PENDAHULUAN
1.1. Umum
Pengoperasian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang efisien dapat tercapai
dengan cara semua komponen unit instalasi harus dioperasikan dan dipelihara dengan baik
dan benar, seperti diuraikan di bagian-bagian dari buku petunjuk ini. Daya guna instalasi dan
efisiensi proses pengolahan harus dipantau dan dievaluasi secara menerus
1.4. Pengertian
Yang dimaksud dengan:
- Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, yang selanjutnya disebut IPLT adalah instalasi
pengolahan air limbah yang di desain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau
gerobak tinja (tanpa perpipaan).
- Lumpur tinja adalah seluruh isi tangki septik, cubluk tunggal atau endapan lumpur dari
underflow unit pengolahan air limbah lainnya yang pembersihannya dilakukan dengan
mobil.
- SSC (Solids Separation Chamber) adalah sebagai alternatif pengganti Tanki Imhoff,
sangat sederhana karena hanya mengandalkan proses fisik untuk pemisahan padatan
dari cairan lumpurnya, serta proses sinar matahari untuk desinfeksi dan angin untuk
proses pengurangan kelembaban atau pengeringan.
- Kolam aerasi aerobik ialah unit kolam pengolah air limbah dengan aerasi mekanik
sebagai sumber oksigennya. Intensitas pengadukan tidak menjaga seluruh settleable
solid berada didalam suspensinya
2.1. Umum
Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
- Di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
- Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
- Air limbah yang diolah adalah lumpur tinja
- Tersedia influen air limbah
- Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
- Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
- Ada penanggungjawab pengolah air limbah yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
- Tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
- Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundangan pengolahan air limbah dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja
- Masyarakat sudah diberi informasi
2.2. Teknis
Pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:
1. Alur proses IPLT dengan system kolam terdiri dari unit bangunan pengolahan atau
pelengkap lainnya yaitu:
- Platform atau tempat pembuangan
- Kantor, Gudang, dan Lab
- Jalan masuk dan jalan operasi
- Sumur monitoring kualitas air tanah
- Fasilitas air bersih
- Alat pemeliharaan dan keamanan
2. Air limbah yang masuk ke instalasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) = 0.5 L/ (org.hari)
- BOD = 2000-5000 mg/L
- TS = 40000 mg/L
- TVS = 25000 mg/L
- TSS = 15000 mg/L (1) TSS maksimal 3000 mg/L
3. Kualitas influen yang melebihi kualitas seperti pada (2) diperlukan pengenceran dengan
persyaratan:
- Bahan pengencer tinja bisa dengan air sungai atau air pengencer lain dengan BOD
maksimal 10 mg/L
- Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah :
Tujuan dari suatu pengolahan lumpur tinja adalah untuk mencegah masuknya bahan-
bahan pencemar secara berlebihan ke lingkungan. Bahan pencemar utama yang dikandung
oleh lumpur tinja air limbah adalah :
- Bahan padatan yang tersuspensi (suspended solid, SS)
- Bahan organik
- Organisme patogen
Di sisi lain, IPLT juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja tangki septik dalam
mengolah tinja yang dihasilkan setiap rumah tangga, karena tangki septik harus selalu
dikuras secara teratur setiap satu atau dua tahun sekali tergantung dari ukuran yang
digunakan. Dengan tersedianya fasilitas IPLT diharapkan mampu mengurangi pencemaran
lingkungan akibat pembuangan lumpur tinja ke lokasi yang tidak semestinya seperti ke
sungai, sawah atau lahan terbuka lainnya.
IPLT dibutuhkan juga karena fungsi dari tangki septik itu sendiri yang pada prinsipnya
hanya mengendapkan lumpur tinja dan mengalirkan efluennya ke bidang resapan atau
sistem yang lain. Endapan lumpur yang terjadi tentu saja perlu penanganan lebih lanjut,
karena masih banyak mengandung bahan padatan, bahan organik serta bakteri patogen,
cacing serta organisme lain yang dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya.
4.1. Umum
Lumpur tinja pada prinsipnya berasal dari akumulasi residu mikroorganisma yang
dihasilkan dari penguraian limbah tinja (black water) dalam septic tank yang berlangsung
selama 2 – 5 tahun, sesuai dengan umur perencanaannya. Karakteristik lumpur tinja ini
berbeda dengan lumpur yang berasal dari IPAL umumnya, karena komposisi bahan organik
yang terkandung di dalamnya adalah bukan berasal dari pencemar organik yang berasal dari
air limbah yang belum terolah, tetapi utamanya berasal dari mikroorganisma sendiri yang
dalam hal ini direpresentasikan sebagai TVSS (total volatile suspended solids).
Sebagian besar mikroorganisma yang berada dalam septic tank telah mengalami
proses pencernaan (digestion) melalui fase endogenous karena tertumpuk secara permanen
di dalam bak septic tank. Artinya lumpur yang berada di bagian bawah septic tank telah
mengalami proses stabilisasi/mineralisasi secara anaerobic yang diakibatkan oleh (1) tidak
adanya mekanisme pengadukan dalam septic tank sehingga mikroorganisma yang berada
dalam dasar bak septic tank tidak akan mampu mendapatkan makanan segar (black water),
(2) terjadinya proses endogenous, dalam hal ini mikroorganisma menguraikan cadangan
organik dirinya sehingga mengalami penyusutan dalam volume serta terjadi proses konversi
dari organik menjadi anorganik (mineralisasi).
Karena itu, pengolahan lumpur tinja lebih fokus pada upaya:
1. Memisahkan air limbah (zat padat terlarut, dissolved solids atau TDS) dari padatannya
(zat padat tersuspensi atau TSS), agar cairan yang masih mengandung bahan
pencemar organik dapat diolah secara khusus dengan menggunakan sistem
pengolahan air limbah.
2. Melakukan pengolahan pada padatan (TSS) yang berhasil dipisahkan, dengan cara
mengupayakan agar padataan yang mayoritas terdiri dari mikroorganisma yang sedang
mengalami mineralisasi aman dibuang ke lingkungan.
Secara teknis, proses stabilisasi padatan yang mengandung banyak mikroorganisma
dapat dilakukan dengan berbagai alternatif. Mikroorganisma akan mengalami kematian
akibat (Gambar 1):
1. Suhu yang tinggi, melalui pemanasan agar mikroorganisma tidak mampu bertahan
2. Waktu yang cukup lama untuk membiarkan mikroorganisma tanpa makanan, disebut
juga proses pengeraman (digestion)
3. Ultraviolet, yang berasal dari sinar matahari, apabila terpapar cukup lama akan
menyebabkan kematian mikroorganisma
4. Kekeringan/kelembaban, pengaturan kadar air dalam padatan akan mempengaruhi
kemampuan survival mikroorganisma.
Waktu
Supernatan/carian
Lumpur
Tinja SSC Badan Air
Penerima
Endapan
Padatan
Drying
Hanggar
Area
Kompos
Gambar 4.2 Diagram aliran penggunaan SSC dan DA pada sebuah IPLT
Jadi volume lumpur yang terendapkan dalam zone pengendapan SSC (di bagian bawah bak
SSC) selama 7 hari pengisian lumpur tinja ke dalam bak SSC adalah 7 m3 dan tinggi total
endapan 1.67 m.
Waktu
SSC Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Bak 1:
Pengisian
Stabilisasi
Pengeringan
Pengurasan
Bak 2:
Pengisian
Stabilisasi
Pengeringan
Pengurasan
Bak 3:
Pengisian
Stabilisasi
Pengeringan
Pengurasan
Bak 4:
Pengisian
Stabilisasi
Pengeringan
Pengurasan
5.1. Umum
Pengoperasian IPLT adalah pelaksanaan operasi pengolahan limbah pada IPLT
mulai start up sampai dengan kondisi siap untuk dioperasikan. Peralatan pendukung telah
siap untuk berjalan secara baik dan normal. Operasi normal diartikan apabila aliran dalam
instalasi sudah berlangsung secara kontinu dan teratur. Sedangkan pemeliharaan adalah
upaya menjaga unit-unit instalasi agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dengan baik.
Secara umum maksud dan tujuan kontrol sistem operasi dan proses IPLT antara lain
sebagai berikut :
1. Untuk memberikan gambaran kepada pelaksanaan operasional atau petugas lapangan
terhadap kekurangan kinerja operasional IPLT dan bagaimana cara memperbaiki
kekurangan tersebut.
2. Sebagai pertanggungjawaban dan kontrol atas pelaksanaan operasional IPLT.
3. Sebagai bahan pengawasan/pengendalian pelaksanaan operasional IPLT.
4. Sebagai informasi data dalam usaha memperbaiki atau mengembangkan rencana
semula.
5. Memastikan konsentrasi beberapa parameter penting efluen air olahan IPLT agar
memenuhi standar baku mutu efluen yang berlaku.
6. Memeriksa konsentrasi beberapa parameter penting efluen air olahan IPLT berada
dalam batas kemampuan pengolahan IPLT sehingga tidak terjadi shock
loading/kelebihan beban pengolahan.
7. Memantau kapasitas influen dan efluen air olahan IPLT.
Memantau pengaruh-pengaruh operasi IPLT terhadap lingkungan seperti masalah lalat,
bau, pencemaran tanah dan air.
Pengendalian sistem harus meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
a. Pantau performans dan kendala proses setiap unit bangunan pengolahan IPLT,
dengan cara berikut:
- Pengambilan sampel
- Pengujian
- Evaluasi hasil pengujian sampel
- Identifikasi permasalahan dan penanganannya
b. Pantau operasional mobil tinja
c. Pantau pengujian kualitas dan kuantitas air limbah pada instalasi
2. Metode Alami
a. Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh
b. Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
Tabel V.1
Kegiatan Kontrol Visual Yang Biasa Dilakukan
Periode Kontrol
No Unit IPLT Kontrol Visual
Visual
1 Screen - Timbul korosi pada kisi-kisi screen yang Setiap hari
terbuat dari stainless
- Jarak screen yang terlalu rapat
menimbulkan lebih banyak sampah yang
tertahan, begitu pula sebaliknya
- Sampah organik yang tertahan lama
kelamaan akan berdompesisi dan
menimbulkan bau
- Pasir dan lemak yang tertahan di 1 hari sekali
penyaringan
2 Kolam stabilisasi - Timbul endapan lumpur pada kolam 1 minggu sekali
stabilisasi akibat pipa tersumbat
- Timbulnya lumut pada dinding 1 minggu sekali
- Tumbuhan/rumput yang tumbuh pada 1 minggu sekali
tanggul kolam
3 Kolam pengering - Ketebalan lumpur di dalam harus berada 1 minggu sekali
lumpur pada level 0.3 meter
- Dinding kolam, melekatnya lumpur dan 1 bulan sekali
lumut pada dinding kolam dapat
dilakukan dengan cara pembersihan
Evaluasi terhadap efisiensi sistem yang berjalan di IPLT dilaksanakan secara harian
dan bulanan, dengan melakukan sampling influen pada inlet pengolahan dan efluen pada
outlet pengolahan.
Tabel VI.3
Berbagai Jenis Pengawetan Sampel
Material of
Maximum time between
Determinand Sample Methode of Preservation
sampling and analysis
Container
Area yang Diinspeksi Kondisi atau Problem Kegiatan yang Harus Dilakukan
Area di sekitar kolam Pepohonan liar dan Ditebang atau dirapikan agar tidak
pepohonan perdu mengganggu
Muka air di kolam terlalu Dibuang dari kolam dengan
tinggi membuat DAM kecil untuk
menampung air
Slope bagian luar Terjadi erosi karena air Bagian yang kena erosi ditutup
tanggul dan tanggul ataupun angin kembali dengan tanah dan ditanami
bagian atas rumput
Rumput yang tumbuh terlalu Rumput dipotong dan dirapikan
tinggi
Slope bagian dalam Terjadi pengikisan oleh air Diperbaiki jika perlu diganti dengan
tanggul atau karena cuaca pasangan batu
Outlet kolam Adanya sampah di sekitar Sampah diambil dan dibuang
screen yang menyumbat
Permukaan kolam Nyamuk Dilakukan penyemprotan dengan
droplet yang sangat halus (atau
sesuai standar dinas kesehatan)
Sumber : NSPM - Direktorat PPLP Ditjen Cipta Karya - Departemen Pekerjaan Umum
- Pasanglah Papan Peringatan “Dilarang Masuk Tanpa Ijin Petugas IPLT” pada pintu
masuk lokasi IPLT.
- Pasanglah Papan Peringatan “Dilarang Mandi dan Dilarang Memancing di Lokasi IPLT”
pada setiap Bak / Unit Pengolahan IPLT.
- Pasanglah Papan Peringatan kedalaman Bak