Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kajian Teks Tafsir Multikultural
yang Dibimbing Oleh Bapak Prof. Dr. H. Burhan Jamaluddin
Oleh
Moh. Ismail
NIM. 21903011006
PROGRAM DOKTORAL
KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)
TAHUN 2019
Meski agama yang paling banyak dipeluk dan dijadikan sebagai pedoman
hidup oleh masyarakat Indonesia berjumlah enam agama, yakni: Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, namun keyakinan dan kepercayaan
keagamaan sebagian masyarakat Indonesia tersebut juga diekspresikan dalam ratusan
agama leluhur dan penghayat kepercayaan. Jumlah kelompok penghayat
kepercayaan, atau agama lokal di Indonesia bisa mencapai angka ratusan bahkan
ribuan. Dengan kenyataan beragamnya masyarakat Indonesia itu, dapat dibayangkan
betapa beragamnya pendapat, pandangan, keyakinan, dan kepentingan masingmasing
warga bangsa, termasuk dalam beragama. Beruntung kita memiliki satu bahasa
persatuan, bahasa Indonesia, sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut masih
dapat dikomunikasikan, dan karenanya antarwarga bisa saling memahami satu sama
lain. Meski begitu, gesekan akibat keliru mengelola keragaman itu tak urung kadang
terjadi. Dari sudut pandang agama, keragaman adalah anugerah dan kehendak
Tuhan; jika Tuhan menghendaki, tentu tidak sulit membuat hambahambaNya
menjadi seragam dan satu jenis saja. Tapi Dia memang Maha Menghendaki agar
umat manusia beragam, bersukusuku, berbangsabangsa, dengan tujuan agar
kehidupan menjadi dinamis, saling belajar, dan saling mengenal satu sama lain.
Dengan begitu, bukankah keragaman itu sangat indah? Betapa kita harus
1
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama , Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama, Republik Indonesia. Cet. Pertama. - Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019, hal 2
Untuk lebih jelasnya dalam memahami konsep esoterik dan eksoterik yang
ditawarkan oleh Schuon dapat digambarkan dalam sebuah diagram berikut.5
2
Ibid, hal.3-4
3
Huda, M. Dimyati. Pluralisme Dalam Beragama. STAIN Kediri Press, Kediri, 2009.
4
Schuon F, Mencari Titik Temu Agama-agama, Pustaka Hidayah Jakarta, 2003
5
Agama dapat dilihat dari aspek esoterik (dimensi hakikat) dan dari sisi eksoterik (dimensi syari‘at).
Jika pemahaman manusia akan keanekaragaman agama hanya dilihat dari sisi
eksoteriknya maka didapati hanyalah perbedaan belaka, karena sudah sangat jelas
sekali bahwa penerapan syari‘at tiap-tiap agama berbeda. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam Al-Qur‘an , surah Al-Maidah ayat 48):
ن ْ م ِ ِن يَدَي ْ ه َ ْ م ا بَيَ ِ ص دِّقا ً ل َ م ُ ِّحق َ ْ اب ب ِ ال َ َ ك الْكِت َ ْ وَأَن َزلْن َ ا إِلَي
ْه وَال تَتَّبِع ُ َّ ل الل َ ما أَن َز َ ِم ب ْ ُ حك
ْ ُم بَيْنَه ْ منا ً عَلَيْهِ فَا ِ ْ مهَيُ َاب و ِ َ الْكِت
َ
ةً َش ْرع ِ م ْ ُ منْك ِ جعَلْن َ ا َ ل ٍّ ُ حقِّ لِك َ ْ ن الْ مِ ك َ َجاء َ ما َّ َم ع ْ ُأهْوَاءَه
ُ ُ ومنهاجا ً ولَو شَ اءَ اللَّه لَجعلَك
م ْ ُ ن لِيَبْل ُ وَك ْ ِ حدَةً وَلَك ِ ة وَا ً م
َّ م أْ َ َ ُ ْ َ َْ ِ َ
م ْ ُ جعُك
ِ م ْر َ ِات إِلَى اللَّه ِ اس تَبِقُوا الْخَي ْ َر ْ َم ف ْ ُ م ا آت َ اك َ فِي
)48 : ن (ألما ئداة َ م فِيهِ تَخْتَلِفُو ْ ُ ما كُنتَ ِم ب ْ ُ ميعا ً فَيُنَبِّئُكِ ج
َ
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat
di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,
Dalam keyakinan orang muslim, bahwa Al Qur’an adalah Kalam Tuhan, tidak
ada campur tangan manusia sedikit pun. Islam juga mengajarkan bahwa isi dari kitab
sebelum turunnya Al Qur’an (Taurat, Zabur dan Injil) dan juga kitab-kitab yang lain
adalah merupakan pesan Tuhan untuk manusia.
َ
ينَ ِصيْنَا الَّذ َّ َض َول َ َقد ْ و
ِ ما فِي َاأل ْر َ َات و ِ َ مو َ سَّ ما فِي ال َ ِوَلِلَّه
ُ
ن تَكْف ُُروا َ َّ ن اتَّقُوا الل
ْ ِ ه وَإ ْ ُ م وَإِيَّاك
ْ مأ ْ ُ ن قَبْلِكْ م َ َ أوتُوا الْكِت
ِ اب
ً ه غَنِيّا َ ات وما فِي األ
ُ َّ ن الل َ ض وَكَا ِ رْ َ َ ِ َ مو َ سَّ ما فِي ال َ ِن لِلَّه
َّ ِ فَإ
) 131: ميدا ً ( ألنسـاء ِ ح َ
6
Kemenag., Qur’an Kemenag In Microsoft Word, Lajnah Pentashih Mushaf Al Quran Jakarta, 2019
7
Ibid,
َ
حيْن َ اَ ْص ى ب ِ هِ نُوح ا ً َوالَّذِي أو َّ َم ا و َ ين ِ ِّ ن ال د
ْ م ِ م ْ ُ ش َرعَ لَك َ
م وا َ َ عيس ى أ َ ْ إِلَي
ُ ن أقِي ْ َ ِ َ سى و َ موُ َم و َ صيْنَا بِهِ إِب ْ َراهِي
َّ َما و َ َك و
م
ْ ُم ا ت َ دْعُوه َ ين َ ِ ش رِكْ مُ ْ ين وَال تَتَف ََّرقُوا فِيهِ كَب ُ َر عَلَى ال َ ِّ الد
يب
ُ ِ ن يُن َ ِش اءُ وَيَهْ دِي إِلَي ْ ه
ْ م َ َن يْ مَ ِجتَبِي إِلَي ْ ه ْ َه يُ َّ إِلَي ْ هِ الل
)13:( ألشورى
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Al-Syuura: 13)
Selain konsep kesatuan wahyu, yang masih berhubungan dengan titik temu
antar agama adalah kesatuan nubuwwah (kenabian). Dalam ajaran Islam percaya
kepada nabi rasul Allah adalah salah satu dasar dari keimanan Islam itu sendiri. Islam
mengajarkan kita (umat Islam) untuk tidak membeda-bedakan meraka satu sama lain,
sebagaimana tercantum dalam Q.S Al Baqarah ayat 136.
Ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa para nabi/rasul itu membawa risalah
yang sama dan dari Tuhan yang sama. Mereka bersaudara yang mana persaudaraan
mereka bukan karena berasal dari satu garis keturunan yang sama, melainkan karena
mereka membawa risalah dari Tuhan yang sama, agama kedamaian yang lebih
mengutamakan kepasrahan dan ketundukan kepada Tuhan semesta alam. Islam juga
mengakui titik temu dalam agama-agama khususnya “agama samawi” itu terletak
pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan hidup bersama.
Selain yang telah dijelaskan di atas konsep kesamaan wahyu dan kesamaan
nubuwwah, titik temu antar agama yang penulis bahas adalah puasa. Puasa
merupakan ibadah pokok (mahdhah) yang diwajibkan dalam Islam. Kewajiban ini
tertera dengan jelas dalam al-Qur’an melalui firman-Nya:
ب عَلَى
َ ِ م ا كُت
َ َم ك
ُ الص يَا
ِّ ُ ُ ب عَلَيْك
م َ ِ من ُ وْا كُت َ ٰن اَ ْ يٰٓاَيُّهَ ا الَّذِي
)183 : ( ألبقراة ْ ُ م لَعَلَّك
م تَتَّقُوْ ۙ َن ْ ُ ن قَبْلِك ْ م ِ نَ ْ الَّذِي
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”, (al-
Baqarah: 183).
Sejarah Puasa
Dalam kitab-kitab fiqih, sejarah puasa hanya diceritakan sekelumit,
disebutkan bahwa puasa bulan Ramadhan diwajibkan pada bulan sya’ban tahun 2
Hijrah.
Kewajiban Puasa
Berdasarkan kandungan ayat tersebut, ketentuan berpuasa berlaku atas
agama-agama lain atau “orang-orang sebelum kamu” tersurat dengan jelas pada
firman-Nya “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”. Informasi
quranik tersebut tak berseberangan dengan fakta historis yang ada. Prof. Quraish
Shihab, dalam tafsirnya, al-Mishbah, “Pakar-pakar perbandingan agama
menyebutkan bahwa orang-orang Mesir kuno sebelum mereka mengenal agama-
Senada dengan uraian Quraish Shihab itu, Wahbah Al Zuhaili dalam bukunya
tafsir Munir, menjelaskan bahwa umat-umat terdahulu juga melaksanakan puasa
termasuk bangsa Mesir kuno, Yunani, Romawi, dan hindu, bahkan nabi nabi Musa
AS mewajibkan puasa 40 hari, bangsa yahudi zaman sekarang puasa 7 hari dalam
rangka menguasai Yerusalim, kaum nasrani melakukan puasa menjelang hari
paskah.9
Tujuan Puasa
Menurut Sismono dalam bukunya Puasa pada Umat-umat Dulu dan
Sekarang, Tujuan utama puasa dan pantang umat Katolik adalah supaya umat mereka
lebih menghayati kasih tentu yang di terima kasih kepada Allah, seluruh umat di ajak
untuk merenungkan sengsara Kristus demi menyelamatkan umatnya dan di ajak
untuk menyatakan kasih mereka kepada Kristus dengan mendekatkan diri kepada-
Nya dam sesama dengan puasa, mereka mengambil bagian dalam karya keselamatan
Tuhan dengan mendekatkan dan menyatukan diri dengan Tuhan, maka kehendak-
Nya menjadi kehendak mereka juga dan karena kehendak Tuhan yang terutama
adalah keselamatan dunia, maka melalui pantang dan puasa mereka di undang Tuhan
8
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 1, Lentera Hati Jakarta 2017
9
Wahbah Al Zuhaili, Tafsir Munir, Al Quds Darul Fikr, Damsyiq Suriah, 2001
Puasa atau upawasa dalam Hindu bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan
yang maha esa. Puasa menurut Hindu adalah tidak sekedar menahan haus dan lapar,
tidak untuk merasakan bagaimana menjadi orang miskin dan serba kekurangan, dan
tidak untuk menghapus dosa dengan janji surga. Puasa menurut Hindu adalah untuk
mengendalikan napsu Indria, mengendalikan keinginan. Indria haruslah berada
dibawah kesempurnaan pikiran, dan pikiran berada dibawah kesadaran budhi. Jika
indria kita terkendali, pikiran kita terkendali maka kita akan dekat dengan kesucian,
dekat dengan Tuhan.11
Tujuan puasa bagi umat Islam, secara jelas dinyatakan dalam al-Qur’an
bahwa puasa yang hendaknya diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan atau
realisasi ketakwaan yakni menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh
larangan-laranganNya.
Penutup
10
Sismono, Puasa pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Republika, 2010)
11
George Tapiheru, Puasa Sarana Mendorong Tuhan,(Jakarta: Kanisius, 2007)
ُ َ
م ْ ُ جعَلْن َ اكَ َن ذ َك َ رٍ وَأنثَى و ْ مِ م ْ ُ س إِنَّا خَلَقْن َ اك
ُ ي َ ا أيُّهَ ا النَّا
َ َ ل لِتعارفُوا إ
ن
َّ ِ م إْ ُ عن ْ د َ اللَّهِ أت ْ َق اك ْ ُ مك
ِ م َ ن أك ْ َر َّ ِ َ َ َ َ ِ شُ عُوبا ً وَقَبَائ
)13( ير ٌ ِ م خَب
ٌ ه عَلِيَ َّ الل
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengena (QS. Al-Hujurat: 13)
(1)
Huda, M. Dimyati. Pluralisme Dalam Beragama. Kediri: STAIN Kediri Press,
2009.
(2)
Schuon F, Mencari Titik Temu Agama-agama, Pustaka Hidayah Jakarta, 2003
(3)
Kemenag., Qur’an Kemenag In Microsoft Word, Lajnah Pentashih Mushaf Al
Quran Jakarta, 2019
(4)
Budhi Munawar Rachman, Kesatuan Transendental Dalam Teologi Perspektif
Islam Kesamaan Agama-agama dalam Abdurrahman Wahid,et.al, Dialog: Kritik
Dan Identitas, Dian/Interfidei Yogjakarta 2004: DIAN/Interfidei, 2004),
(5)
Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992
(6)
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 1, Lentera Hati Jakarta 2017
(7)
Wahbah Al Zuhaili, Tafsir Munir, Al Quds Darul Fikr, Damsyiq Suriah, 2001
(8)
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Puasa, (Semarang: Rizki
Pustaka, 2000),
(9)
Sismono, Puasa pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Republika,
2010),
(10)
George Tapiheru, Puasa Sarana Mendorong Tuhan,(Jakarta: Kanisius, 2007),
(11)
Djem Raji, Catatan Hasil Diskusi “Puasa Adalah Spiritualisme Agama-Agama
Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan”, (Jaringan Gus Durian Gorontalo,
2019)