Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TUGAS MOTOR

BAKAR MESIN

Dosen Pengampu : Muharnif M, S.T., M.Sc

Di susun oleh :

SUHARDIANSYAH (2007230071)

MUHAMMAD FADHIL PRATAMA(2007230040)

MUHAMMAD FAUZAN(2007230027)

MUHAMMAD AKBAR (2007230005)

MHD RIVAL RIVANSYAH (2007230070)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESINFAKULTAS


TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini keadaan udara di bumi kita, semakin hari semakin

parah akibat pencemaran udara. Pencemaran udara merubah susunan

(komposisi) keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan

polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat membahayakan

kesehatan mahluk hidup, merusak properti, mengurangi kenyamanan

di udara (Saeful dkk, 2016). Pencemaran udara didominasi oleh emisi

gas buang kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor kini telah

menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Laju pertumbuhan

pengguna kendaraan bermotor terus meningkat. Seiring meningkatnya

pengguna kendaraan bermotor setiap tahunnya maka semakin

meningkat pula kebutuhan BBM. Hal ini sangat mengkhawatirkan

mengingat pasokan minyak di Indonesia semakin menipis.

Emisi gas buang merupakan hasil sisa pembakaran mesin

kendaraan bermotor, perahu/kapal dan pesawat terbang yang

menggunakan bahan bakar. Pada umumnya emisi gas buang ini terjadi

karena pembakaran yang tidak sempurna dari sistem pembuangan dan

pembakaran mesin serta lepasnya partikel-partikel karena kurang


tercukupinya oksigen dalam proses pembakaran tersebut. Emisi gas

buang adalah salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca dan

pemanasan global. Emisi gas buang kendaraan mengandung emisi

senyawa Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO), NOx, Oksida

Belerang (SO2), Timah Hitam (Pb), Karbon


Dioksida (CO2) yang berbahaya untuk lingkungan dan makhluk hidup.

Oleh sebab itu, seiring dengan perkembangan zaman, kendaraan

bermotor diproduksi dan dirancang sedemikian rupa dengan menekan

gas berbahaya yang dihasilkan dari gas buangnya.

Upaya untuk menghambat laju kerusakan kondisi udara, negara-

negara di dunia ini memberikan batas standar emisi untuk kendaraan

bermotor khususnya kendaraan bermotor beroda empat. Pada negara-

negara yang memiliki standar emisi gas buang kendaraan yang ketat,

ada 5 unsur dalam gas buang kendaraan yang diukur yaitu senyawa HC,

CO, CO2, dan senyawa NOx. Sedangkan pada negara- negara yang

standar emisinya tidak terlalu ketat, hanya mengukur unsur senyawa

HC, CO, dan CO2. Tetapi alat yang digunakan untuk uji emisi pada

umumnya memiliki dimensi yang besar sehingga penggunaannya

tidak efektif saat dibawa berpindah-pindah.

Bensin (gasoline) merupakan jenis bahan bakar cair yang sering

digunakan pada proses pembakaran motor bakar. Bensin yang sering

dijual di pasaran merupakan bahan bakar campuran sejumlah produk

yang dihasilkan dari berbagai proses. Salah satu sifat yang harus

dimiliki bensin adalah Octane Number. Angka oktan merupakan

angka yang menunjukan jumlah besar tekanan maksimum yang bisa

diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara spontan. Pada

mesin, campuran bensin dan udara (berbentuk gas) bisa terbakar


spontan sebelum terkena percikan api dari busi, jadi semakin tinggi

angka oktannya maka semakin lama bensin itu terbakar spontan.

Bahan bakar harus memiliki Octane Number sesuai dengan syarat

yang ditetapkan oleh produsen kendaraan. Motor dengan


perbandingan kompresi yang lebih tinggi memerlukan angka oktan

yang lebih tinggi juga untuk mengurangi knocking. Untuk menaikan

Octane Number dari suatu bahan bakar dapat diperoleh dengan

memberikan TEL (Tetra Ethyl Lead), Methanol Ethanol atau dengan

memberikan zat aditif penambah oktan. Kesadaran terhadap masalah

pencemaran dalam dasa warsa terakhir ini menyebabkan beberapa

negara termasuk Indonesia membatasi penggunaan senyawa timbal

dalam bahan bakar, walaupun senyawa TEL senyawa ini sangat

diandalkan sebagai aditif peningkat angka oktan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

jumlah kendaraan di Indonesia mulai 2005 hingga 2016 menunjukkan

adanya kenaikan jumlah kendaraan yang luar biasa. Pada tahun 2016

jumlah total kendaraan sudah mencapai 129.281.079 unit, yang terdiri

dari mobil penumpang 14.580.666 unit, mobil bus 2.486.898 unit,

mobil barang 7.063.433 unit, dan sepeda motor 105.150.082 unit.

(Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2018).

Setiap kendaraan memiliki jumlah konsumsi bahan bakar yang

berbeda. Konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya: spesifikasi kendaraan, cara penggunaan

berdasarkan tipe kendaraan dan karakteristik pengoperasian. (Asif

Faiz, Chirstopher S. Weaver, Michael P. Walsh, 1996)

Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber


pencemar udara di banyak kota besar dunia, gas-gas beracun dari

jutaan knalpot setiap harinya menimbulkan masalah serius di banyak

negara tak terkecuali Indonesia. Kendaraan berbahan bakar bensin

menjadi salah satu sumber pencemar udara terbesar melebihi


industri dan rumah tangga. Erwin (2008) menyebutkan bahwa polusi

udara dari kendaraan bermotor, pembangkit tenaga listrik, industri dan

rumah tangga menyumbang 70 % dengan komposisi kuantitas

karbonmonoksida (CO) 99 %, hidrokarbon (HC) sebanyak 89 %, dan

oksida nitrogen (NOx) sebanyak 73 % serta partikulat lainnya yang

meliputi timah hitam, sulfur oksida dan partikel debu.

Emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor,

diantaranya: SOx, NO, CO, HC, Pb dan partikulat debu. Parameter

pencemaran yang sangat perlu diperhatikan adalah konsentrasi CO dan

NO2 yang merupakan dampak dari kepadatan lalu lintas kendaraan

bermotor. Apabila di atas standar baku mutu maka gas tersebut cukup

berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan dapat mengakibatkan

kematian. Kendaraan bermotor merupakan sumber utama CO dan NO 2

terutama pada kendaraan kurang berfungsi secara baik. Kepadatan lalu

lintas dapat meningkatkan konsentrasi CO dan NO2 total yang ada di

dalam atmosfer sebanding. Daya ikat CO terhadap Hb (arah) sangat

besar yaitu 240 kali dibandingkan dengan daya ikat CO terhadap O2,

hal ini menyebabkan efeknya terhadap kesehatan sangat

diperhitungkan. Kejang-kejang akibat gangguan urat syaraf dapat

disebabkan oleh konsentrasi gas NO2 yang tinggi, dapat pula

mengakibatkan kelumpuhan bila keracunan berlanjut. (Tugaswati,

2007).
Saat ini Indonesia telah mengadopsi standar emisi gas buang Euro-
2 sebagai

kebijakan mewujudkan kendaraan bermotor yang ramah lingkungan.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Kepmen No. 141 Tahun 2003

tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru

dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi. Sementara untuk

mengendalikan emisi dari kendaraan yang telah


beroperasi di jalan terutama untuk kendaraan yang diproduksi sebelum

tahun 2003 telah dikeluarkan kebijakan Permen LH No. 05 Tahun

2006/1 Agustus 2006.

Tabel 1. Baku mutu emisi kendaraan bermotor menurut Permen LH


No. 05 tahun 2006
KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI “L”
Parameter
Tahun
Opasi- Metode
Kategori Pembu- CO HC
tas Uji
atan (%) (ppm)
(%)
Sepeda motor 2 langkah < 2010 4.5 12.000 - Idle
Sepeda motor 4 langkah < 2010 4.5 2.400 - Idle
Sepeda motor 2 & 4 langkah >2010 4.5 2.000 - Idle
KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI “M, N, DAN O”
Berpenggerak motor bahan <2007 4.5 1.200
- Idle
bakar cetus api (bensin) >2007 1.5 200
Berpenggerak motor bakar
penyalaan kompresi (diesel)
GVW <3.5 ton <2010 70
Percepat-
>2010 - - 40
an bebas

GVW >3.5 ton <2010 70


>2010 40

Kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah

perkotaan dan menyumbang 70% emisi NOx, 52% emisi VOC dan 23 % partikulat

(Department of Environment & Conservation, 2005).


Tabel 2. Sumber Pencemaran NOx di
Udara
Sumber Pencemaran % Bagian % Total
Transportasi 39,3
- Mobil bensin 32,0
- Mobil diesel 2,9
- Pesawat terbang (dapat diabaikan) 0,0
- Kereta api 1,9
- Kapal laut 1,0
- Sepeda motor, dll 1,5
Pembakaran stasioner 48,5
- Batubara 19,4
- Minyak 4,8
- Gas alam (termasuk LPG & kerosin) 23,3
- Kayu 1,0
Proses industry 1,0
Pembuangan limbah padat 2,9
Lain-lain: 8,3
- Kebakaran hutan 5,8
- Pembakaran batubara sisa 1,0
- Pembakaran limbah pertanian 1,5
- Pembakaran lain-lain 0,0
Total 100,0 100,0
Sumber: Wardhana, 2001

Berdasarkan data di atas, sumber pencemaran NOx

terbesar adalah pembakaran stationer dengan persentase sebesar 48,5

%. Sedangkan sumber pencemaran NOx terbesar kedua dengan

persentase sebesar 39,3 % yakni dari sektor transportasi, terutama pada

kendaraan mobil bensin yang menyumbang 32% NOx. Pemantauan

kualitas udara ambien yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

Daerah Istimewa Yogyakarta (BLH DIY) pada tahun 2013-2015

menunjukkan bahwa kualitas udara di DIY masih baik. Beberapa

parameter yang bisa dijadikan patokan untuk menentukan kualitas


udara adalah indeks sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2),

karbon monoksida (CO), ozon (O2), timah


hitam (Pb), hidro karbon, (HC) dan debu diameter 10 (PM. 10). Semua

indikator itu masih menunjukkan angka di bawah ambang batas. (BLH DIY,

2016).

Tabel 3. Hasil Pemantauan Uji Emisi Gas Buang Kendaraan


Bermotor di Kabupaten Sleman 2010-2015
No. Tahun Jumlah Kendaraan Uji Tidak Lulus (%)
1. 2010 788 50.3 %
2. 2011 877 33.8 %
3. 2012 649 31.3 %
4. 2013 695 26.8 %
5. 2014 807 28.5 %
6. 2015 859 26.2 %
Sumber: Tim Uji Emisi Biru Langitku

Data di atas menunjukkan bahwa masih adanya kendaraan

bermotor yang tidak lulus uji emisi, baik kendaraan umum maupun

dinas. Pada tahun 2013-2015 persentase kendaraan yang tidak lulus uji

emisi tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Apabila

persentase ini meningkat maka kualitas udara akan semakin

memburuk.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,

maka timbul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas emisi gas buang kendaraan

bermotor di Kabupaten Sleman pada tanggal 11 dan 12 Maret 2015

didapatkan bahwa masih adanya kendaraan yang belum lulus uji emisi,

termasuk kendaraan Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman.


Sudah seharusnya semua kendaraan dinas lulus uji emisi karena telah

disediakan dana untuk


perawatan kendaraan dinas tersebut. Terlebih lagi kendaraan dinas

dijadikan contoh bagi kendaraan umum milik masyarakat dan perusahaan.

2. Besarnya emisi gas buang kendaraan bermotor dapat mempengaruhi

jumlah penggunaan bahan bakar. Apabila dilakukan perbaikan kualitas

emisi gas buang kendaraan, diharapkan mampu menghemat bahan bakar

secara signifikan. Sehingga turut andil dalam menjaga pasokan BBM.

Terutama pada mobil dinas bermotor bensindi Lingkungan Pemerintah

KabupatenSleman yang menjadi tolak ukur kendaraan umum.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah,

maka dalam penelitian ini penulis mengambil fokus pada pembatasan

masalah antara lain terkait dengan potensi penghematan bahan bakar

yang ditinjau dari kualitas hasil pengujian emisi gas buang kendaraan

bermotor dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Kendaraan yang dilakukan pengujian dibatasi pada mobil berbahan

bakar bensin.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka, dapat diajukan

rumusan masalahnya yaitu:

1. Seberapa besar kualitas emisi/hasil pengujian emisi gas buang kendaraan

bermotor dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman?

2. Berapa besar potensi penghematan bahan bakar dari perbaikan kualitas

emisi gas buang kendaraan bermotor dinas di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Sleman?
E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang hendak

dicapai pada penelitian ini yakni :

1. Mengetahui kualitas emisi/hasil pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor

dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui besar potensi penghematan bahan bakar dari perbaikan kualitas

emisi gas buang kendaraan bermotor dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Sleman.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan bagi peneliti,

serta sebagai bahan masukan bagi Mahasiswa Pendidikan Teknik

Otomotif khususnya Tim Uji Emisi Biru Langitku. Penelitian ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana bidang

Otomotif.

2. Bagi Dinas Lingkungan Hidup Sleman

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dinas dalam memberikan masukan kepada pengelola mobil dinas agar

memperhatikan kualitas emisi kendaraan dinas.

3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

Hasil penelitian ini sebagai sumbangan koleksi berupa bahan

pustaka dan bacaan bagi Mahasiswa Teknik Otomotif pada khususnya


dan Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya.
Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor

Ismiyati Devi Marlita STMT Deslida Saidah


Universitas Muhammadiyah Jakarta Trisakti STMT Trisakti
stmt@indosat.net.i stmt@indosat.net.i
ismiyati.umj@gmail.com d d

Abstract

Air is an important factor of life, but in the modern era is in line with the development
ofthe physical development of the city and industrial center, as well as the development
of transport, causing air quality changes, from what was once fresh, now dry and dirty
which is generally caused by air pollution due to vehicle transportation. The research
method used is library research. The results of the study: 1. Granting permission for
small publictransport more limited, while the mass transit vehicle, reproduced. 2. Control
the number of private vehicles. 3. Vehicle age restrictions. 4. Construction of MRT, and
the launch of other ideas to tackle congestion, namely the Electronic Road Pricing. 5.
Settings traffic, signs, and decisive action against violations of driving. 6. Emission test
should be done regularly. 7 Planting broadleaved trees on the roadside, as well as the
heaviest traffic inthe corners of the city, also reducing air pollution.

Keywords: air pollution, exhaust emissions, life, environment

Abstrak
Udara adalah faktor penting dalam kehidupan, namun, di era modern,
sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat industri,
serta berkembangnya transportasi, telah menyebabkan kualitas udara
mengalami perubahan. Dari yang mulanya segar, kini, kering dan kotor
akibat dari terjadinya pencemaran udara karena kendaraan transportasi.
Lewat penggunaan metode kepustakaan, maka, tampak dengan jelas ada
beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian yang serius, di antaranya;
1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil lebih dibatasi, sementara,
kendaraan angkutan massal, diperbanyak. 2. Kontrol jumlah kendaraan
pribadi. 3. Pembatasan usia kendaraan . 4. Pembangunan MRT, dan
pembuatan Electronic Road Pricing. 5. Pengaturan lalu lintas, rambu-
rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan. 6. Uji emisi
harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi. 7.
Penanaman pohon berdaun lebar di pinggir jalan yang lalu lintasnya padat
serta di sudut-sudut kota.
Kata kunci: pencemaran udara, emisi gas buang, kehidupan, lingkungan
Pendahuluan Berikut tabel perkembangan
jumlah kendaraan bermotor di
Udara merupakan faktor yang Indonesia (Tabel 1). Pertumbuhan
kendaraan bermotor di Indonesia,
penting dalam hidup dan kehidupan.
sudah barang tentu memicu
Namun pada era modern ini, sejalan
terjadinya peningkatan polusi,
dengan perkembangan pembangunan
fisik kota dan pusat-pusat industri, namun, tampaknya, hal itu menjadi
rumit ketika melihat faktor produksi
serta berkembangnya transportasi,
dalam pertumbuhan kendaraan
maka, kualitas udara pun mengalami
perubahan yang disebabkan oleh bermotor.
terjadinya pencemaran udara, atau,
sebagai berubahnya salah satu Tabel 1 Jumlah
komposisi No
Kendaraan Tahun
Jenis
Tahun

2011-2013
Kendaraan (juta) (juta) (juta)
2011 2012 2013
udara dari keadaan yang normal; 1 Mobil penumpang 8,540 9,525 10,540
2 Bus 1,920 1,945 1,965
yaitu masuknya zat pencemar
(berbentuk gas- gas dan partikel
kecil/aerosol) ke dalam
udara dalam jumlah tertentu untuk jangka 3 Kendaraan 4,257 4,723 5,165
waktu yang cukup lama, sehingga dapat 4 Sepeda motor 69,205 77,756 86,253
mengganggu kehidupan manusia, hewan, 5 Ransus 271 280 288
dan tanaman (BPLH DKI Jakarta, kota-kota besar, bahkan, sampai ke
2013). pelosok daerah (WHO, 1979).
Penelitian ini khusus menyoroti Menurut data terakhir Korps Lalu
penyumbang pencemaran terbesar di Lintas Kepolisian Republik Indonesia
Indonesia; yaitu oleh kendaraan (Korlantas Polri), jumlah kendaraan yang
bermotor. Mengingat, dalam kurun beropersi di seluruh Indonesia pada
waktu 10 tahun terakhir, telah rentang 2013 mencapai 104,211 juta unit,
terjadi lonjakan jumlah kendaraan naik sebesar 12 % dari 2012; yakni
bermotor yang sangat pesat, sebanyak 94,299 juta unit, dan juga naik
khususnya oleh pertambahan sepeda sebesar 12
motor, yang mencapai 30%. Sekitar % dari 2011; yakni sebanyak 84,193 juta
lebih kurang 70% terdistribusi di unit. Dari jumlah tersebut, maka, populasi
daerah perkotaan. terbanyak disumbang oleh sepeda motor,
Pada rentang 2005, yaitu, rata-rata sebanyak 73 %.
perbandingan antara jumlah sepeda
motor dan penduduk di Indonesia
diperkirakan mencapai 1:8.
Seterusnya, dari tahun ke tahun,
kondisi tersebut semakin meningkat.
Akibatnya, ruas jalan di Indonesia
semakin padat. Bukan hanya di
Jumlah 84.193 94.229 104,211

Jumlah pertumbuhan
kendaraan bermotor, ternyata,
merupakan tindakan yang
dapat dilihat dengan
progressive contextualization
(Vayda, 1986) Ketika ingin
mendeskripsikan suatu
pengrusakan lingkungan
(terkait di sini masalah
pencemaran udara akibat
transportasi), terbukti, tidak
terbatas hanya melihat aktor-
aktor pengguna transportasi
saja. Namun, kita juga dapat
melihat lebih luas lagi bahwa
tindakan-tindakan tersebut
berdampak bagi hidup dan
kehidupan.
Hal ini dapat terlihat dari
pertumbuhan kendaraan
bermotor yang mengeluarkan
emisi dan mencemarkan udara
di sekitar kita. Salah satu kasus
di perkotaan adalah; akibat
pertumbuhan ekonomi di DKI
Jakarta lebih tinggi dibanding
kota-kota lainnya, maka, telah
mendorong perubahan gaya
hidup sebagai akibat dari
meningkatnya pendapatan dan
daya beli masyarakatnya.
Kepemilikan dan penggunaan
kendaraan pribadi (mobil dan
sepeda motor) juga angkutan
umum meningkat, sehingga,
mengambil porsi ruas jalan
yang lebih besar dibanding
moda transportasi lainnya.
Jumlah kendaraan di Jakarta, emisi gas buang yang buruk; baik
Depok, Tangerang dan Bekasi dari akibat perawatan yang kurang
tahun ke tahun, semakin meningkat. memadai, atau dari penggunaan
Pada rentang 2014, jumlah bahan bakar dengan kualitas yang
kendaraan diprediksi bakal kurang baik (misalnya; kadar timbal
mengalami peningkatan dari tahun yang tinggi).
sebelumnya. Berdasarkan data Penelitian tentang
kendaraan yang tercatat di Subdit“Pencemaran Udara Akibat Emisi
Regident Ditlantas Polda Metro Gas Buang Kendaraan Transportasi
Jaya, jumlah kendaraan pada 2012 serta Dampaknya Terhadap
mencapai 14.618.313 unit, dengan Kehidupan Lingkungan” termasuk
pertumbuhan 9,8% dari tahun dalam jenis library research.
sebelumnya. Sementara pada 2013, Kegiatann
jumlah kendaraan di Jakarta dan ya termasuk kategori penelitian
sekitarnya mencapai 16.043.689 kualitatif dan teknik penyajian
unit, dengan tren peningkatan yang
finalnya dilakukan secara deskriptif
mencapai 9,8 %. (Creswell, 2002), selanjutnya,
Berikut tabel perkembangan Hasan (2002); bahwa studi
jumlah kendaraan bermotor di DKI dokumentasi adalah teknik
Jakarta (Tabel 2). pengumpulan data tidak langsung
Tabel 2 Jumlah melalui dokumentasi.
Kendaraan Tahun Sementara, dengan
2012-2013 memperhatikan konteksnya, analisis
Tahun data dilakukan dengan menggunakan
metode analisis isi (content
analysis).
Jenis Kendaraan 2012 2013 Pertum-
No
(juta) (juta) buhan
1 Mobil Penumpang 0,359 0,360 0,3 %
2 Mobil pribadi 2,742 3,003 9.5 %
3 Sepeda motor 10,826 11,929 10,19%
4 Mobil barang 0,562 0,618 10 %
5 Ransus 0,129 0,133 3.1 % Hasil dan Pembahasan

Jumlah 14,618 16,043 9,8 % mempengaruhi udara sebagai


commons, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hardin Z
dalam tulisannya “Tragedy of
Perkembangan kendaraan
the commons”. Udara sebagai
bermotor yang dialami oleh
commons dirusak oleh beberapa
Indonesia, serta perkembangan di
kepentingan (Sudrajad, 2006).
salah satu perkotaan, seperti DKI
Jakarta, tentunya menimbulkan DSelanjutnya, dari
masalah pada sistem transportasi, beberapa penyebab polusi udara
dan merupakan salah satu yang yang ada, terbukti, emisi
transportasi adalah sebagai A. Proses Terjadinya Emisi Gas
penyumbang pencemaran udara Buang oleh Kendaraan
tertinggi, yakni sekitar 85 persen. Transportasi
Hal tersebut tampak dengan jelas,
mengingat, sebagian besar Tidak ada yang bisa menepis,
kendaraan bermotor menghasilkan betapa, emisi gas buang, berupa asap
knalpot, adalah akibat terjadinya
proses pembakaran yang tidak
sempurna, dan mengandung
timbal/timah hitam (Pb), suspended
particulate matter (SPM), oksida
nitrogen (NOx), oksida sulfur (SO2),
hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), dan oksida
fotokimia (Ox)” (BPLH DKI
Jakarta, 2013).
Selanjutnya, emisi gas buang
yang paling signifikan dari
kendaraan bermotor ke atmosfer
berdasarkan massa, adalah gas
karbondioksida (CO2), dan uap air
(H2O) yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang
berlangsung sempurna yang dapat
dicapai dengan tersedianya suplai
udara yang berlebih. Namun
demikian, kondisi pembakaran yang
sempurna dalam
mesin kendaraan, jarang sekali
terjadi.
Tabel 3 Sumber dan
StandarKesehatan Emisi
B. Dampak Terjadinya Gas Buang
Pencemaran Udara Terhadap
Kehidupan dan Lingkungan
Sebagaimana kita ketahui
bersama, pencemaran udara atau
perubahan salah satu komposisi
udara dari keadaan normal,
mengakibatkan terjadinya perubahan
suhu dalam kehidupan manusia.
Pembangunan transportasi yang
terus dikembangkan menyusul
dengan permintaan pasar, ternyata,
telah mendorong terjadinya bencana
pembangunan. Saat ini, kita semua
telah mengetahui bahwa pengaruh
polusi udara juga dapat
menyebabkan pemanasan efek
rumah kaca (ERK) bakal
menimbulkan pemanasan global
atau (global warming) (Sudrajad,
2006).
Tentunya, hal ini harus
merupakan sebuah peringatan
kepada para pemilik kebijakan
industri dan kebijakan transportasi
agar melihat kepada masalah udara
di sekitarnya. Proses pembangunan
yang ada di Indonesia dalam
konteks transportasi, ternyata, telah
menimbulkan bencana
pembangunan yang pada akhirnya
bermuara menjadi permasalahan
ekologis. Akibatnya, udara sebagai
salah satunya commons yang open
access menjadi berbahaya bagi
kesehatan manusia dan alam
sekitarnya. Sumber dan Standar
Kesehatan Emisi Gas Buang
disajikan pada Tabel 3 berikut.
C. Kondisi Existing Pencemaran manusia dan lingkungannya.
Udara Akibat Kendaraan Selanjutnya, secara langsung,
Transportasi kandungan-kandungan timah hitam
Dalam melihat kasus dan SPM dapat mengganggu
pencemaran udara akibat kesehatan kita, dan/atau
kendaraan bermotor sebagai menimbulkan penyakit-penyakit
suatu dampak, adalah bukan yang mematikan. Lalu apakah
satu-satunya penyebab yang produksi dari transportasi sebagai
disalahkan. Akan tetapi, alasan pembangunan teknologi
penggunaannya yang tidak dapat dijadikan alasan bagi para
teratur (disorder) adalah yang pembuat keputusan. Kenyataan
dapat menimbulkan ”abuse” inilah yang sampai sekarang selalu
bagi lingkungan kita, terutama menjadi ajang perdebatan, terutama,
udara. Singgungan antara dalam memahami bagaimana
transportasi dan lingkungan mengartikan sebuah lingkungan dan
juga dapat diungkapkan lewat teknologi agar dapat berdampingan
masalah perilaku manusia tanpa adanya bahaya serta
terhadap lingkungannya transportasi yang tidak teratur
(Sudrajad, 2006). Hal tersebut (disorder).
bertolakbelakang, mengingat, Sebagai contoh, di Jakarta,
transportasi yang seharusnya sumber pencemaran udara yang
merupakan salah satu utama adalah kendaraan bermotor
perangkat teknologi untuk dan industri. Dalam hal ini, tehadap
memudahkan manusia, beban emisi total, kendaraan
malahan menimbulkan dampak bermotor menyumbang sekitar
yang berbahaya bagi kesehatan 71%
pencemar oksida nitrogen (NOX), 15%
Pencemar Keterangan pencemar oksida sulfur (SOx), dan 70%
Karbon monoksida Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)
pencemar partikulat (PM10). Tampaknya,
(CO)

Oksida sulfur (S0x) Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm) emisi gas dan kandungannya menjadi
Partikulat Matter Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3 beban moral bagi pengguna transportasi
Okdida Nitrogen Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam
(N0x)
dan industri transportasi (BPLH
DKI Jakarta, 2013).
Ozon (03) Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam
Permasalahan seperti ini telah
menjadi fenomena pembangunan.
Walau
pembangunan transportasi yang yang terjadi akibat transportasi
ideal amat diharapkan oleh ini juga menjadi permasalahan
masyarakat, namun, dari sudut psikologis yang ada pada
pandang ekologi, dampak sosial masyarakat urban. Semakin
transportasi dengan lingkungan telah tinggi tingkat pencemaran udara,
menimbulkan depresi terhadap maka, kecenderungan tingkat
masyarakat. Secara lebih tegas dapat stress pun akan semakin tinggi
dikatakan, udara yang tercemar pula.
akibat transportasi telah Kebijakan transportasi yang
menimbulkan tingkat stress pada berhubungan dengan lingkungan
manusia yang mengalami gangguan atau Transportation
tersebut. Environment, adalah merupakan
Dari perspektif ekologi, suatu penyebab munculnya
perilaku manusia yang beradaptasi dampak sosial. Artinya, dampak
dengan proses akan menjadi jenuh sosial yang dimaksud adalah
apabila adaptasi tersebut dilakukan transportasi yang tidak teratur
dengan terus menerus atau sering, (disorder), yang kemudian
sehingga, orang yang dalam
kehidupan sehari-harinya
mengalami gangguan udara dari
transportasi dan mengalami
kejenuhan dapat menimbulkan stress
dan depresi (kajian ini terjadi pada
behaviour-nya).
Karena apa yang adaptif dan
bukan adaptif, bagi mereka, adalah
cenderung pada perubahan perilaku
kolektif dari masyarakatnya. Hal ini
dapat ditunjukkan, tingkat stress dan
depresi penduduk di kota- kota besar
seperti Jakarta tergolong tinggi.
Manusia sebagai faktor yang
menentukan keberlanjutannya
lingkungan yang ada di sekitarnya,
menjadi tidak berdaya, karena,
pengrusakan lingkungan terjadi dan
dilakukan oleh segelintir orang yang
tidak bertanggung-jawab.
Oleh sebab itu, kejadian-
kejadian seperti pencemaran udara
pun tidak terhindarkan. Bukan hanya
itu, ternyata, permasalahan ekologi
memusat, akibat terpusatnya kegiatan-
mengganggu kehidupan manusia.
kegiatan perekonomian dan
Pada saat ini, transportasi selalu perkantoran.
dijadikan alasan utama bagi pencemaran d. Masalah turunan akibat pelaksanaan
kota. Kebanyakan orang beranggapan, kebijakan pengembangan kota yang
pencemaran kota yang merusak udara di ada, misalnya daerah pemukiman
sekitar kita adalah merupakan suatu penduduk yang semakin menjauhi
akibat dari kelalaian pemerintah dan pusat kota.
produsen yang mendesain kendaraan
bermotornya tidak sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan.
Akibatnya, daerah perkotaan dianggap
merupakan salah satu sumber utama
pencemaran udara, dan memegang
peranan yang sangat besar dalam
masalah pencemaran udara.
Pada umumnya, dari berbagai
sektor yang potensial dalam mencemari
udara, maka, sektor transportasi
memegang peran yang sangat besar
dibanding dengan sektor yang lainnya.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang
kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70%,
sementara, kontribusi gas buang dari
cerobong asap industri hanya berkisar
10-15%, dan sisanya berasal dari
sumber pembakaran lain; misalnya
rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan, dan lain-lain (BPLH
DKI Jakarta, 2013).
Dari uraiaan di atas, maka, tampak
dengan jelas beberapa faktor penting
yang menyebabkan dominannya pengaruh
sektor transportasi terhadap pencemaran
udara perkotaan di Indonesia antara
lain:
a. Perkembangan jumlah kendaraan yang
cepat (eksponensial).
b. Tidak seimbangnya prasarana transportasi
dengan jumlah kendaraanyang ada.
c. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi
e. Kesamaan waktu aliran lalu lintas. Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai
f. Jenis, umur dan karakteristik dampak kesehatan yang lebih besar
kendaraanbermotor. (karsinogenik), dibanding dengan
g. Faktor perawatan kendaraan. senyawa-senyawa lainnya.
h. Jenis bahan bakar yang digunakan. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
penggunaan bahan bakar untuk kendaraan
i. Jenis permukaan jalan.
bermotor dapat mengemisikan zat-zat
j. Siklus dan pola mengemudi (driving pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu,
pattern). hidrokarbon juga timbal. Udara yang
Di samping faktor-faktor yang
menentukan intensitas emisi gas
buang sumber pencemaran udara
tersebut, faktor penting lainnya
adalah; faktor potensi dispersi
atmosfer daerah perkotaan akan
sangat tergantung kepada kondisi
dan perilaku meteorologi. Padahal,
sektor transportasi mempunyai
ketergantungan yang tinggi terhadap
sumber energi yang berdampak
terhadap kehidupan dan lingkungan.
Hampir semua produk energi
konvensional dan rancangan motor
bakar yang digunakan dalam sektor
transportasi masih menyebabkan
sumber emisi pencemaran udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar
Minyak) bensin dalam motor bakar
akan selalu mengeluarkan senyawa-
senyawa seperti CO (karbon
monoksida), THC (total hidro
karbon), TSP (debu), NOx (oksida-
oksida nitrogen) dan SOx (oksida-
oksida sulfur) (BPLH DKI Jakarta,
2013).
Premium yang dibubuhi TEL,
akan mengeluarkan timbal. Solar
dalam motor disel akan mengeluarkan
beberapa senyawa tambahan di
samping senyawa tersebut di atas,
yang terutama adalah fraksi-fraksi
organik seperti aldehida, PAH (Poli
tercemar oleh zat-zat tersebut Selaras dengan itu, berkurangnya
dapat menyebabkan gangguan penyediaan oksigen ke seluruh
kesehatan yang berbeda tubuh, apabila tidak segera mendapat
tingkatan dan jenisnya, udara segar, akan membuat sesak
tergantung dari macam, ukuran napas dan dapat menyebabkan
dan komposisi kimiawinya. kematian. Sementara, bahan
pencemar udara seperti NOx, SOx,
Gangguan tersebut dan H2S dapat merangsang
terutama terjadi pada fungsi pernapasan yang mengakibatkan
faal dari organ tubuh seperti iritasi dan peradangan.
paru-paru dan pembuluh
darah, atau menyebabkan
iritasi pada mata dan kulit.
Biasanya, pencemaran udara D. Upayauntuk Mengurangi
karena partikel debu dapat Dampak Polusi/Pencemaran
menyebabkan penyakit Udara
pernapasan kronis seperti
Upaya pengendalian
bronchitis kronis, emfiesma
pencemaran udara akibat kendaraan
paru, asma bronchial dan
bermotor yang mencakup upaya-
bahkan kanker paru-paru.
upaya pengendalian baik langsung
Kadar timbal yang tinggi maupun tidak langsung,
di udara juga dapat
mengganggu pembentukan sel
darah merah. Gejala keracunan
dini mulai ditunjukkan dengan
terganggunya fungsi enzim
untuk pembentukan sel darah
merah, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan gangguan
kesehatan lainnya; seperti
anemia, kerusakan ginjal dan
lain-lain, sedang keracunan Pb
bersifat akumulatif.
Keracunan gas CO timbul
sebagai akibat terbentuknya
karboksihemoglobin (COHb)
dalam darah. Afinitas CO yang
lebih besar dibanding dengan
oksigen (O2) terhadap Hb
menyebabkan fungsi Hb untuk
membawa oksigen ke seluruh
tubuh menjadi terganggu
(BPLH DKI Jakarta, 2013).
akan dapat menurunkan tingkat Selanjutnya, pembatasan
emisi dari kendaraan bermotor usia kendaraan terutama bagi
secara efektif antara lain (Sudrajad, angkutan umum juga perlu
2006): mendapatkan pertimbangan
1. Mengurangi jumlah mobil lalu lalang. secara khusus, mengingat,
Misalnya dengan jalan kaki, naik semakin tua kendaraan, apalagi
sepeda, kendaraan umum, atau naik yang kurang terawat, sangat
satu kendaraan pribadi bersama berpotensi besar sebagai
teman- teman (car pooling). penyumbang polutan udara.
2. Selalu merawat mobil dengan Selaras dengan itu, pembangunan
saksama agar tidak boros bahan bakar MRT, dan Electronic Road
dan asapnya tidak mengotori udara. Pricing (ERP), juga mendesak
3. Meminimalkan pemakaian AC. Pilihlah untuk direalisasikan. Di samping
AC non-CFC dan hemat itu, pengaturan lalu lintas,
energi. rambu-rambu, dan tindakan
4. Memilih bensin yang bebas timbal
(unleaded fuel).

Simpulan
Solusi untuk mengatasi
polusi udara kota, terutama
ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi dengan tanpa
mengabaikan sektor-sektor lain,
maka, tidak ada kata lain kecuali
harus mau belajar dari kota-kota
besar lain di dunia yang telah
berhasil menurunkan polusi udara
dan angka kesakitan serta kematian
yang diakibatkan karenanya. Di
antaranya, dengan pembatasan izin
bagi angkutan umum kecil, dengan
memperbanyak kendaraan angkutan
massal; seperti bus dan kereta api,
diperbanyak. Kemudian, kontrol
terhadap jumlah kendaraan pribadi
juga dapat dilakukan seiring dengan
perbaikan pada sejumlah angkutan
umum.
Sulfur oxides and suspended
tegas terhadap pelanggaran berkendara
particulate matter. Geneva.
benar-benar dapat diwujudkan, begitu
juga uji emisi yang dilakukan secara
berkala, serta penanaman pohon
berdaun lebar di pinggir jalan, terutama
yang lalu lintasnya padat, dapat juga
mengurangi polusi udara.

Daftar Pustaka
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Jakarta, 2013. Zat – zat Pencemar
Udara.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah


Jakarta, 2013. Pengertian Pencemaran
Udara.

Hassan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi


Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

John W. Creswell. 2002. Researh Design


Qualitative & Quantitative
Approaches. New York: Sage
Publication, Inc.

Sudrajad, Agung. 2006. Pencemaran Udara,


Suatu Pendahuluan. Http//
kamase_ugm@yahoo.co.id [3

Januari 2013]
World Health Organization. 1977.
Environmental Health Criteria No. 3,
Lead. Geneva.

World Health Organization. 1977.


Environmental Health Criteria No. 4,
Oxides of nitrogen, Geneva.

World Health Organization, (1978).


Environmental Health Criteria No. 7,
Photochemical oxidants. Geneva.

World Health Organization, (1979).


Environmental Health Criteria No. 8,
PENDAPAT/KOMENTAR :

Kondisi tersebut, menyebabkan peningkatan konsentrasi pencemarnya dan dikhawatirkan


membahayakan kesehatan manusia.Penyakit yang ditimbulkan akibat emisi gas buang kendaraan
bermotor adalah gangguan saluran pernafasan, gangguan organ dalam, gangguan syaraf, gangguan
reproduksi, menurunkan kecerdasan anak.

Untuk itu, kita bisa mengurangi emisi gas dari aktivitas sehari-hari lewat cara berikut:

-Lakukan efisiensi energi

-Kurangi frekuensi menggunakan kendaraan bermotor pribadi

-Kurangi penggunaan air minum dalam botol kemasan dan sedotan

-Kurangi sampah organik Anda

-Kurangi penggunaan kertas

Anda mungkin juga menyukai