Dasar Hukum
B. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Sesuai dengan milestone Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030, khususnya tujuan nomor 6 (enam) yaitu
menjamin ketersediaan dan keberlanjutan pengelolaan untuk air minum dan sanitasi bagi semua, sehingga target SDGs
bidang sanitasi pada akhir tahun 2030 diharapkan dapat mencapai akses sanitasi dan higienis yang memenuhi dan merata
untuk semua. Sedangkan target RPJMN 2020-2024 untuk sektor limbah domestik adalah meningkatnya jumlah rumah
tangga yang memiliki akses sanitasi layak menjadi 90% (termasuk didalamnya 15% rumah tangga yang memiliki sanitasi
aman).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi, pembangunan infrastruktur sanitasi merupakan upaya peningkatan kualitas dan perluasan pelayanan
persampahan rumah tangga, air limbah domestik, dan pengelolaan drainase lingkungan secara terpadu dan berkelanjutan
melalui peningkatan perencanaan,
kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik. Selain itu, dalam milestone Sustainable Development Goals
(SDGs) Tahun 2030, khususnya tujuan nomor 6 yaitu menjamin ketersediaan dan keberlanjutan pengelolaan untuk air
minum dan sanitasi bagi semua kalangan.
Salah satu upaya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Sanitasi Direktorat Jenderal
Cipta Karya dalam peningkatan pembangunan infrastruktur sanitasi di Indonesia adalah melalui Kegiatan Pembangunan
SPALDS- Reguler, IPLT, IPAL Skala Kawasan, IPAL Skala Permukiman, IPAL Kawasan Perkotaan untuk bidang air limbah,
sedangkan untuk bidang persampahan pembangunan TPA, dan TPST, dan untuk Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM)
Bidang Sanitasi. Adapun kegiatan IBM bidang sanitasi yang terdiri dari Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas
SPALD-S dan SPALD-T), Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS 3R), serta Sanitasi di Lembaga
Pendidikan Keagamaan (LPK).
Berdasarkan data yang terdapat dalam SI INSAN dan SI IBM sampai dengan tahun 2022 sebagai berikut:
1. Infrastruktur Air Limbah Domestik terbangun 13.109, dengan persentase keberfungsian 57.31%,
persentase ketidakberfungsian 9,18% dan persentase infrastruktur belum teridentifikasi sebesar 33,50%
2. Infrastruktur Persampahan terbangun sejumlah 1.037, dengan persentase keberfungsian 53,01%,
persentase ketidakberfungsian 5,76% dan persentase infrastruktur belum teridenfikasi sebesar 41,23%
3. Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) sejumlah 16.850, dengan persentase keberfungsian 38,13%,
persentase ketidakberfungsian 10,59% dan persentase infrastruktur belum teridentifikasi sebesar 51,29%
Mengingat masih cukup banyak status keberfungsian dari sarana prasarana terbangun dan dalam rangka
menjamin keberlanjutan pengelolaan sanitasi sesuai target SDGs maka Direktorat Sanitasi juga perlu
memastikan bahwa seluruh sarana dan prasarana sanitasi terbangun masih berfungsi dan memberikan dampak
yang baik bagi lingkungan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi keberfungsian Infrastruktur Bidang Sanitasi
melalui Kegiatan Pendampingan Keberfungsian dan Keberlanjutan Infrastruktur Sanitasi.
Dengan mempertimbangkan pentingnya kegiatan tersebut diatas maka Direktorat Sanitasi melalui Satuan Kerja
Direktorat Sanitasi melaksanakan kegiatan Belanja Jasa Lainnya Konsultan Individu Pendamping Keberfungsian
dan Keberlanjutan Infrastruktur Bidang Sanitasi.
TUGAS POKOK
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, ruang lingkup pekerjaan yang harus dilakukan oleh Konsultan Individu
Pendamping Keberfungsian dan Keberlanjutan Infrastruktur Sanitasi adalah:
1) Melakukan pengumpulan data sekunder dari SI INSAN, SIM IBM Sanitasi, dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan status keberfungsian.
2) Melakukan pengumpulan data primer untuk mengetahui kondisi keberfungsian infrastruktur berdasarkan hasil
survei lapangan.
3) Melakukan pemetaan dan analisis permasalahan keberfungsian yang didapat dari hasil survei lapangan maupun
dari data sekunder, serta menyusun rekomendasi tindak lanjut penyelesaian permasalahan.
4) Melakukan koordinasi dan konsolidasi data keberfungsian dan rencana tindak lanjut permasalahan, termasuk
estimasi
biaya optimalisasi infrastruktur terbangun bersama dengan Konsultan Evaluasi Sanitasi di tingkat Pusat.
5) Melakukan pelaporan yang akurat dan terukur terhadap status keberfungsian infrastruktur terbangun,
serta melakukan updatingstatus keberfungsian pada aplikasi SI INSAN dan SIM IBM Sanitasi.
OUTPUT
Berdasarkan data sekunder dari SI INSAN, SIM IBM Sanitasi, ada beberapa data yang masih belum lengkap dan perlu
dilakukan updating data pada tahun 2023 maka perlu dilakukan identifikasi oleh Konsultan Keberfungsian Infrastruktur
Sanitasi,
Berikut Lokasi yang perlu dilakukan identifikasi :
Kabupaten Bangka :
5
Kabupaten Bangka Tengah :