Anda di halaman 1dari 21

Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan

Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan


pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut
murah. Disamping itu, biaya operasional IPAL nantinya juga harus
murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan yang
memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu
limbah buangan yang berlaku.

Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah


cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu
limbah cair perhotelan telah ditetapkan dengan Kep. Men. LH No.
: KEP-52/MENLH/10/1995 tentang “Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Hotel” tanggal 23 Oktober 1995, seperti pada
Tabel 9.1. berikut:

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan


Hotel
PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/L)
BOD5 30
COD 50
TSS 500
pH 6,0 - 9,0

Sumber : Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995


Teknologi Pengolahan Limbah Cair Perhotelan
Untuk memilih teknologi pengolahan limbah yang tepat banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
 laju aliran limbah,
 kualitas air buangan dan sifatnya (karakteristik limbah),
 ketersediaan lahan,
 standar air olahan yang diinginkan,
 kemampuan pembiayaan,

Tabel Contoh Beberapa Pilihan Pengolahan Air Buangan

Pre- Primary treatment Secondary treatment Tertiary


treatment treatment
Kimia Fisik Penghilanga Penghila
n organik ngan
terlarut dan padatan
unsur koloid tersus-
pensi
Screening Netrali Flotasi Lumpur aktif Pengen- Koagulasi,
dan Grit -sasi dapan Sedimentasi
Removal
Equalization Koagu Sedimen Stabilisasi Filtrasi
dan -lasi -tasi kontak
Storage
Oil Separation Hidro- Trickling Adsorpsi
lisis Filter karbon
Kolam aerasi Penukar ion
Ozonation Destilasi
RO
Elektrodialis
is
Berikut ini diberikan contoh proses pengolahan limbah cair perhotelan yang
dapat diterapkan untuk hotel kecil dan menengah dengan kapasitas 110 kamar.

Karakteristik limbah adalah sebagai berikut :


 Jumlah kamar = 110 kamar,
 Kapasitas maksimal tamu = 160 orang,
 Jumlah karyawan = 120 orang/hari (40 orang/
 Jumlah limbah max. shif),
 BOD di dalam air limbah = 60 m3 /hari.
 SS di dalam air limbah = 200 – 300 mg/lt.
= 200 –250 mg/l.

Hasil olahan yang diinginkan harus dapat memenuhi kualitas limbah cair buangan kegiatan
perhotelan sesuai dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 :

Tingkat effisiensi pengolahan :

 Efisiensi penghilangan BOD IPAL diperkirakan 90-95 %.


 Perikiraan konsentasi BOD olahan adalah lebih kecil 20 –30 mg/lt.

Proses Pengolahan Limbah Cair Perhotelan


Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan
media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari tiga
buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter
akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum sempat terurai pada bak pengendap secara ananerob atau tanpa udara.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob.
Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob.
Di dalam ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik
tipe sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara
dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.

Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro- orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang
mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik,
deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonia menjadi lebih besar.

Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur
aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan
air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor
ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-
organisme patogen.

Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia,
deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses
pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter anaerob-aerob dapat
dilihat pada di bawah ini.
227
228

Gambar 9.10. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai
beberapa keuntungan antara lain :

 Adanya air buangan yang melalui media penyangga yang


terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan
mikroorganisme yang menyelimuti permukaan media atau
yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih
mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak
pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami
proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-
organisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi
penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar.
Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD
dan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi
padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen
(MBAS), ammonium dan posphor.

 Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah


yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang
mengandung suspended solids dan bakteri e-coli setelah
melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi
penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya
biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari
bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang
terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa
aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter.
Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana,
operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta
kebutuhan energinya sangat kecils. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas
yang tidak terlalu besar

 Dengan kombinasi proses “anaerob-aerob”, efisiensi


penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila
dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob
saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa
phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme
akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor.
Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk

229
9.13.1. Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan


biofilter anaerb-aerob antara lain yakni :

 Perawatannya sangat mudah.


 Biaya operasinya rendah.
 Jumlah lumpur yang dihasilkan relatif lebih sedikit bila
dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
 Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat
menyebabkan euthropikasi.
 Kebutuhan energi lebih kecil.
 Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
cukup besar.
 Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

9.13.2. Contoh Disain Teknis IPAL

Kapasitas Rencana = 60 m3 per hari.

 BOD Masuk = 200 – 300 mg/lt.


 SS Masuk = 200 – 250 mg/lt
 Efisiensi Pengolahan = 90 – 95 %
 BOD keluar = 20 – 30 mg/lt
 SS keluar = 20 – 30 mg/lt

230
A. Bak Pengendapan Awal

Kriteria perencanaan :

 Lebar maksimum 1,5 m dan tinggi maksimum 2 m.


dimensi ini dapat disesuaikan dengan kondisi ruangan
yang tersedia.
 Waktu tinggal (residence time ) 1,5 – 3 jam (standar
JWWA)

Hasil perhitungan :

 Dimensi :

 Lebar = 1,5 m
 Panjang = 2,8 m
 Tnggi = 1,9 m
 Kedalaman air efektif = 1,7 m
 Tinggi ruang bebas = 0,2 m
 Diameter Inlet =4“
 Diameter Outlet =4“

 Waktu tinggal (retention time) rata-rata = 2,86 jam


 Waktu tinggal pada saat beban puncak = 1,43 jam
( asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-rata).

 Jumlah ruang = 2 buah


 Beban permukaan (surface loading) ruang I = 14.2
m3/m2.hari
 Beban permukaan (surface loading) ruang I = 50
m3/m2.hari
(standar JWWA = 20 – 50 m3/m2.hari)

Disain bak bak pengendapan awal dapat dilihat seperti pada


gambar di bawah ini.

231
232

Gambar 9.11. Rancangan Bak Pengendapan Awal.


B. Biofilter Anaerob

Kriteria perencanaan :

 Waktu tinggal di dalam reaktor = 8 jam


 Beban BOD per satuan permukaan media = 5 – 30 g BOD
/m2 hari. (EBIE Kunio., “Eisei Kougaku Enshu“, Morikita
shuppan kabushiki Kaisha, 1992).

Hasil perhitungan :

 Volume efektif reaktor total = 8/24 x 60 m3 = 20 m3


 Lebar = 1,5 m
 Tinggi air efektif = 1,7 m
 Panjang bak yang diperlukan = 20 m3/(1,5 m x 1,7 m)
= 7,4 m .
ditetapkan panjang Bak = 7,5 m.
 Tinggi ruang bebas = 0,2 m
 Jumlah bak = 3 buah .
 Dimensi bak :
Lebar = 1,5 m
Panjang = 2,5 m
Tinggi = 1,9 m
Kedalan air efektif = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
 Waktu tinggal total rata-rata =7,65 jam
 Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
 Tinggi bed media pembiakan mikroba = 1,2 m
 Tinggi air di atas bed media = 30 cm
 Volume total media biofilter anaerob = 14 m3
 Luas permukaan spesifik media = 225 m2/m3

Beban BOD/ satuan luas = [Konsentrasi BOD g/m3 x Q m3/hari]


Luas permukaan media m2
= 5,8 g BOD /m2. hari.

Disain tangki biofilter anaerob dan rangkaian aliran pada reaktor


biofilter dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.

233
234

Gambar 9.12. Rancangan Tangki Biofilter Anareob.


Bak Pengendap Awal Biofilter Aaerob

Gambar 9.13. Diagram Rangkaian Aliran Biofilter Anaerob

C. Biofilter Aerob

Kriteria perencanaan : aktu tinggal di dalam reaktor = 4 jam


Hubungan inlet BOD dan beban BOD per satuan luas
permukaan media untuk mendapatkan efisiensi penghilangan
BOD 90 % dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.3. Hubungan Inlet BOD Dan Beban BOD


Per Satuan Luas Permukaan Media

Inlet BOD mg/l LA g BOD/m2.hari

300 30

200 20

150 15

100 10

50 5

Sumber : EBIE Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu “,


Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992

235
Hasil perhitungan :

Jumlah ruang = 2 bak, yakni bak 1 untuk aerasi dan bak 2


untuk biofilter aerob.

 Dimensi Bak Aerasi (Bak 1) :

Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif = 1,7 m
Panjang = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
Tinggi air di atas = 20 cm
bed media
 Dimensi Bak Biofilter Aerob (Bak 2) :

Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif = 1,6 m
Panjang =2 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 cm
Tinggi air di atas bed media = 20 cm
Tinggi Bed Media = 1,2 m

 Waktu tinggal total rata-rata = + 3,8 jam

 Beban BOD per satuan permukaan media = 4,44 g


BOD/m2.hari.

Rancangan bak aerasi dan tangki biofilter aerob serta


rangkaian aliran bak aerasi dan tangki biofilter aerob dapat
dilihat pada di bawah ini.

236
Gambar 9.14. Disain Bak Aerasi

237
238

Gambar 9.15. Disain Tangki Biofilter Aerob Dan Rangkain Alirannya.


D. Bak Pengendap Akhir

 Dimensi :

Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif =1,62 m
Panjang = 2,3 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 m
(disesuaikan dengan kondisi lapangan).

 Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 2,2 Jam

 Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 30


m3/m2.hari

Catatan :

 Kriteria Standar : waktu tinggal = 2 jam

 Beban permukaan : 20 –50 m3/m2.hari.


(JWWA)

Disain bak pengendapan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.7.

E. Media Pembiakan Mikroba


Material : PVC sheet
Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3
Diameter lubang : 2 cm x 2 cm
Warna : bening transparan.
Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga : 0,98

Contoh media pembiakan mikroba dapat dilihat pada gambar


berikut.

239
Gambar 9.16. Rancangan Bak Pengendapan Akhir

Gambar 9.17. Media Pembiakan Mikroba Tipe Sarang Tawon

240
F. Pompa Air Sirkulasi

Kapasitas : 15 -30 M3/hari (10 - 20 liter per menit)


Tipe : Pompa Celup
Total : 9 meter
Head : 1 buah
Jumlah :1“
Outlet : 100 -150 watt, 220-240 volt
Listrik

Gambar 9.18. Pompa Sirkulasi

G. Blower Udara

Kapsitas : 400 liter per menit


Total Head : 200 cm air
Listrik : 200 watt, 220 volt.
Jumlah : 2 unit

Gambar 9.19. Blower Udara

241
242

Gambar 9.20. Rancangan Sistem Pengolahan Limbah Perhotelan Secara Lengkap.


9.13. Penutup

Buku panduan ini disusun untuk memberikan gambaran


kepada para pemilik hotel agar dapat melakukan pengelolaan
lingkungannya sehingga dapat mewujudkan suatu kawasan hotel
yang bersih dan nyaman sehingga disamping dapat membantu
upaya pelestarian lingkungan juga dapat meningkatkan tingkat
hunian tamu hotel.

Contoh teknologi pengolahan limbah cair perhotelan yang


dimuat dalam buku ini dibuat dengan detail disain-nya sehingga
diharapkan para pengelola hotel dapat membangun dan
mengoperasikannya dengan baik tanpa merasa terbebani oleh
biaya investasi maupun operasionalnya. Sebaliknya diharapkan
dengan tambahan modal yang sedikit tersebut dapat menciptakan
lingkungan yang asri sehingga dapat lebih menarik para
pengunjung.

243
9.14. Daftar Pustaka

1. -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon


Gesuidou Kyoukai, 1984.
2. -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah
Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL
JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.
3. Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen
kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
4. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah
Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.
5. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei
Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai,
Tokyo, 1987.
6. Sulastiyono A. Drs, MSi, “Manajemen Penyelenggaraan
Hotel”, Alfabeta, Bandung, 1999.
7. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution
Control “, Harper & Row, New York, 1985.
8. Wignjohusodo, S., “Pengelolaan Limbah Secara Terpadu dan
Terpusat”, Presentasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit,
Jakarta 11 Juli 1996.

244

Anda mungkin juga menyukai