10002111
SER 102
“Sesungguhnya Allah telah menolongmu di tempat tempat yang banyak dan di hari
perang Hunain, ingatlah di saat itu kalian merasa ujub dengan jumlah yang banyak,
padahal jumlah yang banyak itu tidak bermanfaat sedikitpun untuk kalian, menjadi
sempit lah bumi yang luas itu bagi kalian, dan kalian pun lari
Ayat di atas adalah ayat yang menceritakan tentang bagaimana kejadian perang yang
dalam Al Qur’an di saat itu kaum muslimin merasa bangga dan kagum dengan jumlah
yang banyak dan tidak akan terkalahkan dimana jumlah kaum muslimin sebanyak 3x
lipat lebih besar dari pasukan musuh namun kaum muslimin kalah di putaran pertama,
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya datang dari madinah sebanyak
terutama di Ka’bah dan menghilangkan sisa-sisa kesyirikan yang ada di kota Makkah.
Agung mengatakan Penaklukan makkah tak ubahnya seperti pukulan telak yang
dengan realita yang tidak bisa dielakkan, oleh karena itu hanya kabilah-kabilah yang
masih memiliki kekuatan dan kecongkakan yang berani menolak untuk menyerahkan
marga Hawazin dan Tsaqif dan turut bergabung bersama mereka kabilah lain seperti
Nashr, Jusyam, Sa’d bin Bakr, sekelompok manusia dari Bani Hilal, yang seluruhnya
berasal dari keturunan Qais ‘Ailan. Kabilah-kabilah itu merasa masih memiliki
kemuliaan dan kehormatan sehingga tidak begitu saja bertekuk lutut dibawah
kekuasaan Islam. Mereka bergabung dengan Malik bin ‘Auf an-Nishri dan
Adapun esay ini insyaAllah akan membagi pembahasan tentang kisah Perang Hunain
perjalanan menuju Medan Perang dan Proses terjadinya perang, dan diakhir akan kita
penduduk Tsaqif dan Hawazin pun ketakutan. Mereka yakin bahwa Rasulullah n tentu
akan menyiapkan pasukan menyerang mereka. Maka sebelum itu terjadi, mereka
Penolakan dari beberapa suku seperti suku Hawazin dan suku Tsaqif yang
tidak mau memeluk islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
karena berbagai alasan, sebagian karena apa yang mereka telah lakukan pada nabi,
yang lain karena mereka takut kehilangan gengsi, otoritas, dan kendali di wilayah
tersebut dan juga mereka menolak karena mereka tidak menginginkan perubahan,
mereka tidak menginginkan identitas islami baru, identitas yang berdasarkan pada
iman, bukan berdasarkan pertimbangan kesukuan, mereka merasa jika Nabi berhasil
dan kaum muslimin memperoleh kendali mereka akan dipaksa untuk mengadopsi
agama baru ini, berhala mereka akan dihancurkan, otoritas mereka akan diambil, dan
mereka tidak bisa menerima kondisi seperti ini akhirnya mereka memutuskan dan
sepakat mengangkat Malik bin ‘Auf An-Nashri sebagai panglima perang untuk keluar
berperang dengan membawa semua kaum mereka termasuk hewan ternak, istri,anak-
menuju Hunain pada hari Sabtu tanggal 6 Syawal 8 H. Hari itu merupakan hari
kesembilan belas semenjak beliua memasuki Makkah, Beliau begerak bersama 12.000
pasukan Muslimin 10.000 personil diantaranya adalah yang dulu bersama beliau pada
penaklukan Makkah sedangkan yang 2000 lagi (sisanya) berasal dari penduduk
Makkah yang kebanyakan adalah orang-orang yang baru menganut Islam. Beliau
meminjam seratus buah baju besi dan segala perlengkapan lainnya dari Shafwan bin
umayyah dan mengangkat ‘Itab bin Usaid sebagai penguasa sementara atas Makkah.
besar yang hijau. Pohon itu dinamakan Dzat Anwath. Dulu, orang-orang Arab
(sesemblihan) dan berdiam di sisinya (melakukan ritual). Pada saat itu, sebagian
untuk kita Dzat Anwath seperti yang mereka punya .” Mendengar permintaan tersebut
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab. “ Allahu akbar, demi Yang jiwa
Pasukan Muslimin sampai di medan Hunain tepat pada malam Selasa tanggal
10 Syawal. Sementara itu pasukan Malik bin ‘Auf telah terlebih dahulu sampai di
tempat. Ia membawa masuk pasukannya kelembah tersebut selagi masih malam, lalu
tempat persembunyian dan lorong-lorong sempit dan tibalah pasukan Muslimin dalam
kegelapan subuh dan berjalan masuk lembah tanpa di sadari para gerilyawan
menyerang secara serentak dengan menghujani kaum Muslimin dengan anak panah.
Akibatnya tercerai berailah pasukan kaum Muslimin lalu mundur, dimana masing-
Muhammad bin Abdullah.” Namun tidak ada yang tersisa bersama beliau di tempat
itu kecuali segelintir orang dari kalangan kaum Muhajirin dan Ahli Bait saja.
sallam yang tiada taranya. Beliau memacu keledainya menyonsong pasukan kafir
sambil berkata,
-karena dia memilik suara yang lantang- agar memanggil dan menyeru para sahabat
nabi yang lari baik dari kalangan Muhajirin dan Anshar mendengar seruan tersebut
berperang.
peperangan telah berkecamuk dengan seru. Lalu beliau bersabda, “sekarang perang
matanya penuh dengan debu lemparan beliau tersebut, sehingga melemahlah serangan
musuh dan merekapun akhirnya menderita kekalahan yang sangat telak. (Al-
Mubarakfuri, 2012)
Dari pemaparan penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hikmah dan pelajaran
sempurna kepada Allah dan RasulNya, sehingga kita hanya bertawakkal, bergantung
dan berdoa’a hanya kepada Allah Ta’ala untuk meraih segala bentuk kemenangan dan
menghindari segala bentuk ujub atau bangga diri terhadap kelebihan yang dimiliki.
Dan juga betapa jeleknya kebodohan/kejahilan ( terhadap ilmu agama ) yang dapat
Wallahu’alam bishowab.
satu/-
Abdullah, D. (Tanpa Tahun). Transkip modul Ser 102. Diakses pada Mei, 2022
dari http://bahasa.iou.edu.gm