Anda di halaman 1dari 16

Socrates (Yunani: , Scrats) (469 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Athena,Yunani dan

merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan
merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu
Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan apapun
sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato. [1]
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Riwayat hidup

2 Filosofi

3 Pengaruh

4 Referensi

5 Daftar pustaka

6 Lihat pula

Riwayat hidup[sunting | sunting sumber]


Socrates[2] diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari batu (stone
mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari
sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri
seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui
menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah
berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal
diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam dialog-dialog yang ditulis oleh Plato. Dalam karyakaryanya, Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit
memisahkan gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui
mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali
dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.[3]
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan
berkelilingi mendatangi masyarakatAthena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya
didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle
Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia
berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang
dianggap bijak olehmasyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah
kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang

membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar
definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun
kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates
membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak
karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya
adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan
itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui
apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan
berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda,
sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana
tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan
cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280
mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para
sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani
dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah
dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu
peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.

Filosofi[sunting | sunting sumber]

Kematian Socrates, lukisan karya pelukisJacques-Louis David (1787).

Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu
definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui
penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari
memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek
filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran
tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian
hari.

Pengaruh[sunting | sunting sumber]


Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang
dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok.

Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara
umum.
Lahir di Athena pada tahun 470 SM. dan wafat pada tahun 399 SM. Ayahnya adalah
seorang pembuat patung dan ibunya adalah seorang bidan. Ia sendiri membandingkan
dirinya sesuai dengan pekerjaan orang tuanya itu, yaitu memberi bentuk pada fikiran
orang serta mengusahakan lahirnya gagasan-gagasan baru.
Hampir setiap pembicaraan biografis tentang Sokrates dimulai dengan melukiskannya
sebagai orang yang jelek penampilannya. Rupa dan parasnya tidak selaras dengan ukuran
orang-orang Yunani; berbibir tebal, berkepala botak, berhidung lebar dan sedikit gemuk. Ia
seolah-olah hantu yang setiap hari berkeliaran di kota Athena, menelusuri jalan-jalan,
pasar-pasar dan alun alun, dimana ia bisa menemui manusia dan diajak bercakap-cakap.
Ketika ia ditanya tentang dirinya yang jarang ke luar kota, ia menjawab, padang rumput
dan pohon kayu tidak memberiku palajaran apapun, kecuali manusia. Ia mengenal manusia
dengan caranya yang terkenal yaitu bertanya-tanya tentang segala sesuatu sampai ke akarakarnya. Sekedar menguji sejauh mana pengetahuan mereka yang diajak bertanya jawab
itu.
Pemuda-pemuda pada masa ini dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis(perlu
dibedakan dengan kaum Sufi yang ada dalam tradisi Tasawuf muslim). Sedangkan Sokrates
adalah seorang penganut moral absolut dan meyakini bahwa menegakkan moral adalah
tugas seorang filosof, berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Hidup Sokrates dan para kaum sofis sulit dipisahkan. menurut Cicero ada persamaan
pendapat antara keduanya. Sokrates memindahan filsafat dari langit ke bumi, artinya
sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia. Begitu pula kaum sofis.
Itulah sebabnya (mungkin) Aristhopanes menyebutnya seorang sofis. Sekalipun demikian,
ada perbedaan yang mendasar antara Sokrates dan kaum sofis. Sokrates adalah reaksi dan
suatu kritik terhadap pemikiran kaum sofis itu sendiri.
Sofisme sebenarnya bakanlah suatu mazhab, melainkan suatu aliran, suatu gerakan dalam
bidang intelektual. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pada masa itu.
Dibawah pemerintahan Perikles (429 SM.) Athena berkembang dengan pesat, filsafat
mengalami kemajuan. Pada waktu itulah para guru mulai berkeliling, juga di Athena.
mereka mengajarkan matematika, astronomi dan bahasa. Dalam suasana yang demokratis
bahasa adalah alat politik.

Sebutan sofis mengalami perkembangan tersendiri. Sebelum abad ke-5 istilah itu berarti:
sarjana atau cendikiawan. Seperti Thales (625-545 SM.), Anaximandros (610-540),
Phytagoras (580-500) dan lain-lain. Pada awal abad ke-4 sebutan tersebut diganti dengan
filosofos, filsuf, dan sofis diartikan: guru yang berkeliling untuk mengajar dari kota ke
kota. Pada akhirnya sebutan ini tidak harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang
menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan yang tidak sah, dan mereka pun
meminta uang bagi ajaran mereka.
Sokrates sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kekalahan orang-orang oligarki dan
orang-orang demokratis. Kekuasaan demokratis hancur dan digantikan oleh kesombongan
dan tirani. Tahun 403 SM. demokrasi untuk terakhir kali dicoba untuk dibangun. Tetapi itu
bukanlah pemerintahan yang bijaksana, dibawah sposor merekalah pada tahun 399 SM.
Sokrates dihukum mati dengan meminum racun atas tuduhan: merusak pemuda dan
menolak Tuhan-tuhan negara.
Pandangan-pandangan Sokrates
1. Tentang kebenaran
Pada waktu itu guru-guru sofis mengajarkan bahwa kebenaran yang sebenar-benarnya
tidak ada, maka setiap pendapat bisa dibenarkan dengan retorika. tergantung kepada
manusia itu sendiri. Sedangkan menurut Sokrates ada kebenaran objektif yang tidak
bergantung kepada saya atau kita, untuk membuktikannya Sokrates menggunakan metodemetode tertentu yang praktis dan dijalankan melalui percakapan. Menurut Xenophon, ia
bertanya tentang salah-tidak salah, benar-tidak benar, adil-tidak adil, berani dan pengecut,
dan lain-lain. Sokrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis dan menarik
konsekwensi-konsekwensi yang disimpulkan dari jawaban selanjutnya. Jika ternyata
hipotesis yang pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan kosekwensi yang
mustahil, maka hipotesis tersebut diganti dengan hipottesis yang lain. Seringkali perdebatan
ini berakhir dengan kebingungan (aporia), tapi tak jarang ia menghasilkan defenisi yang
berguna. Tujuan utamanya adalah untuk meruntuhkan kesombongan guru-guru sofis yang
telah mendangkalkan pengetahuan dan melemahkan tanggungjawab. Lalu Socrates akan
mengunci pembicaraan dengan kata-kata,Demikianlah adanya, kita berdua sama-sama
tidak tahu.
Metode yang digunakan oleh Sokrates biasa disebut dialektika, dari kata kerja Yunani
dialegesthai, yang artinya bercakap-cakap atau berdialog. Sebutan yang lain adalah

mientika atau seni kebidanan, karena dengan cara ini Sokrates bertingkah seperti seorang
bidan yang menolong kelahiran bagi pengertian yang sejati.
Didalam traaktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode
Sokrates ini. Ada dua penemuan yang menyangkut Sokrates, keduanya berkenaan dengan
dasar pengetahuan, yang pertama ia menemukan induksi, yang kedua ia menemukan
defenisi.
2. Tentang rasa dan jiwa
Suatu ketika Sokrates ditanya orang,apa yang selalu menyebabkannya bersemangat dan
jarang sedih. Sokrates menjawab, Karena saya tidak mencari hal-hal yang kalau hilang
akan membuat saya sedih.
Jadi menurut Sokrates jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tapi jauh lebih dalam
(yaitu perasaan), Karena jiwa adalah intisari manusia, sehingga manusia wajib
mengutamakan kebahagiaan jiwanya (eudaimonia= memilih daimon atau jiwa yang baik).
Bila diperhatikan isi Apologia (Pidato Pembelaan Sokrates yang Diabadikan Plato), Tampak
jelas bahwa Sokrates sebenarnya tidak hanya mengandalkan pendapatnya pada akal
(reason) tetapi juga pada kekuatan hati (lihat Fuad Hassan, 1973:52-53)
Sekarang tuan-tuan ikutilah aku menguji ketidaktetapan orang ini; dan kau Miletus,
jawablah. Apakah ada orang yang percaya hal-hal manusiawi tanpa percaya pada manusia?
Adakah orang yang percaya pada kemahiran memacu kuda tanpa percaya adanya kuda?
Atau permainan seruling tanpa adanya seruling?
Tidak, sahabatku. Ku berikkan jawaban ini bagimu dan bagi sidang pengadilan ini. Dapatkah
orang percaya pada lembaga-lembaga kerohanian dan kesucian tanpa percaya pada adanya
roh-roh kudus? Tidak mungkin. Aku percaya pada hal-hal kerohanian, mutlak pula bagiku
percaya adanya roh-roh atau dewa-dewa. Kalau roh-roh itu adalah putra Tuhan maka aku
harus percaya pula adanya Tuhan.
3. Tentang Etika
Budi adalah tahu kata Sokrates, inilah intisari etikanya. Orang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik, orang yang mengetahui hukum tentu mentaatinya. Oleh karena
budi berdasarkan pengetahuan, maka budi dapat dipelajari. Dari ucapan tersebut terlihat
bahwa ajaran etika Sokrates bersifat intelektual dan rasional.

Dari pandangan etik yang rasionil tersebut Sokrates sampai kepada sikap hidup yang penuh
dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya, menderita kezaliman itu lebih baik
daripada berbuat zalim. Sikap itu diperlihatkannya dengan kata dan perbuatan.Dan dalam
pembelaanya di muka Hakim Terlihat Sokrates orang yang percaya dengan adanya Tuhan.
Menurut kata teman-temannya: Sokrates demikian adilnya sehingga ia tak pernah berlaku
zalim. Ia begitu pandai menguasai dirinya sehingga ia tak pernah memuaskan hawa nafsu
dengan merugikan kepentingan umum. Ia demikian cerdiknya sehingga tak pernah khilaf
dalam menimbang baik dan buruk. Pada akhir hayatnya (setelah meminum racun) ia
meninggalkan pesan yang penghabisan,Crito aku berhutang seekor ayam kepada
Aesculaap, jangan lupa mebayarnya kembali_.
Inilah penghabisan hidup kawan kami, yang benar-benar dapat kusebut sorang yang paling
bijaksana, paling adil dan terbaik diantara orang yang kukenal sampai sekarang.
Demikian lukisan Plato tentang guru dan kawannya pada hari akhir penghabisannya.
Jakarta 22 April 1997
M. Makaarem al-Akhlaq
Daftar Bacaan
1. Alam Pikiran Yunani, Mohammad Hatta, Tintamas 1986.
2. Filsafat Umum, Dr. Ahmad Tafsir, Rosdakarya 1993.
3. Apologia, Prof. Dr. Fuad Hassan, Bulan Bintang 1973
4. Tahziib al-Akhlaq, Ibn Miskawaih (Terjemahan, Menuju kesempurnaan akhlaq, Mizan
1994)
5. Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Dr. Harun Hadiwijono, Penerbit Kanisius 1988.

Ilmu pengetahun pada era Yunani kuno mengalami kemunduran serta tanggung jawab manusia yang
melemah karena pengaruh negatif para filosof aliran sofisme. Berawal dari hal itu muncul keprihatinan
moral dari para filosof yang selanjutnya membangun pondasi falsafahnya sehingga kembali
kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan. Berbagai pandangan filosof Yunani merupakan
motivasi kuat untuk membangkitan kembali ilmu pengetahuan yang telah semakin lemah dan dangkal
oleh pengaruh filsafat kaum sofis yang merelativitaskan segala sesuatu.
Meskipun ada tokoh-tokoh sebelumnya, filosof pada zaman Yunani kuno berawal dari socrates, dia
dilahirkan di Athena pada tahun 470 S.M. Socrates dikenal sebagai orang yang berbudi luhur
mempunyai kearifan dan kebijaksanaan. Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Oleh
karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis

bahkan ada orang yang memasukkan Socrates kedalam golongan kaum sofis. Tetapi ini tidak benar,
karena ada perbedaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat kaum sofis itu.
Pada saat itu Socrates belum sampai pada suatu sistem filosofi, yang memberikan nama klasik kepada
filosofi itu. Dia baru membuka jalan dan baru mencari kebenaran dan dia belum sampai menegakkan
suatu sistem pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi
kebenaran dan moral. Sistem ajaran filsafat kuno baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles,
berdasarkan ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika serta filosofi alam yang berkembang
sebelum Socrates.

BIOGRAFI SOCRATES

Socrates dilahirkan di Athena ( 470 S.M ). Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan
tinggi. Melainkan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan
bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat.
Tetapi akhirnya dia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai
oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Di masa mudanya Socrates mendapat pendidikan normal dibidang sains, musik dan gimnastik. Semua
ini merupakan subjek pelajaran yang berlaku umum dalam priode Yunani kuno. Dia dikenal juga
sebagai pematung dan beberapa karyanya pernah ditampilkan disalah satu tempat di jalan menuju
ke Acropolis di Athena.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh.
Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan
orang baik-baik dan pandai. Socrates Xantippe menikah dan memiliki tiga orang anak: Lamprocles,
Sophroniscos dan Menexene. Selama hidupnya dia mengambil bagian pada tiga kampanye militer:
pada awal perang Peloponesis, antara 432-429 SM, di 424 SM dalam pertempuran di Delion dan di
422 dalam ekspedisi Amphipolis.
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates
hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis. Tetapi ada perbedaan yang nyata antara
pendapat Socrates dan pendapat kaum sofis itu. Dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran
para sofis. Dia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai obyektif yang harus diterima dan
dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh
istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani. Karena populernya, Socrates yang tidak pernah
bergambar, tergambar wajahnya dengan sejelas-jelasnya di muka tua dan muda berbagai keturunan.
Dari gambarnya yang tergambar dalam jiwa setiap orang itu kemudian orang membuat patungnya
yang serupa sekali dengan wajahnya yang sebenarnya.
Pada tahun 399 M, usia 37 tahun dia diadili di pengadilan Athena dan dituntut hukuman mati dengan
tuduhan dia telah meracuni pikiran-pikiran kaum muda dengan ajaran-ajarannya serta ketidak
percayaannya pada ketuhanan (dewa-dewa), oleh para penuntutnya : Meletos, Anytos, dan Lycon.
Socrates menolak Lysias, pengacara dan membela dirinya. Dia telah tinggal di penjara selama 30 hari
dan selama waktu ini menerima kunjungan dari teman-temannya. Mereka mengusulkan dia rencana

melarikan diri, tetapi Socrates menolaknya. Tidak sedikitpun Socrates takut dengan hukuman yang
diterimanya, bahkan seorang temannya, muridnya maupun tentara yunani saat itu, meminta Socrates
untuk menarik kata-kata dan pemikirannya. Namun ternyata Socrates justru memilih mati daripada
mengkhianati kebenaran yang sudah diyakininya karena Bagi Socrates, mati dalam keyakninan lebih
bernilai daripada mengorbankan keyakninan itu sendiri. Socrates berdedikasi jam terakhir hidupnya
untuk percakapan dengan teman-temannya pada tema keabadian jiwa. Dia telah mandi dan sebelum
matahari terbenam ia minum cangkir dengan racun dan kata-kata terakhirnya adalah: Criton, aku
berutang Asclepios satu ayam, jangan lupa untuk memberikannya. Socrates meninggal pada tanggal
7 Mei 399 SM.

PEMIKIRAN SOCRATES

Bagi Socrates, filosifi bukanlah isi, bukan hasil, dan bukan juga ajaran yang berdasarkan dogma yang
tidak bisa dibantah, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran, dia tidak
mengajarkan, melainkan membantu mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Oleh
karena itu, metodenya disebut maieutik; menguraikan. Dalam mencari kebenaran, Socrates
menggunakan hobinya, yakni selalu bertanya. Dia bertanya sana-sini, kemudian dipahaminya dengan
baik apa yang telah dia pertanyakan. Maka jalan yang ditempuhnya dengan metode induksi dan
definisi. Induksi menjadi dasar definisi. Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan
membandingkan secara kritis. Tentu yang dibandingkan adalah hasil dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dia kumpulkan. Menurut Socrates, orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik.
Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka jahatnya dari orang yang tidak
mengetahui karena tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar. Namun jika kita
melihat pada era sekarang, ternyata tidak hanya yang tidak tahu saja yang jahat, yang tahu pun bisa
lebih jahat dari yang tidak tahu karena mereka bisa memanipulasi dan mencari-cari celah dari apa
yang telah dia ketahui. Justru kejahatan dari orang-orang yang berpengetahuan inilah yang lebih
berbahaya.
Socrates juga berbicara tentang keadilan, menurutnya keadilan adalah melaksanakan apa yang
menjadi fungsi/pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri fungsi/pekerjaan orang lain (the
practice of minding ones own business). Keadilan akan terwujud jika melakukannya secara baik,
apapun sesuai dengan kempampuan dengan cara teamwork dan serasi dibawah pengarahan yang
paling bijaksana (Filsuf). Fungsi tiap pihak dalam masyarakat adalah dapat melakukan sendiri,
sesuatu yang dapat dilaksanakan secara lebih baik daripada mengerjakan hal lain. Dan tiap hal yang
dikerjakan mengandung kebajikan (virtue).
Terkait dengan pembahasan sebelumnya, Bartens menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini.
Ajaran itu dutujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Dia ingin menegakkan sains dan
agama. Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeda dengan orang-orang sofis.
Sama dengan orang sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari.
Akan tetapi, ada perbedaan yang amat penting antara orang sofis dan Socrates. Socrates tidak
menyetujui kaum sofis.
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif, yang tidak bergantung pada saya atau pada kita.
Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran
obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui

percakapan percakapan. Dia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat


mengenai salah dan tidak salah, misalnya dia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang,
dsb. Menurut Xenophon, dia bertanya tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan
pengecut dll. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban
-jawaban lebih lanjut dan menarik kensekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawabanjawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan
konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini
diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah seterusnya. Sering terjadi percakapan itu
berakhir dengan aporia ( kebingungan ). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu
definisi yang dianggap berguna. Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika
yang berarti bercakap- cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan diaelektika karena
dialog mempunyai peranan penting didalamnya. Bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi
bukanlah hal yang kecil maknanya, penemuan inilah yang akan dihantamkannya kepada relatifisme
kaum sofis.
Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada
pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang
sofis bahwa pengatahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Jadi, orang sofis tidak seluruhnya benar,
yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus
itulah pengetahuan yang kebenaranya relatif. Socrates mengungkapkan bahwa memang ada
pengetahuan yang umum, itulah definisi.
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum
sofis. Jadi, kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama
sebagainya, diperselisihkan sebagainya. Dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan
kaidah agama mereka.
Konsepnya tentang roh, terkenal tidak tentu ( indeterminate ) dan berpandangan terbuka
( openminded ), jelas- jelas tidak agamis dan terlihat tidak mengandalkan doktrin-doktrin metafisik
atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen-komitmen naturalistik atau fisik apapun, seperti
pandangan tradisional bahwa roh adalah nafas yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas
bahwa ia sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwa telah mengetahui dirinya sendiri.
Oleh sebab itu haruslah dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri manusia oleh Socrates
jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat sifat diri itu. Dengan demikian menurut
Socrates filsafat hendaklah berdasarkan kemanusiaan, atau dengan lain perkataan, hendaklah
berdasarkan akhlak dan budi pekerti.
Socrates diakhir akhir hidupnya banyak memperkatakan tentang akhirat dan hidup yang abadi kelak
dibelakang hari. Dia mempercayai adanya akhirat, dan hidup yang abadi dibelakang hari itu, begitu
juga tentang kekalnya roh. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada sebelum manusia, dalam
keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun roh itu telah bertali dengan tubuh manusia, tetapi
diwaktu manusia itu mati, roh itu kembali kepada asalnya semula. Sedangkan tentang mengenal diri
Socrates menjadikan pedoman seperti pada pepatah yang berbunyi : kenalilah dirimu dengan dirimu
sendiri ( Gnothisauton ). Pepatah ini dijadikan oleh Socrates jadi pokok filsafatnya. Socrates
berkata : manusia hendaknya mengenaldiri dengan dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri,
hanya kembalilah kepada diri. Manusia selama ini mencari pengetahuan diluar diri. Kadang kadang
dicarinya pengetahuan itu didalam bumi, kadang kadang diatas langit, kadang kadang didalam air,
kadang kadang diudara. Alangkah baiknya kalau kita mencari pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia
memang tidak mengetahui dirinya, maka seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu dipelajarinya,
nanti kalau dia telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang lain. Dan

dia tidak akan selesai selama lamanya dari mempelajari dirinya. Karena pada dirinya itu akan
didapatnya segala sesuatu, dalam dirinya itu tersimpul alam yang luas ini.
Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah karena adanya akal
yang mengatur yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah.
Dia bukan benda, hanya wujud yang rohani semata mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih
dekat kepada akidah tauhid. Dia menasehatkan supaya orang menjaga perintah perintah agama,
jangan menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan.
Tujuan filosofis Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini
berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan bahwa semuanya relative dan
subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran
itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran itu, ia tidak mencari sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang
lain, dengan jalan Tanya jawab. Orang ke dua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan
sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan
berdialog itu sendiri. Dia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan
di dalam jiwa orang itu. Oleh sebab itu metodenya disebut Maieutik, menguraikan.

PENUTUP

Socrates hidup kira-kira pada tahun 470-399 SM. Dia orang yang taat beragama, meyakini dasar
dasar pengetahua. Socrates adalah orang pertama pada masa Yunani kuno yang berusaha
membangun fondasi falsafahnya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap ilmu
pengetahuan yang pada masa itu melemah karena pengaruh negatif kaum Sofis. Menurut sejarah, dia
berpendapat bahwa yang benar secara objektif itu ada, itu dapat di pegang. Kebenaran yang relative
juga ada. Dia berusaha mengajak pemuda-pemuda Athena untuk mempercayai adanya kebenaran
obyektif, yang dapat dipegang. Dia mengajak pemuda-pemuda itu kembali mempercayai agama
mereka dengan menggunakan metodedialetika, dengan bercakap-cakap ke sana ke mari dan berhasil
membuktikan adanya kebenaran yang obyektif. Definisi atau pengertian umum merupakan penemuan
Socrates yang terpenting. Ringkasnya, dia berhasil menyadarkan pemuda Athena bahwa ada
kebenaran yang umum dan dapat dipegang, dan agama harus dianut kembali. Akan tetapi, hasil ini
harus ditebus dengan hukuman mati dengan meminum racun, berdasarkan keputusan pengadilan
Athena atas tuduhan telah merusak moral dan tidak mengakui adanya Dewa-dewa oleh Meletos,
Anytos, dan Lycon.

Sedangkan hikmah yang dapat kita ambil dari pemikiran Socrates adalah diterapkanya Etika dalam
dunia pendidikan maupun dalam budaya Indonesia. Karena Socrates dikenal sebagai bapak dan
sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum

SARAN

Pembahasan Socrates dalam makalah yang penulis susun sangat terbatas. Oleh karena itu, pembaca
hendaknya mecari referensi yang lain untuk melengkapi informasi tentang Riwayat dan Jalan fikiran
Socrates. Dan Penulis senantiasa menunggu saran dari para pembaca, terutama dari Dosen pengampu
mata kuliah Filsafat Ilmu yang tujuannya untuk perbaikan penyusunan makalah selanjutnya yang lebih
baik.

Plato kini dikenal sebagai salah satu filsuf terbesar sepanjang masa. Ia lahir sekitar 429 SM, dekat
dengan waktu kematian Perikels, dan ia meninggal pada 347 SM, tak lama setelah kelahiran Aleksander
Agung. Plato lahir di Athena, dari keluarga yang kaya dan kuat. Banyak kerabatnya yang terlibat dalam
politik Athena.
Semasa muda, ia berguru kepada Sokrates, dan belajar banyak mengenai cara berpikir serta apa yang
harus dipikirkan. Setelah Sokrates dibunuh pada 399 SM, Plato menjadi berang. Plato, yang ketika itu
berusia 30 tahun, mulai menuliskan beberapa percakapannya dengan Sokrates. Oleh karena itu,
gagasan Sokrates pada masa kini banyak diketahui dari tulisan-tulisan Plato.
Meskipun demikian, setelah beberapa lama, Plato mulai menuliskan gagasannya sendiri. Salah satu
karya pertamanya adalah Republik, yang menggambarkan gagasan Plato mengenai bentuk
pemerintahan yang lebih baik daripada pemerintahan Athena. Plato menganggap bahwa sebagian besar
orang cukup bodoh sehingga tak boleh memiliki hak untuk memutuskan mengenai segala sesuatu. Alih-

alih, orang-orang terbaiklah yang harus menjadi pelindung orang lainnya. Plato sendiri berasal dari
keluarga aristokrat sehingga ia mungkin menganggap dirinya termasuk dalam golongan orang terbaik.
Plato juga memikirkan dunia alami dan cara kerjanya. Ia menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki
semacam wujud ideal, misalnya kursi ideal, dan kemudian kursi nyata hanyalah tiruan buruk dari kursi
ideal yang hanya ada dalam pikiran manusia. Salah satu cara Plato untuk menjelaskan gagasan ini
adalah dengan metafora terkenal mengenai gua. Ia mengatakan bahwa, misalkan ada sebuah gua, dan
di dalamnya ada beberapa orang yang dirantai ke dinding gua, sehingga mereka hanya dapat melihat
bagian belakang gua. Orang-orang ini tidak dapat melihat ke luar gua, atau bahkan saling melihat satu
sama lain dengan jelas. Mereka hanya dapat melihat bayangan dari apa yang berada di belakang
mereka. Akhinya orang-orang ini beranggapan bahwa bayangan-bayangan tersebut adalah hal nyata.

Plato dan Aristoteles

Lalu, misalkan ada seseorang yang berhasil kabur dan keluar dari dalam gua. Ia lalu melihat bendabenda nyata yang sebenarya. Jika ia kembali ke gua dan memberitahukan itu kepada orang-orang, tentu
ia akan dianggapp gila dan tak akan dipercaya.
Plato mengatakan bahwa manusia adalah orang-orang yang berada di dalam gua. Manusia mengira
bahwa mereka memahami dunia nyata, namun karena terjebak dalam tubuh, maka manusia hanya
melihat bayangan di dinding. Salah satu tujuan Plato adalah membantu manusia memahmi dunia nyata
dengan lebih baik, dengan cara mencari tahu caray memperkirakan atau memahamii dunia nyata bahkan
tanpa melihatnya.
Ada kemungkinan bahwa gagasan Plato mengenai perbedaan antara dunia nyata dan ilusi yang tampak
berkiatan dengan gagasan Hindu dan Buddha mengenai nrwana, yang muncul di India sekitar masa yang
sama.
Jika kursi memiliki bentuk ideal, begitu pula manusia. Wujud ideal manusia, menurut Plato, adalah jiwa.
Jiwa tersusun dari tiga bagian, yaitu nafsu, kehendak, dan akal. Kehendak membuat kita mampu
mengendalikan nafsu, dan akal membantu menentukan kapan harus mematuhi atau menahan nafsu. Jika
ketiga unsur ini seimbang, maka hidup akan menjadi bahagia.

Akan tetapi, jika ketiga unsur itu tidak seimbang, maka akan terjadi kekacauan. Jika nafsu terlalu kuat,
maka seseorang bisa saja menyakiti orang lain; jika kehendak terlalu kuat, maka seseorang bisa saja
menyakiti dirinya sendiri; dan jika akal tidak bekerja dengan baik, maka seseorang tak akan dapat
mengendalikan nafsu dengan benar dan dapat berujung pada kelainan mental.
Gagasan Plato mengenai politik tidak terlalu diperhatikan di Athena, dengan tak lama setelah kematian
Sokrates, ia pergi ke Sisilia untuk menjadi guru bagi seorang pangeran muda di sana. Ia berupaya
mendidik sang pangeran menjadi pelindung yang baik bagi rakyatnya. Akan tetapi, sang pangeran tidak
terlalu peduli pada ajaran Plato, dan setelah dua belas tahun mengajar, Plato, kini telah menginjak usia
pertengahan empat puluh tahun, menyadari bahwa ia telah gagal. Ia akhirnya kembali ke Athena.
Di Athena, Plato membuka skeolah filsafat yang disebut Akdemi. Sekolah ini menjadi terkenal dan Plato
tinggal di sana hingga wafat pada usia kira-kira delapan puluh tahun. Salah satu murid Plato di Akademi
ini adalah Aristoteles. Plato menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis karya lainnya tentang politik
yang berjudul Hukum, yang lebih bernuansa pesimis daripada Republik, dan isinya lebih banyak
membicarakan mengenai betapa korupnya para polirisi, dan betapa mereka harus terus diawasi.
Plato meninggal pada 347 SM. Murid-muridnya di Akademi merawat dan menyalin semua tulisn Plato,
sehingga pada masa kini kita memiliki catatan yang cukup lengkap mengenai gagasan-gagasan Plato.

Di Yunani kuno, arete bermakna "kehebatan" atau "keunggulan." Kata ini terkait
dengan araomai("berdoa") dan aristos ("terbaik"), yang juga menjadi asal kata aristokrasi, yaitu
kekuasaan oleh orang-orang terbaik. Denan demikian, arete perlu dimiliki oleh aristokrat.
Bagi orang Yunani kuno, arete adalah ketika kita menjadi orang terbaik yang kita bisa. Jadi areteberbedabeda bagi tiap orang. Dalam Odysseia, Penelopeia memiliki arete karena ia sebisa mungkin menjadi istri
terbaik. Namun dalam Iliad, AKhilles juga memiliki arete karena ini sebisa mungkin menjadi prajurit
terhebat, dan Odysseuss memiliki arete karena ia begitu cerdas dan cerdik.
Arete tak hanya dimiliki oleh manusia, melainkan juga oleh rumah yang bagus, puisi yang indah, dan
kuda yang kuat. Dalam Alegori Gua karangan Plato, wujud ideal sesuatu adalah aretenya, yaitu suatu
tujuan yang berusaha dicapai, Plato mengatakan bahwa arete merupakan sesuatu yang berusaha kita
capai, namun selalu berada di luar jangkauan kita, itulah tujuan.
[

Perumpamaan Gua Plato terdapat di bukunya yang terpenting dan berjudul Politeia("negeri") yaitu pada
buku VII ayat 514a-520a. Perumpamaan ini merupakan pemikiran dasar dan fondasi
daripada filsafat Plato. Cerita ini diakukan oleh Plato kepada Sokrates.
Ringkasannya adalah sebagai berikut:

"Maka adalah sebuah gua, di mana ada beberapa tawanan yang diikat menghadap ke dinding belakang
gua. Mereka sudah berada di sana seumur hidup dan tidak bisa melihat ke mana-mana, hanya bisa
melihat ke depan saja.
Akan tetapi mereka bisa melihat bayang-bayangan orang di dinding belakang gua. Bayang-bayangan ini
disebabkan oleh sebuah api yang berkobar di depan, di lubang masuk ke gua ini dan orang-orang
di luar gua yang berjalan berlalu lalang. Para tawanan bisa melihat bayang-bayangan orang ini dan
suara-suara mereka yang menggema di dalam gua.
Maka pada suatu hari, salah seorang tawanan dilepas dan dipaksa keluar. Ia disuruh melihat sumber dari
bayangan ini semua. Akan tetapi api membuat matanya silau, ia lebih suka melihat
bayangannya. Lama kelamaan ia bisa melihat api dan lalu ia mulai terbiasa dan melihat orang-orang
yang lalu lalang.
Kemudian ia keluar dan melihat matahari (simbol daripada kebenaran), yang sebelumnya hanya sedikit
bayangannya yang terlihat,sungai, padang dan sebagainya.
Lalu ia dipaksa kembali ke gua lagi dan hal pertama yang akan dilakukannya adalah membebaskan
kawan-kawannya. Akan tetapi kawan-kawannya akan marah karena hal ini akan
mengganggu ilusi mereka. Akhirnya mereka bukannya terima kasih tetapi akan sangat marah dan
membunuhnya."

Kata Aret dalam bahasa Yunani yang berarti excellence,


diinspirasikan dari filsafat Plato. Dalam bahasa
Indonesia, Aret merujuk pada kata keutamaan. Manusia yang bisa
meraih excellence dalam hidupnya adalah manusia yang mampu
menjadi manusia utama. Sejauh pemikiran filosofis Plato, menjadi
manusia utama adalah bagian dari olah jiwa, terutama dengan
kemampuan rasio manusia, agar dengan demikian manusia mencapai
kebahagiaan.
Jurnal ilmiah ini mengambil nama Aret. Sesuai dengan arti yang
dimaksudkan oleh kata tersebut, jurnal ini diharapkan menjadi sarana
bagi para pembaca maupun penulisnya untuk proses olah jiwa dan
olah pikir agar menjadi manusia yang utama, yang bijaksana.
Visi jurnal ini adalah mengembangkan manusia- manusia yang
berkehendak baik untuk mengejar dan meraih kebijaksanaan di dalam

hidupnya melalui keberanian untuk mengolah jiwa dan daya pikirnya,


untuk lebih jauh merefleksikan gerak kehidupan riil. Kemauan
menjadi manusia utama melalui olah jiwa dan refleksi akal budi
merupakan suatu keberanian dalam dunia modern ini karena
kehidupan modern acapkali jatuh dalam hirukpikuk doxa( opinion) dan cenderung hanya berkutat pada
kedangkalan yang semu. Dalam tradisi filsafat Plato, dunia ini
memang hanyalah semu semata. Yang sejati adalah Idea Yang Baik,
darimana segala yang maya atau semu di dunia ini menemukan
sumber kesejatiannya.
Jurnal Aret ini mencita-citakan diri sebagai komunitas orang-orang
yang berani semacam itu. Yakni, komunitas orang-orang
yang mau belajar, mengolah jiwa dan kemampuan akal
budinya, yang mau melihat, memahami, dan
menyikapi dunia ini dengan lebih jernih dan cerdas,
karena sadar bahwa setiap orang di muka bumi ini
adalah pembelajar. Boleh dikata, semangat dari jurnal ini
adalah self-ongoingformation, pembinaan dan pembelajaran diri
yang terus-menerus karena dilandasi oleh keinginan untuk
menjadi manusia utama.
Jurnal ini masih baru dimulai. Sebagai sesuatu yang masih baru
dirintis, adabanyak kemungkinan yang bisa dikembangkan. Saat awal
itu penting untuk meletakkan pondasi ide, visi, dan orientasi demi
sesuatu yang mau diraih jauh ke depan. Sesuatu yang baru dengan
semangat baru biasanya diiringi oleh antusiasme yang positif.
Antusiasme inilah yang layak dijaga untuk tetap bertahan agar
inspirasi-inspirasi tetap tumbuh dengan subur, untuk menjaga dan

meningkatkan semangat serta produktivitas dalam menulis dan


berkarya.
Antusiasme yang positif untuk bertumbuh dan berkembang di dalam
diri orang-orang yang bekerja untuk jurnal ini diharapkan
menghasilkan kontribusi yang positif dari Fakultas Filsafat Widya
Mandala, Surabaya, bagi pemikiran- pemikiran filosofis
di Indonesia yang secara jujur dan setia melihat, memahami, dan
menilai realitas sosial di tanah air dengan kritis dan cerdas.
Dalam edisi perdana ini, kami mengetengahkan fenomenologi sebagai
bahan kajian untuk diangkat sebagai perspektif dalam menyoroti
pelbagai soal di sekitar kita. Fenomenologi sebagai gerakan dalam
sejarah filsafat selama abad 20 telah memberi warna sejarah
pemikiran manusia, yakni sejarah bagaimana manusia memandang,
merefleksikan, dan menilai dunianya, dirinya, dan Sang Penciptanya.

Anda mungkin juga menyukai