Anda di halaman 1dari 13

TITIK TEMU AGAMA-AGAMA

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kajian Teks Tafsir Multikultural
yang Dibimbing Oleh Bapak Prof. Dr. H. Burhan Jamaluddin

Oleh
Moh. Ismail
NIM. 21903011006

PROGRAM DOKTORAL
KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA)
TAHUN 2019

Makalah Program Doktor UNISMA Page 1


TITIK TEMU AGAMA-AGAMA
MOH. ISMAIL (NIM; 21903011006)

Multikulturalisme biasa disebut keragaman merupakan pengakuan bahwa


beberapa kultur yang berbeda bisa eksis dalam lingkungan yang sama dan saling
menguntungkan atau menerima manfaat. Bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini
sebagai takdir. Ia tidak diminta, melainkan pemberian Tuhan Yang Mencipta, bukan
untuk ditawar tapi untuk diterima (taken for granted). Indonesia adalah negara
dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama yang nyaris tiada
tandingannya di dunia. Selain enam agama yang paling banyak dipeluk oleh
masyarakat, ada ratusan bahkan ribuan suku, bahasa dan aksara daerah, serta
kepercayaan lokal di Indonesia. 1

Meski agama yang paling banyak dipeluk dan dijadikan sebagai pedoman
hidup oleh masyarakat Indonesia berjumlah enam agama, yakni: Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, namun keyakinan dan kepercayaan
keagamaan sebagian masyarakat Indonesia tersebut juga diekspresikan dalam ratusan
agama leluhur dan penghayat kepercayaan. Jumlah kelompok penghayat
kepercayaan, atau agama lokal di Indonesia bisa mencapai angka ratusan bahkan
ribuan. Dengan kenyataan beragamnya masyarakat Indonesia itu, dapat dibayangkan
betapa beragamnya pendapat, pandangan, keyakinan, dan kepentingan masingmasing
warga bangsa, termasuk dalam beragama. Beruntung kita memiliki satu bahasa
persatuan, bahasa Indonesia, sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut masih
dapat dikomunikasikan, dan karenanya antarwarga bisa saling memahami satu sama
lain. Meski begitu, gesekan akibat keliru mengelola keragaman itu tak urung kadang
terjadi. Dari sudut pandang agama, keragaman adalah anugerah dan kehendak
Tuhan; jika Tuhan menghendaki, tentu tidak sulit membuat hambahambaNya
menjadi seragam dan satu jenis saja. Tapi Dia memang Maha Menghendaki agar
umat manusia beragam, bersukusuku, berbangsabangsa, dengan tujuan agar
kehidupan menjadi dinamis, saling belajar, dan saling mengenal satu sama lain.
Dengan begitu, bukankah keragaman itu sangat indah? Betapa kita harus

1
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama , Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama, Republik Indonesia. Cet. Pertama. - Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019, hal 2

Makalah Program Doktor UNISMA Page 2


bersyukur atas keragaman bangsa Indonesia ini. Selain agama dan kepercayaan yang
beragam, dalam tiaptiap agama pun terdapat juga keragaman penafsiran atas ajaran
agama, khususnya ketika berkaitan dengan praktik dan ritual agama. Umumnya,
masingmasing penafsiran ajaran agama itu memiliki penganutnya yang mendaku
dan meyakini kebenaran atas tafsir yang dipraktikkannya.2

Dalam perspektif sosiologi, agama dipandang sebagai sistem kepercayaan


yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Agama berkaitan dengan
pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh karena itu,
perilaku yang diperankan oleh individu ataupun kelompok itu akan terkait dengan
sistem keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya. Oleh karena itu titik temu antar
agama sangat penting alam perkembangan multikultural itu sendiri.

Secara historis perjumpaan Islam dengan agama-agama lain sudah


berlangsung sejak masa Nabi Muhammad saw. Islam lahir pada masa agama Yahudi
dan Nasrani. Oleh karenanya dalam membentuk tatanan sosial di Madinah, Nabi
tidak pernah meninggalkan kedua kelompok ini. Justru beliau mengakomodir
kepentingan kaum Yahudi dan Nasrani tersebut dan kemudian mengajak mereka
dalam kerjasama dan hidup berdampingan secara harmonis. Dalam sejarah langkah
Nabi ini dikenal hingga saat ini sebagai “Piagam Madinah”.3

Frithjof Schuon mencari titik temu agama-agama itu dengan membawa


konsep eksoterik dan esoterik. Sebagaimana perkataan Schoun, “Bila tidak ada
persamaan pada agama-agama, kita tidak akan menyebutnya dengan nama yang
sama “agama”. Bila tidak ada perbedaaan diantaranya, kita pun tidak akan
menyebutnya dengan kata majemuk “agama-agama‟.. Menurut Schoun, titik
persamaan antara agama-agama itu terletak pada sisi esoterik (hakikat), dan letak
perbedaannya terletak pada aspek eksoterik (bentuk luar, syari‘at).4

Untuk lebih jelasnya dalam memahami konsep esoterik dan eksoterik yang
ditawarkan oleh Schuon dapat digambarkan dalam sebuah diagram berikut.5

2
Ibid, hal.3-4
3
Huda, M. Dimyati. Pluralisme Dalam Beragama. STAIN Kediri Press, Kediri, 2009.
4
Schuon F, Mencari Titik Temu Agama-agama, Pustaka Hidayah Jakarta, 2003
5
Agama dapat dilihat dari aspek esoterik (dimensi hakikat) dan dari sisi eksoterik (dimensi syari‘at).

Makalah Program Doktor UNISMA Page 3


Diagram Pemahaman Esoterik dan Eksoterik menurut Schuon

Jika pemahaman manusia akan keanekaragaman agama hanya dilihat dari sisi
eksoteriknya maka didapati hanyalah perbedaan belaka, karena sudah sangat jelas
sekali bahwa penerapan syari‘at tiap-tiap agama berbeda. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam Al-Qur‘an , surah Al-Maidah ayat 48):

‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ِ‫ن يَدَي ْ ه‬ َ ْ ‫م ا بَي‬َ ِ ‫ص دِّقا ً ل‬ َ ‫م‬ ُ ِّ‫حق‬ َ ْ ‫اب ب ِ ال‬ َ َ ‫ك الْكِت‬ َ ْ ‫وَأَن َزلْن َ ا إِلَي‬
ْ‫ه وَال تَتَّبِع‬ ُ َّ ‫ل الل‬ َ ‫ما أَن َز‬ َ ِ‫م ب‬ ْ ُ ‫حك‬
ْ ُ‫م بَيْنَه‬ ْ ‫منا ً عَلَيْهِ فَا‬ ِ ْ ‫مهَي‬ُ َ‫اب و‬ ِ َ ‫الْكِت‬
َ
‫ة‬ً َ‫ش ْرع‬ ِ ‫م‬ ْ ُ ‫منْك‬ ِ ‫جعَلْن َ ا‬ َ ‫ل‬ ٍّ ُ ‫حقِّ لِك‬ َ ْ ‫ن ال‬ْ ‫م‬ِ ‫ك‬ َ َ‫جاء‬ َ ‫ما‬ َّ َ‫م ع‬ ْ ُ‫أهْوَاءَه‬
ُ ُ ‫ومنهاجا ً ولَو شَ اءَ اللَّه لَجعلَك‬
‫م‬ ْ ُ ‫ن لِيَبْل ُ وَك‬ ْ ِ ‫حدَةً وَلَك‬ ِ ‫ة وَا‬ ً ‫م‬
َّ ‫م أ‬ْ َ َ ُ ْ َ َْ ِ َ
‫م‬ ْ ُ ‫جعُك‬
ِ ‫م ْر‬ َ ِ‫ات إِلَى اللَّه‬ ِ ‫اس تَبِقُوا الْخَي ْ َر‬ ْ َ‫م ف‬ ْ ُ ‫م ا آت َ اك‬ َ ‫فِي‬
)48 : ‫ن (ألما ئداة‬ َ ‫م فِيهِ تَخْتَلِفُو‬ ْ ُ ‫ما كُنت‬َ ِ‫م ب‬ ْ ُ ‫ميعا ً فَيُنَبِّئُك‬ِ ‫ج‬
َ
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat
di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,

Makalah Program Doktor UNISMA Page 4


lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,
(QS: Al-Maidah ayat 48) .6

Namun apabila manusia mau memahami aspek esoterik, ia akan mendapati


titik temu yang biasa disebut kalimatun sawa’ yang merupakan konsep tentang
keEsaan Tuhan (monoteisme) dan kepercayaan pada Ultimate yang berimplikasi pada
ajaran kesatuan wahyu, kenabian dan agama. Konsep ini termaktub dalam Q.S Ali
Imran ayat 64.

َّ ‫م أَال‬ْ ُ ‫سوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَك‬ َ ٍ‫مة‬ َ ِ ‫اب تَعَالَوْا إِلَى كَل‬


ِ َ ‫ل الْكِت‬ َ ْ‫ل يَا أَه‬ ْ ُ‫ق‬
ً ‫ض نَا بَعْض ا‬ ُ ْ‫خ ذ َ بَع‬ ِ َّ ‫ش يْئا ً وَال يَت‬
َ ِ‫ك ب ِ ه‬َ ِ‫ش ر‬ ْ ُ ‫ه وَال ن‬
َ َّ ‫نَعْبُد َ إِال َّ الل‬
‫اش هَدُوا بِأَنَّا‬ ْ ‫ن تَوَلَّوْا فَقُول ُ وا‬ ْ ِ ‫ون اللَّهِ فَ إ‬ ِ ُ‫ن د‬ ْ ‫م‬ ِ ً ‫أ ْربَاب ا‬
َ
)64:‫(ال عمران‬ ‫ن‬َ ‫مو‬ ُ ِ ‫سل‬ْ ‫م‬ ُ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak
menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah.
Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang Muslim. (QS: Ali Imran: ayat 64).7

Dalam keyakinan orang muslim, bahwa Al Qur’an adalah Kalam Tuhan, tidak
ada campur tangan manusia sedikit pun. Islam juga mengajarkan bahwa isi dari kitab
sebelum turunnya Al Qur’an (Taurat, Zabur dan Injil) dan juga kitab-kitab yang lain
adalah merupakan pesan Tuhan untuk manusia.

Di dalam al-Qur‘an terdapat ayat-ayat yang dapat dianalogikan dengan The


Ten Commandement-nya Nabi Musa A.S.4 Ayat-ayat tersebut ialah

َ
‫ين‬َ ِ‫صيْنَا الَّذ‬ َّ َ‫ض َول َ َقد ْ و‬
ِ ‫ما فِي َاأل ْر‬ َ َ‫ات و‬ ِ َ ‫مو‬ َ ‫س‬َّ ‫ما فِي ال‬ َ ِ‫وَلِلَّه‬
ُ
‫ن تَكْف ُُروا‬ َ َّ ‫ن اتَّقُوا الل‬
ْ ِ ‫ه وَإ‬ ْ ُ ‫م وَإِيَّاك‬
ْ ‫مأ‬ ْ ُ ‫ن قَبْلِك‬ْ ‫م‬ َ َ ‫أوتُوا الْكِت‬
ِ ‫اب‬
ً ‫ه غَنِيّا‬ َ ‫ات وما فِي األ‬
ُ َّ ‫ن الل‬ َ ‫ض وَكَا‬ ِ ‫ر‬ْ َ َ ِ َ ‫مو‬ َ ‫س‬َّ ‫ما فِي ال‬ َ ِ‫ن لِلَّه‬
َّ ِ ‫فَإ‬
) 131: ‫ميدا ً ( ألنسـاء‬ ِ ‫ح‬ َ

6
Kemenag., Qur’an Kemenag In Microsoft Word, Lajnah Pentashih Mushaf Al Quran Jakarta, 2019

7
Ibid,

Makalah Program Doktor UNISMA Page 5


Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh
Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka
(ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah
kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. (QS. Al-Nisa :131 )

َ
‫حيْن َ ا‬َ ْ‫ص ى ب ِ هِ نُوح ا ً َوالَّذِي أو‬ َّ َ‫م ا و‬ َ ‫ين‬ ِ ِّ ‫ن ال د‬
ْ ‫م‬ ِ ‫م‬ ْ ُ ‫ش َرعَ لَك‬ َ
‫م وا‬ َ َ ‫عيس ى أ‬ َ ْ ‫إِلَي‬
ُ ‫ن أقِي‬ ْ َ ِ َ ‫سى و‬ َ ‫مو‬ُ َ‫م و‬ َ ‫صيْنَا بِهِ إِب ْ َراهِي‬
َّ َ‫ما و‬ َ َ‫ك و‬
‫م‬
ْ ُ‫م ا ت َ دْعُوه‬ َ ‫ين‬ َ ِ ‫ش رِك‬ْ ‫م‬ُ ْ ‫ين وَال تَتَف ََّرقُوا فِيهِ كَب ُ َر عَلَى ال‬ َ ِّ ‫الد‬
‫يب‬
ُ ِ ‫ن يُن‬ َ ِ‫ش اءُ وَيَهْ دِي إِلَي ْ ه‬
ْ ‫م‬ َ َ‫ن ي‬ْ ‫م‬َ ِ‫جتَبِي إِلَي ْ ه‬ ْ َ‫ه ي‬ُ َّ ‫إِلَي ْ هِ الل‬
)13:‫( ألشورى‬
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Al-Syuura: 13)

Menurut Nurcholis Majid, ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa perintah itu


sama untuk semua umat/pengikut nabi Muhammad SAW dan pengikut nabi-nabi
sebelumnya yaitu perintah untuk bertaqwa kepada Allah SWT.5

Selain konsep kesatuan wahyu, yang masih berhubungan dengan titik temu
antar agama adalah kesatuan nubuwwah (kenabian). Dalam ajaran Islam percaya
kepada nabi rasul Allah adalah salah satu dasar dari keimanan Islam itu sendiri. Islam
mengajarkan kita (umat Islam) untuk tidak membeda-bedakan meraka satu sama lain,
sebagaimana tercantum dalam Q.S Al Baqarah ayat 136.

‫م‬َ ‫ل إِلَى إِب ْ َراهِي‬ َ ِ‫م ا أُن ز‬ َ ِ‫م ا أُن ز‬


َ َ‫ل إِلَيْن َ ا و‬ َ َ‫منَّا بِاللَّهِ و‬َ ‫قُولُوا آ‬
‫سى‬ ُ َ َ ‫عي‬
َ ‫مو‬ ُ ‫ي‬ َ ِ ‫ما أوت‬ َ َ‫ط و‬
ِ ‫سبَا‬ ْ ‫ُوب وَاأل‬ َ ‫حقَ َويَعْق‬ َ ‫س‬ْ ِ ‫ل وَإ‬ ِ ‫ما‬َ ‫س‬ْ ِ ‫وَإ‬
َ ‫عيس ى وم ا أُوتِي النبيون من ربهم ال ن َف رقُ بي‬
ٍ‫ح د‬ َ ‫نأ‬ َ َْ ِّ ُ ْ ِ ِّ َ ْ ِ َ ُّ ِ َّ َ َ َ َ ِ َ‫و‬
)136 : ‫ن (البقراة‬ َ ‫مو‬ ُ ِ ‫سل‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ُ َ‫ن ل‬ُ ‫ح‬ ْ َ ‫م وَن‬ْ ُ‫منْه‬ِ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa
yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,

Makalah Program Doktor UNISMA Page 6


Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa
serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-
bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepadaNya”
( QS. Al Baqarah ayat 136)

Ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa para nabi/rasul itu membawa risalah
yang sama dan dari Tuhan yang sama. Mereka bersaudara yang mana persaudaraan
mereka bukan karena berasal dari satu garis keturunan yang sama, melainkan karena
mereka membawa risalah dari Tuhan yang sama, agama kedamaian yang lebih
mengutamakan kepasrahan dan ketundukan kepada Tuhan semesta alam. Islam juga
mengakui titik temu dalam agama-agama khususnya “agama samawi” itu terletak
pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan hidup bersama.

Selain yang telah dijelaskan di atas konsep kesamaan wahyu dan kesamaan
nubuwwah, titik temu antar agama yang penulis bahas adalah puasa. Puasa
merupakan ibadah pokok (mahdhah) yang diwajibkan dalam Islam. Kewajiban ini
tertera dengan jelas dalam al-Qur’an melalui firman-Nya:

‫ب عَلَى‬
َ ِ ‫م ا كُت‬
َ َ‫م ك‬
ُ ‫الص يَا‬
ِّ ُ ُ ‫ب عَلَيْك‬
‫م‬ َ ِ ‫من ُ وْا كُت‬ َ ٰ‫ن ا‬َ ْ ‫يٰٓاَيُّهَ ا الَّذِي‬
)183 : ‫( ألبقراة‬ ْ ُ ‫م لَعَلَّك‬
‫م تَتَّقُوْ ۙ َن‬ ْ ُ ‫ن قَبْلِك‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ن‬َ ْ ‫الَّذِي‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”, (al-
Baqarah: 183).

Sejarah Puasa
Dalam kitab-kitab fiqih, sejarah puasa hanya diceritakan sekelumit,
disebutkan bahwa puasa bulan Ramadhan diwajibkan pada bulan sya’ban tahun 2
Hijrah.

Kewajiban Puasa
Berdasarkan kandungan ayat tersebut, ketentuan berpuasa berlaku atas
agama-agama lain atau “orang-orang sebelum kamu” tersurat dengan jelas pada
firman-Nya “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”. Informasi
quranik tersebut tak berseberangan dengan fakta historis yang ada. Prof. Quraish
Shihab, dalam tafsirnya, al-Mishbah, “Pakar-pakar perbandingan agama
menyebutkan bahwa orang-orang Mesir kuno sebelum mereka mengenal agama-

Makalah Program Doktor UNISMA Page 7


agama samawi telah mengenal puasa. Dari mereka, praktik puasa beralih kepada
orang-orang Yunani dan Romawi. Puasa juga dikenal dalam agama-agama
penyembah bintang. Agama Budha, Yahudi dan Kristen demikian juga”.8

Senada dengan uraian Quraish Shihab itu, Wahbah Al Zuhaili dalam bukunya
tafsir Munir, menjelaskan bahwa umat-umat terdahulu juga melaksanakan puasa
termasuk bangsa Mesir kuno, Yunani, Romawi, dan hindu, bahkan nabi nabi Musa
AS mewajibkan puasa 40 hari, bangsa yahudi zaman sekarang puasa 7 hari dalam
rangka menguasai Yerusalim, kaum nasrani melakukan puasa menjelang hari
paskah.9

Tengku Muhammad Hasbi Ash_Shiddiqy dalam buku Pedoman Puasa,


menyatakan Praktek puasa mulai nampak sejak dulu, sebagai bukti diantaranya Nabi
Musa as. dan Nabi Isa as. Bersama umatnya, diperintahkan oleh Allah melakukan
Puasa Ramadhan pada masa itu. Walaupun berkelanjutan dengan adanya perubahan
model yang dilakukan pendeta-pendetanya, yaitu dengan menambah sepuluh hari,
yang aslinya tiga puluh hari jadi empat puluh hari, adanya dalil nazar ketika ada
kaumnya yang sakit parah (pendeta), apabila pendeta itu sembuh maka mereka akan
menambahnya menjadi empat puluh hari, jadinya puasanya kaum Nasrani menjadi
empat puluh hari.8

Tujuan Puasa
Menurut Sismono dalam bukunya Puasa pada Umat-umat Dulu dan
Sekarang, Tujuan utama puasa dan pantang umat Katolik adalah supaya umat mereka
lebih menghayati kasih tentu yang di terima kasih kepada Allah, seluruh umat di ajak
untuk merenungkan sengsara Kristus demi menyelamatkan umatnya dan di ajak
untuk menyatakan kasih mereka kepada Kristus dengan mendekatkan diri kepada-
Nya dam sesama dengan puasa, mereka mengambil bagian dalam karya keselamatan
Tuhan dengan mendekatkan dan menyatukan diri dengan Tuhan, maka kehendak-
Nya menjadi kehendak mereka juga dan karena kehendak Tuhan yang terutama
adalah keselamatan dunia, maka melalui pantang dan puasa mereka di undang Tuhan

8
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 1, Lentera Hati Jakarta 2017
9
Wahbah Al Zuhaili, Tafsir Munir, Al Quds Darul Fikr, Damsyiq Suriah, 2001

Makalah Program Doktor UNISMA Page 8


untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan dunia, yaitu dengan
pengorbanan Yesus di kayu salib. Seluruh umatpun dapat mendoakan keselamatan
dunia dengan mulai mendoakan bagi keselamatan orangorang terdekat dengannya.
Puasa juga bertujuan memudahkan bertobat agar lebih peka terhadap nilai-nilai
rohani dan untuk menyisihkan sesuatu untuk dibagikan kepada sesama.10

Pendeta George Tapiheru menyatakan bahwa puasa yang benar haruslah


merupakan suatu bentuk penyangkalan diri demi kemuliaan Kristus dan
kerajaanNya. Puasa merupakan ungkapan hati yang mengasihi Tuhan, katanya selain
sebagai partisipasi dalam pengorbanan Yesus, puasa juga merupakan respon terhadap
panggilan Tuhan, tindakan merendahkan diri di hadapan Allah dari mencari
kehendak Allah.11

Puasa atau upawasa dalam Hindu bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan
yang maha esa. Puasa menurut Hindu adalah tidak sekedar menahan haus dan lapar,
tidak untuk merasakan bagaimana menjadi orang miskin dan serba kekurangan, dan
tidak untuk menghapus dosa dengan janji surga. Puasa menurut Hindu adalah untuk
mengendalikan napsu Indria, mengendalikan keinginan. Indria haruslah berada
dibawah kesempurnaan pikiran, dan pikiran berada dibawah kesadaran budhi. Jika
indria kita terkendali, pikiran kita terkendali maka kita akan dekat dengan kesucian,
dekat dengan Tuhan.11

Tujuan puasa bagi umat Islam, secara jelas dinyatakan dalam al-Qur’an
bahwa puasa yang hendaknya diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan atau
realisasi ketakwaan yakni menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh
larangan-laranganNya.

Penutup

Dari pembahasan diatas dapat ditarik benang merah antara keberagaman


(multikultur) dan titik temu agama-agama. Secara sederhana keberagaman
merupakan keniscayaan dalam kehidupan di dunia ini dan lebih tepat jika disebut

10
Sismono, Puasa pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Republika, 2010)
11
George Tapiheru, Puasa Sarana Mendorong Tuhan,(Jakarta: Kanisius, 2007)

Makalah Program Doktor UNISMA Page 9


sebagai sunnatullah (kepastian Tuhan), dimana Tuhan dengan kuasanya menciptakan
keberagaman.

. Semua agama itu memiliki persamaan disamping juga memiliki perbedaan.


Persamaan agama-agama itu terdapat pada dimensi esoterik, yaitu aspek hakikat dari
semua agama, yaitu untuk menuju kepada satu titik yang sama, “Tuhan Yang Maha
segalanya”. Adapun letak perbedaan dari agama-agama itu pada aspek eksoterik, yaitu
bentuk luar ataupun syari‘at yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Selain konsep kesatuan wahyu, titik temu agama-agama adalah kesatuan
nubuwwah (kenabian). Dalam ajaran Islam percaya kepada nabi rasul Allah adalah
salah satu dasar dari keimanan Islam itu sendiri. Islam mengajarkan kita (umat Islam)
untuk tidak membeda-bedakan meraka satu sama lain.
Titik temu agama-agama alam kaitannya dengan peribadatan kepada Tuhan
adalah puasa. Puasa adalah salah satu peribadatan yang semua agama mensyariatkan,
walaupun memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Pada akhirya, marilah kita simak dan renungkan Q.S Al Hujurat ayat 13,

ُ َ
‫م‬ ْ ُ ‫جعَلْن َ اك‬َ َ‫ن ذ َك َ رٍ وَأنثَى و‬ ْ ‫م‬ِ ‫م‬ ْ ُ ‫س إِنَّا خَلَقْن َ اك‬
ُ ‫ي َ ا أيُّهَ ا النَّا‬
َ َ ‫ل لِتعارفُوا إ‬
‫ن‬
َّ ِ ‫م إ‬ْ ُ ‫عن ْ د َ اللَّهِ أت ْ َق اك‬ ْ ُ ‫مك‬
ِ ‫م‬ َ ‫ن أك ْ َر‬ َّ ِ َ َ َ َ ِ ‫شُ عُوبا ً وَقَبَائ‬
)13( ‫ير‬ ٌ ِ ‫م خَب‬
ٌ ‫ه عَلِي‬َ َّ ‫الل‬
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengena (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini penegasan dan pengajaran pada manusia, bahwa keberagaman


(multikultural) adalah merupakan kebijakan Tuhan. Ayat tersebut menyatakan bahwa
manusia yang paling mulia disisi Tuhan adalah orang yang paling taqwa dan ini
berlaku universal, tidak sebatas umat Muslim saja. Maka dari itu, jika multikultural
ditinjau dari ayat-ayat Al-Qur‘an, merupakan ajaran dalam Islam itu sendiri. Dimana
Islam merupakan agama Universal yang mengedepankan ketundukan dan kepasrahan
kepada Tuhan Sang Pencipta. Ajaran Islam bukan hanya untuk segelintir orang yang

Makalah Program Doktor UNISMA Page 10


sudah mengaku dirinya muslim, akan tetapi Islam adalah “rahmatan lil ‘alamin”.
Sejalan dengan itu, nilai-nilai sosial yang diajarkan Islam pun juga berlaku universal,
umat Islam harus bisa bekerja sama dengan umat manusia yang lain, hal itu tentunya
dalam kerja sama yang konstruktif. Misalnya, meretas kemiskinan, kesenjangan,
ketidak-adilan dan kebodohan..

Makalah Program Doktor UNISMA Page 11


DAFTAR PUSTAKA

(1)
Huda, M. Dimyati. Pluralisme Dalam Beragama. Kediri: STAIN Kediri Press,
2009.
(2)
Schuon F, Mencari Titik Temu Agama-agama, Pustaka Hidayah Jakarta, 2003
(3)
Kemenag., Qur’an Kemenag In Microsoft Word, Lajnah Pentashih Mushaf Al
Quran Jakarta, 2019
(4)
Budhi Munawar Rachman, Kesatuan Transendental Dalam Teologi Perspektif
Islam Kesamaan Agama-agama dalam Abdurrahman Wahid,et.al, Dialog: Kritik
Dan Identitas, Dian/Interfidei Yogjakarta 2004: DIAN/Interfidei, 2004),
(5)
Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992
(6)
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol 1, Lentera Hati Jakarta 2017
(7)
Wahbah Al Zuhaili, Tafsir Munir, Al Quds Darul Fikr, Damsyiq Suriah, 2001
(8)
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Puasa, (Semarang: Rizki
Pustaka, 2000),
(9)
Sismono, Puasa pada Umat-Umat Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Republika,
2010),
(10)
George Tapiheru, Puasa Sarana Mendorong Tuhan,(Jakarta: Kanisius, 2007),
(11)
Djem Raji, Catatan Hasil Diskusi “Puasa Adalah Spiritualisme Agama-Agama
Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan”, (Jaringan Gus Durian Gorontalo,
2019)

Makalah Program Doktor UNISMA Page 12


Makalah Program Doktor UNISMA Page 13

Anda mungkin juga menyukai