Anda di halaman 1dari 18

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

STANDAR
OPERASIONAL
PORSEDUR (SOP)
IPLT
KABUPATEN
BANGKA BARAT
1. DASAR
1. DASAR OPERASI
OPERASI

Operasional IPLT diawali dengan masuknya Lumpur Tinja ke Bak Pemisah Lumpur
(SolidSeparationChamber, SSC). Proses pengisian lumpur tinja ini mengakibatkan terjadinya proses
filtrasi dan pengendapan zat padat (solid). Air resapan hasil filtrasi (filtrat) masuk ke Kolam
Anaerobik, sedangkan lumpur tinja akan mengendap dan tertiriskan pada bak SSC. Apabila pengisian
SSC sudah mencapai batas pelimpah air ( overflow), maka akan terjadi pula pelimpahan air
supernatan melalui Gutter dan dialirkan menuju Kolam Anaerobik.

Padatan (solid) yang terkumpul di SSC apabila telah mencapai batas tertentu dan telah cukup kering
(dikarenakan filtrat & supernatan telah dipisahkan melalui proses dekantasi), maka operator dapat
melakukan pengambilan dan pemindahan lumpur menuju Kolam Pengering Lumpur (Drying Area)
secara manual. Dalam kolam drying area akan terjadi proses pengeringan lebih lanjut melalui
penguapan dan penyaringan.

Apabila lumpur yang dihamparkan pada drying area telah kering dengan waktu pengeringan selama
kurang lebih 10-15 hari, lumpur tersebut sudah aman dibuang ke TPA sampah sebagai cover soil atau
dimanfaatkan untuk kompos.

Adapun rangkaian unit pengolahan IPLT meliputi:


1. Solid Separation Chamber (SSC)

2. Kolam Anaerobik
3. Kolam Fakultatif
4. Kolam Maturasi
5. Wetland

6. Bak Pengeringan Lumpur (Drying Area)

Page 1
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Wetland

Outlet

Gambar 1.
Diagram Alir Proses Pengolahan Lumpur Tinja

2. BakPemisah
2. Bak Pemisah Padatan
Padatan (Solid (Solid Separation
Separation Chamber, SSC)
Chamber, SSC)

2.1.Prinsip Pengolahan
Proses pengolahan terjadi pada aliran semi tetap (SemiBatch), artinya limbah tinja yang masuk
terkumpul dalam SSC tanpa ada keluaran yang berarti pada periode yang sama. Dalam proses ini
keluaran hanya pada filtrat yang besar volumenya tidak sebanding dengan masukannya. Proses
pengolahan limbah yang terjadi di SSC adalah:
 Proses pengendapan
Proses ini terjadi selama pengoperasian bak SSC.
 Proses penyaringan
Limbah tinja yang mengalami proses pengendapan akan melewati mediakerikil penyaring.
Partikel-partikel akan terperangkap di media dan sebagian lolos menuju bak pengumpul
filtrat. Selama lebih kurang 7 hari pori-pori media sudah terisi penuh partikel yang
tertangkap, sehinggamedia ini sudah tidak mampu menyaring lagi.
 Proses dekantasi (pengambilan/DrainSupernatant)
Karena proses penyaringan di media sudah berhenti, maka akan terjadi proses pengendapan
diatas lapisan media, sehingga akan terpisah antara lapisan padatan dan cairan. Pengambilan
cairan ini dilakukan dengan mengalirkannya melalui Gutter. Pengaliran dilakukan dengan
mengatur pintu air yaitu dengan menurunkannya secara perlahan dari titik ketinggian
tertentu.
 Proses Pengeringan
Setelah diturunkan sampai mencapai lapisan padatan (dasar Gutter), penurunan dihentikan
sehingga proses pengeringan terjadi pada saat ini.

Page 2
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Gambar 2.
Unit Solid Separation Chamber (SSC)

2.2.Persiapan Pengoperasian Awal


Pengecekan kesiapan Bak Pemisah Padatan (Solid Separation Chamber) meliputi hal-hal berikut :
 Bangunan bak SSC sudah selesai konstruksinya.
 Underdrain kemiringannya sudah sesuai desain dan tidak mengandung material
penghambat aliran.
 Pipa pengumpul menuju Bak Anaerobik sudah terpasang dan slope-nya sudah sesuai
dengan desain.
 Media kerikil sudah terpasang.
 Pintu air sudah siap dipakai.
Bila persyaratan di atas ini sudah dipenuhi, maka pengisian bak dapat dilakukan.
Pengisian bak :
Debit limbah tinja yang masuk direncanakan sesuai dengan kapasitas bak SSC, sehingga dengan
waktu pengisian selama 4 hari dan diasumsikan solid dari lumpur yang mengendap adalah 20% dari
lumpur tinja yang masuk, maka pengisian satu bak SSC dilakukan sampai volume lumpur yang
terendap mencapai 80%. Pengisian dilakukan pada bak pertama SSC terlebih dahulu hingga penuh
dan pengisian lumpur ke dalam bak SSC selanjutnya dilakukan pada hari ke-5.

2.3.Pengoperasian Awal (StartUp)


Yang perlu dilakukan untuk mengawali operasi SSC adalah sebagai berikut :
 Pintu air di setting ketinggiannya sehingga 80% volume bak
Asumsi :
 Lebar bak : 3 m
 Panjang bak : 8 m
 Ketinggian total : 2.5 m
 Ketinggian untuk mencapai 22 m 3 : 1.0 m
 Dengan debit ≤ 27 m 3 /hari, pengisian dilakukan selama 4 hari Selama 2 hari setelah
pengisian, proses pengendapan, penyaringan dan dekantasi dimulai, pengaturan (pintu air
diturunkan ke bawah) ketinggian, sehingga yang melimpah ke gutter hanya air saja.
 Selanjutnya, 8 hari kemudian dipergunakan untuk proses pengeringan lumpur yang
tertinggal di dalam bak SSC.
 Bila air sudah habis proses pengaturan dihentikan (ketinggian lumpur di dasar gutter).
 2 Hari berikutnya digunakan untuk pengambilan lumpur. Lumpur dikeruk secara manual dan
dibawa ke Dryingarea, untuk dikeringkan.
 Dengan waktu pengisian lumpur tinja ke dalam sebuah bak SSC selama 4 hari, dilanjutkan
dengan waktu pengedapan, penirisan, dekantasi dan pengeringan lumpur di dalam bak SSC

Page 3
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

selama 10 hari dan waktu pengurasan/pengambilan cake dari dalam bak SSC ke dalam
Drying Area selama 2 hari yang dilakukan secara berkesinambungan, maka waktu tunggu
dari sebuah bak SSC untuk dapat dilakukan pengisian oleh lumpur tinja kembali adalah
selama 16 hari.
 Dengan waktu tunggu selama 16 hari tersebut, maka dibutuhkan total bak SSC adalah
sebanyak 4 bak SSC.
 Jadi pada hari ke-17 bak SSC tersebut dapat digunakan untuk pengisian kembali oleh
lumpur tinja.
 Pola Operasional IPLT dapat dilihat pada Gambar 3.

Prsoses Pengisian Lumpur Tinja ke Kolam SSC


Proses Stabilisasi Lumpur Tinja dalam SSC
Proses Pengeringan Lumpur Tinja dalam SSC

Proses Pengurasan Lumpur Tinja di Kolam SSC

Proses Stabilisasi Lumpur Tinja di Driying Area

Gambar 3
Pola Operasional IPLT

Page 4
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

2.4.Pengoperasian Rutin, Pemeliharaan Dan TroubleShooting (Cara Mengatasi


Gangguan)

Pembongkaran Muatan Limbah Tinja


Limbah tinja dibongkar dari truk tinja. Yang perlu diperhatikan pada saat proses pembongkaran
adalah :
 Pemasangan Selang pada pipa keluar tangki tinja, agar lumpur tinja tidak tercecer di luar
inlet bak SSC
 Pada waktu pembongkaran kotoran yang menyumbat Screen secepatnya diangkat dengan
cangkul garpu yang disediakan dan selanjutnya di kumpulkan di bak penampung sampah
yang disediakan.
 Pasir, tanah, plastik dan lainnya yang mengendap di lantai miring bak, secara rutin harus
dikeruk dengan sekop, cangkul dan dikumpulkan di bak penampung sampah.
 Secara rutin 2 hari sekali sampah ini harus dibuang di TPA.

Proses Pengisian lumpur tinja ke kolam SSC tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4.
Pengisian Lumpur Tinja pada Kolam SSC

Page 5
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Operasional Pengerukan Lumpur


Pengerukan lumpur kering hasil dari SSC dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan peralatan
manual seperti cangkul, sekop dan gerobak dorong.Pemindahan lumpur pada kolam SSC menuju
Drying Area. Gambar selengkapnya tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5.
Pemindahan Limbah Lumpur di SSC Menuju Drying Area

3.3.Kolam
KolamAnaerobik
Anaerobik

3.1.Prinsip Operasional
Kolam Anaerobik menerima supernatant dari bak Solid Separation Chamber (SSC). Dengan
kedalaman dasar kolam antara 3,5 – 4 m maka proses biodegradasi secara anaerobic akan terjadi
pada kolam ini. Pada unit Anarobik ini bahan organik dalam air limbah akan di manfaatkan oleh
mikroorganisme anaerobik untuk metabolism dan tumbuh. Mikroorganisme yang mati dan akan
mengendap di bagian bawah. Supernatant hasil proses unit anaerobik akan mengalir keluar menuju
kolam Fakultatif.

3.2.Persiapan Operasional Awal


Sebelum melaksanakan operasional Kolam Anaerobik, beberapa hal yang perlu
dicek adalah sbb:
 Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam
dengan air.
 Pipa inlet dari Unit SSC telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan outlet menuju kolam fakultatif telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan inlet dan outlet dalam kondisi bersih bebas dari penyumbatan.

Page 6
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

 Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar tidak terjadi
pergolakan aliran.
 Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis.
 Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan septictank atau lumpur
stabil dari unit digeser dari sistem pengolahan air limbah konvensional).
 Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan berkembang,
atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu tersebut tidak boleh ada
aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air limbah masuk dapat di bypass ke
saluran terdekat yang direncanakan.
 Setelah waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air limbah dapat
dialirkan secara kontinyu dan efluen dapat dibuka.
 Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan endapan
lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (m/m 3).
 Ambil sampel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan lumpur mencapai zona netral.
 Lakukan analisis kandungan BOD dan SS dari sampel endapan lumpur.

3.3.SOP Operasional & Pemeliharaan Kolam Anaerobik


 Aliran dari unit Solid Separation Chamber (SSC) berlangsung secara gravitasi.
 Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan Outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan
terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator.
 Secara periodik dilakukan pengujian laboratorium dengan parameter uji BOD, COD, TSS, N, P
antara 3 - 6 bulan sekali untuk mengetahui performance dari kolam Anaerobik.
 Pembersihan permukaan kolam dilakukan setiap hari, apabila ditemukan material padatan
(sampah) yang mengapung segera diambil untuk menghindari penyumbatan pipa inlet dan
outlet
 Pemeriksaan dan pembersihan bak kontrol &Manhole antara kolam anaerobik dan fakultatif
dilakukan setiap hari.
 Pemompaan lumpur dilakukan setiap ± 3 bulan sekali, dengan menggunakan
slurrypumpportable lumpur tesebut dipompa menuju bak SDB.

Gambar 6
Unit Kolam Anaerobik

Page 7
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

44.Kolam
KolamFakultatif
Fakultatif

4.1.Prinsip Operasional
Di dalam sistem kolam fakultatif, air limbah berada pada kondisi aerobik dan anaerobik pada waktu
yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada lapisan atas atau permukaan sedangkan zona
anaerobik berada pada lapisan bawah atau dasar kolam. Batas antara zona aerobik dan anaerobik
tidak tetap, dipengaruhi oleh adanya pengadukan ( mixing) oleh angin serta penetrasi sinar matahari.
Efisiensi penyisihan di kolam fakultatif ini sebesar 75%, BOD5 yang terkandung setelah mengalami
penyisihan sebesar 75% di kolam anaerobik.

4.2.Persiapan Operasional Awal


Sebelum melaksanakan operasional Kolam Fakultatif, beberapa hal yang perlu dicek adalah sbb:
 Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan caramengisi kolam dengan
air.
 Pipa inlet dari Kolam Anaerobik telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan outlet menuju kolam Maturasi telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan inlet dan outlet dalam kondisi bersih bebas dari penyumbatan.

4.3.SOP Operasional dan Pemeliharaan Kolam Fakultatif


 Aliran dari unit Kolam Anaerobik berlangsung secara gravitasi.
 Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan
terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator.
 Secara periodik dilakukan pengujian laboratorium dengan parameter uji BOD, COD, TSS, N, P
antara 3-6 bulan sekali untuk mengetahui performance dari kolam Fakultatif.
 Pembersihan permukaan kolam dilakukan setiap hari, apabila ditemukan material padatan
(sampah) yang mengapung segera diambil untuk menghindari penyumbatan pipa inlet dan
outlet.
 Pemeriksaan dan pembersihan bak kontrol & Manhole antara kolam fakultatif dan kolam
maturasi dilakukan setiap hari.
 Pengurasan lumpur dilakukan setiap 1 tahun sekali, lumpur dipompakan menggunakan slurry
pump portable menuju bak SDB atau ke kolam anaerobik.

Gambar 7.
Unit Kolam Fakultatif

Page 8
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

5. Kolam Maturasi
5. Kolam Maturasi
5.1.Prinsip Operasional
Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi atau disebut juga kolam pematangan.
Berhubung semakin rendahnya kandungan BOD 5 , maka kondisi aerobik akan terwujud di seluruh
bagian kedalam bak. Prinsip pengolahan ini adalah bahan organik dioksidasi oleh bakteri aerobik dan
fakultatif dengan menggunakan oksigen yang terlarut dalam air. Ciri-ciri fisik kolam ini jika dilihat
kondisinya, hampir sama dengan kolam anaerobik dan fakultatif hanya menampung lumpur tinja
dengan kadar air yang tinggi akibat pengenceran. Sehingga dipastikan kondisi kolam aerobic
sepenuhnya. Efisiensi penyisihan BOD5 dalam kolam ini sebesar 75 %, influen BOD5 dari kolam
fakultatif.
Kolam maturasi berfungsi untuk :
 Peningkatan kualitas efluen (Penyisihan BOD)
 Penyisihan bakteri pathogen akibat sinar UV matahari
 Penyisihan nutrien (N dan P)

5.2.Persiapan Operasional Awal


Sebelum melaksanakan operasional Kolam Maturasi, beberapa hal yang perlu dicek adalah sbb:
 Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam
dengan air.
 Pipa inlet dari Kolam Fakultatif telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan outlet menuju badan air penerima telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan inlet dan outlet dalam kondisi bersih bebas dari penyumbatan.
 Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri
 Unit kolam maturasi pertama dapat menerima langsung efluen kolam kolam fakultatif agar
dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi
 Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dari kolam maturasi
pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampaipada unit kolam maturasi yang
terakhir.
 Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinue dengan beban pengolahan sesuai
perancangan yang disusun.

5.3.SOP Operasional dan Pemeliharaan Kolam Maturasi


 Aliran dari unit Kolam Fakultatif berlangsung secara gravitasi.
 Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan Outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan
terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator.
 Secara periodik dilakukan pengujian laboratorium dengan parameter uji BOD, COD, TSS, N, P
antara 3-6 bulan sekali untuk mengetahui performance dari kolam Fakultatif.
 Pembersihan permukaan kolam dilakukan setiap hari, apabila ditemukan material padatan
(sampah) yang mengapung segera diambil untuk menghindari penyumbatan pipa inlet dan
outlet
 Pemeriksaan dan pembersihan bak kontrol & Manhole antara kolam Maturasi dan pipa outlet
dilakukan setiap hari.
 Pengurasan lumpur 1 tahun sekali, lumpur dipompakan menggunakan slurry pump portable
menuju ke bak SDB atau kolam anaerobik.

Page 9
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Gambar 6
Kolam Maturasi

46.Kolam Fakultatif
Wetland

6.1. Prinsip Operasional


Lahan basah buatan (aliran horizontal di bawahpermukaan) merupakan saluran yang diisi pasir dan
kerikil dan ditanami dengan vegetasi air. Air limbahdomestik mengalir horizontal melalui saluran
yangberisi material penyaring yang mendegradasi zatorganik. Tujuannya untuk meniru proses
alamiyang terjadi di daerah rawa dan payau. Sistem inimemiliki dasar dengan lapisan atau saluran
yang diisi dengan pasir atau media (batu, kerikil, pasir,tanah). Saluran atau mangkuk dilapisi
denganpenghalang yang tidak tembus air (tanah liat ataugeotekstil) untuk mencegah rembesan air
limbahdomestik. Vegetasi asli (seperti cattail, alang-alangdan/atau sulur-sulur) dibiarkan tumbuh di
bagiandasar volume bak lahan basah buatan secaramudahnya dapat dihitung berdasarkan
kriteriawaktu penahanan hidrolis 3-7 hari.

6.2. Persiapan Operasional Awal


Sebelum melaksanakan operasional Wetland, beberapa hal yang perlu dicek adalah sbb:
 Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam
dengan air.
 Pipa inlet dari Kolam MAturasi telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan outlet menuju ke badan air telah terpasang dan slope pipa sudah terpenuhi.
 Perpipaan inlet dan outlet dalam kondisi bersih bebas dari penyumbatan.

6.3. SOP Operasional dan Pemeliharaan Wetland


 Aliran dari unit Kolam Maturasi berlangsung secara gravitasi.
 Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan
terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator.
 Secara periodik dilakukan pengujian laboratorium dengan parameter uji BOD, COD, TSS, N, P
antara 3-6 bulan sekali untuk mengetahui performance dari Wetland.
 Pembersihan permukaan kolam dilakukan setiap hari, apabila ditemukan material padatan
(sampah) yang mengapung segera diambil untuk menghindari penyumbatan pipa inlet dan
outlet.
 Pemeriksaan dan pembersihan bak disinfektan wetland dilakukan setiap hari.

Page
10
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

6. Kolam
7. KolamPengering
PengeringLumpur (Septage
Lumpur Drying
(Septage Lagoon/DryingArea)
Drying Lagoon/DryingArea)

7.1.Prinsip Pengolahan
Proses pengolahan yang terjadi di bakDrying Area (DA) ini sebagian besar adalah proses
pengeringan, sedikit proses penyaringan dan proses desinfeksi dengan sinar matahari.
Padatan/lumpur (pasir atau material anorganik, sedikit material organik, serta scum kering).

Gambar 9.
Unit Drying Area

7.2.Persiapan Pengoperasian Awal


Untuk melancarkan proses penyaringan perlu disiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemiringan bak menuju ke pipa pengumpul filtrat.
2. Grass Block terisi pasir secara penuh dan padat, agar lumpur tidak mengisi grass block,
sehingga mengurangi kemampuan penyaringan.
3. Bak - bak kontrol filtrat dalam kondisi tidak tesumbat dan bersih, demikian juga perpipaan
filtrat dipastikan tidak terjadi genangan yang menghambat pengaliran.
4. Stop Lop sebagai penahan lumpur harus sudah terpasang dan mudah di knock down.

Page
11
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

7.3.Operasional Awal
Pengoperasian normal menunggu operasi normal SSC berjalan sesuai dengan rencana. Pengoperasi
dilakukan dengan mengisi kolam dengan lumpur SSC setinggi 50 cm. dilakukan mulai bak 1
dilanjutkan ke bak 2 dan seterusnya. Waktu pengeringan ± 15 hari dari setelah itu cukup aman untuk
dipakai sebagai tanah\ humus (top soil) atau dipakai sebagai penutup atas (cover) sistem Sanitary
Landfill TPA sampah.

7.4.Operasional Pengerukan Lumpur


Pengerukan lumpur kering hasil dari SSC dilakukan dengan Peralatan manual seperti cangkul, sekop
dan gerobak Dorong. Selama 7 hari pengeringan diperkirakan kadar padatan mencapai 30 - 35%.
Peralatan manual yang disediakan adalah :
 Kereta Dorong (Hand Cart)
 Sekop pasir
 Cangkul Tanah
 Sepatu, kaos tangan, dan topi pengaman

Pengoperasian Pemindahan Lumpur ke Drying Area


Pemindahan dilakukan dengan menggunakan Kereta Dorong (Hand Cart) dan alat-alat perata seperti
cangkul dan sekop. Ketinggian maksimal, untuk mengeringkan lumpur adalah 30 cm. Perataan
lumpur dilakukan dengan tenaga manusia. Dikeringkan selama 10 - 15 hari baru bisa dimanfaatkan
untuk cover Sanitary Landfill atau pupuk organik.
Pada saat pengerukan lumpur kering (rutin 6 bulan sekali) dilakukan :
1. Pembersihan dan penggelontoran filter media.
2. Pengangkutan endapan dari underdrain.
3. Penggelontoran pipa ke sumur pengumpul.

Gambar 10.
Proses Panen Lumpur Untuk Kompos

Page
12
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Penggunaan SOP berdasarkan Waktu (Harian)

Page
13
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Page
14
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Tugas umum dan harian dari masing – masing staf IPLT adalah sebagai berikut :

Page
15
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Tugas umum dan harian dari masing – masing staf IPLT adalah sebagai berikut :

Page
16
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

Rincian untuk Biaya Pemeliharaan dan Perawatan

 Penggantian Media Filtrasi Unit SSC


- Pasir tebal 10 cm (8,75 m x 3 m) sebanyak 4 unit
Harga pasir / m3 = Rp. 92.900
= Rp. 975.450 / bulan
= Rp. 11.705.400 / tahun
- Kerikil tebal 5cm (8,75 m x 3 m) sebanyak 4 unit
Harga kerikil / m3 = Rp. 199.600
= Rp. 1.047.900 / tahun

Ket : Media pasir diganti sebulan sekali


Media kerikil hanya dicuci dan ditambah setahun sekali

 Operasional Truk Tinja (1 truk tinja)


- Kebutuhan Solar
Diasumsikan mobiltas truk tinja 40 km (1 trip)
1 liter / 5 km = Rp. 5.500
4 trip/hari = 32 ltr X Rp. 5.500
= Rp. 176.000 / hari
= Rp. 5.280.000 / bulan (30 hari)
= Rp. 63.360.000 / tahun

Page
17
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat

- Kebutuhan Minyak Pelumas


Harga minyak pelumas = Rp. 170.000 / 4 liter
Kapasitas minyak pelumas truk = 8 liter
= Rp. 340.000 / bulan (5.000 km)
= Rp. 4.080.000 / tahun

- Biaya perbaikan atas kerusakan


dan penggantian suku cadang = Rp. 750.000 / bulan
= Rp. 9.000.000 / tahun

Page
18

Anda mungkin juga menyukai