KRITERIA PERENCANAAN
Tabel 3.1 Faktor Desain Bar Screen antara Pembersih Manual dan Mekanis
• Grit chamber dibagi menjadi dua kompartemen atau lebih, untuk aliran minimum
bekerja hanya satu kompartemen dan maksimum bekerja keduanya.
• Penampang melintang grit chamber tersebut dibuat mendekati bentuk parabola
untuk mengakomodasi setiap perubahan debit dengan kecepatan konstan/tetap.
• Melengkapi grit chamber dengan pengatur aliran yang disebut control flume yang
dipasang pada ujung aliran.
Gambar 3.4
Skematik gambar grit chamber
Tabel 3.3 Design kriteria untuk masing-masing tipikal bak pengendap pertama
Sumber: Kriteria Teknis Prasarana dan sarana Pengelolaan Air Limbah PU, 2006
Skema proses pengolaban air limbah dengan sistem lumpur aktif standar atau
konvesional dapat dilihat pada Gambar 3.2
Gambar 3.7 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Lumpur Aktif Standar (
Konvensional )
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985;
Verstraete dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut:
1. Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur aktif
disebut sebagai mixed liquor yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral,
termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan cara
menyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan
pada temperatur 105 C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
2. Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada MLSS
diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup dan
3.3.2.2 Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada dalam air.
Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:pemanasan, penyinaran antara lain
Proses desinfeksi dengan klorinasi diawali dengan penyiapan larutan kaporit dengan
konsentrasi tertentu serta penetapan dosis klor yang tepat. Metode pembubuhan dengan kaporit
yang dapat diterapkan sederhana dan tidak membutuhkan tenaga listrik tetapi cukup tepat
pembubuhannya secara kontinu adalah metoda gravitasi dan metode dosing proporsional.
Kriteria Desinfektan
Pembubuhan Desinfektan
2. Bak kaporit
a. bak dapat menampung larutan selama 8 sampai dengan 24 jam;
3.3.3.1 Thickening
Tujuan thickening adalah mengurangi volume lumpur dengan membuang
supernatannya. Supernatan adalah cairan atau fase cair didalam lumpur yang akan terpisah
dengan fase padatan. Jika konsentrasi padatan dalam lumpur semula sebesar 2%, maka setelah
melewati proses thickening konsentrasi padatan dalam lumpur akan bertambah menjadi 5%
sehingga terjadi pengurangan volume sebesar 100%-(200/5)% = 60%.
Gravitiy thickening adalah satu jenis thickening yang biasanya berbentuk silinder
dengan kedalaman ±3,00 meter dan dasar berbentuk kerucut untuk memudhkan pengurasan
lumpur. Lumpur diendapkan didalam tangki dengan waktu detensi selama 1 hari. Tujuan
penggunaan thickening ini adalah mengurangi volume lumpur hingga (30-60)%. Tabel berikut
dibawah ini menyajikan kriteria perencaan untuk gravity sludge thickener yang umum
digunakan.
Sumber: Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah PU, 2006
Kriteria Desain
Periode pengeringan atau waktu detensi = (10 - 20) hari
Gas yang dihasilkan = (0.75 - 1.12) m³/kg
Kemampuan menurunkan VSS = (40 - 50) %
Solid Loading = (2.4 - 6.4) kg/m³ hari
Kedalaman = (20 - 25) ft
Gambar
3.8.
Sludge
Drying
Bed
Menurut Haryati (2006), proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reaktor
biogas yaitu proses pemecahan bahanorganik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang
mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, feses manusia, dan sampah organik
rumah tangga. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah
sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan potongan-potongan kecil
sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya serta air yang cukup banyak.
Rata-rata kotoran sapi adalah 12 -25 kg/hari/ekor. Apabila kotaran ternak diolah untuk
menghasilkan biogas, maka untuk beberapa jenis ternak dan manusia memiliki potensi biogas
yang dihasilkan terlihat pada tabel berikut ini: