Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

ALTERNATIF PERENCANAAN

4.1 Parameter Air Buangan Yang Harus Di Olah

Air buangan pada umumnya mengandung kontaminan yang


mengakibatkan air tidak dapat dimanfaatkan langsung. Apabila air buangan
langsung dibuang tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu akan mengubah
kualitas badan air penerima. Prinsipnya tujuan pengolahan air buangan adalah
untuk menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat dalam air
buangan sehingga dapat dimanfaatkan lagi dan tidak mengganggu lingkungan
apabila dibuang ke badan air penerima. Pengolahan air buangan dapat
dilakukan secara fisika, kimia dan biologi sesuai dengan kebutuhan parameter
yang harus disisihkannya. Sebelum merencanakan suatu Instalasi Pengolahan
Air Buangan, maka harus diketahui kualitas awal dari air buangan tersebut
yang berguna untuk mengetahui berapa besar beban pencemar yang harus
diolah.
Penentuan alternatif pengolahan yang akan dilakukan, terlebih dahulu
menentukan karakteristik air limbah yang akan diolah dengan
membandingkan baku mutu lingkungan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan RI No 68/MENLHK-SETJEN/2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik sesuai dengan jenis limbah. Berikut adalah karakteristik
limbah dengan konsentrasi strong yang akan diolah :

Tabel 4.1 Karakteristik Air Limbah

Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu Permen LH


dan Kehutanan No 68
Tahun 2016
BOD5 mg/L *400 30
TSS mg/L *350 30
Keterangan: *melebihi baku mutu

24
4.2 Alternatif Pengolahan Pendahuluan (Pra-Treatment)
Pengolahan pendahuluan adalah usaha untuk melindungi alat-alat pada
instalasi pengolahan air limbah. Tahap ini dilakukan proses penyaringan,
penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak
alat-alat pengolahan air limbah seperti, kayu, sampah, plastik pasir dan
sebagainya.
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Air
buangan dalam unit ini diseragamkan alirannya (sebagai penyesuai fluktuasi
debit) sebelum memasuki unit selanjutnya. Beberapa proses pengolahan
yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization
and storage, serta oil separation.
a. Sump Well (Sumur Pengumpul)
Sumur pengumpul adalah salah satu bangunan pengolahan pendahuluan
pada perencanaan bangunan pengolahan air limbah. Sumur
pengumpul dilengkapi dengan pompa yang berfungsi untuk memompakan
air limbah ke instalasi pengolahan air limbah. Fungsi dari Sump Well
digunakan menampung air buangan dari saluran induk sebelum dilakukan
pemompaan. Perencanaan saluran pengumpul tergantung pada sistem
pemompaan yang berkaitan dengan adanya fluktuasi air buangan dan
waktu detensi atau lamanya air buangan berada dalam sumur tersebut.
b. Screw Pump (Pompa sekrup)
Pompa merupakan jenis mesin fluida yang dapat digunakan untuk
memindahkan fluida melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Pompa
Sekrup (Screw Pump) pompa ini mempunyai 1, 2 atau 3 sekrup yang
berputar di dalam rumah pompa yang diam. Pompa sekrup tunggal
mempunyai rotor spiral yang berputar di dalam sebuah stator atau lapisan
heliks dalam (internal helix stator). Pompa 2 sekrup atau 3 sekrup masing-
masing mempunyai satu atau dua sekrup bebas (idler). Cara kerja pompa
ulir adalah ketika pompa ulir ini mendorong cairan kental, dan kemudian
ulir dapat dihubungkan dengan kuat tanpa izin, karena depan dilumasi

25
seperti cairan dipompa. Ketika cairan memompa, maka bagian-bagian ini
tidak dapat saling bersentuhan, juga elemen yang cepat aus akan terjadi.
Karena alasan ini, pompa tiga ulir tidak boleh digunakan untuk layanan
multi-fase atau air.
c. Saluran Pembawa
Fungsinya menyalurkan air dari satu unit pengolahan ke unit pengolahan
selanjutnya.Saluran pembawa harus mampu menampung beton maksimum
debit yang direncanakan, karena itu debit yang dipakai sebagai dasar
perhitungan dimensi adalah debit maksimum. Selain itu saluran ini juga
harus berfungsi bila debit minimum terjadi (tidak terjadi endapan) (Joko,
2010). Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air dari screw
pump ke bar screen dan untuk menyalurkan air buangan dari satu unit
pengolahan ke unit pengolahan selanjutnya.
d. Saringan Bar (bar screen)
Saringan bar berfungsi untuk menahan dan menyaring benda-benda keras,
padat dan besar seperti ranting kayu, potongan kayu, dan sampah serta
mencegah rusaknya saringan berikutnya dan lebih mudah menanganinya.
Dengan hilangnya sampah padat besar dalam limbah maka proses
transportasi limbah cair dalam saluran terbuka atau tertutup yang mengalir
secara gravitasi maupun pompa tidak akan tersumbat sepanjang jaringan
saluran.
Screening berupa batangan paralel, rods atau wires grating, saringan kabel
atau piringan yang dapat menyaring yang bukaannya dapat ditemukan
dalam berbagai bentuk tetapi pada umumnya bukaan berbentuk bulat atau
persegi panjang. Screen yang terdiri dari batangan yang disusun paralel
disebut sebagai Bar Racks/Bar Screen. Bar Screen dapat menyisihkan 60 –
70 % volume partikel yang dapat disaring pada 1 - 4 inch (25 – 100 mm)
screen. Dengan menggunakan bar screen pada proses awal pengolahan
maka sampah- sampah kasar seperti kayu, daun-daun, plastik, kain-kain
bekas dapat ditahan. Terdiri dari batangan dengan jarak antar spasi 5/8
inch atau lebih.
e. Grit Chamber

26
Fungsi Grit Chamber adalah memisahkan pasir/kerikil yang terbawa dalam
air dengan kecepatan pengendapan atau specific gravity lebih besar dari
pada partikel organik agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Selain menggunakan screening pada pengolahan pendahuluan,
juga menggunakan grit chamber yang berfungsi untuk mengendapkan
tanah kasar, pasir dan partikel kasar dari air buangan dengan kecepatan
pengendapan atau specific gravity lebih besar dari pada partikel organik
agar tidak mengganggu proses pengolahan utama. Pemisahan pasir/grit ini
bertujuan untuk:
- Melindungi peralatan mekanik dan pompa dari abrasi
- Mencegah terjadinya clogging pada pipa dan efek penyemenan pada
dasar dari Sludge Digester dan Bak Pengendap I.
- Mengurangi akumulasi dari material inert pada Bak Aerasi dan Sludge
Digester
f. Ekualisasi
Proses ekualisasi berfungsi untuk meminimumkan dan mengendalikan
fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas maupun kualitas yang berbeda
dan menghomogenkan konsentrasi limbah cair dalam bak ekualisasi.
Ekualisasi juga berfungsi menstabilkan aliran air limbah yang selanjutnya
akan diproses secara fisik – kimia dan dilanjutkan dengan proses biologis.
Hal ini untuk menjaga agar kondisi IPAL tetap stabil dan tidak terjadi over
loading yang dapat mengganggu proses kimia maupun proses biologi yang
ada. Proses pencampuran dan aerasi diperlukan pada proses ekualisasi
untuk menghindari kondisi septik. Tujuan dari nak ekualisasi ini adalah:
• Mengendalikan aliran limbah cair agar tidak terjadi aliran bergelombang.
• Menghomogenkan senyawa organik dalam limbah cair agar tidak terjadi
fluktuasi.
• Menyeragamkan nilai pH sekitar 6,50–8,50.
• Ketepatan memasok limbah cair secara kontinyu untuk proses berikutnya.
• Ketepatan mengalirkan olahan limbah cair secara kontinyu ke badan air.
• Mengendalikan beban toksisitas yang tinggi.
• Menurunkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) limbah cair.
g. Bak pengendap pertama

27
Bak pengendap pertama berfungsi untuk menurunkan kadar solid yang
terdapat dalam air buangan dengan cara mengendapkannya secara
gravitasi. Selain grit chamber, digunakan juga bakpra-sedimentasi (bak
pengendap pertama) dan tangkialiran rata-rata (TAR). Dengan kriteria
desain bak pengendap pertama sebagai berikut (Metcalff and Eddy, 2003):

 Waktu detensi (td) = 1,5 – 2,5 jam ;tipikal 2 jam

 Over flow rate (Pada aliran rata-rata (32 – 49) m3/m2 hari dan pada
aliran maksimum (80 – 120) m3/m2 hari)

 Beban pelimpah (weir loading) = ( 125 – 500 ) m3/m2 hari

 Kedalaman bak (3 – 5)m

 Perbandingan panjang dan lebar (3 – 5):1

 Kemiringan dasar/slope (S):1 – 2 %

 Efisien penyisihan SS : (50 – 75) %

 Efisien penyisian BOD (Biological Oxygen Demand) : (25 – 40) %


h. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid, suspended solid
halus dengan cara penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan
disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia
secara merata. Proses destabilisasi membuat partikel-partikel koloid
bersatu dan menjadi besar. Dengan demikian partikel-partikel koloid yang
pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi akan
menjadi kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan
dengan cara sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang lebih
mudah. Flokulasi dalam pengolahan bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi.

4.3 Alternatif Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)


Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan secara biologis,
dengan air limbah yang diberi mikroorganisme untuk menghancurkan atau

28
menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Bakteri
yang digunakan umunya bakteri aerob. Tiga buah pendekatan yang umum
digunakan pada tahap ini adalah fixedfilm, suspended film dan lagoon
system. Unit proses ini terjadi pengolahan air buangan secara biologis,
dengan maksud mengurangi kandungan BOD pada air limbah dan
menghilangkan zat terlarut yang tidak bisa dihilangkan dengan proses fisik.
Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini
adalah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,
rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter (Lita,
2008).
a. Activated Sludge
Activated sludge atau lumpur aktif memproses limbah cair yang disalurkan
ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang
kaya akan bakteri aerob. Pengolahan air limbah dengan proses lumpur
aktif secara umum terdiri dari bak pengendap dan bak aerasi. Bak
pengendap berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah yang akan
diproses secara biologi. Proses degradasi berlangsung didalam tangki
tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara
aerasi (pemberian oksigen). Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus
dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah. Seperti pada metode trickling filter,
limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau
diproses lebih lanjut jika masih diperlukan. Keunggulan proses lumpur
aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar,
sehingga tidak memerlukan tempat yang besar.
b. Tricking Filter
Metode Tricking Filter menggunakan bakteri aerob untuk mendegradasi
bahan organik yang melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar,
biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1
– 3 m. Limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan
dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses
perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
didegradasi oleh bakteri aerob. Kegunaan dari tricking filter adalah

29
untuk mengolah air

30
limbah dengan mekanisme air yang jatuh mengalir perlahan-lahan
melalui lapisan media kemudian tersaring.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah
akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya jika masih diperlukan.
c. Aerated Lagoon
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan
metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Metode
ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang
tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen.
Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aerob untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini,
terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah
juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi
dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk
dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
d. Rotating Biological Contactor
Reaktor kontak biologis putar atau rotating biological contactor (RBC)
merupakan adaptasi dari proses pengolahan air limbah dengan biakan
melekat (attached growth). Media yang digunakan berupa priring (disk)
tipis yang terbuat dari baja, selanjutnya diputar di dalam reaktor khusus
dimana didalamnya dialirkan air limbah secara kontinyu.
Mikroorganisme tumbuh pada permukaan media dengan sendirinya dan
mengambil makanan (zat organik) didalam air limbah dan mengambil
oksigen dari udara untuk menunjang proses metabolismenya. Tebal
biofilm yang terbentuk pada permukaan media dapat mencapai 2-4 mm
tergantung dari beban organik yang masuk ke dalam reaktor serta
kecepatan putarannya.
e. Anaerobic Contactor and Filter
Metode ini memiliki kelebihan menyisihkan bahan organik yang tinggi,

31
kebutuhan lahan yang relatif tidak besar dan biaya operasional yang
murah

32
dibandingkan dengan sistem lumpur aktif atau tangki aerasi karena
menggunakan proses aerasi (Hamid A, 2014). Penggunaan sistem filter
anaerob biasanya kurang efektif tanpa unit tangki septik yang berfungsi
untuk mengurangi beban organik (padatan terlarut).

4.4 Alternatif Pengolahan Ketiga (Advance Treatment)


Pengolahan ketiga (advance treatment) merupakan unit proses
menghilangkan bahan-bahan pencemar tertentu untuk menyiapkan air agar
dapat digunakan kembali. Proses pengolahan dalam unit ini dapat dilakukan
secara fisik, kimia, dan biologi atau kombinasi dari proses-proses ini. Proses-
proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation. Pengolahan tersier
sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini
meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.Bak Pengental Lumpur
(Thickener), Bak pengental lumpur berfungsi untuk menampung lumpur
(sludge) yang berasal dari bak penjernih pertama dan bak penjernih kedua.
Bak ini memiliki bentuk yanng mirip dengan bak penjernih dengan dimensi
yang jauh lebih kecil. Prinsip kerja thickener adalah mengurangi kadar air
dalam lumpur sehingga konsentrasi solid (solid content) meningkat (kental).
Bak Lumpur Aktif (Activated Sludge) adalah proses pertumbuhan
mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik
yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel
biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui
pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan
bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.
Activated sludge berfungsi untuk mengolah air buangan melalui proses
aerobik dengan bantuan mikroorganisme.

33
4.5 Alternatif Pengolahan Lanjutan (Tertiary treatment)
Pengolahan limbah pada tahap ini merupakan pengolahan pada tahap
akhir. Pada tahap ini efluen pada tahap ini diukur dengan baku mutu limbah
untuk limbah domestik. Apabila belum memenuhi baku mutu perlu dilakukan
proses pengolahan lanjutan, tetapi bila sudah memenuhi air buangan dapat
dikatakan aman untuk dibuang ke perairan umum. Contoh pengolahan
lanjutan antara lain adalah metode lahan basah buatan, penggunaan penyerap
dan penjernih (absorbent).

4.6 Pemilihan Alternatif


Ada beberapa alternatif pengolahan air buangan yang dapat dipilih
sehubungan dengan beban pengolahan yang harus diolah sehingga dapat
menghasilkan effluen yang sesuai dengan baku mutu air limbah yang
ditentukan. Adapun kriteria pemilihan suatu alternatif pengolahan adalah:

a. Efisiensi Pengolahan Efisiensi pengolahan berhubungan dengan


kemampuan proses tersebut dalam mengolah air limbah.
b. Aspek Teknis meliputi kemudahan dari segi konstruksi, ketersediaan
tenaga ahli, untuk mendapatkan bahan-bahan konstruksi, operasi maupun
pemeliharan.
c. Aspek ekonomis meliputi pembiayaan dalam hal konstruksi, operasi
maupun pemeliharaan dari instalasi bangunan pengolahan air buangan.
d. Aspek Lingkungan meliputi kemungkinan adanya gangguan terhadap
penduduk dan lingkungan, yaitu berhubungan dengan keseimbangan
ekologis, serta penggunaan lahan untuk pembangunan IPAL

Pengolahan yang akan digunakan mengolah air buangan di Kecamatan


Sintang, menggunakan activated sludge untuk menurunkan kandungan BOD
(Biological Oxygen Demand) dan TSS ( Total Suspended Solid ). Unit ini
dipilih karena tingkat pengolahan lebih baik, fleksibilitas operasional lebih
tinggi, koagulan (kapur) yang digunakan lebih murah. Efisiensi penurunan
BOD (Biological Oxygen Demand) dapat mencapai 90% - 95%
(dibandingkan konvensional 80% - 85%) dan lumpur

34
yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%
- 95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu
waktu detensi hidroli stotal lebih pendek (4 - 6 jam). Efisiensi
pengolahan lumpur aktif (activated sludge) ini sangat sesuai dengan
besarnya beban BOD (Biological Oxygen Demand) yang akan diolah
yaitu sekitar 95% sehingga unit proses ini dipilih sebagai pengolahan
(utama) air buangan di Kecamatan Sintang. Proses kontak-stabilisasi
dapat pula menyisihkan BOD (Biological Oxygen Demand)
tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga
tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan. Berikut merupakan diagram alir pengolahan pada air
buangan Kecamatan Sintang.

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Air Buangan

35
Gambar 4.2 Diagram Efisiensi Penurunan BOD
4.4 Mass Balance
Kesetimbangan massa untuk setiap unit bangunan pengolahan air
limbah perlu ditetapkan agar dapat digunakan untuk menentukan
kesesuaian hasil pengolahan dengan peraturan yang berlaku dan dalam
proses penetapan dimensi unit pengolahan lumpur. Selain itu efisiensi
diperlukan untuk mengetahui seberapa efektif pengolahan yang
digunakan Tabel 4.2 Efisiensi removal pada tiap parameter.
Tabel 4.2 Efisiensi Removal Unit Pengolahan

Unit Pengolahan Efisiensi removal (%)

BOD TSS

Bar screen - -

Grit Chamber 10 5

Pengendapan pertama 30-40 50-65

Tangki Aerasi ( ASP ) 75-95 80-90

36
Pengendapan Kedua 30-40 50-65

Sumber : Metcalf & Eddy. 1991. Waswater Ingineering : Collection and


Pumping of Wastewater. Hal 170
Karakteristik Limbah
• BOD5 (Konsentrasi Awal) = 400 mg/L
• TSS5 (Konsentrasi Awal) = 350 mg/L
• Debit Puncak Air Buangan = 0,28446 m3 /detik = 24.577,34
m3 /hari
 Mass Balance
konsentrasi konsetuen
Massa=debit ×
1000

400 mg/ L
BODm=24.577,34 ×
1000
= 9.830,936 Kg/Hari
350
TSS m=24.577,34 ×
1000
= 8.602,069 Kg/Hari

37

Anda mungkin juga menyukai