Anda di halaman 1dari 7

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Unit Eselon I/II : Ditjen Cipta Karya – Direktorat Sanitasi


Output : Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Sanitasi
Kegiatan : Pendampingan Perencanaan dan Opersional Prasarana
Sarana Bidang Sanitasi
Indikator Kinerja Kegiatan : Laporan kegiatan
Jenis Keluaran (output) : Buku Laporan Kegiatan
Volume Keluaran (output) : 1
Satuan Ukur Keluaran (output) : 1 buku laporan

A. Latar belakang
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
c. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal
d. Peraturan Presiden Nomor 185 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi
e. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
f. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan
g. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
RT dan Sampah Sejenis RT
i. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04 /PRT/M/2017
Tentang Penyelengaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 29/PRT/M/2018
tentang Standar Teknis Standar Pelayanan Minimal Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
m. Manual Pengelolaan Program Pembangunan Percepatan Sanitasi Permukiman

RPJMN 2020-2024 melalui Perpres Nomor 18 Tahun 2020 mengamanatkan tercapainya 90%
akses air limbah layak (termasuk 15% akses aman di dalamnya) dan 100% akses sampah
perkotaan di tahun 2024. Untuk menterjemahkan target tersebut, Kementerian PUPR
memberikan dukungan melalui dukungan pembangunan infrastruktur sanitasi di

1
kabupaten/kota.Berdasarkan evaluasi terhadap infrastruktur yang terbangun melalui
pendananaan APBN PUPR diketahui bahwa beberapa infrastruktur yang terbangun belum
secara optimal dimanfaatkan, baik akibat adanya kerusakan fisik pada bangunan maupun
karena belum adanya layanan sanitasi di kabupaten/kota.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka perlu dilaksanakan pendampingan
perencanaan dan operasional prasrana sarana bidang sanitasi. Pendampingan perencanaan
dilaksanakan dalam rangka upaya optimalisasi infrastruktur terbangun yang belum dapat
diserah terimakan kepada Pemerintah Daerah. Adapun Kegiatan pendampingan
pengoperasian merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan performa, fungsi
dan transisi dari masa pembangunan dan pengelolaan terhadap prasarana terbangun.
Layanan sanitasi berkelanjutan sebagaimana diamanatkan RPJMN 2020-2024 dapat
diwujudkan melalui penyusunan SSK yang berkualitas disertai implementasinya yang
sistematis dan efektif. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) telah
ditetapkan sebagai sarana pencapaiannya yang diterjemahkan dalam lima arah kebijakan dan
strategi berikut; i) Peningkatan kapasitas institusi dalam layanan pengelolaan sanitasi, ii)
Peningkatan komitmen kepala daerah untuk layanan sanitasi yang berkelanjutan, iii)
Pengembangan infrastruktur dan layanan sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan daerah, iv) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat dalam mencapai akses
aman sanitasi, dan v) Pengembangan kerja sama dan pola pendanaan.
Melalui program PPSP yang telah berjalan sejak tahun 2009 hingga 2019, sebanyak 498
kabupaten/kota memiliki dokumen SSK sebagai acuan implementasi sanitasi di wilayahnya.
Namun demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak juga kabupaten/kota yang
belum memanfaatkannya, belum menginternalisasikan SSK-nya ke dalam proses
perencanaan, dan menjadikannya sebagai mesin penggerak pembangunan sanitasi di daerah.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan program PPSP setidaknya terdapat 3 (tiga)
kendala utama terputusnya SSK ke dalam implementasi, yaitu Pertama, masih banyak ditemui
dokumen SSK yang kualitasnya tidak bagus, meskipun Panduan Penyusunan/Pemutakhiran
SSK telah menjelaskan secara terperinci proses penyusunan SSK. Kedua, Pokja tidak memiliki
komitmen untuk mengawal internalisasi SSK dalam proses perencanan pembangunan daerah.
Ketiga, tidak-adanya atau rendahnya komitmen bupati/ walikota – satu faktor yang justru
sangat menentukan keberhasilan penanganan masalah sanitasi di daerah.
Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan yang ada, sejak tahun 2018 Pemerintah Pusat
melalui Pokja PPAS Nasional melaksanakan pendampingan implementasi SSK.
Pendampingan implementasi SSK berfokus pada penyiapan perencanaan strategis (SSK) dan
internalisasi (pengawalan) dan eksternalisasi SSK ke dalam proses perencanaan
pembangunan daerah. Pesan kunci dalam memastikan implementasi SSK adalah komitmen
bupati/walikota yang kuat. Sehingga dalam implementasi SSK, internalisasi kepada seluruh
OPD dilakukan sepanjang tahapan pendampingan, dan advokasi kepala daerah dilakukan di
tahap awal dalam perumusan kebijakan agar internalisasi SSK ke dalam proses perencanaan
pembangunan serta upaya konsolidasi sumber-sumber pendanaan alternatif non APBD dapat
berjalan efektif

B. Tujuan Kegiatan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Perencanaan dan Opersional Prasarana Sarana
Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut:

2
1. Teridentifikasinya keberfungsian dan keberlanjutan dari infrastruktur terbangun di Provinsi
… yang didanai melalui APBN PUPR
2. Tersedianya Detail Engineering Design (DED) yang berkualitas dan memenuhi syarat
ketentuan penyusunan rencana teknis (jika ditemui adanya kebutuhan penyusunan DED)
3. Terlaksananya kegiatan pendampingan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana
bidang sanitasi, termasuk pelaksanaan pelatihan pengoperasian dengan operator
4. Terlaksananya kegiatan proses serah terima aset dan finalisasi serah terima aset
5. Terlaksananya koordinasi antar organisasi pengelola Program Hibah Sanitasi, dan
pemantauan pelaksanaan Program Hibah Sanitasi, khususnya terhadap progres
pelaksanaan fisik dan keuangan program hibah
6. Terlaksananya koordinasi antar organisasi pengelola DAK Sanitasi, dan pemantauan
pelaksanaan DAK Sanitasi, khususnya terhadap progres pelaksanaan fisik dan keuangan
program DAK Sanitasi
Tujuan pelaksanaan kegiatan implementasi SSK adalah sebagai berikut:
1. Adanya komitmen pimpinan secara berjenjang dalam penyelenggaraan sanitasi di daerah
2. Terususunnya program dan kegiatan sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan bidang
sanitasi
3. Terimplementasinya program kegiatan dalam dokumen SSK ke dalam proses
penganggaran, sehingga adanya percepatan peningkatan akses sanitasi dan perbaikan
manajemen layanan sanitasi di daerah

C. Sasaran Kegiatan
 Sasaran kegiatan perencanaan adalah infrastruktur terbangun yang belum
diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah dan teridentifikasi dibutuhkan adanya
kegiatan optimalisasi pada tahun 2023 berdasarkan kesepakatan hasil identifikasi.
 Adapun sasaran kegiatan pendampingan operasional mengacu pada kesepakatan hasil
identifikasi bersama Balai PPW Provinsi. (jika ditemui adanya kebutuhan penyusunan
DED)
 Sasaran pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Program Hibah Sanitasi ditujukan kepada
Pemerintah Daerah penerima dana hibah Program Hibah Air Limbah Setempat TA 2022
dan Program Hibah Air Limbah Tahap II.
 Sasaran pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Program DAK Sanitasi ditujukan kepada
Pemerintah Daerah penerima dana DAK Sanitasi TA 2022
 Sasaran kegiatan ini adalah pendampingan terhadap pemerintah daerah provinsi, dengan
lokus spesifik fasilitasi kabupaten/kota adalah kabupaten/kota yang sudah melakukan
fasilitasi implementasi SSK dari tahun 2019 s.d 2022 sebagai berikut:

Jumlah Kab/Kota yang Difasilitasi


No Provinsi
2018 2019 2020 2021 2022
1 Prov. Kalimantan Barat 2 2 2 2

3
D. Lingkup Kegiatan
1. Melakukan identifikasi dan evaluasi status keberfungsian infrastruktur yang dibangun
melalui pendanaan APBN PUPR
2. Melakukan pemuktahiran data keberfungsian infrastruktur terbangun pada SI INSAN
3. Melakukan penyusunan Detail Engineering Design (DED) meliputi kegiatan koordinasi,
pengambilan data primer, penyusunan rencana desain, dan penyusunan laporan desain.
(jika ditemui adanya kebutuhan penyusunan DED)
4. Melakukan pendampingan operasional pada infrastruktur terpilih dengan tahapan sebagai
berikut:
Pendampingan Operasional
Persiapan kegiatan:
 Melaksanakan inspeksi peralatan mekanik untuk memastikan peralatan mekanik telah
diperiksa dan diperbaiki (bila dibutuhkan);
 Melaksanakan inspeksi struktur bangunan pengolahan untuk memastikan bangunan
pengolahan telah diperiksa dan diperbaiki (bila dibutuhkan perbaikan);
 Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk menginformasikan aspek
penyelenggaraan untuk mengoperasikan infrastruktur tersedia (aspek teknis, institusi,
peraturan, dan pembiayaan)
 Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk mengembangkan aspek
penyelenggaraan infrastruktur yang dibutuhkan (aspek institusi, peraturan dan
pembiayaan)
Pelaksanaan
 Menghadiri Technical Meeting persiapan pendampingan O&P prasarana sanitasi
 Menyusun kebutuhan personel untuk pengoperasian prasarana untuk dikoordinasikan
dengan pihak Pemerintah Daerah dan disiapkan untuk mengikuti pelatihan di Balai
Teknologi Sanitasi di Surabaya;
 Melaksanakan persiapan pelatihan uji coba sistem pengolahan air limbah domestik
 Menyusun rencana kegiatan uji coba sistem pada infrastruktur terbangun;
 Melaksanakan pelatihan pengoperasian dengan operator
 Pelaksanaan FGD 1 untuk memaparkan kondisi hasil pelatihan
a) Penjelasan pelaksanaan kegiatan uji coba pengoperasian dan pemeliharaan
infrastruktur terbangun:
b) Penjelasan keikutsertaan operator pada pelaksanaan uji coba pengoperasian dan
pemeliharaan infrastruktur terbangun
c) Penjelasan keikutsertaan operator pada pelaksanaan uji coba non-teknis
administrasi, pelayanan, pembiayaan, peraturan, dan institusi
d) Pemaparan rencana kerja kegiatan uji coba pengoperasian dan pemeliharan
prasarana yang akan dilaksanakan dengan arahan dari Balai PPW

4
 Pelaksanaan bimbingan pengoperasian, pemeliharaan, dan pelayanan oleh operator
 Pelaksanaan pendampingan dan pemantauan Program Hibah Sanitasi melalui:
a) Koordinasi dengan Central Project Management Unit (CPMU) Program Hibah
Sanitasi dan Project Implementing Unit (PIU) masing-masing Kota/Kabupaten
peserta hibah terhadap pengelolaan program hibah sanitasi termasuk penyusunan
rencana kegiatan tahunan, penganggaran, pendampingan penyusunan dokumen
perencanaan teknis, kegiatan survei dasar (baseline), monitoring (oversight), dan
fasilitasi verifikas
b) Memberikan pendampingan penyusunan dokumen perencanaan teknis
pembangunan SPALD-S Individual dalam Program Hibah Air Limbah Setempat;
c) Melakukan monitoring progres pelaksanaan fisik dan keuangan Program Hibah
Sanitasi di Kabupaten/Kota secara berkala di wilayah provinsinya;
d) Menyusun laporan progres pelaksanaan Program Hibah Sanitasi untuk disampaikan
kepada CPMU Program Hibah Sanitasi;
e) Menerbitkan laporan dan rekomendasi yang mengacu pada hasil verifikasi yang
dilaksanakan oleh tim konsultan baseline dan verifikasi Program Hibah Sanitasi
 Pelaksanaan FGD 2 – Pemantauan Akhir dan Serah Terima Aset, untuk
melaksanakan evaluasi bimbingan teknis pengelola infrastruktur terbangun dalam
melaksanakan pengolahan air limbah domestik, yang meliputi:
a) Penjelasan keikutsertaan operator pada pelaksanaan uji coba pengoperasian dan
pemeliharaan infrastruktur terbangun;
b) Penjelasan keikutsertaan operator pada pelaksanaan uji coba non-teknis
administrasi, pelayanan, pembiayaan, peraturan, dan institusi
5. Melaksanakan koordinasi antar organisasi pengelola Program Hibah Sanitasi, dan
pemantauan pelaksanaan Program Hibah Sanitasi, khususnya terhadap progres
pelaksanaan fisik dan keuangan program hibah
6. Melaksanakan koordinasi antar organisasi pengelola DAK Sanitasi, dan pemantauan
pelaksanaan DAK Sanitasi, khususnya terhadap progres pelaksanaan fisik dan keuangan
program DAK Sanitasi

E. Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan pendampingan adalah selama 10 (sepuluh) bulan.

F. Kebutuhan Konsultan Individual


Dalam pelaksanaan Pendampingan Perencanaan dan Opersional Prasarana Sarana Bidang
Sanitasi diperlukan konsultan individual sebanyak 2 (dua) orang Tenaga Ahli Teknis dengan
kualifikasi sebagai berikut;

Ahli Teknik Lingkungan


Minimal S1 Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan dan memiliki pengalaman minimal 4 tahun,
diutamakan memiliki pengalaman di bidang perencanaan bangunan pengolahan air limbah
domestik, bertugas selama 10 MM.
5
Ahli Teknik Sipil
Minimal S1 Teknik Sipil dan memiliki pengalaman minimal 4 tahun, diutamakan memiliki
pengalaman di bidang perencanaan bangunan pengolahan air limbah domestik, bertugas
selama 3 MM

Tenaga Ahli Teknik Lingkungan


Tugas:
1) Menyusun kebutuhan personel bersama dengan Tenaga Ahli Kelembagaan untuk
pengoperasian infrastruktur terbangun;
2) Menyusun rencana kegiatan uji coba pada infrastruktur terbangun (bila dibutuhkan);
3) Melaksanakan uji coba sistem pengolahan air limbah domestik (bila dibutuhkan);
4) Melaksanakan uji coba pengolahan infrastruktur terbangun (bila dibutuhkan);
5) Melaksanakan evaluasi bimbingan teknis pengelola infrastruktur terbangun dalam
melaksanakan pengolahan air limbah domestik; dan
6) Menyusun atau mereview Standar Operasional dan Prosedur Pengoperasian infrastruktur
terbangun (bila dibutuhkan)
7) Menyusun laporan pelaksanaan, pendahuluan, interim dan laporan akhir sesuai dengan
tugas tenaga ahli

Tenaga Ahli Sipil


Tugas:
1) Melaksanakan inspeksi peralatan mekanik untuk memastikan peralatan mekanik telah
diperiksa dan diperbaiki (bila dibutuhkan);
2) Melaksanakan inspeksi struktur bangunan pengolahan untuk memastikan bangunan
pengolahan telah diperiksa dan diperbaiki (bila dibutuhkan perbaikan);
3) Menyusun laporan pelaksanaan, pendahuluan, interim dan laporan akhir sesuai dengan
tugas tenaga ahli

G. Biaya yang Diperlukan


Kegiatan ini bersumber dari APBN TA. 2022 dengan anggaran sebesar Rp. 950.000.000,-
(Sembilan Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).

H. Keluaran
Keluaran dari Kegiatan Pendampingan Perencanaan dan Opersional Prasarana Sarana
Bidang Sanitasi meliputi:
1. Laporan Bulanan
6
Laporan bulanan terdiri dari perkembangan pelaksanaan tugas pada bulan lalu,
permasalahan yang ada, rencana tindak lanjutnya serta Ouput.
2. Laporan Akhir
Laporan akhir berisi hasil akhir dari keseluruhan pelaksanaan pendampingan.

Penanggung jawab Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai