
infrastruktur yang dibangun,
6. Untuk Sanitasi, Prasasti diletakkan berdekatan dengan infrastruktur
yang dibangun.
-139-
-140-
LAMPIRAN VI-B
Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN
KEGIATAN PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA
-2-
Gambar II.1 Tata Kelola Pencairan Bantuan
SPP SP2D
PPK-PKP provinsi
Bank Penyalur
Pengajuan
Dokumen Pencairan Transfer Langsung ke
Rekening BKAD
Keterangan:
1. PPK membuat Surat Keputusan Penetapan Penerima BPM di wilayah
kerja masing-masing.
2. Kepala Satker PKP Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
mengesahkan Surat Keputusan yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Provinsi tentang penerima bantuan dan mekanisme
tahapan pencairannya. Atas dasar surat penetapan tersebut PPK
menandatangani dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan BKAD,
di wilayah kerja masing-masing.
3. BKAD menyusun berkas pencairan dana dan menyampaikan kepada
PPK Provinsi setelah di verifikasi oleh Tenaga Ahli Provinsi (TA.Pr).
4. PPK Provinsi menerima dokumen untuk pencairan BPM yang sudah
divalidasi kebenaran dan kelengkapannya oleh Fasilitator Masyarakat
dan diverifikasi oleh Tenaga Ahli Provinsi selanjutnya membuat Surat
Permohonan Pembayaran (SPP) untuk disampaikan kepada Satker PKP
Provinsi dan Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM).
5. Atas diterimanya SPP dan semua kelengkapan dokumen pencairan
BPM maka PP-SPM memeriksa dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) kepada KPPN setempat.
6. Atas dasar SPM yang disampaikan Pejabat Pembuat-SPM, maka KPPN
akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang berisi
perintah untuk mencairkan sejumlah dana ke Rekening Penerima
Bantuan dalam hal ini BKAD.
-3-
7. Setelah dana masuk ke Rekening BKAD, maka pelaksanaan kegiatan
dapat segera dilaksanakan dengan tahapan sebagaimana tertuang
dalam Dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS);
8. Pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan BPM dilaksanakan pada tahun
anggaran berjalan dan dalam hal terdapat sisa dana setelah melewati
tahun anggaran berjalan, maka harus dilaporkan kepada PPK Provinsi
dan disetorkan kembali ke Rekening Kas Negara oleh BKAD melalui
Bank Pemerintah atau kantor pos setempat.
9. BKAD akan mendokumentasikan bukti setor pengembalian sisa dana
bantuan, sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan untuk
kepentingan pemeriksaan dikemudian hari.
-4-
Tabel II.1. Alur Pencairan Bantuan Pemerintah
PELAKSANA KEGATAN
No KEGIATAN Benda PP- Rek.
PPK KPA BKAD KPPN
hara SPM BKAD
1 SK Penetapan Penerima
Bantuan Pemerintah (BPM)
2 Pengesahan SK Penetapan
Penerima BPM
3 SK Tahapan Pencairan Dana
BPM
4 Penyiapan dokumen berkas
Pencairan
5 Dokumen Pengajuan Pencairan
(verifikasi berkas)
6 Penandatangan Dokumen
Perjajian Kerjasama (PKS)
7 Penerbitan/Pembuatan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP)
8 Verifikasi Dokumen Surat
Permintaan Pembayaran (SPP)
9 Penerbitan Surat Perintah
Membayar (SPM)
10 Pengiriman Berkas SPM ke
Kantor Pusat Perbendaharaan
Negara (KPPN)
11 Penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D)
12 Transfer dana BPM ke rekening
penerima bantuan
-5-
pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
c. Dalam penerbitan SPM harus dicantumkan dasar pembayaran,
Nama Satker, Jenis pembayaran, Jenis belanja, nomor register dan
porsi pembiayaan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
nomor 190 /PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
SPM juga mencantumkan nilai, nomor dan tanggal dokumen
Perjanjian Kerjasama (termasuk adendum), serta nomor dan tanggal
BAP; dan
d. SPM disusun untuk masing-masing kecamatan/kawasan yang
menjadi lokasi kegiatan PISEW.
-8-
Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) disusun dengan outline sebagai
berikut;
a. Sampul laporan;
b. Surat pengantar LPJ dari BKAD;
c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, dan dilengkapi dengan;
i. Berita Acara Pemeriksanaan Hasil Pekerjaan;
X. SANKSI
Penyimpangan atau penyalahgunaan BPM akan dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud
penyimpangan atau penyalahgunaan BPM adalah penggunaan,
pengelolaan dan pemanfaatan BPM yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Surat Edaran ini beserta
lampirannya.
a. Yang termasuk penyimpangan atau penyalahgunaan dana bantuan
BPM dalam hal ini, antara lain:
1) BPM digunakan atau dimanfaatkan untuk kegiatan fiktif;
2) Dilakukan pemotongan BPM yang disalurkan kepada BKAD
yang tidak sesuai dengan ketentuan Surat Edaran ini;
3) Menggelapkan atau melarikan BPM;
4) Penggunaan BPM yang tidak dapat dipertanggung jawabkan;
5) Bentuk-bentuk penyalahgunaan BPM lainnya yang tidak sesuai
dengan Surat Edaran ini.
b. Sanksi penghentian sementara BPM dan Audit Khusus dikenakan,
dengan ketentuan:
1) Apabila terdapat indikasi kuat, terjadi penyimpangan atau
penyalahgunaan bantuan pemerintah, secepatnya diselesaikan
dengan menggunakan mekanisme Penanganan Pengaduan
Masyarakat (PPM) hingga dana bantuan yang disalahgunakan
dikembalikan oleh pelaku sesuai batas waktu yang ditetapkan;
2) Apabila sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, dana
bantuan tersebut belum dikembalikan, PPK Provinsi setelah
berkoordinasi dengan Satker PKP Provinsi dapat melakukan
penghentian kegiatan untuk sementara waktu di wilayah
bersangkutan;
3) Selama masa penghentian bantuan sementara, PPK Provinsi
dapat melakukan audit internal dan/atau menunjuk auditor
-10-
untuk melakukan audit khusus;
4) Apabila hasil audit internal dan/atau audit khusus,
memperkuat indikasi terjadinya penyimpangan atau
penyalahgunaan bantuan pemerintah yang disimpangkan atau
disalahgunakan belum dikembalikan oleh pelaku sesuai dengan
batas waktu yang ditetapkan, maka dikenakan sanksi bagi
pelaku dan keberlanjutan atas pelaksanaan kegiatan PISEW di
wilayah tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
5) Penghentian sementara dapat dicabut, apabila dana bantuan
yang disalahgunakan telah dikembalikan dengan tetap diberikan
sanksi bagi pelaku sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Sanksi Penghentian BPM dan Tindakan Hukum dikenakan, dengan
ketentuan:
1) Apabila berdasarkan hasil audit internal atau audit khusus
tersebut menunjukkan secara nyata adanya penyimpangan atau
penyalahgunaan dan BPM belum dikembalikan oleh pelaku
sampai batas waktu yang ditetapkan, maka PPK Provinsi dapat
mengusulkan kepada Direktur Pengembangan Kawasan
Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk
menghentikan BPM secara tetap;
2) PPK Provinsi berhak untuk melakukan tindakan hukum sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku;
3) Penghentian tetap dapat dicabut, bila dana bantuan yang
disalahgunakan telah dikembalikan dengan tetap diberikan
sanksi bagi pelaku sesuai ketentuan hukum yang berlaku;
dan/atau
4) Apabila dana bantuan yang disalah gunakan telah dikembalikan
oleh pelaku tetapi melewati Tahun Anggaran, akan
dikembalikan atau disetorkan ke kas negara, sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.
-11-
Format II.1. Surat Keputusan Penerima Bantuan Pemerintah
TENTANG
MENIMBANG :
1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 24/PRT/M/2016
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di
Direktorat Jenderal Cipta Karya, perlu menetapkan Keputusan Pejabat
Pembuat Komitmen tentang penerima bantuan;
2. Bahwa nama-nama penerima bantuan yang tercantum dalam lampiran
Keputusan ini telah memenuhi kriteria dan persyaratan menjadi
penerima Dana Bantuan Pemerintah BPM, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya;
3. Bahwa berdasarkan surat Keputusan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 164/KPTS/M/2017 tanggal 21
Maret 2017 tentang “Penetapan Lokasi Program PISEW TA.2017”;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Pejabat
Pembuat Komitmen tentang Dana Bantuan BPM program PISEW tahun
anggaran 2017.
MENGINGAT:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2016 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5883);
2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (lembar Negara
Tahun 2015 Nomor 3);
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik IndonesiaTahun
2015 Nomor 881);
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
-12-
Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya. (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1005);
5. Peraturan Menteri Keuangan PMK 173/PMK.05/2016, Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.
05/2015 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;
MEMUTUSKAN
NIP. ................................
Tembusan
1. Gubernur Provinsi ..................
2. Direktur Jenderal Cipta Karya.
3. Bupati/Walikota.........
4. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya
5. BKAD Penerima Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat.
-13-
Format II.2. Lampiran Surat Keputusan Penerima BPM
Nomor : .......................
Tanggal : .....................
Perihal : Keputusan Penerima Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat
Kegiatan PISEW tahun...............
Provinsi : ..........................
Kabupaten : ...........................
-14-
Format II.3. Perjanjian Kerjasama (PKS)
Antara
dengan
KECAMATAN : ……………………………………
KABUPATEN : ……………………………………
PROVINSI : ……………………………………
-15-
PERJANJIAN KERJASAMA (PKS)
Nomor : ..................................
Antara
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN - PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
PROVINSI ........................................................................
dengan
BADAN KERJASAMA ANTAR DESA
Kecamatan............................................
Pada hari ini ....................,tanggal …….......,bulan ............., tahun .............,
bertempat di ........................................., yang bertandatangan di bawah ini:
1. NAMA : ………………………………………………………………………
JABATAN : Pejabat Pembuat Komitmen ………….., Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi ………
ALAMAT : ………………………………………………………………………
NIP. : ………………………………………………………………………
Dalam hal ini bertindak di dalam jabatan tersebut dan
oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama Satuan
Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi…….……Tahun..........berdasarkan Surat
Keputusan................., Nomor:................., Tanggal ........,
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
2. NAMA : .....................................................................................
JABATAN : Ketua BKAD
ALAMAT : .....................................................................................
Dalam hal ini selaku penanggung jawab penerima dana
bantuan pemerintah lainnya untuk masyarakat dan
bertindak untuk dan atas nama Masyarakat Desa
..............(i), Desa ..............(ii), Desa ................(iii),
Kecamatan ….., sesuai dengan Surat Keputusan PPK
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Nomor: ………….., tentang Penerima Bantuan Dana
Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) Kegiatan
PISEW Tahun Anggaran ………, pada hari ..............,
tanggal ........., bulan .........., tahun ........., selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.
Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang selanjutnya disebut PARA
PIHAK sepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama tentang
pekerjaan...........................yang selanjutnya disebut PEKERJAAN dengan
ketentuan dan syarat sebagai berikut:
-16-
Pasal 1
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No.42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai;
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
…………………,tentang Penetapan Kecamatan dan Desa Sasaran Kegiatan
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun
............;
3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor: ………………… Tanggal
……………. Tahun …………… dan Perubahannya Nomor ………………….
Tanggal ………………….;
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesai Nomor 24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya;
6. Surat Edaran Dirjen Cipta karya Petunjuk Teknis PISEW Nomor :
.............Tahun ............ beserta lampirannya;
7. …………………………………………………………………*)
8. ………………………………………………………………...*)
9. ………………………………………………………………...*)
*) diisi dengan aturan hukum yang berlaku di provinsi.
Kedua Belah Pihak telah sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama,
untuk melaksanakan pekerjaan yang pembiayaannya didapat dari Dana
BPM yang bersumber dari APBN, untuk kegiatan Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah, di Kecamatan ...........................,
yang meliputi desa-desa (i)…………….., (ii) dan (iii)...................Kabupaten
………………….........., dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberi dana BPM kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima tugas pekerjaan dari PIHAK PERTAMA yaitu untuk
menyelenggarakan pekerjaan:
1. Provinsi : …………………………………………
2. Kabupaten : …………………………………………
3. Kecamatan :.....................................................
4. Desa :...............................................
Nama Kegiatan : Pembangunan Infrastruktur......................
Volume :............................................................
5. Desa :...............................................
Nama Kegiatan : Pembangunan Infrastruktur......................
-17-
Volume :............................................................
6. Desa :...............................................
Nama Kegiatan : Pembangunan Infrastruktur......................
Volume :............................................................
Pasal 3
DOKUMEN PERJANJIAN KERJASAMA
Dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS) dilampiri :
1. Pakta Integritas;
2. Dokumen Rencana Kerja Masyarakat/BKAD:
a. Perencanaan Teknis (termasuk spesifikasi bahan, pekerjaan dan
gambar Rencana);
b. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
c. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya; dan
d. Rincian Rencana Anggaran Biaya.
3. Bukti pencatatan kelembagaan antar desa yang disebut badan
kerjasama antar desa (BKAD);
4. Amandemen terhadap Pokok Perjanjian Pemberian Pekerjaan dapat
dilakukan apabila diperlukan;
Merupakan satu kesatuan dan setiap pasal harus diinterpretasikan
sedemikian rupa sehingga satu dengan lain sejalan dan saling menunjang.
Pasal 4
PENGAWASAN
Pengawasan pelaksanaan ini akan dilakukan oleh Fasilitator Masyarakat
yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA, Fasilitator Masyarakat akan
memastikan pelaksanaan pekerjaaan sesuai dokumen perjanjian kerjasama
ini.
Pasal 5
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA wajib melaksanakan kegiatan PISEW Tahun ........... ini
berdasarkan dokumen Perjanjian kerjasama (PKS) yang telah
diperjanjikan.
2. PIHAK KEDUA wajib menaati pakta integritas yang telah ditandatangani
oleh PIHAK KEDUA dan disetujui oleh wakil masyarakat pada saat
Pertemuan Kecamatan I.
3. Hasil Kegiatan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan Pekerjaan
adalah Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), yang
memuat:
-18-
a. Catatan Harian, yang berisi tentang:
i. Jumlah Tenaga Kerja;
ii. Jumlah Bahan Material yang digunakan;
iii. Peralatan yang digunakan;
iv. Hasil item Pekerjaan yang dilaksanakan;
v. Perintah, Saran, Petunjuk Pelaksanaan atau Penolakan
Bahan;
vi. Catatan Cuaca atau kejadian-kejadian yang berhubungan
dengan Kegiatan dan lain sebagainya.
b. Laporan Bulanan, yang merupakan Rekap dari Catatan Harian;
c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Fisik Konstruksi;
d. Berita Acara Pemeriksaan Kegiatan setiap Pembayaran Angsuran;
e. Gambar-gambar Hasil Pelaksanaan;
f. Notulen Rapat-rapat/Pertemuan;
g. Realisasi Biaya dan Kegiatan;
h. Realisasi Kurva-S Pelaksanaan.
4. Penyusunan LP2K PISEW Tahun ........... ini dibuat dalam rangkap 3
(tiga) serta dikonsultasikan lebih dahulu kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 6
NILAI BANTUAN PEMERINTAH UNTUK MASYARAKAT
Pihak kedua harus menyelesaikan seluruh pekerjaan hingga batas waktu
akhir Tahun Anggaran ..........., dengan jumlah harga pekerjaan sesuai
dengan yang disepakati PIHAK PERTAMA, serta menanggung semua resiko
yang terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan. Nilai BPM untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut dalam Pasal 1 ini adalah Rp .......................,-
(...................... rupiah). Nilai Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat ini
sudah termasuk biaya administrasi dan operasional BKAD sebesar
Rp..................... (................ rupiah)
Pasal 7
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Jangka waktu pelaksanaan terhitung sejak tanggal...........bulan...........
tahun....... sampai dengan tanggal...........bulan...........tahun.................
2. Pelaksanaan kegiatan ini dinyatakan selesai hingga diserahkannya dan
diterima hasil pelaksanaan pembangunan dan laporan
pertanggungjawaban oleh PIHAK PERTAMA, yang selanjutnya akan
dilakukan pemanfaatannya dan pemeliharaannya kepada pemerintah
desa oleh Satker PKP Provinsi.
3. Segera setelah seluruh Pekerjaan diselesaikan, PIHAK KEDUA dapat
meminta secara tertulis Serah Terima Pekerjaan.
-19-
4. Berdasarkan Berita Acara Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan
(BA.LKHAP), PIHAK PERTAMA wajib mengeluarkan Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan tersebut.
Pasal 8
PEMBAYARAN
1. Semua pembayaran dilakukan melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) di provinsi…………………………………....
2. Kuasa Pengguna Anggaran Satker PKP Provinsi …………………………
menyampaikan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada KPPN setempat
setelah ditandatanganinya dokumen Perjanjian Kerjasama penyerahan
bantuan pemerintah untuk masyarakat dengan PIHAK KEDUA nomor
:…..........
3. Pengajuan dana untuk pekerjaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, tahap
pertama sebesar 70% dapat dicairkan setelah penandatangan dokumen
Perjanjian Kerjasama, selanjutnya 30% dibayarkan pada saat progres
pelaksanaan kegiatan sudah mencapai 50%.
4. Pengajuan pencairan dana untuk penggunaan pelaksanaan konstrusi
harus dilengkapi dengan :
a. Dokumen Surat Perintah Kerja (SPK) asli yang mencantumkan
nomor rekening PIHAK KEDUA;
b. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan atau Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan;
c. Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan (didukung dengan
laporan kemajuan fisik dan keuangan) yang telah periksa oleh
Tenaga Ahli Provinsi;
d. Rencana penggunaan dana yang telah periksa oleh Tenaga Ahli
Provinsi yang sebelumnya diverifikasi dan divalidasi kebenarannya
oleh Fasilitator Masyarakat;
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Kuitansi yang disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat
yang ditunjuk;
g. Ringkasan dokumen Perjanjian Kerjasama;
h. Khusus untuk kegiatan pencairan tahap I, PIHAK KEDUA
mengajukan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap pertama
terdiri:
- RPD untuk termin ke satu sebesar 40%, progress fisik 0%;
- RPD untuk termin ke dua sebesar 30% dengan dilampiri laporan
penggunaan dana termin ke satu dan laporan kemajuan fisik
25%, disertai foto capaian pelaksanaan.
i. Bukti pendukung, berupa buku laporan harian pelaksanaan
kegiatan, buku kas umum, fotokopi buku rekening bank, dan bukti
-20-
Pengeluaran (nota-nota pengeluaran), termasuk foto capaian
pelaksanaan, untuk pencairan tahap II.
5. Apabila terjadi penyimpangan di lapangan, maka PIHAK PERTAMA
berhak untuk melakukan penangguhan pembayaran tahap berikutnya
sampai dengan adanya penyelesaian permasalahan di lapangan.
Pasal 10
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK KEDUA
1. Apabila PIHAK KEDUA telah menyelesaikan pekerjaannya, PIHAK
KEDUA membuat Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)
dan telah disetujui dalam Pertemuan Kecamatan II, untuk menyatakan
seluruh pekerjaan telah selesai dan siap diperiksa oleh PIHAK
PERTAMA.
2. Apabila sampai batas waktu berakhirnya tahun anggaran ...........,
PIHAK KEDUA tetap belum dapat menyelesaikan pekerjaan, atau dana
belum tersalurkan seluruhnya, maka PIHAK KEDUA harus membuat
Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai Pengganti
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K). BASPK harus
memuat kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang tercapai pada saat itu
dan disertai lampiran Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) hingga saat
itu beserta gambar-gambar prasarana terbangun hingga saat itu.
3. Apabila hingga akhir jangka waktu yang ditetapkan pasal 7, PIHAK
KEDUA belum mampu menyelasikan pekerjaan seperti yang ditetapkan
dalam dokumen Perjanjian Kerjasama (PKS), maka PIHAK PERTAMA
akan memberikan penambahan waktu, sesuai dengan Surat Pernyataan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K) yang dibuat oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
4. Apabila hingga akhir penyelesaian pekerjaan masih terdapat sisa dana
BPM maka sisa dana tersebut harus dikembalikan oleh PIHAK KEDUA
ke kas negara.
Pasal 11
PERSELISIHAN
1. Bila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, penyelesaiannya
diutamakan dengan musyawarah.
2. Dalam hal ini melalui cara di atas tidak terdapat kesepakatan, maka
akan selesaikan melalui jalur hukum yang berlaku.
Pasal 12
KEADAAN KAHAR
1. Apabila terjadi keadaan kahar, sehingga pekerjaan yang telah
ditentukan dalam dokumen perjanjian kerjasama ini tidak dapat
terpenuhi, PARA PIHAK melakukan kesepakatan yang dituangkan
dalam perubahan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang tidak merupakan
bagian yang terpisahkan dari dokumen Perjajian Kerjasama ini.
-21-
2. Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
a. Peperangan;
b. Kerusuhan;
c. Revolusi;
d. Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus,
tanah longsor, wabah penyakit dan angin topan;
e. Kebakaran;
f. Gangguan industri lainnya.
Pasal 13
SANKSI
Setiap orang dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyimpangan dan/atau penyalahgunaan BPM, dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
KETENTUAN PENUTUP
1. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini oleh PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum
dalam pasal-pasal perjanjian ini dan seluruh ketentuan di dalam
dokumen sesuai dengan pasal 3 yang merupakan satu kesatuan serta
bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini, mempunyai
kekuatan mengikat dan berlaku bagi PARA PIHAK.
2. Dokumen Perjanjian Kerjasama mulai berlaku pada saat ditandatangani
oleh kedua belah pihak, dibuat rangkap 2 (dua) bermaterai, yang
masing- masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-
masing PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
(……………………………………) (…………………………………….)
Nama Jelas Nama Jelas
-22-
Format II.4. Contoh Amendemen Perjanjian Kerjasama
AMENDEMEN
Nomor : ………………………………
Tanggal …………………..
ATAS
PERJANJIAN KERJASAMA
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI
WILAYAH (PISEW) TAHUN 2.......
KECAMATAN ………………………
KABUPATEN ……………………….
PROVINSI …………………………..
Nomor: ……………………
Tanggal ……………………
ANTARA
DENGAN
-23-
AMENDEMEN
Nomor: ………………………….
Pada hari ini ………… tanggal ………… bulan ……… tahun …….., yang
bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………..
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen pada Satker PKP Provinsi...
Alamat : ……………………………..
Bertindak untuk dan atas nama Satuan Kerja Pengembangan Kawasan
Permukiman dan Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah Provinsi …………, selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
Nama : ……………………………..
Jabatan : BKAD Kecamatan ………………………
Alamat : ……………………………..
Bertindak untuk dan atas nama masyarakat desa ……………., desa…………,
dst, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PARA PIHAK berdasarkan :
a. Laporan realisasi pelaksanaan di lapangan
b. Surat permohonan oleh PIHAK KEDUA Nomor …..........…, tentang …......
c. Berita Acara Pembahasan
bersepakat untuk membuat perjanjian pekerjaan tambah kurang
(amendemen ke ……..) yang mengikat dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari dokumen Perjanjian Kerjasama nomor ………...,
tanggal .…….. bulan ……..... tahun …….… tersebut di atas dengan
perubahan sebagai berikut :
1. ……………………………………….
2. ……………………………………….
3. ……………………………………….
(dilampirkan justifikasi teknis terhadap usulan perubahan)
( …………………………………. ) ( …………………………………….. )
Ketua BKAD NIP. ……………………….
-24-
Format II.5. Surat Satker Rekomendasi Pencairan Dana BPM ke Bank
SURAT REKOMENDASI
No. ……………………………….
Kepada Yth:
Kepala Cabang Bank …………………….
Unit …………………………………..
Di Tempat
1. Nama : ……………………………………………..
Jabatan : Ketua Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)
Kecamatan ………………………………
Alamat : ……………………………………………..
2. Nama : ……………………………………………..
Jabatan : Bendahara Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)
Kecamatan ………………………………
Alamat : ……………………………………………..
( ……………………………………..)
NIP. ………………………………..
-25-
Format II.6. Rencana Penggunaan Dana (RDP)
Perjanjian Kerjasama
RPD Sisa
Uraian (PKS)
No Satuan
Pekerjaan Harga Jml. Jml. Jml.
Vol. Vol. Vol.
Satuan Harga Harga Harga
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4)x(5) (7) (8)=(7)x(5) (9) (10)=(9)x(5)
………….......................................
-26-
Format II.7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB)
Materai
Rp. 6.000
………………………………………. (19)
-27-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
(SPTJB)
No URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan
(2) Diisi dengan nama Ketua lembaga BKAD penerima bantuan
(3) Diisi dengan alamat lembaga BKAD penerima bantuan
(4) Diisi dengan nama bantuan
(5) Diisi nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan Penerima Bantuan
(6) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerjasama
(7) Diisi dengan nama bantuan
(8) Diisi dengan nilai bantuan berdasarkan Perjanjian Kerjasama
(9) Diisi dengan bulan dan tahun
(10) Diisi dengan tahap penerimaan bantuan yang telah di terima
(11) Diisi dengan nilai bantuan yang diterima untuk tahapan diterimanya
bantuan
(12) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan (komulatif) yang telah
diterima
(13) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan yang telah di pergunakan
(14) Diisi dengan jumlah angka dan huruf bantuan yang belum di pergunakan
(15) Diisi dengan nama bantuan /kegiatan infrastruktur yang dibangun
(16) Diisi dengan persentase bantuan yang belum di pergunakan (jumlah pada
angka 13 dibagi dengan jumlah pada angka 12 dikali 100%)
(17) Diisi dengan nama kota, tanggal dan tahun SPTB ditandatangani
(18) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan operasional
(19) Diisi dengan nama pimpinan lembaga penerima bantuan operasional
-28-
Format II.8. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJM)
....................................................(6)
Ketua ..........................................(7)
....................................................(8)
No URAIAN
(1) Diisi dengan nama pimpinan/ ketua lembaga penerima bantuan
(2) Diisi dengan alamat lembaga penerima bantuan
(3) Diisi dengan nama bantuan
(4) Diisi dengan nama bantuan
(5) Diisi dengan nama bantuan
(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan dan tahun
(7) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(8) Diisi dengan nama pimpinan/ ketua lembaga penerima
-29-
Format II.9. Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan
Pada hari ini ................. (2) tanggal ................ (3) bulan .................. (4)
tahun ……………… (5), yang bertanda tangan di bawah ini:
Materai
Rp. 6.000
………………………,…………………. (19)
-30-
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
BELANJA
No URAIAN ISIAN
(1) Diisi dengan nomor Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan
(2) Diisi dengan hari pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan
(3) Diisi dengan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(4) Diisi dengan bulan pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(5) Diisi dengan tahun pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(6) Diisi dengan nama pimpinan penerima bantuan
(7) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan
(8) Diisi dengan alamat lembaga BKAD penerima bantuan
(9) Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan Penetapan Penerima
Bantuan
(10) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerja Sama
(11) Diisi dengan Jenis bantuan yang diterima (sarana/ prasana, rehabilitasi/
pembangunan gedung/bangunan atau bantuan lainnya yang memiliki
karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh PA)
(12) Diisi dengan bentuk bantuan yang diterima
(13) Diisi dengan jumlah angka dan huruf nilai bantuan BPM yang diterima
sesuai dengan Surat Keputusan atau Perjanjian Kerja Sama
(14) Diisi dengan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan Penyelesaian
Pekerjaan
(15) Diisi dengan bentuk bantuan yang diterima (pembangunan ruang kelas
baru, pembangunan saluran irigasi, pengadaan bibit, pupuk, atau
lainnya)
(16) Diisi dengan persentase kemajuan penyelesaian pekerjaan
(17) Diisi dengan kota dan tanggal pembuatan Laporan Kemajuan
Penyelesaian Pekerjaan
(18) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(19) Diisi dengan nama pimpinan penerima bantuan
-31-
Format II.10. Berita Acara Serah Terima
Pada hari ini .................. (2) tanggal ................... (3) bulan ................... (4)
tahun ................... (5) yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : ........................(6) Jabatan : Ketua BKAD .......................... (7)
yang beralamat di jalan : .........................................-
Desa..........................–kecamatan..................-Kabupaten..............-
Provinsi...............(8)
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU
2. Nama: .............................................................. (9)
NIP : ................................................................ (10)
Jabatan : PPK Satker. ...................................... (11)
Alamat : ........................................................... (12)
Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
2. PIHAK KESATU telah menerima dana bantuan dari PIHAK KEDUA dan
telah dipergunakan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan Perjanjian Kerja Sama, dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah total dana yang telah diterima : .................. ( ....... ) (16)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : .................. ( ....... ) (17)
c. Jumlah total sisa dana : ........................ ( ....... ) (18)
3. PIHAK KESATU menyatakan bahwa bukti-bukti pengeluaran dana
Bantuan ................. .......... (19) sebesar ..................... ( ....... ) (20)
telah disimpan sesuai dengan ketentuan untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
4. PIHAK KESATU menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima dari PIHAK KESATU berupa ....................... (21)
dengan nilai ....................... (22).
5. PIHAK KESATU telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara
sebesar ........................ (23) sebagaimana Bukti Penerimaan Negara
(BPN) terlampir. *)
-32-
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh Para Pihak pada hari ini dan tanggal tersebut di atas,
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
-33-
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN
No Uraian Isian
(1) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST)
(2) Diisi dengan hari pembuatan BAST
(3) Diisi dengan tanggal pembuatan BAST
(4) Diisi dengan bulan pembuatan BAST
(5) Diisi dengan tahun pembuatan BAST
(6) Diisi dengan nama Ketua BKAD lembaga penerima bantuan
(7) Diisi dengan nama lembaga BKAD penerima bantuan
(8) Diisi dengan alamat lembaga KAD penerima bantuan
(9) Diisi dengan nama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
(10) Diisi dengan NIP PPK
(11) Diisi dengan nama Satker pemberi bantuan
(12) Diisi alamat Satker pemberi bantuan
(13) Diisi dengan nama pekerjaan yang dilaksanakan penerima bantuan
(14) Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Keputusan pemberian
bantuan
(15) Diisi dengan nomor dan tanggal Perjanjian Kerjasama pemberian
bantuan
(16) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
diterima
(17) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
telah dipergunakan
(18) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
tidak dipergunakan
(19) Diisi dengan nama pekerjaan yang dilaksanakan penerima bantuan
(20) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
telah dipergunakan
(21) Diisi dengan nama pekerjaan yang dilaksanakan penerima bantuan
(22) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
telah di pergunakan
(23) Diisi dengan jumlah angka dan huruf total dana bantuan yang
tidak dipergunakan (jumlah sama seperti angka 18)
(24) Diisi dengan nama lembaga penerima bantuan
(25) Diisi dengan nama pimpinan/ketua/kepala lembaga penerima
bantuan
(26) Diisi dengan nama Satker pemberi bantuan
(27) Diisi dengan nama PPK Satker pemberi bantuan
(28) Diisi dengan NIP PPK Satker pemberi bantuan
-34-
Format II.11. Buku Kas Umum (BKU) Kelembagaan BKAD
(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara
-35-
PETUNJUK PENGISIAN BUKU KAS UMUM (BKU)
Formulir ini dibuat oleh BKAD – selaku Pelaksana dan Penanggung Jawab
penerima dan pengelola Dana Bantuan Pemerintah BPM, sebagai Acuan
Penilaian Ketertiban Administrasi dan Pertanggungjawaban Penggunaan
Keuangan.
Petunjuk Pengisian Formulir ini adalah sebagai berikut :
1. Periode Penggunaan Dana: Diisi sesuai dengan Pentahapan
Penerimaan, periode (....... s/d ..... ) diisi berdasarkan tanggal mulai
dan akhir pencatatan Buku Kas Umum per tahapan.
2. Kolom Tanggal (1), diisi dengan Tanggal terjadinya Penerimaan atau
Pengeluaran, yang dicatat secara berurutan;
3. Kolom No 2 “Sumber Penerimaan”, diisi sumber-sumber penerimaan
uang tunai yang diterima oleh BKAD, termasuk jika ada swadaya
atau bantuan/sumbangan dari pihak ke tiga yang diterima dalam
bentuk uang tunai;
4. Kolom 3 “Nomor Bukti”, diisi dengan kuitansi atau bukti penerimaan
uang tunai diberi nomor urut sesuai dengan urutan tanggalnya, yang
diterima oleh BKAD dalam rangka pelaksanaan PISEW;
5. Kolom 4 “Jumlah”, diisi dengan besaran uang tunai yang diterima
oleh BKAD
6. Kolom 5 “Jenis Pengeluaran” diisi dengan transaksi Pengeluaran,
yang meliputi : Bahan, Alat, Upah dan Biaya Operasional. Jenis
Pengeluaran diisi dengan Jenis Pengeluaran untuk setiap
Kategorinya, misalnya untuk Kategori Bahan (misal: pasir 30 M3),
alat (cangkul : 2 buah).
7. Kolom 6 “Nomor Bukti”, diisi dengan No. Bukti dari Pengeluaran
Dana. bukti - bukti Pengeluaran yang berupa kuitansi dan/atau Nota
diberi nomor urut sesuai dengan urutan tanggalnya.
Nilai Pengeluaran yang dicatat dalam Buku Kas Umum harus sama
jumlahnya dengan yang tercatat didalam bukti-bukti pengeluarannya.
8. Kolom 7 “Jumlah Pengeluaran”, diisi dengan Jumlah Pengeluaran
sesuai dengan bukti Pengeluarannya.
9. Kolom 8 “Saldo”, diisi dengan saldo yang tersisa, selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran, pengisian dilakukan setiap
terjadinya transaksi baik transaksi penerimaan maupun transaksi
pengeluaran.
-36-
Format II.12. Laporan Buku Bank Kelembagaan BKAD
Transaksi Saldo
Tanggal Uraian Transaksi Nomor Bukti
Debet (Rp) Kredit (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara
-37-
Format II.13. Buku Belanja Material BKAD
Bulan :......................20......
Nama BKAD :...................................................
Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../............................... CONTOH
Harga Jumlah
Nama Nomor Jumlah Total
Tanggal Satuan/Unit Harga
Pemasok/Uraian Bukti Satuan/Unit (Rp)
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
03/Maret UD.Harapan 1/UK- 3,000,000
2017 BM
1. Pasir aduk 2 truk 250,000 500,000
2. Semen 50 sak 30,000 1,500,000
3. Besi beton 10 bt 50,000 500,000
4. Papan cor 50 kpg 10,000 5,000,000
Total 3.000.000
Maret
(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara
-38-
Format II.14. Buku Upah Pekerja- BKAD
Bulan :......................20......
Nama BKAD :...................................................
Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../...............................
CONTOH
Dari Jumlah
Nama Nomor Jumlah Upah per
Tanggal tanggal sd Upah
Pekerja Bukti Hari Kerja Hari (Rp)
tanggal (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
9/12/2012 Amat 1/UK-TK 4-8/Des 5 50,000 250,000
Udin 2/UK-TK 4-8/Des 5 50,000 250,000
Surya 3/UK-TK 4-8/Des 5 60,000 300,000
TOTAL 800.000
(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara
-39-
Format II.15. Buku Sewa-Pembelian Peralatan - BKAD
Bulan :......................20.....
Nama BKAD :...................................................
Alamat BKAD : Jl................................................
Desa/Kec./Kab. :................/..................../...............
Bank/No.Rek :.........................../...............................
CONTOH
No.perjanjian
Jenis Waktu Volu Nilai Sewa/Beli
Tgl Uraian Pekerjaan Sewa/
Peralatan Pemakaian me (Rp)
pembelian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01/03 Pengecoran 01/…. Molen Sewa 1 3.500.000
Jalan 28 jam unit
01/03 Pengecoran 03/…. Cangkul Beli 20 1.000.000
Jalan Unit
Jumlah Sewa/Beli Alat 4.500.000
(.............................................) (.............................................)
Ketua BKAD Bendahara
-40-
Format II.16. Surat Perjanjian Sewa-Pinjam Peralatan - CONTOH
SURAT PERJANJIAN
SEWA-PINJAM PERALATAN
-41-
2. Bila di kemudian hari ternyata terjadi perubahan jangka waktu
penyewaan, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA akan
mengadakan kesepakatan untuk merubah jangka waktu sewa/pinjam
sebagaimana tercantum dalam pasal ayat 1 di atas.
Pasal 2
BIAYA
1. Biaya sewa/pinjam yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah
sebesar Rp. …………………, (terbilang: ………………………………), sudah
termasuk pajak-pajak yang berlaku2.
2. Biaya sewa/pinjam mengikat, kecuali bila terjadi penambahan atau
pengurangan jangka waktu sewa/pinjam.
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
1. PIHAK PERTAMA berhak menerima barang dalam keadaan baik/ layak
jalan, dan berkewajiban memenuhi pembayaran yang telah disepakati.
2. PIHAK KEDUA berhak menerima pembayaran sesuai dengan pasal 2
surat perjanjian ini atau telah disepakati dan berkewajiban menjaga
serta merawat barang/alat selama dalam penyewaan sehingga tidak
merugikan PIHAK PERTAMA.
Pasal 4
TANGGUNG JAWAB
1. PIHAK KEDUA akan bertanggung jawab bahwa keadaan barang yang
disewakan dalam keadaan baik, serta bertanggung jawab atas
kelancaran pekerjaan.
2. Bilamana terjadi kerusakan barang pada masa penyewaan, maka PIHAK
KEDUA akan memperbaiki kerusakan barang dengan biaya dari PIHAK
KEDUA.
3. Bila pada masa penyewaan terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
kelalaian PIHAK PERTAMA sedemikian rupa sehingga memerlukan
perbaikan kerusakan, maka PIHAK PERTAMA akan mengeluarkan biaya
perbaikan maksimal sebesar Rp. ………………. (terbilang……………….).
Pasal 5
SISTEM PEMBAYARAN DAN BIAYA OPERASIONAL
1. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat, pembayaran dilakukan
dengan perincian sebagai berikut :
a. …………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………, dst
( …………………………………. ) ( …………………………………….. )
Ketua BKAD Pemberi Sewa
Mengetahui:
Saksi I Saksi II
( …………………………………… ) ( …………………………………… )
Fasilitator Masyarakat Pemerintah Kecamatan
-43-
LAMPIRAN VI-C
Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya
Nomor : 02/SE/DC/2018
Tentang : PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN KEGIATAN
PADAT KARYA
DIREKTORAT JENDERAL
CIPTA KARYA
-1-
9) Pemilihan trase di pedesaan lebih bebas dari pada di perkotaan
10) Agar memperhatikan Beban Sumbu Standar, jenis kendaraan
yang memakai jalan beraneka ragam variasi ukuran, beban,
konfigurasi sumbu. Beban standar adalah beban sumbu
tunggal roda ganda.
1.1.1 Jalan dengan Pekerasan Pasir dan Batu Kerikil
Setelah diperbaiki lapisan tanah dasarnya, perkerasan
(lapisan atasnya) menggunakan pasir dan kerikil yang
dipadatkan.
-2-
kuat terutama sebagai fondasi jalan, dan sangat padat
karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu.
Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford,
tetapi memakan waktu.
Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon
Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang
di Indonesia dikenal dengan “Jalan Makadam” itu lahir
berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya
murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat
dan ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat
praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per
satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.
-3-
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh Perhitungan:
Lebar rencana jalan = 5,00 m (500 cm)
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah : 4/100 x 250 = 10
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka bagian
tengahnya menjadi 15 cm
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (contoh: humus atau sampah).
Padatkan dengan timbris (alat bantu pemadatan
berbentuk segi empat). Timbris dapat dibuat oleh warga
desa. Untuk menentukan kelurusan gunakan selang
tembus pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung
permukaan air, pastikan bahwa permukaannya sama
tinggi dan rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Pastikan bahwa seluruh permukaan tanah tidak
terdapat genangan air, karena dapat menyebabkan
kerusakan pada lapisan pasir dan batu (sirtu) yang akan
di hamparkan diatasnya.
f. Sediakan bahan sirtu dan sebarkan pada permukaan
jalan yang direncanakan. Bentuklah sesuai kemiringan
rencana.
g. Padatkan dengan timbris. Jika sirtunya terlalu kering,
dapat semprotkan air secukupnya dan jangan sampai
basah jenuh, karena dapat mengakibatkan terpisahnya
sirtu. Pasir yang terdapat dalam campuran tersebut
difungsikan untuk bahan pengisi rongga antar batu.
-4-
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang dibelah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh perhitungan :
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah : 4/100 x 250 = 10 cm
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka bagian
tengahnya menjadi 15 cm.
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (contoh: humus atau sampah). Padatkan dengan
timbris. Untuk menentukan kelurusan gunakan selang
tembus pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung
permukaan air, pastikan bahwa permukaannya sama
tinggi dan rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Pastikan bahwa seluruh permukaan tanah tidak
terdapat genangan air, karena dapat menyebabkan
kerusakan pada adukan beton yang akan di hamparkan
diatasnya.
f. Satu diantara kunci keberhasilan dalam pembuatan
beton adalah pencampuran atau pengadukan beton,
yaitu sebagai berikut:
1) Proses pembentukan beton adalah penyatuan dari
komponen-komponen penyusun beton menjadi
sebuah material bernama beton yang kita kehendaki
sesuai dengan syarat-syarat yang kita inginkan.
-5-
2) Komponen-komponen penyusun beton tadi
dilekatkan menjadi satu oleh pasta semen (semen
dicampur dengan air).
3) Gambaran sedikit proses pembentukan beton tadi
menjadi pengantar kita memahami hakekat dari
pencampuran beton, karena pasta semen harus
terdistribusi merata keseluruh agregat beton maka
pengadukan ini dilakukan.
4) Pengadukan beton berdasarkan tempat
pengadukanya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
(a) Pengadukan ditempat (site mix);
(b) Pengadukan ditempat atau site mix lazimnya
ditempat kita dikenal dengan 2 metode yaitu
dengan pencampuran manual (tenaga manusia
mengunakan skope, cangkul) dan yang kedua
dengan mengunakan mesin molen.
Pengadukan Siap Tuang (Ready Mix) tidak di
bahas karena tidak disarankan.
g. Segregasi campuran beton merupakan segregasi dapat
terjadi ketika pengadukan, pengecoran maupun ketika
tranportasi dari tempat pengadukan ke area pengecoran.
Segregasi adalah suatu keadaan dimana pasir dan koral
beton terpisah dari pasta semen (pasta semen adalah
campuran antara semen dan air). Segregasi campuran
beton pada tahap pengadukan ini sebab utamanya
adalah pengadukan molen yang terlalu lama.
Paramater pengadukan dengan molen yang utama
adalah ketika campuran telah benar-benar homogen
ditandai dengan tidak tampaknya butir-butir pasir atau
waktu mengaduk dengan molen tidak boleh lebih dari 2
menit. Selain hal itu, kombinasi komposisi campuran
beton dengan kandungan air yang banyak dan
pencampuran beton dengan molen yang terlalu lama,
menjadi faktor utama terjadinya segregasi.
h. Lama waktu beton setelah dicampur harus diperhatikan
mengenai gambaran masalah beton yang sudah
dicampur dengan molen tidak dapat langsung dicor,
-6-
akan tetapi harus menunggu waktu walaupun dalam
keadaan molen berputar.
Waktu fase pengaturan awal semen adalah 1 sampai
dengan 2 jam. Artinya bahwa beton jika sudah
dicampur, waktu yang paling lama untuk pengecoran
adalah kurang dari 1 jam. Hal ini tetap berlaku
walaupun beton masih dalam keadaan seperti adonan
roti, dengan kata lain keadaan beton masih bisa
dibentuk sesuai dengan cetakan yang ada.
Jika sudah terlanjur maka buatlah pasta semen (semen
dicampur dengan air) tambahkan kedalam beton tadi,
tetapi perlu diingat jangan gunakan campuran tadi
untuk pengecoran komponen struktur (fondasi, sloof,
kolom, balok, dan plat lantai), gunakanlah campuran
tadi untuk komponen-komponen non struktur misalnya
untuk peningian elevasi lantai, untuk perkerasan jalan
atau juga bisa digunakan untuk mengatur elevasi plat
lantai jika diperlukan kemiringan.
i. Wadah adukan beton (wadah ketika beton sudah
dicampur sebelum pengangkutan dan pengecoran) perlu
disediakan tempat atau wadah setelah beton selesai
dicampur untuk menghindari kemungkinan terjadi
segregasi. Disamping itu jarak antara bibir molen
dengan wadah usahakan jangan terlalu tinggi.
j. Untuk warna semen, sebagian dari masyarakat kita
masih percaya bahwa semakin gelap warna semen
semakin kuat daya rekatnya. Ini adalah pengertian yang
keliru, karena warna tidak ada hubungannya dengan
kekuatan. Gelap tidaknya warna semen semata-mata
disebabkan oleh karakter bahan-bahan baku yang
digunakan untuk proses produksinya, sama-sekali tidak
berhubungan dengan kualitas semen yang dihasilkan.
Kebiasaan yang keliru yaitu menggunakan standar
warna untuk menentukan takaran pemakaian semen
dan orang memilih semen yang warnanya lebih gelap
untuk menurunkan jumlah semen yang digunakan,
akibatnya kualitas campuran yang dihasilkan menurun.
-7-
k. Mengenai agregat digunakan pasir dan batu kerikil yang
bersih untuk mendapat hasil adukan beton yang
sempurna. Cucilah pasir dan kerikil/koral, jika terdapat
kotoran. Terutama kandungan lumpur dan cacahan
kulit kayu. Lumpur dapat menurunkan mutu beton dan
pemborosan penggunaan semen.
Sedangkan kotoran cacahan kayu atau kulit kayu,
menyebabkan tekstur betok akan keropos, karena sifat
kayu yang ringan menyebabkan partikel ini akan
berusaha muncul ke permukaan. Jika muncul ke
permukaan, akan menyebabkan lubang-lubang kecil
yang menjadi sumber kerusakan dimasa mendatang.
Namun, seandainya tidak dapat muncul ke
permukaanakan menyebabkan rongga di dalam cetakan
beton.
l. Cara menghitung perbandingan bahan beton salah
satunya adalah menggunakan beton dengan campuran
1:2:3. Pola tersebut berarti:
1) 1 (satu) bagian semen (PC, Portland Cement).
2) 2 (dua) bagian pasir.
3) 3 (tiga) bagian batu kerikil/koral.
Ambilah tempat ukuran yang akan jadi standar
pembanding (contoh: ember cor).
Pertama-tama tuangkan semen 1 zak, kedalam ember
yang tersedia. Hitunglah jumlah ember yang dapat
menampung satu zak semen. Maka kita telah
menemukan berapa ember untuk satu zak semen.
Lakukan hal yang sama untuk alat ukur yang lain.
Dengan mengetahui perbandingan yang akurat dan cara
pengadukan yang benar, diharapkan akan mendapatkan
mutu beton yang diharapkan.
b. Air untuk adukan beton sebaiknya air yang digunakan
dalam pengadukan campuran beton adalah air yang
tidak mengandung sebagai berikut:
1) Lumpur atau endapan yang merubah warna air;
2) Garam, seperti air laut;
3) Deterjen, seperti air selokan rumah tangga;
-8-
4) Asam, seperti air lahan gambut yang kadar asamnya
tinggi; dan
5) Limbah kimia.
Gunakan air yang teksturnya bening dan yakinkan
bebas dari bahan tersebut diatas.
c. Kotak pencetak yang digunakan adalah papan pencetak
(bekesting) saat pengecoran jalan beton. Papan ini di
pasang disisi tepi jalan yang akan di cor, serta di sisi
tengah sebagai pemotong vertikal terhadap memanjang
jalan.
Tujuan dari pengotakan ini adalah untuk mencegah
terjadinya retakan akibat pemuaian dan akibat gerakan
struktur bawah. Dimana sering ditemukan patahan atau
retakan akibat hal tersebut. Juga untuk menghindari
retakan pada sambungan posisi pengecoran beda waktu.
Pengotakan beton cor jalan ini bukan hanya garis yang
di torehkan tetapi adalah hasil cetakan.
Buatlah kotak ukuran 2,5 m x 4 m, untuk ukuran jalan
dengan lebar 2,5 m. Dalam artian setiap 4 m lari
terdapat satu kotak cetakan (bekisting). Sesaat sebelum
memulai pengecoran hamparkan plastik didasar bidang
yang akan di cor.
Hal ini untuk menghindari air semen yang terdapat di
dalam pasta beton, tidak terserap ke lapisan tanah
dasar. Jika sebagian air semen dari pasta beton
terserap, maka akan terjadi segregasi pada lapisan beton
bagian bawah. Sehingga menurunkan mutu beton
lapisan bawah dan akan terjadi patahan pada bidang
yang luas. Setelah pengecoran, segeralah buatkan alur
(grooving) pada plat beton.
d. Perawatan Beton
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena
sangat menentukan mutu akhir beton. Setelah
pelaksanaan akhir dan penteksturan seluruh
permukaan beton harus dirawat. Salah satu perawatan
yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-
-9-
pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan
dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus
disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m² (3,75m²/ltr)
untuk tebal pelat ≥ 12,5 cm dan 0,2 ltr/m² (2,5 m²/ltr)
untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi
paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila
pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan
perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus
segera diperbaiki.
Metode perawatan yang lain seperti dengan lembaran
plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan
dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan
pada saat permukaan beton masih basah. Jika
permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras,
harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum
lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan
lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih
selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa
sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan
beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi
perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga
dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton
setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut
hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu
perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup
permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup
harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel
pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah
pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan
basah pada tempatnya selama minimal 7 hari.
-10-
1.2.3 Jalan dengan Perkerasan Batu Belah Telford/Makadam.
Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak
perlu disusun satu per satu dan saling mengunci sebagai
satu kesatuan.
-11-
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
3) Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka
bagian tengahnya menjadi 15 cm
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (seperti humus, sampah, dll). Padatkan dengan
timbris (alat bantu pemadatan berbentuk segi empat),
timbris dapat dibuat oleh warga desa. Untuk
menentukan kelurusan gunakan selang tembus
pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung permukaan
air, yakinkan bahwa permukaannya sama tinggi dan
rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Perkerasan Makadam dengan bahan perkerasan
Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2 cm
s/d 5 cm, agregat pengunci dengan ukuran 1 cm s/d 2
cm dan pasir penutup.
f. Perkerasan Makadam ini menggunakan agregat kasar
dengan gradasi hampir seragam dengan ukuran butir
3 cm - 5 cm dengan dipasang setebal kurang lebih 3/2
dari ukuran butir batu pecah. Diatas lapisan batu pecah
ini dipasang batu pengunci berupa batu pecah dengan
ukuraran antara 1 cm - 2 cm, kemudian dilakukan
pemadatan dengan timbris. Tebal perkerasan + 20 cm.
-12-
1.2.4 Jalan dengan Perkerasan Bata Beton (Paving Block)
Paving block adalah segmen-segmen kecil yang terbuat dari
beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang
dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci.
Jalan tipe ini adalah jalan yang ramah lingkungan dan
mudah perawatannya. Disamping itu dapat dibuat dengan
swadaya masyarakat, dimana warga desa dapat diajarkan
cara membuat mesin pencetak paving sederhana atau
dengan pengadaan swadaya masyarakat, karena mesin
dapat digunakan untuk jangka panjang yang dapat
memenuhi kebutuhan paving untuk seluruh jalan
lingkungan dan jalan usaha tani.
Keunggulan lainnya adalah biaya yang murah dan
pemasangannya mudah, perawatannya mudah dan dapat
menggunakan bahan lokal.
a. Lakukan pengukuran lebar jalan yang dikehendaki dan
perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul
berkenaan dengan kepemilikan tanah.
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar
jalan. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri
warna bagian atasnya untuk membedakan patok lain
yang berdekatan, agar dapat membedakan patok
rencana jalan dengan patok yang tidak berhubungan
dengan rencana jalan yang dibuat.
c. Ukur ketinggian rencana bagian tengah jalan, harus
lebih tinggi dari pinggir jalan (bagian tepi) agar air
mengalir ke bagian tepi yang terdapat saluran air hujan.
Beda tinggi yang disarankan adalah 2%-4%.
Contoh perhitungan:
Lebar rencana dari As jalan = 2,5 m (250 cm)
Maka perhitungan 4 % adalah: 4/100 x 250 = 10
Artinya ketinggian bagian tengah adalah 10 cm.
Jika tinggi tepi jalan akan dinaikan 5 cm, maka bagian
tengahnya menjadi 15 cm.
d. Ratakan lapisan tanah dasar sehingga membentuk
bidang datar, jika dimungkinkan ganti bagian tanah
-13-
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (seperti humus, sampah, dan lain-lain). Padatkan
dengan timbris (alat bantu pemadatan berbentuk segi
empat), timbris dapat dibuat oleh warga desa. Untuk
menentukan kelurusan gunakan selang tembus
pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung permukaan
air, yakinkan bahwa permukaannya sama tinggi dan
rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Bentuk
1) Mempunyai bentuk yang sempurna.
2) Tidak retak-retak dan cacat.
3) Bagian sudut dan rusuknya tidak mudah diepihkan
dengan kekuatan tangan.
4) Berbentuk segi empat atau bersegi banyak.
5) Variasi ketebalan pada umumnya adalah 6 cm, 8 cm,
10 cm.
f. Bahan
1) Bahan baku untuk membuat paving block adalah
pasir kasar yang bersih dan Semen.
2) Komposisi yang disarankan adalah dengan
campuran:
(a) 1 bagian semen : 3 bagian pasir;
(b) 1 bagian semen : 4 bagian pasir; atau
(c) 1 bagian semen : 5 bagian pasir.
3) Jika di desa terdapat bahan abu batu, baik jika
ditambahkan, karena dapat meningkatkan mutu
paving block.
g. Pembuatan Manual (Sederhana)
1) Buatlah bahan cetakan dengan plat besi berbentuk
segi empat dengan ukuran, 10 cm x 20 cm x 6 cm.
Ketebalan pelat besi pencetak adalah 0,5 cm. Bagian
dasar dapat pula dari plat baja yang terpisah untuk
melepaskan cetakan.
2) Alat pemukul/pemadatan campuran dalam cetakan.
Alat ini berfungsi untuk memadatkan campuran
beton yang telah dituangkan ke dalam cetakan. Alat
-14-
ini berbentuk besi pelat selebar 30 cm x 30 cm yang
diberi pegangan dari kayu atau besi.
3) Campurkan pasir dan semen sesuai dengan
komposisi yang tersebut diatas dengan
menggunakan cangkul dan sekop, lakukan hingga
merata. Jika adukan yang diinginkan dalam jumlah
besar, dapat menggunakan mesin molen.
4) Tambahkan air secukupnya sampai lembab. Artinya
tidak basah dan juga tidak kering, agar mudah
dicetak dan memberikan hasil yang maksimum.
5) Paving block yang terbentuk di dalam cetakan
selanjutnya dikeluarkan dari cetakan sambil
ditempatkan di atas tatakan kemudian diletakkan
dan disusun di tempat yang teduh.
6) Proses pengeringan berlangsung perlahan di tempat
teduh, dan bila sudah mulai mengeras paving
dipindahkan dari tatakan. Sambil menunggu proses
pengerasan secara sempurna dilakukan penyiraman
dengan air tiga kali sehari selama 3-4 hari.
7) Proses pengerasan paving berlangsung secara
sempurna setelah 28 (dua puluh delapan) hari.
h. Pemasangan
1) Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar
di atas lapisan tanah dasar. Kemudian diratakan
dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang
seragam dan harus mengikuti kemiringan yang
sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan tanah
dasar.
2) Penggelaran pasir alas tidak melebihi jarak 1 m di
depan paving terpasang dengan tebal rata-rata 5 cm.
3) Pemasangan paving harus kita mulai dari satu
titik/garis diatas lapisan pasir alas.
4) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang
yang kita tarik kencang hingga tegang dan kita
arahkan melintang sebagai pedoman garis melintang
dan memanjang sebagai garis memanjang, kemudian
-15-
kita buat pasangan paving kepala masing-masing di
ujung benang tersebut.
5) Pemasangaan paving harus segera dilakukan setelah
penggelaran pasir alas untuk menjamin kerataan
pasir setelah di jidar. Hindari terjadinya kontak
langsung antar paving block dengan membuat jarak
celah atau nat dengan spasi 2-3 mm untuk pengisian
joint filler (abu batu/pasir).
6) Agar mempermudah pekerjaan, memasang paving
harus maju, dengan posisi si pekerja di atas paving
block yang sudah terpasang.
7) Setelah terpasang, taburkanlah pasir atau abu batu
dipermukaan pasangan paving, untuk mengisi celah
antar paving block.
-16-
yang becek atau tanah yang mengandung unsur pelunak
tanah (seperti humus, sampah, dll). Padatkan dengan
timbris (alat bantu pemadatan berbentuk segi empat),
timbris dapat dibuat oleh warga desa. Untuk
menentukan kelurusan gunakan selang tembus
pandang, isi dengan air. Timbanglah ujung permukaan
air, yakinkan bahwa permukaannya sama tinggi dan
rata. Mulailah dengan pengukuran, beri tanda
ketinggian yang diinginkan pada patok yang tersedia.
e. Pilihlah material tanah penimbun dari jenis yang baik.
Bukan tanah berpasir, tanah lempung, tanah sawah,
tanah humus (biasanya bewarna hitam), tanah gambut,
dan jenis tanah lainnya yang jika terkena hujan akan
menjadi bubur tanah.
f. Lakukan penimbunan tanah sesuai dengan ketinggian
yang diinginkan. Ikuti garis kemiringan jalan yang telah
ditentukan, lalu padatkan tanah dengan timbris.
g. Konstruksi jalan tanah ini hanya disarankan bagi
daerah yang curah hujannya rendah dan memiliki
kontur tanah yang relatif datar. Tidak disarankan di
daerah yang basah.
Gambar III.3. Penataan dan Pemadatan Jalan Tanah
-17-
1.3 Saluran Air Hujan (Drainase)
Saluran yang berada disisi samping jalan adalah sarana penting
untuk konstruksi jalan, karena berfungsi mengalirkan air hujan
dan limpasan permukaan.
Fungsi dari drainase ini diantaranya:
a. Mengalirkan air hujan secepatnya dari permukaan jalan agar
segera kering, dan mengalirkannya ke saluran pembuangan
akhir secara gravitasi;
b. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran di
sekitar jalan masuk ke daerah perkerasan jalan; dan
c. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran
air.
Disamping itu sistem saluran air hujan diharapkan berwawasan
ramah lingkungan. Prinsip dasar sistem drainase berwawasan
lingkungan adalah mengendalikan kelebihan air permukaan
sehingga dapat mengalirkan secara terkendali dan lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah masih dapat berlangsung
dengan baik dan dimensi struktur bangunan drainase dapat lebih
efisien.
Sistem berwawasan lingkungan ini merupakan usaha untuk
mencegah kekurangan air tanah di masa yang akan datang.
a. Saluran Samping Tanpa Pasangan
Saluran ini dibuat dengan pertimbangan efisien dan mudah
perawatannya serta waktu pelaksanaan yang pendek.
Kaidah pembangunannya haruslah memenuhi kearifan alam,
diantaranya kemiringan talud (dinding drainase) satu banding
satu.
1) Luas minimum penampang saluran samping tanpa
pasangan adalah 0,50 m2.
2) Tinggi minimum saluran (T) adalah 50 cm.
-18-
Gambar III.4. Tipikal Potongan Saluran Tepi Bentuk
Trapesium
S
u
m
b
e
r
:
P
e
d
oman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatandi
Perdesaan Tahun 2011, Badan Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum
S
u
m
b
e
r
:
-19-
Gambar III.6. Potongan Saluran Samping dengan Perkuatan
Batu Kali
-20-
perdesaan, dengan konstruksi sederhana, dengan
mempertimbangkan sumber daya setempat (tenaga kerja, material,
peralatan, dan teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh
masyarakat setempat.
Jembatan pada jalan desa yang menghubungkan perkampungan
dengan pusat kegiatan produksi, seperti pertanian, perkebunan
dan lain-lain.
Konstruksi jembatan dan bangunan pelengkap, bangunan
jembatan dan penunjang lainnya diperlukan untuk penghubung
jalan yang terpisah oleh sungai atau parit yang dalam yang
terkadang melintas di daerah jalan.
Jenis jembatan dikembangkan di perdesaan terdiri dari:
1. Jembatan Kayu dengan Gelagar Besi;
2. Jembatan Beton; dan
3. Jembatan Gantung.
-21-
Tabel III.2. Ketentuan Tinggi Jagaan Jembatan Kayu dan
Gelagar Besi
-22-
Gambar III.7. Jembatan Gelagar Bangunan Atas Jembatan
Kayu
-23-
3) Konstruksi Jembatan Gelagar Besi
Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua
perletakan sistem simple beam meliputi:
(a) Besi profil yang digunakan I profil;
(b) Lantai dengan balok kayu 6/20 cm;
(c) Baut dan paku untuk menghubungkan
elemen struktur besi dan kayu.
4) Pembebanan Jembatan
Pembebanan pada jembatan untuk lalu lintas ringan:
(a) Beban merata 300 kg/cm2;
(b) Beban kendaraan ringan: Poros depan 1,5 ton
Poros belakang 3,5 ton;
c. Konstruksi Bangunan Bawah
Konstruksi bangunan bawah jembatan terdiri dari
kepala jembatan dengan fondasi langsung.
1) Fondasi langsung tipe pasangan batu kali
-24-
Gambar III.8. Fondasi Pasangan Batu
-25-
Sumber: Petunjuk Teknis, Proyek Pembangunan desa
Tertinggal (P3DT), 1998
WXH
R = ------------
6S X 15
-27-
Kerugian penggunaan jembatan beton dibanding jembatan
kayu atau jembatan gelagar besi, antara lain:
(a) Perlu keterampilan khusus dalam desain;
(b) Perlu pengawasan tenaga terampil yang dapat
mengawasi tanpa meninggalkan lokasi bangunan;
(c) Perlu perhatian khusus untuk menjamin kualitas
pekerjaan;
(d) Sangat peka terhadap penurunan tanah maka
(e) Perlu fondasi yang terjamin kuat;
(f) Lebih sulit pemeliharaan bila ada kerusakan;
(g) Kerusakan lebih sulit dideteksi sampai dengan
jembatan ambruk, maka lebih berbahaya;
(h) Bila dibuat lebar dan panjang, proporsi biayanya
sangat besar dan proporsi dana untuk bahan lebih
tinggi dibanding proporsi untuk tenaga kerja;
(i) Tanpa pengawasan yang ketat, resiko kegagalan cukup
besar; dan
(j) Keterampilan untuk membangun jembatan beton tidak
dapat diterapkan oleh masyarakat sendiri pada masa
pasca proyek, karena sangat bergantung pada
konsultan dan pengawas. Mereka tidak mendapatkan
ketrampilan yang dapat diterapkan pada kebutuhan
lain-lain.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di
atas, maka perlu beberapa pembatasan dan persyaratan
untuk jembatan beton, yaitu:
(a) Ukuran bentang dibatasi yaitu maksimal 6 m;
(b) Perencana pembangunan harus sudah berpengalaman
dalam pembuatan jembatan beton;
(c) Harus tersedia tenaga pengawas lapangan yang sudah
berpengalaman dengan pembuatan struktur yang
sama. Orang tersebut harus siap bekerja di tempat
jembatan. selama pelaksanaan jembatan, dan tidak
boleh merangkap pengawas lokasi proyek lain;
(d) Fondasi harus jelas kuat dan stabil, yang dapat
diperiksa melalui tes pit atau pengeboran (soil auger).
Jembatan beton tidak diizinkan pada lokasi yang
-28-
mempunyai sifat tanah kurang stabil dan daya dukung
lemah. Jembatan beton untuk lokasi dengan tanah
kurang baik memerlukan suatu penelitian yang cukup
mahal, termasuk tes laboratorium tanah, dengan
fondasi yang rumit dan mahal. Harganya sudah tidak
memenuhi persyaratan yang ada pada petunjuk ini.
-29-
(b) Jembatan pejalan kaki harus berada pada bagian lurus
dari sungai atau arus, jauh dari cekungan tempat erosi
dapat terjadi;
(c) Pilih lokasi dengan kondisi fondasi yang baik untuk
penahan kepala jembatan
(d) Lokasi harus sedekat mungkin dengan jalan masuk
yang ada atau lintasan lurus;
(e) Lokasi harus memberikan jarak bebas yang baik untuk
mencegah banjir dan harus meminimalisasi kebutuhan
untuk pekerjaan tanah pada jalan masuk untuk
menaikkan permukaan pada jembatan;
(f) Arus sungai harus memiliki penguraian yang baik dan
jalan aliran yang stabil dengan risiko yang kecil dari
perubahan karena erosi;
(g) Lokasi harus terlindung dan seminimal mungkin
terkena pengaruh angin;
(h) Lokasi harus memberikan jalan masuk yang baik
untuk material dan pekerja;
(i) Akan sangat membantu bila terdapat penyedia material
setempat yang mungkin digunakan dalam konstruksi
seperti pasir dan batu;
(j) Lokasi harus mendukung masyarakat setempat.
-30-
iii. Faktor kritis lain dari jarak bebas untuk perahu dan
lokasi dari kepala jembatan juga perlu diperiksa
untuk melihat kriteria mana yang mengatur tinggi
minimum lantai jembatan.
(b) Tinggi Banjir
Tinggi banjir rata-rata dapat diamati dengan:
i. Observasi tempat yang ditandai oleh material yang
tertahan pada tumbuhan, jenis arus, endapan
pasir/tanah;
ii. Diskusi dengan masyarakat setempat;
iii. Data muka air banjir tertinggi.
-31-
tingkat-tingkat lalu lintas. Dua lebar standar yang
dianjurkan adalah:
a. 1 meter sampai dengan 1,4 meter untuk pejalan kaki
dua arah (jembatan pejalan kaki kelas II);
b. 1,4 m sampai dengan 1,8 m untuk tiga pejalan kaki yang
beriringan (jembatan pejalan kaki kelas I).
Lebar ini hanya akan memberikan akses satu arah pada
beberapa tipe lalu lintas dan peringatan yang sesuai harus
diletakkan pada setiap ujung jembatan.
Untuk jembatan kelas I dianjurkan lebar lantai jembatan
dibuat 1,8 m, akses kendaraan bermotor lebih besar harus
dicegah, misalnya dengan memasang tiang besi atau patok
di ujung jembatan.
-32-
i. Beban Vertikal
Beban vertikal berupa:
1. Beban mati dari berat sendiri jembatan;
2. Beban hidup dari pengguna jembatan.
Beban vertikal rencana adalah kombinasi dari
beban mati dan beban hidup terbesar yang
diperkirakan dari pengguna jembatan.
ii. Beban Samping
Beban samping disebabkan oleh:
3. Tekanan angin;
4. Gempa;
5. Pengguna yang bersandar atau membentur
pagar keselamatan.
Benturan ringan yang diakibatkan oleh batuan-
batuan yang terbawa oleh sungai/arus. Jika
benturan keras dari objek yang lebih besar pada
aliran air yang cepat maka jarak bebas lantai
jembatan harus ditambah untuk mengurangi
resiko benturan dan kerusakan.
Beban samping yang harus dipertimbangkan
dalam desain adalah beban angin yang terjadi pada
sisi depan yang terbuka dari batang-batang
jembatan dan beban yang diakibatkan oleh
pengguna yang bersandar atau membentur pagar
keselamatan dan tiang-tiang penahan. Benturan
dari batuan-batuan tidak akan terjadi jika ada
jarak bebas yang memadai di bawah jembatan.
Standar perencanaan untuk jembatan pejalan kaki
mempertimbangkan standar perencanaan
kecepatan angin 35 m/detik, yang mengakibatkan
tekanan seragam pada sisi depan yang terbuka
dari batang-batang jembatan dari 130 kg/m2.
Karena tidak mungkin lalu lintas di atas jembatan
pada angin yang besar, beban angin
dipertimbangkan terpisah dari beban hidup
vertikal.
-33-
Beban gempa dihitung secara statik ekuivalen
dengan memberikan beban lateral di puncak
menara sebesar 15% sampai dengan maksimum
20% beban mati pada puncak menara. Beban
gempa tidak dihitung bersamaan dengan beban
angin karena tidak terjadi pada waktu yang sama.
iii. Beban Hidup
Ada 2 (dua) aspek beban hidup yang
dipertimbangkan:
1) Beban terpusat pada lantai jembatan
jembatan akibat langkah kaki manusia
untuk memeriksa kekuatan lantai jembatan;
2) Beban yang dipindahkan dari lantai
jembatan ke batang struktur yang kemudian
dipindahkan ke tumpuan jembatan. Aksi
beban ini akan terdistribusi pendek atau
menerus sepanjang batang-batang
longitudinal yang menahan lantai jembatan.
Beban hidup yang paling kritis yang dipikul karena
pengguna jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada
Tabel berikut dibawah. Dipertimbangkan bahwa
beban terpusat 2000 kgf (20 kN) untuk kendaraan
ringan/ternak dan beban merata 5 kPa
memberikan batas yang cukup untuk keselamatan
untuk semua pengguna biasa dari jembatan
pejalan kaki.
-34-
Tabel III.5. Beban Rencana Jembatan Gantung
b. Kriteria Perencanaan
Standar perencanaan jembatan menetapkan kriteria
perencanaan yang perlu dipertimbangkan untuk
memastikan bahwa jembatan pejalan kaki aman dan
sesuai untuk pengguna.
i. Kekuatan
Batang-batang jembatan harus cukup kuat untuk
menahan beban hidup dan beban mati yang
didefinisikan di atas dengan batas yang cukup
untuk keselamatan untuk mengizinkan beban yang
tidak terduga, properti material, kualitas
konstruksi, dan pemeliharaan.
ii. Lendutan
Jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut untuk
batas yang mungkin menyebabkan kecemasan
atau ketidaknyamanan untuk pengguna atau
menyebabkan batang-batang yang terpasang
menjadi tidak rata. Batas maksimum untuk balok
dan rangka batang jembatan pejalan kaki
ditunjukkan pada Tabel 1. Batasan ini adalah
lendutan maksimum pada seperempat bentang
jembatan pejalan kaki ketika dibebani oleh beban
hidup asimetris di atasnya.
-35-
iii. Beban Dinamik
Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi
getaran akibat angin atau orang yang berjalan di
atasnya. Namun, beban ini dapat diatasi dengan
ikatan angin dan pembatasan barisan pejalan kaki.
1.5.3.5 Sketsa Sederhana Jembatan Gantung Pejalan Kaki
dan Sepeda Motor
Tipe yang lebih konvensional dari jembatan gantung yaitu
yang menggunakan kabel menerus yang ditahan oleh
menara pada setiap ujung jembatan. Kabel tersebut
digunakan untuk menahan batang penggantung lantai
jembatan. Sketsa skema dari tipe jembatan ini dapat dilihat
pada Gambar 3. Lantai jembatan boleh lentur atau kaku,
tetapi harus cukup kuat menahan beban lalu lintas antara
kabel dan juga untuk menahan beban angin. Bagian ujung
menara harus cukup tinggi untuk memungkinkan kabel
utama melengkung, antara 1 : 8 dan 1 : 11.
-36-
Sumber: SNI 03-3429-1994, Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan
Jembatan Gantung dan Pejalan Kaki.
-37-
Sumber: SNI 03-3429-1994, Pedoman Perencanaan dan
Pelaksanaan Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki.
a. Mutu Beton
Mutu beton harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990
seperti tampak pada Tabel berikut.
-38-
Tabel III.7. Mutu Beton
c. Kabel Baja
i. Kabel utama yang digunakan berupa untaian
(strand). Jenis-jenis kabel;
-39-
ii. Kabel dengan inti yang lunak tidak diizinkan
digunakan pada jembatan gantung ini;
iii. Kabel harus memiliki tegangan leleh minimal
sebesar 1500 MPa
iv. Batang penggantung menggunakan baja bundar
sesuai spesifikasi baja seperti tampak pada Tabel
Mutu Baja Struktur;
v. Kabel ikatan angin menggunakan baja bundar
sesuai spesifikasi baja seperti tampak pada Tabel
Mutu Baja Struktur.
-40-
tempat rekreasi, lokasi parkir, dan lain-lain. Hal ini menjadi bagian
dari pembangunan berkelanjutan.
a. Penentuan Lokasi
1) Tanah bukan daerah erosi dan tidak mudah erosi;
2) Terletak pada bagian sungai yang lurus;
3) Tempat tambatan perahu harus terletak pada lalu lintas
perahu yang ramai atau pada tempat yang mudah di
akses masyarakat;
4) Sekitar lokasi harus bersih;
5) Lokasi mudah dijangkau untuk pengadaan barang/bahan
bangunan.
c. Bahan–Bahan
1) Rangka menggunakan kayu ukuran 6 cm x 12 cm atau
8cm x 12cm. Ditancapkan/pancang hingga mendapatkan
tanah keras;
2) Dinding tepi tambatan menggunakan papan ukuran
3 cm x 10 cm atau 3 cm x 20 cm. Bahkan hingga ukuran
3 cm x 30 cm, dengan cara dipasang rapat sejajar tepi;
3) Penguat turap menggunakan kayu ukuran 6 cm x 12 cm
atau 8 cm x 12 cm dipasang pada bagian bawah dan atas;
4) Penyangga turap menggunakan kayu ukuran 6cm x 12cm
dipasang hingga membentuk segitiga (saling menyilang),
setiap 1 m hingga 2 m yang dihubungkan pada rangka;
5) Lantai tepi tambatan perahu menggunakan tanah urug,
dengan pemadatan. Pemadatan yang terbaik adalah
dengan cara memadatkan setiap 20 cm, selanjutnya
-41-
ditimbun lagi 20 cm dan dipadatkan lagi, perlakuan ini
terus berlanjut hingga mencapai tinggi yang diinginkan;
6) Jenis kayu yang digunakan haruslah jenis kayu kelas
satu (yang terbaik) dan kayu yang tingkat keawetan kelas
satu (yang tertinggi).
-42-
g. Papan Lantai
Menggunakan bahan kayu berukuran 3 cm x 20 cm atau
3 cm x 30 cm dipasang rapat dengan dipaku 7 cm sampai
10 cm.
h. Patok Tambat
1) Gunakan patok besi berdiameter 5 cm atau 10 cm dengan
alas plat baja ukuran tebal 5 mm, panjang 20 cm, lebar
12 cm;
2) Dipasang di atas lantai tambatan;
3) Alas plat baja diperkuat dengan menggunakan 4 buah
mur baut berdiameter 12 mm, sampai dengan gelegar
memanjang.
1.7 Jenis Konstruksi sesuai dengan bentuk tepi sungai atau pantai.
-43-
Gambar III.15 Tata Letak Tambatan Perahu
-44-
c. Pekerjaan Sekur Pemersatu Tiang Pancang
Satukan tiang pancang dengan menggunakan kayu berukuran
5 cm x 10 cm atau 6 cm x 12 cm dipasang dibagian bawah dan
atas tiang pancang.
d. Pekerjaan Gelegar Melintang dan Memanjang
Pasang gelegar dengan menggunakan kayu berukuran 8 x 12
cm dengan jarak 1,5 m menggunakan mur baut diamater 12
mm.
e. Pekerjaan Lantai Papan
Pasang papan lantai dengan ukuran 3 cm x 20 cm dipasang
rapat, diperkuat dengan paku 7 cm.
f. Pekerjaan Patok Tambat
1) Dipasang dilantai tambatan perahu.
2) Alas pelat baja diperkuat dengan menggunakan 4 (empat)
buah mur baut diameter 12 mm.
-45-
II. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR
MINUM DAN SANITASI
2.1 Infrastruktur Air Minum
Air minum merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus
menjadi perhatian serius akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan mulai
menurunya kualitas air minum bagi masyarakat kebanyakan
terutama di perdesaan. Cemaran dari polutan di perdesaan pada
umumnya adalah limbah pupuk kimia dan limbah deterjen yang
meluas dan tidak terkendali. Begitu juga dengan sanitasi
lingkungan yang tidak baik akan memperburuk tingkat kesehatan
masyarakat.
Akses informasi tentang air bersih dan sanitasi lingkungan yang
baik di desa, masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat yang lebih baik di masa mendatang.
Diharapkan petunjuk ini dapat membimbing masyarakat desa
untuk lebih memahami bagaimana menyediakan air bersih yang
benar dan sederhana, serta memperhatikan sanitasi lingkungan
yang sehat.
Air minum yang memenuhi syarat kesehatan diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Jernih dan tidak bewarna;
b. Tidak berbau; dan
c. Tidak berasa.
Disamping tiga syarat di atas, kita tidak boleh mengabaikan
kandungan unsur kimia dan bakteri yang terdapat dalam air
minum tersebut.
2.1.1 Sumur Gali
Sumur gali merupakan sumber air minum yang populer di
desa. Fungsi sumur ini adalah menyadap dan menampung
air tanah dan akuifer yang dipergunakan sebagai sumber air
baku untuk air minum. Cara pembuatannya dengan
menggali tanah.
-46-
a. Data Teknis
1) Bentuk
Berbentuk bulat dengan diameter 80 cm
2) Bahan-Bahan
Terbuat dari cetakan campuran semen dan pasir
yang dipadatkan (Beton Tumbuk).
b. Persyaratan Teknis
1) Lantai Sumur:
a) Pasangan batu bata atau batu belah.
b) Beton tumbuk.
-47-
2) Bagian bawah sedalam minimal 3 m dari permukaan
tanah atau sampai pada keadaan batuan tidak
menunjukan gejala mudah retak atau runtuh.
3) Dasar sumur diberi kerikil/pecahan bata/pecahan
genteng dengan ukuran butir 3 cm – 5 cm dengan
tebal timbunan hingga 50 cm dari dasar sumur.
4) Dinding sumur bagian atas diberi dinding setinggi 0,8
m dari permukaan tanah. Hal ini untuk mencegah
masuknya air dari permukaan sumur
-48-
2.1.2 Pompa Tangan Dangkal
Pompa tangan dangkal adalah pompa tangan yang
bekerjanya dapat menghisap air dari dalam tanah dengan
maksimal kedalaman 7 m. Sedangkan pompanya terletak
diatas permukaan tanah.
a. Data Teknis
1) Lokasi penempatan pompa tangan harus lebih tinggi
dari permukaan tanah.
2) Jarak antara sumur pompa tangan dengan sumber
air kotor (septic tank, resapan, dan lain-lain) minimal
10 m.
3) Jika sumur pompa tangan berada lebih rendah dari
sumber air kotor (septic tank, resapan, dan lain-lain)
maka jaraknya minimal 15 m.
4) Jangan di daerah banjir atau terkena pengaruh
banjir.
5) Bahan bangunan untuk membuat sumur pompa
tangan terdiri dari:
a) Pasir dengan kadar lumpur yang rendah (5%);
b) Kerikil kecil dengan butir maksimal 0,5 cm;
c) Semen;
d) Batu Bata;
e) Lem Pipa PVC;
-49-
f) Papan;
g) Bambu;
h) Selotip; dan
i) Kaporit.
b. Pemasangan Peralatan:
1) Saringan PVC
a) Bersihkan dan ampelas bagian luar ujung polos
saringan sepanjang 5 cm dan bagian dalam
socket.
b) Oleskan dengan lem PVC secara merata ujung
polos saringan.
c) Masukan dop di bawah ujung polos saringan.
d) Masukan socket di atas ujung polos saringan.
e) Bersihkan bagian berulir dari socket dan ulir dari
pipa hisap GI.
f) Lapisi bagian ulir dengan selotip.
g) Masukan socket kedalam pipa hisap.
h) Gunakan kunci trimo (kunci pipa) untuk
menahan rangkaian pipa hisap.
2) Penyambungan Pipa Hisap:
a) Bersihkan dan amplas ujung pipa PVC dan
bagian dalam socket.
b) Bersihkan ujung draft bagian dalam pipa GI dan
luar socket.
c) Oleskan dengan lem ujung luar PVC dan bagian
dalam socket.
d) Lapis bagian ulir pada socket dengan selotip.
e) Masukan ujung pipa PVC dengan socket.
f) Masukan socket ke dalam pipa hisap GI.
g) Sisakan pipa sepanjang 70 cm di atas
permukaan tanah.
h) Gunakan kunci trimo (kunci pipa) untuk
menahan rangkaian pipa hisap.
-50-
Gambar III.20. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Hisap
-51-
Gambar III.21. Sumur Pompa Tangan Sederhana
4) Pengisian Kerikil:
a) Masukan kerikil ke dalam rongga antara pipa
hisap dengan tanah.
b) Hentikan pengisian kerikil apabila telah mencapai
setinggi saringan pipa PVC.
c) Masukan pasir di atas kerikil hingga mencapai
kurang dari 1 m di bawah permukaan tanah.
d) Masukan adukan kedap air hingga rata dengan
permukaan tanah.
-52-
5) Pembuatan Lantai Sumur dan Landasan Pompa:
a) Lepaskan baut pengikat.
b) Angkat dan pindahkan badan pompa dan
bambu/kayu penopang.
c) Tutup lubang hisap.
d) Gali tanah hingga kedalaman 5 cm, dengan lebar
210 cm dan panjang 210 cm.
e) Masukan pasir setebal 3 cm dan ratakan. Untuk
membantu memadatkannya, dapat disiram
dengan air, lalu diratakan kembali.
f) Buat cetakan pengecoran untuk lantai dengan
ukuran 172 cm x 172 cm, dan parit 14 cm.
g) Pasang cetakan lantai.
-53-
Gambar III.24. Pembuatan Lantai Sumur dan Landasan
Pompa
-54-
keperluan minum. Penggunaan PAH bersifat individul atau
skala komunal dan dilengkapi saringan.
a. Data Teknis
1) Lokasi PAH sebaiknya diletakan atau dibuat di
daerah yang memiliki curah hujan hingga 1300
mm/tahun.
2) Bak penampung air hujan dapat dibuat dari berbagai
macam bahan diantaranya:
a) Gentong dari Tanah Liat;
b) Ferocemen;
c) Fiberglass;
d) Plastik;
e) Bak dengan pasangan batu bata; dan
f) Bak dengan beton cor.
Isi dari bak penampung untuk memenuhi minum
dan masak, minimal 25 liter/hari.
3) Bidang penangkap air berfungsi menangkap air
hujan sebelum mencapai tanah (atap rumah yang
terbuat dari genteng/seng).
4) Air hujan yang jatuh pertama setelah musim
kemarau tidak boleh langsung ditampung.
5) Penampung Air Hujan harus kedap air.
6) Bahan Bangunan:
a) Talang PVC diameter 50 mm.
b) Kran ukuran ¾ inchi.
c) Pipa penguras PVC.
d) Pipa peluap PVC.
e) Bahan bangunan untuk 1 unit bak
pengambil/kolam/ waduk kecil.
7) Komponen Media Penyaring:
a) Pasir dengan ketebalan (300-400) mm, ukuran
diameter efektif (0,3-1,2) mm, koefisien
keseragaman (1,2-1,4) mm, dan porositas 0,4.
b) Kerikil dengan ketebalan 200-350 mm dan
diameter (10-40) mm.
-55-
b. Cara Pembuatan
1) Pembuatan Fondasi:
a) Gali tanah untuk fondasi hingga kedalaman 60
cm;
b) Pasang (gelar) pasir padat setebal 10 cm;
c) Pasang batu kosong;
d) Pasang fondasi pasangan batu kali yang terbuat
dari bahan batu kali dengan campuran
1 semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah
ditetapkan;
e) Isi lubang bekas galian dengan tanah urug;
f) Rakit pembesian untuk sloof beton sepanjang
fondasi yang berukuran 15 cm x 15 cm;
g) Rakit pembesian untuk tiang dengan ukuran 15
cm x 15 cm dengan tinggi 1,3 m (130 cm);
h) Untuk pengadukan beton, buatlah kotak
pengadukan. Hindari mengaduk langsung di atas
tanah. Hal ini dapat menyebabkan air semen
meresap ke tanah dan adukan akan bercampur
dengan tanah, yang mengakibatkan menurunnya
mutu beton.
2) Pembuatan Lantai Dasar PAH:
a) Buat campuran beton dengan perbandingan
1 semen : 2 pasir : 3 kerikil sebanyak 0,40 m3.
Campuran harus rata dan tidak encer;
b) Tuangkan campuran beton untuk lantai dasar
PAH setebal 10 cm, ratakan adukan dengan
menggunakan roskan;
c) Biarkan beton mengering dan mengeras sebelum
melanjutkan pekerjaan dinding PAH.
3) Pembuatan Dinding PAH:
a) Buka cetakan kayu pada sloof beton dan tiang
beton bila beton dinilai sudah mengeras;
b) Pasang dinding bak dengan konstruksi batu bata
hingga mencapai ketinggian bak;
c) Buat lubang-lubang pada dinding bak PAH untuk
memasang pipa “outlet”, penguras, peluap dan
kran diameter ½ inchi sebanyak 4 buah;
-56-
d) Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa
dengan mortar semen campuran 1 pc : 2 psr;
e) Plester dinding bak dengan adukan campuran
1 pc : 2 psr.
4) Pembuatan Tutup PAH dan Lubang Periksa:
a) Pasang bekesting untuk pembuatan tutup
bangunan PAH;
b) Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di
atas bekesting;
c) Susun pembesian ukuran 8 mm – 15 mm yang
telah dirakit. Sesuai dengan ukuran tutup
bangunan PAH yang akan dicor di atas cetakan;
d) Pasang pipa udara pada bagian yang telah
ditentukan sebelum dicor;
e) Ganjal batu setebal 2 cm - 3 cm diseluruh bidang
di bawah pembesian;
f) Buat sekat ukuran 60 cm x 60 cm dari kayu tipis
(multiplek) pada bagian tutup bak kontrol.
Lakukan pengecoran dengan memasukan adukan
dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil. Sambil dirojok agar merata keseluruh
bidang cor serta mengisi sela-sela pembesian dan
tertutup rata;
g) Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksaan;
h) Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa
dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari
besi diameter 12 mm;
i) Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih
10 cm, biarkan hingga kering dan mengeras;
j) Rapikan tutup bak dengan plesteran 2 pc : 1 psr.
5) Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air:
a) Gali (kupas) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang
1,2 m dari sisi pinggir fondasi dengan kedalaman
20 cm.
b) Lapisi dengan pasir yang dipadatkan, setebal
5 cm.
-57-
c) Pasang batu kali atau batu bata dengan adukan
1 semen : 4 pasir.
d) Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan
ratakan dengan roskam.
e) Biarkan beton sampai kering.
f) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi
pasangan batu.
-58-
b) Air dari talang dialirkan ke bak PAH, melalui
sistem saringan.
c) PAH diperhitungkan dengan cermat untuk
memenuhi kebutuhan air selama musim kering.
d) PAH harus ditutup rapat setiap habis dipakai,
agar tidak kemasukan seperti debu, serangga,
dan lain-lain.
Gambar III.27. Potongan PAH dengan Konstruksi Pasangan
Bata
-59-
a. Evaluasi Hasil Survei Mata Air
1) Kuantitas (jumlah) Air dari Mata Air
Kapasitas air maksimal dan minimal pada periode
tahunan dan periode 10 tahunan.
2) Kualitas (mutu) Air dari Mata Air
Meliputi fisik, kimia, dan bateriologi sesuai dengan
standar ketentuan air baku yang berlaku.
a) Kualitas Fisik
Evaluasi kualitas fisik meliputi:
(i) Kekeruhan, perhatikan bilamana terdapat
kekeruhan yang tinggi dalam periode lama,
maka untuk menggunakan mata air ini
perlu dipertimbangkan biaya investasi dan
operasi serta pemeiliharaannya;
(ii) Rasa, perlu dilakukan tes rasa, payau atau
asin. Cek juga kandungan klorida, jika tidak
ada maka mata air dapat digunakan sebagai
sumber air minum; dan
(iii) Warna dan bau, periksa air terhadap warna
dan bau jika air ditemukan berbau, maka
penyebab timbulnya bau tersebut harus
diperiksa. Perlu dilakukan uji tes
bakteriologi di laboratorium.
b) Kualitas Kimia.
Perhatikan hasil pemeriksaan kualitas kimia
apakah memenuhi ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
-60-
Masalah
Parameter Pengolahan Kesimpulan
Kualitas
pengolahan berhasil
Tergantung jenis Dapat dipakai jika
Bau lain bau percobaan
pengolahan berhasil
Aerasi + saringan Tergantung kadar cl
Rasa asin/
karbon aktif dan pendapat
payau
masyarkat
Aerasi + saringan Bisa dipakai dengan
pasir lambat, atau pengolahan
Rasa besi
aerasi + saringan
Rasa
karbon aktif
Rasa tanah Saringan karbon Mungkin bisa
tanpa aktif dipakai dengan
kekeruhan pengolahan
Tergantung jenis Tidak dapat dipakai
Rasa lain
rasa
Kekeruhan Saringan pasir Bisa dipakai bila
sedang, coklat lambat dengan pengolahan
dari lumpur
Pembubuhan pac + Bisa dipakai bila
Kekeruhan
saringan pasir dengan pengolahan,
tinggi, coklat
lambat dengan biaya relatif
dari lumpur
besar
Kekeruhan
Permbubuhan pac Dapat dipakai jika
Putih percobaan
pengolahan berhasi
Agak kuning Aerasi + saringan Dapat dipakai jika
sesudah air pasir lambat, atau percobaan
sebentar di aerasi + saringan pengolahan berhasil
ember karbon aktif
Kemungkinan Dapat dipakai jika
Coklat tanpa
dengan saringan percobaan
kekeruhan
karbon aktif pengolahan berhasil
Kemunkinan Tidak bisa dipakai
Warna Putih dengan kecuali percobaan
pembubuhan pac pengolahan berhasil
Tergantung jenis Tidak bisa dipakai
Lain warna kecuali percobaan
pengolahan berhasil
b. Lokasi
Evaluasi lokasi mata air dan daerah pelayanan, meliputi:
1) Hitung jarak mata air ke lokasi pelayanan (pemakai)
kurang dari 3 km, maka mata air dapat dipakai;
2) Perhatikan mata air, jika mata air berada di desa
lain, maka mata air belum dapat digunakan
sebelum ada izin penggunaan airnya; dan
3) Bandingkan beda tinggi mata air dengan daerah
pelayanan (pemakai) dapat dikatagorikan
berdasarkan hal sebagaimana tercantum dalam
tabel berikut.
-61-
Tabel III.12. Dasar Perencanaan Air Bersih Sistem
Perpipaan Berdasarkan Beda Tinggi
Beda tinggi antara
No mata air dengan Jarak Penilaian
daerah pelayanan
1 > dari 30 m < 3 km Baik, system gravitasi
2 < 10 – 30 m < 1 km Berpotensi dan perlu
dibuatkan detail rinci.
3 < 3 – 10 m < 0,2 km Diperlukan pompa,
kecuali untuk keperluan
yang sangat kecil
4 <3m Diperlukan pompa.
c. Cara Pembuatan
1) Pembuatan Fondasi:
a) Buat patok dari bambu atau kayu sesuai ukran
badan fondasi dan dipasang pada jarak 30 cm
ujung.
b) Hubungkan patok yang satu dengan yang lain
dengan benang atau tali hingga mempunyai
ketinggian yang sama.
c) Gali tanah untuk fondasi hingga kedalaman 60
cm pada lereng tebing dan 30 cm pada sisi lain
dari bak PMA.
d) Tebarkan pasir dan padatkan setebal 5 cm.
e) Pasang fondasi batukali dengan campuran 1
semen : 4 pasir.
f) Isi lubang bekas galian dengan tanah urug.
2) Pemasangan Dinding:
a) Lakukan pemasangan batu kali dengan adukan
1 semen : 4 pasir.
b) Pasang pipa peluap dan pipa keluar yang
menembus dinding fondasi.
c) Plester dinding dalam dan luar fondasi dengan 1
semen : 2 pasir.
-62-
a) Pasang bekesting untuk pembuatan tutup
bangunan PMA;
b) Pasang cetakan (terbuat dari bahan triplek) di
atas bekesting;
c) Susun pembesian ukuran 8 mm - 15 mm yang
telah dirakit, sesuai ukuran tutup bangunan
PMA yang akan dicor di atas cetakan;
d) Pasang pipa udara pada bagian telah ditentukan
sebelum dicor;
e) Ganjal batu setebal 2 cm - 3 cm diseluruh bidang
dibawah pembesian;
f) Buat sekat ukuran 60 cm x 60 cm dari kayu lapis
pada bagian tutup bak control;
g) Lakukan pengecoran dengan memasukkan
adukan dengan perbandingan 1 pc : 2 psr : 3 kr
sambil dirojok agar seluruh bidang terisi dan
pembesian tertutup rata;
h) Buat cetakan untuk tutup lubang pemeriksa
(manhole);
i) Pasang pembesian untuk tutup lubang pemeriksa
dan lengkapi dengan pegangan yang terbuat dari
besi ¾ inchi;
j) Cor tutup beton dengan ketebalan kurang lebih
10 cm, biarkan hasil pengecoran;
k) Plester tutup bak dengan adukan perbandingan
1 semen : 2 pasir.
4) Pemasangan Turap:
a) Buat turap dari batu kali dibagian dinding
sepanjang bangunan PMA dengan perbandingan
1 semen : 2 pasir;
b) Buat badan saluran yang terbuat dari batu kali
dengan perbandingan adukan 1 semen : 4 pasir;
c) Plester badan saluran dengan perbandingan
adukan 1 semen : 2 pasir.
5) Penyambungan Pipa:
a) Sambungkan pipa peluap dengan pipa keluar;
-63-
b) Sambungkan pipa keluar sampai ke bak
penampung.
6) Konstruksi bak penampung:
a) Gali tanah untuk fondasi 60 cm pada lereng dan
pada dinding 30 cm;
b) Lapisi dengan pasir padat dan batu kosong di
bawah fondasi;
c) Pasang fondasi urug pinggir fondasi dengan
tanah urug;
d) Pasang lantai beton bak penampung;
e) Pasang tiang beton pada setiap sudut bak
setinggi bak;
f) Pasang dinding bak dengan konstruksi batu bata
dan pasang pipa masuk diameter 3 inchi dan
pipa keluar;
g) Plester dinding luar bak penampung setebal 1,5
cm dengan perbandingan adukan 1 semen : 2
pasir;
h) Pasang peralatan di bagian dinding samping
tempat kran air;
i) Pasang saluran pembuang dengan konstruksi
batu bata;
j) Pasang bekisting untuk pembuatan tutup bak;
k) Pasang cetakan (terbuat dari kayu lapis) diatas
bekisting;
l) Susun pembesian ukuran 8 mm – 15 mm yang
telah dirakit, sesuai ukuran tutup bak
penampung;
m) Pasang pipa udara pada bagian yang telah
ditentukan dan buat sekat ukuran 60 cm x 60
cm dari kayu lapis pada bagian tutup bak
kontrol;
n) Lakukan pengecoran dengan memasukan adukan
dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3
kerikil, sambil dirojok agar seluruh bidang tutup
bak penampung terisi dan pembesian tertutup
rata;
-64-
o) Pasang pelat tutup bak dengan konstruksi beton
bertulang dan pasang pipa udara serta tutup
lubang control;
p) Plester bagian permukaan setelah pengecoran
kering.
Catatan : Jika bak penampungan dan bak
pembagi tidak di tutup dengan cor
beton bertulang, dapat dilakukan
pembuatan atap pelindung. Agar
tidak masuk kotoran, daun-daunan,
dan lain-lain yang dapat
menurunkan kualitas air dan
pengendapan yang berlebihan.
Pagari bak agar aman dari hewan-
hewan liar dan hewan ternak. Serta
pengaman dari orang-orang yang
akan memanfaatkannya sebagai
kolam renang.
-65-
Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air Bersih dan
Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum
-66-
Sumber: Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Air
Bersih dan Sanitasi, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum
d. Cara Pemeliharaan
1) Pemeliharaan Harian/Mingguan:
a) Bersihkan bangunan penangkap air dari
sampah dan lumut;
b) Periksa bangunan penangkap air terhadap
kerusakan. Jika ditemukan segera perbaiki,
jangan ditunda;
c) Bersihkan katup keluar dari tanah atau kotoran
yang lain;
d) Bersihkan kotoran ataupun tanaman liar di
sekitar bangunan;
e) Bersihkan rumah katup dari tanah dan kotoran;
f) Bersihkan lubang kontrol dari kotoran.
2) Pemeliharaan Bulanan/Tahunan:
a) Bersihkan lingkungan pagar, cek pagar
terhadap kerusakan dan lakukan perbaikan;
b) Periksa dan jaga sekitar radius 100 meter dari
bangunan terhadap pencemaran, atau kotoran;
c) Bersihkan bak dari segala pengendapan dan
kotoran yang menyebabkan penyumbatan
saluran;
-67-
d) Bersihkan pipa peluap dari kotoran dan lumut
agar tidak tersumbat.
-68-
i. Perhatikan permukaan dalam galian, jagan terdapat
benda keras (seperti batu, dan lain-lain) yang dapat
merusak pipa dikemudian hari. Perhatikan pula
kelurusannya;
j. Pada waktu pemasangan pipa, parit galian harus kering
sama sekali, tidak boleh ada air sedikitpun.
Penyambungan pipa hanya diizinkan saat kering;
k. Di sekeliling pipa harus diberi pasir urug yang sesuai
dengan gambar atau bila tidak dinyatakan lain diberi
lapisan pasir urug sedemikian rupa sehingga terdapat
pasir setebal 15 cm di bawah, di samping dan di atas
pipa, kecuali untuk pipa-pipa yang memotong jalan,
harus diurug segera dengan pasir pasang penuh, dan
tanah bekas galiannya harus disingkirkan agar segera
dapat dilalui kendaraan. Jika di tempat lalu lintas yang
padat dan kendaraan berat, maka harus dilindungi
dengan plat baja;
l. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti
tee, bend/elbow dan sebagainya harus diberi blok-blok
angker dari beton (beton dengan campuran 1 semen : 2
pasir : 3 kerikil);
m. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan
lagi, harus ditutup dan diberi penahan dari beton
(campuran 1 : 2 : 3);
n. Jika menggunakan pipa baja, berilah lapisan pelindung
karat (coating) dan pelapis dalam (lining);
o. Pengujian pada pengelasan pipa harus dilakukan dengan
tanpa merusak hasil pengelasan yang sudah selesai.
-69-
Gambar III.31. Potongan Melintang dan Memanjang
Pemasangan Pipa
-70-
2) Gali tanah yang telah ditandai dengan diameter luar
2,20 meter dan diameter dalam 0,60 meter tersebut,
dengan kedalaman 60 cm;
3) Lapisi dengan pasir setebal 5 cm dan pasanglah
batu kosong sepanjang lingkaran fondasi;
4) Pasang fondasi dari batukali dengan adukan 1
semen : 4 pasir diatas pasangan batu kosong. Urug
pinggir fondasi dengan tanah urug dan padatkan.
Lanjutkan pemasangan fondasi hingga mencapai
ketinggian 50 cm dari muka tanah;
5) Buat campuran beton dengan perbandingan
1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Buat lantai kerja
dengan cara menuangkan campuran beton setebal
5 cm diatas fondasi dan lahan yang dibatasi oleh
fondasi. Ratakan lantai kerja dengan roskam (alat
perata dari kayu);
6) Biarkan lantai beton sampai kering. Kemudian
pasang tangki fiber diatas fondasi tersebut dan
pasang pipa masuk (besi/GI) dengan diamater
1 inchi dan pipa keluar untuk kran diameter
¾ inchi sebanyak 3 – 4 unit.
b. Pekerjaan Lantai dan Saluran Pembuangan Air
1) Gali (kupas) tanah dasar 1/3 lingkaran sepanjang
1,20 m dari sisi pinggir fondasi dengan kedalaman
20 cm;
2) Lapisi dengan pasir padat setebal 5 cm;
3) Pasang batukali atau batubata dengan adukan
1 semen : 4 pasir;
4) Tuangkan campuran beton setebal 3 cm dan
ratakan dengan roskam (alat perata dari kayu);
5) Biarkan beton sampai kering;
6) Pasang saluran pembuangan dengan konstruksi
pasangan batu.
c. Pemeliharaan
1) Jangan memasukan benda apapun ke dalam bak
air yang dapat atau akan mencemarkan air;
-71-
2) Penggunaan HU harus dimusyawarahkan diantara
para penggunanya untuk pengaturan dan
perawatannya;
3) Gunakan keran dengan benar, tutuplah dengan
sempurna setelah dipakai dan jangan sampai ada
yang menetes;
4) Jangan menutup dan membuka keran dengan
keras-keras, untuk menghindari keran cepat aus
dan rusak;
5) Jika ada kerusakan pada keran atau HU maka kran
harus cepat diganti;
6) Bersihkan lantai HU untuk menjaga kebersihan dan
licin karena lumut dan sabun.
-72-
Gambar III.33. Jaringan Pipa Transmisi
-73-
g. Lengkapi air valve pada jarak ¼ bentang dari titik
masuk jembatan;
h. Konsultasikan konstruksi yang lebih berat dan besar,
kepada Dinas yang menangani bidang pekerjaan umum
setempat; dan
i. Bila pemasangan pipa akan diletakan atau digantung
pada jembatan yang ada, bicarakan dan minta
persetujuan pemilik jembatan atau instansi terkait.
-74-
b. Cara Pembuatan
1) Instalasi Saringan Pasir Lambat adalah bak yang
direncanakan dengan kriteria tertentu (minimal 2
bak) dan diisi dengan pasir penyaring dengan
ukuran butir pasir 0,15 mm – 0,35 mm;
2) Jika kekeruhannya mencapai 50 NTU maka
diperlukan bak pengendapan yang diberi nama bak
pra pengolahan. Hal ini untuk mengatasi kekeruhan
yang sangat tersebut;
3) Proses penjernihan air dengan SPL akan dimulai dari
lapisan bagian atas pasir, yakni pada lapisan bio
filter, dimana lapisan ini akan dapat menghilangkan
rasa dan bau yang dibawa oleh air baku;
4) Hal terpenting lainnya adalah pembersihan air dari
bakteri yang merugikan kesehatan. Penetrasi mikro
organisme dapat mencapai kedalaman 0,70 m
dibawah permukaan pasir. Artinya lebih dari itu
mikro organisme tidak mampu hidup, untuk itu
maka lapisan pasir harus lebih tebal 0,30 – 0,50 m
dari kedalaman penetrasi tersebut.
Artinya ketebalan lapisan pasir yang dipersyaratkan
adalah 1,00 m – 1,20 m;
5) Pemasangan media penyaring bersama-sama dengan
air atau media dimasukan setelah bak terisi air;
6) Media penyaring, artinya setelah pasir masuk dan
bak terisi air, jangan diganti atau ditambahkan
(kecuali ada kebocoran) diamkan dulu selama 2
minggu. Air jangan dikonsumsi dulu dan jangan
dialirkan;
7) Bagian pasir atas dari media penyaring akan
membentuk lapisan yang berlendir. Hal ini terbentuk
dari berbagai macam bakteri melalui proses
biokimia, yang terjadi secara alamiah;
8) Setelah 2 minggu, air mulai dialirkan dan bak
penyaring telah berfungsi;
9) Setelah beberapa saat air dialirkan, baru dapat
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
-75-
c. Pemeliharaan
1) Lakukan perawatan dengan segera jika air yang
keluar dari kran mulai mengecil dan debitnya
berkurang;
2) Indikasi lainya adalah air telah keluar dari saluran
pelimpah bak. Hal ini petanda bahwa media pasir
telah terjadi penyumbatan;
3) Tutup keran masuk (inlet), lalu buka keran keluar
(outlet) untuk mengurangi air yang terdapat dalam
bak. Lakukan hingga air mencapai ketinggian
5 cm – 10 cm diatasnya (jangan sampai kering);
4) Gunakan papan sebagai landasan pijakan di atas
media pasir, untuk melakukan pembersihan;
5) Lakukan pengupasan pada lapisan bio filter setebal
5 cm, dan simpan dibeberapa ember, sebagai
indukan, yang lainnya dibuang. Nantinya lapisan bio
ini digunakan kembali untuk mempercepat
pembentukan lapisan bio filter (bakteri/biokimia)
pada media yang telah dicuci;
6) Pindahkan pasir pada bak penampungan secara
manual. Lalu cuci hingga bersih;
7) Ulangi pekerjaan di atas jika terjadi penyumbatan di
pasir filter;
8) Apabila tebal media yang dikupas telah mencapai
40% dari tebal media pasir total, maka harus
ditambahkan media pasir yang baru;
9) Bersihkan dinding bak dan pinggirannya dari
dedaunan, ganggang, lumut yang mengapung dan
rerumputan yang tumbuh;
10) Lakukan kembali pengisian pasir ke dalam bak SPL
yang terendam air dan lakukan pematangan hingga
2 hari.
-76-
Gambar III.35. Penampang Bak Saringan Pasir Lambat
-77-
dilokasi yang telah ditentukan bersama. Serta
menentukan pembuatan konstruksinya dan melakukan
instalasinya.
Dilihat dari tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan
pengeboran, pembuatan sumur bor dalam dapat
dilakukan dengan cara:
1) Manual, adalah melakukan pengeboran dengan
memanfaatkan tenaga manusia;
2) Mekanis, adalah melakukan pengeboran dengan
tenaga mesin;
3) Pembuatan sumur bor dalam dengan cara jetting
(Jetted Well).
Pembuatan sumur bor dengan cara ini memerlukan
pompa yang mampu menyemprotkan air dengan
tekanan tinggi. Dengan tekanan yang tinggi, air yang
disemprotkan akan mampu mengangkat dan
mendorong material yang terlepas dari dasar lubang
akibat adanya pembuatan lubang.
Hal diatas merupakan cara sederhana yang dapat
diandalkan dan peralaan tersebut juga sederhana
dimana bisa diadakan dengan melakukan perakitan
sendiri.
Adapun kondisi yang dapat dilakukan cara ini
diantaranya:
1) Tanahnya tidak berbatu; dan
2) Kedalaman airnya dangkal.
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pembuatan sumur bor dengan sistem ini diantaranya:
1) Pompa air;
2) Water Swivel (kili-kili air);
3) Mata bor (bit);
4) Pipa besi/pipa bor/tangkai bor;
5) Selang air; dan
6) Kunci-kunci pipa.
Langkah kerja
1) Tentukan ukuran mata bor (bit) yang akan
digunakan;
-78-
2) Mata bor disambungkan dengan pipa bor;
3) Pipa bor bagian atas disambungkan dengan bagian
bawah water swivel (kili-kili air) dan aliran keluar
(outlet) dari pompa air dihubungkan pada bagian
atas water swivel dengan menggunakan selang;
4) Pompa air dihidupkan dan air mengalir melalui
swivel masuk kedalam pipa atau stang bor dan
menyemprot kedalam lobang bor melalui celah-
celah mata bor;
5) Dengan bantuan tekanan air dan sambil memutar
pipa bor atau tangkai bor sesuai dengan jarum
jam, maka pipa bor akan masuk kedalam tanah
dengan mudah. Putarannya jangan berlawanan
arah jarum jam, batang pipa akan terlepas dari
sambungan antar stang. Karena searah ulir
membuka sambungan batang pipa. Atau juga
terlepasnya mata bor dari tangkai bor;
6) Jika pipa bor sudah masuk kedalam tanah
sehingga tersisa kurang lebih 40 cm, pompa
dimatikan dan sambungan antar pipa bor dan
swivel dilepas;
7) Sambungkan pipa bor yang baru dengan ujung
atas yang lama. Sebelumnya pasang dulu swivel di
batang pipa bor yang baru yang akan
disambungkan ke pipa bor yang telah tertanam
(masuk);
8) Lakukan hingga kedalaman yang direncanakan;
9) Jika telah tercapai dan telah menemukan sumber
air bersih, cabutlah pipa bor dengan hati-hati dan
dilepas satu persatu;
10) Setelah itu pasanglah pipa casing (selubung) dan
pipa saringan;
11) Bila ingin menggunakan atau membuat sumur bor
yang lebih besar lubangnya, untuk mempermudah
pekerjaan, gunakanlah mata bor yang kecil
terlebih dahulu. Baru setelah itu diulangi dengan
mata bor yang lebih besar.
-79-
Permasalahan yang sering timbul
1) Jika pada pengeboran menemukan bongkahan
batu yang sulit ditembus, maka alat bor diangkat
ke atas dan mata bor diganti dengan mata bor
spiral;
2) Pengeboran dilanjutkan kembali sampai batuan
penghalang tersebut dapat diangkat keluar dari
lubang bor;
3) Bila batuan penghalang tidak dapat ditembus,
sebaiknya pengeboran dihentikan dan mencari
lokasi pengeboran yang baru;
4) Pada saat pengeboran, sering terjadi dinding
lobang bor longsor, ini dapat diatasi dengan
memasang casing.
b. Pelaksanaan Konstruksi Sumur Bor
Konstruksi sumur bor adalah pekerjaan finishing/
penyempurnaan yang pelaksanaannya setelah
pembuatan lubang bor selesai.
Pekerjaan pada fase-fase konstruksi pembuatan sumur
bor adalah:
1) Pemasangan pipa pelindung (casing)
Pipa casing dipasang setelah lubang bor yang
sesuai dengan diameter casing tersedia. Kegunaan
casing tersebut adalah sebagai:
a) Pencegah runtuhnya tanah disekitar lubang
bor; dan
b) Pencegah membesarnya lubang bor akibat
aliran air.
Cara pemasangan pipa casing pada lubang bor
sangat tergantung pada jenis tanah tempat
pengeboran dilakukan:
a) Untuk jenis tanah yang stabil atau kuat,
dimana tanah tidak mudah runtuh, maka
casing dapat dipasang setelah pengeboran
selesai;
b) Jika tanah tidak stabil dan mudah runtuh,
casing dipasang bersamaan dengan kemajuan
-80-
pengeboran. Namun ini pekerjaan yang sangat
sulit dan memerlukan keahlian khusus.
Cara lain yang sering digunakan untuk jenis
tanah seperti ini, yaitu dengan cara
penambahan material tertentu pada saat
pengeboran sedang dilakukan.
Material ini untuk menstabilkan lubang hasil
pengeboran. Ini harus dilakukan oleh pihak
yang telah berpengalaman dan mempunyai
keahlian khusus.
2) Pemasangan saringan pada casing (screen)
Pemasangan saringan pada casing dilakukan
bertujuan untuk mencegah masuknya pasir halus
yang terdapat diluar casing. Pasir halus ini
nantinya bisa mengakibatkan kerusakan pada
pompa yang akan dipasang.
Harus diperhatikan saat pemasangan screen adalah
menyesuaikan dengan lapisan tanah pembawa air
(lapisan aquifer) agar tidak terganggu dan berfungsi
sesuai rencana kebutuhan air.
3) Pengisian kerikil pada luar casing (gravel pack)
Pengisian kerikil dilaksanakan jika posisi casing
sudah berada dalam lubang dengan baik.
Keberadaan kerikil diantara dinding lubang sumur
dengan dinding bagian luar dari casing berguna
untuk menyaring butir-butir pasir halus yang
terbawa oleh tanah pembawa air sehingga tidak
masuk kedalam ruangan yang ada di dalam pipa
casing.
Dengan adanya kerikil ini akan semakin
memaksimalkan fungsi screen pada pipa casing.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengisian kerikil adalah:
a) Besar kerikil (gravel pack) disesuaikan dengan
butir pasir yang akan disaring; dan
b) Kerikil yang dimasukan disela-sela antara
lubang bor dan dinding luar dari pipa casing
-81-
harus melampaui atau lebih tinggi 30 cm dari
posisi screen. Sehingga seluruh lubang-lubang
yang ada pada screen terlindungi kerikil.
4) Penyempurnaan (Finishing)
Pekerjaan ini merupakan pembersihan dan
mengeluarkan material yang membuat air keruh.
Material ini biasanya masuk atau terjadi saat
pengeboran berlangsung.
Hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a) Membuang material lepas disekitar screen
dengan cara dihisap pakai pompa atau keluar
bersama-sama dengan pengaliran air hasil dari
pemompaan yang dilakukan; dan
b) Membuat daerah (tempat) disekitar screen
layak untuk pengaliran air tanah yang
diharapkan.
5) Perlindungan Sumur untuk Kesehatan (Sanitary
Protection)
a) Buatlah lantai yang kedap air pada sekeliling
sumur. Luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
b) Buatlah saluran drainase untuk menyalurkan
air bekas dipakai/digunakan. Agar air bekas
tersebut tidak meresap disekitar sumur yang
dikhawatirkan akan mempengaruhi mutu air
di kemudian hari.
6) Instalasi
Untuk menaikan air dari dalam sumur, dapat
menggunakan pompa seperti:
c) Submerseable Pump (Pompa terendam di dalam
sumur);
d) Power Pump; dan
e) Jet Pump.
Pilihannya harus disesuaikan dengan ketersediaan
listrik di desa.
-82-
Gambar III.36. Konstruksi Sumur Bor
-83-
2) Jarak bidang resapan dengan sumur air bersih
minimal 11 m.
b. Pengaliran air limbah dapat dibuat dengan kemiringan
saluran 2 – 5%.
c. Bahan bangunannya sebagai berikut:
-84-
b. Bidang resapan dengan ukuran sebagai berikut:
-85-
Pipa masuk (inlet dip pipe) dan keluar (outlet dip pipe)
tangki septik dapat berupa pipa T atau sekat dengan
ketentuan:
1) Kedudukan pipa keluar 5 cm – 10 cm lebih rendah
dari pipa masuk
2) Jarak penempatan pipa masuk dan keluar terhadap
dinding tangki septik dianjurkan 0,1 m – 0,2 m.
-86-
Untuk memberikan pemanfaatan tangki septik yang yang
lebih luas dengan harga yang memadai, dapat dibangun
dengan cara tangki septik komunal.
Prinsip kerja dari tangki septik komunal adalah
menyatukan saluran air limbah kakus menuju satu bak
penampung. Sehingga bak yang dibuat bisa melayani
beberapa rumah tinggal.
Sebelum masuk ke dalam tangki septik komunal, maka
dibuat beberapa bak kontrol sebagai pengendali saluran air
limbah dari beberapa rumah.
-87-
III. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENUNJANG PRODUKSI PERTANIAN DAN INDUSTRI
-88-
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh
suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun
kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan
membagi air. Beberapa kelemahan yang tercatat diantaranya adalah:
a. Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang;
b. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah
yang lebih subur; dan
c. Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama.
Gambar III.39. Contoh Penjemuran Ikan (Kec. Waru, Kab.
Penajam Paser Utara, Prov. Kalimantan Timur) dan Lantai
Jemur serta Bangunan Penyimpanan Padi (Kec. Bandar
Petalangan, Kab. Pelalawan, Prov. Riau)
-89-
bagian atasnya untuk membedakan patok lain yang
berdekatan, agar dapat membedakan patok rencana saluran
irigasi dengan patok yang tidak berhubungan dengan rencana
saluran irigasi yang akan dibuat;
c. Ukur kedalaman rencana bagian tengah saluran irigasi,
dengan cara mencangkul bagian tengah pada beberapa titik.
Beri tanda patok kedalaman rencana;
d. Tentukan kemiringan saluran irigasi untuk menjamin
mengalirnya air pada bagian ujung saluran. Disarankan
kemiringannya 2 – 4%.
Contoh perhitungan:
Panjang saluran irigasi = 100 m
Maka perhitungan 2 % adalah : 2/100 x 100 = 2
Artinya beda tinggi awal saluran irigasi dengan ujungnya
adalah 2 m
e. Buatlah cetakan dari ikatan bambu atau kayu yang berbentuk
trapesium dengan ukuran tertentu, atau seperti contoh
dibawah;
Gambar III.40. Cetakan dari Bambu/Kayu (Trapesium)
-92-
Gambar III.43. Cara memasang Bambu/Kayu pada Dinding
Saluran (trapesium)
-93-
3.3 Saluran Irigasi dengan Dinding Perkuatan Pasangan Batu
a. Lakukan pengukuran lebar saluran irigasi yang di kehendaki
dan perhatikan bagian-bagian yang bersinggungan dengan
bangunan yang ada atau bagian yang akan timbul berkenaan
dengan kepemilikan tanah. Serta hindari berdekatan dengan
tanaman keras;
b. Beri patok (tanda batas) sesuai dengan rencana lebar saluran
irigasi. Gunakan kayu atau bambu yang di belah, beri warna
bagian atasnya untuk membedakan patok lain yang
berdekatan, agar dapat membedakan patok rencana saluran
irigasi dengan patok yang tidak berhubungan dengan rencana
saluran irigasi yang akan dibuat;
c. Ukur kedalaman rencana bagian tengah saluran irigasi,
dengan cara mencangkul bagian tengah pada beberapa titik.
Beri tanda patok kedalaman rencana;
d. Tentukan kemiringan saluran irigasi untuk menjamin
mengalirnya air pada bagian ujung saluran. Disarankan
kemiringannya 2 – 4%.
Contoh perhitungan:
Panjang saluran irigasi = 100 m
Maka perhitungan 2 % adalah: 2/100 x 100 = 2
Artinya beda tinggi awal saluran irigasi dengan ujungnya
adalah 2 meter
e. Buatlah cetakan dari ikatan bambu atau kayu yang berbentuk
trapesium atau segi empat, dengan ukuran tertentu, lihat
gambar 1 dan gambar 4 diatas.
Cetakan tersebut untuk ukuran saat penggalian. Jangan lupa
untuk mengikat cetakan dengan kuat agar dapat digunakan
berkali-kali dan ukuran tidak berubah;
f. Gunakan bambu yang telah berumur 3 tahun keatas dengan
diameter 8 cm – 12 cm, tidak cacat dan lurus. Kalo
dimungkinkan telah diawetkan dengan perendaman dan
dikeringkan;
g. Galilah tanah sesuai patok yang telah dipasang. Periksa secara
rutin pada setiap panjang 20 m, kemiringan saluran irigasi.
Agar kemiringan 2% – 4% selalu terjaga. Kegagalan dalam
-94-
menentukan kemiringan akan menyebabkan aliran air
terganggu;
h. Buatlah pasangan batu untuk dinding yang telah terbentuk
dengan pasangan batu kali (warna hitam) atau batu gamping
(warna kuning kecoklatan), jenis batu tergantung pada
material lokal (daerah setempat). Tidak disarankan
menggunakan batuan yang didatangkan dari daerah lain yang
memerlukan biaya tinggi.
b. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah kegiatan perbaikan pada saluran
irigasi yang biasanya dilakukan lebih 1 tahun.
1) Meninggikan tanggul saluran;
2) Mengganti tanggul saluran;
3) Memperbaiki sayap bangunan, tembok saluran;
-95-
4) Memperbaiki kemiringan saluran irigasi.
c. Perbaikan Darurat
Kegiatan ini adalah bersifat sementara dan dalam waktu yang
singkat. Hal ini dilakukan agar air tetap mengalir dan tetap
dapat melayani kebutuhan irigasi.
Kegiatan ini dilakukan pada kejadian bencana alam, seperti
tanah longsor, banjir, pohon tumbang yang merusak dinding
saluran dan lain-lain.
Setelah perbaikan darurat, perlu segera direncanakan
perbaikan yang permanen.
d. Pemeliharaan Batu dan Beton
1) Menyiar kembali bagian-bagian yang retak. Bila pasangan
batu telah cukup lama, kemungkinan siarnya telah tipis dan
air dapat masuk ke celah-celah pasangan, ulangi lagi
pekerjaan siar seluruhnya;
2) Pasangan batu dan beton yang retak, tutuplah retakan
tersebut dengan bahan yang sama setelah terlebih dahulu
memperbesar retakannya;
3) Memperbaiki plesteran pada bagian bangunan yang sudah
habis atau rusak, agar diplester kembali seperti semula;
4) Beberapa bagian dari pasangan yang telah rapuh,
bongkarlah pasangan tersebut kemudian ditutup dengan
pasangan baru seperti semula;
5) Apabila terjadi pasangan batu atau beton terkikis, kerjakan
kembali dengan pasangan batu atau beton seperti bentuk
semula;
6) Bersihkan seluruh pasangan batu atau beton dari tumbuh-
tumbuhan yang dapat merusaknya dengan cara mencabut
sampai ke akar-akarnya kemudian tutup dengan adukan
semen;
7) Perbaikan pasangan batu digunakan campuran 1 semen : 4
pasir. Sedangkan untuk perbaikan beton digunakan
campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Ambilah tempat ukuran yang akan jadi standar pembanding
(contoh: ember cor).
Pertama tuangkan semen 1 zak, kedalam ember yang
tersedia. Hitunglah jumlah ember yang dapat menampung
-96-
satu zak semen. Maka kita telah menemukan berapa ember
untuk satu zak semen. Kalikan perbandingan tadi dengan
perbandingan 1:2:3 tersebut. Lakukan hal yang sama untuk
alat ukur yang lain.
-97-
IV. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENINGKATAN PRASARANA PENDUKUNG PEMASARAN PERTANIAN,
PERTERNAKAN, PERIKANAN, INDUSTRI, DAN PENDUKUNG KEGIATAN
PARIWISATA
4.1 Pasar Desa
Pasar desa merupakan suatu jenis sarana dan prasarana
perdesaaan yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi
jual-beli. Persyaratan utama untuk pengadaan pasar adalah ada
penjual dan pembeli serta komoditas yang akan diperjualbelikan.
Pembangunan pasar desa dapat ditinjau dari empat hal utama,
yaitu:
-98-
Gambar III.45. Contoh Prasarana Pendukung Kegiatan
Pariwisata
-99-
Gambar III.47. Contoh Posisi Pasar Desa diantara Sudut
Jalan
-100-
dengan calon pedagang baru yang terdaftar pada
kesempatan saat sosialisasi khusus dilaksanakan.
Selanjutnya dilakukan pendaftaran bagi calon pengguna
pasar yang berbentuk format, diantaranya tentang nama,
alamat, pedagang harian atau mingguan, jenis dagangan,
serta iuran yang disepakati untuk retribusi dan tanda
tangan;
-101-
yang bagian atas maupun sisi-sisinya terlindungi dan pada
sisi bagian depannya bisa di tutup dan dibuka. Untuk
menentukan jumlah kios bisa diambil angka 50% × jumlah
pedagang harian, walaupun angka yang dihasilkan
sebenarnya perlu di sepakati lebih lanjut dengan para
calon pedagang terutama menyangkut dana yang tersedia;
Keterangan:
15 adalah kemampuan pelayanan 1 unit/hari
Keterangan:
-102-
(1) Tinggi bak sampah 1,5 m yang pada sisi tengah
bagian depannya bisa di buka;
(2) Volume bak sampah untuk satu orang pedagang
ratarata = 0,1 m3/hari.
-103-
Penyediaan Material Lokal
Harga
No Jenis Bahan Volume Satuan Satuan (Rp) Lokasi Keterangan
…………....................................
-104-
Format III.2. Survei Penyediaan Tenaga Kerja Upah Kerja per Orang per Hari
Harga Satuan
No Jenis Pekerja Satuan (Rp) Keterangan
1 Pekerja HOK
2 Tukang HOK
3 Kepala Tukang HOK
4 Mandor HOK
…………..................................
-105-
Format III.3. Survei Harga Satuan Bahan/Alat
Harga Jarak
Ongkos Harga di
dilokasi angkut ke
No Jenis Bahan/Alat Satuan Angkut per Tempat
Pembelian Lokasi
Satuan (Rp) (Rp)
(Rp) ……… (km)
……….......................................
-106-
Format III.4. Daftar Hasil Konfirmasi dan Verifikasi Harga Satuan Bahan/Alat
…………...................................
(…………………) (………………………)
Ketua NIP.
-107-
Format III.5. Daftar Hasil Konfirmasi dan Verifikasi Upah Pekerja per Orang per Hari
Harga Satuan
No Jenis Tenaga Kerja Satuan Keterangan
(Rp)
…………...................................
(…………………) (………………………)
Ketua NIP.
-108-
Format III.6. Rencana Penggunaan Alat Berat
…………...................................
Dibuat Oleh: Diverifikasi Oleh:
Badan Tim Pelaksana Kabupaten (TPK)
Kerjasama Antar
Desa (BKAD)
(…………………) (………………………)
Ketua NIP.
-109-
Daftar Rencana Tenaga Kerja Lokal
…………...................................
(…………………………) (…………………………)
Ketua
-110-
Kabupaten : ……………………….. Paket : …………………….
Pekerjaan
…………...................................
(…………………………) (…………………………)
Ketua
…………..................................
Dibuat Oleh:
Ketua BKAD
( ……………………………… )
-112-
PENJELASAN PENYUSUNAN RANCANGAN TEKNIS (DED) DAN RAB
-113-
data yang dibutuhkan untuk analisis. Beberapa survei yang
akan dilakukan disesuaikan dengan jenis dan kriteria dari DED
yang akan disusun.
3) Analisis dan perencanaan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil survei kemudian
dilakukan analisis untuk pengambilan keputusan perencanaan
suatu kegiatan. Dalam perencanaan tentunya sangat
dibutuhkan data-data yang akurat agar hasilnya sesuai dengan
diharapkan.
4) Penyusunan rancangan teknis (Detail Engineering Design/DED)
a. Menyusun Rencana Teknis Beserta Gambar Teknisnya
Meliputi kegiatan perencanaan teknis yaitu perencanaan
sesuai dengan jenis masing-masing kegiatan yang
berhubungan langsung dengan masalah-masalah teknis,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan gambar
kerja/rencana teknis. Gambar kerja ini disusun
berdasarkan hasil yang didapat dari perencanaan teknis
dan dibuat rapi dalam satu bentuk album gambar.
b. Menyusun Spesifikasi Teknis Kegiatan
Pada kegiatan ini akan disusun spesifikasi teknis bahan
bangunan dan syarat pelaksanaan yang berhubungan
dengan desain teknis.
-114-
Sebagai contoh, misalnya harga bahan dan upah tenaga kerja di
Padang, berbeda dengan harga bahan dan upah tenaga kerja di
Medan, Pekan Baru, Palembang, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Secara umum pelaksanaan perhitungan anggaran biaya dapat dilihat
pada diagram berikut ini:
1. Persiapan
Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam perhitungan rencana
anggaran adalah sebagai berikut:
a. Bestek
Bestek adalah, suatu peraturan dan syarat-syarat teknis suatu
pekerjaan bangunan yang mengikat, yang diuraikan sedemikian
rupa, terinci, cukup jelas dan mudah dipahami;
Tujuannya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-
syarat teknis. Bagian-bagian bestek terdiri dari:
1) Keterangan dan penjelasan umum tentang proyek yang
akan dibangun.
2) Keterangan dan penjelasan tentang bagaimana
melaksanakan bagian proyek tersebut.
3) Keterangan dan penjelasan tentang administrasi proyek.
b. Gambar Bestek
Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar pra
rencana, serta gambar detail dasar dengan skala yang lebih
besar. Gambar bestek juga terdiri atas lampiran dari uraian
syarat-syarat (bestek) pekerjaan.
Gambar bestek merupakan kunci pokok (tolok ukur) baik
dalam menentukan kualitas dan scope of work maupun dalam
menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya) proyek.
Dengan adanya gambar bestek, maka Penyedia Jasa dapat
membayangkan bentuk dan macam bangunan yang diingini
oleh Pemberi Tugas dan bagaimana untuk melaksanakannya.
-115-
Gunanya untuk menentukan/menghitung besarnya masing-
masing volume pekerjaan. Gambar bestek terdiri dari:
1) Gambar rencana dengan perbandingan tertentu, biasanya
digunakan skala 1:100.
2) Gambar-gambar penjelasan dengan skala 1:5 dan 1:10
bagi konstruksi-konstruksi yang sulit.
Gambar bestek antara lain terdiri dari:
a) Gambar Situasi;
b) Gambar Denah;
c) Gambar Potongan;
d) Gambar Perspektif;
e) Gambar Rencana Atap;
f) Gambar Detail Konstruksi; dan
g) Gambar Pelengkap.
Dengan adanya bestek dan gambar bestek, maka pelaksana
dapat membayangkan bentuk dan macam bangunan yang
diinginkan oleh Pemberi Tugas.
c. Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah
tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis.
-116-
bervariasi pada setiap daerah. Harga tenaga kerja dihitung per
hari kerja yaitu 8 jam per hari.
b. Harga Bahan
Bahan dan material adalah besarnya jumlah bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu
kesatuan pekerjaan. Besarnya Harga Bahan dan Material
tergantung bervariasi pada setiap daerah misalnya harga
Semen, Pasir, Batu Kali, dan sebagainya. Harga Bahan dihitung
dengan satuan per unit, buah, atau m³ disesuaikan dengan
Jenis Bahan tersebut.
c. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga Satuan Pekerjaan adalah Jumlah Harga Bahan dan Upah
Tenaga Kerja berdasarkan Perhitungan Analisa suatu Kegiatan.
Harga Bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam satu
daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Upah
Tenaga Kerja didapatkan di lokasi dikumpulkan dan dicatat
dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah.
Ada Tiga istilah yang harus dibedakan dalam Penyusunan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yaitu : Harga Satuan Bahan,
Harga Satuan Upah dan Harga Satuan Pekerjaan. Harga
Satuan Pekerjaan dihitung berdasarkan satuan per pekerjaan.
d. Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan adalah Menguraikan secara Rinci Besar
Volume atau Kubikasi suatu Pekerjaan. Menguraikan, berarti
menghitung besar volume masing-masing pekerjaan sesuai
dengan Gambar Bestek dan Gambar Detail. Seperti dijelaskan
sebelumnya, untuk menghitung volume masing-masing
pekerjaan terlebih dahulu harus dikuasai tata cara Membaca
Gambar Bestek berikut Gambar Detail/Penjelasan. Perhitungan
volume adalah perhitungan untuk menghitung isi, luas, dan
keliling suatu benda sehingga perlu diketahui Rumus dan
Satuan benda yang akan dipergunakan seperti:
Satuan Panjang : cm, m, hm, km, inch, dan mile.
Satuan Luas : cm², ca, are, ha.
Satuan Isi : dm³, m³, dan lain - lain.
-117-
e. Rencana Anggaran Biaya
Anggaran Biaya yang dihitung adalah Jumlah dari masing-
masing Hasil perkalian Volume dengan Harga Satuan Pekerjaan
yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai
berikut :
RAB = Volume x Harga Satuan Pekerjaan
DED dan RAB yang sudah disusun, selanjutnya divalidasi oleh
Tim Pelaksana Kabupaten, dan atau Tim Pelaksana Provinsi
selanjutnya disetujui oleh PPK pada Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi sebagai dasar
pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan Surat Perjanjian
Kerja Sama.
No Uraian Keterangan
1 Cover
2 Peta Kawasan dan Lokasi Paket Pekerjaan
3 Rekapitulasi RAB
4 Rencana Anggaran Biaya
5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan
6 Daftar Harga Satuan Bahan, Alat dan Upah
7 Perhitungan Volume
8 Gambar Rencana
a. Denah
b. Tampak
c. Potongan
d. Detail
9 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kurve “S”
-118-
Format III.10. Bingkai Gambar Rencana
PISEW
TA. ………………………
Provinsi
…………………………………….
Kabupaten
…………………………………….
Kecamatan
…………………………………….
Jenis Prasarana
…………………………………….
Lokasi
(dimana infrastruktur dibangun)
Judul Gambar
…………………………………….
Dibuat Oleh:
BKAD Fasilitator
( ………………) ( ………………)
Diverifikasi Oleh:
TAPr./Asist. TAPr.
( ………………………………… )
Divalidasi Oleh:
Tim Pelaksana Tim Pelaksana
Kabupaten Provinsi
( ………………) ( ………………)
Nip. ………… Nip. …………
Lembar ke …… Dari …….
-119-
Format III.11. RAB-Biaya Adm. & Ops
…………..............................................
* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat
1
Digandakan sesuai dengan kebutuhan
-120-
Format III.12. RAB untuk Paket Pekerjaan
Total
%
…………..............................................
* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat
-121-
Format III.13. RAB-Harga Satuan Pekerjaan
…………..............................................
* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat
-122-
Format III.14. RAB-Daftar Harga Satuan Pekerjaan
…………..............................................
* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat
-123-
Format III.15. Rekapitulasi RAB
A Pekerjaan
……………………..
Persiapan
……………………..
……………………..
Sub Total Biaya (A)
B Pekerjaan Tanah
……………………..
……………………..
……………………..
……………………..
Sub Total Biaya (B)
C Pekerjaan
……………………..
Fondasi
……………………..
……………………..
Sub Total Biaya (C)
.........................................
(……………..)
(……………..) (……………..) (……………..)
Nip. ………. Nip. ……….
Ket:
* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat
-124-
Format III.16. Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan
.....................................
(……………..)
(……………..) (……………..) (……………..)
Nip. ………. Nip. ……….
Ket:
* Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh
Fasilitator Masyarakat
-125-
Format III.17. Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
II PEKERJAAN TANAH
1 GALIAN TANAH
2 URUGAN TANAH
JUMLAH
BOBOT RENCANA ( % )
BOBOT RENCANA KUMULTAIF ( % )
BOBOT
BOBOT REALISASI KUMULATIF ( % )
…………...........................................
Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-126-
Format III.18. Pemeriksaan Desain dan RAB
6 Gambar
Detail
Ket:
* Dokumen sebelum ditandatangani oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu
diverifikasi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-127-
Format III.19. Lembar Pengesahan DED dan RAB
Lembar Pengesahan
No. ………………………..
Nama : ……………………
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen pada Satker PKP Provinsi …….….
Alamat : …………………………
………….…………………………..
(………………………………………..)
NIP. …………………………………..
-128-
Kop Surat BKAD
………….………………………….
Nomor : …………………………
Lampiran : …………………………
Kepada Yth.
(Undangan Terlampir)
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan sudah diselesaikannya penyusunan Rancangan
Teknis Gambar Rencana dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan
Kegiatan PISEW Tahun ……………….. di Kecamatan……………………..,
Kabupaten …………………….. dimana Kawasan yang menjadi sasarannya
terdiri dari:
1. Desa ……………………………
2. Desa ……………………………
3. Desa ……………………………
Maka dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu/ Sdr/i untuk menghadiri
Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : ............................................................
Waktu : Pukul..................... s.d .......................
Tempat : ............................................................
Acara :
Materi atau Topik:
1. Spesifikasi Pekerjaan;
2. Organisasi Kerja;
3. Tatacara Pelaksanaan Konstruksi dan Jadwal Pelaksanaan.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu/ Sdr/i
kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Ketua BKAD
(……………………………)
-129-
Format III.21. Daftar Hadir Pertemuan Pra-Pelaksanaan
Provinsi : Tanggal :
Kabupaten : Nama Fasilitator :
Kecamatan : Paket Pekerjaan :
-130-
Format III.22. Notulensi Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi
Notulensi
Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi
Provinsi : …………………………………………….
Kabupaten : …………………………………………….
Kecamatan : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Acara : Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi
-131-
Acara ditutup pada pukul .................
Demikian notulensi ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
……………………………
-132-
Format III.23. Berita Acara Pertemuan Pra-Pelaksanaan Konstruksi
Berita Acara
Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi
Provinsi : …………………………………………….
Kabupaten : …………………………………………….
Kecamatan : …………………………………………….
Tanggal : …………………………………………….
Acara : Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi
Berkaitan dengan Pelaksanaan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW) Tahun ………., Kecamatan …………………………,
Kabupaten ………………………, Provinsi …………..........., maka pada hari ini:
Hari dan Tanggal : ……………………………………………………
Jam : Pukul …………… s.d. pukul ………………
Tempat : …………………………………………………...
Telah diselenggarakan Pertemuan Pra Pelaksanaan Konstruksi yang
dihadiri oleh perwakilan masyarakat sebagaimana tercantum dalam
undangan (Daftar Hadir Peserta terlampir).
Materi atau Topik yang dibahas dalam Pertemuan Pra Pelaksanaan
Konstruksi ini, serta yang bertindak selaku unsur Pimpinan Rapat dan
Narasumber adalah :
A. Materi dan Topik:
1. Penyampaian Mengenai Spesifikasi Pekerjaan
- Kendali Mutu
2. Organisasi Kerja
- Tenaga Kerja (Besaran Upah)
- Pengaturan Material/Bahan
- Pengaturan Waktu Pelaksanaan
3. Tatacara Pelaksanaan Konstruksi
-133-
4. ................................................................................................................
..............................................
5. Dst.
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama lengkap Nama lengkap
Mengetahui :
Camat Fasilitator Masyarakat
(………………………………………..) (………………………………………..)
Nama Jelas Nama Jelas
Menyetujui :
Wakil dan Peserta Pertemuan
-134-
Format III.24. Monitoring Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi
REALISASI
RENCANA REALISASI HARI INI JUMLAH HOK
NO URAIAN PEKERJAAN KOMULATIF CUACA CATATAN
VOLUME SATUAN VOLUME SATUAN VOLUME SATUAN PEKERJA TUKANG MANDOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
………….........................................
(……………..) (……………..)
-135-
Format III.25. Daftar Hadir Pekerja Harian dan Penerimaan Insentif
Provinsi : …………………………. Insentif 1 HOK Kepala Kelompok/Mandor : …………… No. Surat Perjanjian : ………………………………
Kerjasama
Periode Kerja : …………………………. Hari/Tanggal : …………… Fasilitator Masy. : ………………………………
Kategori Jumlah
Hari Orang Kerja(HOK) Jumlah
HOK Tanda tangan /
No. Nama Kk/ Menurut Tanggal Insentif
Pk Tk Kk/ Cap Jempol Tangan Kiri
Md Pk Tk (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Md
1. 1.
2.
2.
3. 3.
4.
4.
5. 5.
6.
6.
7. 7.
8.
8.
Jumlah : Jumlah :
………….........................................
(……………..) (……………..)
-136-
Format III.26. Daftar Hadir Pekerja Harian
(…………………………) (…………………………)
Ketua
-137-
Format III.27. Catatan Harian Penggunaan Material
………….........................................
(……………..) (……………..)
-138-
Format III.28. Rekapitulasi Mingguan Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi
….........................................
(……………..) (……………..)
Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-139-
Format III.29. Rekapitulasi Bulanan Kemajuan Pelaksanaan Konstruksi
Harga Jumlah
Bobot Hasil Pekerjaan Prosentase Prosentase Kemajuan
Satuan Harga
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Kemajuan tiap Thp Keseluruhan
Bulan Bulan
(Rp) (Rp) (%) Jml Sisa Pekerjaan Pekerjaan
lalu ini
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
…………...........................................
Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-140-
Format III.30. Back Up Data Perhitungan Volume
BACK UP DATA PERHITUNGAN VOLUME
PEKERJAAN ……………………………………………………………………………….
Sketsa/Gambar
Formula Perhitungan
…………...........................................
Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-141-
Format III.31. Kemajuan/Progres Swadaya Masyarakat
………….......................................
Ket: * Dokumen sebelum diverifikasi oleh TAPr/Asist. TAPr, terlebih dahulu dikoreksi kebenarannya oleh Fasilitator Masyarakat
-142-
Format III.32. Rekapitulasi Permasalahan Tingkat Kecamatan
Keterangan:
- Status masalah diisi: Belum Selesai/Proses/Selesai
Dibuat Oleh: Diketahui Oleh:
Fasilitator Masyarakat Badan Kerjasama Antar Desa
(BKAD)
(………………….…………) (………………….…………)
Ketua
-143-
Format III.33. Rekapitulasi Permasalahan Tingkat Provinsi
Provinsi : ………..………….…………………..
Periode : Tanggal ………….. sd …………...
Jml. Kabupaten : ………..………….…………………..
Jml. Kecamatan : ………..………….…………………..
Keterangan:
- Status masalah diisi: Belum Selesai/Proses/Selesai
Dibuat Oleh:
Tenaga Ahli Provinsi
(………………….…………)
-144-
Format III.34. Buku Bimbingan
Buku Bimbingan
(…………………………) (…………………………)
Ketua
-145-
Format III.35. Buku Tamu
Buku Tamu
Tanda
No Hari/Tanggal Nama Jabatan Saran dan Pesan
Tangan
(…………………………) (…………………………)
Ketua
-146-
Petunjuk Pelaksanaan Konstruksi ini menjadi rujukan dalam pelaksanaan
PISEW. Demikian, atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.
-147-