Luas area Surabaya lndustrial Estate Rungkut seluas 245 Ha telah menampung sekitar 300
perusahaan.
a. Input air limbah dari beberapa pabrik dan perkantoran ditampung pada bak kontrol yang berada
di depan halaman setiap pabrik atau perkantoran kemudian dialirkan kedalam saluran air limbah
tersebut mengalir secara gravitasi menuju ke pusat instalasi pengolahan air limbah, kedalam bak
kontrol. Hasil pengolahan berupa air dan lumpur, lumpur akan dikembalikan ke bak
oksidasi sedangkan air akan dialirkan melalui pipa menuju ke Sungai Tambak Oso
2. Perlakuan, operasional dan indikator setiap kolam
a. Bak Kontrol
Pengertian Bak Kontrol
Bak kontrol atau manhole adalah alat yang digunakan sebagai tempat untuk
memeriksa, memperbaiki dan membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap
dan benda-benda yang tersangkut selama pengaliran serta untuk mempertemukan
beberapa cabang saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda. Jarak
penempatan bak kontro (manhole) ditentukan berdasarkan dimanadiameter <200 mm
jaraknya antara 50 -100 m, diameter 200- 500mm jaraknya 100-125 m, diameter
500-1000 mm jaraknya 125-150 m dan diameter lebih besar dari 1000 mm jaraknya
150 -200 m sedangkan diameter manhole menurut kedalaman yaitu kedalaman <0,8
m memiliki diameter 0,75 m, kedalaman 0,8-2,5 m diameter 1-1,2 m dan >2,5
dengan diameter 1,2- 1,8 m.
Fungsi Bak Kontrol
Manhole atau bak kontrolberfungsi sebagai untuk menampung air limbah yang
keluar melalui saluran pipa, tempat untuk memeriksa, memperbaiki, ataupun
membersihkan pipa atau saluran dari kotoran yang terbawa aliran juga sebagai
fasilitas pengecekan performansi IPAL secara keseluruhan.
Cara / Prinsip Pengolahan Bak Kontrol
Bak konrol adalah bak yang digunakan untuk mengumpulkan limbah dari
beberapa industri yang dijadikan satu atau secara komunal. Pada bak kontrol ini
limbah akan mengendap pada dasar dari dinding pipa pembuangan setelah
digunakan untuk jangka waktu lama. Di samping itu kadang-kadang ada juga benda-
benda kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk ke dalam pipa. Semuanya itu
akan menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan
pengamanan. Selanjutnya limbah yang sudah berada di bak kontrol disalurkan ke
tempagt pengolahan selanjutnya. Bak kontrol digunakan untuk tempat mengambil
sampel, tempat untuk pemeliharaan saluran dan tempat untuk mengontrol endapan
yang ada didalam bak kontrol.
Pada saluran pembuangan di halaman perlu dipasang bak kontrol. Untuk pipa
yang ditanam dalam tanah, bak kontrol yang lebih besar akan memudahkan
pekerjaan pembersihan pipa. Penutup bak kontrol harus rapat agar tidak
membocorkan gas dan bau dari dalam pipa pembuangan.Bak kontrol harus dipasang
di tempat yang mudah dicapai, dan sekelilingnya perlu area yang cukup luas untuk
orang yang melakukan pembersihan pipa. Untuk pipa ukuran sampai 65 mm, jarak
bebas sekeliling bak kontrol sekurang-kurangnya 30 cm, dan untuk ukuran pipa 75
cm dan lebih besar jarak tersebut sekurang-kurangnya 45 cm. Bak kontrol harus
dipasang pada lokasi sebagai berikut :
a. Awal dari cabang mendatar.
b. Pada pipa mendatar yang panjang.
c. Pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut lebih dari 450.
d. Pada beberapa tempat sepanjang pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah.
e. Jarak antara bak kontrol sepanjang pipa pembuangan untuk pipa ukuran sampai 100
mm tidak boleh lebih dari 15 m, sedangkan untuk pipa ukuran lebih besar tidak boleh
lebih dari 30 m.
a. Kelebihan :
1) Biaya rendah
b. Kekurangan :
1) Membutuhkan lahan yang luas
2) Efisiensi penurunan zat organik sangat terbatas, (influen + 200 mg/lt BOD,
efluen + 50 mg/l BOD) dan masih mengandung zat padat tersuspensi yang
tinggi dari adanya algae (100 – 200 mg/l). Efisiensi tidak stabil (menurun
pada malam hari) karena proses photosyntesa terhenti.
Kemampuan padatan mengendap yang terjadi pada bak pengendap akhir (clarifire)
dipengaruhi oleh sifat fisis, ukuran dan bentuk partikel (butiran padatan). Sifat fisis fluida,
konsentrasi padatan dan kecenderungan butir – butir padatan berinteraksi satu dengan yang
lainnnya. Berdasarkan hal tersebut maka tipe pengendapan menjadi empat macam yaitu :
discrete particle, flocculant, hindered, compression. Disinilah flok yang terbentuk di parit
oksidasi akan mengendap secara gravitasi menjadi lumpur aktif yang akan dialirkan kembali
pada return sludge, sedangkan air jernih dialirkan ke badan air penerima (sungai). Untuk
meratakan pendistribusian air dalam bak pengendap akhir ini dilakukan dengan cara
mengalirkan melalui pipa inlet yang diletakan dibagian tengah bak. Selanjutnya proses
pengendapan berlangsung secara gravitasi yaitu dengan adanya aliran yang berputar
sehingga flok – flok lumpur yang sudah terbentuk akan mengendap di bagian tengah bak
pengendap akhir. Untuk air yang berada diatas lumpur akan dialirkan secara gravitasi
melalui Over Flow Weir menuju sungai.
Sebelum hasil akhir dari pengolahan limbah dibuang ke sungai harus ditampung dalam
kolam badan air. Dalam kolam badan air tersebut air buangan dihitung debit airnya melalui
debit air yang masuk. Perhitungan ini dilakukan untuk membandingkan debit air yang
masuk (sebelum pengolahan) harus sama dengan debit yang dikeluarkan (sesudah
pengolahan) agar proses pengolahan air limbah berjalan sempurna.
e. Dring Beds
Sludge drying bed adalah proses untuk menampung lumpur pengolahan baik dari proses
kimia maupun proses biologi. dan memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan
cara proses penguapan menggunakan energy penyinaran matahari.Lumpur merupakan hasil
akhir dari setiap instalasi pengolahan air limbah. Pada instalasi pengolahan air limbah yang
menggunakan sistem lumpur aktif yang dihasilkan dalam bak sedimentasi sebagai recycle
dan sebagian lagi dipompakan ke bak pengering lumpur (sludge drying bed) lumpur yang
ditumpahkan ke bak pengering lumpur biasanya mengandung kadar solid 10 % dan air 90
%.
Instalasi pengolahan air limbah dibawah ini dalam mengeringkan lumpur yang
dihasilkan oleh proses pengolahan air limbah menggunakan dempat buah bak pengering
lumpur. Bak pengering lumpur ini dilengkapi dengan media penyaring setebal 150 cm yang
terdiri dari pasir halus, pasir kasar dan koral besar.Air yang meresap melewati lapisan
penyaring, masuk ke pipa unser drain dan sebagian lagi menguap ke udara. Waktu
pengeringan lumpur biasanya 3-4 minggu dengan ketebalan lapisan lumpur dalam bak
pengering antara 15-25 cm. Semakin tebal lapisan lumpur, waktu pengeringan semakin lama
apalagi ke dalam bak pengering lumpur yang sudah terisi lumpur masih dimasukkan lagi
lumpur yang baru. Keadaan cuaca juga sangat mempengaruhi lamanya waktu pengeringan
lumpur.
Baku Mutu Air Limbah menurut Permen Gub Jatim No. 72 Tahun 2013
Adapun beberapa industri yang diatur dalam Permen Gub Jatim No.72 Tahun 2013
tentang Baku Mutu Limbah Industri yaitu :
a. Industri MSG dan LYSINE
Table 1.1 Baku Mutu Air Limbah MSG dan LYSINE
Tabel 1.3 Baku Mutu Limbah Industri Gula Kapasitas Kurang Dari 2.500 ton
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAG INDUSTRI GULA DENGAN KAPASITAS KURANG DARI
2.500 TON TEBU YANG DIOLAH PER HARI
Parameter Air Limbah Proses Air Limbah Condensor Air Limbah Abu Air Limbah
Ketel Gabungan
Kadar Beban Kadar Beban Kadar Beban Kadar Beban
Maksi Pencema Maksimu Pencemaran Maksim Pencema Maksimu Pencem
mum ran m (mg/lt) Maksimum um ran m (mg/lt) aran
(mg/lt) Maksimu (g/ ton) (mg/lt) Maksim Maksi
m (g/ um (g/ mum
ton) ton) (g/ ton)
BOD5 100 50 60 1500 60 120 60 1650
COD 250 125 100 2500 100 200 100 2750
TSS 100 50 50 1250 50 100 50 1375
Minyak 5 2,5 5 125 5 10 5 137,5
dan
Lemak
Sulfida 1 0,5 0,5 12,5 0,5 1 0,5 13,75
(sbg S)
pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Volume 0,5 M3 per ton tebu 25 M3 per ton tebu yang 2 M3 per ton tebu 27,5 M3 per ton tebu
Limbah yang diolah diolah yang diolah yang diolah
Maksimu
m
Catatan : Bila kualitas air permukaan untuk air kondensor melebihi baku mutu maka
kualitas air pembuangan ditetapkan sama dengan kualitas air baku untuk kondensor.
Tabel 1.4 Baku Mutu Limbah Industri Gula Kapasitas Antara 2.500 ton sampai 10.000
ton
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAG INDUSTRI GULA DENGAN KAPASITAS ANTARA
2.500 TON SAMPAI 10.000 TON TEBU YANG DIOLAH PER HARI
Parameter Air Limbah Proses Air Limbah Condensor Air Limbah Abu Air Limbah
Ketel Gabungan
Kadar Beban Kadar Beban Kadar Beban Kadar Beban
Maksi Pencema Maksimu Pencemaran Maksim Pencema Maksimu Pencem
mum ran m (mg/lt) Maksimum um ran m (mg/lt) aran
(mg/lt) Maksimu (g/ ton) (mg/lt) Maksim Maksi
m (g/ um (g/ mum
ton) ton) (g/ ton)
BOD5 60 30 60 30 60 30 60 90
COD 100 50 100 50 100 50 100 150
TSS 50 25 50 25 50 25 50 75
Minyak 5 2,5 5 2,5 5 2,5 5 7,5
dan
Lemak
Sulfida 0,5 0,25 0,5 0,25 0,5 0,25 0,5 0,75
(sbg S)
pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Volume 0,5 M3 per ton tebu 5 M3 per ton tebu yang 0,5 M3 per ton tebu 1,5 M3 per ton tebu
Limbah yang diolah diolah yang diolah yang diolah
Maksimu
m
Catatan : Bila kualitas air permukaan untuk air kondensor melebihi baku mutu maka
kualitas air pembuangan ditetapkan sama dengan kualitas air baku untuk kondensor.
Tabel 1.5 Baku Mutu Limbah Industri Gula Kapasitas 10.000 ton
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAG INDUSTRI GULA DENGAN
KAPASITAS LEBIH DARI 10.000 TON TEBU YANG DIOLAH PER
HARI
Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran
(mg/lt) Maksimum (g/ ton)
BOD5 60 30
COD 100 50
TSS 50 25
Minyak dan Lemak 5 2,5
Sulfida (sbg S) 0,5 0,25
pH 6,0 – 9,0
3
Volume Limbah Maksimum 0,5 M per ton tebu yang diolah
Catatan : Bila kualitas air permukaan untuk air kondensor melebihi baku mutu maka
kualitas air pembuangan ditetapkan sama dengan kualitas air baku untuk kondensor
d. Industri Karet
b. Industri
Kembang Gula
a. Industri
Nukleotida
c. Industri Keramik
Tabel 1.13 Baku Mutu Limbah Industri Kembang Gula
Keterangan :
\
Baku Mutu Air Limbah Menurut Permen LH No. 5 Tahun 2014
Tabel 1.15 Baku Mutu Limbah Industri MSG dan Inosin Monofosfat (IMP)
Catatan :
Perhitungan Beban Paling Tinggi atau Beban Maksimum (BM)
BM = Kadar paling tinggi (mg/L) x Kuantitas Air Limbah Paling tinggi (L/m2)/1000
c. Industri Gula
a. Dengan kapasitas kurang 2.500 Ton tebu yang diolah per hari
Tabel 1.17 Baku Mutu Limbah Industri Gula Kurang 2500 Ton
b. Dengan Kapasitas Antara 2.500 sampai dengan 10.000 ton tebu yang diolah per
hari
Tabel 1.18 Baku Mutu Limbah Industri Gula Antara 2500 sampai dengan 10.000 ton
tebu
c. Dengan Kapasitas Lebih 10.000 Ton Tebu Yang Diolah Per Hari
Tabel 1.19 Baku Mutu Limbah Industri Gula Lebih 10.000 Ton tebu
d. Industri Karet
Catatan :
Kadar paling tinggi unruk setiap parameter pada table di atas dinyatakan dalam
milligram parameter per liter air limbah
Beban pencemaran paling tinggi pada table di atas dinyatakan dalam kg/ton produk
karet kering atay lateks pekat
Nitrogen total = Nitrogen Organik + Amonia Total + No3 + No2
e. Industri Cat dan Tinta
Catatan :
Cat berbahan dasar solven harus tidak boleh di buang ke perairan umum. Semua
limbah cari yang dihasilkan harus ditampung dan diolah kembali dan tidak boleh di
buang di perairan umum.
Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada table di atas dinyatakan dalam
milligram parameter per liter air limbah
Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada table di atas
dinyatakan dalam gram parameter per m3 produk cat.
f. Industri Minyak Nabati, Sabun/detergent
Catatan :
Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada label di atas dinyatakan dalam
milligram parameter per liter air limbah
Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada table di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk sabun, minyak nabati dan diterjen.
g. Industri Farmasi
Tabel 1.23 Baku Mutu Limbah Industri Farmasi
Catatan : Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada table di atas dinyatakan
dalam milligram parameter per liter air limbah
h. Industri Usaha Dan/Atau Kegiatan Domestic
Tabel 1.24 Baku Mutu Limbah Industri Usaha dan/ atau Kegiatan Domestik
i. Industri Keramik
Tabel 1.25 Baku Mutu Limbah Industri Usaha dan/ atau Kegiatan Domesti