Orang yang pertama kali mengemukakan teori bintang kembar ini adalah
seorang astronom yang berasal dari Inggris, Raymond Arthur Lyttleton
pada tahun 1930. Lyttleton menjelaskan di dalam teorinya, bahwa pada
awalnya tata surya memiliki 2 bintang. Akan tetapi, salah satu dari
bintang tersebut meledak. Beberapa orang menyebut jika ledakan
tersebut akibat dari tabrakan dengan meteor atau planet yang berukuran
lebih besar dari bintang yang meledak. Hasil dari ledakan bintang yang
berupa batuan, gas, debu dan berbagai macam material, mengelilingi
bintang lain yang tidak meledak. Seiring berjalannya waktu, batuan dan
material lain tersebut berubah menjadi planet-planet dan segala macam
isinya.
Penemu teori bintang kembar selanjutnya yaitu Fred Hoyle pada tahun
1956. Fred Hoyle mengatakan jika dahulu tata surya berasal dari 2
bintang yang berukuran sama dan saling berdekatan satu dengan yang
lainnya. Namun, salah satu bintang meledak dan menyisakan serpihan-
seprihan kecil di angkasa. Serpihan tersebut tertarik dan terperangkap
pada gaya gravitasi yang dimiliki bintang yang tidak meledak. Serpihan
itu juga mulai mengelilingi bintang yang tidak meledak tersebut dalam
sebuah orbit.
Selain itu, teori bintang kembar juga tidak sesuai dengan fakta yang ada
pada planet bumi. Seperti yang kita ketahui jika planet bumi yang kita
huni memiliki struktur alam yang beda dengan planet lain. Tidak hanya
daratan saja, di bumi juga terdapat lautan yang begitu luas. Sehingga
teori bintang kembar ini begitu lemah jika dibandingkan dengan kondisi
planet bumi.
Perlu diketahui juga jika sampai saat ini masih belum diketahui teori
atau model yang benar – benar tepat untuk menjelaskan tentang
bagaimana kondisi alam semesta di masa mendatang. Kita tahu jika teori
pembentukan alam semesta sendiri pun ada beragam bentuk dengan
pendapat yang berbeda pula hingga akhirnya menemukan sebuah teori
yang hampir mendekati bukti yang ada saat ini. Itulah mengapa
pembahasan mengenai alam semesta tidak akan pernah ada habisnya dan
selalu muncul pertanyaan – pertanyaan baru. Tidaklah heran jika
mempelajari alam semesta selalu penuh dengan misteri dan sulit untuk
dipecahkan.
Teori protoplanet
Teori asal usul tata surya selanjutnya adalah teori awan kabut atau proto planet,
yang diajukan oleh Carl von Weizsaecker dan disempurnakan oleh Gerard P.
Kuiper sekitar tahun 1950. Teori awan kabut menyatakan bahwa sistem tata
surya terbentuk oleh sejumlah awan gas yang sangat banyak.
Gumpalan awan gas tersebut menyusut dan menarik partikel-partikel debu
hingga berbentuk bola. Kemudian semuanya memilin sehingga gumpalan bola
itu berubah menjadi seperti piringan cakram. Pada bagian tengah cakram
perputarannya lambat sehingga tekanan dan panasnya meningkat. Bagian tegah
tersebut berubah menjadi matahari.
Pada bagian pinggir cakram, perputaran terjadi dengan cepat. Sehingga
terbentuk gumpalan-gumpulan dengan ukuran yang lebih kecil. Gumpalan itu
kemudian berubah menjadi planet-planet, asteroid, meteor atau meteorid, komet,
dan satelit-satelit alami yang mengiringi planet.
Sekian artikel mengenai asal usul tata surya. Dari semua teori di atas, tidak ada
teori pembentukan tata surya yang bisa dipastikan kebenarannya. Mengingat
terbatasnya akal manusia serta kemampuan manusia dalam menjelajahi ruang
angkasa.