Diperkirakan dalam 1 tahun ada sekitar 500 juta sampai 1 miliar
kantong plastik yang digunakan oleh penduduk dunia, yang untuk membuatnya maka diperlukan 14 juta pohon yang ditebang. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Sehingga akan mengakibatkan : 1. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
2. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi
sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
3. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing
laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
4. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu, dan anjing laut
menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. 5. Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
6. Pembuangan sampah plastik sembarangan di
sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
Dampak Polimer Terhadap Kesehatan
Contoh plastik yang banyak digunakan dalam kehidupan
kita adalah polietilena (bahan pembungkus, kantong plastik, mainan anak, botol), teflon (pengganti logam, pelapis alat-alat masak), polivinilklorida (untuk pipa, alat rumah tangga, cat, piringan hitam), polistirena (bahan insulator listrik, pembungkus makanan, styrofoam, mainan anak), dan lain-lain. Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh maka ditambahkan suatu bahan pelembut (plasticizers), yang kebanyakan bahan pelembut terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah : - epoxidized soybean oil (ESBO) - di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA) - bifenil poliklorin (PCB) Dimana bahan-bahan ini digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(- 2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Kontaminasi zat warna plastik dalam makanan Sebagai contoh adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Penggunaan Styrofoam
Styrofoam yang sering digunakan orang untuk
membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil dari suatu penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene (yang terkandung dalam styrofoam) juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.