DEPARTEMEN ARKEOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
A. Kosmologi
1. Pengertian Kosmologi
Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan,
atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “khaos”, yang berarti “kacau balau” (Bakker,
1995: 39). Selain dipakai dalam khasanah pemikiran filsafat, istilah “kosmologi” juga dipakai
dalam lingkup ilmu empiris, yakni dikenali sebagai ilmu yang menggabungkan hasil-hasil
pengamatan astronomis dengan teori-teori fisika dalam rangka menyusun hal-hal astronomis
atau fisis dari alam semesta dalam suatu kesatuan dengan skala yang besar (Munitz, dalam:
Edward, ed, 1976: 238).
Istilah kosmologi berasal dari bahasa Yunani kosmos yang dipakai oleh Pythagoras (580-
500 SM) untuk melukiskan keteraturan dan harmoni pergerakan benda-benda langit. Istilah
ini dipakai lagi dalam pembagian filsafat Christian Wolff (1679-1754).
Secara spesifik kosmologi dapat di artikan sebagai ilmu mengenai alam semesta. Ilmu di
sini dapat berarti menegenai keteraturan alam, maupun unsur-unsur beserta struktur alam
semesta.
Kosmologi juga tak luput ikut menelaah ruang dan waktu, menyelidiki asal-usul alam
semesta beserta isinya, dan mempelajari peristiwa di ruang angkasa, termasuk asal mula
kehidupan. Secara histori pada awalnya pemahaman tentang terjadinya alam semesta
mengarah pada mitologi, semacam “dongengan” yang disebut kosmogoni. Kosmologi kuno
mengikuti pendapat bahwa alam semesta itu terbatas dan berorientasi pada bumi sebagai
pusatnya (finite and earth-centered). Kemudian timbul anggapan lain, yakni bahwa alam
semesta itu menjangkau sesuatu yang tidak terbatas, tanpa permulaan dan tanpa akhir. Jadi
benda alam (galaksi, bintang, planet dan segainya) dapat berada, tumbuh, terpecah-pecah dan
berada dalam ruang tanpa batas
Pada bagian awal sejarahnya alam semesta di pelajari oleh ilmu astronomi, astronomi
memerlukan hanya pengamatan dan ramalan gerakan benda di langityang bisa dilihat dengan
mata telanjang. Rigveda menunjuk kepada ke-27 rasi bintang yang dihubungkan dengan
gerakan matahari dan juga ke-12 Zodiak pembagian langit. Yunani kuno membuatkan
sumbangan penting sampai astronomi, di antara mereka definisi dari sistem magnitude.
a) Teori “Big-Bang”
Dalam proses pembentukan alam semesta menurut Big Bang, pada awalnya terjadi
ledakan yang begitu dahsyat dan kemudian mengalami perluasan. Teori ini dihitung secara
matematis oleh Alexander Friedmann yang menurunkan dari teori relativitas umum Einstein
dan didukung oleh George Lemaitre pada tahun 1927. Teorinya tentang Expanding
Universe dikembangkan lagi oleh Arthur Stanley Eddington pada tahun 1930. Menurut
Eddington alam semesta sekarang ini berkembang secara bertahap melalui ekspansi dari
massa dan ukuran alam semesta sebelumnya yang sama dengan keseimbangan alam semesta
menurut Einstein.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Fred Hoyle. Proses pembentukan tata
surya berawal dari 2 bintang yaitu matahari dan bintang kembarannya. Bintang kembaran
yang lain berada pada kondisi yang tidak stabil. Seiring berjalannya waktu, bintang kembaran
tersebut mengalami ledakan – ledakan kecil. Hingga pada suatu saat bintang tersebut
mengalami ledakan yang besar hingga menjadi serpihan – serpihan kecil beserta debu yang
bertebaran di angkasa.
Serpihan – serpihan dan debu tersebut akhirnya terjebak di dalam gaya gravitasi yang
dimiliki oleh matahari. Namun gaya gravitasi tersebut tidak terlalu kuat untuk menarik
serpihan dan debu masuk ke dalam matahari. Seiring berjalanya waktu, serpihan – serpihan
tersebut berubah bentuk menjadi jalur atau sabuk asteroid yang memisahkan antara planet
dalam dengan planet luar. Sedangkan debu – debu yang bertebaran mulai berkumpul menjadi
satu menjadi planet yang kita kenal saat ini.
Pada teori ini menjelaskan bahwa tata surya berasal dari gas dan kumpulan debu-debu
yang berada di luar angkasa sehingga dikenal dengan sebutan Teori Awan Debu (The Dust
Cloud Theory). Saat ini di alam semesta banyak bertebaran gumpalan awan yang sejenis.
Salah satu gumpalan awan tersebut mengalami proses pemampatan. Proses pemampatan
tersebut terjadi sekitar 5 milyar tahun yang lalu. Saat proses pemampatan sedang
berlangsung, partikel-patikel debu ditarik ke bagian pusat dari awan tersebut, hingga
membentuk sebuah gumpalan bola yang mulai memilin. Seiring berjalannya waktu,
gumpalan gas tersebut mulai memipih dan membentuk cakram yang tebal pada bagian tengah
dan sedangkan bagian tepinya semakin menipis.
Di dalam teori awan debu ini juga menjelaskan bahwa pada bagian tengah, partikel-
partikel tersebut saling menekan satu dengan yang lainnya. Akibatnya timbul panas dan
berubah menjadi pijar. Perubahan tersebutlah yang menjadi awal mula terciptanya matahari.
Sedangkan pada bagian luar atau tepi, mengalami perputaran yang cukup cepat sehingga
terpecah menjadi beberapa gumpalan gas dan debu yang berukuran lebih kecil. Gumpalan –
gumpalan kecil yang berisi gas dan debu tersebut juga mengalami proses pemilinan. Pada
proses selanjutnya, gumpalan tersebut membeku dan menjadi planet-planet, beberapa satelit
yang telah kita selama ini. Sehingga kesimpulan yang dikemukakan oleh Gerard menyatakan
terbentuknya tata surya berasal dari awan dan debu yang terpilin.
2. Macam-macam Kosmologi
Kosmologi bisa dibagi dalam empat bagian sebagai berikut :
a. Kosmologi ilmiah/empiris. Maksudnya ialah manusia membangun kosmologi
universalnya mengenai alam semesta berdasarkan hasil-hasil ilmu pengetahuan
empiris.
b. Kosmologi falsafi yang dicapai melalui proses argumentasi-argumentasi rasional.
c. Kosmologi agama yang diperoleh melalui keimanan kepada para pemimpin agama
sehingga semua kata-kata mereka diyakini sebagai kebenaran.
d. Kosmologi irfani (gnostik); yang diperoleh melalui jalur kasyf
(penyingkapan) dan syuhudi (penyaksian batin).
3. Unsur-unsur Kosmologi
Kelima unsur kosmologi itu masing-masing disebut sebagai air, kayu, api, tanah, dan
logam. Kelima energi tersebut saling menghasilkan dan menghancurkan. Air menumbuhkan
kayu; kayu dibakar menghasilkan api, api menghasilkan abu (tanah), tanah menghasilkan
logam yang ditambang dari dalamnya, logam dipanaskan akan mencair (menghasilkan air),
dan selanjutnya siklus ini kembali ke awal lagi. Sementara itu logam menghancurkan kayu
dengan jalan memotongnya, kayu menyerap kesuburan tanah agar dapat tumbuh, tanah
sendiri menghancurkan air dengan jalan menyerapnya, air menghancurkan api dengan jalan
memadamkannya, api menghancurkan logam dengan jalan melelehkannya, selanjutnya siklus
ini kembali ke awal lagi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kosmologi merupkan ilmu yang mengkaji alam semesta, yang mempelajari tentang
struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Mulai dari penciptaan alam semesta, isi
alam semesta, hingga kebenaran tentang alam semesta itu sendiri. Namun begitu, sampai saat
ini masih belum ada yang dapat membuktikan tentang kebenaranya secara empirik. Hal ini
dikarenakan manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam semesta ini dengan segala
keterbatasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Stephen Hawking, A BriefHistoryofTime, terj. Zia Anshor, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm.
115.
https://ilmugeografi.com/astronomi/
http://www.astronomi.us/2012/02/teori-penyebab-alam-semesta-mengembang.html
http://www.marxists.org/archive/politzer/works.htm
http://www.catholiceducation.org/articles/science/sc0022.html
Lembar Tanya Jawab