BAB VII
TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Air limbah industri harus diolah agar tidak mencemari badan air dimana air limbah
tersebut akan dibuang. Pemilihan suatu proses pengolahan air limbah industri
tergantung dari :
1. Karakteristik air limbah industri
Dalam hal ini penting dipertimbangkan bentuk dari zat pencemar, misalnya zat
tersuspensi, koloid atau terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk dapat terurai
secara biologis (biodegradability); dan toksiksitas senyawa organik dan inorganik.
2. Kualitas efluen yang diinginkan sesuai baku mutu yang dipersyaratkan.
3. Biaya dan ketersediaan lahan.
Setiap jenis industri mempunyai karakteristik air limbah yang spesifik, yang berbeda
dengan jenis industri lainnya, walaupun mungkin suatu industri mempunyai beberapa
parameter pencemar yang sama dengan industri lain. Perbedaan karakteristik air limbah
industri akan menyebabkan proses pengolahan air limbah industri tersebut berbeda.
Pembahasan lebih lanjut tentang karakteristik air limbah industri di Jawa Barat dapat
dilihat pada 7.1.1.
Seberapa jauh kualitas efluen yang diharapkan juga akan menentukan jenis dan tingkat
pengolahan yang akan dilakukan. Semakin baik kualitas efluen yang diharapkan,
semakin tinggi tingkat pengolahan yang dilakukan, yang akan membuat biaya
pengolahan semakin tinggi. Kualitas efluen yang harus dibuang ke badan air penerima
tercantum pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor
6 Tahun 1999 Lampiran II dan III.
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
Cadmium (Cd)
Sulfida (sbg S)
Tembaga (Cu)
Radioaktivitas
Selenium (Se)
Mangan (Mn)
Titanium (Ti)
Fosfat (PO4)
Stanum (Sn)
Barium (Ba)
Timbal (Pb)
Fluorida (F)
Cobalt (Co)
Raksa (Hg)
Arsen (As)
Fenol total
Nikel (Ni)
Seng (Zn)
Benzena
Toluena
MBAS
BOD5
COD
TKN
TSS
pH
1 Soda kostik/Khlor √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pelapisan logam √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Penyamakan kulit √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Minyak sawit √ √ √ √ √ √
5 Pulp & kertas √ √ √ √
6 Karet √ √ √ √ √ √
7 Gula √ √ √ √ √ √
8 Tapioka √ √ √ √ √
9 Tekstil √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Pupuk √ √ √ √ √ √
11 Ethanol √ √ √ √ √
12 MSG √ √ √ √
13 Kayu lapis √ √ √ √ √ √
14 Susu & makanan √ √ √ √
yg terbuat dari susu
15 Minuman ringan √ √ √ √
16 Deterjen, sabun, √ √ √ √ √ √ √
produk minyak
nabati
17 Bir √ √ √ √
18 Baterai kering √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19 Cat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 Farmasi √ √ √ √ √ √
21 Pestisida √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
22 Industri lain √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber : Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 Lampiran II dan III.
Berdasarkan Tabel 7.1, secara umum air limbah industri dikelompokkan menjadi:
1. Polutan anorganik:
TSS, Cl2 tersisa (khlor), Sulfida (sbg S), Besi terlarut (Fe), Fluorida (F),
Ammonia, TKN, Zat padat terlarut, Nitrat, Nitrit, Fosfat (PO4), Sianida (CN)
2. Polutan organik:
BOD5, COD, Minyak & lemak, MBAS.
3. Logam berat terlarut:
Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel (Ni), Raksa
(Hg), , Khrom hexavalen (Cr+6) dan Total Chrom, Cadmium (Cd), Mangan
(Mn), Titanium (Ti), Barium (Ba), Stanum (Sn), Arsen (As), Selenium (Se),
Cobalt (Co).
4. pH
(Flotasi tekanan,
flotasi gravitasi)
(Fermentasi metan)
AIR INDUSTRI
Air limbah yang keluar dari industri umumnya harus melalui pengolahan awal yang
bertujuan : menurunkan fluktuasi dan beban limbah dan pemisahan material pengotor
yang dapat merusak peralatan dan menganggu proses. Misalnya saringan (screening)
digunakan untuk menghilangkan materi-materi kasar (coarse material) seperti plastik,
daun-daunan, kertas, kayu dan lain-lain, dan materi-materi halus (fine material) seperti
benang fiber, serta zat padat tersuspensi. Penjelasan lebih lanjut mengenai screening ini
dapat dilihat pada 7.2.1.2. Grit removal digunakan untuk menghilangkan pasir. Pasir
diendapkan dan dibuang dengan cara mengalirkan air limbah industri dengan kecepatan
sekitar 0,4 m/det di dalam suatu grit chamber. Materi kasar dan halus, seperti pasir
kasar dan halus harus dihilangkan terlebih dahulu, karena akan mempersulit pengolahan
selanjutnya.
Proses ekualisasi digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah. Karakter
yang berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan selanjutnya dan boros pemakaian
bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan volume yang cukup dan mixer
sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut karakteristik air limbah relatif konstan.
Proses netralisasi, jika diperlukan, karena sebagian dari aliran dengan pH yang berbeda
akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak ekualisasi. Proses netralisasi
bertujuan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai untuk proses berikutnya. Penjelasan
lebih lanjut mengenai pengolahan awal dapat dilihat pada sub bab 7.2.1.
Pengolahan fisik-kimia artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia. Dalam
proses pengolahan ini, polutan dibuat ukuranlebih besar sehingga mudah diendapkan
(coagulation & flocculation process) di bak sedimentasi (bak pengendap), diapungkan
(flotation process) serta disaring (filtration process). Memperbesar ukuran partikel
dengan menambahkan koagulan diproses koagulasi sehingga terbentuk flok. Agar flok
lebih besar lagi ukurannya bisa dengan penambahan flokulan (polymer) di proses
flokulasi. Dengan lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah dan cepat.
Sebagian besar karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik yang
disebut dengan COD atau BOD. Pengolahan yang paling baik adalah menguraikan
bahan organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Pengolahan secara biologi bisa
dilakukan secara aerobik (memerlukan oksigen bebas) atau anaerobik (tidak
memerlukan oksigen bebas). Metode yang digunakan pada proses pengolahan biologis
baik aerobik maupun anaerobik bisa secara tersuspensi (suspended growth) ataupun
terlekat (attached growth). Pada umumnya, proses pengolahan biologis yang digunakan
untuk air limbah industri di Jawa Barat adalah proses lumpur aktif (activated sludge).
Penjelasan lebih rinci tentang pengolahan biologis ini dapat dipelajari pada sub bab
7.2.3.
Proses sedimentasi merupakan proses dimana padatan yang sudah menggumpal dan
siap mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi atau dari lumpur
biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan waktu detensi tertentu,
sehingga dapat mengendap. Adakalanya setelah proses sedimentasi baik dari proses
fisika-kimia maupun biologi, masih terdapat materi halus yang tidak mengendap. Pada
kasus ini diperlukan fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter. Saringan umumnya
terbuat dari pasir (single media) dengan diameter yang seragam (uniform), atau pasir
dengan diameter yang tidak seragam (un-uniform), atau kombinasi pasir dan anthrasit
(dual media) atau lainnya. Penjelasan lebih rinci tentang filtrasi disajikan di sub bab
7.2.2.5.
Berikut ini digambarkan beberapa contoh metoda pengolahan air limbah industri
berdasarkan jenis karakteristik air limbah.
(1). Kombinasi paling umum
COAGULANT
FLOTATION TANK
SLUDGE
COAGULANT
TRICKLING
FILTER
SLUDGE SLUDGE
ALKALI
SLUDGE
Gambar 7.2. Gambaran metoda pengolahan air limbah berdasarkan jenis karakteristik.
Pada gambar 7.3. diperlihatkan kombinasi metoda lain untuk pengolahan air limbah
dengan karakteristik tertentu, dimana melibatkan pengolahan lanjutan.
(2) Kombinasi Tertentu
Filtrasi
Pengolahan
Koagulasi Biologi Koagulasi
Filtrasi Adsorbsi
b. Air Limbah anorganik
Penolahan
Awal Koagulasi Filtrasi Adsorpsi
Reverse
MF Osmosis
Ion Exchange
Jika air limbah industri mengandung bahan B3, maka diperlukan pengolahan khusus.
Proses untuk mengolah limbah B3 berupa phenol, cadmium & seng, chromium
hexavalent, mercury, cyanide , organik clor, organic phosphor, PCB, flour dan lainnya
akan dijelaskan secara umum pada 7.2.5.
Lumpur dari proses filtrasi maupun sedimentasi dapat dikeringkan, dibakar atau untuk
pengurugan tanah, jika tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Materi
inipun dapat diproses dan dipakai ulang jika unsur B3nya telah diolah, sehingga tidak
akan membahayakan penggunanya. Bahasan lebih rinci disajikan di BAB 9.
7.1.3 Rangkaian Pengolahan Air limbah Industri yang Dominan di Jawa Barat
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, pada saat ini terdapat 5
kelompok besar industri yang dominan di Jawa Barat sebagai berikut:
1. Industri Tekstil
2. Industri makanan dan minuman.
3. Industri Pelapisan Logam
4. Industri Detergen, sabun & Produk-produk Minyak Nabati
5. Industri Farmasi
Tabel 7.2 Karakteristik Pencemar Dominan Lima Besar Industri di Jawa Barat
No Jenis industri Polutan Lain-
lain
Organik Anorganik Logam berat
1 Tekstil TSS, BOD5, Sulfida (sbg S), Khrom total (Cr) pH, T
COD, Minyak & ammonia.
lemak, phenol.
Koagulasi - sedimentasi
Hydrolysis (presipitasi)
Nitrogen total sbg N)
Flotasi tekanan
Cadmium (Cd)
Sulfida (sbg S)
Tembaga (Cu)
Ion exchange
Fosfat (PO4)
Timbal (Pb)
Fenol total
Netralisasi
Nikel (Ni)
Seng (Zn)
Filtrasi
MBAS
Warna
BOD5
Ozon
COD
TSS
Bau
pH
1 Tekstil √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fiber :
Mencuci √ √ √ √ √ √ √
Proses manufaktur √ √ √ √ √ √ √ √
Pewarnaan/finishing:
Desizing √ √ √ √ √
Scouring √ √ √
Bleaching √
Pewarnaan √ √ √ √ √ √ √
2 Makanan dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
minuman
3 Pelapisan logam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Deterjen, sabun, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
produk minyak nabati
5 Farmasi √ √ √ √ √ √ √
Sumber : - Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 Lampiran II dan III.
- Jetro, edisi 2
Diagram alir pengolahan air limbah industri tersebut disajikan di Gambar berikut ini.
Pengolahan air limbah diawali dengan memeriksa industri, misalnya sumber air limbah,
jenis, konsentrasi, kandungan, besar aliran (Sumber: textbook dari Jetro edisi 2). Selain
itu juga kondisi dari tujuan pembuangan (termasuk sistem saluran air limbah),
penggunaan air yang dibuang, dan kondisi sungai seperti debit sungai, kualitasnya,
standar baku mutu yang ada (baik stream maupun effluent standard), metode
pengolahan lumpur dsb. Data tadi sangat penting untuk dikumpulkan dan diidentifikasi
untuk mengolah air limbah industri secara efisien dan untuk melestarikan lingkungan.
Untuk proses industri manufuktur, jenis bahan baku yang digunakan oleh industri
tersebut harus diteliti dan diketahui.
1. Tindakan yang harus diambil dalam pembuatan rencana pengolahan air limbah.
Pengurangan kuantitas dan konsentrasi buangan harus sedapat mungkin
diupayakan. Banyaknya air yang dibuang bisa dikurangi dengan cara penghematan
air, mengubah atau memperbaiki proses produksi, pemakaian air limbah dalam
berbagai tahapan (multi stage) dsb. Konsentrasi air limbah bisa dikurangi dengan
mengubah proses industri, memperbaiki peralatan, mengambil kembali dan
mempergunakan produk sampingan, menerapkan pengendalian air limbah secara
proporsional, memantau sistem atau jaringan pembuangan, dll.
Untuk air limbah anorganik, lakukan uji pengendapan, jika mengandung zat padat
tersuspensi. Jika hal ini tidak tepat, maka lakukan test koagulasi. Jika air limbah
mengandung bahan toxic, maka identifikasi metode pengolahan yang tepat. Jika
air limbah konsentrasi tinggi, maka pikirkan cara pengambilan kembali (recovery)
dengan cara mengentalkan, membakar dll. Jika cara-cara tersebut tidak berhasil
untuk mencapai kualitas air yang diinginkan, maka dimungkinkan dengan
melakukan adsorpsi, pertukaran ion, dll.