Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM I

KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITAIF


“PEMBUATAN LARUTAN”
Disusun oleh :

Nama : Elvany J. Dangeubun

NIM : 18101101021

Jurusan : Kimia

Kelompok : VI (enam)

Tanggal :

Acc :

Dosen/Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019

1
PEMBUATAN LARUTAN

I. Tujuan

I.1 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.


I.2 Menentukan konsentrasi suatu larutan contoh.

II. Dasar Teori

Suatu larutan adalah campuran homogeny dari molekul, atom ataupun ion dari dua zta
atau lebih. Suatau larutan disebutu suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah.
Disebut homogeny karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat di amati adanya
bagian-bagian yang berlaiann, bahkan dengan microskop optis sekalipun ytidak dapat
dibedakan. Larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relative terhadap jumla pelarut.
Sedangkan larutan yang pekat adalah larutan yang mengandung sejumlah besar solute. Solute
adalah zat terlarut sedangkan solvent adalah medium dalam mana solute terlarut. Faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan, sifat zar, suhu dan luas
permukaan (Oxtoby, 2001).
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan. Konsentrasi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi
berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam
suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solute relatif terhadap
pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung
sejumlah kecil solute, maka konsentrasinya rendah atau encer (Ratna, 2008).

Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen.
Larutan disebut campuran homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam atau satu
fase hingga tidak dapat diamati bagian - bagian komponen penyusunnya meskipun dengan
menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Larutan terdiri dari dua komponen penting.
Komponen tersebut adalah solven atau pelarut dan solute atau zat terlarut. Biasanya
komponen solven mengandung jumlah zat terbanyak. Dan komponen solute mengandung
jumlah zat yang lebih sedikit (Harjadi,1993).

Larutan dapat di definisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang
terdispers sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Disebut homogen
karena komposisi dari larutan begitu seragam ( satu fase) sehingga tidak dapat diamati bagian
2
– bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Dalam campuran
heterogen permukaan – permukaan tertentu dapat diamati antara fase – fase yang terpisah
(Khopkar, 1990).

Pada umumnya larutan mempunyai beberapa sifat. Diantaranya sifat larutan non
elektrolit dan larutan elektrolit. Sifat larutan tersebut mempunyai hubungan erat dengan
konsentrsi dari tiap komponennya. Sifat-sifat larutan seprti rasa, ph, warna, dan kekentalan
bergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut. Larutan dapat dibuat dari dua macam zat,
yaitu zat padat dan zat cair. Larutan dibuat untuk mendapatkan campuran larutan dari dua atau
lebih zat. Larutan memiliki dua sifat, yaitu larutan eksoterm dan larutan larutan endoterm
(Harjadi,1993).

Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada
suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan
menimbang zat yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalnya dalam 100
ml pelarut. Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan dapat membentuk larutan lewat
jenuh yang ditandai masih terdapat zat yang tidak larut didasar wadah setelah dilakukaan
pengocokan dan didiamkan. Setelah terjadi kesetimbangan antara zat padat yang terlarut dan
yang tidak larut lalu disaring dan ditimbang selisih berat awal dan berat padatan yang tidak
larut merupakan kelarutan zat tersebut dalam 100 ml pelarut (Vogel, 1985).

Pada umumnya larutan yang dimaksud adalah larutan campuran yang berbentuk cair,
meskipun ada juga berfase gas maupun padat. Larutan yang berbentuk gas adalah udara yang
merupakan campuran dari berbagai jenis gas seperti nitrogen dan oksigen, sedangkan yang
berbentuk padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran homogen drari emas dan
perak atau logam lain (Khopkar, 1990).

Suatu larutan dengan konsentrasi lebih tinggi dapat dijadikan larutan yang
konsentrasinya rendah, dengan menambahkan pelarut. Selama penambahan pelarut jumlah zat
terlarut tidak berubah, tetapi hanya mengurangi perbandingan zat terlarut dengan pelarut.
Pengenceran sering dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah. Satuan konsentrasi yang biasanya diencerkan adalah molar,
normal dan persen (Petrucci, 1987).

Karena larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal),
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut
murni. Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut.
3
Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut (solute). Larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aquades. Larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah terlarut
sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair
dengan cairan padatan atau gas sebagai zat yang terlarut (Petrucci, 1987).)

Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah
maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi
kesetimbangan antara solute yang larut dan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama
dengan kecepatan pengendapan. Larutan tak jenuh ( unsaturated ) adalah suatu larutan yang
mengandung jumlah solute lebih sedikit ( encer ) dari pada larutan jenuhnya. Sedangkan
larutan lewat jenuh (super saturated ), mengandung solute lebih banyak ( pekat ) daripada
yang ada dalam larutan jenuhnya pada suhu yang sama (Khopkar, 1990).

Suatu larutan dikatakan ideal jika didasarkan pada kekuatan relatif dari gaya tarik
antara molekul solute dan solvennya masing – masing. Dalam suatu larutan ideal, sifat
komponen yang satu akan mempengaruhi sifat komponen lainnya, sehingga sifat – sifat fisik
larutan yang dihasilkan seperti titik uap, titik didih, dan titik beku adalah rata – rata dari sifat
kedua komponennya murni. Larutan ideal sendiri sebenarnya hanya bersifat hipotesis
(Petrucci, 1987).

Hukum Raoult menyatakan bahwa :“ Tekanan uap pelarut diatas suatu pelarut ( PA )
sama dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni ( PA ) dengan fraksi mol dalam larutan
( XA ). “ Tekanan osmotik termasuk dalam sifat – sifat koligatif karena besarnya hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut (Suhendra, 2006).

Larutan dapat pula berbentuk padat atau gas. Karena molekul-molekul gas terpisah
jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua campuran gas adalah
larutan. Contoh terbaik untuk larutan gas ialah udara, yang terdiri dari N 2, O2, Ar dan gas lain
dalam jumlah kecil. Jika sejumlah besar zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah
terbatas pelarut. Pelarutan terjadi secara terus-menerus. Hal ini berlaku karena adanya proses
pengendapan, yaitu kembalinya spesies ( atom, ion atau   molekul ) ke keadaan tak larut. Pada
waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan yang sama, kuantitas
terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap waktu. Proses ini adalah
salah satu kesetimbangan dinamis dan larutnya dinamakan larutan jenuh. Pembentukan

4
larutan jenuh di jelaskan pada sebuah konsentrasi larutan jenuh sebagai kelarutan zat terlarut
dalam pelarut tertentu (Petrucci, 1987).

Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira - kira pada
larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat –
sifat tersebut tidak tergantung pada jenis terlarut. Keempat sifat tersebut adalah penurunan
titik uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik, yang semuanya
dinamakan sifat – sifat koligatif. Kegunaan praktis sifat – sifat koligatif banyak dan beragam
(Suhendra, 2006).

Apabila larutan penuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu diturunkan maka
akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam larutan. Tetapi dalam beberapa
kejadian semua zat terlarut tetap dalam keadaan larutan. Karena kuantitas zat terlarut dalam
hal ini lebih besar dari pada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan demikian
dinamakan larutan lewat jenuh, jika sedikit kristal terlarut ditambahkan dalam larutan lewat
jenuh, kelebihan zat terlarut biasanya mengendap (Petrucci, 1987).

Campuran yang disebut sebagai campuran yang bereaksi. Contoh-contoh campuran


terdapat banyak dialam sekitar kita. Udara adalah campuran antara gas-gas oksigen, nitrogen,
uap air, karbondioksida, argon dan lainnya. Tanah adalah campuran dari berbagai zat padat.
Secara fisik dapat dibedakan dua macam campuran, yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Suatu campuran disebut homogen bila campuran hanya terdiri dari satu fase,
artinya tidak ada bidang pemisah yang memisahkan penyusun campuran. Bila campuran
terdiri atas lebih dari satu fase , maka campuran semacam itu disebut campuran heterogen
(Vogel, 1985).

Menurut Suhendra (2006), pada campuran heterogan ada bidang yang memisahkan
penyusun campuran contohnya :

 air dengan minyak


 gula pasir dengan garam dapur
 udara yang berdebu
 air yang keruh

Sifat campuran akan berupa simpangan kecil dari sifat murni komponen yang
berlebihan. Komponen yang berlebihan disebut sebagai pelarut dan yang lain desebut sebagai
larutan. Jika 1gr air gula dicampur dengan 100gr air yang diperoleh ialah larutan gula. Sifat
5
dari larutan sangat bergantung pada susunan atau kompososo zat penyusunnya. Bagi larutan
komposisi umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi (Syukri, 1999).

Kata larutan (soluteion) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antar
dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat
terlarut (solute), dan pelarut (solvent).Fasa larutan dapat berupa gas, cair, atau padat
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-
zat pembentuk sama, zat yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut
sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarut-nya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kelarutan yaitu suhu. Semakin tinggi suhu reaksi, hasil yang dihasilkan juga semakin
bertambahh untuk waktu reaksi yang sama, sebab gerakan molekul-molekul pereaksi semakin
besar. Dengan demikian, preaksi semakin banyak juga (Sugroho,2009).

Kelarutan merupakan banyaknya solute yang dapat dilarutkan pada pelarut tertentu
pada kondisi tertentu. Senyawa yang terlarut disebut dengan solute dan cairan yang
melarutkan disebut dengan solvent, yang secara bersama-sama membentuk suatu larutan.
Proses melarutkan disebut dengan pelarut (solvasi) atau hidrasi jika pelarut yang digunakan
adalah air. Untuk memperoleh larutan standar, perlu dilakukan proses standarisasi sebelum
melakukan analisa konsentrasi larutan yang ingin dianalisa (Syukri, 1999).

Larutan standar ada dua jenis yaitu larutan standar primer yang menjadi acuan dalam
proses standarisasi. Dan larutan standar sekunder yaitu larutan standar yang akan
distandarisasi dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel. Standarisasi
perlu dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika disimpan
dalam waktu yang lama, sedangkan larutan standar primer yang dipilih biasanya memiliki
sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama. Suatu indikator digunakan untuk
menunjukan titik akhik titrasi, maka indikator harus berubah warna tepat pada saat tittan
menjadi ekuivalen dengan titran, perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak agar
tidak ada keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Titrasi adalah titrasi basa kuat
dengan asam kuat dan tittrasi basa lemah dengan asam kuat. Faktor yang mempengaruhi
kelarutan yaitu terperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis
pengaruh kompleks dan lain-lain( Syukri, 1999).

Menurut Syukri (1999), ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:


 Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari

6
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan turun.

 Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari


campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan naik.

Menurut Syukri (1999), larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

 Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion < Ksp
berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
 Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solute padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp
berarti larutan tepat jenuh.
 Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).

Menurut Syukri (1999), berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:

 Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
 Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent

Menurut K,Siadi (2012), larutan dibagi menjadi 3 yaitu :

 Larutan gas adalah dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya.
Karena, semua gas bercampur dengan semua perbandingan maka setiap campuran
gas adalah homogency ia merupakan larutan.
 Larutan cairan dibuat dengan melarutkan cairan atau padatan dalam suatu cairan.
Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut berair.

7
 Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak
beraturan pada atom molekul dari komponen lainnya.

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.


Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam
satuan volume (berat,mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut.
Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi yaitu fraksi mol, molaritas, normalitas,
ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Sugroho, 2009).

Menurut Sugroho (2009), untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus
diperhatikan:

1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau
massa larutan yang akan dibuat.
2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan
satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah
pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :

M1 V1 = M2 V2

M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan

V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan

M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan

V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya.
Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Evi, 2007).

8
III. Alat dan bahan
III.1 Alat
 Botol Reagen  Labu Takar
 Gelas Piala  Neraca Analitik
 Gelas Ukur  Spatula
 Kaca Arloji

III.2 Bahan
 Ba(OH)2 . 8H2O  K2Cr2O7
 Bi5O(OH)9(NO3)4  LiOH
 C6H5Na3O7. 2H2O  NaCl2
 CaCl2. 2H2O  NaHCO3
 H2SO4  K2O7S2

IV. Prosedur Percobaan


1. Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M dengan larutan C6H5Na3O7. 2H2O, CaCl2.
2H2O, H2SO4 . Masing-masing didalam 300 mL aquades
2. Larutan di buat dalam konsentrasi 0,05 M dengan larutan NaCl, K2Cr2O7. Masing-
masing didalam 300 mL aquades
3. Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M dengan larutan K2O7S2, Bi5O(OH)9(NO3)4.
Masing-masing didalam 300 mL aquades
4. Larutan dibuat dalam konsentrasi 2 M dengan larutan LiOH, NaHCO3. Masing-
masing dalam 300 mL aquades.

9
V. Hasil Pengamatan
1) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M. Masing-masing didalam 300 mL aquades.
Diketahui : M = 0,1 M

V = 300 mL = 0,3 L

Ditanya : n = ?

n
Penyelesaian : M= ; n=M.V n= 0,1 x 0,3 L = 0,03 mol
V

 Ba(OH)2 . 8H2O
(Ar Ba = 137 ; Ar O= 16 ; Ar H =1)
Mr Ba(OH)2 . 8H2O = 137 + 32 + 2 + 16 + 128 = 315 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,03 mol x 315 gr/mol = 9,45 gr
 C6H5Na3O7. 2H2O
(Ar C = 12; Ar H = 1 ; Ar Na = 23 ; Ar O= 16)
Mr C6H5Na3O7. 2H2O = 72 + 5 + 69 + 112+ 4 + 32 = 294 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,03 mol x 294 gr/mol = 8, 82 gr
 CaCl2. 2H2O
(Ar Ca = 41; Ar Cl =35 ; Ar H=1 ; Ar O=16)
Mr CaCl2. 2H2O = 41 + 70 + 4 + 32 = 147 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,03 mol x 147 gr/mol = 4,41 gr
 H2SO4
(Ar H = 1; Ar S =32; Ar O =16)
Mr H2SO4 = 2 + 32 + 64 = 98 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,03 mol x 98 gr/mol = 2, 94 gr

2) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M. Masing-masing didalam 300 mL


aquades.
Diketahui : M = 0,05 M
10
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n =…?
n
Penyelesaian : M = ; n = M .V
V
n = 0,05 M x 0,3 L = 0,015 mol

 K2Cr2O7
(Ar K =40; Ar Cr =52; Ar O=16)
Mr K2Cr2O7 = 80 + 104 + 112 = 296 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,015 mol x 296 gr/mol = 4,44 gr
 NaCl
(Ar Na = 23; Ar Cl = 35,5)
Mr NaCl = 23 + 35,5 = 58,5 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,015 mol x 58,5 gr/mol = 0,88 gr

3) Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M. Masing-masing didalam 300 mL aquades.


Diketahui : M = 1M
V = 300mL
Dit: n =..?
n
Penyelesaian : M = ; n= M .V
V
n=1M x 0,3L=0,3 mol
 Bi5O(OH)9(NO3)4
(Ar Bi = 209; Ar O =16; Ar H =1; )
Mr Bi5O(OH)9(NO3)4 = 1045 + 144 + 9 + 92 + 56 = 1346 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,3 mol x 1346 gr/mol = 403, 8 gr
 K2O7S2
(Ar K =14; Ar O=16; Ar S = 32)
Mr K2O7S2 = 80 + 112 + 64 = 256 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,3 mol x 256 gr/mol

11
4) Larutan dibuat dalam konsentrasi 2 M. Masing-masing didalam 300 mL aquades.
Dik: M=2 M
V=300mL
Dit: n..?
n
Penyelesaian M = ; n= M . V
V
n = 2 M x 0,3L = 0,6
 LiOH
(Ar Li = 7; Ar O =16; Ar H =1)
Mr LiOH = 7 + 16 + 1
Massa = mol x Mr
= 0,6 mol x 24 gr/mol = 14, 40 gr
 NaHCO3
(Ar Na = 23 ; Ar H = 1; ArC= 12; Ar O= 16)
Mr NaHCO3 = 23 + 1 + 12 + 48 = 84 gr/mol
Massa = mol x Mr
= 0,6 mol x 84 gr mol = 50,40 gr

12
VI. Pembahasan

Dari praktikum yang pertama ini yaitu tentang Pembuatan Larutan, yang menjadi
target utama adalah penentuan jumlah zat (mol). Dari percobaan praktikum yang telah
dilakukan untuk membuat suatu larutan antara beberapa senyawa dengan menggunakan
pelarut aquades (H2O) sebanyak 0,3 L, atau 300 mL. Pembuatan larutan dalam konsentrasi
tertentu bergantung pada massa daripada zat terlarut yang digunakan, massa molekul relatif
atau biasa disebut dengan Mr, mol, dan juga volume daripada pelarut yang digunakan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan massa.
Dalam percobaan yang telah dilakukan volume yang digunakan untuk membuat
larutan adalah Konstan atau nilainya tetap yaitu 300 mL. Volume sendiri mempunyai
pengaruh dalam menentukan nilai Konsentrasi (M). Semakin besar volume pelarut yang
digunakan maka semakin kecil konsentrasi larutan yang akan didapat begitu juga sebaliknya
semakin kecil volume pelarut yang digunakan maka akan semakin besar konsentrasi larutan
yang akan didapat. Daripada volume massa daripada zat terlarut yang digunakan juga
mempengaruhi dalam menentukan nilai konsentrasi sebuah larutan.
Semakin besar massa zat terlarut yang digunakan dalam menentukan nilai konsentrasi
dalam pembuatan larutan. Maka konsentrasi yang akan didapat semakin besar demikian pula
sebaliknya semakin kecil massa zat terlarut yang digunakan maka konsentrasi larutan yang
didapat juga akan semakin kecil, dalam pembuatan larutan apapun.
Untuk percobaan pertama, kedua, ketiga dan yang terakhir mendapatkan massa dari
masing-masing padatan dengan menggunakan pelarut 300 mL aquades dengan konsentrasi
0,1 0,05 1 dan 2 M.
Padatan-padatan diatas dapat di timbang dengan mengggunakan neraca analitik agar
tidak terpengaruh oleh berbagai factor eksternal yang dapat membuat massa padatan. Setelah
semuanya ditimbang dan didapatnya massa padatan yang dalam bentuk serbuk dimasukkan
kelabu takar kemudian aquades dimasukkan sedikit demi sedikit sampai homogen. Setelah
homogen, aquades di masukkan 300 mL.
Dengan satuan yang digunakan untuk masing-masing besara adalah untuk satuan
volume digunakan (L) maka 300 mL diubah dalam satuan (L) maka akan menjadi 0,3 L.
massa dapat menunjukan menjadi satuan gram (gr) sedangkan untuk menghitung Mr masing-

13
masing unsur maka harus dipengaruhi, perhatikan koefisien dengan nilai Ark arena terdapat
kesalahan dari perhitungan maka besar terhadap penentuan massa dan juga padatan.
Meskipun jumlah volume pelarut dan unsurnya sama namun memiliki nilai massa
yang berbeda pila. Karena itu terhadap juga perbedaan dalam tiap perhitungan nya.
Dalam pembuatan larutan larutan dengan konsentrasi sebesar M, dalam 300 mL
aquades digunakan zat terlarut K2Cr2O7 dan NaCl. Untuk kedua zat tersebut berbeda. Pada
kedua zat terlarut ini massa yang digunakan untuk setiap saat zat terlarut tersebut berbeda
untuk K2Cr2O7. Massa yang dibutuhkan.
Dalam larutan dengan konsentrasi 0,1 M. Semakin besar m yang dibutuhkan massa relatif
(Mr) atau massa molekul relative dari pada NaOH. Sehingga NaOH membutuhkan massa,
untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi 1 M dalam 200 mL aquades digunakan dua jenis
zat terlarut yang berbeda yaitu Bi5O(OH)9(NO3)3 dan K2O7S2 memiliki massa molekul relatif
(Mr) yang tidak larut dan tidak terlarut, tidak terlalu berbeda jauh. Mr dari Bi 5O(OH)9(NO3)3
adalah 403,8 gr sedangkan Mr daripada pembuatan larutan yang digunakan.
Pada praktikum ini yaitu pembuatan larutan, yang harus diperhatikan misalnya pada
saat penimbangan dengan menggunakn neraca analitik harus dilakukan dengan teliti, isemua
kaca yang ada di kiri dan kanan timbangan harus ditutp, karena akan mempengaruhi hasil
timbangan.
Untuk praktikan dalam praktikum pembuatan larutan harus diteliti lebih cermat dalam
penimbangan dan perhitungan massa. Karena perolehan data akan mempengaruhi, dalam
pengelolaan data. Juga dalam menggunkan larutan-larutan berbahaya seperti H2SO4.
Karena pada praktikum kali ini praktikan tidak masuk laboratorium jadi tidak dapat
mengambil data, praktikan perlu ketahui dengan pasti bahwa banyak hal yang mempengaruhi
konsentrasi larutan Mr, mol, dan juga volume larutan pelarut. Karena besarnya konsentrasi
yang telah dibuat untuk mencari hasil semakin meningkat konsentarsi, padatan yang dibuat
dalam pembuatan larutan.

14
VII. Penutup
VII.1 Kesimpulan
1. Untuk membuat suatu larutan maka harus mencampurkan dua zat, yaitu zat
pelarut dan terlarut.
2. Untuk menentukan konsentrasi kita dapat menggunakan beberapa cara antara lain;
Fraksi mol, Molaritasm Maupun Normalitas
VII.2 Saran
Dalam melakukan perhitungan praktikan harus lebih jeli dan teliti agar hasil yang
didapatkan akurat. Juga dalam praktikum Pembuatan Larutan banyak digunakan bahan-
bahan berbahaya dan disarankan agar menggunakan alat-alat pelindung diri.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Darlina. 1998. Pembuatan Larutan Standard an Pereaksi Pemisah KIT RIA T3. Jurnal
Radioisotop dan Radio Farmaka. 1 (2) : 78-79.

Harjadi, W. 1993. lmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Erlangga


Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: UI Press
Oxtoby. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

15
Petruci, Ralp H dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.
Ratna, R. 2008. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya. Jurnal Rekayasa Proses. 2(2) : 12-
13.
Rahayu, I. 2009. Prinsip Percobaan Pembuatan Larutan. Jurnal Kimia Analitik. 1(2) : 11-15.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB
Sugroho, Agung. 2009. Kimia Dasar Universitas. Jakarta : Erlangga.
Suhendra, dkk. 2006. Kimia Dasar I. Mataram : Universitas Mataram.
Suherman, E. 1995. Pembahasan Metode Analisis Zirkonium di dalam Zironium-Hafnium
dengan Spektrometer Pandar Sinar-X. Jurnal Sumber Daya Manusia Teknologi Nuklir.
1(2) : 84-86
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB.

Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kualitatif dan Kuantitatif.
Manado : FMIPA UNSRAT.

Umayah U,Evi dan Moch. Amrun. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga .
Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 8 : hal 83-90

Vogel. 1985. Kimia Dasar. Bandung : Remaja Karya

LAMPIRAN

16
Botol Reagen Sudip Aquades

Ba(OH)2 . 8H2O yang CaCl2 . 2H2O yang LiOH yang ditimbang


ditimbang ditimbang

Ba(OH)2 . 8H2O CaCl2 . 2H2O LiOH

17

Ba(OH)2 . 8H2O + aquades CaCl2 . 2H2O + aquades Pipet Tetes


18

Anda mungkin juga menyukai