Hasil olahan yang diinginkan harus dapat memenuhi kualitas limbah cair buangan kegiatan
perhotelan sesuai dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 :
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan
media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari tiga
buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter
akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum sempat terurai pada bak pengendap secara ananerob atau tanpa udara.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob.
Bak kontaktor atau biofilter aerob ini terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob.
Di dalam ruang biofilter aerob ini juga ini diisi dengan media dari bahan pasltik
tipe sarang tawon. Setelah air limbah di aerasi atau dihembus dengan udara
dialirkan ke tangki atau bak biofilter aerob sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro- orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang
mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik,
deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonia menjadi lebih besar.
Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur
aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan
air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor
ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-
organisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia,
deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Skema proses
pengolahan air limbah perhotelan dengan sistem biofilter anaerob-aerob dapat
dilihat pada di bawah ini.
227
228
Gambar 9.10. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Proses dengan biofilter “anaerob-aerob” ini mempunyai
beberapa keuntungan antara lain :
229
9.13.1. Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”
230
A. Bak Pengendapan Awal
Kriteria perencanaan :
Hasil perhitungan :
Dimensi :
Lebar = 1,5 m
Panjang = 2,8 m
Tnggi = 1,9 m
Kedalaman air efektif = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
Diameter Inlet =4“
Diameter Outlet =4“
231
232
Kriteria perencanaan :
Hasil perhitungan :
233
234
C. Biofilter Aerob
300 30
200 20
150 15
100 10
50 5
235
Hasil perhitungan :
Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif = 1,7 m
Panjang = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
Tinggi air di atas = 20 cm
bed media
Dimensi Bak Biofilter Aerob (Bak 2) :
Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif = 1,6 m
Panjang =2 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 cm
Tinggi air di atas bed media = 20 cm
Tinggi Bed Media = 1,2 m
236
Gambar 9.14. Disain Bak Aerasi
237
238
Dimensi :
Lebar = 1,5 m
Kedalaman air efektif =1,62 m
Panjang = 2,3 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 m
(disesuaikan dengan kondisi lapangan).
Catatan :
239
Gambar 9.16. Rancangan Bak Pengendapan Akhir
240
F. Pompa Air Sirkulasi
G. Blower Udara
241
242
243
9.14. Daftar Pustaka
244