Anda di halaman 1dari 12

BANGUNAN PELENGKAP

1. Terminal Clean Out

Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan pada

ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout berkisar

250-300 ft. Cleanout berfungsi sebagai:

o Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa servis/lateral.

o Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.

o Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.

o Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.

o Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.

o Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan

namun untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”.

2. Bangunan Penggelontor

Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran

dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga

kedalaman air pada saluran.Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air buangan

dengan sistem konvensional, sementara penyaluran air buangan dengan

menggunakan sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan penggelontoran,

karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air buangan tidak berikut

padatannya.

3. Manhole

Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air

buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan

saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama
pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan

ketinggian sama maupun berbeda.

 Manhole dapat ditempatkan pada:

a) Permulaan saluran lateral.

b) Setiap perubahan arah: vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan

lebih besar dari dua kali diameter digunakan jenis drop manhole.

Horizontal, pada belokan lebih besar 22.50.

c) Setiap perubahan diameter.

d) Setiap perubahan bangunan.

e) Setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa.

f) Setiap terjadi perubahan kemiringan lebih besar dari 450.

g) Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat

tergantung pada diameter saluran.

4. Stasiun pompa

Stasiun pompa terdiri sumuran pengumpul (wet well / sump well) yang

berfungsi sebagai suatu reservoir penyeimbang untuk menahan perbedaan

volume air buangan yang masuk dan volume air buangan yang dapat

dikeluarkan pompa, juga sebagai bak ekualisasi untuk memperkecil beban

fluktuasi pompa. Jumlah dan lokasi stasiun pompa biasanya ditentukan dari

perbandingan biaya konstruksi dan operasi serta perawatan, dengan biaya

konstruksi dan perawatan saluran berdiameter besar dan dangkal. Jenis pompa

untuk air buangan diantaranya:

1) Pompa sentrifugal
2) Pneumatic ejector

3) Screw pump

4) Untuk penyaluran air buangan, umumnya digunakan pompa

sentrifugal bertipe non clogging, yang dapat membawa air

buangan yang mengandung partikel padat.

5. 2.10.9 Ventilasi

Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang

berfungsi:

Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif

dan juga gas-gas yang korosif.

Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang

terkumpul pada saluran.

Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi

zat-zat organik dalam saluran.

Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di

bawah tekanan atmosfer yang dapat menyebabkan aliran

balik pada water seal alat-alat palmbing.

6. Junction dan Transition


 Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk

menyambungkan satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan

saluran induk.Junction ini dilengkapi dengan manhole agar

memudahkan pemeliharaan, karena penyumbatan akibat akumulasi

lumpur sering terjadi.

 Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung

saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan.Transition juga

dilengkapi dengan manhole

7. Siphon

Siphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal /

miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya

rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih

rendah dari elevasi dasar saluran riol.

8. Drop Manhole

Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air

pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih besar

dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu manhole

pertemuan. Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol pemasukkannya harus

dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke bawah di luar manhole dengan

sambungan Y atau T.
Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya spalshing air buangan

yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain itu drop

manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk dalam

saluran.

Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:

a. Tipe Z (pipa drop 900)

b. Tipe Y (pipa drop 450)

PENGOLAHAN AIR BUANGAN

1. Berdasarkan tingkat perlakuan

1) Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan

untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran

air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada

tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage,

serta oil separation.

2) Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki

tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya

ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada

pengolahan tahap pertama ialah 40 menghilangkan partikel-artikel

padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni neutralization,


chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan

filtration. Sehingga partikel padatakan mengendap sedangkan

partikel lemak dan minyak akan berada di atas/permukaan. Dengan

adanya pengendapan ini , maka akan mengurangi kebutuhan oksigen

pada proses pengolahan biologis dan pengendapan yang terjadi

adalah pengendapan secara grafitasi.

3) Secondary treatment

merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk

mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat

organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan

untuk mengurangi kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan

fosfor. Penguraian bahan organik ini dilakukan oleh makhluk hidup

secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik (tanpa

oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan

mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor

dalam air limbah. Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan

bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak mengandung

bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah

CO2, uap air, dan excess sludge. Secara anaerobik, penguraian bahan

organik dilakukan tanpa menggunakan oksigen. Hasil akhir

aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge..

4) Tertiary treatment
merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan

nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor

untuk memusnahkan mikroorganisme patogen. Dalam pengolahan air limbah

dapat dilakukan secara alami atau secara buatan, perlu dilakukan berbagai

cara pengendalian antara lain menggunakan teknologi pengolahan limbah

cair, teknologi peroses produksi, daur ulang, resure, recovery dan juga

penghematan bahan baku dan energi . Agar dapat memenuhi baku mutu,

industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan

terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan

setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam

proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang

ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan

pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar

bahan pecencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu

yang sudah ditetapkan.

2. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik

1. Pengolahan Secara Fisika

Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat

tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan,

sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan. Pada umumnya sebelum

dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan-bahan

tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang

mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu.


 Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung

seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.Flotasi juga dapat

digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau

pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke

atas (air flotation).

 Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk

mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk

menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak

mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam

proses osmosa.

 Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa

aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika

diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran

(reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit- unit pengolahan kecil, terutama

jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi

dan operasinya sangat

2. Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan

bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses

ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya

menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia

adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi.

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-


logam berat, senyawa phospor dan zat organik beracun, dengan membubuhkan

bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara kimia dapat

memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena

memerlukan bahan kimia

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan

membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan

muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga

akhirnya dapat diendapkan.

Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan

larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-

logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih

stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.

Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida

[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan

membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

3. Pengolahan Secara Biologis

Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai

pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan

yang paling murah dan efisien.

Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metoda pengolahan

biologis dengan segala modifikasinya.

Pengolahan secara biologi adalah pengolahan air limbah dengan

menggunakan mikroorganisme seperti ganggang, bakteri, protozoa, untuk


menguraikan senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang

sederhana.

Pengolahan tersebut mempunyai tahapan seperti pengolahan secara aerob,

anaerob dan fakultatif. Misalnya di dalam reaktor pertumbuhan lekat (Attached

growth reactor), mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung seperti pada

batu kerikil, dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya,

Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini antara lain :

trickling filter, cakram biologi, filter terendam dan reaktor fludisasi. Seluruh

modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80% – 90%.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 4000 mg/l, proses aerob masih dapat

dianggap lebih ekonomis dari anaerob .

Pengolahan air limbah secara biologis, antra lain bertujuan untuk

menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan bantuan

mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna

menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat

diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis

media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan sistem saringan

anaerobik, media filter ditempatkan dalam suatu bak atau tangki dan air limbah

yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas.

3. Pengolahan Limbah Cair secara Alami

1) Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Tumbuhan air (Macrophyte ponds)

Kolam tumbuhan air (makrofita= yaitu tumbuhan air yang relatif

berukuran lebih besar daripada alga) adalah sejenis kolam pematangan yang

memanfaatkan tumbuhan air yang terapung ataupun mengambang di dalam


air. Tumbuhan air yang dipergunakan pada sistem pengolahan ini mampu

menyerap nutrien anorganik (terutama P dan N) dalam jumlah yang relatif

besar (Pescod, 1992; Körner et al., 2003). Selain itu, sistem ini juga mampu

untuk mengurangi kandungan logam berat yang terdapat pada air limbah

(Polprasert, 1996; Espinosa-Quinones et al., 2005). Cara kerja dari kolam

tumbuhan air ini utamanya didasarkan pada simbiosis mutualisma antara

tumbuhan air dan bakteri pengurai bahan pencemar yang terdapat di dalam

air. Bakteri aerobik dan fakultatif yang akan menguraikan kandungan bahan

pencemar organik menggunakan oksigen yang diproduksi oleh proses

fotosintesis tumbuhan air. Sedangkan, produk sampingan dari proses

penguraian yang dilakukan oleh bakteria, yaitu karbondioksida dan amonium

akan dimanfaatkan tumbuhan air dalam proses fotosintesis tersebut.

2) teknologi lahan basah buatan (constructed wetland).

Teknologi lahan basah buatan merupakan metode pengolahan limbah

dengan memanfaatkan proses alami, di mana pada sistem terjadi proses

sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi, serta pengolahan kimiawi dan

biologis, akibat adanya aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan aktivitas

tanaman. Teknologi ini termasuk teknologi tepat guna karena tidak

memerlukan biaya pengolahan dan perawatan tinggi serta prosesnya

sederhana dan menggunakan sumber daya lokal. 

Daftar Pustaka

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a4f34a3e17030f8b475d0d98f3c35bff.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5099c1d958ba3deb6270dea7d2bc8bf6.pdf
http://eprints.uny.ac.id/1160/1/Alternatif_pengolahan_limbah.pdf

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/677/5/098110060_file5.pdf

http://ejournal.kemenperin.go.id/dkb/article/view/3795

Anda mungkin juga menyukai