STANDAR
OPERASIONAL
PORSEDUR (SOP)
IPLT
KABUPATEN
BANGKA BARAT
1. DASAR
1. DASAR OPERASI
OPERASI
Operasional IPLT diawali dengan masuknya Lumpur Tinja ke Bak Pemisah Lumpur
(SolidSeparationChamber, SSC). Proses pengisian lumpur tinja ini mengakibatkan terjadinya proses
filtrasi dan pengendapan zat padat (solid). Air resapan hasil filtrasi (filtrat) masuk ke Kolam
Anaerobik, sedangkan lumpur tinja akan mengendap dan tertiriskan pada bak SSC. Apabila pengisian
SSC sudah mencapai batas pelimpah air ( overflow), maka akan terjadi pula pelimpahan air
supernatan melalui Gutter dan dialirkan menuju Kolam Anaerobik.
Padatan (solid) yang terkumpul di SSC apabila telah mencapai batas tertentu dan telah cukup kering
(dikarenakan filtrat & supernatan telah dipisahkan melalui proses dekantasi), maka operator dapat
melakukan pengambilan dan pemindahan lumpur menuju Kolam Pengering Lumpur (Drying Area)
secara manual. Dalam kolam drying area akan terjadi proses pengeringan lebih lanjut melalui
penguapan dan penyaringan.
Apabila lumpur yang dihamparkan pada drying area telah kering dengan waktu pengeringan selama
kurang lebih 10-15 hari, lumpur tersebut sudah aman dibuang ke TPA sampah sebagai cover soil atau
dimanfaatkan untuk kompos.
2. Kolam Anaerobik
3. Kolam Fakultatif
4. Kolam Maturasi
5. Wetland
Page 1
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Wetland
Outlet
Gambar 1.
Diagram Alir Proses Pengolahan Lumpur Tinja
2. BakPemisah
2. Bak Pemisah Padatan
Padatan (Solid (Solid Separation
Separation Chamber, SSC)
Chamber, SSC)
2.1.Prinsip Pengolahan
Proses pengolahan terjadi pada aliran semi tetap (SemiBatch), artinya limbah tinja yang masuk
terkumpul dalam SSC tanpa ada keluaran yang berarti pada periode yang sama. Dalam proses ini
keluaran hanya pada filtrat yang besar volumenya tidak sebanding dengan masukannya. Proses
pengolahan limbah yang terjadi di SSC adalah:
Proses pengendapan
Proses ini terjadi selama pengoperasian bak SSC.
Proses penyaringan
Limbah tinja yang mengalami proses pengendapan akan melewati mediakerikil penyaring.
Partikel-partikel akan terperangkap di media dan sebagian lolos menuju bak pengumpul
filtrat. Selama lebih kurang 7 hari pori-pori media sudah terisi penuh partikel yang
tertangkap, sehinggamedia ini sudah tidak mampu menyaring lagi.
Proses dekantasi (pengambilan/DrainSupernatant)
Karena proses penyaringan di media sudah berhenti, maka akan terjadi proses pengendapan
diatas lapisan media, sehingga akan terpisah antara lapisan padatan dan cairan. Pengambilan
cairan ini dilakukan dengan mengalirkannya melalui Gutter. Pengaliran dilakukan dengan
mengatur pintu air yaitu dengan menurunkannya secara perlahan dari titik ketinggian
tertentu.
Proses Pengeringan
Setelah diturunkan sampai mencapai lapisan padatan (dasar Gutter), penurunan dihentikan
sehingga proses pengeringan terjadi pada saat ini.
Page 2
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Gambar 2.
Unit Solid Separation Chamber (SSC)
Page 3
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
selama 10 hari dan waktu pengurasan/pengambilan cake dari dalam bak SSC ke dalam
Drying Area selama 2 hari yang dilakukan secara berkesinambungan, maka waktu tunggu
dari sebuah bak SSC untuk dapat dilakukan pengisian oleh lumpur tinja kembali adalah
selama 16 hari.
Dengan waktu tunggu selama 16 hari tersebut, maka dibutuhkan total bak SSC adalah
sebanyak 4 bak SSC.
Jadi pada hari ke-17 bak SSC tersebut dapat digunakan untuk pengisian kembali oleh
lumpur tinja.
Pola Operasional IPLT dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
Pola Operasional IPLT
Page 4
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Gambar 4.
Pengisian Lumpur Tinja pada Kolam SSC
Page 5
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Gambar 5.
Pemindahan Limbah Lumpur di SSC Menuju Drying Area
3.3.Kolam
KolamAnaerobik
Anaerobik
3.1.Prinsip Operasional
Kolam Anaerobik menerima supernatant dari bak Solid Separation Chamber (SSC). Dengan
kedalaman dasar kolam antara 3,5 – 4 m maka proses biodegradasi secara anaerobic akan terjadi
pada kolam ini. Pada unit Anarobik ini bahan organik dalam air limbah akan di manfaatkan oleh
mikroorganisme anaerobik untuk metabolism dan tumbuh. Mikroorganisme yang mati dan akan
mengendap di bagian bawah. Supernatant hasil proses unit anaerobik akan mengalir keluar menuju
kolam Fakultatif.
Page 6
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar tidak terjadi
pergolakan aliran.
Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis.
Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan septictank atau lumpur
stabil dari unit digeser dari sistem pengolahan air limbah konvensional).
Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan berkembang,
atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu tersebut tidak boleh ada
aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air limbah masuk dapat di bypass ke
saluran terdekat yang direncanakan.
Setelah waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air limbah dapat
dialirkan secara kontinyu dan efluen dapat dibuka.
Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan endapan
lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (m/m 3).
Ambil sampel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan lumpur mencapai zona netral.
Lakukan analisis kandungan BOD dan SS dari sampel endapan lumpur.
Gambar 6
Unit Kolam Anaerobik
Page 7
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
44.Kolam
KolamFakultatif
Fakultatif
4.1.Prinsip Operasional
Di dalam sistem kolam fakultatif, air limbah berada pada kondisi aerobik dan anaerobik pada waktu
yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada lapisan atas atau permukaan sedangkan zona
anaerobik berada pada lapisan bawah atau dasar kolam. Batas antara zona aerobik dan anaerobik
tidak tetap, dipengaruhi oleh adanya pengadukan ( mixing) oleh angin serta penetrasi sinar matahari.
Efisiensi penyisihan di kolam fakultatif ini sebesar 75%, BOD5 yang terkandung setelah mengalami
penyisihan sebesar 75% di kolam anaerobik.
Gambar 7.
Unit Kolam Fakultatif
Page 8
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
5. Kolam Maturasi
5. Kolam Maturasi
5.1.Prinsip Operasional
Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi atau disebut juga kolam pematangan.
Berhubung semakin rendahnya kandungan BOD 5 , maka kondisi aerobik akan terwujud di seluruh
bagian kedalam bak. Prinsip pengolahan ini adalah bahan organik dioksidasi oleh bakteri aerobik dan
fakultatif dengan menggunakan oksigen yang terlarut dalam air. Ciri-ciri fisik kolam ini jika dilihat
kondisinya, hampir sama dengan kolam anaerobik dan fakultatif hanya menampung lumpur tinja
dengan kadar air yang tinggi akibat pengenceran. Sehingga dipastikan kondisi kolam aerobic
sepenuhnya. Efisiensi penyisihan BOD5 dalam kolam ini sebesar 75 %, influen BOD5 dari kolam
fakultatif.
Kolam maturasi berfungsi untuk :
Peningkatan kualitas efluen (Penyisihan BOD)
Penyisihan bakteri pathogen akibat sinar UV matahari
Penyisihan nutrien (N dan P)
Page 9
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Gambar 6
Kolam Maturasi
46.Kolam Fakultatif
Wetland
Page
10
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
6. Kolam
7. KolamPengering
PengeringLumpur (Septage
Lumpur Drying
(Septage Lagoon/DryingArea)
Drying Lagoon/DryingArea)
7.1.Prinsip Pengolahan
Proses pengolahan yang terjadi di bakDrying Area (DA) ini sebagian besar adalah proses
pengeringan, sedikit proses penyaringan dan proses desinfeksi dengan sinar matahari.
Padatan/lumpur (pasir atau material anorganik, sedikit material organik, serta scum kering).
Gambar 9.
Unit Drying Area
Page
11
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
7.3.Operasional Awal
Pengoperasian normal menunggu operasi normal SSC berjalan sesuai dengan rencana. Pengoperasi
dilakukan dengan mengisi kolam dengan lumpur SSC setinggi 50 cm. dilakukan mulai bak 1
dilanjutkan ke bak 2 dan seterusnya. Waktu pengeringan ± 15 hari dari setelah itu cukup aman untuk
dipakai sebagai tanah\ humus (top soil) atau dipakai sebagai penutup atas (cover) sistem Sanitary
Landfill TPA sampah.
Gambar 10.
Proses Panen Lumpur Untuk Kompos
Page
12
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Page
13
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Page
14
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Tugas umum dan harian dari masing – masing staf IPLT adalah sebagai berikut :
Page
15
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Tugas umum dan harian dari masing – masing staf IPLT adalah sebagai berikut :
Page
16
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Page
17
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Bangka Barat
Page
18