Anda di halaman 1dari 7

Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

7.2 Metode Pengolahan Air Limbah

7.2.1. Pengolahan Pendahuluan

7.2.1.1. Umum

Prinsip kerja pengolahan pendahuluan adalah metode fisika dan kimia. Proses
pengolahan pendahuluan bertujuan agar peralatan-peralatan yang dipakai pada proses
pengolahan air limbah tidak sering bermasalah. Misalnya pada proses screening
(penyaringan). Proses coarse screening hanya memisahkan padatan besar saja. Proses
ini mungkin tidak mempunyai penurunan terhadap nilai parameter utama, misal nilai
COD. Tetapi jika proses screening ini tidak diterapkan, maka padatan yang cukup besar
itu dapat menggannggu jalannya proses karena pompa akan sering bermasalah, pipa
atau keran sering mampat. Pengolahan awal yang sering dilakukan adalah screening
(penyaringan), grit removal (penghilangan padatan berat), equalisasi dan netralisasi.

7.2.1.2. Screening

Proses screening (penyaringan) bertujuan untuk memisahkan kotoran padatan yang


terkandung dalam air limbah. Pemilihan alat penyaring tergantung dan disesuaikan
dengan ukuran partikel padatan, jumlah air limbah yang akan disaring, jenis partikel
padatan, hasil yang diinginkan dan anggaran tersedia.

Ukuran partikel menentukan jarak bukaan (opening space). Ukuran jarak bukaan
saringan harus lebih kecil dari besarnya partikel yang akan dipisahkan. Jenis screen
yang sering dipakai adalah bar screen/bar rak, yaitu alat penyaring dengan media
penyaring terbuat dari batangan-batangan besi lempengan atau pipa pejal. Saringan tipe
ini sederhana, mudah dalam pemasangan dan operasionalnya termasuk pengambilan
kotoran baik secara manual maupun secara mekanik. Bar screen biasa dipergunakan
untuk menyaring kotoran-kotoran di sungai-sungai karena cocok untuk kapasitas aliran
air yang besar. Media screen lainnya yang sering dipakai adalah model wire mesh
(anyaman kawat), grating anyaman yang disusun seperti belah ketupat dan perporated
plate (plat berlubang).

Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)


83
Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

Jenis screen/penyaring yang sering digunakan disajikan dalam tabel 7.4.


Tabel 7.4. Berbagai macam jenis saringan dan kategorinya..
Tipe Penyaring Kategori Range ukuran Material Saringan
(mm)
Bar Screen Coarse/kasar 15 – 38 Besi, stainless steel
Saringan miring tetap (fixed Medium/sedang 0.25 – 2.5 Batangan Stainless steel.
inclined screen)
Saringan miring berpurat Coarse/kasar 0.8 x 2.3 x 50. Milled bronze atau plat
(rotary inclined screen) tembaga.
Saringan drum berputar Kasar 2.5 – 5.0 Anyaman stainless steel.
(rotary drum screen)
Medium/sedang 0.25 – 2.5 Anyaman stainless steel.
Halus/fine 6 – 36 μm Stainless steel dilapisi kain
polyesther.
Piringan berputar (rotary Medium 0.25 – 10 Stainless Steel
disk)
Halus/fine 0.025 – 0.25 Stainless Steel

Tipe rotary (berputar) baik drum maupun piringan banyak digunakan di industri kertas
dan industri lainnya termasuk makanan yang mengandung padatan berserat. Pada
perkembangan selanjutnya diaplikasikan tipe step screen yang dirancang untuk padatan
berserat.
Cara pengambilan kotoran yang terpisahkan bisa secara manual atau dengan bantuan
alat mekanikal. Secara manual dibersihkan dengan bantuan tangan sedangkan secara
mekanikal dengan bantuan mesin, misal mesin penggaruk atau dengan penyemprot.
Kotoran padatan yang berserat relatif lebih sulit dalam pembersihannya karena sebagian
terjebak dalam lubang-lubang sehingga membutuhkan energi yang lebih besar.

Gambar 7.7. Bar Screen Mekanis

Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)


84
Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

Gambar 7.8. Berbagai macam tipe screen


(a) Inclined fixed screen, (b) rotary drum screen, (c) rotary disk screen, (d) centrifugal
screen.

7.2.1.3. Grit Removal (Penghilang Partikel Berat).

Grit removal adalah unit untuk menghilangkan partikel berat seperti pasir, debu, biji-
bijian yang terdapat dalam air limbah. Partikel ini perlu dihilangkan untuk menghindari
kerusakan pompa, katup/keran, perpipaan dan peralatan lainnya, akumulasi endapan di
bak berikutnya. Jika partikel merupakan bahan organik, pemisahan bahan tersebut akan
menurunkan angka COD atau BOD. Prinsip kerja grit removal adalah berdasarkan
perbedaan berat jenis. Berat jenis partikel lebih besar daripada berat jenis air. Berat jenis
grit anorganik sekitar 1,5 sampai 2,7 kg/L sedangkan partikel organik kasar sekitar 1,1
kg/L. Dengan adanya gaya gravitasi maka berat jenis yang lebih besar akan turun dan
Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)
85
Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

menjadi endapan. Kemudian endapan ini disapu dengan scrapper atau dengan adanya
kemiringan akan menempati bagian tertentu sehingga memudahkan dalam
pengangkatan endapan misal dengan pompa screw (ulir).

Fasilitas yang ada yaitu suatu tempat bisa terbuat dari bak atau tanki dengan waktu
tinggal sekitar 10 sampai 15 menit. Agar grit bisa turun dibuat penampang dengan
kecepatan air horizontal sekitar 0,3 m/detik. Dengan kecepatan tersebut telah bisa
menurunkan endapan grit.

Biasanya Grit Removal ditempatkan diawal proses sebelum pompa intake. Umumnya
tidak ada penambahan bahan kimia di proses grit removal. Untuk beberapa kasus
misalnya karena berat jenisnya terlalu kecil sehingga perlu ditambahklan sedikit
flokulan.

Karakteristik grit menentukan tipe grit removal yang akan diterapkan. Secara garis
besar fasilitas peralatan grit removal terbagi dalam 2 kategori yaitu yang pertama untuk
pemisahan yang selektif dan kedua adalah pemisahan dari materi organik yang
menyertai pemisahan grit. Terkadang diperlukan peniupan udara. Hal ini dilakukan
terhadap pemisahan grit tertentu yang diinginkan.

Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)


86
Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

7.2.1.4. Ekualisasi

Hampir semua IPAL yang ada terdapat fasilitas unit proses ekualisasi. Unit ekualisasi
diperlukan untuk meredam fluktuasi air limbah. Tidak ada aliran air limbah dari
kegiatan industri yang mempunyai karakteristik debit dan konsentrasi yang sama dari
waktu ke waktu. Padahal pengolahan air limbah memerlukan kondisi karakteristik yang
relatif konstan (tidak terlalu fluktuatif). Misal dalam proses koagulasi dimana
pembubuhan bahan koagulan harus sesuai dengan laju alir dan konsentrasi ketika di
jartest. Jika laju alir atau konsentrasi berubah maka dosis koagulan harus berubah. Jika
perubahan tersebut terjadi setiap saat, misal setiap setengah jam sekali, maka sangat
menyulitkan operasional. Oleh karena itu diperlukan unit ekualisasi agar fluktuasi
karakteristik mengalami peredaman sehingga karakteristiknya bisa relatif konstan.
Peredaman terjadi karena misalnya pada saat ini kondisi pH adalah asam. Tetapi pada
saat jam berikutnya karakteristik pHnya basa. Karena air limbah yang bersifat asam dan
basa tersebut masih terdapat dalam tangki yang sama, maka akan tercampur satu dengan
lainnya sehingga dimungkinkan pHnya menjadi netral.

Peralatan yang dipakai adalah sebuah tempat dalam bentuk tanki atau bak beton dengan
waktu tinggal tertentu. Peralatan yang digunakan adalah mixer atau aerator. Aerator
digunakan jika waktu tinggal di bak ekualisasi cukup lama dan karakteristik air limbah
mudah membusuk. Fungsi aerator dalam kasus ini adalah selain sebagai mixer agar air
limbah homogen, juga sebagai penyedia oksigen. Oksigen diperlukan agar
mikroorganisme anaerobik tidak dapat tumbuh sehingga tidak terjadi proses
pembusukan air limbah di bak ekualisasi. Power mixer atau aerator harus sanggup
mengaduk air limbah. Jika tidak, proses peredaman fluktuasi berjalan tidak sempurna
dan bisa menyebabkan endapan, yang akan mengurangi volume efektif bak equalisasi.

Posisi bak ekualisasi ditempatkan setelah screen atau grit removal (jika ada), dan
sebelum proses netralisasi (jika ada) atau proses berikutnya.

Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)


87
Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

7.2.1.5. Netralisasi pH.

Netralisasi pH diperlukan untuk mempersiapkan kebutuhan pH proses selanjutnya.


Misal proses koagulasi dengan koagulan aluminium sulftat. Proses koagulasi dapat
berjalan dengan baik jika pH berada antara 5 sampai 7. Jika pH air limbah sebelum
proses koagulasi bersifat asam misal pH 4, maka perlu dinetralisasi pada pH sekitar 7.
Penyesuaian pH dipertimbangkan juga terjadinya penurunan pH setelah ditambahkan
koagulan karena adanya ion H+ yang dibebaskan.

Fasilitas yang diperlukan adalah tanki maupun bak beton dengan waktu tinggal tertentu
yang biasanya cukup sekitar 20 menit, bahan kimia dan alat pembubuhnya (pompa
kimia), alat pH kontrol dan pengaduk. Jika pH air limbah awal dimungkinkan bisa
dalam bentuk asam atau basa meski telah dilengkapi dengan fasilitas unit ekualisasi,
maka diperlukan 2 macam bahan kimia penetral yaitu yang bersifat asam atau basa.

Pemakaian pH kontrol sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang presisi meski
alat ini relatif mahal. Dengan pH kontrol, biasanya pemakaian bahan kimia bisa lebih
hemat. Pompa kimia yang dipakai biasanya yang bertipe dosing pump, karena mudah
dalam pengaturan kecepatan menggunaan servomotor. Pengaduk sangat diperlukan agar
pencampuran bahan kimia bisa berjalan dengan baik dan cepat.

Biasanya bahan kimia yang dipakai adalah asam sulfat dan asam klorida untuk
menetralisir basa. Bahan kimia caustic soda/soda api, kapur hidrat atau sodium karbonat
untuk menetralisir air limbah yang bersifat asam. Harga kapur sangat murah, namun
agak sulit dalam preparasi pembuatan larutan dan kesulitan dalam pembubuhan karena
kelarutan kapur sangat kecil sekali sehingga perlu dilakukan pengadukan dan
menimbulkan lumpur yang banyak, sehingga jarang digunakan.

Proses netralisasi pH ditempatkan setelah proses ekualisasi. Adakalanya proses


netralisasi juga diperlukan di akhir proses. Hal ini diperlukan untuk menetralkan pH
sebelum dibuang keluar sebagai effluent.

Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)


88
Bab VII Teknologi Pengolahan Air Limbah

Gambar 7.9. Rangkaian pengatur pH.

Enviromental Pollution Control Manager (EPCM)


89

Anda mungkin juga menyukai