M. Dafa Wardana
yang berkaitan dengan ukuran. Faktor skala akan sangat Karena energi foton adalah E = hc/λ maka E0 bisa ditulis
berguna saat kita ingin menyatakan ukuran alam semesta sebagai
c
tanpa mengetahui ukuran sebenarnya. Misal, Galaksi Bima E0 = N E = N h , (23)
Sakti terbentuk saat at = 0, 5. Ini artinya, Galaksi Bima Sakti λ
terbentuk saat ukuran alam semsta setengah kali ukurannya dengan N adalah jumlah foton dalam bola tersebut. Jadi,
saat ini. rapat energi radiasi (saat ini) di dalam bola tersebut adalah
N h λc0
VIII. L AJU P ERUBAHAN K ERAPATAN M ATERI DAN εr,0 = 4 . (24)
3
R ADIASI 3 πr0
Alam semesta yang mengalami pengembangan menyebabkan Seperti tadi, bola tersebut kemudian mengembang secara
densitas materi dan radiasi mengalami perubahan juga. Agar homogen dan isotropik sehingga radiusnya menjadi rt .
permasalahannya sederhana, kita asumsikan jumlah materi Pengembangan yang terjadi menyebabkan rapat energi
yang berubah menjadi radiasi maupun sebaliknya dapat radiasi berubah menjadi
diabaikan terhadap jumlah total materi, juga jumlah total N h λct
radiasi. Dengan demikian jumlah total massa dan jumlah εr,t = 4 3
. (25)
3 πrt
total radiasi di alam semesta bernilai konstan. Suka aku tuh
yang kalo ada yang konstan-konstan. Perbandingan antara εr,t terhadap εr,0 adalah
Misal kita memiliki ruang berbentuk bola dengan radius εr,t r3 λ0
(saat ini) r0 yang berisi sejumlah materi. Densitas materi saat = 03 . (26)
εr,0 rt λt
ini dalam bola tersebut, ρm,0 adalah
Karena λ0 /λt = a0 /at , dan rt = at r0 maka
M
ρm,0 = 4 3. (16) εr,t a4 1
3 πr0 = 04 = 4 , (27)
εr,0 at at
Bola tersebut kemudian mengembang secara homogen dan
isotropik sehingga radiusnya menjadi rt . Pengembangan atau
εr,0
yang terjadi menyebabkan densitas materi berubah menjadi εr,t = . (28)
a4t
M Artinya apa? Pertama, sangat mirip dengan sifat densitas
ρm,t = 4 3
. (17)
3 πrt
materi, semakin kecil ukuran alam semesta rapat energi
dTt dVt 1 dVt
radiasi juga semakin tinggi. Kedua, kebergantungan α4Tt3 Vt + αTt4 = − αTt4 , (36)
pada a−4 mengindikasikan bahwa seiring dengan dt dt 3 dt
t
mengembangnya alam semesta, rapat energi radiasi
nilainya lebih cepat turun daripada rapat energi materi. dTt 1 dVt dVt
4Tt3 Vt = − Tt4 − Tt4 , (37)
Untuk at yang bernilai besar, rapat energi materi materi dt 3 dt dt
lebih besar daripada radiasi sedangkan untuk at << 1
radiasi lebih dominan daripada materi. dTt 4 dVt
4Tt3 Vt = − Tt4 , (38)
dt 3 dt
IX. T EMPERATUR A LAM S EMESTA DAN H UBUNGANNYA
DENGAN FAKTOR S KALA
dTt 1 dVt
Sebuah kenyataan yang harus diterima adalah bahwa Vt = − Tt , (39)
dt 3 dt
sebagian besar radiasi di alam semesta berasal dari
Cosmic Microwave Background, sangat sedikit yang
1 dTt 1 dVt
berasal dari bintang-bintang dan objek bercahaya lainnya. =− . (40)
Karena didominasi oleh CMB, temperatur alam semesta Tt dt 3Vt dt
bisa diperoleh dengan mengamati spektrum CMB untuk Kita tahu bahwa volume (apapun bentuk ruangnya) selalu
memperoleh nilai panjang gelombang pada intensitas Vt ∝ a3t sehingga
puncak, dan menghitungnya dengan menggunakan Hukum
Pergeseran Wien. Hasil pengamatan sampai tulisan ini dibuat 1 dTt 1 d
sepakat pada nilai temperatur alam semesta sebesar T0 = = − 3 (a3t ), (41)
Tt dt 3at dt
2, 73 K. Di sisi lain, temperatur dan rapat energi radiasi alam
semesta dihubungkan persamaan matematis dalam bentuk
1 dTt 1 dat
=− , (42)
εt = αT 4 , (29) Tt dt at dt
dengan α adalah konstanta
d d
π2 k4 (ln Tt ) = − (ln at ). (43)
α= = 7, 56 × 10−16 Jm−3 K −4 . (30) dt dt
15 ~3 c3
Temperatur alam semesta mengalami perubahan karena Integralkan kedua ruas terhadap waktu,
alam semesta mengembang. Penyebabnya karena rapat Z Tt Z at
energi alam semesta harus disebar dalam volume yang d d
(ln Tt )dt = − (ln at )dt, (44)
lebih besar seiring dengan pengembangan alam semesta. T0 dt a0 dt
Hubungan matematis antara temperatur dan ukuran alam
semesta dinyatakan oleh kita memperoleh
Tt ∝ a−1
t , (31) ln Tt − ln T0 = −(ln at − ln a0 ), (45)
dan kita akan menurunkan kesebandingan tersebut agar
paham mengapa hubungan matematisnya seperi itu. ln Tt − ln T0 = ln a0 − ln at , (46)
Tinjau hukum I Termodinamika,
Gunakan salah satu sifat logaritma agar persamaannya
dQt = dEt + P dVt , (32)
menjadi
dengan dQt adalah aliran energi ke alam semesta, dEt adalah
Tt
a0
perubahan energi internal alam semesta, Pt adalah tekanan ln = ln . (47)
T0 at
komponen pengisi alam semesta, dan dVt adalah perubahan
volume akibat pengembangan alam semesta. Untuk alam Nah, dapat
semesta yang bersifat adiabatik, tidak ada aliran energi yang
Tt a0
masuk maupun keluar alam semesta sehingga dQt = 0, = . (48)
T0 at
dEt = −Pt dVt . (33)
Karena temperatur alam semesta berbanding terbalik
Turunkan kedua ruas terhadap waktu untuk memperoleh dengan faktor skalanya maka pengembangan yang terjadi
dEt dVt menyebabkan temperatur alam semesta terus menurun.
= −Pt . (34) Persamaan di atas sah-sah saja jika kalian ingin gunakan
dt dt
untuk membandingkan temperatur dan faktor skala alam
Karena Et = εr,t Vt = αTt4 Vt dan Pt = εr,t /3, persamaan
semesta pada suatu waktu dengan waktu lainnya,
di atas dapat dituliskan menjadi
d 1 dVt Tt1 at2
(αTt4 Vt ) = − αTt4 , (35) = . (49)
dt 3 dt Tt2 at1
X. H UBUNGAN FAKTOR S KALA DAN P ERGESERAN sehingga persamaan Friedmann dapat dituliskan menjadi
M ERAH 8πG kc2
Ingat kembali, pergeseran merah didefinisikan sebagai, Ht2 = ε t − . (57)
3c2 a2t
λobs − λem Suku pertama ruas kanan menjelaskan kontribusi komponen
z≡ . (50)
λem pengisi alam semesta terhadap dinamika yang terjadi. Untuk
Di sisi lain, kita tahu bahwa panjang gelombang cahaya alam semesta yang terdiri dari berbagai komponen, rapat
mengalami pergeseran merah karena alam semesta energi pada persamaan tersebut adalah penjumlahan rapat
mengembang, gelombang cahaya direnggangkan oleh energi setiap komponennya, misal
pengembangan alam semesta. Panjang gelombang cahaya εt = εm,t + εr,t , (58)
yang terobservasi saat ini, λo bs, akan sebanding dengan
faktor alam semesta saat ini dan panjang gelombang cahaya jika alam semesta berisi materi dan radiasi.
tersebut saat dulu diemisikan, λe m, akan sebanding dengan Suku kedua ruas kanan berisi kurvatur, k, dan ukuran
faktor skala alam semesta saat cahaya tersebut diemisikan, alam semesta, at . Kurvatur adalah sebuah parameter yang
sehingga menjelaskan sifat geometri alam semesta. Nilai kurvatur ini
λobs a0 bisa positif, nol, atau negatif. Alam semesta dengan kurvatur
= (51)
λem at positif disebut dengan alam semesta tertutup, alam semesta
Ingat bahwa cahaya yang kita terima saat ini, dipancarkan dengan nilai kurvatur nol disebut alam semesta datar, dan
oleh sumber cahaya di masa lalu sehingga pada persamaan alam semesta berkurvatur negatif kita sebut alam semesta
tersebut at < a0 . terbuka.
a0 Persamaan Friedmann sebenarnya diturunkan dari konsep
1+z = (52)
at Relativitas Umum Einstein. Cuma kalau kita turunin pakai
Karena a0 = 1, maka persamaan di atas lebih sering ditulis Relativitas Umum Einstein nanti kelar idup lu. Jadi di tulisan
sebagai, ini kita cukup turunkan persamaan Friedmann menggunakan
1 pendekatan Newtonian aja. Bayangkan ada sebuah bola
1+z = . (53)
at berisi materi dengan massa M . Bola tersebut berubah
Hubungan ini selalu berlaku apapun model ataupun isi alam ukurannya (boleh mengembang, boleh mengerut, terserah)
semestanya. sehingga radiusnya berubah terhadap waktu, r = rt . Tinjau
sebuah partikel bermassa m yang terletak di permukaan
XI. P ERSAMAAN F RIEDMANN bola tersebut. Energi potensial gravitasi sistem kita dapat
Salah satu persamaan terpenting untuk menjelaskan dinamika dituliskan sebagai
alam semesta adalah persamaan Friedmann. Persamaan GM m
ini menghubungkan besaran-besaran yang menjadi pengisi U =− . (59)
rt
alam semesta dengan besaran-besaran yang menunjukkan
bagaimana alam semesta berperilaku. Persamaan Friedmann Karena M = V ρ = 4πrt3 ρt /3 maka
dapat dituliskan sebagai, 4
U = − πGρt rt2 m. (60)
2 3
ȧt 8πG kc2
= ε t − , (54) Sementara itu, karena bolanya mengalami perubahan ukuran
at 3c2 a2t
maka partikel uji kita bergerak, memiliki energi kinetik,
dengan εt adalah rapat energi segala macam isi alam semesta, 2
dan k adalah kurvatur alam semesta. Eh, udah tau kan kalau 1 1 drt 1
K = mv 2 = m = mṙt2 . (61)
simbol titik di atas, misalnya ȧ/a, artinya turunan terhadap 2 2 dt 2
waktu? Jadi, ȧ/a = da/dt. Ruas kiri persamaan Friedmann Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa
menjelaskan tentang bagaimana laju alam semesta berubah
ukuran. Jika kita meninjau lagi Hukum Hubble-Lemaı̂tre, E = K + U, (62)
v dengan E bernilai konstan. Substitusikan Persamaan 60 dan
Ht = ,
rt Persamaan 61, kita memperoleh
kita akan mendapati bahwa sebenarnya ruas kiri persamaan 1 4
E = mṙt2 − πGρt rt2 m. (63)
Friedmann tidak lain adalah parameter Hubble-Lemaı̂tre 2 3
(jangan ketuker, Ht adalah parameter Hubble-Lemaı̂tre, Karena rt = r0 at maka
sedangkan H0 adalah konstanta Hubble-Lemaı̂tre; nilai 1 4
parameter Hubble-Lemaı̂tre pada saat ini), E = mr0 ȧ2t − πGρt r02 a2t m. (64)
2 3
1 drt 1 d
Ht = = (at r0 ), (55) Kali setiap ruas dengan 2/ma2t r02 sehingga persamaannya
rt dt at r0 dt menjadi
1 dat ȧt 2E ȧ2t 8πG
Ht ≡ = , (56) 2 2 = 2 − ρt , (65)
at dt at mat r0 at 3
2 Untuk konstanta Hubble-Lemaı̂tre bernilai H0 = 67, 4
ȧt 8πG 2E 1 km/s/Mpc, denistas kritis alam semesta adalah
= ρt + 2 2 , (66)
at 3 r0 at 2
3c2
67, 4
yang merupakan persamaan Friedmann dalam bentuk εc,0 = , (76)
8πG 3, 086 × 1019
Newtonian.
Di bagian sini emang agak simsalabim avada kedavra εc,0 = 7, 67 × 10−10 J/m3 ≈ 4800 M eV, (77)
karena sukunya bisa kita dapatkan jika diturunkan atau,
menggunakan Relativitas Umum Eintein. Tapi gak apa-apa, εc,0
ρc,0 = = 8, 54 × 10−27 kg/m3 . (78)
telan bulat-bulat aja dulu bahwa c2
2E Nilai tersebut kurang lebih setara dengan 5 atom
= −kc2 , (67) hidrogen/m3 , sebuah nilai yang terlihat sangat kecil jika
r02
dibandingkan dengan standar di Bumi, tetapi perlu diingat
sehingga persamannya menjadi bahwa sebagian besar volume alam semesta berupa ruang
2 antar-galaksi dengan kerapatan partikel yang sangat rendah.
ȧt 8πG kc2
= ρt − , (68) Pada banyak kasus, permasalahan akan menjadi lebih
at 3 a2t sederhana jika kita menggunakan parameter densitas, Ωt ,
2
ȧt 8πG kc2 yang didefinisikan sebagai,
= εt − . (69) εt ρt
at 3c2 a2t Ωt ≡ = , (79)
εc,t ρc,t
XII. D ENSITAS K RITIS DAN PARAMETER D ENSITAS yang berarti memiliki nilai Ω = 1 jika densitas alam semesta
Kita mulai dengan persamaan Friedmann, sama dengan densitas kritis, Ω < 1 jika densitas alam
semesta lebih kecil daripada densitas kritis, dan Ω > 1 jika
8πG kc2 densitas alam semesta lebih besar daripada densitas kritis.
Ht2 = ε t − . (70)
3c2 a2t Sekarang, kita bagi kedua ruas persamaan Friedmann
Untuk suatu nilai Ht tertentu, akan ada suatu nilai εt tertentu dengan Ht2 ,
juga yang membuat kurvatur alam semesta bernilai nol, Ht2 kc2
8πG
= εt − . (80)
8πG kc2 Ht2 3c2 Ht2 a2t Ht2
2
ε t − Ht = = 0, (71)
3c2 a2t Karena besaran yang berada di dalam kurung adalah 1/εc,t
sehingga persamaan di atas dapat dituliskan sebagai, maka persamaannya dapat dituliskan menjadi
8πG εt kc2
εt = Ht2 . (72) 1= − 2 2. (81)
3c2 εc,t at Ht
Nilai rapat energi yang menyebabkan kurvatur alam semesta Karena Ωt ≡ εt /εc,t , maka
bernilai nol disebut sebagai rapat energi kritis (densitas kc2
kritis), dan didefinisikan dari persamaan di atas sebagai 1 = Ωt − , (82)
a2t Ht2
2
3c Ht2 atau
εc,t = , (73) kc2
8πG = Ωt − 1. (83)
atau dapat juga ditulis dalam bentuk, a2t Ht2
3Ht2 Ruas kiri persamaan tersebut tidak bisa berubah tanda baik
ρc,t =. (74) untuk alam semesta mengembang maupun mengerut. Karena
8πG
ruas kiri tidak bisa berubah tanda maka ruas kanan juga.
Karena nilai parameter Hubble-Lemaı̂tre berubah terhadap Dengan demikian, jika alam semesta memiliki nilai Ωt < 1,
waktu maka nilai densitas kritis juga berubah terhadap waktu. maka akan selamanya seperti itu, berlaku juga untuk alam
Jika densitas alam semesta lebih besar daripada densitas semesta dengan Ωt > 1, dan Ωt = 0.
kritis maka alam semesta akan memiliki kurvatur positif, dan Terkadang, ruas kiri persamaan di atas didefinisikan
sebaliknya. Perhatikan bahwa variabel yang mempengaruhi sebagai parameter-densitas kurvatur,
nilai densitas kritis hanya parameter Hubble-Lemaı̂tre saja,
tidak bergantung pada ukuran alam semesta. kc2
= −Ωk,t , (84)
Berdasarkan penjelasan di atas maka a2t Ht2
kita dapat menyimpulkan bahwa nilai Sehingga persamaan Friedmann menjadi
densitas-kritis-alam-semesta-saat-ini, εc,0 (hanya)
bergantung pada nilai konstanta Hubble-Lemaı̂tre, − Ωk,t = Ωt − 1, (85)
R EFERENSI
Liddle, A. 2003. An Introduction to Modern Cosmology 2nd Edition. Wiley.
Chichester.
Planck Collaboration, dkk. 2018. Planck 2018 Results. VI. Cosmological
Parameters . Astronomy & Astrophysics manuscript no. ms. arXiv:
:1807.06209v1[astro-ph.CO].
Ryden, B. 2006. Introduction to Cosmology. Addison-Wesley. San Fransisco.
Walker, J., Halliday, D., & Resnick, R. 2013. Fundamental of Physics 10th
Edition. Wiley. New Jersey.